Anda di halaman 1dari 9

KORELASI DERAJAT HIPERTENSI DENGAN KUALITAS

HIDUP PADA PASIEN HIPERTENSI LANJUT USIA DI


RUMAH SAKIT MUHAMMADIYAH PALEMBANG
Maya Zulaekha1 Adhi Permana2 Kamalia Layal3
1
Mahasiswi Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Palembang
2,3
Dosen Pembimbinga Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Palembang

ABSTRAK

Hipertensi merupakan suatu keadaan dimana terjadi peningkatan tekanan darah sistolik ≥ 140 mm Hg atau tekanan darah diastolik ≥ 90
mmHg. Hipertensi menjadi salah satu fokus perhatian kesehatan di dunia, terutama di negara berkembang dan merupakan penyebab
kesakitan serta kematian yang tinggi di seluruh dunia. Peningkatan jumlah penderita hipertensi terutama pada lansia yang ditimbulkan telah
berakibat pada penurunan kualitas hidup penderitanya. Rancangan penelitian ini adalah studi analitik observasional dengan desain cross
sectional untuk melihat korelasi derajat hipertensi dengan kualitas hidup pada lansia di Rumah Sakit Muhammadiyah Palembang tahun 2017.
Sampel penelitian sebanyak 30 responden dengan tehnik pengambilan sampel consecutive sampling, selain itu tehnik wawancara dengan
menggunakan kuisioner SF-36 (Short Form-36) untuk mengetahui gambaran kualitas hidup responden. Uji statistik menggunakan uji
korelasi gamma dengan derajat kemaknaan nilai p ≤ α (0,05). Dari hasil penelitian yang dilakukan dengan menggunakan uji Korelasi gamma
didapatkan nilai signifikansi P= 0,000 yang menunjukan bahwa korelasi antara kualitas hidup dan derajat hipertensi adalah bermakna .
Selain itu dengan nilai korelasi R=0,745 nilai korelasi tersebut menunjukan bahwa arah korelasi positif dengan kekuatan kuat . Kesimpulan
dalam penelitian ini terdapat korelasi antara derajat hipertensi dengan kualitas hidup pada lanjut usia. Semakin rendah derajat hipertensi
maka semakin tinggi derajat kualitas hidupnya

Kata kunci : Hipertensi, kualitas hidup, lansia

ABSTRACT

Hypertension is a condition in which an increase in systolic blood pressure ≥ 140 mm Hg or diastolic blood pressure ≥ 90 mmHg.
Hypertension is one of the health concerns in the world, especially in developing countries and is a cause of severity and mortality
worldwide. Increasing the number of hypertensive patients, especially in the elderly problems caused has resulted in decreased quality of life
of the sufferer. The design of this study was an observational analytic study with cross sectional design to see correlation of degree of
hypertension with quality of life in elderly at Muhammadiyah Hospital of Palembang in 2017. The sample was 30 respondents with
consecutive sampling sampling technique, beside the interview technique by using SF-36 questionnaire (Short Form-36) to know the quality
of life of the respondents. Statistical test using gamma correlation test with degree of significance p ≤ α (0,05). From the results of research
conducted by using gamma correlation test obtained significance value P = 0,000 which indicates that the correlation between quality of life
and degree of hypertension is meaningful. Also with the correlation value R = 0,745 correlation value shows that the direction of positive
correlation with strong strength. The conclusion in this study there is correlation between degree of hypertension with quality of life in
elderly. The lower the degree of hypertension the higher the degree of quality of life.

Keywords: Hypertension, Quality of life, elderly

PENDAHULUAN
Menurut The Sev enth Report of The Joint National Committee on Prevention, Detection, Evaluation, and
Treatment of High Blood Pressure (JNC VIII) 2013, hipertensi merupakan suatu keadaan dimana terjadi
peningkatan tekanan darah sistolik ≥ 140 mm Hg atau tekanan darah diastolik ≥ 90 mmHg sesuai dengan
kriteria.1 Angka penderita hipertensi terus meningkat seiring dengan meningkatnya usia seseorang dimana
penyakit hipertensi berada di urutan keempat dari sepuluh penyakit terbesar pada lanjut usia pada tahun 2012. Di
dunia, hipertensi diperkirakan menyebabkan 7,5 juta kematian atau sekitar 12,8% dari total kematian. Hal ini
menyumbang 57 juta dari disability adjusted life years (DALY), sekitar 25% orang dewasa di United State
menderita penyakit hipertensi pada tahun 2011-2012. Prevalensi hipertensi terus meningkat berdasarkan usia:
5% usia 20-39 tahun, 26% usia 40-59 tahun, dan 59,6% untuk usia 60 tahun ke atas. Sedangkan di Indonesia,

