Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

KOMUNIKASI SECARA TERTULIS DAN MEMBACA


Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Kelompok
Pada Mata Kuliah : Komunikasi Pembelajaran AUD
Dosen Pengampu : Supriyatun, M.Pd.

Disusun Oleh :
Kelompok 6

Siti Munawaroh (2019.4.7.1.01126)


Epi Sopiani (2019.4.7.1.01086)
In In Intan Badriyah (2019.4.7.1.01091)

FAKULTAS TARBIYAH
PENDIDIKAN ISLAM ANAK USIA DINI (PIAUD)
SEMESTER V KELAS B
INSTITUT AGAMA ISLAM ( IAI )
BUNGA BANGSA CIREBON
TAHUN 2021

1
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya berupa
kesempatan dan pengetahuan kepada kami sehingga makalah ini bisa selesai pada waktunya.

Terima kasih juga kami ucapkan kepada teman-teman yang telah berkontribusi
dengan memberikan ide-idenya sehingga makalah ini bisa disusun dengan baik dan rapi.

Kami berharap semoga makalah ini bisa menambah pengetahuan para pembaca.
Namun terlepas dari itu, kami memahami bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna,
sehingga kami sangat mengharapkan kritik serta saran yang bersifat membangun demi
terciptanya makalah selanjutnya yang lebih baik lagi.

Cirebon, 18 Agustus 2021

Tim Penyusun

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................... 2

DAFTR ISI ................................................................................................................. 3

BAB I PENDAHULUAN .......................................................................................... 4

A. Latar Belakang .............................................................................................. 4


B. Rumusan Masalah ......................................................................................... 4
C. Tujuan ............................................................................................................ 4

BAB II PEMBAHASAN ........................................................................................... 5

A. Pengertian Komunikasi Tertulis dan Membaca............................................. 5


B. Kelebihan dan Kekurangan Komunikasi Tertulis.......................................... 7
1. Kelebihan Komunikasi Tertulis ............................................................. 7
2. Kekurangan Komunikasi Tertulis .......................................................... 7
C. Komunikasi secara Tertulis dan Membaca di Lingkungan AUD ................. 7

BAB III PENUTUP ...................................................................................................14

A. Kesimpulan ....................................................................................................14
B. Saran ..............................................................................................................14

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................15

3
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Komunikasi sebagai sebuah proses dalam menyampaian pesan untuk mencapai
suatu tujuan, komponen utamanya adalah komunikator atau sumber pesan, komunikan
atau penerima pesan dan pesan itu sendiri. Dalam proses pembelajaran bagi anak usia
dini, komunikasi harus dikembangkan dengan strategi yang disesuaikan dengan tingkat
pertumbuhan dan perkembangan anak, salah satu pusat perhatian adalah perkembangan
bahasa anak yang akan memberikan pengaruh besar terhadap strategi komunikasi
terhadap anan usia dini.
Perkembangan bahasa anak adalah pemahaman dan komunikasi melalui kata,
ucapan, dan tulisan. Pemahaman kata yang dikomuniasikan melalui lisan yaitu
mendengarkan dan berbicara. Pemahaman kata yang dikomunikasikan dalam bentuk
tulisan yaitu membaca dan menulis. Dengan demikian dalam makalah ini penulis akan
membahas tentang “Komunikasi secara tertulis dan Membaca”

B. Rumusan Masalah
1. Apa Pengertian dari Komunikasi Tertulis dan Membaca ?
2. Apa Kelebihan dan Kekurangan Komunikasi Tertulis dan Membaca ?
3. Bagaimana Teknik Pengembangan Bahasa Anak di Sekolah ?
4. Bagaimana Pengenalan Komunikasi secara Tertulis dan Membaca dilingkungan
Anak Usia Dini ?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui Pengertian dari Komunikasi Tertulis dan Membaca.
2. Untuk mengetahui Kelebihan dan Kekurangan Komunikasi Tertulis dan Membaca.
3. Untuk mengetahui Pengenalan Komunikasi secara Tertulis dan Membaca
dilingkungan Anak Usia Dini.

