Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

ASUHAN KEPERAWATAN ANAK DENGAN GANGGUAN PENYAKIT


MENGANCAM (BRONKIOLITIS)
Untuk Memenuhi Tugas Mata Perkuliahan Keperawatan Anak II

Disusun Oleh :
Chusniah Alda Amriilah 20191420146001

Prodi S1 Keperawatan

Dosen Pembimbing :
Suci Nurjanah.,S.Kep.,Ns.,M.Kep

S1 KEPERAWATAN STIKES BAHRUL ULUM


TAMBAK-BERAS JOMBANG
2020-2021

1
Kata Pengantar
Dengan menyebut nama Allah SWT yang maha pengasih lagi maha penyayang, kami
panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat,
hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini
dengan baik dan benar tanpa kesulitan yang berarti makalah ini telah kami susun dengan
semaksimal mungkin sesuai dengan referensi yang kami dapatkan sehingga dapat membantu
kita semua agar dapat memahami isi materi dari makalah ini dengan sebaik-baiknya.

Dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik dari
segi susunan kalimat maupun tatabahasanya. Oleh karena itu dengan tangan terbuka kami
menerima segala saran dan saran dari pembaca agar kami dapat memperbaiki Makalah yang
kami buat ini.

Jombang, Juni 2021

2
DAFTAR ISI

Cover.........................................................................................................................................1

Kata Pengggantar.....................................................................................................................2

Daftar
Isi ...................................................................................................................................3

BAB 1 PENDAHULUAN.........................................................................................................4

1.1 Latar Belakang...........................................................................................................4


1.2 Rumusan Masalah......................................................................................................4
1.3 Tujuan Masalah..........................................................................................................4

BAB 2 TINJAUAN
PUSTAKA ...............................................................................................5

2.1 Definisi......................................................................................................................5
2.2 Etiologi......................................................................................................................5
2.3 Manifestasi Klinis......................................................................................................6
2.4 Patofisiologi...............................................................................................................6
2.5 Pemeriksaan Penunjang.............................................................................................7
2.6 Penatalaksanaan.........................................................................................................7
2.7 Komplikasi.................................................................................................................8

BAB 3 ASUHAN KEPERAWATAN ANAK DENGAN GANGGUAN


BRONKIOLITIS....................................................................................................................10

BAB 4 PENUTUP...................................................................................................................13

4.1 Kesimpulan..............................................................................................................14
4.2 Saran........................................................................................................................14

DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................15

3
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Bronkiolitis adalah suatu penyakit paru obstruktif pada bayi dan anak yang paling
sering disebabkan oleh infeksi RSV (respiratory syncytial virus) (Bernstein & P. shelov,
2016). Bronkiolitis sering diderita bayi atau anak berumur kurang dari dua tahun paling
sering pada usia 6 bulan (Ngastiyah, 2005). Penyakit ini disebabkan oleh infeksi yang
mempengaruhi saluran udara kecil (bronkiolus) dan mengganggu fungsi paru-paru
penderitanya. Pada saat bronkiolus meradang, saluran ini membengkak dan
menghasilkan lender sehingga menutup jalan napas.
Pada anak-anak, bronkiolitis memiliki beberapa sifat khas, yakni sebagai berikut
(Mendri & Sarwo prayogi, 2017) :
1. Paling sering menyerang bayi dan balita karena hidung dan saluran udara kecil
(bronkiolus) lebih mudah terhambat daripada anak-anak yang lebih tua atau orang
dewasa
2. Biasanya terjadi selama 2 tahun pertama kehidupan, yang paling umum sekitar 2
sampai usia 6 bulan
3. Lebih umum pada laki-laki, bayi premature, anak-anak yang belum ASI, dan mereka
yang hidup dalam kondisi yang penuh sesak (Mendri & Sarwo prayogi, 2017).
infeksi yang terdapat di saluran napas yang menginfeksi pada bronkus. Bronkitis
biasanya menyerang pada anak yang disekitar tempat tinggalnya terdapat polutan,
seperti orang-orang merokok diluar atau didalam ruangan, kendaraan bermotor yang
menyebabkan polusi udara, dan pembakaran yang menyebabkan asap biasanya saat
masak menggunakan kayu bakar. Pasien bronkitis banyak ditemukan dengan
keluhan seperti batuk, mengi, penumpukan sputum, dan sesak nafas (Marni, 2014).
Berdasarkan World Health Organization (WHO, 2015), penderita bronkitis
berkisar enam puluh empat juta jiwa di dunia. Faktor resiko utamanya yaitu merokok,
polusi udara, debu, dan bahan kimia. Bronkitis bisa menyerang pada semua usia,

