Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH

PERAN GURU DALAM PELAKSANAAN BIMBINGAN DAN


KONSELING MENGHADAPI PESERTA DIDIK

Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Kelompok


Pada Mata Kuliah : Layanan Bantuan Peserta Didik AUD
Dosen Pengampu : Rizqi Isnaeni Fajri, S.Pd.I.,M.Psi.,Psikolog

Disusun Oleh :
Kelompok 6

Siti Munawaroh (2019.4.7.1.01126)


Epi Sopiani (2019.4.7.1.01086)
St. Patimah (A) (2019.4.7.1.01128)
Najikhah (2019.4.7.1.01103)
Sa'adah (2019.4.7.1.01118)
Ade robiyah (2019.4.7.1.01066)
Winarni (2019.4.7.1.01140)

FAKULTAS TARBIYAH
PENDIDIKAN ISLAM ANAK USIA DINI (PIAUD)
SEMESTER V KELAS B
INSTITUT AGAMA ISLAM ( IAI )
BUNGA BANGSA CIREBON
TAHUN 2021
1
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya berupa
kesempatan dan pengetahuan kepada kami sehingga makalah ini bisa selesai pada waktunya.

Terima kasih juga kami ucapkan kepada teman-teman yang telah berkontribusi
dengan memberikan ide-idenya sehingga makalah ini bisa disusun dengan baik dan rapi.

Kami berharap semoga makalah ini bisa menambah pengetahuan para pembaca.
Namun terlepas dari itu, kami memahami bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna,
sehingga kami sangat mengharapkan kritik serta saran yang bersifat membangun demi
terciptanya makalah selanjutnya yang lebih baik lagi.

Cirebon, 11 Juli 2021

Tim Penyusun

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................... 2

DAFTR ISI ................................................................................................................. 3

BAB I PENDAHULUAN .......................................................................................... 4

A. Latar Belakang .............................................................................................. 4


B. Rumusan Masalah ......................................................................................... 4
C. Tujuan ............................................................................................................ 4

BAB II PEMBAHASAN ........................................................................................... 5

A. Pengertian Bimbingan dan Konseling............................................................ 5


B. Bimbingan Konseling PAUD ........................................................................ 7
1. Tugas dan Ciri Perkembangan Anak Usia Dini ..................................... 8
2. Pelaksanaan Bimbingan dan Konseling di PAUD/TK ........................... 9
3. Fungsi Bimbingan dan Konseling untuk Anak Usia Dini ...................... 11
4. Program Bimbingan Konseling Anak Usia Dini .................................... 11
C. Pentingnya Mengenal Anak PAUD yang Bermasalah .................................. 12
D. Respon Guru Menghadapi Anak PAUD Bermasalah ................................... 13
E. Peran Guru Dalam Pelaksanaan Bimbingan Dan Konseling Menghadapi Peserta
Didik............................................................................................................... 14
F. Teknik Membantu Peserta Didik Yanga Bermasalah.................................... 18

BAB III PENUTUP ...................................................................................................19

A. Kesimpulan ....................................................................................................19
B. Saran ..............................................................................................................19

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................20

3
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Bimbingan dan konseling di dalam dunia pendidikan merupakan hal penting yang
harus menjadi perhatian semua pihak sejak dini. PAUD (Pendidikan Anak Usia Dini
merupakan tingkatan pendidikan pertama di mana di usia ini anak didik berada pada
tahapan perkembangan yang dikenal dengan masa emas, sehingga anak didik akan
mudah diarahkan untuk tumbuh dan berkembang optimal dalam melaksanakan tugas
perkembangannya yang meliputi aspek intelektual, emosional, minat bakat, sosial,
maupun aspek adaptasi. Tumbuh kembang anak didik yang optimal merupakan
pentingnya peranan pelaksanaan Bimbingan dan Konseling di sekolah. Oleh sebab itu,
peran seorang guru bimbingan konseling di taman kanak-kanak menjadi sangat penting
untuk membantu mengoptimalkan semua aspek perkembangan dan pembentukan
karakter anak didik meskipun saat ini di Indonesia seringkali guru di taman kanakkanak
merangkap sebagai guru bimbingan konseling bagi anak didiknya.
Maka dari itu penulis ingin mengetahui bagaimana Peran Guru Dalam
Pelaksanaan Bimbingan Dan Konseling Menghadapi Peserta Didik.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana peran guru dalam pelaksanaan bimbingan dan konseling
menghadapi peserta didik ?
2. Bagaimana cara mengenali anak yang bermasalah ?
3. Apa saja teknik untuk membantu peserta didik yang bermasalah ?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui peran guru dalam pelaksanaan bimbingan dan
konseling menghadapi peserta didik.
2. Untuk mengetahui faktor pendukung dan penghambat dalam
pelaksanaan layanan bimbingan dan konseling dalam menghadapi peserta didik.
3. Untuk mengetahui teknik untuk membantu peserta didik yang
bermasalah.