1
menurut laporan Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) pada tahun 2007 prevalensi hipertensi pada usia lebih
dari 18 tahun adalah sebesar 31,7%.2 Selanjutnya survey Riset Dasar Kesehatan Nasional (RISKESDAS) pada
tahun 2013, menyatakan prevalensi hipertensi telah mengalami penurunan yaitu sebesar 25,8% namun nilai
tersebut masih dikatakan tinggi.3 Selain itu Penelitian yang dilakukan di Palembang pada tahun 2011
menyatakan bahwa prevalensi hipertensi di Palembang adalah sebesar 17,8%.4 Pada kasus hipertensi berat,
gejala yang dialami antara lain : sakit kepala (rasa berat ditengkuk), palpitasi, kelelahan, nausea, vomiting,
ansietas, keringat berlebihan, tremor otot, nyeri dada, epistaksis, pandangan kabur atau ganda, tinnitus (telinga
berdenging), serta kesulitan tidur.5 Dengan demikian, gejala-gejala tersebut dapat dikelompokkan menjadi tiga
hambatan aspek kualitas hidup yang mencerminkan adanya penurunan kualitas hidup pada penderita hipertensi.6
Kualitas hidup adalah indikator penting untuk menilai keberhasilan intervensi pelayanan kesehatan, baik dari
segi pencegahan maupun pengobatan.7 Adanya permasalahan hipertensi yang tinggi terutama pada golongan
lanjut usia dan keragaman hasil dari aspek kualitas hidup pada lanjut usia memutuskan peneliti untuk
melakukan penelitian mengenai “Korelasi derajat hipertensi dengan kualitas hidup pada lanjut usia di Rumah
Sakit Muhammadiyah palembang “.

METODE
Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang dilakukan adalah studi analitik observasional dengan desain cross sectional.
Pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode consecutive sampling, berdasarkan
sampel minimal yaitu 30 subyek penelitian. Pengumpulan data primer dilakukan dengan cara wawancara
menggunakan kuesioner Sf-36 dan data rekam medik untuk mengetahui status tekanan darah pasien diambil dari
rekam medik. Setelah melalui pengolahan data yang meliputi Editing,Coding, Processing, dan Skoring
selanjutnya data dianalisis secara univariat dilakukan terhadap tiap variabel, sementara analisis bivariat
dilakukan dengan uji statistik Gamma menggunakan program SPSS, dengan dikatakan bermakna jika nilai p ≤ α
(0,05) dan hasil uji dikatakan tidak bermakna jika nilai nilai p >α (0,05).8

HASIL DAN PEMBAHASAN


A. HASIL
Karakteristik Responden
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan dari 30 pasien lanjut usia yang menderita hipertensi di
Rumah Sakit Muhammadiyah Palembang, jika dilihat dari karakteristik responden berdasarkan usia, maka
didapatkan kelompok terbanyak lansia yang menderita hipertensi adalah usia 61-69 tahun dengan frekuensi
sebanyak 21 orang. Sedangkan yang menderita hipertensi dengan usia >71 tahun yaitu sebanyak 9 orang.
Karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin, memiliki frekuensi lebih banyak yaitu 16 orang
dibandingkan pada perempuan yaitu sebanyak 14 orang (tabel 2). Karakteristik berdasarkan tingkat pendidikan,
sebagian besar responden berpendidikan SMP yaitu sebanyak 13 orang, berpendidikan SD 7 orang,
berpendidikan SMA 7 orang, sedangkan berpendidikan D3 terdapat 1 orang, serta berpendidikan S1 yaitu 2
orang (tabel 2). Selain itu karakteristik berdasarkan tingkat suku, sebagian besar responden berasal dari suku
Palembang yaitu sebanyak 27 orang dan 3 orang lainnya berasal dari suku Jawa (tabel 2). Karakteristik
berdasarkan tingkat pekerjaan responden yaitu sebagian besar responden memiliki pekerjaan lainnya seperti
2
pedagang dan sopir. Selain itu 3 orang bekerja sebagai PNS, 2 orang bekerja sebagai wiraswasta dan 3 orang
bekerja sebagai pegawai swasta (tabel 2). Sedangkan karakteristik berdasarkan tingkat pendapatan responden,
sebagian besar responden jika dilihat dari total pendapatan dalam satu bulan, terdapat 6 orang memiliki
penghasilan rendah, selain itu 13 orang memiliki penghasilan yang cukup, serta 11 orang memiliki penghasilan
tinggi (tabel 2).

