Anda di halaman 1dari 13

Digitalisasi Warisan Budaya Lontar Bdengan memanfaatkan

metode Knowledge Management Processing

Ni Wayan Diah Astuti


21104134
TI-DGM

PROGRAM STUDI TEKNIK INFORMATIKA

STMIK STIKOM INDONESIA

2021
DAFTAR ISI

i
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Digitalisasi kebudayan merupakan suatu konsep pemanfaatan teknologi informasi
dan komunikasi untuk meningkatkan daya guna dalam bidang kebudayaan, terutama
dalam hal pengelolaan, pendokumentasian, penyebarluasan informasi dan pengetahuan
dari unsur-unsur kebudayaan. Konsep ini dikembangkan dan di implementasikan
sematamata untuk meningkatkan dan melestarikan budaya sebagai wujud eksistensi
bangsa Indonesia. Namun sejauh ini pengembangan dan pemanfaatan teknologi informasi
dan komunikasi pada bidang kebudayaan ini belum mendapatkan perhatian dari berbagai
pihak yang bergerak dalam bidang kebudayaan, sehingga masih perlu dikaji dan
dikembangkan lebih jauh karena kebudayaan diakui sebagai identitas nasional. Seperti
yang tercermin dalam pancasila dan UUD 1945, pasal 32 bahwa (1) Negara memajukan
kebudayaan nasional Indonesia di tengah peradaban dunia dengan menjamin kebebasan
masyarakat dalam memelihara dan mengembangkan nilai-nilai budayanya. (2) Negara
menghormati dan memelihara bahasa daerah sebagai kekayaan budaya nasional.
Kekayaan budaya Indonesia yang tersebar diseluruh nusantara adalah falsafah hidup
bagi komunitas adat sejak berabad-abad silam hingga sekarang. Bahkan sebelum
hadirnya negara ini, budaya sebagai suatu fondasi hidup bagi setiap komunitas
masyarakat adat di Indonesia. Untuk itulah sejumlah perangkat kebudayaan Indonesia
telah diakui dunia melalui UNESCO terhadap budaya yang bersifat benda maupun
takbenda. Pengakuan tersebut tidak hanya sebatas kebanggaan belaka tetapi perlu
didayagunakan dan dikembangkan agar budaya dapat membawah manfaat secara
rohaniah dan batiniah sebagaimana yang dicita-citakan para pendiri bangsa ini.
Salah satu dari warisan kebudayan bali adalah lontar. Lontal merupakan tradisi
budaya tulis menulis di atas rontal oleh masyarakat Bali yang cenderung berkonotasi
arkais atau sakral-religius. Sebagai sarana tulis-menulis dari dulu hingga kini, rontal telah
terbukti dan dipercaya kekuatannya hingga ratusan tahun. Ribuan lontar yang diwarisi di
Bali adalah ditulis di atas daun tal dengan sistem pemeliharaan yang sedemikian
sederhana sebelum mendapat sentuhan teori filllogi dan kodikologi. Dengan sifat dan
kekuatan rontal sebagai bahan pustaka yang handal dan sangat diindahkan oleh para
rakawi sebagai sarana untuk menuangkan segala petuah-petuah suci, berupa ajaran budi
pekerti dan sebagainya.

