Anda di halaman 1dari 2

BAB III

PEMBAHASAN

Dari hasil pengkajian yang dilakukan terhadap An.M.M, didapatkan bahwa pasien
mengalami nyeri perut bagian bawah post apendiktomi perforasi. Tindakan apendiktomi
dilakukan karena adanyanya penyakit apendiksitis yang disebabkan oleh infeksi bakteri.
Adapun factor yang menyebabkan apendiksitis itu sendiri adalah terjadinya sumbatan lumen
appendiks, cacing askaris yang dapat menimbulkan sumbatan, erosi mukosa appendiks
karena adanya parasit seperti E.histolitica, kebiasaan makan makanan yang rendah serat
sehingga dapat menimbulkan konstipasi yang dapat mempengaruhi terhadap timbulnya
appendiksitis. Adapun tanda dan gejala dari apendiksitis itu sendri menurut Bayar ( 2018 )
adalah: timbul rasa nyeri,mual ,muntah, demam,diare, konstipasi, leukosit akan meningkat.
Sedangkan tanda dan gejala pada appendiksitis perforasi adalah nyeri yang terus menerus dan
semakin memberat, mual dan muntah sampai keluar lensir,anoreksia, konstipasi, tidak ada
flatus, bising ususnya meningkat,demam dan suhu badan meningkat, serta terjadi spasma
abdominal semakin parah.
Dilihat dari tanda dan gejala yang ada, maka salah satu penatalaksanaan dan tindakan medis
yang dilakukan adalah appendiktomi yang merupakan tindakan pembedahan untuk
mengangkat appendik yang dilakukan untuk menurun perforasi. Tindakan apediktomi yang
dilakukaan pada An.M.M adalah tindakan apendiktomi secara terbuka atau laparoskopi
dimana dilakukan insis McBurnney yang dilakukan oleh dokter spesialis bedah. Adapun
tanda dan gejala yang dialami oleh An. MM setelah dilakukan tindakan operasi adalah
terdapat luka oprasi pada perut bagian bawah, rasa nyeri pada luka operasi, mual muntah,
kembung,dan tidak flatus.
Dari hasil pengkajian dan analisa data, diagnosa keperawatan yang dapat ditegakkan
pada AN. M.M adalah :
1. Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera fisik akibat akibat prosedur operasi
apendiktomi
2. Disfungsi mobilitas gastrointestinal berhubungan dengan pembedahan perforasi usus
buntu.
3. Resiko infeksi berhubungan dengan factor resiko tindakan invasif
4. Defisit pengetahuan berhubungan dengan kurang terpapar informasi
Dari diagnosa diatas, yang diangkat sebagai diagnosa utama adalah Nyeri akut
berhubungan dengan agen cedera fisik akibat prosedur operasi.
Nyeri akut ditegakan sebagai prioritas diagnosa utama karena terjadi cedera fisik
akibat prosedur operasi apendiktomi. Dari tindakan ini dapat memberikan rasa nyeri, dimana
rasa nyeri ini memberikan pengalaman sesorik atau emosional yang berkaitan dengan
kerusakan jaringan actual atau fungsional, dengan onsel mendadak atau lambat dan
berinteraksi ringan hingga berat.
Pengambilan diagnosa nyeri akut, menurut asumsi saya, dikarenakan jika masalah ini teratasi,
maka masalah-masalah lain dapat diatasi.
Intervensi keperawatan mandiri dan kolaborasi yang dilakukan untuk mengatasi
masalah nyeri akut adalah memberikan teknik nonfarmakologi yaitu teknik relaksasi napas
dalam, dimana dengan ternik ini bisa membantu mengurangi rasa nyeri dan mengalihkan
pikiran An.MM dari rasa nyeri yang dialami, sedangkan intervensi kolaborasinya yaitu
dengan memberikan obat analgetik paracetamol 3 x 600 mg untuk menghilang atau
mengurangi rasa nyeri.
Pemberian teknik relaksasi napas dalam dan pemberian analgetik dikatakan efektif
karena dalam evaluasi hari ke tiga didapatkan hasil : keluhan nyeri menurun dari skala nyeri
6 menjadi, skala nyeri 4, nyeri sesekali dirasakan yaitu saat berjalan, bergerak dan ditekan,
klien sudah berjalan tanpa mengeluh adanya rasa nyeri yang berat, wajah An.MM tampak
rileks, tekanan darah 122 / 62 MmHg, nadi: 92 x/menit, dan RR: 26 x/menit. Klien juga
mengatakan nyeri dapat ditoleran dengan menarik napas dalam.

Anda mungkin juga menyukai