Kasus Pneumoni
Kasus Pneumoni
BAB I
PENDAHULUAN
1.3. TujuanPenulisan
1.3.1 TujuanUmum
Mengetahui, mengidentifikasi dan menganalisis penyebab serta
menyusun rencana tindak lanjut penyelesaian masalah penemuan
kasus pneumonia di Puskesmas Keramasan dan tatalaksana penyakit
pneumonia.
1.4. Manfaat
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2. Faktor Intrinsik
Faktor intrinsik yang dapat meningkatkan risiko kejadian dan risiko
kematian akibat pneumonia pada balita adalah:
a. Umur
Umur mempengaruhi mekanisme pertahanan tubuh seseorang. Bayi
dan balita mempunyai mekanisme pertahanan tubuh yang masih
lemah dibandingkan dengan orang dewasa sehingga balita masuk
dalam kelompok yang rawan terkena infeksi, misalnya diare, ISPA
dan pneumonia.
b. Status Gizi
Status gizi sangat berpengaruh terhadap daya tahan tubuh. Balita yang
mempunyai status gizi baik maka akan mempunyai daya tahan tubuh
yang baik dibandingkan dengan balita status gizi kurang maupun
buruk. Keadaan gizi yang buruk muncul sebagai bagian dari faktor
risiko kejadian pneumonia.
c. Status Imunisasi
Cakupan imunisasi akan berperan besar dalam upaya pemberantasan
pneumonia. Cara yang paling efektif saat ini adalah dengan pemberian
imunisasi DPT dan campak. Pemberian imunisasi campak dapat
mencegah kematian pneumonia sekitar 11%, sedangkan imunisasi
DPT dapat mencegah kematian pneumonia sekitar 6%.
d. Jenis Kelamin
Di dalam buku pedoman P2 ISPA, disebutkan bahwa anak laki-laki
adalah faktor risiko mempengaruhi kesakitan pneumonia. Menurut
penelitian yang dilakukan oleh Koblinski (1997) bahwa anak
perempuan mempunyai kebutuhan biologis dan pada lingkungan yang
optimal mempunyai keuntungan yang diperkirakan sebesar 0,15-1 kali
lebih diatas anak laki-laki dalam hal tingkat kematian.
12
e. ASI Ekslusif
Kolustrum mengandung zat kekebalan 10-17 kali lebih banyak dari
susu buatan. Zat kekebalan pada ASI melindungi bayi dari diare,
alergi dan infeksi saluran napas terutama pneumonia. Bayi yang diberi
ASI eksklusif akan lebih sehat dan jarang sakit dibandingkan bayi
yang tidak menapatkan asupan ASI eksklusif.
f. Defisiensi Vitamin A
Pada kasus kekurangan vitamin A, fungsi kekebalan tubuh menurun
sehingga mudah terserang infeksi. Lapisan sel yang menutupi trakea
dan paru mengalami kreatinisasi sehingga mudah dimasuki oleh
kuman dan virus yang menyebabkan infeksi saluran napas terutama
pneumonia.
g. Berat Badan Lahir Rendah (BBLR)
BBLR menentukan pertumbuhan dan perkembangan fisik dan mental
pada masa balita. Bayi dengan BBLR mempunyai risiko kematian
yang lebih besar dibandingkan dengan bayi dengan berat lahir normal
terutama pada bulan-bulan pertama kelahiran karena pembentukan zat
kekebalan kurang sempurna sehingga lebih mudah terkena penyakit
infeksi terutama penumonia dan infeksi saluran pernapasan lainnya
(DEPKES, 2007).
3. Faktor Ektrinsik
Faktor ektrinsik yang dapat meningkatkan risiko kejadian dan risiko
kematian akibat pneumonia pada balita, kondisi fisik rumah yang
berhubungan dengan kejadian pneumonia antara lain adalah mengenai
kelembaban udara, ventilasi atau proses penyediaan udara segar dan
pengeluaran udara kotor secara alamiah. Berdasarkan Keputusan Menteri
Kesehatan No. 829/Menkes/SK/VII/1999 tentang persyaratan kesehatan
perumahan, luas penghawaan atau ventilasi yang permanen minimal 10%
dari luas lantai. Kepadatan hunian, berdasarkan Keputusan Menteri
Kesehatan tentang persyaratan kesehatan perumahan, luas ruang tidur
minimal (panjang x lebar) 8 meter 2, dan tidak dianjurkan digunakan lebih
13
dari 2 orang tidur dalam satu ruangan tidur kecuali anak umur dibawah 5
tahun. Polusi udara didalam rumah juga dapat disebabkan oleh karena
asap rokok, kompor gas, alat pemanas ruangan dan juga akibat
pembakaran yang tidak sempurna dari kendaraan bermotor. Pendidikan
ibu mempunyai pengaruh besar dalam tumbuh kembang bayi dan balita,
karena pada umumnya pola asuh anak ditentukan oleh ibu. Tingginya
mortalitas dan morbiditas pneumonia lenih disebabkan oleh kurangnya
informasi dan pemahaman yang diperoleh dari seorang ibu. Tingkat
jangkauan pelayanan kesehatan yang rendah sangat mempengaruhi
risiko morbiditas dan mortalitas pneumonia karean akan terlambat
memperoleh diagnosa sehingga mempengaruhi upaya pertolongan yang
dibutuhkan (Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan, 2015).
