2021
DAFTAR ISI
i
BAB I
PENDAHULUAN
2
Sebagai wujud warisan budaya, lontar jelas-jelas menunjukkan adanya tradisi
intelektual (keberaksaraan, keterpelajaran) yang dimiliki masyarakat Bali sejak zaman
dulu. Tradisi intelektual bagi sebuah masyarakat merupakan sesuatu yang sangat penting
dan berharga. Dengan tradisi tersebut peradaban manusia akan dapat dibangun lebih baik
dan lebih maju. Oleh sebab itu lontar dengan berbagai tradisinya yang masih hidup di
Bali (dari cara memroses daun lontar sebagai bahan tulis, sampai kepada mengapresiasi
dan mengupas isi lontar dalam tradisi mabasan), perlu terus dilestarikan, dipelihara, dan
bahkan dikembangkan sesuai dengan tuntutan kemajuan iptek dan zaman.
Adanya kemajuan teknologi, membuka pemikiran baru tentang pendokumentasian
dan manajemen kekayaan warisan budaya Indonesia sebagai sumber informasi budaya
pengetahuan. Manajemen kekayaan informasi budaya yang baik memerlukan sebuah
mekanisme dengan knowledge management process dengan mengalihkan tacit
knowledge, yaitu suatu pengetahuan yang personal, spesifik, dan umumnya susah
diformalisasi dan dikomunikasi kepada pihak lain menjadi explicit knowledge, yaitu
pengetahuan yang sudah diformulasikan, disajikan dalam bentuk tulisan misalnya
peraturan, buku-buku literaturliteratur. Explicit knowledge tersebut diwujudkan dalam
bentuk dokumen-dokumen yang dikelolah dengan baik menggunakan bantuan teknologi
informasi dan komunikasi. Pengetahuan yang didokumentasikan tersebut dapat menjadi
bahan pembelajaran bagi setiap generasi, sehingga proses transfer informasi dan
pengetahuan dapat berjalan dengan baik.
1.2 Rumusan Masalah
Bagaimana implementasi warisan budaya lontar bali yang memanfaatkan
metode Knowledge Management Process?
1.3 Tujuan
Tujuan yang ingin dicapai dari penulisan dan pembuatan laporan ini adalah
untuk mengetahui proses implementasi warisan budaya lontar Bali yang
memanfaatkan metode Knowledge Management Process.
1.4. Manfaat
3
BAB II
LANDASAN TEORI
4
a. Tacit Knowledge
- Mampu untuk beradaptasi, mampu mengahadapi situasi baru dan luar
biasa.
- Sistem pakar, know-how, know-why, dan care-why.
- Mampu untuk mengkolaborasikan, berbagi visi, dan mentransmisikan
budaya.
- Proses pelatihan untuk mentransfer pengetahuan dari suatu pengalaman.
b. Explicit Knowledge
- Mampu untuk menyebarkan, menggandakan, untuk mengakses dan
menerapkan keseluruh organisasi.
- Kemampuan untuk mengajar dan melatih.
- Mampu untuk mengatur, mensistematisasi, menerjamahkan visi
kedalam pernyataan misi, untuk menjadi pedoman operasional.
5
Gambar 1.1 Knowledge Management Systems and Processes
(Source: Buku Knowledge Management Systems and Processes Second Edition)
1. Knowledge Discovery
Knowladge Discovery dapat didefinisikan sebagai pengembangan
pengetahuan tacit atau eksplisit baru dari data dan informasi atau dari
sintesis pengetahuan sebelumnya . Penemuan pengetahuan eksplisit baru
bergantung langsung pada kombinasi, sedangkan penemuan pengetahuan
tacit baru bergantung langsung pada sosialisasi. Dalam kedua kasus,
pengetahuan baru ditemukan dengan mensintesis pengetahuan dari dua
atau lebih area yang berbeda dengan pengetahuan eksplisit dari dua area
yang disintesis melalui kombinasi, dan pengetahuan tacit dari dua area
yang disintesis melalui sosialisasi. Kombinasi dan sosialisasi dibahas
sekarang. (Becerra-Fernandez, I., & Sabherwal, R. (2014)). Knowladge
Discovery dibagi menjadi 2 yaitu:
a. Combination
Pengetahuan eksplisit baru ditemukan melalui kombinasi, dan
beberapa badan pengetahuan eksplisit disintesis untuk menciptakan
kumpulan pengetahuan eksplisit baru yang lebih kompleks.
Pengetahuan eskplit baru dapat dibuat dengan baik secara bertahap
dan radikal dengan komunikasi, integrasi, dan sistematisasi
Pengetahuan eksplisit, data, dan informasi yang ada dikonfigurasi
6
ulang, dikategorikan ulang, dan dikontekstualisasikan untuk
menghasilkan pengetahuan eksplisit baru. (Becerra-Fernandez, I., &
Sabherwal, R. (2014)).
b. Socialization
Sosialisasi merupakan sintesis pengetahuan tacit antar individu,
biasanya melalui kegiatan bersama daripada instruksi tertulis atau
lisan. Misalnya, dengan mentransfer ide dan gambar, magang
membantu pendatang baru untuk melihat bagaimana orang lain
berpikir.
