Anda di halaman 1dari 17

BAB I

STATUS PASIEN

I. IDENTIFIKASI PASIEN
Nama : Tn. A
Usia : 54 tahun
Jenis Kelamin : Laki-Laki
Status Perkawinan : Belum Menikah
Suku / Bangsa : Palembang / Indonesia
Pendidikan : Tamat SMK
Pekerjaan : Pedagang
Agama : Islam
Alamat : Jl. Merdeka LK II No.042 RT 007 kecamatan Kayu
Agung
Datang ke RS : Rabu, 27 Maret 2019 pukul 16.28 WIB
Cara ke RS : Diantar oleh adik dengan kendaraan pribadi
Tempat Pemeriksaan : Instalasi Gawat Darurat RS. dr. Ernaldi Bahar
Palembang

II. RIWAYAT PSIKIATRI


Riwayat psikiatri diperoleh dari:
1. Autoanamnesis dengan pasien pada Rabu, 27 Maret 2019
2. Alloanamnesis dengan adik kandung pasien, laki-laki berusia 47 tahun,
pada Rabu, 27 Maret 2019.

A. Sebab Utama
Ingin membunuh ibunya

B. Riwayat Perjalanan Penyakit


Sejak ± 1 hari yang lalu, menurut keluarga pasien ingin membunuh
ibunya dengan mengejarnya menggunakan parang tanpa sebab yang
kjelas.
Sejak ± 1 pekan terakhir, pasien merasa gelisah dan susah tidur

1
terutama pada malam hari. Pasien juga sering bicara sendiri,mengamuk,
nafsu makan berkurang, pasien suka keluar rumah hanya memakai
pakaian dalam. Pasien mengatakan bahwa dirinya mendapat ilmu
kekuatan dari roh brusli. Pasien juga mengatakan mendengar suara-
suara bisikan orang lain yang membicarakannya dan bisikan yang
menyuruh untuk membunuh ibunya. Pasien merasa orang yang
membeli dagangannya membenci dirinya.. Selain itu, pasien juga sering
mengamuk tiba-tiba. Keluarganya mengatakan bahwa pasien telah
putus obat ± 2 hari yang lalu. Menurut keluarga, ± 2 hari yang lalu
pasien kehabisan obat yang dikonsumsinya. Selama ini pasien kontrol
rutin di poli jiwa RSJ, menebus obat lebih banyak untuk stok di rumah,
menurut keluarga yang tinggal serumah, obat-obat tersebut jarang
diminum sesuai aturan. Bila sedang tenang pasien bekerja sebagai
pedagang kelontongan.
Keluarga pasien mengatakan bahwa perubahan perilaku pasien
terjadi sejak ± 7 tahun yang lalu yaitu pada saat pasien ingin menikah.
Saat itu pasien mulai mengoceh dan tersenyum-senyum sendiri, yang
kemudian semakin parah yaitu mengamuk dan mengganggu lingkungan
sekitar. Sehingga keluarga menyampaikan bahwa hal ini bukanlah hal
yang pertama kali terjadi pada pasien. Keluarga mengklarifikasi bahwa
pasien sudah pernah beberapa kali mendapatkan penanganan di Rumah
Sakit Jiwa Ernaldi Bahar.
III. RIWAYAT PENYAKIT SEBELUMNYA
A. Riwayat Gangguan Psikiatrik Sebelumnya
Penderita sebelumnya pernah dibawa berobat ke Rumah Sakit Jiwa
Ernaldi Bahar pada tahun 2013, 2016 dan 2018 dengan diagnosis
Skizofrenia paranoid. Kurang lebih 3 bulan terakhir sebelum masuk
rumah sakit pada tahun ini, pasien mendapatkan 3 macam obat dari poli
namun pasien tidak rutin meminum obat tersebut.

B. Riwayat Kondisi Medis Umum


1. Riwayat hipertensi = tidak ada
2. Riwayat diabetes mellitus = tidak ada

2
3. Riwayat trauma kapitis = tidak ada
4. Riwayat asma = tidak ada
5. Riwayat kejang = tidak ada
6. Riwayat alergi = tidak ada
7. Riwayat merokok = tidak ada
8. Riwayat alkohol = tidak ada
9. Riwayat NAPZA = tidak ada

C. Penggunaan Zat Psikoaktif


Pasien tidak pernah memakai zat psikoaktif apapun dan tidak
pernah mengkonsumsi minuman beralkohol.