Tabel 2. Karakteristik Responden

Analisis Univariat Derajat Hipertensi Dengan Kualitas Hidup Pada Pasien Hipertensi Lanjut Usia di
Rumah Sakit Muhammadiyah Palembang

Kualitas hidup terkait kesehatan pada penelitian ini ditentuan berdasarkan instrumen Health-related
Quality of Life (HQL) -Short Form 36 (SF 36). Kualitas hidup terkait kesehatan dapat dikategorikan menjadi 2
kelompok yaitu baik dengan skor >60 dan buruk skor <60.

a. Kualitas Hidup Terkait Kesehatan


Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan di Rumah Sakit Muhammadiyah Palembang, dari 30 pasien
hipertensi yang lansia, maka diperoleh 7 orang pasien hipertensi dengan kualitas hidup baik dan kualitas
hidup yang buruk terdapat 23 orang (lihat tabel 3).

Tabel 3 Distribusi Pasien Hipertensi Lansia berdasarkan Kualitas Hidup.

3
b. Derajat Penyakit Hipertensi
Pada penelitian ini terdiri dari 30 pasien lansia yang menderita hipertensi terbanyak yaitu hipertensi stage 1
yaitu 14 orang dan stage 2 terdapat 3 orang serta yang mengalami hipertensi terkontrol sebanyak 13 orang
(lihat tabel 4).

Tabel 4. Distribusi Pasien Hipertensi

Derajat Hipertensi

Derajat Frek
hipertensi uens Persentas
i (n) e (%)

Terkontr
13 43.3
ol

Stage 1 14 46.7

Stage 2 3 10.0

Total 30 100.0

c. Kualitas hidup dan derajat hipertensi pada lansia


Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan untuk mengetahui korelasi derajat hipertensi dengan kualitas
hidup pada lanjut usia di Rumah Sakit Muhammadiyah Palembang, maka diperoleh pasien hipertensi
terkontrol terdapat 13 orang, yang memiliki kualitas hidup baik yaitu sebanyak 3 orang sedangkan 10 orang
memiliki kualitas hidup buruk. Selain itu pada hipertensi stage 1 terdapat 14 orang, dengan kualitas hidup
baik sebanyak 4 orang dan 10 orang memiliki kualitas hidup yang buruk, serta pada hipertensi stage 2 dari 3
orang memiliki kualitas hidup yang buruk semua (lihat tabel 5).

Tabel 5. Distribusi Pasien berdasarkan derajat hipertensi dan Kualitas Hidup

4
Analisis Bivariat Analisis Univariat Derajat Hipertensi Dengan Kualitas Hidup Pada Pasien Hipertensi
Lanjut Usia di Rumah Sakit Muhammadiyah Palembang.

Pada penelitian ini untuk mengetahui korelasi derajat hipertensi dengan kualitas hidup pada lanjut usia di
Rumah Sakit Muhammadiyah Palembang, untuk mengetahui tingkat korelasi derajat hipertensi (terkontrol, stage
1, stage 2) dengan kualitas hidup (baik , buruk) pada lanjut usia di Rumah Sakit Muhammadiyah Palembang,
maka digunakan uji Korelasi gamma dan diperoleh nilai signifikasi statistik (P= 0,000) yang menunjukan bahwa
terdapat korelasi antara kualitas hidup dan derajat hipertensi yang bermakna. Sedangkan nilai korelasi dilihat
dari kemaknaan klinis diperoleh nilai (R=0,745) yang menunjukan bahwa korelasi positif dengan kekuatan
korelasi kuat (lihat tabel 6).

