Anda di halaman 1dari 4

PERUNDANG-UNDANGAN KESEHATAN

‘’memberikan valisnbe rectal kepada pasien anak kecil’’

Dosen pengampu:apt,avrilya iqoranny S,S.farm,M.Sc

Disusun oleh :

Nama : Redo Suhendra

Nim : P05150221079

Kelas : I B

PROGRAM STUDI DIII FARMASI JURUSAN ANALIS KESEHATAN


POLTEKKES KEMENKES KOTA BENGKULU

TAHUN AJARAN 2021/2022


Contoh kasus yang saya ambil bersumber dari internet :

Apoteker M bekerja sebagai salah satu staf pengajar di salah satu PT Farmasi di propinsi Y. Saat
ini Apoteker M juga tercatat masih sebagai APA di salah satu apotek di propinsi yang berbeda. Alasan
yang diungkapkan oleh Apoteker M belum melepas apotek tersebut karena ingin membantu PSA yang
belum sanggup membayar penuh 2 Apoteker jika stand by semua karena kondisi apotek yang omzetnya
masih rendah. Selama ini pekerjaan kefarmasian di apotek tersebut dilakukan oleh Aping dan AA.

1. Analisis kasus di atas berdasar pelanggaran kode etik tentang profesi kefarmasian :

Permasalahan :

• Apoteker Y bekerja sebagai tenaga kerja di suatu perusahaan farmasi di Jakarta.


• Apoteker tersebut sebagai pemilik apotek di daerah Bantul yang sekaligus sebagai APA
apotek tersebut.
• Apotek tersebut tidak memilik apoteker, yang terlihat di apotek tersebut hanya ada 1
tenaga yang memberikan pelayanan sekaligus sebagai kasir di apotek tersebut.
• Apotek melayani secara bebas obat-obat keras yang dibeli tanpa menggunakan resep
dari dokter.
2. Analisis pasal terkait pelanggaran tersebut :
1. Undang-Undang No. 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan

Pasal 5

(1) “Setiap orang memiliki hak dalam memperoleh pelayanan kesehatan yang
aman, bermutu, dan terjangkau”.

Pasal 8

“Setiap orang berhak memperoleh informasi tentang data kesehatan dirinya


termasuk tindakan dan pengobatan yang telah dan akan diterimanya dari
tenaga kesehatan”.

Pasal 108

(1) “Praktik kefarmasiaan yang meliputi pembuatan termasuk pengendalian


mutu sediaan farmasi, pengamanan, pengadaan, penyimpanan dan
pendistribusian obat, pelayanan obat atas resep dokter, pelayanan
informasi obat serta pengembangan obat, bahan obat dan obat tradisional
harus dilakukan oleh tenaga kesehatan yang mempunyai keahlian dan
kewenangan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan”
2. Undang-Undang No. 8 Tahun 1998 Tentang Perlindungan Konsumen

Pasal 4
(1) “Hak atas kenyamanan, keamanan, dan keselamatan dalam mengkonsumsi
barang dan/atau jasa”.
3. Peraturan Pemerintah No. 51 Tahun 2009 Tentang Pekerjaan Kefarmasian

Pasal 1

(13) “Apotek adalah sarana pelayanan kefarmasian tempat dilakukan praktek


kefarmasian oleh Apoteker”.

Pasal 20

“Dalam menjalankan Pekerjaan kefarmasian pada Fasilitas Pelayanan


Kefarmasian, Apoteker dapat dibantu oleh Apoteker pendamping dan/ atau Tenaga
Teknis Kefarmasian”

Pasal 21

(1) Dalam menjalankan praktek kefarmasian pada Fasilitas Pelayanan


Kefarmasian, Apoteker harus menerapkan standar pelayanan kefarmasian”.
(2) “Penyerahan dan pelayanan obat berdasarkan resep dokter dilaksanakan oleh
Apoteker”.

Pasal 51

(1) “ Pelayanan Kefarmasian di Apotek, puskesmas atau instalasi farmasi rumah


sakit hanya dapat dilakukan oleh Apoteker”
4. Keputusan Menteri Kesehatan No. 1332/MENKES/PER/SK/X/2002Tentang Ketentuan dan Tata
Cara Pemebrian Izin Apotek

Pasal 19.

(1) “ Apabila Apoteker Pengelola Apotik berhalangan melakukan tugasnya pada


jam buka Apotik, Apoteker Pengelola Apotik harus menunjuk Apoteker
pendamping.”
(2) “Apabila Apoteker Pengelola Apotik dan Apoteker Pendamping karena hal-
hal tertentu berhalangan melakukan tugasnya, Apoteker Pengelola Apotik
menunjuk .Apoteker Pengganti”
5. Keputusan Menteri Kesehatan No, 1027/MENKES/SK/IX/2004 Tentang Standar Pelayanan di
Apotek

1. Bab III tentang pelayanan, standar pelayanan kesehatan di apotek


6. Kode etik apoteker

Pasal 3

“ Setiap apoteker/Farmasis harus sennatiasa menjalankan profesinya sesuai kompetensi


Apoteker/Farmasis Indonesia serta selalu mengutamakan dan berpegang teguh pada prinsip
kemanusiaan dalam melaksanakan kewajibannya “

Pasal 5

“ Di dalam menjalankan tugasnya setiap Apoteker/Farmasis harus menjauhkan diri dari


usaha mencari keuntungan diri semata yang bertentangan dengan martabat dan tradisiluhur
jabatan kefarmasian “

7. Lafal sumpah atau Janji Apoteker

“ Saya akan menjalankan tugas saya dengan sebaik-baiknya sesuai dengan martabat dan
tradisi luhur jabatan kefarmasian”.

Sumber : http://duniafarmasi24.blogspot.com/2018/12/kasus-pelanggaran-tenaga-
kefarmasian.html?m=1

Anda mungkin juga menyukai