4
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Komunikasi Tertulis dan Membaca


Komunikasi Tertulis adalah penyampaian dan penerimaan pesan yang
menggunakan tulisan sebagai sarananya. Jenis komunikasi tertulis mencakup membaca
dan menulis. Membaca merupakan kegiatan penerimaan dan pemahaman pesan yang
disampaiakan oleh orang atau pihak lain. Adapun tulisan adalah suatu sistem
komunikasi manusia yang menggunakan tanda-tanda yang dapat. 1 Secara sederhana,
tulisan adalah wakil atau gambaran dari komunikasi lisan yang dituangkan ke dalam
tanda-tanda yang dapat dibaca atau dilihat dengan nyata. Oleh karena itu pula, segenap
unsur yang tertuang dalam tulisan mencerminkan atau melambangkan unsurunsur yang
mewakili komunikasi lisan.
Dalam konteks ini, pembaca berperan sebagai komunikan yang menafsirkan dan
memahami pesan lisan atau tertulis yang diterimanya.
Kedua ragam komunikasi tertulis ini tidak dapat dipisahkan satu sama lain, saling
terkait erat. Seseorang membaca (sebut:pembaca) suatu teks (menerima dan memahami
pesan tertulis) karena ada yang menulis. Sebaliknya, seseorang menulis (sebut:penulis)
karena ingin menyampaikan ide, informasi, atau perasaannya kepada orang lain.
Tulisannya itu berisi pesan yang akan dibaca baik oleh orang lain ataupun dirinya
sendiri, seperti buku harian.
Namun, bagaimanapun sempurnanya suatu tulisan tidak akan mampu sepenuhnya
mewakili ekspresi komunikasi lisan. Unsur-unsur linguistik (bahasa), misalnya,
sepenuhnya dapat dilambangkan melalui tulisan. Bunyi ujaran seperti konsonan dan
vokal dapat dilambangkan dengan huruf. Begitu pula dengan rangkaian bunyi seperti
kata, frase atau kalimat, dapat pula dituliskan. Sebagian unsur paralinguistik dapat pula
dilambangkan secara tertulis melalui tanda baca atau pemakaian pola kalimat tertentu.
Akan tetapi, unsur-unsur nonverbal lainnya, seperti volume suara, nada, kecepatan, dan
kualitas suara, tidak bisa, atau sulit, digambarkan ke dalam lambang tertulis.
Agar tulisan itu dapat mewakili apa yang disampaikan secara lisan, seorang
penulis harus melakukan berbagai upaya agar tulisannya dapat menyampaikan pesan
dengan baik, seperti halnya kalau pesan itu disampaikan secara lisan. Upaya ini dapat

1
Alo Liliweri, Wacana Komunikasi Organisasi, (Bandung: Mandar Maju, 2004), hlm, 91.

5
dilakukan melalui pemakaian pola kalimat tertentu, gaya bahasa, pilihan kata, juga
gambar, atau hal-hal lainnya.
Menulis merupakan kegiatan komunikasi yang bersifat aktif-produktif. Karena
Menulis adalah penyampaian pesan yang dilakukan secara tertulis kepada pihak lain.
Dalam proses kegiatan tersebut diperlukan kemampuan untuk mengharmonikan berbagai
aspek tulisan, yaitu memproses pengetahuan tentang topik yang akan dituliskan,
menuangkan pengetahuan itu secara runtut dalam racikan bahasa yang baik selaras
dengan corak wacananya, serta menyajikannya sesuai dengan konvensi atau aturan
penulisan.2
Jika menulis merupakan proses penyampaian pesan secara tertulis maka
membaca merupakan kegiatan komunikasi yang bersifat aktif-reseptif. Karena
Membaca merupakan proses penerimaan pesan yang disampaikan secara tertulis oleh
orang lain. Pemahaman atas makna pesan itu tidak hanya berasal dari apa yang tertulis
dalam teks atau karangan itu saja, tetapi juga dari pengetahuan dan pengalaman yang
dimiliki pembaca. Dengan demikian, didalam proses membaca terjadi interaksi antara
pembaca dengan teks atau karangan itu sendiri.3
Pemahaman yang dihasilkan dari interaksi tersebut dapat dikelompokkan atas tiga
hal yaitu :4
1. Pemahaman literal, yaitu pemahaman terhadap hal-hal yang secara jelas atau eksplisit
tersaji dalam teks. Pemahaman ini mempersyaratkan pengetahuan yang baik dari
pembaca mengenai unsur-unsur bahasa serta makna yang dibawanya. Hal ini
merupakan kemampuan awal yang harus dimiliki pembaca.
2. Pemahaman inferensial, yaitu pemahaman tentang apa yang tersirat dalam teksberupa
maksud dan gagasan atau ide penulis. Untuk memperoleh jenis pemahaman ini
pembaca dapat menggunakan pengetahuan yang dimilikinya.
3. Pemahaman kritis, yaitu pemahaman yang berasal dari membandingkan apa yang
tersaji di dalam karangan dengan apa yang terjadi di luar itu. Untuk menguji
kebenarannya, pembaca mungkin mengaitkannya dengan pa yang telah diketahuinya
atau dia mencari informasi lain.