4
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Bimbingan dan Konseling


Secara etimologis, bimbingan dan konseling terdiri atas dua kata yaitu
“bimbingan” (berasal dari kata “guidance”) dan “konseling” (berasal dari kata
“counselling”). Pelaksanaan bimbingan dan konseling merupakan satu kesatuan aktivitas
yang tidak terpisahkan.
Istilah bimbingan merupakan terjemahan dari kata “guidance”. Istilah
“guidance” diterjemahkan dengan arti bantuan atau tuntunan. Ada juga yang
menerjemahkan kata “guidance” dengan arti pertolongan. Berdasarkan arti ini, secara
etimologis, bimbingan berarti bantuan atau tuntunan. Tidak semua bantuan atau tuntunan
yang diberikan seseorang kepada orang lain merupakan bimbingan dalam arti bimbingan
dan konseling.1
Apabila merujuk kepada proses perkembangan peserta didik, bimbingan juga
berarti proses bantuan yang diberikan oleh pembimbing kepada terbimbing supaya
peserta didik dapat mencapai perkembangan yang optimal. Jika proses bimbingan
berlangsung di sekolah, maka bimbingan dapat diartikan sebagai proses bantuan yang
diberikan oleh pembimbing kepada peserta didik supaya tercapai tingkat perkembangan
yang optimal.
Bimbingan merupakan bantuan yang diberikan oleh konselor yang memiliki
kompetensi (profesional) kepada individu dari berbagai tahapan usia untuk membantu
mereka mengarahkan kehidupannya, mengembangkan pandangan hidupnya, menentukan
keputusan bagi dirinya, dan memecahkan masalah-masalah yang dihadapi.2
Terdapat delapan unsur pokok bimbingan, yaitu (1) bimbingan merupakan suatu
proses yang berkelanjutan; (2) bimbingan merupakan proses membantu individu; (3)
bantuan dalam bimbingan diberikan kepada setiap individu yang memerlukannya di
dalam proses perkembangannya; (4) bantuan yang diberikan agar individu dapat
mengembangkan dirinya secara optimal; (5) tujuan bimbingan adalah agar individu dapat
berkembang secara optimal sesuai lingkungannya; (6) diperlukan berbagai pendekatan
dan teknik serta media dalam pemberian bantuan; (7) bimbingan hendaknya

1
Tohirin, Bimbingan dan Konseling di Sekolah dan Madrasah, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2015),
hlm. 15.
2
Mugiarso, H dkk, Bimbingan dan Konseling, (Semarang: Universitas Negeri Semarang Press, 2012),
hlm. 2.

5
mencerminkan suasana asuh; dan (8) bimbingan dilaksanakan oleh personal yang
memiliki keahlian dan pengalaman khusus dalam bidang bimbingan.3
Berdasarkan atas ciri-ciri pokok tersebut, yang dimaksud dengan bimbingan
adalah proses pemberian bantuan yang dilakukan oleh seorang yang ahli kepada
seseorang atau individu, baik anak-anak, remaja, dan dewasa agar orang yang dibimbing
dapat mengembangkan kemampuan dirinya sendiri dan mandiri, dengan memanfaatkan
kekuatan individu yang ada dan dapat dikembangkan berdasarkan norma-norma yang
berlaku.
Istilah konseling yang berasal dari bahasa Inggris yaitu “counselling” di dalam
kamus artinya dikaitkan dengan kata “counsel” yang mempunyai beberapa arti yaitu:
nasihat (to obtain counsel), anjuran (to give counsel), dan pembicaraan (to take counsel).
Berdasarkan uraian tersebut, konseling secara etimologis berarti pemberian nasihat,
anjuran, dan pembicaraan dengan bertukar pikiran.4
Rumusan konseling mengandung hal-hal pokok, yaitu (1) konseling melibatkan
dua orang yang saling berinteraksi secara langsung dengan mengemukakan dan
memperhatikan isi pembicaraan; (2) interaksi antara konseli dan konselor berlangsung
dalam waktu yang relatif lama dan terarah untuk mencapai tujuan; (3) tujuan dari
hubungan konseling adalah terciptanya perubahan pada tingkah laku klien; (4) model
interaksi di dalam konseling terbatas pada dimensi verbal, yaitu konselor dan konseli
saling berbicara; (5) konseling merupakan proses yang dinamis, artinya konseli dibantu
untuk dapat mengembangkan dirinya untuk mengatasi masalah-masalah yang dihadapi
klien; dan (6) konseling didasari atas penerimaan konselor secara wajar tentang diri
klien, yaitu penghargaan terhadap harkat dan martabat klien. Atas dasar ciri-ciri pokok
tersebut, konseling merupakan suatu proses memberi bantuan yang dilakukan melalui
wawancara konseling oleh seorang konseli kepada klien yang bermuara pada teratasinya
masalah yang dihadapi klien.5
Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 111
Tahun 2014 tentang Bimbingan dan Konseling pada Pendidikan Dasar dan Pendidikan
Menengah pada Pasal 1 Ayat 1 yang menyatakan, “Bimbingan dan Konseling adalah
upaya sistematis, objektif, logis, dan berkelanjutan serta terprogram yang dilakukan oleh
3
Ngalimun, Bimbingan Konseling di SD/MI Suatu Pendekatan Proses, (Yogyakarta: Aswaja Pressindo,
2014), hlm. 3-4.
4
Tohirin, Bimbingan dan Konseling di Sekolah dan Madrasah, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2015),
hlm. 21.
5
Mugiarso, H dkk, Bimbingan dan Konseling, (Semarang: Universitas Negeri Semarang Press, 2012),
hlm. 4-5.

