Orde baru akhirnya jatuh setelah kurang lebih 32 tahun berkuasa di Indonesia. Tahun 1998 Indonesia memasuki orde baru / masa reformasi.
- Krisis moneter , Politik , Hukum , dan Kepercayaan.
Krisis Moneter yang melanda Thailand pada awal Juli 1997, merupakan permulaan peristiwa yang mengguncang nilai tukar mata uang negara-negara Asia. Seperti Malaysia,Filipina,Korea, dan tidak terkecuali negara kita Indonesia. Rupiah yang berada pada posisi nilai tukar Rp2.500/US$ terus mengalami kemerosotan. Situasi ini mendorong presiden Soeharto meminta bantuan dari INTERNATIONAL MONETARY FUND (IMF). Persetujuan bantuan IMF dilakukan pada Oktober 1997 dengan syarat pemerintah Indonesia harus melakukan pembaruan kebijakan- kebijakan , terutama kebijakan ekonomi. Diantara syarat-syarat tersebut adalah penghentian subsidi dan penutupan 16 bank swasta. Nilai tukar rupiah yang berada diposisi Rp4.000/US$ pada Oktober twerus melemah menjadi sekitar Rp17.000/US$ pada bulan Januari 1998. Kondisi ini berdampak pada jatuhnya bursa saham Jakarta, bangkrutnya perusahaan-perusahaan besar di Indonesia yang menyebabkan terjadinya Pemututusan Hubungan Kerja (PHK) besar-besaran. Kondisi ini yang membuat Presiden Soeharto menerima proposal reformasi IMF pada tanggal 15 Januari 1998 dengan ditandatanganinya Letter Of Intent ( Nota Kesepakatan) antara Presiden Soeharto dan pelaksana IMF Michele Camdesius. Pada saat krisis semakin dalam, muncul ketegangan-ketegangan sosial dalam masyarakat. Pada bulan-bulan awal 1998 disejumlah kota terjadi kerusuhan anti Cina. Kelompok ini menjadi sasaran kemarahan masyarakat karena mereka mendominasi perekonomian di Indonesia. Krisis ini pun semakin menjalar dalam bentuk gejolak-gejolak non ekonomi lainnya yang membawa pengaruh terhadap proses perubahan selanjutnya. Hasil pemilu ke-6 yang diselenggarakan pada 29 mei 1997 , Golkar memperoleh suara 74,5% , PPP 22,4%, dan PDI 3%. Sidang umum MPR yang dilaksanakan pada Maret 1998 menetapkan Kembali Soeharto sebagai presiden untuk masa jabatan 5 tahun yang ketujuh kalinya dengan B.J. HABIBIE sebagai wakil presiden. Dalam beberapa minggu setelah terpilihnya kembali presiden Soeharto sebagai presiden RI, kekuatan-kekuatan oposisi yang sejak lama dibatasi mulai muncul ke permukaan. Meningkatnya kecaman terhadap presiden Soeharto terus meningkat yang ditandai lahirnya Gerakan mahasiswa sejak awal 1998. Gerakan mahasiswa yang mulai mengkristal di kampus-kampus, seperti ITB,UI,dan lain-lain semakin meningkat intensitasnya sejak terpilihnya Soeharto. Garis besar tuntutan mahasiswa dalam aksi-aksinya di kampus berbagai kota, yaitu tuntutan penurunan harga sembako (Sembilan bahan pokok), penghapusan monopoli, korupsi dan nepotisme (KKN) serta suksesi kepemimpinan nasional. Di tengah maraknya aksi protes mahasiswa dan komponen masyarakat lainnya, pada tanggal 4 Mei 1998 pemerintah mengeluarkan kebijakan menaikkan harga BBM dan tarif dasar listrik. Kebijakan yang diambil pemerintah bertentangan dengan tuntutan yang berkembang saat itu. Sehingga naiknya harga BBM dan tarif dasar listrik semakin memicu gerakan massa , karena kebijakan tersebut berdampak pula pada naiknya biaya angkutan dan barang kebutuhan lainnya. Dalam kondisi negara yang sedang mengalami krisis, presiden Soeharto, pada 9 Mei 