2
Sebagai wujud warisan budaya, lontar jelas-jelas menunjukkan adanya tradisi
intelektual (keberaksaraan, keterpelajaran) yang dimiliki masyarakat Bali sejak zaman
dulu. Tradisi intelektual bagi sebuah masyarakat merupakan sesuatu yang sangat penting
dan berharga. Dengan tradisi tersebut peradaban manusia akan dapat dibangun lebih baik
dan lebih maju. Oleh sebab itu lontar dengan berbagai tradisinya yang masih hidup di
Bali (dari cara memroses daun lontar sebagai bahan tulis, sampai kepada mengapresiasi
dan mengupas isi lontar dalam tradisi mabasan), perlu terus dilestarikan, dipelihara, dan
bahkan dikembangkan sesuai dengan tuntutan kemajuan iptek dan zaman.
Adanya kemajuan teknologi, membuka pemikiran baru tentang pendokumentasian
dan manajemen kekayaan warisan budaya Indonesia sebagai sumber informasi budaya
pengetahuan. Manajemen kekayaan informasi budaya yang baik memerlukan sebuah
mekanisme dengan knowledge management process dengan mengalihkan tacit
knowledge, yaitu suatu pengetahuan yang personal, spesifik, dan umumnya susah
diformalisasi dan dikomunikasi kepada pihak lain menjadi explicit knowledge, yaitu
pengetahuan yang sudah diformulasikan, disajikan dalam bentuk tulisan misalnya
peraturan, buku-buku literaturliteratur. Explicit knowledge tersebut diwujudkan dalam
bentuk dokumen-dokumen yang dikelolah dengan baik menggunakan bantuan teknologi
informasi dan komunikasi. Pengetahuan yang didokumentasikan tersebut dapat menjadi
bahan pembelajaran bagi setiap generasi, sehingga proses transfer informasi dan
pengetahuan dapat berjalan dengan baik.
1.2 Rumusan Masalah
Bagaimana implementasi warisan budaya lontar bali yang memanfaatkan
metode Knowledge Management Process?
1.3 Tujuan
Tujuan yang ingin dicapai dari penulisan dan pembuatan laporan ini adalah
untuk mengetahui proses implementasi warisan budaya lontar Bali yang
memanfaatkan metode Knowledge Management Process.
1.4. Manfaat

Dengan disusunnya laporan ini , terdapat beberapa manfaat bagi mahasiswa


a. Mengimplementasikan materi-materi yang diperoleh selama perkuliahan.

b. Dapat mengetahui implementasi warisan budaya yang memanfaatkan


metode Knowledge Management Process .

3
BAB II
LANDASAN TEORI

2.1 Pengertian Digitalisasi Budaya


Digitalisasi budaya merupakan suatu konsep dalam pemanfaatan teknologi
informasi dan juga komunikasi untuk meningkatkan daya guna dalam hal
kebudayaan Indonesia terutama pada hal pengelolaan, penyebarluasan informasi
dan pengetahuan dari unsur-unsur kebudayan (Sutikno, 2020).
Indonesia terkenal tidak hanya karena kekayaan sumber daya alam yang
melimpah, tetapi juga karena kekayaan seni dan budayanya. Kekayaan tersebut
terdapat di sejumlah suku bangsa, tepatnya 1.340 suku bangsa menurut sensus
BPS tahun 2010. Setiap suku bangsa tersebut memiliki lebih dari satu jenis seni
tradisional sehingga jumlahnya lebih banyak dari jumlah suku bangsa yang ada.
Dengan kekayaan hasil cipta rasa dan karya dalam berbagai adat dan ragam seni
budaya yang dimiliki oleh bangsa Indonesia ini selalu dilirik oleh bangsa lain.
2.2 Pengertian Knowledge Management

Manajemen pengetahuan (knowledge management) ialah suatu rangkaian


kegiatan yang digunakan oleh organisasi atau perusahaan untuk mengidentifikasi,
menciptakan, menjelaskan, dan mendistribusikan pengetahuan untuk digunakan
kembali, diketahui, dan dipelajari di dalam organisasi. Kegiatan ini biasanya
terkait dengan objektif organisasi dan ditujukan untuk mencapai suatu hasil
tertentu seperti pengetahuan bersama, peningkatan kinerja, keunggulan
kompetitif, atau tingkat inovasi yang lebih tinggi.
2.2.1 Jenis-Jenis Knowledge
Menurut Polanyi yang dikutip oleh Dalkir (2011) ada dua jenis knowledge yaitu:
1. Tacit knowledge
Suatu bentuk pengetahuan yang sulit untuk diartikan dalam bentuk kata,
teks maupun gambar.
2. Explicit Knowledge
Konten representasi yang telah ditangkap dalam beberapa sumber.
Adapun perbedaan antara Tacit Knowledge dan Explicit Knowledge adalah

4
a. Tacit Knowledge
- Mampu untuk beradaptasi, mampu mengahadapi situasi baru dan luar
biasa.
- Sistem pakar, know-how, know-why, dan care-why.
- Mampu untuk mengkolaborasikan, berbagi visi, dan mentransmisikan
budaya.
- Proses pelatihan untuk mentransfer pengetahuan dari suatu pengalaman.
b. Explicit Knowledge
- Mampu untuk menyebarkan, menggandakan, untuk mengakses dan
menerapkan keseluruh organisasi.
- Kemampuan untuk mengajar dan melatih.
- Mampu untuk mengatur, mensistematisasi, menerjamahkan visi
kedalam pernyataan misi, untuk menjadi pedoman operasional.