4
termasuk anak-anak. Faktor lingkungan yang banyak polutan juga dapat mempengaruhi
kesehatan pada saluran per-napasan atau pada paru-paru. Alveolus adalah tempat
berlangsungnya perputaran gas oksigen yang masuk pada darah dan karbondioksida
yang dikeluarkan dari dalam darah. Bronkus adalah tempat penyebaran udara dari
alveolus apabila terdapat permasalahan pada bronkus, hal itu akan menyebabkan
timbulnya penyakit bronkitis dan terganggunya pertukaran gas (Muttaqin, 2012).
1.2 Rumusan Masalah
1. Mengetahui Definisi Bronkiolitis.
2. Mengetahui Etiologi Bronkiolitis.
3. Mengetahui Patofisiologi Bronkiolitis.
4. Mengetahui Manifestasi Bronkiolitis.
5. Mengetahui Pemeriksaan Penunjang Bronkiolitis.
6. Mengetahui Penatalaksanaan Bronkiolitis.
7. Mengetahui Adanya Komplikasi Bronkiolitis.
8. Mengetahui Asuhan Keperawatan Anak dengan Gangguan Bronkiolitis.
1.3 Manfaat
Untuk Mengetahui Asuhan Keperawatan Anak Dengan Gangguan Bronkiolitis.

5
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
Bronkitis adalah peradangan atau infeksi yang terdapat di saluran napas yang
menginfeksi pada bronkus. Bronkitis biasanya menyerang pada anak yang disekitar
tempat tinggalnya terdapat polutan, seperti orang-orang merokok diluar atau didalam
ruangan, kendaraan bermotor yang menyebabkan polusi udara, dan pembakaran yang
menyebabkan asap biasanya saat masak menggunakan kayu bakar. Pasien bronkitis
banyak ditemukan dengan keluhan seperti batuk, mengi, penumpukan sputum, dan sesak
nafas (Marni, 2014).
Bronkitis merupakan suatu peradangan atau infeksi di saluran bronkial, yang bisa
menyebabkan pembekakan serta produksi lendir yang berlebihan. Batuk dan
meningkatnya pengeluaran dahak serta sesak nafas merupakan tanda-tanda yang sering
muncul pada penderita bronkitis. Bronkritis terbagi atas dua bagian, yaitu bronkitis kronis
dan bronkitis akut. Bronkitis akut biasanya dikarenakan flu serta infeksi lain di saluran
pernafasan, biasanya bronkitis akut mulai membaik dalam waktu beberapa hari ataupun
beberapa pekan. Sedangkan, bronkitis kronis merupakan iritasi atau radang yang
bertempat pada saluran nafas yang harus ditangani dengan serius. Seringkali bronkitis
kronis disebabkan karena merokok (Joko Suryo, 2010).
Bronkitis adalah suatu komponen dari penyakit paru obstruksi kronis (PPOK).
Deskripsi standar tentang bronchitis kronis adalah batuk berdahak yang terjadi selama
sedikitnya 3 bulan dalam satu tahun untuk 2 tahun berturut-turut. Eksaserbasi akut
bronchitis kronis didefenisiskan sebagai memburuknya gejala seperti: batuk sekresi dahak
yang berlebihan dan kesulita bernapas (Ikwati, 2016).
2.2 Etiologi
1. Sebagian besar oleh Syncytial virus (50-90%)
2. Parainfluenza
3. Rhinovirus
4. Adenovirus
5. Influenza
6. Mycoplasma pneumoniae
7. Metapneumovirus
Menurut (Ventre K,2004) dalam (Meates-Dennis, 2005).
2.3 Patofisiologi