D. Timeline Perjalanan Penyakit Pasien

Maret 2013 Mei 2016 Mei 2018


- Mengoceh dan - Mengamuk - Mengamuk
tertawa - labil, distimik - labil
sendiri - vagabondage - asosiasi longgar
- Labil, distimik, - halusinasi - halusinasi, waham
impulsif
- halusinasi, waham
IV. RIWAYAT KEHIDUPAN PRIBADI
A. Riwayat Premorbid
1. Bayi : Menurut keluarga pasien lahir spontan, cukup bulan
dan langsung menangis.
2. Anak : Menurut keluarga, pasien penyendiri, pendiam, jarang
bergaul dan sedikit teman.
3. Remaja :Menurut keluarga, pasien penyendiri, pendiam, jarang
bergaul dan sedikit teman.
4. Dewasa :Menurut keluarga, pasien adalah orang yang pendiam,
tertutup.

3
B. Situasi Kehidupan Sekarang
Pasien tinggal bersama kedua orangtua, dan adik-adiknya dengan
kehidupan perekonomian yang sedang.

C. Riwayat Keluarga
Riwayat keluarga dengan gejala penyakit yang sama disangkal.

Keterangan :
: Pasien bernama Tn. A usia 54 tahun

D. Riwayat pendidikan
Pasien tamat sekolah hingga Sekolah Menengah Kejuruan (SMK).

E. Riwayat pekerjaan
Pasien bekerja sebagai pedagang sembako bersama orang tuanya

F. Riwayat pernikahan
Pasien belum menikah

G. Agama
Pasien beragama Islam.

H. Riwayat Sosial Ekonomi


Pasien tinggal dengan orang tua, dan adik-adiknya yang bekerja sebagai
pedagang.

I. Riwayat pelanggaran hukum


Pasien belum pernah berurusan dengan pihak berwajib.

4
V. PEMERIKSAAN STATUS MENTAL
A. Deskripsi Umum
1. Penampilan
Pasien berjenis kelamin laki-laki berusia 54 tahun pada saat
wawancara pasien menggunakan baju kaos polos berwarna biru,
celana dasar hitam dan memakai sandal. Ekspresi wajah sesuai.
Penampilan sesuai usia yang dikatakan. Perawatan diri cukup.

2. Perilaku dan aktivitas psikomotor


Pasien tampak tenang.

3. Sikap terhadap pemeriksa


Kontak (+), adekuat, kooperatif terhadap pemeriksa.

B. Mood dan Afek


1. Mood : Distimik (irritable)
2. Afek : Tumpul

C. Pembicaraan
1. Spontanitas : Spontan
2. Kualitas : Baik
3. Kuantitas : Logore
4. Artikulasi : Jelas
5. Verbalisasi : Lancar

D. Gangguan Persepsi
1. Halusinasi dan ilusi : - Halusinasi auditori (-)
- Halusinasi visual (-)
- Ilusi (-).
2. Depersonalisasi dan derealisasi : (-)

E. Pikiran
1. Proses dan bentuk pikiran : Asosiasi Longgar (+)

5
- Kontinuitas : Kontinu
- Hendaya berbahasa : Tidak ada
2. Isi pikiran :
- Preokupasi : (-)
- Gangguan pikiran : waham thought of control (+)

F. Kesadaran dan Kognisi


1. Tingkat kesadaran dan kesigapan : Compos mentis terganggu
2. Orientasi
- Waktu : Baik
- Tempat : Baik
- Orang : Baik
3. Daya ingat
- Daya ingat jangka panjang : Baik
- Daya ingat jangka segera : Baik
- Daya ingat jangka pendek : Baik
- Daya ingat segera : Baik
4. Konsentrasi dan perhatian : Baik
5. Kemampuan membaca dan menulis : Pasien dapat membaca
6. Kemampuan visuospasial : Baik
7. Kemampuan menolong diri sendiri : Baik

G. Pengendalian Impuls
Kurang baik dan tidak terdapat gerakan involunteer.

H. Daya Nilai
1. Daya nilai sosial : Baik
2. Uji daya nilai : Baik
3. Penilaian realita : RTA terganggu
4. Tilikan :Derajat 3, menyalahkan faktor lain sebagai
penyebab dari penyakitnya