- Mentransfer pengetahuan lewat produk, pelayanan, dan proses


pendokumentasian.
2.2.2 Knowledge Management Process
Pada gambar dibawah merupakan proses dimana pengetahuan ditemukan
atau ditangkap. Hal ini juga mencakup proses di mana pengetahuan ini dibagikan
dan diterapkan. Pada keempat proses Knowledge Management ini didukung oleh
tujuh subproses Knowledge Management seperti yang ditunjukkan pada Gambar
1.1

5
Gambar 1.1 Knowledge Management Systems and Processes
(Source: Buku Knowledge Management Systems and Processes Second Edition)

1. Knowledge Discovery
Knowladge Discovery dapat didefinisikan sebagai pengembangan
pengetahuan tacit atau eksplisit baru dari data dan informasi atau dari
sintesis pengetahuan sebelumnya . Penemuan pengetahuan eksplisit baru
bergantung langsung pada kombinasi, sedangkan penemuan pengetahuan
tacit baru bergantung langsung pada sosialisasi. Dalam kedua kasus,
pengetahuan baru ditemukan dengan mensintesis pengetahuan dari dua
atau lebih area yang berbeda dengan pengetahuan eksplisit dari dua area
yang disintesis melalui kombinasi, dan pengetahuan tacit dari dua area
yang disintesis melalui sosialisasi. Kombinasi dan sosialisasi dibahas
sekarang. (Becerra-Fernandez, I., & Sabherwal, R. (2014)). Knowladge
Discovery dibagi menjadi 2 yaitu:
a. Combination
Pengetahuan eksplisit baru ditemukan melalui kombinasi, dan
beberapa badan pengetahuan eksplisit disintesis untuk menciptakan
kumpulan pengetahuan eksplisit baru yang lebih kompleks.
Pengetahuan eskplit baru dapat dibuat dengan baik secara bertahap
dan radikal dengan komunikasi, integrasi, dan sistematisasi
Pengetahuan eksplisit, data, dan informasi yang ada dikonfigurasi

6
ulang, dikategorikan ulang, dan dikontekstualisasikan untuk
menghasilkan pengetahuan eksplisit baru. (Becerra-Fernandez, I., &
Sabherwal, R. (2014)).
b. Socialization
Sosialisasi merupakan sintesis pengetahuan tacit antar individu,
biasanya melalui kegiatan bersama daripada instruksi tertulis atau
lisan. Misalnya, dengan mentransfer ide dan gambar, magang
membantu pendatang baru untuk melihat bagaimana orang lain
berpikir.
2. Knowledge Capture
Knowledge capture adalah berbagai teknik yang digunakan untuk
memperoleh aspek pengetahuan teknis individu sehingga wawasan,
pengalaman, jaringan sosial dan pembelajaran dapat dibagi untuk
mengurangi hilangnya pengetahuan organisasi. Proses penangkapan
pengetahuan mendapat manfaat paling langsung dari dua subproses
Knowledge Management eksternalisasi dan internalisasi.
a. Eksternalisasi
Eksternalisasi dapat mengubah pengetahuan tacit ke dalam bentuk
eksplisit seperti kata- kata, konsep, visual, atau bahasa kiasan.
(Becerra-Fernandez, I., & Sabherwal, R. (2014)) Hal ini dapat
membantu menerjemahkan pengetahuan tacit individu ke dalam
bentuk eksplisit yang dapat lebih mudah dipahami oleh anggota
kelompok lainnya. Proses ini menjadi sulit karena pengetahuan tacit
seringkali sulit untuk diartikulasikan. Eksternalisasi dapat dicapai
melalui penggunaan metafora-yaitu, memahami dan mengalami satu
jenis hal dalam hal lain.
b. Internalisasi
Internalisasi merupakan perubahan pengetahuan eksplisit menjadi
pengetahuan tacit. Pengetahuan eksplisit bisa terjadi dengan
melakukan ttindakan dan praktik sehingga individu dapat
memperoleh pengetahuan dan mengalami kembali apa yang telah
dialami orang lain. Individu juga dapat memperoleh pengetahuan