2. Knowledge Capture
Knowledge capture adalah berbagai teknik yang digunakan untuk
memperoleh aspek pengetahuan teknis individu sehingga wawasan,
pengalaman, jaringan sosial dan pembelajaran dapat dibagi untuk
mengurangi hilangnya pengetahuan organisasi. Proses penangkapan
pengetahuan mendapat manfaat paling langsung dari dua subproses
Knowledge Management eksternalisasi dan internalisasi.
a. Eksternalisasi
Eksternalisasi dapat mengubah pengetahuan tacit ke dalam bentuk
eksplisit seperti kata- kata, konsep, visual, atau bahasa kiasan.
(Becerra-Fernandez, I., & Sabherwal, R. (2014)) Hal ini dapat
membantu menerjemahkan pengetahuan tacit individu ke dalam
bentuk eksplisit yang dapat lebih mudah dipahami oleh anggota
kelompok lainnya. Proses ini menjadi sulit karena pengetahuan tacit
seringkali sulit untuk diartikulasikan. Eksternalisasi dapat dicapai
melalui penggunaan metafora-yaitu, memahami dan mengalami satu
jenis hal dalam hal lain.
b. Internalisasi
Internalisasi merupakan perubahan pengetahuan eksplisit menjadi
pengetahuan tacit. Pengetahuan eksplisit bisa terjadi dengan
melakukan ttindakan dan praktik sehingga individu dapat
memperoleh pengetahuan dan mengalami kembali apa yang telah
dialami orang lain. Individu juga dapat memperoleh pengetahuan
7
tacit dalam situasi virtual, baik dengan membaca manual atau cerita
orang lain atau melalui pengalaman simulasi atau eksperimen.
(Becerra-Fernandez, I., & Sabherwal, R. (2014)).
3. Knowledge Sharing
Knowladge Sharing merupakan proses di mana pengetahuan eksplisit
atau tacit dikomunikasikan kepada individu lain. Ada tiga klarifikasi
penting. Pertama, pengetahuan ditransfer dengan efektif, sehingga
penerima dapat memahaminya dengan cukup baik. Kedua, apa yang
dapat dibagi pengetahuan daripada rekomendasi. Berdasarkan
pengetahuan, yang pertama melibatkan penerima yang memperoleh
pengetahuan bersama serta mampu mengambil tindakan berdasarkan hal
diatasnya, sedangkan yang kedua hanya melibatkan pemanfaatan
pengetahuan tanpa penerima menginternalisasi pengetahuan bersama.
Ketiga, pengetahuan dapat dibagi melalui lintas individu maupun lintas
kelompok, departemen, atau organisasi (Becerra-Fernandez, I., &
Sabherwal, R. (2014)).
4. Knowledge Application
Knowlade Application merupakan proses di mana pengetahuan
digunakan dalam organisasi untuk membuat keputusan dan melakukan
tugas, sehingga berkontribusi pada organisasi pertunjukan. Proses
penerapan pengetahuan tergantung pada pengetahuan yang tersedia, dan
pengetahuan itu sendiri tergantung pada proses penemuan, penangkapan,
dan berbagi pengetahuan. Semakin baik proses penemuan pengetahuan,
penangkapan, dan berbagi, semakin besar kemungkinan bahwa
pengetahuan yang dibutuhkan tersedia untuk aplikasi yang efektif dalam
pengambilan keputusan dan kinerja tugas. Dalam menerapkan
pengetahuan, yang dibutuhkan hanyalah pengetahuan yang digunakan
untuk memandu keputusan dan tindakan. Maka dari itu dalam
pemanfaatan pengetahuan bisa melalui dari dua proses, yang dimana dua
proses tersebut adalah rutinitas dan arahan. (Becerra-Fernandez, I., &
Sabherwal, R. (2014))
a. Arahan
8
Arahan biasanya mengacu pada proses di mana individu yang
memiliki pengetahuan mengarahkan tindakan individu lain tanpa
mentransfer pengetahuan yang mendasari arahan tersebut kepada
individu tersebut. (Becerra-Fernandez, I., & Sabherwal, R. (2014)).
b. Rutinitas
Dalam pemanfaatan runitas melibatkan pengetahuan, yang dimana
pengetahuan tersebut tertanam dalam prosedur, aturan, dan norma
yang memandu perilaku di masa depan. (Becerra-Fernandez, I., &
Sabherwal, R. (2014)).
9
BAB III
METODE PENELITIAN
10
karya Mpu Prapanca, pada masa Majapahit (!286 Saka/1365 Masehi), yang
disadur disalin kembali pada 1665 Saka/1740 Masehi). Digitalisasi yang
memeanfaat knowlegde picture system tersebut merupakan kerja sama antara
Perpustakaan Nasional Jakarta, UIN Syarif Hidayatulah, Hamburg Univesity
Jerman, Dinas Kebudayaan Kota Denpasar, Aliansi Peduli Bahasa Bali, dan
Penyuluh Bahasa Bali. Dari keseluruhan jumlah lontar di Kota Denpasar,
sebanyak 35 cakup dengan jumlah halaman 3.751 lembar telah direkam
menggunakan sistem digitalisasi.
3.3 Hasil
11
DAFTAR PUSTAKA
12