Anda di halaman 1dari 24

PROJECT BASE LEARNING MASASE

PADA BAYI KURANG BULAN


Dosen Praktek:
Sari Meliana, AMd.Keb

Eliza Ayunda Putri


302017030
Kelas E
Course : Masase Bayi

Kredensial Mikro Mahasiswa Indonesia


2021
BAB I
PENDAHULUAN

A. LatarBelakang

Umumnya semua manusia melewati masa tumbuh dan berkembang, dari bayi
menjadi anak, dari anak-anak menjadi remaja, dan dari remaja menjadi
orang dewasa. Masa tumbuh dan berkembang sangat diperlukan terutama
pada bayi. Bayi Baru lahir (BBL) merupakan anak dari manusia yang masih
berusia sangat muda yang lahir dalam presentasi belakang kepala melalui
vagina tanpa memakai alat, pada usia kehamilan genap 37 minggu sampai
dengan 42 minggu, dengan berat badan 2.500-4.000 gram, nilai APGAR
skore >7 tanpa cacat bawaan (Rukiyah, 2012). Bayi lahir normal merupakan
bayi yang lahir cukup bulan, 38-42 minggu dengan berat badan ssekitar
2.500-4.000 gram dan panjang badan sekitar 50-55 cm (Sondakh, 2013).
Bayi merupakan individu yang lemah dan memerlukan proses
adaptasi. Setiap bayi harus dapat melalui proses adaptasi fisiologis yang
terdiri dari kardiovaskuler, sistem pernafasan, sistem hematopoiesis,
metabolisme, suhu tubuh, sistem traktus digestivus, kelenjar endokrin,
sistem imunoglobulin, metabolisme glukosa, sistem integumen dan
reproduksi. Bayi harus dapat melakukan 4 penyesuaian agar tetap bertahan
hidup yaitu penyesuaian perubahan suhu, menghisap dan menelan,
bernapas dan pembuangan kotoran. Kesulitan penyesuaian atau adaptasi
fisiologis dapat menyebabkan bayi mengalami penurunan Berat Badan
(BB), keterlambatan perkembangan bahkan bisa sampai meninggal dunia
(Mansur, 2009). Kondisi umum bayi neonatus yang dapat diklasifikasikan
menurut berat lahir dan masa gestasi antara lain, bayi berat lahir rendah
(bila berat lahir <2500 gram), berat lahir cukup (bila berat lahir 2500-4000
gram), berat lahir lebih (bila berat lahir 4000 gram atau lebih), (Wahyuni,
2012).
Data World Health Organization (WHO) pada 2013, menunjukkan
bahwa jumlah bayi usia 1-6 bulan yang mengalami BB kurang dari 4000-
7000 gram mencapai 99 juta anak (17%). Sementara menurut data
Penilaian Status Gizi (2015), jumlah balita yang mengalami BB kurang di
Indonesia mencapai 18,8%, terdiri dari 3,9% gizi buruk dan 14,9% gizi
kurang. Masalah BB kurang menjadi masalah yang serius. Prevalensi
menurut Riskesdas (2013) yang menunjukkan bayi usia 1-6 bulan yang
memiliki BB kurang dari 7000 gram pada masyarakat Indonesia yang
cenderung naik dari 18,4 pada 2007 menjadi 19,6 pada 2013. Data
penilaian status gizi di tahun 2015 pun menunjukkan angka 18,8 yang
terdiri dari 3,9 gizi buruk dan 14,9% gizi kurang. Bayi dengan Berat
Badan Lahir Rendah (BBLR) merupakan salah satu faktor risiko kematian
bayi.
BB bayi yang meningkat mengindikasikan status gizi yang cukup dan
baik. Status gizi yang baik dapat dicapai bila tubuh memperoleh cukup zat-
zat bergizi yang adekuat, sehingga memungkinkan terjadinya pertumbuhan
fisik (Depkes, 2008). Dengan zat gizi yang adekuat dapat memperlancar
proses pertumbuhan yang seimbang untuk pengangkutan oksigen dan
nutrisi agar sel-sel dapat tumbuh untuk menjalankan fungsinya dengan
normal.
Kenaikan BB bayi tahun pertama kehidupan apabila bayi mendapat
gizi yang baik yaitu dari bayi baru lahir sampai uisa 6 bulanpertama
pertambahan BB setiap minggu 140-200 gram. BB bayi menjadi 2 kali
lipat berat badan lahir pada akhir 6 bulan pertama. Sedangkan pada umur
6-12 bulan pertambahan BB setiap minggu berkisar antara 85-400 gram.
BB bayi akan meningkat sebesar 3 kali BB lahir pada akhir tahun
pertama(Hidayat, 2008). Jika asupan nutrisi bayi kurang maka akan
menyebabkan BB bayi menurun. Selain gizi dan nutrisi yang adekuat saat
