Anda di halaman 1dari 45

Judul Buku

Buku Utama : Psikologi Pendidikan


Buku Pembanding : Psikologi dalam Pendidikan

Nama Pengarang
Buku Utama : Drs. H. Mustaqim
Buku Pembanding : Prof. Dr. H. Abdul Hadis, M. Pd. dan
Prof. Dr. Hj. Nurhayati B., M.Pd.

Penerbit/Tahun Terbit/Jumlah Halaman


Buku Utama : Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang/2012/187
halaman.
Buku Pembanding : Alfabeta Bandung/2014/115 halaman.
Nama Mahasiswa : Anggie Purnama Siadari
Nim/Prodi : 2143311007/Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Ilmu psikologi pendidikan adalah ilmu yang sangat penting dikuasai oleh
seorang guru sebagai pendidik dan pengajar. Guru dalam menjalankan perannya
sebagai pendidik bagi peserta didiknya, tentunya dituntut memahami tentang
berbagai aspek perilaku dirinya maupun perilaku orang-orang yang terkait dengan
tugasnya, terutama perilaku peserta didik dengan segala aspeknya, sehingga dapat
menjalankan tugas dan perannya secara efektif, yang pada gilirannya dapat
memberikan kontribusi nyata bagi pencapaian tujuan pendidikan di sekolah.
Peranan psikologi dalam dunia pendidikan sangatlah penting dalam rangka
mewujudkan tindakan psikologis yang tepat dalam interaksi antara setiap faktor
pendidikan. Pengetahuan psikologis tentang peserta didik menjadi hal yang sangat
penting dalam pendidikan. Karena itu, pengetahuan tentang psikologi pendidikan
seharusnya menjadi kebutuhan bagi para guru, bahkan bagi tiap orang yang
menyadari dirinya sebagai pendidik.

1
Mengkritik sebuah buku adalah salah satu tuntutan kegiatan belajar bagi
mahasiswa di perguruan tinggi. Mengkritik buku merupakan suatu kegiatan yang
bukan hanya membandingkan antara satu buku dengan buku lainnya, akan tetapi
mahasiswa juga diharapkan mampu untuk menambah wawasan dan kajian
keilmuannya dari buku yang di kritiknya. Berangkat dari hal tersebut, dalam
Critical Book Report ini berisi mengenai hasil rangkuman, kritik, kelemahan dan
kelebihan buku berjudul Psikologi Pendidikan dan Psikologi dalam Pendidikan.

1.2 Tujuan

Critical Book Report ini bertujuan :

1. Mengulas isi sebuah buku.


2. Mencari dan mengetahui informasi yang ada dalam buku.
3. Melatih diri untuk berpikir kritis dalam mencari informasi yang diberikan
oleh setiap bab dari buku pertama dan buku kedua.
4. Mengkritik sebuah buku serta membandingkan antara buku satu dengan
buku lainnya.

1.3 Manfaat
1. Untuk memenuhi tugas mata kuliah Psikologi Pendidikan.
2. Untuk melatih mahasiswa berpikir kritis dalam mencari informasi.
3. Untuk memberikan informasi yang faktual bagi para pembaca.

2
BAB II ISI BUKU
Ringkasan Buku Utama

BAB I
PENDAHULUAN

A. Pengertian Psikologi Pendidikan


Pengertian atas batasan tentang Psikologi Pendidikan yang diutarakan oleh
ahlinya tidak senantiasa sama, hal ini disebabkan antara lain oleh cara pandang
dan pendekatan yang berbeda. Agar memperoleh gambaran yang jelas tentang hal
itu, dibawahh ini disajikan batasan Psikologi Pendidikan dari para ahli sebagai
berikut:
1. “Psikologi Pendidikan ialah suatu studi yang sistematis tentang proses-
proses dan faktor-faktor yang berhubungan dengan pendidikan
manusia”.
2. “Psikologi Pendidikan ialah ilmu yang mempelajari pra syarat-pra syarat
(faktor-faktor) bagi pelajar disekolah, berbagai jenis belajar dan fase-fase
dalam semua proses belajar”.
Setelah memperhatikan defenisi yang telah dikemukakan oleh para ahli
tersebut di atas, penulis dapat menarik kesimpulan bahwa Psikologi Pendidikan
adalah ilmu yang menerangkan tentang aktivitas individu dan faktor-faktor yang
mempengaruhi dalam proses pendidikan.

B. Ruang Lingkup Pembahasan Psikologi Pendidikan


Dalam ruang lingkup ada penelitian terhadap 13 buku yang di tulis para ahli
selama kurang lebih 5 tahun yaitu antara tahun 1942-1946 memberi gambaran
kepada kita bahwa ruang lingkup Psikologi Pendidikan adalah sebagai berikut:
1. Psikologi anak.
2. Kecerdasan (Intellegensi) dan penilaiannya.
3. Pertumbuhan dan perkembangan pada umumnya.
4. Hakikat perbuatan belajar.
5. Faktor-faktor yang mempengaruhi perbuatan belajar.

3
6. Hygiene rokhani.
7. Soal transfer dlaam belajar.
8. Test dan soal penilaian atau pengukuran.
9. Teori dasar tentang motivasi.
10. Arti motivation bagi pengajaran.
11. Perkembangan sosial dan emosional.
12. Perbedaan-perbedaan individu.
Perbandingan luas dan sempitnya pembahasan tiap-tiap sub pembahasan
antara penulis satu dengan yang lain sangat tergantung pada cara pandang dan
pendekatan mereka, namun demikian pada umumnya mereka memberri daerah
yang lebih luas terhadap soal belajar, hal ini tercantum antaralain oleh :
a. Penelitian Earli E. Emme terhadap:
Sembilan belas buku yangterbit sejak tahun 1933-1941, hasil penelitian
tersebut menunjukkan bahwa soal belajar menempati urutan teratas, baru
kemudian disusul soal-soal yang berhubungan dengan perkembangan
selama masa anak-anak dan remaja.
b. Pernyataan Lester D.Crow,Ph.D. dan Alice Crow Ph.D
Psikologi pendidikan memberikan gambaran dan penerangan tentang
pengalaman-pengalaman belajar seseorang individu sejak dilahirkan
sampai usia tua. Pokok persoalannya adlaah mengenai keadaan-keadaan
yang dapat mempengaruhi belajar.

C. Manfaat Mempelajari Psikologi Pendidikan


Pendidikan adalah masalah manusia ada, karena hal ini bisa dilampaui dengan
efektif dan efesien bila pendidik memahami keadaan anak didiknya. Untuk
samapai kepada tujuan ini, anatara lain perlu mengetahuai pertumbuhan dan
perkembangan anak sejak lahir bahkan sejak masa konsepsi, dan seterusnya.
Peristiwa-peristiwa yang mempengaruhi dlaam tiap-tiap fase serta faktor yang
menunjang dan mengahmbat, potensi-potensi dasar yang dimiliki anak serta
intellegensi dan bakat, sifat-sifat serta ciri-ciri kepribadian anak. selanjutnya juga
perlu mengetahui cara-cara yang dapat dan jitu untuk memahami hal-hal yang

4
berhubungan dengan masalah belajar dan mengajar dan segala variasi serta
modelnya.

D. Metode Psikologi Pendidikan


Metode-metode yang bisa dipergunakan oleh para psikolog termasuk
pendidikan menurut L.D.Crow Ph. D dan Allice Crow Ph. D.adalah sebagai
berikut :
a. Introspection
b. Observation
c. Genetic approach
d. Evaluating techniques
e. Experimental method
f. Dak Statistical analisys

BAB II
PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN

A. Pengertian Pertumbuhan dan Perkembangan


Untuk melihat lebih jelas ada baiknya menyimak ngkapan para ahli, anatar
lain:
1. Prof DR.F.J.Monk,dkk:
“perkembangan adalah suatu proses yang kekaldan tetap yang menuju ke
arah suatu organisasi pada tingkat integrasi yang lebih tinggi, berdasarkan
proses pertumbuhan, kemasakan dan mengajar”
2. Prof. Dr. Soegarda Poerbajawatja:
“pertumbuhan: suatu proses anak yang menunjukkan perubahan-
perubahan padanya (terutama jasmaniyahnya) secara otomatis, sedang
Perkembangan suatu proses dalam pertumbuhan yang menunjukkan
adanya pengaruh dalam yang menyebabkan bertambahnya tempo, kualitas
dalam pertumbuhan.

5
Kedua pernyataan di atas memberi ilham bahwa istilah pertumbuhan tidak
bisa di pisahkan secara tajam, namun jika ingin di bedakan maka pertumbuhan
lebih menunjuk kepada perubahan fisik sedangkan perkembangan lebih menunjuk
kepada perubahan psikis yang jelas, baik pada pertumbuhan maupun
perkembangan terjadi proses perubahan, perubahan tersebut terjadi akibat dari
kekuatan-kekuatan intern secara otomatis dan kekuatan-kekuatan dari luar.

B. Tanda-tanda Pertumbuhan dan Perkembangan


Bila perubahan berkenaan dengan aspek-aspek fisik lahir yang nampak maka
kesulitan yang akan dihadapi oleh fihak yang berkepentingan tidak terlalu
menghambat, namun yang berhubungan dengan aspek psikis kita harus mencari
tanda-tanda atau manifestasi-manifestasi yang bisa diamati. Secara garis besar
tda-tanda tersebut baik berkenaan dengan fisik maupun psikis telah diterangkan
oleh Drs.A. Noerhadi Djamal sebagai berikut:
1) Perubahan dalam arti pertambahan ukuran atau berat serta perbedaan
perbandingan antar ukuran/berat/kesanggupan.
2) Perubahan dalam arti kelengkapan ciri-ciri yang lama dan munculnya ciri-
ciri yang baru.
Dalam keadaan normal dengan tambahnya usia individu mengalami
perubahan panjang, berat dan kesanggupan baik kesanggupan jasmani maupun
kesanggpan psikis. Selain itu individu juga mengalami pergantian.