6
konselor atau guru bimbingan dan konseling untuk memfasilitasi perkembangan peserta
didik/konseli untuk mencapai kemandirian dalam kehidupannya”.6
Bimbingan dan konseling dilaksanakan dari manusia, untuk manusia dan oleh
manusia.” Bimbingan dan konseling dari manusia, artinya layanan bimbingan dan
konseling diselenggarakan berdasarkan hakikat keberadaan manusia dengan segenap
dimensi kemanusiaannya. Untuk manusia, dimaksudkan bahwa pelayanan tersebut
diselenggarakan demi tujuan-tujuan yang agung, mulia, dan positif bagi kehidupan
kemanusiaan menuju manusia seutuhnya, baik manusia sebagai individu maupun
kelompok. Oleh manusia, mengandung pengertian penyelenggaraan kegiatan bimbingan
dan konseling adalah manusia dengan segenap derajat, martabat, dan keunikan masing-
masing.7
Bimbingan dan konseling merupakan proses bantuan yang diberikan oleh
pembimbing (konselor) kepada individu (konseli) melalui pertemuan tatap muka atau
hubungan timbal balik antara keduanya, supaya konseli mempunyai kemampuan atau
kecakapan melihat dan menemukan masalahnya serta mempunyai kemampuan
memecahkan masalahnya sendiri.8
Berdasarkan berbagai pendapat yang dikemukakan mengenai bimbingan dan
konseling, dapat disimpulkan bahwa bimbingan dan konseling merupakan proses
pemberian bantuan yang dilakukan secara tatap muka antara seorang ahli kepada
individu bermasalah untuk membantu individu menjadi pribadi yang mandiri dan
berkembang secara optimal dalam kehidupan pribadi, kehidupan sosial, kemampuan
belajar, dan perencanaan karier melalui berbagai jenis layanan dan kegiatan pendukung
bimbingan dan konseling berdasarkan norma-norma yang berlaku.
B. Bimbingan Konseling PAUD
Program Kegiatan Belajar Taman Kanak-Kanak (PKBTK) tahun 1994 dan 2002
disebutkan tentang proses bimbingan di taman kanak-kanak yang merupakan bantuan
khusus yang diberikan oleh guru atau petugas lainnya kepada anak didik untuk
mengetahui adanya hambatan atau kesulitan yang dihadapi anak.9

6
Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 111 Tahun 2014 tentang
Bimbingan dan Konseling pada Pendidikan Dasar dan Pendidikan Menengah, Online, Tersedia di
https://akhmadsudrajat.files.wordpress.com/2014/11/permendikbud-no-111-tahun-2014-tentang-bimbingan-
dan konseling.pdf. (diakses 10 Januari 2017)
7
Prayitno dan Erman Amti, Dasar-dasar Bimbingan dan Konseling, (Jakarta: Rineka Cipta, 2013), hlm.
92.
8
Tohirin, Bimbingan dan Konseling di Sekolah dan Madrasah, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2015),
hlm. 25.

7
Perencanaan layanan bimbingan dan konseling PAUD bertujuan mengidentifikasi
kebutuhan dan masalah yang di alami anak didik, menentukan karakteristik sekolah,
menentukan skala prioritas, serta mengupayakan dukungan dan kerjasama dari guru, staf
sekolah, dan orang tua.10
Langkah-langkah pelaksanaan bimbingan konseling di PAUD yang meliputi
pelaksanaan layanan bimbingan yang berorientasi pada bentuk layanan. Bentuk
pelaksanaan itu diantaranya berupa layanan pengumpulan data, informasi, konseling,
penempatan, evaluasi dan tindak lanjut.11
Aspek yang di nilai dalam evaluasi di PAUD meliputi kesesuaian antara program
dengan pelaksanaan, terlaksananya program, hambatan-hambatan yang ditemui, dampak
layanan bimbingan terhadap kegiatan belajar mengajar, respon anak didik, guru dan
orang tua terhadap layanan bimbingan kepada anak serta perubahan kemajuan anak
dalam pemberian bimbingan. Dalam penelitian ini, mengetahui terlaksananya kegiatan
menjadi tujuan penelitian.12
1. Tugas dan Ciri Perkembangan Anak Usia Dini

Hurlock (1993) menyebutkan tugas perkembangan kanak-kanak yang


meliputi:13

1. Belajar keterampilan fisik yang diperlukan untuk bermain


2. Membina sikap yang sehat (positif) terhadap diri sendiri sebagai seorang individu
yang berkembang, seperti kesadaran tentang harga diri dan kemampuan diri
3. Belajar bergaul dengan teman-teman sebaya sesuai dengan etika moral yang
berkembang di masyarakat
4. Belajar memainkan peran sesuai dengan jenis kelamin
5. Mengembangkan dasar-dasar keterampilan membaca, menulis dan menghitung
6. Mengembangkan konsep-konsep yang diperlukan dalam kehidupan sehari-hari
7. Mengembangkan sikap objektif baik positif dan negatif terhadap kelompok dan
masyarakat

9
Agung Anak Ngurah Adhipura, Bimbingan dan Konseling Aplikasi di Sekolah Dasar dan Taman Kanak-
kanak, (Yogyakarta, 2013), hlm. 81.
10
Yuline, Layanan Bimbingan dan Konseling di Sekolah, (Pontianak: CV Kami Pontianak, 2009), hlm. 16.
11
Agung Anak Ngurah Adhipura, Bimbingan dan Konseling Aplikasi di Sekolah Dasar dan Taman Kanak-
kanak, (Yogyakarta, 2013), hlm. 98.
12
Yuline, Layanan Bimbingan dan Konseling di Sekolah, (Pontianak: CV Kami Pontianak, 2009), hlm. 21.
13
Cahaya Afriani Napitupulu, “Penerapan Bimbingan Konseling Guru Taman Kanak Kanak Pada Anak
Usia Dini”, Jurnal Pendidikan Dan Psikologi Pintar Harati Vol. 15 No. 2, Desember 2019, (Palangka Raya :
Universitas Palangka Raya, 2019) hlm. 5.

8
8. Belajar mencapai kemerdekaan atau kebebasan pribadi sehingga menjadi diri
sendiri, mandiri dan bertanggung jawab.

Anak usia 3-5 tahun memiliki ciri yang sangat aktif dan energik. Anak juga
suka bermain peran. Ide-ide anak juga mulai berkembang, mulai menjalin
pertemanan, dan ada keinginan bergabung dengan kelompok lain. Pada usia 5 – 6
tahun, anak periang dan imajinatif, dan senang bergerak.