6
RSV (respiratory syncytial virus) adalah kausa utama bronkiolitis. Bukti-bukti
terkini memberi kesan bahwa MPV juga merupakan kausa signifikan bronkiolitis pada
bayi. Virus parainfluenza dan adenovirus lebih jarang menyebabkan penyakit ini. RSV,
suatu virus RNA dalam genus Pneumovirus dari famili Paramyxoviridae, dinamai
demikian karena efek sitopatik khas (pembentukan sinsitium) yang trelihat beberapa hari
setelah inokulasi bahan terinfeksi ke biakan sel. Gen RSV menyandi paling sedikit 10
polipeptida, termasuk protein selubung F dan G. protein fusi (F) mempermudah penetrasi
sel serta penyebaran se-ke-sel di saluran nafas, an protein G membantu perlekatan virus
ke residu asam sialat di sel epitel pernapasan. RSV, yang dibagi menjadi tipe A dan B
berdasarkan perbedaan dalam protein G , melekat dan menginfeksi sel epitel pernapasan.
Proliferasi virus di epitel pernapasan menyebabkan edema dan nekrosis lapisan
epitel saluran napas, terlepasnya sel bersilia,dan pembentukan sumbat mucus. Terjadi
proliferasi limfositik peribronkus yang intens. Dapat terjadi sumbatan saluran nafas distal
yang menyebabkan ketidakcocokan ventilasi-perfusi, hiperinflasi, atelectasis, hipoksia,
gagal napas, dan, pada beberapa kasus, kematian. Tingginya kadar antibody penetralisasi
fungsional dalam serum terhadap protein F dan G RSV berkorelasi dengan proteksi
terhadap penyakit. Kadar antibodi penetralisasi maternal yang rendah dilaporkan
berkaitan dengan penyakit yang lebih parah pada bayi. Munculnya IgA sekretorik
spesifik-RSV bersamaan dengan terhentinya pengeluaran (shedding) RSV (Bernstein &
P. shelov, 2016).
2.4 Manifestasi Klinis
1. Sering bersin dan banyak secret atau lender
2. Demam ringan
3. Tidak dapat makan dan gangguan tidur
4. Retraksi atau tarikan pada dinding-dinding dada; suprasternal, intercostal, dan
subcostal pada inspirasi
5. Cuping hidung
6. Nafas cepat
7. Dapat juga sianosis
8. Batuk-batuk
9. Wheezing
10. Iritabel
11. Cemas(Suriadi & Yuliani, 2006)
2.5 Pemeriksaan Penunjang

7
1. Pemeriksaan rontgen : pada toraks menunjukkan paru-paru dalam keadaan hipererasi
dan diameter anterior-posterior membesar pada foto lateral. Ditemukan berca-bercak
konsolidasi tersebar disebabkan atelectasis atau radang (Ngastiyah, 2005).
2. Pemeriksaan laboratorium : gambaran darah tepi dalam batas normal,kimia darah
menunjukkan gambaran asidosisrespiratorik maupun metabolic. Usapan nasofaring
menunjukkan flora bakteri normal (Ngastiyah, 2005).
2.6 Penatalaksanaan
Penatalaksanaan bronchitis kronis menurut (Manurung, 2016).
1. Obat – obatan
Memberikan obat sesuai dengan indikasi : Bronkodilator ( Misal : Epikefrin,
Albuterol, Isolterin) merilekskan otot halus dan menurunkan spasme kalan napas.
1) Xotin ( Misal : Amminiofilin, Oxtrifilin, Teofilin ) dosis yang dianjurkan 100
mg/kg BB.
2) Kromolin dosis harian yang dianjurkan 200 mg/kg B.
3) Antimikromal.
4) Analgesic ( Misal : kodein )
2. Tindakan Supportif
Pendidikan bagi klien dan keluarganya:
1) Menghindari merokok
2) Menghindari iritan lainnya yang dapat terhirup
3) Menghindari penderita penyakit infeksi saluran nafas atas
4) Mengontrol suhu dan kelembabapan lingkungan
5) Nutrisi yang baik
6) Hidrasi yang adekuat
3. Penyesuaian fisik
1) Latihan relaksasi
2) Meditasi
3) Menahan nafas
4) Pernafasan perut
5) Rehabilitasi
2.7 Komplikasi
Menurut Sa’ripah ( 2017) Penyakit bronchitis kronis bila tidak ditangani dengan benar
akan menimbulkan komplikasi yaitu :

8
Umumnya pasien seringkali terserang infeksi. Atelektasis atau bronkiktosis komplikasi
ini terjadi apabila dahak tetap tinggi. Gagal napas komplikasi ini adalah komplikasi
bronchitis yang paling berat dan juga luas, sehingga diperlukan pengobatan bronchitis
yang lebih dalam lagi.

