Anda di halaman 1dari 13

1

Konsep Dasar Osteoporosis


A. DefinisiOsteoporosis
Osteoporosis berasal dari kata osteo dan porous, osteo artinya tulang, dan
porous berarti berlubang-lubang atau keropos. Jadi, osteoporosis adalah tulang
yang keropos, yaitu penyakit yang mempunyai sifat khas berupa massa tulangnya
rendah atau berkurang, disertai gangguan mikro-arsitek turtulang dan penurunan
kualitas jaringan tulang yang dapat menimbulkan kerapuhan tulang (Tandra, 2016).
Osteoporosis adalah penyakit tulang sisitemik yang ditandai oleh
penurunan mikroarsitektur tulang sehingga tulang menjadi rapuh dan mudah patah.
Pada tahun 2001, National Institute of Health (NIH) mengajukan definisi baru
osteoporosis sebagai penyakit tulang sistemik yang ditandai oleh compromised
bone strength sehingga tulang mudah patah (Sudoyo, 2016 ).
B. EtiologiOsteoporosis
1. Determinan MassaTulang
a. Faktorgenetik
Perbedaan genetik mempunyai pengaruh terhadap derajat kepadatan tulang.
Beberapa orang mempunyai tulang yang cukup besar dan yang lain kecil. Sebagai
contoh, orang kulit hitam pada umumnya mempunyai struktur tulang lebih
kuat/berat dari pacia bangsa Kaukasia. Jacii seseorang yang mempunyai tulang
kuat (terutama kulit Hitam Amerika), relatif imun terhadap fraktur karena
osteoporosis.
b. Faktormekanis
Beban mekanis berpengaruh terhadap massa tulang di samping faktor genetk.
Bertambahnya beban akan menambah massa tulang dan berkurangnya beban akan
mengakibatkan berkurangnya massa tulang. Kedua hal tersebut menunjukkan respons
terhadap kerja mekanik Beban mekanik yang berat akan mengakibatkan massa otot
besar dan juga massa tulang yang besar. Sebagai contoh adalah pemain tenis atau
pengayuh becak, akan dijumpai adanya hipertrofi baik pada otot maupun tulangnya
terutama pada lengan atau tungkainya, sebaliknya atrofi baik pada otot maupun
tulangnya akan dijumpai pada pasien yang harus istrahat di tempat tidur dalam waktu
yang lama, poliomielitis atau pada penerbangan luar angkasa. Walaupun demikian
belum diketahui dengan pasti berapa besar beban mekanis yang diperlukan dan berapa
lama untuk meningkatkan massa tulang di sampihg faktorgenetik.
c. Faktor makanan danhormone
Pada seseorang dengan pertumbuhan hormon dengan nutrisi yang cukup
(protein dan mineral), pertumbuhan tulang akan mencapai maksimal sesuai dengan
pengaruh genetik yang bersangkutan. Pemberian makanan yang berlebih (misainya
kalsium) di atas kebutuhan maksimal selama masa pertumbuhan, disangsikan
dapat menghasilkan massa tulang yang melebihi kemampuan pertumbuhan tulang
2
yang bersangkutan sesuai dengan kemampuangenetiknya.
2. Determinan penurunan MassaTulang
a. Faktor genetik
Pada seseorang dengan tulang yang kecil akan lebih mudah mendapat
risiko fraktur dari pada seseorang dengan tulang yang besar. Sampai saat ini tidak
ada ukuran universal yang dapat dipakai sebagai ukuran tulang normal. Setiap
individu mempunyai ketentuan normal sesuai dengan sitat genetiknya serta beban
mekanis den besar badannya. Apabila individu dengan tulang yang besar,