C. Priode Pertumbuhan dan Perkembangan


Individu senantiasa mengalami perubahan yang dinamis,pendidikan harus
menyesuaikan dengan keadaan kejiwaan anak-anak pada masa-masa tertentu, ini
berarti pengetahuan dan pemahaman tentang fase-fase perkembangan besar
artinya. Atas dasar perkembangan praktis maka pembicaraan tentang periodisasi
ini mengutip pendapat Prof.Dr. Kohnstam, sebagai berikut:
1. Masa Vital
Masa awal kehidupan inilah menjadi dasar penting (vital) bagi kelanjutan
hidup jasmani dan rohani anak,bagi orang tua sebaiknya senantiasa

6
memperhatikan kebutuhan jasmani yang memadai; seperti air susu,
makanan tambahan yang bergizi dan lingkungan kebendaan yang cukup.
2. Masa Estetis
Secara harfiyah Estetis mempunyai arti indah, namun yang jelas pada
masa ini anak mengalami perkembangan panca indera (peka), munculnya
gejala kenakalan yang sering disebut Kemratu-ratu (Jawa). Hal ini timbul
karena perkembangan bahasa mereka mengalami kemajuan yang pesat,
maka sampailah pada taraf pengenalan dirinya sendiri sebagai subyek, ia
sadar bahwa ia juga seperti seperti orang lain (dewasa) maka ia tidak boleh
melakukan sesuatu, dan memang dorongan ingin tahu dan ingin merasa
untuk memperoleh pengalaman sudah cukup kuat.
3. Masa Intelektual
Pada masa ini anak telah matang untuk masuk Sekolah Dasar, dengan ciri
umum mereka lebih mudah di didik daripada masa sebelumnya. Masa
intelektual ini diakhiri dengan masa yang disebut masa pueral dengan dua
sifat yang menonjol yaitu ingin berkuasa dan ekstrovet. Sifat ini menjelma
menjadi aneka ragam aktivitas anatara lain:
a. Mempunyai cita-cita menjadi orang besar, orang kuat.
b. Mereka lebih mementingkan hal-hal yang berhubungan dengan
kelompok sebaya.
c. Menuntut perbuatan adil dari guru terutama masalah nilai/hadiah dan
hukuman.
d. Senang ke tempat-tempat yang belum dikenal, serta senang membaca
buku avontur ( ceritera pengalaman hebat ).
4. Masa Remaja
Masa remaja adalah masa sulit, masa fakim, masa goncang dan masih
banyak lagi nama yang diberikan oleh para ahli. Secara umum remaja
mula-mula tidak mau memakai pedoaman hidup dan sikap atau pedoman
hidup yang baru, hal ini yang menyebabkan kegoncangan.
Secara bagan proses penemuan nilai-nilai hidup para remaja adalah
sebagai berikut:
a. Masa fakim pedoman, lalu mencari

7
b. Masa identifikasi nilai
c. Masa pemilihan dan pengujian.

1. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pertumbuhan dan Perkembangan


Bila kita melihat aliran Naturalisme dan Empirisme nampak keduanya
mempunyai anggapan yang ekstrim hingga sulit dipertahankan di samping
memang tidak nampak dalam kehidupan riil, oleh karenannya pembicaraan ini
lebih berkiblat kepada faham konvegensi yang prinsipnya faktor yang
mempengaruhi Pertumbuhan dan Pekembangan:
a. Hereditet
b. Lingkungan

BAB III
BELAJAR

A. Pengertian Belajar
1. Menurut Lyle E. Bourne, JR., Bruce R. Ekstrand:
“Learning a relatively permanent change in behaviour traceable to
experince and prectice”
(belajar adalah perubahan tingkah laku yang relatif tetap yang diakibatkan
oleh pengalaman dan latihan).
2. Clifford T. Morgan:
“Learning is any relatively permanent change in behaviour that is a result
of past experince”.
(belajar adalah perubahan tingkah laku yang relatif tetap yang merupakan
hasil pengalaman yang lalu).
3. Dr. Musthofa Fahmi:
(sesungguhnya belajar adalah (ungkapan yang menunjuk) aktivitas yang
(yang menghasilkan) perubahan-perubahan tingkah laku atau
pengalaman).

8
4. Guilford
“learning is any change in behaviour resulting from stimulation”.
(belajar adalah perubahan tingkah laku yang dihasilkan dari rangsangan).
Batasan-batasa belajar di atas secara umum bisa disimpulkan; belajar adalah
perubahan tingkah laku yang relatif tetap yang terjadi karena latihan dan
pengalaman. Dengan kata lain lebih rinci belajar adalah:
a. Suatu aktivitas atau usaha yang disengaja.
b. Perubahan-perubahan itu meliputi perubahan keterampilan jasmani,
kecepatan reseptual, isi ingatan, abilitas berpikir , sikap terhadap nilai-nilai
dan inhibisi serta lain-lain fungsi jiwa (perubahan yang berkenaan dengan
aspek psikis dan fisik);
c. Perubahan tersebut relatif bersifat konstan.

B. Jenis-jenis Belajar
1. Menurut Muhammad Athiyah Al-Abrosyi, jenis belajar ada tiga)
a. Belajar pengetahuan
b. Belajar keterampilan
c. Belajar perasaan dan hati.
2. Menurut Dr. Muhammad Al.Hadi Afify jenis belajar dan empat:
a. Aqal
b. Akhlaq
c. Fisik
d. Sosial.
3. Menurut Prof. Dr. Nasution:
a. Belajar berdasarkan pengamatan
b. Belajar berdasarkan gerak
c. Belajar berdasarkan hafalan
d. Belajar karena masalah (pemecahan masalah)
e. Belajar berdasarkan emosi.
4. Menurut Robert M. Gagne.
a. Keterampilan motorik;
b. Sikap;

9
c. Kemahiran intelektual;
d. Informal verbal;
e. Pengetahuan kegiatan intelektual

C. Teori-teori Belajar
Untuk menjawab pertanyaan “bagaimana proses belajar itu terjadi” ternyata
tidak mudah, hal itu karena tidak semua ahli merumuskan sama. Oleh karenanya
ada baiknya di sini dipaparkan beberapa pendapat antara lain sebagai berikut:
1. Aliran Skolastik
Kelompok ini beranggapan bahwa belajar tidak lain adalah mengulang-
mengulang bahan yang dipelajari makin sering diulang makin dikuasai.
2. Herbart
Jiwa manusia terdiri dari unsur-unsur kecil berupa tanggapan, tanggapan-
tanggapan tersebut masing-masing mempunyai kekuatan. Makin kuat
suatu tanggapan maka makin besar peranannya dalam tingkah laku
individu. Oleh karena itu pendidik/ guru harus memberi tanggapan sejelas
mungkin dan mengusahakan memasukkan tanggapan tersebut sering
mungkin ke dalam alam kesadaran. Hal itu mengingat tanggapan-
tanggapan yang ada dalam alam alam tak sadar. Kata lain yang sejajar
artinya adalah mengusahakan berulang-ulang memunculkan tanggapan.
3. Aliran Ilmu Jiwa Daya
Mereka beranggapan bahwa jiwa manusia mempunyai berbagai daya,
misalnya daya mengenal, daya mengingat, daya berhayal, daya berpikir,
dan sejenisnya. Daya-daya tersebut dapat diperkuat dan diperbaiki
fungsinya dengan dilatih. Misalnya untuk melatih daya ingat dengan jalan
menghafal angka-angka, huruf-huruf, ungkapan-ungkapan , yang penting
di sini adalah pembentukan dan penguatan daya ingat. Demikian pula
daya pikir bisa dilatih dengan menggunakan masalah-masalah yang sulit-
sulit secara terus-menerus. Daya fantasi dengan kesusastraan. Perlu di
ingat, aliran ini labih mementingkan pembentukan daya-daya daripada
bahan pelajaran. Dengan daya-daya yang mapan dan telah terlatih akan
bisa digunakan terhadap segala macam soal atau bahan dalam yang lain.

10
4. Teory Koneksionisme
Eksprimen yang pernah dilakukan Torndike bisa digambarkan secara
singkat, menurut teori ini belajar adalah pembentukan atau penguatan
hubungan antara stimulus dan respons.
Hubungan S dan R ini mempunyai beberapa hukum sebagai berikut:
1. Hukum Pokok
Law of readness
1. bila sudah ada “kecendrungan bertindak” lalu bertindak akan
membawa kepuasan, dan tidak akan ada tindakan-tindakan lain untuk
mengubah kondisi itu.
2. bila sudah ada “kecendrungan bertindak”tetapi tidak bertindak
akanmenimbulkan ketidakpuasan. Hal ini akan menimbulkan
ketidakpuasan. Hal ini akan menimbulkan response-response lain
untuk mengurangi/meniadakan ketidakpuasan.
3. apabila belum ada”kecendrungan bertindak” dipaksa bertindak
makaakan menimbulkan ketidakpuasan untuk
menghilangkan/mengurangi ketidakpuasan tersebut akan muncul
tindakan-tindakan lain.
2. Hukum Subsidier
Law of multiplerespons dalam keadaan problematis biasanya individu
tidak dapat segera memilih dan menentukan jawaban/respon yang tepat. Ia
mencoba bermacam- macam respon, pertama,kedua,ketiga mungkin salah
akhirnya menemukan respon yang benar. Proses ini disebut “trial and
error”.

D. Transfer Belajar
1. Pengertian
Menurut L.D.Crow and A.Crow:
(pemeindahan-pemindahankebiasaan berpikir, perasaan atau
pekerjaan,ilmu pengetahuan atau keterampilan, dari suatu keadaan belajar
ke keadaan belajar yang lain biasanya disebut transfer latihan/belajar).

11
Pemindahan hasil belajar itu sebenarnya bisa terjadi dari mata pelajaran
satu ke mata pelajaran yang lain atau kehidupan nyata diluar sekolah.
2. Macam-macamTransfer
a. Transfer Positif
Dikatakan positif jika hasil belajar dalam satu mata pelajaran tertentu
membantu terhadap mata pelajaran/situasi yang lain.
b. Transfer Negatif
Apabila hasil belajar dalam suatu bidang studi
mengganggu,memperlambat atau mempersulit bidang studi lain dikatakan
negatif.
3. Teori-teori Transfer Belajar
Secara umum para ahli berpendapat bahwa transferdalam belajar itu bisa
terjadi,akan tetapi,apa sebenarnya hakekat transfer itu dan bagaimana dalam
belajar, mereka berbeda pendirian.
Pendapat mereka secara garis besar dapat dibedakan menjadi tiga,sebagai
berikut:
a. Teori Disiplin formal/Ilmu Jiwa Daya
Bertitik tolak dari anggapan jiwa manusia terdiridari berbagai daya, daya
mengingat,daya pikir dan lain-lain, maka mereka beranggapan bahwa
transfer hanya bisa terjadi bila daya-daya tersebut dapat diperkuat dan
“didisplinkan” dengan latihan-latihan yang keras dan terus-menerus.
Setelah daya-daya itu terlatih maka akan mudah terjadi transfer secara
otomatis ke bidang-bidang lain.

b. Teori Generalisasi
Peletak pandangan iniadalah Charles Judd,ia beranggapanbahwa transfer
bisa terjadi bilasituasi baru dan situasi lama yang telah dipelajari
mempunyai kesamaan prinsip,pola atau struktur,tidak kesamaan akan
mampu mengamalkan dalam situasi yang berbeda,demikian pula prinsip
ekonomi,hukum,pendidikan dan lain-lain.

12
Teori diatas tersebut sampai sekarang masih menunjukkan kebenaran,
kemampuan berpikir logis sistematis,ternyata cukupmembantu di bidang-bidang
lain (Ilmu Jiwa Daya). Unsur-unsur yang samaatau pola-pola yang mirip bila
dipahami betul orang pun tertolong dalam menghadapi situasi yang sama sekali
baru ( elemen identik dan generalisasi).

