MANAJEMEN KEPERAWATAN
DISUSUN OLEH :
JUMRIANA
105111102019
TAHUN 2021
KONSEP DASAR MANAJEMEN KEPERTAWATAN
A. Pengertian manajemen
Manajemen adalah Suatu proses melakukan kegiatan atau usaha untuk
mencapai tujuan organisasi melalui kerjasama dengan orang lain. (Harsey dan
Blanchard) Manajemen sebagai suatu proses perencanaan, pengorganisasian,
pengarahan, pengawasan suatu kegiatan. (James A. O’Brien) Manajemen
adalah pelaksanaan bersama oranglain. (Harold Konte dan Cyril O’Donnel)
Manajemen adalah pengorganisasian seluruh sumberdaya melalui perencanaan,
pengorganisasian, pemberian bimbingan dan pengendalian agar tercapai
sasaran-sasaran dan tujuan-tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya.
Dari pengertian para pakar diatas disimpulkan bahwa manajemen adalah
suatu proses untuk mencapai suatu tujuan yang telah ditetapkan melalui
perencanaan, pengorganisasian, kepemimpinan dan pemberian bimbingan.
B. Pengertian Manajemen Keperawatan
Manajemen keperawatan adalah suatu tugas khusus yang harus
dilaksanakan oleh pengelola keperawatan untuk merencanakan,
mengorganisasikan, mengarahkan serta mengawasi sumber – sumber yang ada,
baik sumber daya maupun dana sehingga dapat memberikan pelayanan
keperawatan yang efektif baik kepada pasien, keluarga dan masyarakat.
C. Fungsi – Fungsi Manajemen
Secara ringkas fungsi manajemen adalah sebagai berikut :
1. Perencanaan (planning), perencanaan merupakan :
a) Gambaran apa yang akan dicapai
b) Persiapan pencapaian tujuan
c) Rumusan suatu persoalan untuk dicapai
d) Persiapan tindakan – tindakan
e) Rumusan tujuan tidak harus tertulis dapat hanya dalam benak saja
f) Tiap – tiap organisasi perlu perencanaan
2. Pengorganisasian (organizing), merupakan pengaturan setelah rencana,
mengatur dan menentukan apa tugas pekerjaannya, macam, jenis, unit kerja,
alat – alat, keuangan dan fasilitas.
3. Penggerak (actuating), menggerakkan orang – orang agar mau / suka
bekerja. Ciptakan suasana bekerja bukan hanya karena perintah, tetapi harus
dengan kesadaran sendiri, termotivasi secara interval
4. Pengendalian / pengawasan (controling), merupakan fungsi pengawasan
agar tujuan dapat tercapai sesuai dengan rencana, apakah orang – orangnya,
cara dan waktunya tepat. Pengendalian juga berfungsi agar kesalahan dapat
segera diperbaiki.
5. Penilaian (evaluasi), merupakan proses pengukuran dan perbandingan hasil
– hasil pekerjaan yang seharusnya dicapai. Hakekat penilaian merupakan
fase tertentu setelah selesai kegiatan, sebelum, sebagai korektif dan
pengobatan ditujukan pada fungsi organik administrasi dan manajemen.
D. Prinsip – Prinsip Manajemen Keperawatan
Prinsip – prinsip yang mendasari manajemen keperawatan adalah :
a. Manajemen keperawatan seyogyanya berlandaskan perencanaan karena
melalui fungsi perencanaan, pimpinan dapat menurunkan resiko
pengambilan keputusan, pemecahan masalah yang efektif dan terencana.
b. Manajemen keperawatan dilaksanakan melalui penggunaan waktu yang
efektif. Manajer keperawatan yang menghargai waktu akan menyusun
perencanaan yang terprogram dengan baik dan melaksanakan kegiatan sesuai
dengan waktu yang telah ditentukan sebelumnya.
c. Manajemen keperawatan akan melibatkan pengambilan keputusan. Berbagai
situasi maupun permasalahan yang terjadi dalam pengelolaan kegiatan
keperawatan memerlukan pengambilan keputusan di berbergai tingkat
manajerial.
d. Memenuhi kebutuhan asuhan keperawatan pasien merupakan fokus
perhatian manajer perawat dengan mempertimbangkan apa yang pasien lihat,
fikir, yakini dan ingini. Kepuasan pasien merupakan poin utama dari seluruh
tujuan keperawatan.
e. Manajemen keperawatan harus terorganisir. Pengorganisasian dilakukan
sesuai dengan kebutuhan organisasi untuk mencapai tujuan.
f. Pengarahan merupakan elemen kegiatan manajemen keperawatan yang
meliputi proses pendelegasian, supervisi, koordinasi dan pengendalian
pelaksanaan rencana yang telah diorganisasikan.
g. Divisi keperawatan yang baik memotivasi karyawan untuk memperlihatkan
penampilan kerja yang baik.
h. Manajemen keperawatan menggunakan komunikasin yang efektif.
Komunikasi yang efektif akan mengurangi kesalahpahaman dan memberikan
persamaan pandangan, arah dan pengertian diantara pegawai.
i. Pengembangan staf penting untuk dilaksanakan sebagai upaya persiapan
perawat – perawat pelaksana menduduki posisi yang lebih tinggi atau upaya
manajer untuk meningkatkan pengetahuan karyawan. Pengendalian
merupakan elemen manajemen keperawatan yang meliputi penilaian tentang
pelaksanaan rencana yang telah dibuat, pemberian instruksi dan menetapkan
prinsip –prinsip melalui penetapan standar, membandingkan penampilan
dengan standar dan memperbaiki kekurangan
Prinsip – prinsip Organisasi menurut Fayol adalah:
1. Division of work (pembagian pekerjaan) ialah tugas/pekerjaan dibagi
secara rata pada masing-masing individu ataupun tim.
