Anda di halaman 1dari 9

Jurnal Ilmu Keperawatan : Journal of Nursing Science

Vol. 9, No. 2, November 2021, hlm. 187-195 e-ISSN: 2598-8492


DOI : https://doi.org/10.21776/ub.jik.2021.009.02.6 p-ISSN: 2088-6012
Website : http://www.jik.ub.ac.id
@2021. This is an open access article under the CC BY-NC 4.0 license

Artikel Asli

Kemampuan Termos dalam Mempertahankan Suhu Cairan Kristaloid (Ringer


Laktat dan Normal Saline 0,9%) : Sebuah Alternatif untuk Menjaga Suhu Cairan
Resusitasi
Thermos Ability in Maintaining Crystalloid Liquid Temperature (Ringer’s Lactate
and Normal Saline 0,9%): an Alternative in Maintaining Resuscitation Fluid
Temperature
Ninda Saputri1, Abdurrahman Wahid2*, Tina Handayani Nasution3, Gia Eka Negara4
1,2,3Ilmu Keperawatan, Universitas Lambung Mangkurat
4Fisika, Universitas Lambung Mangkurat

*Korespondensi penulis:
Abdurrahman Wahid
Ilmu Keperawatan, Universitas Lambung Mangkurat
Jl. A Yani KM 26, Banjarbaru, Telp: (0511)4772745
Email: ns.wahid@ulm.ac.id
Info Artikel ABSTRAK
Riwayat Artikel: Penanganan syok hemoragik dengan terapi cairan yang bersuhu 39 0C
Dikirim 31 Mei 2021 merupakan rekomendasi untuk mencegah terjadinya hipotermi. Penyimpanan
Direvisi 24 Agustus 2021 cairan infus di dalam termos nasi merupakan salah satu metode untuk menjaga
suhu cairan infus. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh
Diterima 13 September 2021
penggunaan termos untuk mempertahankan suhu 39 C cairan kristaloid (ringer
0

laktat dan normal saline 0,9%) pada suhu ruang 250C. Metode peneliti ini
Kata Kunci: menggunakan kuantitatif eksperimental (pra-eksperimental) dengan jenis
Syok hemoragik rancangan one-shot case study. Enam botol cairan ringer laktat dan enam botol
cairan normal saline 0,9% dihangatkan sampai 390C, kemudian disimpan di
Ringer laktat
termos nasi di ruang bersuhu 250C dan diukur perubahan suhunya selama 6 jam.
Normal saline 0,9% Pengukuran dilakukan dengan menggunakan termometer digital. Data dianalisis
Termos dengan uji Mann Whitney. Penelitian dilakukan pada tanggal 1 Desember 2019.
Suhu. Hasil penelitian menunjukkan penurunan suhu cairan ringer laktat rata-rata
4,60C dan normal saline 0,9% rata-rata 4,30C. Ada perbedaan perubahan suhu
yang signifikan pada cairan ringer laktat dan normal saline 0,9%
(p=0,000;α=0,05). Hasil dari penelitian adalah termos nasi mampu
mempertahankan suhu cairan ringer laktat 39 0C selama 96 menit dan normal
saline 0,9% selama 78 menit, sedangkan untuk mencegah hipotermi (36 0C)
cairan ringer laktat selama 4 jam 59 menit dan normal saline 0,9 % selama 4 jam
55 menit.

ABSTRACT
Keywords: Haemorrhagic shock should be treated with fluid therapy at 390°C to avoid
Hemorrhagic shock hypothermia. Storage of infusion fluid in a rice thermos is one method to maintain
Ringer lactate the temperature of the infusion fluid. This study aimed to determine the effect of
Normal saline 0,9% using a thermos to maintain a temperature of 390C crystalloid liquid (ringer lactate
Thermos and normal saline 0,9%) at a room temperature of 25 0C. This research method uses
experimental quantitative (pre-experimental) with a one-shot case study design.
Temperature
Six bottles of Ringer's lactate and six bottles of normal saline 0,9% were warmed to
390C, then stored in a rice thermos at 25 0C and the temperature changes were
measured for 6 hours. A digital thermometer was used to take measurements. The
Mann-Whitney test was used to analyze the data. The results show that the
temperature of Ringer's lactate fluid was reduced by an average of 4,6 0C, and
normal saline was reduced by an average of 4,3 0C. There was a significant
difference in temperature changes in the ringer's lactate fluid and normal saline
0,9% (p=0,000;α=0,05). The results of the study were that the rice thermos was able
to maintain the temperature of ringer's lactate fluid at 39 0C for 96 minutes and
normal saline 0,9% for 78 minutes, while to prevent hypothermia (36 0C) ringer's
lactate fluid for 4 hours 59 minutes and normal saline 0,9 % for 4 hours 55 minutes.