E. Prinsip-prinsip Belajar
Dari beberapa teori yang dikemukakan oleh para ahli bisa dirangkum prinsip-
prinsip belajar antara lain sebagai berikut:
1. Belajar akan berhasiljika disertaikemauandan tujuan tertentu.
2. Belajar akan lebih berhasil jika disertai berbuat, latihan dan ulangan.
3. Belajar lebih berhasil jika memberi sukses yang menyenangkan.
4. Belajar lebih berhasil jikatujuan belajar berhubungan dengan aktivitas
belajar itu sendiri atau berhubungan dengan kebutuhan hidupnya.
5. Belajar lebih berhasiljika bahan yang sedang di pelajari dipahami, bukan
sekedar menghafal fakta.
6. Dalam proses belajar memerlukan bantuan dan bimbingan orang lain.
7. Hasil belajar dibuktikan dengan adanya perubahan dalam diri si pelajar.
8. Ulangan dan latihan perlu akan tetapi harus di dahului oleh pemahaman.

F. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Belajar


Menurut uraian H.C. Witherington dan Lee J. Cronbach Bapemsi,faktor-
faktor serta kondisi-kondisi yang mendorong perbuatan belajar bisa diringkas
sebagai berikut:
1. Situasi belajar (kesehatan jasmani, keadaan psikis,pengalaman dasar).
2. Penguasaan alat-alat intelektual.
3. Latihan-latihan yang terpancar.
4. Penggunaan unit-unit yang berarti.
5. Latihan yang aktif.
6. Kebaikan bentuk dan sistem.
7. Efek penghargaan (reward) dan hukuman.
8. Tindakan-tindakan pedagogis.

13
BAB IV
PRINSIP-PRINSIP MENGAJAR

A. Pengertian Mengajar
1. Menurut Dr. Harold Benyamin:
(mengajar ialah suatu proses pengaturan kondisi-kondisi dengan mana
pelajaran merubah tingkah lakunya dengan sadar ke arah tujuan-tujuan
sendiri).
2. Menurut Prof. Drs. S.Nasution,MA:
Mengajar ada yang bersifat teacher centered dan ada yang pupil centered,
tipe pertama bisa diberi batasan sebagai berikut:
Mengajar adalah menanamkan pengetahuan pada anak. Dua batasan
mengajar diatas, sudah cukup memberi gambaran tentang apa itu
mengajar, pembahasan secara luas dan rinci telah dibahas ilmu yang
langsung berhubungan dengannya, misalnya didaktik metodik.
Secara global mengajarbisa dibedakan menjadi:
a. Mengajar menurut faham lama:
Guru senantiasa aktif menyampaikan dan memompakan
informasi/fakta-fakta agar dikuasai siswa, siswa sendiri hanya
menerima/pasif.
b. Mengajar menurut faham baru:
Guru sebagai pengelola, pengatur, pracik lingkungan berupa tujuan,
materi, metode dan alat dengan siswa, siswa harus aktif.

B. Kompetensi Guru
Pada prinsipnya guru harus memiliki tiga kompetensi yaitu kompetensi
kepribadian; kompetensi penguasaan atas bahan dan kompetensi dalam cara
belajar mengajar.
1. Kompetensi Kepribadian
Faktor penting bagi guru adalah kepribadiannya, kepribadiannya itu yang
akan menentukan, apakah ia akan menjadi pembimbing dan pembina yang baik
bagi anak didiknya, ataukah akan jadi perusak atau penghancur, bagi hari esok

14
anakdidiknya, terutama bagi siswa yang masih sangat muda (SD) dan mereka
yang sedang mengalami masa goncang remaja, sebab mereka belum mampu
melihat dan memilih nilai, mereka baru mampu melihat pendukung nilai. Saat-
saat seperti ini proses imitasi dan identifikasi sedang berjalan.

C. Aspek-aspek Psikologi dalam Mengajar


Menurut L.D. Crow, Ph.D. dan Alice Crow, Ph. D.
Ada lima aspek mengajar sebagai berikut:
1. Mengarahkan dan membimbing belajar.
2. Menimbulkan motivasi pada siswa untuk belajar.
3. Membantu siswa-siswa dalam mengembangkan sikap yang baik dan
diinginkan.
4. Memperbaiki teknik mengajar.
5. Mengenaldan mengusahakan terbentuknya pribadi yang bermutu dan
berguna dalam rangka menuju suskes dalam mengajar.

BAB V
POTENSI-POTENSI PESERTA DIDIK

A. Intelegensi
Secara global, hakekat intelegensi bisa diillutrasikan sebagai berikut:
1. Kemampuanmemahami sesuatu, makin tinggi intelegensi
seseorang,akan makin cepatlah ia memahamisesuatu yang dihadapi,
problema dirinya sendiri, dan problema dirinya sendiri, dan problema
lingkungannya.
2. Kemampuan berpendapat,mkin cerdas seseorang makin cepat
pulamengambil ide,langkah penyelesaian masalah, memilih cara-cara
yang tepat diantara sekian alternatif penyelesaian, segera dipilih mana
yang paling ringan dankecil resikonya dan besar manfaatnya;
3. Kemampuankontrol dan kritik,makin cerdas seseorang makin tinggi
pula daya kontrol dan kritiknya terhadapapa yang diperbuat, sehingga

15
tidakdiulangi lagi,paling tidak frekuensi pengulangan kesalahan adalah
kecil.

B. Kecerdasan Emosi
Salah satu faktor penting yang sangat berpengaruh dalam keberhasilan
belajar adalah emosi. Hasil-hasil penelitian psikologi kontemporer menunjukkan
bahwa disamping adanya faktor yang berasal dari IQ, ternyata belajar dan prestasi
sangat ditentukan oleh Emotional Intellegence atau kecerdasan emosi.
Para ahli psikologi menyebutkan bahwa IQ hanya mempunyai peransekitar
20% dalam menentukan keberhasilan hidup, sedangkan 80%sisanya sitentukan
oleh faktor-faktor lain. Di antara yang terpenting adalah kecerdasan emosi
(Emotional Quotion). Dalam kehidupan banyak sekali masalah-masalah yang
tidak dapat dipecahkan semata dengan menggunakan kemampuan intelektual
seseorang. Kematangan emosi ternyata sangat menentukan keberhasilannya.
Dengan kata lain, kecerdasan emosi mempunyai kontribusi yang sangat besar
dalam mencapai keberhasilan hidup. Berbeda dengan kebanyakan pemikiran
konvensional,emosi ini tidak lagi dipandang sebagai sesuatu yang dipandang
sebagai sesuatu yang bersifat positif atau negatif, tetapi berlaku sebagai sumber
energi autentisitas dan semangat manusia yang paling kuat dan dapat memberikan
sumber kebijakan intuitif.
Kecerdasan emosi menunjuk kepada suatu kemampuan untuk memahami
perasaan diri masing-masing dan perasaan orang lain,kemampuan untuk
memotivasi dirinya sendiri, dan menata dengan baik emosi-emosi yang muncul
dalam dirinya dan dalam berhubungan dengan orang lain. Kecerdasan emosi
memiliki limaunsur yaitu kesadaran diri (self-awareness), pengaturan diri (self-
regulation),motivasi (motivation), empati (empathy) dan keterampilan sosial
(social skill).

16
BAB VI
EVALUASI DALAM PENDIDIKAN

A. Pengertian dan Alasan/Dasar Evaluasi


1. Pengertian Evaluasi
Istilah yang sering muncul dan hampir sama dalam pemakaian sehari-hari
ialah pengukuran, penilaian dan evaluasi. Agar tidak terjadi kesalahan letak dan
pemakaian oleh Dr. Suharsini Arikunto sebagai berikut:
1. Mengukur adalah membandingkan sesuatu dengan satu ukuran
.pengukuran bersifat kuantitatif.
2. Menilai adalah mengambil suatu keputusan terhadap sesuatu dengan
ukuran baik-buruk. Penilaian bersifat kuantitatif.
3. Mengadakan evaluasi meliputi kedua langkah di atas, yakni mengukur
dan menilai.
2. Alasan /Dasar Evaluasi
Sedangkan alasan/dasar evaluasi di dalam pendidikan sebenarnya banyak
sekali, namun menurut Sumadi Suryabrata bisa dikelompokkan menjadi tiga
kelompok yakni dasar psikologi, didaktis dan administratif.

B. Syarat-syarat Test yang Baik


Syarat-syarat test yang baik menurut Sumadi Suryabrata adalah sebagai
berikut:
a. Reliable
b. Valid
c. Obyektif
d. Diskriminatif
e. Comprehensive
f. Mudah digunakan
Perlu diketahui bahwa enam syarat tersebut sebenarnya yang paling utama
adalah valid dan reliable, namun demikian bukan berarti empat syarat yang lain
kecil artinya. Meskipun enam syarat tersebut adalah bisa dipakai dan tidak
termasukkata-kata asing dalam dunia pendidikan, namun tetap akan lebih baiklah

17
dibicarakan di sini meski dengan global. Suatu test dikatakan reliable bila test
tersebut memiliki consistencif,maksudnya bilatest diberikan kepada sekelompok
subyek yang sama dalam dua saat/waktu yang berbeda, hasilnya tetap sama atau
hampir semua.

C. Langkah-langkah Pokok dalam Evaluasi


Menurut M. Buchori M.Ed. langkah-langkah pokok dalam evaluasi secara
berurutan adalah sebagai berikut:
1. Langkah perencanaan
2. Langkah pengumpulan data
3. Langkah verifikasi data
4. Langkah pengolahan data
5. Langkah penafsiran data
Perencanaan dalam evaluasi sebenarnya bisa dipisahkan menjadi: persiapan
umum yang meliputi, frekuensi ujian dalam satu tahun, semester dan satuan-
satuan lain yang akan dipakai pada tiap-tiap tahap, merumuskan kriteria.
Persiapan khusus yaitu persiapan khusus dalam rangka evaluasi tertentu.
Misalnya: bila ujian tertulis , maka perlu segera disiapkan tata tertib, daftar hadir,
berita acara, pengamat,kerta serta soal tertulis. Setelah perencanaan matang, maka
kinibisa saatnya menguji/pendidik akan segera mengumpulkan data. Yang dalam
hal ini harus dipertimbangkan: jenis data yang akan dikumpulkan, cara-cara yang
akan dipakai untuk memperolehnya dan alat-alat/soal-soal yang baik tentunya.

D. Alat Evaluasi
Dalam pengertian umum,alat adalah sesuatu yang digunakan untuk
memprmudah seseorang untuk melaksanakan tugas atau mencapai tujuan secara
lebih efektif dan efesien. Kata “alat” biasa disebut juga dengan istilah
“instrumen”. Dengan demikian makaalat evaluasi juga dikenal dengan instrumen
evaluasi. Secara garis besar alat evaluasi dibagi menjadi dua, yaitu, non tes dan
tes.