2. Authority dan responsibility (kewenangan dan tanggung jawab) ialah
masing-masing personal atau Tim memiliki kewenangan dan tanggung
jawab terhadap pekerjaan yang telah diberikan kepadanya.
3. Dicipline (disiplin) ialah kedisiplinan merupakan hal yang sangat pokok
dalam sistem manajemen.
4. Unity of command (kesatuan komando) merupakan kesatuan
perintah,satu perintah dari atasan menjadi tanggung jawab bersama.
5. Unity of direction (kesatuan arah) merupakan tujuan yang sama.
6. Sub ordination of individual to generate interest (kepentingan individu
tunduk pada kepentingan umum)
7. Renumeration of personal (penghasilan pegawai), penghasilan pegawai
merupakan bentuk reward yang diberikan atas jasa yang telah dilakukan.
E. Kerangka Konsep
Manajemen partisipasif yang berlandaskan pada paradigma keperawatan:
a. Manusia akan tertarik dan terikat pada pekerjaannya.
b. Jika informasi yang bermanfaat dan layak pada individu akan membuat
keputusan terbaik untuk dirinya sendiri.
c. Tujuan kelompok akan lebih mudah dicapai oleh kelompok.
d. Setiap individu memiliki karakteristik dan motivasi, minat dan cara untuk
mencapai tujuan kelompok.
e. Fungsi koordinasi dan pengendalian amat penting dalam pencapaian
tujuan.
f. Persamaan kualifikasi harus dipertimbangkan.
g. Individu memiliki hak dan tanggung jawab untuk mendelegasikan
kewenangannya pada mereka yang terbaik dalam organisasi.
h. Pengetahuan dan keterampilan amat diperlukan dalam pengambilan
keputusan yang profesional.
i. Semua sistem berfungsi untuk mencapai tujuan kelompok dan merupakan
tujuan bersama untuk menetapkan tujuan bersama
F. Proses Manajemen Keperawatan
Proses manajemen keperawatan sesuai dengan pendekatan sistem terbuka
dimana masing–masing komponen saling berhubungan dan berinteraksi dan
dipengaruhi oleh lingkungan. Karena merupakan suatu sistem maka akan
terdiri dari lima elemen yaitu input, proses, output, kontrol dan mekanisme
umpan balik. Input dari proses manajemen keperawatan antara lain informasi,
personel, peralatan dan fasilitas. Proses dalam manajemen keperawatan
adalah kelompok manajer dari tingkat pengelola keperawatan tertinggi
sampai ke perawat pelaksana yang mempunyai tugas dan wewenang untuk
melakukan perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan pengawasan
dalam pelaksanaan pelayanan keperawatan. Untuk melaksanakan proses
manajemen diperlukan keterampilan teknik,keterampilan hubungan antar
manusia,dan keterampilan konseptual. Output adalah asuhan keperawatan,
pengembangan staf dan riset. Kontrol yang digunakan dalam proses
manajemen keperawatan termasuk budget dari bagian keperawatan, evaluasi
penampilan kerja perawat, prosedur yang standar dan akreditasi. Mekanisme
timbal balik berupa laporan finansial, audit keperawatan, survey kendali mutu
dan penampilan kerja perawat.. Berdasarkan prinsip – prinsip diatas maka
para manajer dan administrator seyogyanya bekerja bersama – sama dalam
perencanaan dan pengorganisasian serta fungsi – fungsi manajemen lainnya
untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya.
G. Komponen Sistem Manajemen Keperawatan
Komponen dari Manajemen Keperawatan :
a. Input : Informasi, Personal, Peralatan,Fasilitas
b. Proses : Kelompok manejemen [dari tertinggi sampai dengan perawat
pelaksana] yang mempunyai tugas dan wewenang untuk melaksanakan
perencanaan, organisasi, pengarahan dan pengawasan dalam pelaksanaan
pelayanan keperawatan.
c. Output : Askep (Asuhan Keperawatan), Pengembangan staf sampai
dengan riset
d. Kontrol : Budget, Prosedur, Evaluasi Kinerja, Akreditasi
e. Feed back mechanism : Laporan Financial, Audit Keperawatan, Survey
Kendali Mutu, Kinerja .
Prinsip yang mendasari mananejemen keperawatan :
1. Berlandaskan perencanaan
2. Penggunaan waktu yang efektif
3. Melibatkan pengambilan keputusan
4. Memenuhi kebutuhan ASKEP pasien , kepuasan pasien sebagai tujuan
5. Terorganisir sesuai kebutuhan organisasi untuk mencapai tujuan
H. Lingkup Manajemen Keperawatan
Mempertahankan kesehatan telah menjadi sebuah industri besar yang
melibatkan berbagai aspek upaya kesehatan. Pelayanan kesehatan kemudian
menjadi hak yang paling mendasar bagi semua orang dan memberikan
pelayanan kesehatan yang memadai akan membutuhkan upaya perbaikan
menyeluruh sistem yang ada. Pelayanan kesehatan yang memadai ditentukan
sebagian besar oleh gambaran pelayanan keperawatan yang terdapat
didalamnya. Keperawatan merupakan disiplin praktek klinis. Manajer
keperawatan yang efektif seyogyanya memahami hal ini dan memfasilitasi
pekerjaan perawat pelaksana. Kegiatan perawat pelaksana meliputi:
a. Menetapkan penggunakan proses keperawatan
b. Melaksanakan intervensi keperawatan berdasarkan diagnosa
c. Menerima akuntabilitas kegiatan keperawatan yang dilaksanakan oleh
perawat
d. Menerima akuntabilitas untuk hasil – hasil keperawatan
e. Mengendalikan lingkungan praktek keperawatan Seluruh pelaksanaan
kegiatan ini senantiasa di inisiasi oleh para manajer keperawatan melalui
partisipasi dalam proses manajemen keperawatan dengan melibatkan para
perawat pelaksana.
