Anda di halaman 1dari 28

PANEN DAN PASCA PANEN TANAMAN

KELAPA SAWIT

SUTEJO, S.TP., M.Si.


PANEN TANAMAN KELAPA SAWIT
Tanaman kelapa sawit berbunga dan buah setelah berumur 2-3 tahun.
Buah akan menjadi masak pada 5-6 bulan setelah penyerbukan.
Proses pemasakan buah kelapa sawit dapat dilihat dari perubahan
warna kulit buahnya.
Buah akan berubah menjadi merah jingga ketika masak.
Pada saat buah masak, kandungan minyak pada daging buah telah
maksimal.
Buah yang terlalu matang akan lepas dan jatuh dari tandannya. Buah
yang jatuh tersebut disebut membrondol.
PANEN TANAMAN KELAPA SAWIT
Proses Panen tanaman kelapa sawit meliputi :
1. Pemotong tandan buah masak,
2. Pemungutan brondolan, dan
3. Pengangkutan dari pohon ke tempat pengumpulan hasil (TPH) serta ke pabrik.

Pelaksanaan pemanenan perlu memperhatikan beberapa kriteria tertentu karena


tujuan panen kelapa sawit adalah untuk mendapatkan rendemen minyak yang
tinggi dengan kualitas minyak yang baik.
Kriteria panen :
1. Matang panen,
2. Cara panen,
3. Alat panen,
4. Rotasi dan sistem panen,
5. Mutu panen.
PANEN TANAMAN KELAPA SAWIT
1. Kriteria Matang Panen
Kriteria matang panen merupakan indikasi yang dapat membantu pemanen
agar memotong buah pada saat yang tepat.
Kriteria panen ditentukan pada saat kandungan minyak maksimal dan
kandungan asam lemak bebas atau free fatty acid (ALB atau FFA) minimal.
Kriteria umum yang banyak dipakai adalah berdasarkan jumlah brondolan.
Tanaman dengan umur kurang dari 10 tahun, jumlah brondolan kurang lebih
10 butir.
Tanaman dengan umur lebih dari 10 tahun, jumlah brondolan sekitar 15-20
butir.
Kriteria umum yaitu setiap 1 Kg tandan buah segar (TBS) terdapat dua
brondolan.
PANEN TANAMAN KELAPA SAWIT
2. Cara Panen
Berdasarkan tinggi tanaman, ada tiga cara panen :
a. Tanaman yang tingginya 2-5 m digunakan cara panen jongkok
dengan alat dodos,
b. Tanaman dengan ketinggian 5-10 m dipanen dengan cara berdiri dan
menggunakan alat kapak siam.
c. Tanaman dengan ketinggian lebih dari 10 m dipanen dengan egrek
yaitu alat arit bergagang panjang.
Untuk memudahkan pemanenan, sebaiknya pelepah daun yang
menyanggah buah dipotong terlebih dahulu dan dipotong rapih
ditengah gawangan.
PANEN TANAMAN KELAPA SAWIT
2. Cara Panen
Tandan buah yang matang dipotong sedekat mungkin dengan
pangkalnya, maksimal 2 cm. Tandan buah yang telah dipotong diletakan
teratur di piringan dan brondolan dikumpulkan terpisah dari tandan.
Brondolan harus bersih dan tidak tercampur tanah atau kotoran lain.
Proporsi kotoran idealnya tidak melebihi 0,3% dari berat tandan.
Selanjutnya tandan buah dan brondolan dikumpulkan di TPH (Tempat
Pengumpul Hasil).
PANEN TANAMAN KELAPA SAWIT
3. Rotasi dan Sistem Panen
Rotasi panen adalah waktu yang diperlukan antara panen terakhir
sampai panen berikutnya pada tempat yang sama.
Perkebunan kelapa sawit di Indonesia pada umumnya menggunakan
rotasi panen tujuh hari, artinya satu areal panen harus dimasuki
(diancak) oleh pemetik setiap tujuh hari. Rotasi panen dianggap baik
jika buah tidak lewat matang, yaitu dengan menggunakan sistem 5/7.