6
I. Taraf Dapat Dipercaya
Penjelasan yang diberikan pasien dapat dipercaya.

VI. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK LEBIH LANJUT


Pemeriksaan dilakukan pada hari Rabu, 27 Maret 2019

A. Status Internus
- Kesadaran : Compos mentis terganggu
- Tanda vital : TD : 156/103 mmHg
N : 111 x/menit
RR : 20 x/menit
Temp : 36,50C
- Kepala : Normocephali, conjuntiva palpebra anemis (-),
sklera ikterik (-), mulut kering (-), mata cekung(-)
- Thorax :
Jantung : BJ 1 dan II normal, Gallop (-), Murmur (-)
Paru : vesikuler normal (+), Wheezing (-), Rhonki (-)
- Abdomen : datar, lemas, nyeri tekan epigastrium (-), turgor
kembali lambat, BU (+) normal, Pembesaran
hepar dan lien (-)
- Ekstremitas : hangat, edema (-), sianosis (-)

B. Status Neurologikus
GCS: 15
E : membuka mata spontan (4)
V : berbicara spontan (5)
M : gerakan sesuai perintah (6)
Fungsi sensorik : tidak terganggu

7
Fungsi motorik : kekuatan otot tonus otot

N N
N N

Ekstrapiramidal sindrom :
Gejala ekstrapiramidal seperti Parkinsonisme (-), Distonia Akut
(-), Akatisia (-) dan Tardive Diskinesia (-).
Refleks fisiologis : Normal
Refleks patologis : Tidak ditemukan reflex patologis

VII. IKHTISAR PENEMUAAN BERMAKNA


1. Pasien datang ke IGD RS Ernaldi Bahar bersama adiknya pada tanggal
27 Maret 2019. Pasien di bawa ke IGD karena pasien ingin membunuh
ibunya.
2. Pasien tidak memiliki masalah pada kesadaran, daya ingat, fungsi
kognitif dan orientasi. Memori jangka panjang, pendek, dan segera
pasien baik, namun perhatian pasien terganggu.
3. Mood distimik (irritable) dan afek tumpul.
4. Pasien tidak pernah mengkonsumsi narkotika, alkohol maupun zat
psikoaktif lainnya.
5. Pasien mengalami halusinasi visual serta waham thought of control.
6. Reality Testing Ability pasien terganggu.
7. Di keluarga pasien tidak ada yang memiliki keluhan serupa.
8. Pasien mengalami gangguan tidur selama pasien mengalami keluhan ini.
9. Pasien tidak rutin minum obat dan tidak mengkonsumsi obat sejak ± 2
hari yang lalu.
10. Pasien lahir normal di bidan, tanpa ada riwayat kejang demam dibawah
usia 5 tahun. Pasien tidak memiliki masalah tumbuh kembang. Memasuki
usia anak-dewasa, pasien pendiam dan tidak memilliki banyak teman.
11. Pasien tidak memiliki riwayat penyakit fisik.
12. Pasien belum menikah. Pasien tinggal bersama kedua orang tua, istri dan
kedua anaknya. Keluarga pasien saat ini mendukung kesembuhan pasien.

8
VIII. FORMULASI DIAGNOSTIK
Aksis I :
- Berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik yang telah dilakukan
tidak terdapat penyakit yang disebabkan oleh disfungsi otak. Hal ini
dapat dinilai dari tingkat kesadaran, daya ingat atau daya konsentrasi,
serta orientasi (jangka pendek, panjang dan segera) yang masih baik,
sehingga pasien ini bukan pasien Gangguan Mental Organik (F.0)
- Dari anamnesis diketahui bahwa pasien tidak mengkonsumsi
alkohol, dan tidak mempunyai riwayat penggunaan zat-zat terlarang
atau NAPZA sebelum timbul gejala penyakit yang dapat menyebabkan
gangguan fisiologis otak. Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa
pasien ini bukan pasien Gangguan Mental dan Perilaku Akibat Zat
Psikoaktif atau Alkohol (F.1)
- Pada pasien ini ditemukan adanya gangguan dalam menilai realita
berupa adanya halusinasi dan waham, maka pasien ini menderita
gangguan Psikotik (F.2)
- Pasien mengalami halusinasi visual dan terdapat waham berupa
thought of control. Halusinasi dan waham yang dialami pasien sudah
terjadi sejak ± 7 tahun uang lalu, sehingga termasuk kedalam
skizofrenia paranoid (F.20).