Berdasarkan gambaran diatas maka lingkup manajemen keperawatan
terdiri dari:
a. Manajemen operasional
Pelayanan keperawatan di rumah sakit dikelola oleh bidang
keperawatan yang terdiri dari tiga tingkatan manajerial, yaitu:
1. Manajemen puncak
2. Manajemen menengah
3. Manajemen bawah
b. Tidak setiap orang memiliki kedudukan dalam manajemen berhasil
dalam kegiatannya. Ada beberapa faktor yang perlu dimiliki oleh orang-
orang tersebut agar penatalaksanaannya berhasil. Faktor – faktor
tersebut adalah :
1. Kemampuan menerapkan pengetahuan
2. Ketrampilan kepemimpinan
3. Kemampuan menjalankan peran sebagai pemimpin
4. Kemampuan melaksanakan fungsi manajemen
c. Manajemen asuhan keperawatan Manajemen asuhan keperawatan
merupakan suatu proses keperawatan yang menggunakan konsep –
konsep manajemen didalamnya seperti perencanaan, pengorganisasian,
pengarahan dan pengendalian atau evaluasi.
I. Persyaratan Ruangan Menjalankan MPKP
Syarat-syarat Ruangan menjalankan MPKP adalah sebagai berikut:
1. Memiliki fasilitas perawatan yang memadai.
2. Memiliki jumlah perawat minimal sejumlah tempat tidur yang ada.
3. Memiliki perawat pendidikan yang telah terspesialisasi
4. Seluruh perawat telah memiliki kompetensi dalam perawatan primer
a. Peran manager
Peran Manajer dapat mempengaruhi faktor motivasi dan
lingkungan. Tetapi faktor lain yang mungkin mempengaruhi
tergantungnya tugas, khususnya bagaimana manajer bekerja dalam
suatu organisasi. Secara umum peran manajer dapat dinilai dari
kemampuannya dalam memotivasi dan meningkatkan kepuasan staf.
Kepuasan kerja staf dapat dilihat dari terpenuhinya kebutuhan fisik,
psikis, dimana kebutuhan psikis tersebut dapat terpenuhi melalui peran
manajemen dalam memperlakukan stafnya. Hal ini dapat ditanamkan
kepada manajer agar diciptakan suasana keterbukaan dan memberikan
kesempatan kepada staf untuk melaksanakan tugas dengan sebaik –
baiknya.
b. Peran Kepala Ruangan
Adapun tanggung jawab kepala ruangan menurut Gillies (1994)
adalah peran kepala ruangan harus lebih peka terhadap anggaran rumah
sakit dan kualitas pelayanan keperawatan, bertanggung jawab terhadap
hasil dari pelayanan keperawatan yang berkwalitas, dan menghindari
terjadinya kebosanan perawat serta menghindari kemungkinan
terjadinya saling melempar kesalahan. Kepala ruangan disebuah
ruangan keperawatan, perlu melakukan kegiatan koordinasi kegiatan
unit yang menjadi tanggung jawabnya dan melakukan kegiatan evaluasi
kegiatan penampilan kerja staf dalam upaya mempertahankan kualitas
pelayanan pemberian asuhan keperawatan. Berbagai metode pemberian
asuhan keperawatan dapat dipilih disesuaikan dengan kondisi dan
jumlah pasien, dan kategori pendidikan serta pengalaman staf di unit
yang bersangkutan.
Fungsi Kepala Ruangan :
Adapun fungsi kepala ruangan menurut Marquis dan Houston (2000)
sebagai berikut:
1. Perencanaan : dimulai dengan penerapan filosofi, tujuan, sasaran,
kebijaksanaan, dan peraturan – peraturan : membuat perencanaan
jangka pendek dan jangka panjang untuk mencapai visi, misi, dan
tujuan, organisasi, menetapkan biaya – biaya untuk setiap kegiatan
serta merencanakan dan pengelola rencana perubahan.
2. Pengorganisasian: meliputi pembentukan struktur untuk
melaksanakan perencanaan, menetapkan metode pemberian asuhan
keperawatan kepada pasien yang paling tepat, mengelompokkan
kegiatan untuk mencapai tujuan unit serta melakukan peran dan
fungsi dalam organisasi dan menggunakan power serta wewengan
dengan tepat.
3. Ketenagaan: pengaturan ketegagaan dimulai dari rekruetmen,
interview, mencari, dan orientasi dari staf baru, penjadwalan,
pengembangan staf, dan sosialisasi staf.
4. Pengarahan : mencangkup tanggung jawab dalam mengelola sumber
daya manusia seperti motivasi untuk semangat, manajemen konflik,
pendelegasian, komunikasi, dan memfasilitasi kolaborasi.
5. Pengawasan meliputi penampilan kerja, pengawasan umum,
pengawasan etika aspek legal, dan pengawasan professional.
Seorang manajer dalam mengerjakan kelima fungsinya tersebut
sehari – sehari akan bergerak dalam berbagai bidang penjualan,
pembelian, produksi, keuangan, personalia dan lain – lain.
c. Kepala Ruangan Sebagai Manager Keperawatan
Sebagai manajer keperawatan, uraian tugas kepala ruangan
menurut depkes adalah sebagai berikut:
a. Melaksanakan fungsi perencanaan, meliputi:
1. Merencanakan jumlah dan kategori tenaga perawatan serta tenaga
lain sesuai kebutuhan.
2. Merencanakan jumlah jenis peralatan perawatan yang diperlukan.
3. Merencanakan dan menentukan jenis kegiatan/ asuhan
keperawatan yang akan diselenggarakan sesuai kebutuhan pasien.
b. Melaksanakan fungsi pergerakan dan pelaksanaan, meliputi:
1. Mengatur dan mengkoordinasi seluruh kegiatan pelayanan di
ruang rawat.
2. Menyusun dan mengatur daftar dinas tenaga perawatan dan
tenaga lain sesuai dengan kebutuhan dan ketentuan / peraturan
yang berlaku (bulanan, mingguan, harian).