Tabel 6. Uji Korelasi Gamma

B. PEMBAHASAN
Karakteristik Reponden
Penelitian ini dilakukan untuk melihat korelasi derajat hipetensi dengan kualitas hidup pada pasien
hipertensi lanjut usia di Rumah Sakit Muhammadiyah Palembang. Penelitian ini dilaksanakan pada pasien rawat
jalan di poli penyakit dalam dan pasien rawat inap di Rumah Sakit Muhammadiyah Palembang, namun pada saat
penelitian yang dilakukan dari 30 pasien hipertensi lanjut usia yang memenuhi kriteria inklusi seluruhnya
diambil dari poli penyakit dalam, hal ini dikarenakan pada pasien hipertensi rawat inap seluruhnya terdapat
penyakit penyerta maupun komplikasi, sehingga tidak memenuhi kriteria inklusi dalam penelitian. Adapun
karakteristik responden berdasarkan kelompok usia terbanyak adalah 60-69 tahun yaitu sebanyak 21 orang (70,0
%) dan pada usia >70 tahun yaitu 9 orang (30,0%) ditemukan pasien yang menderita hipertensi di Rumah Sakit
Muhammadiyah Palembang (tabel 2). Hal ini sesuai dengan teori semakin bertambahnya usia mengakibatkan
arteri kehilangan elastisitas atau kelenturan lapisan tengah pembuluh darah yang disebut tunika media akan
menjadi kaku karena penebalan dan kalsifikasi serabut ekertin fibrosis dan penumpukan lemak serta lipid yang
menyebabkan aterosklerosis. Hal ini mengakibatkan menyebabkan penurunan kontratilitas miokardium.
Sehingga risiko penyakit hipertensi lebih besar dikalangan lanjut usia cukup tinggi yaitu sekitar 40 % dengan
kematian sekitar 50% di atas umur 60 tahun. 9 Adapun karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin
diperoleh responden yang berjenis kelamin laki-laki lebih banyak yaitu 16 orang (53,3 %) dibanding pada
5
perempuan sebanyak 14 orang (46,7%) (lihat tabel 2). Hal ini juga sesuai dengan teori bahwa jenis kelamin juga
merupakan faktor risiko terjadinya hipertensi, teori tersebut dijelaskan dalam penelitian sebelumnya, bahwa
faktor jenis kelamin berpengaruh pada terjadinya penyakit tidak menular tertentu seperti hipertensi, di mana pria
lebih banyak menderita hipertensi dibandingkan wanita dengan rasio sekitar 2,29 mmHg untuk peningkatan
darah sistolik.10 Berdasarkan tingkat pendidikan, sebagian besar responden berpendidikan SMP yaitu 13 orang
(43,3 ) (lihat tabel 2), selain itu karakteristik responden berdasarkan pendapatan terbanyak dapat yaitu 13 orang
memiliki penghasilan rata-rata (lihat tabel 2). Hal ini telah sesuai dengan penelitian yang telah dilakukan
sebelumnya menyatakan bahwa pada penderita yang memiliki pendidikan yang lebih tinggi akan mempunyai
pengetahuan yang lebih luas juga memungkinkan pasien itu mempunyai rasa percaya diri yang tinggi,
berpengalaman dan mempunyai perkiraan yang tepat bagaimana mengatasi kejadian, mudah mengerti tentang
apa yang dianjurkan oleh petugas kesehatan dan dapat mengontrol dirinya, selain pendidikan tingkat penghasilan
juga mempengaruhi seseorang dalam mengatasi masalah yang dihadapi.11
Sedangkan karakteristik berdasarkan tingkat suku , sebagian besar responden berasal dari suku
Palembang yaitu sebanyak 27 orang dan 3 orang lainnya berasal dari suku Jawa (tabel 2). Pada penelitian ini
juga dapat dilihat karakteristik berdasarkan tingkat pekerjaan responden yaitu sebagian besar responden
memiliki pekerjaan lainnya seperti pedagang dan sopir (tabel 2). Hal ini sejalan dengan penelitian sebelumnya
yang menyatakan bahwa ada hubungan yang bermakna antara pekerjaan dengan hipertensi. 12 Selain itu, terdapat
teori lain yang mengungkapkan bahwa aktivitas fisik sangat mempengaruhi stabilitas tekanan darah. Pada orang
yang tidak aktif melakukan kegiatan fisik cenderung mempunyai frekuensi denyut jantung yang lebih tinggi
sehingga mengakibatkan otot jantung bekerja lebih keras pada setiap kontraksi maka semakin besar pula
tekanan yang dibebankan pada dinding arteri sehingga meningkatkan tahanan perifer yang menyebabkan
peningkatan tekanan darah.13

