Anda di halaman 1dari 10

Laporan Pendahuluan: Hipertensi Emergensi

Oleh Fitria Ramadhanti, 1706978042, Mahasiswa Profesi Ners 2021

1. Definisi
Tekanan darah tinggi atau hipertensi adalah kondisi medis di mana terjadi
peningkatan tekanan darah secara kronis (dalam jangka waktu lama).
Biasanya, penderita hipertensi memiliki tekanan darah sistolik lebih besar
atau sama dengan 140 mmHg dan peningkatan diastolik lebih besar atau
sama dengan 90 mmHg melebihin 140/90 mmHg, saat istirahat
diperkirakan mempunyai keadaan darah tinggi.
Hipertensi adalah suatu keadaan dimana tekanan darah meningkat
melebihi batas normal. Penyebab tekanan darah meningkat adalah
peningkatan kecepatan denyut jantung, peningkatan resistensi (Tahanan)
dari pembuluh darah tepi dan peningkatan volume aliran darah.
Menurut WHO, batasan tekanan darah tinggi adalah 140/90 mmHg dan
tekanan darah sama atau diatas 160/95 dinyatakan sebagai hipertensi.
Setiap usia dan jenis kelamin memiliki batasan masing-masing:
a. Pada pria usia <45 tahun, dinyatakan menderita hipertensi bila tekanan
darah waktu berbaring >130/90 mmHg.
b. Pada pria usia >45 tahun, dinyatakan hipertensi bila tekanan darahnya
>145/90 mmHg.
c. Pada wanita tekanan darah >160/90 mmHg, dinyatakan hipertensi.
2. Hipertensi Emergensi
Hipertensi darurat (emergency hypertension) merupakan kenaikan tekanan
darah mendadak (sistolik >180 mmHg atau diastolik >120 mmHg) dengan
kerusakan organ target yang bersifat progresif, sehingga tekanan darah
harus diturunkan segera, dalam hitungan menit sampai jam. Tekanan darah
yang sangat tinggi dan terdapat kerusakan organ, sehingga tekanan darah
harus diturunkan dengan segera (dalam menit atau jam) agar dapat
membatasi kerusakan yang terjadi. Tingginya tekanand darah untuk dapat
dikategorikan sebagai hipertensi darurat tidaklah mutlak, namun
kebanyakan referensi di Indonesia memakai patokan sebesar >220/140
mmHg.
3. Jenis Hipertensi
a. Hipertensi emergensi  merupakan hipertensi gawat darurat, tekanan
darah melebihi 180/120 mmHg disertai salah satu ancaman gangguan
fungsi organ, seperti otak, jantung, paru, dan eklamsia atau lebih
rendah dari 180/120 mmHg, tetapi dengan salah satu gejala gangguan
organ atas yang sudah nyata timbul.
b. Hipertensi urgensi  tekanan darah sangat tinggi (>180/120 mmHg)
tetapi belum ada gejala seperti diatas. TD tidak harus diturunkan dalam
hitungan menit, tetapi dalam hitungan jam bahkan hitungan hari
dengan obat oral.
4. Klasifikasi Hipertensi
Kategori Tekanan Darah Sistolik Tekanan Darah Diastolik
Normal Dibawah 130 mmHg Dibawah 85 mmHg
Normal tinggi 130 – 139 mmHg 85 – 89 mmHg
Stadium 1(Hipertensi ringan) 140 – 159 mmHg 90 – 99 mmHg
Stadium 2 (Hipertensi sedang) 160 – 179 mmHg 100 – 109 mmHg
Stadium 3 (Hipertensi berat) 180 – 209 mmHg 110 – 119 mmHg
Stadium 4 (Hipertensi 210 mmHg atau lebih 120 mmHg atau lebih
maligna)