2.1.7 Penatalaksanaan
15
1) TMP-SMZ
2) Azitromisin
3) Sefalosporin gen. 2 atau 3
4) Fluorokuinolon respirasi
Legionella
1) Makrolid
2) Fluorokuinolon
3) Rifampisin
Mycoplasma pneumoniae
1) Doksisiklin
2) Makrolid
3) Fluorokuinolon
Chlamydia pneumoniae
1) Doksisikin
2) Makrolid
3) Fluorokuinolon
(Persatuan Dokter Paru Indonesia, 2003)
Gambar 2.1: Penilaian, Klasifikasi dan Tindakan Anak Sakit 2 bulan – 5 tahun
Target
Target penemuan penderita pneumonia Balita adalah jumlah
penderita pneumonia Balita yang harus ditemukan/dicapai di
suatu wilayah dalam 1 tahun sesuai dengan kebijakan yang
berlaku setiap tahun secara nasional.
Tatalaksana
pneumonia Balita Pola tatalaksana penderita yang dipakai dalam
pelaksanaan Pengendalian ISPA untuk pengendalian pneumonia
pada Balita didasarkan pada pola tatalaksana penderita ISPA
yang diterbitkan WHO tahun 1988 yang telah mengalami
adaptasi sesuai kondisi Indonesia.
Setelah penderita pneumonia Balita ditemukan dilakukan
tatalaksana sebagai berikut:
a. Pengobatan dengan menggunakan antibiotik:
kotrimoksazol, amoksisilin selama 3 hari dan obat
simptomatis yang diperlukan seperti parasetamol,
salbutamol (dosis dapat dilihat pada bagan terlampir).
23
3. Ketersediaan Logistik
Meliputi ketersediaan obat, alat contohnya oxymetri, media KIE,
pedoman dan media pencatatan dan pelaporan. (KEMENKES.
2011)
4. Supervisi
Supervisi dilakukan untuk menjamin pelaksanaan pengendalian
ISPA berjalan sesuai dengan yang telah direncanakan/ditetapkan
dalam pedoman baik di provinsi, kabupaten/kota, Puskesmas dan
rumah sakit menggunakan instrumen supervisi (terlampir).
Supervisi dilakukan secara berjenjang difokuskan pada propinsi,
kab/kota, Puskesmas yang:
pencapaian cakupan rendah
pencapaian cakupan tinggi namun meragukan
kelengkapan dan ketepatan laporan yang kurang baik
(KEMENKES. 2011)
lingkungan serta ada pula data khusus yang terdiri dari status
kesehatan, kejadian luar biasa, cakupan program pelayanan
kesehatan 1 (satu) tahun terakhir di tiap desa/kelurahan dan hasil
survey (bila ada).
c) Merumuskan Masalah
Hal ini mencakup apa masalahnya, siapa yang terkena
masalahnya, berapa besar masalahnya, dimana masalah itu
terjadi dan bilamana masalah itu terjadi (what, who, when,
where, how)
d) Mencari Akar Penyebab Masalah
Mencari akar penyebab masalah dapat dilakukan dengan
menggunakan metode diagram sebab akibat dari Ishikawa
(disebut juga diagram tulang ikan karena digambarkan
membentuk tulang ikan). Kemungkinan penyebab masalah
dapat berasal dari :
Input (sumber daya) : Jenis dan jumlah alat, obat,
tenaga serta prosedur kerja manajemen alat, obat dan
dana
29
MANUSIA METODE
Masalah
2.
3.
Dst
Manajemen Terpadu Bayi Muda (MTBM) untuk anak usia 0-2 bulan.
