Anda di halaman 1dari 71

TUGAS SUMMARY

MANAJEMEN KEPERAWATAN

DISUSUN OLEH :

JUMRIANA

105111102019

PRODI DIII KEPERAWATAN

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR

TAHUN 2021
KONSEP DASAR MANAJEMEN KEPERTAWATAN

A. Pengertian manajemen
Manajemen adalah Suatu proses melakukan kegiatan atau usaha untuk
mencapai tujuan organisasi melalui kerjasama dengan orang lain. (Harsey dan
Blanchard) Manajemen sebagai suatu proses perencanaan, pengorganisasian,
pengarahan, pengawasan suatu kegiatan. (James A. O’Brien) Manajemen
adalah pelaksanaan bersama oranglain. (Harold Konte dan Cyril O’Donnel)
Manajemen adalah pengorganisasian seluruh sumberdaya melalui perencanaan,
pengorganisasian, pemberian bimbingan dan pengendalian agar tercapai
sasaran-sasaran dan tujuan-tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya.
Dari pengertian para pakar diatas disimpulkan bahwa manajemen adalah
suatu proses untuk mencapai suatu tujuan yang telah ditetapkan melalui
perencanaan, pengorganisasian, kepemimpinan dan pemberian bimbingan.
B. Pengertian Manajemen Keperawatan
Manajemen keperawatan adalah suatu tugas khusus yang harus
dilaksanakan oleh pengelola keperawatan untuk merencanakan,
mengorganisasikan, mengarahkan serta mengawasi sumber – sumber yang ada,
baik sumber daya maupun dana sehingga dapat memberikan pelayanan
keperawatan yang efektif baik kepada pasien, keluarga dan masyarakat.
C. Fungsi – Fungsi Manajemen
Secara ringkas fungsi manajemen adalah sebagai berikut :
1. Perencanaan (planning), perencanaan merupakan :
a) Gambaran apa yang akan dicapai
b) Persiapan pencapaian tujuan
c) Rumusan suatu persoalan untuk dicapai
d) Persiapan tindakan – tindakan
e) Rumusan tujuan tidak harus tertulis dapat hanya dalam benak saja
f) Tiap – tiap organisasi perlu perencanaan
2. Pengorganisasian (organizing), merupakan pengaturan setelah rencana,
mengatur dan menentukan apa tugas pekerjaannya, macam, jenis, unit kerja,
alat – alat, keuangan dan fasilitas.
3. Penggerak (actuating), menggerakkan orang – orang agar mau / suka
bekerja. Ciptakan suasana bekerja bukan hanya karena perintah, tetapi harus
dengan kesadaran sendiri, termotivasi secara interval
4. Pengendalian / pengawasan (controling), merupakan fungsi pengawasan
agar tujuan dapat tercapai sesuai dengan rencana, apakah orang – orangnya,
cara dan waktunya tepat. Pengendalian juga berfungsi agar kesalahan dapat
segera diperbaiki.
5. Penilaian (evaluasi), merupakan proses pengukuran dan perbandingan hasil
– hasil pekerjaan yang seharusnya dicapai. Hakekat penilaian merupakan
fase tertentu setelah selesai kegiatan, sebelum, sebagai korektif dan
pengobatan ditujukan pada fungsi organik administrasi dan manajemen.
D. Prinsip – Prinsip Manajemen Keperawatan
Prinsip – prinsip yang mendasari manajemen keperawatan adalah :
a. Manajemen keperawatan seyogyanya berlandaskan perencanaan karena
melalui fungsi perencanaan, pimpinan dapat menurunkan resiko
pengambilan keputusan, pemecahan masalah yang efektif dan terencana.
b. Manajemen keperawatan dilaksanakan melalui penggunaan waktu yang
efektif. Manajer keperawatan yang menghargai waktu akan menyusun
perencanaan yang terprogram dengan baik dan melaksanakan kegiatan sesuai
dengan waktu yang telah ditentukan sebelumnya.
c. Manajemen keperawatan akan melibatkan pengambilan keputusan. Berbagai
situasi maupun permasalahan yang terjadi dalam pengelolaan kegiatan
keperawatan memerlukan pengambilan keputusan di berbergai tingkat
manajerial.
d. Memenuhi kebutuhan asuhan keperawatan pasien merupakan fokus
perhatian manajer perawat dengan mempertimbangkan apa yang pasien lihat,
fikir, yakini dan ingini. Kepuasan pasien merupakan poin utama dari seluruh
tujuan keperawatan.
e. Manajemen keperawatan harus terorganisir. Pengorganisasian dilakukan
sesuai dengan kebutuhan organisasi untuk mencapai tujuan.
f. Pengarahan merupakan elemen kegiatan manajemen keperawatan yang
meliputi proses pendelegasian, supervisi, koordinasi dan pengendalian
pelaksanaan rencana yang telah diorganisasikan.
g. Divisi keperawatan yang baik memotivasi karyawan untuk memperlihatkan
penampilan kerja yang baik.
h. Manajemen keperawatan menggunakan komunikasin yang efektif.
Komunikasi yang efektif akan mengurangi kesalahpahaman dan memberikan
persamaan pandangan, arah dan pengertian diantara pegawai.
i. Pengembangan staf penting untuk dilaksanakan sebagai upaya persiapan
perawat – perawat pelaksana menduduki posisi yang lebih tinggi atau upaya
manajer untuk meningkatkan pengetahuan karyawan. Pengendalian
merupakan elemen manajemen keperawatan yang meliputi penilaian tentang
pelaksanaan rencana yang telah dibuat, pemberian instruksi dan menetapkan
prinsip –prinsip melalui penetapan standar, membandingkan penampilan
dengan standar dan memperbaiki kekurangan
Prinsip – prinsip Organisasi menurut Fayol adalah:
1. Division of work (pembagian pekerjaan) ialah tugas/pekerjaan dibagi
secara rata pada masing-masing individu ataupun tim.
2. Authority dan responsibility (kewenangan dan tanggung jawab) ialah
masing-masing personal atau Tim memiliki kewenangan dan tanggung
jawab terhadap pekerjaan yang telah diberikan kepadanya.
3. Dicipline (disiplin) ialah kedisiplinan merupakan hal yang sangat pokok
dalam sistem manajemen.
4. Unity of command (kesatuan komando) merupakan kesatuan
perintah,satu perintah dari atasan menjadi tanggung jawab bersama.
5. Unity of direction (kesatuan arah) merupakan tujuan yang sama.
6. Sub ordination of individual to generate interest (kepentingan individu
tunduk pada kepentingan umum)
7. Renumeration of personal (penghasilan pegawai), penghasilan pegawai
merupakan bentuk reward yang diberikan atas jasa yang telah dilakukan.
E. Kerangka Konsep
Manajemen partisipasif yang berlandaskan pada paradigma keperawatan:
a. Manusia akan tertarik dan terikat pada pekerjaannya.
b. Jika informasi yang bermanfaat dan layak pada individu akan membuat
keputusan terbaik untuk dirinya sendiri.
c. Tujuan kelompok akan lebih mudah dicapai oleh kelompok.
d. Setiap individu memiliki karakteristik dan motivasi, minat dan cara untuk
mencapai tujuan kelompok.
e. Fungsi koordinasi dan pengendalian amat penting dalam pencapaian
tujuan.
f. Persamaan kualifikasi harus dipertimbangkan.
g. Individu memiliki hak dan tanggung jawab untuk mendelegasikan
kewenangannya pada mereka yang terbaik dalam organisasi.
h. Pengetahuan dan keterampilan amat diperlukan dalam pengambilan
keputusan yang profesional.
i. Semua sistem berfungsi untuk mencapai tujuan kelompok dan merupakan
tujuan bersama untuk menetapkan tujuan bersama
F. Proses Manajemen Keperawatan
Proses manajemen keperawatan sesuai dengan pendekatan sistem terbuka
dimana masing–masing komponen saling berhubungan dan berinteraksi dan
dipengaruhi oleh lingkungan. Karena merupakan suatu sistem maka akan
terdiri dari lima elemen yaitu input, proses, output, kontrol dan mekanisme
umpan balik. Input dari proses manajemen keperawatan antara lain informasi,
personel, peralatan dan fasilitas. Proses dalam manajemen keperawatan
adalah kelompok manajer dari tingkat pengelola keperawatan tertinggi
sampai ke perawat pelaksana yang mempunyai tugas dan wewenang untuk
melakukan perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan pengawasan
dalam pelaksanaan pelayanan keperawatan. Untuk melaksanakan proses
manajemen diperlukan keterampilan teknik,keterampilan hubungan antar
manusia,dan keterampilan konseptual. Output adalah asuhan keperawatan,
pengembangan staf dan riset. Kontrol yang digunakan dalam proses
manajemen keperawatan termasuk budget dari bagian keperawatan, evaluasi
penampilan kerja perawat, prosedur yang standar dan akreditasi. Mekanisme
timbal balik berupa laporan finansial, audit keperawatan, survey kendali mutu
dan penampilan kerja perawat.. Berdasarkan prinsip – prinsip diatas maka
para manajer dan administrator seyogyanya bekerja bersama – sama dalam
perencanaan dan pengorganisasian serta fungsi – fungsi manajemen lainnya
untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya.
G. Komponen Sistem Manajemen Keperawatan
Komponen dari Manajemen Keperawatan :
a. Input : Informasi, Personal, Peralatan,Fasilitas
b. Proses : Kelompok manejemen [dari tertinggi sampai dengan perawat
pelaksana] yang mempunyai tugas dan wewenang untuk melaksanakan
perencanaan, organisasi, pengarahan dan pengawasan dalam pelaksanaan
pelayanan keperawatan.
c. Output : Askep (Asuhan Keperawatan), Pengembangan staf sampai
dengan riset
d. Kontrol : Budget, Prosedur, Evaluasi Kinerja, Akreditasi
e. Feed back mechanism : Laporan Financial, Audit Keperawatan, Survey
Kendali Mutu, Kinerja .
Prinsip yang mendasari mananejemen keperawatan :
1. Berlandaskan perencanaan
2. Penggunaan waktu yang efektif
3. Melibatkan pengambilan keputusan
4. Memenuhi kebutuhan ASKEP pasien , kepuasan pasien sebagai tujuan
5. Terorganisir sesuai kebutuhan organisasi untuk mencapai tujuan
H. Lingkup Manajemen Keperawatan
Mempertahankan kesehatan telah menjadi sebuah industri besar yang
melibatkan berbagai aspek upaya kesehatan. Pelayanan kesehatan kemudian
menjadi hak yang paling mendasar bagi semua orang dan memberikan
pelayanan kesehatan yang memadai akan membutuhkan upaya perbaikan
menyeluruh sistem yang ada. Pelayanan kesehatan yang memadai ditentukan
sebagian besar oleh gambaran pelayanan keperawatan yang terdapat
didalamnya. Keperawatan merupakan disiplin praktek klinis. Manajer
keperawatan yang efektif seyogyanya memahami hal ini dan memfasilitasi
pekerjaan perawat pelaksana. Kegiatan perawat pelaksana meliputi:
a. Menetapkan penggunakan proses keperawatan
b. Melaksanakan intervensi keperawatan berdasarkan diagnosa
c. Menerima akuntabilitas kegiatan keperawatan yang dilaksanakan oleh
perawat
d. Menerima akuntabilitas untuk hasil – hasil keperawatan
e. Mengendalikan lingkungan praktek keperawatan Seluruh pelaksanaan
kegiatan ini senantiasa di inisiasi oleh para manajer keperawatan melalui
partisipasi dalam proses manajemen keperawatan dengan melibatkan para
perawat pelaksana.
Berdasarkan gambaran diatas maka lingkup manajemen keperawatan
terdiri dari:
a. Manajemen operasional
Pelayanan keperawatan di rumah sakit dikelola oleh bidang
keperawatan yang terdiri dari tiga tingkatan manajerial, yaitu:
1. Manajemen puncak
2. Manajemen menengah
3. Manajemen bawah
b. Tidak setiap orang memiliki kedudukan dalam manajemen berhasil
dalam kegiatannya. Ada beberapa faktor yang perlu dimiliki oleh orang-
orang tersebut agar penatalaksanaannya berhasil. Faktor – faktor
tersebut adalah :
1. Kemampuan menerapkan pengetahuan
2. Ketrampilan kepemimpinan
3. Kemampuan menjalankan peran sebagai pemimpin
4. Kemampuan melaksanakan fungsi manajemen
c. Manajemen asuhan keperawatan Manajemen asuhan keperawatan
merupakan suatu proses keperawatan yang menggunakan konsep –
konsep manajemen didalamnya seperti perencanaan, pengorganisasian,
pengarahan dan pengendalian atau evaluasi.
I. Persyaratan Ruangan Menjalankan MPKP
Syarat-syarat Ruangan menjalankan MPKP adalah sebagai berikut:
1. Memiliki fasilitas perawatan yang memadai.
2. Memiliki jumlah perawat minimal sejumlah tempat tidur yang ada.
3. Memiliki perawat pendidikan yang telah terspesialisasi
4. Seluruh perawat telah memiliki kompetensi dalam perawatan primer