187
Jurnal Ilmu Keperawatan : Journal of Nursing Science
Vol. 9, No. 2, November 2021, hlm. 187-195 e-ISSN: 2598-8492
DOI : https://doi.org/10.21776/ub.jik.2021.009.02.6 p-ISSN: 2088-6012
Website : http://www.jik.ub.ac.id
@2021. This is an open access article under the CC BY-NC 4.0 license

Pendahuluan infus di suhu 39 0C. Penelitian terhadap


Syok Hemoragik banyak disebabkan metode atau alat yang efektif untuk
oleh trauma yang diperoleh dari kecelakaan mempertahankan suhu cairan infus 39 0C
lalu lintas (Agus D, Aryana I G N W, 2017). diperlukan untuk mencegah hipotermia saat
Laporan data 2013, jumlah korban meninggal diberikan kepada pasien dengan Syok
dunia di seluruh dunia mencapai 1,25 juta Hemoragik. Peneliti memilih alat berupa
orang akibat kecelakaan lalu lintas (Hardoko termos karena termos didesain kedap udara
E, 2018). Perdarahan dalam jumlah sedikit dan memiliki penutup yang bersifat adiabatik.
ataupun banyak dapat menyebabkan syok Bahan adiabatik menghambat interaksi antara
hipovolemik dan bahkan kematian (Aldo Y, sistem di dalam termos dan lingkungan luar
Nova E S, 2015). Pendarahan yang sebagian sehingga suhu cairan infus di dalamnya dapat
besar terjadi pada pasien trauma berkaitan dipertahankan (Yulkifli, Usmeldi, Yohandri,
erat dengan kematian yang cepat terjadi Anggreini, 2017).
(Tanaka C, Wiargitha K, Golden N, 2018). Suhu ruangan atau suhu kamar di
Penanganan syok hemoragik sesuai prinsip Indonesia adalah antara 20-25 0C (Wirawan I
fisiologi dasar yaitu melakukan terapi cairan M C, 2017). Paparan suhu lingkungan luar
(Lewis S R, Pritchard M W, Evans D J W, Butler termos yang dipilih adalah suhu ruangan yang
A R, Alderson P, Smith A F, Roberts I, 2018). paling mendekati suhu cairan infus yaitu suhu
Cairan kristaloid yang digunakan untuk ruangan tertinggi sebesar 25 0C. Suhu 25 0C
mengganti cairan atau darah yang hilang dari dipilih agar hasil penelitian berupa waktu
tubuh bisa berupa normal saline 0,9% atau maksimal cairan infus bertahan pada suhu 39
0C.
ringer laktat karena bersifat fisiologis dan
isotonis (Jane L, Ian D N, 2016). Jumlah cairan kristaloid dipilih
Sebuah kejadian klinis menunjukkan berdasarkan perhitungan kelas III syok
komplikasi pasca trauma pada pasien dengan hemoragik (kehilangan darah 2.000 ml). Syok
suhu tubuh inti kurang dari 320C dilaporkan hemoragik kelas III dipilih karena di tahap
mencapai angka kematian hingga 100% tersebut adalah saat transfusi darah ataupun
(Mommpen P, Zeckey C, Frink M, Krettek C, terapi cairan sangat fatal jika tidak diberikan,
Hildebrand F, 2012). Pemberian terapi cairan sama halnya dengan syok hemoragik kelas IV.
paling efisien dalam mencegah terjadinya
Syok hemoragik kelas IV tidak dipilih untuk
hipotermi adalah cairan bersuhu 39 0C
menjadi acuan jumlah cairan infus yang
(102,20F) (Stewart R M, 2018) (Singleton W, et
al, 2017) (Yanala U R, Johanning J M, Pipinos I digunakan karena, syok hemoragik kelas IV
I, High R R, Larsen G, Velander W H, Carlson M sudah pada tahap respon tubuh mengalami
A, 2018). Apabila hipotermi terjadi, maka gagal fungsi organ, sehingga kematian sangat
dapat memicu dan memperburuk koagulopati mungkin terjadi. Pada kasus syok hemoragik
yaitu keadaan darah tidak membeku secara kelas III, jika ditangani dengan terapi cairan
normal (Tanaka C, Wiargitha K, Golden N, maka digunakan nilai 3:1, sehingga diperlukan
2018) (Stewart R M, 2018). 6 liter cairan atau 12 botol cairan kristaloid
Chamber dan Heater yang merupakan (enam botol ringer laktat dan enam botol
sistem pemanas yang dirancang oleh sarjana normal saline 0,9%) (Anwar F, 2017). Untuk
Program Studi Fisika, Universitas Lambung itu, peneliti tertarik melakukan penelitian agar
Mangkurat, Indonesia terbukti dapat
mengetahui pengaruh penggunaan termos
memanaskan cairan infus. Chamber dan
dalam mempertahankan suhu 39 0C cairan
Heater telah lulus uji verifikasi di Balai
Kalibrasi dan Sertifikasi Mutu Barang, kristaloid (ringer laktat dan normal saline
Banjarbaru, Indonesia serta tertelusur ke SI 0,9%) pada suhu ruang 25 0C.
(Satuan Internasional). Namun, alat Chamber
dan Heater bekerja dengan memberikan kalor Metode
terus menerus, sehingga tidak dapat Penelitian ini menggunakan desain
digunakan untuk mempertahankan cairan penelitian kuantitatif eksperimental (pra-