Penderita hipertensi yang tidak terkontrol sewaktu-waktu bisa jatuh


kedalam keadaan gawat darurat. Diperkirakan sekitar 1 – 8% penderita
hipertensi berlanjut menjadi “krisis hipertensi”, dan banyak terjadi pada
usia sekitar 30 – 70 tahun. Tetapi krisis hipertensi jarang ditemukan pada
penderita dengan tekanan darah normal tanpa penyebab sebelumnya.
Pengobatan yang baik dan teratur dapat mencegah insiden krisi hipertensi
menjadi kurang dari 1%.
5. Etiologi
Hipertensi emergensi merupakan spektrum klinis dari hipertensi dimana
terjadi kondisi peningkatan tekanan darah yang tidak terkontrol yang
berakibat pada kerusakan organ target yang progresif. Berbagai sistem
organ yang menajdi organ target pada hipertensi emergensi ini adalah
sistem saraf yang dapat mengakibatkan hipertensi ensefalopati, infark
serebral, perdarahan subarakhnoid, perdarahan intrakranial: sistem
kardiovaskular yang dapat mengakibatkan infark miokard, disfungsi
ventrikel kiri akut, edema paru akut, diseksi aorta dan sistem organ lainnya
seperti gagal ginjal akut, retinopati, ekamsia, dan anemia hemolitik
mikroangiopatik.
6. Faktor Risiko
a. Penderita hipertensi tidak minum obat atau tidak teratur minum obat
b. Kehamilan
c. Penderita hipertensi dengan penyakit parenkim ginjal.
d. Pengguna NAPZA
e. Penderita dengan rangsangan simpatis tinggi (luka bakar, trauma
kepala, penyakit vaskular/kolagen).
7. Manifestasi Klinis
Gambaran klinis hipertensi emergensi umumnya adalah gejala organ targer
yang terganggu, diantaranya nyeri dada dan sesak nafas pada gangguan
jantung dan diseksi aorta; mata kabur dan edema papilla mata; sakit kepala
hebat, gangguan kesadaran dan lateralisasi pada gangguan otak; gagal
ginjal akut pada gangguan ginjal; disamping sakit kepala dan nyeri
tengkuk pada kenaikan tekanan darah umumnya.
Gambaran Klinik Hipertensi Darurat
Tekanan Funduskopi Status Jantung Ginjal Gastrointestinal
darah Neurologi
>220/140 Perdarahan, Sakit Denyut jelas Uremia, Mual, muntah
mmHg eksudat, kepala, membesar, proitenuria
edema kacau, dekompensasi,
papilla gangguan oliguria
kesadaran,
kejang

8. Patofisiologi
9. Farmakologi
Adapun obat hipertensi oral yang dapat dipakai untuk hipertensi mendesak
(urgency) dapat dilihat sebagai berikut:
Obat Dosis Efek /Lama Kerja Perhatian khusus
Captopril 12,5 – 25 mg PO; 15 – 20 menit/6 – 8 jam; Hipotensi, gagal ginjal,
ulangi per 30 SL 10 – 20 menit/2 – 6 stenosis arteri renalis
menit; SL, 25 mg jam
Clonidine 75 – 150 mg PO; 30 – 60 menit/8 – 16 Hipotensi, mengantuk,
ulangi per jam jam mulut kering
Propanolol 10 – 40 mg PO; 15 – 30 menit/3 – 6 jam Bronkokonstriksi, blok
ulangi setiap 30 jantung, hipotensi
min ortotastik
Nifedipine 5 – 10 mg PO; 5 – 15 menit/4 – 6 jam Takikardi, hipotensi,
ulangi setiap 15 gangguan koroner
menit

SL : sublingual

Berikut merupakan obat hipertensi parenteral :


Obat Dosis Efek /Lama Kerja Perhatian khusus
Sodium 0,25 – 10 Langsung/2 – 3 menit Mual, muntah,
nitroprusside mg/kg/menit setelah infus penggunaan jangka
sebagai infus IV panjang dapat
menyebabkan keracunan
tiosianat,
methemoglobinemia,dll
Nitrogliserin 500 – 200 mg 2 – 5 menit/5 – 10 menit Sakit kepala, takikardi,
sebagai infus IV muntah,
methemoglobinemia, dll
Nicardipine 5 – 15 mg/jam 1 – 5 menit/15 – 30 Takikardi, mual,
sebagai infus IV menit muntah, sakit kepala,
peningkatan tekanan
intrakranial, hipotensi
Klonidin 150 ug, 6 amp per 30 – 60 menit/24 jam Enselopati dengan
250 cc glukosa 5% gangguan koroner.
mikrodrip
Diltiazem 5 – 15 ug/kg/menit 1 – 5 menit/15 – 30 Takikardi, mual,
sebagai infus IV menit muntah, sakit kepala,
peningkatan tekanan
intrakranial, hipotensi.

10. Pemeriksaan Penunjang


a. Riwayat dan pemeriksaan fisik secara menyeluruh
b. Pemeriksan retina
c. Pemeriksaan laboratorium untuk mengetahui kerusakan organ seperti
ginjal dan jantung
d. EKG untuk mengetahui hipertropi ventrikel kiri
e. Urinalisa untuk mengetahui protein dalam urin, darah, glukosa
f. Pemeriksaan  renogram, pielogram intravena arteriogram renal,
pemeriksaan fungsi ginjal terpisah dan penentuan kadar urin
g. Foto thorax dan CT scan
11. Komplikasi
a. Penyakit jantung  gagal jantung kongestif
b. Stroke
c. Gangguan penglihatan dan penyakit ginjal.
12. Diagnosis
a. Anamnesis
- Riwayat hipertensi, lama, dan beratnya
- Obat anti hipertensi yang digunakan dan kepatuhannya
- Usia, sering pada usia 30 – 70 tahun
- Gejala sistem syaraf (Sakit kepala, pusing, perubahan mentalm
ansietas)
- Gejala sistem ginjal (Gross hematuri, jumlah urine berkurang)
- Gejala sistem kardiovaskular (adanya payah jantung, kongestif,
oedema paru, nyeri dada
- Riwayat kehamilan, tanda-tanda eklamsia
b. Pengkajian
Hipertensi emerfensi biasanya secara klinis mudah dilihat tanda dan
gejalanya, tanda umum adalah:
- Sakit kepala hebat
- Nyeri dada
- Pingsan
- Takiakrdi  >100x/menit
- Takipnea  >20x/menit
- Muka pucat

Airway

- Yakinkan kepatenan jalan napas


- Berikan alat bantu napas jika perlu
- Jika terjadi penurunan fungsi pernapasan segera kontak ahli
anestesi dan bawa segera mungkin ke ICU

Breathing

- Kaji saturasi oksigen dengan menggunakan pulse oximeter, untuk


mempertahankan saturasi >92%
- Berikan oksigen dengan alirah tinggi melalui NRM
- Pertimbangkan untuk mendapatkan pernapasan dengan menggunan
bag valve mask ventilation
- Lakukan pemeriksan AGD untuk mengkaji PaO2 dan PaCO2
- Kaji jumlah pernapasan/auskultasi pernapasan
- Lakukan pemeriksaan sistem pernapasan
- Dengarkan adanya bunyi crackles/mengi yang mengindikasikan
kongesti paru

Circulation

- Kaji heart rate dan ritme, kemungkinan terdengar suara gallop


- Kaji peningkatan JVP
- Monitoring tekanan darah
- Pemeriksaan EKG mungkin menunjukan:
 Sinus takikardi
 Adanya suara terdengar jelas pada S4 dan S3
 Right bundle branch block (RBBB)
 Right axis deviation (RAD)
- Lakukan IV akses dextrose 5%
- Pasang kateter
- Lakukan pemeriksaan DPL
- Jika adanya kemungkinan KP berikan nifedipin sublingual
- Jika pasien mengalami syok berikan secara bolus diazoksid,
nitroprusid

Dissability

- Kaji tingkat kesadaran dengan menggunakan AVPU


- Penurunan kesadaran menunjukkan tanda awal pasien masuk
kondisi ekstrim dan membutuhkan pertolongan medis segera dan
membutuhkan perawatan di ICU.

Exposure

- Selalu kaji dengan menggunakan test kemungkinan KP


- Jika pasien stabil lakukan pemeriksaan riwayat kesehatan dan
pemeriksaan fisik lainnya
- Jangan lupa pemeriksaan untuk tanda gagal jantung kronik
c. Diagnosa Keperawatan
- Penurunan curah jantung b.d peningkatan afterload, vasokontriksi,
iskemia miokard, hipertropi ventrikuler.
- Nyeri akut (sakit kepala) b.d peningkatan tekanan vaskuler serebral
- Resiko perubahan perfusi jaringan (Serebral, ginjal) b.d adanya
tahanan pembuluh darah.
- Intoleransi aktivitas b.d penurunan cardiac output
- Defisit perawatan diri b.d kelemahan fisik
- Ansietas b.d krisis situasional sekunder adanya hipertensi yang
diderita klien
- Kurang pengetahuan b.d kurangnya informasi tentang proses
penyakit
Rencana Asuhan Keperawatan
Diagnosis NOC NIC
Penurunan curah jantung b.d Tidak terjadi penurunan curah jantung a. Pantau TD, ukur pada kedua
peningkatan afterload, vasokontriksi, setelah dilakukan keperawatan selama tangan.
iskemia miokard, hipertropi 3x24 jam: b. Catat keberadaan, kualitas
ventrikuler. a. Berpartisipasi dalam aktivitas denyutan sentral dan perifer.
yang menurunkan TD c. Asukultasi tonus jantung dan
b. Mempertahankan TD daam bunyi napas
rentang yang dapat diterima d. Amati warna kulit, kelembaban,
c. Memperlihatkan irama dan suhu dan masa pengisian kapiler
frekuensi jantung stabil e. Catat edema umum
f. Berikan lingkungan tenang,
nyaman, kurangi aktivitas, batasi
jumlah pengunjung.
g. Pertahankan pembatasan aktivitas
seperti istirahat ditempat
tidur/kursi
h. Bantu melakukan aktivitas
perawatan diri sesuai kebutuhan
i. Lakukan tindakan yang nyaman
seperti pijatan punggung dan
leher, meninggikan kepala tempat
tidur
j. Anjurkan teknik relaksasi,
panduan imajinasi, aktivitas
pengalihan
k. Pantau respon terhadap obat untuk
mengontrol tekanan darah
l. Berikan pembatasan cairan dan
diit natirum sesuai indikasi
m. Kolaborasi untuk pemberian obat-
obat sesuai indikasi
n. Diuretik tiazid misalnya
klorotiazid.
Nyeri akut (sakit kepala) b.d Nyeri atau sakit kepala hilang atau a. Pertahankan tirah baring,
peningkatan tekanan vaskuler berkurang setelah dilakukan tindakan lingkungan yang tenang, sedikit
serebral keperawatan selaa 2x24 jam: penerangan
a. Pasien mengungkapkan tidak b. Minimalkan gangguan lingkungan
adanya sakit kepala dan rangsangan
b. Pasien tampak nyaman c. Bantu pasien dalam ambulasi
c. TTV dalam batas normal sesuai kebutuhan
d. Hindari merokok atau
menggunakan penggunaan nikotin
e. Beri tindakan nonfarmakologi
untuk menghilangkan sakit kepala
seperti kompres dingin pada dahi,
pijat punggung dan leher, posisi
nyaman, teknik relaksasi,
bimbingan imajinasi dan distraksi
f. Hilangkan/minimalkan
vasokontriksi yang dapat
meningkatkan sakit kepala
misalnya mengejan saat BAB,
batuk panjang, membungkuk
g. Kolaborasi pemberian obat sesuai
indikasi: analgetik, antiansietas
(lorazepam, ativan,
diazepam, )valium
Resiko perubahan perfusi jaringan Tidak terjadi perubahan perfusi jaringan a. Pertahankan tirah baring
(Serebral, ginjal) b.d adanya tahanan (serebral, ginjal, jantung) setelah b. Tinggikan kepala tempat tidur
pembuluh darah. dilaukan tindakan keperawatan selama c. Kaji tekanan darah sat masuk pada
2x24 jam: kedua lengan; tidur, duduk dengan
a. Pasien mendemonstrasikan pemantauan arteri jika tersedia
perfusi jaringan yang membaik d. Ambulasi sesuai kemampuan,
seperti ditunjukkan dengan  hindari kelelahan
TD dalam batas normal, tidak e. Amati adanya hipotensi mendadak
ada keluhan sakit kepala, pusing, f. Ukur masukan dan pengeluarn
nilai lab dbn. g. Pertahankan cairan dan obat-
b. Haluaran urin 30 ml/menit obatan sesuai program
c. TTV stabil h. Pantau elektrolit, BUN, kreatinin
sesuai program.

Daftar Pustaka
Black, J.M., and Hawks, J.H. (2014). Medical Surgical Nursing Clinical Management For Positive Outcomes Volume 3 (8th
Ed). Elvesier: St.LouisMissouri.
Doenges, M. E., Moorhouse, M. F., Murr, A. C. (2010). Nursing care plans: Guidelines for individualizing client care
across the life span. Philadelphia: F. A. Davis Company.
Price, Sylvia Anderson. (2006). Patofisiologi: Konsep klinis proses-proses penyakit. (Edisi IV). Jakarta: EGC.
Prince, S.A dan Wilson, L.M. (2003). Patofisiologi: Konsep klinis proses-proses penyakit. Jakarta: EGC.
Sherwood, L. (2012). Fundamentals of human physiology, 4th Ed. USA: Brooks/Cole.
Smeltzer, S.C., & Bare, B. G. (2010). Brunner & Suddarth's textbook of medical-surgical nursing volume 1. Philladelphia:
Lippincots Willian & Wilkins.
Tortora & Derickson. (2014). Principle of Anatomy and Physiology 13th Edition. United States : John Wiley & Sons Inc.

Anda mungkin juga menyukai