2. Pelaksanaan Bimbingan dan Konseling di PAUD

Pelaksanaan Bimbingan konseling di PAUD meliputi :14

1) Perencanaan
Dalam perencanaan matang diperlukan pemahaman mendalam tentang
karakteristik anak yang unik, dan khas yang berbeda antara satu dengan lainnya.
Beberapa hal berikut harus diperhatikan dalam perencanaan bimbingan konseling
di PAUD antara lain:
a. Sistematis : terstruktur dalam penyusunan Rencana Kegiatan Harian,
Rencana Kegiatan Mingguan, Rencana Kegiatan Semester, dan Rencana
Kegiatan Tahunan meliputi sisipan kegiatan bimbingan dan konseling yang
dilakukan baik kepada anak, maupun orang tua.
b. Terarah : kesesuaian antara kegiatan bimbingan dan konseling yang
dilakukan dengan tujuan yang diinginkan baik oleh orang tua, guru, dan juga
tujuan pendidikan nasional.
c. Terpadu : keterpaduan antara semua aspek perkembangan dan kegiatan
bermain yang dilakukan oleh anak usia dini. Kegiatan bimbingan dan
konseling bisa berjalan beriringan dan terpadu dengan kegiatan yang telah
direncanakan. Setelah perencanaan, maka langkah selanjutnya adalah
pengumpulan data, penyusunan program, koordinasi dan penyediaan fasilitas,
2) Pengelolaan
Pengelolaan dalam pelaksanaan BK di PAUD meliputi pengelolaan semua
aspek dalam pendidikan anak usia dini dengan tepat yang sesuai dengan
karakteristik dan kekhasan anak. Pengelolaan meliputi manajemen dalam
sekolah maupun dengan luar pihak sekolah khususnya orangtua dan instansi
terkait. Pengelolaan ini juga meliputi pengawasan dalam bimbingan dan

14
Suyadi, Bimbingan Konseling untuk PAUD, (Jogjakarta: Diva Press, 2009).

9
konseling di PAUD yang bertujuan sebagai tindakan preventif/pencegahan.
Namun jika terjadi kasus yang memerlukan penanganan khusus maka guru
sebaiknya merekomendasikan anak tersebut ke pihak yang lebih kompeten di
luar lembaga PAUD.15 Pengawasan juga berarti guru dan jajaran sekolah
bersama-sama memantau, menilai, memperbaiki, meningkatkan dan juga
mengembangkan pelayanan di sekolah dalam segala aspek yang sesuai dengan
karakter anak usia dini serta menjaga stabilitas pertumbuhan anak.16
3) Pelayanan
Ada beberapa jenis pelayanan bimbingan konseling yang dapat dilakukan,
antara lain:
a. Layanan pengumpulan data; merupakan kegiatan mengumpulkan data dan
keterangan tentang anak didik, lingkungan peserta didik dan lingkungan
lainnya. Berbagai instrumen dapat digunakan baik tes maupun non-tes.
Pengumpulan data bertujuan untuk perkembangan anak didik, bersifat
berkelanjutan, sistimatik, komprehensif, terpadu dan bersifat tertutup.
b. Layanan informasi; merupakan layanan yang diberikan baik pada anak
didik dan orang tua agar dapat menerima dan memahami berbagai informasi.
Tujuan layanan informasi adalah membantu anak didik dan orang tua agar
dapat mengambil keputusan yang tepat terkait anak. Layanan ini berfungsi
untuk pencegahan dan pemahaman. Jenis layanan informasi adalah:
informasi pendidikan, sosial, kesehatan, keagamaan, hukum.
c. Layanan konseling; layanan ini bersifat pribadi maupun kelompok. Tujuan
konseling yang dilakukan adalah memberi bantuan yang intensif dalam
pengembangan kemampuan, bakat, minat anak, dan memecahkan kesulitan
yang dihadapi. Sasaran konseling adalah orangtua atau anggota keluarga, dan
anak-anak.
d. Layanan penempatan; yaitu layanan yang membantu anak didik dan orang
tua dalam memperoleh penempatan dan penyaluran yang tepat baik didalam
kelas (sekolah) maupun di rumah, baik kelompok belajar/bermain, atau
kegiatankegiatan yang sesuai dengan minat bakat anak dan karakteritik anak
tersebut.

15
Ibid, hlm. 171.
16
Ibid, hlm. 174.

10
e. Layanan tindak lanjut; layanan ini diberikan pada anak didik berdasarkan
hasil evaluasi yang dilakukan guru. Anak yang memiliki penanganan khusus
dan lanjut sebaiknya direkomendasikan kepada ahli. Sedangkan anak yang
tidak mengalami masalah khusus bisa tetap memperoleh bimbingan dan
konseling secara kontinyu dan berkelanjutan.
3. Fungsi Bimbingan dan Konseling untuk Anak Usia Dini17
1) Fungsi Pemahaman
Fungsi pemahaman yaitu usaha bimbingan yang dilakukan guru atau
pendamping untuk menghasilkan pemahaman yang menyeluruh tentang
aspekaspek pemahaman diri anak, hambatan/masalah yang dihadapi anak,
lingkungan anak yang mencakup keluarga dan tempat belajar, lingkungan yang
lebih luas diluar rumah dan diluar tempat belajar, cara-cara penyesuaian dan
pengembangan diri.
2) Fungsi Pencegahan
Fungsi pencegahan yaitu usaha bimbingan yang bertujuan mencegah anak
dari berbagai permasalahan yang dapat mengganggu, menghambat ataupun
menimbulkan kesulitan dalam proses perkembangan.
3) Fungsi Perbaikan
Fungsi perbaikan adalah usaha bimbingan yang menghasilkan terpecahnya
berbagai permasalahan yang dialami oleh anak didik.
4) Fungsi Pemeliharaan dan Pengembangan
Bertujuan untuk memelihara dan mengembangkan berbagai potensi dan
kondisi positif anak didik dalam rangka perkembangan dirinya secara
berkelanjutan
4. Program Bimbingan Konseling Anak Usia Dini
Berikut beberapa program bimbingan konseling untuk anak usia dini :18
1. Parenting. Parenting diartikan sebagai pengasuhan orang tua,
maksudnya adalah proses interaksi antara orang tua dengan anak. Kegiatan
Parenting juga dapat dilakukan melalui PAUD. Proses parenting pada PAUD