2
Yayah Churiyah, Komunikasi Lisan dan Tertulis, (Bandung : UPI), hlm, 35.
3
Ibid,.
4
Ibid, hlm, 44.

6
B. Kelebihan dan Kekurangan Komunikasi Tertulis5
1. Kelebihan Komunikasi Tertulis
 Sebagai Dokumentasi
 Mengatasi Hambatan Pada Komunikasi Lisan
 Lebih Terstruktur dan Terencana
 Mengontrol Pesan
 Memuat Informasi Dengan Kompleks dan Detail
 Pesan Dapat Disebarkan Secara Luas
 Kita Dapat Membaca Ulang Informasi
 Lebih tegas, jelas dan bermakna
2. Kekurangan Komunikasi Tertulis
 Keterbatasan Kata
 Dapat Menjadi Ambigu atau Rancu
 Bersifat Lebih Formal
 Memberikan Bias Budaya
 Salah Pengertian
 Perlu Pemahaman Bagi Penerima
 Tidak Dapat Bertemu Langsung
 Tidak ada Penjelasan Selain Yang Tertulis.
C. Komunikasi secara Tertulis dan Membaca di Lingkungan Anak Usia Dini
Kemampuan membaca dan menulis pada anak merupakan kemampuan yang
dikembangkan dalam berbahasa. Tujuan pengembangan bahasan untuk anak usia dini
adalah agar anak mampu mengkomunikasikan ide dan perasaan serta mampu
menginterpretasi komunikasi yang diterimanya. Dengan demikian, kemampuan
membaca dan menulis yang dikembangkan pada anak usia dini bertujuan untuk
membantu anak mengkomunikasi ide dan perasaannya pada orang lain dan melakukan
interpretasi dari komunikasi yang sudah terjalin. Pengembangan bahasa pada anak
merupakan suatu upaya untuk memotivasi anak agar mampu dan sadar bahwa
berkomunikasi dengean orang lain dapat dilakukan dengan berbagaicara, termasuk
melalui kegiatan membaca dan menulis.6

5
https://pakarkomunikasi.com/keuntungan-dan-kerugian-komunikasi-tertulis
6
Atiqotul Maola Alfarichah, 2018, Pengenalan Baca Tulis Anak Usia Dini, Jurnal Adzkia, Volume 2 (1),
23-33, hlm, 25.

7
Membaca adalah bentuk aktivitas melihat dan memahami tulisan atau cetakan.
Menulis adalah memproduksi sesuatu dalam bentuk tulisan sehingga orang dapat
membaca. Berdasarkan pengertian tersebut maka kebutuhan mansuia untuk
berkomunikasi dan berinteraksi dapat dilakukan melalui kegiatan membaca dan menulis.
Perkembangan baca tulis permulaan anak diawali dari kesadaran dan eksplorasi
lingkungan untuk membangun dasar belajar membaca dan menulis. Dengan demikian
anak usia dini sudah dapat dirangsang untuk mengembangkan kemampuan dasar untuk
dapat membaca dan menulis. Hal ini berarti bahwa kegiatan membaca dan menulis sudah
mulai berkembang sejak usia dini.
Membaca dan menulis untuk anak usia dini pada dasarnya berkembang
bersamaman. Tiga tahapan membaca yaitu :7
1. Tahap pertama, anak menyadari fungsi dari tulisan. Anak menyadari kata
pertamayang bermakna dan dekat dengan kehidupan anak, misal nama keluarga, label
makanan, dan rambu jalan. Tahap ini disebut tahap akar dari l literasi.
2. Tahap kedua, terjadi setelah anak mengamai fungsi-fungsi pada tulisan yang dilalui
tahap sebelumnya. Anak mengetahui detail namanya, suara dan katian antara huruf
dan kata.
3. Tahap ketiga, yaitu tahap mengidentifikasi dan menggunakan tata bahasa tulisan.
Pada tahap ini anak memahami bahwa tulisan dibaca dari kiri ke kanan dan ada jarak
antara huruf dan kata.