18
E. Penilaian Acuan Patokan (PAP) dan Penilaian Acuan Norma (PAN)
Dalam evaluasiada dua acuan yang dijadikan standar untuk dibandingkan
dengan hasil pengukuran acuannya tersebut adalah:
1. Penilaian Acuan Patokan (PAP)
2. Penilaian Acuan Norma (PAN)

Ringkasan Buku Pembanding

BAB I
LATAR BELAKANG PENTINGNYA PSIKOLOGI
DALAM PENDIDIKAN

A. Psikologi dan Masalah Pendidikan


Pengetahuan tentang psikologi sangat diperlukan oleh pihak guru atau
instruktur sebagai pendidik, pengajar, pelatih, pembimbing, dan pengasuh dalam
memahami karakteristik kognitif, afektif, dan psikomotorik peserta didik secara
intergal.
Pengetahuan tentang psikologi diperlukan oleh dunia pendidikan karena dunia
pendidikan menghadapi peserta didik yang unik dilihat dari segi karakteristik
perilaku, kepribadian, sikap, minat, motivasi, perhatian, persepsi, daya pikir,
intelegensi, fantasi, dan berbagaai aspek psikologis lainnya yang berbeda abtara
peserta didik yang satu dengan yang lainnya. Perbedaan karakteristik psikologis
yang dimiliki oleh para pesrta didik harus diketahui dan dipahami oleh setiap
guru atau instruktur yang berperan sebagai pendidik dan pengajar di kelas, jika
ingin proses pembelajarannya berhasil. Dengan memahami karakteristik psikologs
yang dimiliki oleh masing-masing peserta didik, maka para guru di sekolah akan
dapat melakukan pembelajaran yang bersifat individual sesuai dengan
karakteristik psikologis yang dimiliki oleh peserta didik.
Dalam prose pembelajaran di kelas guru seing menghadapai peserta didik
yang mengalami gangguan perhatian sehingga peserta didik tersebut kurang dapat
memusatkan perhatiannya dalam mengikuti proses pembelajaran dikelas. Selain
itu, ada pula peserta didik yang menunjukkan sikap yang acuh tak acuh atau apatis
daalm mengikuti proses pembelajaran dikelas. Untuk mengatasi gangguan dan

19
gejala minat yang rendah yang ditunjjukan oleh peserta didik di kelas sebagai
faktor psikologis yang mempengaruhi kualitas dan hasil pembelajaran peserta
didik di kelas, maka guru harus dapat memilih dan menerapkan suatu metode,
strategi, dan penedekatan pembelajaran di kelas yang dapat
menumbuhkembangakan minat belajar dan motivasi belajar.
Adapun strategi, metode, dan pendekatan pembelajaran yang dapat
diterapkan oleh guru dalam membelajarkan peserta didik yang mamiliki minat
belajar dan motivasi belajar yang rendah ialah metode belajar cara belajar siswa
aktif (CBSA) yang menggunakan pendekatan keterampilan proses (PKP),
pendekatan kontstuktivistik, metode diskusi, metode pembelajaran koperatif,
metode penemuan dan penyelidikan, metode contextual teaching learning (CTL),
metode eksperimen, dan berbagai metode, strategi, dan pendekatan pemeblajaran
yang menuntut aktivitas belajar peserta didik daalm mengikuti proses
pembelajaran di kelas, di laboratorium, dan di tempat belajr lainnya.
Dari uraian diatas menunjukkan bahawa banyak masalah-masalah yang
dihadapi oleh para guru daalm proses pendidikan di kelas. Masalah-masalah
tersebut merupakan masalah psikologis peserta didik yang sangat mempengaruhi
proses pembelajaran di kelas, sehingga perlu diketahui dan dipahami oleh para
calon guru dan para guru yang telah mengajar dan mendidik. Oleh karena itu,
mata kuliah Psikolog Pendidikann merupakan mata kuliah wajib dipelajarai oleh
para calon guru di lembaga pendidikan tenaga kependidikan atau tenaga
keguruan berupa IKIP, FKIP, STKIP, dan lembaga keguruan lainnya.

B. Kontribusi Psikologi terhadap Pendidikan dan Pengajaran


Psikologi dalam pendidikan dan pengajaran banyak mempengaruhi
perumusan tujuan pendidikan, perumusan kurikulum maupun prosedur dan
metode-metode belajar mengajar. Psikologi ini membarikan jalan untuk
mendapatkan pemecahan atau masalah-masalah sebagai berikut :
1) Perubahan yang terjadi pada anak didik selama psoses pendidikan.
2) Pengaruh lingkungan terhadap hasil belajar.
3) Teori dan proses belajar.
4) Hubungan antara teknik mengajar dan hasil belajar.

20
5) Perbandingan hasil pendidkan formal dengan pendidikan informal.
6) Pengaruh kondisi sosial anak didik atas pendidikan yang diterima.
7) Nilai sikap ilmiah atas pendidikan yang dimiliki oleh petugas
pendidikan.
8) Pengaruh interaksi guru dan murid dan antara murid dengan murid.
9) Hamabtan, kesulitan, ketegangan, dan lain hal yang dialami murid
selama proses pendidikan.
10) Pengaruh perbedaan individu dalam batas kemampuan belajar.
(Abimanyu,1996)

Kontibusi psikologi sebagai salah satu cabang ilmu pengetahuan terhadap


dunia pendidikan memang sangat besar karena menyangkut seua aspek di bidang
pendidikan, bukan hanya menyangkut proses belajar mengajar itu sendiri, akan
tetapi juga menyangkut maslaah-masalah di luar proses belajar mengajar.

C. Kontibusi Psikologi Pendidikan kepada Calon Guru dan Guru


Melalui penerapan pengetahuan tentang psikologi pendidikan, para guru
diharapkan dapat menemukan dan engatasi kesulitan-kesulitan yang dihaapdi
oleh peserta didik daalam prose pendidikan di kelas. Selaian itu, para guru
diharapkan dapat melakukan proses pendidikan di kelas dengan optimal, karena
itu para guru diharapkan dapat mengetahui, memahami, dan menerapkan prinsip-
prinsip pembelajaran dan pendidikan yang sesuai dengan potensi yang dimiliki
oleh peserta didik, perkembangan peserta didik, bagaimana peserta didik belajar,
rencana pembelajaran yang sesuai degan perkembanagn psikologis peserta didik,
dan prosedur pembelajaran dan pendidikan yang diterapkan oleh para guru daapt
membuat peserta didik dapat belajar secara efisien, efektif, dan memuaskan.
(Suardiman,1988).
Adapun kontribusi penting Psikologi Pendidikan kapada guru dan calon guru
ialah memeberikan bekal pengetahuan kepda guru dan calon guru tentang gejala-
gejala kejiwaan anak di dalam situasi pendidikan, sehingga para guru dapat
melaksanakan pendidikan sesuai dengan keadaan peserta didik ( Suardian, 1988).
Oleh karena itu, pelaksanaan proses pendidikan dan pengajaran di kelas

21
diharapkan daapt berjalan dengan efisen dan efektif, sebab para guru
menggunakan cara yang tepat dan sesuai dengan keadaan peserta didik.
Mata kuliah Psikologi Pendidikan sebagai modal dasar bagai para calon guru
dan para guru dalam melakukan prose pemeblajaran kepada peserta didik di
kelas karena substansi dari matakuliah ini ialah mencakup kajian tentang :
a) Latar belakang pentingnya psikologi dalam pendidikan,
b) Pengertian pskologi pendidikan dan ruang lingkup psikologi pendidikan,
c) Gelaja atau aktivitas umum jiwa manusia,
d) Pertumbuahan dan perekmbanagan anak dan remaja
e) Belajar dan permasalahannya
f) Teori-teori belajar
g) Interaksi belajar mengajar di kelas dan permasalahannya
h) Manajemen kelas berbasi psikologi pendidikan
i) Mengajar dan belajar yang efektif
j) Mutu proses dan hasil belajar mengajar sebgai fokus psikologi pendidikan.

BAB II
PENGERTIAN DAN RUANG LINGKUP
PSIKOLOGI PENDIDIKAN

A. Pengertian Psikologi Pendidikan


Psikologi pendidikan merupakan cabanag dari psikologi. Secara etimologis,
psikologi berasal dari kata “psyche” yang berarti jiwa dan “logos” yang berarti
ilmu. Psikologi mengandung makna yaitu ilmu jiwa yang berarti ilmu
pengetahuan yang mempelajarai jiwa manusia melalui gejala- gejalanya, ativitas-
aktivitasnya atau perilaku manusia,
Dilihat dari segi objeknya, psikologi dibagai aats psikologi umum dan khusus.
Dari segi keadaan aatu latar belakang kehidupan manusia, maka psikologi khusus
dikelompokkan menjadi psikologi sosil, psikologi industri, dan psikologi
pendidikan, dan laiannya.
Psikologi pendidikan sebagai bagian integral dari displin ilmu psikologi
berupaya mengemukakan konsep atau prinsip-prinsip psikologis dalam

22
memecahkan masalah-masalah yang terjadi dalam dunia pendidikan.
Witherington (Buchori, 1988) mengemukakan bahwa psikologi pendidikan adalah
susti studi yang sistematis tentang proses-proses dan faktor-faktor yang
berubungan dengan pendidikan manusia. Sedangkan menurut The American
People of Encyclopedia psikologi pendidikan adalah cabang psikologi yang
berusahaa untuk mengaplikasiakan psinsip-prinsip psikologis daalm memecahkan
persoalan pendidikan. Dalam perkembaangan lebih lanjut, psikologi pendidikan
meluas menajdi berbagai kajain daalm mengkaji tentang masalah- masalah yang
dalami peserta didik dalam proses pendidikan dan pembelajaran di kelas.

B. Ruang Lingkup Kajian Psikologi Pendidikan.


Soerjabrata( 1974 :6-13) mengemukakan ruang lingkup bidang kajian
psikologi pendidikan dilihat dari segi situasi dan proses pendidikan dengan anak
didik sebagai pusatnya, yaitu kajian psikologi tentang siswa dalam situasi
pendidikan dalam peninjauan statis dan dinamis serta kajian hal-hal lain yang erat
kaitannya dengan situasi dan proses pendidikan di kelas.
Dalam peninjauan secara statis , kajain psikologi tentang siswa dalam situasi
pendidikan mencakup kajian tentang gejala- gelaja jiwa atau aktivitas dan
tinggkah laku yang umum yang terdapat paad manusia, yaitu perhatian
pengamatan, tanggapan, ingatan, fantasi, berpikir, sikap, minat, motivsi,
intelegensi, dan sebagainya. Sedangkan dalam peninjauan secara dianamis, yaitu
mencakup kajian psikologi tentang individu siswa dalam proses pendidikan, yakni
perubahan tingkah laku dan cara-cara penilaiannya di dalam pendidikan yang
mencakup perubahan perilaku karena pertumbuhan dan perkembanagan, perbahan
perilaku karena belajar yang merupan faktor terpenting dalam proses pendidikan
dan pemebelajaran, dan cara-cara mengukur atau mengevalusai pencaapian akrena
perubahan-perubahan tersebut, khususnya karena belajar ( La Sulo 1990 : 16).
Selain itu, ruang lingkup kajian psikologi pendidikan juga mencakup kajain-
kajian tentang hal-hal laian yang erat kaitannya dengan situasi dan proses
pendidikan, yaitu kajain tentang bimbingan konseling, kajain psikologis terhadap
individu yang mengalami penyimpanagn psikis, sosial, fisik, kajain tentang
implikasi dari prinsip pendidikan seumur hidup. Dalam membahas tentang ruang

23
lingkup dari psikologi pendidikan, juag dibaahas tenatng pusat perhatian dari
psikologi pendidikan sebagi displin ilmu yang merupakan bagain integral dari
psikologi umum. Suardiman (1988:6) mengemukakan bahwa ada tiga elemen
yang menajadi pusat perhatian oleh para ahli psikologi pendidikan dan paar guru,
yaitu anak didik, proses belajar, dan situasi belajar. Ketiga eleman ini saling
berhubungan erat satu sama lain.