a. Peran manager
Peran Manajer dapat mempengaruhi faktor motivasi dan
lingkungan. Tetapi faktor lain yang mungkin mempengaruhi
tergantungnya tugas, khususnya bagaimana manajer bekerja dalam
suatu organisasi. Secara umum peran manajer dapat dinilai dari
kemampuannya dalam memotivasi dan meningkatkan kepuasan staf.
Kepuasan kerja staf dapat dilihat dari terpenuhinya kebutuhan fisik,
psikis, dimana kebutuhan psikis tersebut dapat terpenuhi melalui peran
manajemen dalam memperlakukan stafnya. Hal ini dapat ditanamkan
kepada manajer agar diciptakan suasana keterbukaan dan memberikan
kesempatan kepada staf untuk melaksanakan tugas dengan sebaik –
baiknya.
b. Peran Kepala Ruangan
Adapun tanggung jawab kepala ruangan menurut Gillies (1994)
adalah peran kepala ruangan harus lebih peka terhadap anggaran rumah
sakit dan kualitas pelayanan keperawatan, bertanggung jawab terhadap
hasil dari pelayanan keperawatan yang berkwalitas, dan menghindari
terjadinya kebosanan perawat serta menghindari kemungkinan
terjadinya saling melempar kesalahan. Kepala ruangan disebuah
ruangan keperawatan, perlu melakukan kegiatan koordinasi kegiatan
unit yang menjadi tanggung jawabnya dan melakukan kegiatan evaluasi
kegiatan penampilan kerja staf dalam upaya mempertahankan kualitas
pelayanan pemberian asuhan keperawatan. Berbagai metode pemberian
asuhan keperawatan dapat dipilih disesuaikan dengan kondisi dan
jumlah pasien, dan kategori pendidikan serta pengalaman staf di unit
yang bersangkutan.
Fungsi Kepala Ruangan :
Adapun fungsi kepala ruangan menurut Marquis dan Houston (2000)
sebagai berikut:
1. Perencanaan : dimulai dengan penerapan filosofi, tujuan, sasaran,
kebijaksanaan, dan peraturan – peraturan : membuat perencanaan
jangka pendek dan jangka panjang untuk mencapai visi, misi, dan
tujuan, organisasi, menetapkan biaya – biaya untuk setiap kegiatan
serta merencanakan dan pengelola rencana perubahan.
2. Pengorganisasian: meliputi pembentukan struktur untuk
melaksanakan perencanaan, menetapkan metode pemberian asuhan
keperawatan kepada pasien yang paling tepat, mengelompokkan
kegiatan untuk mencapai tujuan unit serta melakukan peran dan
fungsi dalam organisasi dan menggunakan power serta wewengan
dengan tepat.
3. Ketenagaan: pengaturan ketegagaan dimulai dari rekruetmen,
interview, mencari, dan orientasi dari staf baru, penjadwalan,
pengembangan staf, dan sosialisasi staf.
4. Pengarahan : mencangkup tanggung jawab dalam mengelola sumber
daya manusia seperti motivasi untuk semangat, manajemen konflik,
pendelegasian, komunikasi, dan memfasilitasi kolaborasi.
5. Pengawasan meliputi penampilan kerja, pengawasan umum,
pengawasan etika aspek legal, dan pengawasan professional.
Seorang manajer dalam mengerjakan kelima fungsinya tersebut
sehari – sehari akan bergerak dalam berbagai bidang penjualan,
pembelian, produksi, keuangan, personalia dan lain – lain.
c. Kepala Ruangan Sebagai Manager Keperawatan
Sebagai manajer keperawatan, uraian tugas kepala ruangan
menurut depkes adalah sebagai berikut:
a. Melaksanakan fungsi perencanaan, meliputi:
1. Merencanakan jumlah dan kategori tenaga perawatan serta tenaga
lain sesuai kebutuhan.
2. Merencanakan jumlah jenis peralatan perawatan yang diperlukan.
3. Merencanakan dan menentukan jenis kegiatan/ asuhan
keperawatan yang akan diselenggarakan sesuai kebutuhan pasien.
b. Melaksanakan fungsi pergerakan dan pelaksanaan, meliputi:
1. Mengatur dan mengkoordinasi seluruh kegiatan pelayanan di
ruang rawat.
2. Menyusun dan mengatur daftar dinas tenaga perawatan dan
tenaga lain sesuai dengan kebutuhan dan ketentuan / peraturan
yang berlaku (bulanan, mingguan, harian).
3. Melaksanakan program orientasi kepada tenaga keperawatan
satu atau tenaga lain yamg bekerja di ruang rawat.
4. Memberi pengarahan dan motivasi kepada tenaga perawatan
untuk melaksanakan asuhan perawatan sesuai standart.
5. Mengkoordinasikan seluruh kegiatan yang ada dengan cara
bekerja sama dengan sebagai pihak yang terlibat dalam
pelayanan ruang rawat.
6. Mengenal jenis dan kegunaan barang peralatan serta
mengusahakan pengadaannya sesuai kebutuhan pasien agar
tercapainya pelayanan optimal.
7. Menyusun permintaan rutin meliputi kebutuhan alat, obat, dan
bahan lain yang diperlukan di ruang rawat.
8. Mengatur dan mengkoordinasikan pemeliharaan peralatan agar
selalu dalam keadaan siap pakai.
9. Mempertanggungjawabkan pelaksanaan inventaris peralatan.
10. Melaksanakan program orientasi kepada pasien dan
keluarganya meliputi tentang peraturan rumah sakit, tata tertib
ruangan, fasilitas yang ada dan cara penggunaannya.
11. Mendampingi dokter selama kunjungan keliling untuk
memeriksa pasien dan mencatat program.
12. Mengelompokkan pasien dan mengatur penempatannya di
ruang rawat untuk tingkat kegawatan, injeksi dan non injeksi,
untuk memudah pemberian asuhan keperawatan.
13. Mengadakan pendekatan kepada setiap pasien yang dirawat
untuk mengetahui keadaan dan menampung keluhan serta
membantu memecahkan masalah berlangsung.
14. Menjaga perasaan pasien agar merasa aman dan terlindungi
selama pelaksanaan pelayanan berlangsung.
15. Memberikan penyuluhan kesehatan terhadap pasien / keluarga
dalam batas wewenangnya.
16. Menjaga perasaan petugas agar merasa aman dan terlindungi
serlama pelaksanaan pelayanan berlangsung.
17. Memelihara dan mengembangkan sistem pencatatan data
pelayanan asuhan keperawatan dan kegiatan lain yang
dilakuakan secara tepat dan benar.
18. Mengadakan kerja sama yang baik dengan kepala ruang rawat
inap lain, seluruh kepala seksi, kepala bidang, kepala instansi,
dan kepala UPF di Rumah Sakit.
19. Menciptakan dan memelihara suasana kerja yang baik antara
petugas, pasien dan keluarganya, sehingga memberi
ketenangan.
20. Memberi motivasi tenaga nonkeperawatan dalam memelihara
kebersihan ruangan dan lingkungan.
21. Meneliti pengisian formulir sensus harian pasien ruangan.
22. Memeriksa dan meneliti pengisi daftar pemintaan makanan
berdasarkan macam dan jenis makanan pasien kemudian
memeriksa / meneliti ulang saat pengkajiannya.
23. Memelihara buku register dan bekas catatan medis.
24. Membuat laporan harian mengenai pelaksanaan kegiatan
asuhan keperawatan serta kegiatan lain di ruangan rawat.
c. Melaksanakan fungsi pengawasan, pengendalian dan penelitian,
meliputi:
1. Mengawasi dan menilai pelaksanaan asuhan keperawatan yang
telah ditentukan,melaksanakan penilaian terhadap uapaya
peningkatan pengetahuan dan keterampilan di bidang perawatan.
2. Melaksanakan penilaian dan mencantumkan kedalam Daftar
Penilaian Pelaksanaan Pekerjaan Pegawai (D.P.3) bagi
pelaksana keperawatan dan tenaga lain di ruang yang berada di
bawah tanggung jawabnya untuk berbagai kepentingan (naik
pangkat / golongan, melanjutkan sekolah) mengawasi dan
mengendalikan pendayagunaan peralatan perawatan serta obat –
obatan secara efektif dan efisien.
3. Mengawasi pelaksanaan system pencatatan dan pelaporan
kegiatan asuhan keperawatan serta mencatat kegiatan lain di
ruang rawat.
d. Perawat Pelaksana
Dalam asuhan keperawatan sebagai perawat yang profesional salah
satu peran sebagai perawat pelaksana. Perawat sebagai pelaksana
secara langsung maupun tidak langsung memberikan asuhan
keperawatan kepada pasien individu, keluarga, dan masyarakat. Peran
perawat sebagai perawat pelaksana perawat sebagai perawat pelaksana
disebut Care Giver yaitu perawat menggunakan metode pemecahan
masalah dalam membantu pasien mengatasi masalah kesehatan. Peran
perawat dalam memberikan asuhan keperawatan xsecara langsung atau
tidak langsung . Dalam melaksanakan peran sebagai perawat pelaksana
bertindak sebagai:
1. Comferter
Perawat mengupayakan kenyamanan dan rasa aman pasien
(Praptianingsi, 2006). Menurut Potter & Perry (2005), peran sebagai
pemberi kenyamanan yaitu memberikan pelayanan keperawatan
secara utuh bukan sekedar fisik saja, maka memberikan kenyamanan
dan dukungan emosi sering kali memberikan kekuatan kepada klien
untuk mencapai kesembuhan. Dalam memberikan kenyamanan
kepada klien, perawat dapat mendemonstrasikan dengan klien.
2. Protector dan Advocat
Perawat berupaya melindungi pasien, mengupayakan
terlaksananya hak dan kewajiban pasien dalam pelayanan kesehatan.
(Praptianingsi, 2006). Menurut Potter & Perry (2005), sebagai
pelindung perawat membantu mempertahankan lingkungan yang
aman bagi klien dan mengambil tindakan. Untuk mencegah
terjadinya kecelakaan dan melindungi klien dari kemungkinan efek
yang tidak diinginkan dari suatu tindakan diagnostik atau
pengobatan. Utnuk menjalankan tugas sebagai advokat, perawat
melindungi hak dan kewajiban klien sebagai manusia secara hukum,
serta membantu klien dalam menyatakan hak–haknya bila
dibutuhkan. Perawat juga melindungi hak – hak klien melalui cara–
cara yang umum dengan penolakan aturan atau tindakan yang
mungkin membahayakan kesehatan klien atau menetang hak – hak
klien.
3. Communication
Perawat sebagai mediator antara pasien dan anggota tim
kesehatan, hal ini terkait dengan keberadaan perawatyang
mendampingi pasien selama 24 jam untuk memberikan asuhan
keperawatan dalam rangka upaya pelayanan kesehatan di rumah
sakit (Praptianingsi, 2006). Menurut Potter & Perry (2005), peran
sebagai komunikator merupakan pusat dari seluruh peran perawat
pelaksana yang lain. Keperawatan mencakup komunikasi dengan
klien, keluarga, antara sesama perawat san profesi kesehatan lainnya,
sumber informasi dan komunitas. Memberikan perawatan yang
efektif, pembuatan keputusan dengan klien dan keluarga,
memberikan perlindungan pada klien dari ancaman terhadap
kesehatannya, mengokordinasi dan mengatur asuhan keperawatan
dan lain–lain tidak mungkin dilakukan tanpa komunikasi yang jelas.
4. Rehabilitator
Perawat memberikan asuhan keparawatan adalah
mengembalikan fungsi organ atau bagian tubuh agar sembuh dan
berfungsi normal. Rehabilitas merupakan proses dimana individu
kembali ketingkat fungsi maksimal setelah sakit, kecelakaan, atau
kejadian yang menimbulkan ketidakberdayaan lainnya. Rentang
aktivitas rehabilitas dan restoratif mulai dari mangajar klien berjalan
dengan menggunakan alat pembantu berjalan sampai membantu
klien mengatasi perubahan gaya hidup yang berkaitan dengan
penyakit kronis.
MANAJEMEN ASUHAN KEPERAWATAN

A. DEFINISI MANAJEMEN ASUHAN KEPERAWATAN


Manajemen adalah koordinasi dan integrasi sumber-sumber
melalui perencanaan, pengorganisasian, koordinasi, pengarahan dan
pengawasan dalam mencapai tujuan. Manajemen mengandung tiga prinsip
pokok yang menjadi ciri utama penerapannya yaitu efisiensi dalam
pemanfaatan sumber daya, efektif dalam memilih alternatif kegiatan untuk
mencapai tujuan organisasi, dan rasional dalam pengambilan keputusan
manajerial (Muninjaya,2004).
Manajemen sangat dibutuhkan dalam kehidupan sehari-hari
terutama bagi suatu sistem yang memerlukan pengorganisasian, termasuk
dalam keperawatan. Manajemen keperawatan dapat didefinisikan yaitu
proses koordinasi dan integrasi sumber daya keperawatan dengan
menerapkan proses manajemen untuk mencapai perawatan, tujuan
pelayanan dan obejektif (Huber, 2006). mengatakan bahwa Manajemen
dapat didefinisikan sebagai proses dari koordinasi dan integrasi sumber
daya melalui perencanaan, pengorganisasian, pengkoordinasi atau
pengarahan dan pengendalikan untuk mencapai tujuan institutional yang
spesifik dan objektif.
B. FUNGSI MANAJEMEN
Dalam manajemen, diperlukan peran tiap orang yang terlibat di
dalamnya untuk menyikapi posisi masing-masing. Oleh sebab itu,
diperlukan adanya fungsi-fungsi yang jelasmengenai manajemen. Ada
empat fungsi manajemen yang harus diperhatikan, yaitu perencanaan,
pengorganisasian, penggerakan, dan pengawasan. Sedangkan dalam
manajemen keperawatan ada beberapa elemen utama berdasarkan
fungsinya yaitu planning (perencanaan), organizing (pengorganisasian),
staffing(kepegawaian), directing(pengarahan) dan controlling
(pengendalian/ evaluasi)
a. Planning(Perencanaan)
perencanaan adalah satu proses berkelanjutan yang diawali dengan
merumuskan tujuan dan rencana tindakan yang akan dilaksanakan,
menentukan personal, merancang proses dan kriteria hasil,
memberikan umpan balik pada perencanaan yang sebelumnya &
memodifikasi rencana yang diperlukan
b. Organizing (Pengorganisasian)
Pengorganisasian adalah langkah untuk menetapkan atau
menggolongkan dan mengatur berbagai macam kegiatan, menetapkan
tugas pokok dan wewenang, dan pendelegasian wewenang oleh
pimpinan kepada staf dalam rangka mencapai tujuan organisasi.
Berdasarkan defenisi tersebut, fungsi pengorganisasian merupakan
alat untuk memadukan (sinkronisasi) dan mengatur semuakegiatan
yang ada kaitannya dengan personil, finansial, material, dan tata cara
untuk mencapai tujuan organisasi yang telah disepakati bersama
(Swansburg, 2000).
c. Actuating (Pengarahan)
Douglas dalam Swanburg (2000) mendefinisikan pengarahan sebagai
pengeluaran penugasan, pesanan dan instruksi yang memungkinkan
pekerja mamahami apa yang diharapkan darinya, dan pedoman serta
pandangan pekerja sehingga ia dapat berperan secara efektif dan
efisien untuk mencapai obyektif organisasi.
d. Controlling (Pengawasan)
Fungsi pengawasan danpengendalian (controlling) merupakan fungsi
yang terakhir dari proses manajemen, yang memiliki kaitan yang erat
dengan fungsi yang lainnya. Pengawasan merupakan pemeriksaan
terhadap sesuatu apakah terjadi sesuai dengan rencana yang
ditetapkan/disepakati, instruksi yang telah dikeluarkan, serta prinsip-
prinsip yang telah ditentukan, yang bertujuan untuk menunjukkan
kekurangan dan kesalahan agar dapat disepakati
C. STANDAR ASUHAN KEPERAWATAN
Standar asuhan keperawatan telah dijabarkan oleh Departemen Kesehatan
RI pada tahun 1998 mengacu kepada tahapan proses keperawatan yang
meliputi pengkajian, diagnosa, perencanaan keperawatan, implementasi
keperawatan dan evaluasi.
1. Standar I : Pengkajian KeperawatanAsuhan keperawatan peripurna
memerlukan data yang lengkap dan dikumpulkan secara terus
menerus, tentang keadaannya untuk menentukan kebutuhan asuhan
keperawatan. Data kesehatan harus bermanfaat bagi semua anggota
tim kesehatan. Komponen pengkajian keperawatan meliputi :
a. Pengumpulan data, kriteria : (1) menggunakan format yang baku,
(2) sistematis, (3) diisi sesuai item yang tersedia, (4) aktual, (5)
valid.
b. Pengelompokan data, kriteria : (1) data biologis, (2) data
psikologis, (3) data sosial, (4) data spiritual
c. Perumusan Masalah, kriteria : (1) kesenjangan antara status
kesehatan dengan norma dan pola fungsi kehidupan, (2)
perumusan masalah ditunjang oleh data yang telah dikumpulkan
2. Standar II: Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan dirumuskan berdasarkan data kasus kesehatan
pasien, dianalisis dan dibandingka n dengan norma fungsi kehidupa n
pasien. Kriteria : (1) diagnosa keperawatan dihubungkan dengan
penyebab kesenjangan dan pemenuhan kebutuhan pasien, (2) dibuat
sesuai dengan wewenang perawat, (3) komponennya terdiri dari
masalah, penyebab dan gejala/ (PES) atau terdiri dari masalah dan
penyebab (PE), (4) bersifat aktual apabila masalah kesehatan pasien
sudah nyata terjadi, (5) bersifat potensial apabila masalah kesehatan
pasien kemungkinan besar akan terjadi, (6) dapat ditanggulangi oleh
perawat.
3. Standar III: Perencanaan Keperawatan
Perencanaan keperawatan disusun berdasarkan diagnosa keperawatan.
Komponen perencanaan keperawatan meliputi:
a. Prioritas masalah, kriteria: (1) masalah yang mengancam
kehidupanmerupakan pr ioritas ut ama, (2) masalah yang
mengancam kesehatan seseorang adalah prioritas kedua, (3)
masalah yang mempengaruhi perilaku merupakan prioritas
b. Tujuan asuhan keperawatan, kriteria: (1) spesifik, (2) bisa diukur,
(3) bisa dicapai, (4) realistik, (5) ada batas waktu.3)Rencana
tindakan, kriteria: (1) disusun berdasarkan tindakan tujuan asuhan
keperawatan, (2) melibatkan pasien/keluarga, (3)
mempertimbangkan latar belakang bidaya pasien/keluarga, (4)
menentukan alternative tindakan yang tepat, (5)
mempertimbangkan kebijaksanaan dan peraturan yang berlaku,
lingkungan, sumber daya dan fasilitas yang ada, (6) menjamin
rasa aman dan nyaman bagi pasien, (7) kalimat instruksi, ringkas,
tegas dengan bahasanya yang mudah dimengerti.
4. Standar IV: Intervensi KeperawatanIntervensi keperawatan adalah
pelaksanaan rencana tindakan yang ditentukan dengan maksud agar
kebutuhan pasien terpenuhi secara maksimal yang mencakup aspek
peningkatan, pencegahan, pemeliharaan, serta pemulihan kesehatan
dengan mengikutsertakan pasien dan keluarganya. Kriteria :
(1) dilaksanakan sesuai dengan rencana keperawatan,
(2) menyangkut keadaan bio-psiko-sosio spiritual pasien,
(3) menjelaskan setiap tindakan keperawatan yang akan dilakukan
kepada pasien/keluarga,
(4) sesuai dengan waktu yang telah ditentukan,
(5) menggunakan sumber daya yang ada,
(6) menerapkan prinsip aseptik dan antiseptik,
(7) menerapkan prinsip aman, nyaman, ekonomis, privacy dan
mengutamakan keselamatan pasien,
(8) melaksanakan perbaikan tindakan berdasarkan respon pasien,
(9) merujuk dengan segera bila ada masalah yang mengancam
keselamatan pasien,
(10) mencatat semua tindakan yang telah dilaksanakan,
(11) merapikan pasien dan alat setiap selesai
(12) melaksanakan tindakan keperawatan berpedoman pada prosedur
teknis yang telah ditentukan.
5. Standar V: Evaluasi KeperawatanEvaluasi keperawatan dilakukan
secara periodik, sistematis dan berencana untuk menilai
perkembangan pasien. Kriteria:
(1) setiap tindakan keperawatan dilakukan evaluasi,
(2) evaluasi hasil menggunakan indikator yang ada pada rumusan
tujuan, (3) hasil evaluasi segera dicatat dan dikomunikasikan,
(4) evaluasi melibatkan pasien,keluarga dan tim kesehatan,
(5) evaluasi dilakukan sesuai dengan standar.
6. Standar VI: catatan asuhan keperawatanCatatan asuhan keperawatan
dilakukan secara individual. Kriteria :
(1) dilakukan selama pasien dirawat nginap dan rawat jalan,
(2) dapat digunakan sebagai bahan informasi, ko munikasi da n lapo
ran, (3) dilakukan segera setelah tindakan dilaksanakan,
(4) menulisannya harus jelas dan ringkas serta menggunakan istilah
yang baku,
(5) sesuai dengan pelaksanaan proses keperawatan,
(6) setiap pencatatan harus mencantumkan initial/paraf/nama perawat
yang melaksanakan tindakan dan waktunya,
(7)menggunakan formulir yang baku, (8) disimpan sesuai dengan
pengaturan yang berlaku.