3. Melaksanakan program orientasi kepada tenaga keperawatan
satu atau tenaga lain yamg bekerja di ruang rawat.
4. Memberi pengarahan dan motivasi kepada tenaga perawatan
untuk melaksanakan asuhan perawatan sesuai standart.
5. Mengkoordinasikan seluruh kegiatan yang ada dengan cara
bekerja sama dengan sebagai pihak yang terlibat dalam
pelayanan ruang rawat.
6. Mengenal jenis dan kegunaan barang peralatan serta
mengusahakan pengadaannya sesuai kebutuhan pasien agar
tercapainya pelayanan optimal.
7. Menyusun permintaan rutin meliputi kebutuhan alat, obat, dan
bahan lain yang diperlukan di ruang rawat.
8. Mengatur dan mengkoordinasikan pemeliharaan peralatan agar
selalu dalam keadaan siap pakai.
9. Mempertanggungjawabkan pelaksanaan inventaris peralatan.
10. Melaksanakan program orientasi kepada pasien dan
keluarganya meliputi tentang peraturan rumah sakit, tata tertib
ruangan, fasilitas yang ada dan cara penggunaannya.
11. Mendampingi dokter selama kunjungan keliling untuk
memeriksa pasien dan mencatat program.
12. Mengelompokkan pasien dan mengatur penempatannya di
ruang rawat untuk tingkat kegawatan, injeksi dan non injeksi,
untuk memudah pemberian asuhan keperawatan.
13. Mengadakan pendekatan kepada setiap pasien yang dirawat
untuk mengetahui keadaan dan menampung keluhan serta
membantu memecahkan masalah berlangsung.
14. Menjaga perasaan pasien agar merasa aman dan terlindungi
selama pelaksanaan pelayanan berlangsung.
15. Memberikan penyuluhan kesehatan terhadap pasien / keluarga
dalam batas wewenangnya.
16. Menjaga perasaan petugas agar merasa aman dan terlindungi
serlama pelaksanaan pelayanan berlangsung.
17. Memelihara dan mengembangkan sistem pencatatan data
pelayanan asuhan keperawatan dan kegiatan lain yang
dilakuakan secara tepat dan benar.
18. Mengadakan kerja sama yang baik dengan kepala ruang rawat
inap lain, seluruh kepala seksi, kepala bidang, kepala instansi,
dan kepala UPF di Rumah Sakit.
19. Menciptakan dan memelihara suasana kerja yang baik antara
petugas, pasien dan keluarganya, sehingga memberi
ketenangan.
20. Memberi motivasi tenaga nonkeperawatan dalam memelihara
kebersihan ruangan dan lingkungan.
21. Meneliti pengisian formulir sensus harian pasien ruangan.
22. Memeriksa dan meneliti pengisi daftar pemintaan makanan
berdasarkan macam dan jenis makanan pasien kemudian
memeriksa / meneliti ulang saat pengkajiannya.
23. Memelihara buku register dan bekas catatan medis.
24. Membuat laporan harian mengenai pelaksanaan kegiatan
asuhan keperawatan serta kegiatan lain di ruangan rawat.
c. Melaksanakan fungsi pengawasan, pengendalian dan penelitian,
meliputi:
1. Mengawasi dan menilai pelaksanaan asuhan keperawatan yang
telah ditentukan,melaksanakan penilaian terhadap uapaya
peningkatan pengetahuan dan keterampilan di bidang perawatan.
2. Melaksanakan penilaian dan mencantumkan kedalam Daftar
Penilaian Pelaksanaan Pekerjaan Pegawai (D.P.3) bagi
pelaksana keperawatan dan tenaga lain di ruang yang berada di
bawah tanggung jawabnya untuk berbagai kepentingan (naik
pangkat / golongan, melanjutkan sekolah) mengawasi dan
mengendalikan pendayagunaan peralatan perawatan serta obat –
obatan secara efektif dan efisien.
3. Mengawasi pelaksanaan system pencatatan dan pelaporan
kegiatan asuhan keperawatan serta mencatat kegiatan lain di
ruang rawat.
d. Perawat Pelaksana
Dalam asuhan keperawatan sebagai perawat yang profesional salah
satu peran sebagai perawat pelaksana. Perawat sebagai pelaksana
secara langsung maupun tidak langsung memberikan asuhan
keperawatan kepada pasien individu, keluarga, dan masyarakat. Peran
perawat sebagai perawat pelaksana perawat sebagai perawat pelaksana
disebut Care Giver yaitu perawat menggunakan metode pemecahan
masalah dalam membantu pasien mengatasi masalah kesehatan. Peran
perawat dalam memberikan asuhan keperawatan xsecara langsung atau
tidak langsung . Dalam melaksanakan peran sebagai perawat pelaksana
bertindak sebagai:
1. Comferter
Perawat mengupayakan kenyamanan dan rasa aman pasien
(Praptianingsi, 2006). Menurut Potter & Perry (2005), peran sebagai
pemberi kenyamanan yaitu memberikan pelayanan keperawatan
secara utuh bukan sekedar fisik saja, maka memberikan kenyamanan
dan dukungan emosi sering kali memberikan kekuatan kepada klien
untuk mencapai kesembuhan. Dalam memberikan kenyamanan
kepada klien, perawat dapat mendemonstrasikan dengan klien.
2. Protector dan Advocat
Perawat berupaya melindungi pasien, mengupayakan
terlaksananya hak dan kewajiban pasien dalam pelayanan kesehatan.