7
tacit dalam situasi virtual, baik dengan membaca manual atau cerita
orang lain atau melalui pengalaman simulasi atau eksperimen.
(Becerra-Fernandez, I., & Sabherwal, R. (2014)).
3. Knowledge Sharing
Knowladge Sharing merupakan proses di mana pengetahuan eksplisit
atau tacit dikomunikasikan kepada individu lain. Ada tiga klarifikasi
penting. Pertama, pengetahuan ditransfer dengan efektif, sehingga
penerima dapat memahaminya dengan cukup baik. Kedua, apa yang
dapat dibagi pengetahuan daripada rekomendasi. Berdasarkan
pengetahuan, yang pertama melibatkan penerima yang memperoleh
pengetahuan bersama serta mampu mengambil tindakan berdasarkan hal
diatasnya, sedangkan yang kedua hanya melibatkan pemanfaatan
pengetahuan tanpa penerima menginternalisasi pengetahuan bersama.
Ketiga, pengetahuan dapat dibagi melalui lintas individu maupun lintas
kelompok, departemen, atau organisasi (Becerra-Fernandez, I., &
Sabherwal, R. (2014)).
4. Knowledge Application
Knowlade Application merupakan proses di mana pengetahuan
digunakan dalam organisasi untuk membuat keputusan dan melakukan
tugas, sehingga berkontribusi pada organisasi pertunjukan. Proses
penerapan pengetahuan tergantung pada pengetahuan yang tersedia, dan
pengetahuan itu sendiri tergantung pada proses penemuan, penangkapan,
dan berbagi pengetahuan. Semakin baik proses penemuan pengetahuan,
penangkapan, dan berbagi, semakin besar kemungkinan bahwa
pengetahuan yang dibutuhkan tersedia untuk aplikasi yang efektif dalam
pengambilan keputusan dan kinerja tugas. Dalam menerapkan
pengetahuan, yang dibutuhkan hanyalah pengetahuan yang digunakan
untuk memandu keputusan dan tindakan. Maka dari itu dalam
pemanfaatan pengetahuan bisa melalui dari dua proses, yang dimana dua
proses tersebut adalah rutinitas dan arahan. (Becerra-Fernandez, I., &
Sabherwal, R. (2014))
a. Arahan

8
Arahan biasanya mengacu pada proses di mana individu yang
memiliki pengetahuan mengarahkan tindakan individu lain tanpa
mentransfer pengetahuan yang mendasari arahan tersebut kepada
individu tersebut. (Becerra-Fernandez, I., & Sabherwal, R. (2014)).
b. Rutinitas
Dalam pemanfaatan runitas melibatkan pengetahuan, yang dimana
pengetahuan tersebut tertanam dalam prosedur, aturan, dan norma
yang memandu perilaku di masa depan. (Becerra-Fernandez, I., &
Sabherwal, R. (2014)).