umur 1-6 bulan bayi juga membutuhkan imunisasi dan kontrol kesehatan
rutin di Puskesmas atau Posyandu secara berkala untuk memantau
kesehatan anak. Permasalahan ini perlu adanya upaya untuk meningkatkan
BB pada bayiusia 1-6 bulan, salah satunya dengan cara terapi
nonfarmakologis.Terapi nonfarmakologis yang dapat diberikan untuk
menambahBB bayi antara lain pijat bayi, perawatan metode kanguru pada
BBLR, pemberian ASI eksklusif pada bayi usia 0-6 bulan, dan infant
exercisepada bayi. Salah satu cara terapi nonfarmakologis yang dapat
diperkenalkan dan aman bagi bayi adalah pijat bayi. Pijat bayi adalah
bagian dariterapi sentuhan yang dilakukan pada bayi sehingga dapat
memberikan jaminan adanya kontak tubuh berkelanjutan, mempertahankan
perasaan aman pada
bayi dan mempererat tali kasih orang tua dengan bayi (Roesli, 2008).
Pijat bayi merupakan salah satu terapi sentuhan yang bisa memenuhi
tiga kebutuhan pokok, pertama yaitu, kebutuhan fisik-biomedis (asuh)
meliputi kebutuhan pangan dan gizi. Kedua adalah kebutuhan emosi-
kasihsayang (asih) dapat berupa hubungan yang erat, mesra dan selaras
antara ibu dan anak yang merupakan syarat mutlak untuk menjamin
tumbuh kembang anak baik fisik, mental maupun psikososial. Yang ketiga
yaitu, kebutuhan stimulasi mental (asah) untuk merangsang semua sistem
kerja motorik dan sensorik, karena dalam praktiknya pijat bayi ini
mengandung banyak unsur kesehatan yaitu berupa kasih sayang, suara atau
bicara, kontak mata, gerakan dan pijatan (Prihatiningtyas, 2013).
Pijat bayi merupakan salah satu jenis stimulasi atau sentuhan yang
akan merangsang perkembangan struktur maupun fungsional dari kerja
sel-sel dalam otak. Seorang anak yang mendapatkan stimulasi yang terarah
dan teratur akan lebih cepat berkembang dibandingkan dengan anak lain
yang kurang atau tidak mendapatkan stimulasi. Pijat bayi pada umumnya
memiliki manfaat yaitu untuk membantu sistem kekebalan tubuh bayi,
meningkatkan proses pertumbuhan bayi (berat badan dan tinggi badan),
peningkatan produksi ASI, membantu melatih relaksasi, membuat tidur
lebih lelap, serta membantu pengaturan sistem pencernaan dan pernapasan.
Pijat bayi dapat dilakukan pada pagi hari dan malam hari. Pijat bayi dapat
dilakukan dua kali atau tiga kali dalam seminggu selama 2 minggu kurang
lebih 20 menit dan dilakukan saat bayi sedang dalam keadaan terjaga
dengan baik (Sugiharti, 2016).
Pijat bayi yang dilakukan secara rutin bisa merangsang kerja saraf
vagus atau reflek menelan dan mengunyah. Saraf vagus berfungsi dalam
meningkatkan daya peristaltik sehingga akan menstimulasi dan membantu
kesehatan saluran pencernaan bayi. Pijatan bayi ini dapat merangsang
peningkatan kadar enzim penyerapan gasrtin dan insulin, sehingga
meningkatkan nafsu makan dan pola makan pada bayi. Itulah sebabnya
mengapa berat badan bayi yang dipijat bertambah lebih banyak
dibandingkan yang tidak dapat dipijat (Dewi, 2011).
Hal ini telah dibuktikan melalui penelitian yang telah dilakukan oleh
Kristanto (2008) melalui jurnal yang berjudul “Pengaruh Terapi Pijat
Terhadap Peningkatan Berat Badan Bayi” kepada 20 bayi yaitu dimana
pemijatan bayi dilakukan selama 2 minggu didapatkan peningkatan yang
signifikan pada panjang badan bayi dan juga terjadi peningkatan yang
signifikan pada pertambahan berat badan. Kristanto telah menyimpulkan
peningkatan berat badan disebabkan oleh perangsangan nervus vagus yang
kemudian meningkatkan kadar enzim penyerapan gastrin dan insulin.
Peningkatan BB sendiri mempunyai pengertian perubahan ukuran fisik
dengan meningkatnya BB bayi yang sesuai dengan tahapan usianya atau
meningkatnya berat tubuh dari ukuran semula.
B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian dan latar belakang di atas maka rumusan masalah


