Anda di halaman 1dari 390

KEMENTERIAN PERHUBUNGAN

DIREKTORAT JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA


NOMOR : KP 580 TAHUN 2015

TENTANG

PETUNJUK TEKNIS PERATURAN KESELAMATAN PENERBANGAN SIPIL BAGIAN


139-01, SERTIFIKASI DAN REGISTRASI SERTA PENGAWASAN KESELAMATAN
OPERASI BANDAR UDARA (STAFF INSTRUCTION 139-01).)

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA,

DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA,

Menimbang : a. bahwa dalam Pasal 217 Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2009


tentang Penerbangan telah mengatur bahwa setiap Bandar udara
yang dioperasikan wajib memenuhi ketentuan keselamatan
penerbangan dengan diterbitkan sertifikat atau register bandar udara;

b. bahwa dalam Pasal 312 Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2009


tentang Penerbangan telah mengatur bahwa pengawasan
keselamatan merupakan kegiatan berkelanjutan untuk melihat
pemenuhan peraturan keselamatan penerbangan yang dilaksanakan
oleh penyedia jasa penerbangan dan pemangku kepentingan lainnya;

c. bahwa dalam Sub Bagian 139B dan Sub Bagian 139B dan C
Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM 55 Tahun 2015 tentang
Tentang Peraturan Keselamatan Penerbangan Sipil Bagian 139 (Civil
Aviation Safety Regulations Part 139) tentang bandar udara
(Aerodrome), mengatur mengenai sertifikat dan register bandar udara;

d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam


huruf a, b dan c, perlu menetapkan Peraturan Direktur Jenderal
Perhubungan Udara tentang Petunjuk Teknis Peraturan Keselamatan
Penerbangan Sipil Bagian 139-05, Sertifikasi Dan Registrasi Bandar
Udara serta Pengawasan (Staff Instruction 139 – 01).

Mengingat : 1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 2009 tentang


Penerbangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009
Nomor 1, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
4956);

2. Peraturan Pemerintah Nomor 3 Tahun 2001 tentang Keamanan dan


Keselamatan Penerbangan (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2001 Nomor 9, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4075);

3. Peraturan Pemerintah Nomor 70 Tahun 2001 tentang


Kebandarudaraan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2001
Nomor 128, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
4146);

4. Peraturan Presiden Nomor 9 Tahun 2005 tentang Kedudukan, Tugas,


Fungsi, Kewenangan, Susunan Organisasi dan Tata Kerja
Kementerian Negara Republik Indonesia sebagaimana telah diubah
terakhir dengan Peraturan Presiden Nomor 94 Tahun 2006;
5. Peraturan Presiden Nomor 10 Tahun 2005 tentang Unit Organisasi
dan Tugas Eselon I Kementrian Negara Republik Indonesia
sebagaimana telah diubah terakhir dengan Peraturan Presiden Nomor
17 Tahun 2007;
6. Peraturan Menteri Perhubungan Nomor KM. 48 Tahun 2002 tentang
Penyelenggaraaan Bandar Udara Umum;
7. Peraturan Menteri Perhubungan Nomor KM. 60 Tahun 2010 tentang
Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Perhubungan;
8. Peraturan Menteri Perhubungan Nomor KM. 20 Tahun 2009 tentang
Sistem Manajemen Keselamatan Penerbangan (Safety Management
System);
9. Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM 55 Tahun 2015 tentang
Peraturan Keselamatn Penerbangan Sipil Bagian 139 (Civil Aviation
Safety Regulation part 139) tentang Bandar Udara (Aerodrome);
10. Peraturan Direktur Jenderal Perhubungan Udara Nomor :KP 39 Tahun
2015 tentang Standar Teknis dan Operasi Peraturan Keselamatan
Penerbangan Sipil – Bagian 139 (Manual Of Standard CASR – 139)
Volume I Bandar Udara (Aerodromes);
11. Peraturan Direktur Jenderal Perhubungan Udara Nomor :KP 40 Tahun
2015 tentang Standar Teknis dan Operasi Peraturan Keselamatan
Penerbangan Sipil – Bagian 139 (Manual Of Standard CASR – 139)
Volume II Tempat Pendaratan Dan Lepas Landas Helikopter
(Heliports);
12. Peraturan Direktur Jenderal Perhubungan Udara
Nomor :SKEP/227/VIII/2010 tentang Persyaratan Standar Teknis dan
Operasional Peraturan Keselamatan Penerbangan Sipil Bagian 139
(Manual Of Standard CASR Part 139) Volume III Bandar Udara
Perairan (Waterbase);

13. Peraturan Direktur Jenderal Perhubungan Udara Nomor : KP 14


Tahun 2015 Tentang Standar Teknis Dan Operasi Peraturan
Keselamatan Penerbangan Sipil Bagian 139 (Manual Of Standard
CASR Part 139) Volume IV Pelayanan Pertolongan Kecelakaan
Penerbangan Dan Pemadam Kebakaran (PKP-PK);
14. Peraturan Direktur Jenderal Perhubungan Udara
Nomor :SKEP/223/X/2009 tentang Petunjuk dan Tata Cara
Pelaksanaan Sistem Manajemen Keselamatan (Safety Management
Safety) Operasi Bandar Udara Bagian 139-01, (Advisory Circular 139-
01, Airport Safety Management System).

MEMUTUSKAN :
Menetapkan : PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA
TENTANG PETUNJUK TEKNIS SERTIFIKASI DAN REGISTRASI
BANDAR UDARA SERTA PENGAWASAN KESELAMATAN OPERASI
BANDAR UDARA BAGIAN 139-01 (STAFF INSTRUCTION 139-01).

BAB I

KETENTUAN UMUM

Pasal 1

Dalam Peraturan ini yang dimaksud dengan :


(1). Bandar udara adalah kawasan di daratan dan/atau perairan dengan batas-batas
tertentu yang digunakan sebagai tempat pesawat udara mendarat dan lepas landas,
naik turun penumpang, bongkar muat barang, dan tempat perpindahan intra dan
antarmoda transportasi, yang dilengkapi dengan fasilitas keselamatan dan keamanan
penerbangan, serta fasilitas pokok dan fasilitas penunjang lainnya.

(2). Bandar udara umum adalah bandar udara yang digunakan untuk melayani
kepetingan umum.

(3). Bandar udara khusus adalah bandar udara yang hanya digunakan untuk melayani
kepentingan sendiri untuk menunjang kegiatan usaha pokoknya.

(4). Angkutan Udara Niaga adalah angkutan udara untuk umum dengan memungut
pembayaran;

(5). Angkutan Udara Bukan Niaga adalah angkutan udara yang digunakan untuk
melayani kepentingan sendiri yang dilakukan untuk mendukung kegiatan yang usaha
pokoknya selain di bidang angkutan udara;

(6). Inspektur Penerbangan adalah personel yang diberi tugas, tanggung jawab dan hak
secara penuh oleh pejabat yang berwenang untuk melakukan kegiatan pengawasan
keselamatan, keamanan dan pelayanan penerbangan.

(7). Penyelenggara bandar udara adalah unit penyelenggara bandar udara, badan usaha
bandar udara, dan/atau badan hukum Indonesia yang mengoperasikan bandar udara
khusus

(8). Daerah Lingkungan Kerja Bandar Udara adalah wilayah daratan dan/atau perairan
yang digunakan secara langsung untuk kegaiatan bandar udara.
(9). Kawasan Keselamatan Operasi Penerbangan adalah wilayah daratan dan/atau
perairan serta ruang udara di sekitar bandar udara yang digunakan untuk kegiatan
operasi penerbangan dalam rangka menjamin keselamatan penerbangan.

(10). Keselamatan Penerbangan adalah suatu keadaan terpenuhinya persyaratan


keselamatan dan pemanfaatan wilayah udara, pesawat udara, bandar udara,
angkutan udara, navigasi penerbangan serta fasilitas penunjang dan fasilitas umum
lainnya.

(11). Lisensi adalah surat izin yang diberikan kepada seseorang yang telah memenuhi
persyaratan tertentu untuk melakukan pekerjaan di bidangya dalam jangka waktu
tertentu.

(12). Sertifikat Bandar Udara (Airport Certificate) adalah tanda bukti terpenuhinya
persyaratan keselamatan penerbangan dalam pengoperasian bandar udara yang
diterbitkan oleh Direktur Jenderal Perhubungan Udara untuk bandar udara yang
melayani pesawat udara dengan kapasitas lebih dari 30 (tiga puluh) tempat duduk.

(13). Register Bandar Udara (Airport Register) adalah tanda bukti terpenuhinya
persyaratan keselamatan penerbangan dalam pengoperasian bandar udara yang
diterbitkan oleh Direktur Jenderal Perhubungan Udara untuk bandar udara yang
melayani pesawat udara dengan kapasitas maksimum 30 (tiga puluh) tempat duduk.

(14). Fasilitas dan Peralatan Bandar Udara adalah semua fasilitas dan peralatan baik di
dalam maupun di luar daerah lingkungan kerja bandar udara, yang dibangun atau
dipasang (diinstalasi) dan dipelihara untuk tujuan melayani kedatangan,
keberangkatan dan pergerakan permukaan pesawat udara, termasuk pelayanan
darat pesawat udara.

(15). Personel Bandar Udara adalah personel yang terkait langsung dengan
pelaksanaan pengoperasian dan/atau pemeliharaan fasilitas dan peralatan
bandar udara;

(16). Sertifikat kompetensi adalah tanda bukti seseorang telah memenuhi persyaratan
pengetahuan, keahlian dan kualifikasi di bidangnya.

(17). Pengelolaan keselamatan (Safety Plan) adalah dokumentasi identifikasi hazard,


penilaian resiko dan mitigasi terhadap penyimpangan atau tidak terpenuhinya standar
teknis pengoperasian bandar udara (Manual of Standard / MOS) atau perubahan
fasilitas dan prosedur pengoperasian bandar udara.

(18). Manual of Standard (MOS) adalah suatu dokumen yang dinamakan “Standar Teknis
dan Operasi (Manual of Standard/MOS) Bagian 139” Volume I Bandar Udara
(Aerodrome), Volume II Tempat Pendaratan dan Lepas Landas Helikopter (Heliport),
Volume III Bandar Udara Perairan (Water Aerodrome), Volume IV Pertolongan
Kecelakaan Penerbangan dan Pemadam Kebakaran (PKP-PK) yang diterbitkan oleh
Direktur Jenderal Perhubungan Udara, dan sewaktu-waktu dapat mengalami
perubahan.

(19). Direktur Jenderal adalah Direktur Jenderal Perhubungan Udara.

(20). Direktur adalah Direktur Bandar Udara.


(21). Kepala Kantor adalah Kepala Kantor Otoritas Bandar Udara.

BAB II

SERTIFIKASI ATAU REGISTRASI BANDAR UDARA

Pasal 2
(1). Setiap bandar udara yang dioperasikan wajib memenuhi ketentuan keselamatan dan
keamanan penerbangan, serta ketentuan pelayanan jasa bandar udara.

(2). Bandar udara yang dimaksud pada ayat (1) meliputi :


a. Bandar Udara;
b. Tempat pendaratan dan lepas landas helikopter (heliport); dan
c. Bandar udara perairan (water aerodrome)

(3). Bandar udara yang telah memenuhi keselamatan operasi bandar udara diberikan
sertifikat atau register bandar udara

Pasal 3

(1). Guna mendapatkan sertifikat atau register bandar udara sebagaimana dimaksud
pada Pasal 2 ayat (3), pemohon wajib mengajukan permohonan penerbitan sertifikat
atau register bandar udara.

(2). Setelah penerimaan permohonan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan
pemeriksaan berupa :
a. pemeriksaan administrasi, dan
b. audit penerbitan sertifikat atau register bandar udara..

(3). Apabila hasil audit penerbitan sertifikat atau register bandar udara..sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) huruf a dinyatakan telah lengkap serta sesuai dengan
ketentuan, dituangkan dalam berita acara pemeriksaan administrasi. dan
dilanjutkan dengan audit penerbitan sertifikat atau register bandar udara.

(4). Audit penerbitan sertifikat atau register bandar udara sebagaimana dimaksud pada
ayat (2) huruf b dilaksanakan berdasarkan Manual Of Standard (MOS) dan buku
pedoman pengoperasian bandar udara (aerodrome manual) dan dituangkan
dalam berita acara audit penerbitan sertifikat atau register bandar udara.

Pasal 4

(1). Direktur Jenderal menerbitkan sertifikat bandar udara, penerimaan (acceptance)


buku pedoman pengoperasian bandar udara (aerodrome manual) dan
penerimaan (acceptance) sistem manajemen keselamatan operasi bandar
udara (Aerodrome SMS) atau register bandar udara dan penerimaan (acceptance)
buku pedoman pengoperasian bandar udara (aerodrome manual) apabila
berdasarkan hasil audit penerbitan sertifikat atau register bandar udara telah
memenuhi Manual Of Standard (MOS) yang dituangkan dalam Laporan akhir.
(2). Sertifikat atau register bandar udara sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diterbitkan
paling lambat 14 hari kerja sejak bandar udara dinyatakan memenuhi ketentuan
Manual Of Standard (MOS).

Pasal 5

(1). Apabila hasil pemeriksaan administrasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat
(2) huruf a dinyatakan belum lengkap dan belum sesuai dengan ketentuan,
Direktur akan menyampaikan pemberitahuan kepada pemohon guna perbaikan.

(2). Perbaikan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus diterima oleh Direktur paling
lambat 3 (tiga) bulan sejak pemberitahuan diterima oleh pemohon.

(3). Pemohon yang tidak melakukan perbaikan sebagaimana dimaksud pada ayat (2),
maka permohonan penerbitan sertifikat atau register bandar udara dinyatakan
gugur dan perlu diulang kembali.

Pasal 6

(1) Apabila hasil audit penerbitan sertifikat/register bandar udara sebagaimana dalam
Pasal 3 ayat (2) huruf b ditemukan ketidaksesuaian (non-compliance) dengan
Manual of Standard (MOS), pemohon harus membuat dan menyampaikan
pengelolaan keselamatan (Safety Plan) kepada Direktur.

(2) Pengelolaan keselamatan (Safety Plan) sebagaimana dimaksud pada ayat (1), harus
disampaikan pemohon kepada Direktur paling lambat 3 (tiga) bulan sejak
pemberitahuan diterima oleh pemohon.

(3) Pemohon yang tidak membuat pengelolaan keselamatan (Safety Plan)


sebagaimana dimaksud pada ayat (3), maka permohonan penerbitan sertifikat atau
register bandar udara dinyatakan gugur.

Pasal 7

Pelaksanaan sertifikasi dan registrasi bandar udara sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3
ayat (2) huruf b dilakukan oleh tim yang ditugaskan dengan surat perintah Direktur Jenderal.

BAB III

PENGAWASAN KESELAMATAN OPERASI BANDAR UDARA

Pasal 8

(1). Guna menjamin keselamatan operasi bandar udara serta pemenuhan standar dan
ketentuan secara berkelanjutan, maka setelah diberikan sertifikat atau register bandar
udara, Direktur dan/atau Kepala Kantor melakukan pengawasan keselamatan operasi
bandar udara.

(2). Pengawasan keselamatan operasi bandar udara sebagaimana pada ayat (1) dapat juga
dilaksanakan berdasarkan laporan dari masyarakat mengenai terganggunya
keselamatan dan keamanan penerbangan dalam pengoperasian bandar udara.

(3). Pengawasan keselamatan operasi bandar udara sebagaimana pada ayat (2) maka
Direktur dan/atau Kepala Kantor dapat memerintahkan dilaksanakan pengawasan
keselamatan pengoperasian bandar udara yang bersifat khusus.

Pasal 9

(1). Pelaksanaan pengawasan keselamatan pengoperasian bandar udara sebagaimana


dimaksud dalam Pasal 8 dilakukan oleh tim yang ditugaskan dengan surat perintah
Direktur dan/atau Kepala Kantor.

(2). Tim sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dalam melaksanakan tugas pengawasan tidak
boleh mengganggu pengoperasian bandar udara.

Pasal 10

(1). Ruang lingkup pengawasan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 terdiri dari:
a. Audit;
b. Inspeksi;
c. Pengamatan (surveillance); dan
d. Pemantauan (monitoring).

(2). Dasar pelaksanaan pengawasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) sebagai berikut :
a. Audit dilaksanakan sebagai kegiatan pengawasan yang bersifat rutin, terjadwal dan
menyeluruh;
b. Inspeksi dilaksanakan apabila ditemukenali adanya indikasi penyimpangan
terhadap ketentuan perundang-undangan atau yang akan berdampak pada
keselamapatan operasi bandar udara;
c. Pengamatan (surveillance) dilaksanakan sebagai lanjutan evaluasi terhadap
pemenuhan rencana tindak lanjut hasil audit oleh penyelenggara bandar udara;
d. Pemantauan (monitoring) dilaksanakan untuk mengevaluasi data, laporan, dan
informasi yang terkait dengan keselamatan operasi bandar udara

(3). Kegiatan audit sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a dilaksanakan dan menjadi
tanggung jawab Direktorat.

(4). Kegiatan inspeksi, pengamatan dan pemantauan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
huruf b, c dan d dilaksanakan dan menjadi tanggung jawab Kantor Otoritas

(5). Direktorat dapat melimpahkan pelaksanaan audit kepada Kepala Kantor Otoritas yang
terkait dalam program pengawasan keselamatan operasi Bandar Udara.

(6). Direktorat dapat melaksanakan inspeksi, pengamatan dan pemantauan sebagaimana


dimaksud pada ayat (1) huruf b, c dan d apabila terjadi kondisi sebagai berikut :
a. Keterbatasan kemampuan Kantor Otoritas Untuk melaksanakan inspeksi,
pengamatan dan pemantauan;
b. Kepentingan keselamatan penerbangan yang bersifat prioritas dan strategis.

Pasal 10

Dalam melaksanakan pengawasan, harus memenuhi prinsip – prinsip pengawasan sebagai


berikut :

a. Melaksanakan kegiatan pengawasan secara berkala dengan bagian fungsi pembinaan


dan manajemen keselamatan.
b. Melakukan pengawasan pada sistem keselamatan penerbangan yang disebut sebagai
pengawasan “eksternal sedangkan penyelenggara bandar udara melakukan
pengawasan “internal”
c. Apabila diperlukan inspektur bandar udara dapat meminta hasil pengawasn internal
sebagai bagian pengawasan eksternal.
d. Memastikan bahwa standard dan prosedur telah diimplementasikan sesuai dengan
peraturan perundang – undangan.
e. Menyediakan waktu bagi penyelenggara bandar udara untuk mereview, memberikan
tanggapan dan tindak lanjut terhadap temuan eksternal.

Pasal 11

(1). Kantor Otoritas melaporkan pelaksanaan kegiatan audit, inspeksi, pengamatan dan
pemantauan kepada Direktur Jenderal Up. Direktur sebagai hubungan fungsional paling
lama 7 (tujuh) hari setelah menemukan pelanggaran peraturan perundang-undangan
atau minimal 1 (satu) kali dalam 1 (satu) bulan untuk kegiatan pengawasan rutin.

(2). Koordinasi pelaksanaan pengawasan, pelaporan hasil pengawasan dan pengelolaan


data keselamatan antara Direktorat dan Kantor Otoritas dilakukan secara harmonis dan
berjenjang sesuai dengan kewenangannya melalui sistem database pengawasan
keselamatan operasi Bandar Udara.

(3). Sistem database pengawasan keselamatan operasi bandar udara sebagaimana


dimaksud dengan ayat (2) terintregrasi dengan sistem program keselamatan dan
keamanan penerbangan nasional.

BAB IV

INSPEKTUR BANDAR UDARA

Pasal 12

(1). Sertifikasi atau registrasi bandar udara serta pengawasan keselamatan operasi bandar
udara dilaksanakan oleh Inspektur Bandar Udara.

(2). Inspektur Bandar Udara sebagaimana dimaksud pada ayat (1) mempunyai bidang
sebagai berikut
a. Inspektur kelaikan fasilitas bandar udara
b. Inspektur operasi bandar udara

(3). Kriteria, tugas, wewenang, tingkatan, penetapan dan pengembangan inspektur bandar
udara sebagaimana dimaksud pada ayat (2) mengacu pada peraturan perundang –
undangan yang berlaku.

Pasal 13

Dalam melaksanakan kegiatan sertifikasi dan registrasi, serta pengawasan sebagaimana


dimaksud pada Pasal 3 dan Pasal 8, harus menghindari hal-hal :
a. Penafsiran pribadi;
b. Pengaruh individu;
c. Perbedaan budaya; dan/atau
d. Tindakan penyimpangan.

Pasal 14

(1). Dalam melaksanakan audit penerbitan sertifikat atau register Bandar udara dan
pengawasan keselamatan operasi Bandar udara, temuan diklasifikasikan berdasarkan
metode safety risk assessment.

(2). Metode safety risk assessment sebagaimana pada ayat (1) terdiri dari penilaian risk
severity dan risk probability sebagaimana pada lampiran I peraturan ini.

Pasal 15

Direktur menyampaikan data bandar udara yang sudah bersertifikat dan beregister beserta
hasil audit penerbitan sertifikat dan/atau register kepada Kepala Kantor untuk ditindaklanjuti
pengawasannya terhadap temuan yang belum dapat dipenuhi karena memerlukan biaya
besar atau waktu yang lama.

Pasal 16

Sertifikasi dan registrasi bandar udara untuk penerbitan maupun perpanjangan serta
pengawasan keselamatan operasi bandar udara sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 dan
Pasal 8 dilakukan sesuai dengan petunjuk pelaksanaan sertifikasi dan registrasi bandar
udara serta pengawasan keselamatan operasi bandar udara sebagaimana tercantum dalam
lampiran II dan lampiran III yang merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari Peraturan ini.

Pasal 17

Pada saat peraturan ini mulai berlaku, maka Peraturan Direktur Jenderal Perhubungan
Udara Udara Nomor : SKEP/293/XII/2009 tentang Petunjuk Pelaksanaan Pengawasan
Keselamatan Operasi Bandar Udara dan Tempat Pendaratan dan Lepas landas Helikopter
Bagian 139-01 (Staff Instruction 139-01) dinyatakan tidak berlaku.
Pasal 18

Direktur Bandar Udara mengawasi pelaksanaan peraturan ini.

Pasal 19

Peraturan ini mulai berlaku sejak tanggal disahkan.

Disahkan di JAKARTA
Pada tanggal September 2015

DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA

ttd

Ir. SUPRASETYO
SALINAN Peraturan ini disampaikan, kepada:
1. Menteri Perhubungan;
2. Sekretaris Jenderal, Kementerian Perhubungan;
3. Inspektur Jenderal, Kementerian Perhubungan;
4. Sekretaris Direktorat Jenderal Perhubungan Udara;
5. Para Direktur di Lingkungan Direktorat Jenderal Perhubungan Udara;
6. Para Kepala Otoritas Bandar Udara;
7. Para Kepala Bandar Udara dan Heliport.

Salinan sesuai dengan aslinya,

SEKRETARIAT DIREKTORAT
JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA

Kepala Bagian Hukum

HEMI PAMURAHARJO
LAMPIRAN I
PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA
NOMOR : KP 580TAHUN 2015
TENTANG
PETUNJUK TEKNIS PERATURAN KESELAMATAN PENERBANGAN
SIPIL BAGIAN 139-01, SERTIFIKASI DAN REGISTRASI SERTA
PENGAWASAN KESELAMATAN OPERASI BANDAR UDARA (STAFF
INSTRUCTION 139-01)
TANGGAL : 07 OKTOBER 2015

PETUNJUK PELAKSANAAN SERTIFIKASI DAN


REGISTRASI BANDAR UDARA SERTA PENGAWASAN
KESELAMATAN OPERASI BANDAR UDARA
DAN TEMPAT PENDARATAN DAN LEPAS LANDAS
HELIKOPTER BAGIAN 139-01
(STAFF INSTRUCTION 139-01)
SAFETY RISK ASSESMENT

Penentuan kategori temuan dilakukan dengan menggunakan penilaian risiko


(risk assessment) kondisi fasilitas yang ada terhadap keselamatan pengoperasian
pesawat udara seperti pada tabel di bawah.

TABEL MATRIK RISIKO

RISK SEVERITY
RISK RENDAH
TINGGI MENENGAH
PROBABILITAS C
A B

SERING
3
JARANG
2
MUNGKIN
1

Risk severity ditentukan dengan tingkat keparahan dampak operasional


keselamatan pesawat udara, sebagai berikut:
- TINGGI apabila temuan yang ada dapat secara langsung berdampak
terhadap keselamatan pesawat udara pada saat beroperasi di fasilitas
tersebut.
- MENENGAH apabila temuan yang ada tidak secara langsung berdampak
terhadap keselamatan pesawat udara pada saat beroperasi di fasilitas
tersebut.
- RENDAH apabila temuan yang ada bersifat minor, tidak secara langsung
berdampak terhadap operasi pesawat udara tetapi apabila dibiarkan tidak
dilakukan perbaikan lanjut dapat menimbulkan risk severity di tingkat
yang lebih tinggi, menengah atau tinggi.

Risk probabilitas ditentukan dengan ketentuan sebagai berikut:


- SERING apabila temuan yang pernah terjadi > 3 kali pada fasilitas
tersebut.
- JARANG apabila temuan yang pernah terjadi < 3 kali pada fasilitas
tersebut.
- MUNGKIN apabila temuan tersebut belum pernah terjadi.

Setelah diperoleh indeks dari matriks penilaian risiko, hasilnya dimasukkan


dalam matrik toleransi sebagai berikut:
INDEKS PENILAIAN RISIKO KRITERIA

3A, 2A, 1A Safety Alerts

Pemberitahuan
3B, 2B, 3C
Tidakterpenuhinya Peraturan(PTP)

2C, 1B, 1C Observasi


Contoh:
a. Ditemukan adanya pothole di taxiway A
Risk Probability : Jarang
Risk Severity : Tinggi, karena bisa ada FOD yang masuk
mesin pesawat udara.
Indeks Penilaian Resiko : 2 A
Kategori : Safety Alerts (SA)

b. Tidak ada Tanda/signage di holding position


Risk Probability : Jarang
Risk Severity : Menengah, karena ada marka holding
Position dan alat komunikasi dengan ATC.
Indeks Penilaian Resiko : 2 B
Kategori : Pemberitahuan Tidak terpenuhinya
Peraturan (PTP).

c. Adanya kejadian tumpahan bahan bakar (fuel spillage) tidak


didokumentasikan dalam log book.
Risk Probability : Sering
Risk Severity : Rendah, karena ada tumpahan bahan
bakar Sudah dibersihkan, hanya tidak di
Dokumentasikan.
Indeks Penilaian Resiko : 3 C
Kategori : Observasi.

DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA

TTD

SUPRASETYO

Salinan sesuai dengan aslinya


KEPALA BAGIAN HUKUM DAN HUMAS

HEMI PAMURAHARJO
Pembina Tk.I/(IV/d)
NIP. 19660508 199003 1 001
Contoh:
a. Ditemukan adanya pothole di taxiway A
Risk Probability : Jarang
Risk Severity : Tinggi, karena bisa ada FOD yang masuk
mesin pesawat udara.
Indeks Penilaian Resiko : 2 A
Kategori : Safety Alerts (SA)

b. Tidak ada Tanda/signage di holding position


Risk Probability : Jarang
Risk Severity : Menengah, karena ada marka holding
Position dan alat komunikasi dengan ATC.
Indeks Penilaian Resiko : 2 B
Kategori : Pemberitahuan Tidak terpenuhinya
Peraturan (PTP).

c. Adanya kejadian tumpahan bahan bakar (fuel spillage) tidak


didokumentasikan dalam log book.
Risk Probability : Sering
Risk Severity : Rendah, karena ada tumpahan bahan
bakar Sudah dibersihkan, hanya tidak di
Dokumentasikan.
Indeks Penilaian Resiko : 3 C
Kategori : Observasi.

DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA

SUPRASETYO
Contoh:
a. Ditemukan adanya pothole di taxiway A
Risk Probability : Jarang
Risk Severity : Tinggi, karena bisa ada FOD yang masuk
mesin pesawat udara.
Indeks Penilaian Resiko : 2 A
Kategori : Safety Alerts (SA)

b. Tidak ada Tanda/signage di holding position


Risk Probability : Jarang
Risk Severity : Menengah, karena ada marka holding
Position dan alat komunikasi dengan ATC.
Indeks Penilaian Resiko : 2 B
Kategori : Pemberitahuan Tidak terpenuhinya
Peraturan (PTP).

c. Adanya kejadian tumpahan bahan bakar (fuel spillage) tidak


didokumentasikan dalam log book.
Risk Probability : Sering
Risk Severity : Rendah, karena ada tumpahan bahan
bakar Sudah dibersihkan, hanya tidak di
Dokumentasikan.
Indeks Penilaian Resiko : 3 C
Kategori : Observasi.

DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA

SUPRASETYO
LAMPIRAN II
PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA
NOMOR : KP 580 TAHUN 2015
TENTANG
PETUNJUK TEKNIS PERATURAN KESELAMATAN PENERBANGAN SIPIL
BAGUAN 139-01, SERTIFIKASI DAN REGISTRASI SERTA PENGAWASAN
KESELAMATAN OPERASI BANDAR UARA (STAFF INSTRUCTION 139-01)
TANGGAL : 07 OKTOBER 2015

PETUNJUK PELAKSANAAN SERTIFIKASI DAN REGISTRASI


BANDAR UDARA
SERTA PENGAWASAN KESELAMATAN OPERASI BANDAR
UDARA
DAN TEMPAT PENDARATAN DAN LEPAS LANDAS
HELIKOPTER
BAGIAN 139-01
(STAFF INSTRUCTION 139-01)
DAFTAR ISI

1. UMUM

1.1 REFERENSI ....................................................................................... 1


2.2 TUJUAN ............................................................................................ 1
3.3 RUANG LINGKUP .............................................................................. 1
1.4 PERUBAHAN AMANDEMEN .............................................................. 2

2. SERTIFIKASI DAN REGISTRASI BANDAR UDARA


2.1 JENIS DAN PENGERTIAN SERTIFIKASI DAN REGISTRASI BANDAR UDARA 3
2.2 UNSUR DAN JENIS KEGIATAN SERTIFIKASI DAN
REGISTRASI BANDAR UDARA ............................................................. 3
2.3 PERSONEL DAN TIM SERTIFIKASI DAN REGISTRASI ....................... 4

3. PENGAWASAN KESELAMATAN

3.1 JENIS DAN PENGERTIAN PENGAWASAN .......................................... 4


3.2 UNSUR PENGAWASAN DAN JENIS KEGIATAN PENGAWASAN .......... 5
3.3 KEWAJIBAN DAN TANGGUNG JAWAB PEMERINTAH DALAM
PENGAWASAN .................................................................................. 5
3.4 PENDEKATAN PENGAWASAN ............................................................ 6
3.5 PERSONEL DAN TIM PENGAWASAN ................................................. 6

4. TAHAPAN DAN PROSEDUR PELAKSANAAN

4.1 PERENCANAAN ................................................................................. 6


4.2 PERSIAPAN ....................................................................................... 6
4.3 PELAKSANAAN .................................................................................. 7
4.4 PELAPORAN ...................................................................................... 11
4.5 MONITORING .................................................................................... 12

5. STANDAR UMUM PELAKSANAAN PENGAWASAN

5.1 AUDIT KESELAMATAN ...................................................................... 12


5.2 INSPEKSI KESELAMATAN ................................................................. 13
5.3 PENGAMATAN KESELAMATAN .......................................................... 14
5.4 PEMANTAUAN KESELAMATAN .......................................................... 14
5.5 VERIFIKASI KESELAMATAN .............................................................. 15

6. PEMBIAYAAN .......................................................................................... 15

7. TINDAK LANJUT HASIL PENGAWASAN ................................................... 16

8. PENUTUP ................................................................................................ 16
1. UMUM
1.1 Referensi
a. Undang-Undang No. 1 tahun 2009 tentang Penerbangan.
b. Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM 55 Tahun 2015
tentang Peraturan Keselamatn Penerbangan Sipil Bagian 139 (Civil
Aviation Safety Regulation part 139) tentang Bandar Udara
(Aerodrome).
c. Peraturan Menteri Perhubungan Nomor KM. 20 tahun 2009
tentang Safety Management System (SMS).
d. Peraturan Direktur Jenderal Perhubungan Udara Nomor : KP 39
Tahun 2015 tentang Standar Teknis dan Operasi Peraturan
Keselamatan Penerbangan Sipil – Bagian 139 (Manual Of Standard
CASR Part 139) Volume I Bandar Udara (Aerodromes).
e. Peraturan Direktur Jenderal Perhubungan Udara Nomor : KP 40
Tahun 2015 tentang Standar Teknis dan Operasi Peraturan
Keselamatan Penerbangan Sipil – Bagian 139 (Manual Of Standard
CASR Part 139) Volume II Tempat Pendaratan Dan Lepas Landas
Helikopter (Heliports)
f. Peraturan Direktur Jenderal Perhubungan Udara Nomor :
SKEP/227/VIII/2010 tentang Persyartan Standar Teknis dan
Operasional Peraturan Keselamatan Penerbangan Sipil Bagian 139
(Manual Of Standard CASR Part 139) Volume III Bandar Udara
Perairan (Waterbase).
g. Peraturan Direktur Jenderal Perhubungan Udara Nomor : KP 14
Tahun 2015 Tentang Standar Teknis Dan Operasi Peraturan
Keselamatan Penerbangan Sipil Bagian 139 (Manual Of Standard
CASR Part 139) Volume IV Pelayanan Pertolongan Kecelakaan
Penerbangan Dan Pemadam Kebakaran (PKP-PK).
h. Peraturan Direktur Jenderal Perhubungan Udara Nomor :
SKEP/223/X/2009 Tentang Petunjuk Dan Tata Cara Pelaksanaan
Sistem Manajemen Keselamatan (Safety Management System)
Operasi Bandar Udara, Bagian 139-01 (Advisory Circular 139-01,
Airport Safety Management System)
i. Annex 14 Aerodrome Volume I dan Volume II.

1.2 Tujuan
a. Sebagai upaya standardisasi pelaksanaan sertifikasi dan registrasi
bandar udara serta pengawasan keselamatan bandar udara.
b. Sebagai acuan pedoman dalam pelaksanaan sertifikasi dan
registrasi bandar udara serta perencanaan, pelaksanaan dan
tindak lanjut hasil pengawasan keselamatan operasi bandar udara
oleh Direktorat Bandar Udara dan Kantor Otoritas Bandar Udara
c. Dalam rangka pemenuhan regulasi terkait keselamatan bandar
udara.
d. Sebagai referensi penyelenggara bandar udara dalam pelaksanaan
pengawasan internal keselamatan bandar udara.

1
1.3 Ruang Lingkup
a. Petunjuk sertifikasi dan registrasi bandar udara dipergunakan
untuk pelaksanaan penerbitan dan perpanjangan sertifikasi dan
registrasi bandar udara oleh Direktorat Bandar Udara.
b. Petunjuk ini diberlakukan untuk pelaksanaan sertifikasi dan
registrasi bandar udara oleh Direktorat Bandar serta pengawasan
keselamatan operasi bandar udara oleh Direktorat Bandar Udara
dan Kantor Otoritas Bandar Udara, namun dapat juga
dipergunakan sebagai referensi bagi penyelenggara bandar udara
dalam melaksanakan kewajiban pengawasan internal.
c. Petunjuk pengawasan keselamatan operasi bandar udara ini
diprioritaskan pada bandar udara bersertifikat dan dapat juga
dilaksanakan untuk pengawasan keselamatan bandar udara
register.
d. Unsur sertifikasi dan registrasi bandar udara dan pengawasan
keselamatan terdiri atas personel, fasilitas, dan prosedur.

1.4 Perubahan/Amendemen
a. Penanggung jawab
Tanggung jawab terhadap setiap perubahan yang diperlukan
untuk pembaharuan pedoman ini, maupun kebutuhan terhadap
adanya perubahan berada pada Kepala Subdirektorat Personel dan
Operasi Bandar Udara. Kepala Kantor dapat mengajukan usulan
perubahan terhadap pedoman ini kepada Kepala Subdirektorat
Personel dan Operasi Bandar Udara melalui Direktur.
b. Jenis Perubahan
1) Perubahan sementara, yaitu perubahan yang bersifat
sementara dengan batasan waktu dan/atau tujuan yang jelas,
yang antara lain untuk menguji suatu hal sebelum
diberlakukan permanen, ataupun adanya hal-hal yang bersifat
khusus.
2) Perubahan periodik, yaitu perubahan yang bersifat mengikat
dan permanen karena perubahan standar, ketentuan atau hasil
dari pengembangan kegiatan pengawasan sebelumnya.
c. Proses dan Pengesahan
1) Konsep perubahan disiapkan oleh Kepala Subdirektorat
Personel dan Operasi Bandar Udara, dengan disertai
kajian/telaah perlunya perubahan, yang dilengkapi dengan
data dukung/referensi terkait.
2) Konsep perubahan diajukan oleh Kepala Subdirektorat
Personel dan Operasi Bandar Udara kepada Direktur, untuk
dievaluasi sebelum diteruskan kepada Direktur Jenderal.
3) Pengesahan usulan perubahan oleh Direktur Jenderal, sebelum
dipergunakan sebagai pedoman dalam pelaksanaan sertfikasi,
registrasi maupun pengawasan keselamatan operasi bandar

2
udara dan tempat pendaratan dan lepas landas helikopter, baik
bersifat sementara maupun tetap.

2. SERTIFIKASI DAN REGISTRASI BANDAR UDARA


2.1 Jenis dan Pengertian Sertifikasi dan Registrasi Bandar Udara
a. Sertifikasi atau registrasi adalah suatu system yang jelas dan
terukur dalam menilai pemenuhan keselamatan, terkait
kepatuhan terhadap standar, kecukupan prosedur, jumlah dan
kompetensi personel serta keakuratan data.
b. Sertifikasi dan registrasi bandar udara (termasuk heliport dan
water aerodrome) merupakan kegiatan berkelanjutan yang
dilaksanakan oleh Direktorat Jenderal Perhubungan Udara c.q
Direktorat Bandar Udara melalui inspektur bandar udara atau
personel yang ditugaskan untuk itu, guna melihat pemenuhan
peraturan dan ketentuan standar keselamatan penerbangan oleh
penyelenggara bandar udara.
c. Sertifikasi dan registrasi meliputi kegiatan penerbitan atau
perpanjangan sertifikat atau register bandar udara.
d. Bandar udara wajib memiliki sertifikat bilamana digunakan oleh
pesawat udara yang melayani angkutan udara niaga dengan rute
penerbangan dari dan ke luar negeri atau mempunyai runway
yang melayani pesawat udara yang memiliki kapasitas lebih dari
30 (tiga puluh) tempat duduk.
e. Register bandar udara terdiri dari :
- Register Bandar Udara, yaitu bandar udara yang mempunyai
runway yang dapat melayani pesawat udara dengan kapasitas
maksimum 30 (tiga puluh) tempat duduk untuk angkutan
udara niaga dan angkutan udara bukan niaga;
- Register Khusus Bandar Udara non penumpang, yaitu bandar
udara yang mempunyai runway yang dapat melayani pesawat
udara dengan kapasitas maksimum 30 (tiga puluh) tempat
duduk untuk kegiatan pemupukan, perikanan, dan kehutanan
termasuk flying shcool;
- Register Heliport, yaitu tempat pendaratan dan lepas landas
helikopter yang memiliki final approach and take off area
(FATO) dan touch down lift off area (TLOF) yang melayani
pesawat udara yang memiliki kapasitas masimum 30 (tiga
puluh) tempat duduk untuk angkutan udara bukan niaga; dan
- Register Bandar Udara Perairan (Water Aerodrome), yaitu
bandar udara yang mempunyai water operating area yang
dapat melayani pesawat udara dengan kapasitas maksimum
30 (tiga puluh) tempat duduk untuk angkutan udara bukan
niaga
f. Register tempat pendaratan dan lepas landas helikopter dibedakan
menjadi 4 (empat) yang terdiri dari : surface level heliport, helideck,
elevated heliport dan shipboard heliport.

3
g. Inspektur bandar udara adalah staf atau pejabat di lingkungan
Direktorat Bandar Udara yang ditunjuk dan diberi tugas serta
kewenangan oleh Direktur Jenderal Perhubungan Udara atau
Direktur Bandar Udara untuk melaksanakan Sertifikasi dan
Registrasi Bandar Udara setelah memenuhi persyaratan dan
tingkat kompetensi tertentu.
2.2 Unsur dan Jenis Kegiatan Sertifikasi dan Registrasi Bandar Udara
a. Unsur Sertifikasi dan Registrasi Bandar Udara :
- Pemeriksaan dalam pelaksanaan sertifikasi dan registrasi
bandar udara yang tercantum dalam pedoman pengoperasian
bandar udara (aerodrome manual) meliputi unsur personel,
fasilitas, dan prosedur operasi bandar udara, sedangkan untuk
bandar udara bersertifikat ditambah sistem manajemen
keselamatan serta prosedur, fasilitas, dan personel terkait
pengoperasian tempat pendaratan dan lepas landas helikopter
jika tersedia.
- Unsur personel mencakup personel bandar udara yang terkait
langsung dengan pengoperasian dan pemeliharaan bandar
udara serta personel untuk pendaratan helicopter helikopter
jika melayan.
- Unsur fasilitas mencakup prasarana dan peralatan bandar
udara yang terdiri atas fasilitas keselamatan dan fasilitas pokok
bandar udara serta prasarana dan fasilitas tempat pendaratan
dan lepas landas helikopter.
- Unsur prosedur mencakup prosedur pengoperasian bandar
udara sebagaimana dalam pedoman pengoperasian bandar
udara (aerodrome manual), standard operating procedure (SOP)
untuk di bandar udara maupun tempat pendaratan dan lepas
landas helikopter jika melayani.
b. Kegiatan Sertifikasi dan Registrasi Bandar Udara meliputi :
- Kegiatan sertifikasi dan registrasi bandar udara meliputi
kegiatan audit penerbitan/perpanjangan sertifikat dan register
bandar udara.
- Pemeriksaan administrasi untuk audit
penerbitan/perpanjangan sertifikat/register bandar udara
adalah pemeriksaan terkait keberadan, kelengkapan dan
kesesuaian dokumen berupa : akta pendirian
perusahaan/lembaga, Aerodrome Manual/Heliport
Manual/Water Aerodrome Manual, Aerodrome SMS Manual
(tidak wajib untuk register), bukti pembayaran PNBP sesuai
peraturan yang berlaku, sertifikat atau register bandar udara
yang akan berakhir masa berlakunya (untuk perpanjangan),
hasil pemeriksaan teknis operasional berkala tahunan dan atau
hasil pengawasan keselamatan operasi bandar udara (untuk
perpanjangan), khusus bandar udara yang melayani angkutan
udara niaga dengan rute penerbangan dari dan ke luar negeri

4
ditambahkan lampiran bukti persyaratan kelestarian
lingkungan yang ditunjukan dengan adanya izin lingkungan
atau dokumen lingkungan yang disahkan oleh instansi yang
berwenang.

c. Audit adalah pemeriksaan yang terjadwal, sistematis, dan


mendalam terhadap prosedur, fasilitas, personel, dan dokumentasi
organisasi penyedia jasa penerbangan untuk melihat tingkat
kepatuhan terhadap ketentuan dan peraturan yang berlaku.

e. Contoh kegiatan pemeriksaan terhadap unsur Sertifikasi,


Registrasi dan jenis kegiatan Sertifikasi, Registrasi seperti pada
Formulir I dengan contoh checklist pemeriksaan seperti Formulir II

2.3 Personel dan Tim Sertifikasi dan Registrasi Bandar Udara


a. Pelaksanaan sertifikasi dan registrasi bandar udara dilaksanakan
oleh personel sertifikasi dan registrasi bandar udara atau Tim
sertifikasi dan registrasi bandar udara yang khusus ditugaskan
untuk melaksanakan sertifikasi dan registrasi bandar udara.
b. Personel sertifikasi dan registrasi bandar udara merupakan
Inspektur Bandar Udara atau pegawai Direktorat Bandar Udara
atau personel lain yang telah mempunyai kompetensi tertentu
dan/atau lisensi.
c. Tim sertifikasi dan registrasi bandar udara dari Inspektur Bandar
Udara atau pegawai Direktorat Bandar Udara atau personel lain
yang mempunyai kompetensi tertentu dan/atau lisensi, dan
dibentuk oleh Direktur Bandar Udara.
d. Susunan Tim sertifikasi dan registrasi terdiri atas ketua tim dan
anggota tim, dengan seorang pengendali sertifikasi/registrasi
bandar udara.
e. Pengendali sertifikasi dan registrasi bandar udara minimal
Inspektur Bandar Udara level 3 atau pejabat Eselon IV Direktorat
Bandar Udara.
f. Ketua Tim Pelaksana minimal inspektur level 2.
g. Anggota Tim Pelaksana minimal inspektur level 1 atau pegawai
Direktorat Bandar Udara yang mempunyai kompetensi di bidang
teknis operasi bandar udara dan tempat pendaratan dan lepas
landas helikopter

3. PENGAWASAN KESELAMATAN

3.1 Jenis dan Pengertian Pengawasan


a. Pengawasan keselamatan operasi bandar udara yang selanjutnya
disebut sebagai pengawasan merupakan kegiatan pengawasan
berkelanjutan yang dilaksanakan oleh Direktorat Jenderal
Perhubungan Udara c.q Direktorat Bandar Udara dan Kantor
Otoritas Bandar Udara melalui Inspektur Bandar Udara atau

5
personel yang ditugaskan untuk itu, guna melihat pemenuhan
peraturan dan ketentuan standar keselamatan penerbangan pada
umumnya dan keselamatan operasi bandar udara pada
khususnya yang dilaksanakan oleh penyelenggara bandar udara
dan pemangku kepentingan lainnya yang meliputi audit, inspeksi,
pengamatan dan pemantauan, khusus tempat pendaratan dan
lepas landas helikopter maka audit dan pengamatan tidak
dilakukan.
b. Audit adalah pemeriksaan yang terjadwal, sistematis, dan
mendalam terhadap prosedur, fasilitas, personel, dan dokumentasi
organisasi penyedia jasa penerbangan untuk melihat tingkat
kepatuhan terhadap ketentuan dan peraturan yang berlaku.
c. Inspeksi adalah pemeriksaan sederhana terhadap pemenuhan
standar suatu produk akhir objek tertentu.
d. Pengamatan adalah kegiatan penelusuran yang mendalam atas
bagian tertentu dari prosedur, fasilitas, personel, dan dokumentasi
organisasi penyedia jasa penerbangan dan pemangku kepentingan
lainnya untuk melihat tingkat kepatuhan terhadap ketentuan dan
peraturan yang berlaku.
e. Pemantauan adalah kegiatan evaluasi terhadap data, informasi
dan laporan bandar udara untuk mengetahui kecenderungan
kinerja keselamatan penerbangan di tiap-tiap bandar udara.

3.2 Unsur Pengawasan dan Jenis Kegiatan Pengawasan


a. Pemeriksaan dalam pelaksanaan pengawasan yang tercantum
dalam pedoman pengoperasian bandar udara (aerodrome manual)
meliputi unsur personel, fasilitas, dan prosedur objek pengawasan
operasi bandar udara, sedangkan untuk bandar udara
bersertifikat ditambah sistem manajemen keselamatan serta
prosedur, fasilitas, dan personel terkait pengoperasian tempat
pendaratan dan lepas landas helikopter jika melayani helikopter.
b. Unsur personel mencakup personel bandar udara yang terkait
langsung dengan pengoperasian dan pemeliharaan bandar udara
serta personel untuk pendaratan helikopter.
c. Unsur fasilitas mencakup prasarana dan peralatan bandar udara
yang terdiri atas fasilitas keselamatan dan fasilitas pokok bandar
udara serta prasarana dan fasilitas tempat pendaratan dan lepas
landas helikopter.
d. Unsur prosedur mencakup prosedur pengoperasian bandar udara
sebagaimana dalam pedoman pengoperasian bandar udara
(aerodrome manual), standard operating procedure (SOP) untuk di
bandar udara maupun tempat pendaratan dan lepas landas
helikopter.
e. Contoh kegiatan pemeriksaan terhadap unsur pengawasan dan
jenis kegiatan pengawasan seperti pada Formulir I dengan contoh
checklist pemeriksaan seperti Formulir II.

6
3.3 Kewajiban dan Tanggung Jawab Pemerintah Dalam Pengawasan
a. Memastikan terpenuhinya regulasi penerbangan nasional
Standards and Recommended Practices (SARPs) ICAO dalam
rangka menjaga dan meningkatkan keselamatan operasi bandar
udara.
b. Berdasarkan Undang-Undang nomor : 1 tahun 2009 tentang
Penerbangan, tanggung jawab keselamatan bandar udara yang
mencakup tanggung jawab regulasi dan tanggung jawab
pengawasan keselamatan berada pada Menteri Perhubungan, dan
sesuai dengan Peraturan Menteri Perhubungan nomor KM. 20
tahun 2008 dan Peraturan Menteri Perhubungan nomor PM. 22
tahun 2015, tanggung jawab tersebut diamanahkan kepada
Direktur Bandar Udara dan Kantor Otoritas Bandar Udara,
sebagai bagian unit kerja di lingkungan Direktorat Jenderal
Perhubungan Udara yang bertanggung jawab di bidang bandar
udara.
c. Untuk memenuhi tanggung jawab terhadap keselamatan bandar
udara, maka Direktorat Bandar Udara dan Kantor Otoritas Bandar
Udara wajib melaksanakan pengawasan keselamatan bandar
udara, termasuk dalam hal ketersediaan program pengawasan dan
sumber daya untuk pelaksanaan program pengawasan
keselamatan bandar udara.
d. Tanggung jawab pengawasan keselamatan oleh Direktorat
Jenderal Perhubungan Udara juga berlaku untuk bandar udara
yang masih diselenggarakan oleh Pemerintah atau pemerintah
daerah, dalam rangka untuk menjaga ketegasan dan kejelasan
fungsi regulasi sebagai kewajiban Direktorat Jenderal
Perhubungan Udara dan fungsi operasi sebagai kewajiban
operator dalam penyelenggaraan bandar udara.
e. Tanggung jawab dan kewajiban Direktorat Jenderal Perhubungan
Udara dalam bidang pengawasan keselamatan tidak
menghilangkan atau mengurangi tanggung jawab dan kewajiban
penyelenggara bandar udara untuk tetap melaksanakan
pengawasan keselamatan internal sesuai peraturan dan ketentuan
di bidang penerbangan pada umumnya dan bidang bandar udara
pada khususnya.

3.4 Pendekatan Pengawasan


a. Pengawasan keselamatan dilandasi prinsip pencegahan terhadap
timbulnya risiko keselamatan yang melampaui batas-batas risiko
yang dapat diterima.
b. Pelaksanaan pengawasan menganut sistem check and balance,
sebagai pendekatan terhadap asas keadilan dan keterbukaan.
c. Pelaksanaan pengawasan menggunakan pendekatan sistem
(system approach) untuk mengetahui apakah sistem yang berjalan
di penyelenggara bandar udara sudah dapat menjamin
keselamatan operasi bandar udara secara berkesinambungan.

7
d. Pelaksanaan pengawasan dilakukan dengan mempergunakan
standar yang jelas, terencana, terkontrol, dapat
dipertanggungjawabkan dan berkesinambungan.
e. Hasil pelaksanaan pengawasan dipergunakan untuk bahan
penyempunaan standar dan regulasi keselamatan bandar udara.

3.5 Personel dan Tim Pengawasan


a. Pelaksanaan pengawasan dilaksanakan oleh personel pengawasan
atau Tim Pengawasan Keselamatan yang khusus ditugaskan untuk
melaksanakan pengawasan keselamatan operasi bandar udara.
b. Personel Pengawasan Keselamatan merupakan Inspektur Bandar
Udara atau personel Direktorat Bandar Udara atau Personel
Kantor Otoritas Bandar Udara atau personel lain yang telah
mempunyai kompetensi tertentu dan/atau lisensi.
c. Tim Pengawasan Keselamatan terdiri atas Inspektur Bandar Udara
atau pegawai Direktorat Bandar Udara atau personel lain yang
mempunyai kompetensi tertentu dan/atau lisensi, dan
dibentuk/ditugaskan oleh Direktur Jenderal Perhubungan Udara.
d. Susunan Tim Pengawasan terdiri atas ketua tim dan anggota tim,
dengan seorang pengendali pengawasan.
e. Pengendali pengawasan minimal pejabat Eselon IV Direktorat
Bandar Udara atau pejabat Eselon IV Kantor Otoritas Bandar
Udara
f. Ketua Tim Pengawasan minimal inspektur tingkat ahli dan
merupakan inspektur dengan level tertinggi pada tim tersebut.
g. Anggota Tim Pengawasan minimal inspektur tingkat asisten atau
pegawai Direktorat Bandar Udara atau pegawai Kantor Otoritas
Bandar Udara yang mempunyai kompetensi di bidang teknis
operasi bandar udara dan tempat pendaratan dan lepas landas
helikopter.

4 TAHAPAN DAN PROSEDUR PELAKSANAAN


4.1 Perencanaan
4.1.1 Perencanaan sertifikasi dan registrasi
Direktur Bandar udara wajib membuat alokasi ketersediaan
anggaran (DIPA) tahunan guna mengantisipasi permohonan
sertifikasi dan atau registrasi bandar udara.
4.1.2 Perencanaan pengawasan
a. Direktur Bandar udara wajib membuat rencana pengawasan
untuk periode 5 (lima) tahun ke depan (rencana pengawasan 5
tahunan) dan rencana tahunan.
b. Rencana 5 tahunan disusun sesuai periode Rencana Stratejik
(RENSTRA) dan rencana tahunan disusun berdasarkan rencana
5 tahunan dan ketersediaan anggaran (DIPA) tahun

8
bersangkutan maupun sumber dana lain sesuai peraturan
perundang-undangan.
c. Perencanaan pengawasan 5 tahunan mencakup rencana lokasi
bandar udara atau tempat pendaratan dan lepas landas
helikopter serta alokasi dana yang diperlukan, sedang untuk
rencana tahunan harus mencakup pula rencana jadwal waktu
pelaksanaan sertifikasi, registrasi dan pengawasan dan rencana
Tim sertifikasi, registrasi dan pengawasan yang akan
melakukan sertifikasi, registrasi dan pengawasan.
d. Hasil perencanaan pengawasan dituangkan dalam ketetapan
tersendiri yang berupa program pengawasan keselamatan
bandar udara, dan merupakan satu kesatuan acuan dengan
petunjuk pelaksanaan pengawasan ini.
e. Perencanaan yang disusun oleh Direktur Bandar Udara
sehingga pengawasan keselamatan operasi bandar udara dapat
berjalan efektif.

4.2 Persiapan
a. Tim yang ditugaskan untuk melakukan sertifikasi, registrasi dan
pengawasan harus melaksanakan persiapan pelaksanaan
sertifikasi, registrasi dan pengawasan dengan mengisi format-
format seperti pada Formulir III.
b. Formulir III.1 merupakan format perencanaan ruang lingkup
pengawasan yang diisi berdasarkan data/catatan pengawasan
sebelumnya, perubahan organisasi, informasi lain terkait
operasional Objek Pengawasan/OP (bandar udara atau tempat
pendaratan dan lepas landas helikopter) yang berasal dari airline
atau pihak lain (laporan adanya foreign object damage/debris
(FOD), bird strike, dll) maupun data laporan kejadian
(accident/incident). Format Formulir III.1 disusun oleh Tim
sertifikasi, registrasi dan pengawasann dan diketahui/disahkan
oleh Pengendali Tim atau Ketua Tim. Hasil perencanaan ruang
lingkup sertifikasi, registrasi dan pengawasan tersebut dituangkan
dalam Formulir III.2 yang merupakan ruang lingkup dan jenis
pengawasan yang akan dilakukan. Tiap elemen dalam sistem ruang
lingkup pengawasan dijabarkan dalam tiap lembar kerja seperti
dalam Formulir III.3 dengan pengisian data diambil dari Formulir
III.1 (data-data foreign object damage/debris (FOD), bird strike,
kejadian, dll) maupun dari checklist Formulir II yang dianggap
penting untuk diperiksa pada Objek sertifikasi, registrasi dan
pengawasan.
c. Setelah Formulir III.1, III.2, dan III.3 diselesaikan, untuk
pelaksanaan audit, rencana kegiatan sertifikasi, registrasi dan
pengawasan keselamatan tersebut harus disampaikan dahulu
secara tertulis kepada penyelenggara bandar udara Objek
sertifikasi, registrasi dan pengawasan, meliputi maksud, tujuan,

9
lingkup, jenis pengawasan, beserta Tim Pengawasan dalam jangka
waktu paling lambat 2 (dua) minggu sebelum pelaksanaan
pengawasan. Contoh surat pemberitahuan pelaksanaan sertifikasi,
registrasi dan pengawasan seperti pada Formulir III.4 – III.6.
d. Direktur Jenderal Perhubungan Udara atau Direktur Bandar Udara
atau Kepala Kantor Otoritas Bandar Udara dapat memerintahkan
dilaksanakannya pengawasan keselamatan operasi bandar udara
yang bersifat insidentil atau khusus.

4.3 Pelaksanaan
4.3.1 Pelaksanaan sertifikasi dan registrasi
a. Sertifikasi dan registrasi dilaksanakan oleh Tim sertifikasi dan
registrasi yang namanya tercantum dalam Surat Perintah Tugas
Direktur Jenderal Perhubungan Udara atau Direktur Bandar
Udara dan disampaikan melalui surat pemberitahuan sertifikasi
dan registrasi kepada bandar udara terkait Objek sertifikasi /
registrasi seperti pada Formulir III.4 – III.6.
b. Jadwal pelaksanaan sertifikasi dan registrasi berlaku pada
seluruh Objek sertifikasi dan registrasi.
c. Susunan/rangkaian kegiatan pelaksanaan sertifikasi dan
registrasi dapat dilihat pada Formulir IV yang secara prinsip,
meliputi :
1) Rapat pembukaan, dengan menjelaskan dasar hukum
pelaksanaan sertifikasi dan registrasi, perkenalan Tim
sertifikasi dan registrasi, penjelasan maksud, tujuan,
lingkup, dan jangka waktu serta jenis sertifikasi dan
registrasi (penrbitan/perpanjangan) yang akan
dilaksanakan, mengkaji ulang (review) terhadap temuan
pengawasan sebelumnya (untuk perpanjangan), penjelasan
lingkup pelaksanaan sertifikasi dan registrasi, diskusi isu
terkait lingkup sertifikasi dan registrasi jika ada, klarifikasi
dokumen-dokumen untuk pelaksanaan sertifikasi dan
registrasi serta penjelasan proses laporan hasil pelaksanaan
sertifikasi dan registrasi dan temuannya. Lihat Formulir
IV.1 Checklist Agenda Rapat Pembukaan.
2) Kegiatan pemeriksaan dokumentasi terhadap sistem untuk
pengoperasian Objek sertifikasi dan registrasi yang meliputi
buku pedoman pengoperasian bandar udara (aerodrome
manual), sms manual (untuk sertifikat bandara), standard
operating procedure (SOP), logbook, dan catatan-catatan lain
yang diperlukan.
3) Kegiatan pengecekan dan/atau pengujian terhadap sampel
pelaksanaan sistem pengoperasian Objek sertifikasi dan
registrasi yang meliputi proses pelaksanaan prosedur dan
hasil (output)nya.
4) Klarifikasi dan/atau konfirmasi atas draft hasil
pemeriksaan, guna memberi kesempatan kepada

10
penyelenggara Objek sertifikasi dan registrasi untuk
menanggapi dan/atau menjelaskan setiap temuan yang
dihasilkan.
5) Berita Acara sertifikasi dan registrasi seperti Formulir IV.4,
merupakan draft laporan hasil sertifikasi dan registrasi serta
ringkasan temuan. Berita Acara sertifikasi dan registrasi
ditandatangani oleh seluruh Tim sertifikasi dan registrasi
dan pihak bandar udara Objek sertifikasi dan registrasi.
6) Rapat penutupan, dengan menjelaskan proses untuk
merespon temuan pengawasan, pengisian Pemberitahuan
Tidak Terpenuhinya Peraturan/PTP (Non Compliance
Notification/NCN) serta kapan hasil akhir laporan
pengawasan akan dikirim. Lihat Formulir IV.2 Checklist
Agenda Rapat Penutupan.

4.3.2 Pelaksanaan pengawasan


a. Pengawasan dilaksanakan oleh pengawasan yang namanya
tercantum dalam Surat Perintah Tugas Direktur Jenderal
Perhubungan Udara atau Direktur Bandar Udara atau Kepala
Kantor Otoritas Bandar Udara dan disampaikan melalui surat
pemberitahuan pengawasan keselamatan kepada bandar udara
Objek Pengawasan (OP) seperti pada Formulir III.4 – III.6.
b. Jadwal pelaksanaan pengawasan keselamatan pada satu Objek
Pengawasan (OP) tertentu harus diupayakan tidak tumpang
tindih dengan jadwal pelaksanaan pengawasan bidang lainnya
terkait pengoperasian Objek Pengawasan (OP).
c. Susunan/rangkaian kegiatan pelaksanaan pengawasan dapat
dilihat pada Formulir IV yang secara prinsip, meliputi:
1) Rapat pembukaan, dengan menjelaskan dasar hukum
pelaksanaan pengawasan, perkenalan Tim Pengawasan,
penjelasan maksud, tujuan, lingkup, dan jangka waktu
serta jenis pengawasan yang akan dilaksanakan, mengkaji
ulang (review) terhadap temuan pengawasan sebelumnya,
penjelasan lingkup pelaksanaan pengawasan, diskusi isu
terkait lingkup pengawasan jika ada, klarifikasi dokumen-
dokumen untuk pelaksanaan pengawasan serta penjelasan
proses laporan hasil pelaksanaan pengawasan dan
temuannya. Lihat Formulir IV.1 Checklist Agenda Rapat
Pembukaan.
2) Kegiatan pemeriksaan dokumentasi terhadap sistem untuk
pengoperasian Objek Pengawasan (OP) yang meliputi buku
pedoman pengoperasian bandar udara (aerodrome manual),
standard operating procedure (SOP), logbook, dan catatan-
catatan lain yang diperlukan.
3) Kegiatan pengecekan dan/atau pengujian terhadap sampel
pelaksanaan sistem pengoperasian Objek Pengawasan (OP)

11
yang meliputi proses pelaksanaan prosedur dan hasil
(output)nya. Untuk pelaksanaan inspeksi, kegiatan
pengecekan menggunakan checklist seperti yang tercantum
dalam Formulir II.3 untuk bandar udara dan seperti pada
Formulir II.4 untuk inspeksi tempat pendaratan dan lepas
landas helikopter.
4) Klarifikasi dan/atau konfirmasi atas draft hasil
pemeriksaan, guna memberi kesempatan kepada
penyelenggara Objek Pengawasan (OP) untuk menanggapi
dan/atau menjelaskan setiap temuan yang dihasilkan.
5) Berita Acara Pengawasan seperti Formulir IV.5, merupakan
draft laporan hasil pengawasan keselamatan dan ringkasan
temuan. Berita Acara Pengawasan ditandatangani oleh
seluruh Tim Pengawasan dan pihak bandar udara Objek
Pengawasan.
6) Rapat penutupan, dengan menjelaskan proses untuk
merespon temuan pengawasan, pengisian Pemberitahuan
Tidak Terpenuhinya Peraturan/PTP (Non Compliance
Notification/NCN) serta kapan hasil akhir laporan
pengawasan akan dikirim. Lihat Formulir IV.2 Checklist
Agenda Rapat Penutupan.

4.4 Hasil Sertifikasi dan registrasi serta Pengawasan


a. Hasil sertifikasi dan registrasi serta pengawasan berupa temuan
audit bukan merupakan hasil opini tetapi harus didasarkan
kepada fakta yang ada serta dasar regulasinya
b. Temuan hasil checklist inspeksi dikategorikan sebagai satisfactory
(S) yang berarti memenuhi standar, dan unsatisfactory (U) untuk
temuan yang tidak memenuhi standar.
c. Temuan hasil audit bandar udara dikategorikan menjadi Observasi,
Pemberitahuan Tidak terpenuhinya Peraturan/PTP (Non
Compliance Notification/NCN), atau Safety Alerts (SA).
1) Observasi merupakan temuan yang bersifat minor tetapi dapat
berkontribusi terhadap tidak terpenuhinya ketentuan
peraturan. Walaupun begitu, perhatian tetap diperlukan
untuk tindakan perbaikan dan menghindari terulang lagi di
kemudian hari. Penyelenggara bandar udara diminta untuk
mengambil langkah peningkatan/ perbaikan sistem secara
berkelanjutan. Tindakan tersebut dilaporkan kepada
Direktorat Bandar Udara dan Kantor Otoritas Bandar Udara
seperti pada Formulir V.4 Tindak Lanjut Temuan, dan menjadi
perhatian dalam pelaksanaan pengawasan di kemudian hari.
2) Pemberitahuan Tidakterpenuhinya Peraturan/PTP (Non
Compliance Notification/NCN) merupakan temuan tidak
dipenuhinya (non compliance) ketentuan peraturan (Formulir
V.2). Formulir PTP tersebut disampaikan kepada

12
penyelenggara bandar udara untuk dilengkapi dengan
penjelasan tindakan perbaikan selengkap mungkin, seperti
berikut:
a) Tindakan pemulihan (remedial action), merupakan tindakan
yang diambil untuk memulihkan keadaan untuk
terpenuhinya ketentuan peraturan sehingga terwujud
keselamatan operasi bandar udara.
b) Langkah identifikasi (root causes identification), merupakan
tindakan investigasi untuk mengetahui penyebab utama
tidak terpenuhinya peraturan. Jika penyelenggara bandar
udara sudah menerapkan Safety Management System
(SMS), tindakan identifikasi ini merupakan bagian dari
Safety Management System (SMS).
c) Tindakan perbaikan (corrective action) merupakan tindakan
perbaikan yang diambil terhadap penyebab utama tidak
terpenuhinya peraturan untuk memastikan hal tersebut
tidak terulang kembali. Corrective action merupakan suatu
sistem untuk menjamin personel memahami ketentuan
peraturan dan adanya monitoring pemenuhan ketentuan
peraturan secara berkelanjutan.
Penyelenggara bandar udara harus mencatat tindakan
pemulihan (remedial action) maupun tindakan perbaikan
(corrective action) dalam formulir tanggapan PTP dan dikirim
kembali ke Direktorat Bandar Udara – Ditjen Perhubungan
Udara dan Kantor Otoritas Bandar Udara sebelum 28 hari
kerja sejak Formulir PTP tersebut diterbitkan. Kalau tindakan
perbaikan (corrective action) tidak bisa diselesaikan pada
waktu yang ditentukan, penyelenggara bandar udara harus
mencantumkan tanggal dimana tindakan perbaikan (corrective
action) diselesaikan. Misalnya jika tindakan perbaikan
(corrective action) merupakan pelaksanaan sistem untuk
training dengan jangka waktu tertentu, maka tindakan
perbaikan (corrective action) – nya merupakan adanya program
training, lengkap dengan waktu dan pesertanya.
3) Safety Alerts (SA) merupakan tipe khusus dari PTP yang
bersifat SEGERA. Penyelenggara bandar udara harus
mengambil tindakan pemulihan segera terhadap langkah butir
2) a) di atas serta membuat kajian sementara terhadap
langkah butir 2) b) dan butir 2) c) di atas sebelum operasi di
fasilitas terkait dilanjutkan.
d. Temuan sertifikasi dan registrasi serta pengawasan, dapat
menghasilkan kategori Safety Alerts (SA) jika membahayakan
pengoperasian pesawat udara. Penyelenggara bandar udara harus
menghentikan operasional di fasilitas tersebut atau menurunkan
kemampuan operasi pada fasilitas tersebut setelah melakukan risk
assessment. Penyelenggara bandar udara harus mengambil

13
tindakan pemulihan segera terhadap langkah butir 2) a) di atas
serta membuat kajian sementara terhadap langkah butir 2) b) dan
butir 2) c) di atas sebelum operasi di fasilitas terkait dilanjutkan.

4.5 Pelaporan
a. Ketua Tim Sertifikasi atau registrasi atau Pengawasan yang
ditugaskan wajib melaporkan secara tertulis hasil Sertifikasi atau
registrasi kepada Direktur Bandar Udara serta pengawasan kepada
Direktur Bandar Udara dan/atau Kepala Kantor Otoritas Bandar
Udara guna mendapat persetujuan atau pengesahan. Format
laporan secara lengkap seperti pada Formulir V.1. Jika ada temuan
yang termasuk kategori Safety Alerts atau PTP maka Tim harus
mengisi format PTP seperti pada lampiran V.2 diketahui/disahkan
oleh Pengendali Tim. Seluruh temuan hasil pemeriksaan harus
ditindaklanjuti oleh penyelenggara bandar udara seperti pada
Formulir V.4 Tindak Lanjut Temuan. Laporan sertifikasi atau
registrasi atau pengawasan, formulir Safety Alerts, PTP, dan Tindak
Lanjut Temuan, beserta bukti-bukti temuan dikirim ke
penyelenggara bandar udara atau tempat pendaratan dan lepas
landas helikopter Objek Sertifikasi atau Registrasi atau Pengawasan
(OP) paling lambat 15 hari kerja setelah dilaksanakannya kegiatan
sertifikasi atau registrasi atau pengawasan dengan contoh surat
pengantar seperti pada Formulir V.3.
b. Hasil sertifikasi atau registrasi atau pengawasan yang telah
mendapat persetujuan atau pengesahan Direktur Bandar Udara
atau Kepala Kantor Otoritas Bandar Udara dilaporkan kepada
Direktur Jenderal Perhubungan Udara.
c. Dalam hal pengawasan keselamatan operasi bandar udara
dilaksanakan secara bersama antara Direktorat Bandar Udara dan
Kantor Otoritas Bandar Udara, penyusunan laporan hasil
pengawasan dibuat oleh Kantor Otoritas Bandar Udara.
d. Setiap hasil sertifikasi atau registrasi atau pengawasan harus
dicatat dan disimpan dalam suatu sistem database hasil sertifikasi
atau registrasi atau pengawasan untuk monitoring keselamatan
serta wajib dijaga kerahasiaannya baik oleh Direktorat Jenderal
Perhubungan Udara maupun oleh penyelenggara Objek
Pengawasan, kecuali diperlukan sesuai dengan hukum peraturan
perundang-undangan yang berlaku.
e. Database hasil sertifikasi atau registrasi atau pengawasan
diberlakukan sebagai database bersama antara Direktorat Bandar
Udara dan Kantor Otoritas Bandar Udara untuk menjamin
kesinambungan pengawasan dan perbaikan di kemudian hari.

14
4.6 Monitoring
a. Direktur Bandar Udara dan Kepala Kantor Otoritas Bandar Udara
wajib melaksanakan monitoring terhadap tindak lanjut hasil
sertifikasi atau registrasi atau pengawasan keselamatan operasi
bandar udara dan tempat pendaratan dan lepas landas helicopter.
b. Terhadap temuan sertifikasi atau registrasi atau pengawasan
dengan kategori safety alerts (SA) dan PTP, monitoring dilakukan
secara intensif sampai dilakukan tindakan pemulihan dan
termasuk pernyataan langkah identifikasi dan tindakan
pencegahan. Apabila sampai dengan batas waktu yang ditentukan
seperti tersebut pada butir 3.4 di atas, atau sampai waktu yang
ditentukan oleh Tim sertifikasi atau registrasi atau Pengawasan
tidak dipenuhi oleh penyelenggara bandar udara, maka Direktur
Bandar udara atau Kepala Kantor Otoritas Bandar Udara dapat
memberikan sanksi.
c. Direktur Bandar Udara atau Kepala Kantor Otoritas Bandar Udara
dapat memberikan sanksi administratif sesuai ketentuan, apabila
diperlukan, berupa:
- peringatan tertulis
- pembatasan kemampuan operasional Bandar udara
- pembekuan sertifikat/register Bandar udara
- pencabutan sertifikat register Bandar udara
d. Monitoring dan evaluasi terhadap tindak lanjut hasil sertifikasi
atau registrasi atau pengawasan harus berkesinambungan dan
berkelanjutan.
e. Hasil monitoring dan evaluasi harus menjadi acuan utama dalam
perencanaan dan pelaksanaan sertifikasi atau registrasi atau
pengawasan keselamatan selanjutnya.

5 STANDAR UMUM PELAKSANAAN


5.1 Audit Keselamatan
a. Audit sertifikasi atau registrasi dilaksankan berdasaan
permohonan dari penyelenggara bandar udara, berdasarkan
tingkat kepatuhan penyelenggara bandar udara tersebut
b. Audit keselamatan dilaksanakan secara reguler setiap 2 (dua)
tahun, kecuali diperintahkan lain oleh Direktur Jenderal
Pehubungan Udara atau Direktur Bandar Udara atau Kepala
Kantor Otoritas Bandar Udara berdasarkan tingkat kepatuhan
penyelenggara bandar udara tersebut. Audit keselamatan tidak
dilaksanakan pada tempat pendaratan dan lepas landas
helikopter.
c. Audit keselamatan diprioritaskan untuk dilaksanakan pada
bandar udara internasional dan bandar udara bersertifikat dengan
hierarkhi sebagai bandar udara pengumpul.

15
d. Audit sertifikasi atau registrasi atau keselamatan dilaksanakan
terhadap Pedoman Pengoperasian Bandar Udara (Aerodrome
Manual) termasuk kelengkapan, kebenaran, kesesuaian, dan
pelaksanaannya.
e. Audit dilakukan dengan metodologi sampling untuk memverifikasi
efektifitas sistem yang sudah berjalan. Sampling dilakukan
terhadap hal-hal krusial/penting dalam sistem dan/atau
defisiensi/kekurangan yang dideteksi merupakan problem
sistemik yang memerlukan review sistem secara keseluruhan oleh
penyelenggara bandar udara.
f. Tim sertifikasi atau registrasi untuk audit
penerbitan/perpanjangan sertikat atau register atau pengawasan
untuk audit keselamatan operasi bandar udara paling banyak
terdiri atas 6 (enam) inspektur bandar udara.
g. Tim sertifikasi atau registrasi atau pengawasan yang akan
melaksanakan audit sertifikasi atau registrasi atau keselamatan
operasi bandar udara dapat melakukan persiapan audit
keselamatan dengan melengkapi format pada Formulir III (checklist
audit keselamatan dapat dilihat pada Formulir II), melaksanakan
audit keselamatan seperti pada format Formulir IV, dan membuat
laporan seperti pada Formulir V.
h. Audit keselamatan operasi bandar udara dapat dilaksanakan oleh
Inspektur bandar udara yang berada di kantor otoritas bandar
udara sesuai dengan syarat dan ketentuan yang berlaku. Hasil
audit dilaporkan ke Direktur Jenderal Perhubungan Udara Cq.
Direktur Bandar Udara untuk di evaluasi dan acceptance.
5.2 Inspeksi Keselamatan
a. Inspeksi keselamatan dilaksanakan dapat secara acak atau rutin
berdasarkan perkembangan tingkat kepatuhan penyelenggara
bandar udara dan/atau tingkat risiko keselamatan yang ada pada
setiap bandar udara, yang dihasilkan dari kegiatan pengamatan
dan/atau pemantauan. Inspeksi keselamatan ini juga dilakukan
pada tempat pendaratan dan lepas landas helikopter.
b. Pemeriksaan pada inspeksi keselamatan dilaksanakan terhadap
unsur tertentu pengawasan dan/atau pada output atau kondisi
nyata yang ada terhadap standar dan ketentuan, termasuk
pemeriksaan terhadap tindak lanjut hasil audit.
c. Inspeksi keselamatan secara rutin yang dilaksanakan oleh
Direktorat Bandar Udara diprioritaskan bagi bandar udara
beregister yang hanya melayani penerbangan angkutan dalam
negeri dengan hierarkhi bandara pengumpul tersier dan bandar
udara pengumpan.
d. Inspeksi keselamatan secara acak yang dilaksanakan oleh
Direktorat Bandar Udara dan Kantor Otoritas Bandar Udara
disesuaikan dengan perkembangan isu keselamatan yang ada

16
pada setiap bandar udara termasuk kegiatan kesiapan angkutan
haji, angkutan lebaran, angkutan natal dan tahun baru.
e. Inspeksi keselamatan bandar udara secara acak dilaksanakan
dengan prioritas untuk bandar udara yang mempunyai risiko
keselamatan tinggi, serta untuk bandar udara yang telah
dilakukan audit keselamatan guna melihat perkembangan tindak
lanjut hasil audit.
f. Tim Pengawasan untuk inspeksi keselamatan paling banyak terdiri
dari 3 (tiga) orang Inspektur Bandar Udara.
g. Tim Pengawasan yang akan melaksanakan inspeksi keselamatan
operasi bandar udara melakukan persiapan inspeksi keselamatan
dengan melengkapi format pada Formulir III (checklist inspeksi
keselamatan seperti pada Formulir II), melaksanakan inspeksi
keselamatan seperti pada format Formulir IV, dan membuat
laporan seperti pada Formulir V.1, V.3, V.4.

5.3 Pengamatan keselamatan


a. Pengamatan keselamatan dilakukan secara acak dan akan
dilakukan pemeriksaan apabila terdapat indikasi meningkatnya
risiko keselamatan dan/atau berkurangnya tingkat kepatuhan
penyelenggara bandar udara terhadap peraturan dan ketentuan
keselamatan, berdasarkan hasil pemantauan keselamatan dan/
atau laporan suka rela dari pihak-pihak lain. Pengamatan
keselamatan tidak dilaksanakan pada tempat pendaratan dan
lepas landas helikopter.
b. Pemeriksaan pada pengamatan keselamatan dilakukan terhadap
unsur dan/atau output yang diindikasikan risiko keselamatannya
meningkat tinggi.
c. Tim Pengawasan Keselamatan untuk pengamatan keselamatan
terdiri dari 2 (dua) sampai 3 (tiga) orang Inspektur Bandar Udara.
d. Tim Pengawasan Keselamatan yang akan melaksanakan
pengamatan keselamatan operasi bandar udara dapat melakukan
persiapan pengamatan keselamatan dengan melengkapi format
pada Formulir III (checklist pengamatan keselamatan dapat dilihat
pada Formulir II), melaksanakan pengamatan keselamatan seperti
pada format Formulir IV, dan membuat laporan seperti pada
Formulir V.1, V.3, V.4.

5.4 Pemantauan Keselamatan


a. Pemantauan keselamatan dilakukan secara rutin melalui
penyusunan dan pengembangan database keselamatan bandar
udara oleh petugas yang ditunjuk pada Direktorat Bandar Udara.
b. Petugas pemantauan keselamatan harus secara aktif melakukan
pengumpulan data termasuk data hasil pengawasan keselamatan
(observasi atau PTP/NCN), dan/atau mengembangkan sistem
pelaporan operasi bandar udara, maupun sistem pelaporan
kejadian dan kecelakaan di bandar udara.

17
c. Laporan kejadian dan kecelakaan di bandar udara bersifat rahasia
dan tidak dapat dijadikan alat bukti di pengadilan.
d. Petugas pemantauan wajib menjaga kerahasiaan database
keselamatan, termasuk data dan pelapor adanya kejadian dan
kecelakaan di bandar udara.
e. Berdasarkan database keselamatan, petugas pemantauan wajib
melakukan evaluasi dan analisa keselamatan, serta secara berkala
paling lama setiap 6 (enam) bulan wajib memberikan laporan
kecenderungan tingat keselamatan pada setiap bandar udara
maupun secara nasional, kepada Direktur Bandar Udara dan
kepala kantor otoritas bandar udara.
f. Direktur Bandar Udara dan kepala kantor otoritas bandar udara di
wilayah kerjanya bertanggung jawab atas keberhasilan tugas
pemantauan keselamatan bandar udara, melalui program
pengembangan sumber daya manusia, pemenuhan prasarana dan
sarana pemantauan, serta promosi keselamatan yang antara lain
melalui sosialisasi dan kemudahan menyampaikan pelaporan.

5.5 Verifikasi Keselamatan


a. Verifikasi keselamatan operasi bandar udara pada prinsipnya
dilakukan atas permintaan penyelenggara bandar udara, dalam
rangka akan dioperasikannya suatu prasarana pokok bandar
udara hasil pembangunan atau pengembangan maupun akan
dioperasikannya tipe pesawat yang lebih besar.
b. Program verifikasi keselamatan operasi bandar udara disusun
berdasarkan data rencana pengembangan dan/atau
pembangunan prasarana bandar udara maupun rencana operasi
badan usaha angkutan udara (airline).
c. Pelaksanaan verifikasi keselamatan dilaksanakan bersama Kantor
Otoritas Bandar Udara

6 PEMBIAYAAN
6.1 Nilai manfaat skala ekonomi yang didapat dari terselenggaranya
pengoperasian bandar udara yang menjamin keselamatan
penerbangan jauh lebih besar daripada biaya rutin pengawasan yang
dikeluarkan.
6.2 Pelaksanaan kegiatan pengawasan keselamatan bandar udara harus
dilakukan secara berkelanjutan dan terprogram.
6.3 Direktorat Bandar Udara dan Kantor Otoritas Bandar Udara
menyusun program pengawasan keselamatan bandar udara yang
merupakan kegiatan rutin dalam bentuk:
a. Program pengawasan tahunan;
b. Program kerja pengawasan 5 (lima) tahunan.
6.4 Sumber biaya pengawasan keselamatan bandar udara oleh Direktorat
Jenderal Perhubungan Udara dibebankan dalam Anggaran

18
Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) yang disusun berdasarkan
program dan kebutuhan tahunan.
6.5 Bila sumber pendanaan dari Anggaran Pendapatan dan Belanja
Negara (APBN) terbatas, dapat dimungkinkan menggunakan sumber
dana lain berdasarkan peraturan perundang-undangan.
7 TINDAK LANJUT HASIL PENGAWASAN
7.1 Direktur Bandar Udara Dan Kantor Otoritas Bandar Udara secara
berkala wajib melakukan evaluasi terhadap pelaksanaan pengawasan
keselamatan operasi bandar udara guna perbaikan pelaksanaan
pengawasan.
7.2 Tindak lanjut hasil pengawasan keselamatan operasi bandar udara
harus senantiasa dimonitor dan dievaluasi perkembangannya dalam
rangka menjaga dan meningkatkan kepatuhan penyelenggara bandar
udara terhadap peraturan dan ketentuan keselamatan bandar udara
pada khususnya dan penerbangan pada umumnya.
7.3 Hasil monitoring dan evaluasi terhadap tindak lanjut hasil
pengawasan keselamatan harus dilaporkan kepada Direktur Jenderal
Perhubungan Udara.
7.4 Direktur Jenderal Perhubungan Udara dapat memberikan sanksi
administratif dan/atau dilaporkan kepada pihak atau unit kerja
pembina penyelenggara bandar udara tersebut penyelenggara bandar
udara yang tidak dapat menindaklanjuti hasil pengawasan dalam
jangka waktu yang telah ditetapkan.

8 PENUTUP
8.1 Penyempurnaan atas Petunjuk Pelaksanaan Sertifikasi atau Registrasi
atau Pengawasan Keselamatan Operasi Bandar Udara akan
ditampung dan dituangkan dalam penyempurnaan Pedoman Petunjuk
ini dan/atau dalam dokumen tersendiri.
8.2 Petunjuk ini hanya sebagai acuan pelaksanaan sertifikasi atau
registrasi atau pengawasan dan dapat ditambah maupun dikurangi
sesuai kondisi Objek Sertifikasi atau Registrasi atau Pengawasan
berdasarkan peraturan dan ketentuan keselamatan penerbangan,
khususnya keselamatan operasi bandar udara.

DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA

ttd

Ir. SUPRASETYO

Salinan sesuai dengan aslinya,

SEKRETARIAT DIREKTORAT
JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA

Kepala Bagian Hukum

HEMI PAMURAHARJO

19
LAMPIRAN III
PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA
NOMOR : KP 580 TAHUN 2015
TENTANG
PETUNJUK TEKNIS PERATURAN KESELAMATAN
PENERBANGAN SIPIL BAGUAN 139-01, SERTIFIKASI DAN
REGISTRASI SERTA PENGAWASAN KESELAMATAN OPERASI
BANDAR UARA (STAFF INSTRUCTION 139-01)
TANGGAL : 07 OKTOBER 2015

CONTOH DAN FORMULIR PETUNJUK TEKNIS


SERTIFIKASI DAN REGISTRASI BANDAR UDARA
SERTA PENGAWASAN KESELAMATAN OPERASI
BANDAR UDARA DAN TEMPAT PENDARATAN DAN
LEPAS LANDAS HELIKOPTER BAGIAN 139-01
(STAFF INSTRUCTION 139-01)
DAFTAR ISI

FORMULIR I : Kegiatan Pemeriksaan Terhadap Unsur Sertifikasi ,


Registrasi Serta Pengawasan Bandar Udara serta Jenis
Kegiatan Sertifikasi, Registrasi Bandar Udara dan
Pengawasan Bandar Udara :
Ia. Contoh Kegiatan Pemeriksaan Terhadap Unsur
Sertifikasi Dan Pengawasan Serta Jenis Kegiatan
Sertifikasi Dan Pengawasan Bandar Udara
Ib. Contoh Kegiatan Pemeriksaan Terhadap Unsur
Registrasi Dan Pengawasan Serta Jenis Kegiatan
Registrasi Dan Pengawasan Bandar Udara
Ic Contoh Kegiatan Pemeriksaan Terhadap Unsur
Registrasi Dan Pengawasan Serta Jenis Kegiatan
Registrasi Dan Pengawasan Tempat Pendaratan
Dan Lepas Landas Helikopter(Heliport)
Id. Contoh Kegiatan Pemeriksaan Terhadap Unsur
Registrasi Dan Pengawasan Serta Jenis Kegiatan
Registrasi Dan Pengawasan Bandara Perairan
(Water Aerodrome)

FORMULIR II : Checklist Pelaksanaan Sertifikasi, Registrasi dan


Pengawasan
II.1 : Ruang Lingkup Sertifikasi, Registrasi, dan
Pengawasan Keselamatan Operasi Bandar
Udara:
II.1a Ruang Lingkup Sertifikasi dan
Pengawasan Keselamatan Operasi Bandar
Udara
II.1b Ruang Lingkup Registrasi dan
Pengawasan Keselamatan Operasi Bandar
Udara
II.1c Ruang Lingkup Registrasi dan
Pengawasan Keselamatan Operasi Tempat
Pendaratan Dan Lepas Landas
Helikopter(Heliport)
II.1d Ruang Lingkup Registrasi dan Pengawasan
Keselamatan Operasi Bandara perairan
(Water Aerodrome)

II.2 : Checklist Audit Sertifikasi, Registrasi serta Audit


Keselamatan Operasi Bandar Udara :
II.2a Checklist Audit Sertifikasi Dan Audit
Keselamatan Operasi Bandar Udara
II.2b Checklist Audit Registrasi Dan Audit
Keselamatan Operasi Bandar Udara
II.2c Checklist Audit Registrasi Dan Audit
Keselamatan Operasi Tempat pendaratan dan
lepas landas helicopter (heliport)
II.2d Checklist Audit Registrasi Dan Audit
Keselamatan Operasi Bandar Udara perairan
(Water Aerodrome)
II.3 : Checklist Inspeksi Keselamatan Operasi Bandar
Udara:
II.3a Checklist Inspeksi Keselamatan Operasi Bandar
Udara
II.3b Checklist Inspeksi Keselamatan Operasi Tempat
pendaratan Dan Lepas Landas Helikopter
(Heliport)
II.3c Checklist Inspeksi Keselamatan Operasi Bandara
Perairan (Water Aerodrome)
II.4 : Checklist Pemeriksaan Dokumen Rencana
Pembangunan Tempat Pendaratan Dan Lepas Landas
Helikopter (Heliport) Dalam Rangka Penerbitan
Rekomendasi Teknis Pembangunan Heliport

FORMULIR III :Format Persiapan Pelaksanaan Sertifikasi, Registrasi dan


Pengawasan
III.1 : Format Perencanaan Ruang Lingkup Sertifikasi,
Registrasi dan Pengawasan
III.2 : Format Ruang Lingkup Sertifikasi, Registrasi dan
Pengawasan:
III.2a Format Ruang Lingkup Sertifikasi dan
Pengawasan Bandar Udara
III.2b Format Ruang Lingkup Registrasi dan
Pengawasan Bandar Udara
III.2c Format Ruang Lingkup Registrasi dan
Pengawasan Tempat pendaratan dan lepas
landas helicopter (heliport)
III.2d Format Ruang Lingkup Registrasi dan
Pengawasan Bandara Perairan (water
aerodrome)
III.3 : Format Lembar Kerja Sertifikasi, Registrasi dan
Pengawasan Bandara Udara, Tempat pendaratan dan
lepas landas helicopter dan bandara perairan (water
aerodrome)
III.4 : Contoh Surat Pemberitahuan Audit Sertifikasi,
Registrasi dan Audit Keselamatan Bandara Udara,
Tempat pendaratan dan lepas landas helicopter dan
bandara perairan (water aerodrome) :
III.4a Contoh Surat Pemberitahuan Audit Sertifikasi
dan Registrasi Bandara Udara, Bandara
Perairan
III.4b Contoh Surat Pemberitahuan Audit Registrasi
Tempat pendaratan dan lepas landas helicopter
(heliport)
III.4c Contoh Surat Pemberitahuan Audit Keselamatan
Bandara Udara, Tempat pendaratan dan lepas
landas helicopter dan bandara perairan (water
aerodrome)
III.5 : Contoh Surat Pemberitahuan Inspeksi Keselamatan
Operasi Bandar Udara
III.6 : Contoh Surat Pemberitahuan Pengamatan
Keselamatan Operasi Bandar Udara
III.7 : Contoh Surat Jawaban Permintaan Rekomendasi
Teknis Heliport

FORMULIR IV : Format Pelaksanaan Sertifikasi, Registrasi dan


Pengawasan
IV.1 : Contoh Format Checklist Agenda Rapat Pembukaan
Sertifikasi, Registrasi dan Pengawasan
IV.2 : Contoh Format Checklist Agenda Rapat Penutupan
Sertifikasi, Registrasi dan Pengawasan
IV.3 : Contoh Daftar Hadir Rapat Pembukaan/Penutupan
Sertifikasi, Registrasi dan Pengawasan
IV.4 : Contoh Format Berita Acara Audit Sertifikasi,
Registrasi dan Pengawasan :
IV.4a Format Berita Acara Audit Sertifikasi,
Registrasi dan PengawasanBandar Udara
IV.4b Format Berita Acara Audit Registrasi dan
Pengawasan Tempat Pendaratan Dan Lepas
Landas Helikopter (Heliport)
IV.4c Format Berita Acara Audit Registrasi dan
Pengawasan Bandara Perairan

FORMULIR V : Format Pelaporan Hasil Sertifikasi, Registrasi dan


Pengawasan
V.1 : Format Laporan Sertifikasi, Registrasi dan
Pengawasan :
V.1a Format Laporan Sertifikasi, Registrasi dan
Pengawasan Bandar Udara dan Bandara Perairan
V.1bFormat Laporan Registrasi Heliport
V.2 : Format Pemberitahuan Tidak Terpenuhinya
Peraturan/PTP (Non Compliance Notification/NCN)
V.3 : Format Tindak Lanjut Sertifikasi, Registrasi dan
Pengawasan Bandar udara
V.4 : Contoh Surat Tindak Lanjut Sertifikasi, Registrasi dan
Pengawasan Bandar udara, tempat pendaratan lepas
landas helicopter dan bandara perairan
V.5 : Format Laporan Akhir Sertifikasi dan Registrasi
FORMULIR VI : Format penerimaan (acceptance) Aerodrome Manual,
SMS
Manual, Heliport Manual, Water Aerodrome manual
VI.aFormat penerimaan (acceptance) Aerodrome
Manual
VI.bFormat penerimaan (acceptance) SMS Manual
VI.cFormat penerimaan (acceptance) Heliport Manual
VI.dFormat penerimaan (acceptance) Water Aerodrome
manual
FORMULIR VII : Format Sertifikat dan Register Bandar Udara, Tempat
pendaratan dan lepas landas helicopter (heliport) dan
bandara perairan (water aerodrome):
VII.a Format Sertifikat Bandar Udara
VII.b Format Register Bandar Udara
VII.c Format Register Registrasi Tempat pendaratan
dan lepas landas helicopter (heliport)
VII.d Format Register Bandara Perairan (water
aerodrome)

DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA

TTD

SUPRASETYO

SALINAN sesuai dengan aslinya


KEPALA BAGIAN HUKUM DAN HUMAS

HEMI PAMURAHARJO
Pembina Tk. I /(IV/b)
NIP. 19660508 199003 1 001
FORMULIR VI : Format penerimaan (acceptance) Aerodrome Manual,
SMS
Manual, Heliport Manual, Water Aerodrome manual
VI.aFormat penerimaan (acceptance) Aerodrome
Manual
VI.bFormat penerimaan (acceptance) SMS Manual
VI.cFormat penerimaan (acceptance) Heliport Manual
VI.dFormat penerimaan (acceptance) Water Aerodrome
manual
FORMULIR VII : Format Sertifikat dan Register Bandar Udara, Tempat
pendaratan dan lepas landas helicopter (heliport) dan
bandara perairan (water aerodrome):
VII.a Format Sertifikat Bandar Udara
VII.b Format Register Bandar Udara
VII.c Format Register Registrasi Tempat pendaratan
dan lepas landas helicopter (heliport)
VII.d Format Register Bandara Perairan (water
aerodrome)

DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA

SUPRASETYO
FORMULIR VI : Format penerimaan (acceptance) Aerodrome Manual,
SMS
Manual, Heliport Manual, Water Aerodrome manual
VI.aFormat penerimaan (acceptance) Aerodrome
Manual
VI.bFormat penerimaan (acceptance) SMS Manual
VI.cFormat penerimaan (acceptance) Heliport Manual
VI.dFormat penerimaan (acceptance) Water Aerodrome
manual
FORMULIR VII : Format Sertifikat dan Register Bandar Udara, Tempat
pendaratan dan lepas landas helicopter (heliport) dan
bandara perairan (water aerodrome):
VII.a Format Sertifikat Bandar Udara
VII.b Format Register Bandar Udara
VII.c Format Register Registrasi Tempat pendaratan
dan lepas landas helicopter (heliport)
VII.d Format Register Bandara Perairan (water
aerodrome)

DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA

SUPRASETYO
FORMULIR I
CONTOH
KEGIATAN PEMERIKSAAN TERHADAP UNSUR SERTIFIKASI ,
REGISTRASI SERTA PENGAWASAN BANDAR UDARA SERTA JENIS
KEGIATAN SERTIFIKASI, REGISTRASI BANDAR UDARA DAN
PENGAWASAN BANDAR UDARA
Formulir Ia Contoh Kegiatan Pemeriksaan
Terhadap Unsur Sertifikasi dan
Pengawasan Serta Jenis Kegiatan
Sertifikasi dan Pengawasan Bandar
Udara

NO UNSUR JENIS KEGIATAN

1 2 3
1 PERSONEL 1 Melakukan pemeriksaan dan review terhadap
dokumen personel bandar udara (personel teknik
bandar udara, elektronika listrik, mekanikal, AMC
(Apron Movement Control / AMC), helicopter landing
officer) jika melayani helikopter.

2 Melakukan pemeriksaan keabsahan dan masa


berlaku lisensi bagi personel bandar udara

3 Melakukan pemeriksaan penyalahgunaan


kewenangan/kecakapan lisensi bagi personel bandar .
udara

2 FASILITAS 1 Melakukan pemeriksaan dan review terhadap


fasilitas keselamatan dan fasilitas pokok bandar
udara (runway, taxiway, visual aids, penunjang
pelayanan darat pesawat udara, Pertolongan
Kecelakaan Penerbangan dan Pemadam Kebakaran
(PKP-PK), fuel system, dll) serta prasarana dan
fasilitas helicopter stand jika tersedia.

2 Melakukan pemeriksaan kelaikan dan kecukupan


fasilitas keselamatan dan fasilitas pokok bandar
udara (runway, taxiway, visual aids, penunjang
pelayanan darat pesawat udara, Pertolongan
Kecelakaan Penerbangan dan Pemadam Kebakaran
(PKP-PK), fuel system, dll) serta prasarana dan
fasilitas helicopter stand jika tersedia.

3 Melakukan pemeriksaan terhadap pelaksanaan


pemeliharaan dan pengoperasian fasilitas
keselamatan dan fasilitas pokok bandar udara
(runway, taxiway, visual aids, penunjang pelayanan
darat pesawat udara, Pertolongan Kecelakaan
Penerbangan dan Pemadam Kebakaran (PKP-PK),
fuel system, dll) serta prasarana dan fasilitas
helicopter stand jika tersedia.

3 PROSEDUR 1 Melakukan pemeriksaan dan review aerodrome


(AERODROME manual, standard operating procedure (SOP) dan
MANUAL & record pengawasan sebelumnya (audit/inspeksi)
STANDARD serta data kejadian (occurrence) selama
OPERATING pengoperasian bandar udara.
PROCEDURE/SOP)
2 Melakukan pemeriksaan terhadap kelengkapan
aerodrome manual, standard operating procedure
(SOP) yang terdiri atas: aerodrome data, aerodrome
reporting, access to movement area, aerodrome

FORMULIR I I-1
NO UNSUR JENIS KEGIATAN

1 2 3
inspection, visual aids & aerodrome electrical,
maintenance of the movement area, aerodrome
works safety, apron management, apron safety
management, airside vehicle control, wildlife hazard
management, obstacle control and safety
management system (SMS), maupun
prosedur/manual pengoperasian helicopter stand jika
melayani.

3 Melakukan pemeriksaan terhadap kebenaran data


dan informasi dalam aerodrome manual, peng-
update-an beserta pendistribusian aerodrome
manual, standard operating procedure (SOP), serta
prosedur/manual pengoperasian helicopter stand jika
melayani.

4 Melakukan pemeriksaan terhadap pemenuhan


prosedur dalam aerodrome manual, standard
operating procedure (SOP) dengan pengoperasian
bandar udara maupun helicopter stand jika melayani.

FORMULIR I I-2
Formulir Ib Contoh Kegiatan Pemeriksaan
Terhadap Unsur Registrasi dan
Pengawasan Serta Jenis Kegiatan
Registrasi dan Pengawasan Bandar
Udara

NO UNSUR JENIS KEGIATAN

1 2 3
1 PERSONEL 1 Melakukan pemeriksaan dan review terhadap
dokumen personel bandar udara (personel teknik
bandar udara, elektronika listrik, mekanikal, (Apron
Movement Control / AMC), helicopter landing officer
jika melayani helikopter.

2 Melakukan pemeriksaan keabsahan dan masa


berlaku lisensi bagi personel bandar udara

3 Melakukan pemeriksaan penyalahgunaan


kewenangan/kecakapan lisensi bagi personel bandar
udara.

2 FASILITAS 1 Melakukan pemeriksaan dan review terhadap fasilitas


keselamatan dan fasilitas pokok bandar udara
(runway, taxiway, visual aids, penunjang pelayanan
darat pesawat udara, Pertolongan Kecelakaan
Penerbangan dan Pemadam Kebakaran (PKP-PK),
fuel system, dll) serta prasarana dan fasilitas
helicopter stand jika tersedia.

2 Melakukan pemeriksaan kelaikan dan kecukupan


fasilitas keselamatan dan fasilitas pokok bandar
udara (runway, taxiway, visual aids, penunjang
pelayanan darat pesawat udara, Pertolongan
Kecelakaan Penerbangan dan Pemadam Kebakaran
(PKP-PK), fuel system, dll) serta prasarana dan
fasilitas helicopter stand jika tersedia.

3 Melakukan pemeriksaan terhadap pelaksanaan


pemeliharaan dan pengoperasian fasilitas
keselamatan dan fasilitas pokok bandar udara
(runway, taxiway, visual aids, penunjang pelayanan
darat pesawat udara, Pertolongan Kecelakaan
Penerbangan dan Pemadam Kebakaran (PKP-PK),
fuel system, dll) serta prasarana dan fasilitas
helicopter stand jika tersedia.

3 PROSEDUR 1 Melakukan pemeriksaan dan review aerodrome


(AERODROME manual, standard operating procedure (SOP) dan
MANUAL & record pengawasan sebelumnya (audit/inspeksi) serta
STANDARD data kejadian (occurrence) selama pengoperasian
OPERATING bandar udara atau helicopter stand jika melayani.
PROCEDURE/SOP)
2 Melakukan pemeriksaan terhadap kelengkapan
aerodrome manual, standard operating procedure
(SOP) yang terdiri atas: aerodrome reporting,
aerodrome inspection, maintenance of the movement

FORMULIR I I-3
NO UNSUR JENIS KEGIATAN

1 2 3
area, maupun prosedur/manual pengoperasian
helicopter stand jika melayani.

3 Melakukan pemeriksaan terhadap kebenaran data


dan informasi dalam aerodrome manual, peng-
update-an beserta pendistribusian aerodrome
manual, standard operating procedure (SOP), serta
prosedur/manual pengoperasian helicopter stand jika
melayani.

4 Melakukan pemeriksaan terhadap pemenuhan


prosedur dalam aerodrome manual, standard
operating procedure (SOP) dengan pengoperasian
bandar udara maupun helicopter stand jika melayani.

FORMULIR I I-4
Formulir Ic Contoh Kegiatan Pemeriksaan
Terhadap Unsur Registrasi dan
Pengawasan Serta Jenis Kegiatan
Sertifikasi dan Pengawasan Tempat
Pendaratan Dan Lepas Landas
Helikopter (Heliport)

NO UNSUR JENIS KEGIATAN

1 2 3
1 PERSONEL 1 Melakukan pemeriksaan dan review terhadap
dokumen personel tempat pendaratan dan lepas
landas helikopter (personel helicopter landing
officer/HLO, personel radio komunikasi/AGGGR dll).

2 Melakukan pemeriksaan keabsahan dan masa


berlaku lisensi dan rating bagi personel tempat
pendaratan dan lepas landas helikopter personel
helicopter landing officer/HLO, personel radio
komunikasi/AGGGR dll).

3 Melakukan pemeriksaan penyalahgunaan


kewenangan/kecakapan lisensi dan rating bagi
personel tempat pendaratan dan lepas landas
helikopter personel helicopter landing officer/HLO,
personel radio komunikasi/AGGGR dll).

2 FASILITAS 1 Melakukan pemeriksaan dan review terhadap


prasarana dan fasilitas tempat pendaratan dan lepas
landas helikopter.

2 Melakukan pemeriksaan kelaikan dan kecukupan


prasarana dan fasilitas tempat pendaratan dan lepas
landas helikopter.

3 Melakukan pemeriksaan terhadap pelaksanaan


pemeliharaan dan pengoperasian prasarana dan
fasilitas tempat pendaratan dan lepas landas
helikopter.

3 PROSEDUR 1 Melakukan pemeriksaan dan review Heliport manual,


(AERODROME standard operating procedure (SOP) dan record
MANUAL & pengawasan sebelumnya (audit/inspeksi) serta data
STANDARD kejadian (occurrence) selama pengoperasian heliport.
OPERATING
PROCEDURE/SOP) 2 Melakukan pemeriksaan terhadap kelengkapan
Heliport manual, standard operating procedure (SOP)
yang terdiri atas: Standar Take Off and Landing
Procedure, Standard Inspection Procedure, Standard
Obstacle Monitoring & Control Procedure, Standard
Movement Area Maintenance Procedure, Standar
Emergency Procedure, Standar reporting Procedure.

3 Melakukan pemeriksaan terhadap kebenaran data


dan informasi dalam Heliport Manual, peng-update-an
beserta pendistribusian Heliport Manual, standard
operating procedure (SOP)

FORMULIR I I-5
NO UNSUR JENIS KEGIATAN

1 2 3
4 Melakukan pemeriksaan terhadap pemenuhan
prosedur dalam Heliport manual, standard operating
procedure (SOP) dengan pengoperasian heliport.

FORMULIR I I-6
Formulir Id Contoh Kegiatan Pemeriksaan
Terhadap Unsur Registrasi dan
Pengawasan Serta Jenis Kegiatan
Registrasi dan Pengawasan
Bandara Perairan

NO UNSUR JENIS KEGIATAN

1 2 3
1 PERSONEL 1 Melakukan pemeriksaan dan review terhadap
dokumen personel bandar udara (personel radio
komunikasi/AGGGR dan PK-PPK)

2 Melakukan pemeriksaan keabsahan dan masa


berlaku lisensi bagi personel bandara perairan

3 Melakukan pemeriksaan penyalahgunaan


kewenangan/kecakapan lisensi bagi personel
bandara perairan.

2 FASILITAS 1 Melakukan pemeriksaan dan review terhadap fasilitas


keselamatan dan fasilitas pokok bandara perairan.

2 Melakukan pemeriksaan kelaikan dan kecukupan


fasilitas keselamatan dan fasilitas pokok bandara
perairan.

3
Melakukan pemeriksaan terhadap pelaksanaan
pemeliharaan dan pengoperasian fasilitas
keselamatan dan fasilitas pokok bandara perairan.

3 PROSEDUR 1 Melakukan pemeriksaan dan review aerodrome


(AERODROME manual, standard operating procedure (SOP) dan
MANUAL & record pengawasan sebelumnya (audit/inspeksi) serta
STANDARD data kejadian (occurrence) selama pengoperasian
OPERATING bandara perairan
PROCEDURE/SOP)
2 Melakukan pemeriksaan terhadap kelengkapan
aerodrome manual, standard operating procedure
(SOP) yang terdiri atas: aerodrome data, aerodrome
reporting, aerodrome inspection, maintenance of the
movement area,

3 Melakukan pemeriksaan terhadap kebenaran data


dan informasi dalam water aerodrome manual, peng-
update-an beserta pendistribusian aerodrome water
manual, standard operating procedure (SOP).

4 Melakukan pemeriksaan terhadap pemenuhan


prosedur dalam aerodrome water manual, standard
operating procedure (SOP) dengan pengoperasian
bandara perairan.

FORMULIR I I-7
FORMULIR II

CHECKLIST PELAKSANAAN SERTIFIKASI, REGISTRASI DAN


PENGAWASAN OPERASI BANDAR UDARA

II.1 RUANG LINGKUP SERTIFIKASI, REGISTRASI, DAN PENGAWASAN


KESELAMATAN OPERASI BANDAR UDARA :

II. 1a Ruang Lingkup Sertifikasi dan Pengawasan Keselamatan


Operasi Bandar Udara
1b Ruang Lingkup Registrasi dan Pengawasan Keselamatan
Operasi Bandar Udara
1c Ruang Lingkup Registrasi dan Pengawasan Keselamatan
Operasi Tempat Pendaratan Dan Lepas Landas Helikopter
(Heliport)
1d Ruang Lingkup Registrasi dan Pengawasan Keselamatan
Operasi Bandara Perairan (Water Aerodrome)

II.2 CHECKLIST AUDIT SERTIFIKASI, REGISTRASI SERTA AUDIT


KESELAMATAN OPERASI BANDAR UDARA :

II. 2a Checklist Audit Sertifikasi Dan Audit Keselamatan Operasi


Bandar Udara
2b Checklist Audit Registrasi Dan Audit Keselamatan Operasi
Bandar Udara
2c Checklist Audit Registrasi Dan Audit Keselamatan Operasi
Tempat pendaratan dan lepas landas helicopter (Heliport)
2d Checklist Audit Registrasi Dan Audit Keselamatan Operasi
Bandara Perairan (Water Aerodrome)

II.3 CHECKLIST INSPEKSI KESELAMATAN OPERASI BANDAR UDARA :

II. 3a Checklist Inspeksi Keselamatan Operasi Bandar Udara

3b Checklist Inspeksi Keselamatan Operasi Tempat


pendaratan Dan Lepas Landas Helikopter (Heliport)
3c Checklist Inspeksi Keselamatan Operasi Bandara Perairan
(Water Aerodrome)

II.4 CHECKLIST PEMERIKSAAN DOKUMEN RENCANA PEMBANGUNAN


TEMPAT PENDARATAN DAN LEPAS LANDAS HELIKOPTER
(HELIPORT) DALAM RANGKA PENERBITAN REKOMENDASI TEKNIS
PEMBANGUNAN
Formulir II.1a Ruang Lingkup Sertifikasi Dan
Pengawasan Keselamatan
Operasi Bandar Udara

SISTEM & ELEMEN


KESELAMATAN OPERASI BANDAR UDARA

No. SISTEM ELEMEN


A Manajemen Bandar Udara 1. Informasi umum buku pedoman pengoperasian
bandar udara (aerodrome manual)
2. Data atau informasi lokasi bandar udara
3. Data atau informasi yang dilaporkan kepada
Aeronautical Information Service (AIS)
4. Penyelenggaraan administrasi bandar udara
5. Airport Emergency Plan (AEP)
B Kontrol Sisi Udara 1. Manajemen operasi apron
2. Manajemen keselamatan apron
3. Akses ke dalam daerah pergerakan
4. Pemeliharaan daerah pergerakan
5. Pengawasan/pengaturan kendaraan di sisi udara
6. Operasi visibility rendah
7. Pertolongan Kecelakaan Pesawat Udara dan
Pemadam Kebakaran (PKP-PK)
8. Penyelenggaraan keselamatan kerja (aerodrome
works safety)
9. Pemindahan pesawat udara yang rusak

C Lingkungan Bandar Udara 1. Manajemen bahaya hewan liar (wildlife hazard


management)
2. Alat bantu visual dan sistem kelistrikan
3. Pengawasan terhadap obstacle
4. Penanganan barang/bahan berbahaya
5. Perlindungan terhadap lokasi radar & alat bantu
navigasi

D Pemeriksaan dan Sistem 1. Pemeriksaan di daerah pergerakan dan obstacle


Pelaporan limitation surface
2. Inspeksi teknis keselamatan bandar udara
3. Sistem Pelaporan

E Sistem Manajemen 1. Informasi Umum Manual Manajemen Keselamatan


Keselamatan Operasi Bandar Udara (SMS Manual)
2. Kebijakan Dan Sasaran Keselamatan
3. Struktur Organisasi Dan Tanggung Jawab
4. Manajemen Resiko
5. Sistem Pelaporan, Dokumentasi, Dan Kontrol Data
6. Pendidikan Dan/Atau Pelatihan (Diklat)
7. Penilaian Dan Audit
8. Evaluasi Sistem Manajemen Keselamatan

FORMULIR II II - 0
Formulir II.1b Ruang Lingkup Registrasi Dan
Pengawasan Keselamatan
Operasi Bandar Udara

SISTEM & ELEMEN


KESELAMATAN OPERASI BANDAR UDARA

No. SISTEM ELEMEN


A Manajemen Bandar Udara 1. Informasi umum buku pedoman pengoperasian
bandar udara (aerodrome manual)
2. Data atau informasi lokasi bandar udara
3. Data atau informasi yang dilaporkan kepada
Aeronautical Information Service (AIS)
4. Penyelenggaraan administrasi bandar udara

B Kontrol Sisi Udara 1. Pemeliharaan daerah pergerakan

C Pemeriksaan dan Sistem 1. Pemeriksaan di daerah pergerakan dan obstacle


Pelaporan limitation surface
2. Inspeksi fasilitas bandar udara
3. Sistem Pelaporan

FORMULIR II II - 1
Formulir II.1c Ruang Lingkup Registrasi Dan
Pengawasan Keselamatan
Operasi Tempat Pendaratan
Dan Lepas landas Helikopter

ELEMEN
KESELAMATAN OPERASI TEMPAT PENDARATAN DAN
LEPAS LANDAS HELIKOPTER (HELIPORT)

No. ELEMEN
A Data dan Informasi Umum (General Information), termasuk Struktur Organisasi
Penyelenggara Heliport

B Data dan Informasi Lokasi dan Fasilitas Tempat Pendaratan dan Lepas Landas
Helikopter (Heliport Data and Facilities)

C Standar Prosedur Pengoperasian Tempat Pendaratan dan Lepas Landas Helikopter


(Heliport Standard Operating Procedures)

D Sistem Pelaporan (Reporting System)

FORMULIR II II - 2
Formulir II.1d Ruang Lingkup Registrasi Dan
Pengawasan Keselamatan
Operasi Bandara Perairan

ELEMEN
KESELAMATAN OPERASI BANDARA PERAIRAN (WATER AERODROME)

No. ELEMEN
A Data dan Informasi Umum (General Information), termasuk Struktur Organisasi
Penyelenggara bandar udara perairan (Water Aerodrome)

B Data dan Fasilitas Bandar Udara Perairan (Water Aerodrome Data and Facilities))

C Prosedur Pengoperasian Bandar Udara Perairan (Water Aerodrome Operating


Procedures)

D Sistem Pelaporan (Reporting System)

FORMULIR II II - 3
Formulir II.2a Checklist Audit Sertifikasi Dan
Pengawasan Keselamatan
Operasi Bandar Udara
A. MANAJEMEN BANDAR UDARA
A.1 INFORMASI UMUM BUKU PEDOMAN PENGOPERASIAN BANDAR UDARA
(AERODROME MANUAL)

Aktivitas dan Tujuan Ref. CASR139 – Memenuhi Referensi


Penjelasan
MOS 139 (Ya/Tidak) dalam AM

1. Apakah penyelenggara bandar udara memiliki


copy yang lengkap dan terbaru yang disimpan di
bandar udara (aerodrome)? CASR 139.113 (1)
a. Apakah dalam bentuk cetak ? CASR 139.111
b. Apakah di setiap lembar telah disediakan (1b)
tempat untuk paraf sebagai persetujuan CASR 139.111
(approve) ? (1c)
c. Apakah penyelenggara bandar udara
memberikan copy yang lengkap dan terbaru CASR 139.113 (2)
kepada Direktorat Jenderal Perhubungan
Udara ?
d. Apakah copy milik penyelenggara bandar CASR 139.113 (3)
udara dapat dilihat oleh orang yang diberi
kewenangan oleh Direktorat Jenderal
Perhubungan Udara (inspektur) pada saat
jam kerja normal?