(Praptianingsi, 2006). Menurut Potter & Perry (2005), sebagai
pelindung perawat membantu mempertahankan lingkungan yang
aman bagi klien dan mengambil tindakan. Untuk mencegah
terjadinya kecelakaan dan melindungi klien dari kemungkinan efek
yang tidak diinginkan dari suatu tindakan diagnostik atau
pengobatan. Utnuk menjalankan tugas sebagai advokat, perawat
melindungi hak dan kewajiban klien sebagai manusia secara hukum,
serta membantu klien dalam menyatakan hak–haknya bila
dibutuhkan. Perawat juga melindungi hak – hak klien melalui cara–
cara yang umum dengan penolakan aturan atau tindakan yang
mungkin membahayakan kesehatan klien atau menetang hak – hak
klien.
3. Communication
Perawat sebagai mediator antara pasien dan anggota tim
kesehatan, hal ini terkait dengan keberadaan perawatyang
mendampingi pasien selama 24 jam untuk memberikan asuhan
keperawatan dalam rangka upaya pelayanan kesehatan di rumah
sakit (Praptianingsi, 2006). Menurut Potter & Perry (2005), peran
sebagai komunikator merupakan pusat dari seluruh peran perawat
pelaksana yang lain. Keperawatan mencakup komunikasi dengan
klien, keluarga, antara sesama perawat san profesi kesehatan lainnya,
sumber informasi dan komunitas. Memberikan perawatan yang
efektif, pembuatan keputusan dengan klien dan keluarga,
memberikan perlindungan pada klien dari ancaman terhadap
kesehatannya, mengokordinasi dan mengatur asuhan keperawatan
dan lain–lain tidak mungkin dilakukan tanpa komunikasi yang jelas.
4. Rehabilitator
Perawat memberikan asuhan keparawatan adalah
mengembalikan fungsi organ atau bagian tubuh agar sembuh dan
berfungsi normal. Rehabilitas merupakan proses dimana individu
kembali ketingkat fungsi maksimal setelah sakit, kecelakaan, atau
kejadian yang menimbulkan ketidakberdayaan lainnya. Rentang
aktivitas rehabilitas dan restoratif mulai dari mangajar klien berjalan
dengan menggunakan alat pembantu berjalan sampai membantu
klien mengatasi perubahan gaya hidup yang berkaitan dengan
penyakit kronis.
MANAJEMEN ASUHAN KEPERAWATAN
a. Metode Fungsional
Metode fungsional yaitu metode penugasan dimana seorang perawata
hanya melakukan satu sampai dua jenis intervensi. Metode ini banyak
dipakai saat perang dunia kedua. Ketika perang dunia kedua metode
ini banhyak dipakai karena jumlah perawat serta kemampuan perawat
masih terbatas.
Huston, 1998)
Kelemahan :
Kepala ruangan
l
Pasien / klien Pasien / klien Pasien / klien
Gambar 2 : Sistem pemberian asuhan keperawatan “ Team
Nursing “ (Marquisdan Huston, 1998)
c. Metode Primer
Metode penugasan dimana satu orang perawat bertanggung jawab
penuh selama 24 jam terhadap asuhan keperawatan pasien mulai dari
masuk sampai keluar rumah sakit. Mendorong praktek kemandirian
perawat, ada kejelasan antara pembuat perencana asuhan dan
pelaksana. Metode primer ini ditandai dengan adanya keterkaitan kuat
dan terus menerus antara pasien dengan perawat yang ditugaskan
untuk merencanakan, melakukan, dan koordinasi asuhan keperawatan
selama pasien dirawat.
Konsep dasar metode primer :
1) Ada tanggungjawab dan tanggunggugat
2) Ada otonomi
3) Ketertiban pasien dan keluarga
Kelebihannya :
1) Model praktek profesional
2) Bersifat kontinuitas dan komprehensif
3) Perawat primer mendapatkan akontabilitas yang tinggi terhadap
hasil dan memungkinkan pengembangan diri → kepuasan
perawat
4) Klien/keluarga lebih mengenal siapa yang merawatnya
Kelemahannya :
Perawat primer
d. Metode Kasus
Setiap pasien ditugaskan kepada semua perawat yang melayani
seluruh kebutuhannya pada saat ia dinas. Pasien akan dirawat oleh
perawat yang berbeda untuk setiap shift dan tidak ada jaminan bahwa
pasien akan dirawat oleh orang yang sama pada hari berikutnya.
Metode penugasan kasus biasa diterapkan satu pasien satu perawat,
umumnya dilaksanakan untuk perawat privat atau untuk perawatan
khusus seperti : isolasi, intensive care.
Kelebihan :
1) Perawat lebih memahami kasus per kasus
2) Sistem evaluasi dari manajerial menjadi lebih mudah
Kekurangan :
1) Belum dapatnya diidentifikasi perawat penanggungjawab
2) Perlu tenaga yang cukup banyak dan mempunyai kemampuan
dasar yang sama.
Kepala ruangan
Ketua tim Ketua tim Ketua tim
Agar metode metode diatas dapat di jalankan dengan baik maka masing-
masing pihak harus menge tahui peran dan ttanggung jawab masing-
masing, berikut merupakan tanggung jawab masing –masing peran.
a. PERAN
1. Pelaksana Pelayanan Keperawatan Perawat bertanggung-jawab
dalam memberikan pelayanan keperawatan dari yang bersifat
sederhana sampai pada yang paling kompleks kepada klien,
keluarga, kelompok dan masyarakat.
2. Pengelola dalam bidang Pelayanan Keperawatan Tenaga
keperawatan secara fungsional mengelola pelayanan keperawatan
termasuk perlengkapan, peralatan dan lingkungan.Disamping itu
membimbing petugas kesehatan yang berpendidikan lebih rendah,
bertanggung-jawab dalam hal administrasi keperawatan baik di
masyarakat maupun di dalam institusi dalam mengelola pelayanan
keperawatan untuk klien, keluarga, kelompok dan masyarakat.