17
Cahaya Afriani Napitupulu, “Penerapan Bimbingan Konseling Guru Taman Kanak Kanak Pada Anak
Usia Dini”, Jurnal Pendidikan Dan Psikologi Pintar Harati Vol. 15 No. 2, Desember 2019, (Palangka Raya :
Universitas Palangka Raya, 2019) hlm. 8.
18
Syaodih, E, Bimbingan Konseling untuk Anak Usia Dini, (Tangerang Selatan: Universitas Terbuka,
2014).

11
dilakukan dengan penuh kasih sayang, dengan disertai penanaman nilai moral
keagamaan dan sosial.
2. Konseling. Konseling pada PAUD dilakukan dalam nuansa bermain.
Bermain merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari dunia anak.
3. Karyawisata. Karyawisata atau field trip selain berfungsi sebagai
kegiatan rekreasi atau metode mengajar, dapat pula berfungsi sebagai salah satu
teknik dan pendekatan dalam bimbingan kelompok. Dengan field trip
(karyawisata) imajinasi anak dapat berkembang dengan baik.
4. Kegiatan ekstra kurikuler. Kegiatan ekstrakurikuler dilakukan untuk
mengembangkan minat serta bakat anak.
5. Leaflet. Melalui leaflet orang tua terbantu untuk mendapatkan
informasi tentang tempat-tempat di mana anak mereka dapat belajar.
C. Pentingnya Mengenal Anak PAUD yang Bermasalah19
Masalah - masalah pada anak PAUD menjadi penting untuk diketahui karena tiga
alasan (1) dilihat dari kepentingan anak PAUD, (2) sikap guru, dan (3) orang tua.
1. Dilihat dari Kepentingan Anak
Kelainan perilaku yang ditampilkan anak, jika tidak mendapat bimbingan pada
usia dini, anak berpotensi menjadi anak bermasalah kelak ketika bersekolah di SD,
SLTP atau di SMU. Di lihat dari sisi anak didik, bagi anak yang bermasalah itu
sendiri ia tidak merasakan adanya gangguan, tetapi hal tersebut justru dirasakan oleh
pihak pendidik atau orang tua.
Misalnya, anak tidak merasa bahwa ia nakal atau suka mengganggu teman,
tetapi lingkungan ( guru dan teman-teman ) merasakan akibat perbuatannya itu.
Sebaliknya kesalahpahaman guru tentang anak akan menimbulkan rasa tidak aman
bagi anak yang bersangkutan. Pelayanan guru yang salah akan memberi dampak
terhadap perkembangan anak selanjutnya. Pemberian label anak nakal, anak bodoh,
anak malas, anak yang kurang beruntung, anak belum cukup matang untuk sekolah,
belum mau belajar akan berpengaruh terhadap anak dan akan mengganggu belajar
bagi anak, perkembangan konsep diri, sikap dan perilaku anak terhadap belajar.
Misalnya, jika pemaknaan tentang belajar di PAUD dipersepsi sebagai sesuatu yang
tidak menyenangkan bagi anak maka hal tersebut dapat menjadikan anak justru
benar-benar jadi bermasalah dalam belajar.

19
Dharlinda Suri, “Peranan Guru Taman Kanak-Kanak Dalam Membantu Mengatasi Siswa Bermasalah”,
Jurnal LENTERA STKIP-PGRI Bandar Lampung, Vol. 2 2014, (Lampung : STKIP-PGRI, 2014), hlm. 6-8.

12
2. Sikap Guru PAUD
Sikap guru PAUD menghadapi anak bermasalah bermacam-macam. Sebagian
guru PAUD menganggap " hiperaktifitas " sebagai perilaku yang wajar untuk anak
pra sekolah dan tidak perlu mendapat perhatian karena anak akan berubah sesuai
dengan bertambahnya usia. Anak tidak dapat diam merupakan perilaku anak PAUD.
Yang menjadi pertanyaan apakah perilaku anak yang hiperaktif itu merupakan
perilaku wajar atau sudah bermasalah ?
Guru perlu mengenal batas-batas apakah perilaku anak masih wajar atau sudah
bermasalah dan perlu bantuan. Untuk itulah guru perlu mengenal ciri atau gejala
anak yang bermasalah sehingga guru dapat membantu anak yang bermasalah dalam
perkembangannya.
3. OrangTua
Untuk dapat menolong anak di rumah orang tua perlu mengenal ciriciri bahwa
tingkah laku anak masih wajar atau sudah merupakan perilaku yang bermasalah.
Karena itu hubungan yang erat antara guru dan orang tua perlu dibina dan
komunikatif sehingga perilaku anak di PAUD dapat disampaikan kepada orang tua
dan sebaliknya.
D. Cara Guru Menghadapi Anak PAUD Bermasalah20
Anak yang bermasalah umumnya akan mengalami perubahan dalam bentuk
perilaku yang dapat dilihat gejalanya dari cara ia bekerja, bermain, berteman, makan,
ungkapan kata yang dipergunakan anak, dan lain - lain. Di samping itu anak bermasalah
sering juga mengalami hambatan dalam pernyataan emosinya. Oleh karena itu, guru
PAUD sudah saatnya memahami berbagai emosi pada anak PAUD khususnya bagi yang
bermasalah, dan mendekatinya secara sederhana.
1. Menghargai emosi - emosi negatif anak, dan saat emosi negatif muncul sebaiknya
guru menciptakan hubungan yang akrab.
2. Sabar menghadapi anak yang sedih, marah, atau ketakutan, dan tidak menjadi marah
jika menghadapi emosi anak.
3. Sadar dan menghargai emosi - emosinya sendiri.
4. Melihat emosi negatif sebagai arena yang penting dalam mengasuh anak.
5. Peka terhadap keadaan emosi anak, walaupun ungkapan emosinya tidak terlalu
kelihatan.
6. Tidak bingung atau cemas menghadapi ungkapan – ungkapan emosional anak.
20
Ibid, hlm. 10.