Dengan sistem MTBS dan MTBM ini, penatalaksanaan terhadap anak
sakit dilakukan secara komprehensif, tidak hanya terfokus pada
keluhan sakit anak, namum juga dilakukan terhadap pemantauan
terhadap status gizi, riwayat kelahiran, riwayat atau pola makan dan
riwayat imunisasinya. Dengan demikian, apabila pada anak sakit ini
terdapat permasalahan gizi atau imunisasi, atau penyakitnya berbasis
lingkungan, maka akan dilakukan rujukan ke klinik gilinganmas,
disamping pengobatan (kuratif). Disamping itu, pada klinik MTBS ini
juga akan senantiasa dilakukan penyuluhan sesuai dengan
permasalahan anak (DEPKES RI, 2011).
Ada 3 komponen dalam penerapan strategi MTBS yaitu:
1. Komponen I : meningkatkan ketrampilan petugas kesehatan
dalam tatalaksana kasus balita sakit (dokter, perawat, bidan,
petugas kesehatan)
2. Komponen II : memperbaiki sistem kesehatan agar penanganan
penyakit pada balita lebih efektif
3. Komponen III : Memperbaiki praktek keluarga dan masyarakat
dalam perawatan di rumah dan upaya pencarian pertolongan
kasus balita sakit (meningkatkan pemberdayaan keluarga dan
masyarakat, yang dikenal sebagai “Manajemen Terpadu Balita
Sakit berbasis masyarakat”).
Seorang balita sakit dapat ditangani dengan pendekatan MTBS
oleh Petugas kesehatan yang telah dilatih. Petugas memakai tool yang
disebut Algoritma MTBS. Untuk melakukan penilaian/pemeriksaan
dengan cara menanyakan kepada orang tua/wali, apa saja keluhan-
keluhan/masalah anak kemudian memeriksa dengan cara 'lihat dan
dengar' atau 'lihat dan raba'. Setelah itu petugas akan
mengklasifikasikan semua gejala berdasarkan hasil tanya-jawab dan
pemeriksaan. Berdasarkan hasil klasifikasi penyakit, petugas akan
menentukan tindakan/pengobatan, misalnya anak dengan klasifikasi
32
BAB III
PROFIL PUSKESMAS
Buruh Kasar
Pegawai Negeri
36
Pedagang
Pensiunan
Petani
Pada demografi secara terperinci di wilayah kerja Puskesmas Keramasan
dapat dilihat pada table sebagai berikut:
37
KELURAHAN Jumlah
No Deskripsi Keramasan Kemang
Agung
1 Jumlah Penduduk 10,733 19,059 29,792
Laki-laki 5,513 9,801 15,314
Perempuan 5,220 9,258 14,478
2 Jumlah KK 2,898 5,065 7,963
Jumlah KK Gakin 1,464 4,021 5,485
Jumlah KK Non Gakin 1,434 1,044 2,478
3 Jumlah Ibu Bersalin 200 354 554
4 Jumlah Ibu Meneteki 563 1,001 1,564
(Buteki)
Jumlah Ibu Nifas 200 354 554
(Bufas)
5 Jumlah Wanita Usia 3,021 5,365 8,386
Subur (WUS)
6 Jumlah Wanita Peserta 1,464 4,021 5,485
KB akitif
7 Jumlah Bayi 191 339 530
8 Jumlah Anak Balita 746 1,325 2,071
9 Jumlah Balita 937 1,001 1,564
10 Jumlah Batita 563 538 3.396
11 Jumlah Baduta 378 671 1,049
12 Jumlah Remaja 1,966 3,492 5,458
13 Jumlah Usila 2,203 3,913 6,116
14 Jumlah Taman Kanak- 4 8 12
kanak (TK)
15 Jumlah SD/Madrasah 8 8 16
Ibtidaiyah
Negeri 6 8 14
Swasta 2 2
16 Jumlah SMP/Madrasah 1 1 2
Tsanawiyah
negeri 1 0 1
swasta 0 1 1
17 Jumlah SMA/ 0 0 0
38
Madrasah Aliyah
18 Jumlah Akademi 0 0 0
19 Jumlah Perguruan 0 0 0
tinggi
20 Jumlah kantor 1 3 4
21 Jumlah hotel 0 0 2
22 Jumlah Toko
23 Jumlah Pasar 1 1 2
24 Jumlah Restoran 1 5 6
25 Jumlah Salon 2 7 9
Kecantikan
26 Jumlah Mssjid 9 8 17
27 Jumlah Pesantren
28 Jumlah 10 12 22
Langgar/mushola
29 Jumlah Gereja - 1 1
30 Jumlah Pura - - -
31 Jumlah Kelenteng - - -
32 Jumlah Rumah 2,503 4,264 6,767
33 Jumlah Rumah Sehat 938 3,379 4,677
34 JumlahJamban Sehat 1,172 4,489 5,661
35 Sumber Air Bersih 47 3,284 3,331
(PDAM)
36 SAB Sumur Gali 884 165 1,049
37 SAB Sumur Tangan
38 SAB Sumur Artesis
39 SAB Air Hujan
40 SAB Air Sungai 2,344 43 2,387