188
Jurnal Ilmu Keperawatan : Journal of Nursing Science
Vol. 9, No. 2, November 2021, hlm. 187-195 e-ISSN: 2598-8492
DOI : https://doi.org/10.21776/ub.jik.2021.009.02.6 p-ISSN: 2088-6012
Website : http://www.jik.ub.ac.id
@2021. This is an open access article under the CC BY-NC 4.0 license

eksperimental) dengan jenis rancangan one- dalam termos nasi. Setelah memasukkan
shot case study. Penelitian ini dinyatakan termometer digital ke dalam salah satu botol
bebas etik penelitian oleh Komite Etik cairan ringer laktat, enam botol cairan ringer
Penelitian Fakultas Kedokteran Universitas laktat bersuhu 39 0C disimpan di dalam satu
Lambung Mangkurat karena, tidak termos nasi berukuran 14 liter dan
menggunakan subjek hidup baik manusia, dipaparkan pada suhu 25 0C selama 6 jam.
Perlakuan yang sama juga diterapkan pada
hewan, maupun tumbuhan. Penelitian
enam botol cairan normal saline 0,9%.
menggunakan enam botol cairan ringer laktat
Dalam penelitian ini menggunakan
500 mL dan enam botol cairan normal saline dua buah termos nasi untuk menyimpan
0,9%. Enam botol cairan ringer laktat cairan infus yang telah dipanaskan. Tidak ada
berukuran 500 mL dan enam botol cairan jenis cairan infus berbeda yang disimpan
normal saline 0,9% berukuran 500 mL dalam satu termos nasi. Cairan infus
dihangatkan sampai 39 0C menggunakan alat dimasukkan ke dalam termos nasi plastik
pemanas yang dirancang oleh sarjana tanpa menggunakan aliran listrik. Selama
Program Studi Fisika, Universitas Lambung penelitian berlangsung, perubahan suhu
Mangkurat, Indonesia. Alat pemanas terdiri diukur setiap detiknya menggunakan
dari: termometer digital sebanyak dua buah yang
1. Sistem pemanas yaitu chamber atau tempat sebelumnya telah dimasukkan satu ke dalam
penampung cairan ringer laktat dan botol cairan ringer laktat yang telah dipilih
normal saline 0,9% dan heater yang secara acak, dan satu ke dalam botol cairan
digunakan dengan daya aliran listrik. normal saline 0,9% yang dipilih secara acak.
2. Alat ukur temperatur yang telah dilakukan Setelah 6 jam penyimpanan cairan
uji verifikasi dengan cara membandingkan infus ringer laktat dan normal saline 0,9% di
temperatur yang terbaca oleh alat buat dalam termos nasi, semua botol cairan infus
dengan alat thermohygrometer yang telah ringer laktat dan normal saline diukur
tertelusur ke SI (Satuan Internasional), uji suhunya. Data dibandingkan antara suhu
verifikasi sudah dilakukan di Balai cairan ringer laktat dan normal saline 0,9%
Kalibrasi dan Sertifikasi Mutu Barang, setelah dipanaskan dan setelah disimpan di
Banjarbaru, Indonesia. dalam termos nasi dengan paparan suhu
3. Sistem akuisisi data yang merupakan ruang 25 0C. Data kemudian juga dianalisis
sebuah sistem untuk menampilkan data dengan uji Mann Whitney.
hasil pengukuran pada komputer pribadi
(Personal Computer, PC) dan mencatat Hasil dan Pembahasan
data hasil pengukuran secara otomatis per Perubahan suhu cairan kristaloid ringer
satu detik. Sistem akuisisi data dirancang laktat dan normal saline 0,9% 390C di
dan diprogram menggunakan software dalam termos yang dipaparkan di suhu
Delphi 7.0. ruang 250C
Salah satu cairan ringer laktat dipilih Hasil pengukuran suhu cairan ringer
secara acak untuk dimasukkan termometer laktat 39 0C di dalam termos nasi yang
digital yang beroperasi dengan sistem akuisisi dipaparkan suhu ruangan ber AC dengan
data agar terpantau kenaikan suhu per detik pengaturan suhu AC sebesar 25 0C selama 6
selama dipanaskan. Enam cairan ringer laktat jam ternyata tidak stabil. Hasil pengukuran
dipanaskan sampai bersuhu 39 0C. Setelah suhu ruangan selama penelitian diukur
dipanaskan, enam botol cairan ringer laktat menggunakan termometer digital yaitu 25 ± 1
0C. Dengan perlakuan tersebut, didapatkan
diukur suhunya satu persatu sehingga
didapatkan enam data suhu. Salah satu botol data suhu cairan ringer laktat yang dipilih
cairan ringer laktat yang telah dipilih dengan dimasukkan termometer digital menurun
cara acak sebelumnya, dimasukkan sebesar 4,5 0C, digambarkan pada grafik di
termometer digital kembali untuk memantau bawah ini.
penurunan suhu selama penyimpanan di
189
Jurnal Ilmu Keperawatan : Journal of Nursing Science
Vol. 9, No. 2, November 2021, hlm. 187-195 e-ISSN: 2598-8492
DOI : https://doi.org/10.21776/ub.jik.2021.009.02.6 p-ISSN: 2088-6012
Website : http://www.jik.ub.ac.id
@2021. This is an open access article under the CC BY-NC 4.0 license

Tabel 1. Penurunan 6 buah cairan RL


yang ditempatkan pada
termos selama 6 jam, dengan
suhu ruang 25 ± 1 0C
Cairan Temperatu Temperatu Penurunan
RLke- r Awal r (0C)
( C)
0