13
7. Tidak menanggapi lucu atau meremehkan perasaan negatif anak.
8. Tidak memerintahkan apa yang harus dirasakan oleh anak
9. Tidak merasa bahwa guru harus membereskan segala masalah bagi anak.
10. Menggunakan saat- saat emosional sebagai saat untuk : (1) mendengarkan anak, (2)
berempati dengan kata - kata yang menyejukkan, (3) menolong anak memberi nama
emosi yang sedang dirasakannya, (4) menawarkan petunjuk tentang emosi, (5)
menentukan batas - batas dan mengajarkan ungkapan – ungkapan emosi yang dapat
diterima, (6) mengajar keterampilan untuk menyelesaikan masalah.

Gaya yang ditampilkan guru di atas akan memberikan pengalaman belajar pada
anak untuk mempercayai perasaan -perasaannya, mengatur emosinya sendiri, dan
menyelesaikan masalahnya-masalahnya. Dengan cara ini anak mempunyai harga diri
yang tinggi, dan belajar bergaul dengan orang lain secara baik.

Beberapa latihan yang harus dilakukan guru agar dapat memahami emosi anak : (1)
Menyadari emosi sendiri, (2) menyadari emosi anak, (3) mengakui emosi anak, sebagai
peluang yang baik untuk mempererat hubungan dengan anak, (4) mendengarkan dengan
empati, (5) menolong anak memberi nama emosinya dengan kata - kata, (6) menentukan
batas - batas sambil membantu anak memecahkan masalah.

Langkah awal yang harus dilakukan adalah memberi respon terhadap perilaku anak
bermasalah. Respon sangat bergantung pada kondisi sekitar permasalahan anak. Jika
memungkinkan untuk berbicara guru dapat membantu anak memecahkan masalahnya,
dengan menggunakan permainan pasangan kata.

E. Peran Guru Dalam Pelaksanaan Bimbingan Dan Konseling Menghadapi Peserta


Didik.
Peran guru dalam pelaksanaan kegiatan bimbingan dan konseling sangatlah
penting. Keberhasilan penyelenggaraan bimbingan dan konseling di sekolah akan sulit
dicapai tanpa peran serta guru di sekolah. Sehubungan dengan hal tersebut sembilan
peran guru yang terkait dengan penyelenggaraan kegiatan bimbingan dan konseling di
sekolah, yaitu:21
1. Sebagai Informator, guru diharapkan sebagai pelaksana cara mengajar
informatif, laboratorium, studi lapangan, dan sumber informasi kegiatan
akademik maupun umum.

21
Sardiman, Interaksi dan Motivasi Belajar-Mengajar, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2001), hlm. 142.

14
2. Sebagai Organisator, guru sebagai pengelola kegiatan akademik, silabus, jadwal
pelajaran dan lain-lain.
3. Sebagai Motivator, guru harus mampu merangsang dan memberikan dorongan
serta reinforcement untuk mendinamisasikan potensi siswa, menumbuhkan
swadaya (aktivitas) dan daya cipta (kreativitas) sehingga akan terjadi dinamika di
dalam proses belajar dan pembelajaran.
4. Sebagai Director, guru harus dapat membimbing dan mengarahkan kegiatan
belajar siswa sesuai dengan tujuan yang dicita-citakan.
5. Sebagai Inisiator, guru sebagai pencetus ide dalam proses belajar-mengajar.
6. Sebagai Transmitor, guru bertindak selaku penyebar kebijaksanaan dalam
pendidikan dan pengetahuan.
7. Sebagai Fasilitator, guru akan memberikan fasilitas atau kemudahan dalam
proses belajar-mengajar.
8. Sebagai Mediator, guru sebagai penengah dalam kegiatan belajar siswa.
9. Sebagai Evaluator, guru mempunyai otoritas untuk menilai prestasi anak didik
dalam bidang akademik maupun tingkah laku sosialnya, sehingga dapat
menentukan bagaimana anak didiknya berhasil atau tidak.

Sembilan peran guru sebagaimana telah dikemukakan terkait erat dengan


penyelenggaraan kegiatan bimbingan dan konseling di sekolah. Kesulitan-kesulitan
atau permasalahan yang timbul dalam implementasi kesembilan peran tersebut pada
dasarnya juga merupakan permasalahan yang berada dalam wilayah penyelenggaraan
kegiatan bimbingan dan konseling. Dalam hal ini, Tugas guru bukan hanya sebagai
pengajar namun juga sebagai pembimbing sekaligus konselor.