Temple et.al dalam Jo An Brewer (2007:329) membagi tahapan menulis atas


empat tahap yaitu :8

1. Scribbling stage, yaitu tahap anak dengan ciri menulis dimulai dengan mencoret,
coretan hanya memberi tanda acak pada kertas. Anak mulai membentuk beberapa
garis seperti menulis dan berisi bagian utama coret di dalam kotak. Coretan ini
mengidentifikasikan kemampuan anak dalam mengontrol alat tulis dan peningkatan
pengetahuannya terhadap bentuk kertas.
2. Linear repetitive stage, yaitu anak mulai menulis biasanya dalam bentuk garis
horizontal dan huruf-huruf yang terpisah-pisah dalam garis buku. Anak dapat melihat
hubungan kongkrit antara kata-kata dan bentuknya.

7
Ibid,.
8
Ibid, hlm, 26.

8
3. Random letter stage, yaitu anak belajar bahwa bentuk-bentuk dapat dikatakan sebagai
huruf. Anak dapat menggunakannya secara acak untuk menyampaikan kata atau
kalimat pada orang lain. Pada tahap ini anak membuat huruf yang ia kenal secara acak
untuk menyampaikan maksud pada orang lain.
4. Letter name of phonetic writing, yaitu tahap dimana anak mulai membuat hubungan
antara huruf dan suara. Di akhir tahap ini anak lebih ahli menulis dengan berbagai
bentuk, seperti hamir dalam memberi jarak dalam kata, namun ejaan yang tertulis
masih berbentuksesui dengan bunyinya.

Dalam mengajarkan baca dan tulis, salah satu cara yang bisa dilakukan adalah
dengan pendekatan Montessori. Pendekatan Montessori merupakan aktivitas bermain
sambil belajar yang bisa digunakan pendidik dalam pengenalan baca tulis. Ada beberapa
tahapan dalam pembelajaran menulis dan membaca, yaitu :

1. Abjad fonetik
Di dalam Montessori, suara-suara fonetik dari abjad selalu diajarkan sebelum
nama-nama huruf di dalam abjad. Seperti mengajarkan suara fonetik pada huruf,
pendidik juga mengajarkan bagaimana mengeja hurufnya, dengan arah yang sama
seperti ketika akan menulisnya. Aktivitas yang bisa dilakukan dengan memadukan
belajar mengenal suara fonetik dengan hurufnya sambil menikmati permainan fisik
motorik halus menggunakan nampan garam atau kertas ampelas.
Cara mengajarkannya dengan memberikan kartu huruf dari kertas ampelas dan
minta anak untuk mengucapkan suara fonetiknya sambil mencari huruf yang sesuai.
Setelah kartu hurufnya ketemu, ajak anak menelusuri huruf di kartu dan menulisnya di
nampan garam. Ajarkan 2 huruf tiap kali mengajarkannya dan di ulang-ulang.
Teruskan sampai semua huruf diperkenalkan. Variasi dari pembelajaran ini dengan
pembelajaran langsung secara visual. Letakkan beberapa benda dengan huruf fonetik
yang sedang diajarkan dan beberapa huruf fonetik lainnya sebagai distractor/pengecoh
agar guru mengetahui apakah anak benar-benar paham huruf fonetik yang diajarkan.
Kegiatan ini berguna dalam mengenalkan anak tentang bentuk atau simbol tulisan
sesuai dengan pengucapannya. Waktu yang digunakan hanya sebentar dan diulang
setiap hari dengan variasi angka/huruf sehingga semua angka dan huruf dihafalkan
anak tanpa merasa keberatan. Anak yang visual menyukai kegiatan ini karena ada
kartu huruf yang bergambar.