D. METODE PENUGASAN DALAM ASUHAN KEPERAWATAN


Metode penugasan merupakan suatu aspek penting dalam dunia
keperawatan, hal ini dibutuhkan agar perawat mampu bekerja secara
maksimal. Untuk itu dalam pemilihan metode penugasan perlu
memperhatikan berberap hal berikut: jumlah tenaga perawat, kualifikasi
staff, dan klasifikasi pasien. Berikut ini merupakan metode penugasan
yang tengah berkembang saat ini:

a. Metode Fungsional
Metode fungsional yaitu metode penugasan dimana seorang perawata
hanya melakukan satu sampai dua jenis intervensi. Metode ini banyak
dipakai saat perang dunia kedua. Ketika perang dunia kedua metode
ini banhyak dipakai karena jumlah perawat serta kemampuan perawat
masih terbatas.

Gambar 1 : Sistem pemberian asuhan Keperawatan Fungsional (Marquis


dan

Huston, 1998)

Kelebihan metode penugasan fungsional adalah sebagai berikut:

1) Managemen klasik yang menekankan efisiensi, pembagian


tugas yang jelas dan pengawasan nyang baik.
2) Baik diguanakan dalam kondisi keterbatasan tenaga perawat.

Kelemahan :

1) Tidak memberikan kepuasan pada pasien maupun perawat.


2) Pelayanan keperawatan terpisah-pisah, tidak dapat menerapkan
proses keperawatan.
3) Persepsi perawat cenderung kepada tindakan yang berkaitan
dengan ketrampilan saja.
b. Metode penugasan Tim
Metode pemberian asuhan keperawatan dimana seorang perawat
professional memimpin sekelompok tenaga keperawatan dengan
berdasarkan konsep kooperatif & kolaboratif (Douglas, 1992). Metode
ini bertujuan untuk: memfasilitasi pelayanan keperawatan;
menerapkan proses keperawatan standard; dan menyatukan
kemampuan anggota tim yang beragam. Konsep dari metode ini
adalah ketua tim sebagai perawata professional harus mampu
menggunakan berbagai teknik kepemimpinan. Komunikasi juga
merupakan hal yang sangat penting dalam metode ini, anggota tim
harus menghargai kepemimpinan ketuan. Selai itu peran kepala ruang
sangat penting dalam model tim ini.

Kepala ruangan

Ketua tim Ketua tim Ketua tim

Staf perawat Staf perawat Staf perawat

l
Pasien / klien Pasien / klien Pasien / klien
Gambar 2 : Sistem pemberian asuhan keperawatan “ Team
Nursing “ (Marquisdan Huston, 1998)

c. Metode Primer
Metode penugasan dimana satu orang perawat bertanggung jawab
penuh selama 24 jam terhadap asuhan keperawatan pasien mulai dari
masuk sampai keluar rumah sakit. Mendorong praktek kemandirian
perawat, ada kejelasan antara pembuat perencana asuhan dan
pelaksana. Metode primer ini ditandai dengan adanya keterkaitan kuat
dan terus menerus antara pasien dengan perawat yang ditugaskan
untuk merencanakan, melakukan, dan koordinasi asuhan keperawatan
selama pasien dirawat.
Konsep dasar metode primer :
1) Ada tanggungjawab dan tanggunggugat
2) Ada otonomi
3) Ketertiban pasien dan keluarga
Kelebihannya :
1) Model praktek profesional
2) Bersifat kontinuitas dan komprehensif
3) Perawat primer mendapatkan akontabilitas yang tinggi terhadap
hasil dan memungkinkan pengembangan diri → kepuasan
perawat
4) Klien/keluarga lebih mengenal siapa yang merawatnya
Kelemahannya :

1) Hanya dapat dilakukan oleh perawat yang memiliki pengalaman


danpengetahuan yang memadai dengan kriteria asertif, self
direction,kemampuan mengambil keputusan yang tepat, menguasai
keperawatanklinik, akontable serta mampu berkolaborasi dengan
berbagai disiplin.

2) Biaya lebih besar


Kepala ruangan Kepala ruangan Kepala ruangan

Perawat primer

Perawat pelaksana Perawat pelaksana Perawat pelaksana

Gambar 3 : Diagram sistem asuhan keperawatan “ Primary Nursing “


(Marquis dan Huston, 1998)

d. Metode Kasus
Setiap pasien ditugaskan kepada semua perawat yang melayani
seluruh kebutuhannya pada saat ia dinas. Pasien akan dirawat oleh
perawat yang berbeda untuk setiap shift dan tidak ada jaminan bahwa
pasien akan dirawat oleh orang yang sama pada hari berikutnya.
Metode penugasan kasus biasa diterapkan satu pasien satu perawat,
umumnya dilaksanakan untuk perawat privat atau untuk perawatan
khusus seperti : isolasi, intensive care.
Kelebihan :
1) Perawat lebih memahami kasus per kasus
2) Sistem evaluasi dari manajerial menjadi lebih mudah
Kekurangan :
1) Belum dapatnya diidentifikasi perawat penanggungjawab
2) Perlu tenaga yang cukup banyak dan mempunyai kemampuan
dasar yang sama.

Kepala ruangan
Ketua tim Ketua tim Ketua tim

Pasien / klien Pasien / klien Pasien / klien


Gambar 4 : Sistem sistem asuhan keperawatan “ Case Method Nursing “

(Marquis dan Huston, 1998)

Agar metode metode diatas dapat di jalankan dengan baik maka masing-
masing pihak harus menge tahui peran dan ttanggung jawab masing-
masing, berikut merupakan tanggung jawab masing –masing peran.

1) Tanggung Jawab Karu :

a) Menetapkan standar kinerja yang diharapkan dari staf

b) Membantu staf menetapkan sasaran dari ruangan

c) Memberi kesempatan katim untuk mengembangkan keterampilan


kepemimpinandan managemen

d) Mengorientasikan tenaga baru

e) Menjadi narasumber bagi tim

2) Tanggung Jawab Katim

a) Melakukan orientasi kepada pasien baru & keluarga


b) Mengkaji setiap klien, menganalisa, menetapkan rencana
keperawatan (renpra), menerapkan tindakan keperawatan dan
mengevaluasi renpra

c) Mengkoordinasikan renpra dengan tindakan medis melalui


komunikasi yang konsisten

d) Membagi tugas anggota tim dan merencanakan kontinuitas asuhan


keperawatan melalui konfrens

e) Membimbing dan mengawasi pelaksanan asuhan keperawatan oleh


anggota tim

f) Bertanggung jawab terhadap kepala ruangan

3) Tanggung Jawab Anggota Tim :

a) Melaksanakan perawatan sesuai renpra yang dibuat katim

b) Memberikan perawatan total/komprehensif pada sejumlah pasien

c) Bertanggung jawab atas keputusan keperawatan selama katim tidak


ada di tempat

d) Berkontribusi terhadap perawatan

 observasi terus menerus


 ikut ronde keperawatan
 berinterkasi dgn pasien & keluarga
 berkontribusi dgn katim/karu bila ada masalah

E. PERAN DAN TUGAS MANAJEMEN ASUHAN KEPERAWATAN


Peran dan fungsi perawat profesional disusun untuk
mengidentifikasi dan memperjelas aspek-aspek yang membedakan praktik
keperawatan profesional dari praktik perawatan yang diberikan oleh orang
yang tidak mempunyai kualifikasi keperawatan profesional. Adapun peran
dan fungsi perawat secara umum sebagai berikut:
1. Perencanaan keperawatan untuk masing-masing klien.
2. Pemberian perawatan langsung.
3. Indentifikasi waktu yang tepat untuk melaksanakan pelayanan
keperawatan pada klien oleh tenaga yang tidak memiliki kualifikasi
perawatan profesional.
4. Mempersiapkan dan mendukung tenaga yang tidak memiliki
kualifikasi keperawatan profesional untuk melaksanakan aktivitas
yang diserahkan kepada mereka oleh perawat profesional.
5. Manajemen dan sumber daya manusia, perlengkapan dan pelayanan
yang efektif dan efisien langsung dikendalikan atau diambil alih oleh
perawat profesional.
6. Pembentukan standar, audit keperawatan dan audit klinik.
Untuk secara spesifik kami menemukan beberapa peran dan fungsi
dari perawat dalam manajememn keperawatan, yaitu sebagai berikut. 

a. PERAN
1. Pelaksana Pelayanan Keperawatan Perawat bertanggung-jawab
dalam memberikan pelayanan keperawatan dari yang bersifat
sederhana sampai pada yang paling kompleks kepada klien,
keluarga, kelompok dan masyarakat.
2. Pengelola dalam bidang Pelayanan Keperawatan Tenaga
keperawatan secara fungsional mengelola pelayanan keperawatan
termasuk perlengkapan, peralatan dan lingkungan.Disamping itu
membimbing petugas kesehatan yang berpendidikan lebih rendah,
bertanggung-jawab dalam hal administrasi keperawatan baik di
masyarakat maupun di dalam institusi dalam mengelola pelayanan
keperawatan untuk klien, keluarga, kelompok dan masyarakat.
3. Pendidik Pelayanan Keperawatan Tenaga Keperawatan
bertanggung jawab dalam hal pendidikan dan pengajaran ilmu
keperawatan dasar bagi tenaga kesehatan lainnya dan tenaga
anggota keluarga.
b. FUNGSI TENAGA PERAWAT 
Tenaga keperawatan diharapkan dapat melaksanakan fungsi (pada
klien-klien yang dirawat) sebagai berikut :
1. Menentukan kebutuhan kesehatan klien dan mendorong klien
untuk berperan serta di dalam memenuhi kebutuhan kesehatannya.
2. Memberikan penyuluhan kesehatan mengenai kebersihan
perorangan, kesehatan lingkungan, kesehatan mental, gizi,
kesehatan ibu dan anak, pencegahan penyakit dan kecelakaan.
3. Memberikan Asuhan Keperawatan kepada klien yang meliputi
perawatan darurat,serta bekerjasama dengan dokter dalam program
pengobatan
4. Melaksanakan rujukan terhadap kasus-kasus yang tidak dapat
ditanggulangi dan menerima rujukan dari organisasi kesehatan
lainnya.
5. Melaksanakan pencatatan pelaporan asuhan Keperawatan.
Sebagai penjabaran dari fungsi maka tugas tenaga keperawatan
adalah :
1. Memelihara kebersihan dan kerapihan di dalam ruangan
2. Menerima klien baru
3. Melaksanakan asuhan keperawatan dengan menggunakan metode
proses keperawatan
4. Mempersiapkan klien keluar
5. Membimbing dan mengawasi pekarya kesehatan dan pekarya
rumah tangga
6. Mengatur tugas jaga
7. Mengelola peralatan medik dan keperawatan, bahan habis pakai
dan obat
8. Mengelola administrasi
F. TIMBANG TERIMA KEPERAWATAN

Proses timbang terima keperawatan (operan) adalah komunikasi yang


terjadi di antara dua shift keperawatan dengan tujuan khusus untuk
menyampaikan informasi tentang keadaan klien di bawah
perawatan/asuhan perawat. Proses operan keperawatan merupakan cara
komunikasi yang digunakan perawat dan tenaga kesehatan lain untuk
menyampaikan informasi kebutuhan asuhan keperawatan dan kondisi
klien saat perubahan shift.