Akhir
Akhir (0C)
1 39,7 35,2 4,5
2 39,7 35,0 4,7
3 39,8 35,1 4,7
4 39,8 35,0 4,8
5 39,5 35,0 4,5
6 39,5 35,0 4,5
Gambar 1. Grafik penurunan suhu ringer
laktat per jam Selama penelitian, salah satu cairan
normal saline 0,9% dipilih secara acak untuk
Grafik Penurunan Suhu Cairan dimasukkan termometer digital dan
Ringer Laktat per 10 Menit mendapatkan perlakuan disimpan di dalam
41
39,71 termos nasi dan dipaparkan suhu ruangan 25
40
39,21 ± 10C selama 6 jam. Cairan normal saline 0,9%
39 38,71 yang dipilih suhu nya menurun sebesar 4,4 0C
38,21
38
37,71 yaitu dari suhu 39,8 0C menjadi 35,4 0C.
37,21
37 36,71
36,21
Penurunan suhu cairan normal saline 0,9%
36
35,71 yang dipilih digambarkan pada grafik di
bawah ini.
Su

(c)
hu

35
35,21
34
33
32
10
30
50
70
90

210

270

330
110
130
150
170
190

230
250

290
310

350

Waktu dalam menit

Gambar 2. Grafik penurunan suhu cairan


ringer laktat per 10 menit

Setelah 6 jam cairan ringer laktat


disimpan di dalam termos nasi berukuran 14
liter dengan paparan suhu ruangan ber AC 25
0C, semua cairan dikeluarkan dari termos nasi.

Kemudian enam botol cairan ringer laktat


diukur distribusi perubahan suhunya. Hasil
pengukuran adalah rentang perubahan suhu
enam botol cairan ringer laktat menurun
sebesar 4,5- 4,8 0C. Rincian perubahan suhu Gambar 3. Grafik penurunan suhu cairan
setiap cairan ringer laktat pada tabel di bawah normal saline 0,9% 25 0C
ini.

190
Jurnal Ilmu Keperawatan : Journal of Nursing Science
Vol. 9, No. 2, November 2021, hlm. 187-195 e-ISSN: 2598-8492
DOI : https://doi.org/10.21776/ub.jik.2021.009.02.6 p-ISSN: 2088-6012
Website : http://www.jik.ub.ac.id
@2021. This is an open access article under the CC BY-NC 4.0 license

perubahan suhu cairan ringer laktat menurun


Grafik Penurunan Suhu Cairan sebesar 4,5-4,8 0C. Sedangkan hasil penurunan
Normal Saline 0,9% per 10 menit suhu cairan normal saline 0,9 % menurun
41
sebesar 4,2-4,5 0C. Perubahan suhu dengan
40
39,81
39,32 jenis cairan yang sama bisa dikatakan
39
38,34 homogen, karena dari data penelitian
38,83 37,85 penurunan suhu antar botol dengan jenis
38 37,36
cairan yang sama memiliki perbedaan suhu
(c)
hu
Su

36,86
37 36,37
36
35,88
35,39
yang sangat sedikit yaitu, <1 0C.
35
Penurunan suhu disebabkan oleh
34
perlakuan paparan suhu 25 ± 1 0C. Paparan
33
suhu 25 ± 1 0C menyebabkan perpindahan
10 30 50 70 90 110130150170190210230250270290310330350 kalor dari suhu tinggi ke suhu rendah, dalam
penelitian ini maka kalor cairan berpindah ke
Waktu dalam menit udara lingkungan (Supu I, Usman B, Basri S,
Gambar 4. Grafik penurunan suhu cairan Sunarmi, 2016). Perpindahan kalor dari cairan
normal saline 0,9% per 10 kristaloid ringer laktat dan normal saline 0,9%
menit relatif terhambat, dikarenakan adanya
perlakuan oleh peneliti berupa cairan tersebut
Cairan infus bersuhu 39 0C yang telah disimpan di dalam termos nasi yang terbuat
disimpan di dalam termos nasi dan dari bahan plastik. Sebagai bahan yang
dipaparkan suhu ruangan 25 ± 10C selama 6 adiabatik material plastik dianggap cukup
jam kemudian dikeluarkan dari termos nasi. baik untuk proses adiabatic. Proses adiabatik
Cairan yang telah dikeluarkan dari termos nasi adalah proses yang terjadi tanpa adanya
diukur distribusi perubahan suhunya. Hasil perpindahan kalor dalam suatu sistem dan
perubahan enam botol cairan normal saline prosesnya berlangsung sangat cepat
0,9% adalah menurun 4,2- 4,5 0C. Perubahan (Asnawati, Suliyanah, Rohmawati L, 2019).
suhu setiap cairan normal saline 0,9 % Hipotermi terjadi ketika suhu inti
tersebut dituliskan pada tabel di bawah ini. tubuh kurang dari 35 0C. Suhu 35 0C termasuk
ke dalam kategori hipotermi ringan (NANDA,
Tabel 2. Penurunan 6 buah cairan NS 0,9% 2015). Dari definisi hipotermia diatas,
yang ditempatkan pada termos diketahui bahwa suhu tubuh normal minimal
selama 6 jam, dengan suhu ruang untuk mencegah kejadian hipotermi adalah 36
25 ± 1 0C 0C. Hasil dari penelitian diketahui bahwa
Cairan Temperatur Temperatur Penurunan cairan normal saline 0,9% bersuhu ±39 0C di
Awal akhir (0C) dalam termos yang dipaparkan pada suhu
NS ( C)
0
ruang 25 ± 1 0C dapat bertahan di suhu 360C
NS Akhir
0,9% (0C) yaitu tepatnya pada suhu 36,37 ± 0,5 0C selama
ke- 4 jam 55 menit, begitu juga dengan perlakuan
1 39,8 35,4 4,2 yang sama pada cairan ringer laktat yaitu
2 39,6 35,3 4,3 bertahan pada suhu 36,21 ± 0,5 0C selama 4
3 39,7 35,2 4,5 jam 59 menit. Sehingga dapat disimpulkan
4 39,6 35,4 4,2 dengan keadaan lingkungan bersuhu 25 ± 1 0C
5 39,6 35,2 4,4
cairan ringer laktat dan normal saline 0,9%
6 39,4 35,2 4,2 hangat bersuhu 39 0C yang disimpan pada
termos nasi plastik masih dapat digunakan
Data perubahan suhu cairan kristaloid selama hampir 5 jam dan berdampak terhadap
ringer laktat dan normal saline 0,9% di dalam pencegahan hipotermi dan komplikasinya.
termos nasi yang dipaparkan suhu 25 ± 1 0C Suhu ruangan yang dipaparkan pada
selama 6 jam didapatkan dengan penelitian tidak bisa menetap pada suhu 25 0C
menggunakan termometer digital. Hasil yaitu ±1 0C, hal tersebut bisa disebabkan oleh