9
Anak dengan gaya belajar auditori akan menyukai karena pendidik mengucapkan
huruf fonetik/ cara membacanya, memberikan lagu atau memberikan cerita tentang
huruf atau angka yang sedang dipelajari. Anak yang modal pembelajarannya
kinestetik sangat menyukai ini karena menulis di nampan dengan media garam atau
amplas. Hal yang menarik untuk dilakukan.
2. Mengidentifikasikan huruf
Fokus dari aktivitas kedua ini adalah mengenali simbol-simbol tertulis untuk
huruf-huruf yang berbeda. Dalam fase ini, anak mulai mencoba Memakai hafalannya
untuk menemukan huruf yang dimaksud pendidik. Pendidik juga mengunakan
nampan garam dan memberikan minimal 3 simbol huruf untuk diidentifikasi anak.
Pendidik bisa meminta anak untuk menulis huruf yang disebutkan pendidik dan
memilih mana yang sesuai dengan huruf yang diminta. Apabila anak sudah lebih
percaya diri, tambahkan simbol huruf hingga 8 huruf. Permainan tebak-tebakan huruf
selain menyenangkan juga mengasah daya ingat anak.
3. Mencocokkan kertas huruf
Dalam aktivitas ini, kelompok kertas huruf yang digunakan lebih dari satu.
Dimulai dari 2 kelompok kertas huruf hingga 8 kelompok kertas huruf. Pertama,
minta anak memilih tiga huruf dari 1 kelompok huruf. Selanjutnya ambilkan 3 huruf
yang sama dari kelompok kertas huruf lainnya dan letakkan di sebuah wadah. Minta
dia untuk memasangkan dengan huruf selanjutnya.
4. Menyusun kata
Aktivitas yang dilakukan adalah membaca gambar dan menyusun kata mulai dari
3 huruf sampai dengan enam huruf. Pastikan ucapan yang guru ucapkan pelan dan
jelas. Pancing dengan mengenali huruf per huruf. Anak melukis ketiga huruf tersebut
di nampan garam tersebut. Apabila anak sudah semakin menguasai tambahkan jumlah
hurufnya. Semakin lancer menulis dan membaca semakin banyak jumlah huruf dalam
satu kata.
5. Membaca menggunakan kartu kata dan gambar
Dalam aktivitas ini, anak diminta menemukan kata yang tertulis lengkap untuk
sebuah gambar. Dorong anak untuk mengatakan kata-kata Dengan keras bersama
guru. Sedikit percepat tiap waktu sehingga dia mendengarkan campuran suara. Minta
anak membaca kata yang tertulis dan tanyakan suara pertama dari suatu kata.
Bicarakan tentang masing-masing gambar. Setelah dia membaca kata tersebut, minta
dia meletakkan kata tersebut di bawah gambar.