2. Apakah buku pedoman (manual) berisikan lebih CASR 139.111 (2)


dari 1 dokumen ? CASR 139.111 (2)
a. Jika ya, apakah ada referensi terhadap
dokumen-dokumen lain tersebut secara CASR 139.111 (3)
tepat ?
b. Apakah copy lainnya disimpan dalam
bentuk elektronik ?
3. Apakah Direktorat Jenderal Perhubungan Udara CASR 139.121
menerima buku pedoman (manual) tersebut ?
4. Apakah informasi tidak tersedia atau tidak CASR 139.115 (2)
berlaku disertai dengan alasan mengapa tidak
dapat diterapkan ?
5. Apakah rincian hal-hal yang menjadi CASR 139.115 (3)
perkecualian (exemption) dimasukkan?
6. Apakah rincian kondisi-kondisi tersebut CASR139.115 (3.c)
(exemption) juga dimasukkan ?
7. Apakah buku pedoman (manual) sudah memuat CASR 139.117(1)
prosedur yang memastikan bahwa manual akan
diamandemen kapan pun dibutuhkan untuk
memastikan keakuratannya ?
8. Dan sudah memuat prosedur yang memastikan CASR 139.117 (2)
bahwa buku pedoman (manual) sesuai dengan
arahan yang diberikan oleh Direktorat Jenderal
Perhubungan Udara untuk meng-amandemen
buku pedoman (manual)?
9. Serta memuat prosedur yang memastikan CASR 139.117 (3)
bahwa penyelenggara bandar udara akan
memberitahukan Direktorat Jenderal
Perhubungan Udara dalam bentuk tertulis
dalam tempo 14 hari jika ada amandemen ?
10. Apakah ada satu orang tertentu yang ditunjuk CASR 139.119 (1)
sebagai pengawas/pengontrol buku pedoman ?

11. Apakah dalam buku pedoman (manual) memuat CASR139.119 (2)


rincian personel/personel yang memegang
copy? Adakah prosedur yang memastikan
bahwa buku pedoman yang telah dimutakhirkan
dan telah disampaikan/didistribusikan ke
seluruh pemegang ?
12. Dapatkah orang yang membaca buku pedoman CASR
(manual) tahu kapan perubahan pada buku 139.029(1d)
pedoman telah dilakukan?
13. Dan tahu bahwa buku pedoman sudah CASR139.029 (1d)
dimutakhirkan?
14. Adakah prosedur yang memastikan bahwa jika CASR 139.041(2)
ada penyimpangan dari buku pedoman (manual)
FORMULIR II II - 4
yang dibuat untuk memastikan keselamatan
pesawat udara akan dilaporkan ke Direktorat
Jenderal Perhubungan Udara dalam tempo 30
hari?

Catatan : Rincian pertanyaan pada daftar di atas menyajikan isi minimum buku pedoman pengoperasian bandar
udara. Masing-masing operator harus menyesuaikan isi buku pedoman mereka untuk mencerminkan
tingkat pelayanan dan lingkungan operasional bandar udara (aerodrome).

A.2 DATA ATAU INFORMASI LOKASI BANDAR UDARA

Aktivitas dan Tujuan Ref. CASR139 – Memenuhi Referensi


Penjelasan
MOS 139 (Ya/Tidak) dalam AM
1. Apakah buku pedoman (manual) memuat CASR139.129 (1.b)
informasi yang relevan di bagian 2 tentang data
atau informasi lokasi bandar udara (aerodrome)
?
2. Apakah Bagian 2 dari buku pedoman berisikan : CASR139 App1
a. gambar lokasi bandar udara yang Bab2
menunjukkan fasilitas utama termasuk MOS 5.1.2
penunjuk arah angin (wind direction
indicator) ?
b. gambar yang menunjukkan batas-batas
daerah lingkungan kerja?
c. Gambar lokasi yang memperlihatkan jarak
bandar udara (aerodrome) dari kota atau
daerah berpenduduk padat terdekat dan
posisi bandar udara (aerodrome) ?
d. lokasi fasilitas dan peralatan bandar udara
di luar daerah lingkungan kerja bandar
udara (aerodrome) ?
3. Apakah bagian 2 dari bandar udara berisikan : CASR139 App1
a. Rincian sertifikat tanah dari lokasi bandar Bag 2 (d)
udara (aerodrome) atau
b. Rincian pemindahan kuasa (misal:
perjanjian leasing) properti tempat bandar
udara (aerodrome) berlokasi

A.3 DATA ATAU INFORMASI YANG DILAPORKAN KEPADA AERONAUTICAL


INFORMATION SERVICE (AIS)

Aktivitas dan Tujuan Ref. CASR139 – Memenuhi Referensi


Penjelasan
MOS 139 (Ya/Tidak) dalam AM
Informasi Umum : CASR 139 Appendix 1, Bagian 3 Butir 3.1
1. Indikator lokasi bandar udara Butir 3.1 Huruf
(a)
2. Nama bandar udara Butir 3.1 Huruf
(b)
3. Nama kota dimana pelayanan bandar udara Butir 3.1 Huruf (c)
diberikan
4. Lokasi bandar udara berupa Koordinat titik Butir 3.1 Huruf
referensi bandar udara (ARP) dalam sistem (d)
koordinat WGS 84
5. Arah dan jarak ke kota Butir 3.1 Huruf
(e)
6. Elevasi bandar udara dalam MSL dan geoid Butir 3.1 Huruf (f)
undulation
7. Elevasi dari masing-masing threshold dalam Butir 3.1 Huruf
MSL dan geoid undulation (g)
8. Elevasi tertinggi dari zona touch down pada Butir 3.1 Huruf
precision approach runway (g)
9. Referensi temperatur bandar udara (aerodrome) Butir 3.1 Huruf
(h)
10. Rincian aerodrome beacon Butir 3.1 Huruf (i)
11. Nama penyelenggara bandar udara beserta Butir 3.1 Huruf (j)
alamat dan nomor telepon yang dapat dihubungi
setiap saat
12. Informasi setempat : Butir 3.1 Huruf (k)
a. Jam operasi bandar udara
b. Pelayanan darat yang tersedia
c. PKP-PK
d. Prosedur khusus (bila ada); dan
FORMULIR II II - 5
e. Informasi local atau peringatan dini (bila
ada).
Dimensi bandar udara (Aerodrome) dan informasi terkait: CASR 139 Appendix 1, Bagian 3
1. Arah runway sebenarnya (true Bearing) dan Butir 3.2 Huruf
nomor runway (a)
2. Panjang, lebar dan kemiringan memanjang Butir 3.2 Huruf
runway (a)
3. Lokasi dari displaced threshold jika ada Butir 3.2 Huruf
(a)
4. Koordinat geografis dari masing-masing Butir 3.2 Huruf (i)
threshold
5. Jenis permukaan runway Butir 3.2 Huruf
(a)
6. Jenis runway (instrument, non-instrument) Butir 3.2 Huruf
(a)
7. Zona bebas obstacle yang tersedia (runway Butir 3.2 Huruf
instrumen yang dapat diterapkan) (a)
8. Dimensi dan jenis permukaan untuk RESA dan Butir 3.2 Huruf
stopway (b)
9. Panjang,lebar &jenis permukaan runway strip Butir 3.2 Huruf
(b)
10. Dimensi, profil dan jenis permukaan dari Butir 3.2 Huruf
clearway jika ada (e)
11. Jenis perkerasan dan kekuatan runway dalam Butir 3.2 Huruf
sistem Aircraft Classification Number – (m)
Pavement Classification Number (ACN-PCN)
12. Declared distance runway untuk setiap runway Butir 3.2 Huruf
(n)
13. Panjang, lebar dan jenis permukaan taxiway Butir 3.2 Huruf (c)
14. Lokasi dan penetapan rute standar taxi Butir 3.2 Huruf
(h)
15. Koordinat geografis dari masing-masing garis Butir 3.2 Huruf (j)
titik tengah taxiway
16. Jenis permukaan dan kekuatan perkerasan Butir 3.2 Huruf
apron serta nomor parking stand (d)
17. Koordinat geografis parking stand Butir 3.2 Huruf (k)
18. Aerodrome Obstacle Chart Type A MOS 7.2
19. Kategori PKP-PK bandar udara (aerodrome) Butir 3.2 Huruf
(p)
20. Lokasi dan frekuensi dari VOR Butir 3.2 Huruf
(g)
21. Koordinat geografis dan elevasi tertinggi untuk Butir 3.2 Huruf (l)
setiap obstacle yang signifikan di approach dan
take-off climb area, circling area dan di sekitar
bandar udara (vicinity of the aerodrome).
22. Informasi contact person (Koordinator) yang Butir 3.2 Huruf
bertanggung jawab terhadap pemindahan (o)
pesawat yang rusak dan pernyataan
kemampuan untuk memindahkan pesawat
udara besar yang rusak dengan menggunakan
peralatan yang ada di bandar udara.
Informasi tentang sistem visual aid CASR 139 Appendix 1
1. Tipe runway lighting, jika ada, untuk setiap Butir 3.2 Huruf (f)
runway
2. Tipe approach lighting Butir 3.2 Huruf (f)
3. visual approach slope indicator untuk setiap Butir 3.2 Huruf (f)
runway, jika ada
4. Apakah portabel lighting tersedia? Butir 3.2 Huruf (f)
5. Tipe taxiway lighting Butir 3.2 Huruf (f)
6. Tipe Apron Lighting Butir 3.2 Huruf (f)
7. Alat bantu visual lain untuk runway, taxiway dan Butir 3.2 Huruf (f)
apron, jika ada
8. Rincian marka untuk runway, taxiway dan apron Butir 3.2 Huruf (f)
9. Ketersediaan standby power, switching Butir 3.2 Huruf (f)
arrangements and changeover times
10. Penjabaran visual docking guidance systems di Butir 3.2 Huruf (f)
apron yang digunakan untuk penerbangan
internasional, dan posisi parkir pesawat udara
Catatan : Lihat ICAO Annex 15 untuk spesifikasi elemen data dan tingkat akurasi yang disyaratkan untuk elemen
data aeronautika.

A.4 PENYELENGGARAAN ADMINISTRASI BANDAR UDARA


Aktivitas dan Tujuan Ref. CASR139 – Memenuhi Referensi
Penjelasan
MOS 139 (Ya/Tidak) dalam AM
FORMULIR II II - 6
Buku Pedoman Pengoperasian Bandar Udara (Aerodrome Manual)
1. Apakah buku pedoman (manual) sudah dirubah CASR 139.117
sesuai dengan kondisi saat ini agar (1)
keakuratannya tetap terpelihara?
2. Apakah penyelenggara bandar udara sudah CASR 139.117
menjalankan arahan yang diberikan oleh (2)
Direktorat Jenderal Perhubungan Udara untuk
melakukan perubahan buku pedoman (manual)
sesuai MoS?
3. Apakah penyelenggara bandar udara sudah CASR 139.117
memberitahu Direktorat Jenderal Perhubungan (3)
Udara secara tertulis dalam tempo 14 hari atas
dirubahnya buku pedoman?
4. Apakah copy buku pedoman (manual) masih CASR 139.119
disimpan/dipegang oleh orang yang sesuai (2b, 2c)
dalam daftar distribusi pedoman ?
5. Apakah personel yang ditunjuk sebagai CASR 139.App 1
pengontrol buku pedoman (manual) telah , 5.1(d)
melakukan tugasnya?
6. Apakah buku pedoman (manual) terus menerus CASR 139.117
dimutakhirkan? (1)
7. Apakah ada struktur organisasi dan manajemen CASR 139 App1,
yang bertanggung jawab terhadap operasional 5.1(a)
dan pemeliharaan di bandar udara?
8. Apakah struktur organisasi berada pada section CASR 139.App1,
yang sesuai dengan buku pedoman (manual)? 5.1 (b)
9. Apakah ada rincian tanggung jawab manajemen CASR 139.App1,
di setiap prosedur pengoperasian bandar 5.1(c)
udara?
10. Apakah manajemen memiliki suatu proses untuk
memastikan bahwa bandar udara dioperasikan Inspektur Cek
sesuai dengan buku pedoman (manual)?
Penyimpanan Catatan
1. Daftar dokumen yang dicek Inspektur Cek
2. Apakah ada daftar personel yang
CASR 139.App 1
bertanggungjawab atas operasional dan
, 5.1(c)
pemeliharaan bandar udara (aerodrome) ?
3. Apakah rincian kontak personel mereka benar? Inspektur Cek
Fasilitas
Apakah sudah tersedia fasilitas pelatihan untuk CASR 139.035
peningkatan pengetahuan personel terhadap (1)
persyaratan teknis bandar udara yang terus
diperbaharui sesuai dengan standar kebutuhan?
Prosedur
1. Apakah personel terkait telah dapat memahami Inspektur Cek
bahwa kondisi yang ada dalam pengecualian
(exemption) telah sesuai program pengelolaan
keselamatan (safety plan)?
2. Apakah kondisi-kondisi dalam pengecualian Inspektur Cek
yang tercantum pada sertifikat juga sesuai?
Cek Produk
1. Apakah catatan pelatihan personel Inspektur Cek
mengindikasikan adanya komitmen
manajemen?
2. Apakah para personel memahami akan Inspektur Cek
persyaratan dan tanggung jawab masing-
masing?
Umpan Balik
1. Apakah personel didorong untuk melaporkan Inspektur Cek
adanya masalah berkaitan dengan
Administrasi?
2. Dan apakah laporan tersebut ditindaklajuti? Inspektur Cek

A.5 AIRPORT EMERGENCY PLAN (AEP)

Aktivitas dan Tujuan Ref. CASR139 Memenuhi Referensi


Penjelasan
– MOS 139 (Ya/Tidak) dalam AM
Buku Pedoman Pengoperasian Bandar Udara
1. Apakah sumber daya berisikan daftar anggota CASR 139.055
komite gawat darurat di bandar udara dan
rincian Kontak Personel?
2. Apakah komite juga memasukkan perwakilan CASR 139.057
dari semua instansi untuk layanan gawat darurat (2)
dapat dihubungi untuk bantuannya dalam suatu
FORMULIR II II - 7
keadaan gawat darurat?
3. Apakah AEP berisikan rincian tugas dari setiap CASR 139.055
organisasi yang terlibat dalam keadaan gawat (2)
darurat?
4. Dan rincian dari aktivasi, kontrol dan koordinasi CASR 139.055
semua instansi yang terlibat selama keadaan (2)
darurat? CASR 139 App
1 , 4.3 (d)

5. Dan fasilitas untuk keadaan gawat darurat? CASR 139.059


CASR 139 App
1, 4.3 (b)
6. Dan respon operasional terhadap suatu CASR 139.059
keadaan darurat termasuk pengaturan akses ke CASR 139
bandar udara dan lokasi-lokasi tempat App1, 4.3 (e.3)
berkumpul (assembly areas)?
7. Dan tanggap terhadap panggilan lokal? CASR 139.059
CASR 139 App
1, 4.3 (e.4)
8. Dan respon terhadap panggilan kondisi darurat CASR 139.197
? CASR 139 App
1 , 4.3 (e.5)
9. Dan pengaturan (plan) untuk mengembalikan CASR 139.055
bandar udara ke status operasional setelah CASR 139 App
keadaan darurat? 1 , 4.3 (e.6)
10. Bagaimanakah sistem review terhadap AEP? CASR 139.055
Apakah review secara periodik (paling tidak (3)
sekali setahun) setelah berkonsultasi dengan
semua organisasi terkait ?
11. Dan review sesegera mungkin terhadap CASR 139.055
pengaturan (plan) setelah keadaan darurat (5)
sebenarnya atau setelah latihan? CASR 139 App
1 Bag4 Butir 4.3
(c)
12. Dan menyimpan catatan dari setiap review CASR
paling tidak selama 3 tahun? 139.055(6.c)
13. Apakah buku pedoman (manual) memasukkan CASR
pengaturan untuk menguji pengaturan keadaan 139.059(2.a)
darurat di bandar udara dengan uji coba skala
penuh paling tidak setiap 2 tahun sekali?
14. Apakah pengaturan tersebut telah cukup CASR 139.059
memadai untuk memastikan terpenuhinya (1)
koordinasi, komunikasi, komando antar unit
kerja terkait serta kecukupan terhadap
personel, fasilitas dan prosedur?
15. Apakah buku pedoman (manual) memasukkan CASR 139.059
pengaturan untuk menunda uji coba jika terjadi (3)
keadaan gawat darurat yang sebenarnya ?
16. Apakah buku pedoman (manual) CASR 139.059
memperhatikan prinsip faktor kemanusiaan (6)
(human factor) ?
17. Apakah buku pedoman (manual) memasukkan CASR 139.059
pengaturan untuk uji coba secara parsial pada (2.a)
tahun di antara dua tahun uji coba skala
penuh?
Penyimpanan Catatan
1. Daftar dokumen yang dichek Inspektur cek
2. Apakah penyelenggara bandar udara Inspektur cek
menyimpan catatan tentang AEP sesuai dengan
buku pedoman (manual)?
Fasilitas
1. Apakah tersedia personel dan sumber daya CASR 139.059
yang cukup dan memadai? (1b)

2.
Termasuk Persyaratan EOC, Command CASR 139.059
Post dan peralatan komuikasi? (2c)
Prosedur
1. Apakah keanggotaan saat ini dan kontak CASR 139.057
personel dari Aerodrome Emergency Committee (2)
sesuai dengan buku pedoman? Inspektur cek
2. Apakah frekuensi pertemuan telah sesuai Inspektur cek
dengan buku pedoman? AC 139-10
3. Apakah semua organisasi penting yang CASR 139.059
berpartisipasi/merespon cukup terwakili? Inspektur cek
4. Apakah AEP telah direview dengan mengacu CASR 139.055
pada buku pedoman (manual) ? (3)
FORMULIR II II - 8
Inspektur cek
5. Apakah AEP diuji dengan mengacu pada buku CASR 139.059
pedoman (manual) ? (5)
Inspektur cek
6. Apakah copy dari AEP didistribusikan dengan Inspektur cek
mengacu pada buku pedoman (manual) ?
7. Apakah para personel telah paham persyaratan Inspektur cek
keselamatan pada Rencana Penanggulangan
gawat darurat?
8. Apakah ada kondisi atau perkecualian yang CASR 139.171
harus diikuti?
Chek Produk
1. Jika personel DGCA hadir pada uji coba AEP, Inspektur cek
pemeriksaan yang dilakukan hanya berupa
pengamatan (observasi). Inspektur cek
2. Dalam kasus lain, chek produk berikutnya
dilakukan dengan mengacu pada catatan yang
disimpan penyelenggara bandar udara.
3. Apakah uji coba direncanakan sesuai dengan Inspektur cek
buku pedoman (manual) ?
4. Kapan latihan terakhir dilakukan ? Inspektur cek
5. Apakah organisasi-organisasi yang berkaitan
Inspektur cek
hadir?
6. Apakah sasaran yang dituju sudah tepat dan
Inspektur cek
teruji?
7. Apakah kegiatan tanya jawab dilakukan sesuai
Inspektur cek
dengan buku pedoman (manual) ?
8. Apakah amandemen yang tepat dilakukan
Inspektur cek
terhadap AEP?
Umpan Balik
Apakah insiden berkaitan dengan keadaan gawat Inspektur cek
darurat di bandar udara (aerodrome) diketahui,
dilaporkan dan ditindaklanjuti?

B. KONTROL SISI UDARA

B.1 MANAJEMEN OPERASI APRON

Aktivitas dan Tujuan Ref. CASR139 Memenuhi Referensi


Penjelasan
– MOS 139 (Ya/Tidak) dalam AM
Buku Pedoman Pengoperasian Bandar Udara
1. Apakah buku pedoman (manual) berisikan CASR 139 App1
prosedur untuk pengaturan parkir pesawat , 4.9
udara?
2. Apakah termasuk Pengaturan antara pemandu CASR 139
lalu lintas penerbangan dan manajemen apron App1, 4.9(a)
berupa Letter of Agreement (LOA) atau
sejenisnya dengan unit pelayanan informasi
aeronautika di unit ATS bandar udara masing –
masing atau di unit ATS bandar udara yang
melayaninya untuk memastikan mekanisme dan
koordinasi pengaturan parkir pesawat udara ?

3. Dan pengaturan untuk alokasi posisi parkir CASR 139


pesawat udara? App1, 4.9(b)
4. Dan pengaturan untuk mulai menghidupkan CASR 139
mesin serta memastikan clearance bagi App1, 4.9(c)
pesawat udara untuk push back?
5. Dan inventarisasi serta prosedur penggunaan CASR 139
(aktivasi dan deaktivasi) peralatan Docking App1, 4.9(d)
Guidance System (VDGS/ADGS) yang
digunakan di bandar udara?
6. Dan rincian prosedur pelayanan marshalling? CASR 139
App1, 4.9(e)
7. Dan prosedur pelayanan follow me car? CASR 139
App1, 4.9 (f)
8. Dan nama, nomor telepon serta peran dari CASR 139
personel yang bertanggung jawab dalam App1, 4.9(g)
perencanaan dan pelaksanaan pengaturan
parkir pesawat udara?
Penyimpanan Catatan
1. Daftar dokumen yang dicek CASR 139.119
2. Apakah personel yang menyimpan catatan CASR 139.119
FORMULIR II II - 9
sesuai dengan buku pedoman (manual)?
Fasilitas
1. Apakah tersedia personel dan peralatan (antara CASR 139.033
lain : radio komunikasi untuk unit manajemen MOS 10.23.3
apron, monitoring visual untuk memastikan MOS 10.23.5
aircraft stand cleareances dan pergerakan Inspektur Cek
kendaraan di apron ) yang laik untuk mengontrol
pemarkiran pesawat udara?

2. Apakah tersedia personel yang dapat CASR 139.033


memberikan layanan follow me car jika Inspektur Cek
diperlukan?
Prosedur
1. Apakah personel memahami persyaratan MOS 10.15.4
keselamatan berkaitan dengan clearance dan
dorongan mesin (Jet Blast)?
2. Apakah tanggung jawab organisasi serta MOS 10.15.4
pengaturanya sesuai dengan buku pedoman
(manual)?
3. Apakah posisi parkir pesawat udara CASR 139.App
dialokasikan sesuai dengan buku pedoman 1 , 4.9(b)
(manual)? MOS 10.15.1
4. Apakah cara menghidupkan mesin (engine start) CASR 139.
dan push back dilakukan sesuai dengan buku App1 , 4.9(c)
pedoman (manual)? MOS 10.15.3
5. Apakah ada kondisi dan pengecualian yang CASR 139.171
harus diikuti?
Cek Produk
1. Apakah docking guidance system sesuai CASR 139. App
dengan buku pedoman (manual)? 1, 4.9(d)
MOS 9.33
Inspektur Cek
2. Apakah marka parkir pesawat udara sesuai CASR 139.043
dengan buku pedoman (manual)? MOS 8.7.2
Inspektur Cek
Umpan Balik
Apakah insiden berkaitan dengan pengoperasian Inspektur Cek
apron dan parkir pesawat udara diketahui, dilaporkan
dan ditindaklanjuti?

B.2 MANAJEMEN KESELAMATAN APRON

Aktivitas dan Tujuan Ref. CASR139 Memenuhi Referensi


Penjelasan
– MOS 139 (Ya/Tidak) dalam AM
Buku Pedoman Pengoperasian Bandar Udara
1. Apakah buku pedoman (manual) berisikan CASR App1 ,
prosedur manajemen operasional apron yang 4.10
sesuai dengan peraturan keselamatan (safe for
aircraft)?
2. Apakah memuat pengaturan pengamanan dari CASR App1 ,
jet blast dan baling-baling? 4.10 (a)
MOS 6.12
3. Termasuk di dalamnya pengaturan desain posisi
MOS 6.9.3
parkir?
4. Dan penyediaan struktur pengaman dari jet CASR 139 App1
blast? , 4.10(a)
MOS 6.12.2
Inspektur Cek
5. Apakah buku pedoman (manual) berisikan CASR 139
prosedur tindakan pengamanan pada saat App1, 4.10(b)
pengisian bahan bakar ke pesawat udara?
6. Apakah buku pedoman berisikan prosedur untuk CASR 139
memastikan bahwa apron dibersihkan untuk App1, 4.10(d)
menghilangkan sampah (penyapuan) ?
7. Apakah buku pedoman berisikan prosedur untuk CASR 139
memastikan bahwa apron bersih dari App1, 4.10(e)
kontaminasi benda berbahaya (misal: tumpahan
bahan bakar)?
8. Apakah buku pedoman (manual) berisikan CASR 139
prosedur berkaitan dengan pelaporan insiden App1, 4.10(f)
dan kecelakaan di apron?
9. Apakah buku pedoman (manual) berisikan MOS 10.15.4.1
bahwa badan hukum Indonesia yang bergerak CASR 139.067
di kegiatan penunjang bandar udara (ground (2)

FORMULIR II II - 10
handling servicing) menyasaratkan alat
pemadam kebakaran dan personilnya telah
terlatih ?
10. Dan nama, nomor telepon dan peran/tanggung CASR 139
jawab dari personel yang terkait manajemen App1, 4.10(g)
apron?
Penyimpanan Catatan
1. Daftar dokumen yang dicek Inspektur Cek
2. Apakah personel yang menyimpan catatan Casr 139.119
sesuai dengan yang tertera dalam buku
pedoman (manual)?
Fasilitas
1. Apakah tersedia personel yang tepat untuk CASR 139.033
mengontrol, memantau dan/atau mensupervisi MOS 10.15.4.2
kegiatan keselamatan apron?
2. Apakah tersedia personel dan fasilitas/peralatan MOS 10.15.4
untuk mendesain tata letak parkir, pemarkaan,
dan fasilitas pelindung dari jet blast?

Prosedur
1. Apakah personel memahami persyaratan MOS 10.15.4
keselamatan berkaitan dengan clearances dan
jet blast?
2. Apakah tanggung jawab organisasi dan MOS 10.15.4.3
pengaturan manajemen keselamatan apron di
lapangan sesuai dengan buku pedoman
(manual) ?
3. Apakah tindakan pembersihan dan penyapuan CASR 139
yang dilakukan sesuai dengan buku pedoman App1, 4.10 (d,e)
(manual) ?
4. Apakah kegiatan pengisian bahan bakar diawali CASR 139
dan dilakukan sesuai dengan buku pedoman App1, 4.10(b)
(manual) ? Inspektur Cek
5. Apakah ada kondisi dan pengecualian yang CASR 139.171
harus diikuti? Inspektur Cek
Cek Produk
1. Apakah sistem automatic docking guiadance MOS 9.34
sistem dan/atau visual docking guiadance Inspektur Cek
sistem l sesuai dengan buku pedoman (manual)
?

2. Apakah pembuatan marka untuk parkir pesawat MOS 8.7.2


udara sesuai dengan buku pedoman (manual) ? Inspektur Cek
3. Apakah permukaan apron dalam kondisi yang Inspektur Cek
mememuhi persyaratan keselamatan?
Umpan Balik
Apakah insiden berkaitan dengan keselamatan apron CASR 139.4.10
diketahui, dilaporkan dan ditindaklanjuti? (g)
Inspektur Chek

B.3 AKSES KE DALAM DAERAH PERGERAKAN


Aktivitas dan Tujuan Ref. CASR139 Memenuhi Referensi
Penjelasan
– MOS 139 (Ya/Tidak) dalam AM
Buku Pedoman Pengoperasian Bandar Udara
1. Apakah buku pedoman (manual) berisikan CASR 139
informasi-informasi tentang pencegahan masuk App1, 4.2
ke dalam daerah pergerakan tanpa otorisasi MOS 10.10.1.
terhadap orang, kendaraan, peralatan,
tumbuhan atau binatang, ataupun sesuatu yang
lain yang dapat membahayakan keselamatan
pesawat udara?
2. Apakah juga memasukkan rincian dari prosedur CASR 139
pengontrolan akses ke sisi udara? App1,4.2
MOS 10.10.1.
3. Dan nama serta peran/tanggung jawab personel CASR 139
yang bertanggungjawab untuk mengontrol akses App1, 4.2(b)
ke area pergerakan dan nomor telepon untuk
menghubungi mereka selama dan setelah jam
kerja?
Penyimpanan Catatan
1. Daftar dokumen yang dicek Inspektur Chek
2. Apakah penyelenggara bandar udara Inspektur Chek
FORMULIR II II - 11
melakukan pencatatan sesuai dengan buku
pedoman pengoperasian bandar udara
(aerodrome manual)?
Fasilitas
1. Apakah tersedia personel dan sumber daya CASR 139.035
yang cukup dan memadai? (1)
2. Apakah sarana pengontrolan fisik di lokasi
sesuai dengan buku pedoman (manual)?, MOS 10.10.1
termasuk ketersediaan pagar atau penghalang
yang sesuai dengan standar, guna menghalangi
masuknya orang melalui selokan air (sewers)
atau gorong-gorong
3. Apakah juga telah tersedia lampu pagar
keamanan (lighting of security fences) yang MOS 9.40
memadai pada pagar atau pelindung lainnya
(barriers)?
Prosedur
1. Apakah pengaturan akses ke sisi udara sesuai Inspektur Chek
dengan buku pedoman?
2. Apakah personel yang menjalankan tugas dan Inspektur Chek
fungsi ini sesuai dengan buku pedoman?
3. Apakah personel memahami persyaratan Inspektur Chek
keselamatan berkaitan dengan masuk tanpa ijin
ke dalam area pergerakan?
4. Apakah ada kondisi atau pengecualian yang CASR 139.171
harus diikuti?
Cek Produk
Apakah kontrol sisi udara yang telah diobservasi Inspektur Chek
menunjukkan hal yang efektif dan sesuai dengan
buku pedoman ?
Umpan Balik
Apakah kejadian masuk tanpa ijin selalu diketahui, Inspektur Chek
dilaporkan dan ditindaklanjuti?

B.4 PEMELIHARAAN DAERAH PERGERAKAN


Aktivitas dan Tujuan Ref. CASR139 Memenuhi Referensi
Penjelasan
– MOS 139 (Ya/Tidak) dalam AM
Buku Pedoman Pengoperasian Bandar Udara
1. Apakah dalam buku pedoman (manual) CASR 139
berisikan prosedur untuk pemeliharaan rutin App1, 4.7
permukaan area pergerakan dan sistem
drainase untuk memastikan bahwa kinerja
(performance) area pergerakan tidak
berkurang?
2. Apakah termasuk di dalamnya pengaturan CASR 139
pemeliharaan runway yang diaspal dan/atau App1,4.7 (a,b,c)
tidak diaspal, serta bahu landas pacu (shoulder)
dan safety area?
3. Apakah didalam pengaturan pemeliharaan MOS.10.13
runway yang dilapis ulang (overlay) telah MOS.10.11
dituangkan ke dalam MOWP (method of working
plan) termasuk prosedur pengembalian kondisi
runway ke status kondisi normal untuk operasi
pesawat udara?
4. Apakah termasuk di dalamnya pengaturan CASR 139 App1
pemeliharan taxiway yang diaspal atau tidak ,4.7 (a.b,c)
diaspal serta bahu landas pacu (shoulder)?
5. Apakah termasuk di dalamnya pengaturan untuk CASR 139 App1
pemeliharaan , 4.7 (c)
runway strip dan taxiway strip yang
berhubungan?
6. Apakah telah tersedia Program Pemeliharaan CASR 139.071
Perkerasan (Pavement Management System) MOS 10.12
yang merupakan prosedur sistematis untuk
mengetahui perencanaan pemeliharaan (kapan
dan bagaimana) untuk memperoleh hasil yang
maksimal dengan biaya yang se-efisien
mungkin, termasuk tindakan pencegahan
adanya FOD (foreign object damage/debries)
maupun ketidakteraturan permukaan pada
runway, taxiway, apron dan taxiway shoulder?

7. Apakah telah tersedia Program Pemeliharaan Alat CASR 139.071

FORMULIR II II - 12
Bantu Visual merupakan prosedur sistematis MOS 10.12
untuk mengetahui perencanaan pemeliharaan
(kapan dan bagaimana) untuk menjamin
keandalan operasional peralatan/fasilitas dan
mencegah terjadinya kegagalan operasi alat
bantu visual, termasuk penentuan tujuan setiap
tingkatan pemeliharaan?

Penyimpanan Catatan
1. Daftar dokumen yang dichek Inspektur Cek
2. Apakah penyelenggara bandar udara yang Inspektur Cek
menyimpan catatan sesuai dengan buku
pedoman (manual)?
Fasilitas
1. Apakah tersedia personel dan sumber daya CASR 139.033
yang cukup dan memadai?
2. Sudahkah penyelenggara bandar udara Inspektur Cek
menyediakan peralatan yang cukup dan tepat?
Prosedur
1. Apakah kegiatan pemeliharaan di atau dekat CASR 139 App1
area pergerakan dikontrol sesuai dengan buku , 4.8
pedoman (manual)?
2. Apakah pemeliharaan area pergerakan MOS 10.12.3.2
dilakukan sesuai dengan jadwal atau rutinitas
yang tercantum dalam buku pedoman (manual)
?
3. Dapatkah hasil uji kekesatan landas pacu MOS.10.12.4
(runway) dikaitkan dengan serviceability dan
batas-batas keselamatan?
4. Apakah personel memahami akan persyaratan CASR.139.033(
keselamatan berkaitan dengan area 1)
pergerakan? MOS.10.14
5. Apakah ada kondisi atau pengecualian yang CASR 139.071
harus diikuti?
6. Apakah ada prosedur yang memastikan CASR 139.067
pelaksanaan dan output pihak ke 3 sesuai
dengan standard dan ketentuan, jika dalam
pengoperasian dan pemeliharaan ada yang
dipihak ketigakan ?
Cek Produk
1. Apakah prosedur dilakukan sesuai dengan CASR 139 App1
pengaturan keselamatan kerja (work safety)? ,4.8
Inspektur Cek
2. Apakah bantuan visual dan pemarkaan MOS.8.13; 8.15
permukaan dalam kondisi seperti yang CASR 139.043
seharusnya? Inspektur Cek
3. Apakah pengaspalan permukaan terbebas dari MOS 10.17.13.1
masalah permukaan (pantulan, genangan air, Inspektur Cek
dsb)
Umpan Balik
Apakah insiden berkaitan dengan pemeliharaan Inspektur Cek
diketahui, dilaporkan dan ditindaklanjuti?

B.5 PENGAWASAN/PENGATURAN KENDARAAN DI SISI UDARA


Aktivitas dan Tujuan Ref. CASR139 Memenuhi Referensi
Penjelasan
– MOS 139 (Ya/Tidak) dalam AM
Buku Pedoman Pengoperasian Bandar Udara
1. Apakah buku pedoman (manual) sudah CASR 139 App1
menetapkan suatu prosedur di bandar udara , 4.11
untuk pengontrolan kendaraan yang beroperasi
di atau sekitar area pergerakan?
2. Jika telah ditetapkan, apakah buku pedoman CASR 139 App1
(manual) tersebut memasukkan rincian aturan- ,4.11(a)
aturan lalu lintas termasuk pembatasan
kecepatan?
3. Dan metoda untuk memberikan instruksi dan CASR 139 App1
pengujian bagi pengemudi sisi udara terkait , 4.11(b)
aturan lalu lintas yang diterapkan?

4. Dan metode untuk menerbitkan izin kendaraan CASR 139 App1


& pengemudi untuk operasi sisi udara , 4.11(c)

5. Dan langkah-langkah pelaksanaan aturan CASR 139 App1


tersebut (enforcement)? , 4.11(d)
FORMULIR II II - 13
6. Dan nama, nomor telepon dan peran/tanggung CASR 139 App1
jawab dari personel yang bertanggungjawab , 4.11(e)
atas kontrol kendaraan sisi udara?
Penyimpanan Catatan
1. Daftar cek dokumen Inspektur Cek

2. Apakah penyelenggara bandar udara Inspektur Cek


menyimpan catatan sesuai dengan buku
pedoman (manual)?
Fasilitas
1. Apakah tersedia personel dan sumberdaya yang CASR 139.033
cukup untuk menguji pengemudi, menerbitkan (1)
ijin mengemudi dan mengawasi para pengemudi
pada saat mengemudi?
2. Apakah copy dari aturan-aturan mengemudi CASR 139 App1
tersedia dan sesuai dengan buku pedoman , 4.11 (a)
(manual)?
Prosedur
1. Apakah pelaksanaan sesuai dengan buku Inspektur Cek
pedoman (manual)?
2. Apakah pengujian pengemudi sesuai dengan MOS 10.10.3
buku pedoman (manual)? Inspektur Cek
3. Apakah pengawasan dilakukan sesuai dengan MOS 10.10.2
buku pedoman (manual)? Inspektur Cek
4. Apakah hukuman diterapkan sesuai dengan CASR 139.4.11
buku pedoman (manual)? (a)
Inspektur Cek
5. Apakah personel memahami persyaratan CASR 139.033
keselamatan berkaitan dengan kendaraan sisi (e)
udara? Inspektur Cek
6. Apakah ada kondisi dan pengecualian yang Inspektur Cek
harus diikuti?
Cek Produk
1. Apakah ijin/lisensi diberikan sesuai dengan buku CASR 139.033
pedoman (manual)? Inspektur Cek
2. Apakah aturan mengemudi selalu diawasi? CASR 139.
App1, 4.11
Inspektur Cek
3. Apakah kendaraan sudah mempunyai stiker sisi CASR 139.
udara yang diberikan sesuai dengan buku App1 , 4.11 (d)
pedoman (manual)? Inspektur Cek
4. Apakah prosedur radio yang benar/sesuai MOS 10.23.3
digunakan? Inspektur Cek
Umpan Balik
Apakah insiden kendaraan di sisi udara diketahui, Inspektur Cek
dilaporkan dan ditindaklanjuti?

B.6 OPERASI VISIBILITY RENDAH


Aktivitas dan Tujuan Ref. CASR139 Memenuhi Referensi
Penjelasan
– MOS 139 (Ya/Tidak) dalam AM
Buku Pedoman Pengoperasian Bandar Udara
1. Apakah buku pedoman (manual) yang berisikan CASR 139 App1
prosedur bagi personel penyelenggara bandar , 4.16a
udara (aerodrome) yang terlibat dalam aktivitas
di darat (ground activities) pada saat operasi
dalam kondisi daya pandang rendah (low
visibility)?
2. Apakah prosedur pada saat low visibility sudah CASR 139 App1
menjabarkan prosedur pemberitahuan serta , 4.16b
rincian yang melibatkan manusia, kendaraan,
pengosongan manusia yang tidak
berkepentingan pada daerah airside,
pemeriksaan fisik instalasi lampu dan alat
peringatan seperti rambu rambu ?
3. Jika pengukuran low visibility ditentukan dengan CASR 139 App1
Runway Visual Range (RVR) secara manual, , 4.16c
apakah prosedur yang dilakukan sudah memuat
metoda pengukuran, pelaporan yang tepat
waktu, lokasi dan posisi observasi serta syarat-
syarat personel termasuk pelatihan yang harus
dilakukan?
4. Apakah dalam manual sudah terdapat nama CASR 139 App1
serta nomor telepon dari pejabat/personel yang , 4.16d
bertanggung jawab pada saat low visibility?

FORMULIR II II - 14
Penyimpanan Catatan
1. Daftar dokumen yang dicek Inspektur Cek
2. Apakah penyelenggara bandar udara Inspektur Cek
menyimpan catatan sesuai dengan buku
pedoman (manual)?
Fasilitas
Apakah tersedia personel dan sumber daya yang CASR 139.033
cukup dan memadai?
Prosedur
1. Apakah pelaksanaan pengukuran visibilitas di MOS 10.20
sepanjang runway sesuai dengan buku Inspektur Cek
pedoman (manual)?
2. Apakah prosedur untuk meminimalkan lalulintas MOS 10.23.4
kendaraan yang bergerak didaerah Inspektur Cek
pergerakansesuai dengan buku pedoman
(manual)?
3. Apakah inspeksi runway selama periode MOS 10.20.2
pandangan terbatas sesuai dengan buku Inspektur Cek
pedoman (manual)?
4. Apakah personel memahami persyaratan Inspektur Cek
keselamatan berkaitan dengan operasi pada
pandangan terbatas?
Cek Produk
Apakah rambu, pintu dan tanda-tanda peringatan Inspektur Cek
untuk operasi pada pandangan terbatas berada di
tempat sesuai dengan buku pedoman (manual)?
Umpan Balik
Apakah insiden berkaitan dengan operasional pada Inspektur Cek
pandangan terbatas diketahui, dilaporkan dan
ditindaklanjuti?

Catatan : Section pada manual ini diterapkan pada proses yang terkait dengan operasional di ground (ground
operation), pada kondisi pandangan terbatas (low visibility). Prosedur ini tidak ditujukan untuk meniru
pengaturan prosedure untuk Air traffic Services and Meteorological Officers. Sebagai informasi, pada
umumnya operasi dalam pandangan terbatas berlaku pada bandar udara yang memiliki ILS (instrument
precision) Category II atau III.

B.7 PERTOLONGAN KECELAKAAN PESAWAT UDARA DAN PEMADAM KEBAKARAN


(PKP-PK)
Aktivitas dan Tujuan Ref. CASR139 Memenuhi Referensi
Penjelasan
– MOS 139 (Ya/Tidak) dalam AM
Buku Pedoman Pengoperasian Bandar Udara
1. Apakah dalam buku pedoman (manual) terdapat  CASR 139 .
prosedur pemenuhan kebutuhan PKP-PK, 187;
termasuk informasi tentang fasilitas, peralatan,  CASR 139
personel dan kendaraan? App-1 BAB IV
Butir 4.4;
 MoS 139 Vol.
IV

2. Apakah dalam buku pedoman (manual) juga  CASR


terdapat prosedur penanggulangan kebakaran 139.179 (1b);
pada gedung di bandara ?  MoS 139 Vol.
IV

3. Apakah dalam buku pedoman (manual) kategori  CASR


PKP-PK tercantum dengan jelas? 139.189 (2)
 MoS 139 Vol.
IV

4. Apakah dalam buku pedoman (manual) ada  CASR


ketentuan yang dibuat untuk penanggulangan 139.207;
lingkungan permukaan yang sulit?  MoS 139 Vol.
IV

5. Apakah dalam buku pedoman (manual) ada  CASR 139.195


ketentuan mengenai kategori PKP-PK selama (2);
terjadi pengurangan frekuensi operasional  CASR 139.
pesawat udara, serta pemberitahuan kepada 201 (2);
Unit Pelayanan informasi aeronaituka di unit  CASR 139.239
ATS bandar udara masing – masing untuk (2);
FORMULIR II II - 15
memastikan mekanisme dan koordinasi  MoS 139 Vol.
penerbitan NOTAM) IV

6. Apakah dalam buku pedoman (manual)  CASR 139.


terdapat informasi tentang bahan pelengkap dan 203
jumlah air yang tersedia untuk produksi foam.  MoS 139 Vol.
IV

7. Apakah dalam buku pedoman (manual) jumlah  CASR 139.


foam yang tersedia pada kendaraan sebanding 203
(proporsional) dengan jumlah air yang tersedia.  MoS 139 Vol.
IV

8. Apakah dalam buku pedoman (manual)  CASR 139.


terdapat informasi tentang tujuan operasional 179
PKP-PK  MoS 139 Vol.
IV

9. Apakah dalam buku pedoman (manual )  CASR


terdapat informasi tentang persyaratan 139.217;
pelatihan:  MoS 139 Vol.
a. Initial personel PKP-PK; IV
b. Tahapan training;
c. Latihan pemadaman api secara nyata (Live
Fire Drill);
d. Pressure fed fuel fires, jika ada?.
10. Apakah dalam buku pedoman (manual) terdapat  CASR 139.213
program pelatihan meliputi komponen (2);
kerjasama tim dan kinerja personel.  MoS 139 Vol.
IV

11. Apakah dalam buku pedoman (manual)  CASR 139.189


terdapat informasi mengenai kelengkapan (1);
pakaian pelindung dan alat bantu pernapasan  MoS 139 Vol.
untuk personel PKP-PK. IV

Penyimpanan Catatan
1. Daftar dokumen yang dicek Inspector Check
2. Apakah personel yang menyimpan catatan  CASR
sesuai sebagaimana tercantum dalam buku 139.219,
pedoman (manual) dan/atau Fire Service
Manual SOP?
Fasilitas
1. Apakah tersedia personel dan sumber daya  CASR
yang cukup dan memadai? 139.213;
 MoS 139 Vol.
IV

2. Apakah Fire Station cukup menampung semua  CASR 139.199


kendaraan dan peralatan? (1);
 MoS 139 Vol.
IV

3. Apakah akses dari Fire Station menuju area  CASR 139.199


pergerakan bebas hambatan dan langsung? (1);
 MoS 139 Vol.
IV

4. Apakah bak penampungan air ditempatkan pada  CASR 139.199


lokasi yang strategis (yang mudah dijangkau)? (1)
 MoS 139 Vol.
IV

5. Apakah apabila tersedia lahan yang memadai  CASR 139.199


telah tersedia Emergency acces road ? (2)
6. Apabila tersedia Emergency Acces road apakah  MoS 139 Vol.
telah memenuhi rapid response area (RAA), jika IV
sebagian RAA berada diluar pagar bandar udara
maka wajib dilengkapi pintu darurat atau bagian
pagar yang mudah patah untuk jalan keluar
kendaraan PKP-PK jika terjadi incident/accident
?
7. Apakah tersedia fasilitas untuk penanggulangan  CASR

FORMULIR II II - 16
wilayah yang sulit? 139.207;
 MoS 139 Vol.
IV

8. Apakah tersedia sistem komunikasi yang sesuai  CASR 139.211


dan efektif?  MoS 139 Vol.
IV

9. Apakah sistem alarm kebakaran sesuai dan  MoS 139 Vol.


bekerja baik? IV

10. Apakah jumlah kendaraan PKP-PK sesuai  CASR


dengan Kategori PKP-PK bandar Udara? 139.205;
 MoS 139 Vol.
IV

11. Apakah tersedia personel dan sumber daya  MoS 139 Vol.
yang cukup dan memadai? IV

Prosedur
1. Apakah prosedur saat ini yang dirinci di buku Inspektur cek
pedoman dapat diverifikasi?
2. Apakah prosedur untuk pelatihan personel PKP-  Inspektur cek
PK telah mencukupi?  CASR 139.217
 MoS 139 Vol.
IV

3. Apakah terdapat prosedur untuk pengujian  Inspektur cek


peralatan PKP-PK?  MoS 139 Vol.
IV

4. Apakah waktu bereaksi aktual (response time)  Inspektur cek


dapat diverifikasi dari tes aktual?  CASR 139.197
 MoS 139 Vol.
IV

5. Apakah sistem komunikasi diuji sesuai  Inspektur cek


sebagaimana dalam buku pedoman?  CASR 139.211
 MoS 139 Vol.
IV

6. Apakah sistem alarm selalu diuji for kesiapan  Inspektur cek


operasionalnya/pelayanannya?  MoS 139 Vol.
IV

7. Apakah prosedur perawatan sudah sesuai untuk  Inspektur cek


kendaraan, peralatan dan fasilitas bangunan.?  CASR 139.205
(3)
 CASR 139.199
 MoS 139 Vol.
IV

Cek Produk
Apakah inspeksi lapangan terhadap fas. PKP-PK dan  Inspektur cek
catatan yang ada sudah sesuai sebagaimana
prosedur yang berlaku.
Umpan Balik
Apakah pelayanan PKP-PK terkait dengan kejadian  Inspektur cek
(incident) dan kecelakaan (accident) dicatat,  CASR 139.225
dilaporkan dan ditindaklanjuti.  MoS 139 Vol.
IV

B.8 PENYELENGGARAAN KESELAMATAN KERJA (AERODROME WORKS SAFETY)


Aktivitas dan Tujuan Ref. CASR139 Memenuhi Referensi
Penjelasan
– MOS 139 (Ya/Tidak) dalam AM
Buku Pedoman Pengoperasian Bandar Udara
1. Apakah dalam buku pedoman (manual) CASR 139 App1
berisikan prosedur-prosedur untuk perencanaan Bag4 Butir 4.8
dan pelaksanaan kerja di bandar udara MOS.10.11
(aerodrome) secara aman (termasuk pekerjaan
yang harus dilaksanakan setelah pemberitahuan
mendadak)?

FORMULIR II II - 17
2. Apakah dalam buku pedoman (manual) sudah CASR 139.069
menjelaskan bahwa pekerjaan tersebut tidak MOS.10.11
menciptakan bahaya bagi pesawat udara atau
kebingungan pilot?
3. Apakah di dalamnya juga sudah memuat rincian CASR 139 App1
persiapan suatu rencana metoda kerja? Bag4 Butir 4.8
(a) MOS.10.11.2
4. Apakah sudah ada pengindentifikasian pada CASR 139 App1
daerah/area bandar udara (aerodrome) yang Bag4 Butir 4.8
terpengaruh pada setiap tahapan pekerjaan (a)
yang berpengaruh pada penutupan
sementatara atau permanen dengan pemberian
marka ?
5. Apakah langkah-langkah yang diambil untuk CASR 139 App1
memastikan standar keselamatan telah Bag4 Butir 4.8
dipenuhi? (a)
6. Apakah termasuk di dalamnya daftar CASR 139 App1
pendistribusian untuk rencana metoda kerja Bag4 Butir 4.8
(method-of-working plan)? (e)
7. Apakah mengatur tentang pemberitahuan CASR 139 App1
kepada penyelenggara bandar udara pesawat Bag4 Butir 4.8
udara dan pengguna bandar udara (aerodrome) (d)
lainnya tentang rencana metoda kerja (method-
of-working plan) serta nomor telepon untuk
menghubungi penyelenggara bandar udara
pesawat udara dan pengguna bandar udara
selama dan sesudah jam kerja?
8. Apakah ada proses agar sesuai dengan CASR 139.069
persyaratan Manual of Standard (MOS) MOS 10.11.3
sehubungan dengan tenggang waktu MOS 10.11.4
pemberitahuan adanya pekerjaan?
9. Apakah pengaturan untuk berkomunikasi CASR 139 App1
dengan pelayanan lalu lintas penerbangan Bag4 Butir
(ATC) serta pesawat udara pada saat pekerjaan 4.8(b)
tersebut dilaksanakan?
10. Apakah ada prosedur untuk menjalankan MOS 10.11.3
pekerjaan dengan batasan waktu?
11. Apakah dalam manual telah memuat nama, CASR 139 App1
nomor telepon serta peran dari personel dan Bag4 Butir
organisasi yang bertanggungjawab untuk 4.8(d)
merencanakan dan melaksanakan pekerjaan,
serta pengaturan untuk menghubungi personel
dan organisasi setiap saat?
Penyimpanan Catatan
1. Daftar dokumen yang dicek Inspector Check
2. Apakah penyelenggara bandar udara yang Inspector Check
menyimpan catatan sesuai dengan buku
pedoman (manual)?
Fasilitas
1. Apakah tersedia personel dan sumber daya CASR 139.033
yang cukup dan memadai?
2. Apakah tersedia alat bantu visual yang tepat MOS 10.11..8
untuk pemarkaan lokasi kerja dan area
unserviceable?
Prosedur
1. Apakah pekerjaan direncanakan dan CASR 139 .
didokumentasikan sesuai dengan buku App1 Bag4 Butir
pedoman (manual)? 4.8
2. Apakah konsultasi untuk perencanaan kerja dan MOS 10.11.2.4
pembuatan Method of Working Plan (MOWP)
sudah dilakukan dan sesuai dengan buku
pedoman (manual)?
3. Apakah pemberitahuan kerja diberikan sesuai CASR 139 App1
dengan buku pedoman (manual)? Bag4 Butir 4.8
(d)
4. Apakah personel memahami persyaratan CASR 139.033
keselamatan selama pekerjaan?
5. Apakah tersedia prosedur untuk membuat Inspektur Cek
bantuan penglihatan (lampu penerangan) untuk
kerja?
6. Apakah ada kondisi atau pengecualian yang Inspektur Cek
harus diikuti?
Cek Produk
1. Apakah komunikasi work safety officer dengan MOS 10.11.9
pelayanan lalu lintas penerbangan (ATC) sudah Inspektur Cek
sesuai dengan buku pedoman (manual)?
FORMULIR II II - 18
2. Apakah isi dan format Method of Working Plan MOS 10.13
(MOWP) benar? Inspektur Cek
3. Apakah pekerjaan dilakukan sesuai dengan MOS 10.11.2.6
Method of Working Plan (MOWP)?

4. Apakah pekerjaan di dalam runway strip MOS 10.11.13


dilakukan sesuai dengan buku pedoman Inspektur Cek
(manual)?
5. Apakah pekerjaan lain termasuk pekerjaan MOS 10.11.3
dibatasi waktu dilakukan sesuai dengan buku Inspektur Cek
pedoman (manual)?
6. Apakah pekerjaan dibatasi waktu dilakukan MOS 10.14.1
dibawah pantauan seorang Works Safety Officer Inspektur Cek
(WSO)?
Umpan Balik
Apakah insiden berkaitan dengan pekerjaan Inspektur Cek
diketahui, dilaporkan dan ditindaklanjuti?

B.9 PEMINDAHAN PESAWAT UDARA YANG RUSAK


Aktivitas dan Tujuan Ref. CASR139 Memenuhi Referensi
Penjelasan
– MOS 139 (Ya/Tidak) dalam AM
Buku Pedoman Pengoperasian Bandar Udara
1. Apakah buku pedoman (manual) berisikan CASR 139 App1
prosedur-prosedur untuk pemindahan pesawat Bag4 Butir 4.14
udara pada atau dekat daerah pergerakan?
2. Apakah termasuk rincian peranan dari CASR 139 App1
penyelenggara bandar udara (aerodrome) dan Bag4 Butir 4.14
pemegang sertifikat registrasi pesawat udara?
3. Apakah ada pengaturan untuk pemberitahuan CASR 139 App1
pada pemegang sertifikat registrasi? Bag4 Butir 4.14
KP. 577 tahun
2015
4. Apakah sudah mengatur tentang CASR 139 App1
hubungan/koordinasi dengan pemandu lalu Bag4 Butir 4.14
lintas udara dan Komite Nasional Kecelakaan KP. 577 tahun
Transportasi (KNKT)? 2015
5. Apakah ada pengaturan untuk mendapatkan CASR 139 App1
peralatan dan personel yang akan dipergunakan Bag4 Butir 4.14
untuk memindahkan pesawat udara?, KP. 577 tahun
2015
6. Apakah peralatan dan personel yang CASR 139 App1
dipergunakan untuk memindahkan pesawat Bag4 Butir 4.14
udara tersebut telah dipublikasi dalam AIP? KP. 577 tahun
2015
7. Apakah buku pedoman (manual) sudah memuat CASR 139 App1
nama nama dan peranan dari personel/pejabat Bag4 Butir 4.14
yang bertanggungjawab terhadap KP. 577 tahun
penyelenggaraan pemindahan pesawat udara 2015
yang rusak beserta nomor telepon yang
bersangkutan agar dapat dihubungi selama dan
di luar jam kerja?
Penyimpanan Catatan
1. Daftar dokumen yang dicek Inspektur Cek
2. Apakah penyelenggara bandar udara Inspektur Cek
menyimpan catatan sesuai dengan buku
pedoman (manual)?
Fasilitas
Apakah tersedia personel dan sumber daya yang CASR 139.033
cukup dan memadai?
Prosedur
1. Apakah pengaturan/ pemberitahuan pemegang Inspektur Cek
sertifikat registrasi sesuai dengan buku
pedoman (manual)?
2. Apakah pengaturan untuk berkoordinasi dengan Inspektur Cek
pemandu lalu lintas udara dan Komite Nasional
Kecelakaan Trasportasi (KNKT) sesuai dengan
buku pedoman (manual)?
3. Apakah pengaturan untuk mendapatkan Inspektur Cek
peralatan dan personel untuk memindahkan
pesawat udara sesuai dengan buku pedoman
(manual)?
4. Apakah personel memahami persyaratan Inspektur Cek
keselamatan pada saat pemindahan pesawat
FORMULIR II II - 19
udara?
5. Apakah ada kondisi atau pengecualian yang Inspektur Cek
harus diikuti?
Cek Produk
Jika diobservasi, apakah pemindahan sesuai dengan Inspektur Cek
buku pedoman (manual)?
Umpan Balik
Apakah insiden pemindahan pesawat rusak diketahui, Inspektur Cek
dilaporkan dan ditindaklanjuti?

C. LINGKUNGAN BANDAR UDARA


C.1 MANAJEMEN BAHAYA HEWAN LIAR (WILDLIFE HAZARD MANAGEMENT)
Aktivitas dan Tujuan Ref. CASR139 Memenuhi Referensi
Penjelasan
– MOS 139 (Ya/Tidak) dalam AM
Buku Pedoman Pengoperasian Bandar Udara
1. Apakah buku pedoman (manual) berisikan CASR 139.073
prosedur-prosedur berkaitan dengan bahaya CASR 139
terhadap operasi pesawat terbang yang App1, 4.12
disebabkan oleh adanya burung atau binatang
di atau di sekitar bandar udara (aerodrome)?
2. Apakah berisikan rincian dari rancangan untuk CASR 139
pengukuran gangguan burung atau binatang? App1, 4.12
3. Dan rancangan/mekanisme untuk peniadaan CASR 139
gangguan dari burung atau binatang? App1, 4.12(4)
4. Apakah ada upaya koordinasi dengan CASR 139
unit/instansi lain yang terkait dengan itu? App1, 4.12(3)
5. Apakah didalam buku pedomanan AC CASR 139-
pengoperasian bandar udara dijelaskan pula 03
kotegori serangan burung atau hewan liar?
6. Dan nama dan peran dari petugas yang KP. 577 tahun
bertanggungjawab dalam menghadapi 2015
gangguan burung atau binatang, serta nomor
telepon untuk menghubungi mereka selama dan
setelah jam kerja?
Penyimpanan Catatan
1. Daftar dokumen yang dicek Inspektur Cek
2. Apakah operator menyimpan catatan sesuai Inspektur Cek
dengan buku pedoman pengoperasian bandar
udara (aerodrome manual) ?
3. Apakah pecatatan pelaporan meliputi :wilayah AC CASR 139-
bandar udara yang menjadi area pengendalian 03
dan pengawasan terhadap hewan liar dan atau Inspektur Cek
burung, jumlah lokasi dan jenis hewan liar dan
atau burung terlihat, tindakan yang diambil untuk
membubarkan hewan liar dan atau burung, hasil
dan tindakan yang diambil?
Fasilitas
1. Apakah didalam bandara terdapat fasilitas atau Inspektur Cek
bangunan yang sudah tidak dipergunakan untuk
mendukung pengoperasian bandar udara?
2. Maupun di sekitar bandar udara? Inspektur Cek
3. Apakah sudah ada upaya penilaian dan mitigasi CASR 139.073
resiko? (3)
4. Apakah didalam bandara terdapat fasilitas atau CASR PQ. 8.335
bangunan yang dikembangkan untuk 139.073(2)
mendukung pengoperasian bandar udara telah
dilakukan upaya penilaian terhadap resiko dan
mitigasi yang harus dilakukan terhadap
gangguan binatang liar dan serangan burung?
5. Apakah pagar disekeliling bandar udara dalam MOS 10.2.10
kondisi baik?
6. Apakah tersedia petugas dan sumberdaya yang AC CASR 139-
cukup dan memadai? 03
7. Apakah tersedia perlengkapan dan peralatan AC CASR 139-
sesuai dengan buku pedoman (manual)? 03
8. Apakah personil atau unit sudah terlatih AC CASR 139-
03
9. Berikut penggunaan pelengkapan? AC CASR 139-
03
10. Apakah personil atau unit sudah terlatih ? AC CASR 139-
03
Prosedur
1. Apakah pemantauan dilakukan sesuai dengan CASR 139.073
FORMULIR II II - 20
buku pedoman dan peraturan yang berlaku (4)
(manual)? Inspektur Cek
2. Apakah penggangguan dilakukan sesuai CASR 139.073 (
dengan buku pedoman (manual) ? 4)
Inspektur Cek
3. Apakah manajemen lingkungan yang dijalankan CASR 139.073 (
sesuai dengan buku pedoman (manual)? 4)
Inspektur Cek
4. Apakah semua kejadian burung dan hewan liar CASR 139.073 (
dilaporkan ke Direktur Jenderal Perhubungan 5)
Udara ? Inspektur Cek
5. Apakah petugas sadar akan persyaratan CASR 139.073
keselamatan berkaitan dengan gangguan (5)
burung dan hewan liar? Inspektur Cek
6. Apakah ada kondisi dan pengecualian yang CASR 139.073 (
harus dituruti? 5)
Inspektur Cek
Cek Produk
1. Apakah situasi di lapangan dan data dari airline Inspektur Cek
maupun dari pihak lain mengenai ganguan
burung dan binatang liar dimasukan di
logbook?
2. Apakah manajemen lingkungan sesuai dengan Inspektur Cek
buku pedoman (manual)?
Umpan Balik
Apakah insiden berkaitan dengan gangguan burung Inspektur Cek
dan binatang diketahui, dilaporkan dan
ditindaklanjuti?

C.2 ALAT BANTU VISUAL DAN SISTEM KELISTRIKAN


Aktivitas dan Tujuan Ref. CASR139 Memenuhi Referensi
Penjelasan
– MOS 139 (Ya/Tidak) dalam AM
Buku Pedoman Pengoperasian Bandar Udara
1. Apakah dalam buku pedoman (manual)  CASR 139.051;
berisikan prosedur untuk memastikan bahwa  CASR 139
sistem penerangan lampu (lighting system) dan App.1, 4.6
VASIS direncanakan, dipasang dan dipelihara  MOS 139 Bag.
sesuai dengan Manual of standard (MOS)? 9

2. Apakah ada pengaturan untuk memastikan  CASR 139.033;


bahwa ada penerangan tertentu yang tidak  CASR 139
diaktifkan kecuali telah dilakukan flight cheked, App.1, 4.6
diperiksa oleh personel kelistrikan yang terlatih  MOS 139
dan disurvei oleh personel yang tepat? Bag.9.1.2.5;
 MoS 139 Bag.
9.1.12.4

3. Apakah dalam buku pedoman (manual)  CASR 139


berisikan rincian dari pengaturan untuk App1 , 4.6 (a)
melakukan inspeksi penerangan lampu (lighting
system) serta daftar cek untuk pelaksanaan
inspeksi?
4. Apakah termasuk di dalamnya penerangan  CASR 139
lampu obstacle (obstacle light)? App1, 4.6

5. Apakah termasuk di dalamnya pengaturan untuk  CASR 139


mencatat hasil inspeksi? App1 , 4.6 (b)

6. Apakah ada pengaturan untuk melakukan tindak  CASR 139


lanjut untuk memperbaiki kekurangan? App1 ,4.6 (b)
7. Apakah ada pengaturan untuk menyala matikan  CASR 139
penerangan, termasuk pengaturan sumber daya App1 ,4.6 (d)
cadangan?

8. Apakah ada pengaturan untuk melakukan  CASR 139


pemeliharaan rutin dan pemeliharaan gawat App1 ,4.6 (c)
darurat?
9. Apakah ada pengaturan untuk sumber daya  CASR 139
cadangan jika ada? App1 ,4.6 (d)

10. Apakah ada metoda lain yang tersedia untuk  CASR 139
menghadapi kegagalan sistem baik sebagian App1 ,4.6(d)
atau seluruhnya?

FORMULIR II II - 21
11. Dan nama serta peran dari personel yang  CASR 139
bertanggungjawab untuk inspeksi dan App1 ,4.6(e)
pemeliharaan penerangan, serta nomor telepon
yang dapat dihubungi selama dan setelah jam
kerja?
Penyimpanan Catatan
1. Daftar dokumen yang dicek Inspektur Cek
2. Apakah penyelenggara bandar udara yang Inspektur Cek
menyimpan catatan sesuai dengan buku
pedoman (manual)?
3. Apakah laporan inspeksi teknis disimpan dan Inspektur Cek
apakah ada bukti bahwa rekomendasi dan
temuan telah ditindaklanjuti?
Fasilitas
1. Apakah tersedia personel dan sumber daya  CASR 139.033
yang cukup dan memadai? Inspektur Cek
2. Apakah alat bantu visual (sistem penerangan)  MOS 9.1.7.1
yang dipasang telah memenuhi ketentuan  MOS 9.1.9.1
frangibilty dan batas ketinggian sesuai  Inspektur Cek
ketentuan ?
3. Apakah tersedia suku cadang seperti yang Inspektur Cek
dirinci di buku pedoman pengoperasian bandar
udara (aerodrome manual)?
Prosedur
1. Apakah inspeksi lampu penerangan dilakukan KP. 577 tahun
sesuai dengan buku pedoman (manual)? 2015
Inspektur Cek
2. Apakah daftar cek yang digunakan sesuai Inspektur Cek
dengan buku pedoman (manual)?
3. Apakah kekurangan yang terjadi ditindaklanjuti KP. 577 tahun
sesuai dengan buku pedoman (manual)? 2015
Inspektur Cek

4. Apakah pemeliharaan rutin dan darurat CASR 139


dilakukan seperti pada buku pedoman App1 ,4.6 (c)
(manual)?
5. Apakah pengaturan untuk menyala matikan Inspektur Cek
lampu sesuai dengan buku pedoman (manual)?
6. Apakah pengaturan untuk sumberdaya siap Inspektur Cek
pakai sesuai dengan buku pedoman (manual)?
7. Apakah pengaturan lain berkenaan dengan Inspektur Cek
kegagalan sistem sebagian atau seluruhnya
sesuai dengan buku pedoman?
8. Apakah personel memahami persyaratan Inspektur Cek
keselamatan berkaitan dengan lampu
penerangan?
9. Apakah ada kondisi atau pengecualian yang Inspektur Cek
harus jalankan?
10. Sudahkan elemen baru dalam sistem Inspektur Cek
penerangan dicek seperti yang disyaratkan?
Cek Produk
1. Apakah contoh penerangan bandar udara Inspektur Cek
(aerodrome) dicek pada saat audit sesuai
dengan Manual of Standard (MOS)?
2. Apakah PAPI/VASI akan dipasang jika Inspektur Cek
diperlukan?
3. Apakah elemen penting dalam sistem Inspektur Cek
penerangan dipasang?
Umpan Balik
Apakah insiden berkaitan dengan penerangan Inspektur Cek
diketahui, dilaporkan dan ditindaklanjuti?

C.3 PENGAWASAN TERHADAP OBSTACLE

Aktivitas dan Tujuan Ref. CASR139 Memenuhi Referensi


Penjelasan
– MOS 139 (Ya/Tidak) dalam AM
Buku Pedoman Pengoperasian Bandar Udara
1. Apakah buku pedoman (manual) yang berisikan CASR 139.F
prosedur-prosedur untuk penetapan Obstacle CASR 139.
Limitation Surface (OLS) bagi bandar udara App1 , 4.13.
(aerodrome) sesuai dengan Manual Of Standard
(MOS)?
2. Apakah buku pedoman (manual) berisikan KP. 577 tahun
prosedur untuk mengambil semua langkah yang 2015
dapat dilakukan untuk memantau Obstacle CASR 139.
FORMULIR II II - 22
Limitation Surface (OLS)? App1 , 4.13.
3. Apakah buku pedoman (manual) berisikan CASR
prosedur untuk mendeteksi obstacle sesegera 139.167(1)
mungkin? CASR 139.
App1 , 4.13
4. Termasuk objek, bangunan dan struktur? CASR
139.167(1)
CASR 139.
App1 , 4.13
5. Apakah buku pedoman (manual) berisikan MOS 139.
prosedur untuk memantau permukaan take off 5.1.4.15
Type A chart dari obstacle?
6. Apakah buku pedoman (manual) berisikan CASR 139.169
prosedur untuk memantau pendirian bangunan CASR 139 App1
(dalam kaitan dengan ketinggian bangunan dan Bag4 Butir
struktur lainnya) dalam batas horizontal dari 4.13.5
batas hambatan permukaan?
7. jika bandar udara (aerodrome) memiliki CASR 139 App1
prosedur pendekatan instrumen, apakah , 4.13(f)
prosedur untuk memantau objek atau bangunan
baru di area bandara sudah sesuai dengan
pengaturan prosedur instrumen?
8. Apakah pengaturan prosedur pemberian CASR 139 App1
rekomendasi ketinggian bangunan atau obyek Bag4 Butir
lainnya di sekitar bandara sudah sesuai dengan 4.13.5
Obstacle Limitation Surface (OLS)?
9. Termasuk proses untuk meminta Direktorat CASR 139 App1
Jenderal Perhubungan Udara untuk mengukur , 4.13(d)
gangguan-gangguan yang diajukan?

10. Dan untuk melaporkan gangguan melalui CASR 139.169


NOTAM termasuk declared distance yang telah CASR 139 App1
dirubah? , 4.13(d)
11. Dan nama, nomor telepon dan peran dari CASR 139 App1
personel yang bertanggungjawab dalam , 4.13(g)
perencanaan dan penerapan kontrol gangguan?
Penyimpanan Catatan
1. Daftar dokumen yang dicek Inspektur Cek
2. Apakah penyelenggara bandar udara Inspektur Cek
menyimpan catatan sesuai dengan buku
pedoman (manual)?
Fasilitas
1. Apakah tersedia personel dan sumber daya CASR 139.
yang cukup dan memadai? App1 , 4.13.(g)
2. Apakah survei Obstacle Limitation Surface CASR 139.033
(OLS) dilakukan oleh personel yang Inspektur Cek
berkualifikasi dan dilatih dengan benar?
Prosedur
1. Apakah Obstacle Limitation Surface (OLS) Inspektur Cek
dimonitor sesuai dengan buku pedoman
(manual)?
2. Apakah permukaan type A dimonitor sesuai Inspektur Cek
dengan buku pedoman (manual)?
3. Apakah Non Public Area (NPA) dimonitor sesuai Inspektur Cek
dengan buku pedoman (manual)?
4. Apakah pemantauan dilakukan terhadap Inspektur Cek
bangunan temporer dan permanen?
5. Dan pemantauan terhadap kegiatan atau Inspektur Cek
bangunan yang mengeluarkan asap yang dapat
membahayakan keselamatan operasi pesawat
udara (gaseous effluxes)?
6. Apakah prosedur untuk berkoordinasi dengan Inspektur Cek
otoritas lain telah diikuti?
7. Apakah personel memahami persyaratan Inspektur Cek
keselamatan berkaitan dengan obstacle?
8. Apakah ada kondisi dan pengecualian yang CASR 139.171
harus diikuti?
Cek Produk
1. Apakah pengaturan Obstacle Limitation Surface Inspektur Cek
(OLS) disiapkan sesuai dengan Manual of
standard (MOS)?
2. Apakah catatan survei sejalan dengan informasi Inspektur Cek
yang dipublikasikan?
3. Apakah kondisi lapangan mencerminkan data Inspektur Cek
survei dan informasi yang dipublikasikan?
4. Apakah NOTAM berkaitan dengan obstacle Inspektur Cek
FORMULIR II II - 23
mencerminkan kondisi lapangan?
Umpan Balik
Apakah insiden berkaitan dengan kontrol obstacle Inspektur Cek
diketahui, dilaporkan dan ditindaklanjuti?

C.4 PENANGANAN BARANG/BAHAN BERBAHAYA


Catatan :
1. Termasuk barang/bahan berbahaya adalah benda-benda peledak, cairan dan benda padat yang mudah terbakar,
cairan korosif, gas tekanan tinggi, dan barang-barang bersifat magnetik atau radio aktif material radioaktif / yang
dimagnetisasi. Barang/bahan berbahaya tidak termasuk material yang diklasifikasi oleh ICAO/IATA sebagai
barang-barang berbahaya, dimana freight forwarder dan maskapai penerbangan bertanggungjawab untuk
prosedur pengemasan dan penanganan yang aman.
2. Penanganan untuk menghadapi kejadian tumpahnya barang/bahan berbahaya harus ditetapkan dalam Airport
Emergency Plan.

Aktivitas dan Tujuan Ref. CASR139 Memenuhi Referensi


Penjelasan
– MOS 139 (Ya/Tidak) dalam AM
Buku Pedoman Pengoperasian Bandar Udara
1. Apakah buku pedoman (manual) berisikan CASR 139 App1
prosedur-prosedur untuk penanganan yang , 4.15
aman terhadap barang/bahan berbahaya di
bandar udara (aerodrome)?
2. Apakah tercantum nama, nomor telepon dan CASR 139
peran dari pejabat/personel yang menerima dan App1, 4.15(a)
menangani barang/bahan berbahaya?
3. Apakah pengaturan untuk lokasi khusus di CASR 139
bandara yang disiapkan untuk menyimpan App1, 4.15(b)
bahan cair mudah terbakar (termasuk bahan
bakar pesawat) semua barang/bahan berbahaya
lainnya?
4. Apakah metode yang harus diikuti untuk CASR 139
penyerahan, penyimpanan, pembagian dan App1,4.15(c)
penanganan barang/bahan tersebut sesuai
dengan buku pedoman (manual)?
Penyimpanan Catatan
1. Daftar dokumen yang dicek Inspektur Cek
2. Apakah penyelenggara bandar udara Inspektur Cek
menyimpan catatan sesuai dengan buku
pedoman (manual)?
Fasilitas
Apakah tersedia personel dan sumber daya yang Inspektur Cek
cukup dan memadai?
Prosedur
1. Apakah personel yang menerima dan Inspektur Cek
menangani barang/bahan berbahaya sama
seperti yang telah disebutkan di buku pedoman
(manual)?
2. Apakah prosedur untuk mengirim, menyimpan, Inspektur Cek
menuang dan menangani material tersebut
sesuai dengan buku pedoman (manual)?
3. Apakah personel memahami persyaratan Inspektur Cek
keselamatan berkaitan dengan material
berbahaya?
4. Apakah ada kondisi atau pengecualian yang Inspektur Cek
harus diikuti?
Cek Produk
Apakah pengaturan area khusus untuk penyimpanan Inspektur Cek
barang/bahan berbahaya sesuai dengan buku
pedoman (manual)?
Apakah material disimpan dengan benar? Inspektur Cek
Umpan Balik
Apakah insiden berkaitan dengan material berbahaya Inspektur Cek
diketahui, dilaporkan dan ditindaklanjuti?

C.5 PERLINDUNGAN LOKASI RADAR & ALAT BANTU NAVIGASI


Aktivitas dan Tujuan Ref. CASR139 Memenuhi Referensi
Penjelasan
– MOS 139 (Ya/Tidak) dalam AM
Buku Pedoman Pengoperasian Bandar UdaraCASR 139 App1, 4.17
1. Apakah buku pedoman (manual) berisikan CASR 139
prosedur-prosedur untuk perlindungan lokasi App1, 4.17
radar dan alat bantu navigasi yang terletak di MOS 10.19
bandar udara (aerodrome), untuk menjamin
agar kinerjanya tidak menurun?
FORMULIR II II - 24
2. Apakah juga berisikan pengaturan untuk CASR 139
mengontrol aktifitas di sekitar lokasi radar dan App1, 4.17(a)
alat bantu navigasi? MOS 10.19
3. Apakah pengaturan, yang dibuat berdasarkan CASR 139
konsultasi dengan penyedia instalasi navaid, App1, 4.17(b)
untuk pasokan dan instalasi rambu peringatan MOS 10.19
akan adanya radiasi gelombang pendek yang
berbahaya?
4. Dan pengaturan untuk pemeliharaan CASR 139
tanah/lingkungan disekitar instalasi? App1, 4.17(c)

Penyimpanan Catatan
1. Daftar dokumen yang dicek Inspektur Cek
2. Apakah personel yang memelihara catatan Inspektur Cek
sesuai dengan buku pedoman (manual)?
Fasilitas
Apakah tersedia personel dan sumber daya yang Inspektur Cek
cukup dan memadai?
Prosedur
1. Apakah kegiatan di dekat radar dan navaid CASR 139 App1
dikontrol sesuai dengan buku pedoman , 4.17
(manual)? MOS 10.19
Inspektur Cek
2. Apakah pemeliharaan ground di dekat fasilitas CASR 139
dilakukan sesuai dengan buku pedoman App1, 4.17
(manual)? MOS 10.19

3. Apakah personel memahami persyaratan CASR 139 App1


keselamatan berkaitan dengan radar dan alat ,4.17
bantu navigasi? MOS 10.19
Inspektur Cek
4. Apakah ada kondisi dan pengecualian yang CASR 139.171
harus diikuti?
Cek Produk
Apakah tanda peringatan adanya bahaya radiasi Inspektur Cek
gelombang mikro yang tepat dipasok dan dipasang
sesuai dengan buku pedoman (manual)?
Umpan Balik
Apakah insiden berkaitan dengan radar dan alat Inspektur Cek
bantu navigasi diketahui, dilaporkan dan
ditindaklanjuti?

D. PEMERIKSAAN DAN SISTEM PELAPORAN


D.1 PEMERIKSAAN DI DAERAH PERGERAKAN DAN OBSTACLE LIMITATION SURFACE
(OLS)
Aktivitas dan Tujuan Ref. CASR139 Memenuhi Referensi
Penjelasan
– MOS 139 (Ya/Tidak) dalam AM
Buku Pedoman Pengoperasian Bandar Udara
1. Apakah dalam buku pedoman (manual) terdapat  CASR 139
prosedur untuk inspeksi kelayakan App1, 4.5
(serviceability) area pergerakan dan KKOP?  MOS 139
Bag.10.2

2. Apakah dalam buku pedoman (manual) juga  CASR 139


terdapat rancangan pelaksanaan inspeksi App1 ,4.5
Servicebility selama atau setelah jam kerja
operasional.

3. Apakah termasuk di dalamnya rancangan untuk  CASR 139


mengukur kekesatan landas pacu (runway)? App1 ,4.5(b)
 MoS 139
Bag.10.2.3 (k)
4. Apakah dalam buku pedoman (manual)  CASR 139
menyediakan hal-hal tentang uji regular App1, 4.5(b)
kekesatan runway (friction test)?
5. Apakah di dalamnya juga terdapat rancangan  CASR 139 PQ 8.145
untuk pengukuran kedalaman air pada App1 ,4.5(b)
permukaan landas pacu dan melaporkan pada  Mos 139 Bag.
ATC? 10.2.3 (a)
6. Apakah di dalamnya juga terdapat rincian  CASR 139
interval/tenggang waktu pelaksanaan inspeksi? App1 ,4.5(c)

FORMULIR II II - 25
7. Apakah di dalamnya juga terdapat rincian untuk  MOS 139
pemeriksaan terkait dengan FOD? Bag.10.12.33
8. Apakah di dalamnya dicantumkan waktu  CASR 139
pelaksanaan inspeksi? App1, 4.5(c)

9. Apakah di dalamnya ada aturan penyimpanan  CASR 139


logbook inspeksi? App1 ,4.5(d)
 MoS 139 Bag.
10.2.12

10. Apakah memuat informasi tempat dimana  CASR 139


logbook disimpan? App1 ,4.5(d)
 MoS 139 Bag.
10.2.12

11. Apakah terdapat checklist inspeksi serviceability  CASR 139 PQ 8.273


yang rinci, sesuai dengan Mos 139 butir 10.2 App1 ,4.5(e)
termasuk inspeksi runway strip harus bebas dari  MOS 139 Bag.
obyek selain alat bantu navigasi dan alat bantu 6.3.8;
keselamatan pesawat udara serta persyaratan
frangibility?
12. Apakah interval/tenggang waktu, waktu dan MOS 139 : PQ 8.143
materi inspeksi sudah sesuai dengan CASR 139  Bag. 10.2.
dan MOS 139?  Bag. 10.2.1.2;
Interval :  Bag. 10.2 .3;
a) Sekurang – kurangnya 1 (satu) kali sehari  Bag. 10.2. 4;
untuk runway kode nomor 1 or 2 ;  Bag. 10.2.5;
b) Sekurang – kurangnya 2 (dua) kali sehari  Bag. 10.2.6;
untuk runway kode lainnya dan  Bag. 10.2. 7;
c) Frekuensi lebih dari tersebut diatas jika  Bag.10.2.8;
diperlukan, atau
d) Tergantung kebutuhan operasional terkait
keselamatan :
(1) Permintaan ATC ( at request of ATC);
(2) Setelah terjadi fenomena cuaca yan
buruk.

Materi Inspreksi :
a) Kondisi permukaan pada area pergerakan
(Movement Area),
termasuk keberadaan air seperti : Air di
permukaan, retak atau pecah; rubber deposit);
ketidakteraturan permukaan; tumpahan cairan
korosif; kebocoran pipa pembuangan
khususnya yang mengandung butiran halus
non kohesif sub-grade didaerah curah hujan
tinggi; gerusan atau erosi saluran air;
gundukan rayap atau gundukan lain yang
terhalang oleh rerumputan yang panjang;
tanah lunak, dan tanda-tanda lainnya dari
kerusakan perkerasan aspal (pavement
distress) yaitu berpotensi manjadi hazard
serta Inspeksi juga harus memeriksa bagian
runway yang mungkin licin saat basah.
Terutama pada daerah perkerasan runway
yang tidak memenuhi ketentuan
kekesatan/gesekan runway yang ditetapkan
oleh Ditjen Hubud.
b) Marka, Penerangan, Indikator Arah angin dan
ground signal seperti visibilitas marka dan
rambu; penggunaan marka dan rambu yang
tepat; adanya gangguan terhadap level dan
alignment cahaya; pemeriksaan intensitas
cahaya; berubah warna atau lensa kotor; bola
lampu yang putus, pemasangan bola lampu
yang salah, atau cara pemasangan bola
lampu salah; kondisi pondasi lampu yang
mudah rapuh; tepian pondasi kaki dan
instalasi aerodrome lighting yang rapuh dan
kerusakan terhadap pemasangan petunjuk
arah angin serta kerusakan kain petunjuk arah
angin atau warna pudar.
c) Kebersihan Area Pergerakan meliputi :benda
asing (foreign object), seperti komponen
pesawat udara atau komponen lainnya;
perkakas mesin seperti peralatan kecil dan
peralatankhusus; puing-puing (debris), seperti
FORMULIR II II - 26
pasir, bebatuan lepas, beton, kayu, plastik,
potongan ban dan lumpur; dan perhatian
khusus selama dan setelah kegiatan
konstruksi, dimana kendaraan dan peralatan
berjalan melalui area tanpa perkerasan dalam
kondisi basah.
d) Obstacles yang mengganggu permukaan
Take-off, Approach dan Transisi. Operator
bandar udara harus memiliki prosedur dan
peralatan untuk petugas dalam melaksanakan
inspeksi terhadap objek-objek yang
ketinggiannya melebihi Obstacle Limitation
Surface(OLS).
e) Burung atau binatang lain yang berada pada
area pergerakan (Movement Area) atau di
sekitar aerodrome. Pemeriksaan harus
meliputi: Kondisi pagar bandara, khususnya
didaerah kritis; Memperhatikan iklim atau
musim, seperti pada kehadiran burung di
waktu-waktu tertentu setiap tahunnya, atau
kedalaman genangan air; kemungkinan
dijadikannyya sarang oleh burung/binatang
pada infrastruktur aerodrome seperti, gedung,
peralatan, dan gable markers; prosedur
mitigasi bahaya burung, harus dimasukkan ke
dalam prosedur manajemen lingkungan
Bandar Udara; penarik perhatian burung dari
luar Bandar udara seperti tempat
penggembalaan hewan, area piknik, fasilitas
aerasi dan pembuangan limbah dan daerah
tempat pembuangan akhir, tempat pelelangan
ikan; serta penggunaaan prosedur
penanganan gangguan (harassement
procedure) burung/binatang jika dibutuhkan.
f) Penilaian Empiris terhadap daya dukung pada
unrated runway pavements dan runway strips
g) Masa berlaku NOTAM
h) Pagar Bandar Udara, Pelaksanaan inspeksi
harus memeriksa pagar yang rusak, gerbang
yang terbuka dan tanda-tanda percobaan
masuknya bintang atau orang.
13. Apakah inspeksi dilakukan oleh personel yang  CASR 139.033
dilatih dengan baik?  MOS 139 Bag.
10.1.3.1

14. Apakah terdapat rancangan komunikasi dengan CASR 139


personel lalu lintas udara selama inspeksi App1,4.5(f)
berlangsung (jika memungkinkan)?
15. Apakah terdapat rancangan pelaporan hasil dari CASR 139 App1
inspeksi? ,4.5(g)
16. Apakah terdapat rancangan untuk melakukan CASR 139 App1
tindakan segera untuk memastikan perbaikan Bag4 Butir
kondisi yang aman? 4.5(g)
17. Apakah terdapat rancangan untuk memastikan MOS 139
dilakukan inspeksi teknis terhadap fasilitas jika bagian 10.21
dianggap perlu?
18. Dan nama serta peran dari personel yang CASR 139 App1
bertanggungjawab melakukan inspeksi dan , 4.5(h)
nomor telepon untuk menghubungi mereka
selama dan setelah jam kerja?
19. Apakah dalam buku pedoman (manual) terdapat CASR 139 App1
prosedur untuk inspeksi keselamatan area ,4.5
pergerakan dan KKOP?
Penyimpanan Catatan
1. Daftar dokumen yang dicek Inspektur Cek
2. Apakah penyelenggara bandar udara meyimpan  CASR 139
catatan sesuai dengan buku pedoman App1, 4.5
(manual)?
3. Apakah penyelenggara bandar udara  CASR 139.033
menyimpan catatan pelatihan personel?  MOS 139 Bag.
10.1.3.1;
 MoS 139 Bag.
10.1.3.3
Fasilitas
1. Apakah tersedia personel dan sumber daya  CASR 139.033
yang cukup dan memadai?  Inspektur Cek

FORMULIR II II - 27
2. Apakah inspeksi dilakukan oleh personel yang  Inspektur Cek
disebutkan dalam buku pedoman?
3. Apakah orang tersebut dilatih dengan benar  CASR 139.033
sesuai dengan Manual of standard (MOS)?  MoS 139 Bag.
10.1.3.3
Prosedur
1. Apakah inspeksi serviceability dilakukan pada Inspektur Cek
saat dan setelah jam kerja sesuai dengan buku
pedoman (manual)?
2. Apakah waktu dan frekuensi inspeksi sesuai Inspektur Cek
dengan buku pedoman (manual)?

3. Apakah logbook disimpan sesuai dengan buku Inspektur Cek


pedoman (manual)? (cek lokasi dan format).
4. Apakah cheklist digunakan sesuai dengan buku Inspektur Cek
pedoman (manual)?
5. Apakah metoda berkomunikasi dengan Air Inspektur Cek
Traffic Controller (ATC) pada saat inspeksi
sesuai dengan buku pedoman (manual)?
6. Apakah upaya tindak lanjut dengan segera Inspektur Cek
sudah dilakukan untuk memperbaiki kondisi
tidak aman (unsafe) sesuai dengan buku
pedoman (manual)?
7. Apakah personel memahami persyaratan Inspektur Cek
keselamatan berkaitan dengan inspeksi?
8. Apakah ada kondisi atau pengecualian yang Inspektur Cek
harus dituruti?
Cek Produk
Apakah kondisi lapangan dari salah satu contoh Inspektur Cek
fasilitas bandar udara (aerodrome) sesuai dengan
hasil dari inspeksi serviceability?
Umpan Balik
Apakah insiden berkaitan dengan inspeksi diketahui, Inspektur Cek
dilaporkan dan ditindaklanjuti?

D.2 INSPEKSI TEKNIS KESELAMATAN BANDAR UDARA


Aktivitas dan Tujuan Ref. CASR139 Memenuhi Referensi
Penjelasan
– MOS 139 (Ya/Tidak) dalam AM
Buku Pedoman Pengoperasian Bandar Udara
1. Apakah buku pedoman (manual) berisikan CASR 139.065
prosedur-prosedur untuk menjalankan inspeksi CASR 139 App
fasilitas, jasa dan peralatan? 4 , 3(h)
MOS 10.21
2. Apakah juga berisikan rincian dari produk yang  MoS 139 Bag.
membutuhkan inspeksi khusus? 10.21.2

3. Dan kapan inspeksi harus dilakukan?  MoS 139


Bag.10.21.4.1
(a)
 MoS 139
Bag.10.21.4.3

4. Termasuk proses untuk memastikan bahwa  MoS 139


inspeksi dilakukan dalam interval tidak lebih dari Bag.10.21.4.1
12 (dua belas) bulan? b)

5. Apakah pengaturan memastikan bahwa MoS 139


personel yang cukup secara kualifikasi teknis Bag.10.21.5.1
dan berpengalaman yang melakukan inspeksi
teknis?
6. Dan pengaturan untuk mencatat hasil dari  MoS 139
inspeksi? Bag.10.21.4.4

7. Dan tetap menyimpan catatan untuk paling  MoS 139


sedikit 3 tahun? Bag.10.21.4.4

8. Apakah manual memiliki proses untuk meninjau CASR 139.075


ulang data yang dipublikasikan dalam
Aeronautical Information Publication (AIP) dan
NOTAM?
9. Dan pengaturan untuk melakukan aksi tindak  MoS 139
lanjut dengan cepat untuk memastikan Bag.10.21.7
perbaikan kerusakan?
10. Apakah buku pedoman (manual) memiliki suatu  CASR 139.117
FORMULIR II II - 28
proses untuk memastikan bahwa prosedur yang
ada di dalamnya tetap relevan, mutakhir dan
akurat?
Penyimpanan Catatan
1. Daftar dokumen yang dicek Inspektur Cek
2. Apakah penyelenggara bandar udara Inspektur Cek
menyimpan catatan sesuai dengan buku
pedoman (manual)?
3. Apakah catatan disimpan paling tidak selama 3  MoS 139
(tiga) tahun? Bag.10.21.4.4.
(b)
Inspektur Cek
4. Apakah penyelenggara bandar udara memiliki  MoS 139
catatan kualifikasi dan pengalaman dari Bag.10.21.5.
personel yang melakukan inspeksi teknis?  Inspektur Cek

Fasilitas
Apakah tersedia personel dan sumber daya yang Inspektur Cek
cukup dan memadai?
Prosedur
1. Apakah dalam inspeksi teknis juga termasuk Inspektur Cek
semua hal-hal yang mengacu pada buku
pedoman (manual)?
2. Apakah saat inspeksi dilakukan sesuai dengan Inspektur Cek
buku pedoman (manual)?
3. Apakah suatu inspeksi lengkap dilakukan dalam  MoS 139
satu periode 12 (dua belas) bulan? Bag.10.21.4.1
 Inspektur Cek

4. Apakah setiap hal yang diinspeksi tidak lebih  MoS 139


dari 12 (dua belas) bulan setelah inspeksi Bag.10.21.4.1
sebelumnya?  Inspektur Cek

5. Apakah inspeksi dilakukan oleh personel yang  MoS 139


berkualifikasi dan berpengalaman serta sesuai Bag.10.21.5
dengan buku pedoman (manual)?  Inspektur Cek

6. Apakah tindaklanjut yang segera dilakukan  MoS 139


untuk memastikan perbaikan atas Bag.10.3.8
penyimpangan dilakukan sesuai dengan buku  MoS 139
pedoman (manual)? Bag.10.21.8
 Inspektur Cek

7. Pada saat inspeksi serviceability  MoS 139


mengindikasikan adanya kebutuhan untuk suatu Bag.10.21.4.3
inspeksi teknis, apakah hal tersebut dilakukan  Inspektur Cek
sesegera mungkin?
8. Apakah personel memahami persyaratan  MoS 139
keselamatan berkaitan dengan inspeksi? Bag.10.21.5

9. Apakah ada kondisi dan pengecualian yang CASR 139.171


perlu diikuti?
Cek Produk
1. Apakah penyelenggara bandar udara Inspektur Cek
mengindikasikan bagaimana mereka dapat
memastikan bahwa fasilitas aerodrome sesuai
dengan Manual of Standard (MOS)?
2. Apakah pendokumentasian mencakup Inspektur Cek
pengadaan fasilitas baru?
3. Dan pemeliharaan/penggantian fasilitas yang Inspektur Cek
ada?

4. Apakah karakteristik fisik area pergerakan Inspektur Cek


sesuai dengan Manual of Standard (MOS)?
5. Apakah perambuan aerodrome sesuai dengan Inspektur Cek
standard Manual of Standard (MOS)?
6. Apakah area sinyal sesuai dengan Manual of Inspektur Cek
Standard (MOS)?
7. Apakah indikator angin sesuai dengan Manual Inspektur Cek
of Standard (MOS)?
8. Apakah PAPI/VASI sesuai dengan Manual of Inspektur Cek
Standard (MOS)?
9. Apakah penerangan area pergerakan sesuai Inspektur Cek

FORMULIR II II - 29
dengan Manual of Standard (MOS)?
Umpan Balik
Apakah kerusakan berkaitan dengan inspeksi atau Inspektur Cek
isu-isu kesesuaian diketahui, dilaporkan dan
ditindaklanjuti?

D.3 SISTEM PELAPORAN


Aktivitas dan Tujuan Ref. CASR139 Memenuhi Referensi
Penjelasan
– MOS 139 (Ya/Tidak) dalam AM
Buku Pedoman Pengoperasian Bandar Udara
1. Apakah buku pedoman (manual) berisikan CASR 139.075
rincian pengaturan untuk pelaporan tentang CASR 139 App1
adanya perubahan yang dapat mempengaruhi ,4.1(a)
operasi pesawat udara kepada Aeronautical
Information Services (AIS) dan air traffic
services (ATS) setempat dan Ditjen
Perhubungan Udara?
2. Apakah perubahan yang dapat mempengaruhi CASR 139
operasi pesawat udara selama dan di luar jam App.1 Bag4
kerja normal operasional bandar udara Butir 4.1 (a)
(aerodrome) di catat dan dilaporkan?
3. Apakah sudah mencantumkan rincian kontak CASR 139
personel dalam organisasi untuk memperoleh App.1 , 4.1 (c)
laporan perubahan?
4. Termasuk nama personel pelapor (reporting CASR 139
officer) yang bertanggungjawab melaporkan App.1 , 4.1 (c)
perubahan dan nomor telepon untuk
menghubunginya selama dan sesudah jam
kerja?
5. Dan proses yang memastikan bahwa personel MOS.10.6.2
pelapor (reporting officer) telah dilatih sesuai
dengan Manual of Standard (MOS)?
6. Dan pengaturan untuk melaporkan perubahan CASR 139.075
informasi bandar udara (aerodrome) yang
diterbitkan dalam Aeronautical Information
Publication (AIP) kepada Aeronautical
Information Services AIS dan Direktorat
Jenderal Perhubungan udara?
7. Dan untuk memastikan bahwa pemberitahuan CASR 139.075
ke Aeronautical Information Services (AIS) (3)
adalah dalam bentuk tertulis?
8. Dan prosedur untuk menerbitkan NOTAM? MOS 10.3
9. Termasuk NOTAM untuk perubahan temporer MOS 10.3.2
atau permanen pada kondisi fisik bandar udara
yang dapat mempengaruhi keselamatan
pesawat udara?
10. Termasuk rincian bahwa penyelenggara bandar CASR 139
udara harus membuat letter of agreement (LOA) App.1 , 4.1 (b)
atau sejenisnya dengan unit pelayanan
informasi aeronautika di unit ATS bandar udara
masing – masing untuk memastikan mekanisme
dan koordinasi penerbitan NOTAM
11. Dan kejadian lainnya yang berkaitan dengan MOS 10.2.1.4
operasional atau pemeliharaan bandar udara
(aerodrome) yang dapat mempengaruhi
keselamatan pesawat udara?
12. Dan pengaturan penyimpanan catatan atau MOS 10.3.9
laporan yang dibuat? Inspektur Chek

Penyimpanan Catatan
1. Daftar dokumen yang dicek Inspektur Chek
2. Apakah penyelenggara bandar udara Inspektur Chek
menyimpan catatan sesuai dengan buku
pedoman (manual)?
3. Apakah tersedia data pelatihan dari personel? Inspektur Chek
Fasilitas
1. Apakah tersedia personel dan sumber daya CASR 139.165
yang cukup dan memadai? (3)
2. Apakah personel pelapor telah dilatih sesuai CASR 139.165
dengan buku pedoman (manual)? (3)
MOS 10.6.2
Prosedur
1. Apakah perubahan kondisi fisik telah dilaporkan
ke Aeronautical Information Services (AIS) dan CASR 139.075
dibuat sesuai dengan buku pedoman (manual)? (3, 4))
FORMULIR II II - 30
Dan perubahan pada informasi yang CASR 139 App1
diterbitkan? Bag 4 Butir 4.1
Dan untuk obstacle?
2. Apakah laporan dibuat oleh personel yang CASR 139.165
ditunjuk dalam buku pedoman (manual)? (1)
CASR 139 App1
, 4.1
3. Apakah rincian contact person sesuai dengan CASR 139 App1
yang ada di buku pedoman? , 4.1(c)
4. Apakah para personel memahami persyaratan MOS 10.6.2
keselamatan terkait dengan pelaporan? Inspektur Chek
5. Apakah ada kondisi dan pengecualian yang CASR 139.171
harus diikuti?
Cek Produk
Apakah kondisi lapangan mendukung kebenaran Inspektur Chek
NOTAM yang ada atau yang terakhir?
Umpan Balik
Apakah insiden berkaitan dengan pelaporan Inspektur Chek
diketahui, dilaporkan dan ditindaklanjuti?

E. SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN


 Penggunaan checklist dibawah ini dipergunakan untuk penerbitan sertifikat bandar udara terkait
pemeriksaan dokumen manual Sistem Manajemen Keselamatan Operasi Bandar Udara.
 Penggunaan checklist perpanjangan sertifkat dan pengawasan bandar udara mengacu pada
Petunjuk Teknis Peraturan Kesalamatan Penerbangan Sipil Implementasi Pelaksanaan Sistem
Manajemen Keselamatan Operasi Bandar Udara

E.1 INFORMASI UMUM MANUAL MANAJEMEN KESELAMATAN OPERASI BANDAR


UDARA (SMS MANUAL)

Aktivitas dan Tujuan Ref. CASR139 Memenuhi Referensi


Penjelasan
– MOS 139 (Ya/Tidak) dalam AM

1. Apakah operator aerodrome memiliki copy yang SKEP/223/X/20


lengkap dan terbaru yang disimpan di bandar 09
udara (aerodrome)? Lamp II
a. Apakah dalam bentuk cetak ?
b. Apakah operator memberikan copy yang SKEP/223/X/20
lengkap dan terbaru kepada Direktorat 09
Jenderal Perhubungan Udara ? Lamp II
c. Apakah copy milik operator dapat dilihat SKEP/223/X/20
oleh orang yang diberi kewenangan oleh 09
Direktorat Jenderal Perhubungan Udara Lamp II
(inspektur) pada saat jam kerja normal?
2. Apakah buku pedoman berisikan lebih dari 1 SKEP/223/X/20
dokumen ? 09
a. Jika ya, apakah ada referensi terhadap Lamp II
dokumen-dokumen lain tersebut secara
tepat ?
b. Apakah copy lainnya disimpan dalam
bentuk elektronik ?
3. Apakah Direktorat Jenderal Perhubungan Udara SKEP/223/X/20
menerima manual tersebut ? 09
Lamp II
4. Manual Sistem Manajemen Keselamatan dibuat SKEP/223/X/20
secara bertahap dengan benar-benar mengkaji 09
bahwa prosedur-prosedur yang tercantum Lamp II
dalam manual Sistem Manajemen Keselamatan
merupakan penjabaran dari kebijakan
keselamatan (safety policy) dan merupakan
prosedur untuk melaksanakan kebijakan
keselamatan dan mencapai sasaran
keselamatan (safety objective)?
5. Apakah Manual Sistem Manajemen SKEP/223/X/20
Keselamatan dibuat bukan semata-mata untuk 09
pemenuhan terhadap peraturan yang ada, tetapi Lamp II
lebih kepada bagaimana suatu operator bandar
udara menjalankan operasional bandar udara
sehari-hari?
6. Apakah yang tertulis dalam manual Sistem SKEP/223/X/20
Manajemen Keselamatan dipahami oleh semua 09
orang serta tersedia sarana dan prasarana Lamp II
dalam pelaksanaannya untuk mencapai tujuan

FORMULIR II II - 31
sebenarnya dari pelaksanaan Sistem
Manajemen Keselamatan yaitu peningkatan
keselamatan operasional di bandar udara?
7. Apakah didalam manual terdapat daftar SKEP/223/X/20
perubahan dan apakah terdadapat revisi atas 09
perubahan struktur organisasi dan/atau Lamp II
penggantian petugas keselamatan?
8. Apakah ada satu orang tertentu yang ditunjuk
sebagai pengontrol manual ?
9. Apakah dalam manual memuat rincian SKEP/223/X/20
petugas/personel yang memegang copy ? dan 09
prosedur yang memastikan bahwa buku Lamp II
pedoman yang telah dimutakhirkan telah
didistribusikan ke seluruh pemegang ?
10. Dapatkah seorang pembaca memberitahukan SKEP/223/X/20
kapan perubahan pada manual telah dilakukan? 09
Lamp II
11. Adakah prosedur yang memastikan bahwa jika SKEP/223/X/20
ada penyimpangan dari buku pedoman yang 09
dibuat untuk memastikan keselamatan pesawat Lamp II
terbang akan dilaporkan ke Direktorat Jenderal
Perhubungan Udara dalam tempo 30 hari?

E.2 KEBIJAKAN DAN SASARAN KESELAMATAN


Aktivitas dan Tujuan KM. 20/2009 Status Komentar
SKEP/223/X/20 Penjelasan
09

1. Apakah komitmen keselamatan telah SKEP


ditandatangani oleh accountable executive? 223/X/2009
LAMPIRAN II
2. Accountable executive ini harus merupakan SKEP
seorang yang mudah diidentifikasi dan 223/X/2009
bertanggung jawab penuh terhadap pemenuhan LAMPIRAN II
organisasi Sistem Manajemen Keselamatan
serta pemenuhan terhadap persyaratan
peraturan penerbangan di bandar udara
tersebut?
3. Apakah komttmen tersebut minimal berisikan SKEP
“Pokok-pokok Keselamatan” sebagaimana 223/X/2009
dijelaskan dalam Peraturan Direktur Jenderal LAMPIRAN II
Perhubungan Udara?
4. Dan apakah berisikan komitmen dikalangan SKEP
manajemen atas (top management)/Pejabat dan 223/X/2009
seluruh karyawan ? LAMPIRAN II
5. Apakah kebijakan dan sasaran keselamatan SKEP
termuat dalam manual berisikan tentang ”just 223/X/2009
culture” (non punitive) kepada seluruh karyawan LAMPIRAN II
dan pengguna bandar udara?
6. Apakah Accountable Executive telah SKEP
menentukan atau menyatakan “Sasaran 223/X/2009
Keselamatan” atas output keselamatan? Yang LAMPIRAN II
berisikan :
a . Penetapan indikator kinerja keselamatan;
b. Penetapan target kinerja keselamatan; dan
c. Penetapan persyaratan keselamatan di
bandara.
7. Apakah Kebijakan Keselamatan yang termuat SKEP
atau dijelaskan dalam manual dapat dipahami 223/X/2009
untuk petugas yang melaksanakan kegiatan LAMPIRAN II
tersebut?
8. Apakah dalam kebijakan ini memuat : SKEP
a. Komitmen Pejabat tertinggi/Kepala 223/X/2009
Bandar Udara? LAMPIRAN II
b. Tugas dan tanggung jawab jajaran
pemangku Jabatan?
c. Penyediaan SDM dan budgeting yang
memadai?
d. Pecapaian sasaran keselamatan
termasuk acuan pelaksanaan non punitive
hazard reporting, hazard dan risk
management, pendidikan dan/atau
pelatihan, dan alat komunikasi informasi
keselamatan?
9. Apakah kebijakan dan sasaran keselamatan SKEP
telah ditandatangani oleh accountable 223/X/2009
FORMULIR II II - 32
executive/Kepala Bandar Udara? LAMPIRAN II
10. Apakah setiap terjadi perubahan dalam
lingkungan kerja di bandar udara, baik
perubahan internal maupun eksternal, dibentuk
suatu kelompok untuk melakukan penilaian SKEP
secara formal yang perubahan tersebut 223/X/2009
mempengaruhi kinerja keselamatan operasional LAMPIRAN II
bandar udara ? Sub Bab 2.3
11. Perubahan eksternal maupun internal? SKEP
223/X/2009
LAMPIRAN II
12. Apakah perubahan ini dibahas melalui SKEP
forum/kelompok dalam rapat/pertemuan dengan 223/X/2009
Safety Action Group (SAG) dan Safety Review LAMPIRAN II
Board (SRB)?
13. Apakah pelaksanaan sosialisasi dan komunikasi SKEP
keselamatan ke semua karyawan menggunakan 223/X/2009
sarana Newsletter, Journal, Safety Alert’ Safety LAMPIRAN II
Board, dll?
14. Bagaimana tata cara sosialisasi dan SKEP
komunikasi? 223/X/2009
LAMPIRAN II
15. Apakah Instansi telah menyediakan fasilitas SKEP
pendukung atas sarana tersebut, berikut 223/X/2009
penyebarannya? LAMPIRAN II

E.3 STRUKTUR ORGANISASI DAN TANGGUNG JAWAB


Aktivitas dan Tujuan Ref. CASR139 Memenuhi Referensi
Penjelasan
– MOS 139 (Ya/Tidak) dalam AM

1. Apakah dalam struktur organisasi SKEP


mencantumkan adanya safety manager/officer 223/X/2009
dengan jalur komunikasi langsung kepada LAMPIRAN II
accountable executive, beserta daftar contact Sub Bab 3.1
person?
2. Apakah memuat tanggung jawab Senior SKEP
Manager? 223/X/2009
LAMPIRAN II
Sub Bab 3.2.1
3. Apakah komitmen dari Senior Manager/Pejabat SKEP
telah menunjuk Safety Manager/officer? 223/X/2009
Menyediakan sumber daya yang cukup untuk LAMPIRAN II
mengatasi masalah keselamatan? Sub Bab 3.2.1
4. Apakah berikan juga tanggung jawab kepada SKEP
Kepala Bandar Udara terkait dengan kinerja 223/X/2009
keselamatan? LAMPIRAN II
Sub Bab 3.2.2
5. Dan tanggung jawab Safety Manager SKEP
Safety/Officer? 223/X/2009
LAMPIRAN II
Sub Bab 3.2.3
6. Dalam implementasi Safety Action Group (SAG) SKEP
menjadi wadah atau kelompok dalam 223/X/2009
pemacahan masalah terkait dengan LAMPIRAN
keselamatan, berapa kali dalam 1 (satu) bulan IISub Bab 3.2.4
pelaksanaan pertemuan tersebut?
7. Apakah dalam manual menjelaskan tugas dari SKEP
SAG tyang antara lain : 223/X/2009
LAMPIRAN II
Sub Bab 3.2.4
a. pemecahan terhadap risiko keselamatan
operasional bandar udara 
yang telah
diidentifikasi; ?
b. melaksanakan corrective action plans?
c. Melaksanakan corrretive action sesuai
waktu yang telah ditentukan?
d. Pecapaian sasaran keselamatan termasuk
acuan pelaksanaan non punitive hazard
reporting, hazard dan risk management,
pendidikan dan/atau pelatihan, dn alat
komunikasi informasi keselamatan?
e. Reviiew atas efektifitas mitigasi.defences
terhadap resiko yang ada
8. Apakah anggota SAG ini merupakan para SKEP
manajer/pejabat, karyawan yang terkait 223/X/2009

FORMULIR II II - 33
langsung dengan operasi bandar udara? LAMPIRAN II
Sub Bab 3.2.4
9. Dan apakah terintergrasi dengan komite bandar SKEP
udara seperti runway safety team action, dll? 223/X/2009
LAMPIRAN II
Sub Bab 3.2.4
10. Apakah disetiap pertemuan Safety Review SKEP
Board (SRG) yang mana terdapat hasil 223/X/2009
pertemuan tersebut telah disimpan sebagai LAMPIRAN II
bahan dekumentasi? Sub Bab 3.2.5
11. Apakah anggota SRG terdiri dari executive SKEP
manager/pejabat bandara yang ditetapkan oleh 223/X/2009
Accuntable executive? Bukti penunjukannya? LAMPIRAN
IISub Bab 3.2.5

E.4 MANAJEMEN RESIKO


Aktivitas dan Tujuan Ref. CASR139 - Memenuhi Referensi
Penjelasan
MOS 139 (Ya/Tidak) dalam AM

1. Apakah Setiap pegawai bertanggung jawab SKEP/223/X/20


untuk melakukan identifikasi hazard dan 09
melaporkan kepada Safety Manager/Officer ?
2. Apakah Format pelaporan hazard sudah seperti SKEP/223/X/20
pada Apendiks D SKEP/223/X/2009 ? 09
3. Apakah hazard checklist sudah seperti pada SKEP/223/X/20
Apendiks F SKEP/223/X/2009? 09
4. Apakah para pegawai yang terkait dengan SKEP/223/X/20
operasional diberikan pelatihan identifikasi 09
hazard dan pelaporannya ?