191
Jurnal Ilmu Keperawatan : Journal of Nursing Science
Vol. 9, No. 2, November 2021, hlm. 187-195 e-ISSN: 2598-8492
DOI : https://doi.org/10.21776/ub.jik.2021.009.02.6 p-ISSN: 2088-6012
Website : http://www.jik.ub.ac.id
@2021. This is an open access article under the CC BY-NC 4.0 license

beberapa faktor diantaranya : 1) Sudut suhu cairan normal saline 0,9% 39 0C tepatnya
datangnya sinar matahari juga berpengaruh pada suhu 39,32 0C hingga detik ke 4.573 atau
terhadap suhu. Penelitian penurunan suhu sekitar 78 menit pertama. Sehingga dapat
cairan kristaloid ringer laktat dan normal disimpulkan termos berpengaruh dalam
saline 0,9% yang dimasukkan ke dalam termos mempertahankan suhu 390C cairan kristaloid
yaitu pada jam 09.12- 15.12 WITA, sehingga (ringer laktat dan normal saline 0,9%).
dalam rentang waktu tersebut sudut Hasil dari penurunan suhu cairan
datangnya matahari berbeda-beda. Semakin kristaloid ringer laktat dan normal saline 0,9%
tegak sudut datang sinar matahari, maka yang memiliki perlakuan sama memiliki
semakin panas suhu di tempat tersebut, dan penurunan suhu berbeda yaitu, lebih cepat
berlaku sebaliknya semakin miring datangnya penurunan pada cairan ringer laktat sebesar
sinar matahari, maka semakin dingin suhu di 4,5 0C dibandingkan normal saline 0,9% yang
tempat tersebut (Cahyono T, 2017). Sudut memiliki penurunan 4,4 0C. Hal tersebut sesuai
datang matahari yang dapat mengalirkan dengan komposisi di dalam cairan ringer
panas ke dalam ruangan dapat diminimalkan laktat dan normal saline 0,9% yang berbeda
dengan memastikan ruangan yang digunakan pada jumlah senyawa natrium klorida di
pada penelitian terbayangi atau tertutup oleh dalamnya. Perbedaan jumlah senyawa
bangunan lainnya (Budhyowati M Y N, et al, natrium klorida di dalam cairan ringer laktat
2016). dan normal saline 0,9% yaitu senyawa
tersebut lebih banyak terdapat pada cairan
Perbandingan perubahan suhu ringer normal saline 0,9% dibandingkan cairan
laktat dan normal saline 0,9% di dalam ringer laktat, dengan rincian (Mane A S,
termos yang dipaparkan di suhu ruang 2017):
250C 1) Cairan ringer laktat memiliki natrium
sebanyak 130 mmol/l, dan klorida
Tabel 3. Perbandingan perubahan suhu
sebanyak 109 mmol/l.
ringer laktat dan normal saline
2) Cairan normal saline 0,9% memiliki
0,9% di dalam termos yang
natrium sebanyak 154 mmol/l, dan klorida
dipaparkan di suhu ruang 250C
sebanyak 154 mmol/l.
Variabe Mean SD Min- p-
Senyawa yang terlarut di dalam kedua
l Max value
Ringer 37,689 1,480 34,71 0,000
cairan kristaloid membuat titik didih dan titik
Laktat 9 2 - 40,21 lebur meningkat. Titik didih NaCl adalah
Normal 37,658 1,390 35,39 sebesar 1.465 0C, dan titik lebur atau titik leleh
Saline 1 9 - 40,31 sebesar 800,7 0C. Ringer laktat juga
0,9% mengandung senyawa NaCl dan tambahan
berupa asam laktat yang memiliki titik didih
Hasil dari uji normalitas kedua data sebesar 122 0C dan titik lebur sebesar 16,8 0C,
bernilai sig 0,000 yang menunjukkan data serta potassium yang memiliki titik didih
tidak berdistribusi normal, sehingga uji data 758,8 0C dan titik lebur sebesar 63,5 0C
menggunakan uji Mann Whitney. Hasil uji data (Haynes, William M, et al, 2011).
dengan Mann Whitney nilai p-value yaitu Dilihat dari titik didih dan titik lebur
0,000. Nilai tersebut menunjukkan p-value serta jumlah asam laktat dan NaCl, tentu
(0,000) < α (0,05) sehingga dapat disimpulkan senyawa NaCl memiliki posisi dominan dalam
ada perbedaan suhu yang signifikan pada meningkatkan titik didih dan titik lebur cairan
cairan kristaloid ringer laktat dan normal kristaloid ringer laktat dan normal saline
saline 0,9%. Termos nasi berukuran 14 liter 0,9%. Konsentrasi senyawa terlarut atau yang
berbahan plastik tanpa daya listrik mampu bisa disebut molalitas kedua cairan dalam
bertahan untuk mempertahankan suhu ringer penelitian yang lebih besar adalah pada cairan
laktat 39 0C tepatnya hingga suhu 39,21 0C normal saline 0,9% (Mane A S, 2017). Sesuai
hingga detik ke 5.767 atau sekitar 96 menit teori diketahui bahwa semakin besar
pertama, sedangkan untuk mempertahankan molalitas maka semakin besar pula

