Anda di halaman 1dari 34

Judul Buku : Psikologi Pendidikan

Penulis : Drs.H. Mustaqim

Penerbit : Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang.

Kota Terbit : Yokyakarta

Tahun Terbit :2001

Jumlah Halaman : 187

ISBN : 979-9483-26-3

BAB I PENDAHULUAN

A. Pengertian Psikologi Pendidikan


Pengertian atas batasan tentang Psikologi Pendidikan yang diutarakan oleh ahlinya
tidak senantiasa sama, hal ini disebabkan antara lain oleh cara pandang dan pendekatan yang
berbeda. Agar memperoleh gambaran yang jelas tentang hal itu, dibawahh ini disajikan
batasan Psikologi Pendidikan dari para ahli sebagai berikut:
1. “Psikologi Pendidikan ialah suatu studi yang sistematis tentang proses-proses dan
faktor-faktor yang berhubungan dengan pendidikan manusia”.
2. “Psikologi Pendidikan ialah ilmu yang mempelajari pra syarat-pra syarat (faktor-
faktor) bagi pelajar disekolah, berbagai jenis belajar dan fase-fase dalam semua
proses belajar”.
Setelah memperhatikan defenisi yang telah dikemukakan oleh para ahli tersebut di atas,
penulis dapat menarik kesimpulan bahwa Psikologi Pendidikan adalah ilmu yang
menerangkan tentang aktivitas individu dan faktor-faktor yang mempengaruhi dalam proses
pendidikan.
B. Ruang Lingkup Pembahasan Psikologi Pendidikan
Dalam ruang lingkup ada penelitian terhadap 13 buku yang di tulis para ahli selama
kurang lebih 5 tahun yaitu antara tahun 1942-1946 memberi gambaran kepada kita bahwa
ruang lingkup Psikologi Pendidikan adalah sebagai berikut:
1. Psikologi anak.
2. Kecerdasan (Intellegensi) dan penilaiannya.
3. Pertumbuhan dan perkembangan pada umumnya.
4. Hakikat perbuatan belajar.
5. Faktor-faktor yang mempengaruhi perbuatan belajar.
6. Hygiene rokhani.
7. Soal transfer dlaam belajar.
8. Test dan soal penilaian atau pengukuran.
9. Teori dasar tentang motivasi.
10. Arti motivation bagi pengajaran.
11. Perkembangan sosial dan emosional.
12. Perbedaan-perbedaan individu.
Perbandingan luas dan sempitnya pembahasan tiap-tiap sub pembahasan antara penulis
satu dengan yang lain sangat tergantung pada cara pandang dan pendekatan mereka, namun
demikian pada umumnya mereka memberri daerah yang lebih luas terhadap soal belajar, hal
ini tercantum antaralain oleh :
a. Penelitian Earli E. Emme terhadap:
Sembilan belas buku yangterbit sejak tahun 1933-1941, hasil penelitian tersebut
menunjukkan bahwa soal belajar menempati urutan teratas, baru kemudian disusul
soal-soal yang berhubungan dengan perkembangan selama masa anak-anak dan
remaja.
b. Pernyataan Lester D.Crow,Ph.D. dan Alice Crow Ph.D
Psikologi pendidikan memberikan gambaran dan penerangan tentang pengalaman-
pengalaman belajar seseorang individu sejak dilahirkan sampai usia tua. Pokok
persoalannya adlaah mengenai keadaan-keadaan yang dapat mempengaruhi belajar.
C. Manfaat Mempelajari Psikologi Pendidikan
Pendidikan adalah masalah manusia ada, karena hal ini bisa dilampaui dengan efektif
dan efesien bila pendidik memahami keadaan anak didiknya. Untuk samapai kepada tujuan
ini, anatara lain perlu mengetahuai pertumbuhan dan perkembangan anak sejak lahir bahkan
sejak masa konsepsi, dan seterusnya. Peristiwa-peristiwa yang mempengaruhi dlaam tiap-
tiap fase serta faktor yang menunjang dan mengahmbat, potensi-potensi dasar yang dimiliki
anak serta intellegensi dan bakat, sifat-sifat serta ciri-ciri kepribadian anak. selanjutnya juga
perlu mengetahui cara-cara yang dapat dan jitu untuk memahami hal-hal yang berhubungan
dengan masalah belajar dan mengajar dan segala variasi serta modelnya.

D. Metode Psikologi Pendidikan


Metode-metode yang bisa dipergunakan oleh para psikolog termasuk pendidikan
menurut L.D.Crow Ph. D dan Allice Crow Ph. D.adalah sebagai berikut :
a. Introspection
b. Observation
c. Genetic approach
d. Evaluating techniques
e. Experimental method
f. Dak Statistical analisys

BAB II PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN


A. Pengertian Pertumbuhan dan Perkembangan
Untuk melihat lebih jelas ada baiknya menyimak ngkapan para ahli, anatar lain:
1. Prof DR.F.J.Monk,dkk:
“perkembangan adalah suatu proses yang kekaldan tetap yang menuju ke arah suatu
organisasi pada tingkat integrasi yang lebih tinggi, berdasarkan proses pertumbuhan,
kemasakan dan mengajar”
2. Prof. Dr. Soegarda Poerbajawatja:
“pertumbuhan: suatu proses anak yang menunjukkan perubahan-perubahan padanya
(terutama jasmaniyahnya) secara otomatis, sedang Perkembangan suatu proses
dalam pertumbuhan yang menunjukkan adanya pengaruh dalam yang menyebabkan
bertambahnya tempo, kualitas dalam pertumbuhan.
Kedua pernyataan di atas memberi ilham bahwa istilah pertumbuhan tidak bisa di
pisahkan secara tajam, namun jika ingin di bedakan maka pertumbuhan lebih menunjuk
kepada perubahan fisik sedangkan perkembangan lebih menunjuk kepada perubahan psikis
yang jelas, baik pada pertumbuhan maupun perkembangan terjadi proses perubahan,
perubahan tersebut terjadi akibat dari kekuatan-kekuatan intern secara otomatis dan
kekuatan-kekuatan dari luar.

B. Tanda-tanda Pertumbuhan dan Perkembangan


Bila perubahan berkenaan dengan aspek-aspek fisik lahir yang nampak maka kesulitan
yang akan dihadapi oleh fihak yang berkepentingan tidak terlalu menghambat, namun yang
berhubungan dengan aspek psikis kita harus mencari tanda-tanda atau manifestasi-
manifestasi yang bisa diamati. Secara garis besar tda-tanda tersebut baik berkenaan dengan
fisik maupun psikis telah diterangkan oleh Drs.A. Noerhadi Djamal sebagai berikut:
1) Perubahan dalam arti pertambahan ukuran atau berat serta perbedaan perbandingan
antar ukuran/berat/kesanggupan.
2) Perubahan dalam arti kelengkapan ciri-ciri yang lama dan munculnya ciri-ciri yang
baru.
Dalam keadaan normal dengan tambahnya usia individu mengalami perubahan panjang,
berat dan kesanggupan baik kesanggupan jasmani maupun kesanggpan psikis. Selain itu
individu juga mengalami pergantian.

C. Priode Pertumbuhan dan Perkembangan


Individu senantiasa mengalami perubahan yang dinamis,pendidikan harus
menyesuaikan dengan keadaan kejiwaan anak-anak pada masa-masa tertentu, ini berarti
pengetahuan dan pemahaman tentang fase-fase perkembangan besar artinya. Atas dasar
perkembangan praktis maka pembicaraan tentang periodisasi ini mengutip pendapat
Prof.Dr. Kohnstam, sebagai berikut:
1. Masa Vital
Masa awal kehidupan inilah menjadi dasar penting (vital) bagi kelanjutan hidup
jasmani dan rohani anak,bagi orang tua sebaiknya senantiasa memperhatikan
kebutuhan jasmani yang memadai; seperti air susu, makanan tambahan yang bergizi
dan lingkungan kebendaan yang cukup.
2. Masa Estetis
Secara harfiyah Estetis mempunyai arti indah, namun yang jelas pada masa ini anak
mengalami perkembangan panca indera (peka), munculnya gejala kenakalan yang
sering disebut Kemratu-ratu (Jawa). Hal ini timbul karena perkembangan bahasa
mereka mengalami kemajuan yang pesat, maka sampailah pada taraf pengenalan
dirinya sendiri sebagai subyek, ia sadar bahwa ia juga seperti seperti orang lain
(dewasa) maka ia tidak boleh melakukan sesuatu, dan memang dorongan ingin tahu
dan ingin merasa untuk memperoleh pengalaman sudah cukup kuat.
3. Masa Intelektual
Pada masa ini anak telah matang untuk masuk Sekolah Dasar, dengan ciri umum
mereka lebih mudah di didik daripada masa sebelumnya. Masa intelektual ini
diakhiri dengan masa yang disebut masa pueral dengan dua sifat yang menonjol
yaitu ingin berkuasa dan ekstrovet. Sifat ini menjelma menjadi aneka ragam aktivitas
anatara lain:
a. Mempunyai cita-cita menjadi orang besar, orang kuat.
b. Mereka lebih mementingkan hal-hal yang berhubungan dengan kelompok
sebaya.
c. Menuntut perbuatan adil dari guru terutama masalah nilai/hadiah dan hukuman.
d. Senang ke tempat-tempat yang belum dikenal, serta senang membaca buku
avontur ( ceritera pengalaman hebat ).
4. Masa Remaja
Masa remaja adalah masa sulit, masa fakim, masa goncang dan masih banyak lagi
nama yang diberikan oleh para ahli. Secara umum remaja mula-mula tidak mau
memakai pedoaman hidup dan sikap atau pedoman hidup yang baru, hal ini yang
menyebabkan kegoncangan.
Secara bagan proses penemuan nilai-nilai hidup para remaja adalah sebagai berikut:
a. Masa fakim pedoman, lalu mencari
b. Masa identifikasi nilai
c. Masa pemilihan dan pengujian.
1. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pertumbuhan dan Perkembangan
Bila kita melihat aliran Naturalisme dan Empirisme nampak keduanya mempunyai
anggapan yang ekstrim hingga sulit dipertahankan di samping memang tidak nampak dalam
kehidupan riil, oleh karenannya pembicaraan ini lebih berkiblat kepada faham konvegensi
yang prinsipnya faktor yang mempengaruhi Pertumbuhan dan Pekembangan:
a. Hereditet
b. Lingkungan

BAB III BELAJAR


A. Pengertian Belajar
1. Menurut Lyle E. Bourne, JR., Bruce R. Ekstrand:
“Learning a relatively permanent change in behaviour traceable to experince and
prectice”
(belajar adalah perubahan tingkah laku yang relatif tetap yang diakibatkan oleh
pengalaman dan latihan).
2. Clifford T. Morgan:
“Learning is any relatively permanent change in behaviour that is a result of past
experince”.
(belajar adalah perubahan tingkah laku yang relatif tetap yang merupakan hasil
pengalaman yang lalu).
3. Dr. Musthofa Fahmi:
(sesungguhnya belajar adalah (ungkapan yang menunjuk) aktivitas yang (yang
menghasilkan) perubahan-perubahan tingkah laku atau pengalaman).
4. Guilford
“learning is any change in behaviour resulting from stimulation”.
(belajar adalah perubahan tingkah laku yang dihasilkan dari rangsangan).
Batasan-batasa belajar di atas secara umum bisa disimpulkan; belajar adalah perubahan
tingkah laku yang relatif tetap yang terjadi karena latihan dan pengalaman. Dengan kata lain
lebih rinci belajar adalah:
a. Suatu aktivitas atau usaha yang disengaja.
b. Perubahan-perubahan itu meliputi perubahan keterampilan jasmani, kecepatan
reseptual, isi ingatan, abilitas berpikir , sikap terhadap nilai-nilai dan inhibisi serta
lain-lain fungsi jiwa (perubahan yang berkenaan dengan aspek psikis dan fisik);
c. Perubahan tersebut relatif bersifat konstan.
B. Jenis-jenis Belajar
1. Menurut Muhammad Athiyah Al-Abrosyi, jenis belajar ada tiga)
a. Belajar pengetahuan
b. Belajar keterampilan
c. Belajar perasaan dan hati.
2. Menurut Dr. Muhammad Al.Hadi Afify jenis belajar dan empat:
a. Aqal
b. Akhlaq
c. Fisik
d. Sosial.
3. Menurut Prof. Dr. Nasution:
a. Belajar berdasarkan pengamatan
b. Belajar berdasarkan gerak
c. Belajar berdasarkan hafalan
d. Belajar karena masalah (pemecahan masalah)
e. Belajar berdasarkan emosi.
4. Menurut Robert M. Gagne.
a. Keterampilan motorik;
b. Sikap;
c. Kemahiran intelektual;
d. Informal verbal;
e. Pengetahuan kegiatan intelektual

C. Teori-teori Belajar
Untuk menjawab pertanyaan “bagaimana proses belajar itu terjadi” ternyata tidak
mudah, hal itu karena tidak semua ahli merumuskan sama. Oleh karenanya ada baiknya di
sini dipaparkan beberapa pendapat antara lain sebagai berikut:
1. Aliran Skolastik
Kelompok ini beranggapan bahwa belajar tidak lain adalah mengulang-mengulang
bahan yang dipelajari makin sering diulang makin dikuasai.
2. Herbart
Jiwa manusia terdiri dari unsur-unsur kecil berupa tanggapan, tanggapan-tanggapan
tersebut masing-masing mempunyai kekuatan. Makin kuat suatu tanggapan maka
makin besar peranannya dalam tingkah laku individu. Oleh karena itu pendidik/ guru
harus memberi tanggapan sejelas mungkin dan mengusahakan memasukkan
tanggapan tersebut sering mungkin ke dalam alam kesadaran. Hal itu mengingat
tanggapan-tanggapan yang ada dalam alam alam tak sadar. Kata lain yang sejajar
artinya adalah mengusahakan berulang-ulang memunculkan tanggapan.
3. Aliran Ilmu Jiwa Daya
Mereka beranggapan bahwa jiwa manusia mempunyai berbagai daya, misalnya daya
mengenal, daya mengingat, daya berhayal, daya berpikir, dan sejenisnya. Daya-daya
tersebut dapat diperkuat dan diperbaiki fungsinya dengan dilatih. Misalnya untuk
melatih daya ingat dengan jalan menghafal angka-angka, huruf-huruf, ungkapan-
ungkapan , yang penting di sini adalah pembentukan dan penguatan daya ingat.
Demikian pula daya pikir bisa dilatih dengan menggunakan masalah-masalah yang
sulit-sulit secara terus-menerus. Daya fantasi dengan kesusastraan. Perlu di ingat,
aliran ini labih mementingkan pembentukan daya-daya daripada bahan pelajaran.
Dengan daya-daya yang mapan dan telah terlatih akan bisa digunakan terhadap
segala macam soal atau bahan dalam yang lain.
4. Teory Koneksionisme
Eksprimen yang pernah dilakukan Torndike bisa digambarkan secara singkat,
menurut teori ini belajar adalah pembentukan atau penguatan hubungan antara
stimulus dan respons.
Hubungan S dan R ini mempunyai beberapa hukum sebagai berikut:
1. Hukum Pokok
Law of readness
o bila sudah ada “kecendrungan bertindak” lalu bertindak akan membawa
kepuasan, dan tidak akan ada tindakan-tindakan lain untuk mengubah kondisi
itu.
o bila sudah ada “kecendrungan bertindak”tetapi tidak bertindak
akanmenimbulkan ketidakpuasan. Hal ini akan menimbulkan ketidakpuasan.
Hal ini akan menimbulkan response-response lain untuk
mengurangi/meniadakan ketidakpuasan.
o apabila belum ada”kecendrungan bertindak” dipaksa bertindak makaakan
menimbulkan ketidakpuasan untuk menghilangkan/mengurangi ketidakpuasan
tersebut akan muncul tindakan-tindakan lain.
2. Hukum Subsidier
Law of multiplerespons dalam keadaan problematis biasanya individu tidak dapat
segera memilih dan menentukan jawaban/respon yang tepat. Ia mencoba bermacam-
macam respon, pertama,kedua,ketiga mungkin salah akhirnya menemukan respon
yang benar. Proses ini disebut “trial and error”.

D. Transfer Belajar
1. Pengertian
Menurut L.D.Crow and A.Crow:
(pemeindahan-pemindahankebiasaan berpikir, perasaan atau pekerjaan,ilmu
pengetahuan atau keterampilan, dari suatu keadaan belajar ke keadaan belajar yang
lain biasanya disebut transfer latihan/belajar). Pemindahan hasil belajar itu
sebenarnya bisa terjadi dari mata pelajaran satu ke mata pelajaran yang lain atau
kehidupan nyata diluar sekolah.
2. Macam-macamTransfer
a. Transfer Positif
Dikatakan positif jika hasil belajar dalam satu mata pelajaran tertentu
membantu terhadap mata pelajaran/situasi yang lain.
b. Transfer Negatif
Apabila hasil belajar dalam suatu bidang studi mengganggu,memperlambat
atau mempersulit bidang studi lain dikatakan negatif.
3. Teori-teori Transfer Belajar
Secara umum para ahli berpendapat bahwa transferdalam belajar itu bisa terjadi,akan
tetapi,apa sebenarnya hakekat transfer itu dan bagaimana dalam belajar, mereka berbeda
pendirian.
Pendapat mereka secara garis besar dapat dibedakan menjadi tiga,sebagai berikut:
a. Teori Disiplin formal/Ilmu Jiwa Daya
Bertitik tolak dari anggapan jiwa manusia terdiridari berbagai daya, daya
mengingat,daya pikir dan lain-lain, maka mereka beranggapan bahwa transfer hanya
bisa terjadi bila daya-daya tersebut dapat diperkuat dan “didisplinkan” dengan
latihan-latihan yang keras dan terus-menerus. Setelah daya-daya itu terlatih maka
akan mudah terjadi transfer secara otomatis ke bidang-bidang lain.
b. Teori Generalisasi
Peletak pandangan iniadalah Charles Judd,ia beranggapanbahwa transfer bisa terjadi
bilasituasi baru dan situasi lama yang telah dipelajari mempunyai kesamaan
prinsip,pola atau struktur,tidak kesamaan akan mampu mengamalkan dalam situasi
yang berbeda,demikian pula prinsip ekonomi,hukum,pendidikan dan lain-lain.
Teori diatas tersebut sampai sekarang masih menunjukkan kebenaran, kemampuan
berpikir logis sistematis,ternyata cukupmembantu di bidang-bidang lain (Ilmu Jiwa Daya).
Unsur-unsur yang samaatau pola-pola yang mirip bila dipahami betul orang pun tertolong
dalam menghadapi situasi yang sama sekali baru ( elemen identik dan generalisasi).

E. Prinsip-prinsip Belajar
Dari beberapa teori yang dikemukakan oleh para ahli bisa dirangkum prinsip-prinsip
belajar antara lain sebagai berikut:
1. Belajar akan berhasiljika disertaikemauandan tujuan tertentu.
2. Belajar akan lebih berhasil jika disertai berbuat, latihan dan ulangan.
3. Belajar lebih berhasil jika memberi sukses yang menyenangkan.
4. Belajar lebih berhasil jikatujuan belajar berhubungan dengan aktivitas belajar itu
sendiri atau berhubungan dengan kebutuhan hidupnya.
5. Belajar lebih berhasiljika bahan yang sedang di pelajari dipahami, bukan sekedar
menghafal fakta.
6. Dalam proses belajar memerlukan bantuan dan bimbingan orang lain.
7. Hasil belajar dibuktikan dengan adanya perubahan dalam diri si pelajar.
8. Ulangan dan latihan perlu akan tetapi harus di dahului oleh pemahaman.

F. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Belajar


Menurut uraian H.C. Witherington dan Lee J. Cronbach Bapemsi,faktor-faktor serta
kondisi-kondisi yang mendorong perbuatan belajar bisa diringkas sebagai berikut:
1. Situasi belajar (kesehatan jasmani, keadaan psikis,pengalaman dasar).
2. Penguasaan alat-alat intelektual.
3. Latihan-latihan yang terpancar.
4. Penggunaan unit-unit yang berarti.
5. Latihan yang aktif.
6. Kebaikan bentuk dan sistem.
7. Efek penghargaan (reward) dan hukuman.
8. Tindakan-tindakan pedagogis.
9. Kapasitas dasar.

BAB IV Prinsip-Prinsip Mengajar


A. Pengertian Mengajar
1. Menurut Dr. Harold Benyamin:
(mengajar ialah suatu proses pengaturan kondisi-kondisi dengan mana pelajaran
merubah tingkah lakunya dengan sadar ke arah tujuan-tujuan sendiri).
2. Menurut Prof. Drs. S.Nasution,MA:
Mengajar ada yang bersifat teacher centered dan ada yang pupil centered, tipe
pertama bisa diberi batasan sebagai berikut:
Mengajar adalah menanamkan pengetahuan pada anak. Dua batasan mengajar diatas,
sudah cukup memberi gambaran tentang apa itu mengajar, pembahasan secara luas
dan rinci telah dibahas ilmu yang langsung berhubungan dengannya, misalnya
didaktik metodik.
Secara global mengajarbisa dibedakan menjadi:
a. Mengajar menurut faham lama:
Guru senantiasa aktif menyampaikan dan memompakan informasi/fakta-fakta
agar dikuasai siswa, siswa sendiri hanya menerima/pasif.
b. Mengajar menurut faham baru:
Guru sebagai pengelola, pengatur, pracik lingkungan berupa tujuan, materi,
metode dan alat dengan siswa, siswa harus aktif.

B. Kompetensi Guru
Pada prinsipnya guru harus memiliki tiga kompetensi yaitu kompetensi kepribadian;
kompetensi penguasaan atas bahan dan kompetensi dalam cara belajar mengajar.
1. Kompetensi Kepribadian
Faktor penting bagi guru adalah kepribadiannya, kepribadiannya itu yang akan
menentukan, apakah ia akan menjadi pembimbing dan pembina yang baik bagi anak
didiknya, ataukah akan jadi perusak atau penghancur, bagi hari esok anakdidiknya, terutama
bagi siswa yang masih sangat muda (SD) dan mereka yang sedang mengalami masa
goncang remaja, sebab mereka belum mampu melihat dan memilih nilai, mereka baru
mampu melihat pendukung nilai. Saat-saat seperti ini proses imitasi dan identifikasi sedang
berjalan.
C. Aspek-aspek Psikologi dalam Mengajar
Menurut L.D. Crow, Ph.D. dan Alice Crow, Ph. D.
Ada lima aspek mengajar sebagai berikut:
1. Mengarahkan dan membimbing belajar.
2. Menimbulkan motivasi pada siswa untuk belajar.
3. Membantu siswa-siswa dalam mengembangkan sikap yang baik dan diinginkan.
4. Memperbaiki teknik mengajar.
5. Mengenaldan mengusahakan terbentuknya pribadi yang bermutu dan berguna dalam
rangka menuju suskes dalam mengajar.

BAB V Potensi-potensi Peserta Didik

A. Intelegensi
Secara global, hakekat intelegensi bisa diillutrasikan sebagai berikut:
1. Kemampuanmemahami sesuatu, makin tinggi intelegensi seseorang,akan makin
cepatlah ia memahamisesuatu yang dihadapi, problema dirinya sendiri, dan
problema dirinya sendiri, dan problema lingkungannya.
2. Kemampuan berpendapat,mkin cerdas seseorang makin cepat pulamengambil
ide,langkah penyelesaian masalah, memilih cara-cara yang tepat diantara sekian
alternatif penyelesaian, segera dipilih mana yang paling ringan dankecil
resikonya dan besar manfaatnya;
3. Kemampuankontrol dan kritik,makin cerdas seseorang makin tinggi pula daya
kontrol dan kritiknya terhadapapa yang diperbuat, sehingga tidakdiulangi
lagi,paling tidak frekuensi pengulangan kesalahan adalah kecil.

B. Kecerdasan Emosi
Salah satu faktor penting yang sangat berpengaruh dalam keberhasilan belajar adalah
emosi. Hasil-hasil penelitian psikologi kontemporer menunjukkan bahwa disamping adanya
faktor yang berasal dari IQ, ternyata belajar dan prestasi sangat ditentukan oleh Emotional
Intellegence atau kecerdasan emosi.
Para ahli psikologi menyebutkan bahwa IQ hanya mempunyai peransekitar 20% dalam
menentukan keberhasilan hidup, sedangkan 80%sisanya sitentukan oleh faktor-faktor lain.
Di antara yang terpenting adalah kecerdasan emosi (Emotional Quotion). Dalam kehidupan
banyak sekali masalah-masalah yang tidak dapat dipecahkan semata dengan menggunakan
kemampuan intelektual seseorang. Kematangan emosi ternyata sangat menentukan
keberhasilannya. Dengan kata lain, kecerdasan emosi mempunyai kontribusi yang sangat
besar dalam mencapai keberhasilan hidup. Berbeda dengan kebanyakan pemikiran
konvensional,emosi ini tidak lagi dipandang sebagai sesuatu yang dipandang sebagai
sesuatu yang bersifat positif atau negatif, tetapi berlaku sebagai sumber energi autentisitas
dan semangat manusia yang paling kuat dan dapat memberikan sumber kebijakan intuitif.
Kecerdasan emosi menunjuk kepada suatu kemampuan untuk memahami perasaan diri
masing-masing dan perasaan orang lain,kemampuan untuk memotivasi dirinya sendiri, dan
menata dengan baik emosi-emosi yang muncul dalam dirinya dan dalam berhubungan
dengan orang lain. Kecerdasan emosi memiliki limaunsur yaitu kesadaran diri (self-
awareness), pengaturan diri (self- regulation),motivasi (motivation), empati (empathy) dan
keterampilan sosial (social skill).

BAB VI Evaluasi dalam Pendidikan


A. Pengertian dan Alasan/Dasar Evaluasi
1. Pengertian Evaluasi
Istilah yang sering muncul dan hampir sama dalam pemakaian sehari-hari ialah
pengukuran, penilaian dan evaluasi. Agar tidak terjadi kesalahan letak dan pemakaian oleh
Dr. Suharsini Arikunto sebagai berikut:
1. Mengukur adalah membandingkan sesuatu dengan satu ukuran .pengukuran
bersifat kuantitatif.
2. Menilai adalah mengambil suatu keputusan terhadap sesuatu dengan ukuran
baik-buruk. Penilaian bersifat kuantitatif.
3. Mengadakan evaluasi meliputi kedua langkah di atas, yakni mengukur dan
menilai.
2. Alasan /Dasar Evaluasi
Sedangkan alasan/dasar evaluasi di dalam pendidikan sebenarnya banyak sekali,
namun menurut Sumadi Suryabrata bisa dikelompokkan menjadi tiga kelompok yakni dasar
psikologi, didaktis dan administratif.
B. Syarat-syarat Test yang Baik
Syarat-syarat test yang baik menurut Sumadi Suryabrata adalah sebagai berikut:
a. Reliable
b. Valid
c. Obyektif
d. Diskriminatif
e. Comprehensive
f. Mudah digunakan
Perlu diketahui bahwa enam syarat tersebut sebenarnya yang paling utama adalah valid
dan reliable, namun demikian bukan berarti empat syarat yang lain kecil artinya. Meskipun
enam syarat tersebut adalah bisa dipakai dan tidak termasukkata-kata asing dalam dunia
pendidikan, namun tetap akan lebih baiklah dibicarakan di sini meski dengan global. Suatu
test dikatakan reliable bila test tersebut memiliki consistencif,maksudnya bilatest diberikan
kepada sekelompok subyek yang sama dalam dua saat/waktu yang berbeda, hasilnya tetap
sama atau hampir semua.

C. Langkah-langkah Pokok dalam Evaluasi


Menurut M. Buchori M.Ed. langkah-langkah pokok dalam evaluasi secara berurutan
adalah sebagai berikut:
1. Langkah perencanaan
2. Langkah pengumpulan data
3. Langkah verifikasi data
4. Langkah pengolahan data
5. Langkah penafsiran data
Perencanaan dalam evaluasi sebenarnya bisa dipisahkan menjadi: persiapan umum yang
meliputi, frekuensi ujian dalam satu tahun, semester dan satuan-satuan lain yang akan
dipakai pada tiap-tiap tahap, merumuskan kriteria. Persiapan khusus yaitu persiapan khusus
dalam rangka evaluasi tertentu. Misalnya: bila ujian tertulis , maka perlu segera disiapkan
tata tertib, daftar hadir, berita acara, pengamat,kerta serta soal tertulis. Setelah perencanaan
matang, maka kinibisa saatnya menguji/pendidik akan segera mengumpulkan data. Yang
dalam hal ini harus dipertimbangkan: jenis data yang akan dikumpulkan, cara-cara yang
akan dipakai untuk memperolehnya dan alat-alat/soal-soal yang baik tentunya.
D. Alat Evaluasi
Dalam pengertian umum,alat adalah sesuatu yang digunakan untuk memprmudah
seseorang untuk melaksanakan tugas atau mencapai tujuan secara lebih efektif dan efesien.
Kata “alat” biasa disebut juga dengan istilah “instrumen”. Dengan demikian makaalat
evaluasi juga dikenal dengan instrumen evaluasi. Secara garis besar alat evaluasi dibagi
menjadi dua, yaitu, non tes dan tes.

E. Penilaian Acuan Patokan (PAP) dan Penilaian Acuan Norma (PAN)


Dalam evaluasiada dua acuan yang dijadikan standar untuk dibandingkan dengan hasil
pengukuran acuannya tersebut adalah:
1. Penilaian Acuan Patokan (PAP)
2. Penilaian Acuan Norma (PAN)
IDENTITAS BUKU

Judul Buku : PSIKOLOGI dalam PENDIDIKAN


Penulis : Prof. Dr. H. Abdul Hadis, M. Pd. Dan
Prof. Dr. Hj. Nurhayati B., M.Pd.
Penerbit : ALFABETA BANDUNG
Tahun Terbit : 2014
Jumlah Halaman : 114 Halaman

BAB I LATAR BELAKANG PENTINGNYA PSIKOLOGI DALAM PENDIDIKAN

A. Psikologi dan Masalah Pendidikan


Pengetahuan tentang psikologi sangat diperlukan oleh pihak guru atau instruktur
sebagai pendidik, pengajar, pelatih, pembimbing, dan pengasuh dalam memahami
karakteristik kognitif, afektif, dan psikomotorik peserta didik secara intergal.
Pengetahuan tentang psikologi diperlukan oleh dunia pendidikan karena dunia pendidikan
menghadapi peserta didik yang unik dilihat dari segi karakteristik perilaku, kepribadian,
sikap, minat, motivasi, perhatian, persepsi, daya pikir, intelegensi, fantasi, dan berbagaai
aspek psikologis lainnya yang berbeda abtara peserta didik yang satu dengan yang lainnya.
Perbedaan karakteristik psikologis yang dimiliki oleh para pesrta didik harus diketahui dan
dipahami oleh setiap guru atau instruktur yang berperan sebagai pendidik dan pengajar di
kelas, jika ingin proses pembelajarannya berhasil. Dengan memahami karakteristik
psikologs yang dimiliki oleh masing-masing peserta didik, maka para guru di sekolah akan
dapat melakukan pembelajaran yang bersifat individual sesuai dengan karakteristik
psikologis yang dimiliki oleh peserta didik.
Dalam prose pembelajaran di kelas guru seing menghadapai peserta didik yang
mengalami gangguan perhatian sehingga peserta didik tersebut kurang dapat memusatkan
perhatiannya dalam mengikuti proses pembelajaran dikelas. Selain itu, ada pula peserta
didik yang menunjukkan sikap yang acuh tak acuh atau apatis daalm mengikuti proses
pembelajaran dikelas. Untuk mengatasi gangguan dan gejala minat yang rendah yang
ditunjjukan oleh peserta didik di kelas sebagai faktor psikologis yang mempengaruhi
kualitas dan hasil pembelajaran peserta didik di kelas, maka guru harus dapat memilih dan
menerapkan suatu metode, strategi, dan penedekatan pembelajaran di kelas yang dapat
menumbuhkembangakan minat belajar dan motivasi belajar.
Adapun strategi, metode, dan pendekatan pembelajaran yang dapat diterapkan oleh
guru dalam membelajarkan peserta didik yang mamiliki minat belajar dan motivasi belajar
yang rendah ialah metode belajar cara belajar siswa aktif (CBSA) yang menggunakan
pendekatan keterampilan proses (PKP), pendekatan kontstuktivistik, metode diskusi, metode
pembelajaran koperatif, metode penemuan dan penyelidikan, metode contextual teaching
learning (CTL), metode eksperimen, dan berbagai metode, strategi, dan pendekatan
pemeblajaran yang menuntut aktivitas belajar peserta didik daalm mengikuti proses
pembelajaran di kelas, di laboratorium, dan di tempat belajr lainnya.
Dari uraian diatas menunjukkan bahawa banyak masalah-masalah yang dihadapi oleh
para guru daalm proses pendidikan di kelas. Masalah-masalah tersebut merupakan masalah
psikologis peserta didik yang sangat mempengaruhi proses pembelajaran di kelas, sehingga
perlu diketahui dan dipahami oleh para calon guru dan para guru yang telah mengajar dan
mendidik. Oleh karena itu, mata kuliah Psikolog Pendidikann merupakan mata kuliah wajib
dipelajarai oleh para calon guru di lembaga pendidikan tenaga kependidikan atau tenaga
keguruan berupa IKIP, FKIP, STKIP, dan lembaga keguruan lainnya.

B. Kontribusi Psikologi terhadap Pendidikan dan Pengajaran


Psikologi dalam pendidikan dan pengajaran banyak mempengaruhi perumusan
tujuan pendidikan, perumusan kurikulum maupun prosedur dan metode-metode
belajar mengajar. Psikologi ini membarikan jalan untuk mendapatkan pemecahan
atau masalah-masalah sebagai berikut :
1) Perubahan yang terjadi pada anak didik selama psoses pendidikan.
2) Pengaruh lingkungan terhadap hasil belajar.
3) Teori dan proses belajar.
4) Hubungan antara teknik mengajar dan hasil belajar.
5) Perbandingan hasil pendidkan formal dengan pendidikan informal.
6) Pengaruh kondisi sosial anak didik atas pendidikan yang diterima.
7) Nilai sikap ilmiah atas pendidikan yang dimiliki oleh petugas pendidikan.
8) Pengaruh interaksi guru dan murid dan antara murid dengan murid.
9) Hamabtan, kesulitan, ketegangan, dan lain hal yang dialami murid selama
proses pendidikan.
10) Pengaruh perbedaan individu dalam batas kemampuan belajar.
(Abimanyu,1996)
Kontibusi psikologi sebagai salah satu cabang ilmu pengetahuan terhadap dunia
pendidikan memang sangat besar karena menyangkut seua aspek di bidang pendidikan,
bukan hanya menyangkut proses belajar mengajar itu sendiri, akan tetapi juga menyangkut
maslaah-masalah di luar proses belajar mengajar.

C. Kontibusi Psikologi Pendidikan kepada Calon Guru dan Guru


Melalui penerapan pengetahuan tentang psikologi pendidikan, para guru diharapkan
dapat menemukan dan engatasi kesulitan-kesulitan yang dihaapdi oleh peserta didik daalam
prose pendidikan di kelas. Selaian itu, para guru diharapkan dapat melakukan proses
pendidikan di kelas dengan optimal, karena itu para guru diharapkan dapat mengetahui,
memahami, dan menerapkan prinsip-prinsip pembelajaran dan pendidikan yang sesuai
dengan potensi yang dimiliki oleh peserta didik, perkembangan peserta didik, bagaimana
peserta didik belajar, rencana pembelajaran yang sesuai degan perkembanagn psikologis
peserta didik, dan prosedur pembelajaran dan pendidikan yang diterapkan oleh para guru
daapt membuat peserta didik dapat belajar secara efisien, efektif, dan memuaskan.
(Suardiman,1988).
Adapun kontribusi penting Psikologi Pendidikan kapada guru dan calon guru ialah
memeberikan bekal pengetahuan kepda guru dan calon guru tentang gejala-gejala kejiwaan
anak di dalam situasi pendidikan, sehingga para guru dapat melaksanakan pendidikan
sesuai dengan keadaan peserta didik ( Suardian, 1988). Oleh karena itu, pelaksanaan proses
pendidikan dan pengajaran di kelas diharapkan daapt berjalan dengan efisen dan efektif,
sebab para guru menggunakan cara yang tepat dan sesuai dengan keadaan peserta didik.
Mata kuliah Psikologi Pendidikan sebagai modal dasar bagai para calon guru dan para
guru dalam melakukan prose pemeblajaran kepada peserta didik di kelas karena substansi
dari matakuliah ini ialah mencakup kajian tentang :
a) Latar belakang pentingnya psikologi dalam pendidikan,
b) Pengertian pskologi pendidikan dan ruang lingkup psikologi pendidikan,
c) Gelaja atau aktivitas umum jiwa manusia,
d) Pertumbuahan dan perekmbanagan anak dan remaja
e) Belajar dan permasalahannya
f) Teori-teori belajar
g) Interaksi belajar mengajar di kelas dan permasalahannya
h) Manajemen kelas berbasi psikologi pendidikan
i) Mengajar dan belajar yang efektif
j) Mutu proses dan hasil belajar mengajar sebgai fokus psikologi pendidikan.

BAB II PENGERTIAN DAN RUANG LINGKUP PSIKOLOGI PENDIDIKAN

A. Pengertian Psikologi Pendidikan


Psikologi pendidikan merupakan cabanag dari psikologi. Secara etimologis, psikologi
berasal dari kata “psyche” yang berarti jiwa dan “logos” yang berarti ilmu. Psikologi
mengandung makna yaitu ilmu jiwa yang berarti ilmu pengetahuan yang mempelajarai jiwa
manusia melalui gejala- gejalanya, ativitas-aktivitasnya atau perilaku manusia,
Dilihat dari segi objeknya, psikologi dibagai aats psikologi umum dan khusus. Dari segi
keadaan aatu latar belakang kehidupan manusia, maka psikologi khusus dikelompokkan
menjadi psikologi sosil, psikologi industri, dan psikologi pendidikan, dan laiannya.
Psikologi pendidikan sebagai bagian integral dari displin ilmu psikologi berupaya
mengemukakan konsep atau prinsip-prinsip psikologis dalam memecahkan masalah-
masalah yang terjadi dalam dunia pendidikan. Witherington (Buchori, 1988)
mengemukakan bahwa psikologi pendidikan adalah susti studi yang sistematis tentang
proses-proses dan faktor-faktor yang berubungan dengan pendidikan manusia. Sedangkan
menurut The American People of Encyclopedia psikologi pendidikan adalah cabang
psikologi yang berusahaa untuk mengaplikasiakan psinsip-prinsip psikologis daalm
memecahkan persoalan pendidikan. Dalam perkembaangan lebih lanjut, psikologi
pendidikan meluas menajdi berbagai kajain daalm mengkaji tentang masalah- masalah yang
dalami peserta didik dalam proses pendidikan dan pembelajaran di kelas.

B. Ruang Lingkup Kajian Psikologi Pendidikan.


Soerjabrata( 1974 :6-13) mengemukakan ruang lingkup bidang kajian psikologi
pendidikan dilihat dari segi situasi dan proses pendidikan dengan anak didik sebagai
pusatnya, yaitu kajian psikologi tentang siswa dalam situasi pendidikan dalam peninjauan
statis dan dinamis serta kajian hal-hal lain yang erat kaitannya dengan situasi dan proses
pendidikan di kelas.
Dalam peninjauan secara statis , kajain psikologi tentang siswa dalam situasi
pendidikan mencakup kajian tentang gejala- gelaja jiwa atau aktivitas dan tinggkah laku
yang umum yang terdapat paad manusia, yaitu perhatian pengamatan, tanggapan, ingatan,
fantasi, berpikir, sikap, minat, motivsi, intelegensi, dan sebagainya. Sedangkan dalam
peninjauan secara dianamis, yaitu mencakup kajian psikologi tentang individu siswa dalam
proses pendidikan, yakni perubahan tingkah laku dan cara-cara penilaiannya di dalam
pendidikan yang mencakup perubahan perilaku karena pertumbuhan dan perkembanagan,
perbahan perilaku karena belajar yang merupan faktor terpenting dalam proses pendidikan
dan pemebelajaran, dan cara-cara mengukur atau mengevalusai pencaapian akrena
perubahan-perubahan tersebut, khususnya karena belajar ( La Sulo 1990 : 16).
Selain itu, ruang lingkup kajian psikologi pendidikan juga mencakup kajain-kajian
tentang hal-hal laian yang erat kaitannya dengan situasi dan proses pendidikan, yaitu kajain
tentang bimbingan konseling, kajain psikologis terhadap individu yang mengalami
penyimpanagn psikis, sosial, fisik, kajain tentang implikasi dari prinsip pendidikan seumur
hidup. Dalam membahas tentang ruang lingkup dari psikologi pendidikan, juag dibaahas
tenatng pusat perhatian dari psikologi pendidikan sebagi displin ilmu yang merupakan
bagain integral dari psikologi umum. Suardiman (1988:6) mengemukakan bahwa ada tiga
elemen yang menajadi pusat perhatian oleh para ahli psikologi pendidikan dan paar guru,
yaitu anak didik, proses belajar, dan situasi belajar. Ketiga eleman ini saling berhubungan
erat satu sama lain.

BAB III GELAJA AKTIVITAS UMUM JIWA MANUSIA YANG PERLU


DIKETAHUI OLEH CALON GURU DAN GURU
A. Perlunya Caalon Guru dan Guru Mengetahui dan Memahami Gejala Aktivitas
Jiwa Peserta Didik
Gejala aktivitas umum jiwa peserta didik yang perlu menjadi perhatian bagi para calon
gurur dan para guru ialah menckup :
a. Perhatian
b. Pengamatan
c. Persepsi,
d. Fantasi,
e. Ingatan,
f. Berpikir,
g. Motif,
h. Sikap,
i. Minat, dll.
B. Jenis-Jenis Gejala Aktivitas Umum Jiwa Manusia yang Perlu Diketahui oleh
Calon Guru dan Guru
1) Perhatian Peserta Didik
Perhatian peserta didik dalam proses pembelajaran di kelas diartikan sebagai pemusatan
tenaga jiwa [eserta idk yang tertuju kepada sajian materi yang dijelaskan oleh guru pada
saat proses pemeblajaran di kelas berlangsung.
Perhatian belajar yang dimiliki oleh peserta didik dan manusia pada umumnya dibagi atas
beberapa macam, yaitu perhatian intensif dan tidak intensif, perhatian spontan dan perhatian
sekehendak, perhatian terpancar, perhatian terpust, dan perhatian campuran ( Manrihu, 1989
: 18-19). Terdapat beberapa faktor yang menarik perhatian belajar peserta didik jika dilihat
dari segi objek yang diperhatikan, yaitu :
a. Perangsang yang berubah-ubah
b. Perangsang yang kuat
c. Perangsang yang tiba-tiba
d. Benda-benda yang mempunyai bentuk tertentu.

Dilihat dari subjek yang memperhatikan, maka hal-hal menarik perhatian adalah jika
semua hal tersebut bersangkut paut dengan pribadi subjek, yaitu berupa :

a. Pekerjaan yang sedang dikerjakan mnentukan perhatian,


b. Keinginan menentukan perhatian,
c. Minat dan kegemaran menentukan perhatian,
d. Perasaan menentukan perhatian
e. Yang berhubungan dengan pengalaaman atau kebiasaan akan menentukan perhatian
(La Sulo, 1990 : 19)
2) Motivasi Belajar
Motif/ mativasi secara umum daapt diartikan sebagai daya upaya mendorong seseorang
untuk melakukan sesuatu (Sardiman, 1990:73). Motivasi belajar ialah daya penggerak yang
timbul dari dalam diri individu atau siswa yang mendodrong individu melakukan aktivitas
belajar. Motivasi belajar juga dapat didefenisikan sebagai kekeuatan yang timbul dari
dalam diri individu yang mendodrong individu melakukan aktivitas belajar.
Motivasi/ motif yang dimiliki individu dibagi atas bebebrapa jenis, yaitu jika ditinjau dari
sumber motif, maka diklasifikasikan atas dua jenis, yaitu motif yang sifatnya bawaan dan
motif yang sifatnya dipelajari. Ditinjau dari segi reelvansi motif dengan tujuan tingkah
laku, maka motif dibedakan atas dua jenis, yaitu motif-motif ekstrinsik dan motif-motf
intrinsik. Motivasi belajar yang dimiliki oleh peseta didik memiliki tiga fungsi, yaitu :
a. Mendorong manusia untuk berbuat, jadi sebagai penggerak atau motor yang akan
melepaskan energi.
b. Menentukan arah perbuatan, yakni ke arah tujuan yang hendak dicapai.
c. Meyeleksi perbuatan yakni menentukan perbutan-perbuatan apa yang harus dikerjakan
dengan serasi guna encapai tujuan, dengan meyisihkan tujuan yang tidak bermanfaat
bagi tujuan tersebut. (1990 : 84).
3) Pikiran Peserta Didik
Perbedaan kemempuan berpikir antara individu yang satu dengan individu lain pada
umumnya disebabkan faktor intelegensi , tingkat pengetahuan, tingkat pengalaman, tingkat
pendidikan, dan berbagai faktor lainnya yang berpengaruh terhadap kemampuan berpikir
individu. Berpikir sebagai aktivits mental memiliki tiga fungsi, yaitu membentung
pengertian, membentuk pendapat, dan pembentukan kesimpulan ( La Sulo, 1990 :28)
Ada dua jenis proses berpikir yang daapt dilakukan individu, yaitu jenis berpikir divergen
dan konvergen.
4) Perasaan Peserta Didik
Pereasaan ialah gejala psikis yang bersifat subjektif yang umumnya berhubungan
dengan fungsi mengenal dan dialami dalam kulaitas senang atau tidak senang dalam
berbagai taraf. Persaan ini terdiri dari berbagai jenis, yaitu perasaan jasmaniah dan perasaan
rohaniah. Dengan memehami perasaan peserta didik sebagai geljaar mental siswa, seorang
guru akan menghindari berbagai sikap dan perilaku dan ucapan atau tutur kaata yang daapt
membunuh aktivitas siswa dan kreativitas peserta didik di kelas.
5) Sikap Belajar Peserta Didik
Sikap diartikan sebagai kecenderungan seseorang untuk bereaksi terhadap suatu objek
atau rangsangan tertentu. Dengan mengacu kepada pengertian tentang sikap secara umum,
maka pengertian sikap belajar ialah kecenderungan peserta didik utuk bereaksi terhadap
materi pelejaran di sekolah. Dengan kata lain, sikap belajar ialah kecenderungan peserta
didik untuk merasa senang-tidak senang dalam melakukan aktivitas belajar.
Faktor –faktor yang memepengaruhi sikap belajar peserta didik ilah kemempuan dan
gaya guru dikelas, selain itu metode, pendekatan, dan strategi pembelajaran yang digunakan
guru. Jika semua fator-faktor tersebut memberikan pengaruh yang positif kepada peserta
didik, maka sikap yang terbentuk pada diri peserta didik ilaah sikap bejar yang baik, yaitu
peserta didik merasa senang dalam mengikuti proses pemeblejraan yang dikelola oleh guru
di kelas.
6) Ingatan Peserta Didik
Ingatan biasanya didefenisikan sebagai kecakapan untuk menerima , meyimpan dan
memproduksi kesan-kesan. Proses dalam ingatan ialah mencakup proses mencamkan,
proses menyimpan, dan reproduksi. Jika proses menyimpan tersebut daapt berangsung
dengan baik dan tersimpan dalam memori dengan baik, maka kegiatan reproduksi terhadap
apa yang telah dipelajari berlangsung dengan baik.
7) Fantasi Peserta Didik
Fantasi ialah kesanggupan manusia untuk membentuk tenggapan-tanggapan baru
dengan pertolongan tanggapan-tanggapan yang sudah ada dan tenggapan baru itu tidak
harus sesuai dengan benda-benda yang ada ( Manrihu, 1989 : 24). Berfantasi secara positif
bagi peserta didik sanagtlah diperlukan, sebab melalui proses fantasi dalam aktivitas
pembelajran, peserta didik daapt diilhami oleh berbagai gagasan atau ide-ide baru yang
bermanfaat bagi peserta didik itu sendiri dan masyarakat.
8) Tanggapan Peserta Didik
Bigot (1950) mendefenisikan tanggapan sebagai bayang-bayang yang tinggal dalam
ingatan setelah kita melakukan pengamatan. Tanggapan atau persepsi peserta didik
dipengaruhi oleh indera yang mendasari terjadinya tanggapan itu. Karena itu persepsi
peserta didik digolongkan kedalam beberapa tipe tanggapan, yaitu tipe tanggapan visual,
auditif, gustatoris, dan alfaktoris.
9) Minat Belajar Peserta Didik
Minat belajar daapt diartikan sebagai rasa tertarik yang ditunjukkan oleh peserta didik
daalm melakukan aktivitas beljar, baik di rumah, di sekolah , dan di masyarakat.
Minat belajar peserta didik, juga dipengaruhi oleh berbagai faktor , diantaranya faktor objek
beljara, metode, strategi, dan pendekatan pembelajaran yang digunakan oleh guru, sikap dan
perilaku guru, media pemelajaran, fasilitas pembelajaran, lingkungan belajar, suara guru,
dan lainnya.
10) Pengamatan Belajar Peserta Didik
Pengamatan ialah suatu aktivitas jiwa untuk menganal diri kita sendiri dan lingkungan
sekitar kita dengan meleihat, mendengar, membau, dan mencecapnya ( Manrihu, 1989:20)
Faktor pengamtan belajar peserta didik merupakan faktor yang amat penting diperhatikan
oleh paar calon guru dan guru. Proses pengamatan pada diri peserta didik terjadi melalui
proses penangkapan pesan dan kesan oleh pancaindera peserta didik. Oleh karena itu, agar
proses pemebelajaran di kelas dapat diketahui, dipahami, dan dikuasai oleh peserta didik
melalui proses pengamatan, maka guru dalam mengelola proses pembelajran sebaiknya
menggunakan alat peraga yang dapat membantu pengamatan anak, baik yang bertipe visual,
auditif, taktil, gustatve, dan alfaktoris.
11) Kepribadian Peserta Didik
Faktor kepribadian peserta didik perlu mendapat perhatian dari pihak guru, karena
dengan mengetahui dan memehami kepribadian setiap peserta didikk, maka guru daapt
meyesesuaikan proses pembelajarannya di kelas sesuai dengan karakteristik kepribadian
yang dimiliki masing-masing peserta didik.
Para calon guru juga perlu mengetahui tentang perekembangan kepribadian manusia.
Pengetahuan tentang kepribadian manusia tersebut, harus menjadi dasar bagi guru dalam
melaksanakan proses pendidikan di kelas agar proses pendidikan yang dilakukan guru
sesuai dengan perbedaan perkembangan kepribadian peserta didik.
12) Intelegensi dan Bakat
Intelegensi dan bakat pada faktor psikologis yang tururt mempengaruhi keberhaslan
proses dan hasil pendidikan di sekolah. Intelensi secara sederhana dapat diartikan sebagai
kecerdasan. Namun, intelegensi pada hakikatnya adalah kemampuan manusia untuk
berpikir.
BAB IV PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANAGAN ANAK DAN REMAJA
SEBAGAI PESERTA DIDIK

A. Pertumbuhan dan Perkembangan Anak sebagai Peserta Didik


Pertumbuhan diartikan sebagai suatu proses perubahan secara fisik yang menunjuk pada
kuantitas. Sedangkan perekembangan diartikan sebgaai suatu proses perubaahan secara
psikis yang menunjuk kepada kualitas. Masalah pertumbuhan dan perkembangan anak
dikaji daalm psikologi perekembangan harus diketahui dan dipahami oleh para calon guru
dan guru di sekolah. Batasan tentang anak dalam kajian ini ialah usia anak sekolah di
Taman Kanak-Kanak dan usia sekolah di jenjang pendidikan sekolah dasar(SD).

B. Pertumbuhan dan Perkembangan Remaja sebagai Peserta Didik


Remaja sebagai salah satu tahap pertumbuhan dan perkembangan yang dilalui manusia,
juga makana pertumbuhan dan perkembangan menunjuk kepada proses perubahan secara
fisik dan psikis yang dialami oleh remja yang bersekolah pada jenjang pendidikan dasar
(ALTP/SMP), jenjang pendidikan Menengah (SLTA/SMA), dan jenjang pendidikan tinggi.
Kebutuhan belajar remaja sebagai pesera didik akan difokuskan kepada pembahasaan
tentang kebutuhan belajar remaja secara psikologis yang membutuhkan proses
pemebelajaran atau pendidikan sesuai dengan tingkat perekembanagn psikologis mereka
sebagai remaja.
Secara psikologis diketahui bahwa masa remaja adalah masa yang penuh gejolak dan
gunjangan jiwa bagi remaja. Gejolak dan goncangan jiwa terjadi karena remaja sedang
dalam pencarian identitas diri dan menjalani masa eksplorasi yang meyebabkan para
remaja ingin mencoba terhadap segala hal yang diketahuinya melalui proses membaca dan
mengalami dalam kehidupan sehari-hari di masyarakat.

BAB V BELAJAR DAN PERMASALAHANNYA


A. Pengertian Belajar
Aktivitas belajar di sekolah merupakan inti dari proses pendidikan di sekolah. Belajar
merupakan alat utama bagi peserta didik dalam mencapai tujuan pembelajaran sebagai
unsur proses pendidikan di sekolah. Sedangkan mengajar merupakan alat utama bagi guru
sebaagi pendidik dan pengajar daalm mencapai tujuan pemebelajaran sebaagi proses
pendidikan di kelas.
Belajar secara psikologis daapt diartikan sebagai sebagai suatu proses perubahan
perilaku sebagai hasil dari interaksi dengan lingkungannya daalm memenuhi kebutuhan
hidupnya. Perubahan-perubahan tersebut akan dinyatakan dalam seluruh aspek perilaku.
Perubahan yang terjadi daalm individu sebagai hasil belajar banyak sekali, baik diliat dari
segi sifat maupun jenisnya. Namun, tidak semua perubahan alam diri individu merupakan
perubahan dalam pengertian belajar. Jadi dari penegrtian belajar menurut para ahli
psikologi, khususnya ahli psikologi pendidikan, yaitu cciri-ciri suatu perubahan perilaku
berupa:
a. Perubahan yang terjadi secara sadar
b. Perubahan dalam belajar bersifat kontiniu dan fungsional
c. Perubahan dalam belajar bersifat positif dan aktif
d. Perubahan dalam belajar bukan bersifat sementara
e. Perubahan dalam belajar bertujuan atau terarah
f. Perubahan mencakup seluruh aspek perilaku (Slameto,1988:3-4).

B. Jenis-jenis Belajar
Belajar sebagai suatu aktivitas mencakup beberapa jenis, yaitu :
a. Belajar bagian
b. Belajar wawasan
c. Belajar diskriminatif
d. Belaajar secara global
e. Belajar isidental
f. Belajar instrumental
g. Belajar intensional
h. Belajar laten
i. Belajar mentah
j. Belajar produktif
k. Belajar secara verbal.
C. Faktor-faktor yang Berpengaruh terhadap Belajar
Belajar sebagi suatu aktivitas mental atau psikis dipengaruhi oleh berbagai faktor.
Faktor-faktor yang mempengaruhi proses belajar dan hasil belajar tersebut menurut
Slameto ( 1988:56) dan Suryabrata (1986) dibagi atas dua faktor utama yaitu faktor yang
bersumber dari dalam diri peserta didik (faktor interen) dan yang bersumber dari luar diri
peserta didik (faktor eksteren). Yang termasuk ke dalam faktor interen, misalnya faktor
jasmaniah, faktor kelelahan dan faktor psikologis. Yang termasuk ke dalam faktor eksteren
misalnya faktor keluarga, sekolah, dan masyarakat.

BAB VI TEORI-TEORI BELEJAR DALAM PENDIDIKAN PESERTA DIDIK


A. Teori Belajar Behaviorisme
Menurut teori behaviorisme bahwa belajar terjadi bila perubahan dalam bentuk tingkah
laku daapt diamati, bila kebiasaan berprilkau terbentuk karena pengaruh sesuatu atau karena
pengaruh peristiwa-peristiwa yang terjadi di lingkungan sekitar. Teori behaviorisme
berpandangan bahwa belajar terjadi melalui opera conditioning. Ada dua penenrapan
penting dari teori behaviorismeme dari Skinner daalm dunia pendidikan, yaitu :
a. Modifikasi perilaku yang menggunakan prinsip-prinsip teori behaviorisme dan
penerapannya untuk mengubah perilaku anak dengan cara yang sangat sfesifik
dengan menggunakan sistem hadiah.
b. Pengajaran yang terprogram memiliki dua acuan, yaitu:
a) Cara umum untuk merancang dan meyajikan pengajaran
b) Suatu produk tertentu merupakan produk pemrograman pengajaran yang disajikan
daalm bentuk atuan-satuan kecil disertai umpan balik segera setelah setiap satuan
pendidikan dipelajari (Moeslichatoen, 1989 :19).

B. Teori Psikologi Kognitif


Bruner sebagai ahli teori belajar psikologi kognitif memandang proses belajar
mengajar itu sebagai tiga proses yang berlangsung secara serempak, yaitu proses
pemerolehan informasi baru, proses transformasi pengetahuan, dan proses pengecekan
ketepatan dan memadainya pengetahuan tersebut.
Teori belajar psikologi kognitif memfokuskan perhatiannya kepada bagaimaan dapat
mengembangkan fungsi kognitif individu agar mereka daapt belajar dengan maksimal.
Faktor kognitif bagi teori belajar kognitif merupakan faktor peratama dan utaam yang perlu
dikembangkan oleh para guru daalam mebelajarkan peserta didik, karena kemampuan
belajar peserta didik sangat dipengaruhi oeleh sejauh mana fungsi kognitif pseserta didik
dapat berkembang secara maksimal dan optimal melalui sentuhan proses pendidikan.
Peranan guru menurut teori belajar psikologi kognitif ialah bagaimana mengembangkan
potensi kognitif yang ada pada setiap peserta didik.

C. Teori Belajar Humanisme


Belajar dipandang sebagai fungsi keseluruhan pribadi. Mereka berpendaapt bahwa
belajar yang sebenarnya tidak daapt berlangsung bila tidak ada keterlibatan intelektual
maupun emoosional peserta didik. Oleh karena itu, menurut teori belajar humanisme
bahawa motivasi belajar harus berumber pada diri peserta didik. (Morris, 1982)
Rogers( Morris,1982) membedakan dua ciri belajar, yaitu beljar yang bermakna dan
belajar yang tidak bermakna. Rogers( Morris,1982) sebagai ahli dari teori belajar
humanisme mengemukakan beberap prinsip belajar yang peting, yaitu :
a. Manusia itu memiliki keinginan alamiah untuk belajar, memiliki rasa ingin tahu
alamiah terhadap dunianya, dan keinginan yang mendalam untuk mengeksplorasi
dan asimilasi pengalaman baru.
b. Belajar akan lebih cepat dan bermakna bila bahan yang dipelajarari reelavan dengan
kebutuhan siswa.
c. Belajar dapat ditingkatan dengan mengurangi ancaman dari luar.
d. Belajar secara partisipatif jauh lebih efektif daripada belajar secara pasif dan orang
beljar lebih banyak bila belajar atas pengarahan diri sendiri
e. Belajar atas prakarsa sendiri yang melibatkan keseluruhan pribadi, pikiran, maupun
perasaan akan lebih baik dan tahan lama
f. Kebebasan, kreativitas, dan kepercayaan diri dalam belajar dapat ditingkatkan
dengan evaluasi diri sendiri dan evalusai orang lain tidak begitu penting.

D. Teori Belajar Sosial


Teori beljar sosial ini dikembangkan oleh Bandura yang merupakan perluasan dari
teori belajar perilaku yang tradisional. Teori belajar sosial ini menekankan bahwa
lingkungan-lingkungan dihadapkan kepada seseorang tidak random, lingkungan-lingkungan
itu kerap kali dipilih dan diubah oleh orang itu melalui perilakunya.
Konsep utama dari teori belajar sosial adalah sebaga berikut :
a. Pemodelan( Modeling). Menurut teori belajar sosial tentang modeling, yaitu
bahwa peserta didik atau individu melakukan aktivitas belajar dengan cara
meniru perilku orang lain, dan pengalaman vicarius, yaitu belajar dari
kegagalan dan keberhasilan orang lain.
b. Fase Belajar. Menurut Bandura ( Dahar 1992:280 ada empat fase belajar, yaitu
fase pertahian, fase retensi, fase reproduksi, dan fase motivasi.

BAB VII INTERAKSI MENGAJAR DI KELAS DAN PERMASALAHANNYA


A. Pengertian Megajar
Pengertian belajar pada hakekatnya ialah usaha untuk menciptakan kondisi atau
sistem lingkungan mendukung dan memungkinkan berlangsungnya proses belajar
(Sardiman, 1990 : 47). Mengajar secara luas dapat diartikan sebagai aktivitas
mengorganisasikan dan mengatur lingkunagan-lingkungan sebaik-baiknya dan
menghubungkan dengan anak, sehingga terjadi proses belajar.

B. Perbedaan antara Mengajar dan Mendidik


Mengajar lebih cenderung mengandung makna, yaitu aktivitas mentransfer pengetahuan
atau IPTEKS yang dimiliki oleh guru kepeda peserta didik agar peserta didik mengeetahui,
memahami, dan menguasai IPTEKS sesuai kemampuan yang dimiliki. Sedangkan
mendidik ialah aktivitas mentrasfer nilai, norma, adat istiadat, dan etika kepada peserta
didik agar mereka menjadi manusia yang mematuhi nilai, norma, dan etika yang berlaku
di masyarakat, sehingga peserta didik yang berpengetahuan dan memiliki sikap serta
perilaku yang baik.

C. Faktor-faktor yang Mempengaruhu Proses Mengjar dan Mendidik dan


Permasalahannya
Dari sekian banayak faktor yang mempengaruhi proses dan hasil proses dan hasil
interaksi belajar mengajar, terdaapt dua faktor yang sangat menentukan, yaitu faktor guru
sebagai subjek pembelajaran dan faktor peserta didik sebagai objek pembeljaran.
Kesemua faktor-faktor diluar faktor guru dan peserta didik berkontibusi berarti dalam
meningkatkan kualitas dan hasil interaksi belajar mengajar di kelas dan tempat belajar
lainnya. Faktor-faktor lainnya yang dimaksud terdiri dari : Faktor media pemebelajaran,
faktor instrumen dan peralatan pembelajaran, faktor fasilitas belajar, faktor infrastuktur
sekolah aatu lembaga pendidikan, faktor kurikulum, faktor metode dan stategi serta
pendekatan pemeblajaran, faktor sistem manajemen sekolah, dan faktor sistem evaluasi dan
hasil pembelajaran.

BAB VIII MANAJEMEN KELAS YANG BERBASIS PSIKOLOGI PENDIDIKAN


A. Manajemen Kelas untuk Pembinaan Displin Kels
Menajemen kelas merupakan usaha sadar untuk mengatur kegiatn proses belajar
mengajar secara sistematis. Usaha sadar itu mengarah kepada penyiapan bahan belajar,
penyiapan saranan dan alat peraga, ruang belajar, mewujudkan situasi dan kondisi proses
beljar mengajar dan pengaturan waktu sehingga pembelajaran berjalan dengan baik dan
tujuan urikuler dapat tercaapi (Dirjen. PUOD dan Dirjen. Dikdasmen, 1996). Manajemen
kelas bertujuan untuk :
a. Mewujudkan situasi dan kondisis kelas, baik sebagai lingkunan belajar maupun
sebagai kelompok belajar, yang memungkinkan peserta didik untuk mengembangkan
kemampuan semaksimal mungkin
b. Menghilangkan berbagai hambatan yang daapt menghalangi terwujudnya interaksi
pembelajaran, meyediakan dan mengatur fasilitas belajar serta perabot belajar yang
mendukung dan memungkinkan siswa belajar sesuai dengan lingkungan sosial,
emosional, dan intelektual siswa di daalm kelas, serta membina dan membimbing
siswa sesuai dengan latar belakang sosial, ekonomi, budaya, serta sifat-sifat
individunya (Dirjen. PUOD dan Dirjen. Dikdasmen, 1996). Dalam melkukan aktivitas
manajemen kelas untuk pebinaan displin kelas yang berbasis psikologi pendidikan,
ada beberapa pendekatan yang dapat digunakan, yaitu : pendekatan otoriter,
pendekatan permisif, pendektan instrusional, pendekatan pengubahan perilaku,
epndektan sosial emosional, dan pendekatan proses kelompok ( Entang dan Joni
1984:19).

B. Prinsip-Prinsip Sisplin Kelas Sebagai Wujud Manajemen Kelas Yang Berbasis


Psikologi Pendidikan
Dalam semangat pendekatan pendidikan displin yng mengacu psikologi pendidikan ,
hendaknya memiliki basis kemanusiaan dan prinsip-prinsip demokrasi. Oleh karena
itu, pendekatan displin yang dilakukan oleh para guru harus memperhatikan
beberapa displin berikut ini, yaitu :
a. Menggambarkan prinsip-prinsip pedagogi dan hubungan kemanusiaan di kelas
b. Mengembangkan budaya displin di kelas dan mengembangkan profesionalisme
guru daalm menumbuhkembangkan budaya displin di kelas
c. Merefleksikan tumbuhnya kepercayaan dan kontrol dari peserta didik daalm
melaksanakan budaya displin di kelas
d. Menumbuhkembangakan kesungguhan untuk berbuat dan berinovasi dalam
menegakkan budaya displin di kelas oleh para guru dan peserta didik di kelas
e. Menghindari persaan tertekan dan rasa terpaksa pada diri guru dan peserta didik
dalam menegakkan dan melaksanakan budaya displin di kelas.

C. Pemeliharaan Budaya Displin dan Usaha Kuratif terhadap Pelenggaraan Displin


dengan Pendekatan Psikologi Pendidikan
Dalam upaya untuk memelihara budaya displin kelas yang telah tumbuh dan
berkembang, paar guru di kelas hendaknya selalu konssten dan berkesinambungan
menunjukkan sikap dan perilaku selalu displin datang ke kelas, displin dalam mengajar, dn
kegiatan displin lainnya yang berkaitan dengan proes pembelajaran dan pendidikan di kelas.
Selain itu , aplikasi konsep, prinsip, dan teori-teori psikologi pendidikan harus juga
diterapkan dalam memelihara budaya displin kelas yang telah tumbuh dan berkembang.
Dalam upaya menanggulangi(kuratif) terhadap pelanggaran displin di kelas perlu
dilaksanakan dengan penuh hati-hati, demokratis, dan edukatif (Rachman, 1999: 207). Cara-
cara penanggulangan dilakukan secara bertahap dengan tetap memperhatikan jenis-jenis
gangguan yang ada dan siapa pelakunya, apakah dilakukan oleh individu atau kelompok.
Langkah tersebut dimulai dari tahap pencegahan sampai kepada tahap penyembuhan,
dengan tetap bertumpu kepada penenkanan substansinya bukan pribadi peserta didik.
Rachman (1999 :210-123) mengemukakan bahwa ada empat tahapan dalam
memelihara dispin (termasuk displin kelas), yaitu :
a. Tahap pencegahan
b. Tahap pemeliharaan
c. Tahap campur tangan
d. Tahap pengaturan
BAB IX MENGAJAR DAN BELAJAR YANG EFEKTIF DAN
PERMASLAAHANNYA

A. Pengertian dan Profil Mengajar yang Efektif


Santrok dalam bukunya yang berjudul Psikologi Pendidikan edisi kedua meyatakan
bahwa untuk daapt mengajar secara efektif para guru harus menganggap aktivitas mengajar
sebagai aktivitas yang kompleks dan memandang murid-murid sebagai objek yang variatif.
Untuk dapat mengajar secara efektif guru harus menguasai beragam perspektif dan strategi ,
dan harus mengaplikasikannya secara fleksibel. Hal ini membutuhkan dua hal utama yaitu
pengetahuan dan keahlian profesional, dan komitmen dan motivasi. Dari segi pengetahuan
dan keahlian profesional guru yang efektif harus :
a. menguasai stratei pengejaran yang konstruktivistik
b. guru ahli dalam menetapkan tujuan instruksional dan ahli daalm membuat
perencanaan instruksional
c. guru ahli dalam manajemen kelas
d. harus memiliki keahlian mitivasional
e. harus memiliki keahlian komunikasi
f. harus menguasai teknologi komputer
g. dapat mengetahui cara menggunakan komputer dan cara mengajar peserta didik
untuk menggunakan komputer untuk menuli dan berkreasi

Untuk menjadi guru yang efektif dibutuhkan komitmen dan motivasi mengajar yang
tinggi. Dengan komitmen dan motivasi mengajar yang tinggi yang dimiliki oleh guru
yang efektif daapt membantu mengatasi masa- masa sulit dan maslah-masalah yang
melelahkan dalam mengajar. Guru yang efektif juga harus punya kepercayaan diri terhadap
kemampuan mereka dan tidak akan membiarkan emosi negatif melunturkan emosi mereka.
BAB X MUTU PROSES DAN HASIL BELAJAAR MENGAJAR SEBAGI FOKUS
PSIKOLOGI DALAM PENDIDIKAN

A. Pengertian Mutu dan Hasil Belajar Mengajar


Menurut para ahli pendidikan, mutu proses belajar mengajar diartikan sebagai mutu dari
aktivitas mengajar yang dilakukan oleh guru dan mutu aktivitas belajar yang dilakukan oleh
peserta didik di kelas. Sedangkan mutu hasil proses belajar mengajar ilah mutu dari
aktivitas mengajar yang dilakukan oleh guru dan mutu aktivitas belajar yang dilakukan oleh
peserta didik di keasl.

B. Indikator-indikator Mutu Proses dan Hasil Belajar Mengajar di Kelas


a. Guru membuka pelajaran dengan mengucap salam.
b. Guru melakukan presensi siswa.
c. Guru melakukan pengelolaan kelas.
d. Guru menjelaskan materi pelajran di kelas.
e. Guru memberikan kesempatan kepada sisw untuk bertanya.
f. Guru menjawab pertannyaan siswa.
g. Guru memberikan penguatan.
h. Guru mengajukan pertanyaan dasar dan lanjutan.
i. Guru melakukan variasi dalam teknik belajar.
j. Guru menggunakan stimulus untuk membangkitkan motivasi dan minat belajar
siswa.
k. Guru mengadakan pengajaran di kelompok kecil.
l. Guru memimpin diskusi kelompok.
m. Guru mengajar atas perbedaan individu.
n. Guru mengajar melalui penemuan siswa.
o. Guru mengembangkan kreativitas siswa.
p. Guru memberikan kegatan pengeyaan dan remedial kepada siswa.
q. Guru memberikan tugas belajar kepad siswa secara individual maupun
kelompok.
r. Guru menilai sikap dan perilaku kerjasama siswa dalam mengikuti PBM di
kelas.
s. Guru menilai penugasan siswa terhadap materi pelajaran dengan tes formatif.
t. Guru menjelaskan kembali jawaban siswa atas pertanyaan siswa lain.
u. Guru menarik kesimpulan tentang pokok bahasah yang diajarkan paad akhir
pertemuan di kelas.
v. Guru memberikan pekerjaan rumah kepada siswa.
w. Guru menutup pelajaran dengan ucapan salam.

C. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Mutu Proses dan Hasil Belajar Mengajar


Secara garis besar aad dua faktor utama yang mempengaruhi mutu proses dan hasil
beljar mengajar di kelas yaitu :
a. Faktor internal, berupa faktor psikologis, sosiologis, dan fisiologis yang ada pada
diri siswa dan guru sebagai pebelajar dan pembelajar.
b. Faktor eksternal, ialah semua fakto yang mempengaruhi proses dan hasil belajar
mengajar di kelas selain faktor yang bersumber dari faktor guru dan siswa, seperti
lingkungan , masukan peralatan, dan lainnya.

Faktor –faktor yang mempengaruhi mutu proses dan hasil belajar mengajar di kelas
dilihat dari segi pendekatan sistem , yaitu :

a. Masukan
b. Proses
c. Keluaran

Anda mungkin juga menyukai