3. Pendidik Pelayanan Keperawatan Tenaga Keperawatan
bertanggung jawab dalam hal pendidikan dan pengajaran ilmu
keperawatan dasar bagi tenaga kesehatan lainnya dan tenaga
anggota keluarga.
b. FUNGSI TENAGA PERAWAT
Tenaga keperawatan diharapkan dapat melaksanakan fungsi (pada
klien-klien yang dirawat) sebagai berikut :
1. Menentukan kebutuhan kesehatan klien dan mendorong klien
untuk berperan serta di dalam memenuhi kebutuhan kesehatannya.
2. Memberikan penyuluhan kesehatan mengenai kebersihan
perorangan, kesehatan lingkungan, kesehatan mental, gizi,
kesehatan ibu dan anak, pencegahan penyakit dan kecelakaan.
3. Memberikan Asuhan Keperawatan kepada klien yang meliputi
perawatan darurat,serta bekerjasama dengan dokter dalam program
pengobatan
4. Melaksanakan rujukan terhadap kasus-kasus yang tidak dapat
ditanggulangi dan menerima rujukan dari organisasi kesehatan
lainnya.
5. Melaksanakan pencatatan pelaporan asuhan Keperawatan.
Sebagai penjabaran dari fungsi maka tugas tenaga keperawatan
adalah :
1. Memelihara kebersihan dan kerapihan di dalam ruangan
2. Menerima klien baru
3. Melaksanakan asuhan keperawatan dengan menggunakan metode
proses keperawatan
4. Mempersiapkan klien keluar
5. Membimbing dan mengawasi pekarya kesehatan dan pekarya
rumah tangga
6. Mengatur tugas jaga
7. Mengelola peralatan medik dan keperawatan, bahan habis pakai
dan obat
8. Mengelola administrasi
F. TIMBANG TERIMA KEPERAWATAN
1. Tujuan
Untuk memastikan kelangsungan asuhan/perawatan klien dengan
aman, menyediakan informasi klien kepada perawat pada shift
selanjutnya.
Untuk menjaga kelangsungan laporan/perkembangan mengenai
klien.
Tersusunnya rencana kerja untuk shift berikutnya.
2. Masalah pada timbang terima keperawatan
Ada informasi yang tertinggal, tidak disampaikan perawat, atau
informasi bukan dilaporkan secara langsung oleh perawat yang
bertanggung jawab terhadap klien.
Adanya distraksi berupa kegaduhan (berisik), interupsi, dan staf
yang tidak memperhatikan.
Kurangnya kerahasiaan, tidak adanya privasi di nurse station..
3. Jenis/metode timbang terima
Verbal hand over
Tape recorded hand over
Bedside hand over
Written hand over
Metode-metode tersebut akan dipengaruhi oleh jumlah klien, tingkat
ketergantungan, jumlah dan tingkat staf. ’Mix and match’ merode bisa
dipakai dalam operan.
4. Proses timbang terima
Kedua kelompok dinas/shift sudah siap.
Perawat yang melaksanakan timbang terima mengkaji secara
penuh masalah, kebutuhan, dan segala tindakan yang telah
dilaksanakan serta hal-hal yang penting lainnya selama masa
perawatan.
Hal-hal yang sifatnya khusus dan memerlukan perincian yang
matang, sebaiknya dicatat khusus untuk kemudian
diserahterimakan kepada petugas berikutnya.
Hal-hal yang perlu disampaikan dalam timbang terima :
a) Identitas klien dan diagnosa medis.
b) Masalah Keperawatan yang masih muncul.
c) Tindakan keperawatan yang telah dilaksanakan (secara umum)
d) Intervensi kolaboratif yang telah dilaksanakan
e) Rencana umum dan persiapan yang perlu dilakukan dalam
kegiatan operatif, pemeriksaan penunjang, persiapan untuk
konsultasi atau prosedur yang tidak rutin dijalankan.
f) Prosedur rutin yang biasa dijalankan tidak perlu dilaporkan.
Perawat yang melakukan timbang terima dapat melakukan
klarifikasi, tanya jawab dan melakukan validasi terhadap hal-hal
yang telah ditimbang terimakan atau berhak terhadap keterangan-
keterangan yang kurang jelas.
Mengupayakan penyampaian yang jelas, singkat, dan padat.
5. Hal-hal yang perlu diperhatikan
Dilaksanakan tepat waktu dan semua perawat yang sudah dan
akan bertugas hadir, serta siapkan hand over sheet..
Adanya unsur bimbingan dan pengarahan dari penanggung jawab
yang dilakukan pada awal serah terima tanggung jawab.Hal ini
seharusnya tidak memperpanjang waktu serah terima, hanya 2-3
menit dan harus fokus isu-isu keselamatan klien tertentu.
Situation, Background, Assessment and Recommendation (SBAR)
model
dapat digunakan oleh setiap tenaga kesehatan profesional untuk
mengkomunikasikan informasi klinis tentang kondisi klien.
Untuk menetapkan standar kualitas pada verbal hand over Currie
(2002) mengusulkan bahwa setiap serah terima harus ‘CUBAN’,
yaitu
Confidential : pastikan bahwa segala informasi tidak terbawa
keluar area keperawatan.
1. Tujuan
Menumbuhkan cara berpikir secara kritis.
Menumbuhkan pemikiran tentang tindakan keperawatan yang
berasal dari masalah klien.
Meningkatkan validitas data klien.
Menilai kemampuan justifikasi.
Meningkatkan kemampuan dalam menilai hasil kerja.
Meningkatkan kemampuan untuk memodifikasi rencana
perawatan.
2. Karakteristik
Klien dilibatkan secara langsung.
Klien merupakan fokus kegiatan.
Perawat pelaksana, perawat primer, dan konsuler diskusi bersama.
Konsuler memfasilitasi kreativitas.
Konsuler membantu mengembangkan kemampuan perawat
pelaksana dan perawat primer untuk meningkatkan kemampuan
dalam mengatasi masalah.
3. Peran perawat dalam ronde keperawatan
Peran perawat primer dan perawat pelaksana:
- Menjelaskan keadaan dan data demografi klien.
- Menjelaskan masalah keperawatan utama.