192
Jurnal Ilmu Keperawatan : Journal of Nursing Science
Vol. 9, No. 2, November 2021, hlm. 187-195 e-ISSN: 2598-8492
DOI : https://doi.org/10.21776/ub.jik.2021.009.02.6 p-ISSN: 2088-6012
Website : http://www.jik.ub.ac.id
@2021. This is an open access article under the CC BY-NC 4.0 license

penyerapan kalor yang diperlukan untuk listrik (karena alat penghangat perlu daya
meningkatkan suhu suatu larutan (Putri Laili listrik). Selama perjalanan menuju tempat
Mei Ari,et al, 2017). Sehingga dapat kita pasien, termos nasi dapat menjadi media
simpulkan dalam keadaan suhu 39 0C cairan penyimpanan cairan infus hangat tersebut dan
ringer laktat dan normal saline 0,9%, maka tetap stabil menjaga suhu walaupun dalam
cairan normal saline 0,9% lah yang perjalanan mengalami guncangan, selama
mengandung kalor yang lebih banyak. termos tidak terbuka. Hal yang di atas juga
Perlakuan penyimpanan pada termos dapat diaplikasikan pada rujukan pasien
yang bersifat adiabatik menyebabkan kalor dengan syok hemoragik yang memerlukan
yang dapat keluar tertahan, dan hanya bisa perjalanan menuju rumah sakit rujukan
keluar sedikit demi sedikit (Marscella, Fitri A, selama ± 5 jam.
2017). Akibat penempatan cairan kristaloid Pemberian cairan kristaloid ringer
ringer laktat dan normal saline 0,9% di dalam laktat atau normal saline 0,9% hangat bersuhu
sistem yang adiabatik ini menyebabkan pada 39 0C direkomendasikan, karena dengan suhu
waktu yang telah ditentukan dalam penelitian tersebut dapat mencegah hipotermi yang
ini yaitu 6 jam, tidak banyak kalor yang dapat akhirnya juga mencegah komplikasi hipotermi
keluar, dan masih menyisakan kalor yang diantaranya koagulopati (Stewart R M, 2018),
relatif banyak pada cairan (dilihat dari henti jantung atau fibrilasi jantung (Hall JE,
penurunan suhu yang lebih sedikit 2011), risiko perdarahan meningkat, iskemia
dibandingkan suhu yang tersisa), akibat kalor miokardium, pemulihan pasca anestesi yang
yang berada pada cairan normal saline 0,9% lebih lama, gangguan penyembuhan luka,
lebih banyak, maka besar kemungkinan kalor serta meningkatnya risiko infeksi (Harahap,
yang tersisa di cairan normal saline 0,9% anggita M, Rudi K, Ezra O, 2014). Hipotermi
selama 6 jam perlakuan juga lebih banyak, terjadi ketika suhu inti kurang dari 350C, dan
sehingga menyebabkan penurunan suhu lebih suhu 35 0C termasuk ke dalam kategori
sedikit dibandingkan cairan ringer laktat. hipotermi ringan (NANDA, 2015), sehingga
suhu tubuh normal minimal untuk mencegah
Manfaat Hasil Penelitian dalam kejadian hipotermi adalah 36 0C. Hasil dari
Penyimpanan Cairan Resusitasi penelitian diketahui bahwa cairan normal
Pada proses penelitian diketahui saline 0,9% bersuhu ±39 0C di dalam termos
bahwa terdapat alat pemanas yang bisa dibuat yang dipaparkan pada suhu ruang 25 ± 1 0C
oleh seorang sarjana fisika FMIPA ULM yang dapat bertahan di suhu 360C yaitu tepatnya
tentunya telah terstandar dan efektif pada suhu 36,37 ± 0,5 0C selama 4 jam 55
digunakan sebagai pemanas cairan infus menit, begitu juga dengan perlakuan yang
hingga suhu yang kita inginkan. Hasil sama pada cairan ringer laktat yaitu bertahan
penelitian juga didapatkan hasil bahwa pada suhu 36,21 ± 0,5 0C selama 4 jam 59
termos sebagai alat yang diteliti oleh peneliti menit. Sehingga dapat disimpulkan dengan
bisa digunakan untuk alat penyimpanan keadaan lingkungan bersuhu 25 ± 1 0C cairan
cairan kristaloid ringer laktat dan normal ringer laktat dan normal saline 0,9% hangat
saline 0,9% yang telah dihangatkan dan bersuhu 39 0C yang disimpan pada termos nasi
berfungsi dapat memperlambat penurunan plastik masih dapat digunakan selama hampir
suhu. Hasil dari penelitian ini diharapkan 5 jam dan berdampak terhadap pencegahan
dapat menjadi acuan sebagai penggunaan hipotermi dan komplikasinya.
termos dalam keadaan tertentu. Contohnya
pada keadaan bencana yang terdapat pasien Kesimpulan
dengan kasus syok hemoragik. Dalam keadaan Hasil dari penelitian yaitu enam botol
bencana ada beberapa hal yang cairan ringer laktat 500 ml yang di simpan di
memungkinkan tempat tersebut terputus dalam satu termos nasi berukuran 14 liter dan
daya listriknya, sehingga ketika ingin enam botol cairan normal saline 0,9% 500 ml
memberikan resusitasi cairan yang hangat yang disimpan di dalam termos nasi
harus di tempat yang masih terdapat daya berukuran 14 liter dipaparkan suhu ruang 25
193
Jurnal Ilmu Keperawatan : Journal of Nursing Science
Vol. 9, No. 2, November 2021, hlm. 187-195 e-ISSN: 2598-8492
DOI : https://doi.org/10.21776/ub.jik.2021.009.02.6 p-ISSN: 2088-6012
Website : http://www.jik.ub.ac.id
@2021. This is an open access article under the CC BY-NC 4.0 license