5. Apakah Identifikasi hazard yang ada di Bandar SKEP/223/X/20


Udara dilakukan 09
berdasarkan Pelaporan atau Inspeksi gabungan
atau Audit?
6. Apakah Safety Manager/Officer bertanggung SKEP/223/X/20
jawab untuk melakukan penilaian lingkungan 09
kerja dalam rangka identifikasi hazard yang ada
maupun yang secara potensial bisa menjadi
hazard ?
7. Apakah Analisa risiko sudah dilaksanakan yang SKEP/223/X/20
mana merupakan proses melakukan perkiraan 09
probabilitas dan konsekuensi dari tiap-tiap
hazard sehingga semua risiko dipahami dan
diurutkan prioritasnya ?
8. Apakah Setelah dilakukan penilaian hazard, SKEP/223/X/20
Safety Manager/Officer membuat prioritas risiko 09
serta penanganannya ?
9. Apakah Safety Manager/Officer telah melibatkan SKEP/223/X/20
Safety Action Group untuk membuat prioritas 09
risiko dengan proses manajemen risiko beserta
langkah mitigasi yang diambil dan
penugasannya?
10. Apakah Hasil dari prioritas dan proses mitigasi SKEP/223/X/20
didokumentasikan ? 09
11. Apakah Safety Manager/Officer melaporkan SKEP/223/X/20
hasil mitigasi dari setiap hazard yang dilaporkan 09
?
12. Apakah hasil mitigasi sudah disosialisasikan ? SKEP/223/X/20
09

E.5 SISTEM PELAPORAN, DOKUMENTASI, DAN KONTROL DATA


Aktivitas dan Tujuan Ref. CASR139 - Memenuhi Referensi
Penjelasan
MOS 139 (Ya/Tidak) dalam AM

1. Apakah setiap hazard yang berpotensi dapat SKEP/223/X/20


menyebabkan luka-luka orang, kerusakan 09
peralatan, atau penurunan kinerja peralatan
yang mengancam kelangsungan operasional

FORMULIR II II - 34
bandar udara sudah dilaporkan?
2. Apakah Hazard atau insiden atau kecelakaan SKEP/223/X/20
dapat dilaporkan oleh pegawai, manajemen, 09
customer, penumpang atau kontraktor?
3. Apakah Format pelaporan hazard sudah seperti SKEP/223/X/20
pada Apendiks D SKEP/223/X/2009 ? 09
4. Apakah hazard checklist sudah seperti pada SKEP/223/X/20
Apendiks F SKEP/223/X/2009? 09
5. Apakah Semua personel telah mengetahui SKEP/223/X/20
bahwa informasi yang diterima dengan tujuan 09
untuk memperbaiki masalah bukan untuk
menghukum orang ?
6. Apakah semua personel telah mengetahui SKEP/223/X/20
bahwa Feedback terhadap laporan akan 09
diterima oleh pelapor sebagai penghargaan dan
dukungan untuk memberikan laporan?
7. Apakah Bandar Udara telah mendukung SKEP/223/X/20
pelaksanaan pelaporan hazard, insiden 09
dan/atau kecelakaan dengan metode Non
punitive reporting system atau Confidential
hazard reporting system atau Feedback dari
manajemen terhadap hasil laporan hazard ?
8. Apakah Form pelaporan dilengkapi dan dikirim SKEP/223/X/20
pada Safety Manager/Officer secepatnya 09
termasuk informasi tambahan yang dapat
dilampirkan ketika diperlukan ?
9. Apakah Sistem pelaporan secara resmi pada SKEP/223/X/20
Bandar Udara sudah berupa penerimaan, 09
pengumpulan, dan penyimpanan hazard beserta
feedback mengenai hazard dan risiko yang
mungkin mempengaruhi operasional bandar
udara ?
10. Apakah Proses untuk mendapatkan informasi SKEP/223/X/20
keselamatan di bandar udara melalui : 09
• pelaporan hazard secara rahasia (confidential
hazard reporting);
• confidential surveys or questionnaires of staff;
• informal communication;
• observasi;
• audit keselamatan;
• kotak saran;
• dll.
11. Apakah Sistem pelaporan ini bisa diintegrasikan SKEP/223/X/20
dan sejalan dengan sistem pelaporan yang 09
sudah ada, seperti pelaporan untuk tumpahan
bahan bakar (fuel spillage), pelaporan adanya
bird strike, pelaporan gangguan binatang liar,
pelaporan FOD, dan lain-lain?
12. Apakah Organisasi Bandar Udara sudah SKEP/223/X/20
menganut prinsip penerapan 09
manajemen keselamatan dan peningkatan
berkelanjutan untuk mencapai sasaran
keselamatan ?
13. Apakah Semua data dan dokumentasi yang SKEP/223/X/20
akan dilaksanakan dijaga oleh Petugas 09
Pengontrol Dokumen ?
14. Apakah Penyelenggara Bandar Udara sudah SKEP/223/X/20
menunjuk Petugas pengontrol Dokumen ? 09
15. Apakah Petugas Pengontrol Dokumen sudah SKEP/223/X/20
memastikan bahwa semua pegawai mempunyai 09
akses informasi yang diperlukan ?
16. Apakah Safety Manager/Officer bertanggung SKEP/223/X/20
jawab untuk melakukan amandemen terhadap 09
dokumentasi Sistem Manajemen Keselamatan
termasuk Manual Sistem Manajemen
Keselamatan jika ada perubahan atau
penambahan ?
17. Apakah Amandemen ini dilakukan oleh Petugas SKEP/223/X/20
Pengontrol Dokumen ? 09
18. Apakah Aerodrome Manual Controller SKEP/223/X/20
bertanggung jawab untuk memastikan 09
perubahan Manual Sistem Manajemen
Keselamatan diketahui oleh semua pengguna
manual ?

E.6 PENDIDIKAN DAN/ATAU PELATIHAN (DIKLAT)

FORMULIR II II - 35
Aktivitas dan Tujuan Ref. CASR139 - Memenuhi Referensi
Penjelasan
MOS 139 (Ya/Tidak) dalam AM

1. Apakah Semua pegawai akan memperoleh SKEP/223/X/20


pendidikan dan/atau pelatihan (Diklat) sesuai 09
dengan peran masing-masing dalam Sistem
Manajemen Keselamatan ?
2. Apakah Diklat diadakan dengan tujuan untuk SKEP/223/X/20
mengkomunikasikan 09
kebijakan dan keselamatan kepada semua
pegawai dengan dukungan penuh dari
manajemen senior ?
3. Apakah Diklat akan diadakan juga ketika ada SKEP/223/X/20
persyaratan peraturan baru atau 09
peralatan/fasilitas baru atau prosedur/proses
baru yang
mempengaruhi operasional bandar udara ?
4. Apakah Safety Manager/Officer mengatur SKEP/223/X/20
kebutuhan diklat semua pegawai terkait dengan 09
keselamatan ?
5. Apakah Program diklat keselamatan ini SKEP/223/X/20
termasuk diklat awal (initial) dan/atau refreshing 09
untuk pegawai baru maupun lama sesuai
dengan
tugas masing-masing ?
6. Apakah Catatan (record) diklat dari tiap-tiap SKEP/223/X/20
pegawai yang mencakup nama, tanggal, judul 09
diklat, dst tercatat dengan benar ?
7. Apakah Dalam penyusunan dan pencatatan SKEP/223/X/20
diklat ini Safety Manager /Officer dapat bekerja 09
sama dengan bagian SDM ?
8. Apakah Program ini mencakup diklat yang SKEP/223/X/20
dilakukan secara eksternal maupun internal ? 09
9. Apakah Rencana program diklat (training)
sesuai dengan Apendiks G dan Apendiks H
SKEP/223/X/2009 ?
10. Apakah proses pendokumentasian training telah SKEP/223/X/20
sesuai dengan yang dijelaskan pada Apendiks 09
K. SKEP/223/X/2009 ?
11. Apakah Safety Manager/Officer sudah SKEP/223/X/20
melakukan evaluasi terhadap efektifitas 09
pelaksanaan program diklat terkait dengan
keselamatan operasional bandar udara ?
12. Apakah evaluasi melalui melalui feedback SKEP/223/X/20
digunakan untuk mengetahui: 09
• pemahaman pegawai terhadap operasional
Sistem Manajemen Keselamatan;
• pemahaman pegawai terhadap perannya
dalam Sistem Manajemen
Keselamatan;
• bagaimana pegawai memahami tujuan Sistem
Manajemen Keselamatan
untuk meningkatkan keselamatan operasional
bandar udara dan
mekanisme sistem pelaporan yang tidak
bertujuan untuk menyalahkan.

E.7 PENILAIAN DAN AUDIT

Aktivitas dan Tujuan Ref. CASR139 - Memenuhi Referensi


Penjelasan
MOS 139 (Ya/Tidak) dalam AM

1. Apakah Bandar Udara menerapkan program SKEP/223/X/20


audit keselamatan untuk 09
memverifikasi pemenuhan standar keselamatan
dan untuk menentukan
tingkat efektifitas keseluruhan program
keselamatan (Sistem Manajemen
Keselamatan) ?
2. Apakah Audit dilaksanakan bersamaan dengan SKEP/223/X/20
inspeksi teknis 09
keselamatan bandar udara setahun sekali
seperti yang tercantum dalam KM No. 24 tahun
2009 tentang PKPS 139 (CASR 139) ?
3. Apakah Safety Manager/Officer dapat mengatur SKEP/223/X/20
jadwal audit untuk hal-hal yang tidak tercantum 09
dalam inspeksi teknis keselamatan bandar
FORMULIR II II - 36
udara?
4. Apakah Audit program dilaksanakan secara
berjadwal ataupun pada saat diperlukan, untuk
menindaklanjuti risiko-risiko yang sudah
diidentifikasi, beserta tindak lanjut dan orang
yang bertanggung jawab untuk
melaksanakannya ?
5. Apakah Laporan beserta hasilnya direview oleh SKEP/223/X/20
Safety Manager/Officer? 09
6. Apakah saat pelaksanaan audit menggunakan SKEP/223/X/20
audit checklist sesuai dengan Apendiks L 09
SKEP/223/X/2009 ?
7. Apakah Safety Manager/Officer membuat SKEP/223/X/20
rencana audit yang mencakup: 09
 Frekuensi audit Sistem Manajemen
Keselamatan;Ruang lingkup audit;
 Identifikasi personel yang terlibat dalam
audit;
 Tanggung jawab (responsibilities)
audit;
 Penggunaan hazard checklist untuk
identifikasi hazards ataupun potensial
risiko yang mungkin terjadi;
 Proses penyimpanan dokumen terkait
dengan temuan selama proses
audit berlangsung;
 Metode penyampaian kepada manager
dan personel terkait dengan hasil
temuan.
8. Apakah Safety Manager/Officer dapat SKEP/223/X/20
memastikan laporan setiap audit selesai dalam 09
waktu tidak lebih dari 1 (satu) bulan ?
9. Apakah Laporan audit juga mencakup SKEP/223/X/20
rekomendasi untuk mencegah temuan tersebut 09
terulang kembali, atau untuk meminimalisasi
dampak atau untuk mengatur supaya tingkat
keselamatan menjadi lebih baik ?
10. Apakah Laporan audit sudah dipresentasikan di SKEP/223/X/20
depan CEO/GM/Kepala Bandar Udara dan 09
disampaikan juga kepada Direktorat Bandar
Udara - Direktorat Jenderal Perhubungan Udara
?
11. Apakah CEO/GM/Kepala Bandar Udara SKEP/223/X/20
mengatur pelaksanaan audit 09
terhadap Safety Manager/Officer dan
bawahannya ?
12. Apakah Safety Manager/Officer bertanggung SKEP/223/X/20
jawab terhadap terlaksananya audit 09
keselamatan ?
13. Apakah Audit ini terlaksana tidak lebih dari 12 SKEP/223/X/20
bulan atau setiap 09
ada pekerjaan sisi udara yang baru ?
14. Apakah Safety Manager/Officer mendelegasikan SKEP/223/X/20
penilaian audit kepada staf yang ditunjuk 09
15. Apakah Setelah dilaksanakan audit, semua SKEP/223/X/20
hazard dan temuan dibahas dan diberi peringkat 09
dalam Safety Action Group (SAG) untuk
pemecahannya ?
16. Apakah Hasil pembahasan dilaporkan ke SKEP/223/X/20
CEO/GM/Kepala Bandar Udara? 09
17. Apakah investigasi yang dilakukan terhadap SKEP/223/X/20
timbulnya hazard, dikarenakan adanya insiden 09
dan kecelakaan merupakan investigasi terhadap
penyebab dasar (root cause) yang bertujuan
untuk peningkatan keselamatan dan mencegah
terulang kembalinya kejadian ?
18. Apakah Safety Manager/Officer melakukan SKEP/223/X/20
investigasi terhadap peristiwa yang memicu 09
kejadian, penyebab kejadian, dan kejadian itu
sendiri ?
19. Apakah Investigasi ini mempunyai 2 (dua) tujuan SKEP/223/X/20
untuk: 09
1. mengetahui fakta-fakta kejadian; dan
2. mendapat rekomendasi terhadap apa yang
harus dilakukan untuk
mencegah hal tersebut terulang kembali.
20. Apakah Dalam pelaksanaan investigasi, Safety SKEP/223/X/20
FORMULIR II II - 37
Manager/Officer menunjuk daftar pegawai yang 09
akan melaksanakan proses investigasi ?
21. Apakah Dalam hal kejadian serius atau SKEP/223/X/20
kecelakaan pesawat udara, Safety 09
Manager/Officer memastikan bahwa KNKT
diberitahu hal tersebut dan
berkoordinasi supaya investigasi KNKT berjalan
dengan baik ?
22. Apakah Safety Manager/Officer bertanggung SKEP/223/X/20
jawab untuk melaksanakan penilaian (risk 09
assessment) terhadap hazards dan risiko terkait
dengan adanya kejadian atau kecelakaan ?

E.8 EVALUASI SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN


Aktivitas dan Tujuan Ref. CASR139 - Memenuhi Referensi
Penjelasan
MOS 139 (Ya/Tidak) dalam AM

1. Apakah Safety Manager/Officer harus SKEP/223/X/2


melakukan evaluasi tahunan terhadap Sistem
Manajemen Keselamatan ?
009
2. Apakah kebijakan keselamatan telah jelas SKEP/223/X/2
tertulis dan dipahami oleh
semua pegawai?
009
3. Apakah sudah ada sistem pelaporan hazard SKEP/223/X/2
yang dapat mencegah
adanya risiko?
009
4. Bagaimana keterbukaan dari sistem pelaporan SKEP/223/X/2
yang terjadi dan
kontribusinya terhadap keselamatan?
009

5. Apakah sudah ada feedback pada semua level SKEP/223/X/2


pegawai? 009
6. Apakah training sudah dilaksanakan sesuai SKEP/223/X/2
dengan kebutuhan pegawai? 009
7. Apakah Accountable executive dan Safety SKEP/223/X/2
Manager/Officer menentukan bagaimana
evaluasi formal Sistem Manajemen
009
Keselamatan akan dilaksanakan sesuai dengan
kompleksitas operasi bandar udara,
kompleksitas Sistem Manajemen Keselamatan,
dan ketersediaan SDM untuk pelaksanaan
evaluasi ini ?
8. Apakah dilakukan Monitoring dan review SKEP/223/X/2
dampak Sistem Manajemen Keselamatan
terhadap operasional bandar udara baik dampak
009
jangka panjang maupun jangka pendek, seperti:
 Kemampuan untuk identifikasi hazard
sebelum adanya kejadian atau
kecelakaan;
 Respon terhadap perubahan aktifitas di
sisi udara, misalnya dampak
perubahan jadwal inspeksi rutin;
 Aktivitas sehari-hari;
 Audit keselamatan, assessment, dan
investigasi

FORMULIR II II - 38
A. CHECKLIST KARAKTERISTIK FISIK FASILITAS BANDAR UDARA

Nama Bandar Udara : Jenis Pesawat Udara Udara Terbesar :


Tipe Runway : Aerodrome Ref. Code :

CODE NUMBER HASIL PEMERIKSAAN


FASILITAS REFF MOS URAIAN PEMERIKSAAN
NO 1 2 3 4 S US NA
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
1 Runway 6.2.1 Lokasi Runway Threshold ≥ 30 m ≥ 60 m ≥ 60 m ≥ 60 m
6.2.2 Panjang Harus cukup untuk memenuhi persyaratan operasional
6.2.3 Lebar
(ab)
Code Letter A > 18 m (a) ≥ 23 m ≥ 30 m -
tidak boleh
kurang30 m, jika
runway precision
aproach (b) Lebar
dapat dikurangi 15
m - 20 m, jika
operasi Pesawat
Udara kecil
(a)
Code Letter B ≥ 18 m (a) ≥ 23 m ≥ 30 m -
tidak boleh
kurang30 m, jika
runway precision
aproach
(a
Code Letter C ≥ 23 m ) (a) ≥ 30 m ≥ 30 m ≥ 45 m
tidak boleh
kurang30 m, jika
runway precision
aproach
Code Letter D - - ≥ 45 m ≥ 45 m
Code Letter E - - - ≥ 45 m
Code Letter F - - - ≥ 60 m
2 Alas Perputaran 6.2.4.2 Sudut perpotongan turn ≤ 30 derajat
Runway (Runway pad dan runway
Turn Pad) 6.2.4.3 Minimum clearance
Code Letter A ≥ 1,5 m
Code Letter B ≥ 2,25 m
(a)
Code Letter C ≥ 4,5 m (a)3 m, jika jarak roda depan dan roda belakang < 18 m

FORMULIR II II - 128
CODE NUMBER HASIL PEMERIKSAAN
FASILITAS REFF MOS URAIAN PEMERIKSAAN
NO 1 2 3 4 S US NA
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
Code Letter D ≥ 4,5 m
(b)
Code Letter E ≥ 4,5 mb 6 m, jika kondisi cuaca sangat buruk dan penurunan friksi
(b)
Code Letter F 4,5 m (b) 6 m, jika kondisi cuaca sangat buruk dan penurunan friksi
6.2.4.4 Kemiringan Memanjang ≤ 2% ≤ 2% ≤ 1,75% ≤ 1,5%
turn pad
6.2.4.4 Kemiringan Melintang ≤ 2,5% ≤ 2,5% ≤ 2,5% ≤ 2,5%
turn pad
6.2.4.5 Kekuatan Turn Pad Harus sama dengan kekuatan runway
6.2.4.6 Konstruksi Permukaan Harus sama dengan konstruksi runway
6.2.4.7 Bahu (Shoulder) Menutupi mesin terluar Pesawat Udara terbesar
3 Runway Sejajar 6.2.5 Jarak Minimum runway ≥ 120 m ≥ 150 m ≥ 210 m ≥ 210 m
Instrumen paralel non instrumen
Pendekatan Pendekatan Keberangkatan Operasi
Jarak Minimum runway
independen dependen paralel Paralel
paralel instrumen
Terpisah
≥ 1035 m ≥ 915 m ≥ 760 m ≥ 760 m
6.2.6.3 Kemiringan Longitudinal
sepanjang 1/4 pertama < 0,8 % < 0,8 % < 0,8 % < 0,8 %
dan terakhir
6.2.6.5 Jika Perubahan tidak
dapat dihindari,
perubahan pada
<2% <2% < 1,5 % < 1,5 %
kemiringan longitudinal
antara bagian runway
yang berkaitan
6.2.6.3 Kemiringan Longitudinal
sepanjang 1/4 pertama < 0,8 % < 0,8 % < 0,8 % < 0,8 %
dan terakhir
6.2.6.6 Transisi dari satu < 0,4 % setiap 30 < 0,4 % setiap < 0,2 % setiap < 0,1 %
kemiringan kelain harus m (radius 30 m (radius 30 m (radius setiap 30 m
dilakukan dengan suatu lengkung min. lengkung min. lengkung min. (radius
kurva vertikal, dengan 7.500 m) 7.500 m) 15.000 m) lengkung
tingkat perubahan min. 30.000
m)
6.2.5.3 Jarak Minimum runway Pendekatan Pendekatan Keberangkatan Operasi
paralel instrumen independen dependen paralel Paralel
Terpisah
>1035 m >915 m >760 m >760 m

FORMULIR II II - 46
CODE NUMBER HASIL PEMERIKSAAN
FASILITAS REFF MOS URAIAN PEMERIKSAAN
NO 1 2 3 4 S US NA
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
4. Kemiringan Runway 6.2.6.1 Kemiringan Memanjang ≤ 2% ≤ 2% ≤ 1% ≤ 1%
Runway
6.2.6.2 Kemiringan longitudinal <2% <2% <1,5% <1,25%
disepanjang bagian-
bagian runway
Catatan :Kemiringan seragam untuk paling tidak sepanjang 300 m perlu disediakan ujung runway,
dan pada bandar udara dimana beroperasi pesawat jet besar maka jarak ini dapat dinaikan
paling sedikit 600 m

6.2.6.7 Jarak antara titik 45 m atau 45 m atau 45 m atau 45 m atau


perpotongan dari dua Dengan Rumus = Dengan Dengan Rumus Dengan
perubahan kemiringan D = k ({S1- Rumus = D = k = D = k ({S1- Rumus = D =
longitudinal yang S2}+{S2- ({S1-S2}+{S2- S2}+{S2- k ({S1-
berturut-turut S3})/100, S3})/100, S3})/100, S2}+{S2-
dimana "k" = dimana "k" = dimana "k" = S3})/100,
5.000 m 5.000 m 15.000 m dimana "k" =
30.000 m
6.2.8.1 Jarak Pandang runway
Dari sebuah titik 1,5 m diatas permukaan runway ke titik lainya 1,5 m
Code Letter A
di atas runway untuk 1/2 bagian panjang runway
Dari sebuah titik 1,5 m diatas permukaan runway ke titik lainya 1,5 m
Code Letter B
di atas runway untuk 1/2 bagian panjang runway
Code Letter C
Code Letter D Dari sebuah titik 3 m diatas permukaan runway ketitik lainya 3 m di
Code Letter E atas runway untuk 1/2 bagian panjang runway
Code Letter F
6.2.8.2 Jika penerangan runway disediakan, garis pandang tak terganggu dari ketinggian 3 m di atas
seberang titik pada permukaan runway ke seberang titik lainya dipermukaan runway tidak boleh
kurang dari 600 m
6.2.9 Kemiringan Melintang Maksimum Minimum
Runway
Code Letter A 2,5% 1,5%
Code Letter B 2,5% 1,5%
Code Letter C 2,0% 1,0%
Code Letter D 2,0% 1,0%
Code Letter E 2,0% 1,0%
Code Letter F 2,0% 1,0%

FORMULIR II II - 47
CODE NUMBER HASIL PEMERIKSAAN
FASILITAS REFF MOS URAIAN PEMERIKSAAN
NO 1 2 3 4 S US NA
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
5. Permukaan Runway 6.2.10 Konstruksi Permukaan Lapisan bitumen, aspal atau beton harus memiliki kedalaman tekstur
permukaan (surface texture depth) rata-rata tidak kurang dari 1 mm
disepanjang lebar dan panjang runway sepenuhnya
Rumput/alami & tanah liat sama dengan yang dipakai oleh Pesawat
Udara udara berukuran kecil
Catatan : Lapisan perkerasan runway harus sedemikian rupa
sehingga pada saat diuji dengan alat uji bersisi lurus sepanjang 3 m
yang ditempatkan dimana saja pada permukaan, tidak ada deviasi
lebih besar dari 3 mm diantara permukaan bawah alat (lowere edge)
dan permukaan perkerasan runway dimanapun disepanjang alat uji
6.2.10 Kondisi Permukaan
- Air
- Retak/Pecah
- Lapisan Karet
- Ketidakaturan
Permukaan
- Kerusakan oleh cairan
korosif
- Kebocoran Pipa
Pembuangan
- Gerusan/Erosi saluran
- Rerumputan
- Tanah Lunak
- Tanda lain berpotensi
hazard
- Gerusan/Erosi saluran
- Rerumputan
- Tanah Lunak
- Tanda lain berpotensi
hazard
6.2.11 Kekuatan Permukaan PCN >ACN<1,1 PCN (Fleksibel)
PCN >ACN<1,05 PCN (Rigid)

6 Bahu Runway 6.2.12 Lebar Lebar (Runway + Bahu) harus disediakan tidak boleh kurang dari 36
m, jika lebar runway 30 m dan digunakan Pesawat Udara udara > 100
seat
Code Letter A -
Code Letter B -

FORMULIR II II - 48
CODE NUMBER HASIL PEMERIKSAAN
FASILITAS REFF MOS URAIAN PEMERIKSAAN
NO 1 2 3 4 S US NA
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
Code Letter C ≥ 60 m
Code Letter D ≥ 60 m
Code Letter E ≥ 60 m
Code Letter F ≥ 75 m
6.3.13 Karakteristik Bahu - Sama lebar dikedua sisi
Runway
- miring ke arah bawah dan menjauh dari permukaan runway
- tahan terhadap erosi semburan mesin pesawat udara
- mampu menyediakan dukungan bagi Pesawat Udara udara tanpa
mengakibatkan kerusakan struktur Pesawat Udara
6.2.12.5 Kemiringan Melintang ≤ 2,5% ≤ 2,5% ≤ 2,5% ≤ 2,5%
6.2.12.6 Permukaan Bahu Runway Untuk melayani pesawat jet (jet-prpopelled aeroplanes)
permukaannya harus dilapisi pelindung bitumen, aspal atau beton
7 Declared Distance 5.1.4.13 TORA TORA = Panjang RWY
TODA TODA = TORA + CWY
ASDA ASDA = TORA + SWY
LDA LDA = Panjang RWY (Jika threshold tidak digantikan)
8 Runway Strip 6.3.2 Panjang ≥ 30 m ≥ 60 m ≥ 60 m ≥ 60 m
(c)
Non Instrumen 6.3.3.1 Lebar (ab) ≥ 80 m (c) ≥ 90 m ≥ 150 m
≥ 60 m (a) min.
min. 60 m,
30 m jika MTOW
siang hari,
<5700 Kg, (b) min.
MTOW<5.700
80 m, malam hari
Kg
(b)
Instrumen Non 6.3.3.2 Lebar ≥ 90 m ≥ 90 m ˃ 150 m (jika ≥ 300 m (Jika
Presisi lebar 30 m)(a) lebar runway 45
(a) 90 m, jika m atau lebih (b)
Pesawat 150 m, landing
minimal
Udara udara
3C

(a) (a)
Instrumen Presisi 6.3.3.3 Lebar ≥ 300 m (a) ≥ 300 m (a)
Memanjang 105 Memanjang 105
m, lebar m, lebar
≥ 150 m ≥ 150 m bertahap bertahap
dikurangi dikurangi
sampai 75 m, sampai 75 m,
dari garis dari garis

FORMULIR II II - 49
CODE NUMBER HASIL PEMERIKSAAN
FASILITAS REFF MOS URAIAN PEMERIKSAAN
NO 1 2 3 4 S US NA
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
tengah 150 m tengah 150 m
6.3.4 Kekuatan Mampu untuk mencegah runtuhnya nose landing gearpesawat
udara, Permukaan harus dipersiapkan sedemikian rupa agar mampu
menyediakan daya pengereman bagi sebuah pesawat udara dan
dibawah permukaan, mampu memiliki daya dukung yang cukup
untuk menghindari kerusakan terjadi pada pesawat udara. Untuk
memenuhi kebutuhan yang beragam, pedoman berikut ini
diperuntukan guna mempersiapkan strip. Produsen pesawat udara
mempertimbangkan kedalamanan maksimum sebesar 15 cm ketika
nose landing gear terperosok tanpa harus rusak

6.3.4.2 Bagian dari strip runway


instrumen yang berada 75 m 75 m 40 m 40 m
paling sedikit
6.3.4.3 Bagian dari strip yang
mewadahi sebuah
runway non-instrument 75 m 75 m 40 m 30 m
didalam sebuah jarak
paling sedikit
6.3.5 Kemiringan Memanjang ≤ 2% ≤ 2% ≤ 1,75% ≤ 1,5%
6.3.6 Perubahan kemiringan
longitudinal pada graded <2% <2% <2% <2%
area
6.3.6 Kemiringan Melintang ≤ 2,5% ≤ 2,5% ≤ 2,5% ≤ 2,5%
6.3.9 Permukaan Graded Area - Penurunan kebawah pada pertemuan permukaan runway strip
dari suatu runway, bahu runway atau stopway tidak boleh lebih
dari 50 mm
- saluran terbuka tidak boleh dibangun dibagian bergradasi (graded
portion) runway strip
- Bagian runway strip yang berada diujung runway harus
dipersiapkan untuk menahan erosi akibat jet blast, untuk
melindungi pesawat udara yang mendarat dari bahaya akibat
tepian runway yang terbuka
6.3.7 Penurunan Permukaan
dengan runway atau ≤ 50 mm
stopway
6.3.8 Objek
(a) (a) (b) (b
- Benda-benda tetap, 45 m (a) 45 m (a) 60 m (b) 60 m ) (b)
selain alat bantu Precision Aproach Precision Precision Precision

FORMULIR II II - 50
CODE NUMBER HASIL PEMERIKSAAN
FASILITAS REFF MOS URAIAN PEMERIKSAAN
NO 1 2 3 4 S US NA
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
visual untuk dan Cat 1 Aproach Cat 1 Aproach Cat 1 Aproach Cat 1
peralatan penunjang
keselamatan
penerbangan
(c)
77,5 m
(c)Precision
Aproach Cat 1,
2 & 3, dan Kode
Huruf F
- Memiliki masa rendah dan rapuh
- Semua objek yang menetapk yang diijinkan berada dirunway strip harus memiliki masa rendah
dan rapuh
- harus dapat menahan benturan sesekali dari pesawat udara yang kritis terhadap desain
perkerasan runway
6.3.11 Penempatan peralatan dan instalasi pada area operasional
6.3.11.1 Tidak ada peralatan atau 45 m 45 m 60 m pada 60 m pada
instalasi yang diijinkan runway runway
ditempatkan dalam jarak precission precission
240 m dari akhir runway approach approach
kategori I, II, III kategori I, II, III
strip dan didalam :

6.3.11.1 Penempatan pada atau Terletak Terletak Terletak Terletak


berdekatan dengan dibagian dari dibagian dari dibagian dari dibagian dari
runway precission runway strip runway strip runway strip runway strip
approach kategori I, II yang berada yang berada yang berada yang berada
atau III dalam jarak 240 dalam jarak dalam jarak dalam jarak
m dan didalam 240 m dan 240 m dan 77,5 m dari
45 m dari didalam 45 m didalam 45 m garis tengah
perpanjangan dari dari runway dan
garis tengah perpanjangan perpanjangan Code Letter F
runway garis tengah garis tengah
runway runway
(ab) (ab) b (b) b (b)
9 RESA 6.4.2.1 Panjang ≥ 90 m (a) ≥ 90 m (a) ≥ 90 m ≥ 90 m
dapat disediakan dapat disediakan Perlu Perlu
30m, jika code
30m, jika code number 1 & 2 dan disediakan 240 disediakan 240
number 1 & 2 dan runway non m, internasional m, internasional
runway non instrument (a) Perlu
disediakan 120 m,
instrument (a) internasional (b)
Perlu disediakan Perlu disediakan 240
120 m, m, internasional

FORMULIR II II - 51
CODE NUMBER HASIL PEMERIKSAAN
FASILITAS REFF MOS URAIAN PEMERIKSAAN
NO 1 2 3 4 S US NA
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
internasional (b)
Perlu disediakan
240 m,
internasional
6.4.2.3 Lebar min. 2 x lebar runway
6.4.3 Kemiringan ≤ 5%
6.4.4 Objek Bersih dari objek tetap, selain alat bantu navigasi dan peralatan
sarana pendukung kegiatan pencegahan hewan liar / burung dari
bandar udara, baik tetap maupun bergerak dan Bermassa rendah
dan rapuh
6.4.6 Daya Dukung Mengurangi risiko kerusakan Pesawat Udara, kedalam maksimum
gigi roda depan dengan CBR 15-20 %, dapat dilalui kendaraan PKP-PK
6.4.6 Sistem Penghenti
(Arresting System)
Panjang Panjang RESA dapat dikurangi jika system penghenti terpasang
dengan kemempuan level of protection sedikitnya sama dengan
RESA
10 Clearway 6.5.3.1 Panjang Tidak lebih dari setengah panjang TORA
(a) (a)
6.5.3.2 Lebar ≥ 150 m (a) ≥ 150 m (a)
Dapat dikurangi Dapat dikurangi
90 m, jika 90 m, jika
≥ 60 m ≥ 80 m MTOW < MTOW <
22.700 kg dan 22.700 kg dan
operasi VMC operasi VMC
siang hari siang hari
6.5.4 Kemiringan ≤ 1,25% ≤ 1,25% ≤ 1,25% ≤ 1,25%
6.5.5 Objek - Bersih dari objek tetap/bergerak selain alat bantu visual/navigasi
- Bermassa rendah dan rapuh

11 Stopway 6.6.1 Panjang Berada dan berakhir di 60 m sebelum ujung runway strip
Lebar Sama lebar dengan runway yang berhubungan
6.6.2 Permukaan Harus diperkeras atau dilapisi kembali untuk memiliki karakteristik
gesekan permukaan sekualitas runway
6.6.3 Kemiringan 2% 2% 1% 1%
6.6.4 Daya Dukung Mampu menahan paling tidak satu lintasan Pesawat Udara kritis,
tanpa menyebabkan kerusakan struktur Pesawat
12 Taxiway 6.7.1 Lebar
Code Letter A ≥ 7,5 m
Code Letter B ≥ 10,5 m

FORMULIR II II - 52
CODE NUMBER HASIL PEMERIKSAAN
FASILITAS REFF MOS URAIAN PEMERIKSAAN
NO 1 2 3 4 S US NA
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
(a)
Code Letter C ˃ 18 m (a) Dapat dikurangi 15m, jika jarak antar roda < 18 m
(b
Code Letter D ˃ 23 m ) (b) Dapat dikurangi 18 m, jika Pesawat Udara dengan bentangan
roda terluar < 9 m
Code Letter E ≥ 23 m
Code Letter F ≥ 25 m
6.7.2 Clearance Tepian
Minimum
Code Letter A ≥ 1,5 m
Code Letter B ≥ 2,25 m
Code Letter C ≥ 4,5 m (a) (a) Dapat dikurangi 3 m, Jika Jarak antar roda < 18 m
Code Letter D ≥ 4,5 m
Code Letter E ≥ 4,5 m
Code Letter F ≥ 4,5 m
6.7.3 Desain kecepatan Taxiway
20 km/h 24 m
30 km/h 54 m
40 km/h 96 m
50 km/h 150 m
60 km/h 216 m
70 km/h 294 m
80 km/h 384 m
90 km/h 486 m
100 km/h 600 m
6.7.3.3 Dimensi dari desain fillet Radius Panjang Radius Fillet Radius Fillet
berdasarkan referensi Taxiway (R) transisi sampai untuk menilai untuk melacak
pesawat udara (m) ke fillet (L) (m) pelebaran garis tengah
oversteer (F) (m)
simetris (F)
(m)
Code Letter A 22.5 15 18.75 18
Code Letter B 22.5 15 17.75 16.5
Code Letter C 30 45 18 16.5
Code Letter D 45 75 29-30 25
Code Letter E 45 75 29-30 25
Code Letter F 45 75 29-30 25
6.7.3.3 Lebar Runway Lebar taxiway Lebar Taxiway R1, R2, Ro, R1,
Radius Fillet
(Wr) (m) paralel (Wr2) kedalam dan R2

FORMULIR II II - 53
CODE NUMBER HASIL PEMERIKSAAN
FASILITAS REFF MOS URAIAN PEMERIKSAAN
NO 1 2 3 4 S US NA
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
(m) keluar (Wr2)
(m)
30, 30, 39, 25,
Code Letter A 18 15 30
25
41.5, 30, 41.5,
Code Letter B 23 18 26.5
25, 30
41.5, 41.5, 53,
Code Letter C 30 23 26.5
25, 35
30, 60, 71.5,
Code Letter D 45 30 26.5
35, 35
60, 60, 71.5,
Code Letter E 45 30 23
35, 55
60, 60, 75, 45,
Code Letter F 60 30 18
50
6.7.4.1 Kemiringan Memanjang
Code Letter A ≤ 3%
Code Letter B ≤ 3%
Code Letter C ≤ 1,5%
Code Letter D ≤ 1,5%
Code Letter E ≤ 1,5%
Code Letter F ≤ 1,5%
6.7.4.2 Perubahan Kemiringan
Code Letter A 1 % per 25 m (radius minimum kurfa 2.500m)
Code Letter B 1 % per 25 m (radius minimum kurfa 2.500m)
Code Letter C 1 % per 30 m (radius minimum kurfa 3.500m)
Code Letter D 1 % per 30 m (radius minimum kurfa 3.500m)
Code Letter E 1 % per 30 m (radius minimum kurfa 3.500m)
Code Letter F 1 % per 30 m (radius minimum kurfa 3.500m)
6.7.5 Kemiringan Melintang
Code Letter A ≥ 1 % - ≤ 3%
Code Letter B ≥ 1 % - ≤ 3%
Code Letter C ≥ 1 % - ≤ 1,5%
Code Letter D ≥ 1 % - ≤ 1,5%
Code Letter E ≥ 1 % - ≤ 1,5%
Code Letter F ≥ 1 % -≤ 1,5%
6.7.6 Jarak Pandang taxiway
Code Letter A 150 m dari 1,5 m di atas taxiway

FORMULIR II II - 54
CODE NUMBER HASIL PEMERIKSAAN
FASILITAS REFF MOS URAIAN PEMERIKSAAN
NO 1 2 3 4 S US NA
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
Code Letter B 200 m dari 2 m di atas taxiway
Code Letter C 300 m dari 3 m di atas taxiway
Code Letter D 300 m dari 3 m di atas taxiway
Code Letter E 300 m dari 3 m di atas taxiway
Code Letter F 300 m dari 3 m di atas taxiway
6.7.7 Daya Dukung Harus sama dengan kekuatan runway
6.7.8 Konstruksi Permukaan Harus diperkeras atau dilapisi kembali untuk memiliki karakteristik
gesekan permukaan sekualitas runway
6.7.9.1 Radius Putar Rapid Exit ≥ 275 m ≥ 275 m ≥ 550 m ≥ 550 m
Taxiway
0 0 0 0
6.7.9.4 Sudut perpotongan rapid 45 - 45 - 45 - 45 -
0 0 0 0
exit taxiway 25 /sebaiknya 25 /sebaiknya 25 /sebaiknya 25 /sebaiknya
0 0 0 0
30 30 30 30
13 Bahu Taxiway 6.7.10.2 Lebar Total Code letter A, B, dan C belum memerlukan bahu
Code Letter C ≥ 35 m
Code Letter D ≥ 38 m
Code Letter E ≥ 44 m
Code Letter F >60 m (a) (a) Jika digunakan A-380/ Pesawat Udara sejenis dilapis
setidaknya 3 m pada kedua sisi
6.7.10.4 Permukaan bahu taxiway - Jika digunakan oleh pesawat udara bermesin jet harus tahan
terhadap erosi semburan mesin jet.
- Jika digunakan oleh pesawat udara jet berbadan lebar seperti
A380 atau pesawat sejenisnya yang menggantung diatas bahu
taxiway, dilapis hingga lebar 3 m pada kedua sisi taxiway
14 Taxiway Strip 6.7.11.1 Lebar
Code Letter A >16,25 m
Code Letter B >21,5 m
Code Letter C >26 m
Code Letter D >40,5 m
Code Letter E >47,5 m
Code Letter F >57,5 m
6.7.11.12 Lebar Graded Area
Code Letter A ≥ 11 m
Code Letter B ≥ 12,5 m
Code Letter C ≥ 12,5 m
Code Letter D ≥ 19 m
Code Letter E ≥ 22 m

FORMULIR II II - 55
CODE NUMBER HASIL PEMERIKSAAN
FASILITAS REFF MOS URAIAN PEMERIKSAAN
NO 1 2 3 4 S US NA
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
Code Letter F ≥ 30 m
6.7.11.13 Kemiringan Melintang
Code Letter A ≤ 3%
Code Letter B ≤ 3%
Code Letter C ≤ 2,5%
Code Letter D ≤ 2,5%
Code Letter E ≤ 2,5%
Code Letter F ≤ 2,5%
6.7.11.4 Objek -objek pada - Bersih dari objek tetap, selain alat bantu navigasi visual atau alat
taxiway strip bantu navigasi yang digunakan untuk memandu pesawat udara atau
kendaraan
6.7.12 Taxiway berbentuk Apabila diukur tegak lurus dengan garis tengah taxiway, harus tidak
jembatan boleh kurang dari lebar total taxiway pagagraf 6.7.11.2 (lebar min.
dapat kurang dari lebar taxiway yang berkaitan, jika penahan lateral
yang memadai diterapkan pada sisi bagian tersebut untuk mencegah
pesawat udara keluar dari bagian tersebut)
15 Pemisah Taxiway 6.7.13 Jarak minimum
Objek ke Objek Paragraf
Code Letter A 16,25 m
Code Letter B 21,5 m
Code Letter C 26 m
Code Letter D 40,5 m
Code Letter E 47,5 m
Code Letter F 57,5 m
Garis Tengah Taxiway
Code Letter A 23,75 m
Code Letter B 33,5 m
Code Letter C 44 m
Code Letter D 66,5 m
Code Letter E 80 m
Code Letter F 97,5 m
Garis Tengah Non Instrument Runway
Code Letter A 37,5 m 47,5 m 52,5 m -
Code Letter B 42 m 52 m 57 m -
Code Letter C 48 m 58 m 63 m 93 m
Code Letter D - - 93 m 101 m
Code Letter E - - - 107,5 m

FORMULIR II II - 56
CODE NUMBER HASIL PEMERIKSAAN
FASILITAS REFF MOS URAIAN PEMERIKSAAN
NO 1 2 3 4 S US NA
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
Code Letter F - - - 115 m
Garis Tengah Instrument Non Presisi Runway
Code Letter A 52,5 m 52,5 m 82,5 m -
Code Letter B 57 m 57 m 87 m -
Code Letter C 63 m 63 m 93 m 93 m
Code Letter D - - 176 m 176 m
Code Letter E - - - 182,5 m
Code Letter F - - - 190 m
Garis Tengah Instrument Presisi Runway
Code Letter A 82,5 m 82,5 m 157,5 m -
Code Letter B 87 m 87 m 162 m -
Code Letter C 93 m 93 m 168 m 168 m
Code Letter D - - 176 m 176 m
Code Letter E - - - 182,5 m
Code Letter F - - - 190 m
16 Holding Bay, 6.8.4 Jarak Minimum Non Instrumen Non Precision Precision Precision
Runway Holding Approach Aproach Cat I Aproach Cat II
Position, 30 m 40 m 60 m -
Intermediate 45 m 40 m 60 m -
Holding Position (ab) (ab)
and Road-Holding 75 m 75 m 90 m (a) 90 m (a)
Precision Aproach cat Precision Aproach cat
Position I, II, & III, dapat I, II, & III, dapat
dikurangi 5 m/meter, dikurangi 5 m/meter,
jika elevasi lebih jika elevasi lebih
rendah dari rendah dari
threshold marking ( threshold marking (
b) Precision Aproach b) Precision Aproach
cat I, II, & III, dapat cat I, II, & III, dapat
ditambah jika ditambah jika
terdapat glide path terdapat glide path
dan fasilitas localizer dan fasilitas localizer
(abc) (abc)
75 m 75 m 90 m (a) 90 m (a)
Precision Aproach cat Precision Aproach cat
I, II, & III, dapat I, II, & III, dapat
dikurangi 5 m/meter, dikurangi 5 m/meter,
jika elevasi lebih jika elevasi lebih
rendah dari rendah dari
threshold c Precision threshold c Precision
Aproach cat I, II, & III, Aproach cat I, II, & III,
107 m jika code 107 m jika code
letter F marking ( b) letter F marking ( b)
Precision Aproach cat Precision Aproach cat
I, II, & III, dapat I, II, & III, dapat
ditambah jika ditambah jika
terdapat glide path terdapat glide path
dan fasilitas localizer dan fasilitas localizer

FORMULIR II II - 57
CODE NUMBER HASIL PEMERIKSAAN
FASILITAS REFF MOS URAIAN PEMERIKSAAN
NO 1 2 3 4 S US NA
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
0
17 Apron 6.9.2 Dimensi untuk 1 Pesawat Self Taxing (45 ) Nose In
Udara Panjang Lebar Panjang Lebar
Code Letter A 40 m 25 m - -
Code Letter B 40 m 25 m - -
Code Letter C 70 m 55 m 95 m 45 m
Code Letter D 70 - 85 m 55 - 80 m 190 m 70 m
Code Letter E 70 m 55 - 80 m 190 m 70 m
Code Letter F 85 m 55 - 80 m 190 m 70 m
6.9.3 Jarak Pemisah Apron Garis Tengah Clearance
aircraft parking Antar
position taxiline Pesawat
ke objek Udara
Code Letter A 12 m 3,0 m
Code Letter B 16,5 m 3,0 m
Code Letter C 24,5 m 4,5 m
Code Letter D 36 m 7,5 m
(a)
Code Letter E 42,5 m 7,5 m
(a) 10 m, jika
menggunakan
parkir bebas
(a)
Code Letter F 50,5 m 7,5 m (a)
10 m, jika
menggunakan
parkir bebas
6.9.4 Kemiringan mak 2 % mak 2 % mak 2 %
6.9.5 Daya Dukung Harus sama dengan kekuatan runway
6.9.6 Jalan Apron min. 3 m dari posisi parkir Pesawat Udara
18 Posisi Parkir 6.10 Jarak Minimum > 100 m dari posisi parkir lain, gedung, atau area umum, tidak
Pesawat Udara berada diatas peralatan bawah tanah, berupa bahan berupa bahan
yang diisolasi bakar Pesawat Udara dan gas, kabel listrik dan komunikasi
19 Semburan Mesin 6.11.2 Kecepatan angin maksimum
Jet a. Penumpang dan area
umum utama, dimana
60 km/jam
penumpang berjalan dan
berkumpul
b. Area umum kecil, tidak
80 km/jam
banyak orang berkumpul
c. Jalan Umum 50 km/jam

FORMULIR II II - 58
CODE NUMBER HASIL PEMERIKSAAN
FASILITAS REFF MOS URAIAN PEMERIKSAAN
NO 1 2 3 4 S US NA
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
d. Personil yang bekerja 80 km/jam
e. Peralatan Apron 80 km/jam
f. Area parkir Pesawat
60 km/jam
Udara ringan
g. Bangunan & Struktur lain <100 km/jam
6.12.3 Pagar Beton maupun logam
20 Fasilitas Glider 6.13.2 Lebar bahu min. 60 m
Jarak Pemisah Antara
Garis Tengah dari dua
min. 120 m
Glider Runway strip

21 Pengecekan Metode PCI Persyaratan minimal kondisi permukaan untuk operasi adalah nilai
Kondisi Permukaan 55% - 40% (cukup)
Runway, Taxiway Sempurna 100% - 85%
dan Apron Sangat Baik 85% - 70%
Baik 70% - 55%
Cukup 55% - 40%
Buruk < 40%
Metode IRI Persyaratan minimal kondisi permukaan untuk operasi adalah nilai
6,6 - 10,9 (sedang)
Sangat Baik 0,0 - 3,6
Baik 3,6 - 6,6
Sedang 6,6 - 10,9
Jelek 10,9 - 17,6
Sangat Jelek > 17,6
MU - Meter Persyaratan minimal kondisi permukaan untuk operasi adalah nilai ≥
0,6
SFC : > 0,60 Kemungkinan kecelakaan sangat kecil, permukaan kasar
SFC : 0,55 - 0,60 Kemungkinan kecelakaan akan mulai terjadi, permukaan masih kasar
SFC : 0,40 - 0,55 Kecelakaan terjadi dan beresiko fatal, terjadi dalam bentuk slip
Grip Tester Angka kekesatan yang direkomendasikan adalah 0,74 - 0,53

FORMULIR II II - 59
FORMULIR II II - 60
B. CHECKLIST MARKA, RAMBU DAN TANDA

NO./REFF HASIL PEMERIKSAAN


NO FASILITAS PEMERIKSAAN
MOS S US NA
1 2 3 4 5 6 7
1 MARKA RUNWAY 8.6
Runway Designation 8.6.2
Warna Putih, Panjang = 9 m, Lebar = 1,8 m - 3,9 m …. 4α,
dimana α = 1.8 m
Terdiri atas dua digit nomor dan pada runway paralel harus
dilengkapi dengan huruf
Apabila memberikan angka satu digit, maka harus didahului
dengan angka nol
Untuk runway paralel, setiap nomor designation harus
dilengkapi dengan huruf sebagai berikut :
- untuk dua runway paralel : "L" "R"
- untuk tiga runway paralel : "L" "C" "R"
- untuk empat runway paralel : "L" "R" "L" "R"
Runway Centre Line 8.6.3
Warna Putih, Panjang garis + jeda (gap) = >50 m - < 75 m,
Garis pertama dimulai 12 m dari runway designation number
Lebar = 0,90 m (precission approach Kategori II & III), 045 m
(non precission approach, code number 3 atau 4 dan
precision approach runway kategori I), 0,30 m (non
precission approach, code number 1 atau 2, non-instrument
runway)
Note : dapat dihilangkan jika lebar runway 18 m dan
terdapat marka side stripe
Threshold 8.6.4
Warna Putih, Panjang = >30 m, Lebar = 1,80 m, Jarak antar
garis = 1,80 m, kecuali jika garis terus melintasi runway,
sebuah spasi ganda harus digunakan dan dalam kasus marka
designation termasuk dalam marka threshold maka jarak ini
akan menjadi 22,5 m. Jumlah Garis untuk lebar runway 18 m
= 4, 23 m = 6, 30 m = 8, 45 m = 12, 60 m = 16

Transverse Stripe 8.6.4.8


Warna Putih, Lebar = 1,8 m
Displached threshold Permanen 8.6.5
Tanda panah berwarna putih, Panjang = 30 m, Jeda 30 m
Temporarily Displached Threshold 8.6.6
Lebih dari 30 Hari (Garis Putih, Lebar 1,2 m, Panah Panjang = 8.6.6.4
10 m & lebar = 1 m, Threshold & runway designator number
harus digelapkan dan dibuat nomor runway designator
sementara 12 m dari threshold yang baru. Jumlah tanda
panah putih yang digunakan sesuai dengan lebar runway)
Lebih dari 5 hari dan tidak lebih dari 30 atau lebih dari 450 m 8.6.6.5
(Balok Warna Putih, Panjang = 10 m, Lebar = 3,5 m)
Selama 5 hari/kurang/ kurang dari 450 m (Rambu "V" warna 8.6.6.6,
Putih dan Balok Warna Putih, Panjang = 10 m, Lebar = 3,5 m) 8.6.6.7
Runway Aiming Point 8.6.7
Harus disediakan untuk runway Instrument code number 2 8.6.7.1
atau 3 atau 4
Harus disediakan untuk runway non-instrument dengan code 8.6.7.2
number 3 atau 4 dan runway instrument dengan code
number 1 (jika ingin memperjelas aiming point)
Permulaan marka aiming point harus tidak berdekatan 8.6.7.3
dengan threshold (dibandingkan dengan jarak yang tertera
dalam Tabel 8.6-2) kecuali pada runway dilengkapi dengan
sistem PAPI (precission approach path indicator) maka
permulaan marka sebaiknya bersamaan dengan awal
kemiringan approach visual

FORMULIR II II - 128
NO./REFF HASIL PEMERIKSAAN
NO FASILITAS PEMERIKSAAN
MOS S US NA
1 2 3 4 5 6 7
Marka terdiri dari dua strip berwarna putih, Jarak = 150 m, 8.6.7.4
Panjang = 30-45 m, Lebar = 4 m, Jarak Lateral = 6 m (code
number 1), Jarak = 250 m, Panjang = 30-45 m, Lebar = 6 m,
Jarak Lateral = 9 m (code number 2), Jarak = 300 m, Panjang
= 45-60 m, Lebar = 6-10 m, Jarak Lateral = 18-22,5 m (code
number 3), Jarak = 400 m, Panjang = 45-60 m, Lebar = 6-10
m, Jarak Lateral = 18-22,5 m (code number 4)
Touchdown Zone 8.6.8
Harus disediakan untuk runway precision approach code 8.6.8.1
number 2 atau 3 atau 4
Marka terdiri dari pasangan marka segi empat berwarna 8.6.8.2
putih, Pasangan marka = 1 (<900), 2 (900-1199), 3 (1200-
1499), 4 (1500-2399), 6 (> 2400)
Non-precission approach atau non-instrument runway 8.6.8.4
dengan code number 3 dan 4 dapat disediakan marka
touchdown zone
Side Stripe 8.6.9
Harus disediakan diantara threshold permukaan runway 8.6.9.1
yang diperkeras
Harus disediakan pada precission approach runway 8.6.9.2
sebaiknya terdiri dari dua stripe, satu diletakkan disepanjang 8.6.9.3
masing-masing tepi runway dengan tepi luar masing-masing
stripe kira-kira berada pada sisi runway, kecuali jika lebar
runway lebih dari 60 m maka stripes sebaiknya berada 30 m
dari runway centre line
Jika tersedia turn pad runway, maka marka runway side 8.6.9.4
stripe harus diteruskan diantara runway dan turn pad
runway
harus diteruskan pada perpotongan antara runway dengan 8.6.9.5
taxiway
Berwarna putih, Lebar min = 0,9 m jika lebar runway >30 m, 8.6.9.6
0,45 m jika lebar runway <30 m
Runway End 8.6.10
Berwarna Putih, Lebar = 1,8 m. Jika threshold berada pada
ujung runway, maka marka runway end dapat berhimpitan
pada bagian Marka threshold yang berhubungan

Pre – Threshold 8.6.11


Berbentuk chevron pada stopway dan area safety, berwarna
0
kuning, spasi 30 m, lebar 0,9 m, sudut 45 dengan centre line

Runway turn pad 8.6.18


Jika terdapat runway turn pad, maka marka runway turn pad 8.6.18.1
harus disediakan untuk panduan berkelanjutan guna
memungkinkan pesawat udara berputar 180 derajat dan
sejajar dengan runway centre line
Berwarna kuning, lebar 15 cm dan tidak terputus 8.6.18.2
Harus melengkung dari runway centre line ke turn pad. 8.6.18.3
Radius lengkung harus sesuai dengan kemampuan manuver
dan kecepatan taxiing normal pesawat udara sebagaimana
turn pad tersebut dimaksudkan. Sudut perpotongan marka
runway turn pad dengan runway centre line boleh lebih dari
30 derajat
Harus diteruskan paralel terhadap runway centre line untuk 8.6.18.4
jarak sekitar 60 m dari titik tangensial jika code number 3
atau 4, dan untuk jarak sekitar 30 m jika code number 1 atau
2
Harus memandu pesawat udara sehingga memungkinkan 8.6.18.5
taxiing lurus sebelum mencapai titik putar 180 derajat
dilakukan. Bagian lurus marka runway turn pad harus paralel
dengan tepi luar runway turn pad
Desain lengkungan yang memungkinkan pesawat udara 8.6.18.6
berputar 180 derajat harus mempertimbangkan sudut nose
wheel steering yang tidak melebihi 45 derajat
FORMULIR II II - 62
NO./REFF HASIL PEMERIKSAAN
NO FASILITAS PEMERIKSAAN
MOS S US NA
1 2 3 4 5 6 7
Desain rancangan marka turn pad harus dibuat sedemikian 8.6.18.7
rupa, sehingga saat kokpit pesawat udara masih di atas
marka runway turn pad, maka jarak bebas antara roda
gear/gigi pendaratan pesawat udara manapun dengan tepi
runway turn pad harus tidak kurang dari yang telah
ditetapkan, A = 1,5 M; B = 2,25 M, C = 3 M (wheel base < 18
M) dan 4,5 M (Wheel base ≥ 18 M), D = 4,5 M, E = 4,5 M, F =
4,5 M.
2 MARKA TAXIWAY 8.6
Taxiway Centre Line 8.6.12
Harus disediakan pada semua permukaan taxiway yang 8.6.12.1
diperkeras dengan code number 3 atau 4, bentuk garis
kuning yang menyambung dan lebar 0,15 M
Dapat disediakan pada runway yang diperkeras dengan code 8.6.12.2
number 1 atau 2
Pada bagian lurus, guideline harus berada di tengah taxiway. 8.6.12.3
Pada taxiway yang membelok, guideline harus berada palalel
pada tepi luar jalur perkerasan dan dalam jarak setengah
lebar taxiway dari guideline tersebut. Efek dari pelebaran
potongan apapun di tepi dalam bagian yang membelok
diabaikan. Jika marka taxiway centreline terpotong oleh
marka lain seperti marka taxi-holding position, maka diberi
jarak dengan lebar 0,9 m harus disediakan di antara marka
taxiway centre line dengan marka lain
tidak boleh menyatu dengan runway centre line tetapi 8.6.12.4
berada paralel dengan runway centre line untuk jarak (D),
dan tidak kurang dari 60 m dari titik tangensi jika kode
nomor runway adalah 3 atau 4 dan 30 m jika code number
runway 1 atau 2. Marka taxi guideline harus offset dari
marka runway centre line di sisi taxiway dan 0,9 m dari
marka runway centre line pada masing-masing marka
Jika diperlukan untuk menunjukkan posisi runway-holding 8.6.12.5
sudah dekat, marka enhance taxiway centre line perlu
disediakan
Harus disediakan pada runway yang diperkeras jika runway 8.6.12.6
adalah bagian dari standar rute taxi
Enhance (jika tersedia) 8.6.12.7
Untuk peningkatan, marka enhance taxiway centerline harus 8.6.12.7.a
diperpanjang mulai dari marka runway holding position Pola
A (sebagaimana yang didefinisikan dalam Gambar 8.6-18,
marka taxiway) dengan jarak sampai dengan 47m dengan
arah menjauhi runway. Lihat Gambar 8.6-18 (a)
Jika marka enhance taxiway centreline memotong marka 8.6.12.7.b
runway holding position yang lain, seperti untuk runway
dengan precision approach Cat II or III, yang terletak di
dalam 47m dari marka runway holding position pertama,
marka taxiway centreline harus diberi jarak 0.9m sebelum
dan sesudah marka runway holding position yang terpotong.
Marka taxiway centerline harus diteruskan setelah dipotong
oleh marka runway holding position sedikitnya 3 garis putus-
putus atau total 47 m dari awal sampai akhir mana yang
lebih besar. Lihat Gambar8.6-18 (b)
Jika marka enhance taxiway centerline terus menerus 8.6.12.7.c
melalui taxiway atau perpotongan taxiway yang terletak
dalam jarak 47m dari marka runway-holding position, marka
taxiway centerline harus diberi jarak 1.5m sebelum dan
setelah marka taxiway centerline yang dipotong. marka
enhance taxiway centerline harus diteruskan setelah
dipotong oleh marka taxiway centerline yang lain sedikitnya
3 garis putus-putus atau total 47 m dari awal sampai akhir
mana yang lebih besar. Lihat Gambar8.6-18 (c)
Enhance (jika tersedia) 8.6.12.7
Untuk peningkatan, marka enhance taxiway centerline harus 8.6.12.7.a
diperpanjang mulai dari marka runway holding position Pola
A (sebagaimana yang didefinisikan dalam Gambar 8.6-18,
FORMULIR II II - 63
NO./REFF HASIL PEMERIKSAAN
NO FASILITAS PEMERIKSAAN
MOS S US NA
1 2 3 4 5 6 7
marka taxiway) dengan jarak sampai dengan 47m dengan
arah menjauhi runway. Lihat Gambar 8.6-18 (a)
Jika marka enhance taxiway centreline memotong marka 8.6.12.7.b
runway holding position yang lain, seperti untuk runway
dengan precision approach Cat II or III, yang terletak di
dalam 47m dari marka runway holding position pertama,
marka taxiway centreline harus diberi jarak 0.9m sebelum
dan sesudah marka runway holding position yang terpotong.
Marka taxiway centerline harus diteruskan setelah dipotong
oleh marka runway holding position sedikitnya 3 garis putus-
putus atau total 47 m dari awal sampai akhir mana yang
lebih besar. Lihat Gambar8.6-18 (b)
Jika marka enhance taxiway centerline terus menerus 8.6.12.7.c
melalui taxiway atau perpotongan taxiway yang terletak
dalam jarak 47m dari marka runway-holding position, marka
taxiway centerline harus diberi jarak 1.5m sebelum dan
setelah marka taxiway centerline yang dipotong. marka
enhance taxiway centerline harus diteruskan setelah
dipotong oleh marka taxiway centerline yang lain sedikitnya
3 garis putus-putus atau total 47 m dari awal sampai akhir
mana yang lebih besar. Lihat Gambar8.6-18 (c)
Jika dua enhance taxiway centre line bertemu pada atau 8.6.12.7.d
sebelum marka runway holding position, garis putus-putus
bagian dalam panjangnya tidak boleh kurang dari 3m. Lihat
Gambar8.6-18 (d)
Jika terdapat dua marka runway holding position yang 8.6.12.7.e
berlawanan dan jarak antar keduanya kurang dari 94m,
marka enhance taxiway centerline harus terus diperpanjang
diantara kedua marka runway holding position. Marka
enhance taxiway centre line tidak boleh diteruskan setelah
kedua marka runway holding postion. Lihat Gambar8.6-18
(e)
Runway Holding Position 8.6.13
Harus ditampilkan sepanjang runway-holding position 8.6.13.1
Harus disediakan pada taxiway yang diperkeras dimanapun, 8.6.13.2
ketika akan memasuki area runway
Harus diberi marka dengan Pola A atau Pola B marka runway 8.6.13.3
holding position
Marka Pola A harus digunakan pada perpotongan taxiway 8.6.13.4
dan non instrument runway, non-precision atau precision
approach Category I runway, dan precision approach
Category II or III runway jika hanya 1 posisi runway holding
yang ditandai, digunakan untuk menandai runway/ runway
intersection, jika satu dari runway digunakan sebagai bagian
dari rute standard taxi
Marka Pola B harus digunakan jika dua atau tiga posisi 8.6.13.5
runway holding disediakan pada perpotongan taxiway
dengan runway precision approach. Marka yang terdekat
dengan runway harus merupakan marka Pola A. Marka-
marka yang lebih jauh dari runway harus merupakan Pola B.
Catatan:
Jika marka runway-holding position pola B terletak pada
area dimana jarak marka tersebut dapat melebihi 60 m,
istilah “CAT II” atau “CAT III” harus ditandai pada
permukaannya di ujung marka posisi runway holding dan
pada interval yang sama sebesar maksimum 45 m antara
tanda-tanda yang berurutan. Ketinggian hurufnya tidak
boleh kurang dari 1,8 m dan harus diposisikan tidak lebih
dari 0,9 m dari marka holding position.
Jika diperlukan untuk meningkatkan ketegasan dari marka
runway-holding position Pola A dan Pola B, maka Ditjen
Hubud dapat mewajibkan pemberian warna hitam di pinggir
marka runway-holding position pada daerah yang diperkeras
dan berwarna cerah
Intermediate Holding Position 8.6.14

FORMULIR II II - 64
NO./REFF HASIL PEMERIKSAAN
NO FASILITAS PEMERIKSAAN
MOS S US NA
1 2 3 4 5 6 7
Dapat ditampilkan di sepanjang intermediate holding 8.6.14.1
position
Jika marka intermediate holding position disediakan pada 8.6.14.2
perpotongan taxiway yang diperkeras, harus diletakkan
melintasi taxiway dengan jarak dari dekat tepi perpotongan
taxiway mencukupi untuk memastikan safe clearance antara
pesawat udara yang sedang taxi
Harus terdiri dari satu garis putus tunggal berwarna kuning, 8.6.14.3
lebar 0,15 m, memanjang melewati lebar keseluruhan
taxiway dengan sudut tegak lurus terhadap taxi guideline.
Masing-masing garis dan spasi harus memiliki panjang 1,0 m,
Taxiway Edge 8.6.15
Harus disediakan pada taxiway yang diperkeras, dua garis
berwarna kuning yang berkelanjutan dengan lebar 0,15 m,
spasi 0,15 m

Holding Bay 8.6.16


harus disediakan pada seluruh holding bay yang diperkeras,
berwarna kuning. Harus meliputi marka taxiway centre line
dan marka intermediate holding position

Taxiway Pavement Strength Limit 8.6.17


Taxiway Pavement Strength Limit 8.6.17
Digunakan pada jalan masuk taxiway dengan jalur 8.6.17.1
perkerasan berkekuatan rendah dimana penyelenggara
bandar udara memutuskan untuk menentukan batasan
berat, misalnya, maks 5.700 kg
Jika disediakan marka taxiway pavement strength limit, 8.6.17.2
maka huruf dan angka harus dicat kuning, dengan tinggi 2,0
m, lebar 0,75 m dengan lebar garis 0,15 m dan spasi 0,5 m.
Marka tersebut harus mudah dibaca dari pesawat udara
yang berada di perkerasan penuh (full strength pavement)
Taxiway Shoulder 8.6.19
Harus disediakan pada taxiway shoulder yang diperkeras 8.6.19.1
Dicat dengan garis tegak lurus yang ditarik dari taxiway 8.6.19.2
centre line. Marka taxiway shoulder berwarna kuning.
Areanya ditandai dengan garis berwarna kuning dengan
lebar 1 m yang berawal bersama dengan marka taxiway edge
yang diperkeras atau tepi dari marka taxiway edge (timpa
dengan cat jika terdapat batas hitam) dan memanjang
sampai 1,5 m dari tepi area bahu yang diperkeras/yang
distabilkan atau panjang 7.5 m , yang manapun yang lebih
pendek
VOR aerodrome Check Point 8.6.20
Jika VOR bandar udara checkpoint pada bandar udara telah 8.6.20.1
ditetapkan, maka harus diindikasikan dengan Marka atau
rambu VOR bandar udara checkpoint
Berpusat pada bidang/spot dimana pesawat udara yang akan 8.6.20.2
diparkir menerima sinyal VOR yang tepat
Harus terdiri dari lingkaran berdiameter 6 m dan mempunyai 8.6.20.3
lebar garis 15 cm
Jika memungkinkan posisi pesawat udara disejajarkan 8.6.20.4
dengan arah tertentu, maka harus disediakan garis yang
melewati pusat lingkaran pada azimut yang diinginkan. Garis
tersebut harus memanjang 6 m ke luar lingkaran dan diakhiri
dengan mata panah. Lebar garis sebesar 15 cm
Diutamakan berwarna putih dan harus berbeda dari warna 8.6.20.5
yang digunakan untuk marka taxiway
3 MARKA APRON 8.7
Umum 8.7.1
Apron yang mengakomodasi pesawat udara dengan 8.7.1.1
Maximum All Up Mass (MAUM) 5,700 kg dan lebih, harus
diberi taxi guidelines dan marka posisi parkir pesawat udara

FORMULIR II II - 65
NO./REFF HASIL PEMERIKSAAN
NO FASILITAS PEMERIKSAAN
MOS S US NA
1 2 3 4 5 6 7
terbang primer (primary aircraft parking position marking).
Jika apron pada saat yang bersamaan digunakan oleh
pesawat udara tersebut dan pesawat udara yang lebih
ringan, operator bandar udara juga harus menyediakan
marka posisi parkir pesawat udara sekunder (secondary
aircraft parking position marking) pada apron untuk
melayani pesawat udara yang lebih ringan
Jika apron hanya mengakomodasi pesawat udara dengan 8.7.1.2
Maximum All Up Mass (MAUM) kurang dari 5.700 kg, tidak
ada keharusan atas adanya taxi guidelines ataupun marka
aircraft parking positions. Dalam kasus ini, operator bandar
udara dapat memutuskan apakah akan menyediakan marka
atau membebaskan pelaksanaan parkir yang dilakukan
secara acak
Rancangan desain marka apron harus memastikan bahwa 8.7.1.3
clearance standards yang relevan terpenuhi sehingga
manuver yang aman dan penempatan posisi pesawat udara
yang tepat dapat tercapai. Perlu diperhatikan untuk
menghindari marka yang tumpang tindih
Aircraft Stand 8.7.2
Jika pesawat udara diarahkan oleh marshaller, maka ‘nose 8.7.2.1
wheel position principle’ harus diberlakukan
Jika pesawat udara diarahkan oleh penerbang, maka ‘cockpit 8.7.2.2
position principle’ harus diberlakukan
Jika ada perubahan pada kontrol posisi pesawat udara 8.7.2.3
antara penerbang dan marshaller, maka aircraft stand harus
diubah dari prinsip yang satu ke prinsip lainnya. Pada
garbarata (aviobridge), aircraft stand harus dirancang
menggunakan prinsip posisi kokpit
Apron Edge 8.7.4
Harus disediakan jika batas antara perkerasan dengan 8.7.4.1
kekuatan tinggi tidak dapat dibedakan dengan daerah
disekitarnya, dan parkir pesawat udara yang tidak dibatasi
pada posisi parkir tetap. Jika dibutuhkan apron edge marking
maka harus diindentifikasi oleh dua garis kuning tak terputus
dengan lebar 0,15 m dan terpisah sejauh 0,15 m.
Tepi apron dengan permukaan kerikil, pasir atau permukaan 8.7.4.2
alami lainnya harus diidentifikasi menggunakan cone, yang
dipisahkan dengan jarak maksimum 60 m dan dicat kuning
kecuali untuk apron helikopter yang harus dicat hijau
Parking Clearance Line 8.7.5
Dapat disediakan pada posisi parkir pesawat udara untuk 8.7.5.1
menggambarkan area yang harus tetap bebas dari personil,
kendaraan dan peralatan saat pesawat udara taxiing (atau
ditarik) ke posisi atau sesudah menghidupkan mesin dalam
persiapan untuk keberangkatan jika tidak ada apron safety
lines
Harus disediakan pada apron yang digunakan oleh light 8.7.5.2
aircraft dengan pola penempatan parkir sembarang, jika
ingin membatasi parkir pada daerah tertentu
Harus meliputi garis merah tak terputus dengan lebar 0,10 m 8.7.5.3
atau jika diinginkan 0,20 m untuk apron dengan dimensi
yang luas. Jika dibutuhkan, garis tak terputus berwarna putih
atau kuning dengan lebar 0,10 m di masing-masing sisi dapat
memperjelas parking clearance lines. Kata-kata “PARKING
CLEARANCE” harus dicat kuning di sisi tempat pesawat udara
ringan parkir dan dapat terbaca dari sisi tersebut. Kata-kata
tersebut harus diulang pada interval tidak lebih dari 50 m,
menggunakan huruf dengan ketinggian 0,3 m yang terletak
0,15 m dari garis tersebut
Aircraft Type Limit Line 8.7.6
Jika ada bagian dari perkerasan yang berdampingan namun
tidak dapat mengakomodasi jenis pesawat udara yang
sejenis, maka informasi tentang kondisi ini harus disediakan
dengan marka pada daerah bagian perkerasan yang terbatas.
FORMULIR II II - 66
NO./REFF HASIL PEMERIKSAAN
NO FASILITAS PEMERIKSAAN
MOS S US NA
1 2 3 4 5 6 7
Marka harus terdiri dari garis kuning putus-putus, berisikan
strip sepanjang 3 m dan lebar 0.3 m, terpisah dengan jarak 1
m. Designator harus berada 0.15 m di atas garis, dalam huruf
dan angka dengan tinggi 0.5 m. Marka diulangi pada interval
tidak lebih dari 50 m
Parking Weight Limit Line 8.7.7
Jika bagian perkerasan yang berdampingan tidak dapat
mengakomodasi berat pesawat udara yang sejenis, maka
harus ditandai dengan marka aircraft weight limit pada
bagian perkerasan yang lebih lemah. Marka ini harus terdiri
dari garis kuning putus-putus, meliputi tiga garis dengan
panjang 3 m dan lebar 0,3 m dan rentang 1 m. Marka
designator harus berada 0,15 m di atas garis tersebut,
dengan ketinggian huruf dan angka 0,5 m. Marka ini harus
diulang pada interval tidak lebih dari 50 m
Equipment Clearance Line 8.7.8
Harus digunakan pada apron yang padat untuk membantu
kendaraan servis agar tidak mengganggu pesawat udara
yang sedang bermanuver. Marka ini harus terdiri dari garis-
garis merah dengan panjang 1 m, lebar 0,15 dan rentang 1
m. Petunjuk “EQUIPMENT CLEARANCE” harus dicat pada sisi
garis dimana peralatan berada dan dapat terbaca dari sisi
tersebut. Petunjuk ini harus diulang di sepanjang garis pada
interval yang tidak lebih dari 30 m. Huruf-hurufnya
mempunyai ketinggian 0,3 m, berada 0,15 m dari garis, dan
dicat merah.
Equipment Storage 8.7.9
Digunakan untuk menggambarkan daerah dimana kendaraan
dan peralatan dapat parkir atau disimpan dengan bebas
tanpa melanggar alokasi daerah area stand atau taxiway
manapun, termasuk permukaan taxiway strip.
Harus terdiri dari garis yang tidak terputus dengan cat
merah, lebar 0,1 m. Kata “EQUIPMENT STORAGE” harus
dicat merah pada sisi dimana peralatan ditempatkan dan
dapat dibaca dari arah sisi tersebut. Tinggi huruf harus 0,3 m
dan berjarak 0,15 m dari garis, sebagaimana diperlihatkan di
bawah ini. Marka ini harus diulang dengan interval tidak
melebihi 50m disepanjang garis batas.
lead-in dan lead-out 8.7.10
Harus disediakan pada setiap aircraft stand di apron yang 8.7.10.1
diperkeras dengan aircraft parking position markings.
Untuk marka aircraft stand primer harus berupa garis tak 8.7.10.2
terputus dengan lebar 0,2 m dan dicat kuning. Garis ini
mempunyai karakteristik yang sama dengan taxi guideline.
Jika apron memiliki lebih dari satu aircraft stand sehingga 8.7.10.3
ada panduan sekunder untuk beberapa parking stand yang
dapat digunakan, maka harus ada garis putus-putus untuk
membedakan dari garis primer. Garis primer harus ditujukan
untuk pesawat udara yang paling kritis. Direkomendasikan
untuk menggunakan warna (hitam) untuk mengontraskan
jika garis seperti ini dicat pada lantai beton.
Taxi Lead-in Line Designation 8.7.11
Harus disediakan di apron yang mempunyai lebih dari satu 8.7.11.1
aircraft stand yang diberi marka dan tidak ada tanda aircraft
stand; atau apron yang mempunyai lebih dari lima belas
aircraft stand yang diberi marka.
Harus terletak di awal setiap garis taxi guideline yang 8.7.11.2
bercabang atau garis lead-in. Marka ini juga harus sejajar
sehingga dapat dilihat oleh penerbang dari pesawat udara
yang sedang mendekati posisi taxi, yang terdiri dari 3 (tiga)
jenis marka yaitu aircraft stand number designation, aircraft
type limit designation dan aircraft weight limit designation.
Menunjukan aircraft stand yang akan diarahkan oleh garis 8.7.11.3
tersebut. Jika garis lead-in mengarah ke beberapa posisi
maka garis penunjuk harus terdiri dari nomor pertama dan
FORMULIR II II - 67
NO./REFF HASIL PEMERIKSAAN
NO FASILITAS PEMERIKSAAN
MOS S US NA
1 2 3 4 5 6 7
terakhir posisi yang dituju. Misalnya, guideline mengarah
pada enam nomor posisi 1 hingga 6 maka yang ditunjukkan
adalah 1—6. Designation harus berupa karakter dengan
tinggi 2 m dan dicat kuning.
Mengindikasikan aircraft stand mana yang mampu 8.7.11.4
mengakomodasi jenis pesawat udara tertentu. Nomor
designation ini harus berupa karakterberwarna kuning
dengan tinggi 2 m dan jarak 0,3 m dari garis lead-in. Aircraft
type limit designations yang tepat harus disediakan di garis
lead-in untuk setiap posisi dimana pembatasan tersebut
berlaku. Jika garis lead-in mengarah ke posisi parking apron
untuk helikopter maka harus disediakan penunjuk “H ONLY”.
Menginformasikan kepada penerbang mengenai batasan 8.7.11.5
berat untuk posisi parkir tertentu. Nomor tersebut
menjelaskan berat maksimum yang diperbolehkan dalam
bentuk, ‘9.000 kg’. Nomor designation harus dicat warna
kuning dengan tinggi 2 m dan dengan jarak 0,3 m dari garis
lead-in.
Pilot Turn Line 8.7.12
Jika dibutuhkan, penerbang turn line harus diletakkan tegak
lurus terhadap garis lead-in, ditempatkan pada sisi kiri jika
dilihat dari posisi penerbang, dan harus memiliki panjang 6
m dan lebar 0,3 m serta dicat warna kuning. Huruf-huruf
aircraft type designation harus dicat kuning dengan tinggi 1
m dan jarak 0,15 m di bawah bar, menghadap ke arah
kedatangan pesawat udara. Jika dibutuhkan lebih dari satu
turn bar dan stop line maka harus diberi kode. Nomor
designation harus ditempatkan dengan jarak ke garis lead-in
Marshaller Stop Line 8.7.13
Harus ditempatkan dimana nose wheel pesawat udara 8.7.13.1
berhenti, pada sisi kanan dari, dengan posisi tegak lurus
terhadap alignment line, sebagaimana yang dilihat oleh
marshaller pada posisi menghadap pesawat udara yang
datang.
Harus berwarna kuning, dengan tinggi huruf 0,3 m dan jarak 8.7.13.2
0,15 m di bawah stop line. Hurufnya harus dapat dibaca oleh
marshaller yang menghadap ke pesawat udara yang datang,
Penerbang Stop Line 8.7.14
Jika diperlukan, penerbang stop line harus ditempatkan 8.7.14.1
sedemikian rupa, sehingga saat pesawat udara dihentikan,
garis tersebut berada tepat di sebelah kiri penerbang.
Penerbang stop line harus memiliki panjang 6 m dan offset
dari alignment line.
Jika segala jenis pesawat udara akan ditempatkan pada satu 8.7.14.2
posisi parkir, maka offset untuk code letter C harus
digunakan dan Markanya diperpanjang hingga 11 m. (Ref.
Code Letter dan Offset X : A, B = 0 M; C = 5 M; D, E = 10 M)
Harus dibuat dengan huruf warna kuning dengan tinggi 1 m 8.7.14.3
dan jarak 0,15 m di bawah penerbang stop line,
Aircraft Stand Number Designation 8.7.15
Digunakan untuk memberikan informasi tambahan 8.7.15.1
mengenai apron yang diperkeras dimana ada lebih dari satu
posisi parkir pesawat udara. Aircraft stand primer harus
diberi nomor tanpa terkecuali. Posisi sekunder harus
diidentifikasi dengan nomor yang sama sesuai dengan type
pesawat udara.
Harus berada bersebelahan dengan posisi parkir, baik di 8.7.15.2
ground atau di garbarata, dan harus terlihat oleh penerbang.
Untuk pesawat udara fixed wing, posisi designation yang 8.7.15.3
diberi marka di ground harus diletakkan 4 m didepan posisi
nose wheel dan 5 m ke kiri, dari sudut pandang penerbang.
Nomor designation tersebut harus berwarna kuning dan
terdiri dari karakter-karakter dengan tinggi 1 m dan dalam
lingkaran berdiameter 2 m dan ketebalan garis 0,15 m,

FORMULIR II II - 68
NO./REFF HASIL PEMERIKSAAN
NO FASILITAS PEMERIKSAAN
MOS S US NA
1 2 3 4 5 6 7
Pada posisi di garbarata, designation garbarata harus sama 8.7.15.4
dengan aircraft stand number designation yang terkait.
Ukuran posisi designation tidak boleh kurang dari ukuran
legenda dan muka (Face) yang telah ditetapkan dalam Tabel
8.14-1.
Garbarata (Aerobridge) 8.7.16
Area di bawah garbarata harus bebas dari kendaraan dan 8.7.16.1
peralatan untuk memastikan keselamatan operasi garbarata.
Posisi roda yang direkomendasikan untuk garbarata
menggunakan kotak atau lingkaran untuk menetapkan posisi
garbarata dengan aman (jika sedang tidak digunakan) dan
memungkinkan pesawat udara memasuki stand dengan
aman. Tebal 0,15 m dan spasi 0,5 - 1,0 m. Garis pinggiran
dan bentuk berwarna merah serta lingkaran berwarna putih
(padat/solid)
Aerobridge safety marking terdiri dari garis berwarna merah 8.7.16.2
dengan bentuk trapesium. Area ini memperlihatkan fungsi
area pergerakan garbarata. Lokasinya dekat dengan aircraft
parking stand.
No Parking Area 8.7.17
Diindikasikan dengan garis merah di dalam batas berwarna
merah. Kendaraan atau peralatan tidak diperbolehkan
berada dalam area ini. Tebal 0,15 m dan spasi 0,5 - 1,0 m
Equipment parking area 8.7.18
Digunakan sebagai area batas dimana didalamnya peralatan
dan kendaraan dapat parkir saat memberikan servis/layanan
terhadap pesawat udara yang di darat. Marka ini
diindikasikan dengan garis berwarna putih berdimensi 0,15
m dan garis pinggir berwarna hitam
Fuel Hydrant Marking 8.7.19
Harus meliputi kata "FUEL" yang dicat warna merah (baik
garis pinggiran/batas dan karakter), tebal garis pinggir 0,2 m
dan tinggi karakter 0,5 m
Tug Parking Position Lines 8.7.20
harus disediakan di garbarata dan posisi parkir pesawat
power-in/push-out lainnnya, untuk memastikan tug yang
diparkir tidak mengganggu keselamatan dari pesawat udara
yang datang. Marka-nya harus terdiri dari garis warna merah
dengan lebar 0,10 m dan berbentuk U, lebar 3,5 m dengan
1,0 m panjang awal dan 3 m jarak dari nose pesawat udara
kritis
Apron Service Road 8.7.21
Harus diberi marka untuk menjaga lalu lintas kendaraan 8.7.21.1
terbebas dari aktivitas pesawat udara dan taxiway, dan
untuk meminimalisasi resiko kecelakaan kendaraan-dengan-
kendaraan.
Setiap jalur di apron service road harus memiliki lebar 8.7.21.2
minimum untuk dapat mengakomodasi kendaraan terlebar
yang digunakan di lokasi tersebut, misalnya kendaraan
darurat atau ground support equipment.
Harus terdiri dari garis berkelanjutan yang dicat warna putih 8.7.21.3
dengan lebar 0,1 m.
Terletak bersebelahan dengan pesawat udara yang sedang 8.7.21.4
taxi maka side marking harus ditunjukkan dengan garis putih
ganda tidak terputus. Ini mengindikasikan “DO NOT CROSS”.
Masing-masing garis memiliki lebar 0.1 m. Jarak antara dua
garis putih tidak boleh kurang dari 0.05 m.
Jika service road apron memotong taxiway atau garis apron 8.7.21.5
taxilane, maka service road marking dapat diwakili dengan
pola zipper. Panjang setiap segmen zipper tidak boleh lebih
dari 50 cm. Tipe edge marking ini membuat jalan lebih
terlihat oleh penerbang pesawat udara yang beroperasi di
taxiway atau taxyline. Dimensi A, B = 1 M; C, D = 2 M. Warna
garis pinggiran/ batas berwarna putih, warna karakter

FORMULIR II II - 69
NO./REFF HASIL PEMERIKSAAN
NO FASILITAS PEMERIKSAAN
MOS S US NA
1 2 3 4 5 6 7
berwarna hitam
Harus meliputi kata "FUEL" yang dicat warna merah (baik
garis pinggiran/batas dan karakter), tebal garis pinggir 0,2 m
dan tinggi karakter 0,5 m
Tug Parking Position Lines 8.7.20
harus disediakan di garbarata dan posisi parkir pesawat
power-in/push-out lainnnya, untuk memastikan tug yang
diparkir tidak mengganggu keselamatan dari pesawat udara
yang datang. Marka-nya harus terdiri dari garis warna merah
dengan lebar 0,10 m dan berbentuk U, lebar 3,5 m dengan
1,0 m panjang awal dan 3 m jarak dari nose pesawat udara
kritis
Apron Service Road 8.7.21
Harus diberi marka untuk menjaga lalu lintas kendaraan 8.7.21.1
terbebas dari aktivitas pesawat udara dan taxiway, dan
untuk meminimalisasi resiko kecelakaan kendaraan-dengan-
kendaraan.
Setiap jalur di apron service road harus memiliki lebar 8.7.21.2
minimum untuk dapat mengakomodasi kendaraan terlebar
yang digunakan di lokasi tersebut, misalnya kendaraan
darurat atau ground support equipment.
Harus terdiri dari garis berkelanjutan yang dicat warna putih 8.7.21.3
dengan lebar 0,1 m.
Terletak bersebelahan dengan pesawat udara yang sedang 8.7.21.4
taxi maka side marking harus ditunjukkan dengan garis putih
ganda tidak terputus. Ini mengindikasikan “DO NOT CROSS”.
Masing-masing garis memiliki lebar 0.1 m. Jarak antara dua
garis putih tidak boleh kurang dari 0.05 m.
Jika service road apron memotong taxiway atau garis apron 8.7.21.5
taxilane, maka service road marking dapat diwakili dengan
pola zipper. Panjang setiap segmen zipper tidak boleh lebih
dari 50 cm. Tipe edge marking ini membuat jalan lebih
terlihat oleh penerbang pesawat udara yang beroperasi di
taxiway atau taxyline. Dimensi A, B = 1 M; C, D = 2 M. Warna
garis pinggiran/ batas berwarna putih, warna karakter
berwarna hitam
Pasengger Path 8.7.22
Jika disediakan, Passenger Path Markings bertujuan untuk 8.7.22.1
membantu mengatur pergerakan penumpang yang naik atau
turun. Passenger Path Markings harus disediakan sesuai
dengan pola dan warna standar. Marka perlintasan pejalan
kaki yang tersedia harus sesuai dengan perkiraan trafik
jumlah penumpang.
Berwarna Putih, Panjang = 2 m, lebar = 0,5 m, spasi 0,5 m 8.7.22.2
Typical Apron 8.7.23
Marka pada apron setidaknya dapat menggambarkan
ketersediaan marka sehingga terbentuk apron dengan
typical apron marking
Self Manoeuvring Parking 8.7.24
Digunakan untuk prosedur dimana pesawat udara masuk 8.7.24.1
dan meninggalkan aircraft stand dengan menggunakan
tenaga sendiri.
Aircraft stand agar memberikan area bebas minimum antar 8.7.24.2
pesawat udara yang menggunakan stand dan juga antara
pesawat udara dengan bangunan yang berdekatan atau
objek tetap lainnya
clearance antara pesawat udara dengan bangunan atau
objek tetap lainnya : A, B = 3 M, C = 4,5 M, D,E,F = 7,5 M
clearance antara aircraft taxilane centerline ke objek : A = 12
M, B = 16,5 M C = 24,5 M, D = 36 M, E = 42,5 M, F = 50,5 M
clearance antara apron taxiway centerline ke objek : A =
16,25 M, B = 21,5 M C = 26 M, D = 40,5 M, E = 47,5 M, F =
57,5 M
4 MANDATORY INSTRUCTION 8.8

FORMULIR II II - 70
NO./REFF HASIL PEMERIKSAAN
NO FASILITAS PEMERIKSAAN
MOS S US NA
1 2 3 4 5 6 7
Jika tidak dapat memasang mandatory instruction sign untuk 8.8.1
mengidentifikasi lokasi di luar area dimana pesawat udara
taxiing atau dimana kendaraan tidak boleh masuk tanpa
persetujuan bandar udara control tower, maka marka
mandatory instruction harus disediakan pada permukaan
area yang diperkeras.
Jika secara operasional dibutuhkan, seperti pada taxiway 8.8.2
yang lebarnya melebihi 60 m, atau untuk membantu
pencegahan runway incursion, maka mandatory instruction
sign harus ditambahkan dengan marka mandatory
instruction.
harus berada di sebelah taxiway dan ditempatkan sama di 8.8.3
sekitar taxiway centre line dan di bagian sisi holding marka
runway-holding position sebagaimana diperlihatkan dalam
Gambar 8.8-1. Jarak antara pinggiran marka terdekat dengan
marka runway-holding position atau marka taxiway centre
line tidak boleh kurang dari 1m.
harus berada di kedua marka taxiway centre line dan di sisi 8.8.4
marka runway-holding position sebagaimana diperlihatkan
dalam Gambar 8.8-1. Jarak antara pinggiran marka terdekat
dengan marka runway-holding position atau marka taxiway
center line tidak boleh kurang dari 1 m.
Kecuali jika secara operasional tidak diperlukan, maka marka 8.8.5
mandatory instruction dilarang ditempatkan di runway.
harus terdiri dari tulisan berwarna putih dengan latar 8.8.6
belakang merah. Kecuali untuk marka NO ENTRY, tulisannya
harus memberikan informasi yang sama dengan mandatory
instruction sign yang berkaitan.
Marka NO ENTRY harus terdiri dari tulisan berwarna putih 8.8.7
bertuliskan NO ENTRY dengan latar belakang berwarna
merah.
Jika antara marka dan permukaan perkerasan masih kurang 8.8.8
kontras, maka marka mandatory instruction harus disertai
dengan garis pinggiran yang sesuai, lebih diutamakan warna
putih atau hitam.
Tinggi karakter tulisan harus 4 m untuk code letter C, D, E 8.8.9
atau F, dan 2 m untuk code letter A atau B. Tulisan harus
dalam bentuk dan ukuran yang diperlihatkan dalam
Lampiran 3.
Latarnya harus persegi panjang dengan perluasan minimum 8.8.10
0,5 m secara lateral dan vertikal dari ujung tulisan.

5 MARKA INFORMASI 8.9


Jika information sign umumnya dipasang dan sulit untuk 8.9.1
memasangnya, sebagaimana ditentukan oleh Ditjen Hubud,
maka marka informasi harus ditampilkan pada permukaan
yang diperkeras.
Jika secara operasional diperlukan, information sign harus 8.9.2
ditambah dengan marka informasi.
Harus ditampilkan sebelum dan setelah persimpangan 8.9.3
taxiway yang kompleks dan jika pengalaman operasional
mengindikasikan bahwa penambahan marka lokasi taxiway
dapat membantu personel darat navigasi penerbangan.
Harus ditampilkan pada permukaan yang diperkeras dengan 8.9.4
interval yang tetap pada taxiway yang panjang.
Harus ditampilkan di sepanjang permukaan taxiway atau 8.9.5
apron jika diperlukan dan ditempatkan sehingga dapat
dilihat dari kokpit pesawat udara yang sedang approach.
Meliputi tulisan berwarna kuning dengan latar belakang 8.9.6
hitam, jika menggantikan atau menambahkan rambu lokasi
dan tulisan berwarna hitam dengan latar belakang kuning,
jika menggantikan atau menambah rambu designation atau
arah.
Jika antara latar marka dan permukaan yang diperkeras 8.9.7
kurang kontras, maka marka meliputi pinggiran hitam

FORMULIR II II - 71
NO./REFF HASIL PEMERIKSAAN
NO FASILITAS PEMERIKSAAN
MOS S US NA
1 2 3 4 5 6 7
dengan tulisan berwarna hitam dan pinggiran kuning dengan
tulisan berwarna kuning.
Tinggi karakter 4 m. Tulisan dalam bentuk dan ukuran 8.9.8
sebagaimana diperlihatkan dalam standar 8.10 Karakter
Penunjuk untuk marka taxi dan apron.
6 DESIGNATION UNTUK MARKA TAXI DAN APRON 8.10
Semua huruf dan angka yang digunakan dalam designation
untuk marka taxi dan apron harus menggunakan bentuk dan
ukuran yang sesuai dengan gambar berikut.Dimensi
sebenarnya harus ditentukan sesuai dengan standar tinggi
keseluruhan untuk setiap designator spesifik. Ukuran kotak-
kotak di gambar berikut adalah 0,20 m. Lihat gambar di
bawah.
7 MARKA OBSTACLE 8.11
Umum 8.11.1
Semua kategori objek yang dianggap sebagai obstacle harus 8.11.1.1
ditandai oleh pemiliknya. Tanggung jawab untuk pengaturan
dan pemeliharaan marka obstacle pada bangunan dan
struktur merupakan tanggung jawab pemilik.
Catatan:
Marka obstacle dimaksudkan untuk mengurangi bahaya
terhadap pesawat udara dengan memberi tanda keberadaan
obstacle tersebut. Hal ini tidak berarti mengurangi batasan
operasi yang dapat disebabkan oleh obstacle.
Dalam kondisi dimana pengaturan marka obstacle tidak 8.11.1.2
dapat diterapkan, maka pemasangan lampu pada obstacle
dapat diterapkan sebagai pengganti marka obstacle.
Objek yang harus diberi marka dalam obstacle limitation 8.11.2
surfaces
Objek yang harus diberi marka dalam obstacle limitation
surfaces
Kendaraan dan objek bergerak lainnya, tidak termasuk 8.11.2.1
pesawat udara, di area pergerakan bandar udara merupakan
obstacle dan harus diberi marka.
Elevated aeronautical ground lights dalam area pergerakan 8.11.2.2
harus diberi marka sehingga dapat dilihat di siang hari.
Semua obstacle dalam jarak yang ditetapkan dalam Tabel 8.11.2.3
6.7-7, dari taxiway centreline, apron taxiway atau aircraft
stand taxiline harus diberi marka.
Obstacle tetap yang melebihi di atas take-off climb surface 8.11.2.4
sampai 3000 m dari inner edge of the take-off climb surface
harus diberi marka, kecuali marka tersebut dapat
dihilangkan jika obstacle dihalangi oleh obstacle tetap,
marka dapat dihilangkan jika obstacle diterangi oleh
medium-intensity obstacle lights, Type- A, di siang hari dan
tingginya melebihi permukaan disekitarnya dan tidak lebih
dari 150 m, marka dapat dihilangkan jika obstacle diterangi
oleh high-intensity obstacle lights di siang hari dan marka
dapat dihilangkan jika obstacle berupa mercusuar/menara
dan kajian aeronautical mengindikasikan bahwa cahaya dari
mercusuar/menara tersebut telah mencukupi.
Objek tetap selain obstacle yang berdekatan dengan take-off 8.11.2.5
climb surface harus diberi marka dan jika marka tersebut
dianggap perlu untuk memastikan penghindarannya. Untuk
pengecualian, marka tersebut dapat dihilangkan jika objek
tersebut diterangi oleh medium-intensity obstacle lights,
Type-A, di siang hari dan tingginya melebihi permukaan
disekelilingnya dan tidak lebih dari 150 m atau objek
tersebut diterangi oleh high-intensity obstacle lights di siang
hari.
Obstacle tetap yang melebihi di atas permukaan approach 8.11.2.6
sampai 3.000 m dari inner edge atau di atas permukaan
transisi harus ditandai, kecuali marka tersebut dapat
dihilangkan jika obstacle tertutup oleh obstacle tetap
lainnya, marka dapat dihilangkan jika obstacle tersebut
FORMULIR II II - 72
NO./REFF HASIL PEMERIKSAAN
NO FASILITAS PEMERIKSAAN
MOS S US NA
1 2 3 4 5 6 7
diterangi oleh medium-intensity obstacle lights, Type A, di
siang hari dan tingginya melebihi permukaan sekitarnya dan
tidak lebih dari 150 m dan marka dapat dihilangkan jika
obstacle tersebut diterangi oleh high-intensity obstacle lights
tinggi di siang hari.
Obstacle tetap di atas permukaan horisontal harus ditandai, 8.11.2.7
kecuali Marka tersebut dapat dihilangkan jika obstacle
tertutup oleh obstacle tetap lainnya atau untuk daerah yang
secara luas terhalang oleh objek atau area yang tidak dapat
dipindahkan, telah ditetapkan prosedur untuk memastikan
area bebas vertikal yang aman di bawah jalur penerbangan
yang telah ditentukan atau kajian aeronautical menunjukkan
obstacle bukan merupakan operasional yang signifikan;
Marka dapat dihilangkan jika obstacle diterangi oleh
medium-intensity obstacle lights, Type A, di siang hari dan
tingginya melebihi permukaan di sekitarnya serta tidak lebih
dari 150 m dan Marka dapat dihilangkan jika obstacle
diterangi oleh high-intensity obstacle lights di siang hari.
Objek tetap yang melebihi di atas permukaan obstacle 8.11.2.8
protection surface harus diberi marka.
Objek lain di dalam obstacle limitation surfaces harus diberi 8.11.2.9
marka jika kajian aeronautical menunjukkan bahwa objek
tersebut dapat menimbulkan bahaya terhadap pesawat
udara (meliputi objek yang berdekatan dengan visual routes
misalnya sungai atau jalan raya).
Jaringan di atas berupa kawat, kabel, dlll, serta sungai, 8.11.2.10
lembah atau jalan raya yang memotong harus diberi marka.
Menara pendukungnya juga harus ditandai atau dipasang
lampu jika kajian aeronautical menunjukkan bahwa jaringan
di atas tersebut dapat menimbulkan bahaya terhadap
pesawat udara.
Objek yang harus diberi marka dalam obstacle limitation 8.11.3
surfaces
Obstacles di luar batasan Obstacles Limitation Surfaces, 8.11.3.1
setidaknya objek tersebut mencapai ketinggian 150 m atau
melebihi elevasi permukaan harus diberi marka, kecuali jika
Obstacle tersebut diterangi oleh high-intensity obstacle
lights di siang hari maka marka dapat dihilangkan.
Objek lain di luar obstacle limitation surfaces harus diberi 8.11.3.2
marka dan/atau pencahayan jika kajian aeronautical
mengindikasikan bahwa objek tersebut dapat menimbulkan
bahaya terhadap pesawat udara (meliputi objek yang
berdekatan dengan visual routes misalnya sungai dan jalan
raya).
Jaringan di atas berupa kawat, kabel, dll, serta sungai, 8.11.3.3
lembah atau jalan raya yang memotong harus diberi marka
dan menara pendukungnya juga harus diberi marka dan
pencahayaan jika kajian aeronautical mengindikasikan
bahwa jaringan di atas tersebut dapat menimbulkan bahaya
terhadap pesawat udara.
Objek Tetap 8.11.4
Jika dapat diterapkan, objek tetap yang diberi marka harus 8.11.4.1
berwarna. Tetapi jika tidak maka Marka atau bendera dapat
dipasang pada atau diatasnya, kecuali jika objek tersebut
sudah cukup terlihat karena bentuk, ukuran atau warnanya.
Objek harus diberi warna untuk memperlihatkan pola papan 8.11.4.2
catur jika permukaannya rata dan proyeksinya pada suatu
bidang vertikal sama atau lebih dari 4,5 m pada kedua
dimensi. Polanya harus terdiri dari segi empat yang sisinya
tidak kurang dari 1,5 m dan tidak lebih dari 3 m, sudutnya
berwarna lebih gelap. Warna polanya harus kontras satu
dengan lainnya dan dengan latar belakang yang terlihatjelas.
Warna jingga dan putih atau sebagai alternatif warna merah
dan putih dapat digunakan, kecuali jika warna ini menyatu
dengan latar belakangnya

FORMULIR II II - 73
NO./REFF HASIL PEMERIKSAAN
NO FASILITAS PEMERIKSAAN
MOS S US NA
1 2 3 4 5 6 7
Objek harus diberi warna untuk memperlihatkan garis yang 8.11.4.3
saling kontras jika permukaannya rata dan mempunyai satu
dimensi, horisontal atau vertikal lebih dari 1,5 m dan dimensi
lainnya, horisontal atau vertikal kurang dari 4,5 m atau
mempunyai tipe kerangka dengan dimensi vertikal atau
horisontal yang lebih dari 1,5 m.
Pola garis harus tegak lurus dengan dimensi terpanjang dan 8.11.4.4
mempunyai lebar sekitar 1/7 panjang dimensi atau 30 m,
mana yang lebih kecil. Warna garisnya harus kontras dengan
latar belakang sehingga dapat terlihat. Warna jingga dan
putih dapat digunakan, kecuali jika warna ini tidak terlihat
kontras dengan latar belakangnya. Garis pada objek yang
ekstrim harus mempunyai warna yang lebih gelap
Catatan: lebar garis dan menentukan jumlah ganjil garis
mengacu pada Tabel 8.11-1
Objek harus diberi warna dengan warna yang mencolok jika 8.11.4.5
proyeksinya pada suatu bidang vertikal mempunyai dimensi
kurang dari 1,5 m. Warna jingga atau merah dapat
digunakan kecuali warna tersebut tidak kontras dengan latar
belakangnya
Catatan: 8.11.4.5
Untuk beberapa latar belakang, dapat digunakan warna
selain jingga atau merah untuk mendapatkan kontras
dengan latar belakangnya.
Objek Tetap 8.11.4
Jika dapat diterapkan, objek tetap yang diberi marka harus 8.11.4.1
berwarna. Tetapi jika tidak maka Marka atau bendera dapat
dipasang pada atau diatasnya, kecuali jika objek tersebut
sudah cukup terlihat karena bentuk, ukuran atau warnanya.
Objek harus diberi warna untuk memperlihatkan pola papan 8.11.4.2
catur jika permukaannya rata dan proyeksinya pada suatu
bidang vertikal sama atau lebih dari 4,5 m pada kedua
dimensi. Polanya harus terdiri dari segi empat yang sisinya
tidak kurang dari 1,5 m dan tidak lebih dari 3 m, sudutnya
berwarna lebih gelap. Warna polanya harus kontras satu
dengan lainnya dan dengan latar belakang yang terlihatjelas.
Warna jingga dan putih atau sebagai alternatif warna merah
dan putih dapat digunakan, kecuali jika warna ini menyatu
dengan latar belakangnya
Objek harus diberi warna untuk memperlihatkan garis yang 8.11.4.3
saling kontras jika permukaannya rata dan mempunyai satu
dimensi, horisontal atau vertikal lebih dari 1,5 m dan dimensi
lainnya, horisontal atau vertikal kurang dari 4,5 m atau
mempunyai tipe kerangka dengan dimensi vertikal atau
horisontal yang lebih dari 1,5 m.
Pola garis harus tegak lurus dengan dimensi terpanjang dan 8.11.4.4
mempunyai lebar sekitar 1/7 panjang dimensi atau 30 m,
mana yang lebih kecil. Warna garisnya harus kontras dengan
latar belakang sehingga dapat terlihat. Warna jingga dan
putih dapat digunakan, kecuali jika warna ini tidak terlihat
kontras dengan latar belakangnya. Garis pada objek yang
ekstrim harus mempunyai warna yang lebih gelap
Catatan: lebar garis dan menentukan jumlah ganjil garis
mengacu pada Tabel 8.11-1
Objek harus diberi warna dengan warna yang mencolok jika 8.11.4.5
proyeksinya pada suatu bidang vertikal mempunyai dimensi
kurang dari 1,5 m. Warna jingga atau merah dapat
digunakan kecuali warna tersebut tidak kontras dengan latar
belakangnya
Catatan: 8.11.4.5
Untuk beberapa latar belakang, dapat digunakan warna
selain jingga atau merah untuk mendapatkan kontras
dengan latar belakangnya.
Bendera untuk menandai objek tetap harus dipasang di 8.11.4.6
sekitar atau di atas atau di sekitar tepi tertinggi objek

FORMULIR II II - 74
NO./REFF HASIL PEMERIKSAAN
NO FASILITAS PEMERIKSAAN
MOS S US NA
1 2 3 4 5 6 7
tersebut. Jika bendera digunakan untuk menandai objek
yang luas atau beberapa objek yang berdekatan, maka
bendera tersebut harus dipasang setidaknya setiap 15 m.
Bendera tidak boleh meningkatkan bahaya yang ditimbulkan
dari objek yang ditandainya
Panjang tiap sisi bendera yang digunakan untuk menandai 8.11.4.7
objek tetap tidak boleh kurang dari 0,6 m.
Bendera yang digunakan untuk menandai objek tetap harus 8.11.4.8
berwarna jingga atau kombinasi dua segitiga, satu berwarna
jingga dan satu lagi putih, atau satu berwarna merah dan
satu lagi putih, kecuali jika warna ini tidak kontras dengan
latarnya, maka warna lain yang lebih mencolok dapat
digunakan.
Marka yang dipasang pada atau berdekatan dengan objek 8.11.4.9
harus diletakkan pada posisi yang terlihat untuk
mempertahankan definisi umumnya dan dapat terlihat
dalam cuaca cerah dari jarak sekurang 1000 m untuk objek
dilihat dari udara dan 300 m untuk objek dilihat dari darat,
dari semua arah dimana pesawat udara cenderung
mendekati objek tersebut. Bentuk marka harus dapat
dibedakan sebisa mungkin untuk memastikan marka
tersebut tidak disalahartikan dengan marka untuk informasi
lain dan marka tersebut tidak meningkatkan bahaya yang
ditimbulkan objeknya.
Marka harus terdiri satu warna. Jika dipasang, warna merah 8.11.4.10
dan putih atau putih dan jingga harus dipasang secara
berurutan. Warna yang dipilih harus kontras dengan latar
belakangnyasehingga terlihat jelas.
Objek Bergerak (Kendaraan) 8.11.5
Marka objek bergerak (kendaraan) yang rutin digunakan 8.11.5.1
pada area manuvering di siang hari harus dicat oleh
pemiliknya dengan warna tunggal yang kontras, diutamakan
warna merah untuk kendaraan darurat dan kuning untuk
kendaraan servis. Jika sudah dicat, maka tidak memerlukan
marka tambahan.
Kendaraan yang tidak dicat warna merah atau kuning harus 8.11.5.2
ditandai, dengan menggunakan vehicle warning light yang
sesuai dengan Paragraf 9.20.1 atau bendera
Bendera harus tidak kurang dari 0,9 m pada masing-masing 8.11.5.3
sisi dan terdiri dari pola papan catur berwarna merah dan
putih, setiap kotak mempunyai sisi tidak kurang dari 0,3 m.
Bendera tersebut harus dipasang di sekitar atau di atas tepi
tertinggi objek tersebut. Bendera tidak boleh meningkatkan
bahaya yang dapat ditimbulkan oleh objek.
Wind Turbines 8.11.6
Harus ditandai oleh pemiliknya jika telah ditentukan sebagai 8.11.6.1
obstacle
Rotor blade, nacelle dan 2/3 bagian atas dari tiang penopang 8.11.6.2
turbin harus dicat putih, kecuali jika telah diindikasi berbeda
oleh kajian aeronautical
Kawat, Kabel di atas tanah dll dan Menara Pendukung 8.11.7
Harus diberi marka agar dilengkapi dengan rambu oleh 8.11.7.1
pemiliknya. Menara pendukung juga harus diwarnai.
Objek Bergerak (Kendaraan) 8.11.5
Marka objek bergerak (kendaraan) yang rutin digunakan 8.11.5.1
pada area manuvering di siang hari harus dicat oleh
pemiliknya dengan warna tunggal yang kontras, diutamakan
warna merah untuk kendaraan darurat dan kuning untuk
kendaraan servis. Jika sudah dicat, maka tidak memerlukan
marka tambahan.
Kendaraan yang tidak dicat warna merah atau kuning harus 8.11.5.2
ditandai, dengan menggunakan vehicle warning light yang
sesuai dengan Paragraf 9.20.1 atau bendera
Bendera harus tidak kurang dari 0,9 m pada masing-masing 8.11.5.3
sisi dan terdiri dari pola papan catur berwarna merah dan
FORMULIR II II - 75
NO./REFF HASIL PEMERIKSAAN
NO FASILITAS PEMERIKSAAN
MOS S US NA
1 2 3 4 5 6 7
putih, setiap kotak mempunyai sisi tidak kurang dari 0,3 m.
Bendera tersebut harus dipasang di sekitar atau di atas tepi
tertinggi objek tersebut. Bendera tidak boleh meningkatkan
bahaya yang dapat ditimbulkan oleh objek.