Aksis II
Pada diagnosis multiaksial aksis II Kepribadian Skizoid, dimana
pasien kurang mampu mengekspresikan kehangatan atau kelembutan
kepada orang lain dan tidak mempunyai teman dekat atau hubungan akrab
dan tidak ada keinginan untuk seperti itu.

Aksis III
Pada diagnosis multiaksial aksis III belum ditemukan adanya
gangguan kondisi medik umum pada pasien. Maka pada aksis III belum
terdapat diagnosis.

9
Aksis IV
Pada pasien untuk aksis IV stressor masalah keluarga.

Aksis V
Pada aksis V didapatkan Global Assessment of Functioning (GAF)
Scale saat ini yaitu 60-51 gejala sedang (moderate), disabilitas sedang.

IX. EVALUASI MULTIAKSIAL


Aksis I : F.20.0 Skizofrenia Paranoid
Aksis II : Gangguan Kepribadian Skizoid
Aksis III : belum terdapat diagnosis
Aksis IV : Masalah keluarga
Aksis V : GAF Scale 60-51

X. DAFTAR MASALAH
A. Organobiologik
Tidak ditemukan faktor genetik gangguan kejiwaan.

B. Psikologik
Pasien mengalami halusinasi visual dan waham dikendalikan (thought
of control).

C. Lingkungan dan Sosial Ekonomi


Pasien tinggal dengan kedua orang tua dan adik-adiknya.

XI. PROGNOSIS
A. Quo ad vitam : dubia ad bonam
B. Quo ad functionam : dubia ad bonam
C. Quo ad sanasionam : dubia ad bonam

XII. RENCANA PENATALAKSANAAN


A. Psikofarmaka

10
1. Injeksi Lodomer 1 ampul (5g) IM
2. Injeksi Valdimex 1 ampul (10g) IM
3. Chlorpromazin 1x 100 mg
4. Trihexyphenidyl 2x2 mg

B. Psikoterapi
1. Terhadap pasien
a. Memberikan psikoterapi edukatif, yaitu memberikan informasi
dan edukasi tentang penyakit yang diderita, faktor risiko, gejala,
faktor penyebab, cara pengobatan, prognosis, dan risiko
kekambuhan agar pasien tetap taat minum obat dan segera
datang ke dokter bila gejala serupa muncul dikemudian hari.
Dijelaskan juga bahwa pengobatan berlangsung lama, adanya
efek samping obat dan pengaturan dosis hanya boleh diatur oleh
dokter.
b. Memberikan psikoterapi suportif, yaitu memberikan intervensi
langsung dan dukungan untuk meningkatkan rasa percaya diri
individu, perbaikan fungsi sosial, dan pencapaian kualitas hidup
yang baik.

2. Terhadap keluarga
a. Informasi dan edukasi mengenai penyakit yang diderita pasien,
gejala, kemungkinan penyebab, dampak, faktor- faktor pemicu
kekambuhan dan prognosis sehingga keluarga dapat
memberikan dukungan kepada pasien.
b. Meminta keluarga untuk mendukung pasien, mengajak pasien
berinteraksi dan beraktivitas serta membantu hubungan sosial
pasien ketika pasien sudah kembali ke rumah.
c. Meminta keluarga untuk selalu mengingatkan pasien untuk
kontrol rutin dan minum obat secara teratur.
d. Menginformasikan bahwa penyakit ini bersifat jangka panjang
sehingga dibutuhkan kesabaran dan perhatian keluarga secara
penuh.