41 Peserta Asuransi - - -
Kesehatan
42 Asuransi Jamsostek - - -
43 Asuransi Kesehatan - - -
Lainnya
44 Jumlah Panti Jompo - - -
45 Jumlah Panti Pijat - - -
46 Jumlah Praktek Bidan - 8 8
47 Jumlah Pengobatan - 1 1
Tradisional
48 Jumlah Rumah Sakit - - -
Pemerintah
49 Jumlah Rumah Sakit - - -
39
Swasta
50 Jumlah Balai - - -
Pengobatan
51 Jumlah Praktek Dokter - 1 1
Umum
52 Jumlah Praktek Dokter - - -
Gigi
53 Jumlah Praktek Dokter - - -
Bersama
54 Jumlah Laboratorium - - -
Kesehatan
55 Jumlah Apotik - - -
56 Jumlah Optik - - -
57 Jumlah Toko Obat - - -
58 Jumlah Panti Asuhan - - -
3.4.1 Penduduk
Tingkat pertumbuhan penduduk di suatu daerah dapat dilihat dari
angka pertumbuhan penduduk. Bila angka tersebut semakin tinggi berarti
tingkat pertumbuhan penduduk semakin cepat.
10 45-49
11 50-54
953 916 1.869
12 55-59 1.033 922 2.025
13 60-64 2.223
14 65-69
1.134 1.089
15 70-74 205 418
16 75+ 347 709
362
JUMLAH 15.223 14.569 29.792
5. Klinik Promkes
Klinik ini melayani:
a. Gizi
Konsultasi Melayani konsultasi Gizi Masyarakat dan Gizi
Perorangan, baik didalam maupun diluar gedung.
Dilaksanakan oleh seorang Petugas Gizi, setiap hari.
b. Konsultasi Kesehatan Lingkungan (Sanitasi)
Memberikan konsultasi mengenai kesehatan dan keberhasilan
lingkungan Rumah Sehat, Jamban Sehat, Sarana Air Bersih,
Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN).
44
6. Laboratorium
Melayani pemeriksaan laboratorium sederhana seperti darah rutin,
tes widal, tes kolesterol, tes gula darah sewaktu, tes asam urat, test
kehamilan, HB dan HbsAG bagi ibu hamil, golongan darah dan BTA
sputum. Khusus untuk pemeriksaan BTA sputum, di Puskesmas
Kertapati petugas hanya membuat preparatnya saja, sedangkan
pembacaan hasilnya dilakukan oleh puskesmas lain yang telah ditunjuk.
Pelayanan dilakukan setiap hari bagi pasien yang membutuhkan.
7. Penyuluhan Kesehatan
Dilakukan pada perorangan ataupun perkelompok, baik
dilaksanakan di Puskesmas sekolah ataupun di tempat lain yang
membutuhkan.
Pelayanan ini akan dilaksanakan oleh tenaga-tenaga penyuluh yang
menguasai materi yang dibahas dan tenaga promotor kesehatan kontrak
dari dana DAK BOK yang direkrut oleh Dinas Kesehatan Kota.
10. Lain-lain
Dalam memenuhi kebutuhan masyarakat di wilayah kerjanya,
Puskesmas Kertapati melakukan kegiatan-kegiatan secara jemput bola.
Kegiatan-kegiatan tersebut diantaranya adalah Posyandu Balita di 23
Posyandu, Posyandu Lansia di 3 Posyandu, UKS/UKGS di 16 SD/MI, 7
SMP dan 5 SMA, UKGMD di 23 Posyandu serta melakukan kunjungan
ke rumah pasien bagi pasien-pasien yang membutuhkannya.
1. Visi
Tercapainya Kecamatan Kertapati sehat Di Kelurahan Kemang Agung
dan Keramasan palembang
2. Misi
Meningkatkan kemitraan dan pemberdayaan masyarakat
Meningkatkan profesionalitas provider
47
3.7 Ketenagaan
Untuk kelancaran pelaksanaan kegiatan sehari-harinya, Puskesmas Keramasan
di pimpin oleh seorang pimpinan Puskesmas yaitu drg. Andhika Sitasari (2
Januari 2015 – Sekarang) yang dibantu oleh 36 orang staf antara lain :
Tabel 3.4 Daftar Pegawai Puskesmas Keramasan Tahun 2018
Pimpinan Puskesmas
drg. Andhika Sitasari
Yanti,Am.Kep
Elly Sumarni,
Dr.Selli Novita Belinda Am.Kep
Dian Apgarini, AMKG Suyanti, Am.Keb
TIM MUTU UKP Eka Lestari,Am.Kep Sulastri, AMAK
TIM MUTU ADMEN TIM MUTU UKM Ayu Wandari, Am.Keb
Yudiansyah Putra Suharyuni,AMKL Susilowati,Am.Kep
Daulay, S.E
BAB IV
PEMBAHASAN
manusia, sumber daya atau sumber dana. Semakin tinggi dampak masalah
tersebut terhadap organisasi maka semakin serius masalah tersebut.