- Menjelaskan intervensi yang belum dan yang akan
dilakukan.
- Menjelaskan tindakan selanjutnya.
Peran perawat primer lain dan atau konsuler
- Memberikan justifikasi.
- Memberikan penguatan (reinforcement).
- Menilai kebenaran dari suatu masalah, intervensi
keperawatan serta tindakan yang rasional.
- Mengarahkan dan koreksi.
- Mengintegrasikan teori dan konsep yang telah dipelajari.
4. Tahap ronde keperawatan
Tahap persiapan (pra ronde keperawatan)
- Penetapan kasus minimal satu hari sebelum waktu
pelaksanaan ronde.
- Pemberian informed consent kepada klien / keluarga.
Tahap pelaksanaan
- Penjelasan tentang klien oleh perawat primer/ketua tim
yang difokuskan pada masalah keperawatan dan rencana
tindakan yang akan atau telah dilaksanakan dan memilih
prioritas yang perlu didiskusikan.
- Diskusi antar anggota tim tentang kasus tersebut.
- Pemberian justifikasi oleh perawat primer/perawat
konselor/kepala ruang tentang masalah klien serta rencana
tindakan yang akan dilakukan.
- Tindakan keperawatan pada masalah prioritas yang telah
dan yang akan ditetapkan.
Tahap pasca ronde
- Mendiskusikan hasil temuan dan tindakan pada klien serta
menetapkan tindakan yang perlu dilakukan
A. Komunikasi Manajerial
Komunikasi antar manusia hanya bisa terjadi, jika ada seseorang yang
menyampaikan pesan kepada orang lain tujuan tertentu, artinya komunikasi hanya
bisa terjadi kalau didukung oleh adanya sumber, pesan, media, penerima, dan efek
. unsur-unsur ini bisa juga disebut komponen atau elemen komunikasi.
3. Media, Media adalah alat sarana yang digunakan untuk menyampaikan pesan
dari komunikator kepada khalayak. Ada beberapa pakar psikologi memandang
bahwa dalam komunikasi antarmanusia, media yang paling dominan dalam
berkomunikasi adalah pancaindra manusia seperti mata dan teliga. Pesan-
pesan yang diterima pancaindra selanjutnya diproses dalam pikiran manusia
untuk mengontrol dan menentukan sikapnya terhadap sesuatu, sebelum
dinyatakan dalam tindakan. Akan tetapi, media yang dimaksud dalam buku
ini, ialah media yang digolongan atas empat macam, yakni: Media
antarpribadi, untuk hubungan perorang (antarpribadi) media yang tepat
digunakan ialah kurir /utusan, surat, dan telpon. Media kelompok, Dalam
aktivitasa komunikasi yang melibatkan khlayak lebih dari 15 orang, maka
media komunikasi yang banyak digunakan adalah media kelompok, misalnya,
rapat, seminar, dan konperensi. Rapat biasanya digunakan untuk
membicarakan hal-hal penting yang dihadapi oleh suatu organisasi. Seminar
adalah media komunikasi kelompok yang biasa dihadiri 150 orang. Konferensi
adalah media komunikasi yang dihadiri oleh anggota dan pengurus dari
organisasi tertentu. Ada juga orang dari luar organisasi, tapi biasanya dalam
status peninjau. Media publik, kalau khalayak lebih dari 200-an orang, maka
media komunikasi yang digunakan biasanya disebut media publik. Misalnya
rapat akbar, rapat raksasa dan semacamnya. Media massa, jika khalayak
tersebar tanpa diketahui di mana mereka berada, maka biasanya digunakan
media massa. Media massa adalah alat yang digunakan dalam penyampaian
pesan dari sumber kepada khalayak (penerima) dengan menggunakan alat-alat
komunikasi mekanis seperti surat kabar, film, radio, dan televisi (Hafied
Cangara, 2008;123-126).
4. Penerima, Penerima adalah pihak yang menjadi sasaran pesan yang dikirim
oleh sumber. Penerima bisa terdiri satu orang atau lebih, bisa dalam bentuk
kelempok, partai atau negara. Penerima biasa disebut dengan berbagai macam
istilah, seperti khalayak, sasaran, komunikan, atau dalam bahasa Inggris
disebut audience ataureceiver. Dalam proses komunikasi telah dipahami
bahwa keberadaan penerima adalah akibat karena adanya sumber. Tidak
adanya penerima jika tidak ada sumber. Penerima adalah elemen penting
dalam proses komunikasi, karena dialah yang menjadi sasaran dari
komunikasi. Jika suatu pesan tidak diterima oleh penerima, akan
menimbulkan berbagai macam masalah yang sering kali menuntut perubahan,
apakah pada sumber, pesan, atau saluran.
5. Pengaruh atau efek, Pengaruh atau efek adalah perbedaan antara apa yang
dipikirkan, dirasakan, dan dilakukan oleh penerima sebelum dan sesudah
menerima pesan. Pengaruh ini biisa terjadi pada pengetahuan, sikap dan
tingkah laku seseorang. Oleh karena itu, pengaruh bisa juga diartikan
perubahan atau pengetahuan, sikap, dan tindakan seseorang sebagai akibat
penerimaan pesan.
1. Kendali
2. Motivasi
3. Pengungkapan emosional
Bagi banyak karyawan, kelompok kerja mereka merupakan sumber utama
untuk interaksi sosial. Komunikasi yang terjadi di dalam kelompok itu
merupakan mekanisme fundamental dengan mana anggota-anggota
menunjukkan kekecewaan dan rasa puas mereka.
4. Informasi
Karyawan akan cenderung merasa lebih baik mengenai diri mereka sendiri
jika mereka di beri informasi dengan baik dan di beri jalan masuk menuju
informasi tersebut.
Hal ini dapat dilakukan oleh seorang atasan, antara lain melalui pemberian
nasihat kepada para karyawan, membantu pelanggan menyelesaikan masalah,
ataupun memotivasi orang lain dalam mencapai tujuan karier mereka.