9
BAB 3
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN ANAK DENGAN BRONKIOLITIS
3.1 Pengkajian
1. Identitas klien
2. Keluhan utama : Kebanyakan kasus yang dijumpai dengan keluhan batuk – batuk,
produksi sputum seperti warna putih, dan biasanya sesak napas.
3. Riwayat Kesehatan Sekarang : Biasanya klien mulai mual dan berat badan mulai
turun, biasanya pola nafas tidak teratur, mudah letih dan sakit kepala.
4. Riwayat Kesehatan Terdahulu : Sebelumnya klien pernah menderita batuk – batuk
ada darah kurang lebih 6 bulan dan warnah darah segar dan mepunyai riwayat
merokok.
5. Riwayat Kesehatan Keluarga
Penyakit yang pernah diderita oleh aggota keluarga, Lingkungan rumah dan
komunitas, Perilaku yang mempengaruhi kesehatan : Ada keluarga klien yang
menderita penyakit yang sama.
6. Pemeriksaan fisik
1) B1 pernafasan ( Breathing)
a) Inspeksi : klien biasanya mengalami peningkatan usaha dan frekwensi
pernafasan, biasanya menggunakan otot bantu pernafasan. Pada kasus
bronchitis kronis, bentuk dada barrel atau tong. Gerakan pernafasan masih
simetris. Hasil pengkajian lainnya menunjukan klien juga mengalami
batuk yang produkstif dengan sputum purulem berwarna kuning kehijauan
sampai hitam kecoklatan karena bercampur darah.
b) Palpasi : adanya penurunan gerakan dinding pernafasan biasanya
ditemukan pada klien bronchitis dengan komplikasi.
c) Perkusi : pada klien dengan bronchitis dengan komplikasi, biasannya akan
didapatkan bunyi krekels suara yang berat dan kasar pada bronkus paru.
Pada klien dengan bronchitis yang disertai komplikasi seperti leurutis dan
efisema akan didapatkan bunyi redup sampai pekak pada sisi yang sakit
sesuai banyaknya akumulasi cairan dirongga pleura. Apabila disertai
pneumothoraks, maka didapatkan bunyi hipersonan terutama jika
pneuthoraks rental yang mendorong posisi paru ke posisi yang sehat.
d) Auskultasi : padas klien dengan bronchitis didapatkan bunyi nafas
tambahan ( ronkhi ) pada sisi yang sakit.

10
2) B2 Kardiovaskuler ( blood )
Inspeksi : adanya keluhan kelemahan fisik
Palpasi : denyut nadi perifer melemah
Perkusi : adanya pembengkakan pada ektermitas bawa
Auskultasi : adanya peningkatan tekanan darah, frekwensi jantung
atau takikardi berat, suara jantung redup, akral hangat.
3) B3 ( Brain ) Persyarafan
Kesadaran biasannya compos mentris, ditemukan adanya sianosis perifer.
Pada pengkajian objektif, klien mengatakan pusing, sclera menurun, konjungtifa
anemis, tidak ada masalah gangguan pandangan, pendengaran dan penciuman.
4) B4 ( Bladder ) Perkemihan
Pengukuran volume output urin berhubungan dengan intake cairan. Oleh
karena itu perawat perlu memonitir adanya oliguria karena hal tersebut
merupakan tanda awal dari shock. Baik normal 3 4x/hari, produksi urin, warna
kuning jernih dan amoniak.
5) B5 ( Bowel ) Pencernaan
Klien biasanya mengalami rasa mual, muntah, penurunan nafsu makan dan
penurunan BB.
6) B6 ( Bone) Muskuloskeletal dan intergumen
Aktivitas sehari-hari berkurang banyak pada klien dengan bronchitis, gejala
yang muncul antara lain : kelemahan, kelelahan, insomnia, pola hidup menetap,
dan jadwal olahraga menjadi tidak teratur.
7) B7 (Pengindraan)
Mata biasanya tidak mengalami gangguan, hidung terdapat secret, mukosa
hidung lembab, telinga biasannya tidak mengalami gangguan, perasa baik dan
peraba bisa merasakan sentuhan.
8) B8 (Endokrim)
Tidak ada pembesaran kelenjar tiroid dan kelenjar parotis, pada kasus
bronchitis jarang sekali ditemukan masalah pada system endokrim atau hormonal.
( Potter, 2010 ).
3.2 Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan pada pasien bronkiolitis diantaranya adalah bersihan jalan nafas
tidak efektif b.d Proses infeksi (Tim Pokja SDKI DPP PPNI, 2017 Hal. D.0001).
3.3 Intervensi