pada makalah ini adalah “Bagaimana Penerapan Pijat Bayi Terhadap
Peningkatan Berat Badan Bayi Sebelum dan Setelah Diberikan Pijat Bayi ?”

C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Untuk mendeskripsikan hasil penerapan pijat bayi terhadap
peningkatan BB bayi.
2. Tujuan Khusus
a. Mendeskripsikan hasil BB bayi sebelum penerapan pijat bayi

b. Mendeskripsikan hasil BB bayi usia 1-6 bulan sesudah penerapan


pijat bayi.

c. Mendeskripsikan perkembangan hasil BB bayi sebelum dan


sesudah penerapan pijat bayi.

D. Manfaat Penelitian
a. Bagi Responden
Memberikan terapi pijat bayi sebagai upaya untuk meningkatkan berat
badan pada bayi.
b. Bagi Masyarakat
Dapat digunakan sebagai promosi kesehatan bahwa pijat bayi dapat
digunakan untuk meningkatkan berat badan pada bayi.
c. Bagi Penulis
Melalui penelitian ini peneliti dapat menerapkan ilmu yang didapat
selama pendidikan dan memperoleh pengalaman dalam melaksanakan
aplikasi riset keperawatan, khususnya penelitian tentang penerapan
pijat bayi terhadap peningkatan berat badan bayi.
d. Bagi Puskesmas
Sebagai bahan masukan dan evaluasi yang diperlukan dalam
pelaksanaan praktek pelayanan keperawatan khususnya pada
keperawatan anak dengan pijat bayi.
BAB II

PENDAHULUAN
A. Pijat Bayi

Massage adalah terapi sentuh tertua dan yang paling populer


yang dikenal manusia. Massage meliputi seni perawatan kesehatan
dan pengobatan yang telah dipraktekkan sejak berabad–abad silam
(Andrews dalam Sulung dkk, 2015).
Pijat merupakan stimulasi taktil yang memberikan efek
biokimia dan efek fisiologi pada berbagai organ tubuh. Pijat yang
dilakukan secara benar dan teratur pada bayi diduga memiliki
berbagai keuntungan dalam proses tumbuh kembang bayi. Pijat
pada bayi oleh orangtua dapat meningkatkan hubungan emosional
antara orangtua dan bayi, juga diduga dapat meningkatkan berat
badan bayi (Yuliana dkk, 2013). Pijat adalah terapi sentuh tertua
yang dikenal manusia dan yang paling populer.
Pijat adalah seni perawatan kesehatan dan pengobatan yang
dipraktekkan sejak abad keabad silam. Bahkan, diperkirakan ilmu
ini telah dikenal sejak awal manusia diciptakan kedunia, mungkin
karena pijat berhubungan sangat erat dengan kehamilan dan proses
kelahiran manusia. Pengalaman pijat pertama yang dialami
manusia ialah pada waktu dilahirkan, yaitu pada waktu melalui
jalan lahir ibu (Cahyaningrum & Sulistyorini, 2014).

Pijat bayi bisa dilakukan oleh tenaga kesehatan yaitu


fisioterapi dan bidan yang telah mengikuti pelatihan dan orang tua
bayi yang telah mengetahui tentang cara pemijatan bayi, pijat bayi
paling bagus dikerjakan orang tua, karena bisa kapanpun saling
meningkatkan emosi.

Terapi sentuhan telah digunakan sejak zaman dahulu,


setidaknya sejak 1800 SM pijat merupakan bentuk utama
pengobatan sebelum munculnya era farmasi pada sekitar 1940.
Sentuhan khususnya yang mengandung unsur penekanan diketahui
memiliki berbagai efek positif seperti menurunkan kebutuhan
oksigen serta memberikan perasaan nyaman dan dicintai. Sebuah
metaanalisis Cochrane menemukan bukti-bukti sugestif bahwa
pijat bayi mampu meningkatkan interaksi dan pertalian bayi
dengan ibu, memperbaiki kualitas tidur, mengurangi tangisan bayi,
dan memiliki dampak menguntungkan terhadap hormon stres.
Namun disayangkan belum terdapat bukti yang cukup mendukung
dampak positif pijat terhadap pertumbuhan dan perkembangan
bayi(Ferius dkk, 2008).