Wind Turbines 8.11.6


Harus ditandai oleh pemiliknya jika telah ditentukan sebagai 8.11.6.1
obstacle
Rotor blade, nacelle dan 2/3 bagian atas dari tiang penopang 8.11.6.2
turbin harus dicat putih, kecuali jika telah diindikasi berbeda
oleh kajian aeronautical
Kawat, Kabel di atas tanah dll dan Menara Pendukung 8.11.7
Harus diberi marka agar dilengkapi dengan rambu oleh 8.11.7.1
pemiliknya. Menara pendukung juga harus diwarnai.
Harus diberi marka oleh pemilikinya sesuai dengan 8.11.4.1 8.11.7.2
hingga 8.11.4.4, kecuali menara pendukung diterangi oleh
high-intensity obstacle lights di siang hari maka marka dapat
dihilangkan.
Memberi marka dengan rambu. Rambu yang dipasang di 8.11.7.3
dekat atau pada objek harus berada pada posisi yang kontras
sehingga dapat mempertahankan fungsi objek tersebut dan
dapat dilihat dalam cuaca cerah setidaknya 1000 m untuk
objek dilihat dari udara dan 300 m untuk objek dilihat dari
darat dari semua arah dimana pesawat udara cenderung
mendekati objek. Bentuk rambu sebisa mungkin harus
berbeda untuk memastikan tidak disalah artikan dengan
rambu informasi lainnya, dan tidak boleh meningkatkan
bahaya yang dapat ditimbulkan oleh objek tersebut.
Rambu yang dipasang pada kawat, kabel di atas tanah dll 8.11.7.4
harus berbentuk bola dan berdiameter 60 cm.
Jarak antara dua rambu yang berurutan atau antara Rambu 8.11.7.5
dengan menara pendukung harus sesuai dengan diameter
rambu, tetapi tidak boleh melebihi 30 m jika diameter rambu
60 cm dan jaraknya bisa bertambah seiring dengan
pertambahan diameter rambu, sampai 35 m jika diameter
rambu 80 cm dan dapat bertambah sampai dengan
maksimum 40 m jika diameter rambu minimal 130 cm.
Jika melibatkan beberapa kawat, kabel dll, maka rambu 8.11.7.6
harus diletakkan tidak lebih rendah dari kawat/kabel
tertinggi pada titik yang diberi rambu.
Rambu harus dalam satu warna. Saat dipasang, warna rambu 8.11.7.7
putih dan merah atau putih dan jingga harus dipasang secara
berurutan. Warna yang dipilih harus kontras dengan latarnya
belakangnya sehingga dapat dilihat jelas.
Jika telah ditentukan bahwa kabel di atas tanah dll perlu 8.11.7.8
ditandai tetapi tidak dapat dipasang rambu pada kabel, maka
high-intensity obstacle lights, Type B, dapat dipasang pada
menara pendukungnya.
Temporary dan Transient Obstacle 8.11.8
Dapat diwajibkan oleh Ditjen Hubud untuk diberi marka. 8.11.8.1
Fixed temporary obstacles harus diberi marka sebagaimana
dijelaskan di atas untuk permanent obstacles. Jika tidak
dapat dilakukan, maka penggunaan marka unserviceability
cone dan/atau bendera dapat diterima untuk
menggambarkan bentuk dan ukuran obstacle sehingga dapat
dilihat dari sembarang garis approach yang cenderung
digunakan oleh pesawat udara.
Bendera yang digunakan untuk memberi marka pada objek 8.11.8.2
harus dipasang di sekitar atau di atas tepi tertinggi objek
tersebut. Jika bendera digunakan untuk menandai objek luas
atau beberapa objek yang berdekatan maka harus dipasang
setidaknya setiap 15 m. Bendera tidak boleh meningkatkan
bahaya yang dapat ditimbulkan oleh objeknya.
Bendera yang digunakan untuk menandai temporary 8.11.8.3
obstacles tetap harus tidak kurang dari 0,6 m persegi dan
FORMULIR II II - 76
NO./REFF HASIL PEMERIKSAAN
NO FASILITAS PEMERIKSAAN
MOS S US NA
1 2 3 4 5 6 7
harus diberi warna merah dan putih yang dipisah secara
diagonal.
8 GLIDER RUNWAY STRIP PADA BANDAR UDARA 8.12
Saat operasi gliding dilakukan di bandar udara, sinyal yang 8.12.1
terdiri dari palang putih ganda harus ditampilkan dalam
lingkaran sinyal.
Jika glider runway strip terletak secara keseluruhan atau 8.12.2
sebagian dalam runway strip yang ada untuk pesawat udara
bertenaga (powered aircraft), maka lebar glider runway strip
harus tetap pada satu sisi tepi runway untuk pesawat udara
bertenaga (powered aircraft), dan pada sisi lainnya dengan
marka runway strip yang ada disesuaikan seperlunya.
Jika glider runway strip terletak di luar runway strip untuk 8.12.3
pesawat udara bertenaga (powered aircraft) maka glider
runway strip harus ditandai dengan rambu batas dengan
warna selain putih yang kontras.
Jika ujung glider runway strip tidak bersebelahan dengan 8.12.4
ujung runway strip yang ada untuk pesawat udara bertenaga
(powered aircraft), maka tanda silang ganda berwarna putih
dengan latar hitam harus dipasang 20 m dari depan rambu
ujung glider strip.
9 AREA KERJA DAN AREA UNSERVICEABLE 8.13
Digunakan pada area unserviceable dari runway, taxiway, 8.13.1
apron dan holding bay dan rambu yang digunakan untuk
menandai batas area unserviceable dan batas area kerja.
Area unserviceable pada runway, taxiway dan apron 8.13.2
Marka unserviceablity atau closed harus digunakan untuk 8.13.2.1
mengidentifikasikan bagian apapun dari runway yang tidak
boleh digunakan oleh pesawat udara. Marka tersebut harus
terdiri dari tanda silang putih yang diletakkan di bagian yang
tidak terpakai dari runway.
Marka unserviceability juga dapat digunakan untuk 8.13.2.2
mengindikasikan bagian apapun dari taxiway atau apron
yang tidak digunakan oleh pesawat udara. Pemberian marka
yang diutamakan untuk bagian taxiway atau apron yang
tidak terpakai adalah dengan meletakkan rambu
unserviceable di area masuk daerah tersebut atau
disekeliling daerah unserviceable tersebut.
Ada dua jenis marka unserviceability. Marka yang lebih besar 8.13.2.3
harus digunakan untuk runway dan marka yang lebih kecil
harus digunakan untuk taxiway atau apron.
Marka unserviceability tidak diperlukan untuk pekerjaan 8.13.2.4
dengan berbatas waktu.
Marka yang lebih besar harus digunakan jika seluruh bagian 8.13.2.5
runway ditutup secara permanen, atau ditutup untuk
operasi pesawat udara selama lebih dari 30 hari. Marka
harus ditampilkan di setiap ujung runway yang
unserviceable, dan juga di area intermediate pada interval
kurang dari 300 m.
Marka area unserviceable pada runway, taxiway dan apron 8.13
Marka yang lebih besar harus digunakan jika seluruh bagian runway
ditutup secara permanen, atau ditutup untuk operasi pesawat
udara selama lebih dari 30 hari. Marka harus ditampilkan di setiap
ujung runway yang unserviceable, dan juga di area intermediate
pada interval kurang dari 300 m
Cone, bendera, dan papan rambu unserviceability 8.13.3
Cone unserviceabilty ini harus terdiri dari dari cone standar
berwarna putih dengan garis merah horisontal, lebar 25 cm
disekeliling pusatnya, setengah dari cone ke atas, sehingga ada
tempat untuk pita (band) berwarna putih-merah-putih.
Bendera unserviceability setidaknya berukuran 0,5 m persegi
berwarna merah, jingga atau kuning atau salah satu dari warna ini
dengan kombinasi warna putih
Papan marker unserviceability mempunyai tinggi 0,5 m dan lebar
0,9 m, dengan garis vertikal berwarna merah dan putih atau jingga
dan putih
FORMULIR II II - 77
NO./REFF HASIL PEMERIKSAAN
NO FASILITAS PEMERIKSAAN
MOS S US NA
1 2 3 4 5 6 7
Cone, Bendera dan Papan Rambu Unserviceability 8.13.3
Cone unserviceabilty ini harus terdiri dari dari cone standar 8.13.3.1
berwarna putih dengan garis merah horisontal, lebar 25 cm
disekeliling pusatnya, setengah dari cone ke atas, sehingga
ada tempat untuk pita (band) berwarna putih-merah-putih.
Bendera unserviceability setidaknya berukuran 0,5 m persegi 8.13.3.2
berwarna merah, jingga atau kuning atau salah satu dari
warna ini dengan kombinasi warna putih.
Papan marker unserviceability mempunyai tinggi 0,5 m dan 8.13.3.3
lebar 0,9 m, dengan garis vertikal berwarna merah dan putih
atau jingga dan putih.
Cone, bendera dan papan rambu unserviceability harus 8.13.3.4
dipasang jika ada bagian taxiway atau apron apapun yang
tidak sesuai untuk pergerakan pesawat udara tetapi masih
memungkinkan untuk pesawat udara bypass area tersebut
dengan aman.
Cone, bendera dan papan rambu unserviceability harus 8.13.3.5
diletakkan pada interval 3 m area yang tidak terpakai.
Rambu Batas Kerja 8.13.4
Cone batasan kerja atau papan rambu jika digunakan, harus 8.13.4.1
dipisahkan dengan interval secara garis besar kurang dari
jalur lintasan terkecil instalasi atau kendaraan yang
beroperasi dalam area kerja.
Bentuk lain dari rambu batasan kerja dapat digunakan untuk 8.13.4.2
pekerjaan yang dilakukan di apron dan area lain untuk
menunjukkan bahwa pekerjaan tersebut tidak berbahaya
terhadap pesawat udara dan kendaraan di airside lain yang
beroperasi di sekitar area kerja.
10 RAMBU (SIGN) 8.14
Pendahuluan 8.14.1
Rambu (sign) yang harus dipatuhi oleh penerbang dikenal 8.14.1.1
sebagai mandatory instruction signs. Tanda(sign) ini harus
berlatar belakang merah dan hurufnya berwarna putih.
Rambu (sign) yang menyampaikan informasi dikenal sebagai 8.14.1.2
information sign. Rambu(sign) ini harus mempunyai huruf
berwarna hitam dengan latar kuning, atau huruf berwarna
kuning dengan latar hitam.
Mandatory signs harus dipasang pada bandar udara 8.14.1.3
internasional, dan bandar udara lain dimana terdapat
pemanduan lalu lintas penerbangan dan apabila DGCA
mengharuskan rambu(sign) ini terpasang untuk alasan
keselamatan.
Operator bandar udara akan berkomunikasi dengan airline 8.14.1.4
dan Air Traffic Control mengenai kebutuhan Movement Area
Guidance Signs dengan informasi. Meskipun demikian,
Movement Area Guidance Signs dengan informasi harus
disediakan pada bandar udara jika keberangkatan melalui
taxiway intersection diinformasikan di AIP.
Variabel Rambu (sign) pesan harus menunjukkan tampilan 8.14.1.5
kosong jika tidak digunakan.
Penamaan Taxiway 8.14.2
Kesepakatan berikut harus digunakan dalam penamaan 8.14.2.1
taxiway location signs:
a. harus menggunakan huruf tunggal, tanpa angka, untuk
menunjuk setiap taxiway utama;
b. huruf yang sama harus digunakan di keseluruhan
panjang taxiway, kecuali jika belokan sebesar 90 derajat
atau lebih dibuat untuk menggabungkan runway, maka
huruf lain dapat digunakan untuk bagian taxiway
tersebut setelah belokan;
c. untuk setiap taxiway intersection, digunakan huruf
tunggal yang berbeda;
d. untuk menghidari kebingungan, huruf I, O dan X tidak
boleh digunakan, huruf Q hanya digunakan jika tidak

FORMULIR II II - 78
NO./REFF HASIL PEMERIKSAAN
NO FASILITAS PEMERIKSAAN
MOS S US NA
1 2 3 4 5 6 7
dapat dihindari;
e. pada bandar udara yang memiliki atau akan memiliki
taxiway dalam jumlah besar, penunjuk alphanumeric
dapat digunakan untuk taxiway intersection yang
pendek. Taxiway intersection berikutnya harus
menggunakan huruf yang sama, dengan nomor
berurutan. Jika nomor berurutan tidak dapat diterapkan
karena geometri sistem taxiway maka semua rencana
taxiway (bagan bandar udara) yang digunakan
penerbang harus mencakup informasi mengenai
penunjuk yang tidak ada;
f. penggunaan huruf dan nomor harus dapat dipahami
dengan mudah. Jika memang perlu menggunakan
penunjuk alphanumeric dua digit, maka perlu diberikan
perhatian untuk memastikan bahwa nomor yang
digunakan pada penunjuk taxiway tidak boleh rancu
dengan penunjuk runway.
Harus diaplikasikan pada semua bandar udara baru. Bandar 8.14.2.2
udara yang menggunakan penamaan taxiway yang telah
ditetapkan dapat meneruskan operasinya atau mengganti
penamaan taxiway sesuai dengan standar
Dimensi, Lokasi dan Pemberian Huruf 8.14.3
Rambu (sign) harus diletakkan untuk memberikan clearance 8.14.3.1
yang cukup untuk pesawat udara yang bergerak. Ukuran dan
lebar signboard tergantung dari lokasi tanda tersebut,
ukuran karakter dan juga panjang tulisan yang disampaikan.
Jika Movement Area Guidance Signs disediakan hanya pada 8.14.3.2
satu sisi taxiway, maka rambu (sign) ini harus terletak pada
sisi kiri penerbang kecuali jika tidak dapat diterapkan. Jika
Movement Area Guidance Signs akan dibaca dari kedua arah,
maka posisinya harus diatur sehingga berada di sudut kanan
taxi guideline. Jika Movement Area Guidance Signs akan
dibaca hanya dari satu arah, maka posisinya harus diatur
pada 75 derajat terhadap taxi guideline.
Rambu (sign) harus dapat dilihat oleh penerbang dan 8.14.3.3
pengemudi kendaraan saat melakukan manuver di area
pergerakan. Kondisi ini dapat dicapai jika sign dapat dibaca
saat penerbang mengikuti panduan yang berasal dari
pandangan mereka terhadap taxiway di depan pesawat
udara. Oleh karena itu, jika dapat diterapkan maka sign
harus diletakkan dekat dengan tepi yang diperkeras.
Saat memilih lokasi tanda (sign), maka aturan dalam Annex 14 Volume I,
5.4 harus diikuti. Lingkungan taxiway harus sedemikian rupa sesuai dengan
panduan penempatan yang harus diikuti untuk menghindari kerusakan
karena dampak engine pod atau baling-baling (propellers) atau akibat efek
jet blast.
8.14.3.4
Ukuran rambu (sign) dan Jarak Lokasi, termasuk rambu (sign) Exit Runway
8.14.4
Ukuran tanda (sign) dan jarak lokasi harus sesuai dengan 8.14.4.1
Tabel 8.14.1.
Lebar huruf dan panah harus sesuai dengan yang ditetapkan 8.14.4.2
(tinggi / lebar : 200 mm / 32 mm, 300 mm / 48 mm, 400 mm
/ 64 mm)
Bentuk dan ukuran huruf, angka dan simbol yang digunakan 8.14.4.3
pada movement area guidance signs harus sesuai dengan
yang ditetapkan. Jarak grid yang digunakan dalam gambar
berikut adalah 0,20 m.
Di sisi manapun tulisan, Lebar permukaan rambu(sign) harus 8.14.4.4
memberikan lebar minimum yang sama dengan setengah
tinggi tulisan. Dalam kasus rambu (sign) huruf tunggal, lebar
harus ditingkatkan hingga tinggi tulisan tersebut. Dalam
semua kasus, lebar permukaan mandatory sign yang hanya
ada pada satu sisi taxiway tidak boleh kurang dari 1,94 M
dengan code number 3 atau 4 dan 1,46 M dengan code
number 1 atau 2
FORMULIR II II - 79
NO./REFF HASIL PEMERIKSAAN
NO FASILITAS PEMERIKSAAN
MOS S US NA
1 2 3 4 5 6 7
Struktural 8.14.5
Rambu (sign) harus bersifat frangible. Rambu (sign) yang
terletak dekat runway atau taxiway harus cukup pendek
guna menjaga clearance untuk propeller dan engine pod
pesawat udara jet.
Penerangan 8.14.6
Rambu (sign) harus diberi penerangan jika dimaksudkan 8.14.6.1
untuk penggunaan : di kondisi jarak visual runway kurang
dari 800 m atau di malam hari, dengan instrument runway
atau di malam hari, dengan non-instrument runway code
number 3 atau 4.
Rambu (sign) harus reflektif (retro reflective) dan/atau diberi 8.14.6.2
penerangan jika dimaksudkan untuk penggunaan di malam
hari dengan non-instrument runway code number 1 atau 2.
Rata-rata luminans rambu (sign) harus seperti berikut: jika 8.14.6.3
operasi dilakukan di rentang visual runway kurang dari 800
m, maka rata-rata luminans tanda setidaknya harus 30 cd /
m2 (merah), 150 cd / m2 (kuning), 300 cd / m2 (putih) dan
jika operasional dilakukan di malam hari, di rentang visual
runway 800 m atau lebih besar, maka rata-rata luminans
tanda setidaknya harus 10 cd / m2 (merah), 50 cd / m2
(kuning), 100 cd / m2 (putih).
Rasio cahaya antara elemen merah dan putih tanda harus 8.14.6.4
tidak kurang dari 1:5 dan tidak boleh lebih dari 1:10.
Rata-rata luminans rambu (sign)harus dihitung berdasarkan 8.14.6.5
ICAO Annex 14, Volume 1, Appendix 4.
Untuk mendapatkan keseragaman sinyal, nilai luminans 8.14.6.6
harus tidak boleh lebih dari rasio 1,5:1. Jika ukuran grid 7,5
cm, rasio antara nilai luminans titik grid yang bersebelahan
harus tidak lebih dari 1,25:1. Rasio antara nilai luminans
maksimum dan minimum di seluruh permukaan rambu harus
tidak lebih dari 5:1.
Rambu(sign) harus berwarna merah, putih, kuning dan hitam 8.14.6.7
sesuai dengan rekomendasi dalam ICAO Annex 14, Volume
1, Appendix 1, untuk tanda (sign) yang diberi penerangan
secara eksternal, tanda(sign) retro-reflective dan rambu yang
bertransiluminasi yang sesuai.
Mandatarory Instruction Signs 8.14.7
harus disediakan untuk mengidentifikasi lokasi dimana 8.14.7.1
aircraft melakukan taxi atau kendaraan tidak boleh berjalan
kecuali diijinkan oleh bandar udara control tower.
Movement Area Guidance Signs yang merupakan instruksi 8.14.7.2
wajib, meliputi runway designation signs, category I, II or III
holding position signs, runway-holding position signs, aircraft
NO ENTRY signs, road-holding position (vehicular STOP)
signs.
Marka runway holding position pola A harus dilengkapi 8.14.7.3
dengan runway designation sign pada perpotongan
taxiway/runway atau perpotongan runway/runway.
Marka runway holding position pola B harus dilengkapi 8.14.7.4
dengan category I, II or III holding position signs.
Marka runway holding position pola A pada runway holding 8.14.7.5
position sebagaimana yang dijelaskan pada Paragraf 6.8
harus dilengkapi dengan runway holding position sign.
Runway designation sign pada perpotongan taxiway/runway 8.14.7.6
dapat dilengkapi dengan location sign dengan posisi ke arah
luar taxiway.
Tulisan pada Mandatory Instructions Signs harus berwarna 8.14.7.7
putih dengan latar belakang warna merah.
Jika diperlukan secara operasional, seperti taxiway dengan 8.14.7.8
lebar lebih dari 60 m atau untuk membantu dalam
pencegahan runway incursion, maka mandatory instruction
sign perlu ditambah dengan marka mandatory instruction.
Runway Designation Sign 8.14.7.9

FORMULIR II II - 80
NO./REFF HASIL PEMERIKSAAN
NO FASILITAS PEMERIKSAAN
MOS S US NA
1 2 3 4 5 6 7
Harus disediakan di runway/taxiway intersection, dimana 8.14.7.9.1
dipasang marka runway holding position denganpola ‘A’.
Hanya penunjuk untuk satu ujung runway yang harus
diperlihatkan jika taxiway intersection berada pada atau di
dekat ujung runway. Penunjuk untuk kedua ujung runway,
posisinya ditetapkan dengan baik sesuai dengan posisi
melihat sign tersebut, yaitu harus memperlihatkan dimana
taxiway berada.
Taxiway location sign harus diletakan berdampingan dengan 8.14.7.9.2
runway designation sign, di posisi sebelah luar (paling jauh
dari taxiway).
Harus disediakan setidaknya di sebelah kiri taxiway 8.14.7.9.3
menghadap arah pendekatan (approach) menuju runway.
Jika lebar taxiway melebihi 60 m, atau untuk membantu
dalam runway incursion, maka runway designation sign
harus disediakan di masing-masing sisi taxiway.
Cat I, II, or III holding position sign 8.14.7.10
Jika terdapat marka taxi-holding position pola B,
sebagaimana diperlihatkan di bawah, Category I, II or III
runway designation sign harus disediakan setidaknya di sisi
kiri taxiway menghadap ke arah approach menuju runway.
Jika lebar taxiway lebih dari 60 m, maka runway designation
signCategory I, II or III harus disediakan di setiap sisi taxiway.

Runway Holding Position Sign 8.14.7.11


Harus berada di lokasi taxiway, kecuali intersection, dimana
air traffic control mengharuskan pesawat udara untuk
berhenti, seperti pada saat memasuki ILS sensitive area.
Rambu (sign) tersebut adalah taxiway designation sign,
tetapi dengan huruf berwarna putih dengan latar belakang
warna merah. Lihat Gambar 8.14-13 di bawah. Jika lebar
taxiway lebih dari 60 m, maka runway holding position sign
harus berada di setiap sisi taxiway.
Aircraft NO ENTRY sign 8.14.7.12
Lingkaran berwarna putih, bar horisontal, latar merah, harus
disediakan jalur yang tidak boleh dimasuki, ditempatkan
masing-masing taxiway
Road holding position sign 8.14.7.13
Harus disediakan di semua jalan masuk ke cantum dalam 8.14.7.13.1
Aerorunway.
harus diletakkan 1.5m dari satu sisi jalan (kanan atau kiri 8.14.7.13.2
yang sesuai dengan peraturan lalu lintas local) pada holding
position.
harus terdiri dari tulisan berwarna putih dan latar belakang 8.14.7.13.3
berwarna merah.
Tulisan pada sign ini harus sesuai dengan bahasa nasional, 8.14.7.13.4
sesuai dengan regulasi lalu lintas lokal dan sesuai dengan
persyaratan untuk berhenti dan jika sesuai persyaratan
untuk memperoleh izin dari ATC dan lokasi designator
Catatan :
Contoh road holding position signs tercantum dalam Bandar
udara Design Manual (Doc 9157), Part 4.
Penggunaan pada malam hari harus retroreflective atau 8.14.7.13.5
diberi penerangan.
Information Signs 8.14.8
Information sign harus tersedia jika terdapat kebutuhan 8.14.8.1
operasional untuk melakukan identifikasi dengan tanda
(sign), lokasi yang specific, atau informasi routing.
Information signs harus, jika memungkinkan, ditempatkan 8.14.8.2
pada sisi kanan kiri dari taxiway. Tulisan Information sign
berwarna hitam dengan latar belakang kuning kecuali pada
location sign.
Pada perpotongan taxiway, information sign harus 8.14.8.3
ditempatkan sebelum intersection dan sejajar dengan marka

FORMULIR II II - 81
NO./REFF HASIL PEMERIKSAAN
NO FASILITAS PEMERIKSAAN
MOS S US NA
1 2 3 4 5 6 7
taxiway intersection. Jika tidak ada marka taxiway
intersection, tanda (sign) harus dipasang minimal 60m dari
centerline perpotongan taxiway dengan code number 3 atau
4, dan minimal 40m jika code number 1 atau 2.
Yang termasuk Movement Area Guidance Signs untuk 8.14.8.4
informasi adalah direction signs, location signs, destination
signs, runway exit signs, runway vacated signs and
intersection take-off signs.
Location Signs 8.14.8.5
Harus disediakan bersamaan dengan runway designation 8.14.8.5.1
sign kecuali pada perpotongan runway/runway.
Harus disediakan bersamaan dengan direction sign, kecuali 8.14.8.5.2
jika berdasarkan kajian aeronautical mengindikasikan tidak
diperlukan.
Jika diperlukan, location sign dapat disediakan untuk 8.14.8.5.3
mengidentifikasi taxiway exiting apron atau taxiway
melewati perpotongan.
Jika taxiway berakhir pada perpotongan “T” dan diperlukan 8.14.8.5.4
untuk mengidentifikasinya, direction sign dan/atau visual aid
yang lain dapat digunakan.
Location sign dapat disediakan pada intermediate holding 8.14.8.5.5
position. Jika dibutuhkan untuk identifikasi setiap rangkaian
intermediate holding position pada taxiway yang sama,
location sign dapat berisi designation taxiway dan angka.
Taxiway location sign dipasang bersamaan dengansi runway 8.14.8.5.6
designation sign harus diposisikan diluar runway designation
sign.
Location sign harus berisi designation dari lokasi taxiway, 8.14.8.5.7
runway, atau permukaan lainnya yang dilewati atau dimasuki
oleh pesawat udara. Location sign harus berwarna kuning
dengan latar hitam dan jika berdiri sendiri maka harus diberi
pinggiran kuning.
Direction Sign 8.14.8.6
Kombinasi location dan direction sign harus disediakan jika 8.14.8.6.1
digunakan untuk mengindikasikan routing information
sebelum perpotongan taxiway. Direction sign berisi alpha
atau alphanumeric yang mengidentifikasikan taxiway dan
tanda panah untuk menunjukkan arah.
Setiap arah taxiway harus diindikasikan dengan tanda panah. 8.14.8.6.2
Direction sign harus dengan huruf berwarna hitam dan latar
kuning. Direction sign harus dilengkapi dengan location sign,
kecuali jika penunjuk taxiway sudah diperlihatkan dengan
baik di location sign sebelumnya di sepanjang taxiway.
Direction sign, barikade dan/atau visual aid yang sesuai 8.14.8.6.3
lainnya yang digunakan untuk mengidentifikasi perpotongan
T dapat diletakkan pada sisi yang berlawanan dari
persimpangan yang menghadap taxiway .
Gambar
Destination Signs 8.14.8.7
Direction sign harus disediakan jika dibutuhkan secara 8.14.8.7.1
operasional untuk mengidentifikasi designation dan
direction dari taxiway pada perpotongan.
Jika dibutuhkan, destination dapat disediakan untuk 8.14.8.7.2
mengindikasikan arah ke tujuan spesifik di bandar udara,
seperti area cargo, general aviation, dll.
Destination signs harus dengan huruf berwarna hitam dan 8.14.8.7.3
latar kuning, sebagaimana diperlihatkan dalam Gambar 8.14-
18. Destination signs memberikan informasi kepada
penerbang mengenai fasilitas pada atau di dekat area
pergerakan. Tanda (sign) ini tidak boleh diletakkan bersama
dengan location sign atau direction sign.
Tulisan dalam destination sign harus berisi alpha, 8.14.8.7.4
alphanumerik, atau numeric yang mengidentifikasikan
tujuan dan panah yang mengindikasikan arah. Berikut ini
contoh teks untuk rambu secara umum yang digunakan
FORMULIR II II - 82
NO./REFF HASIL PEMERIKSAAN
NO FASILITAS PEMERIKSAAN
MOS S US NA
1 2 3 4 5 6 7
sebagai destination sign.
Intersection Take-Off Sign 8.14.8.8
Intersection take-off sign dapat disediakan jika operasional 8.14.8.8.1
membutuhkan untuk mengindikasikan take-off run available
(TORA) yang tersedia untuk perpotongan take-offs.
Intersection take-off sign memberikan informasi kepada 8.14.8.8.2
penerbang mengenai panjang take-off yang tersedia dari
suatu taxiway, dimana intersection departure tersedia.
Tanda (sign) ini diberikan agar penerbang dapat memastikan
kembali bahwa ia berada di lokasi take-off yang tepat : Jika
titik take-off tidak berada di dekat titik awal runway, maka
rambu akan menunjukan jarak take-off run yang tersedia
dalam satuan meter, ditambah dengan arah panah, yang
ditempatkan dan diarahkan dengan tepat untuk
menunjukkan arah dimana take-off run tersedia, Jika
intersection departure tersedia di kedua arah, maka
dibutuhkan dua tanda, masing-masing untuk setiap arah
take-off.
Intersection take-off sign terletak di tengah posisi runway- 8.14.8.8.3
holding di jalur masuk taxiway. Jarak antara tanda (sign)
dengan runway centre line harus tidak kurang dari 60 m jika
code number 3 atau 4, dan tidak kurang dari 45 m jika code
number 1 atau 2.
Jika hanya satu intersection take-off sign yang disediakan, 8.14.8.8.4
maka harus diletakkan di sisi kiri taxiway. Jika take-off dapat
dilakukan pada kedua arah, maka kedua tanda harus
diletakkan di masing-masing sisi taxiway, sesuai dengan arah
take-off. Intersection take-off sign tidak boleh mengganggu
pandangan penerbang terhadap mandatory instruction sign
runway manapun.
Tulisan pada intersection take-off sign harus terdiri dari 8.14.8.8.5
numerical yang mengindikasikan take-off run available yang
ada dalam satuan meter dan panah.
Rambu (sign) keluar/exit runway 8.14.8.9
Harus tersedia jika terdapat kebutuhan operasional untuk 8.14.8.9.1
mengidentifikasi runway exit.
Harus disediakan bagi runway yang digunakan dalam Land 8.14.8.9.2
and Hold Short Operation (LAHSO), kecuali pada saat hanya
digunakan oleh pesawat udara Performance Category A,
seperti yang dijelaskan dalam AIP. Untuk tujuan ini, pesawat
udara non-jet dengan bobot di bawah 5,700kg dapat
dianggap sebagai pesawat udara Category A.
Tanda (sign) harus terdiri dari huruf berwarna hitam dengan 8.14.8.9.3
latar belakang kuning, dengan tanda panah hitam mengarah
keluar dari nomor taxiway, atau ke arah kanan nomor
taxiway untuk keluar ke arah kanan, atau ke arah kiri untuk
keluar ke kiri.
Runway exit sign harus diletakkan pada sisi yang sama 8.14.8.9.4
dengan taxiway exit sign, 60 m sebelum pertemuan exit
dimana code number runway 3 atau 4 dan 30 m jika code
number runway 1 atau 2. Lihat Gambar 8.14-21.
Dimensi tanda(Sign dimensions) 8.14.8.10
Runway vacated sign 8.14.8.11
Harus tersedia jika pada exit taxiway tidak terdapat taxiway 8.14.8.11.1
centre line lights dan terdapat kebutuhan untuk penerbang
meninggalkan runway dan area perimeter ILS/MLS
critical/sensitive atau lower edge dari permukaan inner
transitional, manapun yang terjauh dari runway centre line.
Runway vacated sign harus diletakan sedikitnya pada satu 8.14.8.11.2
sisi taxiway. Jarak antara sign dengan runway centre line
harus tidak kurang dari yang lebih besar antara : Jarak antara
runway centerline dengan area perimeter ILS/MLS
critical/sensitive atau Jarak antara runway centerline dengan
lower edge dari permukaan inner transitional, manapun
yang terjauh dari runway centre line.
FORMULIR II II - 83
NO./REFF HASIL PEMERIKSAAN
NO FASILITAS PEMERIKSAAN
MOS S US NA
1 2 3 4 5 6 7
Jika disediakan bersamaan dengan runway vacated sign, 8.14.8.11.3
taxiway location sign harus diposisikan di sebelah luat
runway vacated sign.
Tulisan pada runway vacated sign harus sama dengan 8.14.8.11.4
gambar marka runway holding position pattern.
Information sign selain location sign harus tidak ditempatkan 8.14.8.12
dengan mandatory instruction sign.
Jika location sign dan direction sign digunakan dalam 8.14.8.13
kombinasi : Seluruh direction sign yang berkaitan dengan left
turns harus diletakkan di sisi kiri location sign, dan seluruh
direction sign yang berkaitan dengan right turns harus
diletakkan di sisi kanan location sign, kecuali jika terdapat
persimpangan yang terdiri dari 1 perpotongan taxiway,
location sign mungkin dapat diletakkan di sisi kiri dan kanan.
Direction sign harus ditempatkan sedemikian rupa sehingga 8.14.8.15
panah keberangkatan meningkat secara vertical seiring
dengan meningkatnya deviasi taxiway yang berhubungan.
Direction sign yang sesuai harus ditempatkan di sebelah 8.14.8.16
location sign dimana arah dari lokasi taxiway berubah secara
signifikan melewati perpotongan; dan
Direction sign yang berdekatan harus digambarkan oleh garis 8.14.8.17
hitam vertical
Taxiway harus dapat diidentifikasi dengan designator yang 8.14.8.18
terdiri dari huruf, kombinasi huruf yang diikuti angka. Saat
menunjukkan taxiway, penggunaan huruf I, O atau X dan
penggunaan kata seperti inner dan outer harus dihindari
untuk mencegah ambigu dengan angka 1, 0 dan marka
closed.
Penggunaan angka yang berdiri sendiri pada maneuvering 8.14.8.19
area harus dicadangkan untuk runway designation.
Bandar Udara Identification Sign 8.14.9
Harus diletakkan pada Bandar udara dimana ada cukup 8.14.9.1
alternative untuk indentifikasi visual.
Harus diletakkan pada bandar udara sedemikian rupa 8.14.9.2
sehingga dapat diidentifikasi dari udara, dan terbaca dari
semua sudut di atas horisontal.
Karakteristik bandar udara identification signs: 8.14.9.3
a. berisi nama bandar udara;
b. warna yang dipilih untuk rambu ini harus memiliki
kontras yang cukup dengan latar belakangnya agar dapat
dilihat dengan jelas; dan
c. karakternya harus mempunyai tinggi tidak kurang dari 3
m.
VOR Bandar Udara Check Point Sign 8.14.10
Jika VOR bandar udara checkpoint pada bandar udara telah 8.14.10.1
ditetapkan, maka harus diindikasikan oleh marka dan rambu
VOR bandar udara checkpoint.
VOR bandar udara checkpoint sign harus diletakkan sedekat 8.14.10.2
mungkin dengan checkpoint-nya sehingga tulisannya dapat
terlihat dari kokpit pesawat udara yang diposisikan dengan
benar pada VOR bandar udara checkpoint marking.
Karakteristiknya adalah 8.14.10.3
VOR bandar udara checkpoint sign harus terdiri dari tulisan 8.14.10.3.1
berwarna hitam dengan latar berwarna kuning;
Tulisan pada VOR checkpoint sign harus sesuai dengan salah 8.14.10.3.2
satu dari alternatif, dimana:
 VOR adalah singkatan yang mengindikasikan sebagai VOR
checkpoint;
 116.3 adalah contoh frekuensi radio VOR yang terkait;
 147° adalah contoh bearing VOR, ke sudut terdekat yang
harus diindikasikan pada VOR check point; dan
 NM adalah contoh jarak dalam mil nautical ke DME yang
ditempatkan dengan VOR terkait
Catatan :

FORMULIR II II - 84
NO./REFF HASIL PEMERIKSAAN
NO FASILITAS PEMERIKSAAN
MOS S US NA
1 2 3 4 5 6 7
Toleransi untuk bearing value yang ditunjukkan pada sign
adalah sesuai dengan Annex 10, Volume I, Attachment E. Hal
ini akan tercatat bahwa checkpoint hanya bias digunakan
secara operasional jika pemeriksaan periodic menunjukan
harus konsisten sampai ±2 derajat dari bearing yang
disebutkan.
Aircraft stand identification signs 8.14.11
Aircraft stand identification marking harus dilengkapi dengan 8.14.11.1
aircraft stand identification sign jika memungkinkan.
Aircraft stand identification sign harus diletakkan sedemikian 8.14.11.2
rupa agar dapat dilihat dengan jelas dari kokpit pesawat
udara sebelum memasuki aircraft stand.
Aircraft stand identification sign harus terdiri dari tulisan 8.14.11.3
berwarna hitam dengan latar belakang kuning.
11 MARKER 8.15
Pendahuluan 8.15.1
Marker harus ringan dan frangible, dapat berupa cone atau 8.15.1.1
gable. Bentuk lain yang dapat digunakan untuk rambu yang
mengidentifikasi area kerja yang luas, tergantung dari
persetujuan Ditjen Hubud. Agar tidak menyebabkan
kerusakan terhadap pesawat udara, saat terpasang rambu
harus kuat dan tidak mudah bergerak karena tiupan angin,
hembusan propeller/baling-baling dan efflux mesin jet.
Catatan :
Penggunaan jangkar atau rantai, untuk mencegah rambu
yang rusak dari pemasangannya dan terhembus,
dimungkinkan. Petunjuk frangibility rambu tercantum dalam
Bandar udara Design Manual (Doc 9157), Part 6.
Cone yang digunakan sebagai rambu runway mempunyai 8.15.1.2
tinggi 0,3 m dan diameter dasar 0,4 m. Semua rambu cone
lainnya mempunyai tinggi 0,5 m dengan diameter dasar 0,75
m. Rambu cone dicat dengan warna-warna berikut : putih
(rambu runway), kuning (rambu taxiway), kuning (rambu
apron edge), putih (rambu runway strip), merah (rambu
stopway), hijau (rambu helicopter apron edge), putih dengan
pusat pita merah 25 cm (rambu unserviceability), putih
terpisah dan warna latar yang sesuai (rambu runway strip
(displaces threshold))
Marker gable mempunyai panjang 3 m, lebar 1 m dan tinggi 8.15.1.3
0,5 m; dicat putih.
Cone PVC berwarna jingga fluorescent (berpendar) dengan 8.15.1.4
tinggi sekitar 0,5 m dapat digunakan untuk menyampaikan
informasi visual mengenai pekerjaan di bandar udara kepada
organisasi kerja. Cone ini tidak boleh digunakan untuk
menyampaikan informasi mengenai adanya perubahan area
pergerakan kepada penerbang. Rambu pada daerah
pergerakan harus menggunakan cone standar.
Penggunaan marker pada runway strip 8.15.2
Jika batasan graded portion suatu runway strip perlu 8.15.2.1
ditentukan, maka marker runway strip harus diletakkan
disepanjang tepi graded portion suatu runway strip.
Marker Runway strip harus berwana putih dan dapat berupa 8.15.2.2
gable, cone atau flush. Marker berbentuk gable lebih
diutamakan, sedangkan marker berbentuk flush hanya boleh
digunakan jika runway strip saling tumpang tindih/overlap.
Penempatan gable sebagai rambu side strip tidak boleh
melebihi 180 m, penempatan cone sebagai rambu side strip
tidak boleh melebihi 90 m.
Dengan persetujuan terlebih dahulu dari Ditjen Hubud, drum 8.15.2.3
besi berukuran 200 liter (44 galon) atau ban dapat digunakan
sebagai marker runway strip di bandar udara yang digunakan
oleh pesawat udara dengan kapasitas tidak lebih dari 9
tempat duduk (Lihat Bab13). Panjang drum besi dipotong
setengah dan diletakkan dengan bagian terbuka di bawah.
Marker runway strip drum dan ban harus dicat putih.
FORMULIR II II - 85
NO./REFF HASIL PEMERIKSAAN
NO FASILITAS PEMERIKSAAN
MOS S US NA
1 2 3 4 5 6 7
Penggunaan marka ini tidak diijinkan untuk bandar udara
bersertifikat dan beregister yang melayani angkutan udara
niaga.
Pengunaan marker pada unsealed runway 8.15.3
Pada unsealed runway, marker runway harus disediakan di 8.15.3.1
sepanjang kedua sisi runway dimana terdapat kekurangan
kontras antara runway dan runway stripnya, dan
keseluruhan runway strip tidak dijaga sesuai standar runway
grading normal. Jarak longitudinal marker runway tidak
boleh lebih dari 90 m.
Marker runway dapat diganti dengan marker runway strip 8.15.3.2
jika keseluruhan runway strip dijaga sesuai standar runway
grading normal. Thresholdnya harus ditandai baik dengan
marker threshold normal atau dengan marker cone runway
dengan pola yang sama dengan yang ditetapkan untuk ujung
runway strip.
Jika unsealed runway mempunyai permanent displaced 8.15.3.3
threshold di satu ujungnya, maka dua set rambu strip harus
disediakan pada ujung tersebut. Setiap set harus mempunyai
dua warna. Set yang berhubungan dengan permanent
displaced threshold ini harus dicat sehingga setengahnya
menghadap ke arah kedatangan pesawat udara (arah
pertama) berwarna putih dan setengahnya lagi harus dicat
sesuai dengan warna latar belakangnya sehingga tidak
terlalu menarik perhatian bagi penerbang yang sedang
beroperasi di arah lainnya (arah kedua). Rambu yang
berhubungan dengan ujung runway strip terlihat berwana
putih jika dipandang dari arah kedua dan tidak terlalu
menarik perhatian untuk yang menghadap ke arah pertama.
Marker ujung dwi warna yang terkait displaced threshold 8.15.3.4
harus berupa cone, sedangkan yang terkait dengan ujung
runway strip dapat berupa cone atau gable.
Jika tersedia runway light, marker dapat digabung dengan 8.15.3.5
peralatan lighting. Jika tidak ada runway light, rambu
berbentuk (gable) flat rectangular atau conical shape dapat
ditempatkan untuk membatasi runway.
Penggunaan marker pada unsealed taxiway 8.15.4
Jika tepi dari unsealed taxiway atau taxiway strip tidak 8.15.4.1
terlihat secara jelas, maka marker tepi taxiway harus
disediakan untuk menunjukkan kepada penerbang bahwa
tepi dari taxiway yang dapat digunakan.
Jika disediakan, marker taxiway harus berupa cone berwarna 8.15.4.2
kuning dan ditempatkan sedemikian rupa sehingga
memungkinkan penerbang menggambarkan tepi dari
unsealed taxiway.
Marker stopway edge 8.15.5
Marker stopway edge harus disediakan jika perpanjangan 8.15.5.1
dari stopway tidak terindikasi dengan jelas jika dibandingkan
dengan daratan sekitarnya.
Marker stopway edge harus cukup berbeda dari marker 8.15.5.2
stopway edge apapun yang digunakan untuk memastikan
bahwa kedua jenis marker ini tidak rancu.
Penggunaan marker pada unsealed apron 8.15.6
Jika tepi apron yang tidak diperkeras tidak terlihat jelas oleh 8.15.6.1
penerbang, maka marker sisi apron harus disediakan.
Jika disediakan, marker sisi apron harus berupa cone 8.15.6.2
berwarna kuning dan harus diberi jarak sehingga
memungkinkan penerbang untuk menggambarkan dengan
jelas area unsealed apron.
12 SIGNAL AREA DAN PANEL 8.16
Pendahuluan 8.16.1
Signal Area perlu disediakan hanya jika dimaksudkan untuk 8.16.1.1
penggunaan visual ground signal dalam berkomunikasi
dengan pesawat udara yang mengudara. Sinyal seperti ini

FORMULIR II II - 86
NO./REFF HASIL PEMERIKSAAN
NO FASILITAS PEMERIKSAAN
MOS S US NA
1 2 3 4 5 6 7
mungkin diperlukan jika bandar udara memiliki bandar udara
control tower atau unit pelayanan bandar udara flight
information, atau jika bandar udara digunakan oleh pesawat
udara yang tidak dilengkapi dengan radio.
Visual ground signals juga bermanfaat dalam kasus gagalnya 8.16.1.2
komunikasi radio dua-arah dengan pesawat udara. Meskipun
demikian, harus diketahui bahwa jenis informasi yang dapat
disampaikan dengan visual ground signals harus ada dalam
AIP atau NOTAM. Oleh karena itu kebutuhan akan ground
signal harus dievaluasi sebelum memutuskan untuk
menyediakan signal area.
Lokasi signal area 8.16.2
Signal area harus ditempatkan sedemikian rupa sehingga 8.16.2.1
dapat terlihat dari semua sudut azimut di atas 10° di atas
horisontal saat dilihat dari ketinggian 300 m.
Karakteristik dari signal area 8.16.3
Signal area harus
a. berdiameter 9 meter
b. berwarna hitam
c. pinggirannya menggunakan :
d. pinggiran berwarna putih dengan lebar 1 meter; atau
e. 6 rambu putih yang diberi jarak sama, masing-masing
dengan diameter dasar tidak lebih dari 0,75 m
f. tidak lebih dari 15 m dari wind direction indicator, atau
jika berlaku, dari wind direction indicator primer. Wind
direction indicator primer berada paling dekat ke apron
bandar udara.
Ground signals in signal area 8.16.4
‘Total unserciveability’ signal harus ditampilkan dalam signal 8.16.4.1
area jika bandar udara ditutup untuk pendaratan pesawat
udara.
‘Total unserviceability’ signal harus terdiri dari dua garis 8.16.4.2
putih yang lebarnya tidak lebih dari 0,9 m dan panjangnya 6
m, dan masing-masing saling memotong secara tegak lurus.
Restricted operation’ signal harus ditampilkan di signal area 8.16.4.3
pada suatu bandar udara dengan lebih dari satu jenis
permukaan pada area pergerakannya, jika pesawat udara
hanya menggunakan:
a. runway, taxiway dan apron dengan permukaan sealed;
atau
b. runway dengan permukaan kerikil; jika tidak ada runway,
taxiway dan apron dengan permukaan sealed.
Untuk tujuan dalam Paragraf 8.16.4.3: 8.16.5
a. runway, taxiway atau apron dengan permukaan sealed
adalah yang seluruh atau sebagian besar permukaannya
merupakan sealed.
b. runway, taxiway atau apron dengan permukaan kerikil
adalah yang seluruh atau sebagian besar permukaannya
terbuat dari kerikil (gravel);
c. restricted operation’ signal harus terdiri dari 2 lingkaran
berwarna putih dengan diameter 1,5 m dan dihubungkan
oleh balok berwarna putih dengan panjang 1,5 m dan
lebar 0,4 m;
d. glider operation’ signal harus terdiri dari garis putih
dengan panjang 5 m dan lebar 0,4 m dan disilang pada
titik secara tegak lurus oleh dua garis dengan lebar 0,4 m
dan panjang 2,5 m, masing-masing berjarak 1,05 m dari
ujung strip horisontal terdekat, sebagaimana
diperlihatkan di bawah.

FORMULIR II II - 87
C. CHECKLIST OBSTACLE

1. NAMA BANDAR UDARA :


2. NAMA PENGELOLA BANDAR UDARA :
3. NOMOR SERTIFIKAT / REGISTER BANDAR UDARA :
4. KLASIFIKASI BANDAR UDARA :
5. PESAWAT TERBESAR YANG BEROPERASI :
6. DIMENSI RUNWAY :
7. JENIS PELAYANAN LALU LINTAS UDARA :
REFERENSI HASIL PEMERIKSAAN
NO JENIS PERALATAN PEMERIKSAAN
PERATURAN S U N/A
1 2 3 4 5 6 7
I. OBJEK TETAP / TIDAK BERGERAK
1. MARKA
a. Dimensi vertikal < 1,5 m : 8.11.4.5
Warna 8.11.4.9
Terlihat semua arah (min 1000 m dari udara, 300 m dari darat)
b. Dimensi vertikal / terpanjang > = 1,5 m
1) Bentuk rata, Kotak, Dimensi vertikal > = 4,5 m : 8.11.4.2
Pola : Papan Catur
Dimensi : sisi-sisi 1,5 m s/d 3 m
Warna : merah –putih / jingga – putih (selang-seling)
2) Bentuk rata, persegi, tampak tidur (squat) / diri (tall) 8.11.4.3
Pola : Garis, tegak lurus dimensi terpanjang 8.11.4.4
Dimensi :
Lebar garis 1/7 dari dimensi terpanjang ( 1,5 m – 209 m )
Lebar garis 1/9 dari dimensi terpanjang ( 210 m – 269 m )
Lebar garis 1/11 dari dimensi terpanjang ( 270 m – 329 m )
Lebar garis 1/13 dari dimensi terpanjang ( 330 m – 389 m )
Lebar garis 1/15 dari dimensi terpanjang ( 390 m – 449 m )
Lebar garis 1/17dari dimensi terpanjang ( 450 m – 509 m )
Lebar garis 1/19 dari dimensi terpanjang ( 510 m – 569 m )
Lebar garis 1/21 dari dimensi terpanjang ( 570 m – 630 m )
Warna : Jingga –putih (selang-seling)
2. BENDERA
a. Lokasi 8.11.4.6
- Sekitar/diatas /di sekitar tepi tertinggi objek
Objek yang luas, dipasang bendera per 15 m
b. Dimensi : panjang sisi tidak boleh kurang 0,6 m 8.11.4.7
c. Warna : 8.11.4.8
- Jingga, atau
- Kombinasi 2 segitiga ( jingga –putih/ merah-putih ), atau
- Warna lain ( jika tidak terlihat kontras )
3. LAMPU
a. GEDUNG/ BANGUNAN/ MENARA/ STRUKTUR ANTENA 9.36.4.3
- Karakteristik lampu :
1) Untuk tinggi objek < 45 m : 9.36.4.4
Karakteristik lampu : (pilihan)
- Intensitas rendah – TIPE A, yaitu :
Warna : merah, tetap (fixed)
Intensitas cahaya : 10 Cd (malam hari)
Lokasi : di puncak / tempat teratas
- Intensitas rendah – TIPE B, yaitu :
Warna : merah, tetap, (fixed)
Intensitas cahaya : 32 Cd (malam hari)
Lokasi : di puncak / tempat teratas
2) Untuk tinggi objek 45 m s/d 150 m : (pilihan) 9.36.4.5
Karakteristik Lampu : (pilihan)
- Intensitas sedang – TIPE A, yaitu
Warna : putih, berkedip (20-60 fpm)
Intensitas cahaya : 20.000 Cd (senja)
2. 000 Cd (malam)
Lokasi : di atas / tertinggi, dan lampu tambahan pada
Jarak lampu lampu maks 105 m dari lampu teratas ke
Permukaan tanah / gedung terdekat
- Intensitas sedang – TIPE B, yaitu :
Warna : merah, berkedip (20-60 fpm)
Intensitas cahaya : 2.000 Cd (malam)

FORMULIR II II - 88
REFERENSI HASIL PEMERIKSAAN
NO JENIS PERALATAN PEMERIKSAAN
PERATURAN S U N/A
1 2 3 4 5 6 7
Note : kombinasi juga dngn intensitas rendah – Tipe B
Lokasi : di atas / tertinggi, dan lampu tambahan pada
jarak
Lampu lampu maks 52 m dari lampu teratas ke
permukaan
tanah / gedung terdekat
- Intensitas sedang – TIPE C, yaitu :
Warna : merah, tetap
Lokasi : di atas / tertinggi, dan lampu tambahan pada
jarak
lampu lampu maks 52 m dari lampu teratas ke permukaan
tanah / gedung terdekat
3) Untuk tinggi objek > 150 m : (pilihan) 9.36.4.6
Karakteristik lampu : (pilihan)
- Intensitas tinggi - TIPE A, yaitu :
Warna : putih, berkedip (40-60 fpm)
Intensitas cahaya : 200.000 Cd (siang)
20.000 Cd (senja)
2.000 Cd (malam)
Lokasi : di atas / tertinggi, dan lampu tambahan pada
jarak
lampu lampu maks 105 m dari lampu teratas ke
permukaan
Tanah / gedung terdekat
- Intensitas sedang – TIPE B, yaitu :
Warna : merah, berkedip (20-60 fpm)
Intensitas cahaya : 2.000 Cd ( malam )
- Note : Mandiri / kombinasi dngan intensitas rendah – Tipe
B
Lokasi : di atas / tertinggi, dan lampu tambahan jarak
lampu
Lampu maks 52 m dari lampu teratas ke permukaan tanah
/
gedung terdekat
- Intensitas sedang - TIPE C, yaitu :
Warna : merah, tetap
Intensitas : 2.000 Cd (malam)
Lokasi : diatas / tertinggi, dan lampu tambahan pada jarak
Lampu lampu maks 52 m dari lampu teratas ke
permukaan
tanah / gedung terdekat
- Intensitas sedang – TIPE A, yaitu :
Warna : Putih, berkedip (20-60 fpm)
Intensitas cahaya : 20.000 Cd (senja)
2.000 Cd (malam)
Note : Disertakan lampu tambahan
Lokasi : di atas / tertinggi, dan lampu tambahan pada
jarak
lampu lampu maks 52 m dari lampu teratas ke permukaan
tanah / gedung terdekat
b. CEROBONG ASAP
- Karakteristik lampu
1) Untuk tinggi objek < 45 m : 9.36.4.4
Karakteristik lampu : (pilihan)
- Intensitas rendah – TIPE A, yaitu :
Warna : merah, tetap (fixed)
Intensitas cahaya : 10 Cd (malam hari)
Lokasi : sebelum puncak cerobong
- Intensitas rendah – TIPE B, yaitu :
Warna: merah, tetap (fixed)
Intensitas cahaya : 32 Cd (malam hari)
Lokasi : sebelum puncak cerobong
2) Untuk tinggi objek 45 m s/d 150 m : (pilihan) 9.36.4.5
Karakteristik lampu : (pilihan)
- Intensitas sedang – TIPE A, yaitu :
Warna : putih, berkedip ( 20 -60 fpm)
Intensitas cahaya : 20.000 Cd (senja)
2.000 Cd (malam)
Lokasi : sebelum puncak, dan lampu tambahan pada jarak
lampu lampu maks 105 m dari lampu teratas ke
permukaan
tanah / gedung terdekat
- Intensitas sedang - Tipe B, yaitu :
Warna : merah, berkedip (20 – 60 fpm)
Intensitas cahaya : 2.000 Cd (malam)
Note : kombinasi juga dengan intensitas rendah – Tipe B
Lokasi : sebelum puncak, dan lampu tambahan pada jarak

FORMULIR II II - 89
REFERENSI HASIL PEMERIKSAAN
NO JENIS PERALATAN PEMERIKSAAN
PERATURAN S U N/A
1 2 3 4 5 6 7
lampu lampu maks 52 m dari lampu teratas ke permukaan
tanah / gedung terdekat
- Intensitas sedang – TIPE C, yaitu :
Warna : merah, tetap
Intensitas cahaya : 2.000 cd (malam)
Lokasi : sebelum puncak, dan lampu tambahan pada jarak
lampu lampu maks 52 m dari lampu teratas ke permukaan
tanah / gedung terdekat
3) Untuk tinggi objek > 150 m : (pilihan) 9.36.4.6
Karakteristik lampu : (pilihan)
- Intensitas tinggi – TIPE A, yaitu :
Warna : putih, berkedip (40-60 fpm)
Intensitas cahaya : 200.000 Cd (siang)
20.000 Cd (senja)
2.000 Cd (malam)
Lokasi : sebelum puncak, dan lampu tambahan pada jarak
lampu lampu maks 105 m dari lampu teratas ke
permukaan
tanah / gedung terdekat
- Intensitas sedang – TIPE B, yaitu :
Warna : merah, berkedip (20 – 60 fpm)
Intensitas cahaya : 2.000 Cd (malam)
Note : mandiri / kombinasi dngn intensitas rendah –Tipe B
Lokasi : sebelum puncak, dan lampu tambahan pada jarak
Lampu lampu maks 52 m dari lampu teratas ke
permukaan
permukaan tanah / gedung terdekat
- Intensitas sedang – TIPE C, yaitu :
Warna : merah, tetap
Intensitas cahaya : 2.000 Cd (malam)
Lokasi : sebelum puncak, dan lampu tambahan pada jarak
lampu lampu maks 52 m dari lampu teratas ke permukaan
tanah / gedung terdekat
- Intensitas sedang - TIPE A, yaitu :
Warna : putih, berkedip ( 20-60 fpm)
Intensitas cahaya : 20.000 Cd (senja)
2.000 Cd (malam)
Note : Disertakan lampu tambahan
Lokasi : sebelum puncak, dan lampu tambahan pada jarak
lampu lampu maks 52 m dari lampu teratas ke permukaan
tanah / gedung terdekat
c. OBJEK YANG LUAS
- Karakteristik lampu :
1) Untuk tinggi objek < 45 m : 9.36.4.4
Karakteristik lampu : (pilihan)
- Intensitas rendah – TIPE A, yaitu :
Warna : merah, tetap (fixed)
Intensitas cahaya : 10 Cd (malam hari)
Lokasi : di puncak / teratas , jarak per lampu 45 m
- Intensitas rendah – TIPE B, yaitu :
Warna : merah, tetap (fixed)
Intensitas cahaya : 32 Cd (malam hari)
Lokasi : di puncak / teratas, jarak per lampu 45 m
2) Untuk tinggi objek 45 m s/d 150 m : (pilihan) 9.36.4.5
Karakteristik lampu : (pilihan)
- Intensitas sedang – TIPE A, yaitu :
Warna : putih, berkedip ( 20 – 60 fpm )
Intensitas cahaya : 20.000 Cd (senja)
2.000 Cd (malam)
Lokasi : di atas / tertinggi, dan lampu tambahan pada
jarak
lampu lampu maks 105 m dari lampu teratas ke
permukaan
Tanah / gedung terdekat, jarak per lampu 900 m
- Intensitas sedang – TIPE B, yaitu :
Warna : merah, berkedip (20-60 fpm )
Intensitas cahaya : 2.000 Cd (malam)
Note : Kombinasi juga dengan intensitas rendah – Tipe B
Lokasi : di atas / tertinggi, dan lampu tambahan pada
jarak
lampu lampu maks 52 m dari lampu teratas ke permukaan
Tanah / gedung terdekat, jarak per lampu 900 m
- Intensitas sedang – TIPE C, yaitu :
Warna : merah, tetap
Intensitas cahaya : 2.000 Cd (malam)
Lokasi : di atas / tertinggi, dan lampu tambahan pada
jarak

FORMULIR II II - 90
REFERENSI HASIL PEMERIKSAAN
NO JENIS PERALATAN PEMERIKSAAN
PERATURAN S U N/A
1 2 3 4 5 6 7
lampu lampu maks 52 m dari lampu teratas ke permukaan
Tanah / gedung terdekat, jarak per lampu 900 m
3) Untuk tinggi objek > 150 m : (pilihan) 9.36.4.6
Karakteristik lampu : (pilihan)
- Intensitas tinggi – TIPE A, yaitu :
Warna : putih, berkedip (40-60 fpm)
Intensitas cahaya : 200.000 Cd (siang)
20.000 Cd (senja)
2.000 Cd (malam)
Lokasi : di atas / tertinggi, dan lampu tambahan pada
jarak lampu lampu maks 105 m dari lampu teratas ke
permukaan tanah / gedung terdekat
- Intensitas sedang – TIPE B, yaitu :
Warna : merah, berkedip (20-60 fpm)
Intensitas cahaya : 2.000 Cd (malam)
Note : mandiri / kombinasi dengan intensitas rendah –
Tipe B
Lokasi : di atas / tertinggi, dan lampu tambahan pada
jarak
lampu lampu maks 52 m dari lampu teratas ke permukaan
tanah / gedung terdekat, jarak per lampu 900 m
- Intensitas sedang – TIPE C, yaitu :
Warna : merah, tetap
Intensitas cahaya : 2.000 Cd (malam)
Lokasi : di atas / tertinggi, dan lampu tambahan pada
jarak
lampu lampu maks 52 m dari lampu teratas ke permukaan
tanah / gedung terdekat
- Intensitas sedang - TIPE A, yaitu :
Warna : putih, berkedip (20 -60 fpm)
Intensitas cahaya : 20.000 Cd (senja)
2.000 Cd (malam)
Note : Disertakan lampu tambahan
Lokasi : di atas/ tertinggi, dan lampu tambahan pada jarak
lampu lampu maks 52 m dari lampu teratas ke permukaan
tanah / gedung terdekat, jarak per lampu 900 m

II. KENDARAAN / OBJEK BERGERAK


1. MARKA 8.11.5.1
Warna : 8.11.5.2
- Merah ( kendaraan darurat )
- Kuning ( kendaraan service )
2. BENDERA 8.11.5.3
- Pola : papan catur ( perkotak : tiap sisi 0,3 m)
- Warna : merah – putih
- Dimensi : per sisi tidak kurang : 0,9 m
- Lokasi : sekitar atau ditepi objek tertinggi
3. LAMPU 8.11.5.2
1) Vehicle warning light :
Warna : kuning berkedip / berputar (sesuai standar
komersil)
Kecepatan kedipan : 60-90 kedipan per menit
Intensitas : 40 s/d 400 Cd
Vertical Beam Spread : 12°
Intensitas puncak : 2,5 ° vertikal
Lokasi : di atas / terlihat segala arah
2) Kendaraan emergency atau security :
Intensitas rendah – TIPE C, yaitu :
Warna : biru, berkedip (60-90 fpm)
Intensitas cahaya : 40 Cd (senja dan malam)
Lokasi : di atas / terlihat segala arah
3) Kendaraan follow me car :
Intensitas rendah – TIPE C, yaitu :
Warna : kuning, berkedip (60-90 fpm)
Intensitas cahaya : 40 Cd (senja dan malam)
Lokasi : di atas / terlihat segala arah
4) Garbarata / Aviobridge :
Intensitas rendah – TIPE A, yaitu :
Warna : merah , tetap
Intensitas cahaya : 10 Cd (malam)
Lokasi : di atas / terlihat segala arah
5) Kendaraan lain :
Intensitas rendah – TIPE A, yaitu :
Warna : merah, tetap
Intensitas cahaya : 10 Cd (malam)
Lokasi : di atas / terlihat segala arah
III. WIND TURBINES
FORMULIR II II - 91
REFERENSI HASIL PEMERIKSAAN
NO JENIS PERALATAN PEMERIKSAAN
PERATURAN S U N/A
1 2 3 4 5 6 7
1. MARKA 8.11.6
Rotor Blade : cat putih
Nacelle : cat putih
2/3 bagian atas : cat putih
2. LAMPU 9.36.4.7
Lokasi : Nacelle
Karakteristik lampu : (pilihan)
Intensitas sedang – TIPE A, yaitu :
Warna : putih, berkedip (20-60 fpm)
Intensitas cahaya : 20.000 Cd (senja)
2.000 Cd (malam)
Intensitas sedang – TIPE B, yaitu :
Warna : merah, berkedip (20-60 fpm)
Intensitas cahaya : 2.000 Cd (malam)
Intensitas sedang – TIPE C, yaitu :
Warna : merah, tetap
Intensitas cahaya : 2.000 Cd (malam)

IV. KAWAT, KABEL DIATAS TANAH, MENARA PENDUKUNG


1. MARKA 8.11.7
Pola : Garis, tegak lurus dimensi terpanjang
Dimensi : lebar garis 1/7 dari dimensi terpanjang ( 1,5 m – 209 m )
lebar garis 1/9 dari dimensi terpanjang ( 210 m – 269 m )
lebar garis 1/11 dari dimensi terpanjang ( 270 m – 329 m )
lebar garis 1/13 dari dimensi terpanjang ( 330 m – 389 m )
lebar garis 1/15 dari dimensi terpanjang ( 390 m – 449 m )
lebar garis 1/17 dari dimensi terpanjang ( 450 m – 509 m )
lebar garis 1/19 dari dimensi terpanjang ( 510 m – 569 m )
lebar garis 1/21 dari dimensi terpanjang ( 570 m – 630 m )
Warna : jingga – putih (selang-seling)
2. RAMBU 8.11.7
Bentuk : bola, diameter 60 cm
Jarak 2 rambu berurutan / rambu dengan menara :
30 m, jika diameter bola 60 cm
35 m, jika diameter bola 80 cm
40 m, jika diameter bola 130 cm
Lokasi : pada kawat / kabel tertinggi
Warna : merah dan putih / jingga dan putih (berurutan)
3. LAMPU 9.36.4.8
Karakteristik lampu : (pilihan)
Intensitas tinggi – TIPE B, yaitu :
Warna : putih, berkedip (40-60 fpm)
Intensitas cahaya : 100.000 Cd (siang)
20.000 Cd (senja)
2.000 (malam)
Intensitas sedang – TIPE B, yaitu :
Warna : merah, berkedip (20-60 fpm)
Intensitas cahaya : 2.000 Cd (malam)
Intensitas sedang – TIPE C, yaitu :
Warna : merah, tetap
Intensitas cahaya : 2.000 Cd (malam)
Lokasi :
1) Di bagian atas menara, dan
2) Bagian terendah dari sederetan kawat / kabel, dan
3) Di bagian tengah antara kedua ketinggian tersebut
Urutan kedipan :
Tengah, atas, dan bawah
Interval kedipan :
Lampu tengah dan atas : 1/13 (rasio waktu siklus)
Lampu atas dan bawah : 2/13 (rasio waktu siklus)
Lampu bawah dan tengah : 10/13 (rasio waktu siklus)
Sudut pancaran (khusus intensitas tinggi –Tipe B)
Tinggi lampu > 151 m : sudut puncak 0° diatas horisontal
Tinggi lampu 122 – 151 m : sudut puncak 1° diatas horisontal
Tinggi lampu 92 – 121 m : sudut puncak 2 ° diatas horisontal
Tinggi lampu < 92 m : sudut puncak 3 ° diatas horizontal

V. TEMPORARY DAN TRANSIENT OBSTACLE


1. MARKA 8.11.8.1
Bentuk : unserviceability cone
2. BENDERA 8.11.8.2
Lokasi : sekitar / tepi tertinggi objek, jika luas dipasang per 15 m 8.11.8.3
Dimensi : per sisi 0,6 m persegi
Warna : merah - putih (terpisah secara diagonal)

FORMULIR II II - 92
D. CHECKLIST AERODROME LIGHTING

REFERENSI HASIL PEMERIKSAAN


NO JENIS PERALATAN PEMERIKSAAN
PERATURAN S U N/A
1 2 3 4 5 6 7
1 APPROACH LIGHTING SYSTEM
Omni-Directional Approach Lighting System
9.7.2.
(ODALS)
a. Type lampu flashing omnidirectional 9.7.2.2
b. Jumlah lampu 6 unit 9.7.2.2
c. Jarak interval antar lampu 90 m 9.7.2.2
d. Lokasi berawal 90 m dari runway threshold
9.7.2.2
hingga 540 m dari threshold
e. Warna lampu putih 9.7.2.2
Simple Approach Lighting System (SALS) 9.7.3.
a. Type lampu menyala terus omnidirectional
9.7.3.6
atau barrete dengan panjang minimal 3 m
b. Terdiri dari lampu yang membentuk garis
9.7.3.1
tengah dan crossbar
c. Jarak interval antar lampu 60 m dan bisa
menjadi 30 m jika ingin meningkatkan gambar 9.7.2
akurasi.
d. Lokasi berawal 60 m dari runway threshold
9.7.3.1
hingga 420 m dari threshold
e. Warna lampu putih 9.7.3.1
f. Terdapat cross bar pada jarak 300 m dari
9.7.3.1
threshold
g. Panjang cross bar melintang terhadap garis
tengah sepanjang 18 m atau 30 m, untuk 9.7.3.1
penggunaan barrete 3 m
h. Jumlah lampu 17 unit atau 9 unit barrette 9.7.3.
Medium Approach Lighting System (MALS) 9.7.4.
a. Type lampu adalah menyala tetap 9.7.5.6
b. Terdiri dari lampu yang membentuk garis
9.7.5.1
tengah dan crossbar
c. Jarak interval antar lampu atau barrete
9.7.5.3
adalah 30 m
d. Lokasi berawal 900 m dari runway threshold
9.7.5.1
hingga 30 m dari threshold
e. Warna lampu putih 9.7.5.6
f. Terdapat cross bar pada jarak 300 m dari
9.7.5.1
threshold jika menggunakan barrete
g. Terdapat cross bar pada jarak 130 m, 450
m, 600 m dan 750 m dari threshold jika 9.7.5.11
menggunakan lampu
h. Jika perpanjangan garis tengah berbentuk
barrette, masing-masing barrete dipasang 9.7.5.9
Capacitor Discharge Light
i Masing-masing Capacitor Discharge Light
berkedip 2 kali dalam 1 detik, berurutan
dimulai dari lampu paling luar dan 9.7.5.10
diteruskan menuju threshold dan memakai
sirkuit terpisah dari lampu approach lainnya
Precision Approach Category I Lighting System 9.7.5.
a. Type lampu adalah menyala tetap 9.7.5.6
b. Terdiri dari lampu yang membentuk garis
9.7.5.1
tengah dan crossbar
c. Jarak interval antar lampu atau barrete
9.7.5.3
adalah 30 m
d. Lokasi berawal 900 m dari runway threshold
9.7.5.1
hingga 30 m dari threshold
e. Warna lampu putih 9.7.5.6
f. Terdapat cross bar pada jarak 300 m dari
9.7.5.1
threshold jika menggunakan barrete
g. Terdapat cross bar pada jarak 130 m, 450
9.7.5.11
m, 600 m dan 750 m dari threshold jika
FORMULIR II II - 93
REFERENSI HASIL PEMERIKSAAN
NO JENIS PERALATAN PEMERIKSAAN
PERATURAN S U N/A
1 2 3 4 5 6 7
menggunakan lampu
h. Jika perpanjangan garis tengah berbentuk
barraette, masing-masing barrete dipasang 9.7.5.9
Capacitor Discharge Light
i. Masing-masing Capacitor Discharge Light
berkedip 2 kali dalam 1 detik, berurutan
dimulai dari lampu paling luar dan 9.7.5.10
diteruskan menuju threshold dan memakai
sirkuit terpisah dari lampu approach lainnya
Approach Category II and III Lighting System 9.7.6
a. Terdiri dari lampu atau barrete yang
9.7.6.1
membentuk garis tengah dan crossbar
b. Lokasi berawal 900 m dari runway threshold
hingga 30 m dari threshold jika konfigurasi 9.7.6
dibentuk dari lampu
c. Lokasi berawal 900 m dari runway threshold
hingga 60 m dari threshold jika konfigurasi 9.7.6
dibentuk dari barrete
d. Jarak interval antar lampu atau barrete 30
9.7.6.3
m
e. Sistem harus mempunyai dua baris lampu
sisi yang memanjang dari 30 m sampai
dengan 270 m dari threshold, dan dua 9.7.6.1
crossbar di 150 m dan di di 300 m dari
threshold
f. Bagian barrette yang membentuk garis
tengah dan crossbar memancarkan warna 9.7.6.11;
putih dan side row barrete memancarkan 9.7.6.17;
warna merah dengan peletakan side row 9.7.6.18
barrete sejajar dengan TDZ
g. Jika garis tengah yang melebihi 300 m dari
threshold terdiri dari barrette maka masing-
9.7.6.15
masing barrette yang melebihi 300 m harus
ditambah dengan capasitordischarge light
h. Masing-masing Capacitor Discharge Light
berkedip 2 kali dalam 1 detik, berurutan
dimulai dari lampu paling luar dan 9.7.6.16
diteruskan menuju threshold dan memakai
sirkuit terpisah dari lampu approach lainnya
2 SISTEM INDIKATOR KEMIRINGAN APPROACH
VISUAL (VISUAL APPROACH SLOPE INDICATOR 9.9
SYSTEMS)
PAPI 9.9.4
a. Terdiri dari 4 unit lampu 9.9.4.1
b. Masing-masing sudut yang terbentuk mulai
dari lampu yang terdekat dengan runway
edge adalah 2° 30’, 2° 50’, 3° 10’ dan 3° 30’
kecuali jika runway dilengkapi dengan 9.9.1.1 huruf
ILS/MLS maka sudut menjadi 2° 25’, 2° 45’, (d)
3° 15’ dan 3° 35’.

c.
Penempatan PAPI terletak di sisi kiri runway
dari arah pendaratan dan jarak PAPI yang
gambar 9.9.4
terdekat dengan runway edge adalah 15 m
dengan toleransi ± 1 m, dan untuk jarak
antar lampu yang lain adalah 9 m dengan
toleransi ± 1 m
d. Unit lampu harus dipasang serendah
mungkin dan dibuat dari bahan yang mudah 9.9.4.5
pecah.
APAPI 9.9.4
a. Terdiri dari 2 unit lampu 9.9.4.2
b. Masing-masing sudut yang terbentuk mulai
9.9.1.1 huruf
dari lampu yang terdekat dengan runway
(d)
edge adalah 2° 45’ dan 3° 15’,
FORMULIR II II - 94
REFERENSI HASIL PEMERIKSAAN
NO JENIS PERALATAN PEMERIKSAAN
PERATURAN S U N/A
1 2 3 4 5 6 7
c. Penempatan PAPI terletak di sisi kiri runway
dari arah pendaratan dan jarak PAPI yang
terdekat dengan runway edge adalah 10 m
gambar 9.9.4
dengan toleransi ± 1 m, dan untuk jarak
antar lampu yang lain adalah 6 m dengan
toleransi ± 1 m
d. Unit lampu harus dipasang serendah
mungkin dan dibuat dari bahan yang mudah 9.9.4..5
pecah.
3 LAMPU RUNWAY
Lampu Runway Edge
a. Merupakan lampu menyala tetap 9.11.1.4
b. Memancarkan cahaya variabel putih 9.11.1.4
c. Pada jarak 600 m atau sepertiga dari
panjang runway, mana yang lebih kecil,
9.11.1.4 huruf
dihitung dari ujung runway arah take off
(b)
atau landing, lampu harus terlihat berwarna
kuning
d. Intensitas harus kurang dari 50 cd kecuali
pada bandar udara tanpa penerangan luar 9.11.1.16
(extraneous lighting)
e. Sistem penerangan runway edge intensitas
rendah memiliki 1 tahapan pengaturan
penerangan
f. Sistem penerangan runway edge intensitas
menengah memiliki 3 tahapan pengaturan 9.11.2.1
penerangan
g. Sistem penerangan runway edge intensitas
tinggi memiliki 5 atau 6 tahapan pengaturan
penerangan
h. Lampu runway edge harus ditempatkan di
9.11.3
sepanjang kedua sisi runway,
i. Jarak Longitudinal Lampu Runway Edge
untuk instrument runway, tidak lebih dari
9.11.4.1
60 m sedangkan untuk non-instrument
runway, tidak lebih dari 100 m
j. Jarak lateral tidak lebih dari 3 m dari garis
9.11.5.1
tepi runway
k. Jika lebar runway < 30 m, penempatan
lampu harus membentuk lebar runway 30 9.11.5.2
m
l. Karakteristik Lampu Runway Edge Intensitas
Rendah dan Menengah 9.11.6

1. Berupa lampu fixed omni-directional


9.11.6.1
2. Memancarkan warna putih variabel
3. Intensitas lampu minimum untuk lampu
runway edge intensitas rendah Beam
utama, antara 0º dan 7º diatas 9.11.6.2
horisontal,
Harus memiliki rata-rata minimum tidak
kurang dari 100 cd, dan rata-rata
intensitas maksimum tidak lebih dari
200 cd
4. Intensitas lampu minimum untuk lampu
runway edge intensitas menengah Beam
utama, antara 0º dan 7º di atas
horisontal, harus memiliki rata-rata 9.11.6.4
intensitas minimum tidak kurang dari
200 cd, dan rata-rata intensitas
maksimum tidak lebih dari 600 cd.
m Karakteristik lampu runway edge intensitas
9.11.7
tinggi
1. Berupa lampu fixed unidirectional
9.11.7.1
dengan beam utama diarahkan ke

FORMULIR II II - 95
REFERENSI HASIL PEMERIKSAAN
NO JENIS PERALATAN PEMERIKSAAN
PERATURAN S U N/A
1 2 3 4 5 6 7
threshold
2. Cakupan beam lampu 3.5° pada runway
dengan lebar 30-45 m dan 4.5° pada 9.11.7.2
runway dengan lebar 60 m
3. Memancarkan warna putih variabel
kecuali untuk lampu yang ditempatkan
dalam jarak 600 m dari ujung runway 9.11.7.3
harus memancarkan sinar warna
kuning.
Lampu Runway Threshold
a. Penempatan lampu runway threshold
1. Jika threshold berada di ujung runway –
sedekat mungkin dengan ujung runway
9.12.2 huruf
dan tidak boleh lebih dari 3 m di luar
(a)
ujung runway atau 1 m di dalam ujung
runway
2. Jika pada displaced threshold – pada
displaced threshold dengan toleransi ± 1 9.12.2
m.
b. Pola Lampu Runway Threshold Intensitas
Rendah dan Menengah (Non-Instrument or 9.12.3.
Non-Precision Runway)
1. Terdiri dari 10 lampu unidirectional pada 9.12.3.1 huruf
runway dengan lebar 30 m (a)
5 lampu unidirectional yang berjarak
sama dengan interval 2,4 m dimana 9.12.3.1 huruf
lampu paling luar sejajar dengan baris (a) butir i
lampu runway edge; dan
5 lampu unidirectional yang berjarak
sama dengan interval 2,4 m dimana 9.12.3.1 huruf
lampu paling luar sejajar dengan baris (a) butir ii
lampu runway edge lainnya
2. 14 lampu unidirectional untuk runway 9.12.3.1 huruf
dengan lebar 45 m (b)
7 lampu unidirectional yang berjarak
sama dengan interval 2,4 m dimana 9.12.3.1 huruf
lampu paling luar sejajar dengan baris (b)b butir i
lampu runway edge; dan
7 lampu unidirectional yang berjarak
sama dengan interval 2,4 m dimana 9.12.3.1 huruf
lampu paling luar sejajar dengan baris (b) butir ii
lampu runway edge lainnya;
3. 16 lampu unidirectional pada runway 9.12.3.1 huruf
dengan lebar 60 m, (c)
8 lampu unidirectional yang berjarak
sama dengan interval 2,4 m dimana 9.12.3.1 huruf
lampu paling luar sejajar dengan baris (c) butir i
lampu runway edge; dan
8 lampu unidirectional yang berjarak
sama dengan interval 2,4 m dimana 9.12.3.1 huruf
lampu paling luar sejajar dengan baris (c) butir ii
lampu runway edge lainnya
c. Pola alternatif ( hanya untuk Bandar udara
yang operasionalnya dominan digunakan 9.12.3.4
untuk flying school dan general aviation)
1. Lampu omnidirectional, satu di setiap
ujung threshold dan segaris dengan 9.12.3.4
lampu runway edge; dan
2. 6 lampu unidirectional dengan interval
yang sama antara 2 lampu 9.12.3.4
omnidirectional
d. Pola Lampu Runway Threshold Intensitas
Tinggi (precision approach runway, terdiri 9.12.4
dari :
1. Wing bar; 9.12.4

FORMULIR II II - 96
REFERENSI HASIL PEMERIKSAAN
NO JENIS PERALATAN PEMERIKSAAN
PERATURAN S U N/A
1 2 3 4 5 6 7
2. 15 lampu unidirectional untuk runway
9.12.4
dengan lebar 30 m,
5 lampu unidirectional yang berjarak
sama dengan interval 2,4 m dimana
9.12.4
lampu paling luar sejajar dengan baris
lampu runway edge;
5 lampu unidirectional yang berjarak
sama dengan interval 2,4 m dimana
9.12.4
lampu paling luar sejajar dengan baris
lampu runway edge
3. 21 lampu unidirectional pada runway
9.12.4
dengan lebar 45 m
7 lampu unidirectional yang berjarak
sama dengan interval 2,4 m dimana
9.12.4
lampu paling luar sejajar dengan baris
lampu runway edge;
7 lampu unidirectional yang berjarak
sama dengan interval 2,4 m ditengah 9.12.4
lampu runway threshold;
7 lampu unidirectional yang berjarak
sama dengan interval 2,4 m dimana
9.12.4
lampu paling luar sejajar dengan baris
lampu runway edge;
4. 22 lampu unidirectional pada runway
9.12.4
dengan lebar 60 m
8 lampu unidirectional yang berjarak
sama dengan interval 3 m dimana
9.12.4
lampu paling luar sejajar dengan baris
lampu runway edge
6 lampu unidirectional yang berjarak
sama dengan interval 3 m ditengah 9.12.4
lampu runway threshold;
8 lampu unidirectional yang berjarak
sama dengan interval 3 m dimana
9.12.4
lampu paling luar sejajar dengan baris
lampu runway edge.
5. Lampu runway threshold harus berupa
9.12.5
lampu inset jika:
Threshold secara permanen di-
9.12.5
displaced; atau
Threshold juga dilengkapi dengan lampu
9.12.5
threshold intensitas tinggi; atau
Tidak dapat dipasang lampu elevated 9.12.5
e. Karakteristik Lampu Runway Threshold
9.12.6
Intensitas Rendah dan Menengah
1. Lampu bagian dalam (inner) harus
berupa lampu fixed unidirectional
memancarkan warna hijau dengan 9.12.6 huruf
menghadap arah approach tidak kurang (b)
dari 38° atau lebih dari 180° di atas
azimuth
2. Distribusi lampu pada arah approach
9.12.6 huruf
harus sedekat dan sepraktis mungkin
(c)
dengan distribusi lampu runway edge;
3. Intensitas lampu warna hijau 1 hingga 9.12.6 huruf
1,5 kali intensitas lampu runway edge (d)
f. Karakteristik Lampu Runway Threshold
9.12.7
Intensitas Tinggi
1. Berupa lampu fixed 9.12.7
2. Memancarkan warna hijau menghadap
9.12.7
arah approach
Lampu Runway End 9.13.2
a. Lokasi Lampu Runway End
1. Jika ujung runway berada pada bagian 9.13.2 huruf
terujung dari runway – sedekat mungkin (a)
FORMULIR II II - 97
REFERENSI HASIL PEMERIKSAAN
NO JENIS PERALATAN PEMERIKSAAN
PERATURAN S U N/A
1 2 3 4 5 6 7
dengan bagian terujung dan tidak lebih
dari 3 m di luar, atau 1 m dibagian
terujung
2. Jika ujung runway tidak berada dibagian
9.13.2 huruf
terujung runway, diletakkan di ujung
(b)
runway, dengan toleransi ± 1 m
3. Pada taxiway untuk keluar dari runway 9.13.2 huruf
(c)
4. Pada area runway turning 9.13.2 huruf
(c)
5. Pada area lain yang serupa 9.13.2 huruf
(c)
6. Lampu Runway End harus harus
diletakkan pada lokasi sehingga pesawat
yang menggunakan area tidak perlu 9.13.2
melewati barisan lampu merah yang
mencakup lampu-lampu Runway End.
b. Pola Lampu Runway End untuk Intensitas
Rendah dan Medium (Non-instrument atau 9.13.3.1
non-precision runway)
1. 6 lampu unidirectional untuk runway 9.13.3 .1
dengan lebar 30 m huruf (a)
3 lampu unidirectional berjarak interval
4,8 m dan lampu paling luar sejajar 9.13.3 .1 hruf
dengan barisan lampu runway edge; (a) butir i
dan
3 lampu unidirectional berjarak interval
4,8 m dan lampu paling luar sejajar 9.13.3.1 huruf
dengan barisan lampu runway edge (a) butir ii
lainnya
2. 8 lampu unidirectional untuk runway 9.13.3.1
dengan lebar 45 m huruf (b)
4 lampu unidirectional berjarak interval
9.13.3.1
4,8 m dan lampu paling luar sejajar
huruf (b) butir
dengan barisan lampu runway edge; i
dan
lampu unidirectional berjarak interval
9.13.3.1
4,8 m dengan lampu paling luar sejajar
huruf (b) butir
dengan barisan lampu runway edge ii
lainnya
3. 8 lampu unidirectional untuk runway 9.13.3.1
dengan lebar 60 m huruf (c)
4 lampu unidirectional berjarak
9.13.3.1
interval 2,4 m dan lampu paling luar
huruf (c)
sejajar dengan barisan lampu runway butir i
edge;
4 lampu unidirectional berjarak interval 9.13.3.1
2,4 m dan lampu terluar sejajar dengan huruf (c) butir
barisan lampu runway edge lainnya ii
c. Pola Lampu Runway End Intensitas Tinggi
9.13.4
(precision approach runway)
1. 8 lampu unidirectional untuk runway
9.13.4.1
dengan lebar 30 m
3 lampu unidirectional berjarak interval
9.13.4.1 huruf
4,8 m dan lampu paling luar sejajar
(a) butir i
dengan barisan lampu runway edge
2 lampu unidirectional berjarak 9.13.4.1 huruf
interval 4,6 m ditengahnya; dan (a) butir ii
3 lampu unidirectional berjarak interval
4,8 m dan lampu paling luar sejajar 9.13.4.1 huruf
dengan barisan lampu runway edge (a) butir iii
lainnya
2. 11 lampu unidirectional untuk runway 9.13.4.1 huruf
dengan lebar 45 m (b)
4 lampu unidirectional berjarak interval 9.13.4.1 huruf
4,8 m dan lampu paling luar sejajar (b) butir i

FORMULIR II II - 98
REFERENSI HASIL PEMERIKSAAN
NO JENIS PERALATAN PEMERIKSAAN
PERATURAN S U N/A
1 2 3 4 5 6 7
dengan barisan lampu runway edge
3 lampu unidirectional berjarak interval 9.13.4.1 huruf
4,8 m ditengahnya; dan (b) butir ii
4 lampu unidirectional berjarak interval
4,8 m dan lampu paling luar sejajar 9.13.4.1 huruf
dengan barisan lampu runway edge (b) butir iii
lainya
3. 12 lampu unidirectional untuk runway 9.13.4 huruf
dengan lebar 60 m (c)
4 lampu unidirectional berjarak interval
9.13.4 huruf
6 m dan lampu paling luar sejajar
(c) butir i
dengan barisan lampu runway edge
4 lampu unidirectional berjarak interval 9.13.4 huruf
6 m ditengahnya (c) butir ii
4 lampu unidirectional berjarak interval
9.13.4 huruf
6 m dan lampu paling luar sejajar
(c) butir iii
dengan barisan lampu runway edge
d. Karakteristik Lampu runway end Intensitas
9.13.5
Rendah dan Medium
1. Lampu fixed unidirectional 9.13.5.1
huruf (a)
2. Memancarkan warna merah dengan
menghadap arah runway tidak kurang 9.13.5.1
dari 38° atau lebih dari 180° di atas huruf (a)
azimuth;
3. Intensitas lampu merah harus < 1/4 dan
9.13.5.1
tidak lebih 1/2 dari intensitas lampu
huruf (b)
runway edge
4. Distribusi lampu menghadap runway
9.13.5.1
harus sedekat mungkin dengan lampu
huruf (c)
runway edge
e. Lampu runway end intensitas rendah dan
9.13.5.2
medium harus berupa lampu inset jika :
1. Runway juga dilengkapi dengan lampu 9.13.5.2
runway end intensitas tinggi huruf (a)
2. Tidak dapat dipasang elevated light 9.13.5.2
huruf (b)
f. Karakteristik Lampu Runway End Intensitas
9.13.6
Tinggi
1. Lampu inset fixed unidirectional 9.13.6 huruf
(a)
2. Memancarkan warna merah dengan 9.13.6 huruf
menghadap arah runway (a)
Threshold Wing Bars
a. Digunakan pada kondisi :
1. Pada type runway precision approach
runway, jika secara operasional 9.12.8.1 huruf
disyaratkan threshold pada malam hari (a)
terlihat lebih jelas
2. Pada type runway non precision atau
9.12.8.1
precision approach runway, terdapat
huruf (b)
temporary displaced threshold
b. Penempatan Threshold wing bar :
1. Ditempatkan secara simetris pada kedua 9.12.8.1 huruf
sisi threshold (c)
2. Masing-masing wing bar terdiri dari 5 9.12.8.1 huruf
lampu yang terpisah sejauh 2,4 m (c) butir i
3. Pada sudut yang tepat terhadap runway 9.12.8.1 huruf
centerline (c) butir ii
c. Karakteristik Threshold Wing Bar
1. Berupa lampu undirectional permanen 9.12.8.2 huruf
(a) butir i
2. Berwarna hijau 9.12.8.2 huruf
(a) butir i
3. Menghadap arah approach 9.12.8.2 huruf
(a) butir i

FORMULIR II II - 99
REFERENSI HASIL PEMERIKSAAN
NO JENIS PERALATAN PEMERIKSAAN
PERATURAN S U N/A
1 2 3 4 5 6 7
Lampu Identifikasi Runway Threshold
a. Harus digunakan pada kondisi :
1. Di threshold non-precision approach
runway saat tambahan kejelasan
9.12.8.3 huruf
threshold diperlukan atau jika tidak
(a)
dapat mengadakan alat bantu
penerangan approach lainnya
2. Di bandar udara dengan layout 9.12.8.3 huruf
runway/taxiway di sekitar threshold (a)
b. Lokasi lampu identifikasi runway threshold :
1. Sejajar dengan thresholdnya dan kurang
lebih 10 m di luar setiap garis lampu runway 9.12.8.4 huruf
edge untuk permanent threshold atau (a)
permanent displaced threshold
2. Apabila tidak ada kondisi displaced threshold
maka : 9.12.8.4 huruf
1. 12 m hingga 15 m di luar masing-masing (a)
garis lampu runway edge
2. Segaris dengan threshold.
3. Jarak lateral hingga 20 m dari garis
lampu runway edge
4. Jarak longitudinal hingga 12 m sebelum
threshold.
5. Tinggi maksimum di atas permukaan
tidak lebih 1 m.
c. Karakteristik lampu identifikasi runway
threshold.
1. Lampu berkedip (flashing)
2. Kedipan (flashes) lampu adalah 60-120 per
menit
3. Warna sinar lampu putih 9.12.8.5
4. Jarak minimum pancaran pada kondisi sinar
matahari cerah berkisar 7 km
5. Sumbu beam masing-masing unit lampu
harus diarahkan 15° ke luar dari garis yang
paralel dengan runway centre line dan
miring dengan sudut 10° di atas horisontal
Penerangan Runway sebelum displaced
Threshold
a. Jika bagian runway yang dapat digunakan
oleh pesawat udara berada sebelum
displaced threshold, yaitu untuk take-off 9.12.8.6 huruf
dan landing dari arah berlawanan, lampu (a)
runway edge di bagian runway ini harus :

1. Memancarkan sinar warna merah pada 9.12.8.6 huruf


arah mendekati displaced threshold (a) butir i
2. Memancarkan sinar warna putih ke arah
9.12.8.6 huruf
yang berlawanan, atau kuning yang
(a) butir ii
sesuai untuk precision approach runway
3. Intensitas lampu runway edge warna
merah harus tidak kurang dari1/4, dan 9.12.8.6 huruf
tidak lebih dari1/2 intensitas lampu (b)
warna putih runway edge
4. Lampu runway edge harus bi-directional
9.12.8.6 huruf
light fitting atau separate light fitting
(c)
yang dipasang saling membelakangi
5. Jika bagian dari runway sebelum
threshold yang dipindahkan ditutup
9.12.8.6 huruf
untuk operasi pesawat udara, semua
(d)
lampu runway yang ada di posisi
tersebut harus dimatikan
Lampu Runway Turn Pad
a. Letak di tepi daerah turn pad 9.14.1.1
b. Warna lampu biru dan type lampu tetap
9.14.1.1
(fixed)
c. Jaraknya tidak kurang dari 0,6 m dan tidak

FORMULIR II II - 100
REFERENSI HASIL PEMERIKSAAN
NO JENIS PERALATAN PEMERIKSAAN
PERATURAN S U N/A
1 2 3 4 5 6 7
lebih dari 1,8 m di luar tepi turn pad
d. Jarak interval tidak lebih dari 15 m 9.14.1
e. Jika awal dari kemiringan runway turn pad
lebih dari 10 m dari lampu runway edge
sebelumnya maka lampu tepi berwarna biru 9.14.1
harus berada diawal daerah
berputar/turning
f. Harus disediakan untuk menandai
perubahan arah (kemiringan) di sepanjang 9.14.1
sisi turn pad.
Lampu Stop Way
a. Harus ditempatkan di sepanjang kedua sisi
stopway sejajar dengan lampu runway edge 9.15.1.2
dan dipasang hingga ujung stopway
b. Interval lampu stopway tidak lebih dari
9.15.1.3
jarak pada lampu runway edge
c. Pasangan lampu terakhir ditempatkan di
9.15.1.3
ujung stopway (stopway end)
d. Ujung stopway (stopway end) harus
ditegaskan paling sedikit 2 lampu stopway
yang ditempatkan memotong ujung 9.15.1.4
stopway (stopway end) di antara pasangan
terakhir lampu stopway
e. Karakteristik lampu stop way :
1. Lampu fixed dan unidirectional 9.15.2 huruf
(a)
2. Menunjukkan warna merah mengarah 9.15.2 huruf
ke runway (a)
3. Tidak terlihat oleh pilot yang melakukan 9.15.2 huruf
pendaratan melalui atas stopway (a)
4. Distribusi lampu yang mengarah ke
9.15.2 huruf
runway harus sesedekat mungkin
(b)
seperti distribusi lampu runway edge
5. Intensitas lampu warna merah tidak
boleh kurang dari 1/4, dan tidak boleh 9.15.2 huruf
lebih dari 1/2 intensitas lampu runway (c)
edge
Lampu Runway Center Line Untuk precision
approach runway Category II atau III
a. Ditempatkan mulai dari threshold hingga ke
ujung dengan jarak longitudinal kurang 9.16.2.1
lebih:
1. 15 m untuk runway yang ditujukan
9.16.2.1
untuk digunakan dengan kondisi
huruf (a)
Runway Visual Range kurang dari 300 m
2. 30 m untuk runway yang ditujukan
9.16.2.1
untuk digunakan dengan kondisi
huruf (b)
Runway Visual Range 300 m atau lebih
b. Jarak lampu terhadap marka runway center
9.16.2.2
line tidak lebih dari 0.6 m
c. Penggeseran letak lampu terhadap marka
harus ke arah sisi kiri pesawat yang akan 9.16.2.3
mendarat
d. Jika runway digunakan dari kedua arah,
patokan yang digunakan adalah arah yang
9.16.2.3
paling banyak digunakan untuk pendaratan

e. Jenis lampu harus inset dan fixed 9.16.3.1


f. Memancarkan warna putih dari threshold
hingga ke titik 900 m dari ujung runway 9.16.3.1
(runway end)
g. Dari titik 900 m hingga 300 m dari ujung
runway (runway end), pola lampunya harus
9.16.3.1
dua lampu merah diikuti dua lampu putih

FORMULIR II II - 101
REFERENSI HASIL PEMERIKSAAN
NO JENIS PERALATAN PEMERIKSAAN
PERATURAN S U N/A
1 2 3 4 5 6 7
h. 300 m terakhir sebelum ujung runway
(runway end), lampunya harus 9.16.3.1
menunjukkan warna merah.
Lampu Runway Touchdown Zone Untuk
precision approach runway Category II atau III

a. Merentang dari threshold untuk jarak


9.17.2.1
sepanjang 900 m
b. Panjang runway kurang dari 1800 m sistem
harus memperpendek sehingga tidak 9.17.2.1
melampaui titik tengah runway
c. Terdiri dari suatu seri lampu atau barrettes
yang membentuk garis melintang,
9.17.2.1
ditempatkan secara simetris di kedua sisi
dari runway centreline
d. Setiap barrette harus berisikan 3 unit lampu
9.17.2.2
yang berjarak 1,5 m satu sama lain
e. Lampu pada sisi paling dalam dari setiap
barrette harus berada 9 m dari runway 9.17.2.2
centreline yang sebenarnya
f. Pasangan pertama barrette harus
ditempatkan pada jarak 60 m dari threshold 9.17.2.3

g. Barrette selanjutnya harus ditempatkan


secara terpisah pada jarak longitudinal 30 m 9.17.2.3
atau 60 m.
h. Lampu inset, fixed dan unidirectional 9.17.3.1
i. Memancarkan warna variabel putih 9.17.3.1
Lampu Simple Runway Touchdown Zone Untuk
precision approach runway Category II atau III
a. Harus digunakan pada kondisi :
1. Sudut approach lebih dari 3,5 derajat
9.18.1
dan/atau;
2. Landing Distance Available yang
dikombinasikan dengan faktor lain yang 9.18.1
meningkatkan resiko overrun.
b. Terletak di kedua sisi runway centerline di
tepi upwind akhir marka touchdown zone 9.18.2

c. Jarak lateral antara sepasang lampu harus


sama dengan jarak lateral marka 9.18.2
touchdown zone.
d. Jika terdapat pada runway tanpa marka
TDZ, lampu harus dipasang pada posisi yang
9.18.3.1
dapat memberikan informasi TDZ yang
sama
e. Merupakan lampu unidirectional menyala
9.18.3.2
tetap
f. Memancarkan variabel putih 9.18.3.2
g. Diposisikan sejajar sehingga dapat dilihat
oleh pilot yang mendaratkan pesawat 9.18.3.2
dalam arah approach menuju runway
4 LAMPU TAXIWAY
Lampu Taxiway Edge 9.23
a. Disediakan di tepi taxiway, runway turn
pad, holding bay dan apron yang ditujukan
9.23.1
untuk penggunaan malam hari dan tidak
dipasang centerline light
b. Ditempatkan di sepanjang kedua sisi
9.23.2.1
taxiway
c. Ditempatkan berseberangan dengan lampu
9.23.2.1
pasangannya
d. Dapat ditiadakan jika ternyata lampu
tersebut akan ditempatkan pada suatu 9.23.2.2
persimpangan dengan taxiway atau runway
FORMULIR II II - 102
REFERENSI HASIL PEMERIKSAAN
NO JENIS PERALATAN PEMERIKSAAN
PERATURAN S U N/A
1 2 3 4 5 6 7
lainnya
e. Ditempatkan di luar tepian taxiway, dan
9.23.2.3
berada:
1. Dalam jarak sama terhadap taxiway
9.23.2.3 huruf
centre line, kecuali jika fillet yang tidak
(a)
simetris disediakan
2. Sedekat mungkin hingga 1,2 m ke
9.23.2.3 huruf
taxiway edge, tapi tidak lebih dari 1,8 m,
(b)
atau lebih dekat dari 0,6 m
f. Karakteristik Lampu taxiway edge : 9.23.4
1. Lampu tetap (fixed) 9.23.4.1
2. Mengarah ke segala arah dengan
9.23.4.1
memancarkan warna biru
3. Harus mampu dilihat hingga paling 9.23.4.1 huruf
sedikit 75° di atas horisontal (a)
4. Harus mampu dilihat pada semua sudut
di azimuth yang dibutuhkan untuk
9.23.4.1 huruf
memberikan petunjuk bagi pilot
(b)
pesawat udara yang sedang
melaksanakan taxi dari arah yang lain.
g. Pada persimpangan, exit atau kurva, lampu
harus diselubungi (terlindungi), sehingga
tidak dapat dilihat karena mungkin lampu- 9.23.4.2
lampu tersebut bisa mengakibatkan
kerancuan dengan lampu lainnya.
h. Intensitas tertinggi tidak boleh kurang dari
9.23.4.3
5 candela
Lampu Taxiway Center Line 9.24
a. Digunakan dalam kondisi precision
9.24.1.1
approach Kategori II dan III
b. Digunakan dalam kondisi precision
approach Kategori I dan terutama pada 9.24.1.2
perpotongan taxiway yang komplek
c. Digunakan pada rapid exit taxiway yang
ditujukan untuk penggunaan pada malam 9.24.1.3
hari.
d. Karakteristik lampu taxiway centre line :
9.24.2

1. Lampu inset dan fixed 9.24.2.1


2. Memancarkan warna hijau pada taxiway 9.24.2.1 huruf
exit taxiway lainnya (a)
3. Memancarkan warna hijau pada runway
9.24.2.1 huruf
yang membentuk bagian dari standard
(b)
taxi-route.
e. Lampu Taxiway Centre Line pada exit
taxiways, termasuk juga rapid exit taxiways, 9.24.2.2
berupa
1. Lampu permanen dan inset 9.24.2.2
2. Memancarkan warna hijau dan kuning
secara bergantian, dari titik dimana
mereka mulai hingga ke garis perimeter
daerah kritis ILS atau MLS atau tepi yang 9.24.2.2 huruf
lebih rendah dari permukaan transisi (a)
bagian dalam (inner transitional
surface), mana yang lebih jauh dari
runway;
3. Memancarkan warna hijau dari titik 9.24.2.2 huruf
tersebut dan terus ke arah di depannya (b)
f. Jika dilihat dari runway, lampu exit taxiway
yang berlokasi paling dekat dengan garis
perimeter atau tepian yang lebih rendah 9.24.2.3
dari permukaan transisi bagian dalam (inner
transitional surface), mana yang
Lebih jauh, harus memancarkan warna
kuning.

FORMULIR II II - 103
REFERENSI HASIL PEMERIKSAAN
NO JENIS PERALATAN PEMERIKSAAN
PERATURAN S U N/A
1 2 3 4 5 6 7
g. Lampu taxiway centreline digunakan untuk
9.24.2.5
runway exit dan untuk tujuan entry, :
1. Warna lampu pada saat terlihat oleh
seorang pilot pesawat udara yang
9.24.2.5
memasuki runway harus menunjukkan
warna hijau
2. Warna dari lampu yang terlihat oleh
seorang pilot pesawat udara yang
9.24.2.5
meninggalkan runway harus berwarna
hijau dan kuning saling berseling
h. Lokasi Lampu Taxiway Centre line : 9.24.3
1. Ditempatkan pada garis tengah pada
9.24.3
taxiway atau
2. Sejajar taxiway centre line dengan jarak
9.24.3
tidak lebih dari 0,3 m
i. Jarak longitudinal lampu taxiway centre line
9.24.4
pada bagian yang lurus dari taxiway:
1. Pada runway non-instrument, non
precision atau precision approach
Category I jaraknya 60 m dan pada sisa 9.24.4.1
jarak 60 M Terakhir Sebelum Runway
atau Apron adalah 15 m
2. Pada runway precision approach
Category II jaraknya 30 m dan pada sisa
9.24.4.1
jarak 60 M Terakhir Sebelum Runway
atau Apron adalah 15 m
3. Pada runway precision approach
Category III jaraknya 15 m dan pada sisa
9.24.4.1
jarak 60 M Terakhir Sebelum Runway
atau Apron adalah 7,5 m
j. Lampu taxiway centre line pada short
straight section ( bagian taxiway yang lurus
dengan panjang kurang dari 180 meter) 9.24.4.2
harus ditempatkan dengan jarak tidak lebih
dari 30 m
k. Taxiway yang menuju ke runway, lampu
terakhir tidak boleh lebih dari 1 m di luar 9.24.4.3
barisan lampu runway edge
l. Bagian taxiway yang berubah dari lurus
menjadi melengkung, lampu taxiway centre
line harus tetap berlanjut dari bagian yang 9.24.4.4
lurus tersebut dengan jarak yang sama
terhadap tepi luar taxiway
m Jarak longitudinal lampu taxiway centreline
pada bagian taxiway yang melengkung : 9.24.4.5

1. Taxiways digunakan pada runway non-


instrument, non-precision, atau 9.24.4.5
precision approach Category I or II :
Pada kurva dengan radius 440 m atau
9.24.4.5
kurang jaraknya 15 m
Pada kurva dengan radius lebih dari 440
9.24.4.5
m jaraknya 30 m
Pada bagian lurus sebelum dan sesudah
kurva gunakan jarak yang sama seperti 9.24.4.5
pada bagian lurus sesudahnya
2. Taxiway yang digunakan pada Runway
precision approach 9.24.4.5
Category III :
Pada kurva dengan radius 440 m atau
9.24.4.5
kurang jaraknya 5 m
Pada kurva dengan radius lebih dari 440
9.24.4.5
m jaraknya 15 m
Pada bagian lurus sebelum dan sesudah
9.24.4.5
kurva Jarak yang sama seperti pada

FORMULIR II II - 104
REFERENSI HASIL PEMERIKSAAN
NO JENIS PERALATAN PEMERIKSAAN
PERATURAN S U N/A
1 2 3 4 5 6 7
kurva yang merentang 60 m sebelum
dan sesudah kurva
n. Lampu taxiway centreline pada exit
taxiways, selain rapid exit taxiways, harus: 9.24.5

1. Dimulai pada titik singgung (tangent 9.24.5 huruf


point) pada runway (a)
2. Lampu pertamanya berada di posisi 1,2
9.24.5 huruf
m dari runway centre line pada sisi
(b)
taxiway
3. Ditempatkan pada jarak interval
9.24.5 huruf
longitudinal yang sama, tidak lebih dari
(c)
7,5 m
o. Lampu Taxiway Centre Line pada Rapid Exit
9.24.6
Taxiway harus :
1. Dimulai paling tidak 60 m sebelum titik 9.24.6.1 huruf
singgung (tangent point) (a)
2. Pada bagian dari taxiway yang paralel
dengan runway centre line, berjarak 1,2 9.24.6.1 huruf
m dari runway centre line pada sisi (b)
taxiway
3. Berlanjut dengan jarak spasi yang sama
hingga pada titik di taxiway center line
9.24.6.1 huruf
di mana pesawat udara dapat
(c)
menurunkan kecepatannya hingga pada
kecepatan taxiing normal
p. Pada rapid exit taxiway jarak interval
9.24.6.2
longitudinal tidak lebih dari 15 m
Stop Bar 9.25
a. Stop Bar Harus :
1. Ditempatkan di seberang taxiway pada,
atau tidak boleh lebih dari 0,3 m
9.25.2.1 huruf
sebelum titik dimana diharapkan semua
(a)
lalu lintas yang memasuki runway untuk
berhenti;
2. Terdiri dari lampu inset berjarak 3 m 9.25.2.1 huruf
satu sama lain di seberang taxiway (b)
3. Ditempatkan secara simetris dan pada
9.25.2.1 huruf
sudut tegak lurus terhadap taxiway
(c)
centreline
b. Karakteristik Stop Bar 9.25.3
1. Terdiri dari lampu dengan jarak interval
sama yang tidak lebih dari 3 m melintasi 9.25.3.1
taxiway
2. Memancarkan sinar merah dalam arah
approach yang diarahkan ke
9.25.3.1
perpotongan (intersection) atau posisi
runway holding
Lampu Runway Guard 9.26
a. konfigurasi dari lampu runway guard
1. Konfigurasi A (atau Elevated Runway 9.26.2.1 huruf
Guard Lights) (a)
memiliki lampu pada masing-masing sisi
taxiway
2. Konfigurasi B (atau In-pavement 9.26.2.1 huruf
Runway Guard Light) (b)
memiliki lampu yang melintasi taxiway
b. Kinerja dari lampu runway guard
9.26.3.3
Konfigurasi A
1. Lampu pada masing-masing pasangan
9.26.3.3 huruf
dinyalakan secara bergantian dengan 30
(a)
hingga 60 siklus per menit
2. Periode pemadaman dan penerangan
9.26.3.3 huruf
dari masing-masing lampu dalam satu
(b)
pasangan harus sama namun dengan
FORMULIR II II - 105
REFERENSI HASIL PEMERIKSAAN
NO JENIS PERALATAN PEMERIKSAAN
PERATURAN S U N/A
1 2 3 4 5 6 7
durasi yang berlawanan
3. Sebaran sinar harus unidirectional dan
diarahkan sehingga pusat sinar melalui 9.26.3.3 huruf
taxiway centre line pada suatu titik 60 (c)
m sebelum runway holding position
c. Kinerja lampu runway guard Konfigurasi B
9.26.3.4

1. Lampu di dekatnya harus dinyalakan


9.26.3.4 huruf
secara bergantian dan lampu alternatif
(a)
menyala secara serentak;
2. Lampu-lampu tersebut dinyalakan
antara 30 dan 60 siklus per menit, dan
9.263.4 huruf
periode pemadaman serta penerangan
(b)
harus sama dan berlawanan pada setiap
lampu
3. Sebaran sinar harus unidirectional dan
diselaraskan sehingga dapat terlihat 9.26.3.4 huruf
oleh pilot pesawat udara yang sedang (c)
taxiing ke holding position
Lampu Posisi Runway Holding 9.27
a. Pola dan Lokasi Lampu Runway Holding
9.27.2
Position
1. Terdiri dari 1 elevated light di masing-
9.27.2
masing sisi taxiway
2. Terletak segaris dengan lampu tepi
taxiway dan marka posisi runway
holding, marka posisi intermediate- 9.27.2
holding atau marka perpotongan
taxiway
b. Karakteristik Lampu Posisi Runway Holding
9.27.3

Lampu posisi intermediate-holding


9.27.3
elevated harus :
Lampu permanen omnidirectional yang 9.27.3 huruf
memancarkan sinar kuning (a)
Mempunyai sebaran lampu sedekat 9.27.3 huruf
mungkin dengan lampu tepi taxiway (b)
Lampu Intermediate-Holding Position 9.28
a. Pola dan Lokasi Lampu Intermediate
9.28.2
Holding Position
1. Lampu intermediate holding position
harus berisikan paling tidak 3 lampu 9.28.2
inset
2. Jarak 1,5 m satu sama lain 9.28.2
3. Posisi simetris, dan tegak lurus terhadap
9.28.2
taxiway centreline
4. Ditempatkan tidak lebih dari 0.3 m
sebelum marka intermediate holding
9.28.2
position atau marka taxiway
intersection.
b. Karakteristik Lampu Intermediate Holding
9.28.3
Position
1. Lampu Inset permanen unidirectional 9.28.3 huruf
yang memancarkan sinar kuning (a)
2. Sejajar sehingga dapat dilihat oleh
9.28.3 huruf
penerbang pesawat udara yang
(b)
mendekati posisi holding
3. Mempunyai sebaran lampu sedekat
9.28.3 huruf
mungkin dengan lampu taxiway center
(c)
line
Lampu road-holding position 9.29
a. Lokasi lampu road-holding position 9.29.2
Terletak dekat dengan marka holding
position 1.5 m (±0.5 m) dari salah satu sisi 9.29.2
jalan, yaitu sebelah kiri atau kanan,
FORMULIR II II - 106
REFERENSI HASIL PEMERIKSAAN
NO JENIS PERALATAN PEMERIKSAAN
PERATURAN S U N/A
1 2 3 4 5 6 7
disesuaikan dengan peraturan lokal lalu
lintas.
b. Karakteristik lampu road-holding position
9.29.3

1. Terdiri dari lampu lalu lintas merah 9.29.3 huruf


(berhenti) / hijau (jalan) terkontrol atau; (a) butir i
2. Lampu merah berkedip 9.29.3 huruf
(a) butir ii
3. Sinar lampu road-holding position harus 9.29.3 huruf
unidirectional dan sejajar (b)
4. Intensitas sinar lampu harus tidak boleh 9.29.3 huruf
menyilaukan pengemudi (c)
5. Frekuensi kedipan lampu merah harus 9.29.3 huruf
antara 30 hingga 60 kedipan permenit (d)
5 LAMPU APRON
Lampu Tepi Apron 9,32
Karakteristik Lampu Apron edge 9.32.2
1. Lampu tetap (fixed)
2. Mengarah ke segala arah dengan
9.32.2
memancarkan warna biru
3. Harus mampu dilihat hingga paling
9.32.2
sedikit 75° di atas horisontal
4. Harus mampu dilihat pada semua sudut
di azimuth yang dibutuhkan untuk
memberikan petunjuk bagi pilot 9.32.2
pesawat udara yang sedang
melaksanakan taxi dari arah yang lain.
Lampu Apron Floodlighting 9,33
a. Lokasi Apron Floodlighting 9.33.2
1. Ditempatkan sedemikian rupa sehingga
memberikan penerangan yang cukup di
9.33.2 huruf
seluruh area layanan apron yang
(a)
ditujukan untuk penggunaan di malam
hari
2. Ditempatkan dan dilapisi sedemikian
rupa sehingga meminimalkan sinar atau
pantulan langsung kepada penerbang
yang berada di pesawat udara yang 9.33.2 huruf
sedang dalam penerbangan atau di (b)
darat, pemandu lalu lintas penerbangan
(air traffic controllers), dan personil di
apron
3. Posisi parkir pesawat udara harus dapat
menerima apron floodlighting dari dua 9.33.2 huruf
arah atau lebih untuk meminimalkan (d)
bayangan
4. Tiang apron floodlighting tidak boleh
9.33.2 huruf
masuk ke daerah obstacle limitation
(e)
surfaces
b. Karakteristik Apron Floodlighting 9.33.3
1. apron floodlighting disebarkan ke
seluruh fase dari sistem sumber daya 9.33.3 huruf
tiga-fase untuk menghindari efek (a)
stroboscopic
2. Distribusi spectral dari sinar apron
floodlights harus membuat warna
marka yang digunakan untuk
pergerakan pesawat udara, maupun 9.33.3 huruf
untuk permukaan dan marka obstacle (b)
dapat diidentifikasi dengan benar.
Lampu monochromatic tidak boleh
digunakan
3. Penerangan rata-rata apron untuk 9.33.3 huruf
pesawat yang lebih besar harus : (c)
Pada aircraft parking position :

FORMULIR II II - 107
REFERENSI HASIL PEMERIKSAAN
NO JENIS PERALATAN PEMERIKSAAN
PERATURAN S U N/A
1 2 3 4 5 6 7
Untuk iluminasi horisontal – 20 lux
dengan rasio keseragaman (uniformity 9.33.3 huruf
ratio) [rata-rata terhadap minimum] (c) butir i
tidak lebih dari 4
Untuk iluminasi vertikal – 20 lux pada
ketinggian 2 m di atas apron pada arah 9.33.3 huruf
parkir yang relevan, paralel terhadap (c) butir i
aeroplane centre line
Pada area apron lainnya : 9.33.3 huruf
(c) butir ii
Iluminasi horizontal 50 persen dari
iluminasi rata-rata pada posisi parkir
pesawat udara dengan rasio 9.33.3 huruf
keseragaman (uniformity ratio) [rata- (c) butir ii
rata terhadap minimum) tidak lebih dari
4 terhadap 1.
4. Kontrol Peredupan Cahaya dapat d
9.33.3 huruf
diturunkan menjadi tidak kurang dari 50
(e)
persen dari nilai normalnya
5. Untuk apron yang digunakan oleh
9.33.3 huruf
pesawat udara yang lebih besar, apron
(f)
floodlighting harus :
Dimasukkan ke dalam sistem pasokan 9.33.3 huruf
tenaga listrik sekunder bandar udara (f) butir i
Memiliki kemampuan untuk dapat
dihidupkan kembali setelah terputusnya
pasokan listrik hingga 30 detik dan 9.33.3 huruf
mencapai tingkat iluminasi tidak kurang (f) butir ii
dari 50 persen nilai normal hanya dalam
tempo 60 detik
VISUAL DOCKING GUIDANCE SYSTEMS 9,34
a. Karakteristik Visual Docking Guidance
9.34.2
Systems
1. harus menyediakan pemandu azimuth
dan stopping 9.34.2.1

2. Unit pemandu azimuth dan stopping


position indicator harus dapat
digunakan dalam semua jenis cuaca,
jarak pandang, penerangan background,
dan kondisi perkerasan yang menjadi 9.34.2.2
tujuan pemasangan sistem tersebut,
baik pada siang hari maupun malam
hari, dan tidak boleh menyilaukan untuk
penerbang
3. Unit petunjuk azimuth dan indikator
9.34.2.3
stopping position harus :
memberikan indikasi yang jelas kepada
9.34.2.3 huruf
penerbang jika salah satu atau
(a)
keduanya tidak berfungsi;
lampu-lampu tersebut dapat dimatikan 9.34.2.3 huruf
(b)
4. Sistem tersebut harus dapat digunakan
oleh semua jenis pesawat udara yang
ditujukan untuk menggunakan posisi 9.34.2.6
parkir pesawat udara tersebut tanpa
ada pemberlakuan operasi khusus
5. Jika pemberlakuan operasi khusus
diperlukan, maka sistem tersebut harus
menyediakan suatu indikasi dari jenis
pesawat udara yang akan dipilih baik
9.34.2.7
kepada penerbang atau operator
sebagai suatu cara untuk memastikan
bahwa sistem telah disiapkan dengan
benar
b. Unit Petunjuk Azimuth - Lokasi 9.34.3
1. Ditempatkan pada atau di dekat parking 9.34.3.1
FORMULIR II II - 108
REFERENSI HASIL PEMERIKSAAN
NO JENIS PERALATAN PEMERIKSAAN
PERATURAN S U N/A
1 2 3 4 5 6 7
position centreline menghadap ke arah
pesawat udara
2. Sinyalnya dapat dilihat dari cockpit pada
9.34.3.1
saat melakukan docking manoeuvere
3. Dapat diselaraskan untuk digunakan
paling tidak oleh penerbang yang 9.34.3.1
menggunakan kursi kiri
c. Karakteristik Unit Petunjuk Azimuth 9.34.4.
1. Harus memberikan petunjuk kiri/kanan
secara jelas yang memungkinkan
penerbang mendapatkan dan 9.34.4.1
mempertahankan garis lead-in tanpa
harus kelebihan kontrol (over control).
2. Apabila petunjuk azimuth diindikasikan
oleh perubahan warna, warna hijau
harus digunakan mengindentifikasi garis 9.34.4.2
tengah dan warna merah untuk deviasi
terhadap garis tengah
d. Lokasi Stopping Position Indicator 9.34.5
1. Harus ditempatkan bersamaan dengan,
atau cukup dekat dengan, unit petunjuk 9.34.5.1
azimuth
2. Harus dapat digunakan paling tidak oleh
9.34.5.2
penerbang yang duduk di kursi kiri
e. Karakteristik Stopping Position Indicator
9.34.6

1. Informasi stopping position yang


disediakan oleh indikator untuk jenis
pesawat udara tertentu harus
Memperhitungkan rentang variasi 9.34.6.1
ketinggian mata penerbang dan/atau
sudut pandang.
2. Stopping Position Indicator harus
menunjukkan posisi berhenti pesawat
udara tersebut, dan harus menyediakan
closing rate information yang
9.34.6.2
memungkinkan penerbang dapat
menurunkan secara bertahap kecepatan
pesawat udara hingga ke sepenuhnya
berhenti di posisi berhenti yang
3. Stopping Position Indicator harus
menyediakan closing rate information 9.34.6.3
untuk jarak minimal 10 m
4. Warna hijau harus digunakan untuk
menunjukkan bahwa pesawat udara 9.34.6.4
dapat tetap bergerak
5. Warna merah untuk menunjukkan
9.34.6.4
bahwa titik berhenti telah dicapai
6. Warna ketiga yang dapat digunakan
untuk mengingatkan bahwa titik 9.34.6.4
berhenti telah hampir dicapai
f. Rambu Parking Position Identification 9.34.7
1. Dapat dilihat dengan jelas dari cockpit
pesawat udara sebelum memasuki 9.34.7.2
posisi parkir.
2. Berisikan kode rangkaian nomor atau
nomor dan huruf warna putih dengan 9.34.7.3
latar belakang hitam
3. Kode tersebut pada bagian pinggirnya
diberi lampu neon warna hijau tabung 9.34.7.3
untuk pencahayaan malam hari
g. Notifikasi Jenis Aircraft Docking Guidance
9.34.8.
Systems
1. Jenis sistem yang dipasang diterbitkan
9.34.8.1
dalam aeronautical information