Analisis Univariat Analisis Univariat Derajat Hipertensi Dengan Kualitas Hidup Pada Pasien Hipertensi
Lanjut Usia di Rumah Sakit Muhammadiyah Palembang

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan untuk melihat korelasi derajat hipertensi dengan kualitas
hidup pada lanjut usia di Rumah Sakit Muhammadiyah Palembang, diperoleh kasus hipertensi sebanyak 30
pasien yang menderita hipertensi dan didapatkan pasien hipertensi terkontrol yaitu sebanyak 13 orang dengan
kualitas hidup baik sebanyak 3 orang dan 10 orang memiliki kualitas hidup buruk, sedangkan pada pasien
dengan hipertensi stage 1 diperoleh 14 orang dengan kualitas hidup baik sebanyak 4 orang dan 10 orang
memiliki kualitas hidup buruk dan dari 3 pasien hipertensi stage 2 semuanya memiliki kualitas hidup yang
buruk (lihat tabel 5). Hal ini dijelaskan dalam teori yang menyatakan bahwa hipertensi terdiri dari hipertensi
terkontrol dan tidak terkontrol. Hipertensi terkontrol adalah jika pada seseorang yang mengalami hipertensi
melakukan pemeriksaan tekanan darah secara berkala dan dapat mencapai tekanan darah sistol kurang dari sama
dengan 140 mmHg dan tekanan diastol kurang dari sama dengan 90 mmHg, sedangkan hipertensi tidak
terkontrol adalah jika seseorang yang mengalami hipertensi yang tidak melakukan pemeriksaan tekanan darah
secara berkala dan tidak dapat mencapai target (target tekanan darah kurang dari 140/90 mmHg atau kurang dari
sama dengan 130/80 mmHg).14 Dalam teori lain juga menjelaskan bahwa hipertensi yang tidak diobati
(hipertensi tidak terkontrol) akan mengalami peningkatan sebesar 35% penyebab semua kematian
kardiovaskular, 50 % kematian stoke, 25 % semua kematian prematur (muda) serja menjadi penyebab tersering

6
untuk terjadinya penyakit ginjal kronis 15. Hal ini didukung oleh penelitian sebelumnya yang menyatakan bahwa
pada pasien hipertensi yang melakukan pengobatan secara rutin (terkontrol) maka akan menurunkan timbulnya
komplikasi. Sedangkan pada hipertensi stage 1 adalah jika peningkatan tekanan darah sistolik/ diastolik
mencapai (140-159/ 90-99 mmHg).16 Hipertensi adalah the disease cardiovascular continuum yang akan
berlangsung seumur hidup sampai pasien meninggal akibat organ target (TOD). Setiap kenaikan sistolik/
diastolik 20/10 mmHg risiko morbiditas dan mortalitas penyakit kardiovaskular akan meningkat dua kali lipat.
Maka pada hipertensi stage 1 usahakan mempertahankan tekanan darah pada kisaran target 130/80 mmHg.
Sedangkan pada hipertensi stage 2 adalah bila tekanan darah sistolik/diastolik mencapai 160/100 mmHg.15
Hipertensi merupakan penyakit yang terus menerus sepanjang umur yang mengakibatkan disfungsi endotel, lalu
berlanjut menjadi disfungsi vaskular, vaskular biologi berubah, lalu berahir dengan TOD (target organ disease).
Pada jangka waktu yang lama bila hipertensi tidak dapat turun atau stabil pada kisaran target normotensi pasti
akan merusak organ-organ terakait (TOD). Pada hipertensi stage 2 usahakan mempertahankan tekanan darah
pada kisaran target 140/90 mmHg. 15 Berdasarkan penelitian ini dari 30 pasien hipertensi lansia, diperoleh pasien
dengan kualitas hidup baik berjumlah 7 orang (23,3 %) dan kualitas hidup yang buruk terdapat 23 orang (76,7
%) (lihat tabel 3). Hal ini sejalan dengan hasil penelitian sebelumnya bahwa dari 58 pasien hipertensi
didapatkan pasien hipertensi yang memiliki kualitas hidup baik hanya 15 orang (25,86%) dan 43 orang memiliki
kualitas hidup buruk (74,14%).7 Hipertensi merupakan penyakit kronik yang dapat menimbulkan komplikasi-
komplikasi tertentu. Di samping komplikasi terhadap organ, hipertensi dapat memberikan pengaruh terhadap
kehidupan sosial ekonomi dan kualitas hidup seseorang. 16

Analisis Bivariat Analisis Univariat Derajat Hipertensi Dengan Kualitas Hidup Pada Pasien Hipertensi
Lanjut Usia di Rumah Sakit Muhammadiyah Palembang.