Pemijatan pada bayi akan merangsang nervus vagus, dimana


saraf ini akan meningkatkan peristaltik usus sehingga
pengosongan lambung meningkat dengan demikian akan
merangsang nafsu makan bayi untuk makan lebih lahap dalam
jumlah yang cukup. Selain itu nervus vagus juga dapat memacu
produksi enzim pencernaan sehingga penyerapan makanan
maksimal. Disisi lain pijat juga dapat memperlancar peredaran
darah dan meningkatkan metabolisme sel, dari rangkaian tersebut
berat badan bayi akan meningkat (Hady, 2014 ).

Ibu adalah orang tua paling dekat dengan bayi, dimana pijatan
ibu kepada bayinya adalah sapuan lembut pengikat jalinan kasih
sayang. Kulit ibu adalah kulit yang paling awal dikenali oleh bayi.
Sentuhan dan pijatan yang diberikan ibu adalah bentuk
komunikasi yang dapat membangun kedekatan ibu dengan bayi
dengan menggabungkan kontak mata, senyuman, ekspresi wajah.
Jika stimulasi sering diberikan, maka hubungan kasih sayang ibu
dan bayi ara timbal balik akan semakin kuat (Irva dkk, 2014).sec

1. Manfaat pijat bayi


Manfaat pijat bayi (Parenting, 2015) adalah sebagai
berikut :

a. Pijat memberi sentuhan yang menenangkan, serta


mengingatkan bayi akan rasa nyaman selama berada dalam
kandungan mama.

b. Membuatnya lebih jarang sakit, tidur lebih nyenyak, dan


makan lebih baik. Juga, pencernaan bayi akan lebih lancar.

c. Mempererat kelekatan (bonding) antara anak dan orangtua,


serta membuat bayi merasa nyaman.

d. Memperlancar peredaran darah serta membuat kulit bayi


terlihat lebih sehat.

e. Bayi yang sering dipijat jarang mengalami kolik, sembelit,


dan diare.

f. Membuat otot-otot bayi lebih kuat, dan koordinasi


tubuhnya lebih baik.

g. Sistem kekebalan tubuh bayi akan lebih kuat, serta


membuatnya lebih tahan terhadap infeksi dan berbagai
masalah kesehatan lain.

h. Bayi yang sering dipijat tumbuh menjadi anak yang lebih


riang dan bahagia. Selain itu, ia jarang rewel dan tantrum.
Secara umum, anak-anak ini jarang memang mengalami
masalah psikologis atau emosional.

B. Berat Badan

Berat badan merupakan hasil peningkatan atau penurunan


semua jaringan yang ada pada tubuh, antara lain tulang, otot,
lemak, cairan tubuh dan lain-lain. Berat badan digunakan sebagai
indikator yang terbaik untuk mengetahui keadaan gizi dan
pertumbuhan bayi. Berat badan merupakan salah satu ukuran
antropometri yang terpenting karena digunakan untuk memeriksa
kesehatan anak pada semua kelompok umur. Sebab biasanya anak
yang menderita penyakit infeksi tertentu akan menghambat
tumbuh kembangnya. Penyakit infeksi pada masa pertumbuhan
bayi sangat berbahaya karena penyakit tersebut dalam tubuh bayi
akan mengakibatkan penurunan nafsu makan sehingga dapat
mempengaruhi penambahan berat badan bayi itu sendiri
( Nursalam & dkk, 2005 ).

Berat badan yang meningkat mengindikasikan status gizi yang


baik. Status gizi yang baik dapat dicapai bila tubuh memperoleh
cukup zat-zat gizi yang adekuat, sehingga memungkinkan
terjadinya pertumbuhan fisik. Dengan zat gizi yang adekuat dapat
memperlancar proses pertumbuhan yang seimbang untuk
pengangkutan oksigen dan nutrisi agar sel-sel dapat tumbuh untuk
menjalankan fungsinya dengan normal. Kenaikan berat badan
anak pada tahun pertama kehidupan apabila anak mendapat gizi
yang baik yaitu dari bayi lahir sampai 6 bulan pertama
pertambahan berat badan setiap minggu 140-200 gram. Berat
badan bayi menjadi 2 kali lipat berat badan lahir pada akhir 6
bulan pertama. Sedangkan pada umur 6-12 bulan pertambahan
berat badan setiap minggu berkisar antara 85-400 gram. Berat
badan akan meningkat sebesar 3 kali berat badan lahir pada akhir
tahun pertama (Irva dkk, 2014).