BAB III
GELAJA AKTIVITAS UMUM JIWA MANUSIA
YANG PERLU DIKETAHUI OLEH CALON GURU DAN GURU

A. Perlunya Caalon Guru dan Guru Mengetahui dan Memahami Gejala


Aktivitas Jiwa Peserta Didik
Gejala aktivitas umum jiwa peserta didik yang perlu menjadi perhatian bagi
para calon gurur dan para guru ialah menckup :
a. Perhatian
b. Pengamatan
c. Persepsi,
d. Fantasi,
e. Ingatan,
f. Berpikir,
g. Motif,
h. Sikap,
i. Minat, dll.

B. Jenis-Jenis Gejala Aktivitas Umum Jiwa Manusia yang Perlu Diketahui


oleh Calon Guru dan Guru
1) Perhatian Peserta Didik
Perhatian peserta didik dalam proses pembelajaran di kelas diartikan sebagai
pemusatan tenaga jiwa [eserta idk yang tertuju kepada sajian materi yang
dijelaskan oleh guru pada saat proses pemeblajaran di kelas berlangsung.

24
Perhatian belajar yang dimiliki oleh peserta didik dan manusia pada umumnya
dibagi atas beberapa macam, yaitu perhatian intensif dan tidak intensif, perhatian
spontan dan perhatian sekehendak, perhatian terpancar, perhatian terpust, dan
perhatian campuran ( Manrihu, 1989 : 18-19). Terdapat beberapa faktor yang
menarik perhatian belajar peserta didik jika dilihat dari segi objek yang
diperhatikan, yaitu :
a. Perangsang yang berubah-ubah
b. Perangsang yang kuat
c. Perangsang yang tiba-tiba
d. Benda-benda yang mempunyai bentuk tertentu.

Dilihat dari subjek yang memperhatikan, maka hal-hal menarik perhatian


adalah jika semua hal tersebut bersangkut paut dengan pribadi subjek, yaitu
berupa :

a. Pekerjaan yang sedang dikerjakan mnentukan perhatian,


b. Keinginan menentukan perhatian,
c. Minat dan kegemaran menentukan perhatian,
d. Perasaan menentukan perhatian
e. Yang berhubungan dengan pengalaaman atau kebiasaan akan menentukan
perhatian (La Sulo, 1990 : 19)
2) Motivasi Belajar
Motif/ mativasi secara umum daapt diartikan sebagai daya upaya mendorong
seseorang untuk melakukan sesuatu (Sardiman, 1990:73). Motivasi belajar ialah
daya penggerak yang timbul dari dalam diri individu atau siswa yang
mendodrong individu melakukan aktivitas belajar. Motivasi belajar juga dapat
didefenisikan sebagai kekeuatan yang timbul dari dalam diri individu yang
mendodrong individu melakukan aktivitas belajar.
Motivasi/ motif yang dimiliki individu dibagi atas bebebrapa jenis, yaitu jika
ditinjau dari sumber motif, maka diklasifikasikan atas dua jenis, yaitu motif yang
sifatnya bawaan dan motif yang sifatnya dipelajari. Ditinjau dari segi reelvansi
motif dengan tujuan tingkah laku, maka motif dibedakan atas dua jenis, yaitu

25
motif-motif ekstrinsik dan motif-motf intrinsik. Motivasi belajar yang dimiliki
oleh peseta didik memiliki tiga fungsi, yaitu :
a. Mendorong manusia untuk berbuat, jadi sebagai penggerak atau motor yang
akan melepaskan energi.
b. Menentukan arah perbuatan, yakni ke arah tujuan yang hendak dicapai.
c. Meyeleksi perbuatan yakni menentukan perbutan-perbuatan apa yang harus
dikerjakan dengan serasi guna encapai tujuan, dengan meyisihkan tujuan
yang tidak bermanfaat bagi tujuan tersebut. (1990 : 84).
3) Pikiran Peserta Didik
Perbedaan kemempuan berpikir antara individu yang satu dengan individu
lain pada umumnya disebabkan faktor intelegensi , tingkat pengetahuan, tingkat
pengalaman, tingkat pendidikan, dan berbagai faktor lainnya yang berpengaruh
terhadap kemampuan berpikir individu. Berpikir sebagai aktivits mental memiliki
tiga fungsi, yaitu membentung pengertian, membentuk pendapat, dan
pembentukan kesimpulan ( La Sulo, 1990 :28)
Ada dua jenis proses berpikir yang daapt dilakukan individu, yaitu jenis berpikir
divergen dan konvergen.
4) Perasaan Peserta Didik
Pereasaan ialah gejala psikis yang bersifat subjektif yang umumnya
berhubungan dengan fungsi mengenal dan dialami dalam kulaitas senang atau
tidak senang dalam berbagai taraf. Persaan ini terdiri dari berbagai jenis, yaitu
perasaan jasmaniah dan perasaan rohaniah. Dengan memehami perasaan peserta
didik sebagai geljaar mental siswa, seorang guru akan menghindari berbagai sikap
dan perilaku dan ucapan atau tutur kaata yang daapt membunuh aktivitas siswa
dan kreativitas peserta didik di kelas.
5) Sikap Belajar Peserta Didik
Sikap diartikan sebagai kecenderungan seseorang untuk bereaksi terhadap
suatu objek atau rangsangan tertentu. Dengan mengacu kepada pengertian
tentang sikap secara umum, maka pengertian sikap belajar ialah kecenderungan
peserta didik utuk bereaksi terhadap materi pelejaran di sekolah. Dengan kata
lain, sikap belajar ialah kecenderungan peserta didik untuk merasa senang-tidak
senang dalam melakukan aktivitas belajar.

26
Faktor –faktor yang memepengaruhi sikap belajar peserta didik ilah
kemempuan dan gaya guru dikelas, selain itu metode, pendekatan, dan strategi
pembelajaran yang digunakan guru. Jika semua fator-faktor tersebut memberikan
pengaruh yang positif kepada peserta didik, maka sikap yang terbentuk pada diri
peserta didik ilaah sikap bejar yang baik, yaitu peserta didik merasa senang dalam
mengikuti proses pemeblejraan yang dikelola oleh guru di kelas.
6) Ingatan Peserta Didik
Ingatan biasanya didefenisikan sebagai kecakapan untuk menerima ,
meyimpan dan memproduksi kesan-kesan. Proses dalam ingatan ialah mencakup
proses mencamkan, proses menyimpan, dan reproduksi. Jika proses menyimpan
tersebut daapt berangsung dengan baik dan tersimpan dalam memori dengan baik,
maka kegiatan reproduksi terhadap apa yang telah dipelajari berlangsung dengan
baik.
7) Fantasi Peserta Didik
Fantasi ialah kesanggupan manusia untuk membentuk tenggapan-tanggapan
baru dengan pertolongan tanggapan-tanggapan yang sudah ada dan tenggapan
baru itu tidak harus sesuai dengan benda-benda yang ada ( Manrihu, 1989 : 24).
Berfantasi secara positif bagi peserta didik sanagtlah diperlukan, sebab melalui
proses fantasi dalam aktivitas pembelajran, peserta didik daapt diilhami oleh
berbagai gagasan atau ide-ide baru yang bermanfaat bagi peserta didik itu sendiri
dan masyarakat.
8) Tanggapan Peserta Didik
Bigot (1950) mendefenisikan tanggapan sebagai bayang-bayang yang tinggal
dalam ingatan setelah kita melakukan pengamatan. Tanggapan atau persepsi
peserta didik dipengaruhi oleh indera yang mendasari terjadinya tanggapan itu.
Karena itu persepsi peserta didik digolongkan kedalam beberapa tipe tanggapan,
yaitu tipe tanggapan visual, auditif, gustatoris, dan alfaktoris.
9) Minat Belajar Peserta Didik
Minat belajar daapt diartikan sebagai rasa tertarik yang ditunjukkan oleh
peserta didik daalm melakukan aktivitas beljar, baik di rumah, di sekolah , dan di
masyarakat.

27
Minat belajar peserta didik, juga dipengaruhi oleh berbagai faktor , diantaranya
faktor objek beljara, metode, strategi, dan pendekatan pembelajaran yang
digunakan oleh guru, sikap dan perilaku guru, media pemelajaran, fasilitas
pembelajaran, lingkungan belajar, suara guru, dan lainnya.
10) Pengamatan Belajar Peserta Didik
Pengamatan ialah suatu aktivitas jiwa untuk menganal diri kita sendiri dan
lingkungan sekitar kita dengan meleihat, mendengar, membau, dan mencecapnya
( Manrihu, 1989:20)
Faktor pengamtan belajar peserta didik merupakan faktor yang amat penting
diperhatikan oleh paar calon guru dan guru. Proses pengamatan pada diri peserta
didik terjadi melalui proses penangkapan pesan dan kesan oleh pancaindera
peserta didik. Oleh karena itu, agar proses pemebelajaran di kelas dapat diketahui,
dipahami, dan dikuasai oleh peserta didik melalui proses pengamatan, maka guru
dalam mengelola proses pembelajran sebaiknya menggunakan alat peraga yang
dapat membantu pengamatan anak, baik yang bertipe visual, auditif, taktil,
gustatve, dan alfaktoris.
11) Kepribadian Peserta Didik
Faktor kepribadian peserta didik perlu mendapat perhatian dari pihak guru,
karena dengan mengetahui dan memehami kepribadian setiap peserta didikk,
maka guru daapt meyesesuaikan proses pembelajarannya di kelas sesuai dengan
karakteristik kepribadian yang dimiliki masing-masing peserta didik.
Para calon guru juga perlu mengetahui tentang perekembangan kepribadian
manusia. Pengetahuan tentang kepribadian manusia tersebut, harus menjadi dasar
bagi guru dalam melaksanakan proses pendidikan di kelas agar proses pendidikan
yang dilakukan guru sesuai dengan perbedaan perkembangan kepribadian peserta
didik.
12) Intelegensi dan Bakat
Intelegensi dan bakat pada faktor psikologis yang tururt mempengaruhi
keberhaslan proses dan hasil pendidikan di sekolah. Intelensi secara sederhana
dapat diartikan sebagai kecerdasan. Namun, intelegensi pada hakikatnya adalah
kemampuan manusia untuk berpikir.