kemudian terjadi proses penurunan massa tulang (osteoporosis) sehubungan
dengan lanjutnya usia, maka individu tersebut relatif masih mempunyai tulang
lebih banyak dari pada individu yang mempunyai tulang kecil pada usia yangsama.
b. Faktor mekanis
Faktor mekanis mungkin merupakan yang terpenting dalarn proses
penurunan massa tulang schubungan dengan lanjutnya usia. Walaupun demikian
telah terbukti bahwa ada interaksi panting antara faktor mekanis dengan faktor
nutrisi hormonal. Pada umumnya aktivitas fisis akan menurun dengan
bertambahnya usia; dan karena massa tulang merupakan fungsi beban mekanis,
massa tulang tersebut pasti akan menurun dengan bertambahnya usia.
c. Kalsium
Faktor makanan ternyata memegang peranan penting dalam proses
penurunan massa tulang sehubungan dengan bertambahnya usia, terutama pada
wanita post menopause. Kalsium, merupakan nutrisi yang sangat penting. Wanita-
wanita pada masa peri menopause, dengan masukan kalsiumnya rendah dan
absorbsinya tidak bak, akan mengakibatkan keseimbangan kalsiumnya menjadi
negatif, sedang mereka yang masukan kalsiumnya baik dan absorbsinya juga baik,
menunjukkan keseimbangan kalsium positif. Dari keadaan ini jelas, bahwa pada
wanita masa menopause ada hubungan yang erat antara masukan kalsium dengan
keseimbangan kalsium dalam tubuhnya. Pada wanita dalam masa menopause
keseimbangan kalsiumnya akan terganggu akibat masukan serta absorbsinya
kurang serta eksresi melalui urin yang bertambah. Hasil akhir
kekurangan/kehilangan estrogen pada masa menopause adalah pergeseran
keseimbangan kalsium yang negatif, sejumiah 25 mg kalsiumsehari.
d. Protein
Protein juga merupakan faktor yang penting dalam mempengaruhi penurunan
massa tulang. Makanan yang kaya protein akan mengakibatkan ekskresi asam
amino yang mengandung sulfat melalui urin, hal ini akan meningkatkan ekskresi
kalsium. Pada umumnya protein tidak dimakan secara tersendiri, tetapi bersama
makanan lain. Apabila makanan tersebut mengandung fosfor, maka fosfor tersebut
akan mengurangi ekskresi kalsium melalui urin. Sayangnya fosfor tersebut akan
3
mengubah pengeluaran kalsium melalui tinja. Hasil akhir dari makanan yang
mengandung protein berlebihan akan mengakibatkan kecenderungan untuk terjadi
keseimbangan kalsium yang negative.
e. Estrogen
Berkurangnya/hilangnya estrogen dari dalam tubuh akan mengakibatkan
terjadinya gangguan keseimbangan kalsium. Hal ini disebabkan oleh karena
menurunnya eflsiensi absorbsi kalsium dari makanan dan juga menurunnya
konservasi kalsium di ginjal.
f. Rokok dankopi
Merokok dan minum kopi dalam jumlah banyak cenderung akan
mengakibatkan penurunan massa tulang, lebih-lebih bila disertai masukan kalsium
yang rendah. Mekanisme pengaruh merokok terhadap penurunan massa tulang
tidak diketahui, akan tetapi kafein dapat memperbanyak ekskresi kalsium melalui
urin maupuntinja.
g. Alkohol
Alkoholisme akhir-akhir ini merupakan masalah yang sering ditemukan. Individu
dengan alkoholisme mempunyai kecenderungan masukan kalsium rendah, disertai
dengan ekskresi lewat urin yang meningkat. Mekanisme yang jelas belum
diketahui denganpasti.