1. Faktor yang mempengaruhi berat badan lahir

Berat badan lahir merupakan hasil interaksi dari berbagai faktor


melalui suatu proses yang berlangsung selama berada dalam
kandungan. Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi berat bayi
lahir adalah sebagai berikut :

a. Faktor lingkungan internal

Faktor yang secara langsung atau internal mempengaruhi


berat bayi lahir adalah sebagai berikut:

1) Usia ibu hamil

Usia ibu erat kaitannya dengan berat bayi lahir. Kehamilan


dibawah umur 16 tahun merupakan kehamilan berisiko tinggi,
2-4 kali lebih tinggi di bandingkan dengan kehamilan pada
wanita yang cukup umur. Pada umur yang masih muda,
perkembangan organ-organ reproduksi dan fungsi fisiologinya
belum optimal. Selain itu emosi dan kejiwaannya belum cukup
matang, sehingga pada saat kehamilan ibu tersebut belum
dapat menanggapi kehamilannya secara sempurna dan sering
terjadi komplikasi. Selain itu semakin muda usia ibu hamil,
maka akan terjadi bahaya bayi lahir kurang bulan, perdarahan
dan bayi lahir ringan (Poedji Rochjati, 2003).

Meski kehamilan dibawah umur sangat berisiko tetapi


kehamilan diatas usia 35 tahun juga tidak dianjurkan karena
sangat berbahaya. Mengingat mulai usia ini sering muncul
penyakit seperti hipertensi, tumor jinak peranakan, organ
kandungan sudah menua dan jalan lahir telah kaku. Kesulitan
dan bahaya yang akan terjadi pada kehamilan diatas usia 35
tahun ini adalah preeklamsia, ketuban pecah dini, perdarahan,
persalinan tidak lancar dan berat bayi lahir rendah (Poedji
Rochjati, 2003).

2) Jarak kehamilan/kelahiran

Menurut anjuran yang dikeluarkan oleh badan koordinasi


keluarga berencana (BKKBN) jarak kelahiran yang ideal
adalah 2 tahun atau lebih, karena jarak kelahiran yang pendek
akan menyebabkan seorang ibu belum cukup untuk
memulihkan kondisi tubuhnya setelah melahirkan sebelumnya.

3) Paritas

Paritas dalam arti khusus yaitu jumlah atau banyaknya anak


yang dilahirkan. Paritas dikatakan tinggi bila seorang ibu atau
wanita melahirkan anak ke empat atau lebih. Seorang wanita
yang sudah mempunyai tiga anak dan terjadi kehamilan lagi
keadaan kesehatannya akan mulai menurun, sering mengalami
kurang darah (anemia), terjadi perdarahan lewat jalan lahir dan
letak bayi sungsang atau melintang

4) Kadar hemoglobin (Hb)

Kadar hemoglobin (Hb) ibu hamil sangat


mempengaruhi berat bayi yang dilahirkan. Data Depkes RI
(2008) diketahui bahwa 24,5% ibu hamil menderita anemia.
Anemia pada ibu hamil akan menambah risiko mendapatkan
bayi berat lahir rendah (BBLR), risiko perdarahan sebelum dan
pada saat persalinan, bahkan dapat menyebabkan kematian ibu
dan bayinya, jika ibu hamil tersebut menderita anemia berat
(Depkes RI, 2008). Hal ini disebabkan karena kurangnya
suplai darah nutrisi akan oksigen pada plasenta yang akan
berpengaruh pada fungsi plasenta terhadap janin.

5) Status gizi ibu hamil

Status gizi ibu pada waktu pembuahan dan selama


hamil dapan mempengaruhi pertumbuhan janin yang sedang
dikandung. Selain itu hamil menentukan berat bayi yang
dilahirkan, maka pemantauan gizi ibu hamil sangatlah penting
dilakukan. Pengukuran antropometri merupakan salah satu
cara untuk menilai status gizi ibu hamil. Ukuran antopometri
yang paling sering digunakan adalah kenaikan berat badan ibu
hamil dan ukuran lingkar lengan atas (LLA) selama kehamilan.
Lingkar Lengan Atas (LLA) adalah antropometri yang dapat
menggambarkan keadaan status gizi ibu hamil dan untuk
mengetahui resiko Kekurangan Energi Kalori (KEK) atau gizi
kurang. Ibu yang memiliki ukuran Lingkar Lengan Atas (LLA)
di bawah 23,5 cm berisiko melahirkan bayi BBLR (Depkes RI,
2008)

6) Pemeriksaan kehamilan

Pemeriksaan kehamilan bertujuan untuk mengenal dan


mengidentifikasi masalah yang timbul selama kehamilan,
sehingga kesehatan selama ibu hamil

dapat terpelihara dan yang terpenting ibu dan bayi dalam


kandungan akan baik dan sehat sampai saat persalinan.