Dari ekologi perkembangan manusia dalam bimbingan, peran guru dalam


membantu perkembangan pribadi peserta didik dapt dijelaskan sebagai berikut ini.
a. Bersikap Peduli
Sikap peduli mengandung arti memberi perhatian penuh kepada peserta
didik sebagai pribadi dan memahami apa yang terjadi pada dirinya. Sikap
seperti ini memungkinkan seorang guru mampu menyentuh dunia kehidupan
individual peserta didik dan terbentuknya suatu relasi yang bersifat membantu
(helping relationship).
b. Bersikap Konsisten

15
Sikap konsisen ialah bagaimana membantu peserta didik untuk merasakan
konskuensi tindakannya, dan bukan karena persamaan perlakuan yang diberikan
oleh guru. Prinsip konsistesi ini mengandung implikasi bahwa peristiwa-
peristiwa di dalam kelas harus memungkinkan peserta didik memahami posisi,
peran dirinya, dan mengembangkan kemampuan untuk mengendalikan
perilakunya.
c. Mengembangkan Lingkungan yang Stabil
Guru harus berupaya mengembangkan struktur program dan tatanan yang
dapat menumbuhkan perasaan peserta didik bahwa dirinya hidup dalam dunia
yang memiliki ketraturan, stabilitas, dan tujuan. Lingkungan semacam ini akan
membantu perkembangan diri peserta didik, sedang lingkungan yang tidak
menentu, penuh stres, dan kecemasan akan menumbuhkan frustrasi dan perilaku
salah suai.
d. Bersikap Permisif
Sikap permisif adalah memberikan keleluasaan dan menumbuhkan
keberanian peserta didik untuk menyatakan diri dan menguji kemampuannya,
serta bersikap toleran terhadap kekeliruan dan keragaman perilaku peserta didik.

Ada beberapa hal yang harus diperhatikan guru dalam proses belajar-
mengajar sesuai dengan fungsinya sebagai guru dan pembimbing, yaitu:22

a. Perlakuan terhadap peserta didik didasarkan atas keyakinan bahwa sebagai


individu peserta memiliki potensi untuk berkembang dan maju serta mampu
mengarahkan dirinya sendiri untuk mandiri.
b. Sikap yang positif dan wajar terhadap peserta didik.
c. Perlakuan terhadap peserta didik secara hangat, ramah, rendah hati,
menyenangkan.
d. Pemahaman peserta didik secara empatik.
e. Penghargaan terhadap martabat peserta didik secara individu.
f. Penampilan diri secara asli (genuine) tidak berpura-pura, di depan peserta didik.
g. Kekonkretan dalam menyatakan diri.
h. Penerimaan peserta didik secara apa adanya.
i. Perlakuan terhadap peserta didik secara permisiv.

22
Surya, M. dan Rochman Natawidjaja, Pengantar Bimbingan dan Penyuluhan, (Jakarta: Universitas
Terbuka, 1986).

16
j. Kepekaan terhadap perasaan yang dinyatakan oleh peserta didik dan membantu
peserta didik untuk menyadari perasaannya itu
k. Kesadaran bahwa tujuan mengajar bukan terbatas pada penguasaan peserta didik
terhadap materi pembelajaran saja, melainkan juga menyangkut pengembangan
peserta didik untuk menjadi individu yang lebih dewasa.
l. Penyesuaian diri terhadap keadaan yang khusus.

Peran guru sebagai pembimbing dalam melaksanakan proses belajar-mengajar,


sebagai berikut:23

a. Menyediakan kondisi-kondisi yang memungkinkan setiap peserta didik merasa


aman, dan berkeyakinan bahwa kecakapan dan prestasi yang dicapainya
mendapat penghargaan dan perhatian. Suasana yang demikian dapat
meningkatkan motivasi belajar peserta didik, dan dapat menumbuhkan rasa
percaya dirinya.
b. Mengusahakan agar peserta didik dapat memahami diri, kecakapan-kecakapan,
sikap, minat, dan pembawaanya.
c. Mengembangkan sikap-sikap dasar bagi tingkah laku sosial yang baik. Tingkah
laku peserta ddik yang tidak matang dalam perkembangan sosialnya dapat
merugikan dirinya sendiri maupun teman-temannya.
d. Menyediakan kondisi dan kesempatan bagi setiap peserta didik untuk
memperoleh hasil yang lebih baik. Guru dapat memberikan fasilitas waktu, alat
atau tempat bagi peserta didik untuk mengembangkan kemampuannya.
e. Membantu memilih jabatan yang cocok, sesuai dengan bakat, kemampuan, dan
minatnya. Berhubung guru relatif lama bergaul dengan peserta didik, maka
kesempatan tersebut dapat dimanfaatkannya untuk memahami potensi peserta
didik. Guru dapat menunjukkan arah minat yang cocok dengan bakat dan
kemampuannya. Melalui penyajian materi pelajaran, usaha bimbingan tersebut
dapat dilaksanakan.

F. Teknik Membantu Peserta Didik Yanga Bermasalah


Upaya membantu peserta didik untuk mengatasi perilaku bermasalah
menghendaki keterampilan khusus bagi guru. Bagi guru yang berperan sebagai wali