Berdasarkan penelitian ini, untuk melihat tingkat korelasi antara derajat hipertensi (terkontrol, stage 1 dan
stage 2) dengan kualitas hidup (baik, buruk) maka digunakan uji korelasi gamma dan diperoleh korelasi yang
signifikan antara derajat hipertensi dengan kualitas hidup pada lanjut usia (lihat tabel 6). Sesuai dengan teori
sebelumnya bahwa terdapat hubungan antara hipertensi dengan kualitas hidup yang menurun, dimana dalam
penelitian tersebut disebutkan bahwa lansia dengan hipertensi 4,6 kali hidupnya kurang berkualitas dibandingkan
dengan lansia yang tidak mengalami hipertensi, selain itu faktor yang dapat mempengaruhi kualitas hidup pada
pasien hipertensi lanjut usia adalah stadium penyakit. 16 Mekanisme dari dimensi kesehatan fisik yang buruk
tidak diketahui secara pasti, tetapi diperkirakan akibat dari pengaruh komplikasi dan gejala klinis yang
ditimbulkan oleh hipertensi. Kualitas hidup yang buruk pada dimensi kesehatan fisik dapat dicegah dengan
melakukan pencegahan primer, sekunder, dan tersier. Kualitas hidup kesehatan fisik yang baik dapat tercapai dan
terpelihara jika pasien dapat mengontrol penyakitnya secara teratur. 16 Dengan melakukan pengobatan yang rutin
dan baik, gejala klinis dapat berkurang dan timbulnya komplikasi cenderung menurun. Pada pasien dengan
hipertensi, peningkatan tekanan darah ke otak akan menyebabkan penurunan vaskularisasi di area otak yang
mengakibatkan pasien sulit untuk berkonsentrasi dan berdampak pula pada aspek sosial dimana pasien tidak mau
bersosialisasi karena merasakan kondisinya yang tidak nyaman. Hal ini menyebabkan penurunan kualitas hidup
personal sosialnya.16

7
Analisis Bivariat Analisis Univariat Derajat Hipertensi Dengan Kualitas Hidup Pada Pasien Hipertensi
Lanjut Usia di Rumah Sakit Muhammadiyah Palembang.

Pada penelitian ini, untuk melihat tingkat korelasi antara derajat hipertensi (terkontrol, stage 1 dan stage
2) dengan kualitas hidup (baik, buruk) maka digunakan uji korelasi gamma dan diperoleh korelasi yang
signifikan antara derajat hipertensi dengan kualitas hidup pada lanjut usia (lihat tabel 6). Hal ini sesuai dengan
penelitian sebelumnya yang menyimpulkan bahwa terdapat hubungan antara hipertensi dengan kualitas hidup
yang menurun, dimana dalam penelitian tersebut disebutkan bahwa lansia dengan hipertensi 4,6 kali hidupnya
kurang berkualitas dibandingkan dengan lansia yang tidak mengalami hipertensi. Oleh karena itu, dalam
menangani individu dengan hipertensi sangat penting untuk mengukur kualitas hidup agar dapat dilakukan
manajemen yang optimal.16

KESIMPULAN
Bedasarkan hasil penelitian mengenai korelasi derajat hipertensi dengan kualitas hidup pada lanjut usia di
Rumah Sakit Muhammadiyah Palembang, diperoleh pasien hipertensi lanjut usia dengan hipertensi terkontrol
sebanyak 13 orang yang memiliki kualitas hidup baik yaitu sebanyak 3 orang, sedangkan 10 orang memiliki
kualitas hidup buruk. Selain itu pada hipertensi stage 1 terdapat 14 orang dengan kualitas hidup baik sebanyak 4
orang dan 10 orang memiliki kualitas hidup yang buruk, serta pada hipertensi stage 2 dari 3 orang memiliki
kualitas hidup yang buruk semua. Sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat korelasi antara derajat hipertensi
dengan kualitas hidup pada lanjut usia. Semakin rendah derajat hipertensi maka semakin tinggi derajat kualitas
hidupnya.