Menurut Sarwono (2007) pemeriksaan kehamilan


dilakukan setelah terlambat haid sekurang-kurangnya 1 bulan,
dan setelah kehamilan harus dilakukan pemeriksaan secara
berkala, yaitu :

a) Setiap 4 minggu sekali selama kehamilan 28 minggu


b) Setiap 2 minggu sekali selama kehamilan 28 – 36 minggu

c) Setiap minggu atau satu kali seminggu selama kehamilan


36 minggu sampai masa melahirkan. Selain dari waktu
yang telah ditentukan di atas ibu harus memeriksakan diri
apabila terdapat keluhan lain yang merupakan kelainan
yang ditemukan.

7) Penyakit kehamilan

Penyakit pada saat kehamilan yang dapat


mempengaruhi berat bayi lahir diantaranya adalah Diabetes
melitus (DM), cacar air, dan penyakit infeksi TORCH
(Toxoplasma, Rubella, Cytomegalovirus dan Herpes).
Penyakit DM adalah suatu penyakit dimana badan tidak
sanggup menggunakan gula sebagaimana mestinya,
penyebabnya adalah pankreas tidak cukup memproduksi
insulin/tidak dapat menggunakan insulin yang ada. Bahaya
yang timbul akibat DM diantaranya adalah bagi ibu hamil
bisa mengalami keguguran, persalinan prematur, bayi lahir
mati, bayi mati setelah lahir (kematian perinatal) karena
bayi yang dilahirkan terlalu besar lebih dari 4000 gram dan
kelainan bawaan pada bayi (Poedji Rochjati, 2003).
b. Faktor lingkungan eksternal
Faktor faktor yang mempengaruhi berat bayi lahir
secar tidak langsung/ eksternal dapat dijelaskan sebagai
berikut :
1) Faktor lingkungan yang meliputi kebersihan dan
kesehatan lingkungan serta ketinggian tempat tinggal.
2) Faktor ekonomi dan sosial meliputi jenis pekerjaan,
tingkat pendidikan dan pengetahuan ibu hamil.

Adapun cara untuk mengetahui tafsiran berat badan janin dapat


diketahui dengan menggunakan rumus, yaitu:
TBJ : TFU (cm)-11 x (155) jika kepala janin sudah masuk PAP
TBJ : TFU (cm)-12 x (155) jika kepala janin belum masuk PAP
Keterangan :
TBJ: Tafsiran berat janin
TFU: Tinggi fundus uteri dalam centimeter
c. Faktor penggunaan sarana kesehatan yang berhubungan
frekuensi pemeriksaan kehamilan atau antenatal care (ANC).
BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN

A. Asuhan Keperawatan (Pijat Bayi)

Hal-hal Yang Perlu Diperhatikan :

1. Pemijatan bayi premature sebaiknya dilakukan oleh


orangtua

2. Lakukan pemijatan sebelum bayi diberi minum

3. Frekuensi pemijatan disesuaikan dengan kondisi bayi

4. Cegah agar bayi tidak hipotermi

5. Tidak memaksa melakukan pemijatan jika bayi tidak siap

B. Penatalaksanaan Pijat Bayi

1. Persiapan Alat
a. Inkubator/ Infant Warmer
b. Baby oil
c. Pengalas kain yang hangat dan lembut
d. Thermometer
e. Kapas
f. Air hangat dalam kom
2. Persiapan Bayi
a. Kondisi bayi stabil
b. Ibu sudah siap melakukan pemijatan
3. Pelaksanaanya.