1998, berangkat ke Kairo(Mesir) untuk menghadiri Konferensi G15. Didalam pesawat menjelang keberangkatannya presiden Soeharto meminta masyarakat tenang dan memahami kenaikan harga BBM. Selain itu, ia menyerukan kepada lawan-lawan politiknya bahwa pasukan keamanan akan menangani dengan tegas setiap ganguan yang muncul. - Tuntutan dan Agenda Reformasi Reformasi adalah gerakan untuk mengubah bentuk atau perilaku suatu tatanan karena tekanan tersebut tidak lagi disukai atau tidak sesuai dengan kebutuhan zaman baik karena tidak efisien maupun tidak bersih dan tidak demokratis kemunculan gerakan reformasi dilatarbelakangi terjadinya krisis multidimensi yang dihadapi bangsa Indonesia gerakan reformasi tahun 1998 mempunyai enam agenda 1 suksesi kepemimpinan nasional 2 amandemen UUD 1945 pemberantasan KKN 4 penghapusan dwifungsi ABRI penegakan supremasi hukum dan 6 pelaksanaan otonomi daerah dan yang menjadi agenda utama gerakan reformasi adalah turunnya Soeharto dari jabatan presiden akhir pemerintahan Orde Baru pada tanggal 12 Mei 1998 empat mahasiswa Universitas Trisakti Jakarta tewas tertembak peluru saat demonstrasi menuntut Soeharto mundur mereka adalah Heri Hartanto multi awan Resmana dan Habibie mereka tertembak ketika ribuan mahasiswa Trisakti dan lainnya baru memasuki kampusnya setelah melakukan demontrasi di gedung MPR penembakan aparat di Universitas Trisakti itu menurut demokrasi yang ditetapkan pada tanggal 13 Mei 1998 terjadi kerusuhan pembakaran dan penjarahan di Jakarta dan Solo kondisi ini memaksa presiden Soeharto mempercepat kepulangannya dari Mesir sementara itu mulai tanggal 14 Mei 1998 demonstrasi mahasiswa semakin meluas bahkan para demonstran mulai menduduki gedung-gedung pemerintah pusat dan daerah mahasiswa Jakarta menjadikan gedung DPR MPR sebagai pusat gerakan yang relatif aman ratusan ribu mahasiswa menduduki gedung rakyat Bahkan mereka menduduki atap gedung tersebut mereka berupaya menemui pimpinan MPR DPR agar mengambil sikap yang tegas akhirnya tanggal 18 Mei 1998 ketua MPR DPR Harmoko meminta Soeharto turun dari jabatannya sebagai presiden untuk mengatasi keadaan Presiden Soeharto menjanjikan akan mempercepat pemilu hal ini dinyatakan setelah Soeharto mengundang beberapa tokoh masyarakat seperti Nurcholish Madjid dan Abdurrahman Wahid di istana negara pada tanggal 19 Mei 1998 akan tetapi Upaya ini tidak mendapat sambutan rakyat momentum Hari Kebangkitan Nasional 20 Mei 1998 rencananya digunakan oleh para tokoh reformasi untuk mengadakan doa bersama di sekitar Tugu Monas akan tetapi rencana apel dan doa bersama batal karena 80000 tentara bersiaga di kawasan tersebut di Yogyakarta Surakarta Medan dan Bandung ribuan mahasiswa dan rakyat demokrasi ketua MPR DPR Harmoko kembali meminta Soeharto mengundurkan diri pada hari Jumat tanggal 20 Mei 1998 atau DPR MPR akan terpaksa memilih Presiden baru bersamaan dengan itu 11 Menteri Kabinet Pembangunan 7 undurkan diri Presiden Soeharto akhirnya membacakan pernyataan pengunduran diri pada tanggal 21 Mei 1998 di Istana Negara Jakarta Soeharto mengundurkan diri dari jabatan presiden yang telah dipegang selama 32 tahun kemudian digantikan oleh b.j. Habibie Sejak saat itu berakhirlah era orde baru dan memasuki sebuah era baru yang kemudian dikenal sebagai masa reformasi.