FORMULIR II II - 109
REFERENSI HASIL PEMERIKSAAN
NO JENIS PERALATAN PEMERIKSAAN
PERATURAN S U N/A
1 2 3 4 5 6 7
publications
2. Operator bandar udara harus
memberitahu Ditjen Hubud rincian
aircraft docking guidance system yang 9.34.8.2
akan digunakan untuk operasi
International
3. Informasi yang disediakan terdiri dari : 9.34.8.3
Jenis-jenis visual docking guidance 9.34.8.3 huruf
system; (a)
Memungkinkan, untuk jenis-jenis sistem
9.34.8.3 huruf
yang saat ini tidak dijelaskan dalam AIP
(b)
Indonesia; dan
Posisi parkir di mana sistem dipasang 9.34.8.3 huruf
(c)
6 ADVANCED VISUAL DOCKING GUIDANCE
9,35
SYSTEMS
a. Lokasi A-VDGS 9.35.2
1. A-VDGS harus terletak sedemikian rupa
sehingga panduan tidak terhalang dan
tanpa keraguan disediakan oleh
personel yang bertanggung jawab,dan 9.35.2.1
personel yang membantu, docking
pesawat udara di sepanjang manuver
docking
b. Karakteristik A-VDGS 9.35.3
1. Harus menyediakan informasi panduan
pada tahap yang sesuai dalam manuver 9.35.3.1
docking berikut ini :
Indikasi emergency stop; 9.35.3.1 huruf
(a)
Tipe dan model pesawat udara yang
9.35.3.1 huruf
menjadi tujuan dari penyediaan
(b)
panduan;
Indikasi pergeseran lateral pesawat 9.3563.1
udara relatif terhadap stand centre line; huruf (c)
Arah koreksi azimuth yang dibutuhkan
9.35.3.1 huruf
untuk mengoreksi pergeseran dari stand
(d)
centre line
Indikasi jarak ke posisi stop; 9.35.3.1 huruf
(e)
Indikasi ketika pesawat telah mencapai 9.35.3.1 huruf
posisi stopping yang benar; (f)
Indikasi peringatan jika pesawat 9.35.3.1 huruf
melebihi posisi stop yang seharusnya (g)
2. Harus mampu memberikan informasi
pemanduan docking untuk semua
9.35.3.2
kecepatan taxi pesawat udara selama
manuver docking
3. Penyimpangan pesawat udara dari garis
tengah stand lebih dari 1 m ketika 9.35.3.3
dioperasikan dalam kondisi normal
4. Informasi terkait pergeseran lateral
pesawat relatif terhadap garis tengah
9.35.3.6
stand harus diberikan setidaknya 25 m
sebelum posisi berhenti
5. Continuous closure distance dan closure
rate harus diberikan sejak setidaknya 15 9.35.3.7
m sebelum posisi stop
7 AERODROME BEACON 9.4
LAMPU :
a. Warna : (pilihan)
- Putih dan warna lain (kedip bergantian) ,
untuk bandar udara internasional atau 9.4.1.4
bandar udara pada daerah yang ramai
- Hijau , untuk bandar udara di daratan

FORMULIR II II - 110
REFERENSI HASIL PEMERIKSAAN
NO JENIS PERALATAN PEMERIKSAAN
PERATURAN S U N/A
1 2 3 4 5 6 7
- Kuning, untuk bandar udara di perairan
b. Frekuensi Kedipan : 20 - 30 per menit 9.4.1.6
c. Pancaran Sinar : terlihat di semua sudut
9.4.1.7
azimut
d. Distribusi intensitas cahaya : 9.4.1.8
Sudut Elevasi 1 sampai 2 derajat, Intensitas
Efektif Minimum Kedipan Warna Putih
adalah 25.000 candela
Sudut Elevasi 2 sampai 8 derajat, Intensitas
Efektif Minimum Kedipan Warna Putih
adalah 50.000 candela
Sudut Elevasi 8 sampai 10 derajat, Intensitas
Efektif Minimum Kedipan Warna Putih
adalah 25.000 candela
Sudut Elevasi 10 sampai 15 derajat,
Intensitas Efektif Minimum Kedipan Warna
Putih adalah 5.000 candela
Sudut Elevasi 15 sampai 20 derajat,
Intensitas Efektif Minimum Kedipan Warna
Putih adalah 2.000 candela
e. Intensitas efektif dari kedipan lampu
berwarna tidak boleh kurang dari 0,15 kali
9.4.1.9
intensitas kedipan lampu warna putih pada
sudut elevasi yang berhubungan
8 LAMPU PEMBERI SINYAL 9.5.2
LAMPU :
a. Warna : merah, hijau, dan putih
b. Penyalaan : 1 warna, diikuti 2 warna lainnya
c. Pancaran sinar : diarahkan manual ke target
d. Penyampaian pesan : dengan kode morse
internasional, kecepatan 6-8 kata per menit
9 WIND DIRECTION INDICATOR
MARKA :
a. terdiri dari kain berbentuk tabung
memanjang (sleeve) dengan ujung
mengerucut yang dipasang pada tiang 6,5 m 8.5.2.1
di atas tanah.
b. dipasang pada tiang 6,5 m di atas tanah.
c. Ukurang sleeve : panjang 3,6 m , meruncing
8.5.2.2
dari diameter 0,9 m ke 0,45 m
d Pada diameter 0,9 m dipasang kerangka
e. Ujung memanjang (sleeve) tetap terbuka 8.5.2.3
f. dipasang ke tiang sehingga dapat berputar
dengan bebas
g. Warna kain : orange / orange - putih /
8.5.2.4
merah - putih
h. berada di pusat lingkaran diameter 15 m,
8.5.2.5
diwarnai hitam, dan dibatasi dengan :
- perimeter putih, lebar 1,2 m , atau
- 15 lingkaran dengan jarak sama, masing -
masing berdiamter 0,75 m berwarna
putih
LAMPU :
a. Jumlah : (pilihan)
- 4 lampu @ 200 W 240 V tungsten filament
general purpose ditempatkan pada
vertical elliptical industry reflectors atau
round deep bowl reflectors,
- 8 lampu @ 120 W 240 V PAR 38 dalam
reflectorless fitting
- jumlah lain, namun penerangan setara
dengan diatas
b. Lokasi : (pilihan) 9.6.2.1
- 4 lampu : ditempatkan di antara 1.8 m

FORMULIR II II - 111
REFERENSI HASIL PEMERIKSAAN
NO JENIS PERALATAN PEMERIKSAAN
PERATURAN S U N/A
1 2 3 4 5 6 7
dan 2.2 m di atas pertengahan tiang
indikator, dan pada jarak radial di antara
1,7 m dan 1,9 m di sekeliling sumbu
perputaran wind sleeve;
- 8 lampu : di antara 1,8 m dan 2,2 m di
atas pertengahan tiang indikator, dan
pada jarak radial di antara 1,7 m and 1,9
m di sekeliling sumbu perputaran wind
sleeve;
c. Pancaran Sinar :
- tidak menyilaukan pilot
- merata menyinari daerah lambaian
9.6.2.2
maksimum wind sleeve
LOKASI PENEMPATAN :
a. terlihat dari pesawat yang mengudara atau
dari pesawat yang ada pada area 8.5.1.3
pergerakan
b. bebas dari efek gangguan udara
8.5.1.4
(disebabkan bangunan / struktur lain)
c. Lokasi penempatan :
- ditempatkan di threshold, kecuali untuk
runway 1200 meter atau kurang dapat
8.5.1.5
diletakkan di tengah - tengah (terlihat dari
apron dan dari kedua arah pendaratan)
- di sisi kiri runway, dari arah pesawat yang
8.5.1.6.a
sedang landing
- di luar runway strip 8.5.1.6.b
10 (INTENSITAS, KONFIGURASI, WARNA)
Intensitas, Konfigurasi, dan warna lampu tidak
membahayakan keselamatan penerbangan,
untuk lokasi pada :
1. INSTRUMENT RUNWAY - KODE 4
Di daerah persegi empat, panjang min 4.500
m sebelum threshold dan lebar min 750 m
9.1.3
di masing-masing sisi dari perpanjangan
garis tengah runway
2. INSTRUMENT RUNWAY - KODE 2 ATAU 3
Di daerah persegi empat, panjang min 3.000
m sebelum threshold dan lebar min 750 m
di masing-masing sisi dari perpanjangan
garis tengah runway
3. KASUS LAINNYA
Di daerah Approach Runway
11 PEMELIHARAAN PERALATAN VISUAL AID
Pemeliharaan tingkat I :
a. pembersihan ruangan
b. pembersihan peralatan , unit/bagian
peralatan / modul
c. pemeriksaan peralatan, unit/bagian
peralatan atau modul
d. pemeriksaan meter pengukuran dan lampu
indikator SKEP/157/IX
/2003,
e. pengukuran dan pencatatan besaran listrik, PASAL 11,
elektronika, mekanikal, cahaya, panas, ANGKA 2
kimia dan radiasi
f. penggantian / penambahan air pendingin,
bahan bakar minyak, olie, grease, dan air
murni
g. penggantian lampu indikator, komponen
pengaman dan komponen habis pakai
lainnya
Pemeliharaan tingkat II :
a. pemeliharaan pencegahan secara berkala,
dengan kegiatan berikut :

FORMULIR II II - 112
REFERENSI HASIL PEMERIKSAAN
NO JENIS PERALATAN PEMERIKSAAN
PERATURAN S U N/A
1 2 3 4 5 6 7
1. uji coba peralatan, unit/bagian
peralatan
2. pengamatan tampilan dan target
3. pengecekan keluaran peralatan,
unit/bagian peralatan
b. pemeliharaan perbaikan peralatan yang SKEP/157/IX
mengalami kelaian / gangguan / kerusakan /2003, PASAL
ringan, dengan kegiatan berikut : 11, ANGKA 3
1. analisis kerusakan
2. penyetelan paramater peralatan
3. penggantian dan penyetelan
unit/bagian/modul peralatan yang rusak
dengan unit/bagian/modul peralatan
cadangan
Pemeliharaan tingkat III :
a. analisis kerusakan
SKEP/157/IX
b. perbaikan dan penyetelan
/2003, PASAL
unit/bagian/modul peralatan yang 11, ANGKA 3
mengalami gangguan / kerusakan
Pemeliharaan tingkat IV :
a. analisis kerusakan
b. perbaikan perangkat lunak (software)
sistem peralatan

c. perbaikan dan penyetelan


unit/bagian/modul peralatan yang SKEP/157/IX
mengalami gangguan/kerusakan yang /2003, PASAL
komplek dengan menggunakan alat ukur di 11, ANGKA 4
luar Built in Test Equipment (BITE)
d. modifikasi dan penyetelan
unit/bagian/modul peralatan
e. rekondisi atau overhaul peralatan
12 AREA UNSERVICEABLE DAN AREA KERJA
DI RUNWAY
MARKA :
a. berupa tanda silang putih yang diletakkan di
8.13.2.1
bagian yang tidak terpakai dari runway.
b. dimensi sesuai gambar 8.13-1
c. Lokasi :
disetiap ujung runway, dan di area
intermediate pada interval kurang dari 300
m (Jika seluruh bagian runway ditutup 8.13.2.5
secara permanen atau tutup beroperasi
lebih dari 30 hari)
LAMPU :
a. sistem penerangan diputus / diisolasi
hubungan listriknya
b. untuk periode pendek, diperbolehkan untuk 9.37.1.1
menutup lampu dengan penutup yang tidak
tembus cahaya
c. Jika dipotong oleh runway atau taxiway
yang masih dapat digunakan dan akan
digunakan pada malam
hari, lampu unserviceability ditempatkan 9.37.1.2
menyilang jalan masuk ke area yang ditutup
dalam interval
yang tidak lebih dari 3 m.
DI TAXIWAY
MARKA UNSERVICEABLE :
a. berupa tanda silang putih yang diletakkan di
8.13.2.1
bagian yang tidak terpakai dari runway.
b. dimensi sesuai gambar 8.13-2 8.13.2.3
RAMBU UNSERVICEABLE :
FORMULIR II II - 113
REFERENSI HASIL PEMERIKSAAN
NO JENIS PERALATAN PEMERIKSAAN
PERATURAN S U N/A
1 2 3 4 5 6 7
a. memasang rambu unserviceable di area
8.13.2.2
masuk
b. Cone :
ukuran cone standar 8.13.3.1
warna : putih-merah-putih
lebar garis merah : 25 cm disekeliling pusat
c. Bendera :
warna : merah / jingga / kuning / salah satu 8.13.3.2
warna dengan kombinasi putih
Bentuk : persegi , ukuran 0,5 m
d. Papan Rambu : 8.13.3.3
tinggi 0,5 m dan lebar 0,9 m
warna : merah-putih / jingga - putih,
berbentuk garis vertikal
interval 3 m area yang tidak terpakai 8.13.3.5

RAMBU BATAS KERJA :


a. bentuk cone atau papan rambu
b. dimensi : tinggi 0,5 m , lebar : 0,75 m (untuk
cone)
c. warna : orange 8.13.4
d. diberi interval
e. lokasi : di apron dan di area lainnya

LAMPU :
interval tidak boleh lebih jauh dari 7,5 m
9.36.2.2
(Tergambar jelas daerah unserviceable)
Jika dipotong oleh runway atau taxiway
yang masih dapat digunakan dan akan
digunakan pada malam hari, lampu
9.36.1.2
unserviceability ditempatkan menyilang
jalan masuk ke area yang ditutup dalam
interval yang tidak lebih dari 3 m.
warna : merah terus menerus (steady red
9.36.3.1
light)
Intensitas : kurang dari 10 cd 9.36.3.2

DI APRON
MARKA :
a. berupa tanda silang putih yang diletakkan di
8.13.2.1
bagian yang tidak terpakai dari runway.
b. dimensi sesuai gambar 8.13-2 8.13.2.3
RAMBU UNSERVICEABLE :
a. memasang rambu unserviceable di area
8.13.2.2
masuk
b. Cone :
ukuran cone standar
warna : putih-merah-putih 8.13.3.1
lebar garis merah : 25 cm disekeliling pusat
c. Bendera :
warna : merah / jingga / kuning / salah satu
8.13.3.2
warna dengan kombinasi putih
Bentuk : persegi , ukuran 0,5 m
d. Papan Rambu :
tinggi 0,5 m dan lebar 0,9 m 8.13.3.3
warna : merah-putih / jingga - putih,
berbentuk garis vertikal
interval 3 m area yang tidak terpakai
RAMBU BATAS KERJA :
a. bentuk cone atau papan rambu
b. dimensi : tinggi 0,5 m , lebar : 0,75 m (untuk
cone)
FORMULIR II II - 114
REFERENSI HASIL PEMERIKSAAN
NO JENIS PERALATAN PEMERIKSAAN
PERATURAN S U N/A
1 2 3 4 5 6 7
c. warna : orange 8.13.4
d. diberi interval
e. lokasi : di apron dan di area lainnya

LAMPU :
a. interval tidak boleh lebih jauh dari 7,5 m
9.37.2.2
(Tergambar jelas daerah unserviceable)
b. warna : merah terus menerus (steady red
light) 9.37.3.1

c. Intensitas : kurang dari 10 cd 9.37.3.2

11 APLIKASI
Sistem penerangan eksisting harus dioperasikan
dan dipelihara sesuai dengan prosedur yang ada 9.1.1.1
apabila :
Apakah ada fitting lampu dari sistem
9.1.1.1 huruf
penerangan telah digantikan dengan fitting
(a)
dengan jenis yang berbeda? Atau;
Apakah ada fasilitas 9.1.1.1 huruf
ditingkatkan/diperbaharui ? Atau; (b)
Apakah ada perubahan di kategori: 9.1.1.1 huruf
(c)
i. Bandar udara; atau
ii. kepadatan lalu lintas bandar udara atau:
Apakah dalam kondisi khusus sehingga
Ditjen Hubud menetapkan bahwa untuk
kepentingan keselamatan, suatu fasilitas
lighting harus memenuhi standar pada Bab
9 MOS

12 LAY OUT BANDAR UDARA


Basic - bandar udara dengan satu runway, dan
9.1.1.2 huruf
satu taxiway menuju ke satu daerah apron; atau;
(a) butir i

Simple - bandar udara dengan satu runway,


9.1.1.2 huruf
memiliki lebih dari satu taxiway menuju ke satu
(a) butir ii
atau lebih daerah apron; atau;
Kompleks – Bandar udara dengan lebih dari satu
9.1.1.2 huruf
runway, memiliki beberapa taxiway menuju ke
(a) butir iii
satu atau lebih daerah apron.
13 KEPADATAN LALU LINTAS BANDAR UDARA
Rendah - tidak lebih dari 15 pergerakan per
9.1.1.2 huruf
runway atau biasanya kurang dari 20 pergerakan
(b) butir i
total aerodrome; atau
Sedang - 16 hingga 25 pergerakan per runway
9.1.1.2 huruf
atau biasanya antara 20 hingga 35 pergerakan
(b) butir ii
total aerodrome; atau
Tinggi - 26 atau lebih pergerakan per runway
9.1.1.2 huruf
atau biasanya lebih dari 35 pergerakan
(b) butir iii
aerodrome;
14 PENINGKATAN FASILITAS (UPGRADE OF A
FACILITY)
mengakomodasi pesawat udara dari kode
9.1.1.2 huruf
referensi yang lebih tinggi, seperti dari runway
(c) butir i
kode 2 ke kode 3 atau kode 3 ke kode 4; atau
digunakan oleh pesawat udara yang terbang 9.1.1.2 huruf
dengan kondisi approach yang berbeda, seperti: (c) butir ii
dari non-instrument ke non-precision
instrument; atau
dari non-precision instrument ke precision
instrument; atau
dari precision category I to category II or III

Dapat diterapkan (practicable). Istilah ini 9.1.1.2 huruf


FORMULIR II II - 115
REFERENSI HASIL PEMERIKSAAN
NO JENIS PERALATAN PEMERIKSAAN
PERATURAN S U N/A
1 2 3 4 5 6 7
digunakan untuk memungkinkan Ditjen Hubud (d)
menerima adanya variasi terhadap standar
karena adanya kesulitan yang tidak dapat diatasi
untuk dapat memenuhi semua persyaratan. Jika
operator bandar udara menyatakan bahwa
pemenuhan terhadap standar tersebut tidak
praktis, maka operator bandar udara
bertanggungjawab untuk membuktikan kepada
Ditjen Hubud akan ketidakpraktisan yang terjadi
hingga Ditjen Hubud dapat diyakinkan
15 Lampu permukaan non-aeronautical: 9.1.3.
Didalam daerah 6 km, terdapat daerah yang
spesifik kemungkinan besar memunculkan
masalah terhadap operasional pesawat udara
sebagai berikut :
- Untuk instrument runway kode 4 – dalam
suatu daerah persegi empat yang panjangnya
merentang paling sedikit 4.500 m sebelum
masing-masing threshold dan yang lebarnya
paling sedikit 750 m di masing-masing sisi dari
perpanjangan garis tengah runway;
- Untuk instrument runway kode 2 atau 3,
dalam suatu daerah dengan lebar yang sama
dengan (a) dengan panjang merentang hingga
paling sedikit 3.000 m dari threshold
- Untuk kasus lainnya, di dalam approach area.

16 PERSYARATAN MINIMUM SISTEM


PENERANGAN
Untuk bandar udara yang beroperasi malam hari,
fasilitas berikut ini harus dilengkapi dengan 9.1.5.1.
penerangan yang tepat:
runway, taxiway dan apron yang digunakan 9.1.5.1. huruf
untuk operasi di malam hari; (a)
setidaknya pada satu indikator arah angin 9.1.5.1. huruf
(b)
jika obstacle di dalam daerah OLS
(Obstacles Limitation Surfaces) ditetapkan
9.1.5.1. huruf
oleh Ditjen Hubud agar diberi lampu
(c)
(obstacle lighting), maka obstacle tersebut
harus diberikan lampu
Pada approach runway yang digunakan untuk
pesawat udara jet-propeller harus dilengkapi
dengan sistem indikator kemiringan approach 9.1.5.2.
visual (visual approach slope indicator system)
yang telah disetujui
Runway yang digunakan untuk melayani
operasional Category I, II atau III precision
9.1.5.4.
approach harus dilengkapi dengan approach
lighting system
Rambu-rambu sisi udara (movement area
guidance signs) yang digunakan untuk operasi 9.1.5.5.
penerbangan malam hari harus diberi lampu
dengan mengacu pada standar Bab 8.
Lampu Portable 9.1.6.
Lampu portabel dapat digunakan pada bandar
udara untuk pendaratan dan tinggal landas 9.1.6.1
dalam kondisi berikut:
Jika bandar udara digunakan untuk operasi
malam hari secara regular harus
mempunyai sistem penerangan permanen – 9.1.6.1 huruf
untuk menggantikan lampu yang rusak (a)
hingga lampu permanen tersebut diperbaiki
sesegera mungkin
Jika bandar udara tidak digunakan untuk 9.1.6.1 huruf
(b)
FORMULIR II II - 116
REFERENSI HASIL PEMERIKSAAN
NO JENIS PERALATAN PEMERIKSAAN
PERATURAN S U N/A
1 2 3 4 5 6 7
operasi malam hari sehingga tidak
mempunyai sistem penerangan permanen –
untuk keadaan darurat yang bersifat
sementara seperti darurat medis atau
pendaratan darurat
Terdiri dari lampu atau lampu pijar bahan
9.1.6.2 huruf
bakar cair, lampu listrik bertenaga baterai
(a)
atau peralatan serupa; dan
Harus mempunyai output utama 9.1.6.2 huruf
penerangan omni-directional (b)
lampu runway portabel harus dapat dilihat
dari jarak minimal 3 km dan Warna lampu
portabel harus sesuai dengan warna lampu
permanen, kecuali jika, penggunaan lampu Catatan
berwarna pada threshold dan runway end 9.1.6.2
tidak praktis, maka seluruh lampu runway
dapat berwarna putih atau semirip mungkin
dengan warna putih
Jika dipublikasikan dalam AIP bahwa sebuah
bandar udara dilengkapi lampu portabel, maka
lampu portabel harus dijaga dalam kondisi
menyala dengan kaca yang bersih serta ditunjuk 9.1.6.3
petugas yang terlatih untuk menempatkan lampu
pada saat akan dioperasikan tanpa gangguan
ketika dibutuhkan
Lampu portabel harus:
mempunyai jarak pemisahan yang sama
9.1.6.4 huruf
dengan lampu yang dipasang permanen;
(a)
dan
mempunyai tingkat aksis vertical (sudut) 9.1.6.4 huruf
yang tepat; dan (b)
ditempatkan sedemikian sehingga pesawat 9.1.6.4 huruf
dapat mendarat menuju arah angin (c)
Untuk dapat memasang dengan cepat maka
lokasi lampu portabel harus ditandai dengan catatan
jelas, dan permukaan dijaga dan dipelihara 9.1.6.4
dengan baik.
Untuk kedatangan pesawat udara, lampu
portabel harus dinyalakan minimal 30 menit
9.1.6.5
sebelum waktu kedatangan yang diperkirakan

Untuk keberangkatan pesawat udara, lampu


9.1.6.6
portabel harus:
dinyalakan setidaknya 10 menit sebelum 9.1.6.5 huruf
waktu keberangkatan; (a)
Tetap dinyalakan setelah take off: 9.1.6.5 huruf
(b)
- selama setidaknya 30 menit; atau 9.1.6.5 huruf
(b) butir i
- jika tidak ada komunikasi air to ground
dengan pesawat udara – selama
9.1.6.5 huruf
setidaknya 1 jam.
(b) butir ii

Lampu portabel perlu terus dinyalakan


untuk mengantisipasi kemungkinan catatan
pesawat perlu kembali ke bandar udara 9.1.6.6

17 PERLENGKAPAN LAMPU (LIGHT FIXTURES) DAN


STRUKTUR PENDUKUNG
Semua perlengkapan lampu dan struktur
pendukung harus mempunyai berat minimum
9.1.7.1
sesuai dengan fungsinya dan didesain dapat
pecah (frangible).
Struktur pendukung untuk lampu approach juga
9.1.7.2
membutuhkan berat minimum dan dirancang
FORMULIR II II - 117
REFERENSI HASIL PEMERIKSAAN
NO JENIS PERALATAN PEMERIKSAAN
PERATURAN S U N/A
1 2 3 4 5 6 7
dapat pecah, kecuali jika lampu approach berada
lebih dari 300 m dari runway threshold:
Jika ketinggian struktur pendukung lebih
9.1.7.2 huruf
dari 12 m, maka syarat frangilibity hanya
(a)
perlu diterapkan hingga 12 m; dan
Jika struktur pendukung dikelilingi oleh
objek yang tidak dapat pecah (non-
9.1.7.2 huruf
frangible), maka hanya bagian struktur di
(b)
atas objek sekitar yang perlu dirancang
dapat pecah
Apabila perlengkapan lampu approach atau
struktur pendukungnya tidak mencolok, maka 9.1.7.3
harus diberi marka
Lampu Elevated dan Inset (surface light) 9.1.9
Lampu elevated harus frangible dan cukup
rendah sehingga memberikan jarak bebas yang
cukup untuk baling-baling dan dudukan mesin
9.1.9.1
pesawat udara bermesin jet. Pada umumnya,
posisi lampu tersebut tidak boleh lebih dari 360
mm di atas permukaan tanah.
Lampu inset (surface light), juga dikenal sebagai
lampu dalam-perkerasan (in-pavement), tidak 9.1.9.3
boleh:
dipasang dengan tepi yang tajam; 9.1.9.3 huruf
(a)
mencuat lebih dari 25 mm di atas
permukaan yang mengelilinginya di lokasi
9.1.9.3 huruf
dimana lampu pada umumnya tidak akan
(b)
melakukan kontak langsung dengan roda
pesawat udara,
mencuat lebih dari 13 mm di atas
permukaan yang mengelilinginya di lokasi
9.1.9.3 huruf
dimana lampu pada umumnya akan
(c)
melakukan kontak langsung dengan roda
pesawat udara
Temperatur permukaan maksimum yang dicapai
oleh lampu inset tidak boleh melebihi 160°C
selama periode 10 menit, jika beroperasi pada 9.1.9.4
intensitas maksimum dan tertutup oleh roda
pesawat udara
Warna standard casing unit lampu elevated 9.1.9.5
adalah kuning

Untuk memastikan keseragaman penampakan


visual, light fittings yang menggunakan teknologi
filter yang berbeda tidak boleh dicampuradukkan
karena dapat menciptakan ketidakkonsistenan 9.1.10.2.
baik dalam warna atau intensitas lampu pada
saat dilihat oleh pilot dari pesawat udara yang
bergerak pada suatu runway atau taxiway
18 INTENSITAS DAN KONTROL LAMPU
Intensitas lampu harus bisa dirubah dalam 5 atau
9.1.11.2.
6 atau 7 tahapan, untuk sistem-sistem berikut:
- sistem penerangan approach (approach 9.1.11.2.
lighting systems); huruf (a)
- sistem indikator kemiringan approach
9.1.11.2.
(visual approach slope indicator systems);
huruf (b)

- runway edge, threshold and end lights 9.1.11.2.


berintensitas tinggi; huruf (c)
- runway centre line lights; 9.1.11.2.
huruf (d)
- runway touchdown zone lights 9.1.11.2.

FORMULIR II II - 118
REFERENSI HASIL PEMERIKSAAN
NO JENIS PERALATAN PEMERIKSAAN
PERATURAN S U N/A
1 2 3 4 5 6 7
huruf (e)
Intensitas lampu harus bisa dirubah paling sedikit
dalam 3 tahapan, untuk lampu runway edge, 9.1.11.3.
threshold dan runway end intensitas menengah
Jika suatu runway dilengkapi dengan lampu
runway edge intensitas menengah dan tinggi, 3
9.1.11.3.
tahapan intensitas terendah akan dilayani oleh
sistem intensitas menengah
Untuk lampu taxiway : 9.1.11.5.
- Lampu taxiway centerline dengan rata-rata
intensitas sinar utama pada tingkatan 50 cd 9.1.11.5.
atau lebih rendah, 3 tahapan kontrol huruf (a)
intensitas harus tersedia
- Lampu taxiway centreline dengan rata-rata
intensitas sinar utama pada tingkatan 100
cd atau lebih besar, secara umum
mensyaratkan lebih dari 3 tahapan kontrol
intensitas, atau jika tidak demikian adalah 9.1.11.5.
dengan mengurangi secara permanen daya huruf (b)
keluaran maksimum lampu dengan
menetapkan tahap intensitas maksimum
kurang dari 100% daya yang bisa
dikeluarkan lampu.
- Lampu taxiway edge dipasang pada sirkuit
listrik yang sama dengan lampu runway
9.1.11.5.
edge intensitas rendah atau menengah, dan
huruf (c)
akan dikontrol oleh pengontrol lampu
runway
Pengurangan intensitas dari setiap tahapan yang
berurutan susunan intensitasnya harus disusun
9.1.11.6.
sebagai berikut: 100%, 30%, 10%, 3%, 1% dan
0.3%.
Pada suatu bandar udara yang penerangannya
disediakan dengan pengaturan intensitas tetapi
ATS tidak beroperasi selama 24 jam & operator
bandar udara membiarkan lampu untuk tetap
9.1.11.7.
menyala sepanjang malam, tahapan intensitas
yang direkomendasikan yang memberikan
iluminasi yang mencukupi tapi tidak menyilaukan
pilot adalah tahapan 2.
Jika sistem penerangan dioperasikan oleh ATS,
sistem tersebut harus dipantau secara otomatis
9.1.11.8.
sehingga dapat memberikan indikasi secepatnya
berkenaan dengan:
- sistem penerangan yang sedang menyala; 9.1.11.8.
huruf (a)
- intensitas masing-masing sistem 9.1.11.8.
penerangan; huruf (b)
- adanya kegagalan pada sistem penerangan; 9.1.11.8.
huruf (c)
dan informasi tersebut secara otomatis 9.1.11.8.
akan disampaikan ke posisi operator. huruf (d)

19 MONITORING AERODROME LIGHTING


SISTEM MONITORING :
- Menunjukkan status operasional sistem
9.38.1.3
penerangan
- Memantau secara otomatis 9.38.1.4
- Indikasi kesalahan di relay otomatis ke unit
9.38.1.4
ATS
WAKTU PENYAMPAIAN INDIKASI SAAT ADA
PERUBAHAN :
- 2 DETIK : LAMPU STOP BAR (di runway
9.38..1.5
holding)
- 5 DETIK : SEMUA JENIS ALAT BANTU 9.38..1.5

FORMULIR II II - 119
REFERENSI HASIL PEMERIKSAAN
NO JENIS PERALATAN PEMERIKSAAN
PERATURAN S U N/A
1 2 3 4 5 6 7
VISUAL LAINNYA

INDIKASI KERUSAKAN AERODROME LIGHTING


YANG HARUS DI NOTAMKAN :
a. sinar utama (main beam) intensitas rata-
9.38.2.3
rata kurang dari 50 % dari yang ditetapkan
b. Lampu yang berkilat atau berkedip pada
saat :
- lampunya tidak berkilat atau berkedip;
atau
- frekuensi kilatan dan/atau durasi kilatan 9.38.2.4
di luar rentang yang ditetapkan dengan
faktor pembanding 2 dibanding 1 atau
lebih ;
- dalam periode 10 menit, lebih dari 20 %
kilatan gagal terjadi
c. Sistem penerangan :
- Jumlah < 4 lampu : (misal: intermediate 9.38.2.5 huruf
holding position light atau RTIL) a
- 1 lampu rusak
- Jumlah 4 atau 5 lampu : (misal: WDI light 9.38.2.5 huruf
atau runway guard light) b
- Lebih dari 1 lampu rusak
- Jumlah 6 - 13 lampu : (misal: threshold 9.38.2.5 huruf
light) c
- Lebih dari 2 lampu rusak, atau 2 lampu
berurutan rusak
- Jumlah lebih dari 13 lampu :
9.38.2.5 huruf
d

Lebih dari 15 % lampu rusak, atau 2


lampu berurutan rusak
d. PAPI :
Jumlah lampu :
- lebih dari 1 lampu rusak, pada unit 9.38.2.6 huruf
lampu yang isinya 3 atau lebih lampu a
- 1 lampu rusak, pada unit lampu yang
isinya kurang dari 3
Kondisi Filter Merah Lampu :
- tidak memancarkan warna sinar lampu 9.38.2.6 huruf
yang tepat b
- hilang atau rusak
Note : lampu dipadamkan sampai filter
diperbaiki
Sistem Double Side - PAPI (8 unit lampu) :
- seluruh lampu pada 1 sisi BAR berfungsi,
dan ada lampu di sisi BAR lain rusak
- 1 atau lebih lampu di setiap sisi BAR
rusak
Sistem Single Side - PAPI (4 unit lampu) :
- saat ada lampu yang rusak
e. Interleaf Circuit :
Salah satu circuit rusak

FORMULIR II II - 120
E. CHECKLIST PEMILIHAN ARUS HUBUNGAN SERI (SERIES LINE CURRENTS) UNTUK BERBAGAI TAHAP INTENSITAS

BANDAR UDARA :
KOTA :
TANGGAL :

Nominal HASIL
STAGE
NO JENIS PERALATAN Minimum PEMERIKSAAN PEMERIKSAAN
Intensity At
7 6 5 4 3 2 1 S U N/A
Rated Output
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14
1 Runway Edge Lights, Low Intensity 100 cd 100 %
6.6 A
2 Runway Edge Lights, Medium Intensity 300 cd typical 100% 30 % 10 %
6.6 A 5.4 A 4.5 A
3 Runway Edge Lights, High intensity 10,000 cd 100% 30 % 10 %
6.6 A 5.4 A 4.5 A
6.6 A 6.4 A 5.2 A 4.1 A 3.4 A 2.8 A 2.2 A
4 Approach Lights 20,000 cd 100% 25% 6.5% 2% 0.5% 0.12%
12.5A/6.6A series isolating transformer 12.5 9.5 A 7.5 A 6.2 A 5.0 A 4.0 A
A
6.6A/6.6A series 6.6 A 5.3 A 4.3 A 3.6 A 3.2 A 3.0 A
Approach Lights 6.6 A 6.4 A 5.2 A 4.1 A 3.4 A 2.8 A 2.2 A
5 Runway Centre line lights 5,000 cd 100% 25% 8 % 2.5% 0.8% 0.25%
6.6 A 5.2 A 4.4 A 3.8 A 3.3 A 3.0 A
6.6 A 6.4 A 5.2 A 4.1 A 3.4 A 2.8 A 2.2 A
6 Runway Touchdown Zone lights 5,000 cd 100 % 25% 8 % 2.5% 0.8 % 0.25%
6.6 A 5.2 A 4.4 A 3.8 A 3.3 A 3.0A
7 Taxiway Centre line lights 50 cd 100% 40 % 16%
6.6 A 5.5 A 4.8 A
8 PAPI or APAPI 15,000 cd red 100% 30% 10% 3% 1 % 0.3%
light 6.6 A 5.5A 4.8 A 3.85A 3.4 A 3.0 A
6.6 A 6.4 A 5.2 A 4.1 A 3.4 A 2.8 A 2.2 A

FORMULIR II II - 128
F. CHECKLIST MANAJEMEN GANGGUAN BINATANG LIAR

A. DATA BANDAR UDARA

1 NAMA BANDAR UDARA


2 KOTA / PROPINSI
3 PEMILIK

4 PEMEGANG SERTIFIKAT BANDAR UDARA


5 STATUS
6 AERODROME REFERENCE POINT
7 DIMENSI RUNWAY
8 TIPE RUNWAY
9 PESAWAT TERBESAR YANG BEROPERASI
10 JAM OPERASI

B.CHECKLIST MANAJEMEN GANGGUAN BINATANG LIAR

NO. ITEM REF. PERATURAN N/A S U CATATAN


1 Apakah penyelenggara bandar SKEP/42/III/2010
udara telah melaksanakan Pasal 2
manajemen hewan liar yang
merupakan bagian dari prosedur
Aerodrome Manual / AM ?

2 Apakah dalam pelaksanaan SKEP/42/III/2010


manajemen hewan liar Pasal 2
penyelenggara bandara telah
menunjuk unit kerja / personel
untuk melaksanakan
pengawasan dan pengendalian
terhadap bahaya serangan
burung dan gangguan hewan liar
di bandara dan sekitarnya ?

3 Apakah penyelenggara Bandar SKEP/42/III/2010


udara telah memberikan Pasal 2
pelatihan mengenai manajemen
bahaya burung dan hewan liar
termasuk pelatihan teknik
penggunaan peralatan kepada
personel pada butir 2 diatas ?

4 Apakah personel yang SKEP/42/III/2010


melaksanakan pengawasan dan Pasal 3
pengendalian burung dan hewan
liar telah melaksanakan tugas
berikut :

a. Identifikasi sedini mungkin


potensi bahaya yang timbul
FORMULIR II II - 128
NO. ITEM REF. PERATURAN N/A S U CATATAN

b. Memahami habitat dari


burung dan hewan liar yang
ada di Bandar udara

c. Meminimalkan atau
menghilangkan penyebab
masuknya dan hewan liar,
melalui :
1) Pembersihan semak
belukar
2) Membatasi ketinggian
rumput
3) Penutupan drainase
4) Mengatur tempat
pembuangan sampah di
lapangan

d. Melakukan identifikasi
kegiatan kawanan burung
dalam radius 13 KM

e. Melaksanakan penyimpanan
catatan pengawasan
keberadaan burung dan
hewan liar

f. Melakukan koordinasi
dengan unit terkait terhadap
potensi atas kemungkinan
kejadian terkait terhadap
potensi atas kemungkinan
kejadian akibat burung

5 Apakah penyelenggara bandara SKEP/42/III/2010


pernah melakukan kerjasama Pasal 4
dengan instansi pemerintah atau
BHI untuk melakukan studi
tentang habitat hewan liar ?

6 Apabila bandara mengalami atau SKEP/42/III/2010


memiliki potensi terjadinya Pasal 5
serangan burung dan gangguan
hewan liar, apakah
penyelenggara bandara
menyediakan peralatan untuk
pencegahan, pengawasan, dan
pengendalian gangguan burung
dan hewan liar ?

7 Apabila bandara mengalami atau SKEP/42/III/2010


memiliki potensi terjadinya Pasal 6
serangan burung dan gangguan
FORMULIR II
II - 123
NO. ITEM REF. PERATURAN N/A S U CATATAN
hewan liar, apakah
penyelenggara bandara telah
menyediakan personel yang
bertugas melakukan pencatatan
dan pelaporan ?

8 Apakah personel sebagaimana SKEP/42/III/2010


butir 7 diatas telah melakukan Pasal 6
pencatatan hal berikut :
a. Wilayah yang menjadi area
pengendalian dan
pengawasan terhadap
hewan liar dan/atau burung
b. Jumlah, lokasi, dan jenis
hewan liar dan atau burung
terlihat
c. Tindakan yang diambil untuk
membubarkan hewan liar /
burung
d. Hasil dari tindakan yang
diambil

9 Apakah personel sebagaimana SKEP/42/III/2010


butir 7 diatas telah melaporkan Pasal 6
setiap gangguan binatang liar

Keterangan:
N/A = Not Available
S = Satisfactory
U = Unsatisfactory

FORMULIR II
II - 124
G. CHECKLIST PERTOLONGAN KECELAKAAN PENERBANGAN DAN PEMADAM KEBAKARAN
(PKP-PK)

Aktifitas dan Tujuan Reff Status Keterangan/Komentar


(S/NS/NA)
1 Apakah Fasilitas PKP-PK
sudah sesuai dengan CASR 139.149 dan
pesawat terbesar yang KP 14 Tahun 2015
beroperasi?
2 Apakah fasilitas PKP-PK
sudah sesuai dengan CASR 139.149 dan
yang di publish dalam KP 14 Tahun 2015
AIP?
3 Apakah hasil uji Respon
time
kendaraan PKP-PK
memenuhi standar yang
dipersyaratkan? (2 menit
KP 14 Tahun 2015
dan tidak lebih dari 3
menit)
4 Apakah setiap kendaraan KP 14 Tahun 2015
sudah dilengkapi dengan
peralatan pendukung
operasi PKP-PK (rescue) ?
5 Apakah kendaraan dan KP 14 Tahun 2015
mutu foam di setiap
kendaraan PKP-PK sudah
di uji secara periodik
sebagaimana
dipersyaratkan?
6 Apakah sudah dilengkapi
dengan SOP operasi PKP-
KP 004 tahun 2013
PK dan pemeliharaan
fasilitas PKP-PK?
7 Apakah area sekitar
bandara
terdapat gunung, danau,
rawa rawa,
KP 14 Tahun 2015
perairan, sehingga
memerlukan
prosedur dan kendaraan
khusus?
8 Apakah sudah memiliki
dokumen Airport
SKEP/301/V/2011
Emergency Plan yang
sudah disahkan?
9 Apakah EOC telah
ditetapkan dan tertera
dalam dokumen AEP SKEP/301/V/2011
(dalam tubuh dokumen
dan grid map)
10 Apakah telah dipenuhinya
persyaratan lokasi beserta
kelengkapan gedung EOC SKEP/301/V/2011
sebagaimana
dipersyaratkan?
11 Apakah Bandar Udara SKEP/301/V/2011
FORMULIR II
II - 125
Aktifitas dan Tujuan Reff Status Keterangan/Komentar
(S/NS/NA)
dilengkapi dengan mobile
command post beserta
kelengkapannya
sebagaimana
dipersyaratkan?
12 Apakah grid map
bandara dan di sekitar
bandara sebagaimana
SKEP/301/V/2011
dipersyaratkan sudah
ditetapkan?

13 Apakah lokasi isolated


area, rendezvous point
dan staging area telah
SKEP/301/V/2011
ditentukan
sebagaimana
dipersyaratkan?
14 Apakah fire station
memiliki watch room,
crash bell dan fasilitas SKEP/301/V/2011
nya sebagaimana
dipersyaratkan?
15 Apakah crash alarm
tersebut bekerja
dengan baik dan SKEP/301/V/2011
dilakukan pengujian
secara berkala.
16 Apakah dalam ruangan
pemandu lalu lintas
SKEP/301/V/2011
penerbangan terdapat
grid map bandar udara

Keterangan:
N/A = Not Available
S = Satisfactory
U = Unsatisfactory

FORMULIR II
II - 126
H. CHECKLIST PERSONEL

NO. OBJEK REF. PERATURAN S U NA CATATAN

1 Apakah personel teknik bandar udara CASR 139.045


memiliki Lisensi
2 Apakah personel elektronika bandar CASR 139.045
udara memiliki Lisensi

3 Apakah personel listrik bandar udara CASR 139.045


memiliki Lisensi
4 Apakah personel mekanikal bandar CASR 139.045
udara memiliki Lisensi
5 Apakah personel pengatur pergerakan CASR 139.045
pesawat udara (apron movement
control/AMC) memiliki Lisensi
6 Apakah personel peralatan pelayanan CASR 139.045
darat pesawat udara Lisensi
7 Apakah personel pemandu parkir CASR 139.045
pesawat udara memiliki Lisensi
8 Apakah pelayanan garbarata memiliki CASR 139.045
Lisensi
9 Apakah personel pengelola dan CASR 139.045
pemantau lingkungan memiliki Lisensi
10 Apakah personel pertolongan CASR 139.045
kecelakaan penerbangan-pemadam
kebakaran (PKP-PK) memiliki Lisensi
11 Apakah personel salvage Lisensi CASR 139.045
12 Apakah personel pelayanan
pendaratan helikopter (helikopter
landing officer) memiliki Lisensi

Keterangan:
N/A = Not Available
S = Satisfactory
U = Unsatisfactory

FORMULIR II
II - 127
I. CHECKLIST KABANDARA
HASIL
KRITERIA PEMERIKSAAN PEMERIKSAAN
S US NA
1 2 3 4 5 6

1 PENDIDIKAN FORMAL

a. Pejabat bidang keselamatan di bandar udara internasional dan bandar


udara pengumpul dengan skala pelayanan primer, minimal DIII

b. Pejabat bidang keselamatan di bandar udara pengumpul dengan skala


pelayanan sekunder, minimal DII

c. Pejabat bidang keselamatan di bandar udara pengumpul dengan skala


pelayanan tersier dan bandar udara pengumpan, minimal SLTA
(Umum/SMK)

2 PENDIDIKAN & PELATIHAN

a. Kebandarudaraan

b. Keudaraan

c. Pengoperasian bandar udara (airport operation)

d. Sistem manajemen keselamatan (safety management system / SMS)

e. Program penanggulangan keadaan darurat (aerodrome emergency plan /


AEP)

3 KEPANGKATAN

Serendah-rendahnya menduduki 1 (satu) tingkat dibawah jenjang pangkat


yang ditentukan, bagi pejabat bidang keselamatan bandar udara

FORMULIR II II - 128
HASIL
KRITERIA PEMERIKSAAN PEMERIKSAAN
S US NA
1 2 3 4 5 6
4 KOMPETENSI

 PENGETAHUAN

a. Memahami peraturan Undang- Undang Nomor 1 Tahun 2009 tentang


penerbangan

b. Memahami peraturan perundang-undangan terkait keselamatan operasi


bandar udara nasional dan internasional

c. Memahami / mengetahui peraturan / tradisi / kebiasaan yang berlaku di


daerah tersebut, yang akan berdampak terhadap keselamatan bandar
udara tersebut

d. Memiliki pengetahuan mengenai kepemimpinan yang efektif

I. KETERAMPILAN

a. Mampu mengkoordinir penyusunan sistem manajemen keselamatan


bandar udara

b. Mampu mengkoordinir pelaksanaan keselamatan operasi bandar udara.

c. Mampu mengkoordinir pelaksanaan pengawasan internal dan evaluasi


pelaksanaan keselamatan operasi bandar udara

d. Mempunyai keterampilan dalam bekerja sama dan melakukan


komunikasi secara efektif dalam lingkup internal dan eksternal

5 TANGGUNG JAWAB

a. Memastikan operasional keselamatan penerbangan di bandar udara


berjalan sesuai dengan peraturan perundang- undangan
b. Mengembangkan dan melaksanakan sistem manajemen keselamatan
(safety management system / SMS) bandar udara

FORMULIR II II - 129
HASIL
KRITERIA PEMERIKSAAN PEMERIKSAAN
S US NA
1 2 3 4 5 6
c. Menyusun program penaggulangan keadaan darurat di bandar udara
(airport emergency plan / AEP)

d. Memastikan ketersediaan pelayanan pertolongan kecelakaan pesawat


udara dan pemadam kebakaran (PKP-PK)

e. Melakukan identifikasi hazard, penilaian dan mitigasi resiko

f. Melakukan pendataan dan pelaporan terhadap kejadian dan kecelakaan


pesawat udara maupun kendaraan sisi udara kepada Direktorat Jenderal
Perhubungan Udara

Keterangan:
N/A = Not Available
S = Satisfactory
U = Unsatisfactory

FORMULIR II II - 130
Formulir II.2b Checklist Audit Registrasi Dan
Pengawasan Keselamatan
Operasi Bandar Udara

A. MANAJEMEN BANDAR UDARA

A.1 INFORMASI UMUM BUKU PEDOMAN PENGOPERASIAN BANDAR UDARA


(AERODROME MANUAL)

Aktivitas dan Tujuan Ref. CASR139 – Memenuhi Referensi


Penjelasan
MOS 139 (Ya/Tidak) dalam AM

1. Apakah penyelenggara bandar udara memiliki copy


yang lengkap dan terbaru yang disimpan di bandar
udara (aerodrome)? CASR 139.125
a. Apakah dalam bentuk cetak ? CASR 139.125
b. Apakah di setiap lembar telah disediakan CASR 139.125
tempat untuk paraf sebagai persetujuan
(approve) ? CASR 139.127 (2)
c. Apakah penyelenggara bandar udara
memberikan copy yang lengkap dan terbaru
kepada Direktorat Jenderal Perhubungan Udara
? CASR 139.127 (3)
d. Apakah copy milik penyelenggara bandar udara
dapat dilihat oleh orang yang diberi
kewenangan oleh Direktorat Jenderal
Perhubungan Udara (inspektur) pada saat jam
kerja normal?

2. Apakah buku pedoman (manual) berisikan lebih dari


1 dokumen ? CASR 139.129 (1)
a. Jika ya, apakah ada referensi terhadap CASR 139.129 (2)
dokumen-dokumen lain tersebut secara tepat ?
b. Apakah copy lainnya disimpan dalam bentuk CASR 139.129 (3)
elektronik ?
3. Apakah Direktorat Jenderal Perhubungan Udara CASR 139.127 (2)
menerima buku pedoman (manual) tersebut ?
4. Apakah informasi tidak tersedia atau tidak berlaku CASR 139.129 (2)
disertai dengan alasan mengapa tidak dapat
diterapkan ?
5. Apakah rincian hal-hal yang menjadi perkecualian CASR 139.129 (3)
(exemption) dimasukkan?
6. Apakah rincian kondisi-kondisi tersebut (exemption) CASR139.129 (3.c)
juga dimasukkan ?
7. Apakah buku pedoman (manual) sudah memuat CASR 139.131 (1)
prosedur yang memastikan bahwa manual akan
diamandemen kapan pun dibutuhkan untuk
memastikan keakuratannya ?
8. Dan sudah memuat prosedur yang memastikan CASR 139.131 (2)
bahwa buku pedoman (manual) sesuai dengan
arahan yang diberikan oleh Direktorat Jenderal
Perhubungan Udara untuk meng-amandemen buku
pedoman(manual)?
9. Serta memuat prosedur yang memastikan bahwa CASR 139.131 (3)
penyelenggara bandar udara akan memberitahukan
Direktorat Jenderal Perhubungan Udara dalam
bentuk tertulis dalam tempo 14 hari jika ada
amandemen ?
10. Apakah ada satu orang tertentu yang ditunjuk CASR 139.133 (1)
sebagai pengawas/pengontrol buku pedoman ?

11. Apakah dalam buku pedoman (manual)memuat CASR139.133 (2)


rincian personel/personel yang memegang copy?
Adakah prosedur yang memastikan bahwa buku
pedoman yang telah dimutakhirkan dantelah
disampaikan/didistribusikan ke seluruh pemegang ?
12. Dapatkah orang yang membaca buku pedoman CASR 139.133 (1)
(manual)tahu kapan perubahan pada buku pedoman

FORMULIR II II - 131
telah dilakukan?
13. Dan tahu bahwa buku pedoman sudah CASR139.133
dimutakhirkan?
14. Adakah prosedur yang memastikanbahwa jika ada CASR 139.133
penyimpangan dari buku pedoman (manual) yang
dibuat untuk memastikan keselamatan pesawat
udara akan dilaporkan ke Direktorat Jenderal
Perhubungan Udara dalam tempo 30 hari?

Catatan : Rincian pertanyaan pada daftar di atas menyajikan isi minimum buku pedoman pengoperasian bandar udara.
Masing-masing operator harus menyesuaikan isi buku pedoman mereka untuk mencerminkan tingkat pelayanan
dan lingkungan operasional bandar udara (aerodrome).

A.2 DATA ATAU INFORMASI LOKASI BANDAR UDARA

Aktivitas dan Tujuan Ref. CASR139 – Memenuhi Referensi


Penjelasan
MOS 139 (Ya/Tidak) dalam AM
1. Apakah buku pedoman (manual)memuat informasi CASR139.119 (1.a)
yang relevan di bagian 2 tentang letak bandar udara
(aerodrome) ?
2. Apakah Bagian 2 dari buku pedoman berisikan : CASR139 App1 Bag2
a. gambar lokasi bandar udara yang menunjukkan MOS 5.1.2
fasilitas utama termasuk penunjuk arah angin
(wind direction indicator) ?
b. gambar yang menunjukkan batas-batas daerah
lingkungan kerja?
c. Gambar lokasi yang memperlihatkan jarak
bandar udara (aerodrome) dari kota atau
daerah berpenduduk padat terdekat dan posisi
bandar udara (aerodrome) ?
d. lokasi fasilitas dan peralatan bandar udara di
luar daerah lingkungan kerja bandar udara
(aerodrome) ?
3. Apakah bagian 2 dari bandar udara berisikan : CASR139 App1
a. Rincian sertifikat tanah dari lokasi bandar udara Bag 2 (d)
(aerodrome) atau
b. Rincian pemindahan kuasa (misal: perjanjian
leasing) properti tempat bandar udara
(aerodrome) berlokasi

A.3 DATA ATAU INFORMASI YANG DILAPORKAN KEPADA AERONAUTICAL INFORMATION SERVICE
(AIS)

Aktivitas dan Tujuan Ref. CASR139 – Memenuhi Referensi


Penjelasan
MOS 139 (Ya/Tidak) dalam AM
Informasi Umum : CASR 139 Appendix 1, Bagian 3 Butir 3.1
1. Nama bandar udara Butir 3.1 Huruf (a)
2. Nama Kota atau daerah di mana bandar udara Butir 3.1 Huruf (b)
(aerodrome) berlokasi
3. Lokasi bandar udara berupa Koordinat titik referensi Butir 3.1 Huruf (c)
bandar udara (ARP) dalam sistem koordinat WGS 84
4. Elevasi bandar udara dalam MSL dan geoid Butir 3.1 Huruf (d)
undulation
5. Elevasi dari masing-masing threshold dalam MSL dan Butir 3.1 Huruf (e1)
geoid undulation
6. Elevasi ujung runway dan titik tertinggi atau Butir 3.1 Huruf (e2)
terendah yang signifikan di sepanjang runway
7. Elevasi tertinggi pada zona touch down untuk Butir 3.1 Huruf (e3)
precision approach runway
8. Referensi temperatur bandar udara (aerodrome) Butir 3.1 Huruf (f)
9. Rincian aerodrome beacon Butir 3.1 Huruf (g)
10. Nama penyelenggara bandar udara beserta alamat Butir 3.1 Huruf (h)
dan nomor telepon yang dapat dihubungi setiap saat
11. Informasi setempat : Butir 3.1 Huruf (i)
a. Jam operasi bandar udara

FORMULIR II II - 132
b. Jasa pelayanan darat pesawat udara (ground
handling) yang tersedia
c. Prosedur khusus jika ada
d. Tindakan pencegahan setempat jika ada
Dimensi bandar udara (Aerodrome) dan informasi terkait: CASR 139 Appendix 1, Bagian 3
1. Arah runway sebenarnya (true Bearing) dan nomor Butir 3.2 Huruf (a)
runway
2. Panjang, lebar dan kemiringan memanjang runway Butir 3.2 Huruf (a)
3. Lokasi dari displaced threshold jika ada Butir 3.2 Huruf (a)
4. Koordinat geografis dari masing-masing threshold Butir 3.2 Huruf (i)
5. Jenis permukaan runway Butir 3.2 Huruf (a)
6. Jenis runway (instrument, non-instrument) Butir 3.2 Huruf (a)
7. Zona bebas obstacle yang tersedia (runway Butir 3.2 Huruf (a)
instrumen yang dapat diterapkan)
8. Dimensi dan jenis permukaan untuk RESA dan Butir 3.2 Huruf (b)
stopway
9. Panjang,lebar&jenis permukaan runway strip Butir 3.2 Huruf (b)
10. Dimensi, profildan jenis permukaan dari clearway Butir 3.2 Huruf (e)
jika ada
11. Jenis perkerasan dan kekuatanrunway dalam sistem Butir 3.2 Huruf (m)
Aircraft Classification Number – Pavement
Classification Number (ACN-PCN)
12. Declared distance runway untuk setiap runway Butir 3.2 Huruf (o)
13. Jarak intersection take-off dari setiap runway, jika
tersedia
14. Panjang, lebar dan jenis permukaan taxiway Butir 3.2 Huruf (c)
15. Lokasi dan penetapan rute standar taxi Butir 3.2 Huruf (h)
16. Koordinat geografis dari masing-masing intersection Butir 3.2 Huruf (j)
taxiway
17. Jenis permukaan dan kekuatan perkerasan apron Butir 3.2 Huruf (d)
serta nomor parking stand
18. Koordinat geografis parking stand Butir 3.2 Huruf (k)
19. AerodromeObstacle Chart Type A MOS 7.2
20. Kategori PKP-PK bandar udara (aerodrome) Butir 3.2 Huruf (q)
21. Lokasi dan frekuensi dari VOR Butir 3.2 Huruf (g)
22. Lokasi dan elevasi dari altimeter pre-flight yang Butir 3.2 Huruf (n)
dipersiapkan pada apron, jika tersedia
23. Koordinat geografis dan elevasi tertinggi untuk Butir 3.2 Huruf (l)
setiap obstacle yang signifikan di approach dan take-
off climb area, circling area dan di sekitar bandar
udara (vicinity of the aerodrome).
24. Informasi contact person (Koordinator) yang Butir 3.2 Huruf (p)
bertanggung jawab terhadap pemindahan pesawat
yang rusak dan pernyataan kemampuan untuk
memindahkan pesawat udara besar yang rusak
dengan menggunakan peralatan yang ada di bandar
udara.
Informasi tentang sistem visual aid CASR 139 Appendix 1
1. Tiperunway lighting, jika ada, untuk setiap runway Butir 3.2 Huruf (f)
2. Tipeapproach lighting Butir 3.2 Huruf (f)
3. visual approach slope indicatoruntuk setiap runway, Butir 3.2 Huruf (f)
jika ada
4. Apakah portabel lighting tersedia? Butir 3.2 Huruf (f)
5. Tipe taxiway lighting Butir 3.2 Huruf (f)
6. Tipe Apron Lighting Butir 3.2 Huruf (f)
7. Alat bantu visual lain untuk runway, taxiway dan Butir 3.2 Huruf (f)
apron, jika ada
8. Rincian marka untuk runway, taxiway dan apron Butir 3.2 Huruf (f)
9. Ketersediaan standby power, switching Butir 3.2 Huruf (f)
arrangements and changeover times
10. Penjabaran visual docking guidance systems di apron Butir 3.2 Huruf (f)
yang digunakan untukpenerbangan internasional,
dan posisi parkir pesawat udara
Catatan : Lihat ICAO Annex 15 untuk spesifikasi elemen data dan tingkat akurasi yang disyaratkan untuk elemen data
aeronautika.

FORMULIR II II - 133
A.4 PENYELENGGARAAN ADMINISTRASI BANDAR UDARA
Aktivitas dan Tujuan Ref. CASR139 – Memenuhi Referensi
Penjelasan
MOS 139 (Ya/Tidak) dalam AM
Buku Pedoman Pengoperasian Bandar Udara (AerodromeManual)
1. Apakah buku pedoman(manual) sudah dirubah CASR 139.131 (1)
sesuai dengan kondisi saat ini agar keakuratannya CASR 1
tetap terpelihara?
2. Apakah penyelenggara bandar udara sudah CASR 139.131 (2)
menjalankan arahan yang diberikan oleh Direktorat
Jenderal Perhubungan Udara untuk melakukan
perubahan buku pedoman(manual) sesuai MoS?
3. Apakah penyelenggara bandar udara sudah CASR 139.131 (3)
memberitahu Direktorat Jenderal Perhubungan
Udara secara tertulis dalam tempo 14 hari atas
dirubahnya buku pedoman?
4. Apakah copy buku pedoman(manual) masih CASR 139.127
disimpan/dipegang oleh orang yang sesuai dalam
daftar distribusi pedoman ?
5. Apakah personel yang ditunjuk sebagai pengontrol CASR 139.App 1
buku pedoman(manual)telah melakukan tugasnya? Bag 5 Butir 5.1d
6. Apakah buku pedoman(manual)terus menerus CASR 139.131 (1)
dimutakhirkan?
7. Apakah ada struktur organisasi dan manajemen yang CASR 139 App 1
bertanggung jawab terhadap operasional dan Bab 5 Butir a
pemeliharaan di bandar udara?
8. Apakah struktur organisasi berada pada section yang CASR 139.App 1
sesuai dengan buku pedoman(manual)? Bab 5 Butir b
9. Apakah ada rincian tanggung jawab manajemen di CASR 139.App 1
setiap prosedur pengoperasian bandar udara? Bab 5 Butir c
10. Apakah manajemen memiliki suatu proses untuk
memastikan bahwa bandar udaradioperasikan sesuai Inspektur Cek
dengan buku pedoman(manual)?
Penyimpanan Catatan
1. Daftar dokumen yang dicek Inspektur Cek
2. Apakah ada daftar personel yang bertanggungjawab
CASR 139.App 1
atas operasional dan pemeliharaan bandar udara
Bag 5 Butir 5.1c
(aerodrome) ?
3. Apakah rincian kontak personel mereka benar? Inspektur Cek
Fasilitas
Apakah sudah tersedia fasilitas pelatihan untuk CASR 139.035 (1)
peningkatan pengetahuan personel terhadap persyaratan
teknis bandar udara yang terus diperbaharui sesuai
dengan standar kebutuhan?
Prosedur
1. Apakah personel terkait telah dapat memahami Inspektur Cek
bahwa kondisi yang ada dalam pengecualian
(exemption) telah sesuai program pengelolaan
keselamatan (safety plan)?
2. Apakah kondisi-kondisi dalam pengecualian yang Inspektur Cek
tercantum pada sertifikat juga sesuai?
Cek Produk
1. Apakah catatan pelatihan personel mengindikasikan Inspektur Cek
adanya komitmen manajemen?
2. Apakah para personel memahami akan persyaratan Inspektur Cek
dan tanggungjawab masing-masing?
Umpan Balik
1. Apakah personel didorong untuk melaporkan adanya Inspektur Cek
masalah berkaitan dengan Administrasi?
2. Dan apakah laporan tersebut ditindaklajuti? Inspektur Cek

B. KONTROL SISI UDARA

B.1 PEMELIHARAAN DAERAH PERGERAKAN

Aktivitas dan Tujuan Ref. CASR139 – Memenuhi Referensi


Penjelasan
MOS 139 (Ya/Tidak) dalam AM
Buku Pedoman Pengoperasian Bandar Udara

FORMULIR II II - 134
1. Apakah dalam buku pedoman (manual) berisikan CASR 139 App1
prosedur untuk pemeliharaan rutin permukaan area Bag4 Butir 4.7 (d)
pergerakan dan sistem drainase untuk memastikan
bahwa kinerja (performance) area pergerakan tidak
berkurang?
2. Apakah termasuk di dalamnya pengaturan CASR 139 App1
pemeliharaan runway yang diaspal dan/atau tidak Bag4 Butir 4.7
diaspal, serta bahu landas pacu (shoulder) dan safety (a,b,c)
area?
3. Apakah didalam pengaturan pemeliharaan runway MOS.10.13
yang dilapis ulang (overlay) telah dituangkan ke
dalam MOWP (method of working plan) termasuk
prosedur pengembalian kondisi runway ke status
kondisi normal untuk operasi peswat udara?
4. Apakah termasuk di dalamnya pengaturan CASR 139 App1
pemeliharan taxiway yang diaspal atau tidak diaspal Bag4 Butir 4.7
serta bahu landas pacu (shoulder)? (a.b,c)
5. Apakah termasuk di dalamnya pengaturan untuk CASR 139 App1
pemeliharaan Bag4 Butir 4.7 (c)
runway strip dan taxiway strip yang berhubungan?
6. Apakah telah tersedia suatu prosedur atau program MOS 10.12
manajemen pemeliharaan perkerasan (pavement
management system) meliputi runway , taxiway
apron guna menjaga fasilitas tersebut dalam kondisi
yang tidak mengganggu keselamatan ?
Penyimpanan Catatan
1. Daftar dokumen yang dichek Inspektur Cek
2. Apakah penyelenggara bandar udara yang CASR 139.127
menyimpan catatan sesuai dengan bukupedoman
(manual)?
Fasilitas
1. Apakah tersedia personel dan sumber dayayang CASR 139.133
cukup dan memadai?
2. Sudahkah penyelenggara bandar udara menyediakan Inspektur Cek
peralatan yang cukup dan tepat?
Prosedur
1. Apakah kegiatan pemeliharaan di atau dekat area MOS 139.101
pergerakan dikontrol sesuai dengan buku pedoman
(manual)?
2. Apakah pemeliharaan area pergerakan dilakukan MOS 10.12.3.2
sesuai dengan jadwal atau rutinitas yang tercantum
dalam buku pedoman (manual) ?
3. Dapatkah hasil uji kekesatan landas pacu (runway) MOS.10.12.4
dikaitkan dengan serviceability dan batas-batas
keselamatan?
4. Apakah personel memahami akan persyaratan CASR.139.033(1)
keselamatan berkaitan dengan area pergerakan? MOS.10.14
5. Apakah ada kondisi atau pengecualian yang harus Inspektur Cek
diikuti?
Cek Produk
1. Apakah prosedur dilakukan sesuai dengan CASR 139 App1
pengaturan keselamatan kerja (work safety)? Bag 4.8
2. Apakah bantuan visual dan pemarkaan permukaan MOS.8.6
dalam kondisi seperti yang seharusnya?
3. Apakah pengaspalan permukaan terbebas dari MOS 10.17.13.1
masalah permukaan (pantulan, genangan air, dsb)
Umpan Balik
Apakah insiden berkaitan dengan pemeliharaan diketahui, Inspektur Cek
dilaporkan dan ditindaklanjuti?

C. PEMERIKSAAN DAN SISTEM PELAPORAN


C.1 PEMERIKSAAN DI DAERAH PERGERAKAN DAN OBSTACLE LIMITATION SURFACE(OLS)

Aktivitas dan Tujuan Ref. CASR139 – Memenuhi Referensi


Penjelasan
MOS 139 (Ya/Tidak) dalam AM
Buku Pedoman Pengoperasian Bandar Udara
1. Apakah dalam buku pedoman (manual) terdapat  CASR 139 App1
prosedur untuk inspeksi keselamatan area BAB IV Bag. 4.5

FORMULIR II II - 135
pergerakan dan KKOP? & 4.15
 MoS 139
Bag.10.2

2. Apakah dalam buku pedoman (manual) juga  CASR 139 App1


terdapat rancangan pelaksanaan inspeksi BAB IV Bag. 4.5
Servicebility selama atau setelah jam kerja  MoS 139 Bag.
operasional. 10.2

3. Apakah termasuk di dalamnya rancangan untuk  CASR 139 App1


mengukur kekesatan landas pacu (runway)? Bag4 Butir
4.5(b)
 MoS 139
Bag.10.2.3 (k)
4. Apakah dalam buku pedoman (manual)  CASR 139 App1 Status Komentar
menyediakan hal-hal tentang uji regular kekesatan Bag4 Butir
runway (friction test)? 4.5(b)
 MoS 139
Bag.10.2.3 (k)
5. Apakah di dalamnya juga terdapat rancangan untuk  CASR 139 App1
pengukuran kedalaman air pada permukaan landas Bag4 Butir
pacu? 4.5(b)
 Mos 139 Bag.
10.2.3 (a)
6. Apakah di dalamnya juga terdapat rincian  CASR 139 App1
interval/tenggang waktu pelaksanaan inspeksi? BAB IV Bag.
4.5(c)
 MoS 139
Bag.10.2
7. Apakah di dalamnya juga terdapat rincian untuk  CASR 139 App1
pemeriksaan terkait dengan FOD? BAB IV Bag.
4.5(c)
 MOS 139
Bag.10.2.5 (a)
8. Apakah di dalamnya dicantumkan waktu  CASR 139 App1
pelaksanaan inspeksi? BAB IV Bag.
4.5(c)
 MOS 139
Bag.10.2.5 (a)
9. Apakah di dalamnya ada aturan penyimpanan  CASR 139 App1
logbook inspeksi? BAB IV
Bag.4.5(d)
 MoS 139 Bag.
10.2.12

10. Apakah memuat informasi tempat dimana logbook  CASR 139 App1
disimpan? BAB IV
Bag.4.5(d)
 MoS 139 Bag.
10.2.12

11. Apakah terdapat checklist inspeksi serviceability  CASR 139 App1


yang rinci, sesuai dengan Mos 139 butir 10.2 BAB IV Bag.
termasuk inspeksi runway strip harus bebas dari 4.5(e)
obyek selain alat bantu navigasi dan alat bantu  MOS 139 Bag.
keselamatan pesawat udara serta persyaratan 6.3.10;
frangibility?  MoS 139 Bag.
10.2.11;

12. Apakah interval/tenggang waktu, waktu dan materi MOS 139 :


inspeksi sudah sesuai dengan CASR 139 dan MOS  Bag. 10.2.
139?  Bag. 10.2.1.2;
Interval :  Bag. 10.2 .3;
a) Sekurang – kurangnya 1 (satu) kali sehari untuk  Bag. 10.2. 4;
runway kode nomor 1 or 2  Bag. 10.2.5;
b) Sekurang – kurangnya 2 (dua) kali sehari untuk  Bag. 10.2.6;
runway kode lainnya da  Bag. 10.2. 7;
c) Frekuensi lebih dari tersebut diatas jika  Bag.10.2.8;
diperlukan, at

FORMULIR II II - 136
d) Tergantung kebutuhan operasional terkait
keselamatan :
(1) Permintaan ATC ( at request of ATC)
(2) Setelah terjadi fenomena cuaca yan buruk.

Materi Inspreksi :
a) Kondisi permukaan pada area pergerakan
(Movement Area),
termasuk keberadaan air seperti : Air di
permukaan, retak atau pecah; rubber deposit);
ketidakteraturan permukaan; tumpahan cairan
korosif; kebocoran pipa pembuangan khususnya
yang mengandung butiran halus non kohesif sub-
grade didaerah curah hujan tinggi; gerusan atau
erosi saluran air; gundukan rayap atau gundukan
lain yang terhalang oleh rerumputan yang
panjang; tanah lunak, dan tanda-tanda lainnya
dari kerusakan perkerasan aspal (pavement
distress) yaitu berpotensi manjadi hazard serta
Inspeksi juga harus memeriksa bagian runway
yang mungkin licin saat basah. Terutama pada
daerah perkerasan runway yang tidak memenuhi
ketentuan kekesatan/gesekan runway yang
ditetapkan oleh Ditjen Hubud.
b) Marka, Penerangan, Indikator Arah angin dan
ground signal seperti visibilitas marka dan rambu;
penggunaan marka dan rambu yang tepat; adanya
gangguan terhadap level dan alignment cahaya;
pemeriksaan intensitas cahaya; berubah warna
atau lensa kotor; bola lampu yang putus,
pemasangan bola lampu yang salah, atau cara
pemasangan bola lampu salah; kondisi pondasi
lampu yang mudah rapuh; tepian pondasi kaki dan
instalasi aerodrome lighting yang rapuh dan
kerusakan terhadap pemasangan petunjuk arah
angin serta kerusakan kain petunjuk arah angin
atau warna pudar.
c) Kebersihan Area Pergerakan meliputi :benda asing
(foreign object), seperti komponen pesawat udara
atau komponen lainnya; perkakas mesin seperti
peralatan kecil dan peralatankhusus; puing-puing
(debris), seperti pasir, bebatuan lepas, beton,
kayu, plastik, potongan ban dan lumpur; dan
perhatian khusus selama dan setelah kegiatan
konstruksi, dimana kendaraan dan peralatan
berjalan melalui area tanpa perkerasan dalam
kondisi basah.
d) Obstacles yang mengganggu permukaan Take-off,
Approach dan Transisi. Operator bandar udara
harus memiliki prosedur dan peralatan untuk
petugas dalam melaksanakan inspeksi terhadap
objek-objek yang ketinggiannya melebihi
ObstacleLimitation Surface(OLS).
e) Burung atau binatang lain yang berada pada
areapergerakan (Movement Area) atau di sekitar
aerodrome.Pemeriksaan harus meliputi:Kondisi
pagar bandara, khususnya didaerah
kritis;Memperhatikan iklim atau musim, seperti
padakehadiran burung di waktu-waktu tertentu
setiaptahunnya, atau kedalaman genangan
air;kemungkinan dijadikannyya sarang
olehburung/binatang pada infrastruktur
aerodrome seperti,gedung, peralatan, dan gable
markers;prosedur mitigasi bahaya burung, harus
dimasukkan kedalam prosedur manajemen
lingkungan Bandar Udara;penarik perhatian
burung dari luar Bandar udara sepertitempat
penggembalaan hewan, area piknik, fasilitasaerasi
dan pembuangan limbah dan daerah
tempatpembuangan akhir, tempat pelelangan
ikan; sertapenggunaaan prosedur penanganan

FORMULIR II II - 137
gangguan(harassement procedure)
burung/binatang jikadibutuhkan.
f) Penilaian Empiris terhadap daya dukung pada
unrated runway pavements dan runway strips
g) Masa berlaku NOTAM
h) Pagar Bandar Udara, Pelaksanaan inspeksi harus
memeriksa pagar yang rusak,gerbang yang
terbuka dan tanda-tanda percobaanmasuknya
bintang atau orang.
13. Apakah inspeksi dilakukan oleh personel yang dilatih  CASR 139.033
dengan baik?  MOS 139 Bag.
10.1.3.1

14. Apakah terdapat rancangan komunikasi dengan CASR 139 App1


personel lalu lintas udara selama inspeksi Bag4 Butir 4.5(f)
berlangsung (jika memungkinkan)?
15. Apakah terdapat rancangan pelaporan hasil dari CASR 139 App1
inspeksi? Bag4 Butir 4.5(g)
16. Apakah terdapat rancangan untuk melakukan CASR 139 App1
tindakan segera untuk memastikan perbaikan Bag4 Butir 4.5(g)
kondisi yang tidak aman?
17. Apakah terdapat rancangan untuk memastikan
dilakukan inspeksi teknis terhadap fasilitas jika
dianggap perlu?
18. Dan nama serta peran dari personel yang CASR 139 App1
bertanggungjawab melakukan inspeksi dan nomor Bag4 Butir 4.5(h)
telepon untuk menghubungi mereka selama dan
setelah jam kerja?
19. Apakah dalam buku pedoman (manual) terdapat CASR 139 App1
prosedur untuk inspeksi keselamatan area Bag4 Butir 4.5
pergerakan dan KKOP?
Penyimpanan Catatan
1. Daftar dokumen yang dicek Inspector Check
2. Apakah penyelenggara bandar udara meyimpan  MoS 139 Bag.
catatan sesuai dengan buku pedoman(manual)? 10. 2.12
3. Apakah penyelenggara bandar udara menyimpan  CASR 139.033
catatan pelatihan personel?  MOS 139 Bag.
10.1.3.1;
 MoS 139 Bag.
10.1.3.3
Fasilitas
1. Apakah tersedia personel dan sumber dayayang  CASR 139.033
cukup dan memadai?
2. Apakah inspeksi dilakukan oleh personel yang  MOS 139
disebutkan dalam buku pedoman? Bag.10.1.3.1;
 MoS 139 Bag.
10.1.3.3
3. Apakah orang tersebut dilatih dengan benar sesuai  CASR 139.033
dengan Manual of standard (MOS)?
Prosedur
1. Apakah inspeksi serviceability dilakukan pada saat Inspektur Cek
dan setelah jam kerja sesuai dengan buku pedoman
(manual)?
2. Apakah waktu dan frekuensi inspeksi sesuai dengan Inspektur Cek
buku pedoman (manual)?

3. Apakah logbook disimpan sesuai dengan buku MOS 10.2.12


pedoman (manual)? (cek lokasi dan format).
4. Apakah cheklist digunakan sesuai dengan buku MOS 10.2.11
pedoman (manual)?
5. Apakah metoda berkomunikasi dengan Air Traffic Inspektur Cek
Controller (ATC) pada saat inspeksi sesuai dengan
buku pedoman (manual)?
6. Apakah upaya tindak lanjut dengan segera sudah Inspektur Cek
dilakukan untuk memperbaiki kondisi tidak aman
(unsafe) sesuai dengan buku pedoman (manual)?
7. Apakah personel memahami persyaratan Inspektur Cek
keselamatan berkaitan dengan inspeksi?
8. Apakah ada kondisi atau pengecualian yang harus Inspektur Cek

FORMULIR II II - 138
dituruti?
Cek Produk
Apakah kondisi lapangan dari salah satu contoh fasilitas Inspektur Cek
bandar udara (aerodrome) sesuai dengan hasil dari
inspeksi serviceability?
Umpan Balik
Apakah insiden berkaitan dengan inspeksi diketahui, Inspektur Cek
dilaporkan dan ditindaklanjuti?

C.2 INSPEKSI FASILITAS BANDAR UDARA(AERODROME SAFETY INSPECTION)


Aktivitas dan Tujuan Ref. CASR139 – Memenuhi Referensi
Penjelasan
MOS 139 (Ya/Tidak) dalam AM
Buku Pedoman Pengoperasian Bandar Udara
1. Apakah buku pedoman (manual) berisikan prosedur- CASR 139.101
prosedur untuk menjalankan inspeksi fasilitas, jasa CASR 139 App4
dan peralatan? Butir .3(h)
MOS 10.21
2. Apakah juga berisikan rincian dari produk yang  MoS 139 Bag.
membutuhkan inspeksi khusus? 10.21.2

3. Dan kapan inspeksi harus dilakukan?  MoS 139


Bag.10.21.4.1
(a)
 MoS 139
Bag.10.21.4.3

4. Termasuk proses untuk memastikan bahwa inspeksi  MoS 139
dilakukan dalam interval tidak lebih dari 12 (dua Bag.10.21.4.1 b)
belas) bulan?
5. Apakah pengaturan memastikan bahwa personel  CASR 139.033
yang cukup secara kualifikasi teknis dan  MoS 139
berpengalaman yang melakukan inspeksi teknis? Bag.10.21.5.1
6. Dan pengaturan untuk mencatat hasil dari inspeksi?  MoS 139
Bag.10.21.4.4

7. Dan tetap menyimpan catatan untuk paling sedikit 3  MoS 139


tahun? Bag.10.21.4.4

8. Apakah manual memiliki proses untuk meninjau CASR 139.075


ulang data yang dipublikasikan dalam Aeronautical
Information Publication (AIP) dan NOTAM?
9. Dan pengaturan untuk melakukan aksi tindak lanjut  MoS 139
dengan cepat untuk memastikan perbaikan Bag.10.3.8
kerusakan?  MoS 139
Bag.10.21.8

10. Apakah buku pedoman (manual) memiliki suatu  CASR 139.117


proses untuk memastikan bahwa prosedur yang ada  CASR 139.121
di dalamnya tetap relevan, mutakhir dan akurat?  CASR 139.131
 CASR 139.135
Penyimpanan Catatan
1. Daftar dokumen yang dicek Inspektur Cek
2. Apakah penyelenggara bandar udara menyimpan  MoS 139
catatan sesuai dengan buku pedoman(manual)? Bag.10.21.4.4.

3. Apakah catatan disimpan paling tidak selama 3 (tiga)  MoS 139


tahun? Bag.10.21.4.4.(b
)

4. Apakah penyelenggara bandar udara memiliki  MoS 139


catatan kualifikasi dan pengalaman dari personel Bag.10.21.5.
yang melakukan inspeksi teknis?
Fasilitas
Apakah tersedia personel dan sumber dayayang cukup dan Inspektur Cek
memadai?
Prosedur
1. Apakah dalam inspeksi teknis juga termasuk semua Inspektur Cek
hal-hal yang mengacu pada buku pedoman

FORMULIR II II - 139
(manual)?
2. Apakah saat inspeksi dilakukan sesuai dengan buku Inspektur Cek
pedoman (manual)?
3. Apakah suatu inspeksi lengkap dilakukan dalam satu  MoS 139
periode 12 (dua belas) bulan? Bag.10.21.4.1

4. Apakah setiap hal yang diinspeksi tidak lebih dari 12  MoS 139
(dua belas) bulan setelah inspeksi sebelumnya? Bag.10.21.4.1

5. Apakah inspeksi dilakukan oleh personel yang  MoS 139


berkualifikasi dan berpengalaman serta sesuai Bag.10.21.5
dengan buku pedoman (manual)?
6. Apakah tindaklanjut yang segera dilakukan untuk  MoS 139
memastikan perbaikan atas penyimpangan dilakukan Bag.10.3.8
sesuai dengan buku pedoman (manual)?  MoS 139
Bag.10.21.8

7. Pada saat inspeksi serviceability mengindikasikan  MoS 139


adanya kebutuhan untuk suatu inspeksi teknis, Bag.10.21.4.3
apakah hal tersebut dilakukan sesegera mungkin?
8. Apakah personel memahami persyaratan  MoS 139
keselamatan berkaitan dengan inspeksi? Bag.10.21.5

9. Apakah ada kondisi dan pengecualian yang perlu CASR 139.129


diikuti?
Cek Produk
1. Apakah penyelenggara bandar udara Inspektur Cek
mengindikasikan bagaimana mereka dapat
memastikan bahwa fasilitas aerodrome sesuai
dengan Manual of Standard (MOS)?
2. Apakah pendokumentasian mencakup pengadaan Inspektur Cek
fasilitas baru?
3. Dan pemeliharaan/penggantian fasilitas yang ada? Inspektur Cek

4. Apakah karakteristik fisik area pergerakan sesuai Inspektur Cek


dengan Manual of Standard (MOS)?
5. Apakah perambuan aerodrome sesuai dengan Inspektur Cek
standard Manual of Standard (MOS)?
6. Apakah area sinyal sesuai dengan Manual of Inspektur Cek
Standard (MOS)?
7. Apakah indikator angin sesuai dengan Manual of Inspektur Cek
Standard (MOS)?
8. Apakah PAPI/VASI sesuai dengan Manual of Inspektur Cek
Standard (MOS)?
9. Apakah penerangan area pergerakan sesuai dengan Inspektur Cek
Manual of Standard (MOS)?
Umpan Balik
Apakah kerusakan berkaitan dengan inspeksi atau isu-isu Inspektur Cek
kesesuaian diketahui, dilaporkan dan ditindaklanjuti?

C.3 SISTEM PELAPORAN


Aktivitas dan Tujuan Ref. CASR139 – Memenuhi Referensi
Penjelasan
MOS 139 (Ya/Tidak) dalam AM
Buku Pedoman Pengoperasian Bandar Udara
1. Apakah buku pedoman (manual) berisikan rincian CASR 139.105
pengaturan untuk pelaporan tentang adanya CASR 139 App1
perubahan yang dapat mempengaruhi operasi Bag4 Butir 4.1
pesawat udara kepada Aeronautical Information
Services (AIS) dan air traffic services (ATS) setempat
dan Ditjen Perhubungan Udara?
2. Apakah perubahan yang dapat mempengaruhi CASR 139 App.1
operasi pesawat udaraselama dan di luar jam kerja Bag4 Butir 4.1 (a)
normal operasional bandar udara (aerodrome) di
catat dan dilaporkan?
3. Apakah sudah mencantumkan rincian kontak CASR 139 App.1
personel dalam organisasi untuk memperoleh Bag4 Butir 4.1 (c)
laporan perubahan?
4. Termasuk nama personel pelapor (reporting officer) CASR 139 App.1

FORMULIR II II - 140
yang bertanggungjawab melaporkan perubahan dan Bag4 Butir 4.1 (b)
nomor telepon untuk menghubunginya selama dan
sesudah jam kerja?
5. Dan proses yang memastikan bahwa personel MOS.10.6.2
pelapor (reporting officer) telah dilatih sesuai MOS 12.4
dengan Manual of Standard (MOS)?
6. Dan pengaturan untuk melaporkan perubahan CASR 139.105
informasi bandar udara (aerodrome) yang
diterbitkan dalam Aeronautical Information
Publication (AIP) kepada Aeronautical Information
Services AIS dan Direktorat Jenderal Perhubungan
udara?
7. Dan untuk memastikan bahwa pemberitahuan ke CASR 139.105
Aeronautical Information Services (AIS) adalah dalam
bentuk tertulis?
8. Dan prosedur untuk menerbitkan NOTAM? MOS 10.3
9. Termasuk NOTAM untuk perubahan temporer atau MOS 10.3.2
permanen pada kondisi fisik bandar udara yang
dapat mempengaruhi keselamatan pesawat udara?
10. Termasuk rincian bahwa penyelenggara bandar CASR. 139.105 (5)
udara harus membuat letter of agreement (LOA)
atau sejenisnya dengan unit pelayanan informasi
aeronautika di unit ATS bandar udara masing –
masing untuk memastikan mekanisme dan
koordinasi penerbitan NOTAM
11. Dan kejadian lainnya yang berkaitan dengan MOS 10.2.1.4
operasional atau pemeliharaan bandar udara
(aerodrome) yang dapat mempengaruhi
keselamatan pesawat udara?
12. Dan pengaturan penyimpanan catatan atau laporan Inspektur Chek
yang dibuat?

Penyimpanan Catatan
1. Daftar dokumen yang dicek Inspektur Chek
2. Apakah penyelenggara bandar udara menyimpan Inspektur Chek
catatan sesuai dengan buku pedoman(manual)?
3. Apakah tersedia data pelatihan dari personel? Inspektur Chek
Fasilitas
1. Apakah tersedia personel dan sumber dayayang CASR 139.103
cukup dan memadai?
2. Apakah personel pelapor telah dilatih sesuai dengan CASR 139.103
buku pedoman(manual)? MOS 10.1.3
Prosedur
1. Apakah perubahan kondisi fisik telah dilaporkan ke CASR 139.075
Aeronautical Information Services (AIS) dan dibuat CASR 139.075 (3)
sesuai dengan buku pedoman (manual)? CASR 139.075 (4)
Dan perubahan pada informasi yang diterbitkan? CASR 139 App1
Dan untuk obstacle? Bag 4 Butir 4.1
2. Apakah laporan dibuat oleh personel yang ditunjuk CASR 139.165 (1)
dalam buku pedoman (manual)? CASR 139 App1
Bag4 Butir 4.1
3. Apakah rincian contact person sesuai dengan yang CASR 139 App1
ada di buku pedoman? Bag4 Butir 4.1
4. Apakah para personel memahami persyaratan Inspektur Chek
keselamatan terkait dengan pelaporan?
5. Apakah ada kondisi dan pengecualian yang harus CASR 139.129
diikuti?
Cek Produk
Apakah kondisi lapangan mendukung kebenaran NOTAM Inspektur Chek
yang ada atau yang terakhir?
Umpan Balik
Apakah insiden berkaitan dengan pelaporan diketahui, Inspektur Chek
dilaporkan dan ditindaklanjuti?

Catatan : Untuk Pemeriksaan karakteristik fisik, Marka, Rambu dan Tanda, Obstacle, Aerodrome
Lighting, PKP-PK, Personel dan Kriteria Kabandara dan lain lain sama dengan Formulir
II.2.a Checklist Audit Sertifikasi Dan Audit Keselamatan Operasi Bandar Udara.

FORMULIR II II - 141
Formulir II.2c Checklist Audit registrasi
Dan Audit Keselamatan
Tempat Pendaratan dan
Lepas Landas Helikopter

A. ELEVATED HELIPORT
CHECKLIST AUDIT REGISTRASI
TEMPAT PENDARATAN DAN LEPAS LANDAS HELIKOPTER (HELIPORT)
DALAM RANGKA PENERBITAN / PERPANJANGAN REGISTER
ELEVATED HELIPORT ( Nama Heliport )
”PERSYARATAN STANDAR TEKNIS DAN OPERASIONAL”
Nomor : ...............

I. UMUM
1. Nama Inspektur :

2. Tanggal Audit :

II. DATA HELIPORT


1. Nama Heliport :

2. Type Heliport :

3. Type Instalasi :

4. Lokasi :

5. Jarak dan arah dari bandar udara :


terdekat
6. Koordinat Heliport Reference Point

- Latitude :

- Longitude :

7. Elevasi Heliport :

8. Pemilik :

9. Penyelenggara :

10. Penanggung Jawab :

11. Helikopter terkritis yang :


direncanakan

FORMULIR II II - 152
12. Helikopter yang beroperasi saat ini :

13. Penggunaan :

14. No. Register Heliport :

15. Declared Distance (jika diterapkan) : Diterapkan atau tidak


FATO TODA(H) RTODA(H) LDA(H)

III. KARAKTERISTIK FISIK

REFF HASIL KET


ITEMS
(MOS 139 Vol. II) PEMERIKSAAN S US NA

1. Final Approach Take-Off Area (FATO) 2.2.2

 Wajib memiliki minimal 1 buah


 Type permukaan : Steelplate/Allumunium/Concrete/dll
- Type FATO 1.5.3.1.c

Berhimpitan/mejadi satu dengan TLOF


- True Bearing (Designation Number) 1.5.3.1.c

- Bentuk 2.2.2.2

Dapat bermacam-macam bentuk


- Dimensi 2.2.2.2

EH : minimal 1 D
- Slope/Kemiringan 2.2.2.3 d

≤2%
- Strength 2.2.2.3 e

 Untuk performance class 1 :


Mampu menampung beban helicopter pada saat rejected take-
off.
 Untuk performance class 2 & 3 : Mampu menampung beban statis
helikopter
- Keberadaan objek tetap 2.2.2.4
2.2.2.5
 Hanya alat bantu visual
 Low mass, fragile, tinggi ≤25cm
- Koordinat FATO 1.5.3.2

 Wajib, diukur masing-masing threshold FATO, untuk FATO


Runway-Type
 Sampai 2 digit di belakang koma
2. Touch down and Lift Off Area (TLOF) 2.2.4.1

 Wajib memiliki minimal 1 buah


 Type permukaan : Steelplate/Allumunium/Concrete/dll
- Type TLOF 2.2.4.1

Berhimpitan/mejadi satu dengan FATO


- Bentuk 2.2.4.2

Dapat bermacam-macam bentuk


- Dimensi 2.2.4.2

FORMULIR II II - 153
REFF HASIL KET
ITEMS (MOS 139 Vol. II) PEMERIKSAAN S US NA
Minimal 0,83 D
- Slope/kemiringan 2.2.4.3

≤2%
- Daya dukung 2.2.4.5

(strength)
TLOF berhimpitan/menjadi satu dengan FATO, Strength : 2,5 x
MTOM
- Keberadaan objek tetap 2.2.4.6
2.2.4.7
 Hanya alat bantu visual
 Low mass, fragile, tinggi ≤25cm
- Koordinat TLOF 1.5.3.2

 Wajib, diukur titik pusat TLOF


 Sampai 2 digit di belakang koma
3. Drainage 2.2.4.3

4. Sarana Pengait 2.2.11

(Tie Down Point)


Minimal 6 points
5. Landing Net (LN) 2.2.10

Wajib, untuk operasi helicopter wheel type, kecuali telah dilakukan


friction test dan hasil nilai kekesatannya baik serta di setujui oleh air
operator
6. Safety Net (SN) 2.2.9

Lebar : 1,5m, strength : 75 kg/m2, keliling heliport, tinggi SN ≥


permukaan TLOF
7. Safety Area (SA)
- Dimensi 2.2.5

 VMC, minimal 3m atau 0,25D, yang terbesar yang digunakan


 IMC, minimal lebar 45 m dari centerline FATO, minimal panjang 60
m dari outer edge FATO
- Slope/Kemiringan 2.2.5.7

≤4%
- Type Permukaan 1.3.5.1 d

- Keberadaan objek tetap 2.2.5.4


2.2.5.5
 Hanya alat bantu visual 2.2.5.6
 Low mass, fragile, tinggi di sepanjang sisi FATO ≤25cm, tinggi di
luar FATO sampai dengan SA = 25 cm + 5% (dihitung dari outer
edge FATO)
 Keberadaan obstacle pada area SA yang diproteksi diperkenakan
hanya 1 (satu) sisi dengan jarak 10 m dari SA dan slope 100%
8. Clearway (CW) 2.2.3

IMC, wajib
- Dimensi 2.2.3.2

 Minimal lebar = lebar SA


 Letak CW dihitung dari outer edge FATO
- Profil tanah 1.5.3.1 e

- Keberadaan objek tetap atau lainnya


 Slope ≤3%, dihitung dari inner edge FATO
FORMULIR II II - 154
REFF HASIL KET
ITEMS (MOS 139 Vol. II) PEMERIKSAAN S US NA
 Harus clear dari objek yang dapat membahayakan helicopter
9. Helicopter Ground Taxiway (GTW) dan Ground 2.2.6

Taxi-Route (GTR)
- Designation 1.5.3.1 f

- Lebar 2.2.6.2

 GTW : 1,5 x UCW


 GTR : 1,5 x RD
- Type Permukaan 1.5.3.1 f

- Daya dukung 2.2.6.4

(strength)
 GTW, strength : beban statis (static load bearing) MTOM
 GTR, strength : tahan rotor downwash
- Slope/Kemiringan
 Longitudinal : ≤3%
 Transverse : ≤2% (untuk drainage)
- Keberadaan objek tetap 2.2.6.7

 Hanya alat bantu visual


 Low mass, fragile
 Tinggi di jarak ≤50 cm : ≤25cm, dengan penambahan ketinggian =
25 cm + 5% (dihitung dari outer edge GTW)
- Koordinat 1.5.3.3

 Wajib, diukur centerline GTW


10. Helicopter Air Taxiway (ATW) dan Air Taxi-route 2.2.7

(ATR)
- Designation 1.5.3.1.f

- Lebar 2.2.7.2

 ATW : 2 x UCW
 ATR : 2 x RD

- Type Permukaan 1.5.3.1.f

- Daya dukung 2.2.7.3

(strength)
 ATW, strength : beban dinamis (dynamic load bearing)
 GTR, strength : tahan rotor downwash
- Slope/Kemiringan 2.2.7.4

 Longitudinal : ≤3%
 Transverse : ≤2% (untuk drainage)
- Keberadaan objek tetap 2.2.7.7

 Hanya alat bantu visual


 Low mass, fragile
 Tinggi di jarak ≤100 cm : ≤25cm, dengan penambahan ketinggian =
25 cm + 5% (dihitung dari outer edge ATW
- Koordinat 1.5.3.3

Wajib, diukur centerline ATW

FORMULIR II II - 155
REFF HASIL KET
ITEMS (MOS 139 Vol. II) PEMERIKSAAN S US NA

11. Helicopter Stand (HS) 2.2.8

- Designation 1.5.3.1.g

- Dimensi
 HS : min 1,2 x D
 Protection area :min 0,4 D, untuk HS yang dipergunakan untuk
berputarnya helicopter
 HS hanya untuk taxi-trought, lebar HS = lebar taxi-route
- Type Permukaan 1.5.3.1.g

- Daya dukung 2.2.8.10


2.2.8.11
(strength)
 Strength : beban statis (static load bearing) MTOM
 D daripada HS yang memiliki strength tersebut diatas : minimal
0,83 D
- Slope/Kemiringan 2.2.8.1

≤2%
- Keberadaan objek tetap 2.2.8.9

 Tidak ada objek tetap yang diperbolehkan

IV. OBSTACLE RESTRICTION

HASIL KET
ITEMS REFF PEMERIKSAAN S US NA

1. Obstacle Limitation Surface and Sector


- Take-off Climb Surface 3.4.1.1
3.4.1.2
(TOF) 3.4.1.3
 Wajib, jika TOF hanya satu sisi harus membuat safety plan yang di 3.4.2.1
accept oleh DGCA dan luas transitional surface harus ditambah
tegak lurus menjauh sisi safety area.
 Non Instrument FATO :
Length : 1.310m, slope : 8%, divergen : 15%
 Instrument FATO:
1. Surface#1 : length : 2850m, divergen : 30%, w1 : 90m, w2 :
1800m
2. Surface#2 : length : 9.150m, divergen : 0%, w1 : 1800m, w2 :
1.800m
3. Slope :
 Slope #1 : 3,5% length : 4.360m
 Slope#2 : 2% (continued slope#1), length : 7.640m

FORMULIR II II - 156
HASIL KET
ITEMS REFF PEMERIKSAAN S US NA

- Approach Surface 3.4.1.1


3.4.1.2
(APP) 3.4.1.3
 Wajib, jika APP hanya satu sisi harus membuat safety plan yang di 3.4.2.1
accept oleh DGCA dan luas transitional surface harus ditambah
tegak lurus menjauh sisi safety area.
 Non Instrument FATO :
Length : 1.310m, slope : 8%, divergen : 15%
 Instrument Non Precision FATO: Length : 2.500m, slope : 3,33%,
divergen : 16%, w1 : 90m, w2 : 890m
 Instrument Precision :
1. Surface#1 : length : 1.745m, divergen : 25%, w1 : 90m
2. Surface#2 : length : 2.793m, divergen : 15%, continued
surface#1
3. Surface#3 : length : 5.462m, divergen : 0%, w : 1.800m
4. Slope :
 Slope #1 : 2,5% length : 3.000m
 Slope#2 : 3% (continued slope#1), length : 2.500m H=150m
(flat), length : 4.500m
- Transitional Surface 3.4.1.2
3.4.1.3
(TRS)
 Wajib, untuk instrument approach FATO, jika TRS hanya satu sisi
harus membuat safety plan yang di accept oleh DGCA
 Slope : 14,3%
 Length : 315m from outer edge of SA
- Inner Horizontal Surface (IHS) 3.4.1.2
3.4.1.3
 Wajib, untuk instrument approach FATO.
 Jika HIS tidak tersedia maka TRS langsung menyambung dengan
CON
 Slope : 0%, height : 45 m from FATO elevation
Length : 1640m from outer edge of TRS
- Conical Surface (CON) 3.4.1.2
3.4.1.3
 Wajib, untuk instrument approach FATO
 Divergen : 5%
 Slope : 5%, height : 100m from FATO elevation
Length : 1100m from outer edge of HIS
2. Location of Obstacle Sector
- Take-off Climb Surface (TOF) 3.4.1.1
3.4.1.2
 Wajib, jika TOF hanya satu sisi harus membuat safety plan yang di 3.4.1.3
accept oleh DGCA dan luas transitional surface harus ditambah 3.4.2.1
tegak lurus menjauh sisi safety area.
 Non Instrument FATO :
Length : 1.310m, slope : 8%, divergen : 15%
 Instrument FATO:
1. Surface#1 : length : 2850m, divergen : 30%, w1 : 90m, w2 :
1800m
2. Surface#2 : length : 9.150m, divergen : 0%, w1 : 1800m, w2 :
1.800m
3. Slope :
 Slope #1 : 3,5% length : 4.360m
 Slope#2 : 2% (continued slope#1), length : 7.640m
- Approach Surface (APP) 3.4.1.1
3.4.1.2
 Wajib, jika APP hanya satu sisi harus membuat safety plan yang di 3.4.1.3
accept oleh DGCA dan luas transitional surface harus ditambah 3.4.2.1
tegak lurus menjauh sisi safety area.
 Non Instrument FATO :
Length : 1.310m, slope : 8%, divergen : 15%
 Instrument Non Precision FATO: Length : 2.500m, slope : 3,33%,

FORMULIR II II - 157
HASIL KET
ITEMS REFF PEMERIKSAAN S US NA
divergen : 16%, w1 : 90m, w2 : 890m
 Instrument Precision :
1. Surface#1 : length : 1.745m, divergen : 25%, w1 : 90m
2. Surface#2 : length : 2.793m, divergen : 15%, continued
surface#1
3. Surface#3 : length : 5.462m, divergen : 0%, w : 1.800m
4. Slope :
 Slope #1 : 2,5% length : 3.000m
 Slope#2 : 3% (continued slope#1), length : 2.500m H=150m
(flat), length : 4.500m
- Transitional Surface (TRS) 3.4.1.2
3.4.1.3
 Wajib, untuk instrument approach FATO, jika TRS hanya satu sisi
harus membuat safety plan yang di accept oleh DGCA
 Slope : 14,3%
 Length : 315m from outer edge of SA

- Inner Horizontal Surface (IHS) 3.4.1.2


3.4.1.3
 Wajib, untuk instrument approach FATO.
 Jika HIS tidak tersedia maka TRS langsung menyambung dengan
CON
 Slope : 0%, height : 45 m from FATO elevation
 Length : 1640m from outer edge of TRS
- Conical Surface (CON) 3.4.1.2
3.4.1.3
 Wajib, untuk instrument approach FATO
 Divergen : 5%
 Slope : 5%, height : 100m from FATO elevation
 Length : 1100m from outer edge of HIS

V. ALAT BANTU VISUAL

HASIL KET
ITEMS REFF PEMERIKSAAN S US NA
4.1
1. Windsock
Wajib, min 1 (satu) buah
4.1.6
- Warna
Merah/putih atau solid orange
4.1.5
- Ukuran
L : 120cm, D1 : 30cm, D2 : 15cm
4.1.7
- Illuminated light
Wajib, untuk IMC
- Bearing dan/atau koordinat
2. Lighting 4.4.2
Wajib, untuk IMC atau Night operation
- Heliport Beacon 4.2.1

Wajib, bagi heliport yang tidak dilengkapi penerangan dan sulit


karena dikelilingi penerangan lain
- Flight Path Alignment Guidance Lighting Systems 4.2.3
 Jika diterapkan, dapat dikombinasikan dengan flight path
guidance marking dan harus di tempat sisi dalam marka arrow
 Min 3 lampu dan ideal 5 lampu , total jarak min 6m, interval
lampu ≥ 1,5m dan ≤3m
 Warna : putih, omni directional
- VASI : HAPI/APAPI/PAPI 4.2.4
 Diterapkan karena aspek obstacle clearance, lingkungan heliport

FORMULIR II II - 158
HASIL KET
ITEMS REFF PEMERIKSAAN S US NA
dan karakterisktik helicopter
 Area proteksi VASI : w = w of SA, distance from end of FATO : 3m,
divergen : 10%, length : 2.500m
- FATO light (warna, jumlah, jarak interval dan 4.4.2.1
intensity)
 Wajib , untuk IMC dan Night operation
 Warna : putih
 Untuk persegi/persegi panjang : imterval ≤50m, min 4 unit lampu
 Untuk lingkaran : interval ≤5m, min 10 unit lampu
- TLOF perimeter light (warna, jumlah, jarak 4.4.2.2 a
interval dan intensity)
 Wajib , untuk IMC dan Night operation
 Warna : hijau
 Interval : ≤5m
 Untuk persegi/persegi, min 4 unit lampu
 Untuk lingkaran : min 14 unit lampu
 H ≤ 25cm
- TLOF Flood light (jumlah, intensity) 4.4.2.2 b
 Wajib , untuk IMC dan Night operation
 Warna : putih
 Interval : ≤5m
 Untuk persegi/persegi, min 4 unit lampu
 Untuk lingkaran : min 14 unit lampu H ≤ 25cm
- Winching Area Flood light (jumlah, intensity) 4.2.8

 Wajib , untuk IMC dan Night operation


 Intensitas min 10 lux (diukur dari permukaan winching area)
- Taxiway light (warna, jumlah, jarak interval dan 4.2.9
intensity)
 Wajib , untuk IMC dan Night operation
 H ≤ 25cm
- Obstacle light (warna, jumlah dan letak) 4.4.2.3

 Wajib , untuk IMC dan Night operation


 Jika tidak ada obstacle light, dapat digantikan dengan floodlighting
of obstacle yang harus menghasilkan pencahayaan minimal 10
cd/m2
3. Marka dan Rambu
4.4.1.2
- FATO Dimension Marking
 Sebagai batasan dimensi FATO
 Warna : putih
 Ukuran marka panjang 1,5 m, lebar 30 cm dengan jarak spasi 1.5
m
4.3.1.2 c
- FATO Designation Marking
 Wajib, untuk Runway type FATO
 Lokasi marka di awal FATO
4.4.1.3
- TLOF Perimeter Marking
 Wajib, untuk TLOF area dan juga untuk TLOF = HS
 Marka, warna : putih, lebar : 30cm, solid sepanjang TLOF
4.4.1.4
- Touchdown Marking
 Wajib, pada TLOF area dan juga pada TLOF = HS
 Warna : kuning, bentuk : lingkaran, w = 1m, D = 0,5D
4.4.1.5
- Heliport Name Marking
 Wajib
 Letak berdekatan Obstacle Sector (OS)
- “H” Identification Marking 4.4.1.1

 Wajib
 Warna putih kecuali rumah sakit warna merah, uk :
3mx1,8mx0,4m
 Letak berdekatan atau di tengah FATO, kecuali Runway-type FATO
FORMULIR II II - 159
HASIL KET
ITEMS REFF PEMERIKSAAN S US NA

- Maximum Allowable Mass & D-Value Marking 4.4.1.10

 Wajib
 Warna : putih
 Maximum allowable mass marking dinyatakan dalam satuan ton,
diikuti dengan “t”
 D-Value marking dinyatakan dalam satuan meter
 Tinggi huruf, FATO <15m : 60cm, 15m≤FATO≤30m : 90cm,
FATO>30m : tinggi huruf proporsional sesuai ketentuan/MOS Vol.
II gambar 4-14
- Passenger Walkway dan Emergency Exit Marking 4.4.1.7
4.4.1.8
 Wajib
 Warna : kuning, w = 1m
 Untuk emergency exit marking, ditambah tulisan : “Emergency
Exit”
- Helicopter Ground Taxiway Marking & Marker 4.3.1.6

 Wajib, jika diterapkan GTW


 Ketentuan GTW marking : spesifikasi taxi holding marking pada
MOS 139 Vol. I
- Helicopter AirTaxiway Marking & Marker 4.3.1.7

Wajib, jika diterapkan ATW


- Helicopter Stand Marking 4.3.1.8

 Wajib, untuk HS yang dipakai untuk berputarnya helikopter


 HS perimeter marking, bentuk : lingkaran, warna kuning, w =
15cm
 Central zone perimeter marking, bentuk : lingkaran, warna kuning,
w = 15cm Kecuali HS yang merupakan TLOF juga, marka TLOF
perimeter yang digunakan
 Alignment line dan lead-in lead-out, warna kuning, w = 15cm
 HS Identification Marking, warna kontras dan mudah terbaca
- Flight Path Alignment Guidance Marking 4.4.1.9

 Wajib diberikan penerangan untuk IMC dan night operation


 Spesifikasi : MOS Vol. II – gambar 4.12

VI. RESCUE AND FIRE FIGHTING SERVICES (RFFS)

HASIL KET
ITEMS REFF
PEMERIKSAAN S US NA
6.1
1. Rescue Equipment, 6.2
Category : H1/H2/H3
 Wajib
 H1 : D<15m,
 H2 : 15m≤D<24m
 H3 : 24m≤D<35m
a. Adjustable Wrench 6.3
1 unit
b. Axe, rescue, non-wedge or aircraft type 6.3
1 unit
c. Cutter Bolt, 60 cm 6.3
1 unit
d. Crowbar, 105 cm 6.3
1 unit
e. Hook, grap or salving 6.3

FORMULIR II II - 160
HASIL KET
ITEMS REFF
PEMERIKSAAN S US NA

1 unit
f. Hacksaw, heavy duty complete with 6 spare blades 6.3
1 set
g. Blanket, fire resistance 6.3
1 unit
h. Ladder, length appropriate to helikopter in use 6.3
Untuk Cat.H3 : 1 unit
i. Life line, 5 cm, 15 m in length 6.3
1 roll
j. Plier side cutting tool 6.3
1 unit
k. Set of Assorted Screwdrivers 6.3
1 set
l. Hardness knife complete with sheath 6.3
1 unit
m. Gloves, fire resistance 6.3
2 pairs, untuk Cat. H3 : 3 pairs
1 Power cutting tool 6.3
Untuk Cat.H3 : 1 unit

6.2
1 Fire Fighting Equipment, 6.6
Category : H1/H2/H3
 Wajib
 H1 : D<15m,
 H2 : 15m≤D<24m
 H3 : 24m≤D<35m
 Spesisikasi sesuai MOS Vol. II – Tabel 5-3 dan 5-4
- DCP 6.6 a

- CO2 6.6 c

- Performance B Level 6.6 d

VII. MISCELLANEOUS

KONDISI SAAT KET


ITEMS REFF
INI S US NA
5.2.1
1 Alat Bantu Penentu Cuaca dan Kecepatan Angin
Wajib
5.3.2
2 Pelayanan Lalu Lintas Udara menggunakan
komunikasi melalui Radio Penerbangan
Wajib
- Frekwensi
- Call Sign
- Rekomendasi Frekwensi Stasiun Darat Radio
Penerbangan VHF A/G
5.3.2
3 Alat Bantu Navigasi Penerbangan
Jika digunakan sebagai referensi dalam IAP
- Frekwensi
FORMULIR II II - 161
KONDISI SAAT KET
ITEMS REFF
INI S US NA

- Identification
- Rekomendasi Frekwensi Stasiun Darat Radio
Penerbangan NDB
5.3.2.e
4 Instrument Flight Procedure
Wajib, untuk IMC
5.1.3
5 Personil Helicopter Landing Officer (HLO)
Wajib dan harus memiliki lisensi HLO yang diterbitkan Ditjen
Perhubungan Udara
6 Personil Radio Komunikasi Penerbangan (AGGGR) 5.1.3

Wajib dan harus memiliki lisensi AGGGR yang diterbitkan Ditjen


Perhubungan Udara
7 Personil Fire Fighting 5.1.3

Wajib
8 Personil Reporting Officer 5.1.3

Wajib

CATATAN :

1. Audit Keselamatan Persyaratan Standar Teknis dan Operasional Elevated Heliport “(Nama
Heliport)” ini dilaksanakan mengacu pada Peraturan Direktur Jenderal Perhubungan Udara
nomor : KP. 40 Tahun 2015 tentang Standar Teknis Dan Operasi Peraturan Keselamatan
Penerbangan Sipil – Bagian 139 (Manual Of Standard Casr – Part 139) Volume II Tempat
Pendaratan Dan Lepas Landas Helikopter (Heliports).
2. Dalam Audit Keselamatan Persyaratan Standar Teknis dan Operasional ini didapat temuan
(finding) yang wajib ditindaklanjuti oleh pemilik / penyelenggara Elevated Heliport “(Nama
Heliport)”sebagai berikut :
Tindak Lanjut
No Unsur Temuan dan Type Temuan
Temuan
1. PENDAHULUAN
2. PHYSICAL CHARACTERISTIC

3. OBSTACLE RESTRICTION
4. ALAT BANTU VISUAL
(VISUAL AID)
5. RFFFS
6. MISSELENEOUS

3. Pemilik/penyelenggara Elevated Heliport “(Nama Heliport)” agar melaporkan corrective


action plan dan/atau tindaklanjut temuan (findings) kepada Direktur Bandara pada
kesempatan pertama sebagai persyaratan pemenuhan proses lanjut
penerbitan/perpanjangan register heliport.

FORMULIR II II - 162
4. Pemilik/penyelenggara Elevated Heliport “(Nama Heliport)” wajib merawat dan
mempertahankan terpenuhinya persyaratan teknis dan operasional heliport yang
dioperasikan serta melaporkan setiap adanya perubahan yang dapat mempengaruhi
keselamatan penerbangan.

Demikian Audit Keselamatan Persyaratan Standar Teknis dan Operasional ini dibuat
dengan sesungguhnya dan untuk dapat dipergunakan sebagaimana mestinya.

Jakarta, ............................
Yang Melaksanakan Audit Registrasi/Keselamatan :

1. ......................... ……………………………………………
Aerodrome Inspector
2. .......................... ……………………………………………
Penanggung Jawab
Elevated Heliport “(Nama Heliport)”

FORMULIR II II - 163
B SURFACE LEVEL HELIPORT

CHECKLIST AUDIT REGISTRASI


TEMPAT PENDARATAN DAN LEPAS LANDAS HELIKOPTER (HELIPORT)
DALAM RANGKA PENERBITAN / PERPANJANGAN REGISTER
SURFACE LEVEL HELIPORT ( Nama Heliport )
...... ..

”PERSYARATAN STANDAR TEKNIS DAN OPERASIONAL”


Nomor : ...............

I. UMUM
1. Nama Inspektur :
2. Tanggal Audit :

II. DATA HELIPORT


1. Nama Heliport :
2. Type Heliport :
3. Type Instalasi :
4. Lokasi :
5. Jarak dan arah dari bandar :
udara terdekat
6. Koordinat Heliport Reference
Point
Latitude :
Longitude :
7. Elevasi Heliport :
8. Pemilik :
9. Penyelenggara :
10. Penanggung Jawab :
11. Helikopter terkritis yang :
direncanakan
12. Helikopter yang beroperasi :
saat ini
13. Penggunaan :

14. No. Register Heliport :

15. Declared Distance (jika : Diterapkan atau tidak

FORMULIR II II - 164
diterapkan) FATO TODA(H) RTODA(H) LDA(H)

III. RAKTERISTIK FISIK


REFF KET
ITEMS (MOS 139 HASIL PEMERIKSAAN
Vol. II) S US NA

1. Final Approach Take-Off Area (FATO) 2.1.1.1


 Wajib memiliki minimal 1 buah
 Type permukaan :
Steelplate/Allumunium/Concrete/Pemadatan
Tanah/rumput/kayu/dll
- Type FATO 1.5.3.1.c

Berhimpitan dengan TLOF / FATO-Runway Type


- True Bearing (Designation Number) 1.5.3.1.c

- Bentuk 2.1.1.2

Dapat bermacam-macam bentuk


- Dimensi 2.1.1.2

SLH : minimal 1,5 D


- Slope/Kemiringan 2.1.1.3.e

≤3%
- Strength 2.1.1.3.d

 Untuk performance class 1 :


Mampu menampung beban helicopter pada saat rejected
take-off.
 Untuk performance class 2 & 3 :Mampu menampung beban
statis helicopter
- Keberadaan objek tetap 2.1.1.5

 Hanya alat bantu visual


 Low mass, fragile, tinggi ≤25cm
- Koordinat FATO 1.5.3.2

 Wajib, diukur masing-masing threshold FATO, untuk FATO


Runway-Type
 Sampai 2 digit di belakang koma
- Jarak tepi FATO dengan tepi RWY atau TWY 2.1.8

(untuk heliport di dalam Bandar udara,


dioperasikan simultan secara VMC)
 Mass <3.175 kg = min 60m
 3.175 kg ≤ Mass <5.760 kg = min 120 m
 5760 kg ≤ Mass <100.000 kg: min 180 m
 Mass ≥100.000 kg = min 250 m
Note :
Mass tsb diatas = mass daripada aeroplane dan/atau
helicopter
2. Touch down and Lift Off Area (TLOF) 2.1.2.1

 Wajib memiliki minimal 1 buah


 Type permukaan :
Steelplate/Allumunium/Concrete/Pemadatan
Tanah/rumput/kayu/dll

FORMULIR II II - 165
REFF KET
ITEMS (MOS 139 HASIL PEMERIKSAAN
Vol. II) S US NA

- Type TLOF 2.1.2.1

Berhimpitan dengan FATO / FATO-Runway Type


- Bentuk 2.1.2.2

Dapat bermacam-macam bentuk


- Dimensi 2.1.2.2

Minimal 0,83 D
- Slope/kemiringan 2.1.2.3

≤2%
- Daya dukung 2.1.2.4
2.1.2.5
(strength)
 TLOF berhimpitan/menjadi satu dengan FATO, Strength :
2,5 x MTOM
 TLOF yang terletak pada Helicopter Stand, Strength : min
beban statis (static load bearing) dari MTOM
- Keberadaan objek tetap 2.1.2.7
2.1.2.8
 Hanya alat bantu visual
 Low mass, fragile, tinggi ≤25cm
- Koordinat TLOF 1.5.3.2

 Wajib, diukur titik pusat TLOF


 Sampai 2 digit di belakang koma
3. Drainage 2.1.9

4. Sarana Pengait 2.1.10

(Tie Down Point)


Minimal 6 points
5. Safety Area (SA) 2.1.3

- Dimensi 2.1.3.1
2.1.3.2
 VMC, minimal 3m atau 0,25D, yang terbesar yang
digunakan
 IMC, minimal lebar 45 m dari centerline FATO, minimal
panjang 60 m dari outer edge FATO
- Slope/Kemiringan 2.1.3.8.b

≤4%
- Type Permukaan 2.1.3.9

- Keberadaan objek tetap 2.1.3.4


2.1.3.5
 Hanya alat bantu visual 2.1.3.6
 Low mass, fragile, tinggi di sepanjang sisi FATO ≤25cm, 2.1.3.7
tinggi di luar FATO sampai dengan SA = 25 cm + 5%
(dihitung dari outer edge FATO)
 Keberadaan obstacle pada area SA yang diproteksi
diperkenakan hanya 1 (satu) sisi dengan jarak 10 m dari SA
dan slope 100%
6. Clearway (CW) 2.1.4

IMC, wajib
- Dimensi 2.1.4.1
2.1.4.2
 Minimal lebar = lebar SA
 Letak CW dihitung dari outer edge FATO
- Profil tanah 1.5.3.1.e

FORMULIR II II - 166
REFF KET
ITEMS (MOS 139 HASIL PEMERIKSAAN
Vol. II) S US NA

- Keberadaan objek tetap atau lainnya 2.1.4.3


2.1.4.4
 Slope ≤3%, dihitung dari inner edge FATO
 Harus clear dari objek yang dapat membahayakan
helicopter
7. Helicopter Ground Taxiway (GTW) dan Grund 2.1.5

Taxi-Route (GTR)
- Designation 1.5.3.1.f

- Lebar 2.1.5.1
2.1.5.5
 GTW : 1,5 x UCW
 GTR : 1,5 x RD
- Type Permukaan 1.5.3.1.f

- Daya dukung 2.1.5.3


2.1.5.10
(strength)
 GTW, strength : beban statis (static load bearing) MTOM
 GTR, strength : tahan rotor downwash
- Slope/Kemiringan 2.1.5.2
2.1.5.9
 Longitudinal : ≤3%
 Transverse : ≤2% (untuk drainage)
- Keberadaan objek tetap 2.1.5.6
2.1.5.7
 Hanya alat bantu visual 2.1.5.8
 Low mass, fragile
 Tinggi di jarak ≤50 cm : ≤25cm, dengan penambahan
ketinggian = 25 cm + 5% (dihitung dari outer edge GTW)
- Koordinat 1.5.3.3

 Wajib, diukur centerline GTW


8. Helicopter Air Taxiway (ATW) dan Air Taxi-
route (ATR)
- Designation 1.5.3.1.f

- Lebar 2.1.6.1
2.1.6.5
 ATW : 2 x UCW
 ATR : 2 x RD
- Type Permukaan 1.5.3.1.f

- Daya dukung 2.1.6.2


2.1.6.10
(strength)
 ATW, strength : beban statis (static load bearing) MTOM
 GTR, strength : tahan rotor downwash
- Slope/Kemiringan 2.1.6.3

 Longitudinal : ≤7%
 Transverse : ≤10% (untuk drainage)
- Keberadaan objek tetap 2.1.6.6
2.1.6.7
 Hanya alat bantu visual 2.1.6.8
 Low mass, fragile
 Tinggi di jarak ≤100 cm : ≤25cm, dengan penambahan
ketinggian = 25 cm + 5% (dihitung dari outer edge ATW

FORMULIR II II - 167
REFF KET
ITEMS (MOS 139 HASIL PEMERIKSAAN
Vol. II) S US NA

- Koordinat 1.5.3.3

Wajib, diukur centerline ATW

9. Helicopter Stand (HS)


- Designation 1.5.3.1.g

- Dimensi 2.1.7.3
2.1.7.4
 HS : min 1,2 x D 2.1.7.6
 Protection area :min 0,4 D, untuk HS yang dipergunakan
untuk berputarnya helicopter
 HS hanya untuk taxi-trought, lebar HS = lebar taxi-route
- Type Permukaan 1.5.3.1.g

- Daya dukung 2.1.7.13

(strength)
 Strength : beban statis (static load bearing) MTOM
 D daripada HS yang memiliki strength tersebut diatas :
minimal 0,83 D
- Slope/Kemiringan 2.1.7.2

≤2%
- Keberadaan objek tetap 2.1.7.9
2.1.7.10
 Hanya alat bantu visual 2.1.7.11
 Low mass, fragile 2.1.7.12
 Jika jaraknya <0,75D = 5 cm
 Jika jaraknya ≥0,75D = 25, dengan penambahan ketinggian
5%

IV. OBSTACLE RESTRICTION


KET
ITEMS REFF HASIL PEMERIKSAAN
S US NA

1. Obstacle Limitation Surface and Sector 3.2.1

- Take-off Climb Surface 3.2.2

(TOF)
 Wajib, jika TOF hanya satu sisi harus membuat safety plan
yang di accept oleh DGCA dan luas transitional surface harus
ditambah tegak lurus menjauh sisi safety area.
 Non Instrument FATO :
Length : 1.310m, slope : 8%, divergen : 15%
 Instrument FATO:
1. Surface#1 : length : 2850m, divergen : 30%, w1 : 90m,
w2 : 1800m
2. Surface#2 : length : 9.150m, divergen : 0%, w1 : 1800m,
w2 : 1.800m
3. Slope :
 Slope #1 : 3,5% length : 4.360m
 Slope#2 : 2% (continued slope#1), length : 7.640m
- Approach Surface 3.2.2

(APP)
 Wajib, jika APP hanya satu sisi harus membuat safety plan
yang di accept oleh DGCA dan luas transitional surface
harus ditambah tegak lurus menjauh sisi safety area.
 Non Instrument FATO :
FORMULIR II II - 168
KET
ITEMS REFF HASIL PEMERIKSAAN
S US NA
Length : 1.310m, slope : 8%, divergen : 15%
 Instrument Non Precision FATO: Length : 2.500m, slope :
3,33%, divergen : 16%, w1 : 90m, w2 : 890m
 Instrument Precision :
1. Surface#1 : length : 1.745m, divergen : 25%, w1 : 90m
2. Surface#2 : length : 2.793m, divergen : 15%, continued
surface#1
3. Surface#3 : length : 5.462m, divergen : 0%, w : 1.800m
4. Slope :
 Slope #1 : 2,5% length : 3.000m
 Slope#2 : 3% (continued slope#1), length : 2.500m
H=150m (flat), length : 4.500m
- Transitional Surface 3.2.1.2
3.2.1.3
(TRS)
 Wajib, untuk instrument approach FATO, jika TRS hanya
satu sisi harus membuat safety plan yang di accept oleh
DGCA
 Slope : 14,3%
 Length : 315m from outer edge of SA
- Inner Horizontal Surface (IHS) 3.2.1.2

 Wajib, untuk instrument approach FATO.


 Jika HIS tidak tersedia maka TRS langsung menyambung
dengan CON
 Slope : 0%, height : 45 m from FATO elevation
Length : 1640m from outer edge of TRS
- Conical Surface (CON) 3.2.1.2
3.2.1.3
 Wajib, untuk instrument approach FATO
 Divergen : 5%
 Slope : 5%, height : 100m from FATO elevation
Length : 1100m from outer edge of HIS
2. Location of Obstacle Sector
- Take-off Climb Surface (TOF) 3.2.2

 Wajib, jika TOF hanya satu sisi harus membuat safety plan
yang di accept oleh DGCA dan luas transitional surface
harus ditambah tegak lurus menjauh sisi safety area.
 Non Instrument FATO :
Length : 1.310m, slope : 8%, divergen : 15%
 Instrument FATO:
1. Surface#1 : length : 2850m, divergen : 30%, w1 : 90m,
w2 : 1800m
2. Surface#2 : length : 9.150m, divergen : 0%, w1 : 1800m,
w2 : 1.800m
3. Slope :
 Slope #1 : 3,5% length : 4.360m
 Slope#2 : 2% (continued slope#1), length : 7.640m
- Approach Surface (APP) 3.2.2

 Wajib, jika APP hanya satu sisi harus membuat safety plan
yang di accept oleh DGCA dan luas transitional surface
harus ditambah tegak lurus menjauh sisi safety area.
 Non Instrument FATO :
Length : 1.310m, slope : 8%, divergen : 15%
 Instrument Non Precision FATO: Length : 2.500m, slope :
3,33%, divergen : 16%, w1 : 90m, w2 : 890m
 Instrument Precision :
1. Surface#1 : length : 1.745m, divergen : 25%, w1 : 90m
2. Surface#2 : length : 2.793m, divergen : 15%, continued
surface#1
3. Surface#3 : length : 5.462m, divergen : 0%, w : 1.800m
4. Slope :
 Slope #1 : 2,5% length : 3.000m
FORMULIR II II - 169
KET
ITEMS REFF HASIL PEMERIKSAAN
S US NA
 Slope#2 : 3% (continued slope#1), length : 2.500m
H=150m (flat), length : 4.500m
- Transitional Surface (TRS) 3.2.1.2
3.2.1.3
 Wajib, untuk instrument approach FATO, jika TRS hanya
satu sisi harus membuat safety plan yang di accept oleh
DGCA
 Slope : 14,3%
 Length : 315m from outer edge of SA
- Inner Horizontal Surface (IHS) 3.2.1.2

 Wajib, untuk instrument approach FATO.


 Jika HIS tidak tersedia maka TRS langsung menyambung
dengan CON
 Slope : 0%, height : 45 m from FATO elevation
 Length : 1640m from outer edge of TRS
- Conical Surface (CON) 3.2.1.2
3.2.1.3
 Wajib, untuk instrument approach FATO
 Divergen : 5%
 Slope : 5%, height : 100m from FATO elevation
 Length : 1100m from outer edge of HIS

V. ALAT BANTU VISUAL


KET
ITEMS REFF HASIL PEMERIKSAAN
S US NA
4.1.1
1. Windsock
Wajib, min 1 (satu) buah
4.1.6
- Warna
Merah/putih atau solid orange
4.1.5
- Ukuran
L : 240cm, D1 : 60cm, D2 : 30cm
4.1.7
- Illuminated light
Wajib, untuk IMC
- Bearing dan/atau koordinat
2. Lighting
Wajib, untuk IMC atau Night operation
- Heliport Beacon 4.2.1

Wajib, bagi heliport yang tidak dilengkapi penerangan dan


sulit karena dikelilingi penerangan lain
- Approach Light 4.2.2.1
4.2.2.2
 Jika diharapkan secara praktis diperlukan untuk 4.2.2.3
menunjukkan arah pendekatan 4.2.2.4
 Warna : putih 4.2.2.5
 Interval 30 m dan crossbar 18 m (interval @ 4,5m, utk 5
lampu) pada 90 m dari outer edge FATO
 Tambahan lampu (steady/sequence) setalah crossbar
dengan interval 30 m sampai jarak 210m dari outer edge
FATO
- Flight Path Alignment Guidance Lighting 4.2.3.2
4.2.3.4
Systems 4.2.3.5
 Jika diterapkan, dapat dikombinasikan dengan flight path
guidance marking dan harus di tempat sisi dalam marka
arrow

 Min 3 lampu dan ideal 5 lampu , total jarak min 6m, interval

FORMULIR II II - 170
KET
ITEMS REFF HASIL PEMERIKSAAN
S US NA
lampu ≥ 1,5m dan ≤3m
 Warna : putih, omni directional

- VASI : HAPI/APAPI/PAPI 4.2.4.1


4.2.4.2
 Diterapkan karena aspek obstacle clearance, lingkungan
heliport dan karakterisktik helicopter
 Area proteksi VASI : w = w of SA, distance from end of FATO
: 3m, divergen : 10%, length : 2.500m
- FATO light (warna, jumlah, jarak interval dan 4.2.5.1
4.2.5.2
intensity) 4.2.5.3
 Wajib , untuk IMC dan Night operation
 Warna : putih
 Untuk persegi/persegi panjang : interval ≤50m, min 4 unit
lampu
 Untuk lingkaran : interval ≤5m, min 10 unit lampu
- Aiming Point light (warna, jumlah, jarak 4.2.6.1
4.2.6.2
interval dan intensity) 4.2.6.3
 Jika diterapkan, untuk IMC dan Night operation
 Warna : putih
 Jumlah Lampu : min 6 unit
- TLOF perimeter light (warna, jumlah, jarak 4.2.7.2
4.2.7.3
interval dan intensity) 4.2.7.4
 Wajib , untuk IMC dan Night operation 4.2.7.6
 Warna : hijau 4.2.7.7
 Interval : ≤5m
 Untuk persegi/persegi, min 4 unit lampu
 Untuk lingkaran : min 14 unit lampu
 H ≤ 25cm
- TLOF Flood light (jumlah, intensity) 4.2.7.5

 Wajib , untuk IMC dan Night operation


 Warna : putih
 Interval : ≤5m
 Untuk persegi/persegi, min 4 unit lampu
 Untuk lingkaran : min 14 unit lampu H ≤ 25cm
- Winching Area Flood light (jumlah, intensity) 4.2.8.1
4.2.8.4
 Wajib , untuk IMC dan Night operation
 Intensitas min 10 lux (diukur dari permukaan winching
area)
- Taxiway light (warna, jumlah, jarak interval 4.2.9
dan intensity)
 Wajib , untuk IMC dan Night operation
 H ≤ 25cm
- Obstacle light (warna, jumlah dan letak) 4.2.11
 Wajib , untuk IMC dan Night operation
 Jika tidak ada obstacle light, dapat digantikan dengan
floodlighting of obstacle yang harus menghasilkan
pencahayaan minimal 10 cd/m2
3. Marka dan Rambu
4.3.1.1
- Surface Marking
 Dark Green
4.3.1.1
- FATO Dimension Marking
 Jika diterapkan , lokasi marka didalam FATO
 Dimensi dalam meter
 Warna : putih
 Tinggi huruf, FATO <15m : 60cm, 15m≤FATO≤30m : 90cm,
FATO>30m : tinggi huruf proporsional sesuai
ketentuan/MOS Vol. II gambar 4-14
4.3.1.2.b
- FATO Perimeter Marking
 Wajib,

FORMULIR II II - 171
KET
ITEMS REFF HASIL PEMERIKSAAN
S US NA
 Runway type FATO
o Interval ≤50m, min 3 marka/marker setiap sisi
o Marka, warna : putih, lebar : 1m, panjang : 9m
 FATO non Runway Type
o Interval 1,5 ≤2 m
o Marka, warna : putih, lebar : 0,3m, panjang : 1,5m
4.3.1.2.c
- FATO Designation Marking
 Wajib, untuk Runway type FATO
 Lokasi marka di awal FATO
4.3.1.2.d
- Aiming Point Marking
 Wajib, untuk FATO yang tidak berhimpitan/menjadi satu
dengan TLOF dan Runway-type FATO
 Letaknya di dalam FATO untuk Runway-type FATO, dan
selain Runway-type FATO di tengah FATO
 Warna : putih, bentuk : segi tiga sama sisi dengan panjang
9m, w = 1m
4.3.1.3
- TLOF Perimeter Marking
 Wajib, untuk TLOF area dan juga untuk TLOF = HS
 Marka, warna : putih, lebar : 30cm, solid sepanjang TLOF
4.3.1.4
- Touchdown Marking
 Wajib, pada TLOF area dan juga pada TLOF = HS
 Warna : kuning, bentuk : lingkaran, w = 1m, D = 0,5D
- Heliport Name Marking 4.3.1.5

 Wajib
 Letak berdekatan Obstacle Sector (OS)
- “H” Identification Marking 4.3.1.10

 Wajib
 Warna putih kecuali rumah sakit warna merah, uk :
3mx1,8mx0,4m
 Letak berdekatan atau di tengah FATO, kecuali Runway-
type FATO
- Maximum Allowable Mass & D-Value 4.3.1.11
4.3.1.12
Marking
 Wajib
 Warna : putih
 Maximum allowable mass marking dinyatakan dalam
satuan ton, diikuti dengan “t”
 D-Value marking dinyatakan dalam satuan meter
 Tinggi huruf, FATO <15m : 60cm, 15m≤FATO≤30m : 90cm,
FATO>30m : tinggi huruf proporsional sesuai
ketentuan/MOS Vol. II gambar 4-14
- Passenger Walkway dan Emergency Exit 4.3.1.13
4.3.1.14
Marking
 Wajib
 Warna : kuning, w = 1m
 Untuk emergency exit marking, ditambah tulisan :
“Emergency Exit”
- Helicopter Ground Taxiway Marking & 4.3.1.6

Marker
 Wajib, jika diterapkan GTW
 Ketentuan GTW marking : spesifikasi taxi holding marking
pada MOS 139 Vol. I

- Helicopter AirTaxiway Marking & Marker 4.3.1.7

Wajib, jika diterapkan ATW

FORMULIR II II - 172
KET
ITEMS REFF HASIL PEMERIKSAAN
S US NA

- Helicopter Stand Marking 4.3.1.8

 Wajib, untuk HS yang dipakai untuk berputarnya helikopter


 HS perimeter marking, bentuk : lingkaran, warna kuning, w
= 15cm
 Central zone perimeter marking, bentuk : lingkaran, warna
kuning, w = 15cm Kecuali HS yang merupakan TLOF juga,
marka TLOF perimeter yang digunakan
 Alignment line dan lead-in lead-out, warna kuning, w =
15cm
 HS Identification Marking, warna kontras dan mudah
terbaca
- Flight Path Alignment Guidance Marking 4.3.1.9

 Wajib diberikan penerangan untuk IMC dan night operation


 Spesifikasi : MOS Vol. II – gambar 4.12

VI. RESCUE AND FIRE FIGHTING SERVICES (RFFS)


KET
ITEMS REFF HASIL PEMERIKSAAN
S US NA
6.1
1. Rescue Equipment, 6.2
Category : H1/H2/H3
 Wajib
 H1 : D<15m,
 H2 : 15m≤D<24m
 H3 : 24m≤D<35m
a. Adjustable Wrench 6.3
1 unit
b. Axe, rescue, non-wedge or aircraft type 6.3
1 unit
c. Cutter Bolt, 60 cm 6.3
1 unit
d. Crowbar, 105 cm 6.3
1 unit
e. Hook, grap or salving 6.3

1 unit
f. Hacksaw, heavy duty complete with 6 spare 6.3
blades
1 set
g. Blanket, fire resistance 6.3
1 unit
h. Ladder, length appropriate to helikopter in use 6.3
Untuk Cat.H3 : 1 unit
i. Life line, 5 cm, 15 m in length 6.3
1 roll
j. Plier side cutting tool 6.3
1 unit
k. Set of Assorted Screwdrivers 6.3
1 set
l. Hardness knife complete with sheath 6.3
1 unit
m. Gloves, fire resistance 6.3

FORMULIR II II - 173
KET
ITEMS REFF HASIL PEMERIKSAAN
S US NA

2 pairs, untuk Cat. H3 : 3 pairs


n. Power cutting tool 6.3
Untuk Cat.H3 : 1 unit

6.2
2. Fire Fighting Equipment, 6.6
Category : H1/H2/H3
 Wajib
 H1 : D<15m,
 H2 : 15m≤D<24m
 H3 : 24m≤D<35m
 Spesisikasi sesuai MOS Vol. II – Tabel 5-3 dan 5-4
- DCP
- CO2
- Performance B Level

VII. MISCELLANEOUS
KET
ITEMS REFF KONDISI SAAT INI
S US NA
5.2.1
1. Alat Bantu Penentu Cuaca dan Kecepatan
Angin
Wajib
5.2.1
2. Pelayanan Lalu Lintas Udara menggunakan
komunikasi melalui Radio Penerbangan
Wajib
- Frekwensi
- Call Sign
- Rekomendasi Frekwensi Stasiun Darat Radio
Penerbangan VHF A/G
5.3.2
3. Alat Bantu Navigasi Penerbangan
Jika digunakan sebagai referensi dalam IAP
- Frekwensi
- Identification
- Rekomendasi Frekwensi Stasiun Darat Radio
Penerbangan NDB
5.3.2.e
4. Instrument Flight Procedure
Wajib, untuk IMC
5.1.3
5. Personil Helicopter Landing Officer (HLO)
Wajib dan harus memiliki lisensi HLO yang diterbitkan Ditjen
Perhubungan Udara
5.1.3
6. Personil Radio Komunikasi Penerbangan
(AGGGR)
Wajib dan harus memiliki lisensi AGGGR yang diterbitkan Ditjen
Perhubungan Udara
5.1.3
7. Personil Fire Fighting
Wajib

FORMULIR II II - 174
KET
ITEMS REFF KONDISI SAAT INI
S US NA
5.1.3
8. Personil Reporting Officer
Wajib

CATATAN :

1. Audit Keselamatan Persyaratan Standar Teknis dan Operasional Surface Level Heliport
“(Nama Heliport)” ini dilaksanakan mengacu pada Peraturan Direktur Jenderal Perhubungan
Udara nomor : KP. 40 Tahun 2015 tentang Standar Teknis Dan Operasi Peraturan
Keselamatan Penerbangan Sipil – Bagian 139 (Manual Of Standard Casr – Part 139) Volume II
Tempat Pendaratan Dan Lepas Landas Helikopter (Heliports).
2. (jika terdapat finding) Dalam Audit Keselamatan Persyaratan Standar Teknis dan Operasional
ini didapat temuan (finding) yang wajib ditindaklanjuti oleh pemilik / penyelenggara Surface
Level Heliport “(Nama Heliport)” sebagai berikut :
Temuan dan Type
No Unsur Tindak Lanjut Temuan
Temuan
1. PENDAHULUAN
2. PHYSICAL CHARACTERISTIC
3. OBSTACLE RESTRICTION
4. ALAT BANTU VISUAL
(VISUAL AID)
5. RFFFS
6. MISCELLANEOUS

5. Pemilik/penyelenggara Surface Level Heliport “(Nama Heliport)” agar melaporkan corrective


action plan dan/atau tindaklanjut temuan (findings) kepada Direktur Bandara pada
kesempatan pertama sebagai persyaratan pemenuhan proses lanjut
penerbitan/perpanjangan register heliport.
6. Pemilik/penyelenggara Surface Level Heliport “(Nama Heliport)” wajib merawat dan
mempertahankan terpenuhinya persyaratan teknis dan operasional heliport yang
dioperasikan serta melaporkan setiap adanya perubahan yang dapat mempengaruhi
keselamatan penerbangan.

FORMULIR II II - 175
Demikian Audit Keselamatan Persyaratan Standar Teknis dan Operasional ini dibuat dengan
sesungguhnya dan untuk dapat dipergunakan sebagaimana mestinya.

Jakarta, ..........................

Yang Melaksanakan Audit Registrasi/Keselamatan :

1. ......................... ……………………………………………
Aerodrome Inspector

2. .......................... ……………………………………………
Penanggung Jawab
Surface Level Heliport “(Nama Heliport)”

FORMULIR II II - 176
C. HELIDECK

CHECKLIST AUDIT REGISTRASI


TEMPAT PENDARATAN DAN LEPAS LANDAS HELIKOPTER (HELIPORT)
DALAM RANGKA PENERBITAN / PERPANJANGAN REGISTER
HELIDECK ( Nama Heliport )
”PERSYARATAN STANDAR TEKNIS DAN OPERASIONAL”
Nomor : ...............

I. UMUM
1. Nama Inspektur :

2. Tanggal Audit :

II. DATA HELIPORT


1. Nama Heliport :

2. Type Heliport :

3. Type Instalasi :

4. Lokasi :

5. Jarak dan arah dari bandar udara :


terdekat
6. Koordinat Heliport Reference Point

- Latitude :

- Longitude :

7. Elevasi Heliport :

8. Pemilik :

9. Penyelenggara :

10. Penanggung Jawab :

11. Helikopter terkritis yang :


direncanakan
12. Helikopter yang beroperasi saat ini :

13. Penggunaan :

FORMULIR II II - 177
14. No. Register Heliport :

15. Declared Distance (jika diterapkan) : Diterapkan atau tidak


FATO TODA(H) RTODA(H) LDA(H)

III. KARAKTERISTIK FISIK

REFF HASIL KET


ITEMS (MOS 139 Vol. II) PEMERIKSAAN S US NA
1. Final Approach Take-Off Area (FATO) 2.3.1.1

 Wajib memiliki minimal 1 buah


 Type permukaan : Steelplate/Allumunium/Concrete/dll
- Type FATO 1.5.3.1.c

Berhimpitan/ menjadi satu dengan TLOF


- True Bearing (Designation Number) 1.5.3.1.c

- Bentuk 2.3.1.2

Dapat bermacam-macam bentuk


- Dimensi 2.3.1.2

HD : minimal 1 D
- Slope/Kemiringan
≤3%
- Strength 2.3.1.3.d
2.3.1.3.e
 Untuk performance class 1 :
Mampu menampung beban helicopter pada saat rejected
take-off.
 Untuk performance class 2 & 3 :Mampu menampung beban
statis helicopter
- Keberadaan objek tetap 2.3.1.4
2.3.1.5
 Hanya alat bantu visual 2.3.1.6
 Low mass, fragile, tinggi ≤25cm
- Koordinat FATO 1.5.3.2

 Wajib, diukur masing-masing threshold FATO


 Sampai 2 digit di belakang koma
 Touch down and Lift Off Area (TLOF) 2.3.2.1

 Wajib memiliki minimal 1 buah


 Type permukaan : Steelplate/Allumunium/Concrete/dll
- Bentuk 2.3.2.2

Dapat bermacam-macam bentuk


- Dimensi 2.3.2.2

 MTOM > 3.175 kg, minimal 1D


 MTOM ≤ 3.175 kg, minimal 0,83D, pada kasus tertentu boleh
1D
- Slope/kemiringan 2.3.2.5

≤2%
- Type permukaan 2.3.2.6

FORMULIR II II - 178
REFF HASIL KET
ITEMS (MOS 139 Vol. II) PEMERIKSAAN S US NA
- Daya dukung 2.3.2.3

(strength)
TLOF berhimpitan/menjadi satu dengan FATO, Strength : 2,5 x
MTOM

- Keberadaan objek tetap 2.3.2.7

 Hanya alat bantu visual


 Low mass, fragile,
 TLOF>16m, tinggi ≤25cm
 TLOF<16m atau TLOF<1D, tinggi ≤5cm
 Obyek didalam TLOF yang ada gunanya dengan penerbangan,
tinngi ≤2,5cm
- Koordinat TLOF 1.5.3.2

Wajib, diukur titik pusat TLOF


2. Drainage 2.3.2.5

3. Sarana Pengait 2.3.4

(Tie Down Point)


Minimal 6 points
4. Landing Net (LN) 2.3.3

Wajib, untuk operasi helicopter wheel type, kecuali telah dilakukan


friction test dan hasil nilai kekesatannya baik serta di setujui oleh
air operator
5. Safety Net (SN) 2.3.5

Lebar : 1,5m, strength : 75 kg/m2, keliling heliport, tinggi SN ≤


permukaan TLOF

IV. OBSTACLE RESTRICTION

HASIL KET
ITEMS REFF PEMERIKSAAN S US NA

1. Obstacle Limitation Surface and Sector 3.5

Obstacle Sector (OS) 3.5.2.4


 Wajib, ≤ 150° 3.5.2.5
 TLOF≥1D, pada jarak dari tepi TLOF 0,12D ≤ 25 cm, lanjut
s/d 0,21D dan seterusnya : 0,05D+50% jarak
 TLO<1D, pada jarak dihitung dari tengah TLOF 0,5D s/d
0,62D ≤ 5 cm, lanjut s/d 0,83D dan seterusnya : 0,05D+50%
jarak
3.5.1.3
Obstacle Free Sector (OS)
 Wajib, ≥ 210°
- Take-off Climb Surface 3.5.3.1
3.5.3.2
(TOF)
 Wajib, jika TOF hanya satu sisi harus membuat safety plan
yang di accept oleh DGCA dan luas transitional surface harus
ditambah tegak lurus menjauh sisi safety area.
 Non Instrument FATO :
Length : 1.310m, slope : 8%, divergen : 15%
 Instrument FATO:
1. Surface#1 : length : 2850m, divergen : 30%, w1 : 90m, w2 :
1800m
2. Surface#2 : length : 9.150m, divergen : 0%, w1 : 1800m, w2

FORMULIR II II - 179
HASIL KET
ITEMS REFF PEMERIKSAAN S US NA
: 1.800m
3. Slope :
 Slope #1 : 3,5% length : 4.360m
 Slope#2 : 2% (continued slope#1), length : 7.640m

- Approach Surface 3.5.3.3

(APP)
 Wajib, jika APP hanya satu sisi harus membuat safety plan
yang di accept oleh DGCA dan luas transitional surface harus
ditambah tegak lurus menjauh sisi safety area.
 Non Instrument FATO :
Length : 1.310m, slope : 8%, divergen : 15%
 Instrument Non Precision FATO: Length : 2.500m, slope :
3,33%, divergen : 16%, w1 : 90m, w2 : 890m
 Instrument Precision :
1. Surface#1 : length : 1.745m, divergen : 25%, w1 : 90m
2. Surface#2 : length : 2.793m, divergen : 15%, continued
surface#1
3. Surface#3 : length : 5.462m, divergen : 0%, w : 1.800m
4. Slope :
 Slope #1 : 2,5% length : 3.000m
 Slope#2 : 3% (continued slope#1), length : 2.500m
H=150m (flat), length : 4.500m
2. Location of Obstacle Sector
- Take-off Climb Surface (TOF) 3.5.3.1
3.5.3.2
 Wajib, jika TOF hanya satu sisi harus membuat safety plan
yang di accept oleh DGCA dan luas transitional surface harus
ditambah tegak lurus menjauh sisi safety area.
 Non Instrument FATO :
Length : 1.310m, slope : 8%, divergen : 15%
 Instrument FATO:
1. Surface#1 : length : 2850m, divergen : 30%, w1 : 90m, w2 :
1800m
2. Surface#2 : length : 9.150m, divergen : 0%, w1 : 1800m, w2
: 1.800m
3. Slope :
 Slope #1 : 3,5% length : 4.360m
 Slope#2 : 2% (continued slope#1), length : 7.640m
- Approach Surface (APP) 3.5.3.3

 Wajib, jika APP hanya satu sisi harus membuat safety plan
yang di accept oleh DGCA dan luas transitional surface harus
ditambah tegak lurus menjauh sisi safety area.
 Non Instrument FATO :
Length : 1.310m, slope : 8%, divergen : 15%
 Instrument Non Precision FATO: Length : 2.500m, slope :
3,33%, divergen : 16%, w1 : 90m, w2 : 890m
 Instrument Precision :
1. Surface#1 : length : 1.745m, divergen : 25%, w1 : 90m
2. Surface#2 : length : 2.793m, divergen : 15%, continued
surface#1
3. Surface#3 : length : 5.462m, divergen : 0%, w : 1.800m
4. Slope :
 Slope #1 : 2,5% length : 3.000m
 Slope#2 : 3% (continued slope#1), length : 2.500m
H=150m (flat), length : 4.500m

FORMULIR II II - 180
V. ALAT BANTU VISUAL

HASIL KET
ITEMS REFF
PEMERIKSAAN S US NA
4.5.1.1
1. Windsock
Wajib, min 1 (satu) buah
4.5.1.6
- Warna
Merah/putih atau solid orange
4.5.1.5
- Ukuran
L : 120cm, D1 : 30cm, D2 : 15cm
4.5.1.7
- Illuminated light
Wajib, untuk IMC
- Bearing dan/atau koordinat
2. Lighting 4.5.2
Wajib, untuk IMC atau Night operation
- Heliport Beacon 4.2.1

Wajib, bagi heliport yang tidak dilengkapi penerangan lain dan


sulit karena dikelilingi penerangan lain
- Flight Path Alignment Guidance Lighting 4.5.2.4
Systems
 Jika diterapkan, dapat dikombinasikan dengan flight path
guidance marking dan harus di tempat sisi dalam marka arrow
 Min 3 lampu dan ideal 5 lampu , total jarak min 6m, interval
lampu ≥ 1,5m dan ≤3m
 Warna : putih, omni directional
- VASI : HAPI/APAPI/PAPI 4.2.4
 Diterapkan karena aspek obstacle clearance, lingkungan
heliport dan karakterisktik helicopter
 Area proteksi VASI : w = w of SA, distance from end of FATO :
3m, divergen : 10%, length : 2.500m
- TLOF perimeter light (warna, jumlah, jarak 4.5.2.1
interval dan intensity)
 Wajib , untuk IMC dan Night operation
 Warna : hijau
 Interval : ≤5m
 Untuk persegi/persegi, min 4 unit lampu
 Untuk lingkaran : min 14 unit lampu
 H ≤ 25cm
- TLOF Flood light (jumlah, intensity) 4.5.2.2

 Wajib , untuk IMC dan Night operation


 Warna : putih
 Interval : ≤5m
 Untuk persegi/persegi, min 4 unit lampu
 Untuk lingkaran : min 14 unit lampu H ≤ 25cm
- Winching Area Flood light (jumlah, intensity) 4.2.8

 Wajib , untuk IMC dan Night operation


 Intensitas min 10 lux (diukur dari permukaan winching area)
- Obstacle light (warna, jumlah dan letak) 4.5.2.3

 Wajib , untuk IMC dan Night operation


 Jika tidak ada obstacle light, dapat digantikan dengan
floodlighting of obstacle yang harus menghasilkan
pencahayaan minimal 10 cd/m2
3. Marka dan Rambu
4.5.3.8
- Surface Marking
Dark Green
4.5.3.1a
- FATO Dimension Marking
 Jika diterapkan , lokasi marka didalam FATO

FORMULIR II II - 181
HASIL KET
ITEMS REFF
PEMERIKSAAN S US NA
 Dimensi dalam meter
 Warna : putih
 Tinggi huruf, FATO <15m : 60cm, 15m≤FATO≤30m : 90cm,
FATO>30m : tinggi huruf proporsional sesuai ketentuan/MOS
Vol. II

4.5.3.5
- TLOF Perimeter Marking
 Wajib, untuk TLOF area dan juga untuk TLOF = HS
 Marka, warna : putih, lebar : 30cm, solid sepanjang TLOF
4.5.3.2
- Touchdown Marking
 Wajib, pada TLOF area dan juga pada TLOF = HS
 Warna : kuning, bentuk : lingkaran, w = 1m, D = 0,5D
- Heliport Name Marking 4.5.3.6

Wajib
- “H” Identification Marking 4.5.3.1c

 Wajib
 Warna putih kecuali rumah sakit warna merah, uk :
3mx1,8mx0,4m
 Letak berdekatan atau di tengah FATO, kecuali Runway-type
FATO
- Maximum Allowable Mass & D-Value Marking 4.5.3.3
4.5.3.4
 Wajib
 Warna : putih
 Maximum allowable mass marking dinyatakan dalam satuan
ton, diikuti dengan “t”
 D-Value marking dinyatakan dalam satuan meter
 Tinggi huruf, FATO <15m : 60cm, 15m≤FATO≤30m : 90cm,
FATO>30m : tinggi huruf proporsional sesuai ketentuan/MOS
Vol. II gambar 4-14
- Passenger Walkway dan Emergency Exit 4.5.3.10

Marking
 Wajib
 Warna : kuning, w = 1m
 Untuk emergency exit marking, ditambah tulisan :
“Emergency Exit”
- Flight Path Alignment Guidance Marking 4.5.3.12

 Wajib diberikan penerangan untuk IMC dan night operation


Spesifikasi : MOS Vol. II – gambar 4.12

VI. RESCUE AND FIRE FIGHTING SERVICES (RFFS)

HASIL KET
ITEMS REFF
PEMERIKSAAN S US NA
6.1
1. Rescue Equipment, 6.2
Category : H1/H2/H3
 Wajib
 H1 : D<15m,
 H2 : 15m≤D<24m
 H3 : 24m≤D<35m
a. Adjustable Wrench 6.3
1 unit
b. Axe, rescue, non-wedge or aircraft type 6.3
1 unit
c. Cutter Bolt, 60 cm 6.3
1 unit

FORMULIR II II - 182
HASIL KET
ITEMS REFF
PEMERIKSAAN S US NA
d. Crowbar, 105 cm 6.3
1 unit
e. Hook, grap or salving 6.3
1 unit

f. Hacksaw, heavy duty complete with 6 spare blades 6.3


1 set
g. Blanket, fire resistance 6.3
h. Ladder, length appropriate to helikopter in use 6.3
Untuk Cat.H3 : 1 unit
i. Life line, 5 cm, 15 m in length 6.3
1 roll
j. Plier side cutting tool 6.3
1 unit
k. Set of Assorted Screwdrivers 6.3
1 set
l. Hardness knife complete with sheath 6.3
1 unit
m. Gloves, fire resistance 6.3
2 pairs, untuk Cat. H3 : 3 pairs
n. Power cutting tool 6.3
Untuk Cat.H3 : 1 unit
6.2
2. Fire Fighting Equipment,
Category : H1/H2/H3
 Wajib
 H1 : D<15m,
 H2 : 15m≤D<24m
 H3 : 24m≤D<35m
- DCP 6.6.a

45 kg minimal 2 unit
- CO2 6.6.c

≥18 kg
- Performance B Level 6.6.b
2 nozzle + hose
Discharge : 5 lt s.d 6 lt per menit per meter persegi

VII. MISCELLANEOUS

ITEMS REFF KONDISI SAAT INI


5.2.1
1. Alat Bantu Penentu Cuaca dan Kecepatan Angin
Wajib
5.2.1
2. Pelayanan Lalu Lintas Udara menggunakan
komunikasi melalui Radio Penerbangan
Wajib
- Frekwensi
- Call Sign
- Rekomendasi Frekwensi Stasiun Darat Radio
Penerbangan VHF A/G

FORMULIR II II - 183
ITEMS REFF KONDISI SAAT INI

3. Alat Bantu Navigasi Penerbangan


Jika digunakan sebagai referensi dalam IAP
- Frekwensi
- Identification
- Rekomendasi Frekwensi Stasiun Darat Radio
Penerbangan NDB
5.3.2.e
4. Instrument Flight Procedure
Wajib, untuk IMC
5.1.3
5. Personil Helicopter Landing Officer (HLO)
Wajib dan harus memiliki lisensi HLO yang diterbitkan Ditjen
Perhubungan Udara
5.1.3
6. Personil Radio Komunikasi Penerbangan
(AGGGR)
Wajib dan harus memiliki lisensi AGGGR yang diterbitkan Ditjen
Perhubungan Udara
5.1.3
7. Personil Fire Fighting
Wajib
5.1.3
8. Personil Reporting Officer
Wajib

CATATAN :

1. Audit Keselamatan Persyaratan Standar Teknis dan Operasional Helideck “(Nama Heliport)”
ini dilaksanakan mengacu pada Peraturan Direktur Jenderal Perhubungan Udara nomor : KP.
40 Tahun 2015 tentang Standar Teknis Dan Operasi Peraturan Keselamatan Penerbangan
Sipil – Bagian 139 (Manual Of Standard Casr – Part 139) Volume II Tempat Pendaratan Dan
Lepas Landas Helikopter (Heliports).
2. (jika terdapat finding) Dalam Audit Keselamatan Persyaratan Standar Teknis dan Operasional
ini didapat temuan (finding) yang wajib ditindaklanjuti oleh pemilik / penyelenggara Helideck
“(Nama Heliport)” sebagai berikut :
Temuan dan Type
No Unsur Tindak Lanjut Temuan
Temuan

1. PENDAHULUAN

2. PHYSICAL CHARACTERISTIC

3. OBSTACLE RESTRICTION

4. ALAT BANTU VISUAL


(VISUAL AID)
FORMULIR II II - 184
Temuan dan Type
No Unsur Tindak Lanjut Temuan
Temuan

5. RFFFS

6. MISCELLANEOUS

3. Pemilik / penyelenggara Helideck “(Nama Heliport)” agar melaporkan corrective action plan
dan/atau tindaklanjut temuan (findings) kepada Direktur Bandara pada kesempatan pertama
sebagai persyaratan pemenuhan proses lanjut penerbitan/perpanjangan register heliport.
4. Pemilik / Penyelenggara Helideck “(Nama Heliport)” wajib merawat dan mempertahankan
terpenuhinya persyaratan teknis dan fasilitas yang dioperasikan serta melaporkan setiap
adanya perubahan yang dapat mempengaruhi keselamatan penerbangan.
Demikian Audit Keselamatan Pemeriksaan Persyaratan Standar Teknis dan Operasional ini
dibuat dengan sesungguhnya dan untuk dapat dipergunakan sebagaimana mestinya.

Jakarta, .............................

Yang Melaksanakan Audit Registrasi/Keselamatan :

1. ......................... ……………………………………………
Aerodrome Inspector

2. .......................... ……………………………………………
Penanggung Jawab
Helideck “(Nama Heliport)”

FORMULIR II II - 185
D. SHIPBOARD
CHECKLIST AUDIT REGISTRASI
TEMPAT PENDARATAN DAN LEPAS LANDAS HELIKOPTER (HELIPORT)
DALAM RANGKA PENERBITAN / PERPANJANGAN REGISTER
SHIPBOARD ( Nama Heliport )7
”PERSYARATAN STANDAR TEKNIS DAN OPERASIONAL”
Nomor : ...............

I. UMUM
1. Nama Inspektur :

2. Tanggal Audit :

II. DATA HELIPORT


1. Nama Heliport :

2. Type Heliport :

3. Type Instalasi :

4. Lokasi :

5. Jarak dan arah dari bandar udara :


terdekat
6. Koordinat Heliport Reference Point

- Latitude :

- Longitude :

7. Elevasi Heliport :

8. Pemilik :

9. Penyelenggara :

10. Penanggung Jawab :

11. Helikopter terkritis yang :

FORMULIR II II - 186
direncanakan
12. Helikopter yang beroperasi saat ini :

13. Penggunaan :

14. No. Register Heliport :

15. Declared Distance (jika diterapkan) : Diterapkan atau tidak


FATO TODA(H) RTODA(H) LDA(H)

III. KARAKTERISTIK FISIK


REFF KET
HASIL
ITEMS (MOS 139
PEMERIKSAAN S US NA
Vol. II)
1. Final Approach Take-Off Area (FATO) 2.4.1.1

 Wajib memiliki minimal 1 buah


 Type permukaan : Steelplate/Allumunium/Concrete/dll
- Type FATO 1.5.3.1 c

Berhimpitan dengan TLOF


- True Bearing (Designation Number) 1.5.3.1.c

- Bentuk 2.4.1.2

Dapat bermacam-macam bentuk


- Dimensi 2.4.1.2

HD : minimal 1 D
- Slope/Kemiringan 2.4.2.11

 ≤3% (jika FATO coincidental/berhimpitan dengan TLOF)


 ≤2% jika FATO menjadi 1 (collocated) dengan FATO)

- Strength 2.3.1.3
Apabila Coidential :
 Untuk performance class 1 :
Mampu menampung beban helicopter pada saat rejected
take-off.
 Untuk performance class 2 & 3 :Mampu menampung beban
statis helicopter
Apabila collocated :
 Mengikuti kekuatan TLOF
- Keberadaan objek tetap 2.4.1.5

 Hanya alat bantu visual


 Low mass, fragile, tinggi ≤25cm
- Koordinat FATO 1.5.3.2

 Wajib, diukur masing-masing threshold FATO


 Sampai 2 digit di belakang koma
FORMULIR II II - 187
REFF KET
HASIL
ITEMS (MOS 139
PEMERIKSAAN S US NA
Vol. II)
2. Touch down and Lift Off Area (TLOF) 2.4.2

- Bentuk
Dapat bermacam-macam bentuk
- Dimensi 2.4.2.4
2.4.2.5
 Minimal 1D
 Dapat minimum 0,83D, apabila memilliki batasan arah
touchdown (limited direction touchdown) namun memiliki
2 arah berlawanan
- Slope/kemiringan 2.4.2.11

≤2%
- Type permukaan 1.5.3.1 d

- Daya dukung 2.4.2.2

(strength)
TLOF berhimpitan/menjadi satu dengan FATO, Strength : 2,5 x
MTOM
- Keberadaan objek tetap 2.4.2.9

 Hanya alat bantu visual


 Low mass, fragile,
 TLOF>16m, tinggi ≤25cm
 TLOF<16m atau TLOF<1D, tinggi ≤5cm
 Obyek didalam TLOF yang ada gunanya dengan
penerbangan, tinngi ≤2,5cm
- Koordinat TLOF 1.5.3.2

Wajib, diukur titik pusat TLOF


3. Drainage 2.4.2.11

4. Sarana Pengait 2.4.4

(Tie Down Point)


Minimal 6 points
5. Landing Net (LN) 2.4.3

Wajib, untuk operasi helicopter wheel type, kecuali telah


dilakukan friction test dan hasil nilai kekesatannya baik serta di
setujui oleh air operator
6. Safety Net (SN) 2.4.5

Lebar : 1,5m, strength : 75 kg/m2, keliling heliport, tinggi SN ≤


permukaan TLOF

IV. OBSTACLE RESTRICTION

HASIL KET
ITEMS REFF
PEMERIKSAAN S US NA
1. Obstacle Limitation Surface and Sector 3.6
3.6.1
Obstacle Sector (OS) 3.6.2
 Ketentuan sama dengan helideck apabila heliport berada 3.6.3
pada haluan/buritan (purpose-built heliport), wajib, ≤ 150° : 3.6.4
3.6.5
 TLOF≥1D, pada jarak dari tepi TLOF 0,12D ≤ 25 cm, lanjut
3.6.6
s/d 0,21D dan seterusnya : 0,05D+50% jarak
 TLO<1D, pada jarak dihitung dari tengah TLOF 0,5D s/d

FORMULIR II II - 188
HASIL KET
ITEMS REFF
PEMERIKSAAN S US NA
0,62D ≤ 5 cm, lanjut s/d 0,83D dan seterusnya :
0,05D+50% jarak
 Apabila berada tidak pada lokasi tsb diatas (non purpose-
built heliport), lihat MOS 139, vol II, bab 4, sub bab 3.6
3.5.2
Obstacle Free Sector (OS)
 Ketentuan sama dengan helideck apabila heliport berada
pada haluan/buritan (purpose-built heliport) , wajib, ≥ 210°
:
- Take-off Climb Surface 3.6.8.1

(TOF)
 Wajib, jika TOF hanya satu sisi harus membuat safety plan
yang di accept oleh DGCA dan luas transitional surface
harus ditambah tegak lurus menjauh sisi safety area.
 Non Instrument FATO :
Length : 1.310m, slope : 8%, divergen : 15%
 Instrument FATO:
1. Surface#1 : length : 2850m, divergen : 30%, w1 : 90m,
w2 : 1800m
2. Surface#2 : length : 9.150m, divergen : 0%, w1 : 1800m,
w2 : 1.800m
3. Slope :
 Slope #1 : 3,5% length : 4.360m
 Slope#2 : 2% (continued slope#1), length : 7.640 m
- Approach Surface 3.6.8.1
3.6.8.2
(APP) 3.6.8.3
 Wajib, jika APP hanya satu sisi harus membuat safety plan
yang di accept oleh DGCA dan luas transitional surface
harus ditambah tegak lurus menjauh sisi safety area.
 Non Instrument FATO :
Length : 1.310m, slope : 8%, divergen : 15%
 Instrument Non Precision FATO: Length : 2.500m, slope :
3,33%, divergen : 16%, w1 : 90m, w2 : 890m
 Instrument Precision :
1. Surface#1 : length : 1.745m, divergen : 25%, w1 : 90m
2. Surface#2 : length : 2.793m, divergen : 15%, continued
surface#1
3. Surface#3 : length : 5.462m, divergen : 0%, w : 1.800
4. Slope :
 Slope #1 : 2,5% length : 3.000m
 Slope#2 : 3% (continued slope#1), length : 2.500m
H=150m (flat), length : 4.500m
2. Location of Obstacle Sector
- Take-off Climb Surface (TOF) 3.6.8.1

 Wajib, jika TOF hanya satu sisi harus membuat safety plan
yang di accept oleh DGCA dan luas transitional surface
harus ditambah tegak lurus menjauh sisi safety area.
 Non Instrument FATO :
Length : 1.310m, slope : 8%, divergen : 15%
 Instrument FATO:
1. Surface#1 : length : 2850m, divergen : 30%, w1 : 90m,
w2 : 1800m
2. Surface#2 : length : 9.150m, divergen : 0%, w1 : 1800m,
w2 : 1.800m
3. Slope :
 Slope #1 : 3,5% length : 4.360m
 Slope#2 : 2% (continued slope#1), length : 7.640m

FORMULIR II II - 189
HASIL KET
ITEMS REFF
PEMERIKSAAN S US NA
- Approach Surface (APP) 3.6.8.1
3.6.8.2
 Wajib, jika APP hanya satu sisi harus membuat safety plan 3.6.8.3
yang di accept oleh DGCA dan luas transitional surface
harus ditambah tegak lurus menjauh sisi safety area.
 Non Instrument FATO :
Length : 1.310m, slope : 8%, divergen : 15%
 Instrument Non Precision FATO: Length : 2.500m, slope :
3,33%, divergen : 16%, w1 : 90m, w2 : 890m
 Instrument Precision :
1. Surface#1 : length : 1.745m, divergen : 25%, w1 : 90m
2. Surface#2 : length : 2.793m, divergen : 15%, continued
surface#1
3. Surface#3 : length : 5.462m, divergen : 0%, w : 1.800m
4. Slope :
o Slope #1 : 2,5% length : 3.000m
o Slope#2 : 3% (continued slope#1), length :
2.500m H=150m (flat), length : 4.500m

V. ALAT BANTU VISUAL

HASIL KET
ITEMS REFF
PEMERIKSAAN S US NA
4.5.1
1. Windsock

Wajib, min 1 (satu) buah


4.5.1.6
- Warna
Merah/putih atau solid orange
4.1.5
- Ukuran
L : 120cm, D1 : 30cm, D2 : 15cm
4.5.1.7
- Illuminated light
Wajib, untuk IMC
- Bearing dan/atau koordinat
2. Lighting 4.6
Wajib, untuk IMC atau Night operation
- Heliport Beacon 4.2.1

Wajib, bagi heliport yang tidak dilengkapi penerangan lain dan


sulit karena dikelilingi penerangan lain
- Flight Path Alignment Guidance Lighting 4.5.2.4
Systems
 Jika diterapkan, dapat dikombinasikan dengan flight path
guidance marking dan harus di tempat sisi dalam marka
arrow
 Min 3 lampu dan ideal 5 lampu , total jarak min 6m, interval
lampu ≥ 1,5m dan ≤3m
 Warna : putih, omni directional
- VASI : HAPI/APAPI/PAPI 4.2.4

 Diterapkan karena aspek obstacle clearance, lingkungan


heliport dan karakterisktik helicopter
 Area proteksi VASI : w = w of SA, distance from end of FATO
: 3m, divergen : 10%, length : 2.500m
- TLOF perimeter light (warna, jumlah, jarak 4.5.2.1
interval dan intensity)
 Wajib , untuk IMC dan Night operation
 Warna : hijau
 Interval : ≤3m

FORMULIR II II - 190
HASIL KET
ITEMS REFF
PEMERIKSAAN S US NA
 Untuk persegi/persegi, min 4 unit lampu
 Untuk lingkaran : min 14 unit lampu
 H ≤ 25cm
- TLOF Flood light (jumlah, intensity) 4.5.2.2

 Wajib , untuk IMC dan Night operation


 Warna : putih
 Ditempatkan disetiap sudut atau sisi permukaan dari batas
FATO
 Intensitas 10 lux
- Winching Area Flood light (jumlah, intensity) 4.2.8

 Wajib , untuk IMC dan Night operation


 Intensitas min 10 lux (diukur dari permukaan winching
area)
- Obstruction light (warna, jumlah dan letak) 4.5.2.3

 Wajib , untuk IMC dan Night operation


 Warna merah
 Intensitas 40 W s/d 80 W
3. Marka dan Rambu 4.5.3
4.5.3.8
- Surface Marking
 Dark Green
4.4.1.3
- TLOF Perimeter Marking
 Wajib, untuk TLOF area dan juga untuk TLOF = HS
 Marka, warna : putih, lebar : 30cm, solid sepanjang TLOF
4.5.3.2
- Touchdown Perimeter Marking
 Wajib terpasang di sepanjang sisi helideck/ shipboard
 Warna : putih, lebar 30 cm
- Heliport Name Marking 4.5.3.6

Wajib
- “H” Identification Marking 4.5.3.1

 Wajib
 Warna putih kecuali rumah sakit warna merah, uk :
3mx1,8mx0,4m
 Letak berdekatan atau di tengah FATO
- Maximum Allowable Mass & D-Value 4.5.3.4

Marking
 Wajib
 Warna : putih
 Maximum allowable mass marking dinyatakan dalam
satuan ton, diikuti dengan “t”
 D-Value marking dinyatakan dalam satuan meter
 Tinggi huruf, FATO <15m : 60cm, 15m≤FATO≤30m : 90cm,
FATO>30m : tinggi huruf proporsional sesuai
ketentuan/MOS Vol. II gambar 4-14
- Passenger Walkway dan Emergency Exit 4.5.3.10
4.5.3.11
Marking
 Wajib
 Warna : kuning, w = 1m
 Untuk emergency exit marking, ditambah tulisan :
“Emergency Exit”
- Flight Path Alignment Guidance Marking 4.5.3.12

 Wajib diberikan penerangan untuk IMC dan night operation


 Spesifikasi : MOS Vol. II – gambar 4.12

VI. RESCUE AND FIRE FIGHTING SERVICES (RFFS)


FORMULIR II II - 191
HASIL KET
ITEMS REFF
PEMERIKSAAN S US NA
6.2
1. Rescue Equipment,
Category : H1/H2/H3
 Wajib
 H1 : D<15m,
 H2 : 15m≤D<24m
 H3 : 24m≤D<35m
a. Adjustable Wrench 6.3
1 unit
b. Axe, rescue, non-wedge or aircraft type 6.3
1 unit
c. Cutter Bolt, 60 cm 6.3
1 unit
d. Crowbar, 105 cm 6.3
1 unit
e. Hook, grap or salving 6.3
1 unit
f. Hacksaw, heavy duty complete with 6 spare 6.3
blades
1 set
g. Blanket, fire resistance 6.3
h. Ladder, length appropriate to helikopter in use 6.3
Untuk Cat.H3 : 1 unit
i. Life line, 5 cm, 15 m in length 6.3
1 roll
j. Plier side cutting tool 6.3
1 unit
k. Set of Assorted Screwdrivers 6.3
1 set
l. Hardness knife complete with sheath 6.3
1 unit
m. Gloves, fire resistance 6.3
2 pairs, untuk Cat. H3 : 3 pairs
n. Power cutting tool 6.3
Untuk Cat.H3 : 1 unit
6.2
2. Fire Fighting Equipment,
Category : H1/H2/H3
 Wajib
 H1 : D<15m,
 H2 : 15m≤D<24m
 H3 : 24m≤D<35m
- DCP 6.6 a

45 kg
- CO2 6.6 c

≥18 kg
- Performance B Level 6.6 b

Canon, 2 monitor
Discharge : 60 lt

VII. MISCELLANEOUS

ITEMS REFF KONDISI SAAT INI


5.2.1
1. Alat Bantu Penentu Cuaca dan Kecepatan Angin

FORMULIR II II - 192
ITEMS REFF KONDISI SAAT INI
Wajib
5.2.1
2. Pelayanan Lalu Lintas Udara menggunakan komunikasi
melalui Radio Penerbangan
Wajib
- Frekwensi
- Call Sign
- Rekomendasi Frekwensi Stasiun Darat Radio
Penerbangan VHF A/G
5.3.2
3. Alat Bantu Navigasi Penerbangan
Jika digunakan sebagai referensi dalam IAP
- Frekwensi
- Identification
- Rekomendasi Frekwensi Stasiun Darat Radio
Penerbangan NDB
5.3.2.e
4. Instrument Flight Procedure
Wajib, untuk IMC
5.1.3
5. Personil Helicopter Landing Officer (HLO)
Wajib dan harus memiliki lisensi HLO yang diterbitkan Ditjen Perhubungan
Udara
5.1.3
6. Personil Radio Komunikasi Penerbangan (AGGGR)
Wajib dan harus memiliki lisensi AGGGR yang diterbitkan Ditjen Perhubungan
Udara
5.1.3
7. Personil Fire Fighting
Wajib
5.1.3
8. Personil Reporting Officer
Wajib

CATATAN :

1. Audit Keselamatan Persyaratan Standar Teknis dan Operasional Shipboard “(Nama Heliport)”
ini dilaksanakan mengacu pada Peraturan Direktur Jenderal Perhubungan Udara nomor : KP.
40 Tahun 2015 tentang Standar Teknis Dan Operasi Peraturan Keselamatan Penerbangan Sipil
– Bagian 139 (Manual Of Standard Casr – Part 139) Volume II Tempat Pendaratan Dan Lepas
Landas Helikopter (Heliports).
2. (jika terdapat finding) Dalam Audit Keselamatan Persyaratan Standar Teknis dan Operasional
ini didapat temuan (finding) yang wajib ditindaklanjuti oleh pemilik / penyelenggara
Shipboard “(Nama Heliport)” sebagai berikut :

No Unsur Temuan dan Type Temuan Tindak Lanjut Temuan


1. PENDAHULUAN
2. PHYSICAL
CHARACTERISTIC
3. OBSTACLE RESTRICTION
4. ALAT BANTU VISUAL

FORMULIR II II - 193
No Unsur Temuan dan Type Temuan Tindak Lanjut Temuan
(VISUAL AID)
5. RFFFS
6. MISCELLANEOUS

3. Pemilik / penyelenggara Shipboard “(Nama Heliport)” agar melaporkan corrective action plan
dan/atau tindaklanjut temuan (findings) kepada Direktur Bandara pada kesempatan pertama
sebagai persyaratan pemenuhan proses lanjut penerbitan/perpanjangan register heliport.
4. Pemilik / Penyelenggara Shipboard “(Nama Heliport)” wajib merawat dan mempertahankan
terpenuhinya persyaratan teknis dan fasilitas yang dioperasikan serta melaporkan setiap
adanya perubahan yang dapat mempengaruhi keselamatan penerbangan.

Demikian Audit Keselamatan Pemeriksaan Persyaratan Standar Teknis dan Operasional ini
dibuat dengan sesungguhnya dan untuk dapat dipergunakan sebagaimana mestinya.

Jakarta, ................................

Yang Melaksanakan Audit Registrasi/Keselamatan :

1. ............................ ……………………………………………
Aerodrome Inspector

2. ............................ ……………………………………………
Penanggung Jawab
Shipboard “(Nama Heliport)”

FORMULIR II II - 194
Formulir II.2d Checklist Audit Registrasi dan
Pengawasan Keselamatan
Operasi Bandar Udara
Perairan

CHECKLIST AUDIT REGISTRASI BANDARA PERAIRAN


(WATER AERODROME)

I. RUNWAY (WATER OPERATING AREA) :


1. Nomor Runway :
2. Dimensi :

KETERANGAN
ITEM REFF HASIL PEMERIKSAAN
S US NA
Panjang MOS CASR 139 Vol III,
Lamp. I huruf B (1) (a)
Lebar MOS CASR 139 Vol III,
Lamp. I huruf B (1) (a)

3. Kondisi permukaan air :


KETERANGAN
ITEM REFF HASIL PEMERIKSAAN
S US NA
Kedalaman MOS CASR 139 Vol III
Lamp. I huruf B (1) (b)
Penambahan MOS CASR 139 Vol III
atas density Lamp. I huruf B (1) (d)
altitude
Ketinggian MOS CASR 139 Vol III
Gelombang Lamp. I huruf B (1) (d)
Kecepatan air MOS CASR 139 Vol III
Lamp. I huruf B (1) (d)

II. JALUR TAXIWAY :


HASIL KETERANGAN
NO ITEM REFF
PEMERIKSAAN S US NA
1. Dimensi Jalur MOS CASR 139 Vol III,
Taxiway Lamp. I huruf B (2) (a)
2. Jarak Bebas Jalur MOS CASR 139 Vol III,
Taxiway terhadap Lamp. I huruf B (2) (b)
Halangan
3. Kolam Putar MOS CASR 139 Vol III,
(Turning Basin) Lamp. I huruf B (2) (c)
a. Kolam Putar Radius MOS CASR 139 Vol III,
Lamp. I huruf B (2) (c) (1)
b. Jarak Bebas Turning MOS CASR 139 Vol III,
Basin terhadap Lamp. I huruf B (2) (c) (2)
halangan
c. Anchorage MOS CASR 139 Vol III,
Lamp. I huruf B (2) (c) (3)
1) Jenis MOS CASR 139 Vol III,
Lamp. I huruf B (2) (c) (3)
2) Panjang MOS CASR 139 Vol III,
Lamp. I huruf B (2) (c) (3)
3) Jarak antara MOS CASR 139 Vol III,

FORMULIR II II - 186
tambatan (Jika Lamp. I huruf B (2) (c) (3)
ada)

III. FASILITAS PESISIR (SHORELINE FACILITIES) :

NO. ITEM REFF HASIL KETERANGAN


PEMERIKSAAN S US NA
1. Peluncuran (Slipway) MOS CASR 139 Vol III,
Lamp. I huruf C (1)
a. Lokasi : MOS CASR 139 Vol III,
Lamp. I huruf C (1) (a)
Ketinggian dan MOS CASR 139 Vol III,
kedalaman air Lamp. I huruf C (1) (a)
b. Dimensi MOS CASR 139 Vol III,
Lamp. I huruf C (1) (b)
c. Pelindung pada MOS CASR 139 Vol III,
Slipway Lamp. I huruf C (1) (c)
2. Kemiringan (Ramp) MOS CASR 139 Vol III,
Lamp. I huruf C (2)
a. Lokasi MOS CASR 139 Vol III,
Lamp. I huruf C (2) (a)
b. Krakteristik MOS CASR 139 Vol III,
Lamp. I huruf C (2) (b)
c. Lebar MOS CASR 139 Vol III,
Lamp. I huruf C (2) (c)
d. Permukaan yang MOS CASR 139 Vol III,
tertutup air dengan Lamp. I huruf C (2) (d)
kedalaman terendah
e. Tie down Point MOS CASR 139 Vol III,
Lamp. I huruf C (2) (3)
f. Jarak antar Ramp satu MOS CASR 139 Vol III,
dengan yang lain Lamp. I huruf C (2) (f)
3. Dermaga Tetap (Fixed MOS CASR 139 Vol III,
Pier) Lamp. I huruf C (3)
a. Jarak dari Turning MOS CASR 139 Vol III,
Basing Lamp. I huruf C (3) (a)
b. Jarak dari Jalur MOS CASR 139 Vol III,
Taxiway Lamp. I huruf C (3) (b)
4. Dermaga Apung MOS CASR 139 Vol III,
(Floating Pier) Lamp. I huruf C (4)
a. Dimensi MOS CASR 139 Vol III,
Lamp. I huruf C (4) (b)
b. Gang (Jalur MOS CASR 139 Vol III,
penghubung dari Lamp. I huruf C (4) (c)
dermaga)
6. Anchorage/Mooring MOS CASR 139 Vol III,
Buoy. Lamp. I huruf C (6)
7. Lampu MOS CASR 139 Vol III,
Lamp. I huruf C (8)
a. Lampu Suar MOS CASR 139 Vol III,
Lamp. I huruf C (8) (a)
b. Lampu Sorot MOS CASR 139 Vol III,
Lamp. I huruf C (8) (b)
c. Prosedur Pendekatan MOS CASR 139 Vol III,
Lamp. I huruf C (8) (c)
d. Observasi cuaca MOS CASR 139 Vol III,
Lamp. I huruf C (8) (d)

FORMULIR II II - 187
8 Windsock MOS CASR 139 Vol III,
Lamp. I huruf C (9)
a. Warna MOS CASR 139 Vol III,
Lamp. I huruf C (9)
b. Ukuran : MOS CASR 139 Vol III,
Lamp. I huruf C (9)
1) Medium MOS CASR 139 Vol III,
Lamp. I huruf C (9) III
2) Small MOS CASR 139 Vol III,
Lamp. I huruf C (9)

IV. OBSTRUCTION RESTRICTION


1. Take off Runway & Aprroach Runway :
NO ITEM REFF HASIL KETERANGAN
PEMERIKSAAN S US NA
1. Take off Runway …. and MOS CASR 139 Vol
Approach Runway…. I, Bab 7
2. Take off Runway ….. MOS CASR 139 Vol
and I, Bab 7
Approach Runway ….

2. Obstacle within transitional surface :


ITEM REFF HASIL PEMERIKSAAN KETERANGAN
S US NA
(object dapat beruapa MOS CASR 139 Vol I,
bangunan, pohon dll) Bab 7

V. COMMUNICATION :

VI. NAVIGATION :

VII. OPERATION OFFICER


NO ITEM EXISTING KETERANGAN
1. Petugas Pelapor
2. PKP-PK
3. Pengamanan Bandara

VIII. FIRE FIGHTING FACILITIES : CAT……


N ITEM REFF HASIL KETERANGAN
O PEMERIKSAAN S US NA
1. Rescue BOAT KP 14 Tahun 2015

2. DCP
3. CO2
4. CO2
Catatan :

S : Satisfactory
US : Unsatisfactory
N/A : Not Available
FORMULIR II II - 188
Formulir II.3a Checklist Inspeksi
Keselamatan
Operasi Bandar Udara

CHECKLIST INSPEKSI KESELAMATAN


OPERASI BANDAR UDARA

Pelaksanaan Inspeksi yang merupakan pemeriksaan sederhana terhadap pemenuhan standar


suatu produk akhir objek tertentu dapat menggunakan Formulir II.2.a Checklis Audit Sertifikas/
Checklis Audit II.2.b Registrasi dan Keselamatan dengan memilih cheklist sesuai dengan objek
yang akan dilakukan pemeriksaan sebagai berikut :

A. Matrik Pemenuhan CASR


B. Checklist Karakteristik fisik fasilitas Bandar Udara; atau
C. Checklist Marka, Rambu dan Tanda, atau
D. Checklist Obstacle; atau
E. Checklist Aerodrome Lighting; atau
F. Checklist Pemilihan Arus Hubungan Seri (Series Line Current) untuk Berbagai Tahap
Intensitas; atau
G. Checklist Manajemen Gangguan Binatang Liar; atau
H. Checklist Pertolongan Kecelakaan Penerbangan dan Pemadam Kebakaran; atau
I. Checklist Personel; atau
J. Checklist Kabandara.

FORMULIR II II - 199
Formulir II.3b Checklist Inspeksi
Keselamatan Operasi
Tempat Pendaratan dan
Lepas Landas Helikopter

Checklist Inspeksi Tempat Pendaratan Dan Lepas Landas Helikopter (Heliport) Dalam Rangka
Keselamatan Untuk Surface Level, Elevated Level, Helideck Dan Shipboard Menggunakan Wajib
Menggunakan Checklist Pemeriksaan Buku Pedoman Tempat Pendaratan dan Lepas Landas
Helikopter serta Chechlist Teknis sesuai dengan jenis/type heliport

II - 200
CHECKLIST PEMERIKSAAN INSPEKSI KESELAMATAN BUKU PEDOMAN
TEMPAT PENDARATAN DAN LEPAS LANDAS HELIKOPTER

HASIL TEMUAN
NO ITEMS EVALUASI INSPEKTUR
TIDAK
MEMENUHI
MEMENUHI
BUKU PANDUAN TEMPAT PENDARATAN DAN LEPAS
LANDAS HELIKOPTER
Kata Pengantar
Daftar isi
Lampiran - lampiran
Lembar amandemen
1. BAB I
DATA DAN INFORMASI UMUM
1.1 Lingkup dan tujuan
1.2 Dasar Hukum
1.3 Nama penyelenggara
1.4 Struktur organisasi dan manajemen
penyelenggara
1.5 Sistem pencatatan pergerakan helikopter
1.6 Tanggung jawab penyelenggara
1.7 Pelayanan Lalu Lintas
2. BAB II
DATA DAN INFORMASI LOKASI DAN FASILITAS
TEMPAT PENDARATAN DAN LEPAS LANDAS
HELIKOPTER
1.1 Gambar lokasi yang menunjukkan fasilitas
utama, termasuk windsock
1.2 Gambar lokasi terhadap bandara terdekat
1.3 Gambar desain teknis TLOF/FATO, termasuk
safety area jika diterapkan
1.4 Data dan informasi lokasi dan tinggi Obstacle

FORMULIR II II - 199
HASIL TEMUAN
NO ITEMS EVALUASI INSPEKTUR
TIDAK
MEMENUHI
MEMENUHI
1.5 Data dan informasi fasilitas tempat pendaratan
dan lepas landas helikopter
3. BAB III
STANDAR PROSEDUR PENGOPERASIAN TEMPAT
PENDARATAN DAN LEPAS LANDAS HELIKOPTER
3.1 Standar prosedur pelayanan pendaratan dan
lepas landas helikopter
3.2 Standar prosedur inspeksi
3.3 Standar prosedur pengaturan dan pengendalian
obstacle
3.4 Standar prosedur pemeliharaan area
pergerakan
3.5 Standar prosedur pelaporan
3.6 Standar prosedur Keadaan Darurat di Heliport
3.7 Standar Prosedur Persiapan Night Emergency
Medevac Terkait Fasilitas Heliport, jika heliport
digunakan untuk malam hari
3.8 Standar Prosedur Persiapan Night Emergency
Medevac Terkait Emergency Response (ERP),
jika heliport digunakan untuk malam hari
4. BAB IV
SISTIM PELAPORAN
4.1 Penyusunan laporan setiap perubahan yang
terjadi
4.2 Nama dan tanggung jawab petugas pelaporan

4.3 Data lengkap dan rinci organisasi dan personel


bilamana terjadi perubahan agar dilaporkan.

II - 200
II - 201
A. ELEVATED HELIPORT

CHECKLIST INSPEKSI
TEMPAT PENDARATAN DAN LEPAS LANDAS HELIKOPTER (HELIPORT)
DALAM RANGKA PENERBITAN / PERPANJANGAN REGISTER
ELEVATED HELIPORT ( Nama Heliport )
Nomor : ...............

I. UMUM
1. Nama Inspektur :

2. Tanggal Audit :

II. DATA HELIPORT


1. Nama Heliport :

2. Type Heliport :

3. Type Instalasi :

4. Lokasi :

5. Jarak dan arah dari bandar udara :


terdekat
6. Koordinat Heliport Reference Point

- Latitude :

- Longitude :

7. Elevasi Heliport :

8. Pemilik :

9. Penyelenggara :

10. Penanggung Jawab :

11. Helikopter terkritis yang :


direncanakan
12. Helikopter yang beroperasi saat ini :

13. Penggunaan :

14. No. Register Heliport :

15. Declared Distance (jika diterapkan) : Diterapkan atau tidak


FATO TODA(H) RTODA(H) LDA(H)

FORMULIR II II - 199
III. KARAKTERISTIK FISIK
REFF KET
HASIL
ITEMS (MOS 139 Vol.
PEMERIKSAAN S US NA
II)
1. Final Approach Take-Off Area (FATO) 2.2.2

 Wajib memiliki minimal 1 buah


 Type permukaan : Steelplate/Allumunium/Concrete/dll
- Type FATO 1.5.3.1.c

Berhimpitan/mejadi satu dengan TLOF


- True Bearing (Designation Number) 1.5.3.1.c

- Bentuk 2.2.2.2

Dapat bermacam-macam bentuk


- Dimensi 2.2.2.2

EH : minimal 1 D
- Slope/Kemiringan 2.2.2.3 d

≤2%
- Strength 2.2.2.3 e

 Untuk performance class 1 :


Mampu menampung beban helicopter pada saat rejected take-
off.
 Untuk performance class 2 & 3 : Mampu menampung beban statis
helikopter
- Keberadaan objek tetap 2.2.2.4
2.2.2.5
 Hanya alat bantu visual
 Low mass, fragile, tinggi ≤25cm
- Koordinat FATO 1.5.3.2

 Wajib, diukur masing-masing threshold FATO, untuk FATO


Runway-Type
 Sampai 2 digit di belakang koma
2. Touch down and Lift Off Area (TLOF) 2.2.4.1

 Wajib memiliki minimal 1 buah


 Type permukaan : Steelplate/Allumunium/Concrete/dll
- Type TLOF 2.2.4.1

Berhimpitan/mejadi satu dengan FATO


- Bentuk 2.2.4.2

Dapat bermacam-macam bentuk


- Dimensi 2.2.4.2

Minimal 0,83 D
- Slope/kemiringan 2.2.4.3

≤2%
- Daya dukung 2.2.4.5

(strength)
TLOF berhimpitan/menjadi satu dengan FATO, Strength : 2,5 x
MTOM
- Keberadaan objek tetap 2.2.4.6
2.2.4.7
 Hanya alat bantu visual
 Low mass, fragile, tinggi ≤25cm
- Koordinat TLOF 1.5.3.2

 Wajib, diukur titik pusat TLOF


 Sampai 2 digit di belakang koma
3. Drainage 2.2.4.3

4. Sarana Pengait 2.2.11

(Tie Down Point)


Minimal 6 points
5. Landing Net (LN) 2.2.10

Wajib, untuk operasi helicopter wheel type, kecuali telah dilakukan


friction test dan hasil nilai kekesatannya baik serta di setujui oleh air
operator
6. Safety Net (SN) 2.2.9

II - 200
REFF KET
HASIL
ITEMS (MOS 139 Vol.
PEMERIKSAAN S US NA
II)
Lebar : 1,5m, strength : 75 kg/m2, keliling heliport, tinggi SN ≥
permukaan TLOF
7. Safety Area (SA)
- Dimensi 2.2.5

 VMC, minimal 3m atau 0,25D, yang terbesar yang digunakan


 IMC, minimal lebar 45 m dari centerline FATO, minimal panjang 60
m dari outer edge FATO
- Slope/Kemiringan 2.2.5.7

≤4%
- Type Permukaan 1.3.5.1 d

- Keberadaan objek tetap 2.2.5.4


2.2.5.5
 Hanya alat bantu visual 2.2.5.6
 Low mass, fragile, tinggi di sepanjang sisi FATO ≤25cm, tinggi di
luar FATO sampai dengan SA = 25 cm + 5% (dihitung dari outer
edge FATO)
 Keberadaan obstacle pada area SA yang diproteksi diperkenakan
hanya 1 (satu) sisi dengan jarak 10 m dari SA dan slope 100%
8. Clearway (CW) 2.2.3

IMC, wajib
- Dimensi 2.2.3.2

 Minimal lebar = lebar SA


 Letak CW dihitung dari outer edge FATO
- Profil tanah 1.5.3.1 e

- Keberadaan objek tetap atau lainnya


 Slope ≤3%, dihitung dari inner edge FATO
 Harus clear dari objek yang dapat membahayakan helikopter
9. Helicopter Ground Taxiway (GTW) dan Ground 2.2.6

Taxi-Route (GTR)
- Designation 1.5.3.1 f

- Lebar 2.2.6.2

 GTW : 1,5 x UCW


 GTR : 1,5 x RD
- Type Permukaan 1.5.3.1 f

- Daya dukung 2.2.6.4

(strength)
 GTW, strength : beban statis (static load bearing) MTOM
 GTR, strength : tahan rotor downwash
- Slope/Kemiringan
 Longitudinal : ≤3%
 Transverse : ≤2% (untuk drainage)
- Keberadaan objek tetap 2.2.6.7

 Hanya alat bantu visual


 Low mass, fragile
 Tinggi di jarak ≤50 cm : ≤25cm, dengan penambahan ketinggian =
25 cm + 5% (dihitung dari outer edge GTW)
- Koordinat 1.5.3.3

 Wajib, diukur centerline GTW


10. Helicopter Air Taxiway (ATW) dan Air Taxi-route 2.2.7

(ATR)
- Designation 1.5.3.1.f

- Lebar 2.2.7.2

 ATW : 2 x UCW
 ATR : 2 x RD

- Type Permukaan 1.5.3.1.f

II - 201
REFF KET
HASIL
ITEMS (MOS 139 Vol.
PEMERIKSAAN S US NA
II)
- Daya dukung 2.2.7.3

(strength)
 ATW, strength : beban dinamis (dynamic load bearing)
 GTR, strength : tahan rotor downwash
- Slope/Kemiringan 2.2.7.4

 Longitudinal : ≤3%
 Transverse : ≤2% (untuk drainage)
- Keberadaan objek tetap 2.2.7.7

 Hanya alat bantu visual


 Low mass, fragile
 Tinggi di jarak ≤100 cm : ≤25cm, dengan penambahan ketinggian =
25 cm + 5% (dihitung dari outer edge ATW
- Koordinat 1.5.3.3

Wajib, diukur centerline ATW


11. Helicopter Stand (HS) 2.2.8

- Designation 1.5.3.1.g

- Dimensi
 HS : min 1,2 x D
 Protection area :min 0,4 D, untuk HS yang dipergunakan untuk
berputarnya helicopter
 HS hanya untuk taxi-trought, lebar HS = lebar taxi-route
- Type Permukaan 1.5.3.1.g

- Daya dukung 2.2.8.10


2.2.8.11
(strength)
 Strength : beban statis (static load bearing) MTOM
 D daripada HS yang memiliki strength tersebut diatas : minimal
0,83 D
- Slope/Kemiringan 2.2.8.1

≤2%
- Keberadaan objek tetap 2.2.8.9

 Tidak ada objek tetap yang diperbolehkan

IV. OBSTACLE RESTRICTION

HASIL KET
ITEMS REFF
PEMERIKSAAN S US NA
12. Obstacle Limitation Surface and Sector
- Take-off Climb Surface 3.4.1.1
3.4.1.2
(TOF) 3.4.1.3
 Wajib, jika TOF hanya satu sisi harus membuat safety plan yang di 3.4.2.1
accept oleh DGCA dan luas transitional surface harus ditambah
tegak lurus menjauh sisi safety area.
 Non Instrument FATO :
Length : 1.310m, slope : 8%, divergen : 15%
 Instrument FATO:
1. Surface#1 : length : 2850m, divergen : 30%, w1 : 90m, w2 :
1800m
2. Surface#2 : length : 9.150m, divergen : 0%, w1 : 1800m, w2 :
1.800m
3. Slope :
 Slope #1 : 3,5% length : 4.360m
 Slope#2 : 2% (continued slope#1), length : 7.640m

II - 202
HASIL KET
ITEMS REFF
PEMERIKSAAN S US NA
- Approach Surface 3.4.1.1
3.4.1.2
(APP) 3.4.1.3
 Wajib, jika APP hanya satu sisi harus membuat safety plan yang di 3.4.2.1
accept oleh DGCA dan luas transitional surface harus ditambah
tegak lurus menjauh sisi safety area.
 Non Instrument FATO :
Length : 1.310m, slope : 8%, divergen : 15%
 Instrument Non Precision FATO: Length : 2.500m, slope : 3,33%,
divergen : 16%, w1 : 90m, w2 : 890m
 Instrument Precision :
1. Surface#1 : length : 1.745m, divergen : 25%, w1 : 90m
2. Surface#2 : length : 2.793m, divergen : 15%, continued
surface#1
3. Surface#3 : length : 5.462m, divergen : 0%, w : 1.800m
4. Slope :
 Slope #1 : 2,5% length : 3.000m
 Slope#2 : 3% (continued slope#1), length : 2.500m H=150m
(flat), length : 4.500m
- Transitional Surface 3.4.1.2
3.4.1.3
(TRS)
 Wajib, untuk instrument approach FATO, jika TRS hanya satu sisi
harus membuat safety plan yang di accept oleh DGCA
 Slope : 14,3%
 Length : 315m from outer edge of SA
- Inner Horizontal Surface (IHS) 3.4.1.2
3.4.1.3
 Wajib, untuk instrument approach FATO.
 Jika HIS tidak tersedia maka TRS langsung menyambung dengan
CON
 Slope : 0%, height : 45 m from FATO elevation
Length : 1640m from outer edge of TRS
- Conical Surface (CON) 3.4.1.2
3.4.1.3
 Wajib, untuk instrument approach FATO
 Divergen : 5%
 Slope : 5%, height : 100m from FATO elevation
Length : 1100m from outer edge of HIS
13. Location of Obstacle Sector
- Take-off Climb Surface (TOF) 3.4.1.1
3.4.1.2
 Wajib, jika TOF hanya satu sisi harus membuat safety plan yang di 3.4.1.3
accept oleh DGCA dan luas transitional surface harus ditambah 3.4.2.1
tegak lurus menjauh sisi safety area.
 Non Instrument FATO :
Length : 1.310m, slope : 8%, divergen : 15%
 Instrument FATO:
1. Surface#1 : length : 2850m, divergen : 30%, w1 : 90m, w2 :
1800m
2. Surface#2 : length : 9.150m, divergen : 0%, w1 : 1800m, w2 :
1.800m
3. Slope :
 Slope #1 : 3,5% length : 4.360m
 Slope#2 : 2% (continued slope#1), length : 7.640m
- Approach Surface (APP) 3.4.1.1
3.4.1.2
 Wajib, jika APP hanya satu sisi harus membuat safety plan yang di 3.4.1.3
accept oleh DGCA dan luas transitional surface harus ditambah 3.4.2.1
tegak lurus menjauh sisi safety area.
 Non Instrument FATO :
Length : 1.310m, slope : 8%, divergen : 15%
 Instrument Non Precision FATO: Length : 2.500m, slope : 3,33%,
divergen : 16%, w1 : 90m, w2 : 890m
 Instrument Precision :
1. Surface#1 : length : 1.745m, divergen : 25%, w1 : 90m
2. Surface#2 : length : 2.793m, divergen : 15%, continued
surface#1
3. Surface#3 : length : 5.462m, divergen : 0%, w : 1.800m
4. Slope :
 Slope #1 : 2,5% length : 3.000m
 Slope#2 : 3% (continued slope#1), length : 2.500m H=150m
(flat), length : 4.500m

II - 203
HASIL KET
ITEMS REFF
PEMERIKSAAN S US NA

- Transitional Surface (TRS) 3.4.1.2


3.4.1.3
 Wajib, untuk instrument approach FATO, jika TRS hanya satu sisi
harus membuat safety plan yang di accept oleh DGCA
 Slope : 14,3%
 Length : 315m from outer edge of SA
- Inner Horizontal Surface (IHS) 3.4.1.2
3.4.1.3
 Wajib, untuk instrument approach FATO.
 Jika HIS tidak tersedia maka TRS langsung menyambung dengan
CON
 Slope : 0%, height : 45 m from FATO elevation
 Length : 1640m from outer edge of TRS
- Conical Surface (CON) 3.4.1.2
3.4.1.3
 Wajib, untuk instrument approach FATO
 Divergen : 5%
 Slope : 5%, height : 100m from FATO elevation
 Length : 1100m from outer edge of HIS

V. ALAT BANTU VISUAL

HASIL KET
ITEMS REFF
PEMERIKSAAN S US NA
4.1
1. Windsock
Wajib, min 1 (satu) buah
4.1.6
- Warna
Merah/putih atau solid orange
4.1.5
- Ukuran
L : 120cm, D1 : 30cm, D2 : 15cm
4.1.7
- Illuminated light
Wajib, untuk IMC
- Bearing dan/atau koordinat
2. Lighting 4.4.2
Wajib, untuk IMC atau Night operation
- Heliport Beacon 4.2.1

Wajib, bagi heliport yang tidak dilengkapi penerangan dan sulit


karena dikelilingi penerangan lain
- Flight Path Alignment Guidance Lighting Systems 4.2.3

 Jika diterapkan, dapat dikombinasikan dengan flight path


guidance marking dan harus di tempat sisi dalam marka arrow
 Min 3 lampu dan ideal 5 lampu , total jarak min 6m, interval
lampu ≥ 1,5m dan ≤3m
 Warna : putih, omni directional
- VASI : HAPI/APAPI/PAPI 4.2.4

 Diterapkan karena aspek obstacle clearance, lingkungan heliport


dan karakterisktik helicopter
 Area proteksi VASI : w = w of SA, distance from end of FATO : 3m,
divergen : 10%, length : 2.500m
- FATO light (warna, jumlah, jarak interval dan 4.4.2.1
intensity)
 Wajib , untuk IMC dan Night operation
 Warna : putih
 Untuk persegi/persegi panjang : imterval ≤50m, min 4 unit lampu
 Untuk lingkaran : interval ≤5m, min 10 unit lampu
- TLOF perimeter light (warna, jumlah, jarak 4.4.2.2 a
interval dan intensity)
 Wajib , untuk IMC dan Night operation
 Warna : hijau
 Interval : ≤5m
 Untuk persegi/persegi, min 4 unit lampu
 Untuk lingkaran : min 14 unit lampu
 H ≤ 25cm
- TLOF Flood light (jumlah, intensity) 4.4.2.2 b
 Wajib , untuk IMC dan Night operation
 Warna : putih
 Interval : ≤5m
 Untuk persegi/persegi, min 4 unit lampu

II - 204
HASIL KET
ITEMS REFF
PEMERIKSAAN S US NA
 Untuk lingkaran : min 14 unit lampu H ≤ 25cm
- Winching Area Flood light (jumlah, intensity) 4.2.8

 Wajib , untuk IMC dan Night operation


 Intensitas min 10 lux (diukur dari permukaan winching area)
- Taxiway light (warna, jumlah, jarak interval dan 4.2.9
intensity)
 Wajib , untuk IMC dan Night operation
 H ≤ 25cm
- Obstacle light (warna, jumlah dan letak) 4.4.2.3
 Wajib , untuk IMC dan Night operation
 Jika tidak ada obstacle light, dapat digantikan dengan floodlighting
of obstacle yang harus menghasilkan pencahayaan minimal 10
cd/m2
3. Marka dan Rambu
4.4.1.2
- FATO Dimension Marking
 Sebagai batasan dimensi FATO
 Warna : putih
 Ukuran marka panjang 1,5 m, lebar 30 cm dengan jarak spasi 1.5
m
4.3.1.2 c
- FATO Designation Marking
 Wajib, untuk Runway type FATO
 Lokasi marka di awal FATO
4.4.1.3
- TLOF Perimeter Marking
 Wajib, untuk TLOF area dan juga untuk TLOF = HS
 Marka, warna : putih, lebar : 30cm, solid sepanjang TLOF
4.4.1.4
- Touchdown Marking
 Wajib, pada TLOF area dan juga pada TLOF = HS
 Warna : kuning, bentuk : lingkaran, w = 1m, D = 0,5D
4.4.1.5
- Heliport Name Marking
 Wajib
 Letak berdekatan Obstacle Sector (OS)
- “H” Identification Marking 4.4.1.1

 Wajib
 Warna putih kecuali rumah sakit warna merah, uk :
3mx1,8mx0,4m
 Letak berdekatan atau di tengah FATO, kecuali Runway-type FATO
- Maximum Allowable Mass & D-Value Marking 4.4.1.10

 Wajib
 Warna : putih
 Maximum allowable mass marking dinyatakan dalam satuan ton,
diikuti dengan “t”
 D-Value marking dinyatakan dalam satuan meter
 Tinggi huruf, FATO <15m : 60cm, 15m≤FATO≤30m : 90cm,
FATO>30m : tinggi huruf proporsional sesuai ketentuan/MOS Vol.
II gambar 4-14
- Passenger Walkway dan Emergency Exit Marking 4.4.1.7
4.4.1.8
 Wajib
 Warna : kuning, w = 1m
 Untuk emergency exit marking, ditambah tulisan : “Emergency
Exit”
- Helicopter Ground Taxiway Marking & Marker 4.3.1.6

 Wajib, jika diterapkan GTW


 Ketentuan GTW marking : spesifikasi taxi holding marking pada
MOS 139 Vol. I
- Helicopter AirTaxiway Marking & Marker 4.3.1.7

Wajib, jika diterapkan ATW


- Helicopter Stand Marking 4.3.1.8

 Wajib, untuk HS yang dipakai untuk berputarnya helikopter


 HS perimeter marking, bentuk : lingkaran, warna kuning, w =
15cm
 Central zone perimeter marking, bentuk : lingkaran, warna kuning,
w = 15cm Kecuali HS yang merupakan TLOF juga, marka TLOF
perimeter yang digunakan
 Alignment line dan lead-in lead-out, warna kuning, w = 15cm
 HS Identification Marking, warna kontras dan mudah terbaca

II - 205
HASIL KET
ITEMS REFF
PEMERIKSAAN S US NA
- Flight Path Alignment Guidance Marking 4.4.1.9

 Wajib diberikan penerangan untuk IMC dan night operation


 Spesifikasi : MOS Vol. II – gambar 4.12

VI. RESCUE AND FIRE FIGHTING SERVICES (RFFS)

HASIL KET
ITEMS REFF
PEMERIKSAAN S US NA
6.1
1. Rescue Equipment, 6.2
Category : H1/H2/H3
 Wajib
 H1 : D<15m,
 H2 : 15m≤D<24m
 H3 : 24m≤D<35m
a. Adjustable Wrench 6.3
1 unit
b. Axe, rescue, non-wedge or aircraft type 6.3
1 unit
c. Cutter Bolt, 60 cm 6.3
1 unit
d. Crowbar, 105 cm 6.3
1 unit
e. Hook, grap or salving 6.3

1 unit
f. Hacksaw, heavy duty complete with 6 spare blades 6.3
1 set
g. Blanket, fire resistance 6.3
1 unit
h. Ladder, length appropriate to helikopter in use 6.3
Untuk Cat.H3 : 1 unit
i. Life line, 5 cm, 15 m in length 6.3
1 roll
j. Plier side cutting tool 6.3
1 unit
k. Set of Assorted Screwdrivers 6.3
1 set
l. Hardness knife complete with sheath 6.3
1 unit
m. Gloves, fire resistance 6.3
2 pairs, untuk Cat. H3 : 3 pairs
1 Power cutting tool 6.3
Untuk Cat.H3 : 1 unit
6.2
2 Fire Fighting Equipment, 6.6
Category : H1/H2/H3
 Wajib
 H1 : D<15m,
 H2 : 15m≤D<24m
 H3 : 24m≤D<35m
 Spesisikasi sesuai MOS Vol. II – Tabel 5-3 dan 5-4
- DCP 6.6 a

- CO2 6.6 c

- Performance B Level 6.6 d

VII. MISCELLANEOUS

KONDISI SAAT KET


ITEMS REFF
INI S US NA
5.2.1
1 Alat Bantu Penentu Cuaca dan Kecepatan Angin
Wajib
II - 206
KONDISI SAAT KET
ITEMS REFF
INI S US NA
5.3.2
2 Pelayanan Lalu Lintas Udara menggunakan
komunikasi melalui Radio Penerbangan
Wajib
- Frekwensi
- Call Sign
- Rekomendasi Frekwensi Stasiun Darat Radio
Penerbangan VHF A/G
5.3.2
3 Alat Bantu Navigasi Penerbangan
Jika digunakan sebagai referensi dalam IAP
- Frekwensi
- Identification
- Rekomendasi Frekwensi Stasiun Darat Radio
Penerbangan NDB
5.3.2.e
4 Instrument Flight Procedure
Wajib, untuk IMC
5.1.3
5 Personil Helicopter Landing Officer (HLO)
Wajib dan harus memiliki lisensi HLO yang diterbitkan Ditjen
Perhubungan Udara
6 Personil Radio Komunikasi Penerbangan (AGGGR) 5.1.3

Wajib dan harus memiliki lisensi AGGGR yang diterbitkan Ditjen


Perhubungan Udara
7 Personil Fire Fighting 5.1.3

Wajib
8 Personil Reporting Officer 5.1.3

Wajib

II - 207
B. SURFACE LEVEL HELIPORT

CHECKLIST INSPEKSI
TEMPAT PENDARATAN DAN LEPAS LANDAS HELIKOPTER (HELIPORT)
DALAM RANGKA PENERBITAN / PERPANJANGAN REGISTER
SURFACE LEVEL HELIPORT ( Nama Heliport )
...... ..

”PERSYARATAN STANDAR TEKNIS DAN OPERASIONAL”


Nomor : ...............

I. UMUM
1. Nama Inspektur :
2. Tanggal Audit :

II. DATA HELIPORT


1. Nama Heliport :
2. Type Heliport :
3. Type Instalasi :
4. Lokasi :
5. Jarak dan arah dari bandar :
udara terdekat
6. Koordinat Heliport Reference
Point
Latitude :
Longitude :
7. Elevasi Heliport :
8. Pemilik :
9. Penyelenggara :
10. Penanggung Jawab :
11. Helikopter terkritis yang :
direncanakan
12. Helikopter yang beroperasi :
saat ini
13. Penggunaan :

14. No. Register Heliport :

15. Declared Distance (jika : Diterapkan atau tidak


diterapkan) FATO TODA(H) RTODA(H) LDA(H)

II - 208
III. KARAKTERISTIK FISIK
Reff Ket
(Mos Hasil
Items
139 Vol. Pemeriksaan S US NA
II)
1. Final Approach Take-Off Area (FATO) 2.1.1.1
 Wajib memiliki minimal 1 buah
 Type permukaan :
Steelplate/Allumunium/Concrete/Pemadatan
Tanah/rumput/kayu/dll
- Type FATO 1.5.3.1.c

Berhimpitan dengan TLOF / FATO-Runway Type


- True Bearing (Designation Number) 1.5.3.1.c

- Bentuk 2.1.1.2

Dapat bermacam-macam bentuk


- Dimensi 2.1.1.2

SLH : minimal 1,5 D


- Slope/Kemiringan 2.1.1.3.e

≤3%
- Strength 2.1.1.3.d

 Untuk performance class 1 :


Mampu menampung beban helicopter pada saat rejected
take-off.
 Untuk performance class 2 & 3 :Mampu menampung beban
statis helicopter
- Keberadaan objek tetap 2.1.1.5

 Hanya alat bantu visual


 Low mass, fragile, tinggi ≤25cm
- Koordinat FATO 1.5.3.2

 Wajib, diukur masing-masing threshold FATO, untuk FATO


Runway-Type
 Sampai 2 digit di belakang koma
- Jarak tepi FATO dengan tepi RWY atau TWY 2.1.8

(untuk heliport di dalam Bandar udara,


dioperasikan simultan secara VMC)
 Mass <3.175 kg = min 60m
 3.175 kg ≤ Mass <5.760 kg = min 120 m
 5760 kg ≤ Mass <100.000 kg: min 180 m
 Mass ≥100.000 kg = min 250 m
Note :
Mass tsb diatas = mass daripada aeroplane dan/atau
helicopter
2. Touch down and Lift Off Area (TLOF) 2.1.2.1

 Wajib memiliki minimal 1 buah


 Type permukaan :
Steelplate/Allumunium/Concrete/Pemadatan
Tanah/rumput/kayu/dll
- Type TLOF 2.1.2.1

Berhimpitan dengan FATO / FATO-Runway Type


- Bentuk 2.1.2.2

Dapat bermacam-macam bentuk


- Dimensi 2.1.2.2

Minimal 0,83 D
- Slope/kemiringan 2.1.2.3

≤2%
- Daya dukung 2.1.2.4
2.1.2.5
(strength)
 TLOF berhimpitan/menjadi satu dengan FATO, Strength :
2,5 x MTOM
 TLOF yang terletak pada Helicopter Stand, Strength : min
beban statis (static load bearing) dari MTOM

II - 209
Reff Ket
(Mos Hasil
Items
139 Vol. Pemeriksaan S US NA
II)
- Keberadaan objek tetap 2.1.2.7
2.1.2.8
 Hanya alat bantu visual
 Low mass, fragile, tinggi ≤25cm
- Koordinat TLOF 1.5.3.2

 Wajib, diukur titik pusat TLOF


 Sampai 2 digit di belakang koma
3. Drainage 2.1.9

4. Sarana Pengait 2.1.10

(Tie Down Point)


Minimal 6 points
5. Safety Area (SA) 2.1.3

- Dimensi 2.1.3.1
2.1.3.2
 VMC, minimal 3m atau 0,25D, yang terbesar yang
digunakan
 IMC, minimal lebar 45 m dari centerline FATO, minimal
panjang 60 m dari outer edge FATO
- Slope/Kemiringan 2.1.3.8.b

≤4%
- Type Permukaan 2.1.3.9

- Keberadaan objek tetap 2.1.3.4


2.1.3.5
 Hanya alat bantu visual 2.1.3.6
 Low mass, fragile, tinggi di sepanjang sisi FATO ≤25cm, 2.1.3.7
tinggi di luar FATO sampai dengan SA = 25 cm + 5%
(dihitung dari outer edge FATO)
 Keberadaan obstacle pada area SA yang diproteksi
diperkenakan hanya 1 (satu) sisi dengan jarak 10 m dari SA
dan slope 100%
6. Clearway (CW) 2.1.4

IMC, wajib
- Dimensi 2.1.4.1
2.1.4.2
 Minimal lebar = lebar SA
 Letak CW dihitung dari outer edge FATO
- Profil tanah 1.5.3.1.e

- Keberadaan objek tetap atau lainnya 2.1.4.3


2.1.4.4
 Slope ≤3%, dihitung dari inner edge FATO
 Harus clear dari objek yang dapat membahayakan
helicopter
7. Helicopter Ground Taxiway (GTW) dan Grund 2.1.5

Taxi-Route (GTR)
- Designation 1.5.3.1.f

- Lebar 2.1.5.1
2.1.5.5
 GTW : 1,5 x UCW
 GTR : 1,5 x RD
- Type Permukaan 1.5.3.1.f

- Daya dukung 2.1.5.3


2.1.5.10
(strength)
 GTW, strength : beban statis (static load bearing) MTOM
 GTR, strength : tahan rotor downwash
- Slope/Kemiringan 2.1.5.2
2.1.5.9
 Longitudinal : ≤3%
 Transverse : ≤2% (untuk drainage)
- Keberadaan objek tetap 2.1.5.6
2.1.5.7
 Hanya alat bantu visual 2.1.5.8
 Low mass, fragile
II - 210
Reff Ket
(Mos Hasil
Items
139 Vol. Pemeriksaan S US NA
II)
 Tinggi di jarak ≤50 cm : ≤25cm, dengan penambahan
ketinggian = 25 cm + 5% (dihitung dari outer edge GTW)
- Koordinat 1.5.3.3

 Wajib, diukur centerline GTW


8. Helicopter Air Taxiway (ATW) dan Air Taxi-
route (ATR)
- Designation 1.5.3.1.f

- Lebar 2.1.6.1
2.1.6.5
 ATW : 2 x UCW
 ATR : 2 x RD
- Type Permukaan 1.5.3.1.f

- Daya dukung 2.1.6.2


2.1.6.10
(strength)
 ATW, strength : beban statis (static load bearing) MTOM
 GTR, strength : tahan rotor downwash
- Slope/Kemiringan 2.1.6.3

 Longitudinal : ≤7%
 Transverse : ≤10% (untuk drainage)
- Keberadaan objek tetap 2.1.6.6
2.1.6.7
 Hanya alat bantu visual 2.1.6.8
 Low mass, fragile
 Tinggi di jarak ≤100 cm : ≤25cm, dengan penambahan
ketinggian = 25 cm + 5% (dihitung dari outer edge ATW
- Koordinat 1.5.3.3

Wajib, diukur centerline ATW


9. Helicopter Stand (HS)
- Designation 1.5.3.1.g

- Dimensi 2.1.7.3
2.1.7.4
 HS : min 1,2 x D 2.1.7.6
 Protection area :min 0,4 D, untuk HS yang dipergunakan
untuk berputarnya helicopter
 HS hanya untuk taxi-trought, lebar HS = lebar taxi-route
- Type Permukaan 1.5.3.1.g

- Daya dukung 2.1.7.13

(strength)
 Strength : beban statis (static load bearing) MTOM
 D daripada HS yang memiliki strength tersebut diatas :
minimal 0,83 D
- Slope/Kemiringan 2.1.7.2

≤2%
- Keberadaan objek tetap 2.1.7.9
2.1.7.10
 Hanya alat bantu visual 2.1.7.11
 Low mass, fragile 2.1.7.12
 Jika jaraknya <0,75D = 5 cm
 Jika jaraknya ≥0,75D = 25, dengan penambahan ketinggian
5%

IV. OBSTACLE RESTRICTION

HASIL KET
ITEMS REFF
PEMERIKSAAN S US NA
1. ttObstacle Limitation Surface and Sector 3.2.1

II - 211
HASIL KET
ITEMS REFF
PEMERIKSAAN S US NA
- Take-off Climb Surface 3.2.2

(TOF)
 Wajib, jika TOF hanya satu sisi harus membuat safety plan
yang di accept oleh DGCA dan luas transitional surface
harus ditambah tegak lurus menjauh sisi safety area.
 Non Instrument FATO :
Length : 1.310m, slope : 8%, divergen : 15%
 Instrument FATO:
1. Surface#1 : length : 2850m, divergen : 30%, w1 : 90m,
w2 : 1800m
2. Surface#2 : length : 9.150m, divergen : 0%, w1 : 1800m,
w2 : 1.800m
3. Slope :
 Slope #1 : 3,5% length : 4.360m
 Slope#2 : 2% (continued slope#1), length : 7.640m

- Approach Surface 3.2.2

(APP)
 Wajib, jika APP hanya satu sisi harus membuat safety plan
yang di accept oleh DGCA dan luas transitional surface
harus ditambah tegak lurus menjauh sisi safety area.
 Non Instrument FATO :
Length : 1.310m, slope : 8%, divergen : 15%
 Instrument Non Precision FATO: Length : 2.500m, slope :
3,33%, divergen : 16%, w1 : 90m, w2 : 890m
 Instrument Precision :
1. Surface#1 : length : 1.745m, divergen : 25%, w1 : 90m
2. Surface#2 : length : 2.793m, divergen : 15%, continued
surface#1
3. Surface#3 : length : 5.462m, divergen : 0%, w : 1.800m
4. Slope :
 Slope #1 : 2,5% length : 3.000m
 Slope#2 : 3% (continued slope#1), length : 2.500m
H=150m (flat), length : 4.500m
- Transitional Surface 3.2.1.2
3.2.1.3
(TRS)
 Wajib, untuk instrument approach FATO, jika TRS hanya
satu sisi harus membuat safety plan yang di accept oleh
DGCA
 Slope : 14,3%
 Length : 315m from outer edge of SA
- Inner Horizontal Surface (IHS) 3.2.1.2

 Wajib, untuk instrument approach FATO.


 Jika HIS tidak tersedia maka TRS langsung menyambung
dengan CON
 Slope : 0%, height : 45 m from FATO elevation
Length : 1640m from outer edge of TRS

- Conical Surface (CON) 3.2.1.2


3.2.1.3
 Wajib, untuk instrument approach FATO
 Divergen : 5%
 Slope : 5%, height : 100m from FATO elevation
Length : 1100m from outer edge of HIS
2. Location of Obstacle Sector
- Take-off Climb Surface (TOF) 3.2.2

 Wajib, jika TOF hanya satu sisi harus membuat safety plan
yang di accept oleh DGCA dan luas transitional surface
harus ditambah tegak lurus menjauh sisi safety area.
 Non Instrument FATO :
Length : 1.310m, slope : 8%, divergen : 15%
 Instrument FATO:
1. Surface#1 : length : 2850m, divergen : 30%, w1 : 90m,
w2 : 1800m
2. Surface#2 : length : 9.150m, divergen : 0%, w1 : 1800m,
w2 : 1.800m
3. Slope :
 Slope #1 : 3,5% length : 4.360m
 Slope#2 : 2% (continued slope#1), length : 7.640m

II - 212
HASIL KET
ITEMS REFF
PEMERIKSAAN S US NA

- Approach Surface (APP) 3.2.2

 Wajib, jika APP hanya satu sisi harus membuat safety plan
yang di accept oleh DGCA dan luas transitional surface
harus ditambah tegak lurus menjauh sisi safety area.
 Non Instrument FATO :
Length : 1.310m, slope : 8%, divergen : 15%
 Instrument Non Precision FATO: Length : 2.500m, slope :
3,33%, divergen : 16%, w1 : 90m, w2 : 890m
 Instrument Precision :
1. Surface#1 : length : 1.745m, divergen : 25%, w1 : 90m
2. Surface#2 : length : 2.793m, divergen : 15%, continued
surface#1
3. Surface#3 : length : 5.462m, divergen : 0%, w : 1.800m
4. Slope :
 Slope #1 : 2,5% length : 3.000m
 Slope#2 : 3% (continued slope#1), length : 2.500m
H=150m (flat), length : 4.500m
- Transitional Surface (TRS) 3.2.1.2
3.2.1.3
 Wajib, untuk instrument approach FATO, jika TRS hanya
satu sisi harus membuat safety plan yang di accept oleh
DGCA
 Slope : 14,3%
 Length : 315m from outer edge of SA
- Inner Horizontal Surface (IHS) 3.2.1.2

 Wajib, untuk instrument approach FATO.