a. Komunikasi pada bayi


b. Perawat cuci tangan dan pakai waterless
c. Ukur tanda-tanda vital bayi
d. Letakkan bayi diatas pengalas yang lembut, buka baju,
diapers bayi
e. Tuangkan baby oil pada telapak tangan dan ratakan
f. Lakukan pemijatan pada bayi dengan metode “tactile
stimuli” dan “kinestetic stimuli” selama 15 menit
g. Posisikan bayi tengkurap, lakukan metode taktile stimuli
selama 5 menit dengan cara:
1) Meraba kepala bayi mulai dari belakang kepala ke arah
puncak kepala dan sebaliknya
2) Meraba leher mulai dari pangkal leher ke arah bahu dan
sebaliknya ( kanan dan kiri secara bersamaan)
3) Meraba bagian belakang mulai dari punggung sampai
bokong dan sebaliknya

4) Meraba pangkal paha kanan dan kiri kearah pergelangan


kaki dan sebaliknya
5) Meraba pangkal lengan atas kanan kiri kearah pergelangan
tangan dan sebaliknya
h. Posisikan bayi telentang, lakukan metode kinestetic stimuli
selama 5 menit dengan cara:
1) Melakukan gerakan fleksi dan ekstensi pada tangan kanan
selama 1 menit.

2) Melakukan gerakan fleksi dan ekstensi pada tangan kiri


selama 1 menit

3) Melakukan gerakan fleksi dan ekstensi pada kaki kiri


selama 1 menit

4) Melakukan gerakan fleksi dan ekstensi pada kaki kanan


selama 1 menit

5) Melakukan gerakan fleksi dan ekstensi pada kedua kaki


secara bersamaan selama 1 menit

i. Posisikan bayi tengkurap kembali, lakukan metode taktile


stimuli, selama 5 menit dengan cara yang sama seperti no.h

j. Setelah pemijatan bersihkan baby oil yang menempel pada


bayi dengan menggunakan kapas dan air hangat, kemudian
keringkan
k. Observasi tanda-tanda vital setelah pemijatan
l. Rapikan bayi dan bereskan alat
BAB IV

PEMBAHASAN

A. Pembahasan

Makalah ini beragkat dari asumsi dasar bahwa pijat bayi


yang dilakukan secara teratur dan kontinyu dapat menaikkan
berat badan bayi BBLR. Berdasarkan kasus terdapat bayi baru
lahir berjenis kelamin perempuan dengan :

Berat badan 2000 gr Apgar Score 8/9

Panjang badan 44 cm Tali pusar segar

Lingkar kepala 29 cm

Lingkar dada 28 cm

Lingkar lengan 9 cm

Bayi segera menangis, gerak (+), sesak (-), syanosis (ringan)


dibagian ekstremitas atas dan bawah

Bayi dibawa ke ruang rawat bayi.

Responden yang diberikan perlakuan treatment pijat bayi


di Ruang Perawatan bayi yang dilakukan pemijatan selama 15
menit setiap minggunya selama empat kali dalam kurun waktu
satu bulan. Hasil data yang diperoleh menunjukkan bahwa,
rata-rata berat badan bayi BBLR usia 0-3 bulan setelah
diberikan perlakuan pijat bayi setiap minggunya, rata-rata
pertumbuhan kenaikan berat badannya naik diatas rata-rata
bayi BBLR yang tidak mendapatkan perlakuan pijat bayi.

Bayi yang dipijat mengalami peningkatan tonus nervus


vagus (saraf otak ke 10), ini membuat kadar enzim penyerapan
gastrin dan insulin naik sehingga penyerapan makanan lebih
baik. Penyerapan makanan yang lebih baik akan menyebabkan
bayi cepat lapar dan karena itu lebih sering menyusu
akibatnya produksi ASI akan lebih banyak dan berat badan
bayi cepat naik. Bayi yang dipijat juga mengalami penurunan
kadar hormone stress karena pijatan pada bayi dapat membuat
bayi lebih tenang, tidak mudah rewel karena capek sehingga
bayi dapat tidur lebih nyenyak. Pijatan juga dapat membuat
bayi mengalami peningkatan daya tahan tubuh sehingga bayi
tidak gampang sakit maka pertumbuhan bayi tidak akan
terganggu dan berat badannya akan meningkat.

Penulis memahami bahwa terdapat faktor-faktor lain yang


ikut mempengaruhi pertambahan kenaikan berat badan bayi,
seperti faktor herediter/genetik, jenis kelamin, faktor asupan
dan faktor lingkungan (lingkungan pranatal, faktor postnatal).
Faktor postnatal juga dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti
gizi, lingkungan fisik dan kimia, faktor psikologis, faktor
penyakit kronis/kelainan kongenital, endoktrin, sosio -
ekonomi, faktor lingkungan pengasuhan, faktor stimulasi.
Namun begitu, pemberian perlakuan pijat bayi pada bayi
BBLR dipandang sangatlah efektif dalam menaikkan berat
badan.
Daftar Pustaka

Cahyaningrum & Sulistyorini, E. (2014). Hubungan pijat bayi terhadap kualitas


tidur bayi umur 0-3 bulan di rb suko asih sukoharjo tahun 2013. Naskah
Publikasi. Akademi Kebidanan Mamba’ul ’Ulum Surakarta.