11
No Diagnosa Keperawatan SLKI SIKI
.
1. Bersihan jalan napas Setelah dilakukan asuhan Menejemen jalan napas (SIKI Hal.
tidak efektif b.d Proses keperawatan selama 3x 24 1.01011)
infeksi (SDKI Hal jam di harapkan pasien Observasi
D.0001) dengan Kriteria hasil (SLKI 1. Monitor pola napas
Hal. L.01001) 2. Monitor sputum
1. Produksi sputum = 5 Terapiutik
2. Frekuensi napas = 5 1. Pertahankan kepatenan jalan
Keterangan napas dengan head-tilt dan
Produksi sputum chin-lift
1 = meningkat 2. Posisikan semi-flower atau
2 = cukup buruk flower
3 = sedang 3. Lakukan fisioterapi dada, jika
4 = cukup membaik perlu
5 = membaik 4. Lakukan penghisapan lendir
Frekuensi napas kurang dari 15 detik
1 = memburuk Edukasi
2 = cukup memburuk 1. Anjurkan asupan cairan
3 = sedang 2000ml/ hari, jika tidak
4 = cukup membaik kontraindikasi
5 = membaik Kolaborasi
1. Kolaborasikan pemberian
bronkodilator, jika perlu

3.4 Implementasi
Implementasi merupakan komponen dari proses keperawatan, implementasi adalah
kategori dari perilaku keperawatan dimana tindakan yang diperlukan untuk mencapai
tujuan dan hasil yang diperkirakan (Potter & Perry, 2005). Tindakan yang dilakukan pada
anak bronkiolitis dengan bersihan jalan napas tidak efektif dilaksanakan sesuai dengan
rencana asuhan keperawatan yang telah disusun sebelumnya. Waktu pelaksanaan selama
3 x 24 jam, dimulai dengan melakukan pengkajian, membuka jalan napas dengan chin
lift, memposisikan pasien (postural drainase), memonitor kecepatan, irama, kedalaman

12
dan kesulitan bernapas, dan melakukan kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain dalam
pemberian bronkolidator.
3.5 Evaluasi

Evaluasi dapat berupa evaluasi struktur, proses dan hasil evaluasi terdiri dari
evaluasi formatif yaitu menghasilkan umpan balik selama program berlangsung.

13
BAB 4
PENUTUP
4.1 Kesimpulan

Bronkitis adalah peradangan atau infeksi yang terdapat di saluran napas yang
menginfeksi pada bronkus. Bronkitis biasanya menyerang pada anak yang disekitar
tempat tinggalnya terdapat polutan, seperti orang-orang merokok diluar atau didalam
ruangan, kendaraan bermotor yang menyebabkan polusi udara, dan pembakaran yang
menyebabkan asap biasanya saat masak menggunakan kayu bakar. Pasien bronkitis
banyak ditemukan dengan keluhan seperti batuk, mengi, penumpukan sputum, dan sesak
nafas (Marni, 2014). Pengobatnnya dapat dilakukan dengan memberikan obat-obatan,
pendidikan dan penyesuaian fisik.

4.2 Saran
Semuga dengan adanya makalah ini dapat menjadi penambah wawasan bagi kita semua.

14
DAFTAR PUSTAKA
Arif, M. 2008. Kapita Selekta Kedokteran. Jilid 2. Edisi III. Jakarta: Penerbitan Media
Aesculapius FKUI.
Chang, E, dkk. 2010. Patofisiologi Aplikasi Pada Praktik Keperawatan. Jakarta: EGC.
Dermawan, Deden. 2012. Proses keperawatan (PenerapanKonsep Dan Kerangka Kerja).
Yogyakarta: Gosyen Publishing.
Digiulio, dkk. 2014. KeperawatanMedikalBedah. Yogyakarta: Rapha Publishing.
Effendi, F &Makhfudli. 2009. KeperawatanKesehatanKomunitas: Teoridan
PraktekDalamKeperawatan. Jakarta: Salembamedika.
Herdman, H danShigemi. 2015. Diagnosis KeperawatanDefinisi&Klasifikasi 2015-2017.
Jakarta: EGC
Departemen Kesehatan (RI). 2015. Profil Kesehatan Indonesia. http://www.depkes.go.id.
Diakses 22 September 2019
Dermawan. 2012. Proses Keperawatan. Semarang : Repository.unimus.ac.id
Dinarti & Mulyani, Y. 2017. Dokumentasi keperawatan. Jakarta selatan: pusdik SDM
kesehatan. http://bppsdmk.kemkes.go.id. [di akses pada tanggal 08 Desember 2019].
Maghfiroh, Yayuk Dwirahayu, Sugeng Mashudi. 2021. Asuhan Keperawatan Pasien Anak
Dengan Bronkitis Dengan Masalah Keperawatan Nersihan Jalan Napas Tidak Efektif.
Health Sciences Journal Vol. 5 No. 1; Ponorogo

15

Anda mungkin juga menyukai