UCAPAN TERIMAKASIH
Puji syukur saya panjatkan kepada Allah SWT, karena atas berkat dan rahmat-Nya saya dapat
menyelesaikan penelitian ini. Tak lupa rasa terimakasih saya haturkan kepada seluruh pihak yang terlibat dan
turut membantu dalam penelitian ini. Semoga jurnal penelitian ini dapat membawa manfaat bagi pengembangan
ilmu.

DAFTAR PUSTAKA
1. JNC (Joint NationalCommit ) 7 .2013. ( https://www.nhlbi.nih.gov/files/docs/guidelines/express.pdf. Diakses pada 14 juli
2017).
2. Riskesdas (Riset Kesehatan Dasar). 2007. Departemen KesehatanRepublik Indonesia: Jakarta.
3. Riskesdas (Riset Kesehatan Dasar). 2013. Departemen KesehatanRepublik Indonesia: Jakarta.
4. Tjekyan. S . 2015. Prevalensi dan Faktor Risiko Hipertensi di Kecamatan Ilir Timur II Palembang Tahun 2012.
Majalah Kedokteran Sriwijaya, 47 (1).
5. Udjianti. 2010 dalam Simamora. Janner P. 2012. Pengaruh Karakteristik dan Gaya Hidup Kelompok Dewasa Madya
Terhadap Kejadian Hipertensi Di Wilayah Kerja Puskesmas Matiti Kabupaten Humbang Hasundutan. Tesis, Universitas
Sumatera Utara Medan .
6. Palain at al 2006 dalam Riza. A, Yugo. S & Siti. K. 2017. Kualitas Hidup Pasien Hipertensi Dengan Penyakit Penyerta
Di Poli Jantung RSUD Ratu Zalecha Martapura. Jurnal Pharmascience, Vol. 04 , No.01. hal: 39 – 47.
7. Riza. A, Yugo. S & Siti. K. 2017. Kualitas Hidup Pasien Hipertensi Dengan Penyakit Penyerta Di Poli Jantung RSUD
Ratu Zalecha Martapura. Jurnal Pharmascience, Vol. 04 , No.01. hal: 39 – 47.
8. Dahlan. M,S. 2016. Besar Sampel Dalam Penelitian Kedokteran Indonesia. Ed 4. Jakarta: Epidemiologi Indonesia.
9. Sugiarto. A. 2007. Faktor-Faktor Risiko Hipertensi Grade II pada Masyarakat (Studi Kasus di Kabupaten Karanganyar).
dalam Kartikasari, A, N. 2012. faktor risiko hipertensi pada masyarakat di desa kabongan kidul, kabupaten rembang.

8
10. Nurkhalida. W. 2003. Kesehatan Masyarakat. Jakarta : Depkes RI. dalam Kartikasari, A, N. 2012. faktor risiko
hipertensi pada masyarakat di desa kabongan kidul, kabupaten rembang .
11. Yuliaw, Anny. 2009. Hubungan Karakteristik Individu dengan Kualitas Hidup Dimensi Fisik pasien Gagal Ginjal Kronik
di RS Dr. Kariadi Semarang.
12. Rahajeng, E. 2009.Prevalensi Hipertensi Dan Determinannya. Majalah Kedokteran Indonesia, dalam Anggara, dwi &
Prayitno, Nanang. 2012. Faktor- Faktor yang Berhubungan dengan Tekanan Darah di Puskesmas Telaga Murni, Cikarang
Barat Tahun 2012.
13. Lam. M. B R. Sagala. 2011. Perawatan Penderita Hipertensi di Rumah oleh Keluarga Suku Batak dan Suku Jawa di
Kelurahan Lau Cimba Kabanjahe .
14. Sacco. RL. et al. 2013. An Updated Definition of Stroke for the 21st Century: Journal A Statement for Healthcare
Professionals From the American Heart Association/American Stroke Association. American Heart Association
(AHA)/American Stroke Association (ASA).
15. Yogiantoro. M. 2014. Bab 26. Hipertensi dalam Sudoyo. A W. et al. 2014. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Ed 4.Interna
Publishing. Jakarta: EGC.
16. Soni, R.K et al. 2010. Health- Related Quality of Life in Hypertension, Chronic Kidney Disease, and Coexixtent Chronic
Condition. 2013, dalam Anggara, dwi & Prayitno, Nanang. 2012. Faktor- Faktor yang Berhubungan dengan Tekanan
Darah di Puskesmas Telaga Murni, Cikarang Barat Tahun 2012.

Anda mungkin juga menyukai