23
Ahamadi, H. A. dan N. Uhbiyati, Ilmu Kependidikan, (Jakarta: Rineka Cipta, 1991).

17
kelas sekaligus sebagai guru pembimbing, penanganan dan pencegahan perilaku
bermasalah dapat ditempuh dengan mengembangkan kondisi pembelajaran yang
dapat memperbaiki kesehatan mental peserta didik.24
Kepembibingan guru dalam proses belajar dan pembelajaran dapat
diwujudkan dengan upaya mengembangkan dan memelihara lingkungan belajar yang
sehat. Ada beberapa upaya yang dapat dilakukan guru untuk memperoleh lingkungan
belajar yang sehat, antara lain :
1. Memanfaat proses belajar dan pembelajaran di kelas sebagai wahana untuk
bimbingan kelompok. Dalam hal ini guru dan orang tua dapat bekerja sama.
2. Memanfaatkan pendekatan pendekatan kelompok dalam melakukan bimbingan.
Dalam mewujudkan fungsi bimbingan dalam proses belajar dan pembelajaran,
guru dapat menggunakan metode yang bervariasi yang memungkinkan peserta
didik mengembangkan keterampilan kehidupan kelompok. Metode yang
dimaksudkan seperti sosiometri, diskusi, dan bermain peran.
3. Mengadakan konferensi kasus dengan melibatkan para guru dan atau orang tua
siswa. Konferensi kasus ini dimaksudkan untuk emnemukan alternatif bagi
pemecahan kasus.
4. Menjadikan segi kesehatan mental sebagai salah satu segi evaluasi. Evaluasi di
sekolah seyogianya tidak hanya menekankan kepada segi hasil belajar, tetapi juga
memperhatikan perkembangan kepribadian peserta didik, walaupun hasil evaluasi
kepribadian itu tidak dijadikan faktor penentu keberhasilan peserta didik.
Memasukkan aspek-aspek hubungan insaniyah ke dalam kurikulum sebagai
bagian terpadu dari mater belajar dan pembelajaran yang harus disajikan.
5. Menaruh kepedulian khusus terhadap faktor-faktor psikologis yang perlu
dipertimbangkan dalam mengembangkan strategi pembelajaran.

BAB III

PENUTUP

24
Satori, Djam’an, dkk, Profesi Keguruan, (Jakarta: Universitas Terbuka, 2007).

18
A. Kesimpulan
Bimbingan dan konseling merupakan proses pemberian bantuan yang
dilakukan secara tatap muka antara seorang ahli kepada individu bermasalah untuk
membantu individu menjadi pribadi yang mandiri dan berkembang secara optimal
dalam kehidupan pribadi, kehidupan sosial, kemampuan belajar, dan perencanaan
karier melalui berbagai jenis layanan dan kegiatan pendukung bimbingan dan
konseling berdasarkan norma-norma yang berlaku.
Langkah-langkah pelaksanaan bimbingan konseling di Taman Kanak-Kanak
yang meliputi pelaksanaan layanan bimbingan yang berorientasi pada bentuk layanan.
Bentuk pelaksanaan itu diantaranya berupa layanan pengumpulan data, informasi,
konseling, penempatan, evaluasi dan tindak lanjut.
Masalah - masalah pada anak PAUD menjadi penting untuk diketahui karena
tiga alasan (1) dilihat dari kepentingan anak PAUD, (2) sikap guru, dan (3) orang tua.
Peran guru yang terkait dengan penyelenggaraan kegiatan bimbingan dan
konseling, yaitu: (1) Sebagai Informator, (2) Sebagai Organisator, (3) Sebagai
Motivator, (4) Sebagai Director, (5) Sebagai Inisiator, (6) Sebagai Transmitor, (7)
Sebagai Fasilitator, (8) Sebagai Mediator, (9) Sebagai Evaluator.
Upaya membantu peserta didik untuk mengatasi perilaku bermasalah
menghendaki keterampilan khusus bagi guru. Bagi guru yang berperan sebagai wali
kelas sekaligus sebagai guru pembimbing, penanganan dan pencegahan perilaku
bermasalah dapat ditempuh dengan mengembangkan kondisi pembelajaran yang
dapat memperbaiki kesehatan mental peserta didik.
B. Saran
Dalam pembuatan makalah ini mungkin masih terdapat beberapa kesalahan baik dari
isi dan cara penulisan. Untuk itu kami sebagai penulis mohon maaf apabila pembaca
tidak merasa puas dengan hasil yang kami sajikan, dan kritik beserta saran juga kami
harapkan agar dapat menambah wawasan untuk memperbaiki penulisan makalah
kami.

DAFTAR PUSTAKA

Tohirin. 2015. Bimbingan dan Konseling di Sekolah dan Madrasah. Jakarta: PT Raja

19
Grafindo Persada.

Mugiarso, H dkk. 2012. Bimbingan dan Konseling. Semarang: Universitas Negeri Semarang

Press.

Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 111 Tahun 2014

tentang Bimbingan dan Konseling pada Pendidikan Dasar dan Pendidikan Menengah.
Online. Tersedia dihttps://akhmadsudrajat.files.wordpress.com/2014/11/permendikbud-
no-111-tahun-2014-tentang-bimbingan-dan konseling.pdf. (diakses 10 Januari 2017)

Prayitno dan Erman Amti. 2013. Dasar-dasar Bimbingan dan Konseling. Jakarta: Rineka

Cipta.

Agung Anak Ngurah Adhipura. 2013. Bimbingan dan Konseling Aplikasi di Sekolah Dasar

dan Taman Kanak-kanak. Yogyakarta

Yuline. 2009. Layanan Bimbingan dan Konseling di Sekolah. Pontianak: CV Kami

Pontianak.

Afriani Napitupulu Cahaya, Penerapan Bimbingan Konseling Guru Taman Kanak Kanak

Pada Anak Usia Dini, Jurnal Pendidikan Dan Psikologi Pintar Harati Vol. 15 No. 2,
Desember 2019.

Suyadi. 2009. Bimbingan Konseling untuk PAUD. Jogjakarta: Diva Press.

Syaodih, E. 2014. Bimbingan Konseling untuk Anak Usia Dini. Tangerang Selatan:

Universitas Terbuka

Suri Dharlinda, Peranan Guru Taman Kanak-Kanak Dalam Membantu Mengatasi Siswa

Bermasalah, Jurnal Lentera STKIP-PGRI Bandar Lampung, Vol. 2 2014.

Surya, M. dan Rochman Natawidjaja, 1986, Pengantar Bimbingan dan Penyuluhan, Jakarta:

Universitas Terbuka.

20

Anda mungkin juga menyukai