11
BAB II
DISKUSI

Pada kondisi ini pasien laki-laki berusia 54 tahun dibawa ke IGD RS.
Ernaldi Bahar karena ingin membunuh ibunya. Pasien juga mengalami halusinasi
visual karena pasien mengatakan bahwa pasien dapat melihat bayangan-bayangan
di sekitarnya dan pasien juga mengalami waham dikendalikan berupa delusion of
influence dimana pasien merasa dirinya dipengaruhi oleh sesuatu kekuatan dari
Brusli mendengar untuk membunuh ibunya. Selama wawancara, pasien
menjawab pertanyaan dan bersikap kooperatif, saat di wawancara terdapat kontak
mata, mood distimik (iritabel), afek tumpul, proses dan bentuk pikiran asosiasi
longgar.
Skizofrenia merupakan gangguan jiwa yang menetap, bersifat kronis dan
bisa terjadi kekambuhan dengan gejala psikotik beranekaragam dan tidak khas,
seperti penurunan fungsi kognitif yang disertai halusinasi dan waham, afek datar,
disorganisasi perilaku dan memburuknya hubungan sosial. Skizofrenia memiliki
berbagai tanda dan gejala. Gejala skizofrenia dapat terjadi kapan saja. Gejala
pada pria biasanya timbul pada masa remaja akhir atau awal usia 20-an,
sedangkan pada wanita pada usia 25-35 tahun. Skizofrenia dapat mempengaruhi
cara berpikir, perasaaan dan tingkah laku. Gejala yang ditimbulkan mencakup
banyak fungsi seperti pada gangguan persepsi (halusinasi), keyakinan yang salah
(waham), penurunan dari proses berpikir dan berbicara (alogia), gangguan
aktivitas motorik (katatonia), gangguan dari pengungkapan emosi (afek tumpul),
tidak mampu merasakan kesenangan (anhedonia). Dalam menentukan diagnosis
skizofrenia paranoid, diperlukan pemenuhan terhadap kriterian diagnosis yang
disesuaikan dengan DSM IV : Berdasarkan karakteristik gejala, sekurang-
kurangnya dua atau lebih gejala terpenuhi, seperti: delusi (waham), halusinasi,
pembicaraan yang tidak terorganisasi, perilaku yang tidak terorganisasi, gejala
negative. Gejala-gejala tersebut berlangsung sekurang-kurangnya 1 bulan secara
signifikan dengan minimal mengalami gangguan yang menetap dalam periode

12
waktu 6 bulan yang terjadi tanpa pengaruh penggunaan obat-obatan tertentu.
Akan tetapi, jika pasien mengalami gejala yang menunjukkan adanya delusi
kacau (bizarre) atau terdapatnya halusinasi auditorik yang berupa suara suara
mengomentari perilaku penderita, maka hanya dibutuhkan kesesuaian terhadap
sekurang-kurangnya 1 kriteria gejala tersebut.1,4,5
Pada pasien ini juga memiliki ciri kepribadian skizoid yang merupakan
ciri kepribadian yang paling sering mengembangkan skizofrenia paranoid. Hal ini
ditunjukkan dengan sifat pasien yang tidak pernah terbuka dengan orang-orang
disekitarnya terkait permasalahan yang dialaminya.4
Pada pasien ini dipilih terapi anti psikotik golongan atipikal berupa
Risperidone 2 x 2 mg. Risperidone merupakan obat anti psikotik generasi ke II
dan termasuk ke dalam kelompok benzisoxazole. Obat ini bekerja sebagai
antagonis serotonin-dopamin. Mekanisme kerja obat ini melalui interaksi antara
serotonin dan dopamine pada jalur dopamine. Hal ini yang menyebabkan efek
samping ekstrapiramidal lebih rendah dan sangat efektif untuk mengatasi
simptom negative.2
Untuk pemberian dosis dimulai dengan 1mg/hari selama beberapa hari dan
jika belum ada respon dosis dapat dinaikkan menjadi 2 mg/ hari dan kemudian
dapat terus dinaikkan hingga 4-6 mg/hari namun perlu dilakukan evaluasi selama
2-3 minggu. Dosis optimal sebagai dosis terapi adalah 2-4 mg sehari. Selain
dalam bentuk tablet, risperdone juga tersedia dalam bentuk depo (long acting)
yang dapat digunakan setiap dua minggu. Obat ini disuntikkan secara IM dan
tidak menimbulkan rasa sakit di tempat penyuntikan karena ia merupakan
suspensi dengan pelarut air.2
Trihexylphenidyl (THP) diberikan apabila terjadi efek samping
ekstrapiramidal. Semua antagonis reseptor dopamin berkaitan dengan efek
samping ekstrapiramidal. Hal ini disebabkan karena berkurangnya aktivitas
dopamin pada ganglia basalis, yang diakibatkan karena afinitasnya terhadap
reseptor D2.2
Selain menggunakan terapi psikofarmaka, pasien juga ditunjang dengan
psikoterapi. Psikoterapi suportif bertujuan agar pasien merasa aman, diterima,