Growth, Seberapa kemungkinannya isu tersebut menjadi berkembang
dikaitkan kemungkinan masalah penyebab isu akan makin memburuk kalau
dibiarkan (Permenkes No 44 Tahun 2016).
Untuk mengurangi tingkat subyektivitas dalam menentukan masalah
prioritas, maka perlu menetapkan kriteria untuk masing-masing unsur USG
tersebut. Umumnya digunakan skor dengan skala tertentu. Misalnya
penggunaan skor skala 1-5. Semakin tinggi tingkat urgensi, serius, atau
pertumbuhan masalah tersebut, maka semakin tinggi skor untuk masing-
masing unsur tersebut (Depkes, 2006)
Pneumoni berat
ditangani
Manusia Metode
56
Penyuluhan kurang
Peran kader
masih kurang Data bayi, balita,
Pengetahuan ortu
kurang apras tidak
akurat
Cakupan
Peran kader masih penemuan
kurang kasus
Pneumonia
dan pneumoni
Sarana untuk berat
Medan sulit
pemeriksaan masih ditangani
dijangkau
kurang
2. Penjaringan kasus 4 5 4 80
pneumonia masih kurang
dan tidak dilakukannya care
seeking
3. Brosur mengenai 4 4 4 64
pneumonia tidak ada
4. Tidak semua masyarakat 4 4 4 64
berobat ke puskesmas
Dari hasil skoring dengan metode USG diatas, didapatkan prioritas
masalahnya adalah penjaringan kasus pneumonia yang masih kurang dan tidak
dilakukannya care seeking.
Dari tabel tersebut untuk penyelesaian masalah terpilih bagi program cakupan
penemuan kasus pneumonia melalui Program Pemberantasan (P2) ISPA yang ada
di Puskesmas Keramasan Palembang adalah mengadakan pelatihan dan
pembinaan petugas puskesmas dalam mendeteksi kasus pneumonia serta
menggiatkan program kunjungan rumah (care seeking) agar tidak ada pasien
pneumonia yang terabaikan atau yang tidak terdata.
60
1 Penemuan Melakukan Meningkatkan Masyarakat Peningkatan BOK Mic, Petugas Peningkatan BOK
kasus secara penyuluhan pengetahuan penemuan Laptop, puskesmas penemuan
aktif masyarakat kasus brosur/ pasien
mengenai pneumonia leaflet pneumonia
peran serta gejala
masyarakat pneumonia
dan kader
dalam
menemukan
pasien
pneumoni
BAB V
61
PENUTUP
5.1. Kesimpulan
Berdasarkan Evaluasi Program MTBS Puskesmas Keramasan
Palembang dengan cara pendekatan sistem dapat diambil kesimpulan
bahwa Program MTBS di Puskesmas Keramasan Palembang tahun 2018
belum berhasil sepenuhnya.
5.2. Saran
1. Penyelesaian masalah untuk tercapainya target
program MTBS dengan pneumonia di Puskesmas Keramasan
Palembang yaitu melakukan penemuan kasus secara aktif dengan
mengadakan pelatihan dan pembinaan petugas puskesmas serta
menggiatkan program kunjungan rumah (care seeking), menggiatkan
kader, sosialisasi dan pembinaan masyarakat tentang kasus
pneumonia.
2. Mengikutsertakan tokoh masyarakat dan instansi
lain sebagai motivator serta lebih menggiatkan kader dalam
mengelola kegiatan penemuan kasus pneumonia.
3. Penyuluhan dan pembinaan masyarakat tentang
penyakit pneumonia dengan pendekatan yang menarik agar
masyarakat lebih waspada terhadap penyakit pneumonia
62
DAFTAR PUSTAKA
Departemen Kesehatan RI. 2017. Modul Manajemen Terpadu Balita Sakit Revisi
Tahun 2011. Jakarta.
Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI). 2012. World Pneumonia Day (Hari
Pneumonia Dunia). (www.idai.co.id/kegiatanidai.asp , Diakses pada tanggal
28 Mei 2018)