 Jika HIS tidak tersedia maka TRS langsung menyambung
dengan CON
 Slope : 0%, height : 45 m from FATO elevation
 Length : 1640m from outer edge of TRS
- Conical Surface (CON) 3.2.1.2
3.2.1.3
 Wajib, untuk instrument approach FATO
 Divergen : 5%
 Slope : 5%, height : 100m from FATO elevation
 Length : 1100m from outer edge of HIS

V. ALAT BANTU VISUAL

HASIL KET
ITEMS REFF
PEMERIKSAAN S US NA
4.1.1
1. Windsock
Wajib, min 1 (satu) buah
4.1.6
- Warna
Merah/putih atau solid orange
4.1.5
- Ukuran
L : 240cm, D1 : 60cm, D2 : 30cm
4.1.7
- Illuminated light
Wajib, untuk IMC
- Bearing dan/atau koordinat
2. Lighting
Wajib, untuk IMC atau Night operation
- Heliport Beacon 4.2.1

Wajib, bagi heliport yang tidak dilengkapi penerangan dan


sulit karena dikelilingi penerangan lain
- Approach Light 4.2.2.1
4.2.2.2
 Jika diharapkan secara praktis diperlukan untuk 4.2.2.3
menunjukkan arah pendekatan 4.2.2.4
 Warna : putih 4.2.2.5
 Interval 30 m dan crossbar 18 m (interval @ 4,5m, utk 5
lampu) pada 90 m dari outer edge FATO
 Tambahan lampu (steady/sequence) setalah crossbar
dengan interval 30 m sampai jarak 210m dari outer edge
FATO
- Flight Path Alignment Guidance Lighting 4.2.3.2
4.2.3.4
Systems 4.2.3.5
 Jika diterapkan, dapat dikombinasikan dengan flight path

II - 213
HASIL KET
ITEMS REFF
PEMERIKSAAN S US NA
guidance marking dan harus di tempat sisi dalam marka
arrow
 Min 3 lampu dan ideal 5 lampu , total jarak min 6m, interval
lampu ≥ 1,5m dan ≤3m
 Warna : putih, omni directional
- VASI : HAPI/APAPI/PAPI 4.2.4.1
4.2.4.2
 Diterapkan karena aspek obstacle clearance, lingkungan
heliport dan karakterisktik helicopter
 Area proteksi VASI : w = w of SA, distance from end of FATO
: 3m, divergen : 10%, length : 2.500m
- FATO light (warna, jumlah, jarak interval dan 4.2.5.1
4.2.5.2
intensity) 4.2.5.3
 Wajib , untuk IMC dan Night operation
 Warna : putih
 Untuk persegi/persegi panjang : interval ≤50m, min 4 unit
lampu
 Untuk lingkaran : interval ≤5m, min 10 unit lampu
- Aiming Point light (warna, jumlah, jarak 4.2.6.1
4.2.6.2
interval dan intensity) 4.2.6.3
 Jika diterapkan, untuk IMC dan Night operation
 Warna : putih
 Jumlah Lampu : min 6 unit
- TLOF perimeter light (warna, jumlah, jarak 4.2.7.2
4.2.7.3
interval dan intensity) 4.2.7.4
 Wajib , untuk IMC dan Night operation 4.2.7.6
 Warna : hijau 4.2.7.7
 Interval : ≤5m
 Untuk persegi/persegi, min 4 unit lampu
 Untuk lingkaran : min 14 unit lampu
 H ≤ 25cm
- TLOF Flood light (jumlah, intensity) 4.2.7.5

 Wajib , untuk IMC dan Night operation


 Warna : putih
 Interval : ≤5m
 Untuk persegi/persegi, min 4 unit lampu
 Untuk lingkaran : min 14 unit lampu H ≤ 25cm
- Winching Area Flood light (jumlah, intensity) 4.2.8.1
4.2.8.4
 Wajib , untuk IMC dan Night operation
 Intensitas min 10 lux (diukur dari permukaan winching
area)
- Taxiway light (warna, jumlah, jarak interval 4.2.9
dan intensity)
 Wajib , untuk IMC dan Night operation
 H ≤ 25cm
- Obstacle light (warna, jumlah dan letak) 4.2.11

 Wajib , untuk IMC dan Night operation


 Jika tidak ada obstacle light, dapat digantikan dengan
floodlighting of obstacle yang harus menghasilkan
pencahayaan minimal 10 cd/m2
3. Marka dan Rambu
4.3.1.1
- Surface Marking
 Dark Green
4.3.1.1
- FATO Dimension Marking
 Jika diterapkan , lokasi marka didalam FATO
 Dimensi dalam meter
 Warna : putih
 Tinggi huruf, FATO <15m : 60cm, 15m≤FATO≤30m : 90cm,
FATO>30m : tinggi huruf proporsional sesuai
ketentuan/MOS Vol. II gambar 4-14
4.3.1.2.b
- FATO Perimeter Marking
 Wajib,
 Runway type FATO
o Interval ≤50m, min 3 marka/marker setiap sisi
o Marka, warna : putih, lebar : 1m, panjang : 9m
 FATO non Runway Type
o Interval 1,5 ≤2 m
o Marka, warna : putih, lebar : 0,3m, panjang : 1,5m
4.3.1.2.c
- FATO Designation Marking
 Wajib, untuk Runway type FATO
 Lokasi marka di awal FATO
4.3.1.2.d
- Aiming Point Marking
 Wajib, untuk FATO yang tidak berhimpitan/menjadi satu
II - 214
HASIL KET
ITEMS REFF
PEMERIKSAAN S US NA
dengan TLOF dan Runway-type FATO
 Letaknya di dalam FATO untuk Runway-type FATO, dan
selain Runway-type FATO di tengah FATO
 Warna : putih, bentuk : segi tiga sama sisi dengan panjang
9m, w = 1m
4.3.1.3
- TLOF Perimeter Marking
 Wajib, untuk TLOF area dan juga untuk TLOF = HS
 Marka, warna : putih, lebar : 30cm, solid sepanjang TLOF
4.3.1.4
- Touchdown Marking
 Wajib, pada TLOF area dan juga pada TLOF = HS
 Warna : kuning, bentuk : lingkaran, w = 1m, D = 0,5D
- Heliport Name Marking 4.3.1.5

 Wajib
 Letak berdekatan Obstacle Sector (OS)
- “H” Identification Marking 4.3.1.10

 Wajib
 Warna putih kecuali rumah sakit warna merah, uk :
3mx1,8mx0,4m
 Letak berdekatan atau di tengah FATO, kecuali Runway-
type FATO
- Maximum Allowable Mass & D-Value 4.3.1.11
4.3.1.12
Marking
 Wajib
 Warna : putih
 Maximum allowable mass marking dinyatakan dalam
satuan ton, diikuti dengan “t”
 D-Value marking dinyatakan dalam satuan meter
 Tinggi huruf, FATO <15m : 60cm, 15m≤FATO≤30m : 90cm,
FATO>30m : tinggi huruf proporsional sesuai
ketentuan/MOS Vol. II gambar 4-14
- Passenger Walkway dan Emergency Exit 4.3.1.13
4.3.1.14
Marking
 Wajib
 Warna : kuning, w = 1m
 Untuk emergency exit marking, ditambah tulisan :
“Emergency Exit”
- Helicopter Ground Taxiway Marking & 4.3.1.6

Marker
 Wajib, jika diterapkan GTW
 Ketentuan GTW marking : spesifikasi taxi holding marking
pada MOS 139 Vol. I
- Helicopter AirTaxiway Marking & Marker 4.3.1.7

Wajib, jika diterapkan ATW


- Helicopter Stand Marking 4.3.1.8

 Wajib, untuk HS yang dipakai untuk berputarnya helikopter


 HS perimeter marking, bentuk : lingkaran, warna kuning, w
= 15cm
 Central zone perimeter marking, bentuk : lingkaran, warna
kuning, w = 15cm Kecuali HS yang merupakan TLOF juga,
marka TLOF perimeter yang digunakan
 Alignment line dan lead-in lead-out, warna kuning, w =
15cm
 HS Identification Marking, warna kontras dan mudah
terbaca
- Flight Path Alignment Guidance Marking 4.3.1.9

 Wajib diberikan penerangan untuk IMC dan night operation


 Spesifikasi : MOS Vol. II – gambar 4.12

VI. RESCUE AND FIRE FIGHTING SERVICES (RFFS)

HASIL KET
ITEMS REFF
PEMERIKSAAN S US NA
6.1
1. Rescue Equipment, 6.2
Category : H1/H2/H3
 Wajib
 H1 : D<15m,
II - 215
HASIL KET
ITEMS REFF
PEMERIKSAAN S US NA
 H2 : 15m≤D<24m
 H3 : 24m≤D<35m
a. Adjustable Wrench 6.3
1 unit
b. Axe, rescue, non-wedge or aircraft type 6.3
1 unit
c. Cutter Bolt, 60 cm 6.3
1 unit
d. Crowbar, 105 cm 6.3
1 unit
e. Hook, grap or salving 6.3

1 unit
f. Hacksaw, heavy duty complete with 6 spare 6.3
blades
1 set
g. Blanket, fire resistance 6.3
1 unit
h. Ladder, length appropriate to helikopter in use 6.3
Untuk Cat.H3 : 1 unit
i. Life line, 5 cm, 15 m in length 6.3
1 roll
j. Plier side cutting tool 6.3
1 unit
k. Set of Assorted Screwdrivers 6.3
1 set
l. Hardness knife complete with sheath 6.3
1 unit
m. Gloves, fire resistance 6.3
2 pairs, untuk Cat. H3 : 3 pairs
n. Power cutting tool 6.3
Untuk Cat.H3 : 1 unit
6.2
2. Fire Fighting Equipment, 6.6
Category : H1/H2/H3
 Wajib
 H1 : D<15m,
 H2 : 15m≤D<24m
 H3 : 24m≤D<35m
 Spesisikasi sesuai MOS Vol. II – Tabel 5-3 dan 5-4
- DCP
- CO2
- Performance B Level

VII. MISCELLANEOUS
KET
ITEMS REFF KONDISI SAAT INI
S US NA
5.2.1
1. Alat Bantu Penentu Cuaca dan Kecepatan
Angin
Wajib
5.2.1
2. Pelayanan Lalu Lintas Udara menggunakan
komunikasi melalui Radio Penerbangan
Wajib
- Frekwensi
- Call Sign
- Rekomendasi Frekwensi Stasiun Darat Radio
Penerbangan VHF A/G
5.3.2
3. Alat Bantu Navigasi Penerbangan

II - 216
KET
ITEMS REFF KONDISI SAAT INI
S US NA
Jika digunakan sebagai referensi dalam IAP
- Frekwensi
- Identification
- Rekomendasi Frekwensi Stasiun Darat Radio
Penerbangan NDB
5.3.2.e
4. Instrument Flight Procedure
Wajib, untuk IMC
5.1.3
5. Personil Helicopter Landing Officer (HLO)
Wajib dan harus memiliki lisensi HLO yang diterbitkan Ditjen
Perhubungan Udara
5.1.3
6. Personil Radio Komunikasi Penerbangan
(AGGGR)
Wajib dan harus memiliki lisensi AGGGR yang diterbitkan Ditjen
Perhubungan Udara
5.1.3
7. Personil Fire Fighting
Wajib
5.1.3
8. Personil Reporting Officer
Wajib

II - 217
C. HELIDECK

CHECKLIST INSPEKSI
TEMPAT PENDARATAN DAN LEPAS LANDAS HELIKOPTER (HELIPORT)
DALAM RANGKA PENERBITAN / PERPANJANGAN REGISTER
HELIDECK ( Nama Heliport )
”PERSYARATAN STANDAR TEKNIS DAN OPERASIONAL”
Nomor : ...............

I. UMUM
1. Nama Inspektur :

2. Tanggal Audit :

II. DATA HELIPORT


1. Nama Heliport :

2. Type Heliport :

3. Type Instalasi :

4. Lokasi :

5. Jarak dan arah dari bandar udara :


terdekat
6. Koordinat Heliport Reference Point

- Latitude :

- Longitude :

7. Elevasi Heliport :

8. Pemilik :

9. Penyelenggara :

10. Penanggung Jawab :

11. Helikopter terkritis yang :


direncanakan
12. Helikopter yang beroperasi saat ini :

13. Penggunaan :

14. No. Register Heliport :

15. Declared Distance (jika diterapkan) : Diterapkan atau tidak


FATO TODA(H) RTODA(H) LDA(H)

II - 218
III. KARAKTERISTIK FISIK
REFF KET
HASIL
ITEMS (MOS 139
PEMERIKSAAN S US NA
Vol. II)
1. Final Approach Take-Off Area (FATO) 2.3.1.1

 Wajib memiliki minimal 1 buah


 Type permukaan : Steelplate/Allumunium/Concrete/dll
- Type FATO 1.5.3.1.c

Berhimpitan/ menjadi satu dengan TLOF


- True Bearing (Designation Number) 1.5.3.1.c

- Bentuk 2.3.1.2

Dapat bermacam-macam bentuk


- Dimensi 2.3.1.2

HD : minimal 1 D
- Slope/Kemiringan
≤3%
- Strength 2.3.1.3.d
2.3.1.3.e
 Untuk performance class 1 :
Mampu menampung beban helicopter pada saat rejected
take-off.
 Untuk performance class 2 & 3 :Mampu menampung beban
statis helicopter
- Keberadaan objek tetap 2.3.1.4
2.3.1.5
 Hanya alat bantu visual 2.3.1.6
 Low mass, fragile, tinggi ≤25cm
- Koordinat FATO 1.5.3.2

 Wajib, diukur masing-masing threshold FATO


 Sampai 2 digit di belakang koma
 Touch down and Lift Off Area (TLOF) 2.3.2.1

 Wajib memiliki minimal 1 buah


 Type permukaan : Steelplate/Allumunium/Concrete/dll
- Bentuk 2.3.2.2

Dapat bermacam-macam bentuk


- Dimensi 2.3.2.2

 MTOM > 3.175 kg, minimal 1D


 MTOM ≤ 3.175 kg, minimal 0,83D, pada kasus tertentu boleh
1D
- Slope/kemiringan 2.3.2.5

≤2%
- Type permukaan 2.3.2.6

- Daya dukung 2.3.2.3

(strength)
TLOF berhimpitan/menjadi satu dengan FATO, Strength : 2,5 x
MTOM
- Keberadaan objek tetap 2.3.2.7

 Hanya alat bantu visual


 Low mass, fragile,
 TLOF>16m, tinggi ≤25cm
 TLOF<16m atau TLOF<1D, tinggi ≤5cm
 Obyek didalam TLOF yang ada gunanya dengan penerbangan,
tinngi ≤2,5cm
- Koordinat TLOF 1.5.3.2

Wajib, diukur titik pusat TLOF

2. Drainage 2.3.2.5

3. Sarana Pengait 2.3.4

(Tie Down Point)


Minimal 6 points
II - 219
REFF KET
HASIL
ITEMS (MOS 139
PEMERIKSAAN S US NA
Vol. II)
4. Landing Net (LN) 2.3.3

Wajib, untuk operasi helicopter wheel type, kecuali telah dilakukan


friction test dan hasil nilai kekesatannya baik serta di setujui oleh
air operator
5. Safety Net (SN) 2.3.5

Lebar : 1,5m, strength : 75 kg/m2, keliling heliport, tinggi SN ≤


permukaan TLOF

IV. OBSTACLE RESTRICTION

HASIL KET
ITEMS REFF
PEMERIKSAAN S US NA
1. Obstacle Limitation Surface and Sector 3.5

Obstacle Sector (OS) 3.5.2.4


 Wajib, ≤ 150° 3.5.2.5
 TLOF≥1D, pada jarak dari tepi TLOF 0,12D ≤ 25 cm, lanjut
s/d 0,21D dan seterusnya : 0,05D+50% jarak
 TLO<1D, pada jarak dihitung dari tengah TLOF 0,5D s/d
0,62D ≤ 5 cm, lanjut s/d 0,83D dan seterusnya : 0,05D+50%
jarak
3.5.1.3
Obstacle Free Sector (OS)
 Wajib, ≥ 210°
- Take-off Climb Surface 3.5.3.1
3.5.3.2
(TOF)
 Wajib, jika TOF hanya satu sisi harus membuat safety plan
yang di accept oleh DGCA dan luas transitional surface harus
ditambah tegak lurus menjauh sisi safety area.
 Non Instrument FATO :
Length : 1.310m, slope : 8%, divergen : 15%
 Instrument FATO:
1. Surface#1 : length : 2850m, divergen : 30%, w1 : 90m, w2 :
1800m
2. Surface#2 : length : 9.150m, divergen : 0%, w1 : 1800m, w2
: 1.800m
3. Slope :
 Slope #1 : 3,5% length : 4.360m
 Slope#2 : 2% (continued slope#1), length : 7.640m
- Approach Surface 3.5.3.3

(APP)
 Wajib, jika APP hanya satu sisi harus membuat safety plan
yang di accept oleh DGCA dan luas transitional surface harus
ditambah tegak lurus menjauh sisi safety area.
 Non Instrument FATO :
Length : 1.310m, slope : 8%, divergen : 15%
 Instrument Non Precision FATO: Length : 2.500m, slope :
3,33%, divergen : 16%, w1 : 90m, w2 : 890m
 Instrument Precision :
1. Surface#1 : length : 1.745m, divergen : 25%, w1 : 90m
2. Surface#2 : length : 2.793m, divergen : 15%, continued
surface#1
3. Surface#3 : length : 5.462m, divergen : 0%, w : 1.800m
4. Slope :
 Slope #1 : 2,5% length : 3.000m
 Slope#2 : 3% (continued slope#1), length : 2.500m
H=150m (flat), length : 4.500m

2. Location of Obstacle Sector


- Take-off Climb Surface (TOF) 3.5.3.1
3.5.3.2
 Wajib, jika TOF hanya satu sisi harus membuat safety plan
yang di accept oleh DGCA dan luas transitional surface harus
ditambah tegak lurus menjauh sisi safety area.
 Non Instrument FATO :
Length : 1.310m, slope : 8%, divergen : 15%
 Instrument FATO:
1. Surface#1 : length : 2850m, divergen : 30%, w1 : 90m, w2 :
1800m
2. Surface#2 : length : 9.150m, divergen : 0%, w1 : 1800m, w2

II - 220
HASIL KET
ITEMS REFF
PEMERIKSAAN S US NA
: 1.800m
3. Slope :
 Slope #1 : 3,5% length : 4.360m
 Slope#2 : 2% (continued slope#1), length : 7.640m
- Approach Surface (APP) 3.5.3.3

 Wajib, jika APP hanya satu sisi harus membuat safety plan
yang di accept oleh DGCA dan luas transitional surface harus
ditambah tegak lurus menjauh sisi safety area.
 Non Instrument FATO :
Length : 1.310m, slope : 8%, divergen : 15%
 Instrument Non Precision FATO: Length : 2.500m, slope :
3,33%, divergen : 16%, w1 : 90m, w2 : 890m
 Instrument Precision :
1. Surface#1 : length : 1.745m, divergen : 25%, w1 : 90m
2. Surface#2 : length : 2.793m, divergen : 15%, continued
surface#1
3. Surface#3 : length : 5.462m, divergen : 0%, w : 1.800m
4. Slope :
 Slope #1 : 2,5% length : 3.000m
 Slope#2 : 3% (continued slope#1), length : 2.500m
H=150m (flat), length : 4.500m

V. ALAT BANTU VISUAL

HASIL KET
ITEMS REFF
PEMERIKSAAN S US NA
4.5.1.1
1. Windsock
Wajib, min 1 (satu) buah
4.5.1.6
- Warna
Merah/putih atau solid orange
4.5.1.5
- Ukuran
L : 120cm, D1 : 30cm, D2 : 15cm
4.5.1.7
- Illuminated light
Wajib, untuk IMC
- Bearing dan/atau koordinat
2. Lighting 4.5.2
Wajib, untuk IMC atau Night operation
- Heliport Beacon 4.2.1

Wajib, bagi heliport yang tidak dilengkapi penerangan lain dan


sulit karena dikelilingi penerangan lain
- Flight Path Alignment Guidance Lighting 4.5.2.4
Systems
 Jika diterapkan, dapat dikombinasikan dengan flight path
guidance marking dan harus di tempat sisi dalam marka arrow
 Min 3 lampu dan ideal 5 lampu , total jarak min 6m, interval
lampu ≥ 1,5m dan ≤3m
 Warna : putih, omni directional
- VASI : HAPI/APAPI/PAPI 4.2.4

 Diterapkan karena aspek obstacle clearance, lingkungan


heliport dan karakterisktik helicopter
 Area proteksi VASI : w = w of SA, distance from end of FATO :
3m, divergen : 10%, length : 2.500m
- TLOF perimeter light (warna, jumlah, jarak 4.5.2.1
interval dan intensity)
 Wajib , untuk IMC dan Night operation
 Warna : hijau
 Interval : ≤5m
 Untuk persegi/persegi, min 4 unit lampu
 Untuk lingkaran : min 14 unit lampu
 H ≤ 25cm
- TLOF Flood light (jumlah, intensity) 4.5.2.2

 Wajib , untuk IMC dan Night operation


 Warna : putih
 Interval : ≤5m
 Untuk persegi/persegi, min 4 unit lampu
 Untuk lingkaran : min 14 unit lampu H ≤ 25cm
- Winching Area Flood light (jumlah, intensity) 4.2.8

 Wajib , untuk IMC dan Night operation

II - 221
HASIL KET
ITEMS REFF
PEMERIKSAAN S US NA
 Intensitas min 10 lux (diukur dari permukaan winching area)
- Obstacle light (warna, jumlah dan letak) 4.5.2.3

 Wajib , untuk IMC dan Night operation


 Jika tidak ada obstacle light, dapat digantikan dengan
floodlighting of obstacle yang harus menghasilkan
pencahayaan minimal 10 cd/m2
3. Marka dan Rambu
4.5.3.8
- Surface Marking
Dark Green
4.5.3.1a
- FATO Dimension Marking
 Jika diterapkan , lokasi marka didalam FATO
 Dimensi dalam meter
 Warna : putih
 Tinggi huruf, FATO <15m : 60cm, 15m≤FATO≤30m : 90cm,
FATO>30m : tinggi huruf proporsional sesuai ketentuan/MOS
Vol. II
4.5.3.5
- TLOF Perimeter Marking
 Wajib, untuk TLOF area dan juga untuk TLOF = HS
 Marka, warna : putih, lebar : 30cm, solid sepanjang TLOF
4.5.3.2
- Touchdown Marking
 Wajib, pada TLOF area dan juga pada TLOF = HS
 Warna : kuning, bentuk : lingkaran, w = 1m, D = 0,5D
- Heliport Name Marking 4.5.3.6

Wajib
- “H” Identification Marking 4.5.3.1c

 Wajib
 Warna putih kecuali rumah sakit warna merah, uk :
3mx1,8mx0,4m
 Letak berdekatan atau di tengah FATO, kecuali Runway-type
FATO
- Maximum Allowable Mass & D-Value Marking 4.5.3.3
4.5.3.4
 Wajib
 Warna : putih
 Maximum allowable mass marking dinyatakan dalam satuan
ton, diikuti dengan “t”
 D-Value marking dinyatakan dalam satuan meter
 Tinggi huruf, FATO <15m : 60cm, 15m≤FATO≤30m : 90cm,
FATO>30m : tinggi huruf proporsional sesuai ketentuan/MOS
Vol. II gambar 4-14
- Passenger Walkway dan Emergency Exit 4.5.3.10

Marking
 Wajib
 Warna : kuning, w = 1m
 Untuk emergency exit marking, ditambah tulisan :
“Emergency Exit”
- Flight Path Alignment Guidance Marking 4.5.3.12

 Wajib diberikan penerangan untuk IMC dan night operation


Spesifikasi : MOS Vol. II – gambar 4.12

VI. RESCUE AND FIRE FIGHTING SERVICES (RFFS)

HASIL KET
ITEMS REFF
PEMERIKSAAN S US NA
6.1
1. Rescue Equipment, 6.2
Category : H1/H2/H3
 Wajib
 H1 : D<15m,
 H2 : 15m≤D<24m
 H3 : 24m≤D<35m
a. Adjustable Wrench 6.3
1 unit
b. Axe, rescue, non-wedge or aircraft type 6.3
1 unit
c. Cutter Bolt, 60 cm 6.3
1 unit
d. Crowbar, 105 cm 6.3

II - 222
HASIL KET
ITEMS REFF
PEMERIKSAAN S US NA
1 unit
e. Hook, grap or salving 6.3
1 unit
f. Hacksaw, heavy duty complete with 6 spare blades 6.3
1 set
g. Blanket, fire resistance 6.3
h. Ladder, length appropriate to helikopter in use 6.3
Untuk Cat.H3 : 1 unit
i. Life line, 5 cm, 15 m in length 6.3
1 roll
j. Plier side cutting tool 6.3
1 unit
k. Set of Assorted Screwdrivers 6.3
1 set
l. Hardness knife complete with sheath 6.3
1 unit
m. Gloves, fire resistance 6.3
2 pairs, untuk Cat. H3 : 3 pairs
n. Power cutting tool 6.3
Untuk Cat.H3 : 1 unit
6.2
2. Fire Fighting Equipment,
Category : H1/H2/H3
 Wajib
 H1 : D<15m,
 H2 : 15m≤D<24m
 H3 : 24m≤D<35m
- DCP 6.6.a

45 kg minimal 2 unit
- CO2 6.6.c

≥18 kg
- Performance B Level 6.6.b

2 nozzle + hose
Discharge : 5 lt s.d 6 lt per menit per meter persegi

VII. MISCELLANEOUS

ITEMS REFF KONDISI SAAT INI


5.2.1
1. Alat Bantu Penentu Cuaca dan Kecepatan Angin
Wajib
5.2.1
2. Pelayanan Lalu Lintas Udara menggunakan
komunikasi melalui Radio Penerbangan
Wajib
- Frekwensi
- Call Sign
- Rekomendasi Frekwensi Stasiun Darat Radio
Penerbangan VHF A/G
3. Alat Bantu Navigasi Penerbangan
Jika digunakan sebagai referensi dalam IAP
- Frekwensi
- Identification
- Rekomendasi Frekwensi Stasiun Darat Radio
Penerbangan NDB
5.3.2.e
4. Instrument Flight Procedure
Wajib, untuk IMC
5.1.3
5. Personil Helicopter Landing Officer (HLO)
Wajib dan harus memiliki lisensi HLO yang diterbitkan Ditjen

II - 223
ITEMS REFF KONDISI SAAT INI
Perhubungan Udara
5.1.3
6. Personil Radio Komunikasi Penerbangan
(AGGGR)
Wajib dan harus memiliki lisensi AGGGR yang diterbitkan Ditjen
Perhubungan Udara
5.1.3
7. Personil Fire Fighting
Wajib
5.1.3
8. Personil Reporting Officer
Wajib

II - 224
D. SHIPBOARD
CHECKLIST INSPEKSI
TEMPAT PENDARATAN DAN LEPAS LANDAS HELIKOPTER (HELIPORT)
DALAM RANGKA PENERBITAN / PERPANJANGAN REGISTER
SHIPBOARD ( Nama Heliport )7
”PERSYARATAN STANDAR TEKNIS DAN OPERASIONAL”
Nomor : ...............

I. UMUM
1. Nama Inspektur :

2. Tanggal Audit :

II. DATA HELIPORT


1. Nama Heliport :

2. Type Heliport :

3. Type Instalasi :

4. Lokasi :

5. Jarak dan arah dari bandar udara :


terdekat
6. Koordinat Heliport Reference Point

- Latitude :

- Longitude :

7. Elevasi Heliport :

8. Pemilik :

9. Penyelenggara :

10. Penanggung Jawab :

11. Helikopter terkritis yang :


direncanakan
12. Helikopter yang beroperasi saat ini :

13. Penggunaan :

14. No. Register Heliport :

15. Declared Distance (jika diterapkan) : Diterapkan atau tidak


FATO TODA(H) RTODA(H) LDA(H)

II - 225
III. KARAKTERISTIK FISIK
REFF KET
HASIL
ITEMS (MOS 139
PEMERIKSAAN S US NA
Vol. II)
1. Final Approach Take-Off Area (FATO) 2.4.1.1

 Wajib memiliki minimal 1 buah


 Type permukaan : Steelplate/Allumunium/Concrete/dll
- Type FATO 1.5.3.1 c

Berhimpitan dengan TLOF


- True Bearing (Designation Number) 1.5.3.1.c

- Bentuk 2.4.1.2

Dapat bermacam-macam bentuk


- Dimensi 2.4.1.2

HD : minimal 1 D
- Slope/Kemiringan 2.4.2.11

 ≤3% (jika FATO coincidental/berhimpitan dengan TLOF)


 ≤2% jika FATO menjadi 1 (collocated) dengan FATO)

- Strength 2.3.1.3
Apabila Coidential :
 Untuk performance class 1 :
Mampu menampung beban helicopter pada saat rejected
take-off.
 Untuk performance class 2 & 3 :Mampu menampung beban
statis helicopter
Apabila collocated :
 Mengikuti kekuatan TLOF
- Keberadaan objek tetap 2.4.1.5

 Hanya alat bantu visual


 Low mass, fragile, tinggi ≤25cm
- Koordinat FATO 1.5.3.2

 Wajib, diukur masing-masing threshold FATO


 Sampai 2 digit di belakang koma
2. Touch down and Lift Off Area (TLOF) 2.4.2

- Bentuk
Dapat bermacam-macam bentuk
- Dimensi 2.4.2.4
2.4.2.5
 Minimal 1D
 Dapat minimum 0,83D, apabila memilliki batasan arah
touchdown (limited direction touchdown) namun memiliki
2 arah berlawanan
- Slope/kemiringan 2.4.2.11

≤2%
- Type permukaan 1.5.3.1 d

- Daya dukung 2.4.2.2

(strength)
TLOF berhimpitan/menjadi satu dengan FATO, Strength : 2,5 x
MTOM
- Keberadaan objek tetap 2.4.2.9

 Hanya alat bantu visual


 Low mass, fragile,
 TLOF>16m, tinggi ≤25cm
 TLOF<16m atau TLOF<1D, tinggi ≤5cm
 Obyek didalam TLOF yang ada gunanya dengan
penerbangan, tinngi ≤2,5cm
- Koordinat TLOF 1.5.3.2

Wajib, diukur titik pusat TLOF


3. Drainage 2.4.2.11

4. Sarana Pengait 2.4.4

(Tie Down Point)

II - 226
REFF KET
HASIL
ITEMS (MOS 139
PEMERIKSAAN S US NA
Vol. II)
Minimal 6 points
5. Landing Net (LN) 2.4.3

Wajib, untuk operasi helicopter wheel type, kecuali telah


dilakukan friction test dan hasil nilai kekesatannya baik serta di
setujui oleh air operator
6. Safety Net (SN) 2.4.5

Lebar : 1,5m, strength : 75 kg/m2, keliling heliport, tinggi SN ≤


permukaan TLOF

IV. OBSTACLE RESTRICTION

HASIL KET
ITEMS REFF PEMERIKSAAN S US NA

1. Obstacle Limitation Surface and Sector 3.6


3.6.1
Obstacle Sector (OS) 3.6.2
 Ketentuan sama dengan helideck apabila heliport berada 3.6.3
pada haluan/buritan (purpose-built heliport), wajib, ≤ 150° : 3.6.4
3.6.5
 TLOF≥1D, pada jarak dari tepi TLOF 0,12D ≤ 25 cm, lanjut
3.6.6
s/d 0,21D dan seterusnya : 0,05D+50% jarak
 TLO<1D, pada jarak dihitung dari tengah TLOF 0,5D s/d
0,62D ≤ 5 cm, lanjut s/d 0,83D dan seterusnya :
0,05D+50% jarak
 Apabila berada tidak pada lokasi tsb diatas (non purpose-
built heliport), lihat MOS 139, vol II, bab 4, sub bab 3.6
3.5.2
Obstacle Free Sector (OS)
 Ketentuan sama dengan helideck apabila heliport berada
pada haluan/buritan (purpose-built heliport) , wajib, ≥ 210°
:
- Take-off Climb Surface 3.6.8.1

(TOF)
 Wajib, jika TOF hanya satu sisi harus membuat safety plan
yang di accept oleh DGCA dan luas transitional surface
harus ditambah tegak lurus menjauh sisi safety area.
 Non Instrument FATO :
Length : 1.310m, slope : 8%, divergen : 15%
 Instrument FATO:
1. Surface#1 : length : 2850m, divergen : 30%, w1 : 90m,
w2 : 1800m
2. Surface#2 : length : 9.150m, divergen : 0%, w1 : 1800m,
w2 : 1.800m
3. Slope :
 Slope #1 : 3,5% length : 4.360m
 Slope#2 : 2% (continued slope#1), length : 7.640 m
- Approach Surface 3.6.8.1
3.6.8.2
(APP) 3.6.8.3
 Wajib, jika APP hanya satu sisi harus membuat safety plan
yang di accept oleh DGCA dan luas transitional surface
harus ditambah tegak lurus menjauh sisi safety area.
 Non Instrument FATO :
Length : 1.310m, slope : 8%, divergen : 15%
 Instrument Non Precision FATO: Length : 2.500m, slope :
3,33%, divergen : 16%, w1 : 90m, w2 : 890m
 Instrument Precision :
1. Surface#1 : length : 1.745m, divergen : 25%, w1 : 90m
2. Surface#2 : length : 2.793m, divergen : 15%, continued
surface#1
3. Surface#3 : length : 5.462m, divergen : 0%, w : 1.800m
4. Slope :
 Slope #1 : 2,5% length : 3.000m
 Slope#2 : 3% (continued slope#1), length : 2.500m
H=150m (flat), length : 4.500m
2. Location of Obstacle Sector

II - 227
HASIL KET
ITEMS REFF PEMERIKSAAN S US NA

- Take-off Climb Surface (TOF) 3.6.8.1

 Wajib, jika TOF hanya satu sisi harus membuat safety plan
yang di accept oleh DGCA dan luas transitional surface
harus ditambah tegak lurus menjauh sisi safety area.
 Non Instrument FATO :
Length : 1.310m, slope : 8%, divergen : 15%
 Instrument FATO:
1. Surface#1 : length : 2850m, divergen : 30%, w1 : 90m,
w2 : 1800m
2. Surface#2 : length : 9.150m, divergen : 0%, w1 : 1800m,
w2 : 1.800m
3. Slope :
 Slope #1 : 3,5% length : 4.360m
 Slope#2 : 2% (continued slope#1), length : 7.640m
- Approach Surface (APP) 3.6.8.1
3.6.8.2
 Wajib, jika APP hanya satu sisi harus membuat safety plan 3.6.8.3
yang di accept oleh DGCA dan luas transitional surface
harus ditambah tegak lurus menjauh sisi safety area.
 Non Instrument FATO :
Length : 1.310m, slope : 8%, divergen : 15%
 Instrument Non Precision FATO: Length : 2.500m, slope :
3,33%, divergen : 16%, w1 : 90m, w2 : 890m
 Instrument Precision :
1. Surface#1 : length : 1.745m, divergen : 25%, w1 : 90m
2. Surface#2 : length : 2.793m, divergen : 15%, continued
surface#1
3. Surface#3 : length : 5.462m, divergen : 0%, w : 1.800m
4. Slope :
o Slope #1 : 2,5% length : 3.000m
o Slope#2 : 3% (continued slope#1), length :
2.500m H=150m (flat), length : 4.500m

V. ALAT BANTU VISUAL

HASIL KET
ITEMS REFF
PEMERIKSAAN S US NA
4.5.1
1. Windsock

Wajib, min 1 (satu) buah


4.5.1.6
- Warna
Merah/putih atau solid orange
4.1.5
- Ukuran
L : 120cm, D1 : 30cm, D2 : 15cm
4.5.1.7
- Illuminated light
Wajib, untuk IMC
- Bearing dan/atau koordinat
2. Lighting 4.6
Wajib, untuk IMC atau Night operation
- Heliport Beacon 4.2.1

Wajib, bagi heliport yang tidak dilengkapi penerangan lain dan


sulit karena dikelilingi penerangan lain
- Flight Path Alignment Guidance Lighting 4.5.2.4
Systems
 Jika diterapkan, dapat dikombinasikan dengan flight path
guidance marking dan harus di tempat sisi dalam marka
arrow
 Min 3 lampu dan ideal 5 lampu , total jarak min 6m, interval
lampu ≥ 1,5m dan ≤3m
 Warna : putih, omni directional
- VASI : HAPI/APAPI/PAPI 4.2.4
 Diterapkan karena aspek obstacle clearance, lingkungan
heliport dan karakterisktik helicopter
 Area proteksi VASI : w = w of SA, distance from end of FATO
: 3m, divergen : 10%, length : 2.500m
- TLOF perimeter light (warna, jumlah, jarak 4.5.2.1
interval dan intensity)
 Wajib , untuk IMC dan Night operation
 Warna : hijau
II - 228
HASIL KET
ITEMS REFF
PEMERIKSAAN S US NA
 Interval : ≤3m
 Untuk persegi/persegi, min 4 unit lampu
 Untuk lingkaran : min 14 unit lampu
 H ≤ 25cm
- TLOF Flood light (jumlah, intensity) 4.5.2.2

 Wajib , untuk IMC dan Night operation


 Warna : putih
 Ditempatkan disetiap sudut atau sisi permukaan dari batas
FATO
 Intensitas 10 lux
- Winching Area Flood light (jumlah, intensity) 4.2.8

 Wajib , untuk IMC dan Night operation


 Intensitas min 10 lux (diukur dari permukaan winching
area)
- Obstruction light (warna, jumlah dan letak) 4.5.2.3

 Wajib , untuk IMC dan Night operation


 Warna merah
 Intensitas 40 W s/d 80 W
3. Marka dan Rambu 4.5.3
4.5.3.8
- Surface Marking
 Dark Green
4.4.1.3
- TLOF Perimeter Marking
 Wajib, untuk TLOF area dan juga untuk TLOF = HS
 Marka, warna : putih, lebar : 30cm, solid sepanjang TLOF
4.5.3.2
- Touchdown Perimeter Marking
 Wajib terpasang di sepanjang sisi helideck/ shipboard
 Warna : putih, lebar 30 cm
- Heliport Name Marking 4.5.3.6

Wajib
- “H” Identification Marking 4.5.3.1

 Wajib
 Warna putih kecuali rumah sakit warna merah, uk :
3mx1,8mx0,4m
 Letak berdekatan atau di tengah FATO
- Maximum Allowable Mass & D-Value 4.5.3.4

Marking
 Wajib
 Warna : putih
 Maximum allowable mass marking dinyatakan dalam
satuan ton, diikuti dengan “t”
 D-Value marking dinyatakan dalam satuan meter
 Tinggi huruf, FATO <15m : 60cm, 15m≤FATO≤30m : 90cm,
FATO>30m : tinggi huruf proporsional sesuai
ketentuan/MOS Vol. II gambar 4-14
- Passenger Walkway dan Emergency Exit 4.5.3.10
4.5.3.11
Marking
 Wajib
 Warna : kuning, w = 1m
 Untuk emergency exit marking, ditambah tulisan :
“Emergency Exit”
- Flight Path Alignment Guidance Marking 4.5.3.12

 Wajib diberikan penerangan untuk IMC dan night operation


 Spesifikasi : MOS Vol. II – gambar 4.12

VI. RESCUE AND FIRE FIGHTING SERVICES (RFFS)

HASIL KET
ITEMS REFF PEMERIKSAAN S US NA
6.2
1. Rescue Equipment,
Category : H1/H2/H3
 Wajib
 H1 : D<15m,
 H2 : 15m≤D<24m
 H3 : 24m≤D<35m
a. Adjustable Wrench 6.3

II - 229
HASIL KET
ITEMS REFF PEMERIKSAAN S US NA
1 unit
b. Axe, rescue, non-wedge or aircraft type 6.3
1 unit
c. Cutter Bolt, 60 cm 6.3
1 unit
d. Crowbar, 105 cm 6.3
1 unit
e. Hook, grap or salving 6.3
1 unit
f. Hacksaw, heavy duty complete with 6 spare 6.3
blades
1 set
g. Blanket, fire resistance 6.3
h. Ladder, length appropriate to helikopter in use 6.3
Untuk Cat.H3 : 1 unit
i. Life line, 5 cm, 15 m in length 6.3
1 roll
j. Plier side cutting tool 6.3
1 unit
k. Set of Assorted Screwdrivers 6.3
1 set
l. Hardness knife complete with sheath 6.3
1 unit
m. Gloves, fire resistance 6.3
2 pairs, untuk Cat. H3 : 3 pairs
n. Power cutting tool 6.3
Untuk Cat.H3 : 1 unit
6.2
2. Fire Fighting Equipment,
Category : H1/H2/H3
 Wajib
 H1 : D<15m,
 H2 : 15m≤D<24m
 H3 : 24m≤D<35m
- DCP 6.6 a

45 kg
- CO2 6.6 c

≥18 kg
- Performance B Level 6.6 b

Canon, 2 monitor
Discharge : 60 lt

VII. MISCELLANEOUS

ITEMS REFF KONDISI SAAT INI


5.2.1
1. Alat Bantu Penentu Cuaca dan Kecepatan Angin
Wajib
5.2.1
2. Pelayanan Lalu Lintas Udara menggunakan komunikasi
melalui Radio Penerbangan
Wajib
- Frekwensi
- Call Sign
- Rekomendasi Frekwensi Stasiun Darat Radio
Penerbangan VHF A/G
5.3.2
3. Alat Bantu Navigasi Penerbangan
Jika digunakan sebagai referensi dalam IAP
- Frekwensi
- Identification
- Rekomendasi Frekwensi Stasiun Darat Radio

II - 230
ITEMS REFF KONDISI SAAT INI
Penerbangan NDB
5.3.2.e
4. Instrument Flight Procedure
Wajib, untuk IMC
5.1.3
5. Personil Helicopter Landing Officer (HLO)
Wajib dan harus memiliki lisensi HLO yang diterbitkan Ditjen Perhubungan
Udara
5.1.3
6. Personil Radio Komunikasi Penerbangan (AGGGR)
Wajib dan harus memiliki lisensi AGGGR yang diterbitkan Ditjen Perhubungan
Udara
5.1.3
7. Personil Fire Fighting
Wajib
5.1.3
8. Personil Reporting Officer
Wajib

II - 231
Formulir II.3c Checklist Inspeksi
Keselamatan Operasi
Bandara Perairan

CHECKLIST INSPEKSI KESELAMATAN OPERASI BANDARA PERAIRAN (WATER AERODROME)

I.
HASIL TEMUAN
EVALUASI
NO ITEMS TIDAK
MEMENUHI INSPEKTUR
MEMENUHI
Daftar isi
Kata Pengantar
Catatan Perubahan
Daftar Tabel
Daftar Gambar
1. Bagian 1 : Informasi Umum
1.1 Lingkup
1.2 Dasar Hukum
1.3 Nama Penyelenggara Bandara Perairan
(water aerodrome) Beserta Alamat Dan No
Telephone Yang Bisa Dihubungi Setiap Saat
1.4 Struktur Organisasi dan Manajemen
Penyelenggara
1.5 Sistem Pencatatan Pergerakan Pesawat
Udara
1.6 Tanggung Jawab Penyelenggara Bandar
Udara
2. Bagian 2 : Data dan Fasilitas Bandar Udara
Perairan
2.1 Gambar Lokasi Bandar Udara Yang
Menunjukan Fasilitas Utama Termasuk
Penunjuk Arah Angin Untuk
Pengoperasian Bandar Udara Perairan
2.2 Gambar Lokasi Yang Memperlihatkan
Jarak tempat Bandar Udara Perairan ke
Bandar Udara Terdekat
2.3 Gambar Desain Teknis Water Aerodrome
2.4. Lokasi Dan Tinggi Obstacle Berdasarkan
Koordinat Titik Referensi Dalam Sistem
Koordinat WGS 84
2.5 Data Fasilitas :
a. Fasilitas Water Operating Area
b. Fasilitas Jalur Taxiway
c. Fasiltas Apron / Ramp
d. Kolam Putar/Turning basin
e. Fasilitas Dermaga Tetap / Dermaga
Apung
f. Tambatan Apung (Mooring Buoy)
g. Penghalang (Obstacle)
h. Lampu hambatan
i. Lampu Water Operating Area (Jika
digunakan untuk penerbangan malam
hari)
j. Lampu sorot (Flood Light), jika
digunakan untuk penerbangan malam
hari

II - 232
HASIL TEMUAN
EVALUASI
NO ITEMS TIDAK
MEMENUHI INSPEKTUR
MEMENUHI
k. Lampu Suar (Aerodrome Beacon),
jika digunakan untuk penerbangan
malam hari
l. Alat bantu Cuaca dan Penentu
kecepatan Angin
m. Penunjuk Arah Angin (Wind Direction
Indicator)
n. Fasilitas Komunikasi Dan Navigasi
Penerbangan Termasuk Personel
Yang Memiliki Lisensi yang Sah Dan
Masih Berlaku
o. Prosedur IAP, jika digunakan untuk
penerbangan malam hari
p. PKP-PK
3. Bagian 3 : Prosedur Pengoperasian Bandar
Udara Perairan
a. Standar prosedur pelayanan bandar
udara perairan;
b. Standar prosedur inspeksi bandar udara
perairan;
c. Standar prosedur pengaturan dan
pengendalian obstacle;
d. Standar prosedur pemeliharaan daerah
pergerakan bandar udara perairan;
e. Standar prosedur pelaporan bandar
udara perairan.

4. Bagian 4 : Sistem pelaporan (Reporting


System)

II. RUNWAY (WATER OPERATING AREA) :


1. Nomor Runway :
2. Dimensi :

keterangan
Item Reff Hasil Pemeriksaan
S US NA
Panjang MOS CASR 139 Vol III,
Lamp. I huruf B (1) (a)
Lebar MOS CASR 139 Vol III,
Lamp. I huruf B (1) (a)

3. Kondisi permukaan air :


keterangan
Item Reff Hasil Pemeriksaan
S US NA
Kedalaman MOS CASR 139 Vol III
Lamp. I huruf B (1) (b)
Penambahan MOS CASR 139 Vol III
atas density Lamp. I huruf B (1) (d)
altitude
Ketinggian MOS CASR 139 Vol III
Gelombang Lamp. I huruf B (1) (d)
Kecepatan air MOS CASR 139 Vol III
Lamp. I huruf B (1) (d)

II - 233
III. JALUR TAXIWAY :
Hasil keterangan
NO Item Reff
Pemeriksaan S US NA
1. Dimensi Jalur MOS CASR 139 Vol III,
Taxiway Lamp. I huruf B (2) (a)
2. Jarak Bebas Jalur MOS CASR 139 Vol III,
Taxiway terhadap Lamp. I huruf B (2) (b)
Halangan
3. Kolam Putar MOS CASR 139 Vol III,
(Turning Basin) Lamp. I huruf B (2) (c)
a. Kolam Putar Radius MOS CASR 139 Vol III,
Lamp. I huruf B (2) (c) (1)
b. Jarak Bebas Turning MOS CASR 139 Vol III,
Basin terhadap Lamp. I huruf B (2) (c) (2)
halangan
c. Anchorage MOS CASR 139 Vol III,
Lamp. I huruf B (2) (c) (3)
1) Jenis MOS CASR 139 Vol III,
Lamp. I huruf B (2) (c) (3)
2) Panjang MOS CASR 139 Vol III,
Lamp. I huruf B (2) (c) (3)
3) Jarak antara MOS CASR 139 Vol III,
tambatan (Jika Lamp. I huruf B (2) (c) (3)
ada)

IV. FASILITAS PESISIR (SHORELINE FACILITIES) :

No. Item Reff Hasil keterangan


Pemeriksaan S US NA
1. Peluncuran (Slipway) MOS CASR 139 Vol III,
Lamp. I huruf C (1)
a. Lokasi : MOS CASR 139 Vol III,
Lamp. I huruf C (1) (a)
Ketinggian dan MOS CASR 139 Vol III,
kedalaman air Lamp. I huruf C (1) (a)
b. Dimensi MOS CASR 139 Vol III,
Lamp. I huruf C (1) (b)
c. Pelindung pada MOS CASR 139 Vol III,
Slipway Lamp. I huruf C (1) (c)
2. Kemiringan (Ramp) MOS CASR 139 Vol III,
Lamp. I huruf C (2)
a. Lokasi MOS CASR 139 Vol III,
Lamp. I huruf C (2) (a)
b. Krakteristik MOS CASR 139 Vol III,
Lamp. I huruf C (2) (b)
c. Lebar MOS CASR 139 Vol III,
Lamp. I huruf C (2) (c)
d. Permukaan yang MOS CASR 139 Vol III,
tertutup air dengan Lamp. I huruf C (2) (d)
kedalaman terendah
e. Tie down Point MOS CASR 139 Vol III,
Lamp. I huruf C (2) (3)
f. Jarak antar Ramp satu MOS CASR 139 Vol III,
dengan yang lain Lamp. I huruf C (2) (f)
3. Dermaga Tetap (Fixed MOS CASR 139 Vol III,
Pier) Lamp. I huruf C (3)

II - 234
a. Jarak dari Turning MOS CASR 139 Vol III,
Basing Lamp. I huruf C (3) (a)
b. Jarak dari Jalur MOS CASR 139 Vol III,
Taxiway Lamp. I huruf C (3) (b)
4. Dermaga Apung MOS CASR 139 Vol III,
(Floating Pier) Lamp. I huruf C (4)
a. Dimensi MOS CASR 139 Vol III,
Lamp. I huruf C (4) (b)
b. Gang (Jalur MOS CASR 139 Vol III,
penghubung dari Lamp. I huruf C (4) (c)
dermaga)
6. Anchorage/Mooring MOS CASR 139 Vol III,
Buoy. Lamp. I huruf C (6)
7. Lampu MOS CASR 139 Vol III,
Lamp. I huruf C (8)
a. Lampu Suar MOS CASR 139 Vol III,
Lamp. I huruf C (8) (a)
b. Lampu Sorot MOS CASR 139 Vol III,
Lamp. I huruf C (8) (b)
c. Prosedur Pendekatan MOS CASR 139 Vol III,
Lamp. I huruf C (8) (c)
d. Observasi cuaca MOS CASR 139 Vol III,
Lamp. I huruf C (8) (d)
8 Windsock MOS CASR 139 Vol III,
Lamp. I huruf C (9)
a. Warna MOS CASR 139 Vol III,
Lamp. I huruf C (9)
b. Ukuran : MOS CASR 139 Vol III,
Lamp. I huruf C (9)
1) Medium MOS CASR 139 Vol III,
Lamp. I huruf C (9) III
2) Small MOS CASR 139 Vol III,
Lamp. I huruf C (9)

V. OBSTRUCTION RESTRICTION
1. Take off Runway & Aprroach Runway :
NO Item Reff Hasil Keterangan
Pemeriksaan S US NA
1. Take off Runway …. and MOS CASR 139 Vol
Approach Runway…. I, Bab 7
2. Take off Runway ….. MOS CASR 139 Vol
and I, Bab 7
Approach Runway ….

2. Obstacle within transitional surface :


Item Reff Hasil Keterangan
Pemeriksaan S US NA
(object dapat beruapa MOS CASR 139 Vol I,
bangunan, pohon dll) Bab 7

VI. COMMUNICATION :

VII. NAVIGATION :

VIII. OPERATION OFFICER


No Item Existing Keterangan
1. Petugas Pelapor
II - 235
2. PKP-PK
3. Pengamanan Bandara

IX. FIRE FIGHTING FACILITIES : CAT……


No Item Reff Hasil Keterangan
Pemeriksaan S US NA
1. Rescue BOAT KP 14 Tahun 2015

2. DCP
3. CO2
4. CO2

Catatan :

S : Satisfactory
US : Unsatisfactory
N/A : Not Available

II - 236
CHECKLIST PEMERIKSAAN INSPEKSI KESELAMATAN BUKU PEDOMAN
TEMPAT PENDARATAN DAN LEPAS LANDAS HELIKOPTER

HASIL TEMUAN

NO ITEMS MEMENUHI TIDAK MEMENUHI EVALUASI INSPEKTUR

BUKU PANDUAN TEMPAT PENDARATAN


DAN LEPAS LANDAS HELIKOPTER

Kata Pengantar

Daftar isi

Lampiran - lampiran

Lembar amandemen

1. BAB I
DATA DAN INFORMASI UMUM

1.1 Lingkup dan tujuan

1.2 Dasar Hukum

1.3 Nama penyelenggara

1.4 Struktur organisasi dan manajemen


penyelenggara
1.5 Sistem pencatatan pergerakan
helikopter
1.6 Tanggung jawab penyelenggara

1.7 Pelayanan Lalu Lintas


HASIL TEMUAN

NO ITEMS MEMENUHI TIDAK MEMENUHI EVALUASI INSPEKTUR

2. BAB II
DATA DAN INFORMASI LOKASI DAN
FASILITAS TEMPAT PENDARATAN DAN
LEPAS LANDAS HELIKOPTER
1.1 Gambar lokasi yang menunjukkan fasilitas
utama, termasuk windsock
1.2 Gambar lokasi terhadap bandara terdekat

1.3 Gambar desain teknis TLOF/FATO,


termasuk safety area jika diterapkan
1.4 Data dan informasi lokasi dan tinggi
Obstacle
1.5 Data dan informasi fasilitas tempat
pendaratan dan lepas landas helikopter
3. BAB III
STANDAR PROSEDUR PENGOPERASIAN
TEMPAT PENDARATAN DAN LEPAS
LANDAS HELIKOPTER

3.1 Standar prosedur pelayanan pendaratan


dan lepas landas helikopter
3.2 Standar prosedur inspeksi

3.3 Standar prosedur pengaturan dan


pengendalian obstacle
3.4 Standar prosedur pemeliharaan area
pergerakan
3.5 Standar prosedur pelaporan
HASIL TEMUAN

NO ITEMS MEMENUHI TIDAK MEMENUHI EVALUASI INSPEKTUR

3.6 Standar prosedur Keadaan Darurat di


Heliport
3.7 Standar Prosedur Persiapan Night
Emergency Medevac Terkait Fasilitas
Heliport, jika heliport digunakan untuk
malam hari
3.8 Standar Prosedur Persiapan Night
Emergency Medevac Terkait
Emergency Response (ERP), jika
heliport digunakan untuk malam hari
4. BAB IV
SISTIM PELAPORAN

4.1 Penyusunan laporan setiap perubahan


yang terjadi
4.2 Nama dan tanggung jawab petugas
pelaporan
4.3 Data lengkap dan rinci organisasi dan
personel bilamana terjadi perubahan agar
dilaporkan.
Formulir II.4
Checklist Pemeriksaan
Dokumen Rencana Pembangunan
Tempat Pendaratan Dan Lepas Landas
Helikopter (Heliport)
Dalam Rangka Penerbitan Rekomendasi
Teknis Pembangunan

CHECKLIST PEMERIKSAAN
DOKUMEN RENCANA PEMBANGUNAN
TEMPAT PENDARATAN DAN LEPAS LANDAS HELIKOPTER (HELIPORT)
DALAM RANGKA PENERBITAN REKOMENDASI TEKNIS PEMBANGUNAN
SURFACE LEVEL HELIPORT ( Nama Heliport )
Nomor : ...............

I. UMUM
1. Nama Inspektur :
2. Tanggal Pemeriksaan :
3. Refensi Surat :

II. DATA HELIPORT


1. Nama Heliport :
2. Type Heliport :
3. Type Instalasi :
4. Lokasi :
5. Jarak dan arah dari bandar :
udara terdekat
6. Koordinat Heliport Reference
Point (rencana)
- Latitude :
- Longitude :
7. Elevasi Heliport :
8. Pemilik :
9. Penyelenggara :
10. Penanggung Jawab :
Pembangunan
11. Helikopter ter-kritis yang :
direncanakan
12. Rencana Penggunaan :

III. PEMERIKSAAN KELENGKAPAN PERSYARATAN ADMINISTRASI DOKUMEN


RENCANA PEMBANGUNAN

REFF HASIL KET


ITEMS (AC 139-06) PEMERIKSAAN S US NA

1. Rancang bangun Heliport (Heliport


Design)
2. Peta Situasi (situated map)
REFF HASIL KET
ITEMS (AC 139-06) PEMERIKSAAN S US NA

3. Gambar Denah beserta


potongannya (layout & Section)
4. Data Jenis Helikopter ter-kritis
yang direncanakan
5. Data Rencana Penggunaan
Heliport beserta fasilitas
6. Data Struktur Organisasi
Penyelenggara Heliport
7. Gambar Bangunan terkait
kelayakan dan kekuatan struktur
bangunan elevated heliport dari
instansi yang berwenang/ badan
hukum

IV. PEMERIKSAAN PERSYARATAN STANDAR TEKNIS DOKUMEN RENCANA


PEMBANGUNAN
A. KARAKTERISTIK HELICOPTER
NO DESKRIPSI DATA
1. Model Helikopter
2. Manufacture
3. Berat Take-Off Maksimum
(Maximum Take-Off Mass/MTOM)
4. Panjang Keseluruhan
(Over-all Length/D)

B. KARAKTERISTIK FISIK HELIPORT


REFF HASIL KET
ITEMS (MOS 139
PEMERIKSAAN
Vol. II) S US NA

1. Final Approach Take-Off Area 2.1.1


(FATO)
 Wajib memiliki minimal 1 buah
 Type permukaan :
Steelplate/Allumunium/Concrete/Pemadatan
Tanah/rumput/kayu/dll
- Type FATO 1.5.3.1.c
2.1.1.1
Berhimpitan dengan TLOF / FATO-Runway
Type
- Bentuk 2.1.1.2

Dapat bermacam-macam bentuk


- Dimensi 2.1.1.2

SLH : minimal 1,5 D


- Strength 2.1.1.3.d
 Untuk performance class 1 :
Mampu menampung beban helicopter pada
saat rejected take-off.
 Untuk performance class 2 & 3 :Mampu
menampung beban satis helikopter
2. Touch down and Lift Off Area 2.1.2.1
(TLOF)
 Wajib memiliki minimal 1 buah
 Type permukaan :
Steelplate/Allumunium/Concrete/Pemadatan
Tanah/rumput/kayu/dll
- Type TLOF 2.1.2.1

Berhimpitan dengan FATO / FATO-Runway


Type
- Bentuk 2.1.2.2
REFF HASIL KET
ITEMS (MOS 139
PEMERIKSAAN
Vol. II) S US NA
Dapat bermacam-macam bentuk
- Dimensi 2.1.2.2

Minimal 0,83 D
- Daya dukung 2.1.2.4
2.1.2.5
(strength)
TLOF berhimpitan/menjadi satu dengan FATO,
Strength : 2,5 x MTOM
3. Drainage 2.1.9

4. Sarana Pengait 2.1.10


(Tie Down Point)
Minimal 6 points
5. Safety Area (SA) 2.1.3

- Dimensi 2.1.3.1
2.1.3.2
 VMC, minimal 3m atau 0,25D, yang terbesar
yang digunakan
 IMC, minimal lebar 45 m dari centerline
FATO, minimal panjang 60 m dari outer
edge FATO
- Slope/Kemiringan 2.1.3.8.b
≤4%
- Type Permukaan 2.1.3.9

- Keberadaan objek tetap 2.1.3.4


2.1.3.5
 Hanya alat bantu visual 2.1.3.6
 Low mass, fragile, tinggi di sepanjang sisi 2.1.3.7
FATO ≤25cm, tinggi di luar FATO sampai
dengan SA = 25 cm + 5% (dihitung dari
outer edge FATO)
 Keberadaan obstacle pada area SA yang
diproteksi diperkenakan hanya 1 (satu) sisi
dengan jarak 10 m dari SA dan slope 100%
6. Clearway (CW) 2.1.4
IMC, wajib
- Dimensi 2.1.4.1
2.1.4.2
 Minimal lebar = lebar SA
 Letak CW dihitung dari outer edge FATO
- Profil tanah 1.5.3.1.e
- Keberadaan objek tetap atau 2.1.4.3
2.1.4.4
lainnya
 Slope ≤3%, dihitung dari inner edge FATO
 Harus clear dari objek yang dapat
membahayakan helikopter
7. Helicopter Ground Taxiway 2.1.5
(GTW) dan Ground Taxi-Route
(GTR)
- Designation 1.5.3.1.f

- Lebar 2.1.5.1
2.1.5.5
 GTW : 1,5 x UCW
 GTR : 1,5 x RD
- Type Permukaan 1.5.3.1.f
- Daya dukung 2.1.5.3
2.1.5.10
(strength)
 GTW, strength : beban statis (static load
bearing) MTOM
 GTR, strength : tahan rotor downwash
- Slope/Kemiringan 2.1.5.9

 Longitudinal : ≤3%
 Transverse : ≤2% (untuk drainage)
- Keberadaan objek tetap 2.1.5.6
2.1.5.7
 Hanya alat bantu visual 2.1.5.8
 Low mass, fragile
REFF HASIL KET
ITEMS (MOS 139
PEMERIKSAAN
Vol. II) S US NA
 Tinggi di jarak ≤50 cm : ≤25cm, dengan
penambahan ketinggian = 25 cm + 5%
(dihitung dari outer edge GTW)
8. Helicopter Air Taxiway (ATW)
dan Air Taxi-route (ATR)
- Designation 1.5.3.1.f

- Lebar 2.1.6.1
2.1.6.5
 ATW : 2 x UCW
 ATR : 2 x RD
- Type Permukaan 1.5.3.1.f

- Daya dukung 2.1.6.2


2.1.6.10
(strength)
 ATW, strength : beban statis (static load
bearing) MTOM
 GTR, strength : tahan rotor downwash
- Slope/Kemiringan 2.1.6.3

 Longitudinal : ≤7%
 Transverse : ≤10% (untuk drainage)
- Keberadaan objek tetap 2.1.6.6
2.1.6.7
 Hanya alat bantu visual 2.1.6.8
 Low mass, fragile
 Tinggi di jarak ≤100 cm : ≤25cm, dengan
penambahan ketinggian = 25 cm + 5%
(dihitung dari outer edge ATW
9. Helicopter Stand (HS)
- Designation 1.5.3.1.g
- Dimensi 2.1.7.3
2.1.7.4
 HS : min 1,2 x D 2.1.7.6
 Protection area :min 0,4 D, untuk HS yang
dipergunakan untuk berputarnya helicopter
 HS hanya untuk taxi-trought, lebar HS =
lebar taxi-route
- Type Permukaan 1.5.3.1.g

- Daya dukung 2.1.7.13


(strength)
 Strength : beban statis (static load bearing)
MTOM
 D daripada HS yang memiliki strength
tersebut diatas : minimal 0,83 D
- Slope/Kemiringan 2.1.7.2

≤2%
- Keberadaan objek tetap 2.1.7.9
2.1.7.10
 Hanya alat bantu visual 2.1.7.11
 Low mass, fragile 2.1.7.12
 Jika jaraknya <0,75D = 5 cm
 Jika jaraknya ≥0,75D = 25, dengan
penambahan ketinggian 5%

C. ALAT BANTU VISUAL

HASIL KET
ITEMS REFF PEMERIKSAAN S US NA

1. Windsock 4.1.1

Wajib, min 1 (satu) buah


- Warna 4.1.6

Merah/putih atau solid orange


- Ukuran 4.1.5
HASIL KET
ITEMS REFF PEMERIKSAAN S US NA

L : 240cm, D1 : 60cm, D2 : 30cm


- Illuminated light 4.1.7
Wajib, untuk IMC
2. Lighting
Wajib, untuk IMC atau Night operation
- Heliport Beacon 4.2.1
4.2.2
Wajib, bagi heliport yang tidak dilengkapi
penerangan dan sulit karena dikelilingi
penerangan lain
- Approach Light 4.2.2.2
4.2.2.4
 Hanya untuk surface level heliport 4.2.2.5
 Jika diharapkan secara praktis diperlukan 4.2.2.6
untuk menunjukkan arah pendekatan
 Warna : putih
 Interval 30 m dan crossbar 18 m (interval @
4,5m, utk 5 lampu) pada 90 m dari outer
edge FATO
 Tambahan lampu (steady/sequence) setalah
crossbar dengan interval 30 m sampai jarak
210m dari outer edge FATO
- Flight Path Alignment Guidance 4.2.3.2
4.2.3.4
Lighting Systems 4.2.3.5
 Jika diterapkan, dapat dikombinasikan
dengan flight path guidance marking dan
harus di tempat sisi dalam marka arrow
 Min 3 lampu dan ideal 5 lampu , total jarak
min 6m, interval lampu ≥ 1,5m dan ≤3m
 Warna : putih, omni directional
- VASI : HAPI/APAPI/PAPI 4.2.4.1
4.2.4.2
 Diterapkan karena aspek obstacle
clearance, lingkungan heliport dan
karakterisktik helicopter
 Area proteksi VASI : w = w of SA, distance
from end of FATO : 3m, divergen : 10%,
length : 2.500m
- FATO light (warna, jumlah, jarak 4.2.5.1
4.2.5.2
interval dan intensity) 4.2.5.3
 Wajib , untuk IMC , Night operation dan
surface level heliport
 Warna : putih
 Untuk persegi/persegi panjang : imterval
≤50m, min 4 unit lampu
 Untuk lingkaran : interval ≤5m, min 10 unit
lampu
- Aiming Point light (warna, jumlah, 4.2.6.1
4.2.6.2
jarak interval dan intensity) 4.2.6.3
 Hanya untuk surface level heliport
 Jika diterapkan, untuk IMC dan Night
operation
 Warna : putih
 Jumlah Lampu : min 6 unit
- TLOF perimeter light (warna, 4.2.7.2
4.2.7.3
jumlah, jarak interval dan 4.2.7.4
intensity) 4.2.7.7
 Wajib , untuk IMC dan Night operation
 Warna : hijau
 Interval : ≤5m
 Untuk persegi/persegi, min 4 unit lampu
 Untuk lingkaran : min 14 unit lampu
 H ≤ 25cm
- TLOF Flood light (jumlah, 4.2.7.5
intensity)
 Wajib , untuk IMC dan Night operation
 Warna : putih
 Interval : ≤5m
 Untuk persegi/persegi, min 4 unit lampu
 Untuk lingkaran : min 14 unit lampu H ≤
25cm
- Winching Area Flood light 4.2.8.1
4.2.8.4
(jumlah, intensity)
 Wajib , untuk IMC dan Night operation
 Intensitas min 10 lux (diukur dari permukaan
winching area)
- Taxiway light (warna, jumlah, 4.2.9
jarak interval dan intensity)
 Wajib , untuk IMC dan Night operation
 H ≤ 25cm
HASIL KET
ITEMS REFF PEMERIKSAAN S US NA
- Obstacle light (warna, jumlah dan 4.2.11
letak)
 Wajib , untuk IMC dan Night operation
 Jika tidak ada obstacle light, dapat
digantikan dengan floodlighting of obstacle
yang harus menghasilkan pencahayaan
minimal 10 cd/m2
3. Marka dan Rambu
- Surface Marking 4.3.1.1

 Dark Green
- FATO Dimension Marking 4.3.1.1

 Jika diterapkan , lokasi marka didalam


FATO
 Dimensi dalam meter
 Warna : putih
 Tinggi huruf, FATO <15m : 60cm,
15m≤FATO≤30m : 90cm, FATO>30m :
tinggi huruf proporsional sesuai
ketentuan/MOS Vol. II gambar 4-14
- FATO Perimeter Marking 4.3.1.2.b

 Wajib,
 Runway type FATO
o Interval ≤50m, min 3 marka/marker
setiap sisi
o Marka, warna : putih, lebar : 1m,
panjang : 9m
 FATO non Runway Type
o Interval 1,5 ≤2 m
o Marka, warna : putih, lebar : 0,3m,
panjang : 1,5m
- FATO Designation Marking 4.3.1.2.c

 Wajib, untuk Runway type FATO


 Lokasi marka di awal FATO
- Aiming Point Marking 4.3.1.2
 Wajib, untuk FATO yang tidak
berhimpitan/menjadi satu dengan TLOF dan
Runway-type FATO
 Letaknya di dalam FATO untuk Runway-
type FATO, dan selain Runway-type FATO
di tengah FATO
 Warna : putih, bentuk : segi tiga sama sisi
dengan panjang 9m, w = 1m
- TLOF Perimeter Marking 4.3.1.3

 Wajib, untuk TLOF area dan juga untuk


TLOF = HS
 Marka, warna : putih, lebar : 30cm, solid
sepanjang TLOF
- Touchdown Marking 4.3.1.4

 Wajib, pada TLOF area dan juga pada


TLOF = HS
 Warna : kuning, bentuk : lingkaran, w = 1m,
D = 0,5D
- Heliport Name Marking 4.3.1.5
 Wajib
 Letak berdekatan Obstacle Sector (OS)
- “H” Identification Marking 4.3.1.10
 Wajib
 Warna putih kecuali rumah sakit warna
merah, uk : 3mx1,8mx0,4m
 Letak berdekatan atau di tengah FATO,
kecuali Runway-type FATO
- Maximum Allowable Mass & D- 4.3.1.11
4.3.1.12
Value Marking
 Wajib
 Warna : putih
 Maximum allowable mass marking
dinyatakan dalam satuan ton, diikuti dengan
“t”
 D-Value marking dinyatakan dalam satuan
meter
 Tinggi huruf, FATO <15m : 60cm,
15m≤FATO≤30m : 90cm, FATO>30m :
tinggi huruf proporsional sesuai
ketentuan/MOS Vol. II gambar 4-14
HASIL KET
ITEMS REFF PEMERIKSAAN S US NA

- Passenger Walkway dan 4.3.1.13


4.3.1.14
Emergency Exit Marking
 Wajib
 Warna : kuning, w = 1m
 Untuk emergency exit marking, ditambah
tulisan : “Emergency Exit”
- Helicopter Ground Taxiway 4.3.1.6
Marking & Marker
 Wajib, jika diterapkan GTW
 Ketentuan GTW marking : spesifikasi taxi
holding marking pada MOS 139 Vol. I
- Helicopter AirTaxiway Marking & 4.3.1.7
Marker
Wajib, jika diterapkan ATW
- Helicopter Stand Marking 4.3.1.8

 Wajib, untuk HS yang dipakai untuk


berputarnya helikopter
 HS perimeter marking, bentuk : lingkaran,
warna kuning, w = 15cm
 Central zone perimeter marking, bentuk :
lingkaran, warna kuning, w = 15cm Kecuali
HS yang merupakan TLOF juga, marka
TLOF perimeter yang digunakan
 Alignment line dan lead-in lead-out, warna
kuning, w = 15cm
 HS Identification Marking, warna kontras
dan mudah terbaca
- Flight Path Alignment Guidance 4.3.1.9
Marking
 Wajib diberikan penerangan untuk IMC dan
night operation
 Spesifikasi : MOS Vol. II – gambar 4.12

D. PENGGUNAAN RUANG UDARA DAN JALUR DARI & KE HELIPORT

REFF HASIL KET


ITEMS (AC 139-06) PEMERIKSAAN S US NA

1. Jarak dan arah terhadap Bandar


udara terdekat
2. Jarak dan arah terhadap Heliport
(ber-register terdekat)
3. Jalur dari dan ke Heliport
4. Penggunaan Ruang Udara

CATATAN :
1. Pemeriksaan Dokumen Rencana Pembangunan “(Nama Heliport)” ini dilaksanakan
mengacu pada Peraturan Direktur Jenderal Perhubungan Udara nomor :
SKEP/100/VI/2010 tentang tentang Petunjuk dan Tata Cara PKPS Bagian 139-06,
Prosedur Pembangunan dan Pengoperasian Tempat Pendaratan dan Lepas
Landas Helikopter (Heliport), dan Peraturan Direktur Jenderal Perhubungan Udara
nomor : KP. 40 Tahun 2015 tentang Persyaratan Standar Teknis dan Operasional
Peraturan Keselamatan Penerbangan Sipil Bagian 139 (Manual of Standard CASR
139) Volume II Tempat Pendaratan dan Lepas Landas Helikopter (Heliport).
2. Dalam Pemeriksaan Dokumen Rencana Pembangunan ini didapat temuan (finding)
yang wajib ditindaklanjuti oleh pemilik / penyelenggara Heliport “(Nama Heliport)”
untuk perubahan dalam dokumen perencanaan pembangunan heliport sebagai
berikut :
Temuan dan Type Tindak Lanjut
No Unsur
Temuan Temuan
1. PERSYARATAN
ADMINISTRASI
PERSYARATAN
2. STANDAR TEKNIS
A. HELICOPTER
CHARACTERISTIC
B. PHYSICAL
CHARACTERISTIC
C. ALAT BANTU VISUAL
(VISUAL AID)
D. PENGGUNAAN
RUANG UDARA DAN
JALUR DARI & KE
HELIPORT

3. Setelah semua temuan (findings) butir 2 tersebut diatas telah ditindaklanjuti dan
pembangunan heliport beserta fasilitasnya telah dipenuhi sesuai dengan
perencanaan, pemilik/penyelenggara Heliport “(Nama Heliport)” dapat mengajukan
permohonan penerbitan Register Heliport Kepada Direktur Jenderal Perhubungan
Udara melalui Direktur Bandar Udara.
Demikian Pemeriksaan ini dibuat dengan sesungguhnya dan untuk dapat
dipergunakan sebagaimana mestinya.

Jakarta, ..............................

Yang Melaksanakan Pemeriksaan :

1. ....................
……………………………………………
CHECKLIST PEMERIKSAAN
DOKUMEN RENCANA PEMBANGUNAN
TEMPAT PENDARATAN DAN LEPAS LANDAS HELIKOPTER (HELIPORT)
DALAM RANGKA PENERBITAN REKOMENDASI TEKNIS PEMBANGUNAN
ELEVATED HELIPORT ( Nama Heliport )
Nomor : ...............

I. UMUM
1. Nama Inspektur :
2. Tanggal Pemeriksaan :
3. Refensi Surat :

II. DATA HELIPORT


1. Nama Heliport :
2. Type Heliport :
3. Type Instalasi :
4. Lokasi :
5. Jarak dan arah dari bandar :
udara terdekat
6. Koordinat Heliport Reference
Point (rencana)
- Latitude :
- Longitude :
7. Elevasi Heliport :
8. Pemilik :
9. Penyelenggara :
10. Penanggung Jawab :
11. Helikopter ter-kritis yang :
direncanakan
12. Helikopter yang akan :
beroperasi
13. Rencana Penggunaan :

III. PEMERIKSAAN KELENGKAPAN PERSYARATAN ADMINISTRASI DOKUMEN


RENCANA PEMBANGUNAN

REFF HASIL KET


ITEMS (AC 139-06) PEMERIKSAAN S US NA

1. Rancang bangun Heliport (Heliport


Design)
2. Peta Situasi (situated map)
3. Gambar Denah beserta
potongannya (layout & Section)
4. Data Jenis Helikopter ter-kritis
REFF HASIL KET
ITEMS (AC 139-06) PEMERIKSAAN S US NA

yang direncanakan
5. Data Rencana Penggunaan
Heliport beserta fasilitas
6. Data Struktur Organisasi
Penyelenggara Heliport
7. Gambar Bangunan terkait
kelayakan dan kekuatan struktur
bangunan elevated heliport dari
instansi yang berwenang/ badan
hukum

IV. PEMERIKSAAN PERSYARATAN STANDAR TEKNIS DOKUMEN RENCANA


PEMBANGUNAN
A. KARAKTERISTIK HELICOPTER
NO DESKRIPSI DATA
1. Model Helikopter
2. Manufacture
3. Berat Take-Off Maksimum
(Maximum Take-Off Mass/MTOM)
4. Panjang Keseluruhan
(Over-all Length/D)

B. KARAKTERISTIK FISIK HELIPORT


REFF HASIL KET
ITEMS (MOS 139
PEMERIKSAAN
Vol. II) S US NA

1. Final Approach Take-Off Area 2.2.2


(FATO)
 Wajib memiliki minimal 1 buah
 Type permukaan :
Steelplate/Allumunium/Concrete/dll
- Type FATO 1.5.3.1.c

Berhimpitan dengan TLOF / FATO-Runway


Type
- True Bearing (Designation 1.5.3.1.c
Number)
- Bentuk 2.2.2.2
Dapat bermacam-macam bentuk
- Dimensi 2.2.2.2
EH : minimal 1 D
- Slope/Kemiringan 2.2.2.3 d

≤2%
- Strength 2.2.2.3 e

 Untuk performance class 1 :


Mampu menampung beban helicopter pada
saat rejected take-off
 Untuk performance class 2 & 3 : Mampu
menampung beban statis helikopter
- Keberadaan objek tetap 2.1.1.5

 Hanya alat bantu visual


 Low mass, fragile, tinggi ≤25cm
2. Touch down and Lift Off Area 2.2.4.1
(TLOF)
 Wajib memiliki minimal 1 buah
 Type permukaan :
Steelplate/Allumunium/Concrete/dll
- Type TLOF 2.2.4.1
REFF HASIL KET
ITEMS (MOS 139
PEMERIKSAAN
Vol. II) S US NA
Berhimpitan/mejadi satu dengan FATO
- Bentuk 2.2.4.2

Dapat bermacam-macam bentuk


- Dimensi 2.2.4.2

Minimal 0,83 D
- Slope/kemiringan 2.2.4.3

≤2%
- Daya dukung 2.2.4.5
(strength)
TLOF berhimpitan/menjadi satu dengan FATO,
Strength : 2,5 x MTOM
- Keberadaan objek tetap 2.2.4.6
2.2.4.7
 Hanya alat bantu visual
 Low mass, fragile, tinggi ≤25cm
3. Drainage 2.2.4.3

4. Sarana Pengait 2.2.11


(Tie Down Point)
Minimal 6 points
5. Landing Net (LN) 2.2.10

Wajib, untuk elevated heliport dan operasi


helicopter wheel type, kecuali telah dilakukan
friction test dan hasil nilai kekesatannya baik
serta di setujui oleh air operator
6. Safety Net (SN) 2.2.9

 Wajib , untuk elevated heliport


 Lebar : 1,5m, strength : 75 kg/m2, keliling
heliport, tinggi SN ≥ permukaan TLOF
7. Safety Area (SA) 2.1.3

- Dimensi 2.2.5

 VMC, minimal 3m atau 0,25D, yang terbesar


yang digunakan
 IMC, minimal lebar 45 m dari centerline
FATO, minimal panjang 60 m dari outer
edge FATO
- Slope/Kemiringan 2.2.5.7
≤4%
- Type Permukaan 1.3.5.1 d

- Keberadaan objek tetap 2.2.5.4


2.2.5.5
 Hanya alat bantu visual 2.2.5.6
 Low mass, fragile, tinggi di sepanjang sisi
FATO ≤25cm, tinggi di luar FATO sampai
dengan SA = 25 cm + 5% (dihitung dari
outer edge FATO)
 Keberadaan obstacle pada area SA yang
diproteksi diperkenakan hanya 1 (satu) sisi
dengan jarak 10 m dari SA dan slope 100%
8. Clearway (CW) 2.2.3

IMC, wajib
- Dimensi 2.2.3.2

 Minimal lebar = lebar SA


 Letak CW dihitung dari outer edge FATO
- Profil tanah 1.5.3.1.e
- Keberadaan objek tetap atau
lainnya
 Slope ≤3%, dihitung dari inner edge FATO
 Harus clear dari objek yang dapat
membahayakan helikopter
9. Helicopter Ground Taxiway 2.2.6
(GTW) dan Ground Taxi-
Route (GTR)
- Designation 1.5.3.1.f
REFF HASIL KET
ITEMS (MOS 139
PEMERIKSAAN
Vol. II) S US NA

- Lebar 2.2.6.2

 GTW : 1,5 x UCW


 GTR : 1,5 x RD
- Type Permukaan 1.5.3.1.f
- Daya dukung 2.2.6.4
(strength)
 GTW, strength : beban statis (static load
bearing) MTOM
 GTR, strength : tahan rotor downwash
- Slope/Kemiringan 2.1.5.9

 Longitudinal : ≤3%
 Transverse : ≤2% (untuk drainage)
- Keberadaan objek tetap 2.2.6.7

 Hanya alat bantu visual


 Low mass, fragile
 Tinggi di jarak ≤50 cm : ≤25cm, dengan
penambahan ketinggian = 25 cm + 5%
(dihitung dari outer edge GTW)
10. Helicopter Air Taxiway (ATW)
dan Air Taxi-route (ATR)
- Designation 1.5.3.1.f

- Lebar 2.2.7.2

 ATW : 2 x UCW
 ATR : 2 x RD
- Type Permukaan 1.5.3.1.f

- Daya dukung 2.2.7.3


(strength)
 ATW, strength : beban dinamis (dynamic
load bearing
 GTR, strength : tahan rotor downwash
- Slope/Kemiringan 2.2.7.4

 Longitudinal : ≤3%
 Transverse : ≤2% (untuk drainage)
- Keberadaan objek tetap 2.2.7.7

 Hanya alat bantu visual


 Low mass, fragile
 Tinggi di jarak ≤100 cm : ≤25cm, dengan
penambahan ketinggian = 25 cm + 5%
(dihitung dari outer edge ATW
11. Helicopter Stand (HS)
- Designation 1.5.3.1.g
- Dimensi 1.5.3.1.g

 HS : min 1,2 x D
 Protection area :min 0,4 D, untuk HS yang
dipergunakan untuk berputarnya helicopter
 HS hanya untuk taxi-trought, lebar HS =
lebar taxi-route
- Type Permukaan 1.5.3.1.g

- Daya dukung 2.2.8.10


2.2.8.11
(strength)
 Strength : beban statis (static load bearing)
MTOM
 D daripada HS yang memiliki strength
tersebut diatas : minimal 0,83 D
- Slope/Kemiringan 2.2.8.1
≤2%
- Keberadaan objek tetap 2.2.8.9

 Tidak ada objek tetap yang diperbolehkan


C. ALAT BANTU VISUAL

HASIL KET
ITEMS REFF PEMERIKSAAN S US NA

12. Windsock 4.1

Wajib, min 1 (satu) buah


- Warna 4.1.6

Merah/putih atau solid orange


- Ukuran 4.1.5

L : 120cm, D1 : 30cm, D2 : 15cm


- Illuminated light 4.1.7
Wajib, untuk IMC
13. Lighting
Wajib, untuk IMC atau Night operation
- Heliport Beacon 4.2.1
Wajib, bagi heliport yang tidak dilengkapi
penerangan dan sulit karena dikelilingi
penerangan lain
- Flight Path Alignment Guidance 4.2.3
Lighting Systems
 Jika diterapkan, dapat dikombinasikan
dengan flight path guidance marking dan
harus di tempat sisi dalam marka arrow
 Min 3 lampu dan ideal 5 lampu , total jarak
min 6m, interval lampu ≥ 1,5m dan ≤3m
 Warna : putih, omni directional
- VASI : HAPI/APAPI/PAPI 4.2.4
 Diterapkan karena aspek obstacle
clearance, lingkungan heliport dan
karakterisktik helicopter
 Area proteksi VASI : w = w of SA, distance
from end of FATO : 3m, divergen : 10%,
length : 2.500m
- FATO light (warna, jumlah, jarak 4.4.2.1
interval dan intensity)
 Wajib , untuk IMC dan Night operation
 Warna : putih
 Untuk persegi/persegi panjang : imterval
≤50m, min 4 unit lampu
 Untuk lingkaran : interval ≤5m, min 10 unit
lampu
- TLOF perimeter light (warna, 4.4.2.2 a
jumlah, jarak interval dan
intensity)
 Wajib , untuk IMC dan Night operation
 Warna : hijau
 Interval : ≤5m
 Untuk persegi/persegi, min 4 unit lampu
 Untuk lingkaran : min 14 unit lampu
 H ≤ 25cm
- TLOF Flood light (jumlah, 4.4.2.2 b
intensity)
 Wajib , untuk IMC dan Night operation
 Warna : putih
 Interval : ≤5m
 Untuk persegi/persegi, min 4 unit lampu
 Untuk lingkaran : min 14 unit lampu H ≤
25cm
- Winching Area Flood light 4.2.8
(jumlah, intensity)
 Wajib , untuk IMC dan Night operation
 Intensitas min 10 lux (diukur dari permukaan
winching area)
- Taxiway light (warna, jumlah, 4.2.9
jarak interval dan intensity)
 Wajib , untuk IMC dan Night operation
 H ≤ 25cm
- Obstacle light (warna, jumlah dan 4.4.2.3
letak)
 Wajib , untuk IMC dan Night operation
 Jika tidak ada obstacle light, dapat
digantikan dengan floodlighting of obstacle
HASIL KET
ITEMS REFF PEMERIKSAAN S US NA
yang harus menghasilkan pencahayaan
minimal 10 cd/m2
14. Marka dan Rambu
- FATO Dimension Marking 4.4.1.2

 Sebagai batasan dimensi FATO


 Warna : putih
 Ukuran marka panjang 1,5 m, lebar 30 cm
dengan jarak spasi 1.5 m
- FATO Designation Marking 4.3.1.2 c

 Wajib, untuk Runway type FATO


 Lokasi marka di awal FATO
- TLOF Perimeter Marking 4.4.1.3

 Wajib, untuk TLOF area dan juga untuk


TLOF = HS
 Marka, warna : putih, lebar : 30cm, solid
sepanjang TLOF
- Touchdown Marking 4.4.1.4

 Wajib, pada TLOF area dan juga pada


TLOF = HS
 Warna : kuning, bentuk : lingkaran, w = 1m,
D = 0,5D
- Heliport Name Marking 4.4.1.5

 Wajib
 Letak berdekatan Obstacle Sector (OS)
- “H” Identification Marking 4.4.1.1
 Wajib
 Warna putih kecuali rumah sakit warna
merah, uk : 3mx1,8mx0,4m
 Letak berdekatan atau di tengah FATO,
kecuali Runway-type FATO
- Maximum Allowable Mass & D- 4.4.1.10
Value Marking
 Wajib
 Warna : putih
 Maximum allowable mass marking
dinyatakan dalam satuan ton, diikuti dengan
“t”
 D-Value marking dinyatakan dalam satuan
meter
 Tinggi huruf, FATO <15m : 60cm,
15m≤FATO≤30m : 90cm, FATO>30m :
tinggi huruf proporsional sesuai
ketentuan/MOS Vol. II gambar 4-14
- Passenger Walkway dan 4.4.1.7
4.4.1.8
Emergency Exit Marking
 Wajib
 Warna : kuning, w = 1m
 Untuk emergency exit marking, ditambah
tulisan : “Emergency Exit”
- Helicopter Ground Taxiway 4.3.1.6
Marking & Marker
 Wajib, jika diterapkan GTW
 Ketentuan GTW marking : spesifikasi taxi
holding marking pada MOS 139 Vol. I
- Helicopter AirTaxiway Marking & 4.3.1.7
Marker
Wajib, jika diterapkan ATW
- Helicopter Stand Marking 4.3.1.8

 Wajib, untuk HS yang dipakai untuk


berputarnya helikopter
 HS perimeter marking, bentuk : lingkaran,
warna kuning, w = 15cm
 Central zone perimeter marking, bentuk :
lingkaran, warna kuning, w = 15cm Kecuali
HS yang merupakan TLOF juga, marka
TLOF perimeter yang digunakan
 Alignment line dan lead-in lead-out, warna
kuning, w = 15cm
 HS Identification Marking, warna kontras
dan mudah terbaca
HASIL KET
ITEMS REFF PEMERIKSAAN S US NA

- Flight Path Alignment Guidance 4.3.1.9


Marking
 Wajib diberikan penerangan untuk IMC dan
night operation
 Spesifikasi : MOS Vol. II – gambar 4.12

D. PENGGUNAAN RUANG UDARA DAN JALUR DARI & KE HELIPORT

REFF HASIL KET


ITEMS (AC 139-06) PEMERIKSAAN S US NA

1. Jarak dan arah terhadap


Bandar udara terdekat
2. Jarak dan arah terhadap
Heliport (ber-register
terdekat)
3. Jalur dari dan ke Heliport
4. Penggunaan Ruang Udara

CATATAN :
1. Pemeriksaan Dokumen Rencana Pembangunan “(Nama Heliport)” ini dilaksanakan
mengacu pada Peraturan Direktur Jenderal Perhubungan Udara nomor :
SKEP/100/VI/2010 tentang tentang Petunjuk dan Tata Cara PKPS Bagian 139-06,
Prosedur Pembangunan dan Pengoperasian Tempat Pendaratan dan Lepas Landas
Helikopter (Heliport), dan Peraturan Direktur Jenderal Perhubungan Udara nomor :
KP. 40 Tahun 2015 tentang Persyaratan Standar Teknis dan Operasional Peraturan
Keselamatan Penerbangan Sipil Bagian 139 (Manual of Standard CASR 139)
Volume II Tempat Pendaratan dan Lepas Landas Helikopter (Heliport).
2. Dalam Pemeriksaan Dokumen Rencana Pembangunan ini didapat temuan (finding)
yang wajib ditindaklanjuti oleh pemilik / penyelenggara Heliport “(Nama Heliport)”
untuk perubahan dalam dokumen perencanaan pembangunan heliport sebagai
berikut :

Temuan dan Type Tindak Lanjut


No Unsur
Temuan Temuan
1. PERSYARATAN
ADMINISTRASI
PERSYARATAN
2. STANDAR TEKNIS
A. HELICOPTER
CHARACTERISTIC
B. PHYSICAL
CHARACTERISTIC
C. ALAT BANTU VISUAL
(VISUAL AID)
D. PENGGUNAAN
RUANG UDARA DAN
JALUR DARI & KE
HELIPORT

3. Setelah semua temuan (findings) butir 2 tersebut diatas telah ditindaklanjuti dan
pembangunan heliport beserta fasilitasnya telah dipenuhi sesuai dengan
perencanaan, pemilik/penyelenggara Heliport “(Nama Heliport)” dapat mengajukan
permohonan penerbitan Register Heliport Kepada Direktur Jenderal Perhubungan
Udara melalui Direktur Bandar Udara.
Demikian Pemeriksaan ini dibuat dengan sesungguhnya dan untuk dapat
dipergunakan sebagaimana mestinya.

Jakarta, ..............................

Yang Melaksanakan Pemeriksaan :

1. ....................
……………………………………………
CHECKLIST PEMERIKSAAN
DOKUMEN RENCANA PEMBANGUNAN
TEMPAT PENDARATAN DAN LEPAS LANDAS HELIKOPTER (HELIPORT)
DALAM RANGKA PENERBITAN REKOMENDASI TEKNIS PEMBANGUNAN
HELIDECK ( Nama Heliport )
Nomor : ...............

V. UMUM
1. Nama Inspektur :
2. Tanggal Pemeriksaan :
3. Refensi Surat :

VI. DATA HELIPORT


1. Nama Heliport :
2. Type Heliport :
3. Type Instalasi :
4. Lokasi :
5. Jarak dan arah dari bandar :
udara terdekat
6. Koordinat Heliport Reference
Point (rencana)
- Latitude :
- Longitude :
7. Elevasi Heliport :
8. Pemilik :
9. Penyelenggara :
10. Penanggung Jawab :
11. Helikopter ter-kritis yang :
direncanakan
12. Helikopter yang akan :
beroperasi
13. Rencana Penggunaan :

VII. PEMERIKSAAN KELENGKAPAN PERSYARATAN ADMINISTRASI DOKUMEN


RENCANA PEMBANGUNAN

REFF HASIL KET


ITEMS (AC 139-06) PEMERIKSAAN S US NA

1. Rancang bangun Heliport (Heliport


Design)
2. Peta Situasi (situated map)
3. Gambar Denah beserta
potongannya (layout & Section)
4. Data Jenis Helikopter ter-kritis
REFF HASIL KET
ITEMS (AC 139-06) PEMERIKSAAN S US NA

yang direncanakan
5. Data Rencana Penggunaan
Heliport beserta fasilitas
6. Data Struktur Organisasi
Penyelenggara Heliport
7. Sertifikat kelayakan konstruksi
platform dari Direktorat Jenderal
Minyak dan Gas Bumi Departemen
Energi dan Sumber Daya Mineral
atau instansi lain yang berwenang
untuk helideck diatas platform,
atau Sertifikat Kelas Kapal dari
instansi yang berwenang untuk
helideck di atas kapal

VIII. PEMERIKSAAN PERSYARATAN STANDAR TEKNIS DOKUMEN RENCANA


PEMBANGUNAN
A. KARAKTERISTIK HELICOPTER
NO DESKRIPSI DATA
1. Model Helikopter
2. Manufacture
3. Berat Take-Off Maksimum
(Maximum Take-Off Mass/MTOM)
4. Panjang Keseluruhan
(Over-all Length/D)

B. KARAKTERISTIK FISIK HELIPORT


REFF HASIL KET
ITEMS (MOS 139
PEMERIKSAAN
Vol. II) S US NA

1. Final Approach Take-Off Area 2.3.1.1


(FATO)
 Wajib memiliki minimal 1 buah
 Type permukaan :
Steelplate/Allumunium/Concrete/dll
- Type FATO 1.5.3.1.c

Berhimpitan/ menjadi satu dengan TLOF


- True Bearing (Designation 1.5.3.1.c
Number)
- Bentuk 2.3.1.2

Dapat bermacam-macam bentuk


- Dimensi 2.3.1.2

HD : minimal 1 D
- Slope/Kemiringan
≤3%
- Strength 2.3.1.3.d
2.3.1.3.e
 Untuk performance class 1 :
Mampu menampung beban helicopter pada
saat rejected take-off.
 Untuk performance class 2 & 3 :Mampu
menampung beban satis helikopter
- Keberadaan objek tetap 2.3.1.4
2.3.1.5
 Hanya alat bantu visual 2.3.1.6
 Low mass, fragile, tinggi ≤25cm
2. Touch down and Lift Off Area 2.3.2.1
(TLOF)
REFF HASIL KET
ITEMS (MOS 139
PEMERIKSAAN
Vol. II) S US NA
 Wajib memiliki minimal 1 buah
 Type permukaan :
Steelplate/Allumunium/Concrete/dll
- Bentuk 2.3.2.2

Dapat bermacam-macam bentuk


- Dimensi 2.3.2.2

 MTOM > 3.175 kg, minimal 1D


 MTOM ≤ 3.175 kg, minimal 0,83D, pada
kasus tertentu boleh 1D
- Slope/kemiringan 2.3.2.5

≤2%
- Tipe permukaan 2.3.2.6

- Daya dukung 2.3.2.3


(strength)
TLOF berhimpitan/menjadi satu dengan FATO,
Strength : 2,5 x MTOM
- Keberadaan objek tetap 2.3.2.7

 Hanya alat bantu visual


 Low mass, fragile,
 TLOF>16m, tinggi ≤25cm
 TLOF<16m atau TLOF<1D, tinggi ≤5cm
 Obyek didalam TLOF yang ada gunanya
dengan penerbangan, tinngi ≤2,5cm
3. Drainage 2.3.2.5

4. Sarana Pengait 2.3.4


(Tie Down Point)
Minimal 6 points
5. Landing Net (LN) 2.3.3
Wajib, untuk operasi helicopter wheel type,
kecuali telah dilakukan friction test dan hasil nilai
kekesatannya baik serta di setujui oleh air
operator
6. Safety Net (SN) 2.3.5
Lebar : 1,5m, strength : 75 kg/m2, keliling
heliport, tinggi SN ≤ permukaan TLOF

C. ALAT BANTU VISUAL

HASIL KET
ITEMS REFF PEMERIKSAAN S US NA

1. Windsock 4.5.1.1

Wajib, min 1 (satu) buah


- Warna 4.5.1.6

Merah/putih atau solid orange


- Ukuran 4.5.1.5

L : 120cm, D1 : 30cm, D2 : 15cm


- Illuminated light 4.5.1.7
Wajib, untuk IMC
2. Lighting
Wajib, untuk IMC atau Night operation
- Heliport Beacon 4.2.1
Wajib, bagi heliport yang tidak dilengkapi
penerangan lain dan sulit karena dikelilingi
penerangan lain
- Flight Path Alignment Guidance 4.5.2.4
Lighting Systems
 Jika diterapkan, dapat dikombinasikan
dengan flight path guidance marking dan
harus di tempat sisi dalam marka arrow
 Min 3 lampu dan ideal 5 lampu , total jarak
min 6m, interval lampu ≥ 1,5m dan ≤3m
 Warna : putih, omni directional
HASIL KET
ITEMS REFF PEMERIKSAAN S US NA
- VASI : HAPI/APAPI/PAPI 4.2.4
 Diterapkan karena aspek obstacle
clearance, lingkungan heliport dan
karakterisktik helicopter
 Area proteksi VASI : w = w of SA, distance
from end of FATO : 3m, divergen : 10%,
length : 2.500m
- TLOF perimeter light (warna, 4.5.2.1
jumlah, jarak interval dan
intensity)
 Wajib , untuk IMC dan Night operation
 Warna : hijau
 Interval : ≤5m
 Untuk persegi/persegi, min 4 unit lampu
 Untuk lingkaran : min 14 unit lampu
 H ≤ 25cm
- TLOF perimeter light (warna, 4.5.2.1
jumlah, jarak interval dan
intensity)
 Wajib , untuk IMC dan Night operation
 Warna : hijau
 Interval : ≤5m
 Untuk persegi/persegi, min 4 unit lampu
 Untuk lingkaran : min 14 unit lampu
 H ≤ 25cm
- TLOF Flood light (jumlah, 4.5.2.2
intensity)
 Wajib , untuk IMC dan Night operation
 Warna : putih
 Interval : ≤5m
 Untuk persegi/persegi, min 4 unit lampu
 Untuk lingkaran : min 14 unit lampu H ≤
25cm
- Winching Area Flood light 4.2.8
(jumlah, intensity)
 Wajib , untuk IMC dan Night operation
 Intensitas min 10 lux (diukur dari permukaan
winching area)
- Obstacle light (warna, jumlah dan 4.5.2.3
letak)
 Wajib , untuk IMC dan Night operation
 Jika tidak ada obstacle light, dapat
digantikan dengan floodlighting of obstacle
yang harus menghasilkan pencahayaan
minimal 10 cd/m2
3. Marka dan Rambu
- Surface Marking 4.5.3.8

 Dark Green
- FATO Dimension Marking 4.5.3.1a

 Jika diterapkan , lokasi marka didalam


FATO
 Dimensi dalam meter
 Warna : putih
 Tinggi huruf, FATO <15m : 60cm,
15m≤FATO≤30m : 90cm, FATO>30m :
tinggi huruf proporsional sesuai
ketentuan/MOS Vol. II
- TLOF Perimeter Marking 4.5.3.5

 Wajib, untuk TLOF area dan juga untuk


TLOF = HS
 Marka, warna : putih, lebar : 30cm, solid
sepanjang TLOF
- Touchdown Marking 4.5.3.2
 Wajib, pada TLOF area dan juga pada
TLOF = HS
 Warna : kuning, bentuk : lingkaran, w = 1m,
D = 0,5D
- Heliport Name Marking 4.5.3.6
 Wajib
- “H” Identification Marking 4.5.3.1c
 Wajib
 Warna putih kecuali rumah sakit warna
merah, uk : 3mx1,8mx0,4m
 Letak berdekatan atau di tengah FATO,
kecuali Runway-type FATO
HASIL KET
ITEMS REFF PEMERIKSAAN S US NA

- Maximum Allowable Mass & D- 4.5.3.3


4.5.3.4
Value Marking
 Wajib
 Warna : putih
 Maximum allowable mass marking
dinyatakan dalam satuan ton, diikuti dengan
“t”
 D-Value marking dinyatakan dalam satuan
meter
 Tinggi huruf, FATO <15m : 60cm,
15m≤FATO≤30m : 90cm, FATO>30m :
tinggi huruf proporsional sesuai
ketentuan/MOS Vol. II gambar 4-14
- Passenger Walkway dan 4.5.3.10
Emergency Exit Marking
 Wajib
 Warna : kuning, w = 1m
 Untuk emergency exit marking, ditambah
tulisan : “Emergency Exit”
- Flight Path Alignment Guidance 4.5.3.12
Marking
 Wajib diberikan penerangan untuk IMC dan
night operation
 Spesifikasi : MOS Vol. II – gambar 4.12

D. PENGGUNAAN RUANG UDARA DAN JALUR DARI & KE HELIPORT

REFF HASIL KET


ITEMS (AC 139-06) PEMERIKSAAN S US NA

1. Jarak dan arah terhadap Bandar


udara terdekat
2. Jarak dan arah terhadap Heliport
(ber-register terdekat)
3. Jalur dari dan ke Heliport
4. Penggunaan Ruang Udara

CATATAN :
1. Pemeriksaan Dokumen Rencana Pembangunan “(Nama Heliport)” ini dilaksanakan
mengacu pada Peraturan Direktur Jenderal Perhubungan Udara nomor :
SKEP/100/VI/2010 tentang tentang Petunjuk dan Tata Cara PKPS Bagian 139-06,
Prosedur Pembangunan dan Pengoperasian Tempat Pendaratan dan Lepas
Landas Helikopter (Heliport), dan Peraturan Direktur Jenderal Perhubungan Udara
nomor : KP. 40 Tahun 2015 tentang Persyaratan Standar Teknis dan Operasional
Peraturan Keselamatan Penerbangan Sipil Bagian 139 (Manual of Standard CASR
139) Volume II Tempat Pendaratan dan Lepas Landas Helikopter (Heliport).
2. Dalam Pemeriksaan Dokumen Rencana Pembangunan ini didapat temuan (finding)
yang wajib ditindaklanjuti oleh pemilik / penyelenggara Heliport “(Nama Heliport)”
untuk perubahan dalam dokumen perencanaan pembangunan heliport sebagai
berikut :

Temuan dan Type Tindak Lanjut


No Unsur
Temuan Temuan
1. PERSYARATAN
ADMINISTRASI
PERSYARATAN
2. STANDAR TEKNIS
A. HELICOPTER
Temuan dan Type Tindak Lanjut
No Unsur
Temuan Temuan
CHARACTERISTIC
B. PHYSICAL
CHARACTERISTIC
C. ALAT BANTU VISUAL
(VISUAL AID)
D. PENGGUNAAN
RUANG UDARA DAN
JALUR DARI & KE
HELIPORT

3. Setelah semua temuan (findings) butir 2 tersebut diatas telah ditindaklanjuti dan
pembangunan heliport beserta fasilitasnya telah dipenuhi sesuai dengan
perencanaan, pemilik/penyelenggara Heliport “(Nama Heliport)” dapat mengajukan
permohonan penerbitan Register Heliport Kepada Direktur Jenderal Perhubungan
Udara melalui Direktur Bandar Udara.
Demikian Pemeriksaan ini dibuat dengan sesungguhnya dan untuk dapat
dipergunakan sebagaimana mestinya.

Jakarta, ..............................

Yang Melaksanakan Pemeriksaan :

1. ....................
……………………………………………
CHECKLIST PEMERIKSAAN
DOKUMEN RENCANA PEMBANGUNAN
TEMPAT PENDARATAN DAN LEPAS LANDAS HELIKOPTER (HELIPORT)
DALAM RANGKA PENERBITAN REKOMENDASI TEKNIS PEMBANGUNAN
SHIPBOARD ( Nama Heliport )
Nomor : ...............

I. UMUM
1. Nama Inspektur :
2. Tanggal Pemeriksaan :
3. Refensi Surat :

II. DATA HELIPORT


1. Nama Heliport :
2. Type Heliport :
3. Type Instalasi :
4. Lokasi :
5. Jarak dan arah dari bandar :
udara terdekat
6. Koordinat Heliport Reference
Point (rencana)
- Latitude :
- Longitude :
7. Elevasi Heliport :
8. Pemilik :
9. Penyelenggara :
10. Penanggung Jawab :
11. Helikopter ter-kritis yang :
direncanakan
12. Helikopter yang akan :
beroperasi
13. Rencana Penggunaan :

III. PEMERIKSAAN KELENGKAPAN PERSYARATAN ADMINISTRASI DOKUMEN


RENCANA PEMBANGUNAN

REFF HASIL KET


ITEMS (AC 139-06) PEMERIKSAAN S US NA

1. Rancang bangun Heliport (Heliport


Design)
2. Peta Situasi (situated map)
3. Gambar Denah beserta
potongannya (layout & Section)
4. Data Jenis Helikopter ter-kritis
REFF HASIL KET
ITEMS (AC 139-06) PEMERIKSAAN S US NA

yang direncanakan
5. Data Rencana Penggunaan
Heliport beserta fasilitas
6. Data Struktur Organisasi
Penyelenggara Heliport
7. Sertifikat kelayakan konstruksi
platform dari Direktorat Jenderal
Minyak dan Gas Bumi Departemen
Energi dan Sumber Daya Mineral
atau instansi lain yang berwenang
untuk helideck diatas platform,
atau Sertifikat Kelas Kapal dari
instansi yang berwenang untuk
helideck di atas kapal

IV. PEMERIKSAAN PERSYARATAN STANDAR TEKNIS DOKUMEN RENCANA


PEMBANGUNAN
A. KARAKTERISTIK HELICOPTER
NO DESKRIPSI DATA
1. Model Helikopter
2. Manufacture
3. Berat Take-Off Maksimum
(Maximum Take-Off Mass/MTOM)
4. Panjang Keseluruhan
(Over-all Length/D)

B. KARAKTERISTIK FISIK HELIPORT


REFF HASIL KET
ITEMS (MOS 139
PEMERIKSAAN
Vol. II) S US NA

1. Final Approach Take-Off Area 2.4.1.1


(FATO)
 Wajib memiliki minimal 1 buah
 Type permukaan :
Steelplate/Allumunium/Concrete/dll
- Type FATO 1.5.3.1 c

Berhimpitan/ menjadi satu dengan TLOF


- True Bearing (Designation 1.5.3.1.c
Number)
- Bentuk 2.4.1.2

Dapat bermacam-macam bentuk


- Dimensi 2.4.1.2

HD : minimal 1 D
- Slope/Kemiringan 2.4.2.11

 ≤3% (jika FATO coincidental/berhimpitan


dengan TLOF)
 ≤2% jika FATO menjadi 1 (collocated)
dengan FATO)
- Strength 2.3.1.3
Apabila Coidential :
 Untuk performance class 1 :
Mampu menampung beban helicopter pada
saat rejected take-off.
 Untuk performance class 2 & 3 :Mampu
menampung beban statis helicopter
Apabila collocated :
 Mengikuti kekuatan TLOF
- Keberadaan objek tetap 2.4.1.5
REFF HASIL KET
ITEMS (MOS 139
PEMERIKSAAN
Vol. II) S US NA
 Hanya alat bantu visual
 Low mass, fragile, tinggi ≤25cm
2. Touch down and Lift Off Area 2.4.2
(TLOF)

- Bentuk
Dapat bermacam-macam bentuk
- Dimensi 2.4.2.4
2.4.2.5
 Minimal 1D
 Dapat minimum 0,83D, apabila memilliki
batasan arah touchdown (limited direction
touchdown) namun memiliki 2 arah
berlawanan
- Slope/kemiringan 2.4.2.11

≤2%
- Tipe permukaan 1.5.3.1 d

- Daya dukung 2.4.2.2


(strength)
TLOF berhimpitan/menjadi satu dengan FATO,
Strength : 2,5 x MTOM
- Keberadaan objek tetap 2.4.2.9

 Hanya alat bantu visual


 Low mass, fragile,
 TLOF>16m, tinggi ≤25cm
 TLOF<16m atau TLOF<1D, tinggi ≤5cm
 Obyek didalam TLOF yang ada gunanya
dengan penerbangan, tinngi ≤2,5cm
3. Drainage 2.4.2.11

4. Sarana Pengait 2.4.4


(Tie Down Point)
Minimal 6 points
5. Landing Net (LN) 2.4.3
Wajib, untuk operasi helicopter wheel type,
kecuali telah dilakukan friction test dan hasil nilai
kekesatannya baik serta di setujui oleh air
operator
6. Safety Net (SN) 2.4.5
Lebar : 1,5m, strength : 75 kg/m2, keliling
heliport, tinggi SN ≤ permukaan TLOF

C. ALAT BANTU VISUAL

HASIL KET
ITEMS REFF PEMERIKSAAN S US NA

1. Windsock 4.5.1

Wajib, min 1 (satu) buah


- Warna 4.5.1.6

Merah/putih atau solid orange


- Ukuran 4.1.5

L : 120cm, D1 : 30cm, D2 : 15cm


- Illuminated light 4.5.1.7
Wajib, untuk IMC
2. Lighting
Wajib, untuk IMC atau Night operation
- Heliport Beacon 4.2.1
Wajib, bagi heliport yang tidak dilengkapi
penerangan lain dan sulit karena dikelilingi
penerangan lain
- Flight Path Alignment Guidance 4.5.2.4
Lighting Systems
HASIL KET
ITEMS REFF PEMERIKSAAN S US NA
 Jika diterapkan, dapat dikombinasikan
dengan flight path guidance marking dan
harus di tempat sisi dalam marka arrow
 Min 3 lampu dan ideal 5 lampu , total jarak
min 6m, interval lampu ≥ 1,5m dan ≤3m
 Warna : putih, omni directional
- VASI : HAPI/APAPI/PAPI 4.2.4
 Diterapkan karena aspek obstacle
clearance, lingkungan heliport dan
karakterisktik helicopter
 Area proteksi VASI : w = w of SA, distance
from end of FATO : 3m, divergen : 10%,
length : 2.500m
- TLOF perimeter light (warna, 4.5.2.1
jumlah, jarak interval dan
intensity)
 Wajib , untuk IMC dan Night operation
 Warna : hijau
 Interval : ≤3m
 Untuk persegi/persegi, min 4 unit lampu
 Untuk lingkaran : min 14 unit lampu
 H ≤ 25cm
- TLOF Flood light (jumlah, 4.5.2.2
intensity)
 Wajib , untuk IMC dan Night operation
 Warna : putih
 Ditempatkan disetiap sudut atau sisi
permukaan dari batas FATO
 Intensitas 10 lux
- Winching Area Flood light 4.2.8
(jumlah, intensity)
 Wajib , untuk IMC dan Night operation
 Intensitas min 10 lux (diukur dari permukaan
winching area)
- Obstruction light (warna, jumlah 4.5.2.3
dan letak)
 Wajib , untuk IMC dan Night operation
 Warna merah
 Intensitas 40 W s/d 80 W
3. Marka dan Rambu
- Surface Marking 4.5.3.8

 Dark Green
- FATO Dimension Marking 4.5.3.1a

 Jika diterapkan , lokasi marka didalam


FATO
 Dimensi dalam meter
 Warna : putih
 Tinggi huruf, FATO <15m : 60cm,
15m≤FATO≤30m : 90cm, FATO>30m :
tinggi huruf proporsional sesuai
ketentuan/MOS Vol. II
- TLOF Perimeter Marking 4.4.1.3

 Wajib, untuk TLOF area dan juga untuk


TLOF = HS
 Marka, warna : putih, lebar : 30cm, solid
sepanjang TLOF
- Touchdown Marking 4.5.3.2
 Wajib terpasang di sepanjang sisi helideck/
shipboard
 Warna : putih, lebar 30 cm
- Heliport Name Marking 4.5.3.6
 Wajib
- “H” Identification Marking 4.5.3.1

 Wajib
 Warna putih kecuali rumah sakit warna
merah, uk : 3mx1,8mx0,4m
 Letak berdekatan atau di tengah FATO
- Maximum Allowable Mass & D- 4.5.3.4
Value Marking
 Wajib
 Warna : putih
 Maximum allowable mass marking
dinyatakan dalam satuan ton, diikuti dengan
“t”
 D-Value marking dinyatakan dalam satuan
meter
HASIL KET
ITEMS REFF PEMERIKSAAN S US NA
 Tinggi huruf, FATO <15m : 60cm,
15m≤FATO≤30m : 90cm, FATO>30m :
tinggi huruf proporsional sesuai
ketentuan/MOS Vol. II gambar 4-14

- Passenger Walkway dan 4.5.3.10


4.5.3.11
Emergency Exit Marking
 Wajib
 Warna : kuning, w = 1m
 Untuk emergency exit marking, ditambah
tulisan : “Emergency Exit”
- Flight Path Alignment Guidance 4.5.3.12
Marking
 Wajib diberikan penerangan untuk IMC dan
night operation
 Spesifikasi : MOS Vol. II – gambar 4.12

D. PENGGUNAAN RUANG UDARA DAN JALUR DARI & KE HELIPORT

REFF HASIL KET


ITEMS (AC 139-06) PEMERIKSAAN S US NA

1. Jarak dan arah terhadap Bandar


udara terdekat
2. Jarak dan arah terhadap Heliport
(ber-register terdekat)
3. Jalur dari dan ke Heliport
4. Penggunaan Ruang Udara

CATATAN :
1. Pemeriksaan Dokumen Rencana Pembangunan “(Nama Heliport)” ini dilaksanakan
mengacu pada Peraturan Direktur Jenderal Perhubungan Udara nomor :
SKEP/100/VI/2010 tentang tentang Petunjuk dan Tata Cara PKPS Bagian 139-06,
Prosedur Pembangunan dan Pengoperasian Tempat Pendaratan dan Lepas
Landas Helikopter (Heliport), dan Peraturan Direktur Jenderal Perhubungan Udara
nomor : KP. 40 Tahun 2015 tentang Persyaratan Standar Teknis dan Operasional
Peraturan Keselamatan Penerbangan Sipil Bagian 139 (Manual of Standard CASR
139) Volume II Tempat Pendaratan dan Lepas Landas Helikopter (Heliport).
2. Dalam Pemeriksaan Dokumen Rencana Pembangunan ini didapat temuan (finding)
yang wajib ditindaklanjuti oleh pemilik / penyelenggara Heliport “(Nama Heliport)”
untuk perubahan dalam dokumen perencanaan pembangunan heliport sebagai
berikut :

Temuan dan Type Tindak Lanjut


No Unsur
Temuan Temuan
1. PERSYARATAN
ADMINISTRASI
PERSYARATAN
2. STANDAR TEKNIS
A. HELICOPTER
CHARACTERISTIC
B. PHYSICAL
CHARACTERISTIC
Temuan dan Type Tindak Lanjut
No Unsur
Temuan Temuan
C. ALAT BANTU VISUAL
(VISUAL AID)
D. PENGGUNAAN
RUANG UDARA DAN
JALUR DARI & KE
HELIPORT

3. Setelah semua temuan (findings) butir 2 tersebut diatas telah ditindaklanjuti dan
pembangunan heliport beserta fasilitasnya telah dipenuhi sesuai dengan
perencanaan, pemilik/penyelenggara Heliport “(Nama Heliport)” dapat mengajukan
permohonan penerbitan Register Heliport Kepada Direktur Jenderal Perhubungan
Udara melalui Direktur Bandar Udara.
Demikian Pemeriksaan ini dibuat dengan sesungguhnya dan untuk dapat
dipergunakan sebagaimana mestinya.

Jakarta, ..............................