1. Tujuan
 Untuk memastikan kelangsungan asuhan/perawatan klien dengan
aman, menyediakan informasi klien kepada perawat pada shift
selanjutnya.
 Untuk menjaga kelangsungan laporan/perkembangan mengenai
klien.
 Tersusunnya rencana kerja untuk shift berikutnya.
2. Masalah pada timbang terima keperawatan
 Ada informasi yang tertinggal, tidak disampaikan perawat, atau
informasi bukan dilaporkan secara langsung oleh perawat yang
bertanggung jawab terhadap klien.
 Adanya distraksi berupa kegaduhan (berisik), interupsi, dan staf
yang tidak memperhatikan.
 Kurangnya kerahasiaan, tidak adanya privasi di nurse station..
3. Jenis/metode timbang terima
 Verbal hand over
 Tape recorded hand over
 Bedside hand over
 Written hand over
Metode-metode tersebut akan dipengaruhi oleh jumlah klien, tingkat
ketergantungan, jumlah dan tingkat staf. ’Mix and match’ merode bisa
dipakai dalam operan.
4. Proses timbang terima
 Kedua kelompok dinas/shift sudah siap.
 Perawat yang melaksanakan timbang terima mengkaji secara
penuh masalah, kebutuhan, dan segala tindakan yang telah
dilaksanakan serta hal-hal yang penting lainnya selama masa
perawatan.
 Hal-hal yang sifatnya khusus dan memerlukan perincian yang
matang, sebaiknya dicatat khusus untuk kemudian
diserahterimakan kepada petugas berikutnya.
 Hal-hal yang perlu disampaikan dalam timbang terima :
a) Identitas klien dan diagnosa medis.
b) Masalah Keperawatan yang masih muncul.
c) Tindakan keperawatan yang telah dilaksanakan (secara umum)
d) Intervensi kolaboratif yang telah dilaksanakan
e) Rencana umum dan persiapan yang perlu dilakukan dalam
kegiatan operatif, pemeriksaan penunjang, persiapan untuk
konsultasi atau prosedur yang tidak rutin dijalankan.
f) Prosedur rutin yang biasa dijalankan tidak perlu dilaporkan.
 Perawat yang melakukan timbang terima dapat melakukan
klarifikasi, tanya jawab dan melakukan validasi terhadap hal-hal
yang telah ditimbang terimakan atau berhak terhadap keterangan-
keterangan yang kurang jelas.
 Mengupayakan penyampaian yang jelas, singkat, dan padat.
5. Hal-hal yang perlu diperhatikan
 Dilaksanakan tepat waktu dan semua perawat yang sudah dan
akan bertugas hadir, serta siapkan hand over sheet..
 Adanya unsur bimbingan dan pengarahan dari penanggung jawab
yang dilakukan pada awal serah terima tanggung jawab.Hal ini
seharusnya tidak memperpanjang waktu serah terima, hanya 2-3
menit dan harus fokus isu-isu keselamatan klien tertentu.
 Situation, Background, Assessment and Recommendation (SBAR)
model
dapat digunakan oleh setiap tenaga kesehatan profesional untuk
mengkomunikasikan informasi klinis tentang kondisi klien.
 Untuk menetapkan standar kualitas pada verbal hand over Currie
(2002) mengusulkan bahwa setiap serah terima harus ‘CUBAN’,
yaitu
Confidential : pastikan bahwa segala informasi tidak terbawa
keluar area keperawatan.

Uninterrupted : Memanfaatkan daerah yang tenang, tidak ada


gangguan.
Dimulai di awal shift.

Brief : Jaga informasi tetap relevan. Hindari pelabelan


atau
stereotip.

Accurate : Pastikan bahwa semua informasi benar dan tidak


ada klien yang terlewat.

Named nurse : Perawat yang melapor adalah perawat yang


bertanggung jawab langsung terhadap klien.

 Informasi yang disampaikan harus akurat, singkat, sistematik dan


menggambarkan kondisi klien pada saat ini serta kerahasiaan klien
G. RONDE KEPERAWATAN

Ronde keperawatan adalah kegiatan untuk mengatasi keperawatan


klien yang dilaksanakan oleh perawat dengan melibatkan klien untuk
membahas dan melaksanakan asuhan keperawatan, yang dilakukan oleh
perawat primer dan atau konsuler, kepala ruang, dan perawat pelaksana,
serta melibatkan seluruh anggota tim.

1. Tujuan
 Menumbuhkan cara berpikir secara kritis.
 Menumbuhkan pemikiran tentang tindakan keperawatan yang
berasal dari masalah klien.
 Meningkatkan validitas data klien.
 Menilai kemampuan justifikasi.
 Meningkatkan kemampuan dalam menilai hasil kerja.
 Meningkatkan kemampuan untuk memodifikasi rencana
perawatan.
2. Karakteristik
 Klien dilibatkan secara langsung.
 Klien merupakan fokus kegiatan.
 Perawat pelaksana, perawat primer, dan konsuler diskusi bersama.
 Konsuler memfasilitasi kreativitas.
 Konsuler membantu mengembangkan kemampuan perawat
pelaksana dan perawat primer untuk meningkatkan kemampuan
dalam mengatasi masalah.
3. Peran perawat dalam ronde keperawatan
 Peran perawat primer dan perawat pelaksana:
- Menjelaskan keadaan dan data demografi klien.
- Menjelaskan masalah keperawatan utama.
- Menjelaskan intervensi yang belum dan yang akan
dilakukan.
- Menjelaskan tindakan selanjutnya.
 Peran perawat primer lain dan atau konsuler
- Memberikan justifikasi.
- Memberikan penguatan (reinforcement).
- Menilai kebenaran dari suatu masalah, intervensi
keperawatan serta tindakan yang rasional.
- Mengarahkan dan koreksi.
- Mengintegrasikan teori dan konsep yang telah dipelajari.
4. Tahap ronde keperawatan
 Tahap persiapan (pra ronde keperawatan)
- Penetapan kasus minimal satu hari sebelum waktu
pelaksanaan ronde.
- Pemberian informed consent kepada klien / keluarga.
 Tahap pelaksanaan
- Penjelasan tentang klien oleh perawat primer/ketua tim
yang difokuskan pada masalah keperawatan dan rencana
tindakan yang akan atau telah dilaksanakan dan memilih
prioritas yang perlu didiskusikan.
- Diskusi antar anggota tim tentang kasus tersebut.
- Pemberian justifikasi oleh perawat primer/perawat
konselor/kepala ruang tentang masalah klien serta rencana
tindakan yang akan dilakukan.
- Tindakan keperawatan pada masalah prioritas yang telah
dan yang akan ditetapkan.
 Tahap pasca ronde
- Mendiskusikan hasil temuan dan tindakan pada klien serta
menetapkan tindakan yang perlu dilakukan

F. DOKUMENTASI DALAM ASUAHAN KEPERAWATAN


Dokumentasi adalah bukti tertulis dari segala sesuatu yang dapat
diandalkan sebagai catatan tentang bukti bagi individu yang berwenang.
Catatan medis harus mendeskripsikan tentangstatus kebutuhan klien
yang komperhensif. Dokumetasi yang baik tidak hanya mencerminkan
kualitas perawatan tapi juga membuktikan pertanggunggugatan setiap
anggota tim perawatan dalam memberikan perawatan. Semua catatan
mendasar mengandung informasi berikut:
 Identifikasi klien dan data demografi klien
 Surat izin untuk pengobatan dan prosedur
 Riwayat keperawatan saat masuk
 Diagnosa keperawatan
 Rencana asuhan keperawatan
 Catatan tentang tindakan asuhan keperawatan dan evaluasi
keperawatan
 Riwayat medis
 Diagnosis medis
 Pesanan teraupetik
 Catatan pengembangan medis dan disiplin kesehatan
 Laporan tentang pemeriksaan fisik
 Laporan tentang pemeriksaan diagnostic
 Ringkasan tentang prosedur operatif
 Rencana pemulangan dan ringkasan tentang pemulangan

Dokumentasi merupakan sumber datas yang bermanfaat dan


digunakan oleh semua tim perawatan kesehatan. Tujuannya mencakup
komunikasi, tagihan financial, edukasi, riset, audit, dan dokumentasi
legal

1. Sebagai Sarana Komunikasi


Dokumentasi yang dikomunikasikan secara akurat dan lengkap
dapat berguna untuk:
a. Membantu koordinasi asuhan keperawatan/kebidanan yang
diberikan oleh tim kesehatan.
b. Mencegah informasi yang berulang terhadap klien atau
anggota tim kesehatan atau mencegah tumpang tindih, bahkan
sama sekali tidak dilakukan untuk mengurangi kesalahan dan
meningkatkan ketelitian dalam memberikan asuhan
keperawatan/kebidanan pada klien.
c. Membantu tim perawat/bidan dalam menggunakan waktu
sebaik-baiknya.
2. Sebagai Tanggung Jawab dan Tanggung Gugat
Sebagai upaya untuk melindungi klien terhadap kualitas pelayanan
keperawatan yang diterima dan perlindungan terhadap keamanan
perawat dalam melaksanakan tugasnya, maka perawat/bidan
diharuskan mencatat segala tindakan yang dilakukan terhadap
pasen.
3. Sebagai Informasi statistik
Data statistik dari dokumentasi keperawatan/kebidanan dapat
membantu merencanakan kebutuhan di masa mendatang, baik
SDM, sarana, prasarana dan teknis.
4. Sebagai Sarana Pendidikan
Dokumentasi asuhan keperawatan/kebidanan yang dilaksanakan
secara baik dan benar akan membantu para siswa
keperawatan/kebidanan maupun siswa kesehatan lainnya dalam
proses belajar mengajar untuk mendapatkan pengetahuan dan
membandingkannya, baik teori maupun praktek lapangan.
5. Sebagai Sumber Data Penelitian
Informasi yang ditulis dalam dokumentasi dapat digunakan sebagai
sumber data penelitian. Hal ini erat kaitannya dengan yang
dilakukan terhadap asuhan keperawatan/kebidanan yang diberikan,
sehingga melalui penelitian dapat diciptakan satu bentuk pelayanan
keperawatan dan kebidanan yang aman, efektif dan etis.
6. Sebagai Jaminan Kualitas Pelayanan Kesehatan
Melalui dokumentasi yang dilakukan dengan baik dan benar,
diharapkan asuhan keperawatan/kebidanan yang berkualitas dapat
dicapai, karena jaminan kualitas merupakan bagian dari program
pengembangan pelayanan kesehatan. Sebagai Sumber Data
Perencanaan Asuhan Keperawatan /kebidanan Berkelanjutan
KOMUNIKASI MANEJERIAL

A. Komunikasi Manajerial

Komunikasi memiliki hubungan yang erat sekali dengan kepemimpinan,


bahkan dapat dikatakan bahwa tiada kepemimpinan tanpa komunikasi. Apalagi
syarat seorang pemimpin selain ia harus berilmu, berwawasan kedepan, ikhlas,
tekun, berani, jujur, sehat jasmani dan rohani, ia juga harus memiliki kemampuan
berkomunikasi. Berikut merupakan definis komunikasi manajemen menururut
beberapa ahli :

1. Menurut Michael kaye (1994), Communication management is how people


manage their communication processes through construing meanings about
their relationships with others in various setting. They are managing their
communication and actions in a large of relationship – some personal some
professional. Bagaimana orang-orang mengelola proses komunikasi dalam
hubungannya dengan orang lain dalam setting atau konteks komunikasi.

2. Menurut Parag Diwan (1999), Manajemen komunikasi adalah proses


penggunaan berbagai sumber daya komunikasi secara terpadu melalui proses
perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, dan pengontrolan unsur-unsur
komunikasi untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.

3. Menurut Antar Venus, Manajemen komunikasi adalah proses pengelolaan


sumber daya komunikasi yang ditujukan untuk meningkatkan kualitas dan
efektivitas pertukaran pesan yang terjadi dalam berbagai konteks komunikasi.
Konteks komunikasi yang dimaksud disini berarti tataran komunikasi
individual, interpersonal, organisasional, governmental, sosial, atau bahkan
internasional.
Dari pengertian tersebut, diperoleh kesimpulan bahwakomunikasi manajerial
atau komunikasi manajemen merupakan komunikasi yang menggunakan semua
sumber daya organisasi yang tersedia untuk mencapai tujuan organisasi yang
tersedia untuk mencapai tujuan organisasi yang dinyatakan dengan
jelas.Komunikasi manajemen juga dapat diartikan sebagaikomunikasi di suatu
organisasi yang dilakukan pimpinan, baik dengan para karyawan maupun dengan
khalayak yang ada kaitannya dengan organisasi, dalam rangka pembinaan kerja
sama yang serasi untuk mencapai tujuan dan sasaran organisasi.

Proses Komunikasi memungkinkan manajer untuk melaksanakan tugas-tugas


mereka. Informasi harus dikomunikasikan kepada stafnya agar mereka
mempunyai dasar perencanaan, agar rencana-rencana itu dapat dilaksanakan,
Pengorganisasian memerlukan komunikasi dengan bawahan tentang penugasan
mereka, Pengarahan mengharuskan manejer untuk berkomunikasi dengan
bawahannya agar tujuan kelompok dapat tercapai. Jadi seorang manajer akan
dapat melaksanakan fungsi-fungsi manajemen melalui interaksi dan komunikasi
dengan pihak lain.

B. Elemen-elemen Komunikasi Manajerial

Komunikasi antar manusia hanya bisa terjadi, jika ada seseorang yang
menyampaikan pesan kepada orang lain tujuan tertentu, artinya komunikasi hanya
bisa terjadi kalau didukung oleh adanya sumber, pesan, media, penerima, dan efek
. unsur-unsur ini bisa juga disebut komponen atau elemen komunikasi.

1. Sumber, Semua peristiwa komunikasi akan melinatkan sumber sebagai


pembuat atau pengirim ineormasi. Dalam komunikasi antarmanusia, sumber
bisa terdiri dari satu orang, tetapi bisa juga dalam bentuk kelompok misalnya
partai, organisasi atau lembaga. Sumber sering disebut pengirim, komunikator
atau dalam bahasa Inggrisnya disebut source, sender, atau encoder.

2. Pesan, Pesan yang dimaksud dalam proses komunikasi adalah sesuatu yang


disampaikan pengirim kepada penerima. Pesan dapat disampaikan dengan cara
tatap muka atau melalui media komunikasi. Isinya bisa berupa ilmu
pengetahuan, hiburan, informasi, nasihat atau propaganda. Dalam bahasa
inggris pesan biasanya diterjemahkan dengan kata massage,
content atau informasi (Hafied Cangara, 2008;22-24).

3. Media, Media adalah alat sarana yang digunakan untuk menyampaikan pesan
dari komunikator kepada khalayak. Ada beberapa pakar psikologi memandang
bahwa dalam komunikasi antarmanusia, media yang paling dominan dalam
berkomunikasi adalah pancaindra manusia seperti mata dan teliga. Pesan-
pesan yang diterima pancaindra selanjutnya diproses dalam pikiran manusia
untuk mengontrol dan menentukan sikapnya terhadap sesuatu, sebelum
dinyatakan dalam tindakan. Akan tetapi, media yang dimaksud dalam buku
ini, ialah media yang digolongan atas empat macam, yakni:  Media
antarpribadi, untuk hubungan perorang (antarpribadi) media yang tepat
digunakan ialah kurir /utusan, surat, dan telpon. Media kelompok, Dalam
aktivitasa komunikasi yang melibatkan khlayak lebih dari 15 orang, maka
media komunikasi yang banyak digunakan adalah media kelompok, misalnya,
rapat, seminar, dan konperensi. Rapat biasanya digunakan untuk
membicarakan hal-hal penting yang dihadapi oleh suatu organisasi. Seminar
adalah media komunikasi kelompok yang biasa dihadiri 150 orang. Konferensi
adalah media komunikasi yang dihadiri oleh anggota dan pengurus dari
organisasi tertentu. Ada juga orang dari luar organisasi, tapi biasanya dalam
status peninjau. Media publik, kalau khalayak lebih dari 200-an orang, maka
media komunikasi yang digunakan biasanya disebut media publik. Misalnya
rapat akbar, rapat raksasa dan semacamnya. Media massa, jika khalayak
tersebar tanpa diketahui di mana mereka berada, maka biasanya digunakan
media massa. Media massa adalah alat yang digunakan dalam penyampaian
pesan dari sumber kepada khalayak (penerima) dengan menggunakan alat-alat
komunikasi mekanis seperti surat kabar, film, radio, dan televisi (Hafied
Cangara, 2008;123-126).

4. Penerima, Penerima adalah  pihak yang menjadi sasaran pesan yang dikirim
oleh sumber.  Penerima bisa terdiri satu orang atau lebih, bisa dalam bentuk
kelempok, partai atau negara. Penerima biasa disebut dengan berbagai macam
istilah, seperti khalayak, sasaran, komunikan, atau dalam bahasa Inggris
disebut audience ataureceiver. Dalam proses komunikasi telah dipahami
bahwa keberadaan penerima adalah akibat karena adanya sumber. Tidak
adanya penerima jika tidak ada sumber. Penerima adalah elemen penting
dalam proses komunikasi, karena dialah yang menjadi sasaran dari
komunikasi. Jika suatu pesan tidak diterima oleh penerima, akan
menimbulkan berbagai macam masalah yang sering kali menuntut perubahan,
apakah pada sumber, pesan, atau saluran.

5. Pengaruh atau efek, Pengaruh atau efek adalah perbedaan antara apa yang
dipikirkan, dirasakan, dan dilakukan oleh penerima sebelum dan sesudah
menerima pesan. Pengaruh ini biisa terjadi pada pengetahuan, sikap dan
tingkah laku seseorang. Oleh karena itu, pengaruh bisa juga diartikan
perubahan atau pengetahuan, sikap, dan tindakan seseorang sebagai akibat
penerimaan pesan.

C. Fungsi Komunikasi Manajerial

Komunikasi mempunyai empat fungsi utama sebagaimana yang diutarakan


olehStephen P. Robbins (1996:5) yang telah diterjemahkan oleh Hadyana
Pujaatmakasebagai berikut:

1. Kendali

Komunikasi bertindak untuk mengendalik an perilaku anggota organisasi

2. Motivasi

Komunikasi membantu perkembangan motivasi dengan menjelaskan kepada


para karyawan apa yang harus dilakukan, bagaimana mereka bekerja dengan,
dan apa yang dapat dikerjakan untuk memperbaiki kinerja jika itu dibawah
standar.

3. Pengungkapan emosional
Bagi banyak karyawan, kelompok kerja mereka merupakan sumber utama
untuk interaksi sosial. Komunikasi yang terjadi di dalam kelompok itu
merupakan mekanisme fundamental dengan mana anggota-anggota
menunjukkan kekecewaan dan rasa puas mereka.

4. Informasi

Komunikasi memberikan informasi yang diperlukan individu dan kelompok


untuk mengambil keputusan dengan meneruskan data guna mengenali dan
menilai pilihan-pilihan alternatif.

D. Tujuan Komunikasi Manajerial

Manajeman Komunikasi bertujuan untuk menjadi sarana berinteraksi yang


baik, dapat memahami dan mengerti cara berkomunikasi yang baik.Dewasa ini
dapat menjadi kajian dan sarana informasi yang membentuk hubungan dengan
orang-orang sebagai sarana investasi yang merupakan aspekyang sangat penting
dalam Manajemen Komunikasidalam upaya mengembangakan hubungan yang
profesional”membentuk goodwill, toleransi (tolerance), saling kerjasama (mutual
understanding) dan saling menghargai (mutual appreciation) serta memperoleh
opini public yang favorable, image yang tepat berdasarkan prinsip-prinsip
hubungan yang haronis baik hubungan kedalam (internal relations) maupun
hubungan keluar (external relations).

Curtis mengemukakan bahwa terdapat beberapa tujuan mengapa komunikasi


terjadi di dalam organisasi atau perusahaan:

1. Give and Given Information (memberi dan di beri informasi)

Karyawan akan cenderung merasa lebih baik mengenai diri mereka sendiri
jika mereka di beri informasi dengan baik dan di beri jalan masuk menuju
informasi tersebut.

2. Persuade Others (mempengaruhi orang lain)


Komunikasi berguna untuk merangsang minat, mengurangi permusuhan, dan
menggerakkan karyawan untuk melakukan suatu tugas atau mendidik
perilaku.

3. Help Others (menolong orang lain)

Hal ini dapat dilakukan oleh seorang atasan, antara lain melalui pemberian
nasihat kepada para karyawan, membantu pelanggan menyelesaikan masalah,
ataupun memotivasi orang lain dalam mencapai tujuan karier mereka.

4. Evaluating Behavior Effectiveness (mengevaluasi perilaku secara efektif)

Para anggota organisasi memerlukan suatu penilaian untuk mengetahui hal-hal


yang akan mereka lakukan atau kapan koreksi terhadap prestasi mereka
lakukan.

E. Strategi Komunikasi Manajerial

Dalammelakukan komunikasi dalam suatu organisasi, diperlukan suatu


strategi agar proses komunikasi berlangsug dengan baik dengan hambatan
seminimal mungkin. Ada dua hal yang perlu diperhatikan dalam strategi
berkomunikasi dalam organisasi, yaitu pola komunikasi dan gaya kemunikasi.

Pola komunikasi merupakan bentuk atau model dalam melakukan komunikasi.


Poa komunikasi dapat dibedakan menjadi dua, yaitu berdasarkan arah dan
fungsinya.

1. Pola Komunikasi Berdasarkan Arah

Komunikasi Vertikal

Komunikasi dari atas ke bawah dan dari bawah ke atas,adalah


komunikasi dari pimpinan kepada bawahan dan dari bawahan kepada
atasan secara timbal balik. Dalam komuniksi vertikal, pimpinan
memberikan instruksi-instruksi, petunjuk petunjuk,informasi-informasi,
penjelasan-penjelasan dan lain lainkepada bawahannya. Sementara
bawahan memberikan laporan-laporan, saran-saran, pengaduan-pengaduan
kepada pemimpin. Pimpinan perlu mengetahui laporan, tanggapan, atau
saran para karyawan sehingga suatu keputusan atau suatu kebijaksanaan
dapat diambil dalam rangka mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
Komunikasi yang lancar, terbuka dan saling mengisi
merupakanmencerminkan sikap kepemimpinan yang demokratis.

Downward Communication (komunikasi kebawah)

Terutama mengkomunikasikan pesan dari yang memiliki


kekuasaan kepada yang lebih sedikit kekuasaannya; merupakan model
umum komunikasi dalam sebuah organisasi. Komunikasi ini melibatkan
instruksi, anggaran yang disetujui atau tidak, pernyataan kebijakan, variasi
dalam standar prosedur operasi dan mencatat perubahan-perubahan
lainnya, pengumuman umum, pertemuan,ekspresi tujuan, sasaran, dan
pernyataan misi. Pesan-pesan ini mungkin dapat dikirimkan lewat
memo, email, catatan,dan saluran individu ke grup atau dari individu ke
individu; atau mereka mungkin saja dapat disampaikan tidak langsung
melalui orang lain dalam hirarki. Selama proses pengiriman, pesan asli
dapat di edit, ditambah, dikurangi, dijelaskan, atau bahkan diubah.

Komunikasi kebawah membawa informasi yang berhubungan


dengan tugas pada seseorang yang melakukan tugas tersebut. Ia juga
membawa informasi tentang kebijakan dan prosedur, serta bisa jadi
digunakan untuk feedback yang bersifat motivasional pada karyawan.
Komunikasi kebawah terjadi jika manajer atau penyelia mengirimkan
pesan kepada satu orang bawahan atau lebih.

Komunikasi kebawah seringkali berbentuk pemberian instruksi


atau penjelasan bagaimana seorang atasan menginginkan suatu tugas
diselesaikan para atasan mengirimkan informasi mengenai peraturan,
kebijakan, dan standar minimum. Para atasan juga memberikan informasi
untuk menilai prestasi bawahan atau memotivasi seorang bawahan.
Komunikasi ke bawah menetapkan suatu organisasi bisnis. Apabila
sebagian besar dalam organisasi dalam bisnis berasal daripuncak (vertikal
ke bawah) dan biasanya berupa instruksi, gaya organisasi cenderung
otokrasi. Apabila sebagian besar komunikasi ke bawah bersifat
mendukung dan memiliki unsur perhatian yang besar terhadap bawahan,
rangkasian sifat akan lebih bersifat mendukung. Komunikasi seperti itu
akan mendorong pembentukan kolaborasi antara pimpinan dan pegawai.
Lebih jauh lagi, komuniaksi akan mendorong rangkaian penuh komunikasi
ke atas.

Upward Communication (komunikasi keatas) 

Merupakan suatu kondisi yang mungkin lebih penting


dari downward communication. Saluranupward communication membawa
data dari pelanggan mengenai produksi barang dan pelayanan, dan segala
kebutuhan yang diperlukan untuk operasi organisasi dari hari ke hari.
Keterangan ini dapat digunakan bila orang-orang yang berada di level atas
di suatu organisasi adalah orang-orang yang memiliki keterampilan
mendengar, mengumpulkan feedback dan dapat dipercaya. Bila tidak ada
komitmen untuk melakukan pendekatan-pendekatan seperti ini maka akan
terjadi ”culture of silence” atau budaya diam dan atau ”culture of silos”
yang mungkin berlaku, yang akan membawa konsekuensi dampak yang
serius untuk organisasi- dengan tanpa peringatan awal untuk
menanggulangi bencana, ini mungkin akan membawa krisis yang besar.
Dalam beberapa situasi, tidak ada berita merupakan berita yang sangat
buruk, dan berita buruk adalah tiada berita; staff pada level bawah akan
segan untuk memberikan berita buruk, yang mungkin vital bagi kehidupan
organisasi, bila tidak didengar, lebih parahnya dapat memancing kritik-
sebuah budaya ”shoot the messenger” .

Upward communication dapat pula menjadi sumber subur ide-ide


baru dan penyelesaian masalah yang kreatif, terutama karena orang-orang
di bagian bawah hirarki dekat dengan masalah-masalah spesifik dan dapat
lebih waspada kepada solusi praktis daripada orang-orang yang berada di
puncak hirarki. Komunikasi keatas membawa informasi dari tingkat
bawah ke tingkat atas organisasi. Informasi itu mungkin concern pada
aktivitas lingkungan luar atau internal pada tingkat bawah organisasi.

Para pimpinan organisasi menerima feedback tentang efektifitas


keputusan yang telah diambilnya. Anggota tingkat bawah mempunyai
kesempatan untuk menginformasikan dan mengajukan keluhan, dan
memberikan saran untuk pengembangan. Komunikasi keatas terjadi jika
pesan mengalir dari bawahan ke manajer atau atasan. Para pegawai harus
melaporkan kemajuan mereka dalam penyelesaian tugas-tugas; jika ada,
tugas-tugas apa yang menyebabkan masalah bagi mereka; saran-saran bagi
peningkatan produk atau peningkatan prosedur; dan yang terpenting
adalah perasaan mereka mengenai bagaiaman asegala sesuatu berjalan.
Komunikasi keatas merupaakan hal yang penting- para manajer
memerlukan umpan balik yang akurat mengenai pesan-pesan mereka
apakah telah dipahami atau bagaimana keputusan-keputusan tersebut
diterima setelah masalah-masalah apa yang dikembangkan.

Komunikasi Horizontal

Komunikasi secara mendatar antara anggota staff dengan anggota


staff, karyawan sesama karyawan dan sebagainya. Komunikasi ini
seringkali berlangsung tidak formal, mereka berkomunikasi satu sama lain
bukan pada waktu mereka sedang bekerja, melainkan pada saat istirahat
atau waktu pulang kerja. Dalam situasi komunikasi seperti ini, desas-desus
cepat sekali menjalar, dan yang didesas-desuskan seringkali mengenai hal-
hal yang menyangkut pekerjaan atau tindakan pimpinan yang merugikan
mereka.

Komunikasi Eksternal

Dalam kaitannya dengan komunkasi eksternal ini pelaksanaan


komunikasi dilakukan oleh pihak organisasi/perusahaan melalui
kesepakatan manajemen untuk melakukan kegiatan komunikasi dengan
pihak luar atau publik yang berada diluar organisasi tentunya menjadi
perhatian. Karena bagaimanapun tanpa dukungan publik luar ini,
keberhasilan suatu organisasi sulit tercapai. Hal tersebut memberikan
konsekuensi bagi pihak organisasi untuk dapat meraih perhatian publik
luar dan menarik simpati publik luar tehadap organisasi, sehingga mereka
mau bekerja sama dengan pihak organisasi atau perusahaan.
Dalam konteks hubungan dengan publik luar, kegiatan komunikasi
dapat dilakukan oleh seluruh unsur yang ada pada organisasi, dimulai dari
tingkatan pimpinan tertinggi sampai dengan karyawan operasional sampai
merupakan repersantasi publik organisasi pada saat mereka melakukan
kegiatan komunikasi dengan publik luar. Oleh karenanya segala prilaku
mereka atau prilaku manajemen suatu organisasi akan memberikan warna
bagi efektivitas komunikasi.
Kegiatan komunikasi eksternal dapat dilakukan dengan berbagai
cara. Jika kegiatan komunikasi dari pihak organisasi atau perusahaan
kepada publik luar, maka dapat dilakukan dalam bentuk misalnya ;
Untuk publik umum (general publik) dan publik konsumen dapat
dilakukan kegiatan komunikasi melalui periklanan, promosi,
publisitas,pameran,dsb
Untuk publik pers dapat dilakukan kegiatan komunikasi melalui ,press
conference press interview,press tour
Sedangkan, jika kegiatan komunikasi dari publik luar kepada pihak
organisasi dapat dilakukan dalam bentuk penyampaian opini publik.
Komunikasi eksternal terdiri dari jalur secara timbal balik:

1) Komunikasi dari organisasi kepada khalayak. Komunikasi ini


dilaksanakan umumnya bersifat informatif, yang dilakukan sedemikian
rupa sehingga khalayak merasa memiliki keterlibatan, setidaknya ada
hubungan batin. Komunikasi ini dapat melalui berbagai bentuk,
seperti: majalah organisasi; press release; artikel surat kabar atau
majalah; pidato radio; film dokumenter; brosur; leaflet; poster;
konferensi pers.
2) Komunikasi dari khalayak kepada organisasi. Komunikasi dari
khalayak kepada organisasi merupakan umpan balik sebagai efek dari
kegiatan dan komunikasi yang dilakukan oleh organisasi.

Pola Komunikasi berdasarkan Fungsi

a. Pola Komunikasi dalam Planning

Planningberarti menentukan tujuan dan sasaran utama perusahaan agar


berhasil, termasuk diantaranya : mengembangkan strategi, menetapkan
kebijakan, merencanakan anggaran dan petunjuk-petunjuk umum untuk
menggiatkan jalannya perusahaan.
Untuk melakukan hal tersebut di dalam sebuah organisasi, diperlukan
dimensi komunikasi vertikal dan horizontal. Karena dalam melakukan
perencanaan atau planning harus melibatkan pemimpin dan anggota
lainnya. Agar dapat mengetahui keadaan perusahaan dan strategi dari
seluruh bagian dari organisasi tersebut.Contoh kasus: Sebuah perusahaan
melakukan rapat untuk membahas strategi agar perusahaan tersebut dapat
lebih berkembang. Maka perusahaan tersebut harus mengundang seluruh
kepala bagian. Maka dalam rapat tersebut akan terjadi komunikasi untuk
membicarakan hal dalam perusahaan. Disitulah terjadi pola komunikasi
horizontal, karena komunikasi dilakukan antar kepala bagian yang
mempunyai jabatan yang sama.
Sedangkan jika rapat untuk merumuskan kebijakan dalam suatu
perusahaan, maka dalam rapat tersebut di undang direksi, kepala bagian
dan beberapa karyawan lainnya. Hal itu menyebabkan terjadinya
komunikasi secara vertikal karena dilakukan dari atasan kebawahan dan
sebaliknya.

Pola Komunikasi Dalam Organizing

Organizing adalah menentukan secara spesifik aktivitas atau


kebutuhan untuk mencapai sasaran atau hasil yang akan dicapai
perusahaan. Dalam praktiknya, diimplementasikan dalam bentuk struktur
organisasi sebagai garis komando dalam menjalankan fungsi dan peran
anggota organisasi/perusahaan.Karena diimplementasikan dalam bentuk
struktur organisasi, maka dalam organizing dilakukan pola komunikasi
vertikal. Hal tersebut disebabkan dalam membentuk struktur organisasi
dan memberikan komando dilakukan oleh seorang pimpinan sebuah
perusahaan ke bawahannya untuk mengisi sebuah posisi dan menjalankan
tugas di bagian yang ditunjuk oleh pemimpin perusahaan tersebut.

Pola Komunikasi Dalam Directing

Mengarahkan prilaku anggota perusahaan sesuai apa yang telah


ditetapkan perusahaan serta sesuai dengan kebutuhan, rencana dan desain
pekerjaan.Directing itu memerlukan pola komunikasi vertikal, karena
adanya pengarahan yang diberikan oleh atasa (pimpinan perusahaan)
kepada bawahan hatau karyawannya untuk mencapai sebuah konsep
kebutuhan atau perencanaan dalam perusahaan.

Pola Komunikasi Dalam Controlling

Mengawasi apakah aktivitas perusahaan dijalankan sesuai dengan


perencanaan dan dilaksanakan oleh anggota perusahaan sesuai dengan
fungsi dan tanggung jawabnya. Tahapan ini biasanya dilakukan oleh
manajer atau pimpinan yang bertanggung jawab langsung atas anggota
organisasi/perusahaan. Contoh kasus : seorang manajer akan mengawasi
cara dan hasil kerja karyawannya dan jika cara dan hasil kerja karyawan
tersebut dianggap kurang maka manajer akan menegur dan memberi
arahan kepada karyawan tersebut.
Dari contoh kasus diatas sudah jelas bahwa dalam fungsi
manajemen Controling itu menggunakan pola komunikasi Vertikal,
karena adanya arahan dari atasan (manajer) ke bawahan (karyawan).

  Gaya komunikasi atau communication style akan memberikan


pengetahuan kepada kita tentang bagaimana perilaku orang-orang dalam suatu
organisasi ketika mereka melaksanakan tindak berbagi informasi dan
gagasan. Gaya komunikasi didefinisikan sebagai seperangkat perilaku antar
pribadi yang terspesialisasi yang digunakan dalam suatu situasi tertentu. Masing-
masing gaya komunikasi terdiri dari sekumpulan perilaku komunikasi yang
dipakai untuk mendapatkan respon atau tanggapan tertentu dalam situasi yang
tertentu pula. Kesesuaian dari satu gaya komunikasi yang digunakan, bergantung
pada maksud dari pengirim (sender) dan harapan dari penerima (receiver).

Enam gaya komunikasi menurut Steward L.Tubbs dan Sylvia Moss :

1. The Controlling style

Gaya komunikasi yang bersifat mengendalikan, ini ditandai dengan


adanya satu    kehendak atau maksud untuk membatasi, memaksa dan
mengatur perilaku,  pikiran dan tanggapan orang lain. Orang-orang
yang menggunakan gaya komunikasi ini dikenal dengan nama komunikator
satu arah atau one-way communications. Pihak-pihak yang memakai
controlling style of communication ini, lebih memusatkan perhatian kepada
pengiriman pesan dibanding upaya mereka untukberharap pesan. Mereka tidak
mempunyai rasa ketertarikan dan perhatian untuk     berbagi pesan. Mereka
tidak mempunyai rasa ketertarikan dan perhatian pada umpan balik, kecuali
jika umpan balik atau feedback tersebut digunakan untuk kepentingan pribadi
mereka. Para komunikator satu arah tersebut tidak khawatirdengan pandangan
negatif orang lain, tetapi justru berusaha menggunakan kewenangan dan
kekuasaan untuk memaksa orang lain mematuhi pandangan-pandangannya.

The Equalitarian style

Aspek penting gaya komunikasi ini ialah adanya landasan kesamaan.


The equalitarian style of communication ini ditandai dengan berlakunya arus
penyebaran pesan-pesan verbal secara lisan maupun tertulis yang bersifat dua
arah.
Dalam gaya komunikasi ini, tindak komunikasi dilakukan secara terbuka.
Artinya, setiap anggota organisasi dapat mengungkapkan gagasan ataupun
pendapat dalam suasana yang rileks, santai dan informal. Dalam suasana yang
demikian, memungkinkan setiap anggota organisasi mencapai kesepakatan
dan pengertian bersama. The equalitarian style ini akan memudahkan tindak
komunikasi dalam organisasi, sebab gaya ini efektif dalam memelihara empati
dan kerja sama, khususnya dalam situasi untuk mengambil keputusan terhadap
suatu permasalahan yang kompleks.

The Structuring style

Gaya komunikasi yang berstruktur ini, memanfaatkan pesan-pesan


verbal secara    tertulis maupun lisan guna memantapkan perintah yang harus
dilaksanakan, penjadwalan tugas dan pekerjaan serta struktur organisasi.
Pengirim pesan lebihmemberi perhatian kepada keinginan untuk
mempengaruhi orang lain denganjalan berbagi informasi tentang tujuan
organisasi, jadwal kerja, aturan dan prosedur yang berlaku dalam organisasi
tersebut.

The Dynamic style

Gaya komunikasi yang dinamis ini memiliki kecenderungan agresif,


karena pengirim pesan atau sender memahami bahwa lingkungan
pekerjaannyaberorientasipada tindakan (action-oriented). The dynamic style
of communicationini sering dipakai oleh para juru kampanye ataupun
supervisor yang membawapara wiraniaga (salesmen atau
saleswomen). Tujuan utama gaya komunikasiyang agresif ini adalah
mestimulasi atau merangsang pekerja/karyawan untukbekerja dengan lebih
cepat dan lebih baik. Gaya komunikasi ini cukup efektif digunakan dalam
mengatasi persoalan-persoalan yang bersifat kritis, namundengan persyaratan
bahwa karyawan atau bawahan mempunyai kemampuan yang   cukup untuk
mengatasi masalah yang kritis tersebut.

The Relinguishing style

Gaya komunikasi ini lebih mencerminkan kesediaan untuk menerima


saran,pendapat ataupun gagasan orang lain, daripada keinginan untuk
memberi perintah, meskipun pengirim pesan (sender) mempunyai hak untuk
memberiperintah dan mengontrol orang lain. Pesan-pesan dalam gaya
komunikasi ini akanefektif ketika pengirim pesan atau sender sedang bekerja
sama dengan orang-  orang yang berpengetahuan luas, berpengalaman, teliti
serta bersedia untukbertanggung jawab atas semua tugas atau pekerjaan yang
dibebankannya.

The Withdrawal style

Akibat yang muncul jika gaya ini digunakan adalah melemahnya


tindak     komunikasi, artinya tidak ada keinginan dari orang-orang yang
memakai gaya ini untuk berkomunikasi dengan orang lain, karena ada
beberapa persoalan ataupun kesulitan antarpribadi yang dihadapi oleh orang-
orang tersebut.

F. Prinsip Komunikasi Manajemen Keperawatan

Sebagai seorang manajer, dalam melakukan komunikasi tentu harus


menerapkan prinsip-prinsip komunikasi dalam manajemen. Prinsip-prinsip
komunikasi manajemen ini pula yang harus diterapkan dalam manajemen
keperawatan. Secara umum, berikut prinsip komunikasi manajemen:

1. Manajer harus mengerti struktur organisasi, termasuk pemahaman tenteng


siapa yang akan kena dampak dari pengambilan keputusan yang telah dibuat.

2. Komunikasi harus jelas , sederhana dan tepat.

Nursalam (2001) mengemukakan prinsip komunikasi seorang perawat


profesional adalah CARE: Complete,Acurte,Rapid,English. Artinya setiap
melakukan komunikasi (lisan/tulisan) dengan teman sejawat atau profesi
kesehatan lain harus memenuhi ketiga unsur diatas. Profil perawat masa depan
yang terpenting adalah mampu berbicara dan menulis bahasa asing, minimal
bahasa inggris.

1. Manajer harus meminta umpan balik apakah komunikasidapat diterima secara


akurat, salah satu caranya bertanya / mengulangi pesan yang telah
disampaikan.
2. Menjadi pendengar yang baik, menerima semua informasi yang disampaikan
orang lain dan menunjukkan rasa menghargai dan ingin tahu terhadap pesan
yang disampaikan.

G. Hambatan Terhadap Komunikasi dalam Organisasi

1. Hambatan Teknis

Keterbatasan fasilitas dan peralatan komunikasi. Dari sisi teknologi,


semakin berkurang dengan adanya temuan baru dibidang kemajuan teknologi
komunikasi dan informasi, sehingga saluran komunikasi dapat diandalkan dan
efesien sebagai media komunikasi.
Menurut Cruden dan Sherman dalam bukunya Personel Management,
1976, jenis hambatan teknis dari komunikasi :

a. Tidak adanya rencana atau prosedur kerja yang jelas

b. Kurangnya informasi atau penjelasan

c. Kurangnya ketrampilan membaca

d.  pemilihan media [saluran] yang kurang tepat.

Hambatan Semantik

Gangguan semantik menjadi hambatan dalam proses penyampaian


pengertian atau idea secara efektif. Definisi semantik sebagai studi atas
pengertian, yang diungkapkan lewat bahasa Kata-kata membantu proses
pertukaran timbal balik arti dan pengertian [komunikator dan komunikan],
tetapi seringkali proses penafsirannya keliru. Tidak adaya hubungan antara
Simbol [kata] dan apa yang disimbolkan [arti atau penafsiran], dapat
mengakibatkan kata yang dipakai ditafsirkan sangat berbeda dari apa yang
dimaksudkan sebenarnya.
Untuk menghindari mis komunikasi semacam ini, seorang komunikator
harus memilih kata-kata yang tepat sesuai dengan karakteristik komunikannya,
dan melihat kemungkinan penafsiran terhadap kata-kata yang dipakainya.

Hambatan Manusiawi
Terjadi karena adanya faktor, emosi dan prasangka pribadi, persepsi,
kecakapan atau ketidakcakapan, kemampuan atau ketidakmampuan alat-alat
panca indera seseorang

KONSEP MANAJEMEN KONFLIK

A. Pengertian Manajemen Konflik


Istilah konflik berasal dari bahasa latin, co m dan yang berarti bersama
dan fligere yang berarti melanggar, menabrak, menemukan dan membentur.
Dengan demikian, konflik merupakan ekspresi pertikaian individu dengan
individu, kelompok dengan kelompok lain karena beberapa alasan. Konflik
organisasi (organizational conflict) adalah ketidak sesuaian antara dua atau
lebih anggota-anggota atau kelompok-kelompok organisai yang timbul karena
adanya kenyataan bahwa mereka harus membagi sumber daya-sumber daya
yang terbatas atau kegiatan-kegiatan kerja atau karena kenyataan bahwa
mereka mempunyai perbedaan status, tujuan, nilai atau persepsi.
Manajemen adalah pengelolaan untuk mengatur sebuah organisasi atau
sekelompok orang untuk mencapai tujuan organisasi.Sedangkan konflik
adalah proses dua orang atau lebih yang melakukan tindakan untuk
menyingkirkan orang lain.  Jadi, manajemen konflik adalah sebuah
pendekatan yang dilakukan serta diarahkan untuk komunikasi dengan pelaku
konflik. Yang mana pelaku konflik dapat memengaruhi kepentingan bersama
suatu organisasi. Sedangkan menurut ahli Howard Ross, manajemen konflik
adalah langkah yang diambil pihak ketiga dengan tujuan mengarahkan
konflik ke hasil tertentu yang mungkin/tidak menghasilkan hasil akhir berupa
penyelesaian konflik atau mungkin/tidak menghasilkan ketenangan atau hasil
mufakat.

B. Aspek Positif dan Negatif dari Konflik

Sikap terhadap konflik dalam organisasi/lembaga pendidikan telah berubah


dari waktu ke waktu, persepsi atau pandangan mengenai konflik telah
berubah dari masa ke masa, yaitu:

No Dampak Negatif Dampak Positif


1. Semua konflik berakibat Konflik dapat berakibat negatif
negatif. dan positif.
2. Harus dihindari (tradisional). Harus dikelola
3. Berdampak positif bagi
Berdampak negative bagi organisasi (functional).
organisme (disfunctional).
4. Menggunakan norma yang Merevisi dan memperbarui
sudah mapan. norma yang sudah mapan.
5. Menghambat efektivitas Meningkatkan efektivitas
organisasi. organisasi.
6. Mengganggu hubungan kerja Menambah intim hubungan
sama (menghambat kerja sama.
komunikasi).
7. Mengarah pada disintegrasi. Menuju ke integrasi.
8. Menghabiskan waktu dan Menghemat waktu dan tenaga.
tenaga.
9. Stress, frustrasi, tegang, Mampu menyesuaikan diri dan
kurang konsentrasi, dan meningkatkan kepuasan.
kurang puas.
10 Tidak mampu mengambil Mampu mengambil tindakan.
. tindakan.

Dari tabel diatas dapat disimpulkan bahwa konflik dapat fungsional atau pun
berperan salah (disfungsional). Secara sederhana hal ini berarti bahwa konflik
mempunyai potensi bagi pengembangan atau pengganggu pelaksanaan
kegiatan organisasi tergantung bagaimana konflik tersebut dikelola. Selain itu
ada beberapa dampak lain dari konflik, sebagai berikut :
1. Dampak Positif dari Konflik

a. Konflik dapat membantu menghidupkan kembali norma-norma lama dan


menciptakan norma baru.
b. Konflik merupakan jalan untuk mengurangi ketergantungan antarindividu dan
kelompok.
c. Konflik meningkatkan solidaritas sesama anggota kelompok yang sedang
mengalami konflik dengan kelompok lain.
d. Konflik memunculkan sebuah kompromi baru apabila pihak yang berkonflik
berada dalam kekuatan seimbang.
e. Konflik dapat memperjelas aspek-aspek kehidupan yang belum jelas atau
masih belum tuntas ditelaah.
f. Konflik memungkinkan ada penyesuaian kembali norma-norma, nilai-nilai
dan hubungan-hubungan sosial dalam kelompok bersangkutan dengan
kebutuhan individu atau kelompok.
g. Konflik dapat berfungsi sebagai sarana untuk mencapai keseimbangan antara
kekuatan-kekuatan yang ada di dalam masyarakat.