Komunikasi Vertikal
Komunikasi Horizontal
Komunikasi Eksternal
1. Hambatan Teknis
Hambatan Semantik
Hambatan Manusiawi
Terjadi karena adanya faktor, emosi dan prasangka pribadi, persepsi,
kecakapan atau ketidakcakapan, kemampuan atau ketidakmampuan alat-alat
panca indera seseorang
Dari tabel diatas dapat disimpulkan bahwa konflik dapat fungsional atau pun
berperan salah (disfungsional). Secara sederhana hal ini berarti bahwa konflik
mempunyai potensi bagi pengembangan atau pengganggu pelaksanaan
kegiatan organisasi tergantung bagaimana konflik tersebut dikelola. Selain itu
ada beberapa dampak lain dari konflik, sebagai berikut :
1. Dampak Positif dari Konflik
C. Penyebab Konflik
Penyelesaian efektif dari suatu konflik seringkali menuntut agar faktor-faktor
penyebabnya diubah. Penyebab terjadinya konflik menurut Wise 2010 &
Robbin 1996, yaitu:
1. Karateristik individual
Berikut ini merupakan perbedaan individual antar orang-orang yang mungkin
dapat melibatkan seseorang dalam konflik.
a. Nilai sikap dan Kepercayaan (Values, Attitude, and Baliefs)
Perasaan kita tentang apa yang benar dan apa yang salah, dan predisposisi
untuk bertindak positif maupun negatif terhadap suatu kejadian, dapat dengan
mudah menjadi sumber terjadinya konflik. Nilai-nilai yang dipegang dapat
menciptakan ketegangan-ketegangan di antara individual dan group dalam
suatu organisasi
b. Kebutuhan dan Kepribadian (Needs and Personality)
Konflik muncul karena adanya perbedaan yang sangat besar antara kebutuhan
dan kepribadian setiap orang, yang bahkan dapat berlanjut kepada perseteruan
antar pribadi.
c. Perbedaan Persepsi (Persptual Differences)
Persepsi dan penilaian dapat menjadi penyebab terjadinya konflik. Konflik
juga dapat timbul jika orang memiliki persepsi yang salah,
2. Faktor situasi
a. Kesempatan dan Kebutuhan Barinteraksi (Opportunity and Need to Interact)
Kemungkinan terjadinya konflik akan sangat kecil jika orang-orang terpisah
secara fisik dan jarang berinteraksi. Sejalan dengan meningkatnya assosiasi di
antara pihak-pihak yang terlibat, semakin meningkat pula terjadinya konflik.
b. Kebutuhan untuk Berkonsensus (Need for Consensus)
Proses menuju tercapainya konsensus seringkali didahului dengan munculnya
konflik.
c. Ketergantungan satu pihak kepada Pihak lain (Dependency of One Party to
Another)
Dalam kasus seperti ini, jika satu pihak gagal melaksanakan tugasnya, maka
yang lain juga terkena akibatnya, sehingga konflik lebih sering muncul.
d. Perbedaan Status (Status Differences)
Apabila seseorang bertindak dalam cara-cara yang kongruen dengan
statusnya, konflik dapat muncul.
e. Rintangan Komunikasi (Communication Barriers)
Komunikasi sebagai media interaksi diantara orang-orang dapat dengan
mudah menjadi basis terjadinya konflik. Bisa dikatakan komunikasi oleh
pedang bermata dua: tidak adanya komunikasi dapat menyebabkan terjadinya
konflik, tetapi disisi lain, komunikasi yang terjadi itu sendiri dapat menjadi
potensi terjadinya konflik.
f. Batas-batas tanggung jawab dan Jurisdiksi yang tidak jelas (Ambiguous
tesponsibilites and Jurisdictions)
Orang-orang dengan jabatan dan tanggung jawab yang jelas dapat mengetahui
apa yang dituntut dari dirinya masing-masing. Ketika terjadi ketidakjelasan
tanggung jawab dan jurisdiksi, kemungkinan terjadinya konflik jadi semakin
besar
3. Kondisi Keorganisasian
Tatkala sejumlah besar orang hadir bersama di suatu organisasi, banyak hal
bisa memicu konflik. Konflik berakar pada peran dan tanggung jawab,
kebergantungan, sasaran, kebijakan, maupun sistem reward.
Minimal Care
1. Klien bisa mandiri/hampir tidak memerlukan bantuan
Partial Care
Total Care
1. Klien memerlukan bantuan perawat sepenuhnya dan memerlukan waktu
perawat yang lebih lama
Pre conference adalah komunikasi ketua tim dan perawat pelaksana setelah
selesai operan untuk rencana kegiatan pada shift tersebut yang dipimpin oleh
ketua tim atau penanggung jawab tim. Jika yang dinas pada tim tersebut hanya
satu orang, maka pre conference ditiadakan. Isi pre conference adalah rencana tiap
perawat (rencana harian), dan tambahan rencana dari kepala tim dan penanggung
jawab tim.
Tatalaksanan :
Pelaksanaan
1. Mengucapkan terimakasih dan siap melaporkan
2. Perawat melaporkan perkembangan pasien kelolaan (kondisi dan tingkat
ketergantungan) meliputi:
a. Identitas klien: nama, alamat, nomor registrasi.
b. Diagnosa medis
c. Diagnosa keperawatan dan data fokus yang menunjang diagnosa
d. Tindakan keparawatan yang sudah dilakukan dan hasilnya
e. Tindakan yang belum dilaksanakan
f. Rencana tindak lanjut
g. Masalah yang dihadapi
3. Meminta saran atau masukan kepada ketua tim
Mencatat hasil diskusi atau masukan
Terminasi (Penutup)
1. Mengembalikan kepada katim untuk melanjutkan midle conference
2. Mengucapkan terimakasih dan memberikan salam