13
dan dilindungi. Psikoterapi suportif dapat diberikan pada pasien yang mengalami
gangguan proses kognitif, gangguan dalam penilaian realita, gangguan proses
pikir, serta adanya gangguan dalam melakukan hubungan dengan orang lain.3
Dalam hal ini diberikan melalui edukasi terhadap pasien agar memahami
tentang penyakit yang diderita, faktor risiko, gejala, faktor penyebab, cara
perngobatan, prognosis, dan risiko kekambuhan agar pasien tetap taat minum
obat dan segara datang ke dokter bila gejala serupa muncul dikemudian hari.
Dijelaskan juga bahwa pengobatan berlangsung lama, adanya efek samping obat
dan pengaturan dosis hanya boleh diatur oleh dokter.3
Hal lain yang dilakukan adalah dengan intervensi langsung dan dukungan
untuk meningkatkan rasa percaya diri individu, perbaikan fungsi sosial dan
pencapaian kualitas hidup yang baik sehingga memotivasi pasien agar dapat
menjalankan fungsi sosialnya dengan baik. Keluarga pasien juga diberikan terapi
keluarga dalam bentuk psikoedukasi berupa penyampaian informasi kepada
keluarga mengenai penyebab penyakit yang dialami pasien serta pengobatannya
sehingga keluarga dapat memahami dan menerima kondisi pasien untuk minum
obat dan kontrol secara teratur serta mengenali gejala-gejala kekambuhan secara
dini.3
Prognosis pada penderita ini adalah dubia ad bonam karena tidak ada
riwayat gangguan psikiatri dalam keluarganya dan pasien sudah menikah. Bila
penderita taat menjalani terapi, adanya motivasi penderita untuk sembuh serta
adanya dukungan dari keluarga maka akan membantu perbaikan penderita.

DAFTAR PUSTAKA

14
1. Kaplan, B.J., Sadock, V.A. 2012, Kaplan & Sadock’s Buku ajar psikiatri
klinis edisi ke 2.EGC.
2. Katzung, B.G. 2013. Farmakologi Dasar dan Klinik Edisi 10. EGC,
Jakarta.
3. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. 2012. Buku Ajar Psikiatri.
Jakarta: Badan Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
4. Maslim, R. 2013. Buku saku Diagnosis Gangguan Jiwa Rujukan Ringkas
dari PPDGJ-III dan DSM-V. Jakarta: Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa FK
Unika Atma Jaya.
5. Rudyanto, benhard. 2006. Skizofrenia dan diagnosis banding. Jakarta: FK
UI.

TABEL FOLLOW UP

15
21 Mei 2018 S : Gelisah, pasien terlihat bingung
Bangsal Bangau
O : Afek tidak sesuai, mood hipotimik, emosi mulai
stabil, kontak (+), kooperatif, asosiasi longgar (+),
halusinasi auditorik (-), halusinasi visual (-), waham
thought of control (-), waham curiga (+).
TD: 120/80 N: 70 x/menit RR: 18x/menit.

A: F20.0 skizofrenia paranoid

P: Risperidon 2 x 2 mg, Trihexyphenidyl 2x2 mg


22 Mei 2018 S: Gelisah ingin cepat pulang
Bangsal Bangau
O: Afek tidak sesuai, mood hipotimik, emosi stabil,
kontak (+), kooperatif, halusinasi auditorik (-),
halusinasi visual (-), waham thought of control (-),
Waham curiga (+).
TD: 120/80, N: 80x/menit, RR: 20x/menit

A: F20.0 skizofrenia paranoid

P: Risperidon 2 x 2 mg, Trihexyphenidyl 2x2 mg


23 Mei 2018 S: Tenang, tidak ada keluhan
Bangsal Bangau
O: Afek sesuai, mood eutimik, emosi stabil, kontak
(+), kooperatif, halusinasi auditorik (-), halusinasi
visual (-), waham thought of control (-), waham
curiga (+).
TD: 110/80, N: 80x/menit, RR: 20x/menit

A: F20.0 skizofrenia paranoid


P: Risperidon 2 x 2 mg, Trihexyphenidyl 2x2 mg

16
24 Mei 2018 S: Tenang, ingin pulang dan minta untuk
Bangsal Bangau menghubungi keluarganya

O: Afek sesuai, mood eutimik, emosi stabil, kontak


(+), kooperatif, halusinasi auditorik (-), halusinasi
visual (-), waham thought of control (-), waham
curiga (-)
TD: 110/80, N: 82x/menit, RR : 20x/menit

A: F20.0 skizofrenia paranoid

P: Risperidon 2 x 2 mg, Trihexyphenidyl 2x2 mg.

17

Anda mungkin juga menyukai