± 1 0C selama 6 jam adalah adanya perbedaan Pusat Sanglah Denpasar Tahun 2013.
signifikan antara perubahan suhu cairan E-Journal Medika Udayana, 6(5): 1-4.
ringer laktat dan perubahan suhu normal Aldo Y, Nova E S. (2015). Hubungan Waktu
saline 0,9%.Perubahan suhu enam botol Tanggap Perawat dalam Penanganan
cairan ringer laktat adalah menurun sebesar Pasien Fraktur Terbuka dengan Resiko
4,5 – 4,8 0C. Perubahan suhu enam botol Terjadinya Syok Hipovolemik di IGD
normal saline 0,9% adalah menurun sebesar RSUD Dr.Achmad Mochtar Bukit
4,2 – 4,50C. Tinggi Tahun 2015. Jurnal Kesehatan
Hasil penelitian adalah termos nasi Perintis , 2(2): 107-116.
bisa digunakan untuk alat penyimpanan Anwar F. (2017). Ketika Tubuh Kehilangan
cairan kristaloid ringer laktat dan normal Darah, Hal Ini yang Akan Terjadi.
saline 0,9 % yang telah dihangatkan dan Retrieved September 18, 2019, from
berfungsi dapat memperlambat penurunan Detik Health:
suhu. Hasil dari penelitian ini diharapkan https://health.detik.com/
dapat menjadi acuan sebagai penggunaan Asnawati, Suliyanah, Rohmawati L. (2019).
termos dalam keadaan tertentu, contohnya Panduan Praktikum Termodinamika.
pada keadaan bencana yang terdapat pasien Surabaya: JDS.
dengan kasus syok hemoragik. Dalam keadaan Budhyowati M Y N, Jefrey I. Kindangen J I,
bencana ada beberapa hal yang Aristotulus E. Tungka A E. (2016).
memungkinkan tempat tersebut terputus Analisis Faktor-Faktor yang
daya listriknya. Ketika ingin memberikan Mempengaruhi Beban Penyejukan
resusitasi cairan yang hangat harus pada Bangunan yang Menggunakan
dihangatkan di tempat yang memiliki daya Sistem Pengkondisian Udara (Studi
listrik, karena alat penghangat perlu daya kasus Gedung Kantor Pusat Politeknik
listrik. Selama perjalanan menuju tempat Negeri Manado). Jurnal Arsitektur ,
pasien, termos dapat menjadi media 5(1): 116-126.
penyimpanan cairan infus hangat tersebut. Hal Cahyono T. (2017). Penyehat Udara.
yang di atas juga dapat diaplikasikan pada Yogyakarta: ANDI.
rujukan pasien dengan syok hemoragik yang Hall JE. (2011). Guyton and Hall: Buku Ajar
memerlukan perjalanan menuju rumah sakit Fisiologi Kedokteran. Amerika Serikat:
rujukan selama ± 5 jam. Elsevier.
Harahap, anggita M, Rudi K, Ezra O. (2014).
Ucapan Terima Kasih Angka Kejadian Hipotermia dan Lama
Terima kasih kepada kedua orang tua Perawatan di Ruang Pemulihan pada
dan semua pihak yang telah terlibat dalam Pasien Geriatri Pasca Operasi Elektif
penelitian ini terutama pada bapak Bulan Oktober 2011-Maret 2012 di
Abdurrahman Wahid, Ns. M. Kep., Tina Rumah Sakit DR Hasan Sadikin
Handayani Nasution, Ns., M. Kep., Iwan Bandung. Jurnal Anastesi Peioperatif ,
Sugriwan, M.Si; Dr. Ichsan Ridwan, M. Kom., 2(1): 36-44.
Gia Eka Negara, S. Si, Ifa Hafifah, Ns., M. Kep., Hardoko E. (2018). WHO: Tiap 24 Detik Satu
Herry Setiawan, Ns., M. Kep., Nur Azizah, S. Orang Tewas akibat Kecelakaan Lalu
Kep., Abu Qasim Rahmadi, S. Kep., Barkatur Lintas. Retrieved September 18, 2019,
Rahmaniyah, S. Kep., Rifda Nur Achriana Arif, from Kompas:
S. Kep., Helna Fitriana., S. Kep., Nurfiqri Ilham https://international.kompas.com
Z., S. Kep. Haynes, William M, et al. (2011). CRC
Handbook of Chemistry and Physics.
Referensi Florida: CRC Press.
Agus D, Aryana I G N W. (2017). Gambaran Hildebrand F, et al. (2014). Relevance of
Karakteristik Pasien Fraktur Femur Induced and Accidental Hypothermia
akibat Kecelakaan Lalu Lintas pada after Trauma-Haemorrhage-What do
Orang Dewasa di Rumah Sakit Umum We Know from Experimental Models

194
Jurnal Ilmu Keperawatan : Journal of Nursing Science
Vol. 9, No. 2, November 2021, hlm. 187-195 e-ISSN: 2598-8492
DOI : https://doi.org/10.21776/ub.jik.2021.009.02.6 p-ISSN: 2088-6012
Website : http://www.jik.ub.ac.id
@2021. This is an open access article under the CC BY-NC 4.0 license

in Pigs? Intensive Care Medicine, 2(16): Abdomen di Rumah Sakit Sanglah


1-14. Periode Tahun 2015-2016. Medicina,
Jane L, Ian D N. (2016). Fluid Management 49(3): 382-387.
2016: Surgery 342. Elsevier. Wirawan I M C. (2017). Berbagai Tips Hidup
Lewis S R, Pritchard M W, Evans D J W, Butler Sehat dengan Cara Sederhan . Jakarta:
A R, Alderson P, Smith A F, Roberts I. Noura Books.
(2018). Colloids versus Crystaloids for Yanala U R, Johanning J M, Pipinos I I, High R R,
Fluid Resuscitation in Critically ill Larsen G, Velander W H, Carlson M A.
People. Amerika: Cochrane Library. (2018). Fluid Administration Rate for
Makmur, Suparman. (2018). Manajemen Uncontrolled Intra Abdominal
Pendidikan. Makassar: Aksara Timur. Hemorrhage in Swine. Plos One,
Mane A S. (2017). Fluid Resuscitation: Ringer 13(11): 1-13.
Lactate Versus Normal Saline-A Yulkifli, Usmeldi, Yohandri, Anggreini. (2017).
clinical Study. International Journal of Pegembangan Thermobalance Digital
Contemporary Medical Research, Berbasis Teknologi Sensor dan
4(11): 2454-7379. Lembar Kerja Peserta Didik
Marscella, Fitri A. (2017). Pengembangan Alat Menggunakan Model Research Based
Peraga Fisika Sederhana Berupa Learning. Jurnal Pengajaran
Termoskop dan Kipas Angin untuk Matematika dan Ilmu Pengetahuan
Pembelajaran Termodinamika. Alam, 22(1): 1-5.
Lampung: Universitas Islam Negeri
(UIN) Raden Intan Lampung.
Mommpen P, Zeckey C, Frink M, Krettek C,
Hildebrand F. (2012). Akzidentelle
Hypothermie beim Polytrauma.
Zentralbl Chir, 137(3): 264-269.
NANDA. (2015). Diagnosis Keperawatan
Definisi & Klasifikasi 2015-2017.
Jakarta: EGC.
Nursalam. (2016). Manajemen Keperawatan
(Aplikasi dalam Praktik Keperawatan
Profesional). Jakarta: Salemba Medika.
Putri Laili Mei Ari,et al. (2017). Pengaruh
Konsentrasi Larutan terhadap Laju
Kenaikan Suhu Larutan. Jurnal
Pembelajaran Fisika , 6(2): 147-153.
Singleton W, et al. (2017). An Analysis of The
Temperature Change in Warmed
Intravenous Fluids During
Administration in Cold Environments.
Air Medical Journal, 36(3): 127-130.
Stewart R M. (2018). Advanced Trauma Life
Support Tenth Edition. USA: The
Committee on Trauma.
Supu I, Usman B, Basri S, Sunarmi. (2016).
Pengaruh Suhu terhadap Perpindahan
Panas pada Material yang Berbeda.
Jurnal Dinamik, 7(1): 62-73.
Tanaka C, Wiargitha K, Golden N. (2018).
Koagulopati Dini sebagai Faktor
Resiko Mortalitas pada Trauma

195

Anda mungkin juga menyukai