C. Klasifikasi Osteoporosis

Osteoporosis dibagi 2 kelompok, yaitu :


1. Osteoporosis primer yang terjadi bukan sebagai akibat penyakit yang lain,yang
dibedakan lagi atas:

a. Osteoporosis tipe I (pasca menopouse), yang kehilangan tulang terutama


dibagian trabekula.

b. Osteoporosis tipe II (senilis), terutama kehilangan Massa tulang daerah


Korteks.

c. Osteoporosis idiopatik yang terjadi pada usia muda dengan penyebab yang
tidakdiketahui

2. Osteoporosis sekunder, yang terjadi pada/akibat penyakit lain, antara lain


hiperparatiroid, gagal jantung kronis, arthritis rematoid danlain-lain.

D. Manifestasi Klinis Osteoporosis


Osteoporosis dimanifestasikan dengan :
a. Nyeri dengan atau tanpa fraktur yang nyata.
b. Nyeri timbulmendadak.
c. Sakit hebat dan terlokalisasi pada vertebra yang terserang.
d. Nyeri berkurang pada saat istirahat di tempat tidur.
4
e. Nyeri ringan pada saat bangun tidur dan akan bertambah jika melakukan aktivitas.
f. Deformitas vertebra thorakalis (Penurunan tinggibadan)

E. Patofisiologi Osteoporosis

Setelah menopause, kadar hormon estrogen semakin menipis dan kemudian tidak
diproduksi lagi. Akibatnya, osteoblas pun makin sedikit diproduksi. Terjadilah
ketidakseimbangan antara pembentukan tulang dan kerusakan tulang. Osteoklas menjadi
lebih dominan, kerusakan tulang tidak lagi bisa diimbangi dengan pembentukan tulang.
Untuk diketahui, osteoklas merusak tulang selama 3 minggu, sedangkan pembentukan
tulang
membutuhkan waktu 3 bulan. Dengan demikian, seiring bertambahnya usia,
tulang-tulang semakin keropos (dimulai saat memasuki menopause) dan
mudah diserang penyakit osteoporosis.
Proses Osteoporosis sendiri di akibatkan faktor faktor berikut yaitu
Genetik, gaya hidup, alcohol, penurunan produksi hormon akibatnya
produksi osteoblas semakin sedikit maka terjadi ketidakseimbangan antara
pembentukan tulang dan kerusakan tulang hal ini menyebabkan osteoklas
menjadi lebih dominan dan tidak lagi bisa diimbangi dengan kerusakan
tulang mengakibatkan penurunan masa tulang Apabila kerusakan tulang
sendi lebih cepat dari kemampuannya untuk memperbaiki diri, maka terjadi
penipisan dan kehilangan pelumas sehingga kedua tulang akan bersentuhan.
Inilah yang menyebabkan rasa nyeri pada sendi. Setelah terjadi kerusakan
sendi maka tulang juga ikut berubah.
14
F. Komplikasi Osteoporosis

Osteoporosis mengakibatkan tulang secara progresif menjadi panas, rapuh


dan mudah patah. Osteoporosis sering mengakibatkan fraktur. Bisa terjadi
fraktur kompresi vertebra torakalis dan lumbalis, fraktur daerah kolum femoris
dan daerah trokhanter, dan frakturcolles pada pergelangan tangan.
G. Pemeriksaan Penunjang Osteoporosis
1. Pemeriksaan radiologik
Dilakukan untuk menilai densitas massa tulang sangat tidak sensitif.
Gambaran radiologik yang khas pada osteoporosis adalah penipisan
korteks dan daerah trabekuler yang lebih lusen.Hal ini akan tampak pada
tulang-tulang vertebra yang memberikan gambaran picture-framevertebra.
2. Pemeriksaan densitas massa tulang(Densitometri)
Densitometri tulang merupakan pemeriksaan yang akurat dan untuk
menilai densitas massa tulang, seseorang dikatakan menderita osteoporosis
apabila nilai BMD ( Bone Mineral Density ) berada dibawah -2,5 dan
dikatakan mengalami osteopenia (mulai menurunnya kepadatan tulang)
bila nilai BMD berada antara -2,5 dan -1 dan normal apabila nilai BMD
berada diatas nilai-1.
Beberapa metode yang digunakan untuk menilai densitas massa tulang:
a. Single-Photon Absortiometry(SPA)

Pada SPA digunakan unsur radioisotop I yang mempunyai energi


photon rendah guna menghasilkan berkas radiasi kolimasi tinggi. SPA
digunakan hanya untuk bagian tulang yang mempunyai jaringan lunak
yang tidak tebal seperti distal radius dan kalkaneus.

b Dual-Photon Absorptiometry(DPA)

Metode ini mempunyai cara yang sama dengan SPA. Perbedaannya


berupa sumber energi yang mempunyai photon dengan 2 tingkat energi
yang berbeda guna mengatasi tulang dan jaringan lunak yang cukup tebal
sehingga dapat dipakai untuk evaluasi bagian-bagian tubuh dan tulang
yang mempunyai struktur geometri komplek seperti pada daerah leher
femur danvetrebrata.