9
BAB III
METODE PENELITIAN

3.1 Metode Penelitian


Metode yang digunakan dalam implementasi digitalisasi budaya lontar bali
adalah knowledge capture system yang merupakan bagian dari knowledge
magement process .Penggunaan metode Knowledge capture system lebih
dikhususkan pada bagian externalization dimana dalam pengimplementasiannya
dengan sistem knowledge management akan sangat membantu proses
eksternalisasi ini dan mengubah pengetahuan tacit ke dalam bentuk eksplisit
seperti kata - kata, konsep, visual, atau bahasa kiasan. Ini dapat membantu
menerjemahkan pengetahuan tacit individu ke dalam bentuk eksplisit yang dapat
lebih mudah dipahami oleh anggota kelompok lainnya.
3.2 Implementasi Digitalisasi Warisan Budaya Lontar Bali dengan Metode
Knowledge Picture System
Pulau Bali yang dikenal memiliki keragaman budaya , melakukan beragam
upaya untuk terus menggencarkan budaya-budaya yang telah lama ditinggalkan
guna mendukung pelestarian dan pengembangan seni, budaya, tradisi serta
kearifan lokal setempat. Pemkot Denpasar melalui Dinas Kebudayaan denga
menggandeng Digital Repository of Endangered and Affected Manuscripts in
Southeast Asia (DREAMSEA) ,melestarikan karya sastra lontar Bali dengan
menggunakan sistem digitalisasi.
Dengan ada digitalisasi knowledge management pada kondisi sekarang ini,
organisasi biasanya menggunakan media-media sebagai sarana komunikasi antar
sumber daya manusia yang ada di organisasi dan pihak-pihak yang
berkepentingan. Untuk mendukung proses aktivitas dan pengembangan sumber
daya manusia di suatu organisasi yang merupakan perwujudan dari
externalization, maka isi lontar sudah tersimpan dan dapat dibaca tanpa membuka
cakupan lontar aslinya. Cakupan lontar di Kota Denpasar nantinya dapat juga
digolongkan sebagai cagar budaya. Syarat sebuah cagar budaya, yakni memiliki
usia lebih dari 50 tahun. Adapun manuskrip atau naskah lontar yang telah
ditetapkan sebagai cagar budaya nasional adalah Naskah lontar Negarakertagama,

10
karya Mpu Prapanca, pada masa Majapahit (!286 Saka/1365 Masehi), yang
disadur disalin kembali pada 1665 Saka/1740 Masehi). Digitalisasi yang
memeanfaat knowlegde picture system tersebut merupakan kerja sama antara
Perpustakaan Nasional Jakarta, UIN Syarif Hidayatulah, Hamburg Univesity
Jerman, Dinas Kebudayaan Kota Denpasar, Aliansi Peduli Bahasa Bali, dan
Penyuluh Bahasa Bali. Dari keseluruhan jumlah lontar di Kota Denpasar,
sebanyak 35 cakup dengan jumlah halaman 3.751 lembar telah direkam
menggunakan sistem digitalisasi.
3.3 Hasil

KM Processes and System and Associated Mechanims and


Technologies (Proces and Sistem KM, serta Mekanisme dan
Teknologi Terkait)
KM KM System KM Subprocess Iillustrative Iillustrative
Processes KM KM
Mechanisms Technologies
Knowledge Knowledge Externalization Model, Sistem
Capture Capture prototipe , pakar, grup
System praktik orolan,
terbaik, praktik
pelajaran terbaik dan
yang didapat database
pelajaran

11
DAFTAR PUSTAKA

i. Assegaf, M, Wasitowati, 2015. Knowledge Sharing Sebagai Sumber Inovasi


dan Keunggulan Bersaing Pada Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM)
Sektor Batik. Jurnal Conference In Business, Accounting, And Management
(CBAM) Vol 2, No 1.
ii. Fen Lin-Hsiu. 2007, Knowledge Sharing and Firm Innovation Capability: An
Empirical Study. International Journal of Manpower Vol. 28 No. 34.
iii. Finnerty, P. 1997. Improving Customer Care Through Knowledge
Management. CMA Management Ac-counting Magazine.
iv. Hartinah, Sri. 2009. Pemanfaatan Alih Media Untuk Pengembangan
Perpustakaan Digital VISI PUSTAKA Jurnal Perpustakaan Nasional RI,
Volume 11 Nomor 3 Desember 2009, hlm.16.
v. Hayati, Nurul. 2013. Peran Perpustakaan dalam Penerapan Knowledge
Managenet di Lembaga Riset. Jurnal Palimpsest. Vol. 4 / No. 2. 2013.
vi. Hogel, M., Parboteeah, K., & Munson, C. 2003. Team-level antecedents of
individuals knowledge networks. Decision Sciences, 34 (4), 741-770.
vii. IFLA. 2015. Knowledge Management Section. 6 Oktober (di
http://www.ifla.org/km, 28 April 2016).
viii. Nawawi, Ismail. 2012. Manajemen Pengetahuan (Knowledge Management).
Bogor : Ghalia Indonesia.

12

Anda mungkin juga menyukai