Artinya, dalam satu minggu terdapat lima hari panen dan masing-
masing ancak panen diulangi pada tujuh hari berikutnya. Dikenal dua
sistem ancak panen, yaitu sistem giring dan sistem tetap.
PENGOLAHAN HASIL PANEN
Pada dasarnya ada dua macam hasil olahan utama TBS di pabrik, yaitu
1. Minyak sawit hasil pengolahan daging buah dan
2. Minyak inti sawit yang dihasilkan dari ekstraksi inti sawit.
PENGOLAHAN HASIL PANEN
Tahap proses pengolahan TBS sampai dihasilkan minyak adl sbb :
1. Pengangkutan TBS ke Pabrik
TBS yang baru dipanen harus segera diangkut ke pabrik karena harus
segera diolah dan tidak boleh melebihi delapan jam setelah panen.
Buah yang tidak segera diolah akan mengalami kerusakan. Pemilihan alat
angkut yang tepat dapat membantu mengatasi kerusakan buah selama
pengangkutan. Jadwal kedatangan alat angkut ke lokasi panen dan pabrik
harus diatur sedemikian rupa agar sesampainya dikebun, tandan yang harus
diangkut sudah tersedia.
Alat angkut yang dapat digunakan dari perkebunan ke pabrik, di antaranya
lori, traktor gandengan atau truk.
PENGOLAHAN HASIL PANEN
Tahap proses pengolahan TBS sampai dihasilkan minyak adl sbb :
1. Pengangkutan TBS ke Pabrik
Pengangkutan dengan lori dianggap lebih baik dibandingkan dengan alat
angkut lain.
Jika menggunakan truk atau traktor gandengan, guncangan selama
perjalanan lebih banyak terjadi sehingga kemungkinan adanya pelukaan
pada buah lebih banyak.
Setelah TBS sampai di pabrik, segera dilakukan penimbangan. Penimbangan
penting dilakukan terutama untuk mendapatkan angka-angka penting yang
berkaitan dengan produksi, pembayaran upah pekerja, dan perhitungan
rendemen minyak sawit.
PENGOLAHAN HASIL PANEN
Tahap proses pengolahan TBS sampai dihasilkan minyak adl sbb :
2. Perebusan TBS
TBS yang telah ditimbang beserta lorinya, selanjutnya direbus di dalam
sterilizer atau dalam ketel rebus. Perebusan dilakukan dengan mengalirkan
uap panas selama satu jam atau tergantung besarnya tekanan uap. Pada
umumnya, besarnya tekanan uap yang digunakan adalah 2,5 atmosfer
dengan suhu uap 125°C.