c. Quantitative Computer Tomography(QCT)

Merupakan densitometri yang paling ideal karena mengukur densitas


tulang secara volimetrik.
15
3. Sonoden sitometri
Sebuah metode yang digunakan untuk menilai densitas perifer
dengan menggunakan gelombang suara dan tanpa adanya resiko radiasi.
4. Magnetic Resonance Imaging(MRI)
MRI dalam menilai densitas tulang trabekula melalui dua langkah
yaitu pertama T2 sumsum tulang dapat digunakan untuk menilai densitas
serta kualitas jaringan tulang trabekula dan yang kedua untuk menilai
arsitektur trabekula.
5. Biopsi tulang danHistomorfometri
Merupakan pemeriksaan yang sangat penting untuk memeriksa kelainan
metabolisme tulang.
6. Radiologis
Gejala radiologis yang khas adalah densitas atau masa tulang yang
menurun yang dapat dilihat pada vertebra spinalis. Dinding dekat korpus
vertebra biasanya merupakan lokasi yang paling berat. Penipisa korteks
dan hilangnya trabekula transfersal merupakan kelainan yang sering
ditemukan. Lemahnya korpus vertebra menyebabkan penonjolan yang
menggelembung dari nukleus pulposus ke dalam ruang intervertebral dan
menyebabkan deformitasbikonkaf.
7. CT-Scan
CT-Scan dapat mengukur densitas tulang secara kuantitatif yang
mempunyai nilai penting dalam diagnostik dan terapi follow up. Mineral
vertebra diatas 110 mg/cm3baisanya tidak menimbulkan fraktur vetebra
atau penonjolan, sedangkan mineral vertebra dibawah 65 mg/cm3 ada pada
hampir semua klien yang mengalami fraktur.
8. Pemeriksaan Laboratorium
a. Kadar Ca, P, Fosfatase alkali tidak menunjukkan kelainan yangnyata.
b Kadar HPT (pada pascamenoupouse kadar HPT meningkat) dan Ct
(terapi ekstrogen merangsang pembentukkanCt)
c. Kadar 1,25-(OH)2-D3 absorbsi Camenurun.
d. Eksresi fosfat dan hidroksipolin terganggu sehingga meningkat
kadarnya.
H. Penatalaksanaan Osteoporosis
1 Pengobatan:
a. Meningkatkan pembentukan tulang, obat-obatan yg dapat meningkatkan pembentukan
tulang adalah Na-fluorida dan steroidanabolic
b. Menghambat resobsi tulang, obat-obatan yang dapat mengahambat resorbsi tulang adalah
kalsium, kalsitonin, estrogen dandifosfonat.
2. Penatalaksanaan keperawatan:

1) Membantu klien mengatasinyeri.

2) Membantu klien dalammobilitas.

3) Memberikan informasi tentang penyakit yang diderita kepadaklien.

4) Memfasilitasikan klien dalam beraktivitas agar tidak terjadicedera.


2.1.2.1 Pencegahan

Pencegahan sebaiknya dilakukan pada usia


pertumbuhan/dewasa muda, hal ini bertujuan:
2.1.8.2.1 Mencapai massa tulang dewasa Proses konsolidasi) yangoptimal
2.1.8.2.2 Mengatur makanan dan life style yg menjadi seseorang tetap bugar
seperti:

1) Diet mengandung tinggi kalsium (1000 mg/hari)

2) Latihan teratur setiaphari

3) Hindari:

 Makanan tinggiprotein

 Minumalkohol

 Merokok

 Minumkopi

 Minum antasida yang mengandung aluminium


2.3 Konsep AsuhanKeperawatan
2.4.1 Pengkajian
Pengkajian adalah pemikiran dasar dari proses keperawatan yang
bertujuan untuk mengumpulkan informasi atau data tentang pasien, agar
dapat mengidentifikasi, mengenali masalah-masalah, kebutuhan kesehatan
dan keperawatan pasien (Istianah, 2017).
2.4.1.1 Pengumpulandata
1) Biodata
Meliputi nama, umur, jenis kelamin, agama, pekerjaan, pendidikan,
alamat.
2) Riwayatkeperawatan
Adanya perasaan tidak nyaman, antara lain nyeri, kekakuan pada tangan
atau kaki dalam beberapa periode / waktu sebelum klien mengetahui
dan merasakan adanya perubahan sendi.
3) PemeriksaanFisik
Inspeksi persendian untuk masing-masing sisi, amati adanya kemerahan,
pembengkakan, teraba hangat, dan perubahan bentuk (deformitas).
1) Lakukan pengukuran rentang gerak pasif padasendi.
Catat jika terjadi keterbatasan gerak sendi, krepitasi dan jika
terjadinyeri saat sendidigerakkan.
2) Ukur kekuatan otot
3) Kaji skala nyeri dan kapan nyeriterjadi.
4) Riwayatpsikososial
Penderita mungkin merasa khawatir mengalami deformitas pada sendi-
sendinya. Ia juga merasakan adanya kelemahan-kelemahan pada
fungsi tubuh dan perubahan pada kegiatan sehari-hari.
5) Aktivitas/Istirahat
Nyeri sendi karena pergerakkan, nyeri tekan, kekakuan sendi pada pagi
hari. Keterbatasan fungsional yang berpengaruh pada gaya hidup,
aktivitas istirahat, dan pekerjaan. Gejala lain adalah keletihan dan
kelelahan yang hebat.
6) Kardiovaskuler
Fenomena Raynaud jari tangan/ kaki ( mis: pucat intermitten, sianosis,
kemudian kemerahan pada jari sebelum warna kembali normal).
7) IntegritasEgo
Faktor stres akut/kronis, misalnya finansial, pekerjaan,
ketidakmampuan,keputusasaan dan ketidakberdayaan. Ancaman
konsep diri, citra diri, perubahan bentuk badan
8) Makanan /cairan
Ketidakmampuan untuk mengonsumsi makan/cairan yang adekuat. Dan
menganjurkan makanan yang mengandung vit K,E dan C.
9) Higiene
Berbagai kesulitan untuk melaksanakan aktivitas perawatan pribadi secara
mandiri. Ketergantungan pada orang lain.
10) Neurosensori
Kebas/ kesemutan pada tangan dan kaki, hilangnya sensasi pada jari
tangan, pembengkakan sendi simetris.
11) Nyeri/kenyamanan
Fase akut dari nyeri (disertai / tidak disertai pembekakan jaringan lunak
pada sendi. Rasa nyeri akut dan kekakuan pada pagi hari.
12) Keamanan
Kulit mengilat, tegang. Kesulitan dalam menangani tugas/pemeliharaan
rumah tangga,kekeringan pada mata dan membran mukosa.
13) Interaksisosial
Kerusakan interaksi dengan keluarga/orang lain ,perubahan peran.
2.4.1.2 AnalisaData
Analisa data merupakan kemampuan kognitif dalam
pengembangan daya berfikir dan penalaran yang dipengaruhi oleh latar
belakang ilmu dan pengetahuan, pengalaman, dan pengertian keperawatan.
Dalam melakukan analisis data, diperlukan kemampuan mengaitkan data
dan menghubungkan data tersebut dengan konsep, teori dan prinsip yang
relevan untuk membuat kesimpulan dalam menentukan masalah kesehatan
dan keperawatanklien.
2.4.2 DiagnosaKeperawatan
Menurut SDKI (2017) diagnosa keperawatan yang muncul pada klien
Osteoporosis adalah :
1) Nyeri akut berhubungan dengan Agen Pencederafisiologi
Definisi : Pengalaman sensorik atau emosional yang berkaitan dengan
kerusakan jaringan aktual atau fungsional, dengan onset mendadak atau
lambat dan berintensitas ringan hingga berat dan konstan, yang
berlangsung kurang dari 3bulan.
a. Gejala dan tanda mayor :
1) Subjektif:
a) Mengeluhnyeri
2) Objektif:
a) Tampakmeringis
b) Gelisah
c) Sulittidur.
b. Gejala dan tanda minor:
1) Subj
ektif
:
(tida
kter
sedi
a)
2) Objektif:
a) Pola Napasberubah
b) Nafsu makanberubah
c) Berfokus pada diri sendiri

Anda mungkin juga menyukai