Dewi, V. N. L. 2010. Asuhan Neonatus Bayi dan Anak Balita. Salemba Medika.
Jakarta.

Ferius S. & Efar, P. & Mansur, S. & Gunardi, H. (2008). Pengaruh Pijat Bayi
Menggunakan Minyak Mineral atau Minyak Kelapa terhadap Kenaikan Berat
Badan pada Nenonatus Aterm. Sari Pediari. Volume 10. Nomor 4.

Hady, A. (2014). Pengaruh pemijatan pada bayi terhadap peningkatan berat


badan di wilayah kerja Puskesmas Weoe Kecamatan Wewiku Kabupaten Belu.
Naskah Publikasi. Stikes Nani Husada Pare pare.

Hidayat, A. A. 2008. Pengantar Ilmu Kesehatan Anak Untuk Pendidikan


Kebidanan. Salemba Medika. Jakarta.

Irva, S. & Hasanah, O. & Woferst, R. (2014). pengaruh terapi pijat terhadap
peningkatan berat badan bayi. Penelitian ini menggunakan metode Quasy
Ekspeiment dengan pre test dan post test control group design. Jom Psik. Volume
1. Nomor 2.

Kemenkes RI.Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. (2012). Profil data


kesehatan Indonesia tahun 2011. Jakarta. Kemenkes RI.

Mansur, H. (2009). Psikologi ibu dan anak untuk kebidanan. Jakarta:

Penerbit Salemba Medika.

Nursalam, dkk. (2005). Asupan Keperawatan Bayi dan Anak (Untuk Perawat dan
Bidan). Jakarta. Salemba Medika.

Prihatiningtyas, Emmi. 2012. Pengaruh Pijat Bayi Terhadap Kenaikan Berat


Badan Bayi Pada Bayi Usia 2-6 Bulan Di Wilayah Kerja Puskesmas Ngoresan
Surakarta. Skripsi. Universitas Negeri Sebelas Maret. Surakarta

Poedji, R. (2003). Skrining antenatal pada ibu hamil. Surabaya. FK UNAIR.

Parenting. 2015. 7 Alasan Bayi Perlu Dipijat. Diakses pada tanggal 12 Oktober
2015. Dari http://www.parenting.co.id/bayi/7+alasan+bayi+perlu+dipijat

Rukiyah, Yulianti. 2012. Neonatus Bayi dan Anak Balita. Jakarta : CV. Trans
InfoMedia

Roesli, Utami. 2013. Pedoman Pijat Bayi. Pustaka Pembangunan Swadaya.


Nusantara. Jakarta.

Sarwono. 2007. Ilmu Kandungan. Jakarta. Yayasan Bina Pustaka.

Sondakh Jenny J.S. 2013. Asuhan Kebidanan Persalinan & Bayi Baru Lahir.
Erlangga

Sugiharti, Rosi Kurnia. 2016. Pengaruh Frekuensi Pijat Bayi Terhadap


Pertumbuhan (Berat Badan) Bayi Usia 1-3 Bulan Di Desa Karangsari dan
Purbadana. Jurnal Ilmiah Kebidanan 7(1)

Sulung, N. dan Gayatri, A. (2015). Efektivitas Massage Baby Terhadap


Peningkatan Berat Badan Bayi Usia 3-4 Bulan Di BPS BUNDA Kecamatan
Mandiangin Koto Selayan Bukittinggi Tahun 2014. Menara Ilmu. Volume 9.
Nomor 57.

Wahyuni, S. (2011). Asuhan Neonatus, Bayi & Balita: Penuntun Belajar Praktik
Klinik. Jakarta: EGC.

Yuliana, A. & Suharto, A. & Handayani, T. (2013). Perbedaan berat badan bayi
usia 3-5 bulan yang dipijat dan tidak dipijat (di Kelurahan Tawanganom
Kecamatan Magetan tahun 2013). Jurnal Penelitian Kesehatan Suara Forikes.
Volume 4. Nomor 4.
LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai