Anda di halaman 1dari 4

BAB I

PENDAHULUAN

A. Pengertian psikologi pendidikan


1. H.C. Whitherington:
Psikologi pendidikan ialah suatu studi yang sistematis tentang proses-proses dan
faktor-faktor yang berhubungan dengan pendidikan manusia.
2. Lester. D.C row, Ph.D. dan Alice Crow, Ph.D.:
Psikologi pendidikan dapat dipandang sebagai ilmu pengetahuan praktis, yang
berguna untuk menerangkan belajar sesuai dengan prinsip-prinsip yang ditetapkan
secara ilmiah dan fakta-fakta sekitar tingkah laku manusia.
3. Carter V. Good:
Psikologi pendidikan: suatu studi tentang hakekat belajar.
4. WS. Winkel SJ, M.SC:
Psikologi pendidikan ialah ilmu yang mempelajari prasyarat (faktor-faktor) bagi
pelajar di sekolah, berbagai jenis bahan dan fase-fase dalam semua proses belajar.

B. Ruang lingkup pembahasan psikologi pendidikan


Ruang lingkup psikologi pendidikan ialah sebagai berikut:
1. Pertumbuhan dan perkembangan pada umumnya
2. Psikologi anak
3. Hygiene rokhani
4. Kecerdasan (intellegensi) dan penilaiannya
5. Perbedaan-perbedaan individu
6. Hakekat perbuatan belajar
7. Faktor-faktor yang mempengaruhi perbuatan belajar
8. Soal transfer dalam belajar
9. Test dan soal penilaian atau pengukuran
10. Teori dasar tentang motivasi
11. Arti motivation bagi pengajaran
12. Perkembangan sosial dan emosional.
C. Manfaat mempelajari psikologi pendidikan
Secara kodrati manusia selalu ingin mendidik keturunannya, ini berarti masalah
pendidikan adalah masalah manusia sejak manusia ada. Hal ini bisa dilampaui dengan
efektif dan efesien bila pendidik memahami keadaan anak didiknya. Untuk itu perlu
mengetahui pertumbuhan dan perkembangan anak sejak lahir bahkan sejak masa
konsepsi. Pristiwa-peristiwa yang mempengaruhi dalam tiap fase serta faktor yang
menunjang dan menghambat, potensi-potensi dasar yang dimiliki anak serta
intelegensi dan bakat, sifat serta ciri kepribadian anak.

D. Metode psikologi pendidikan


Metode yang biasa digunakan oleh para psikolog termasuk psikologi pendidikan
menurut L.D. Crow Ph.D dan Allice Crow Ph.D adalah:
- Introspection
- Observation
- Genetic approach
- Evaluating techniques
- Experimental method
- Statistical analiys

a. Metode introspeksi
Pada masa permulaan para sarjana psikologi memakai pendekatan melalui
pengamatan terhadap diri sendiri, pengalaman-pengalaman, penilaian terhadap
apa yang dirasakannya. Namun sekarang metode ini dianggap kurang valid dan
reliabel hal ini disebabkan antara lain oleh pribadi orang kadangkala dipengaruhi
oleh keadaan emosinya yang menggoyahkan objektivitas tanggapan dan sikapnya
terhadap seseorang atau sesuatu di luar dirinya. Namun ada beberapa kegiatan
rohaniah yang sangat dalam dan bersifat pribadi yang tidak bisa menerapkan
pengukuran secara objektif sehingga metode kuno ini tetap dianggap bisa
membantu.
b. Metode observasi
Metode ini mendasarkan pada pengamatan terhadap objek penyelidikan, disertai
aktivitas penulisan secara sistematis. Beberapa syarat metode observasi adalah
sebagai berikut:
1. Mengabdi kepada tujuan penyelidikan
2. Direncanakan secara sitematis
3. Dicatat dan dihubungkan secara sistematik dan proporsi yang lebih umum
4. Dapat dcetak dan dikontrol validitas, reliabilitas dan ketelitiannya sebagai
data ilmiah.

c. Pendekatan genetis
Ada dua cara yang dapat digunakan para ahli untu mempelajari pertumbuhan dan
perkembangan ondividu, yaitu:
1. The cross-sectional (horisontal)
2. The longitudial (vertikal)

Cross-sectinal yaitu meneliti sejumlah besar individu sebaya dalam tingkat


perkembangan yang bermacam-macam untuk memperoleh data yang
berhubungan dengan prinsip pertumbuhan dan perkembangan. Longitudial
digunakan bila ingin menyelidiki individu atau kelompok sejak anak-anak
sampai dewasa secara terus-menerus. Namun metode ini mahal, sulit dan
memakan tempo yang cukup lama.

d. Teknik-teknik evaluasi
1. Quisioner (angket) dipakai untuk mengumpulkan data seperti: keyakinan,
perasaan, sikap, motivasi, dengan jalan mengirim daftar pertanyaan kepada
orang yang diteliti itu sendiri (langsung) atau kepada seseorang yang diminta
menceritakan tentang keadaan oranglain (tidak langsung), kemungkinan
jawaban yang diperoleh dijadikan dasar pengambilan kesimpulan.
2. Alat-alat pengukuran yang distandarisasi
Alat-alat ini digunakan oleh peneliti dengan cara mengajukan pertanyaan,
perintah-perintah tertentu yang telah disusun sedemikian rupa dengan norma
yang tepat dan teliti untuk mengukur intelegensi, tingkat keberhasilan dalam
belajar, serta minat individu yang bersifat jasmani, dan alat-alat ini
menghendaki:
- Jawaban yang segera
- Orang yang diteliti tidak senantiasa diharapkan mengetahui jawaban
pertanyaan, juga tidak diberi kesempatan untuk menemukan jawaban
yang tepat seluruhnya
- Orang yang diteliti hanya diminta menjawab pertanyaan sesuai dengan
pendapat, sikap dan latar belakang yang sudah ada pada dirinya saja.
3. Interview
Pengumpulan data dengan tanya jawab secara lisan yang senantiasa mengabdi
kepada tujuan penyelidikan disebut interview. Dengan alat inilah
penginterview yang cekatan dan mahir akan mampu memunculkan sekaligus
memahami peristiwa-peristiwa jiwa mulai dari intonasi bahasa, ekspresi
muka, gerak-gerik tubuh bahkan sampai dengan keras lembutnya suara dalam
percakapan.
4. Case history atau pendekatan klinis
Pendekatan klinis biasanya dipakai untuk menyelidiki sejumlah kecil individu
yang berlangsung relatif lama, teliti dan mendalam. Sering dipergunakan
dalam penelitian anak-anak yang tidak normal dengan tujuan mencari faktor
penyebabnya dan selanjutnya menentukan cara penyembuhannya.

Anda mungkin juga menyukai