Perebusan yang terlalu lama dapat menurunkan kadar minyak dan


pemucatan kernel. Sebaliknya, perebusan yang terlalu pendek
menyebabkan semakin banyak buah yang tidak rontok dari tandannya.
PENGOLAHAN HASIL PANEN
Tahap proses pengolahan TBS sampai dihasilkan minyak adl sbb :
2. Perebusan TBS
Pada dasarnya tujuan perbusan adalah sebagai berikut:
a. Merusak enzim lipase yang menstimulir pembentukan ALB.
b. Mempermudah pelepasan buah dari tandan dan inti dari cangkang.
c. Memperlunak daging buah sehingga memudahkan proses pemerasan.
d. Mengendapkan protein sehingga memudahkan pemisahan minyak.
PENGOLAHAN HASIL PANEN
Tahap proses pengolahan TBS sampai dihasilkan minyak adl sbb :
3. Perontokan dan Pelumatan Buah
Lori-lori yang berisi TBS ditarik keluar dan diangkat dengan alat hoisting
crane yang digerakan oleh motor. Hoisting crane akan membalikan TBS ke
atas mesin perontok buah (thresher). Dari thresher, buah yang telah rontok
dibawa ke mesin pelumat (digester). Untuk lebih memudahkan
pengahncuran daging buah dan pelepasan biji, selama proses digester buah
dipanasi dengan penguapan.
PENGOLAHAN HASIL PANEN
Tahap proses pengolahan TBS sampai dihasilkan minyak adl sbb :
4. Pemanasan atau Ekstraksi Minyak Sawit
Untuk memisahkan biji dari hasil lumatan TBS, perlu dilakukan pengadukan
selama 25-30 menit. Setelah lumatan buah bersih dari biji sawit, dapat
dilakukan pemerasan atau ekstraksi. Tujuan ekstraksi adalah untuk
mengambil minyak dari massa adukan. Berikut beberapa cara dan alat yang
digunakan dalam proses ekstraksi.
PENGOLAHAN HASIL PANEN
Tahap proses pengolahan TBS sampai dihasilkan minyak adl sbb :
Berikut beberapa cara dan alat yang digunakan dalam proses ekstraksi.
a. Ekstraksi dengan sentrifugasi
Alat yang dipakai pada cara ini berupa tabung baja silindris yang
berlubang-lubang pada bagian dindingnya. Buah yang telah lumat,
dimasukan ke dalam tabung, lalu diputar. Dengan adanya gaya
sentrifugasi, minyak akan keluar melalui lubang-lubang pada dinding
tabung.
PENGOLAHAN HASIL PANEN
Tahap proses pengolahan TBS sampai dihasilkan minyak adl sbb :
Berikut beberapa cara dan alat yang digunakan dalam proses ekstraksi.
b. Ekstraksi dengan cara srew press
Prinsip ekstraksi minyak dengan cara ini adalah menekan buah lumatan
dalam tabung yang berlubang dengan alat ulir yang berputar sehingga
minyak akan keluar lewat lubang-lubang tabung. Besarnya tekanan alat
ini dapat diatur secara elektris dan tergantung dari volume bahan yang
akan dipres. Cara ini mempunyai kelemahan yaitu pada tekanan yang
terlampau kuat akan menyebabkan biji banyak yang pecah.
PENGOLAHAN HASIL PANEN
Tahap proses pengolahan TBS sampai dihasilkan minyak adl sbb :
Berikut beberapa cara dan alat yang digunakan dalam proses ekstraksi.
c. Ekstraksi dengan Bahan Pelarut
Pada dasarnya, ekstraksi dengan cara ini adalah dengan menambah
pelarut tertentu pada lumatan daging buah sehingga minyak larut
terpisah dari partikel yang lain.
d. Ekstraksi dengan tekanan hidrolis
Ekstraksi dengan cara ini dilakukan dalam sebuah peti pemeras. Caranya,
bahan ditekan secara otomatis dengan tekanan hidrolis.
PENGOLAHAN HASIL PANEN
Tahap proses pengolahan TBS sampai dihasilkan minyak adl sbb :
5. Pemurnian dan Penjernihan Minyak Sawit
Minyak sawit yang keluar dari tempat pemerasan atau pengepresan berupa
minyak sawit kasar yang mengandung kotoran berupa partikel-partikel dari
tempurung dan serabut serta 40-50% air. Tujuan dari pembersihan atau
pemurnian minyak kasar yaitu agar diperoleh minyak dengan kualitas sebaik
mungkin dan dapat dipasarkan dengan harga yang layak. Agar diperoleh
minyak sawit yang bermutu baik, minyak sawit kasar tersebut diolah lebih
lanjut, yaitu dialirkan dalam tangki minyak kasar (crude oil tank). Minyak
kasar yang telah terkumpul dipanaskan hingga mencapai temperatur 95-
100°C. Peningkatan temperatur ini bertujuan untuk memperbesar berat
jenis antara minyak, air, dan sludge sehingga sangat membantu dalam
proses pengendapan.
PENGOLAHAN HASIL PANEN
Tahap proses pengolahan TBS sampai dihasilkan minyak adl sbb :
5. Pemurnian dan Penjernihan Minyak Sawit
Setelah melalui pemurnian atau klarifikasi yang bertahap, akan dihasilkan
minyak sawit mentah (CPO). Proses penjernihan dilakukan untuk
menurunkan kadar air dalam minyak. Minyak sawit yang telah dijernihkan
ditampung dalam tangki-tangki penampungan dan siap dipasarkan atau
diolah lebih lanjut sampai dihasilkan minyak sawit murni atau processed
palm oil dan hasil olahan lainnya.
PENGOLAHAN HASIL PANEN
Tahap proses pengolahan TBS sampai dihasilkan minyak adl sbb :
6. Pengeringan dan Pemecahan Biji
Biji sawit yang telah dipisah pada proses pengadukan, diolah lebih lanjut
untuk diambil minyaknya. Sebelum dipecah, biji sawit dikeringkan dalam
silo, minimal 14 jam dengan sirkulasi udara kering pada suhu 50-80°C. Akibat
proses pengeringan ini, inti sawit akan mengerut sehingga memudahkan
pemisahan inti sawit dari tempurungnya. Selain penguapan, biji di dalam
silo juga mengalami proses fermentasi sehingga serabut yang masih
menempel pada biji akan mengalami pelapukan. Kadar air yang dikehendaki
adalah 12%. Jika temperatur kurang maka kadar air masih tinggi sehingga
menyulitkan pemisahan inti dari cangkangnya.
PENGOLAHAN HASIL PANEN
Tahap proses pengolahan TBS sampai dihasilkan minyak adl sbb :
7. Pemisahan Inti Sawit dari Tempurung
Pemisahan inti sawit dari tempurungnya dilakukan bedasarkan perbedaan
berat jenis antara inti sawit dan tempurung. Alat yang digunakan adalah
hydrocyclone separator. Inti dan tempurung dipisahkan oleh aliran air yang
berputar dalam sebuah tabung atau dapat juga dengan mengapungkan biji-
biji yang pecah dalam larutan lempung yang mempunyai berat jenis 1,16.
Dalam keadaan tersebut inti sawit akan mengapung dan tempurungnya
tenggelam. Proses selanjutnya adalah pencucian inti sawit dan tempurung
sampai bersih. Untuk menghindari kerusakan akibat mikroorganisme, inti
sawit harus segera dikeringkan dengan suhu 80°C. Setelah kering, inti sawit
dapat dipak atau diolah lebih lanjut yaitu dengan ekstraksi untuk
menghasilkan minyyak inti sawit (palm kernel oil, PKO).
STANDAR MUTU