28
BAB IV
PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN ANAK DAN REMAJA
SEBAGAI PESERTA DIDIK

A. Pertumbuhan dan Perkembangan Anak sebagai Peserta Didik


Pertumbuhan diartikan sebagai suatu proses perubahan secara fisik yang
menunjuk pada kuantitas. Sedangkan perekembangan diartikan sebgaai suatu
proses perubaahan secara psikis yang menunjuk kepada kualitas. Masalah
pertumbuhan dan perkembangan anak dikaji daalm psikologi perekembangan
harus diketahui dan dipahami oleh para calon guru dan guru di sekolah. Batasan
tentang anak dalam kajian ini ialah usia anak sekolah di Taman Kanak-Kanak dan
usia sekolah di jenjang pendidikan sekolah dasar(SD).

B. Pertumbuhan dan Perkembangan Remaja sebagai Peserta Didik


Remaja sebagai salah satu tahap pertumbuhan dan perkembangan yang dilalui
manusia, juga makana pertumbuhan dan perkembangan menunjuk kepada proses
perubahan secara fisik dan psikis yang dialami oleh remja yang bersekolah pada
jenjang pendidikan dasar (ALTP/SMP), jenjang pendidikan Menengah
(SLTA/SMA), dan jenjang pendidikan tinggi.
Kebutuhan belajar remaja sebagai pesera didik akan difokuskan kepada
pembahasaan tentang kebutuhan belajar remaja secara psikologis yang
membutuhkan proses pemebelajaran atau pendidikan sesuai dengan tingkat
perekembanagn psikologis mereka sebagai remaja.
Secara psikologis diketahui bahwa masa remaja adalah masa yang penuh
gejolak dan gunjangan jiwa bagi remaja. Gejolak dan goncangan jiwa terjadi
karena remaja sedang dalam pencarian identitas diri dan menjalani masa
eksplorasi yang meyebabkan para remaja ingin mencoba terhadap segala hal
yang diketahuinya melalui proses membaca dan mengalami dalam kehidupan
sehari-hari di masyarakat.

29
BAB V
BELAJAR DAN PERMASALAHANNYA

A. Pengertian Belajar
Aktivitas belajar di sekolah merupakan inti dari proses pendidikan di
sekolah. Belajar merupakan alat utama bagi peserta didik dalam mencapai
tujuan pembelajaran sebagai unsur proses pendidikan di sekolah. Sedangkan
mengajar merupakan alat utama bagi guru sebaagi pendidik dan pengajar daalm
mencapai tujuan pemebelajaran sebaagi proses pendidikan di kelas.
Belajar secara psikologis daapt diartikan sebagai sebagai suatu proses
perubahan perilaku sebagai hasil dari interaksi dengan lingkungannya daalm
memenuhi kebutuhan hidupnya. Perubahan-perubahan tersebut akan dinyatakan
dalam seluruh aspek perilaku. Perubahan yang terjadi daalm individu sebagai hasil
belajar banyak sekali, baik diliat dari segi sifat maupun jenisnya. Namun, tidak
semua perubahan alam diri individu merupakan perubahan dalam pengertian
belajar. Jadi dari penegrtian belajar menurut para ahli psikologi, khususnya ahli
psikologi pendidikan, yaitu cciri-ciri suatu perubahan perilaku berupa:
a. Perubahan yang terjadi secara sadar
b. Perubahan dalam belajar bersifat kontiniu dan fungsional
c. Perubahan dalam belajar bersifat positif dan aktif
d. Perubahan dalam belajar bukan bersifat sementara
e. Perubahan dalam belajar bertujuan atau terarah
f. Perubahan mencakup seluruh aspek perilaku (Slameto,1988:3-4).

B. Jenis-jenis Belajar
Belajar sebagai suatu aktivitas mencakup beberapa jenis, yaitu :
a. Belajar bagian
b. Belajar wawasan
c. Belajar diskriminatif
d. Belaajar secara global
e. Belajar isidental
f. Belajar instrumental

30
g. Belajar intensional
h. Belajar laten
i. Belajar mentah
j. Belajar produktif
k. Belajar secara verbal.

C. Faktor-faktor yang Berpengaruh terhadap Belajar


Belajar sebagi suatu aktivitas mental atau psikis dipengaruhi oleh berbagai
faktor. Faktor-faktor yang mempengaruhi proses belajar dan hasil belajar tersebut
menurut Slameto ( 1988:56) dan Suryabrata (1986) dibagi atas dua faktor utama
yaitu faktor yang bersumber dari dalam diri peserta didik (faktor interen) dan
yang bersumber dari luar diri peserta didik (faktor eksteren). Yang termasuk ke
dalam faktor interen, misalnya faktor jasmaniah, faktor kelelahan dan faktor
psikologis. Yang termasuk ke dalam faktor eksteren misalnya faktor keluarga,
sekolah, dan masyarakat.

BAB VI
TEORI-TEORI BELEJAR DALAM
PENDIDIKAN PESERTA DIDIK

A. Teori Belajar Behaviorisme


Menurut teori behaviorisme bahwa belajar terjadi bila perubahan dalam
bentuk tingkah laku daapt diamati, bila kebiasaan berprilkau terbentuk karena
pengaruh sesuatu atau karena pengaruh peristiwa-peristiwa yang terjadi di
lingkungan sekitar. Teori behaviorisme berpandangan bahwa belajar terjadi
melalui opera conditioning. Ada dua penenrapan penting dari teori
behaviorismeme dari Skinner daalm dunia pendidikan, yaitu :
a. Modifikasi perilaku yang menggunakan prinsip-prinsip teori behaviorisme
dan penerapannya untuk mengubah perilaku anak dengan cara yang
sangat sfesifik dengan menggunakan sistem hadiah.
b. Pengajaran yang terprogram memiliki dua acuan, yaitu:
a) Cara umum untuk merancang dan meyajikan pengajaran

31
b) Suatu produk tertentu merupakan produk pemrograman pengajaran
yang disajikan daalm bentuk atuan-satuan kecil disertai umpan balik
segera setelah setiap satuan pendidikan dipelajari (Moeslichatoen,
1989 :19).

B. Teori Psikologi Kognitif


Bruner sebagai ahli teori belajar psikologi kognitif memandang proses
belajar mengajar itu sebagai tiga proses yang berlangsung secara serempak, yaitu
proses pemerolehan informasi baru, proses transformasi pengetahuan, dan proses
pengecekan ketepatan dan memadainya pengetahuan tersebut.
Teori belajar psikologi kognitif memfokuskan perhatiannya kepada
bagaimaan dapat mengembangkan fungsi kognitif individu agar mereka daapt
belajar dengan maksimal. Faktor kognitif bagi teori belajar kognitif merupakan
faktor peratama dan utaam yang perlu dikembangkan oleh para guru daalam
mebelajarkan peserta didik, karena kemampuan belajar peserta didik sangat
dipengaruhi oeleh sejauh mana fungsi kognitif pseserta didik dapat berkembang
secara maksimal dan optimal melalui sentuhan proses pendidikan. Peranan guru
menurut teori belajar psikologi kognitif ialah bagaimana mengembangkan
potensi kognitif yang ada pada setiap peserta didik.

C. Teori Belajar Humanisme


Belajar dipandang sebagai fungsi keseluruhan pribadi. Mereka berpendaapt
bahwa belajar yang sebenarnya tidak daapt berlangsung bila tidak ada
keterlibatan intelektual maupun emoosional peserta didik. Oleh karena itu,
menurut teori belajar humanisme bahawa motivasi belajar harus berumber pada
diri peserta didik (Morris, 1982).
Rogers( Morris,1982) membedakan dua ciri belajar, yaitu beljar yang
bermakna dan belajar yang tidak bermakna. Rogers( Morris,1982) sebagai ahli
dari teori belajar humanisme mengemukakan beberap prinsip belajar yang peting,
yaitu :

32
a. Manusia itu memiliki keinginan alamiah untuk belajar, memiliki rasa ingin
tahu alamiah terhadap dunianya, dan keinginan yang mendalam untuk
mengeksplorasi dan asimilasi pengalaman baru.
b. Belajar akan lebih cepat dan bermakna bila bahan yang dipelajarari
reelavan dengan kebutuhan siswa.
c. Belajar dapat ditingkatan dengan mengurangi ancaman dari luar.
d. Belajar secara partisipatif jauh lebih efektif daripada belajar secara pasif
dan orang beljar lebih banyak bila belajar atas pengarahan diri sendiri
e. Belajar atas prakarsa sendiri yang melibatkan keseluruhan pribadi, pikiran,
maupun perasaan akan lebih baik dan tahan lama
f. Kebebasan, kreativitas, dan kepercayaan diri dalam belajar dapat
ditingkatkan dengan evaluasi diri sendiri dan evalusai orang lain tidak
begitu penting.

D. Teori Belajar Sosial


Teori beljar sosial ini dikembangkan oleh Bandura yang merupakan perluasan
dari teori belajar perilaku yang tradisional. Teori belajar sosial ini menekankan
bahwa lingkungan-lingkungan dihadapkan kepada seseorang tidak random,
lingkungan-lingkungan itu kerap kali dipilih dan diubah oleh orang itu melalui
perilakunya. Konsep utama dari teori belajar sosial adalah sebaga berikut :
a. Pemodelan( Modeling). Menurut teori belajar sosial tentang modeling,
yaitu bahwa peserta didik atau individu melakukan aktivitas belajar
dengan cara meniru perilku orang lain, dan pengalaman vicarius, yaitu
belajar dari kegagalan dan keberhasilan orang lain.
b. Fase Belajar. Menurut Bandura ( Dahar 1992:280 ada empat fase
belajar, yaitu fase pertahian, fase retensi, fase reproduksi, dan fase
motivasi.

33
BAB VII
INTERAKSI MENGAJAR DI KELAS
DAN PERMASALAHANNYA

A. Pengertian Megajar
Pengertian belajar pada hakekatnya ialah usaha untuk menciptakan kondisi
atau sistem lingkungan mendukung dan memungkinkan berlangsungnya proses
belajar (Sardiman, 1990 : 47). Mengajar secara luas dapat diartikan sebagai
aktivitas mengorganisasikan dan mengatur lingkunagan-lingkungan sebaik-
baiknya dan menghubungkan dengan anak, sehingga terjadi proses belajar.

B. Perbedaan antara Mengajar dan Mendidik


Mengajar lebih cenderung mengandung makna, yaitu aktivitas mentransfer
pengetahuan atau IPTEKS yang dimiliki oleh guru kepeda peserta didik agar
peserta didik mengeetahui, memahami, dan menguasai IPTEKS sesuai
kemampuan yang dimiliki. Sedangkan mendidik ialah aktivitas mentrasfer nilai,
norma, adat istiadat, dan etika kepada peserta didik agar mereka menjadi manusia
yang mematuhi nilai, norma, dan etika yang berlaku di masyarakat, sehingga
peserta didik yang berpengetahuan dan memiliki sikap serta perilaku yang baik.

