Anda di halaman 1dari 7

Adapun pendekatan teori yang digunakan yakni konsep Winarno (2012: 122-125),

Winarno mengemukakan tahapan formulasi kebijakan terdiri dari: perumusan masalah


(defining the problem), Agenda Kebijakan, pemilihan alternatif kebijakan untuk
memecahkan masalah, dan tahap penetapan kebijakan.
Tahap Formulasi Kebijakan
 Masalah yg telah masuk ke agenda kebijakan dibahas oleh para pembuat kebijakan.
 Masalah tersebut didefinisikan utk dicari alternatif pemecahan yg terbaik.
 Dibuat banyak alternatif utk penyelesaian masalah.
 Masing-2 alternatif bersaing utk dipilih.
 Setiap aktor kebijakan akan bersaing utk menentukan alternatif.
 Informasi mengenai kondisi-kondisi yang menimbulkan masalah

Proses formulasi kebijakan publik melalui empat tahapan yakni sebagai berikut: (1) problem


identification, (2) agenda setting, (3) policy problem formulation, (4) policy design.
(1) identifikasi masalah, (2) penetapan agenda, (3) perumusan masalah kebijakan, (4) desain
kebijakan.

Para analis kebijakan harus dapat membedakan antara masalah publik dan masalah privat.
Jika seseorang kehabisan bensin dalam sebuah perjalanan memakai kendaraan bermotor,
hal tersebut dikatakan sebagai masalah privat. Jika terjadi kelangkaan minyak dan gas
yang melanda masyarakat luas, hal itu disebut sebagai masalah publik. Ilustrasi tersebut
menggambarkan perbedaan yang sangat jelas antara masalah publik dan masalah privat.
Para analis kebijakan pun harus siap dihadapkan pada metamasalah.

1. Masalah pencarian dan pemindaian masalah ( proses, cara, perbuatan, memindai)

Tahap selanjutnya pendefinisian masalah. Tahap ini merupakan penganalisisan dari


metamasalah ke masalah substantif, yaitu terjadi pengategorian masalah-masalah
yang bersifat dasar dan umum. Setelah itu, para analis kebijakan dapat merumuskan
masalah formal yang lebih terperinci dan spesifik. Melalui spesifikasi masalah, proses
perpindahan dari masalah substantif ke masalah formal dapat dilakukan. Ketika
masalah telah dispesifikasikan, pengenalan masalah menjadi tahap selanjutnya.
Dalam tahap ini, kesulitan akan menghampiri pembuat kebijakan. Kesulitan tersebut
terjadi karena ketidaksesuaian masalah substantif dengan representasi formal dari
masalah yang ada. c. Munculnya P

memiliki kinerja sesuai dengan yang diharapkan, hal ini dapat dilihat dari minimnya

pengetahuan dan keterampilan serta pengalaman dalam meneliti, menilai dan menetapkan

angka kredit pustakawan. Dari 7 (tujuh) anggota tim penilai, yang pernah mengikuti Dikat Tim

Penilai Jabatan Fungsional Pustakawan baru 1 (satu) orang, sehingga beban penilaian lebih

banyak diserahkan ke satu orang tersebut, akibatnya penilaian angka kredit

pustakawan sering mengalami keterlambatan.

Beberapa pengertian kinerja yang dikemukakan oleh beberapa pakar, seperti yang

dikemukakan Rivai dan Basri (2005) dalam Sinembela (2018:481) sebagai berikut:

1. Stolovitch dan Keeps (1992) kinerja adalah seperangkat hasil yang dicapai dan merujuk

pada tindakan pencapaian serta pelaksanaan sesuatu pekerjaan yang diminta.

2. Griffin (1987) kinerja merupakan salah satu kumpulan total dari kerja yang ada pada diri

pekerja.

3. Hersey dan Blanchard (1993) kinerja merupakan suatu fungsi dari motivasi dan kemampuan.

Untuk menyelesaikan tugas dan pekerjaan, seseorang harus memiliki derajat kesediaan dan

tingkat kemampuan tertentu. Kesediaan dan keterampilan seseorang tidaklah cukup efektif

untuk mengerjakan sesuatu tanpa pemahaman yang jelas tentang apa yang akan dikerjakan

dan bagaimana mengerjakannya.


4. Mondy dan Premeaux (1993) kinerja dipengaruhi oleh tujuan.

5. Casio (1992) kinerja merujuk pada pencapaian tujuan pegawai atas tugas yang diberikan

kepadanya.

6. Schermenhorn, Hunt, dan Osborn (1991) kinerja sebagai kualitas dan kuantitas dari

pencapaian tugas-tugas, baik yang diakukan oleh individu, kelompok, maupun organisasi.

Dari uraian di atas, dapat diartikan bahwa kinerja pegawai sangat dipengaruhi oleh

karakteristik individu yang terdiri atas pengetahuan, keterampilan, kemampuan, motivasi,

kepercayaan, nilai-nilai, serta sikap. Selanjutnya karakteristik individu dipengaruhi oleh

karakteristik organisasi dan karakteristik pekerjaan, hal tersebut dapat dilihat pada gambar

berikut:

Gambar 2.2.3
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kinerja Organisasi (Kopelman: 1986:26)

Karakteristik Organisasi
1. Imbalan
2. Penetapan tujuan
3. Seleksi
4. Latihan dan
pengembangan Karakteristik Individu
5. Kepemimpinan 1. Pengetahuan
6. Struktur organisai 2. keterampilan
3. kemampuan
Karakteristik Pekerjaan Kinerja
4. motivasi
1. Penilaian pekerjaan
2. Umpan balik prestasi 5. kepercayaan dan nilai-
3. Desain pekerjaan nilai
4. Jadwal kerja 6. sikap

Dari analisis maslah di atas maka penulis menetapkan bahwa teori poister dipandang dapat dijadikan
pisau analisis dalam membedah masalah peneitian ini, karena memenuhi seluruh indicator yang ada
dalam teori Poister.
Sumber daya manusia merupakan unsur yang penting dalam organisasi, karena SDM sangat
menentukan arah dan kemajuan organisasi, pustakawan sebagai SDM dalam perpustakawaan harus
bekerja secara professional dalam menelola dan mengembangkan pelakanaan kegiatan di bidang
kepustakawanan dan kegiatan lainnya secara mandiri. Profesionalisme pustakawan pun haru
ditingkatkan jika perpustakaan ingin terus tumbuh dan berkembang dalam lingkungannya yang terus
berubah.

Dalam Peraturan Menteri Pendagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi

Republik Indonesia Nomor 9 Tahun 2014, jenjang Jabatan Pustakawan Ahli terdiri atas:

2. Pustakawan Utama, tugas dan fungsi utamanya adalah bersifat strategis operasional yang

mensyaratkan kualifikasi profesional tingkat tertinggi, dengan kepangkatan mulai dari

Pembina Utama Madya (IV/d) dan Pembina Utama (IV/e).

3. Pustakawan Madya, yaitu tugas dan fungsi utamanya bersifat strategis sektoral yang

mensyaratkan kualifikasi profesional tingkat tinggi, dengan kepangkatan mulai dari Pembina

(IV/a), Pembina Tingkat I (IV/b), dan Pembina Utama Muda (IV/c)

4. Pustakawan Muda, yaitu tugas dan fungsi utamanya bersifat taktis operasional yang

mensyaratkan kualifikasi profesional tingkat lanjutan, dengan kepangkatan mulai dari Penata

(III/c), dan PenataTingkat I (III/d),

5. Pustakawan pertama, tugas dan fungsi utamanya bersifat operasional yang mensyaratkan

kualifikasi profesional tingkat dasar, dengan kepangkatan mulai dari Penata Muda (III/a),

dan Penata Muda Tingkat I (III/b).

Selanjutnya untuk jenjang Jabatan Pustakawan Keterampilan terdiri atas:

1. Pustakawan Penyelia, tugas dan fungsi utamanya adalah sebagai pembimbing, pengawas,

dan penilai pelaksanaan pekerjaan pejabat fungsional tingkat di bawahnya yang

mensyaratkan pengetahuan dan pengalaman teknis operasional penunjang beberapa cabang


ilmu pengetahauan tertentu, dengan kepangkatan mulai dari Penata (III/c) dan Penata

Tingkat I (III/d).

2. Pustakawan Pelaksana Lanjutan, tugas dan fungsi utamanya adalah sebagai pelaksana

tingkat lanjutan yang mensyaratkan pengetahuan dan pengalaman teknisi operasional

penunjang yang didasari oleh suatu cabang ilmu pengetahuan tertentu, dengan kepangkatan

mulai dari Penata Muda (III/a) dan Penata Muda Tingkat I (III/b).

3. Pustakawan Pelaksana, yaitu tugas dan fungsi utamanya sebagai pelaksana yang

mensyaratkan pengetahuan dan pengalaman teknis operasional penunjang yang didasari oleh

suatu cabang ilmu pengetahuan tertentu, dengan kepangkatan mulai dari Pengatur Muda

Tingkat I (II/b), dan Pengatur Tingkat I (II/d),

Keadaan Koleksi Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Provinsi Sulawesi Tengah

No Jenis Koleksi Judul Eksemplar


.
1. Koleksi buku 34.805 84.480

2. Koleksi majalah 152 503

3. Koleksi surat kabar 39 1394

4. Koleksi audio visual

5. Koleksi Deposit
-Buku 3.769 4.992
2.307 2.573
-Terbitan pemerintah 22 190
5/17 1.584/747
-Majalah
16 792
-Surat kabar
-AudioVisual

Jumlah 57.604 223.720


Sumber Data: Dinas Perpustakaan & Kearsipan Provinsi Sulawesi Tengah 2014
Jumlah Koleksi Buku Berdasarkan Pengolongan DDC Dinas Perpustakaan dan Kearsipan
Provinsi Sulawesi Tengah

No. Golongan DDC Klas Judul Eks.


1. Karya Umum 000 551 1.056

2. Filsafat 100 1.113 2.852

3. Agama 200 3.664 8.620

4. Ilmu Sosial 300 5.384 19.469

5. Bahasa 400 1.395 3.104

6. Ilmu-ilmu Murni 500 1.168 4.011

7. Ilmu Terapan 600 5.043 14.773

8. Kesenian dan Olah Raga 700 635 1.963

9. Kesusastraan 800 1.829 3.843

10. Sejarah dan Geografi 900 1.122 3.232

11. Buku Anak & Remaja A 5.743 15.935

12. Referensi R 3.396 8.168


13. Fiksi F 853 655
Jumlah 31.896 87.681
Sumber Data: Dinas Perpustakaan & Kearsipan Provinsi Sulawesi Tengah 2014

Kinerja seseorang adalah kemampuan individu dalam melaksanakan sesuatu dengan

keahlian tertentu. Hal ini sejalan dengan pendapat Stephen Robbins (1996) yang mengemukakan

bahwa kinerja diartikan sebagai hasil evaluasi terhadap pekerjaan yang dilakukan individu

dibandingkan dengan kriteria yang telah ditetapkan bersama. Pengertian di atas menunjukkan

bahwa kinerja seseorang sangatlah penting, sebab dengan kinerja akan diketahui sejauh mana

kemampuan seseorang dalam menjalankan tugasnya.

Anda mungkin juga menyukai