10
6. Menyusun frasa
Guru perlu memisahkan kata benda dengan kata kerja. Beri tanda misalnya
dengan memberi kertas warna yang berbeda bagi kata benda dan kata kerja. Minta
anak memilih satu kata benda kemudian diskusikan apa yang kirakira bisa dilakukan
benda tersebut. Minta dia untuk memilih satu kata kerja dan letakkan disamping
kanan kata benda. Kemudian anak diminta membaca frasa yang terbentuk.
7. Menyusun kalimat
Pada tahap ini, anak mulai diperkenalkan pola kalimat yang lebih kompleks
dengan menambahkan kata sifat untuk frasa yang telah dipelajarinya atau kata benda
yang kedua (objek). Anak yang sudah mengenal dan bisa membaca kata mulai diajari
untuk menyusun kalimat. Anak yang menyusun kalimat biasanya sudah lebih besar.
8. Membuat sebuah buku harian
Membuat sebuah buka harian adalah suatu cara yang baik bagi anak-anak untuk
memahami konsep urutan kalimat. Pada halaman pertama tulis “Buku Harianku”. Satu
lembar untuk satu hari selama seminggu. Setiap hari bantu anak mengumpulkan dan
mengoleksi benda-benda yang bias dia letakkan di dalam buku hariannya, misalnya
kartu pos, cangkang, daun, bulu, dll. Benda yang tidak bisa ditempelkan langsung,
bisa ditempatkan disebuah kantung plastik dan disolasi plastiknya. Apabila tak ada
yang bisa dikumpulkan, minta dia menggambarkan apa yang terjadi hari itu. Setelah
penuh, ajak anak untuk meninjau kembali. Bagi anak-anak yang sudah lebih besar,
ajak mereka untuk menulis satu atau dua kalimat dibawah masing-masing benda
untuk menjelaskan gambar tersebut.
9. Membuat sebuah buku
Aktivitas ini untuk mengajarkan bagaimana sebuah cerita disusun. Misalnya
dengan menggunakan cerita siklus hidup kupu-kupu. Bantu anak menggambar suatu
tahap siklus yang berbeda pada setiap kotak. Minta anak mengarsir atau mewarnainya
dan memotong kotak masing-masing gambar dan menempelkannya pada masing-
masing halaman. Jika anak sudah cukup besar, ajak dia menulis satu atau dua kalimat
mengenai masing-masing gambar. Terakhir buat sampul dengan kertas tebal dan
satukan semua kertas menjadi sebuah buku menggunakan seutas senar atau yang lain.
10. Membuat pohon silsilah keluarga
Aktivitas ini mengajari anak makna dari sebuah cerita. Memahami posisinya
dalam silsilah tersebut. Tempelkan gambar anggota keluarga atau foto pada sebuah
kertas bergambar pohon.

11
11. Membuat puisi gambar
Ajak anak untuk membuat puisi dengan garis yang meliuk-liuk seperti huruf dan
disesuaikan dengan kata-kata depannya. Atau garis yang bergelombang untuk cerita
tentang laut, atau garis berbentuk bulan sabit untuk menceritakan cahaya bulan.9

Sejatinya baca tulis pada tingkat PAUD hanya berbentuk pengenalan bukan
pembelajaran. Hal ini sesuai dengan acuan prinsip-prinsip pembelajaran yang tercantum
dalam Permen 58 Tahun 2009 di mana pembelajaran (1) memperhatikan tingkat
perkembangan, kebutuhan, minat dan karakteristik anak; (2) mengintegrasikan
kesehatan, gizi, pendidikan, pengasuhan, dan perlindungan; (3) pembelajaran
dilaksanakan melalui bermain; (4) kegiatan pembelajaran dilakukan secara bertahap
berkesinambungan dan bersifat pembiasaan; (5) proses pembelajaran bersifat aktif,
kreatif, interaktif, efektif, dan menyenangkan; (6) proses pembelajaran berpusat pada
anak.10

Pembelajaran pada lembaga PAUD menggunakan prinsip belajar melalui bermain


agar seluruh aspek perkembangannya berkembang secara optimal, termasuk pada aspek
pengembangan kognisinya. Membaca, menulis termasuk dalam kognisi. Namun kognisi
tidak hanya sekadar membaca, menulis.

Banyak konsep yang perlu dikuasai anak seperti konsep warna, ukuran, bentuk,
arah dan besaran. Konsep terebut dapat berkembang dengan salah satu caranya yakni
bermain, di mana hal-hal tersebut dapat menjadi landasan untuk belajar menulis, bahasa,
matematika dan ilmu pengetahuan lainnya.

Melihat standar PAUD No.58 Tahun 2009 di mana perkembangan bahasa


memiliki tiga aspek yaitu menerima bahasa, mengungkapkan bahasa, dan keaksaraan.
Menulis termasuk dalam keaksaraan di mana kemampuan baca-tulis permulaan. Artinya
kemampuan ini termasuk kemampuan menyebutkan simbolsimbol huruf yang dikenal,
mengenal suara huruf awal dari nama benda-benda yang ada disekitarnya, menyebutkan
4 kelompok gambar yang memiliki bunyi/huruf awal yang sama, memahami hubungan
antara bunyi dan bentuk huruf, membaca nama sendiri dan menulis nama sendiri.11

9
Biddulph, Steve, 2004, The Secret of Happy Children (Membesarkan Anak Agar Bahagia Melalui
Komunikasi Yang Harmonis), Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.
10
Permendiknas NO 58 Tahun 2009, Tentang Standar Pendidikan Anak Usia Dini.
11
Istiyani, D, 2013. Model Pembelajaran Membaca Menulis Menghitung (Calistung); Pada Anak Usia
Dini di Kabupaten Pekalongan. Jurnal Penelitian Vol.10, No.1. hlm, 6.