C. Faktor-faktor yang Mempengaruhu Proses Mengjar dan Mendidik dan


Permasalahannya
Dari sekian banayak faktor yang mempengaruhi proses dan hasil proses
dan hasil interaksi belajar mengajar, terdaapt dua faktor yang sangat
menentukan, yaitu faktor guru sebagai subjek pembelajaran dan faktor peserta
didik sebagai objek pembeljaran.
Kesemua faktor-faktor diluar faktor guru dan peserta didik berkontibusi
berarti dalam meningkatkan kualitas dan hasil interaksi belajar mengajar di kelas
dan tempat belajar lainnya. Faktor-faktor lainnya yang dimaksud terdiri dari :
Faktor media pemebelajaran, faktor instrumen dan peralatan pembelajaran, faktor
fasilitas belajar, faktor infrastuktur sekolah aatu lembaga pendidikan, faktor

34
kurikulum, faktor metode dan stategi serta pendekatan pemeblajaran, faktor
sistem manajemen sekolah, dan faktor sistem evaluasi dan hasil pembelajaran.

BAB VIII
MANAJEMEN KELAS YANG BERBASIS
PSIKOLOGI PENDIDIKAN

A. Manajemen Kelas untuk Pembinaan Displin Kels


Menajemen kelas merupakan usaha sadar untuk mengatur kegiatn proses
belajar mengajar secara sistematis. Usaha sadar itu mengarah kepada penyiapan
bahan belajar, penyiapan saranan dan alat peraga, ruang belajar, mewujudkan
situasi dan kondisi proses beljar mengajar dan pengaturan waktu sehingga
pembelajaran berjalan dengan baik dan tujuan urikuler dapat tercaapi (Dirjen.
PUOD dan Dirjen. Dikdasmen, 1996). Manajemen kelas bertujuan untuk :
a. Mewujudkan situasi dan kondisis kelas, baik sebagai lingkunan belajar
maupun sebagai kelompok belajar, yang memungkinkan peserta didik
untuk mengembangkan kemampuan semaksimal mungkin
b. Menghilangkan berbagai hambatan yang daapt menghalangi terwujudnya
interaksi pembelajaran, meyediakan dan mengatur fasilitas belajar serta
perabot belajar yang mendukung dan memungkinkan siswa belajar sesuai
dengan lingkungan sosial, emosional, dan intelektual siswa di daalm kelas,
serta membina dan membimbing siswa sesuai dengan latar belakang sosial,
ekonomi, budaya, serta sifat-sifat individunya (Dirjen. PUOD dan Dirjen.
Dikdasmen, 1996). Dalam melkukan aktivitas manajemen kelas untuk
pebinaan displin kelas yang berbasis psikologi pendidikan, ada beberapa
pendekatan yang dapat digunakan, yaitu : pendekatan otoriter, pendekatan
permisif, pendektan instrusional, pendekatan pengubahan perilaku,
epndektan sosial emosional, dan pendekatan proses kelompok ( Entang dan
Joni 1984:19).

35
B. Prinsip-Prinsip Sisplin Kelas Sebagai Wujud Manajemen Kelas Yang
Berbasis Psikologi Pendidikan
Dalam semangat pendekatan pendidikan displin yng mengacu psikologi
pendidikan , hendaknya memiliki basis kemanusiaan dan prinsip-prinsip
demokrasi. Oleh karena itu, pendekatan displin yang dilakukan oleh para
guru harus memperhatikan beberapa displin berikut ini, yaitu :
a. Menggambarkan prinsip-prinsip pedagogi dan hubungan kemanusiaan
di kelas
b. Mengembangkan budaya displin di kelas dan mengembangkan
profesionalisme guru daalm menumbuhkembangkan budaya displin di
kelas
c. Merefleksikan tumbuhnya kepercayaan dan kontrol dari peserta didik
daalm melaksanakan budaya displin di kelas
d. Menumbuhkembangakan kesungguhan untuk berbuat dan berinovasi
dalam menegakkan budaya displin di kelas oleh para guru dan peserta
didik di kelas
e. Menghindari persaan tertekan dan rasa terpaksa pada diri guru dan
peserta didik dalam menegakkan dan melaksanakan budaya displin di
kelas.

C. Pemeliharaan Budaya Displin dan Usaha Kuratif terhadap Pelenggaraan


Displin dengan Pendekatan Psikologi Pendidikan
Dalam upaya untuk memelihara budaya displin kelas yang telah tumbuh dan
berkembang, paar guru di kelas hendaknya selalu konssten dan
berkesinambungan menunjukkan sikap dan perilaku selalu displin datang ke kelas,
displin dalam mengajar, dn kegiatan displin lainnya yang berkaitan dengan proes
pembelajaran dan pendidikan di kelas. Selain itu , aplikasi konsep, prinsip, dan
teori-teori psikologi pendidikan harus juga diterapkan dalam memelihara budaya
displin kelas yang telah tumbuh dan berkembang.
Dalam upaya menanggulangi(kuratif) terhadap pelanggaran displin di kelas
perlu dilaksanakan dengan penuh hati-hati, demokratis, dan edukatif (Rachman,
1999: 207). Cara-cara penanggulangan dilakukan secara bertahap dengan tetap

36
memperhatikan jenis-jenis gangguan yang ada dan siapa pelakunya, apakah
dilakukan oleh individu atau kelompok. Langkah tersebut dimulai dari tahap
pencegahan sampai kepada tahap penyembuhan, dengan tetap bertumpu kepada
penenkanan substansinya bukan pribadi peserta didik.
Rachman (1999 :210-123) mengemukakan bahwa ada empat tahapan dalam
memelihara dispin (termasuk displin kelas), yaitu :
a. Tahap pencegahan
b. Tahap pemeliharaan
c. Tahap campur tangan
d. Tahap pengatura

BAB IX
MENGAJAR DAN BELAJAR YANG EFEKTIF
DAN PERMASLAAHANNYA

A. Pengertian dan Profil Mengajar yang Efektif


Santrok dalam bukunya yang berjudul Psikologi Pendidikan edisi kedua
meyatakan bahwa untuk daapt mengajar secara efektif para guru harus
menganggap aktivitas mengajar sebagai aktivitas yang kompleks dan
memandang murid-murid sebagai objek yang variatif. Untuk dapat mengajar
secara efektif guru harus menguasai beragam perspektif dan strategi , dan harus
mengaplikasikannya secara fleksibel. Hal ini membutuhkan dua hal utama yaitu
pengetahuan dan keahlian profesional, dan komitmen dan motivasi. Dari segi
pengetahuan dan keahlian profesional guru yang efektif harus :
a. menguasai stratei pengejaran yang konstruktivistik
b. guru ahli dalam menetapkan tujuan instruksional dan ahli daalm
membuat perencanaan instruksional
c. guru ahli dalam manajemen kelas
d. harus memiliki keahlian mitivasional
e. harus memiliki keahlian komunikasi
f. harus menguasai teknologi komputer

37
g. dapat mengetahui cara menggunakan komputer dan cara mengajar
peserta didik untuk menggunakan komputer untuk menuli dan berkreasi

Untuk menjadi guru yang efektif dibutuhkan komitmen dan motivasi


mengajar yang tinggi. Dengan komitmen dan motivasi mengajar yang tinggi
yang dimiliki oleh guru yang efektif daapt membantu mengatasi masa- masa
sulit dan maslah-masalah yang melelahkan dalam mengajar. Guru yang efektif
juga harus punya kepercayaan diri terhadap kemampuan mereka dan tidak akan
membiarkan emosi negatif melunturkan emosi mereka.

BAB X
MUTU PROSES DAN HASIL BELAJAAR MENGAJAR
SEBAGI FOKUS PSIKOLOGI DALAM PENDIDIKAN

A. Pengertian Mutu dan Hasil Belajar Mengajar


Menurut para ahli pendidikan, mutu proses belajar mengajar diartikan sebagai
mutu dari aktivitas mengajar yang dilakukan oleh guru dan mutu aktivitas belajar
yang dilakukan oleh peserta didik di kelas. Sedangkan mutu hasil proses belajar
mengajar ilah mutu dari aktivitas mengajar yang dilakukan oleh guru dan mutu
aktivitas belajar yang dilakukan oleh peserta didik di keasl.

B. Indikator-indikator Mutu Proses dan Hasil Belajar Mengajar di Kelas


a. Guru membuka pelajaran dengan mengucap salam.
b. Guru melakukan presensi siswa.
c. Guru melakukan pengelolaan kelas.
d. Guru menjelaskan materi pelajran di kelas.
e. Guru memberikan kesempatan kepada sisw untuk bertanya.
f. Guru menjawab pertannyaan siswa.
g. Guru memberikan penguatan.
h. Guru mengajukan pertanyaan dasar dan lanjutan.
i. Guru melakukan variasi dalam teknik belajar.

38
j. Guru menggunakan stimulus untuk membangkitkan motivasi dan
minat belajar siswa.
k. Guru mengadakan pengajaran di kelompok kecil.
l. Guru memimpin diskusi kelompok.
m. Guru mengajar atas perbedaan individu.
n. Guru mengajar melalui penemuan siswa.
o. Guru mengembangkan kreativitas siswa.
p. Guru memberikan kegatan pengeyaan dan remedial kepada siswa.
q. Guru memberikan tugas belajar kepad siswa secara individual maupun
kelompok.
r. Guru menilai sikap dan perilaku kerjasama siswa dalam mengikuti
PBM di kelas.
s. Guru menilai penugasan siswa terhadap materi pelajaran dengan tes
formatif.
t. Guru menjelaskan kembali jawaban siswa atas pertanyaan siswa lain.
u. Guru menarik kesimpulan tentang pokok bahasah yang diajarkan paad
akhir pertemuan di kelas.
v. Guru memberikan pekerjaan rumah kepada siswa.
w. Guru menutup pelajaran dengan ucapan salam.

C. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Mutu Proses dan Hasil Belajar


Mengajar
Secara garis besar aad dua faktor utama yang mempengaruhi mutu proses
dan hasil beljar mengajar di kelas yaitu :
a. Faktor internal, berupa faktor psikologis, sosiologis, dan fisiologis yang
ada pada diri siswa dan guru sebagai pebelajar dan pembelajar.
b. Faktor eksternal, ialah semua fakto yang mempengaruhi proses dan hasil
belajar mengajar di kelas selain faktor yang bersumber dari faktor guru
dan siswa, seperti lingkungan , masukan peralatan, dan lainnya.