2. Dampak Negatif dari Konflik


a. Konflik sosial dapat menimbulkan perpecahan di suatu kelompok sosial yang
tadinya bersatu. Misalnya, konflik agama di Maluku pernah memicu
perpecahaan di masyarakat. Untunglah konflik tersebut telah selesai dan
rekonsiliasi dapat terjadi.
b. Konflik sosial juga dapat berakibat permusuhan dalam masyarakat.
Permusuhan yang terjadi seringkali memengaruhi kenyamanan dan
kerukunan anggota kelompok.
c. Kekerasan juga dapat menjadi akibat dari konflik sosial. Kekerasan terjadi
karena ada agresi satu pihak terhadap pihak lain baik secara fisik maupun
verbal.
d. Dampak lain dari konflik adalah perubahan kepribadian. Hal tersebut dapat
terjadi karena individu yang terlibat konflik mengalami tekanan psikologis.
Misalnya, seorang anak yang tak mau berkeluarga karena menjadi korban
kekerasan orang tuanya.
e. Terakhir, dampak yang mungkin terjadi dari konflik adalah jatuhnya korban.
Korban di sini dapat berupa harta benda, sarana prasarana, korban luka,
bahkan korban jiwa. Misalnya, kerusuhan yang terjadi pada tahun 1998 di
berbagai wilayah di Indonesia menimbulkan banyak tokoh dijarah, banyak
perempuan yang diperkosa, banyak orang yang mengalami luka-luka, juga
banyak orang yang kehilangan nyawa.

C. Penyebab Konflik
Penyelesaian efektif dari suatu konflik seringkali menuntut agar faktor-faktor
penyebabnya diubah. Penyebab terjadinya konflik menurut Wise 2010 &
Robbin 1996, yaitu:
1. Karateristik individual
Berikut ini merupakan perbedaan individual antar orang-orang yang mungkin
dapat melibatkan seseorang dalam konflik.
a. Nilai sikap dan Kepercayaan (Values, Attitude, and Baliefs)
Perasaan kita tentang apa yang benar dan apa yang salah, dan predisposisi
untuk bertindak positif maupun negatif terhadap suatu kejadian, dapat dengan
mudah menjadi sumber terjadinya konflik. Nilai-nilai yang dipegang dapat
menciptakan ketegangan-ketegangan di antara individual dan group dalam
suatu organisasi
b. Kebutuhan dan Kepribadian (Needs and Personality)
Konflik muncul karena adanya perbedaan yang sangat besar antara kebutuhan
dan kepribadian setiap orang, yang bahkan dapat berlanjut kepada perseteruan
antar pribadi.
c. Perbedaan Persepsi (Persptual Differences)
Persepsi dan penilaian dapat menjadi penyebab terjadinya konflik. Konflik
juga dapat timbul jika orang memiliki persepsi yang salah,
2. Faktor situasi
a. Kesempatan dan Kebutuhan Barinteraksi (Opportunity and Need to Interact)
Kemungkinan terjadinya konflik akan sangat kecil jika orang-orang terpisah
secara fisik dan jarang berinteraksi. Sejalan dengan meningkatnya assosiasi di
antara pihak-pihak yang terlibat, semakin meningkat pula terjadinya konflik.
b. Kebutuhan untuk Berkonsensus (Need for Consensus)
Proses menuju tercapainya konsensus seringkali didahului dengan munculnya
konflik.
c. Ketergantungan satu pihak kepada Pihak lain (Dependency of One Party to
Another)
Dalam kasus seperti ini, jika satu pihak gagal melaksanakan tugasnya, maka
yang lain juga terkena akibatnya, sehingga konflik lebih sering muncul.
d. Perbedaan Status (Status Differences)
Apabila seseorang bertindak dalam cara-cara yang kongruen dengan
statusnya, konflik dapat muncul.
e. Rintangan Komunikasi (Communication Barriers)
Komunikasi sebagai media interaksi diantara orang-orang dapat dengan
mudah menjadi basis terjadinya konflik. Bisa dikatakan komunikasi oleh
pedang bermata dua: tidak adanya komunikasi dapat menyebabkan terjadinya
konflik, tetapi disisi lain, komunikasi yang terjadi itu sendiri dapat menjadi
potensi terjadinya konflik.
f. Batas-batas tanggung jawab dan Jurisdiksi yang tidak jelas (Ambiguous
tesponsibilites and Jurisdictions)
Orang-orang dengan jabatan dan tanggung jawab yang jelas dapat mengetahui
apa yang dituntut dari dirinya masing-masing. Ketika terjadi ketidakjelasan
tanggung jawab dan jurisdiksi, kemungkinan terjadinya konflik jadi semakin
besar
3. Kondisi Keorganisasian
Tatkala sejumlah besar orang hadir bersama di suatu organisasi, banyak hal
bisa memicu konflik. Konflik berakar pada peran dan tanggung jawab,
kebergantungan, sasaran, kebijakan, maupun sistem reward.

D. Solusi/langkah-langkah pemecahan konflik


Strategi penyelesaian konflik dapat dibedakan menjadi :
1. Menghindar
Menghindari konflik dapat dilakukan jika isu atau masalah yang memicu konflik
tidak terlalu penting atau jika potensi konfrontasinya tidak seimbang dengan
akibat yang akan ditimbulkannya. Penghindaran merupakan strategi yang
memungkinkan pihak-pihak yang berkonfrontasi untuk menenangkan diri.
Manajer perawat yang terlibat didalam konflik dapat menepiskan isu dengan
mengatakan “Biarlah kedua pihak mengambil waktu untuk memikirkan hal
ini dan menentukan tanggal untuk melakukan diskusi”
2. Mengakomodasi
Memberi kesempatan pada orang lain untuk mengatur strategi pemecahan
masalah, khususnya apabila isu tersebut penting bagi orang lain. Hal ini
memungkinkan timbulnya kerjasama dengan memberi kesempatan pada
mereka untuk membuat keputusan. Perawat yang menjadi bagian dalam
konflik dapat mengakomodasikan pihak lain dengan menempatkan kebutuhan
pihak lain di tempat yang pertama.
3. Kompetisi
Gunakan metode ini jika anda percaya bahwa anda memiliki lebih banyak
informasi dan keahlian yang lebih dibanding yang lainnya atau ketika anda
tidak ingin mengkompromikan nilai-nilai anda. Metode ini mungkin bisa
memicu konflik tetapi bisa jadi merupakan metode yang penting untuk
alasan-alasan keamanan.

4. Kompromi atau Negosiasi


Masing-masing memberikan dan menawarkan sesuatu pada waktu yang
bersamaan, saling memberi dan menerima, serta meminimalkan kekurangan
semua pihak yang dapat menguntungkan semua pihak. Menurut Nursalam,
tekhnik ini merupakan penyelesaian konflik dengan cara mengurangi
komponen emosional dalam konflik.
5. Memecahkan Masalah atau Kolaborasi
a. Pemecahan sama-sama menang dimana individu yang terlibat mempunyai
tujuan kerja yang sama.
b. Perlu adanya satu komitmen dari semua pihak yang terlibat untuk saling
mendukung dan saling memperhatikan satu sama lainnya.
Walaupun konflik adalah kekuatan yang dapat meluas dalam organisasi,
pelayanan kesehatan, hanya sedikit presentasi waktu yang dihabiskan dalam
melakukan kolaborasi yang sebenarnya.
Lain halnya dengan Rubin (dalam Farida, 1996) yang menyatakan bahwa
manajemen konflik yang biasa digunakan seseorang adalah domination
(dominasi), capitulation (menyerah), inaction (tidak bertindak), withdrawl
(menarik diri), negotiation (negosiasi), dan third party intervention
(intervensi pihak ketiga). Ketika individu yang terlibat konflik berusaha
memaksa secara fisik pihak lain untuk menerima kemauannya disebut cara
dominasi. Capitulation terjadi bila salah satu pihak menyerahkan
kemenangan pada pihak lain yang terlibat konflik, sedangkan bila salah satu
pihak yang berkonflik tidak melakukan usaha untuk menyelesaikan konflik
tersebut inaction. Withdrawl adalah cara yang digunakan individu dengan
menghindar agar tidak terlibat dalam konflik yang terjadi. Negotiation
ditandai dengan adanya pertukaran pendapat antara kedua belah pihak untuk
mencapai tindakan yang disetujui bersama dan intervensi pihak ketiga terjadi
bila individu atau kelompok di luar pihak yang bertikai berupaya
menggerakkan pihak-pihak yang berselisih untuk menyelesaikan konflik.
Pada saat ini pihak ketiga hanya berperan sebagai moderator.
Prijosaksono dan Sembel (2003) mengemukakan berbagai alternatif
penyelesaian konflik dipandang dari sudut menang-kalah masing-masing
pihak, ada empat kuadran manajemen konflik yaitu :
1. Kuadran Menang-Menang (Kolaborasi)
Kuadran pertama ini disebut dengan gaya manajemen konflik kolaborasi atau
bekerja sama. Tujuan adalah mengatasi konflik dengan menciptakan
penyelesaian melalui konsensus atau kesepakatan bersama yang mengikat
semua pihak yang bertikai. Proses ini biasanya yang paling lama memakan
waktu karena harus dapat mengakomodasi kedua kepentingan yang biasanya
berada di kedua ujung ekstrim satu sama lainnya. Proses ini memerlukan
komitmen yang besar dari kedua pihak untuk menyelesaikannya dan dapat
menumbuhkan hubungan jangka panjang yang kokoh. Secara sederhana
proses ini dapat dijelaskan bahwa masing-masing pihak memahami dengan
sepenuhnya keinginan atau tuntutan pihak lainnya dan berusaha dengan
penuh komitmen untuk mencari titik temu kedua kepentingan tersebut.
2. Kuadran Menang-Kalah (Persaingan)
Kuadran kedua ini memastikan bahwa ada pihak yang memenangkan konflik
dan pihak lain kalah. Biasanya menggunakan kekuasaan atau pengaruh untuk
mencapai kemenangan. Biasanya pihak yang kalah akan lebih
mempersiapkan diri dalam pertemuan berikutnya, sehingga terjadilah suatu
suasana persaingan atau kompetisi di antara kedua pihak. Gaya penyelesaian
konflik seperti ini sangat tidak mengenakkan bagi pihak yang merasa terpaksa
harus berada dalam posisi kalah, sehingga hanya digunakan dalam keadaan
terpaksa yang membutuhkan penyelesaian yang cepat dan tegas.
3. Kuadran Kalah-Menang (Mengakomodasi)
Agak berbeda dengan kuadran kedua, kuadran ketiga yaitu kalah-menang ini
berarti ada pihak berada dalam posisi mengalah atau mengakomodasi
kepentingan pihak lain. Gaya digunakan untuk menghindari kesulitan atau
masalah yang lebih besar. Gaya ini juga merupakan upaya untuk mengurangi
tingkat ketegangan akibat dari konflik tersebut atau menciptakan perdamaian
yang kita inginkan. Mengalah dalam hal ini bukan berarti kalah, tetapi kita
menciptakan suasana untuk memungkinkan penyelesaian terhadap konflik
yang timbul antara kedua pihak.
4. Kuadran Kalah-Kalah (Menghindari konflik)
Kuadran keempat ini menjelaskan cara mengatasi konflik dengan
menghindari konflik dan mengabaikan masalah yang timbul. Bisa berarti
bahwa kedua belah pihak tidak sepakat untuk menyelesaikan konflik atau
menemukan kesepakatan untuk mengatasi konflik tersebut. Cara ini
sebenarnya hanya bisa dilakukan untuk potensi konflik yang ringan dan tidak
terlalu penting.

Menurut nursalam (2002) menjabarkan langkah-langkah menyelesaikan


suatu konflik meliputi :
1) Pengkajian
a) Analisis situasi
Identifikaksi jenis konflik untuk menentukan waktu yang diperlukan, setelah
dilakukan pengumpulan fakta dan memvalidasi semua perkiraan melalui
pengkajian lebih mendalam. Kemudian siapa yang terlibat dan peran masing-
masing, tentukan jika situasinya bisa berubah.
b) Analisis dan mematikan isu yang berkembang
Jelaskan masalah dan prioritas fenomena yang terjadi. Tentukan masalah utama
yang memerlukan suatu penyelesaian yang dimulai dari masalah tersebut.
Hindari penyelesaian semua masalah dalam satu waktu.
c) Menyusun tujan
Jelaskan tujuan spesifik yang akan dicapai.
2) Identifikasi
Mengelola perasaan dengan cara menghindari respon emosional yang meliputi :
marah, sebab setiap orang mempunyai respon yang berbeda terhadap kata-
kata, ekspresi dan tindakan.
3) Intervensi
a) Masuk pada konflik yang diyakini dapat diselesaikan dengan baik.
Selanjutnya identifikasi hasil yang posiitif yang akan terjadi.
b) Menyeleksi metode dalam menyelesaikan konflik. Penyelesaian konflik
memerlukan strategi yang berbeda-beda. Seleksi metode yang paling sesuai
untuk menyelesaikan konflik yang terjadi.

E. Metode penatalaksanaan konflik


Ada beberapa metode agar manajemen organisasi berlangsung dinamis yaitu:
1. Merangsang konflik
Cara merangsang konflik dapat dilakukan sebagai berikut :
a. Mengundang pihak ketiga untuk menggugah konflik (merangsang). Jika suatu
perusahaan dalam keadaan statis, kurang dinamis dan kurang inovatif, maka
perlu mendatangkan pihak ketiga sebagai pihak yang dapat merangsang
konflik. Jika konflik antar person dan organisasi terbentuk maka pihak ketiga
sekaligus dapat berfungsi sebagai penengah atau pendamai, sehingga konflik
dapat dikendalikan dan dapat dimasukkan pengaruh positifnya bagi kemajuan
organisasi.
b. Menyimpang dari peraturan - peraturan kebiasaan yang berlaku, sebagai
contoh ialah dengan tidak mengikut sertakan individu atau kelompok yang
mereka lakukan untuk mengambil keputusan begitu juga menambah
kelompok baru dalam jaringan informasi manajemen.
c. Manajemen menata kembali struktur organisasi.
d. Meningkatkan kadar persaingan
Hal itu dapat dilakukan dengan pemberian insentif, bonus dan penghargaan
bagi siapa yang berprestasi. Jika persaingan dipertahankan pada tingkatan
tertentu, maka akan mengarah pada konflik yang produktif.
e. Memilih dan menetapkan kembali manajer yang cocok.
2. Mengurangi konflik
Pengurangan konflik dapat dilakukan pada tingkat yang lebih tinggi, yaitu
pada tingkat yang merugikan dan menghambat kemajuan dan prestasi yang
diinginkan. Padahal kita tidak menginginkan konflik yang demikian. Oleh
karena itu hal - hal yang dapat dilakukan ialah :
a. Saling memberikan infomasi yang positif saja antara kelompok kerja yang
satu dengan kelompok kerja yang lain.
b. Sering mengadakan kontak - kontak sosial.
c. Mempersatukan kelompok konflik dengan menciptakan dan meyakinkan
mereka akan adanya musuh bersama. Dengan diciptakannya sesuatu yang
menjadi musuh bersama ini, maka perhatian terhadap sebab-sebab terjadinya
konflik untuk sementara diabaikan, dan pada akhirnya konflik dapat
dikurangi.
3. Menyelesaikan konflik
Untuk menyelesaikan perselisihan antara berbagai pihak dapat dilakukan
dengan tujuan cara (Edwin B. Flippo 1994) :
a. Cara menang kalah dimana satu pihak memaksa pihak lain untuk mengalah
b. Menarik diri dan mundur dari perbedaan pendapat
c. Memperhalus perbedaan - perbedaan atau membuat perbedaan itu kelihatan
kurang penting
d. Mengutamakan tujuan, dimana kedua pihak untuk sementara diminta
menghentikan perselisihan perselisihan demi kerjasama dalam hal - hal yang
lebih bernilai dan lebih penting
e. Mengkompromikan, memisahkan perbedaan dan berunding untuk mencapai
posisi - posisi antara yang dapat diterima
f. Penyerahan kepada suatu pihak ketiga dari luar untuk mengambil keputusan
seorang wasit dan
g. Mengundang pihak ketiga dari luar untuk menengahi dan membantu dua
pihak utama mencapai suatu penyelesaian.

Untuk mengelola konflik secara efektif dibutuhkan pemahaman tentang asal


konflik itu. Beberapa konflik organisasional yang paling umum adalah
masalah komunikasi, struktur organisasi dan perilaku indifidual dalam
organisasi [5].
Berikut adalah strategi yang dapat digunakan oleh manajer untuk menangani
konflik dalam unit atau organisasional secaara efektif
1) Mendorong terjadinya konfrontasi. Sering kali pegawai secara tidak tepat
mengharapkan manajer untuk mengatasi masalah interpersonal mereka.
Manajer seharusnya mendorong pegawai untuk mengatasi masalah mereka
sendiri.
2) Konsultasi pihak ketiga. Ini digunakan hana sebagai pihak yang netral untuk
membantu orang lain menyelesaikan konflik secara konstruktif.
3) Perubahan perilaku. Ini digunakan hanya untuk kasus serius yaitu terjadi
konflik disfungsional. Moodel edukasi, perkembangan pelatihan atau
pelatihan sensitifitas dapat digunakan untuk menyelesaikan konflik dengan
cara mengembangkan kesadaran diri dan perubahan perilaku pada pihak yang
terlibat.
4) Pemetaan tanggung jawab. Ketika ambiguitas timbul akibat peran yang tidak
jelas atau peran baru, sering kali semua pihak perlu berkumpul untuk
memperjelas fungsi dan tanggung kawab peran.
5) Perubahan struktur. Kadang kala sebagai manajer perlu terlibat dengan
konflik.
6) Menunjuk satu pihak. Ini merupakan penyelesaian sementara yang harus
digunakan dalam krisis ketika tidak ada waktu untuk mengatasi konflik secara
efektif.
MANAJEMEN KEPERAWATAN SEBAGAI ANGGOTA
TIM KESEHATAN
A. Rencana Kerja Dalam Manajemen Keperawatan

Perencanaan dalam manajemen keperawatan berdasarkan jangka waktunya


dibagi menjadi 3 jenis, yaitu perencanaan jangka pendek, jangka menengah dan
jangka panjang. Perencanaan jangka pendek atau yang disebut sebagai
perencanaan operasional adalah perencanaan yang dibuat untuk kegiatan dengan
kurun waktu satu jam sampai dengan satu tahun. Perencanaan jangka menengah
adalah perencanaan yang dibuat untuk kegiatan dengan kurun waktu antara satu
tahun sampai lima tahun (Marquis & Huston, 1998), sedangkan perencanaan
jangka panjang atau sering disebut perencanaan strategis adalah perencanaan yang
dibuat untuk kegiatan tiga sampai 20 tahun (Swanburg, 1999). 17 Dalam
perencanaan di ruang perawatan biasanya yang digunakan adalah perencanaan
jangka pendek yaitu rencana harian, bulanan dan rencana tahunan. Marilah kita
perhatikan satu per satu jenis perencanaan tersebut seperti dalam uraian berikut ini
:

Rencana Harian adalah rencana yang berisikegiatanmasing-masingperawat


yang dibuat setiap hari sesuai perannya. Rencana dibuatoleh kepala ruang, ketua
tim/perawat primer dan perawat pelaksana. Rencana Bulanan adalah rencana yang
berisi kegiatan dalam satu bulan. Rencana ini harus disinkronkan dengan rencana
harian. Rencana ini biasanya dibuat oleh kepala ruang dan ketua tim/perawat
primer. Rencana Tahunan adalah rencana yang dibuat setiap tahun sekali, yang
dibuat berdasarkan hasil evaluasi kegiatan tahun sebelumnya, rencana ini biasanya
dibuat oleh kepala ruang.
Menurut waktu pembuatan perencanaan dapat diklasifikasikan dalam
Perencanaan reaktif yaitu perencanaan yang disusun ketika adanya masalah aktual
yang dihadapi saat ini dan Perencanaan proaktif yaitu perencanaan yang disusun
sebelum masalah timbul, antisipasi terhadap perubahan kebutuhan dan
meningkatkan kemampuan organisasi, sedangkan menurut proses penyusunan
perencanaan diklasifikasikan menjadi: Pendekatan Perkembangan yang
menguntungkan (Profitabel Growth Approach) dan pendekatan analisis SWOT
(Strength, Weakness, Opportunity dan Treat) :

a. Pendekatan Perkembangan yang menguntungkan (Profitabel Growth


Approach)
yaitu Perencanaan yang dilakukan dengan menganalisa sarana produksi
yang dimiliki dan dihubungkan dengan kebutuhan yang muncul dari
lingkungan. Mengusahakan terjadinya keseimbangan antara sarana yang
dimiliki dengan kebutuhan lingkungan.
b. Pendekatan SWOT ( Strenght, Wekness, Opportunity dan Threat)
Rencana disusun dengan proses perencanaan, dimulai dengan menganalisa
faktor internal yang berhubungan dengan kekuatan (Strenght) dan
kelemahan (Weaknes), selanjutnya melakukan analisa factor eksternal
yang berhubungan dengan peluang (opportunity) dan tekanan/ancaman
(Threat). Setelah diketahui kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman
selanjutnya disusun rencana strategis untuk mencapai tujuan organisasi.
Rencana strategis harus diterjemahkan ke dalam rencana operasional yang
mencantumkan target yang harus dicapai.

B. Menghitung tingat ketergantungan pasien

Dorothea Orem telah mengembangkan teori Defisit Perawat Diri.


Berdasarkan teorinya ini dapat diklasifikasi tingkat ketergantungan pasien yang
terdiri dari 3 yakni Minimal Care, Partial Care dan Total Care.

Minimal Care
1. Klien bisa mandiri/hampir tidak memerlukan bantuan

a. Mampu naik-turun tempat tidur


b. Mampu ambulasi dan berjalan sendiri
c. Mampu makan dan minum sendiri
d. Mampu mandi sendiri/mandi sebagian dengan bantuan
e. Mampu membersihkan mulut (sikat gigi sendiri)
f. Mampu berpakaian dan berdanda dengan sedikit bantuan
g. Mampu BAB dan BAK dengan sedikit bantuan

2. Status psikologis stabis


3. Klien dirawat untuk prsedur diagnostik
4. Operasi ringan

Partial Care

1. Klien memerlukan bantuan perawat sebagian

a. Membutuhkan bantuan 1 orang untuk naik-turun tempat tidur


b. Membutuhkan bantuan untuk ambulasi/berjalan
c. Membutuhkan bantuan dalam menyiapkan makanan
d. Membutuhkan bantuan untuk makan (disuap)
e. Membutuhkan bantuan untuk kebersihan mulut
f. Membutuhkan bantuan untuk berpakaian dan berdandan
g. Membutuhkan bantuan untuk BAB dan BAK (tempat tidur/kamar
mandi)

2. Pasca operasi minor (24 jam)


3. Melewati fase akut dari pascaoperasi mayor
4. Fase awal dari penyembuhan
5. Observasi tanda-tanda vital setiap 4 jam

Total Care
1. Klien memerlukan bantuan perawat sepenuhnya dan memerlukan waktu
perawat yang lebih lama

a. Membutuhkan 2 orang atau lebih untuk mobilisasi dari tempat tidur


ke kursi roda
b. Membutuhkan latihan pasif
c. Kebutuhan nutrisi dan cairan dipenuhi melalui terapi intravena
(infus) atau NGT (sonde)
d. Membutuhkan bantuan kebersihan mulut
e. Membutuhkan bantuan penuh untuk berpakaian dan berdandan
f. Dimandikan perawat
g. Dalam keadaan inkontinensia, menggunakan kateter
h. Klien tidak sadar

2. Keadaan klien tidak stabil


3. Observasi TTV setiap kurang dari 8 jam
4. Perawatan luka bakar
5. Perawatan kolostomi
6. Menggunakan alat bantu pernapasan
7. Menggunakan WSD
8. Irigasi kandung kemih secara terus-menerus
9. Menggunakan alat traksi
10. Fraktur dan atau pascaoperasi tulang belakang/leher
11. Gangguan emosional berat, bingung, dan disorientasi

C. Praktek Pre Conference sesuai prosedur

Pre conference adalah komunikasi ketua tim dan perawat pelaksana setelah
selesai operan untuk rencana kegiatan pada shift tersebut yang dipimpin oleh
ketua tim atau penanggung jawab tim. Jika yang dinas pada tim tersebut hanya
satu orang, maka pre conference ditiadakan. Isi pre conference adalah rencana tiap
perawat (rencana harian), dan tambahan rencana dari kepala tim dan penanggung
jawab tim.

Tujuan pre conference:


1. Membantu untuk mengidentifikasi masalah-masalah pasien, merencanakan
asuhan dan merencanakan evaluasi hasil
2. Mempersiapkan hal-hal yang akan ditemui di lapangan
3. Memberikan kesempatan untuk berdiskusi tentang keadaan pasien
Syarat pelaksanaan:
1. Pre conference dilaksanakan sebelum pemberian asuhan keperawatan dan
post conference dilakukan sesudah pemberian asuhan keperawatan
2. Waktu efektif yang diperlukan 10 atau 15 menit
3. Topik yang dibicarakan harus dibatasi, umumnya tentang keadaan pasien,
perencanaan tindakan rencana dan data-data yang perlu ditambahkan
4. Yang terlibat dalam conference adalah kepala ruangan, ketua tim dan
anggota tim
(Jean, et.Al, 1973)

Tatalaksanan :

1. Melakukan konferensi setiap hari segera setelah dilakukan


pergantian dinas pagi atau sore sesuai dengan jadwal pelaksana.
2. Dipimpin oleh ketua tim atau penanggung jawab tim
Isi conference:
Rencana tiap asuhan (rencana harian)
Tambahan rencana dari ketua tim atau penanggung jawab tim
3. Konferensi dihadiri oleh perawat pelaksana dan PA dalam timnya
masing – masing.
4. Menyampaikan perkembangan dan masalah pasien berdasarkan
hasil evaluasi kemarin dan kondisi pasien yang dilaporkan oleh dinas
malam
5. Perawat pelaksana menyampaikan hal-hal meliputi
a. Keluhan pasien
b. TTV dan kesadaran pasien
c. Hasil pemeriksaan laboratorium atau diagnosis terbaru
d. Masalah keperawatan
e. Rencana keperawatan hari ini
f. Perubahan keadaan terapi medis
g. Rencana medis
6. Perawat pelaksana mendikusikan dan mengarahkan perawat asosiet
tentang masalah yang terkait dengan perawatan pasien yang meliputi :
a. Pasien yang terkait dengan pelayanan seperti : keterlambatan,
kesalahan pemberian makan, kebisikan pengunjung lain, kehadiran
dokter yang dikonsulkan.
b. Ketepatan pemberian infuse
c. Ketepatan pemantauan asupan dan pengeluaran cairan
d. Ketepatan pemberian obat / injeksi
e. Ketepatan pelaksanaan tindakan lain
f. Ketepatan dokumentasi
7. Mengingatkan kembali standar prosedur yang ditetapkan.
8. Mengingatkan kembali tentang kedisiplinan, ketelitian, kejujuran dan
kemajuan masing–masing perawatan asosiet.
9. Membantu perawatan asosiet menyelesaikan masalaah yang tidak dapat
diselesaikan.
D. Praktek Post Conference sesuai prosedur

Post conference adalah diskusi tentang aspek klinik sesudah melaksanakan


asuhan keperawatan pada pasien. Conferensi merupakan pertemuan tim yang
dilakukan setiap hari. Konferensi dilakukan sebelum atau setelah melakukan
operan dinas, pagi, sore atau malam sesuai dengan jadwal dinas perawatan
pelaksanaan. konference sebaiknya dilakukan di tempat tersendiri sehingga dapat
mengurangi gangguan dari luar.
Tujuan Post Conference
Tujuan post conference adalah untuk memberikan kesempatan mendiskusikan
penyelesaian masalah dan membandingkan masalah yang dijumpai.

Syarat Post Conference


a. Post conference dilakukan sesudah pemberian asuhan keperawatan
b. Waktu efektif yang diperlukan 10 atau 15 menit
c. Topik yang dibicarakan harus dibatasi, umumnya tentang keadaan
pasien, perencanaan tindakan rencana dan data-data yang perlu
ditambahkan
d. Yang terlibat dalam conference adalah kepala ruangan, ketua tim dan
anggota tim

Pelaksanaan dalam melaksanakan konferensi


Adapun panduan bagi Perawat pelaksana dalam melakukan konferensi adalah
sebagai berikut: (Ratna Sitorus, 2006).
a. Konferensi dilakukan setiap hari segera setelah dilakukan pergantian dinas
pagi atau sore sesuai dengan jadwal perawatan pelaksana.
b. Konferensi dihadiri oleh perawat pelaksana dan PA dalam timnya masing
– masing.
c. Penyampaian perkembangan dan masalah klien berdasarkan hasil evaluasi
kemarin dan kondisi klien yang dilaporkan oleh dinas malam.
Hal hal yang disampaikan oleh perawat pelaksana meliputi :
a. Utamanya tentang klien (biodata, status sosial, ekonomi, budaya)
b. Keluhan klien
c. TTV dan kesadaran
d. Hasil pemeriksaan laboraturium atau diagnostic terbaru.
e. Masalah keperawatan
f. Rencana keperawatan hari ini
g. Perubahan keadaan terapi medis.
h. Rencana medis selanjutnya (tindak lanjut)
d. Perawat pelaksana mendikusikan dan mengarahkan perawat tentang
masalah yang terkait dengan perawatan klien yang meliputi :
a. Klien yang terkait dengan pelayanan seperti : keterlambatan,
kesalahan pemberian makan, kebisingan pengunjung lain, kehadiran
dokter yang dikonsulkan.
b. Ketepatan pemberian infuse.
c. Ketepatan pemantauan asupan dan pengeluaran cairan.
d. Ketepatan pemberian obat / injeksi.
e. Ketepatan pelaksanaan tindakan lain,
f. Ketepatan dokumentasi.
e. Menggiatkan kembali standar prosedur yang ditetapkan.
f. Menggiatkan kembali tentang kedisiplinan, ketelitian, kejujuran dan
kemajuan masing–masing perawatan asosiet.
g. Membantu perawat menyelesaikan masalah yang tidak dapat diselesaikan.
Tahap – tahap inilah yang akan dilakukan oleh perawat – perawat ruangan
ketika melakukan post conference

E. Praktik middle conference sesuai prosedur

Pelaksanaan
1. Mengucapkan terimakasih dan siap melaporkan
2. Perawat melaporkan perkembangan pasien kelolaan (kondisi dan tingkat
ketergantungan) meliputi:
a. Identitas klien: nama, alamat, nomor registrasi.
b. Diagnosa medis
c. Diagnosa keperawatan dan data fokus yang menunjang diagnosa
d. Tindakan keparawatan yang sudah dilakukan dan hasilnya
e. Tindakan yang belum dilaksanakan
f. Rencana tindak lanjut
g. Masalah yang dihadapi
3. Meminta saran atau masukan kepada ketua tim
Mencatat hasil diskusi atau masukan

Terminasi (Penutup)
1. Mengembalikan kepada katim untuk melanjutkan midle conference
2. Mengucapkan terimakasih dan memberikan salam

Anda mungkin juga menyukai