12
Pengenalan baca tulis bisa saja diterapkan pada anak usia dini dengan metode
yang tepat, yakni melalui bermain agar tidak menghilangkan prinsip belajar anak.
Stimulasi dan peran pendidik sangat diperlukan untuk mengembangkan kemampuan
tersebut.

13
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Komunikasi Tertulis adalah penyampaian dan penerimaan pesan yang
menggunakan tulisan sebagai sarananya. Jenis komunikasi tertulis mencakup membaca
dan menulis. Membaca merupakan kegiatan penerimaan dan pemahaman pesan yang
disampaiakan oleh orang atau pihak lain. Adapun tulisan adalah suatu sistem komunikasi
manusia yang menggunakan tanda-tanda yang dapat. Secara sederhana, tulisan adalah
wakil atau gambaran dari komunikasi lisan yang dituangkan ke dalam tanda-tanda yang
dapat dibaca atau dilihat dengan nyata.
Kelebihan Komunikasi Tertulis diantaranya : (1)Sebagai Dokumentasi, (2)
Mengatasi Hambatan Pada Komunikasi Lisan, (3) Lebih Terstruktur dan Terencana, (4)
Mengontrol Pesan, (4) Memuat Informasi Dengan Kompleks dan Detail, (6) Pesan Dapat
Disebarkan Secara Luas, (7) Kita Dapat Membaca Ulang Informasi, (8) Lebih tegas,
jelas dan bermakna.
Kekurangan Komunikasi Tertulis diantaranya yaitu : (1) Keterbatasan Kata, (2)
Dapat Menjadi Ambigu atau Rancu, (3) Bersifat Lebih Formal, (4) Memberikan Bias
Budaya, (5) Salah Pengertian, (6) Perlu Pemahaman Bagi Penerima, (6) Tidak Dapat
Bertemu Langsung, (7) Tidak ada Penjelasan Selain Yang Tertulis.
Dalam proses pembelajaran bagi anak usia dini, komunikasi harus dikembangkan
dengan strategi yang disesuaikan dengan tingkat pertumbuhan dan perkembangan anak,
salah satu pusat perhatian adalah perkembangan bahasa anak yang akan memberikan
pengaruh besar terhadap strategi komunikasi terhadap anan usia dini.
Pengenalan baca tulis bisa saja diterapkan pada anak usia dini dengan metode
yang tepat, yakni melalui bermain agar tidak menghilangkan prinsip belajar anak.
Stimulasi dan peran pendidik sangat diperlukan untuk mengembangkan kemampuan
tersebut.
B. Saran
Dalam pembuatan makalah ini mungkin masih terdapat beberapa kesalahan baik
dari isi dan cara penulisan. Untuk itu kami sebagai penulis mohon maaf apabila pembaca
tidak merasa puas dengan hasil yang kami sajikan, dan kritik beserta saran juga kami
harapkan agar dapat menambah wawasan untuk memperbaiki penulisan makalah kami.

14
DAFTAR PUSTAKA

Alo Liliweri, Wacana Komunikasi Organisasi, (Bandung: Mandar Maju, 2004).


Yayah Churiyah, Komunikasi Lisan dan Tertulis, (Bandung : UPI).
Atiqotul Maola Alfarichah, 2018, Pengenalan Baca Tulis Anak Usia Dini, Jurnal Adzkia,
Volume 2 (1), 23-33.
Biddulph, Steve, 2004, The Secret of Happy Children (Membesarkan Anak Agar Bahagia
Melalui Komunikasi Yang Harmonis), Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.
Permendiknas NO 58 Tahun 2009, Tentang Standar Pendidikan Anak Usia Dini.
Istiyani, D, 2013. Model Pembelajaran Membaca Menulis Menghitung (Calistung); Pada
Anak Usia Dini di Kabupaten Pekalongan. Jurnal Penelitian Vol.10, No.1.

15

Anda mungkin juga menyukai