39
BAB III PEMBAHASAN

3.1 Keunggulan

Buku utama
Beberapa kelebihan dalam buku ini yaitu buku ini memberikan gambaran
yang tepat kepada seluruh pembaca mengenai bagaimana hakikat, konsep-
konsep dasar psikologi pendidikan serta fungsi dan tujuan psikologi
pendidikan itu sendiri bagi calon pendidik. Pembahasan setiap bab tersusun
sistematis dan memiliki keterkaitan. Dimulai dari psikologi anak,
kecerdasan (Intellegensi) dan penilaiannya, pertumbuhan dan perkembangan
pada umumnya, hakikat perbuatan belajar, faktor-faktor yang mempengaruhi
perbuatan belajar, soal transfer dalam belajar, test dan soal penilaian atau
pengukuran, teori dasar tentang motivasi, arti motivation bagi pengajaran,
perkembangan sosial dan emosional, perbedaan-perbedaan individu. Buku ini
membahas mengenai individualisasi siswa di dalam kelas. Dengan kata lain,
materi bab kedua merupakan pengembangan dari materi bab pertama, materi
bab empat merupakan pengembangan dari materi bab tiga, begitu seterusnya
sampai pada bab terakhir. Jadi, ada hubungan yang berkesinambungan
disetiap bab yang disajikan pada buku Psikologi Pendidikan. Dalam buku
Psikologi Pendidikan juga disusun oleh sebuah tim atau oleh beberapa orang,
sehingga isinya dari berbagai sudut pandang yang berbeda, tidak seperti
buku-buku yang saya baca, dimana hanya dari pandangan seorang penulis.
Sehingga isinya semakin memperluas wawasan mahasiswa. Buku ini banyak
berisi banyak berisis bahasa asing, sehingga sangat menarik bagi mahasiswa.
Apalagi mahasiswa sangat senang dengan istilah-istilah asing untuk
menambah perbendaharaan mereka ketika berdiskusi dengan teman atau
civitas akademika. Kelebihan lainnya dari buku Psikologi Pendidikan kapada
guru dan calon guru ialah memeberikan bekal pengetahuan kepda guru dan
calon guru tentang gejala-gejala kejiwaan anak di dalam situasi pendidikan,
sehingga para guru dapat melaksanakan pendidikan sesuai dengan keadaan
peserta didik. Oleh karena itu, pelaksanaan proses pendidikan dan pengajaran

40
di kelas diharapkan daapt berjalan dengan efisen dan efektif, sebab para guru
menggunakan cara yang tepat dan sesuai dengan keadaan peserta didik.

Buku Pembanding
Buku Psikologi dalam Pendidikan ini juga sangat menarik sebagai sumber
informasi kepada mahasiswa yang akan menjadi seorang calon pendidik.
Buku ini memberikan landasan-landasan mengenai psikologi siwa yang akan
dihadapi ketika terjun ke lapangan. Sub bab yang dijelaskan secara rinci dan
saling memiliki keterkaitan. Disini saya melihat pembahasan yang ditulis oleh
pengarang berasal dari banyak referensi. Penulis mampu menarik perhatian
pembaca dalam menemukan berbagai informasi di dalamnya, pembahasan
yang tidak monoton. Penulis buku lebih dari satu orang sehingga pemahaman
terhadap materi yang dibahas dalam buku tidak hanya dari satu sudut pandang
saja namun lebih yang menghasilkan kerangka berfikir lebih meluas terhadap
objek-objek yang dibahas. Walau buku ini tidak terlalu tebal namun isi materi
sudah mencakup semua materi mengenai psikologi dalam pendidikan.
Sampul buku juga cukup menarik minat pembaca untuk membaca buku ini.
Pada buku ini sangat jelas memberi pemahaman pada pembaca atau
mahasiswa khusunya yang akan menjadi calon guru letak perbedaan antara
mendidik dan mengajar. Selama ini banyak yang menyama artikan antara
mendidik dan mengajar. Namun pada dasarnya itu adalah kedua hal yang
sangat berbeda. jika dibandingkan dengan buku utama, buku pembanding ini
lebih mengulas materi-materi yang sangat berkenaan dengan bagaimana cara
menjadi seorang guru yang baik dan benar, serta berbagai macam metode dan
teknik yang harus dikuasai seorang (calon) guru agar bisa memahami serta
menguasai berbagai iklim yang bersangkutan dengan siswa di dalam kelas,
dan menemukan solusi dari setiap permasalahan yang dialamai peserta didik
selama proses pendidikan berlangsung di dalam ataupun diluar kelas,
sehingga sangat direkomendasikan untuk dibaca oleh mahasiswa jurusan
keguruan.

41
3.2 Kelamahan
Buku Utama
Dalam sistematika penulisan, terdapat beberapa tanda baca yang tidak sesuai
dengan fungsinya digunakan dalam pembahasan seperti tanda garis hubung
yang digunakan sebagai tanda baca koma. Terdapat tanda baca titik yang
pengetikkannya lebih dari satu kali. Pada beberapa kutipan yang diambil dari
penelitian ahli lain, tidak terdapat tanda baca kutip atau kalimat yang
menyatakan sebuah kutipan sehingga menyulitkan bagi pembaca untuk
mengetahui apakah kalimat tersebut benar-benar merupakan sebuah kutipan
atau gagasan dari penulis itu sendiri. Penulis banyak mengutip pengertian dari
beberapa ahli namun penulis tidak membuat kesimpulan dari kutipan para
ahli tersebut. Sehingga terkesan penulis tidak mampu memuat aspirasinya
sendiri. Pada materi pertumbuhan dan perkembangan menyajikan periodesasi
menurut Prof.Dr. Kohnstam, namun tidak disertai dengan contoh serta
rentang usia anak mengalami periodesasi pertumbuhan tersebut, membuat
pembaca berfikir secara mengambang. Jika dilampirkan rentang usia pasti
pembaca lebih mudah memahaminya. Buku ini memuat teori-teori yang
dicetuskan oleh ahli pendidikan, namun teori-teori tersebut tidak dijelaskan
secara rinci. Dan lebih banyak memuat teori-teori dari para ahli luar negeri.
Buku ini memuat gambar sebagai pendukung agar pembaca mengerti, namun
gambar tersebut tidak dibarengi dengan penjelasan. Sehingga pembaca harus
memiliki daya analisa yang tajam. Dan ini tentu menyulitkan pembaca non-
pendidikan tinggi. Mungkin bagi para pembaca akan mengalami sedikit
kejenuhan saat memuat informasi dari buku Psikologi Pendidikan ini karena
dalam buku ini penulis terlalu banyak membuat point-point baik antar sub-
bab maupun antar bab. Sehingga membuat pembaca bingung ditambah lagi
penjelasan di setiap pony-point yang disajikan penulis tidak disertai dengan
menjelasan yang mendetail, hanya secara ringkas saja. Jadi kurang
memberikan pemahaman yang mendalam. Dan ini juga akan menjadi suatu
kesulitan bagi pembaca yang tidak mempunyai pendidikan tinggi.

42
Buku Pembanding

Tidak semua materi dalam buku di sertai penjelasan gambar, sehingga materi-
materi tersebut sulit dipahami pembaca. Buku ini tidak memuat banyak
pendapat para ahli. Sehingga pemahaman mahasiswa tentang Psikologi
Pendidikan tidak meluas. Isi materi ini banyak yang di ulang-ulang.
Sehingga membuat pembaca hilang fokus ketika sedang membaca buku ini.
Buku ini banyak memuat bahasa-bahasa akademik, sehingga membuat
pembaca dari kalangan non-pendidikan kesulitan memahami bahasa tersebut
dan kesulitan tersebut membuat pembaca dari kalangan non-pendidikan tidak
memahami semua isi buku. Beberapa penjelasan materi dalam buku ini
memakai bahasa asing. Hal ini tentunya membuat pembaca agak kecewa.
Harusnya istilah bahasa inggris disajikan juga menggunakan bahasa
Indonesia. Karena seperti kita ketahui fungsi bagan adalah sebagai rincian
penjelas dari suatu materi yang dipaparkan. Tapi jika sampai materi tidak
jelas dan istilah-istilah pun tidak jelas, pasti pembaca merasa sia-sia
membaca buku ini. Memang buku yang berjudul Psikologi dalam Pendidikan
ini sudah mencakup semua materi, namun menurut saya setiap materi tidak
semua yang dikupas tuntas pembahasannya. Padahal dilihat dari sub bab yang
ada dalam buku sudah mencakup semua materi yang berkenaan dengan
psikologi dalam pendidikan hanya saja pembahasan mengenai sub-sub bab
tersebut kurang mendetail atau mendalam. Hanya secara rinci saja. Jadi, bagi
pembaca yang kurang memiliki kecakapan daya tangkap dalam memahami
suatu hal, akan mengalami kesulitan membaca buku ini. Ada beberapa
pembahasan yang berupa pengertian yang mengutip dari beberapa ahli namun
penulis buku sendiri tidak mencantumkan asumsi siapa yang beliau kutip.
Hanya bebrapa saja yang beliau cantumkan nama pencetusnya. Dalam hal ini
pembaca yang kritis pasti akan meragukan kemutakhiran buku ini karena
tidak jelas dari mana pengertian-pengertian tersebut bisa muncul. Dalam
pembahasan mengenai jenis-jenis belajar. Dari sebelas point yang dibuat,
penulis tidak menyertakan contoh. Padahal kita sadari contoh membantu kita
sebagai pembaca untuk memahami hal-hal yang sedang kita baca.

43
BAB IV PENUTUP
4.1 Kesimpulan

Dari hasil review yang telah reviewer lakukan bahwa dari kedua buku ini
dapat kita ambil kesimpulan bahwa Psikologi Pendidikan dan Psikologi
dalam Pendidikan adalah dua disiplin ilmu yang saling memiliki keterkaitan
yang sangat erat. Psikologi Pendidikan adalah ilmu yang menerangkan
tentang aktivitas individu dan faktor-faktor yang mempengaruhi dalam proses
pendidikan. Tentunya seorang guru akan banyak mengalami Masalah-
masalah psikologis peserta didik yang sangat mempengaruhi proses
pembelajaran di kelas, sehingga perlu diketahui dan dipahami oleh para
calon guru dan para guru yang telah mengajar dan mendidik. Oleh karena itu,
mata kuliah Psikolog Pendidikan merupakan mata kuliah wajib dipelajarai
oleh para calon guru di lembaga pendidikan tenaga kependidikan atau
tenaga keguruan berupa IKIP, FKIP, STKIP, dan lembaga keguruan lainnya.
Dan untuk menguasai atau mempelajari bagaimana kejiwaan seorang siswa
saat proses pembelajaran berlangsung di dalam kelas, buku Psikologi dalam
Pendidikan telah menyajikan materi-materi mengenai hal tersebut. Kontibusi
psikologi sebagai salah satu cabang ilmu pengetahuan terhadap dunia
pendidikan memang sangat besar karena menyangkut seua aspek di bidang
pendidikan, bukan hanya menyangkut proses belajar mengajar itu sendiri,
akan tetapi juga menyangkut maslaah-masalah di luar proses belajar
mengajar.

4.2 Saran
Penulis seharusnya mencantumkan lebih banyak lagi daftar pustaka atau
referensi sehingga penulis lebih banyak mendapatkan landasan-landasan atas
materi-materi yang penulis kemukakan dalam buku utama dan buku
pembanding, dan pembahasan materi lebih dalam dan lengkap. Bagi editor
yang telah melakukan revisi terhadap buku ini, seharusnya teliti dalam
meletakkan tanda baca dan beberapa kutipan-kutipan peneliti lain.

44
BAB V DAFTAR PUSTAKA

Abdul, Hadis. (2012). Psikologi Pendidikan. Semarang.


Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo.
Mustaqim. (2014). Psikologi dalam Pendidikan. Bandung. Alfabeta.

45

Anda mungkin juga menyukai