Yang Melaksanakan Pemeriksaan :

1. ....................
……………………………………………
CHECK LIST
INSPEKSI KESELAMATAN TAHUNAN
(ANNUAL SAFETY INSPECTION)
BANDAR UDARA (NAMA BANDARA)

I. AERODROME DATA

1. Nama Bandara :
2. Pemilik :
3. Pengelola :
4. Lokasi :
5. Reference point/
coordinate
- Latitude : XX° XX' XX" S
- Longitude : XXX° XX' XX.xx" E
6. Elevasi : 229 feet
7. Aerodrome referensi
temperature : ° C (highest)
8. Jenis pelayanan ATS
(Air Traffic Service) : Un attended/Afis/ADC
9. Dimensi runway : mX m
10. Klasifikasi bandar udara : (1,2,3,4) (A,B,C,D,E,F)
11. Type runway : Non Instrument/Non Precision/Non Instrument
12. Strength and surface of runway : PCN/LBS
13. Pesawat terbesar yang beroperasi :
14. Jam operasi :
15. Jarak dan arah ke kota/bandara terdekat : KM/NM
16. Nomor Register Bandar Udara :
II. CHECKLIST RUNWAY
(N/A : Not Applicable, S : Satisfactory, U : Unsatisfactory)

REF.
NO OBJEK N/A S U KONDISI SAAT INI KETERANGAN
PERATURAN
KM 21/2005
1. Marka : SNI 03-7095-
2005/MOS
a. Pre-runway-end MOS.8.3.2
b. Runway Centreline SNI.6.1.1/MOS.
marking 8.3.3
c. Runway Designation SNI.6.1.1/MOS.8.
Marking 3.4
d. Runway end marking MOS.8.3.5
e. Runway Side-stripe SNI.6.1.4/MOS.8.
marking 3.6
f. Aiming Point marking SNI.6.1.5/MOS.8.
3.7
g. Touchdown zone SNI.6.1.6/MOS.8.
marking 3.8
h. Threshold marking SNI.6.1.3/MOS.
8.3.9
i. Temporarily Displaced MOS.8.3.11
Threshold marking
j. Displaced Threshold SNI.6.1.7
marking
k. Pre-threshold marking SNI.6.1.8
2. Runway Lighting
(warna dan kondisi): MOS.9.9
a. Runway Edge Lights. MOS.9.9.2
b. Runway Threshold MOS.9.9.9
Lights.
(N/A : Not Applicable, S : Satisfactory, U : Unsatisfactory)

REF.
NO OBJEK N/A S U KONDISI SAAT INI KETERANGAN
PERATURAN
c. Runway End Lights. MOS.9.9.16
d. Runway Turning Area MOS.9.9.21
Edge Lights.
e. Stopway Lights. MOS. 9.9.22
f. Runway Center Line MOS. 9.9.23
Lights.
g. Runway Touchdown MOS. 9.9.24
Zone Lights.
3. Lebar Runway 18m s/d
MOS. 6.2.3
60m
4. Runway Strip
a. Panjang Runway Strip
(Code Number 1 : 30m), MOS. 6.2.17
(Code Number 2,3,4:60m)
b. Lebar Runway Strip
(Code Number 1ab: 60m/30m),
(Code Number 2c : 80m), MOS.6.2.18.
(Code Number 3 : 90m),
(Code Number 3,4 : 150m)
5. RESA
(panjang min. 90m, lebar 2 x lebar
runway )
(panjang min 60 m untuk code number MOS.6.2.25
3,4 (pesawat propeller))
(Code Number 1,2 & non instrument
tdk diperlukan RESA)
6. Kondisi runway dan
runway strip
a. Runway bebas dari
FOD.
b. Permukaan runway
(retak, crack).
(N/A : Not Applicable, S : Satisfactory, U : Unsatisfactory)

REF.
NO OBJEK N/A S U KONDISI SAAT INI KETERANGAN
PERATURAN
c. Ketinggian rumput di
runway strip.
7. PAPI/VASI MOS.9.8.3/9.8.4.
8. Wind Direction MOS.8.7
Indicator
9. Rambu : SNI 03-7095-2005
a. Mandatory SNI
Instruction Sign 7.1.1/MO.8.6.7
1). Runway Designation
Sign MOS.8.6.8
2). Runway
Intersection Sign MOS.8.6.13
b. Information Sign. SNI.7.1.1/MOS.8.
6.14
1) Direction Sign MOS.8.6.16
2) Designation Sign MOS.8.6.17
3) Take-Off Run
Available Sign MOS.8.6.18

III. CHECKLIST TAXIWAY


(N/A : Not Applicable, S : Satisfactory, U : Unsatisfactory)

REF.
NO OBJEK N/A S U KONDISI SAAT INI KETERANGAN
PERATURAN
KM 21/2005
1. Marka : SNI 03-7095-
2005/MOS
a. Taxi Guideline Marking MOS. 8.4.2
b. Runway Holding SNI.6.2.2/MOS.
Position Marking 8.4.3
c. Intermediate Holding MOS. 8.4.4
Position Marking
d. Taxiway Edge Marking SNI.6.2.3/MOS.8.
4.5
e. Holding Bay Marking MOS.8.4.6
f. Taxiway Pavement MOS.8.4.7
Strength Limit Marking
g. Taxiway Centreline SNI.6.2.1
Marking
h. Taxi Shoulder Marking SNI.6.2.4
i. Exit Guidance Line SNI.6.2.6
Marking
j. Road Holding Position SNI.6.2.7
Marking
Taxiway
2. Lighting(warna dan
kondisi): MOS.9.12
a. Taxiway Center Line
Lights MOS.9.12.1
b. Taxiway Edge Lights. MOS.9.12.7
c. Runway Guard Lights. MOS.9.12.16

(N/A : Not Applicable, S : Satisfactory, U : Unsatisfactory)

REF.
NO OBJEK N/A S U KONDISI SAAT INI KETERANGAN
PERATURAN
Lebar taxiway 7.5m
3. MOS.6.3.1
s/d 25m
4. Taxiway Strip MOS.6.3.11
5. Kondisi taxiway strip
6. Rambu : SNI 03-7095-2005
a. Mandatory SNI
Instruction Sign 7.1.1/MOS.8.6.7
1) Runway Holding
Position Sign MOS.8.6.10
2) Aircraft NO ENTRY MOS.8.6.11
3) Vehicular STOP MOS.8.6.12
4) Runway Intersection
Sign MOS.8.6.13
b. Information Sign. SNI.7.1.1/MOS.8.
6.14
1) Taxiway Location
Sign MOS.8.6.15
2) Direction Sign MOS.8.6.16
3) Designation Sign MOS.8.6.17
4) Runway exit sign MOS.8.6.19

IV. CHECKLIST FASILITAS PKP-PK


(PERTOLONGAN KECELAKAAN PENERBANGAN DAN PEMADAM KEBAKARAN)
(N/A : Not Applicable, S : Satisfactory, U : Unsatisfactory)

N/
NO OBJEK REF. PERATURAN S U KONDISI SAAT INI KETERANGAN
A
1. Apakah sudah tersedia KM 24/2005
layanan PKP-PK? SNI 03-7095-2005
ANNEX 14.9
2. Periksa movement 3 KM 24/2005
(tiga) bulan terakhir SNI 03-7095-2005
apakah < 700 movement, ANNEX14.9.2.3/5/6
jika ya kategori dapat
ditoleransi turun satu
level kategori.
3 Hasil uji petik terakhir KM 24/2005
Respon time kendaraan SNI 03-7095-2005
PKP-PK, mobil pertama ANNEX14.9.2.3/5/6
maksimal 3 menit, Mobil
berikutnya 4 menit).
4 Periksa dokumen lisensi & KM 24/2005
rating personil PKP-PK. SNI 03-7095-2005
ANNEX14.9.2.3/5/6

(N/A : Not Applicable, S : Satisfactory, U : Unsatisfactory)

REF.
NO OBJEK N/A S U KONDISI SAAT INI KETERANGAN
PERATURAN
5 Periksa kelengkapan
KM 24/2005
peralatan personil PKP-PK
SNI 03-7095-2005
antara lain : Helm, sarung
ANNEX14.9.2.3/5/
tangan, sepatu boat,
6
masker, baju tahan api.
6 Periksa apakah area
sekitar bandara terdapat KM 24/2005
gunung, danau, rawa SNI 03-7095-2005
rawa, perairan, sehingga ANNEX14.9.2.3/5/
memerlukan kendaraan 6
khusus.
7 Periksa kelengkapan grid KM 24/2005
map termasuk yang ada SNI 03-7095-2005
dimobil. ANNEX14.9.2.3/5/
6
8 Periksa kelengkapan KM 24/2005
rescue pada tiap SNI 03-7095-2005
kendaraan PKP-PK. ANNEX14.9.2.3/5/
6
9 Minimum jumlah KM 24/2005
kendaraan yang tersedia SNI 03-7095-2005
sesuai dengan kategori ANNEX14.9.2.3/5/
PKP-PK. 6
V. CHECKLIST PERSONIL BANDAR UDARA
(N/A : Not Applicable, S : Satisfactory, U : Unsatisfactory)

REF.
NO OBJEK N/A S U KONDISI SAAT INI KETERANGAN
PERATURAN
1 Apakah personel Teknik CASR 139.045
bandara memiliki
STKP/Lisensi
2 Apakah personel Listrik CASR 139.045
bandara memiliki STKP/
Lisensi
3 Apakah personel CASR 139.045
Mekanikal bandara
memiliki STKP/ Lisensi
4 Apakah personel CASR 139.045
Elektronika bandara
memiliki STKP/ Lisensi
5 Apakah personel PKP-PK CASR 139.045
memiliki STKP/ Lisensi
6 Apakah personel kontrol CASR 139.045
pergerakan pesawat /
memiliki STKP/ Lisensi
7 Apakah personel CASR 139.045
Marshalling memiliki
STKP/ Lisensi
8 Apakah personel CASR 139.045
Aviobridge memiliki STKP/
Lisensi
(N/A : Not Applicable, S : Satisfactory, U : Unsatisfactory)

REF.
NO OBJEK N/A S U KONDISI SAAT INI KETERANGAN
PERATURAN
9 Apakah personel CASR 139.045
Peralatan Pelayanan
Darat Pesawat Udara
(GSE) memiliki STKP/
Lisensi
10 Apakah personel CASR 139.045
pengelola & pemantau
lingkungan memiliki
STKP/ Lisensi
11 Apakah personel salvage CASR 139.045
memiliki STKP/ Lisensi
12 Apakah memiliki personel CASR 139
Reporting Officer Appendik 4.3

VI. CHECKLIST GANGGUAN BINATANG LIAR


(N/A : Not Applicable, S : Satisfactory, U : Unsatisfactory)

REF.
NO OBJEK N/A S U KONDISI SAAT INI KETERANGAN
PERATURAN
1. Apakah mempunyai SOP MOS.139.10.14 .
Bird Strike?
2. Ketika terjadi hazard MOS.139.10.14
apakah sudah dilakukan
tindakan mitigasi?

3. Apakah sudah dilakukan MOS.139.10.14


upaya nyata untuk
mengurangi gangguan
binatang liar di lapangan?

VII. CHECKLIST LAIN - LAIN


(N/A : Not Applicable, S : Satisfactory, U : Unsatisfactory)

REF.
NO OBJEK N/A S U KONDISI SAAT INI KETERANGAN
PERATURAN
1. Pemberian tanda obstacle
berupa marka dan
MOS.139.9.1.4
perlampuan pada malam
hari
2. Kendaraan beroperasi di
area manouver bandar
MOS.139.8.10.4
udara harus dilengkapi
dengan rambu dan lampu.
3. Pada daerah yang
sedang dalam pekerjaan
pembangunan dilengkapi
dengan marka dan atau MOS.139.8.9.4.
lampu berwarna merah,
bendera warna
merah/orange/kuning dan
putih
4. Radio komunikasi dua
arah (baik yang hand held
MOS.139
maupun yang dipasang di
Apendik 4.4
kendaraan) yang
dipergunakan
penyelenggara bandar
udara di daerah
pergerakan (movement
area);

(N/A : Not Applicable, S : Satisfactory, U : Unsatisfactory)

REF.
NO OBJEK N/A S U KONDISI SAAT INI KETERANGAN
PERATURAN
5 Peralatan yang MOS.139
dipergunakan untuk Apendik 4.4
mengusir/menghalau
burung;
6 Pemagaran bandar udara. MOS.139
Apendik 4.4

VIII. CHECKLIST DOKUMEN


(N/A : Not Applicable, S : Satisfactory, U : Unsatisfactory)

NO OBJEK N/A S U KONDISI SAAT INI KETERANGAN

A Aerodrome Manual

1 Status dan kecukupan AM dan SOP-SOP


2 Pencatatan amendemen dan keakuratan
checklist
3 Keakuratan kontak personel

B AEP
1 Status dan kecukupan
Pencatatan amendemen dan keakuratan
2
checklist
3 Keakuratan kontak personel

(N/A : Not Applicable, S : Satisfactory, U : Unsatisfactory)

NO OBJEK N/A S U KONDISI SAAT INI KETERANGAN

C Airside Vehicle Control Handbook

1 Status dan kecukupan

D Pencatatan

1 Pencatatan operasional

2 Pencatatan inspeksi Bandar udara

3 Pencatatan pemeliharaan perkerasan

4 Pencatatan pengawasan obstacle

5 Pencatatan keamanan
Pencatatan keberangkatan pesawat di luar
6
standard (pengecualian)
7 Pencatatan training staf operasional
Pencatatan tumpahan bahan bakar, oli dan
8
barang berbahaya
Pencatatan Bird Strike and Bird
9
Harassment
10 Pencatatan pemilik TIM
Pencatatan pelanggaran pengemudi sisi
11
udara
12 Pencatatan tentang pemberitahuan yang
disampaikan kepada NOTAM office dan
AIS atau kepada operator perusahaan
penerbangan;
13 Pencatatan tentang pekerjaan pekerjaan di
Bandar udara
14 Approach surveys

E Published Information

1 AlP – Notam

2 AIC, Sup

F Logbook

1 Logbook Lighting
Pencatatan pengetesan peralatan
2
emergency
3 Logbook-logbook lain

G Prosedur
Hazardous and Dangerous Goods
1
Procedures and Approved Handlers
2 Low Visibility Procedures
(N/A : Not Applicable, S : Satisfactory, U : Unsatisfactory)

NO OBJEK N/A S U KONDISI SAAT INI KETERANGAN

H Pekerjaan Sisi Udara

1 MOWP

CATATAN :
FORMULIR III
FORMAT PERSIAPAN PELAKSANAAN SERTIFIKASI, REGISTRASI
DAN PENGAWASAN

III.1 FORMAT PERENCANAAN RUANG LINGKUP SERTIFIKASI,


REGISTRASI DAN PENGAWASAN

III.2 FORMAT RUANG LINGKUP SERTIFIKASI, REGISTRASI DAN


PENGAWASAN:

III.2a Format Ruang Lingkup Sertifikasi dan Pengawasan Bandar Udara


III.2b Format Ruang Lingkup Registrasi dan Pengawasan Bandar Udara
III.2c Format Ruang Lingkup Registrasi dan Pengawasan Tempat
pendaratan dan lepas landas helicopter (heliport)
III.2d Format Ruang Lingkup Registrasi dan Pengawasan Bandara
Perairan (water aerodrome)

III.3 FORMAT LEMBAR KERJA SERTIFIKASI, REGISTRASI DAN


PENGAWASAN BANDARA UDARA, TEMPAT PENDARATAN DAN
LEPAS LANDAS HELICOPTER DAN BANDARA PERAIRAN (WATER
AERODROME)

III.4 CONTOH SURAT PEMBERITAHUAN AUDIT SERTIFIKASI,


REGISTRASI DAN AUDIT KESELAMATAN BANDARA UDARA,
TEMPAT PENDARATAN DAN LEPAS LANDAS HELICOPTER DAN
BANDARA PERAIRAN (WATER AERODROME) :

III.4a Contoh Surat Pemberitahuan Audit Sertifikasi dan Registrasi


Bandara Udara, Bandara Perairan
III.4b Contoh Surat Pemberitahuan Audit Registrasi Tempat
pendaratan dan lepas landas helicopter (heliport)
III.4c Contoh Surat Pemberitahuan Audit Keselamatan Bandara
Udara,/Tempat pendaratan dan lepas landas helicopter dan
bandara perairan (water aerodrome)

III.5 CONTOH SURAT PEMBERITAHUAN INSPEKSI KESELAMATAN


OPERASI BANDAR UDARA

III.6 CONTOH SURAT PEMBERITAHUAN PENGAMATAN KESELAMATAN


OPERASI BANDAR UDARA

III.7 CONTOH SURAT JAWABAN PERMINTAAN REKOMENDASI TEKNIS


HELIPORT
Formulir III.1 Format Perencanaan Ruang
Lingkup Sertifikasi ,
Registrasi dan Pengawasan

FORMAT PERENCANAAN RUANG LINGKUP


*SERTIFIKASI/REGISTRASI/PENGAWASAN*

1. Data Penyelenggara Bandar Udara (Pemegang Sertifikat/Register Bandar Udara)


Nama Ref. Surat
Penyelenggara Pemberitahuan
Nama Bandar Sertifikasi/Registrasi/Audit/Inspeksi/
Jenis Kegiatan
Udara Pengamatan *
Jadwal
Tipe Terjadwal/ khusus*
(tanggal)
Ketua Tim Anggota Tim 1.
2.
3.
*coret yang tidak perlu

2. Catatan Sertifikasi/Registrasi /audit/inspeksi/pengamatan Sebelumnya


Tanggal
Jenis
Sertifikasi/Registrasi Unsur / Catatan Hal-Hal
Sertifikasi/Registrasi
/Pengawasan Elemen Penting
/Pengawasan
Sebelumnya

3. Catatan Perubahan Organisasi Penyelenggara Bandar Udara


Dampak Pada Operasional
Tipe Perubahan Efektif Tanggal
Bandar Udara

FORMULIR III III - 1


4. Informasi Terkait Keselamatan Operasional Bandar Udara Terkait
(contoh: data birds strike, foreign object debris/damage (FOD), laporan airline,
dll)
Tanggal Sumber Data Detail Uraian

5. Lingkup Audit

No Unsur / Elemen Hal-hal Penting Yang Harus Diperhatikan

..........(Kota)......., ....(Hari Bulan Tahun)....

Mengetahui,
Tim Audit Sertifikasi/Registrasi /Pengawasan Keselamatan Operasi Bandar Udara

Pengendali TIM,

1. …(ketua)…. : ….(ttd)…………

2. ..(anggota).. : ….(ttd)…………

3. ..(anggota)... : ….(ttd)………… (...............................)


dst. Pangkat/Golongan
NIP.

FORMULIR III III - 2


Formulir III.2a Format Ruang Lingkup
Sertifikasi dan
Pengawasan Keselamatan
I. JENIS KEGIATAN

1. Audit Sertifikasi
2. Audit Keselamatan
3. Inspeksi keselamatan
4. Pengamatan keselamatan

II. RUANG LINGKUP KESELAMATAN

A. Manajemen Bandar Udara


1. Informasi umum buku pedoman pengoperasian bandar udara
(Aerodrome Manual)
2. Data atau informasi lokasi bandar udara
3. Data atau informasi yang dilaporkan kepada Aeronautical
Information Service (AIS)
4. Penyelenggaraan administrasi bandar udara
5. Airport Emergency Plan (AEP)

B. Kontrol Sisi Udara


1. Manajemen operasi apron
2. Manajemen keselamatan apron
3. Akses ke dalam daerah pergerakan
4. Pemeliharaan daerah pergerakan
5. Pengawasan/pengaturan kendaraan di sisi udara
6. Operasi visibility rendah
7. Pertolongan Kecelakaan Pesawat Udara dan
Pemadam Kebakaran (PKP-PK)
8. Penyelenggaraan keselamatan kerja (aerodrome work safety)
9. Pemindahan pesawat udara yang rusak

C. Lingkungan Bandar Udara


1. Manajemen bahaya hewan liar (wildlife hazard management)
2. Alat bantu visual dan sistem kelistrikan
3. Pengawasan terhadap kontrol obstacle
4. Penanganan barang/bahan berbahaya
5. Perlindungan terhadap lokasi radar dan alat bantu navigasi

D. Pemeriksaan dan Pelaporan


1. Pemeriksaaan di daerah pergerakan dan obstacle limitation surface
2. Inspeksi fasilitas bandar udara
3. Sistem pelaporan

FORMULIR III III - 3


E. Sistem Manajemen Keselamatan

1. Informasi Umum Manual Manajemen Keselamatan Operasi


Bandar Udara (SMS MANUAL)
2. Kebijakan Dan Sasaran Keselamatan
3. Struktur Organisasi Dan Tanggung Jawab
4. Manajemen Resiko
5. Sistem Pelaporan, Dokumentasi, Dan
Kontrol Data
6. Pendidikan
Dan/Atau Pelatihan (Diklat)
7. Penilaian Dan Audit
8. Evaluasi Sistem Manajemen Keselamatan

(Cara mengisi: dicontreng pada lingkup dan elemen)

FORMULIR III III - 4


Formulir III.2b Format Ruang Lingkup
Registrasi dan
Pengawasan Keselamatan
I. JENIS KEGIATAN

1. Audit Registrasi
2. Audit Keselamatan
3. Inspeksi keselamatan
4. Pengamatan keselamatan

II. RUANG LINGKUP KESELAMATAN

A. Manajemen Bandar Udara


1. Informasi umum buku pedoman pengoperasian bandar udara
(Aerodrome Manual)
2. Data atau informasi lokasi bandar udara
3. Data atau informasi yang dilaporkan kepada Aeronautical
Information Service (AIS)
4. Penyelenggaraan administrasi bandar udara

B. Kontrol Sisi Udara


1. Pemeliharaan daerah pergerakan

C. Pemeriksaan dan Pelaporan


1. Pemeriksaaan di daerah pergerakan dan obstacle limitation surface
2. Inspeksi fasilitas bandar udara
3. Sistem pelaporan

(Cara mengisi: dicontreng pada lingkup dan elemen)

FORMULIR III III - 5


Formulir III.2c Format Ruang Lingkup
Registrasi dan
Pengawasan Keselamatan
Tempat Pendaratan Dan
Lepas Landas Helikopter

I. JENIS KEGIATAN

1. Audit Registrasi
2. Audit Keselamatan
3. Inspeksi keselamatan
4. Pengamatan keselamatan

II. RUANG LINGKUP KESELAMATAN

1. Data dan Informasi Umum (General Information), termasuk


Struktur Organisasi Penyelenggara Heliport

2. Data dan Informasi Lokasi dan Fasilitas Tempat Pendaratan


dan Lepas Landas Helikopter (Heliport Data and Facilities)

3. Standar Prosedur Pengoperasian Tempat Pendaratan


dan Lepas Landas Helikopter
(Heliport Standard Operating Procedures)

4. Sistem Pelaporan (Reporting System)

(Cara mengisi: dicontreng pada lingkup dan elemen)

FORMULIR III III - 6


Formulir III.2d Format Ruang Lingkup
Registrasi dan
Pengawasan Keselamatan
Bandara Perairan

I. JENIS KEGIATAN

1. Audit Registrasi
2. Audit Keselamatan
3. Inspeksi keselamatan
4. Pengamatan keselamatan

II. RUANG LINGKUP KESELAMATAN

1. Informasi Umum (General Information)


termasuk struktur organisasi penyelenggara
bandar udara perairan (Water Aerodrome)

2. Data dan Fasilitas Bandar Udara Perairan


(Water Aerodrome Data and Facilities)

3. Prosedur Pengoperasian Bandar Udara Perairan


(Water Aerodrome Operating Procedures)

4. Sistem Pelaporan (Reporting System)

(Cara mengisi: dicontreng pada lingkup dan elemen)

FORMULIR III III - 7


Formulir III.3 Format Lembar Kerja
Sertifikasi, Registrasi dan
Pengawasan Bandar
Udara, Tempat Pendaratan
Lepas Landas helikopter,
Bandara Perairan

LEMBAR KERJA AUDIT/INSPEKSI/PENGAMATAN*


(*coret yang tidak perlu)

NAMA ANGGOTA TIM :


NAMA PENYELENGGARA BANDAR UDARA :
NAMA BANDAR UDARA
(nama bandara/heliport/water aerodrome) :
TANGGAL :
REFERENSI FILE :
UNSUR / ELEMENT :

NO PERSYARATAN REF. PERATURAN HASIL PEMERIKSAAN

FORMULIR III III - 8


Formulir III.4a Contoh Surat Pemberitahuan Audit
Sertifikasi/Registrasi Bandar Udara,
Bandara Perairan

KOP SURAT DITJEN PERHUBUNGAN UDARA


Nomor : Jakarta, Tanggal/bulan/tahun
Klasifikasi :
Lampiran : 1 (satu) lembar

Perihal : Pemberitahuan Audit *Penerbitan


/Perpanjangan *Sertifikat/Register
Bandar Udara Kepada

Yth. Kepala Bandar Udara

XXXX

Di

XXXXX

1. Mengacu pada surat Saudara Nomor : xxxxx tanggal xxxx perihal xxxx,
dengan hormat disampaikan bahwa untuk proses *penerbitan/perpanjangan
*Sertifikat/Register Bandar Udara xxxx akan dilaksanakan audit
*penerbitan/perpanjangan *sertifikat/register bandar udara untuk
memverifikasi Aerodrome Manual dengan pelaksanaan sistem yang ada,
meliputi prosedur, personel, fasilitas, dan sampling dari pelaksanaan
prosedur beserta hasil kinerjanya;
2. Pelaksanaan audit *penerbitan/perpanjangan *sertifikat/register bandar
udara sebagaimana pada butir 1 (satu) di atas, akan dilaksanakan oleh Tim
Audit *Penerbitan/Perpanjangan *Sertifikat/Register Bandar Udara yang
ditugaskan dengan Surat Perintah Direktur Jenderal Perhubungan Udara
sebagaimana terlampir, mulai tanggal xxx s/d xxx, meliputi Buku Pedoman
Pengoperasian Bandar Udara (Aerodrome Manual) dan Buku Sistem
Manajemen Keselamatan Bandar Udara (ASMS)(*untuk register tanpa
ASMS);
3. Untuk kelancaran pelaksanaan audit sebagaimana dimaksud pada butir 2
(dua) diatas, mohon kerjasamanya untuk dapat menyiapkan data dan
informasi terkait dengan personel, fasilitas/peralatan, SOP, serta dokumen
terkait lainnya untuk audit dan kontak personel yang akan mendampingi
pelaksanaan audit;
4. Demikian disampaikan, atas perhatian dan kerjasamanya diucapkan terima
kasih.

a.n. DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA


Direktur Bandar Udara

Tembusan :
1. Direktur Jenderal Perhubungan Udara xxxxxxxxxxxxxxx
Pangkat/Gol
NIP …………………..

FORMULIR III III - 9


KOP SURAT DITJEN PERHUBUNGAN UDARA

SURAT PERINTAH TUGAS


NOMOR:

I DASAR : 1. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2009 tentang


Penerbangan;
2. Peraturan Menteri Perhubungan Nomor KM 20
Tahun 2008 tentang Organisasi dan Tata Kerja
Departemen Perhubungan sebagaimana diubah
terakhir dengan Peraturan Menteri Perhubungan
Nomor 60 Tahun 2010;
3. Peraturan Menteri Perhubungan nomor: PM. 55
tahun 2015 tentang Peraturan Keselamatan
Penerbangan Sipil Bagian 139 (Civil Aviation Safety
Regulations Part 139) Tentang Bandar Udara
(Aerodromes)
II DIPERINTAHKAN : 1. Nama : xxxx
KEPADA Pangkat/Gol. : xxx
Jabatan Tim : Pengendali
2. Nama : xxxx
Pangkat/Gol. : xxxx
Jabatan Tim : Ketua Tim
3. Nama : xxxx
Pangkat/Gol. : xxxx
Jabatan Tim : Anggota
4. Nama : xxxx
Pangkat/Gol. : xxxx
Jabatan Tim : Anggota
III ISI PERINTAH : Melaksanakan audit *penerbitan/perpanjangan
*Sertifikat/Register Bandar Udara xxxx
IV LAIN-LAIN : -
V PERINTAH SELESAI : Pelaksanaan tugas dimulai pada tanggal xxx sampai
dengan xxx

Dikeluarkan di : Jakarta
Pada tanggal : Tanggal/bulan/tahun
a.n. DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA
DIREKTUR BANDAR UDARA

xxxxxxxxxxxx
Pangkat/Gol
NIP

FORMULIR III III - 10


PEMERIKSAAN DOKUMEN PERSYARATAN ADMINISTRASI PENERBITAN/PERPANJANGAN

SERTIFIKAT BANDAR UDARA ........................

Pemeriksaan dokumen persyaratan administrasi Penerbitan/Perpanjangan Sertifikat Bandar Udara ..............., meliputi :
a. Surat permohonan Penerbitan/Perpanjangan Sertifikat Bandar Udara .................;
b. Buku pedoman pengoperasian Bandar Udara ...................;
c. Buku sistem manajemen keselamatan Bandar Udara .....................;
d. Dokumen AMDAL (khusus bandar udara yang melayani angkutan udara niaga dengan rute penerbangan dari dan ke luar negeri)…………..;
e. Akta pendirian perusahaan/lembaga (khusus penerbitan)……………….;
f. Sertifikat bandar udara yang akan berakhir masa berlakunya (khusus perpanjangan) ……………..;
g. Hasil pemeriksaan teknis operasional berkala tahunan dan atau hasil pengawasan keselamatan operasi bandar udara (khusus perpanjangan)
h. Bukti pembayaran Penerimaan Negara Bukan Pajak / PNBP.

AERODROME MANUAL

KEBERADAAN KELENGKAPAN STATUS HASIL TINDAK


NO ITEMS
ADA TIDAK LENGKAP TIDAK SESUAI TIDAK TEMUAN LANJUT

Daftar isi

Kata Pengantar

Catatan Perubahan

Daftar Tabel

Daftar Gambar

FORMULIR III III - 11


KEBERADAAN KELENGKAPAN STATUS HASIL TINDAK
NO ITEMS
ADA TIDAK LENGKAP TIDAK SESUAI TIDAK TEMUAN LANJUT

1. Bagian 1 : Informasi Umum

1.1 Lingkup dan tujuan dari Pedoman


Pengoperasian Bandar Udara

1.2 Dasar hukum sertifikat bandar udara dan


Pedoman Pengoperasian Bandar Udara
sebagaimana dijelaskan sebelumnya dalam
Peraturan Keselamatan Penerbangan Sipil
(PKPS) Bagian 139 tentang Bandar Udara

1.3 Status dan penggunaan bandar udara,


termasuk suatu pernyataan yang menunjukkan
pemenuhan terhadap ketentuan article 15 dari
Konvensi Chicago, antara lain tentang
penggunaan bandar udara yang berlaku sama
tanpa ada perbedaan perlakuan

1.4 Tersedianya sistem informasi aeronautika dan


prosedur penyebarannya

1.5 Sistem pencatatan pergerakan pesawat udara

1.6 Tanggung jawab penyelenggara bandar udara

2. Bagian 2 : Data atau Informasi Lokasi Bandar


Udara (Aerodrome Data)

2.1 Gambar lokasi bandar udara yang


menunjukkan fasilitas utama bandar udara
termasuk penunjuk arah angin (wind direction

FORMULIR III III - 12


KEBERADAAN KELENGKAPAN STATUS HASIL TINDAK
NO ITEMS
ADA TIDAK LENGKAP TIDAK SESUAI TIDAK TEMUAN LANJUT

indicator) untuk pengoperasian bandar udara

2.2 Gambar lokasi bandar udara yang


menunjukkan batas-batas daerah lingkungan
kerja bandar udara

2.3 Gambar lokasi yang memperlihatkan jarak


bandar udara ke kota terdekat atau tempat
lain yang berpenduduk padat, serta lokasi
fasilitas bandar udara dan peralatan yang ada
di luar daerah lingkungan kerja bandar udara.

2.4. Dan lain-lain:

 Sertifikat tanah lokasi bandar udara atau


bukti kepemilikan dan penguasaan atas
tanah, serta batas-batas tanah lokasi
bandar udara.

 Bilamana batas-batas daerah lingkungan


kerja bandar udara tidak ditetapkan dalam
sertifikat tanah, keterangan secara rinci
mengenai pengawasan atas kepemilikan
tanah di lokasi bandar udara itu berada,
dan gambar lokasi yang menunjukkan
batas-batas dan posisi dari bandar udara.

3. Bagian 3 : Data atau Informasi yang dilaporkan


kepada Pelayanan Informasi
Aeronautika (Aeronautical

FORMULIR III III - 13


KEBERADAAN KELENGKAPAN STATUS HASIL TINDAK
NO ITEMS
ADA TIDAK LENGKAP TIDAK SESUAI TIDAK TEMUAN LANJUT

Information Service/AIS)

3.1. Informasi Umum

3.2. Dimensi Bandar Udara dan Informasi Terkait

4. Bagian 4 : Prosedur Pengoperasian Bandar


Udara (Aerodrome Operating Procedures)

4.1. Sistem Pelaporan

4.2. Akses ke dalam Daerah Pergerakan

4.3. Emergency Plan

4.4. Pertolongan Kecelakaan Pesawat Udara dan


Pemadam Kebakaran (Airport Rescue and
Fire Fighting Service)

4.5. Inspeksi atau Pemeriksaan di Daerah


Pergerakan dan Obstacle Limitation Surface

4.6. Alat Bantu Visual (Visual Aids) dan Sistem


Kelistrikan

4.7. Pemeliharaan Daerah Pergerakan (Movement


Area)

4.8. Penyelenggaraan Keselamatan Kerja (Work


Safety)

FORMULIR III III - 14


KEBERADAAN KELENGKAPAN STATUS HASIL TINDAK
NO ITEMS
ADA TIDAK LENGKAP TIDAK SESUAI TIDAK TEMUAN LANJUT

4.9. Penyelenggaraan Keselamatan Kerja (Work


Safety)

4.10. Manajemen Keselamatan Apron (Apron


Safety Management)

4.11. Pengawasan/Pengaturan Kendaraan di Sisi


Udara

4.12. Manajemen Bahaya Hewan Liar (Wildlife


Hazard Management)

4.13. Pengawasan Terhadap Obstacle (Obstacle


Control)

4.14. Pemindahan Pesawat Udara Yang Rusak


(Disabled Aircraft Removal)

4.15. Penanganan Barang/Bahan Berbahaya

4.16. Operasi Visibility Rendah

4.17. Perlindungan Terhadap Lokasi Radar dan


Alat Bantu Navigasi

5. Penyelenggaraan Administrasi Bandar Udara


dan Sistem Manajemen Keselamatan Bandar
Udara (Aerodrome Administration and Safety
Management System)

5.1. Penyelenggaraan Bandar Udara

FORMULIR III III - 15


KEBERADAAN KELENGKAPAN STATUS HASIL TINDAK
NO ITEMS
ADA TIDAK LENGKAP TIDAK SESUAI TIDAK TEMUAN LANJUT

5.2. Komite Bandar Udara

5.3. Additional Mandatory Requirements

5.4. Sistem Manajemen Keselamatan Bandar


Udara

………………, Tanggal/bulan/tahun
Petugas Pemeriksa
Penerbitan/Perpanjangan Sertifikat Bandar Udara .............

XXXXXXXXXX
Pangkat/Gol
NIP.

FORMULIR III III - 16


PEMERIKSAAN DOKUMEN PERSYARATAN ADMINISTRASI PENERBITAN/PERPANJANGAN

REGISTER BANDAR UDARA ........................

Pemeriksaan dokumen persyaratan administrasi Penerbitan/Perpanjangan Sertifikat Bandar Udara ..............., meliputi :
a. Surat permohonan Penerbitan/Perpanjangan Register Bandar Udara .................;
b. Akta pendirian perusahaan/lembaga (khusus penerbitan)……………..;
c. Buku pedoman pengoperasian Bandar Udara ...................;
d. Register bandar udara yang akan berakhir masa berlakunya (khusus perpanjangan)……………..;
e. Hasil pemeriksaan teknis operasional berkala tahunan dan atau hasil pengawasan keselamatan operasi bandar udara (khusus perpanjangan)………….;
f. Bukti pembayaran Penerimaan Negara Bukan Pajak / PNBP.
AERODROME MANUAL

KEBERADAAN KELENGKAPAN STATUS HASIL TINDAK


NO ITEMS
ADA TIDAK LENGKAP TIDAK SESUAI TIDAK TEMUAN LANJUT

Daftar isi

Kata Pengantar

Catatan Perubahan

Daftar Tabel

Daftar Gambar

FORMULIR III III - 17


KEBERADAAN KELENGKAPAN STATUS HASIL TINDAK
NO ITEMS
ADA TIDAK LENGKAP TIDAK SESUAI TIDAK TEMUAN LANJUT

1. Bagian 1 : Informasi Umum (General


Information)

1.1 Lingkup dan tujuan dari Pedoman


Pengoperasian Bandar Udara

1.2 Dasar hukum sertifikat bandar udara dan


Pedoman Pengoperasian Bandar Udara
sebagaimana dijelaskan sebelumnya dalam
Peraturan Keselamatan Penerbangan Sipil
(PKPS) Bagian 139 tentang bandar udara

1.3 Status dan penggunaan bandar udara,


termasuk suatu pernyataan yang
menunjukkan pemenuhan terhadap ketentuan
article 15 dari Konvensi Chicago, antara lain
tentang penggunaan bandar udara yang
berlaku sama tanpa ada perbedaan perlakuan

1.4 Tersedianya sistem informasi aeronautika dan


prosedur penyebarannya

1.5 Sistem pencatatan pergerakan pesawat udara

1.6 Sistem pencatatan pergerakan pesawat udara

2. Bagian 2 : Data atau Informasi Lokasi Bandar


Udara

2.1 Gambar lokasi bandar udara yang


menunjukkan fasilitas utama bandar udara

FORMULIR III III - 18


KEBERADAAN KELENGKAPAN STATUS HASIL TINDAK
NO ITEMS
ADA TIDAK LENGKAP TIDAK SESUAI TIDAK TEMUAN LANJUT

termasuk penunjuk arah angin (wind direction


indicator) untuk pengoperasian bandar udara

2.2 Gambar lokasi bandar udara yang


menunjukkan batas-batas daerah lingkungan
kerja bandar udara

2.3 Gambar lokasi yang memperlihatkan jarak


bandar udara ke kota terdekat atau tempat
lain yang berpenduduk padat, serta lokasi
fasilitas bandar udara dan peralatan yang ada
diluar daerah lingkungan kerja bandar udara

2.4. Dan lain-lain:

 Sertifikat tanah lokasi bandar udara atau


bukti kepemilikan dan penguasaan atas
tanah, serta batas-batas tanah lokasi
bandar udara.

 Bilamana batas-batas daerah lingkungan


kerja bandar udara tidak ditetapkan dalam
sertifikat tanah, keterangan secara rinci
mengenai pengawasan atas kepemilikan
tanah di lokasi bandar udara itu berada,
dan gambar lokasi yang menunjukkan
batas-batas dan posisi dari bandar udara.

3. Bagian 3 : Data atau Informasi Yang Dilaporkan


Kepada Pelayanan Informasi
Aeronautika (Aeronautical

FORMULIR III III - 19


KEBERADAAN KELENGKAPAN STATUS HASIL TINDAK
NO ITEMS
ADA TIDAK LENGKAP TIDAK SESUAI TIDAK TEMUAN LANJUT

Information Service/AIS)

3.1. Informasi Umum

3.2. Dimensi Bandar Udara dan Informasi yang


terkait

4. Bagian 4 : Prosedur Pengoperasian Bandar


Udara (Aerodrome Operating Procedures)

4.1. Sistem Pelaporan

4.2. Pemeriksaan di Daerah Pergerakan dan


Obstacle Limitation Surface

4.3. Pemeliharaan Daerah Pergerakan (Movement


Area)

5. Penyelenggaraan Administrasi Bandar Udara

5.1 Penyelenggaraan Bandar Udara

5.2. Additional Mandatory Requirements

………………, Tanggal/bulan/tahun
Petugas Pemeriksa
Penerbitan/Perpanjangan Sertifikat Bandar Udara .............

XXXXXXXXXX
Pangkat/Gol
NIP.

FORMULIR III III - 20


PEMERIKSAAN DOKUMEN PERSYARATAN ADMINISTRASI PENERBITAN/PERPANJANGAN

REGISTER BANDARA PERAIRAN........................

Pemeriksaan dokumen persyaratan administrasi Penerbitan/Perpanjangan Sertifikat Bandar Udara ..............., meliputi :
a. Surat permohonan Penerbitan/Perpanjangan Register Bandara Perairan.................;
b. Akta pendirian perusahaan/lembaga (khusus penerbitan)……………..;
c. Rekomendasi teknis pembangunan bandara perairan (khusus penerbitan)………….
- Bukti kepemilikan atau penguasaan lahan (khusus penerbitan) …………;
- Rekomendasi dari pemerintah daerah setempat mengenai keterpaduannya dengan rencana umum tata ruang wilayah kabupaten/kota/propinsi (khusus
penerbitan ..........;
- Rekomendasi dari instansi diwilayah setempat yang bertanggung jawab dibidang pertahanan dan keamanan negara mengenai keterpaduan sistem keamanan
dan pertahanan nasional...........;
- Rekomendasi dari departemen atau kementerian yang bertanggung jawab dibidang kelautan/pantai dan/atau pelayaran...........:
- Hasil kajian / studi kelayakan teknis dan operasional dan lingkungan.............;
- Rancangan teknik terinci bandara perairan..............;
d. Buku pedoman pengoperasian Bandara Perairan...................;
e. Register bandar udara yang akan berakhir masa berlakunya (khusus perpanjangan)……………..;
f. Hasil pemeriksaan teknis operasional berkala tahunan dan atau hasil pengawasan keselamatan operasi bandar udara (khusus perpanjangan)………….;
g. Bukti pembayaran Penerimaan Negara Bukan Pajak / PNBP.

AERODROME MANUAL

KEBERADAAN KELENGKAPAN STATUS HASIL TINDAK


NO ITEMS
ADA TIDAK LENGKAP TIDAK SESUAI TIDAK TEMUAN LANJUT

Daftar isi

FORMULIR III III - 21


KEBERADAAN KELENGKAPAN STATUS HASIL TINDAK
NO ITEMS
ADA TIDAK LENGKAP TIDAK SESUAI TIDAK TEMUAN LANJUT

Kata Pengantar

Catatan Perubahan

Daftar Tabel

Daftar Gambar

1. Bagian 1 : Informasi Umum

1.1 Lingkup

1.2 Dasar Hukum

1.3 Nama Penyelenggara Bandara Perairan (water


aerodrome) Beserta Alamat Dan No Telephone
Yang Bisa Dihubungi Setiap Saat

1.4 Struktur Organisasi dan Manajemen


Penyelenggara

1.5 Sistem Pencatatan Pergerakan Pesawat Udara

1.6 Tanggung Jawab Penyelenggara Bandar Udara

2. Bagian 2 : Data dan Fasilitas Bandar Udara


Perairan

2.1 Gambar Lokasi Bandar Udara Yang


Menunjukan Fasilitas Utama Termasuk
Penunjuk Arah Angin Untuk Pengoperasian

FORMULIR III III - 22


KEBERADAAN KELENGKAPAN STATUS HASIL TINDAK
NO ITEMS
ADA TIDAK LENGKAP TIDAK SESUAI TIDAK TEMUAN LANJUT

Bandar Udara Perairan

2.2 Gambar Lokasi Yang Memperlihatkan Jarak


tempat Bandar Udara Perairan ke Bandar
Udara Terdekat

2.3 Gambar Desain Teknis Water Aerodrome

2.4. Lokasi Dan Tinggi Obstacle Berdasarkan


Koordinat Titik Referensi Dalam Sistem
Koordinat WGS 84

2.5 Data Fasilitas :


a. Fasilitas Water Operating Area
b. Fasilitas Jalur Taxiway
c. Fasiltas Apron / Ramp
d. Kolam Putar/Turning basin
e. Fasilitas Dermaga Tetap / Dermaga Apung
f. Tambatan Apung (Mooring Buoy)
g. Penghalang (Obstacle)
h. Lampu hambatan
i. Lampu Water Operating Area (Jika
digunakan untuk penerbangan malam

FORMULIR III III - 23


KEBERADAAN KELENGKAPAN STATUS HASIL TINDAK
NO ITEMS
ADA TIDAK LENGKAP TIDAK SESUAI TIDAK TEMUAN LANJUT

hari)
j. Lampu sorot (Flood Light), jika digunakan
untuk penerbangan malam hari
k. Lampu Suar (Aerodrome Beacon), jika
digunakan untuk penerbangan malam hari
l. Alat bantu Cuaca dan Penentu kecepatan
Angin
m. Penunjuk Arah Angin (Wind Direction
Indicator)
n. Fasilitas Komunikasi Dan Navigasi
Penerbangan Termasuk Personel Yang
Memiliki Lisensi yang Sah Dan Masih
Berlaku
o. Prosedur IAP, jika digunakan untuk
penerbangan malam hari
p. PKP-PK

3. Bagian 3 : Prosedur Pengoperasian Bandar


Udara Perairan

a. Standar prosedur pelayanan bandar udara


perairan;
b. Standar prosedur inspeksi bandar udara

FORMULIR III III - 24


KEBERADAAN KELENGKAPAN STATUS HASIL TINDAK
NO ITEMS
ADA TIDAK LENGKAP TIDAK SESUAI TIDAK TEMUAN LANJUT

perairan;
c. Standar prosedur pengaturan dan
pengendalian obstacle;
d. Standar prosedur pemeliharaan daerah
pergerakan bandar udara perairan;
e. Standar prosedur pelaporan bandar udara
perairan.

4. Bagian 4 : Sistem pelaporan (Reporting


System)

………………, Tanggal/bulan/tahun
Petugas Pemeriksa
Penerbitan/Perpanjangan Register Bandara Perairan.............

XXXXXXXXXX
Pangkat/Gol
NIP.

FORMULIR III III - 25


Formulir III.4b Contoh Surat Pemberitahuan Audit
Registrasi Tempat Pendaratan Dan
Lepas Landas Helikopter (heliport)

KOP SURAT DITJEN PERHUBUNGAN UDARA

Nomor : Jakarta, tanggal/bulan/tahun


Klasifikasi :
Lampiran : 1 (satu) berkas
Perihal : Pemeriksaan Teknis dan Operasional Kepada
Heliport xxxx
Yth. xxxx
xxxx
di
xxxxx

1. Menunjuk surat Saudara Nomor : xxxx tanggal xxxx perihal xxxx, dan
memperhatikan hasil pemeriksaan dokumen persyaratan administrasi
yang disampaikan, dengan hormat diberitahukan bahwa persyaratan
administrasi telah memenuhi persyaratan dan Heliport Manual telah
memenuhi kaidah penyusunan(* dengan beberapa catatan perbaikan
yang wajib ditindaklanjuti* bila ada ) (matrik pemeriksaan heliport manual
terlampir)

2. Sehubungan dengan butir 1 (satu) di atas, akan dilakukan pemeriksaan


teknis operasional di lapangan guna memeriksa kesesuaian antara
heliport manual dengan data dan informasi terkait personel, prosedur dan
fasilitas/peralatan sesuai dengan persyaratan standar teknis operasional
Peraturan Keselamatan Penerbangan Sipil Bagian 139 (Manual of
Standard Part 139) Volume II Tempat Pendaratan dan Lepas Landas
Helikopter (Heliport).

Nama Personel Direktorat Bandar Udara yang ditugaskan untuk


malaksanakan pemeriksaan teknis dan Operasional Heliport yaitu:

- Nama / NIP : ………..


Jabatan : ………..
- Nama / NIP : ………..
Jabatan : ………..

3. Demikian disampaikan, atas perhatiannya diucapkan terimakasih.

DIREKTUR BANDAR UDARA

xxxxxxxxxx
Pangkat/Gol

NIP. xxxxxxxxxx
FORMULIR III III - 26
LAMPIRAN SURAT
Nomor :
Tanggal :
PEMERIKSAAN DOKUMEN PERSYARATAN ADMINISTRASI
HELIPORT

Pemeriksaan dokumen persyaratan administrasi heliport, meliputi :


a. Surat permohonan penerbitan/perpanjangan register ...............;
b. Buku pedoman pengoperasian heliport ..............;
c. Surat rekomendasi teknis / IMB yang dikeluarkan PEMDA (khusus penerbitan)…………..;
d. Pemeriksaan keselamatan tahunan / annual safety inspection (khusus perpanjangan)………..;
e. Bukti pembayaran Penerimaan Negara Bukan Pajak / PNBP ...............;
f. Akte pendirian perusahaan (khusus penerbitan)...............;

A. HELIPORT MANUAL
KEBERADAAN KELENGKAPAN STATUS

NO ITEMS ADA TIDAK LENGKAP TIDAK SESUAI TIDAK HASIL TEMUAN TINDAK
LANJUT

BUKU PANDUAN TEMPAT


PENDARATAN DAN LEPAS
LANDAS HELIKOPTER

Kata Pengantar

Daftar isi

Lampiran - lampiran

FORMULIR III III - 27


KEBERADAAN KELENGKAPAN STATUS

NO ITEMS ADA TIDAK LENGKAP TIDAK SESUAI TIDAK HASIL TEMUAN TINDAK
LANJUT

Lembar amandemen

1. BAB I
DATA DAN INFORMASI UMUM

1.1 Lingkup dan tujuan

1.2 Dasar Hukum

1.3 Nama penyelenggara

1.4 Struktur organisasi dan


manajemen penyelenggara
1.5 Sistem pencatatan pergerakan
helikopter
1.6 Tanggung jawab penyelenggara

1.7 Pelayanan Lalu Lintas

2. BAB II
DATA DAN INFORMASI LOKASI
DAN FASILITAS TEMPAT
PENDARATAN DAN LEPAS
LANDAS HELIKOPTER
1.1 Gambar lokasi yang menunjukkan
fasilitas utama, termasuk windsock
1.2 Gambar lokasi terhadap bandara
terdekat

FORMULIR III III - 28


KEBERADAAN KELENGKAPAN STATUS

NO ITEMS ADA TIDAK LENGKAP TIDAK SESUAI TIDAK HASIL TEMUAN TINDAK
LANJUT
1.3 Gambar desain teknis TLOF/FATO,
termasuk safety area jika diterapkan
1.4 Data dan informasi lokasi dan tinggi
Obstacle
1.5 Data dan informasi fasilitas tempat
pendaratan dan lepas landas
helikopter
3. BAB III
STANDAR PROSEDUR
PENGOPERASIAN TEMPAT
PENDARATAN DAN LEPAS
LANDAS HELIKOPTER

3.1 Standar prosedur pelayanan


pendaratan dan lepas landas
helikopter
3.2 Standar prosedur inspeksi

3.3 Standar prosedur pengaturan dan


pengendalian obstacle
3.4 Standar prosedur pemeliharaan
area pergerakan
3.5 Standar prosedur pelaporan

3.6 Standar prosedur Keadaan


Darurat di Heliport
3.7 Standar Prosedur Persiapan
Night Emergency Medevac
Terkait Fasilitas Heliport, jika

FORMULIR III III - 29


KEBERADAAN KELENGKAPAN STATUS

NO ITEMS ADA TIDAK LENGKAP TIDAK SESUAI TIDAK HASIL TEMUAN TINDAK
LANJUT

heliport digunakan untuk malam


hari
3.8 Standar Prosedur Persiapan
Night Emergency Medevac
Terkait Emergency Response
(ERP), jika heliport digunakan
untuk malam hari
4. BAB IV
SISTIM PELAPORAN

4.1 Penyusunan laporan setiap


perubahan yang terjadi
4.2 Nama dan tanggung jawab
petugas pelaporan
4.3 Data lengkap dan rinci organisasi
dan personel bilamana terjadi
perubahan agar dilaporkan.

FORMULIR III III - 30


B. DATA PERSONIL

KETERSE MASA
LICENSE
DIAAN JUM BERLAKU TINDAK
ITEMS HASIL TEMUAN KET
NO LAH LANJUT
ADA TIDAK YA TIDAK YA TIDAK

1. Personil HLO

2. Personil Radio
Operator

3. Personil Fire
Fighting Officer

4. Personil
Pelaporan
(Reporting
Officer)

……………, tanggal/bulan/tahun
Petugas Pemeriksa
Penerbitan/Perpanjangan Register ……..
xxxxx
Pangkat/Gol

NIP.

FORMULIR III III - 31


Formulir III.4c Contoh Surat Pemberitahuan Audit
Keselamatan Operasi Bandar Udara/
Tempat Pendaratan Dan Lepas Landas
Helikopter/ Bandara Perairan

KOP SURAT DITJEN PERHUBUNGAN UDARA

Nomor : Jakarta, ....... (tanggal bulan tahun)


Sifat :
Lampiran : 1 (satu) lembar
Perihal : Pemberitahuan Audit Keselamatan Kepada
Operasi Bandar Udara Yth. ………………………
.................................
di -
....................

1. Berdasarkan Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2009 tentang Penerbangan


dan Peraturan Menteri Perhubungan nomor: PM. 55 tahun 2015 tentang
Peraturan Keselamatan Penerbangan Sipil Bagian 139 (Civil Aviation
Safety Regulations Part 139) Tentang Bandar Udara (Aerodromes),
disampaikan bahwa dalam rangka pengawasan keselamatan penerbangan
perlu dilakukan audit keselamatan operasi bandar udara untuk
memverifikasi efektifitas sistem yang ada, meliputi prosedur, personel,
fasilitas, dan sampling dari pelaksanaan prosedur beserta hasil kinerjanya.
2. Pelaksanaan audit keselamatan operasi bandar udara sebagaimana
dimaksud pada butir 1 (satu) di atas, dilakukan oleh Tim Pengawasan yang
ditugaskan dengan Surat Perintah Direktur Jenderal Perhubungan Udara
(terlampir) dan akan dilaksanakan pada tanggal …….sampai dengan
tanggal….. bulan…..tahun…., dengan lingkup audit sebagai berikut:
 …………
 …………dst

3. Untuk kelancaran pelaksanaan audit sebagaimana dimaksud pada butir


2 (dua) di atas, mohon kerjasamanya untuk dapat menyiapkan data dan
informasi terkait dengan personel, fasilitas/peralatan, SOP maupun buku
pedoman pengoperasian *bandar udara (aerodrome manual), tempat
pendaratan dan lepas landas helikopter (heliport manual), bandara
perairan (water aerodrome manual) , serta ruangan untuk audit dan
kontak personel yang akan mendampingi pelaksanaan audit.

4. Demikian disampaikan, atas perhatian dan kerjasamanya diucapkan


terima kasih.

A.n. DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA


Direktur Bandar Udara

………………………………..
(Pangkat/Golongan)
NIP………………………………….

Tembusan:
Direktur Jenderal Perhubungan Udara.
....................

FORMULIR III III - 32


KOP SURAT DITJEN PERHUBUNGAN UDARA

SURAT PERINTAH TUGAS


NOMOR:……………………

I DASAR : 1. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2009 tentang


Penerbangan;
2. Peraturan Menteri Perhubungan Nomor KM 20
Tahun 2008 tentang Organisasi dan Tata Kerja
Departemen Perhubungan sebagaimana
diubah terakhir dengan Peraturan Menteri
Perhubungan Nomor 60 Tahun 2010;
3. Peraturan Menteri Perhubungan nomor: PM. 55
tahun 2015 tentang Peraturan Keselamatan
Penerbangan Sipil Bagian 139 (Civil Aviation
Safety Regulations Part 139) Tentang Bandar
Udara (Aerodromes)
II DIPERINTAHKAN : 1. Nama : …………..
KEPADA Pangkat/Gol : …………...
Jabatan Tim : Pengendali Tim
2. Nama : …………..
Pangkat/Gol : …………...
Jabatan Tim : Ketua Tim
3. Nama : …………..
Pangkat/Gol : …………...
Jabatan Tim : Anggota
4. Dst
III ISI PERINTAH : Melaksanakan audit keselamatan operasi bandar
udara ……… dengan lingkup kegiatan audit
sebagai berikut:
a. ….
b. ….
IV LAIN-LAIN : ….(bila diperlukan)
V PERINTAH SELESAI : Pelaksanaan tugas dimulai pada tanggal ….
sampai dengan …..

Dikeluarkan di : Jakarta
Pada tanggal :
…………………………………………………...
A.n. DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA
Direktur Bandar Udara

………………………………..
(Pangkat/Golongan)
NIP………………………………….

FORMULIR III III - 33


Formulir III.5 Contoh Surat Pemberitahuan Inspeksi
Keselamatan Operasi Bandar Udara,
Tempat Pendaratan Dan Lepas Landas
Helikopter, Bandara Perairan

KOP SURAT DITJEN PERHUBUNGAN UDARA

Nomor : Jakarta, ....... (tanggal bulan tahun)


Sifat :
Lampiran : 1 (satu) lembar
Perihal : Pemberitahuan Inspeksi Keselamatan Kepada
Operasi Bandar Udara Yth. ………………………
.................................
di -
....................

1. Berdasarkan Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2009 tentang Penerbangan


dan Peraturan Menteri Perhubungan nomor: PM. 55 tahun 2015 tentang
Peraturan Keselamatan Penerbangan Sipil Bagian 139 (Civil Aviation
Safety Regulations Part 139) Tentang Bandar Udara (Aerodromes),
disampaikan bahwa dalam rangka pengawasan keselamatan penerbangan
perlu dilakukan inspeksi terhadap pemenuhan fasilitas sesuai persyaratan
keselamatan operasi bandar udara.

2. Pelaksanaan inspeksi keselamatan operasi bandar udara sebagaimana


dimaksud pada butir 1 (satu) di atas, dilakukan oleh Tim Pengawasan yang
ditugaskan dengan Surat Perintah Direktur Jenderal Perhubungan Udara
(terlampir) dan akan dilaksanakan pada tanggal …….sampai dengan
tanggal….. bulan…..tahun….

3. Untuk kelancaran pelaksanaan inspeksi sebagaimana dimaksud pada


butir 2 (dua) di atas, mohon kerjasamanya untuk dapat menyiapkan data
dan informasi terkait, serta ruangan dan kontak personel yang akan
mendampingi pelaksanaan inspeksi.

4. Demikian disampaikan, atas perhatian dan kerjasamanya diucapkan terima


kasih.

A.n. DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA


Direktur Bandar Udara

………………………………..
(Pangkat/Golongan)
NIP………………………………….

Tembusan:
Direktur Jenderal Perhubungan Udara
..................................

FORMULIR III III - 34


KOP SURAT DITJEN PERHUBUNGAN UDARA

SURAT PERINTAH TUGAS


NOMOR:……………………

I DASAR : 1. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2009 tentang


Penerbangan;
2. Peraturan Menteri Perhubungan Nomor KM 20
Tahun 2008 tentang Organisasi dan Tata Kerja
Departemen Perhubungan sebagaimana
diubah terakhir dengan Peraturan Menteri
Perhubungan Nomor 60 Tahun 2010;
3. Peraturan Menteri Perhubungan nomor: PM. 55
tahun 2015 tentang Peraturan Keselamatan
Penerbangan Sipil Bagian 139 (Civil Aviation
Safety Regulations Part 139) Tentang Bandar
Udara (Aerodromes)
II DIPERINTAHKAN : 1. Nama : …………..
KEPADA Pangkat/Gol : …………...
Jabatan Tim : Ketua Tim
2. Nama : …………..
Pangkat/Gol : …………...
Jabatan Tim : Anggota
3. Nama : …………..
Pangkat/Gol : …………...
Jabatan Tim : Anggota
4. Dst
III ISI PERINTAH : Melaksanakan inspeksi keselamatan operasi
bandar udara ………
IV LAIN-LAIN : ….(bila diperlukan)
V PERINTAH SELESAI : Pelaksanaan tugas dimulai pada tanggal ….
sampai dengan …..

Dikeluarkan di : Jakarta
Pada tanggal :
…………………………………………………...
A.n. DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA
Direktur Bandar Udara

………………………………..
(Pangkat/Golongan)
NIP………………………………….

FORMULIR III III - 35


Formulir III.6 Contoh Surat Pemberitahuan
Pengamatan Keselamatan Operasi
Bandar Udara

KOP SURAT DITJEN PERHUBUNGAN UDARA

Nomor : Jakarta, ....... (tanggal bulan tahun)


Sifat :
Lampiran : 1 (satu) lembar
Perihal : Pemberitahuan Pengamatan Keselamatan Kepada
Operasi Bandar Udara Yth. ……………………....
.................................
di -
....................

1. Berdasarkan Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2009 tentang Penerbangan


dan Peraturan Menteri Perhubungan nomor: PM. 55 tahun 2015 tentang
Peraturan Keselamatan Penerbangan Sipil Bagian 139 (Civil Aviation
Safety Regulations Part 139) Tentang Bandar Udara (Aerodromes),
disampaikan bahwa dalam rangka pengawasan keselamatan penerbangan
perlu dilakukan pengamatan terhadap pemenuhan persyaratan
keselamatan operasi bandar udara.

2. Pelaksanaan pengamatan keselamatan operasi bandar udara


sebagaimana dimaksud pada butir 1 (satu) di atas, dilakukan oleh Tim
Pengawasan yang ditugaskan dengan Surat Perintah Direktur Jenderal
Perhubungan Udara (terlampir) dan akan dilaksanakan pada tanggal
…….sampai dengan tanggal….. bulan…..tahun….

3. Untuk kelancaran pelaksanaan pengamatan sebagaimana dimaksud pada


butir 2 (dua) di atas, mohon kerjasamanya untuk dapat menyiapkan data
dan informasi terkait, serta ruangan dan kontak personel yang akan
mendampingi pelaksanaan pengamatan.

4. Demikian disampaikan, atas perhatian dan kerjasamanya diucapkan terima


kasih.

A.n. DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA


Direktur Bandar Udara

………………………………..
(Pangkat/Golongan)
NIP………………………………….

Tembusan:
Direktur Jenderal Perhubungan Udara.

FORMULIR III III - 36


KOP SURAT DITJEN PERHUBUNGAN UDARA

SURAT PERINTAH TUGAS


NOMOR:……………………

I DASAR : 1. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2009 tentang


Penerbangan;
2. Peraturan Menteri Perhubungan Nomor KM 20
Tahun 2008 tentang Organisasi dan Tata Kerja
Departemen Perhubungan sebagaimana
diubah terakhir dengan Peraturan Menteri
Perhubungan Nomor 60 Tahun 2010;
3. Peraturan Menteri Perhubungan nomor: PM.
55 tahun 2015 tentang Peraturan Keselamatan
Penerbangan Sipil Bagian 139 (Civil Aviation
Safety Regulations Part 139) Tentang Bandar
Udara (Aerodromes)
II DIPERINTAHKAN : 1. Nama : …………..
KEPADA Pangkat/Gol : …………...
Jabatan Tim : Ketua Tim
2. Nama : …………..
Pangkat/Gol : …………...
Jabatan Tim : Anggota
3. Nama : …………..
Pangkat/Gol : …………...
Jabatan Tim : Anggota
4. Dst
III ISI PERINTAH : Melaksanakan pengamatan keselamatan operasi
bandar udara ………
IV LAIN-LAIN : ….(bila diperlukan)
V PERINTAH SELESAI : Pelaksanaan tugas dimulai pada tanggal ….
sampai dengan …..

Dikeluarkan di : Jakarta
Pada tanggal :
…………………………………………………...
A.n. DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA
Direktur Bandar Udara

………………………………..
(Pangkat/Golongan)
NIP………………………………….

FORMULIR III III - 37


Formulir III.7 Contoh Surat Jawaban Permintaan
Rekomendasi Teknis Heliport

KOP SURAT DITJEN PERHUBUNGAN UDARA


Nomor : Jakarta, …………
Klasifikasi :
Lampiran : 1 (satu) lembar Kepada
Perihal : Rekomendasi Teknis
Pembangunan (Nama Heliport)l Yth. ……………
……………

Di
………….

1. Menindaklanjuti surat Saudara nomor : ………… perihal : ………….., yang


berlokasi di ………… serta memperhatikan dokumen kelengkapan data yang
disampaikan antara lain :
a. Rancang bangun heliport, peta situasi, gambar denah dan potongannya;
b. Data jenis helicopter yang akan dilayani;
c. Rencana penggunaan / pemanfaatan heliport;
d. Struktur organisasi dan personnel penyelenggara heliport.
e. Gambar Bangunan terkait kelayakan dan kekuatan struktur bangunan
elevated heliport dari instansi yang berwenang/ badan hokum (khusus
elevated heliport)
f. Sertifikat kelayakan konstruksi platform dari Direktorat Jenderal Minyak dan
Gas Bumi Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral atau instansi lain
yang berwenang untuk helideck diatas platform, atau Sertifikat Kelas Kapal
dari instansi yang berwenang untuk helideck di atas kapal (khusus
helideck)
dengan hormat disampaikan bahwa sesuai evaluasi yang dilakukan terhadap
dokumen tersebut diatas, rencana pembangunan Surface Level Heliport
Gosowong telah memenuhi ketentuan sesuai dengan Peraturan Direktur
Jenderal Perhubungan Udara Nomor : SKEP/100/VI/2010 tentang Petunjuk
dan Tata cara PKPS bagian 139 - 06, Prosedur Pembangunan dan
Pengoperasian Tempat Pendaratan dan Lepas Landas Helikopter (Heliport)
dan Peraturan Direktur Jenderal Perhubungan Udara nomor KP 40 Tahun 2015
tentang Persyaratan Standar Teknis dan Operasional Bagian 139 Volume II,
Tempat Pendaratan dan Lepas Landas Helikopter (Heliport), sehingga dapat
diberikan Rekomendasi Teknis Pembangunan Surface Level Heliport,
sebagaimana terlampir.

2. Demikian disampaikan, atas perhatian dan kerjasamanya diucapkan terima


kasih.

A.N. DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA


Direktur Bandar Udara

xxxxxxxxxxx
Pangkat/Gol
Tembusan Yth : NIP.………………
1. Direktur Jenderal Perhubungan Udara;
……………..

FORMULIR III III - 38


Lampiran Surat Direktur Jenderal Perhubungan Udara
Nomor :
Tanggal :

REKOMENDASI TEKNIS PEMBANGUNAN


HELIPORT (NAMA HELIPORT)

Berdasarkan evaluasi yang dilakukan terhadap dokumen kelengkapan data yang disampaikan
melalui surat …………. nomor : ……………., rencana pembangunan heliport telah memenuhi
ketentuan sesuai dengan Peraturan Direktur Jenderal Perhubungan Udara Nomor :
SKEP/100/VI/2010 tentang Petunjuk dan Tata cara PKPS bagian 139 - 06, Prosedur
Pembangunan dan Pengoperasian Tempat Pendaratan dan Lepas Landas Helikopter
(Heliport) dan Peraturan Direktur Jenderal Perhubungan Udara nomor KP 40 Tahun 2015
tentang Persyaratan Standar Teknis dan Operasional Bagian 139 Volume II, Tempat
Pendaratan dan Lepas Landas Helikopter (Heliport).

Adapun data dan informasi rencana pembangunan heliport (NAMA HELIPORT) adalah
sebagai berikut.
1. Nama Heliport : ………..
2. Type Heliport : ………..
3. Pemilik : ………..
4. Penyelenggara : ………..
5. Lokasi : ………..
6. Penanggung jawab pembangunan : ………..
7. Jarak dan arah dari
bandara terdekat : ………..

8. Koordinat : ………..
9. Elevasi : ………..
10. Helikopter Terkiritis
Yang direncanakan : ………..

11. Final Approach and Take-Off Area : ………..


12. Touchdown and Lift-Off Area : ………..
13. Safety Area : ……….. (khusus surface level heliport)
14. Daya Dukung dan
permukaan konstruksi : ………..

Demikian rekomendasi teknis pembangunan ini dibuat untuk dapat dipergunakan


sebagaimana mestinya.

A.N. DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN


UDARA
Direktur Bandar Udara

xxxxxxxxxxxxx
Pangkat / Gol
NIP. xxxxxxxxxxxxx

FORMULIR III III - 39


FORMULIR IV
FORMAT PELAKSANAAN SERTIFIKASI, REGISTRASI DAN
PENGAWASAN

IV.1 CONTOH FORMAT CHECKLIST AGENDA RAPAT PEMBUKAAN


SERTIFIKASI, REGISTRASI DAN PENGAWASAN

IV.2 CONTOH FORMAT CHECKLIST AGENDA RAPAT PENUTUPAN


SERTIFIKASI, REGISTRASI DAN PENGAWASAN

IV.3 CONTOH DAFTAR HADIR RAPAT PEMBUKAAN/PENUTUPAN


SERTIFIKASI, REGISTRASI DAN PENGAWASAN

IV.4 CONTOH FORMAT BERITA ACARA AUDIT SERTIFIKASI, REGISTRASI


DAN PENGAWASAN :

IV.4a Format Berita Acara Audit Sertifikasi, Registrasi dan


PengawasanBandar Udara
IV.4b Format Berita Acara Audit Registrasi dan Pengawasan Tempat
Pendaratan Dan Lepas Landas Helikopter (Heliport)
IV.4c Format Berita Acara Audit Registrasi dan Pengawasan Bandara
Perairan
Formulir IV.1 Contoh Format CheckList
Agenda Rapat Pembukaan
Sertifikasi, Registrasi dan
Pengawasan

CHECKLIST AGENDA RAPAT PEMBUKAAN

NAMA PENYELENGGARA ..............................................................


BANDAR UDARA
NAMA BANDAR UDARA ..............................................................
RUANG LINGKUP ..............................................................
TANGGAL ..............................................................
REFERENSI SURAT ..............................................................
(diisi dengan no surat pemberitahuan audit
/inspeksi/pengamatan/pemantauan*)
AUDIT/INSPEKSI/ ..............................................................
PENGAMATAN * TERAKHIR

Penjelasan dasar hukum pelaksanaan pengawasan keselamatan


(Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2009 Pasal 312, PM 55 Tahun 2015,
KM. 20 Tahun 2009, dll)

Perkenalan dan pengisian daftar hadir.

Pengkajian ulang (review) temuan-temuan


Sertifikasi/Registrasi/Pengawasan (audit
/inspeksi/pengamatan/pemantauan*) sebelumnya.

Penjelasan lingkup pelaksanaan Sertifikasi/Registrasi/Pengawasan (audit


/inspeksi/pengamatan/pemantauan*) dan diskusi terkait isu yang terjadi
dalam lingkup pengawasan.

Meminta konfirmasi dokumen-dokumen yang diperlukan untuk


Sertifikasi/Registrasi/Pengawasan (audit/inspeksi/pengamatan*).

Menjelaskan prosedur temuan dan proses pelaporan.

Menjelaskan proses pelaksanaan Audit


/Inspeksi/Pengamatan/Pemantauan.

Menjelaskan gambaran tentang rapat penutupan serta proses klarifikasi


terkait temuan yang ada.

KETERANGAN/CATATAN:
……………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………
* coret yang tidak perlu

FORMULIR IV IV- 1
Formulir IV.2 Contoh Format CheckList
Agenda Rapat Penutupan
Sertifikasi/Registrasi/
Pengawasan

CHECKLIST AGENDA RAPAT PENUTUPAN

NAMA PENYELENGGARA ..............................................................


BANDAR UDARA
NAMA BANDAR UDARA ..............................................................
RUANG LINGKUP ..............................................................
TANGGAL ..............................................................
REFERENSI SURAT ..............................................................
(diisi dengan no surat pemberitahuan audit
/inspeksi/pengamatan/pemantauan *)
AUDIT/INSPEKSI/ ..............................................................
PENGAMATAN* TERAKHIR

Perkenalan dan pengisian daftar hadir.

Ketua Tim Sertifikasi/Registrasi/Pengawasan menyampaikan gambaran


hasil Sertifikasi/Registrasi/Pengawasan (audit/inspeksi/pengamatan*)).

Klarifikasi dan pembahasan mengenai temuan-temuan dengan


penyelenggara bandar udara.

Penjelasan dan diskusi mengenai cara untuk menanggapi temuan.

Penjelasan mengenai waktu akan dikirimnya laporan akhir hasil


pengawasan (audit/inspeksi/pengamatan*) maupun Pemberitahuan Tidak
Terpenuhinya Peraturan/PTP (Non Compliance Notification/NCN).

Penandatangan berita acara.

KETERANGAN/CATATAN:
……………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………

* coret yang tidak perlu

FORMULIR IV IV- 2
Formulir IV.3 Contoh Daftar Hadir Rapat
Pembukaan/Penutupan
Sertifikasi/Registrasi/
Pengawasan

DAFTAR HADIR RAPAT

HARI, TANGGAL :
JAM :
TEMPAT :
ACARA :

NO NAMA INSTANSI TANDA TANGAN

FORMULIR IV IV- 3
Formulir IV.4a Contoh Format Berita Acara
Audit/Inspeksi/Pengawasan/
Keselamatan Bandar Udara

BERITA ACARA AUDIT/INSPEKSI/PENGAMATAN/PEMANTAUAN*


KESELAMATAN OPERASI BANDAR UDARA
...................................................................

Mendasari Surat Direktur Bandar Udara nomor ................................ tanggal


.................................... tentang Pemberitahuan
Audit/Inspeksi/Pengawasan/Pengamatan* Keselamatan Operasi Bandar Udara*
................, maka pada hari ini tanggal .................. bulan ..................... tahun
........................................, telah dilaksanakan Audit/Inspeksi/Pengamatan*
Keselamatan Operasi Bandar Udara.................................

Dari hasil Audit/Inspeksi/Pengawasan/Pengamatan* diperoleh temuan sebagai


berikut:

I. DATA BANDAR UDARA

1. Nama Bandara :
2. Lokasi :
3. Status Penggunaan :
4. Koordinat ARP
- Latitude :
- Longitude :
5. Penyelenggara :

6. Dimensi Runway :
7. Kode Referensi Bandar Udara :
8. Tipe runway :

9. Tipe Pesawat Udara Terkritis :


10. Kategori PKP-PK :
11. Kondisi Operasi Tertentu Terhadap
Pelayanan Pesawat Udara Terkritis,
Jika Tersedia :

12. Pembatasan Operasi Pada Bandara :


13. Penyimpangan yang diizinkan :
14. Pengecualian (Exemption) :

15. Jam operasi :


16 Nomor Sertifikat Bandar Udara :

FORMULIR IV IV- 4
II. HASIL AUDIT

UNSUR / TEMUAN TIPE


NO. (diisi SA atau TLT/RCA
ELEMEN (diisi dengan rincian hasil temuan)
atau Observasi)
1.

2.

3.

4.

Demikian Berita Acara ini dibuat untuk dipergunakan dalam pembuatan laporan akhir
pelaksanaan pengawasan keselamatan operasi bandar udara.

.........(Kota)....., ....(Tanggal Bulan Tahun)...

Tim Audit Keselamatan Kepala/Manager


Bandar Udara ………

1. …(ketua)…. : ….(ttd)…………

2. ..(anggota).. : ….(ttd)…………

3. ..(anggota).. : ….(ttd)………… (...............................)


dst. Pangkat/Golongan
NIP.

* coret yang tidak perlu

FORMULIR IV IV- 5
Formulir IV.4b Contoh Format Berita Acara
Audit Registrasi Dan
Pengawasan Tempat
Pendaratan dan Lepas Landas
Helikopter

BERITA ACARA AUDIT/INSPEKSI * KESELAMATAN OPERASI


TEMPAT PENDARATAN DAN LEPAS LANDAS HELIKOPTER*
………………………………………..

Mendasari Surat Direktur Bandar Udara nomor ................................ tanggal


.................................... tentang Pemberitahuan Audit/Inspeksi/Pengamatan*
Keselamatan Operasi Tempat Pendaratan dan Lepas Landas Helikopter* ................,
maka pada hari ini tanggal .................. bulan ..................... tahun
........................................, telah dilaksanakan Audit/Inspeksi/Pengamatan*
Keselamatan Tempat Pendaratan dan Lepas Landas Helikopter .................................

Dari hasil Audit/Inspeksi/Pengamatan* diperoleh temuan sebagai berikut:

I. UMUM
1. Nama Inspektur :

2. Tanggal Audit :

II. DATA HELIPORT


1. Nama Heliport :

2. Type Heliport :

3. Type Instalasi :

4. Lokasi :

5. Jarak dan arah dari bandar udara :


terdekat

6. Koordinat Heliport Reference


Point

- Latitude :

- Longitude :

7. Elevasi Heliport :

8. Pemilik :

FORMULIR IV IV- 6
9. Penyelenggara :

10. Penanggung Jawab :

11. Helikopter terkritis yang :


direncanakan

12. Helikopter yang beroperasi saat :


ini

13. Penggunaan :

14. No. Register Heliport :

15. Declared Distance (jika : Diterapkan atau tidak


diterapkan)
FATO TODA(H) RTODA(H) LDA(H)

III. HASIL AUDIT


REFF KET
HASIL
ITEMS
(MOS 139 Vol. PEMERIKSAAN
S US NA
II)

……………………………………….

CATATAN :

1. Audit Keselamatan Persyaratan Standar Teknis dan Operasional Shipboard “(Nama


Heliport)” ini dilaksanakan mengacu pada Peraturan Direktur Jenderal Perhubungan
Udara nomor : KP. 40 Tahun 2015 tentang Standar Teknis Dan Operasi Peraturan
Keselamatan Penerbangan Sipil – Bagian 139 (Manual Of Standard Casr – Part 139)
Volume II Tempat Pendaratan Dan Lepas Landas Helikopter (Heliports).
2. Dalam Audit Keselamatan Persyaratan Standar Teknis dan Operasional ini didapat
temuan (finding) yang wajib ditindaklanjuti oleh pemilik / penyelenggara “(Nama Heliport)”
sebagai berikut :
Temuan dan Type
No Unsur Tindak Lanjut Temuan
Temuan
1. PENDAHULUAN

2. PHYSICAL
CHARACTERISTIC

3. OBSTACLE
RESTRICTION

FORMULIR IV IV- 7
Temuan dan Type
No Unsur Tindak Lanjut Temuan
Temuan
4. ALAT BANTU VISUAL

(VISUAL AID)

5. RFFFS

6. MISCELLANEOUS

3. Pemilik / penyelenggara “(Nama Heliport)” agar melaporkan corrective action plan


dan/atau tindaklanjut temuan (findings) kepada Direktur Bandara pada kesempatan
pertama sebagai persyaratan pemenuhan proses lanjut penerbitan/perpanjangan register
heliport.
4. Pemilik / Penyelenggara “(Nama Heliport)” wajib merawat dan mempertahankan
terpenuhinya persyaratan teknis dan fasilitas yang dioperasikan serta melaporkan setiap
adanya perubahan yang dapat mempengaruhi keselamatan penerbangan.
Demikian Audit Keselamatan Pemeriksaan Persyaratan Standar Teknis dan
Operasional ini dibuat dengan sesungguhnya dan untuk dapat dipergunakan sebagaimana
mestinya.

Jakarta, ................................

Yang Melaksanakan Audit Keselamatan :

1. ............................
……………………………………………

Aerodrome Inspector

2. ............................
……………………………………………

Penanggung Jawab

“(Nama Heliport)”

FORMULIR IV IV- 8
Formulir IV.4c Contoh Format Berita Acara
Registrasi dan Pengawasan
Keselamatan Bandara
Perairan

BERITA ACARA AUDIT/INSPEKSI * KESELAMATAN OPERASI


BANDAR UDARA PERAIRAN
………………………………………..

Mendasari Surat Direktur Bandar Udara nomor ................................ tanggal


.................................... tentang Pemberitahuan Audit/Inspeksi/Pengamatan*
Keselamatan Operasi Tempat Pendaratan dan Lepas Landas Helikopter* ................,
maka pada hari ini tanggal .................. bulan ..................... tahun
........................................, telah dilaksanakan Audit/Inspeksi/Pengamatan*
Keselamatan Tempat Pendaratan dan Lepas Landas Helikopter .................................
Dari hasil Audit/Inspeksi/Pengamatan* diperoleh temuan sebagai berikut:

I. AERODROME DATA :
1.
Nama Bandar Udara Perairan :
2.
Milik/Pengelola :
3.
Kota/Propinsi :
4.
Reference Point/
Coordinate :
5. Elevasi :
6. Aerodrome referensi
temperature :
7. Klasifikasi :
8. Jam operasi :
9. Jarak dan arah ke kota :
10. Pelayanan ATS :
11. Pesawat yang beroperasi :

II. HASIL AUDIT


Item Persyaratan Existing keterangan

………………………………………….

FINDING (TEMUAN) :
NO. UNSUR / ELEMEN TEMUAN dan TIPE TEMUAN KETERANGAN

Demikian Berita Acara ini dibuat untuk dipergunakan dalam pembuatan laporan akhir pelaksanaan
Audit Register Bandar Udara Perairan (nama bandara).

Tempat, tanggal/bulan/tahun

FORMULIR IV IV- 9
Tim Audit Keselamatan Penanggung Jawab
Bandara Perairan…..
1. …(ketua)…. : ….(ttd)…………

2. ..(anggota).. : ….(ttd)…………

3. ..(anggota).. : ….(ttd)………… (...............................)


dst.

FORMULIR IV IV- 10
FORMULIR V
FORMAT PELAPORAN HASIL SERTIFIKASI, REGISTRASI DAN
PENGAWASAN

V.1 FORMAT LAPORAN SERTIFIKASI, REGISTRASI DAN PENGAWASAN


BANDAR UDARA DAN BANDARA PERAIRAN, TEMPAT PENDARATAN
DAN LEPAS LANDAS HELIKOPTER (HELIPORT)

V.2 FORMAT PEMBERITAHUAN TIDAK TERPENUHINYA PERATURAN /


PTP (NON COMPLIANCE NOTIFICATION/NCN)

V.3 FORMAT TINDAK LANJUT SERTIFIKASI, REGISTRASI DAN


PENGAWASAN BANDAR UDARA

V.4 CONTOH SURAT TINDAK LANJUT SERTIFIKASI, REGISTRASI DAN


PENGAWASAN BANDAR UDARA, TEMPAT PENDARATAN LEPAS
LANDAS HELICOPTER DAN BANDARA PERAIRAN SERTA
PENGAWASAN

V.5 FORMAT LAPORAN AKHIR SERTIFIKASI ATAU REGISTRASI ATAU


PENGAWASAN

FORMULIR V V-0
Formulir V.1a Format Laporan Sertifikasi,
Registrasi dan Pengawasan
Bandar Udara dan Bandara
Perairan

LAPORAN SERTIFIKASI, REGISTRASI DAN PENGAWASAN BANDAR UDARA


DAN BANDARA PERAIRAN

I. INFORMASI PENYELENGGARA BANDAR UDARA


Nomor Audit/Inspeksi/Pengamatan* :
Nama Penyelenggara Bandar Udara
/Bandara Perairan :

II. RINCIAN SERTIFIKASI/REGISTRASI/PENGAWASAN


Jenis : Audit/Inspeksi/Pengamatan*
Tanggal Pelaksanaan :
Tanggal Laporan :

NO UNSUR ELEMEN

III. TIM SERTIFIKASI/REGISTRASI/PENGAWASAN


NAMA TIM JABATAN
1. ....(ketua)
2. ....(anggota)
3. ....(anggota)
4. Dst

IV. INFORMASI TENTANG SERTIFIKASI/REGISTRASI/PENGAWASAN


KESELAMATAN

Kewenangan untuk melaksanakan pengawasan keselamatan

CONTOH :

Sertifikasi/registrasi ini dilaksanakan dalam rangka pemenuhan terhadap Undang-Undang


Republik Indonesia Nomor : 1 tahun 2009 tentang Penerbangan,tertulis bahwa setiap
Bandar Udara yang dioperasikan wajib memenuhi ketentuan keselamatan dan keamanan
penerbangan

Sesuai Keputusan Menteri Perhubungan Nomor PM. 55 tahun 2015 tentang Peraturan
Keselamatan Penerbangan Sipil (PKPS) Bagian 139 Bandar Udara (Civil Aviation Safety
Regulations Part 139 Aerodromes), diatur bahwa Bandar Udara yang telah memenuhi
ketentuan keselamatan penerbangan Direktur Jenderal Perhubungan Udara memberikan
Sertifikat Bandar Udara untuk Bandar udara yang melayani pesawat udara yang memiliki
kapasitas lebih dari 30 tempat duduk untuk angkutan niaga (*dibawah 30 tempat duduk
untuk register), setelah memiliki buku pedoman pengoperasian Bandar udara (Aerodrome
Manual) yang memenuhi persyaratan teknis tentang personil, fasilitas, prosedur dan
sistem manajemen keselamatan Bandar udara(*tidak wajib umtk register bandar udara)

FORMULIR V V-1
(*untuk pengawasan diisi : Pengawasan keselamatan ini dilaksanakan dalam pemenuhan
Undang-Undang No: 1 tahun 2009 tentang Penerbangan Pasal 312, bahwa Menteri
Perhubungan cq. Ditjen Perhubungan Udara cq. Direktorat Bandar Udara bertanggung
jawab untuk melakukan pengawasan keselamatan penerbangan nasional, khususnya
keselamatan operasi bandar udara/tempat pendaratan dan lepas landas helikopter*.)

Kemudian diatur juga mekanisme penerbitan/perpanjangan sertifikat /register bandar


udara serta pengawasan operasi bandar udara dalam Peraturan Direktur Jenderal
Perhubungan Udara Nomor : KP 575 Tahun 2015

Kerahasiaan
Laporan audit/inspeksi/pengamatan* ini bersifat rahasia antara Direktorat Jenderal
Perhubungan Udara dan penyelenggara bandar udara/tempat pendaratan dan lepas
landas helikopter*. Direktorat Jenderal Perhubungan Udara atau penyelenggara bandar
udara, bandara perairan, tempat pendaratan dan lepas landas helikopter* tidak akan
menyebarkan sebagian atau keseluruhan laporan ini, kecuali atas persetujuan Direktorat
Jenderal Perhubungan Udara dan penyelenggara bandar udara, bandara perairan,
tempat pendaratan dan lepas landas helikopter* terkait.

Metode Audit/Inspeksi/Pengamatan*
Audit adalah pemeriksaan yang terjadwal, sistematis, dan mendalam terhadap prosedur,
fasilitas, personel, dan dokumentasi organisasi penyedia jasa penerbangan untuk melihat
tingkat kepatuhan terhadap ketentuan dan peraturan yang berlaku. Audit keselamatan
dilakukan dengan metodologi sampling untuk memverifikasi efektifitas sistem yang sudah
berjalan. Sampling dilakukan terhadap hal-hal krusial dalam sistem dan/atau
defisiensi/kekurangan yang dideteksi merupakan problem sistemik yang memerlukan
review sistem secara keseluruhan oleh penyelenggara bandar udara/tempat pendaratan
dan lepas landas helikopter*.

Inspeksi adalah pemeriksaan sederhana terhadap pemenuhan standar suatu produk akhir
objek tertentu. Inspeksi keselamatan dilaksanakan terhadap unsur tertentu pengawasan
dan/atau pada output yang ada (kondisi nyata di lapangan) terhadap standar dan
ketentuan yang berlaku. Penyelenggara bandar udara/tempat pendaratan dan lepas
landas helikopter* wajib untuk melakukan tindakan pemulihan dan tindakan perbaikan
sehingga temuan tidak terjadi lagi.

Pengamatan adalah kegiatan penelusuran yang mendalam atas bagian tertentu dari
prosedur, fasilitas, personel, dan dokumentasi organisasi penyedia jasa penerbangan dan
pemangku kepentingan lainnya untuk melihat tingkat kepatuhan terhadap ketentuan dan
peraturan yang berlaku. Pengamatan keselamatan dilakukan terhadap unsur dan/atau
output yang diindikasikan risiko keselamatan semakin meningkat.*

Catatan : hilangkan bagian yang tidak menjadi jenis pengawasan keselamatan yang
sedang dilaporkan

Temuan Pengawasan Keselamatan


Temuan hasil pelaksanaan keselamatan diidentifikasi menjadi Observasi, Pemberitahuan
Tidak Terpenuhinya Peraturan/PTP (Non Compliance Notification/NCN), dan Safety
Alerts/SA.

Observasi
Merupakan temuan yang bersifat minor yang dapat berkontribusi tidak terpenuhinya
ketentuan peraturan. Walaupun begitu, perhatian tetap diperlukan untuk perbaikan dan
menghindari terulang lagi di kemudian hari. Penyelenggara Bandar udara diminta untuk
mengambil langkah peningkatan/perbaikan sistem secara berkelanjutan. Tindakan
tersebut dilaporkan kepada Direktorat Bandar Udara dan menjadi perhatian dalam
pelaksanaan pengawasan di kemudian hari.

FORMULIR V V-2
Pemberitahuan Tidak Terpenuhinya Peraturan/PTP (Non Compliance
Notification/NCN)
Merupakan temuan tidak dipenuhinya (non compliance) terhadap ketentuan peraturan dan
harus ditindaklanjuti. Penyelenggara bandar udara/tempat pendaratan dan lepas landas
helikopter* harus dengan jelas mengambil tindakan dalam upaya untuk pemenuhan
peraturan dengan langkah-langkah:
1) Tindakan pemulihan (remedial action), merupakan tindakan yang diambil untuk
memulihkan atau memenuhi ketentuan peraturan sehingga terwujud keselamatan
operasi bandar udara/tempat pendaratan dan lepas landas helikopter*.
2) Langkah identifikasi (root causes identification), merupakan tindakan investigasi untuk
mengetahui penyebab utama masalah atau defisiensi. Jika penyelenggara bandar
udara sudah menerapkan Safety Management System (SMS), tindakan identifikasi ini
merupakan bagian dari SMS.
3) Tindakan perbaikan (corrective action) merupakan tindakan perbaikan yang diambil
terhadap penyebab utama masalah atau defisiensi untuk memastikan hal tersebut
tidak terulang kembali. Corrective action akan menjadi suatu sistem untuk menjamin
personel memahami ketentuan peraturan dan adanya monitoring pemenuhan
ketentuan peraturan secara berkelanjutan.
Penyelenggara bandar udara (pemegang sertifikat bandar udara) atau penyelenggara
tempat pendaratan dan lepas landas helikopter (pemegang register)* harus mencatat
tindakan pemulihan (remedial action) maupun tindakan perbaikan (corrective action)
dalam formulir tanggapan PTP dan dikirim kembali ke Direktorat Bandar Udara – Ditjen
Perhubungan Udara sebelum batas waktu yang ditentukan. Kalau tindakan perbaikan
(corrective action) tidak bisa diselesaikan pada waktu yang ditentukan, penyelenggara
bandar udara harus mencantumkan tanggal dimana tindakan perbaikan (corrective action)
diselesaikan. Misalnya jika tindakan perbaikan (corrective action) merupakan pelaksanaan
sistem untuk training dengan jangka waktu tertentu, maka tindakan perbaikan (corrective
action) – nya merupakan adanya program training, lengkap dengan waktu dan
pesertanya.

Safety Alerts (SA)


Merupakan tipe khusus dari Tindak Lanjut Temuan yang bersifat SEGERA.
Penyelenggara bandar udara harus mengambil tindakan segera terhadap langkah 2) dan
3) di atas sebelum operasi di fasilitas terkait dilanjutkan.

V. RINGKASAN AUDIT/INSPEKSI/PENGAMATAN*

1. Latar Belakang
……………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
(diisi dengan penjelasan singkat mengenai gambaran umum penyelenggara bandar udara,
jenis pesawat yang beroperasi, aerodrome reference code number, serta data dan
kondisibandar udara/tempat pendaratan dan lepas landas helikopter*)

2. Ringkasan (Executive Summary)


……………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
(diisi dengan ringkasan bagaimana pelaksanaan audit/inspeksi/pengamatan*, tanggal rapat
pembukaan dan penutupan, personel bandar udara/tempat pendaratan dan lepas landas
helikopter* yang mendampingi pelaksanaan, hasil/jalannya audit/inspeksi/pengamatan* untuk
tiap masing-masing unsur dan elemen)

FORMULIR V V-3
VI. INDEKS TEMUAN AUDIT/INSPEKSI/PENGAMATAN*

NOMOR
TIPE TEMUAN TEMUAN
(diisi dgn Observasi (Observasi
No. UNSUR ELEMEN
atau PTP/NCN atau
atau SA) PTP/NCN
atau SA)
1.

2.

3.

4.

VII. RINGKASAN HASIL AUDIT/INSPEKSI/PENGAMATAN*

(diisi dengan ringkasan hasil audit/inspeksi/pengamatan*) untuk tiap-tiap elemen sesuai dengan
kondisi di bandar udara tersebut, termasuk temuan yang menjadi Observasi atau Pemberitahuan
Tidak Terpenuhinya Peraturan/PTP (Non Compliance Notification/NCN) atau Safety Alerts (SA),
beserta nomor tipe temuan dan alasannya).

* coret yang tidak perlu

Jakarta, tanggal/bulan/tahun

Tim Audit Penerbitan/Perpanjangan


Sertifikat/Register Bandar Udara atau Mengetahui :
Pengawasan Keselamatan Operasi Bandar
Udara Pengendali Tim,

1. xxxxxx :
Ketua

2. xxxxxxx :
xxxxxxxxxxx
Anggota
Pangkat/Gol
NIP. :
3. xxxxxxxxx :
Anggota

4. xxxxxxxxx :
Anggota

FORMULIR V V-4
Formulir V.1b Format Laporan Registrasi
Heliport

Catatan :

Setelah dilaksanakan Audit Penerbitan/Perpanjangan Register Heliport apabila terdapat


temuan maka Format Laporan Registrasi Heliport tidak diperlukan namun cukup dibuat
surat Tindak Lanjut Temuan (TLT).

FORMULIR V V-5
Formulir V.2 Format Pemberitahuan Tidak
Terpenuhinya Peraturan PTP
(Non Compliance Notification
/NCN)

PEMBERITAHUAN TIDAK TERPENUHINYA PERATURAN (PTP)


NON COMPLIANCE NOTIFICATION (NCN)

Nomor PTP/NCN
Nama Penyelenggara Bandar Udara
Acuan Peraturan Permenhub PM 55/ 2015 PKPS 139 Bandar
Udara (CASR 139 butir …… (diisi sesuai
dengan nomor bagian CASR yang harus
dipernuhi dalam temuan ini)) atau Peraturan
lainnya

Tanggal diterbitkan
Tanggapan paling lambat tanggal
Tipe Safety Alerts
Pemberitahuan Tidak Terpenuhinya
Peraturan (PTP)

Temuan Non Compliance (detail of deficiency):


Catatan : bagian ini diisi dengan temuan tidak terpenuhinya (non compliance) terhadap aturan yang
ada.
………………………………………………………………………………………..

………………………………………………………………………………………..

…(kota)….,..(tanggal bulan tahun)


Mengetahui,
Tim Pengawasan, Pengendali Tim
1. Ketua, ………………..., tanda tangan, ……….

2. Anggota, …………….., tanda tangan, ……….

3. Anggota, …………….., tanda tangan, ………. ……..(nama)……..


Pangkat/Gol
NIP.
Catatan : Format PTP ini terdiri dari 2 halaman/bagian, halaman pertama rincian PTP dan halaman kedua
tanggapan untuk PTP. Halaman pertama dan kedua dikirim semua ke penyelenggara bandar udara.

FORMULIR V V-6
TANGGAPAN UNTUK PEMBERITAHUAN TIDAK TERPENUHINYA
PERATURAN (PTP)

Nama Penyelenggara Bandar Udara/Tempat Pendaratan dan Lepas Landas Pendaratan:


...........................................................

Nomor Tindak Lanjut Temuan Audit/Inspeksi/Pengamatan* : ..........................

Tindak Lanjut Temuan / Corrective Action : bagian ini harus diisi oleh penyelenggara bandar udara
selaku operator dan diserahkan kembali ke Subdirektorat Personel dan Operasi Bandar Udara,
Direktorat Bandar Udara – Direktorat Jenderal Perhubungan Udara Gedung Karya Lantai 24, Jalan
Medan Merdeka Barat No. 8 Jakarta Pusat 11001, sebelum batas waktu seperti yang tercantum pada
halaman 1.

Tindakan Pemulihan (Remedial Action)


(Diisi dengan tindakan yang diambil oleh penyelenggara untuk memperbaiki temuan dan mengurangi
dampaknya terhadap keselamatan operasional bandar udara)
.........................................................................................................................................
.........................................................................................................................................
...................................................................................................................................

Penyebab Utama (Root causes identified)


(Diisi dengan hasil identifikasi oleh penyelenggara bandar udara terhadap penyebab utama terjadinya
temuan tersebut)
.........................................................................................................................................
.........................................................................................................................................
...................................................................................................................................
Tindakan Perbaikan (Corrective Action)
(Diisi dengan tindakan yang diambil oleh penyelenggara bandar udara terhadap penyebab utama
temuan untuk memastikan hal tersebut tidak akan terjadi lagi)
.........................................................................................................................................
.....................................................................................................................................
.......................................................................................................................................

Subdirektorat Personel dan Operasi Bandar (kota)……, ………….(tanggal)


Udara, Direktorat Bandar Udara, Ditjen Perhubungan Kepala / General Manager
Udara, diterima tanggal .......................... Bandar Udara …………..
Oleh.........................................................
Tanda Tangan ........................................
Hasil inspeksi/verifikasi PTP
Close Open
.................................................................................. ( …………………………)
.................................................................................. Pangkat/Golongan
.................................................................................. NIP.
Oleh....................................tanggal..........................
Tanda tangan..........................................................

FORMULIR V V-7
Formulir V.3 Format Tindak Lanjut Sertifikasi
Registrasi/Pengawasan Bandar Udara

TINDAK LANJUT TEMUAN (TLT)


HASIL PELAKSANAAN AUDIT SERTIFIKAT BANDAR UDARA
………………………

Tipe pengawasan :
Nama Penyelenggara Bandar Udara :
Nama Bandar Udara :
Nomor Audit :
Tanggal Audit :
Tanggapan paling lambat tanggal :
Referensi Audit :

Tindak Lanjut Temuan : bagian ini harus diisi oleh penyelenggara Bandar udara selaku operator dan diserahkan kembali ke Sub Direktorat Personel
dan Operasi Bandar Udara, Direktorat Bandar Udara – Direktorat Jenderal Perhubungan Udara Gedung karya lantai 24, Jalan Medan Merdeka
Barat No. 8 Jakarta Pusat 10110, sebelum batas waktu seperti yang tercantum diatas. Silahkan mengisi seriinci mungkin pada lembar terpisah jika
tidak mencukupi)

INDEKS TEMUAN AUDIT SERTIFIKASI BANDAR UDARA


NO SISTEM UNSUR/ELEMEN TEMUAN dan TIPE TEMUAN PROGRES TINDAK LANJUT KET.

FORMULIR V V-8
Formulir V.4 Contoh Surat Tindak Lanjut Temuan

KOP SURAT DITJEN PERHUBUNGAN UDARA


Nomor : Jakarta, Tanggal/Bulan/Tahun
Klasifikasi :
Lampiran : 1 (satu) berkas Kepada
Perihal : Tindak Lanjut Audit
Penerbitan/Perpanjangan
Sertifikat/Register/Pengawasan Kepala Bandar Udara /Bandar
Keselamatan Operasi Bandar Yth.
Udara Perairan/ Tempat
Udara Pendaratan Dan Lepas
Landas Helikopter

di

XXXXX

1. Menunjuk surat Saudara nomor : xxxxx tanggal xxxx Perihal xxxxx dan
Surat Direktur Jenderal Perhubungan Udara nomor : xxxx tanggal xxx
tentang Pemberitahuan Audit Penerbitan/Perpanjangan
Sertifikat/Register/Pengawasan Keselamatan Operasi Bandar Udara,
bersama ini disampaikan hasil pelaksanaan
audit/inspeksi/pengamatan/pemantauan dimaksud sebagaimana terlampir
(Laporan Audit Sertifikasi/Registrasi/Pengawasan Bandar Udara).
2. Berdasarkan hasil temuan audit/inspeksi/pengamatan/pemantauan dalam
laporan tersebut, terdapat xxx temuan dengan kategori Pemberitahuan
Tidak Terpenuhinya Peraturan/PTP (Non Compliance Notification/NCN)
dan xxx temuan dengan kategori Observasi.
3. Dalam rangka proses Penerbitan/Perpanjangan
Sertifikat/Register/Pengawasan Keselamatan Operasi Bandar Udara,
Penyelenggara Bandar Udara xxxxx diminta untuk menindaklanjuti hasil
temuan audit tersebut, dengan melengkapi progres tindak lanjut seperti
pada formulir Tindak Lanjut Temuan (TLT) dan mengisi Tanggapan Untuk
Pemberitahuan Tidak Terpenuhinya Peraturan (PTP) serta mengirimkan
paling lambat tanggal xxxxx.
4. Demikian disampaikan, atas perhatian dan kerjasamanya diucapkan terima
kasih.

DIREKTUR BANDAR UDARA

xxxxxxx
Pangkat/Gol
NIP.

FORMULIR V V-9
Formulir V5 Format Laporan akhir
Sertifikasi Dan Registrasi
Bandar Udara

LAPORAN AKHIR
AUDIT PENERBITAN/PERPANJANGAN
SERTIFIKAT / REGISTER BANDAR UDARA

I. DASAR HUKUM
Diisi dengan peraturan perundang-undangan, dokumen yang mendasari audit
penerbitan/perpanjangan sertifikat/register/pengawasan bandar udara

II. DATA BANDAR UDARA


Diisi dengan data bandara/bandara perairan.

III. PROSES SERTIFIKASI/REGISTRASI/PENGAWASAN BANDARA

1. PEMERIKSAAN ADMINISTRASI :

No. Item Ada / Tidak Ket.

2. PEMERIKSAAN TEKNIS DAN OPERASIONAL :


NO. UNSUR / ELEMEN TEMUAN TIPE STATUS

IV. HASIL EVALUASI AKHIR SERTIFIKASI/REGISTRASI/PENGAWASAN


BANDARA
(diisi dengan ringkasan hasil evaluasi akhir , jumlah finding yang berstatus open/close, tindak lanjut
finding yang masih berstatus open, penegasan tanggung jawab penyelenggara Bandar udara
apabila diterbitkan/diperpanang serta kesimpulan penerbitan/perpanjangan sertifikat/register
bandara/bandara perairan; atau

Diisi dengan jumlah finding yang berstatus open/close dan kesimpulan penegasan tanggung jawab
penyelenggara bandar udara/bandara perairan untuk tindak lanjut finding yang masih berstatus
open

Jakarta, tanggal/bulab/tahun

Ketua Tim Kepala Seksi Sertifikasi


Personil Dan Operasi Bandar Udara

xxxxx xxxxx
Pangkat/Gol Pangkat/Gol
NIP NIP
Mengetahui,
Kepala Sub Direktorat
Personel Dan Operasi Bandar Udara

xxxxxxxxx
Pangkat/Gol
NIP
FORMULIR V V - 10
FORMULIR V V - 11
FORMULIR VI
FORMAT PENERIMAAN (ACCEPTANCE)

VI.a. FORMAT PENERIMAAN (ACCEPTANCE) AERODROME MANUAL

VI.b. FORMAT PENERIMAAN (ACCEPTANCE) SMS MANUAL

VI.c. FORMAT PENERIMAAN (ACCEPTANCE) HELIPORT MANUAL

VI.d. FORMAT PENERIMAAN (ACCEPTANCE) WATER AERODROME


MANUAL
Formulir VI.a : Format penerimaan (acceptance)
Aerodrome Manual

PENERIMAAN (ACCEPTANCE)
BUKU PEDOMAN PENGOPERASIAN BANDAR UDARA
(AERODROME MANUAL)
(NAMA BANDAR UDARA)
Nomor : SBU/RBU/AM-DBU/…../TAHUN

Buku Pedoman Pengoperasian Bandar Udara (Aerodrome Manual) pada Bandar Udara
(NAMA BANDAR UDARA) ini mengacu pada Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 1
tahun 2009 tentang Penerbangan dan Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM 55 tahun
2015 tentang Peraturan Keselamatan Penerbangan Sipil (PKPS) Bagian 139 Bandar Udara
(Civil Aviation Safety Regulation/CASR Part 139 Aerodrome).

Buku Pedoman Pengoperasian Bandar Udara (Aerodrome Manual) pada Bandar Udara
(NAMA BANDAR UDARA) ini merupakan dokumen yang terdiri dari data dan informasi
operasional, prosedur pengoperasian dan perawatan fasilitas, informasi personel terkait
pengoperasian dan perawatan, serta organisasi dan manajemen penyelenggaraan Bandar
Udara (NAMA BANDAR UDARA) termasuk semua perubahannya sesuai peraturan dan
ketentuan yang berlaku.

Penyelenggara Bandar Udara (NAMA BANDAR UDARA) harus melakukan perubahan


terhadap Pedoman Pengoperasian untuk menjaga agar informasi dan panduan operasional
yang disediakan tetap akurat sesuai Peraturan Direktur Jenderal Perhubungan Udara
Nomor: KP 39 Tahun 2015 Tentang Standar Teknis dan Operasi Peraturan Keselamatan
Penerbangan Sipil – Bagian 139 (Manual Of Standard CASR – Part 139) Volume I Bandar
Udara (Aerodromes).

Direktorat Jenderal Perhubungan Udara berwenang melakukan pengawasan keselamatan


terhadap pemenuhan persyaratan standar teknis dan operasional Bandar Udara,
sebagaimana tercantum dalam Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM 55 tahun 2015
tentang Peraturan Keselamatan Penerbangan Sipil (PKPS) Bagian 139 Bandar Udara (Civil
Aviation Safety Regulation/CASR Part 139 Aerodrome) dan Peraturan Direktur Jenderal
Perhubungan Udara Nomor : KP 580 Tahun 2015 tentang Petunjuk Teknis Peraturan
Keselamatan Penerbangan Sipil Bagian 139-01, Sertifikasi Dan Registrasi Serta
Pengawasan Keselamatan Operasi Bandar Udara (Staff Instruction 139-01).)
.

Jakarta, XXXXXX
a.n DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA
DIREKTUR BANDAR UDARA

XXXXXXXXX
Pangkat / Gol
NIP. Xxxxxxxxxx
Formulir VIb : Format penerimaan (acceptance)
SMS Manual

PENERIMAAN (ACCEPTANCE)
BUKU SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN
(SAFETY MANAGEMENT SYSTEM) OPERASI BANDAR UDARA
(NAMA BANDAR UDARA)
Nomor : SBU/SMS-DBU/…./ TAHUN
/ 2015

Buku Sistem Manajemen Keselamatan (Safety Management System) Operasi Bandar Udara
(NAMA BANDAR UDARA) ini mengacu pada Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 1
tahun 2009 tentang Penerbangan, Peraturan Menteri Perhubungan Nomor : PM.55 Tahun
2015 tentang Peraturan Keselamatan Penerbangan Sipil (PKPS) Bagian 139 (Civil Aviation
Safety Regulation/CASR Part 139) tentang Bandar Udara (Aerodrome), Peraturan Menteri
Perhubungan Nomor KM. 20 Tahun 2009 tentang Sistem Manajemen Keselamatan (Safety
Management System) dan Peraturan Direktur Jenderal Perhubungan Udara Nomor : SKEP
223/X/2009 tentang Petunjuk dan Tata Cara Pelaksanaan Sistem Manajemen Keselamatan
(Safety Management System) Operasi Bandar Udara, Bagian 139-01 (Advisory Circular 139-
01, Airport Safety Management System).

Buku Sistem Manajemen Keselamatan (Safety Management System) Operasi Bandar Udara
(NAMA BANDAR UDARA) ini merupakan sebuah sistem manajemen termasuk struktur
organisasi, tanggung jawab, prosedur, proses dan ketentuan yang dilaksanakan sebagai
kebijakan keselamatan sesuai peraturan dan ketentuan yang berlaku.

Penyelenggara Bandar Udara (NAMA BANDAR UDARA) wajib membuat, melaksanakan,


mengevaluasi, dan menyempurnakan secara berkelanjutan Sistem Manajemen Keselamatan
(Safety Management System) dengan berpedoman pada Program Keselamatan
Penerbangan Nasional (State Safety Program).

Direktorat Jenderal Perhubungan Udara berwenang melakukan pengawasan pelaksanaan


Sistem Manajemen Keselamatan (Safety Management System) Operasi Bandar Udara
(NAMA BANDAR UDARA), sebagaimana tercantum dalam Peraturan Menteri Perhubungan
Nomor : PM.55 Tahun 2015 tentang Peraturan Keselamatan Penerbangan Sipil (PKPS)
Bagian 139 (Civil Aviation Safety Regulation/CASR Part 139) tentang Bandar Udara
(Aerodrome).

Jakarta, XXXXXXX

a.n. DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA


DIREKTUR BANDAR UDARA

XXXXXXXXX
Pangkat / Gol
NIP. Xxxxxxxxxx
Formulir VIc. : Format penerimaan (acceptance)
Heliport Manual

PENERIMAAN (ACCEPTANCE)
BUKU PEDOMAN PENGOPERASIAN
TEMPAT PENDARATAN DAN LEPAS LANDAS HELIKOPTER
(HELIPORT MANUAL)
... (NAMA SURFACE LEVEL/ELEVATED/HELIDECK/SHIPBOARD)
Nomor : ..../HM-DBU/……/TAHUN

Buku Pedoman Pengoperasian Tempat Pendaratan dan Lepas Landas Helikopter


(Heliport Manual) pada Heliport (NAMA HELIPORT) ini mengacu pada Undang-Undang Republik
Indonesia nomor 1 tahun 2009 tentang Penerbangan dan Peraturan Menteri Perhubungan nomor : PM
55 Tahun 2015 tentang Peraturan Keselamatan Penerbangan Sipil (PKPS) Bagian 139 (Civil Aviation
Safety Regulation/CASR Part 139) tentang Bandar Udara (Aerodrome) serta Peraturan Direktur Jenderal
Perhubungan Udara nomor : SKEP/100/VI/2010 tentang Petunjuk dan Tata Cara Peraturan
Keselamatan Penerbangan Sipil Bagian 139-06, Prosedur Pembangunan dan Pengoperasian Tempat
Pendaratan dan Lepas Landas Helikopter (Advisory Circular CASR 139-06, The Procedure to Build and
Operate Heliport).
Buku Pedoman Pengoperasian Tempat Pendaratan dan Lepas Landas Helikopter (Heliport Manual)
pada Heliport (NAMA HELIPORT) ini merupakan dokumen yang terdiri dari data dan informasi
operasional, prosedur pengoperasian dan perawatan fasilitas beserta personil terkait
pengoperasian/perawatan Heliport (NAMA HELIPORT) termasuk semua perubahannya sesuai peraturan
dan ketentuan yang berlaku.
Penyelenggara Heliport (NAMA HELIPORT) harus melakukan perubahan/pembaharuan (updating)
terhadap Buku Pedoman Pengoperasian untuk menjaga agar data dan informasi serta panduan
operasional yang disediakan tetap akurat sesuai Persyaratan Standard Teknis dan Operasional Heliport
(Manual of Standard / MOS Bagian 139 Volume II).
Direktorat Jenderal Perhubungan Udara berwenang melakukan pengawasan keselamatan terhadap
pemenuhan persyaratan standar teknis dan operasional tempat pendaratan dan lepas landas helikopter,
sebagaimana tercantum dalam Peraturan Menteri Perhubungan Nomor : PM 55 tahun 2015 tentang
Peraturan Keselamatan Penerbangan Sipil (PKPS) Bagian 139 (Civil Aviation Safety Regulation/CASR
Part 139) tentang Bandar Udara (Aerodrome) dan Peraturan Direktur Jenderal Perhubungan Udara
Nomor : KP 580 Tahun 2015 tentang tentang Petunjuk Teknis Peraturan Keselamatan Penerbangan
Sipil Bagian 139-01, Sertifikasi Dan Registrasi Serta Pengawasan Keselamatan Operasi Bandar
Udara (Staff Instruction 139-01).

Jakarta, XXXXXX

a.n DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA


DIREKTUR BANDAR UDARA

XXXXXXXXX
Pangkat / Gol
NIP. Xxxxxxxxxx
Formulir VId. : Format penerimaan (acceptance)
Water Aerodrome Manual

PENERIMAAN (ACCEPTANCE)
BUKU PEDOMAN PENGOPERASIAN BANDAR UDARA PERAIRAN
(WATER AERODROME MANUAL)

(NAMA BANDAR UDARA PERAIRAN)


Nomor : ..../WAM-DBU/…./TAHUN

Buku Pedoman Pengoperasian Bandar Udara Perairan (Water Aerodrome Manual) pada
Bandar Udara Perairan (NAMA BANDAR UDARA PERAIRAN) ini mengacu pada Undang-
Undang Republik Indonesia Nomor 1 tahun 2009 tentang Penerbangan dan Peraturan
Menteri Perhubungan Nomor PM 55 tahun 2009 tentang Peraturan Keselamatan
Penerbangan Sipil (PKPS) Bagian 139 Bandar Udara (Civil Aviation Safety Regulation/CASR
Part 139 Aerodrome).

Pedoman Pengoperasian Bandar Udara Perairan (Water Aerodrome Manual) pada Bandar
Udara Perairan (NAMA BANDAR UDARA PERAIRAN) ini merupakan dokumen yang terdiri
dari data dan informasi operasional, prosedur pengoperasian dan perawatan fasilitas,
informasi personel terkait pengoperasian dan perawatan, serta organisasi dan manajemen
penyelenggaraan Bandar Udara Perairan (NAMA BANDAR UDARA PERAIRAN) termasuk
semua perubahannya sesuai peraturan dan ketentuan yang berlaku.

Penyelenggara Bandar Udara Perairan (NAMA BANDAR UDARA PERAIRAN) harus


melakukan perubahan terhadap Pedoman Pengoperasian untuk menjaga agar informasi dan
panduan operasional yang disediakan tetap akurat sesuai Persyaratan Standard Teknis dan
Operasional Bandar Udara Perairan.
Direktorat Jenderal Perhubungan Udara berwenang melakukan pengawasan keselamatan
terhadap pemenuhan persyaratan standar teknis dan operasional Bandar Udara,
sebagaimana tercantum dalam Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM 55 tahun 2015
tentang Peraturan Keselamatan Penerbangan Sipil (PKPS) Bagian 139 Bandar Udara (Civil
Aviation Safety Regulation/CASR Part 139 Aerodrome) dan Peraturan Direktur Jenderal
Perhubungan Udara Nomor : KP 580 Tahun 2015 tentang Petunjuk Teknis Peraturan
Keselamatan Penerbangan Sipil Bagian 139-01, Sertifikasi Dan Registrasi Serta
Pengawasan Keselamatan Operasi Bandar Udara (Staff Instruction 139-01).)

Jakarta, XXXXXX

a.n DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA


DIREKTUR BANDAR UDARA

XXXXXXXXX
Pangkat / Gol
NIP. Xxxxxxxxxx

Anda mungkin juga menyukai