Minyak sawit memegang peranan penting dalam perdagangan dunia. Oleh


karena itu, syarat mutu harus menjadi perhatian utama dalam
perdagangannya. Istilah mutu minyak sawit dapat dibedakan menjadi dua
arti. Pertama, benar-benar murni dan tidak tercampur dengan minyak
nabati lain. Mutu minyak sawit tersebut dapat ditentukan dengan menilai
sifat-sifat fisiknya, yaitu dengan mengukur nilai titik lebur, angka
penyabunan, dan bilangan yodium. Kedua, pengertian mutu sawit
berdasarkan ukuran. Dalam ini syarat mutu diukur berdasarkan spesifikasi
standar mutu internasional yang meliputi kadar ALB, air, kotoran, logam
besi, logam tembaga, peroksida, dan ukuran pemucatan.
STANDAR MUTU

Kebutuhan mutu minyak sawit yang digunakan sebagai bahan baku industri
pangan dan nonpangan masing-masing berbeda. Oleh karena itu, keaslian,
kemurnian, kesegaran, maupun aspek higienisnya harus lebih diperhatikan.
Rendahnya mutu minyak sawit sangat ditentukan oleh banyak faktor.
Faktor-faktor tersebut dapat dipengaruhi dari sifat pohon induknya,
penanganan pascapanen, atau kesalahan selama pemrosesan dan
pengangkutan.
STANDAR MUTU

Kebutuhan mutu minyak sawit yang digunakan sebagai bahan baku industri
pangan dan nonpangan masing-masing berbeda. Oleh karena itu, keaslian,
kemurnian, kesegaran, maupun aspek higienisnya harus lebih diperhatikan.
Rendahnya mutu minyak sawit sangat ditentukan oleh banyak faktor.
Faktor-faktor tersebut dapat dipengaruhi dari sifat pohon induknya,
penanganan pascapanen, atau kesalahan selama pemrosesan dan
pengangkutan.
APAKAH YANG AKAN ANDA
LAKUKAN TERHADAP
POTENSI LOKAL TERSEBUT
???????
Kemiskinan

Permasalahan

Sember daya yang dimiliki POTENSI

Apa yang telah dilakukan

Pengembangan

LOKASI Kendala-kendala yang


dihadapi

SOLUSI
Sapu Lidi

Pasta/
Hiasan
sluri
Dinding

Bubuk/
Anyaman
powder

Fresh
Pelet Energi
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai