Anda di halaman 1dari 14

Analisis Penerapan Model-Model Altenatif Penyediaan Pelayanan Publik

» Edah Jubaedah

ANALISIS PENERAPAN MODEL-MODEL ALTERNATIF PENYEDIAAN


PELAYANAN PUBLIK

Edah Jubaedah
Dosen STIA LAN Bandung, Jl. Cimandiri No.34-38, Email e_jubaedah@yahoo.com

Analysis of Implementing Alternative Models of Delivering Public Service

Abstract
In order to improve the quality of public services, governments around the world try to search new arrangment in
delivering public service for its peole. Conceptually and practically, there a lot of new public service arrangements that have
implemented by government around the world, including in Indonesia.The main characteristic of the model of public service
arrangments is that greater involvement of private sector and community in delivering public services. It assummes that
government can not do by him self in delivering public services, so to improve efficiency of the public service, private sector
and community should be involved. However, in implementing new model of public service arrangements, it is suggested
that there are some key factors should be considered by government such as the capacity of government and private and
community itself as a partner in delivering public service.
Keywords: Kualitas Pelayanan Publik, Model-Model Alternatif Pelayanan Publik

A. PENDAHULUAN Survei yang dilakukan oleh The Political and


Penyediaan layanan publik yang berkualitas Economic Risk Consultancy Ltd, memperlihatkan
saat ini menjadi salah satu fokus dari reformasi pelayanan birokrasi pemerintah Indonesia berada
administrasi publik dan birokrasi di tanah air. Hal pada peringkat kedua terburuk dari sisi investasi
ini mengingat bahwa kinerja pemerintah dalam di tataran negara Asia pada tahun 2005.
pelayanan publik masih dinilai belum optimal. Berinvestasi di Indonesia harus melalui proses
Beberapa survei yang dilakukan oleh berbagai perijinan yang panjang sehingga membutuhkan
lembaga baik nasional maupun internasional dana dan biaya yang besar. Indonesia dengan nilai
memberikan gambaran masih negatifnya persepsi 8,20 hanya lebih baik dari India yang
masyarakat terhadap kinerja pelayanan publik di mendapatkan nilai 8,95, sedangkan Singapura
Indonesia. Misalnya hasil penelitian Bank Dunia menjadi negara dengan birokrasi terbaik dengan
pada tahun 2007 memperlihatkan bahwa nilai 2,20.
Indonesia kehilangan Rp. 58 Triliun per tahun atau Untuk mengatasi permasalahan dalam
sekitar 2,3% dari Produk Domestik Bruto yang penyediaan pelayanan publik berbagai upaya
diakibatkan oleh buruknya pelayanan sanitasi dilakukan dalam konteks reformasi administrasi
seperti pengelolaan sampah dan air limbah di publik dan birokrasi. Bahkan negara-negara yang
tanah air. sudah maju sekalipun terus berinisiatif untuk
Buruknya kinerja pelayanan publik tidak saja mencari berbagai cara penataan, pengelolaan dan
berdampak bagi masyarakat, juga pada penyediaan pelayanan publik yang baik. Inisiatif-
pembangunan bidang ekonomi. Rendahnya nilai inisiatif tersebut melahirkan berbagai macam
investasi di Indonesia salah satunya disebabkan bentuk model penyediaan layanan publik seperti
oleh rendahnya kualitas pelayanan publik model kemitraan antara pemerintah dengan
terutama yang berkaitan dengan pelayanan swasta atau dikenal dengan istilah public-private
perijinan. Penelitian yang dilakukan oleh lembaga partnership (PPP), model produksi bersama atau
internasional The Asian Foundation bekerjasama co-production dengan organisasi masyarakat
dengan LSM B-Trust (2006, dalam PKP2A I LAN: madani, model kontraktual, sampai dengan mode
2007) memperlihatkan tiga permasalahan yang yang paling ekstrim yakni privatisasi. Contohnya
dihadapi para pelaku usaha berkaitan dengan Inggris mengembangkan skema berupa Private
pelayanan perijinan di daerah yaitu beratnya biaya Finance Initiative (PFI) yang mencakup berbagai
pengurusan, proses pelayanan yang berbelit-belit jenis pelayanan seperti kesehatan, pendidikan,
dan memakan waktu yang cukup lama serta pertahanan, lembaga pemasyarakatan dan
kekurang-jelasan informasi persyaratan perijinan. transportasi jalan (dalam Bennett dan Iossa, 2006).
Misalnya saja pelayanan perijinan di Indonesia Di negara-negara berkembang termasuk
dapat mencapai waktu sampai dengan 60 hari, Indonesia, upaya reformasi pelayanan publik
yang menurut Menteri Dalam Negeri RI sendiri dengan memperkenalkan mekanisme pasar
dinilai terlalu lama (BeritaJakarta.com, 2010). dalam penyediaan pelayanan seperti itu telah

Jurnal Ilmu Administrasi +


Volume VIII +
No. 2 +
Agustus 2011 127
Analisis Penerapan Model-Model Altenatif Penyediaan Pelayanan Publik
Edah Jubaedah «

dilakukan sejak tahun 1980-an. Adanya kebijakan B. PELAYANAN PUBLIK DAN PERAN
internasional yang kuat ditambah dengan tidak PEMERINTAH
memadainya sumber-sumber daya pemerintah Pelayanan publik selalu dikaitkan dengan
untuk menyediakan pelayanan, struktur sektor tugas dan fungsi pemerintah. Johnson (1992)
publik yang tidak kondusif bagi perluasan akses, menyatakan bahwa keberadaan pemerintah di
peningkatan kualitas dan penggunaan dana secara negara manapun adalah untuk melindungi dan
efisien turut mendorong diadopsinya konsep- melayani masyarakatnya. Hal ini dipertegas oleh
konsep mekanisme pasar dalam pelayanan publik pendapat Roth (dalam Wirjatmi, 2004) yang
di negara-negara berkembang. Contohnya model menyatakan bahwa pelayanan publik merupakan
contracting out diadopsi dalam pelayanan bidang tanggung jawab pemerintah baik di tingkat pusat,
kesehatan dengan tujuan untuk mengatasi regional maupun lokal. Berkaitan dengan fungsi
keterbasan-keterbatasan pemerintah serta pelayanan ini Leach dan Davis (dalam Wirjatmi,
memperluas akses pelayanan kesehatan. Karena 2004) membedakannya lebih rinci menjadi tiga
dengan model ini pihak pemerintah tidak fungsi, yaitu ”public protection functions, strategic
menyediakan sendiri pelayanan melainkan infrastructure function, personal, and local
melakukan kontrak dengan agen luar yang environtment function”. Fungsi melindungi
disebut kontraktor untuk menyediakan pelayanan masyarakat diimplementasikan dalam bentuk
kesehatan (dalam Murti, 2006). Di negara-negara penyediaan pelayanan yang terkait dengan
maju model-model pelayanan seperti ini sudah kebutuhan dasar manusia, seperti perlindungan
merupakan bagian dari reformasi pelayanan kepada masyarakat bila terjadi kebakaran,
publik di segala bidang kehidupan. kejahatan atau menciptakan standar produksi
Secara teoritis Chong dan Callender (2006) untuk menjaga keamanan masyarakat. Sedangkan
menyatakan bahwa memang model-model fungsi kedua berkaitan dengan fungsi pelayanan
alternatif dalam penyediaan layanan publik untuk memenuhi kebutuhan infrastruktur yang
dengan semakin banyak melibatkan peran swasta dibutuhkan oleh masyarakat, seperti pelayanan
dan mengurangi keterlibatan pemerintah seperti transportasi, pengelolaan sampai, penyediaan air
itu, memang memberikan berbagai keuntungan. bersih ataupun pelayanan untuk peningkatan
Misalnya dengan model public-private partnership ekonomi. Fungsi terakhir yaitu personal, and local
menurut mereka akan memberikan manfaat yang environment function, yaitu fungsi pelayanan untuk
seimbang baik bagi pemerintah maupun bagi memenuhi kebutuhan individu dalam suatu
swasta sebagai mitra. Melalui model PPP masyarakat yang berbentuk pelayanan sosial,
lembaga-lembaga pemerintah secara tidak pendidikan, kesehatan, perumahan ataupun
langsung akan memperoleh manfaat berupa pertamanan.
pembangunan atau renovasi infrastruktur Pertanyaannya sekarang adalah apakah
layanan yang baru yang tidak mungkin dicapai pemerintah dalam melaksanakan semua fungsi
bila pemerintah melakukannya sendiri, sementara pelayanan tersebut menyediakan sendiri
pihak swasta akan menghasilkan ”return of kebutuhan masyarakat? Apakah pemerintah
investment” melalui keterlibatan mereka dalam seharusnya banyak berperan sebagai produsen
kesepakatan kerjasama tersebut. Pertanyaannya berbagai pelayanan publik tersebut? Ataukan
dapatkah model-model alternatif dalam pemerintah lebih banyak berperan sebagai
penyediaan layanan publik seperti itu diterapkan pengatur penyediaan pelayanan publik,
di Indonesia, khususnya di tataran pemerintah sementara produsennya dapat diserahkan kepada
daerah? Apabila model-model alternatif tersebut pihak lain seperti pihak swasta atau masyarakat
dapat diterapkan, untuk kondisi permasalahan itu sendiri? Savas (2000) menyatakan bahwa tidak
dan jenis pelayanan bagaimana model tersebut semua jenis pelayanan yang dibutuhkan oleh
tepat diterapkan? masyarakat harus disediakan pemerintah selaku
Untuk menjawab pertanyaan tersebut, artikel produsen. Kecenderungan yang terjadi sejak
ini akan membahas dan menganalisis beberapa tahun 1980-an di berbagai negara di belahan dunia
alternatif model penyediaan layanan publik yang menunjukkan bahwa dengan bertambah besarnya
banyak dikembangkan baik secara praktik ukuran pemerintah dan semakin tingginya
maupun konsep di negara-negara maju, alasan- tuntutan masyarakat akan kebutuhan pelayanan,
alasan yang mendorong pengembangkan model- namun upaya pemenuhan kebutuhan pelayanan
model alternatif tersebut, kasus pengalaman tersebut tidak dilaksanakan secara efisien oleh
penerapan model di negara-negara lain dan pemerintah, sehingga timbul pemikiran untuk
beberapa isu yang berkaitan dengan penerapan mereformasi peran pemerintah dalam fungsi
model-model alternatif tersebut di tanah air. pelayanan. Misalnya dengan konsep steering rather
than rowing, David Osborne dengan konsep

128 Jurnal Ilmu Administrasi +


Volume VIII +
No. 2 +
Agustus 2011
Analisis Penerapan Model-Model Altenatif Penyediaan Pelayanan Publik
» Edah Jubaedah

Reinventing Government menggagas ide bahwa tidak dapat diterapkan sebagaimana biasanya.
pemerintah seharusnya lebih banyak berperan Pemerintahlah yang pada umumnya terlibat
dalam fungsi pengaturan pelayanan publik dari secara langsung di dalam penyediaan barang
pada sebagai produsen. Pemikiran-pemikiran publik murni sebagai pelengkap di dalam sistem
inilah yang kemudian kita kenal dengan konsep ekonomi.
paradigma New Public Management (NPM). Pembagian pelayanan atau barang menjadi
Berkaitan dengan peran pemerintah dalam barang publik dan barang privat, kemudian
penyediaan pelayanan publik Leach, et.al. (1996, dikembangkan lagi oleh Savas (1987). Menurutnya
dalam Wirjatmi: 2004) mengidentifikasi empat berdasarkan seberapa besar barang atau
model kewenangan pelayanan yaitu traditional pelayanan memiliki karakteristik pengecualian
bureaucratic authority, residual enabling authority, (exclusión) dan konsumsi (consumption) maka
market oriented authority dan community oriented barang dan pelayanan dibagi ke dalam empat jenis
enabler. Model traditional bureaucratic authority yaitu yang disebutnya dengan “private/individual
mengandung makna bahwa pemerintah memiliki goods, toll goods, common-pool goods, dan collective
kewenangan untuk memberikan pelayanan goods”. Barang atau privat menurutnya adalah
karena pemerintah merasa mampu untuk barang-barang yang secara murni dikonsumsi
melakukannya. Sedangkan dalam model residual secara individual dan prinsip pengecualian dalam
enabling authority pelayanan publik yang diberikan penggunaan barang tersebut sangat mungkin
pemerintah bersifat terbatas. Pelayanan pada diterapkan. Barang atau pelayanan ini meliputi
umumnya banyak dilakukan dengan barang atau pelayanan yang dapat disediakan
menggunakan mekanisme pasar, pemerintah oleh pasar untuk memenuhi kebutuhan individu
hanya melakukan pelayanan yang bersifat karena individu tersebut membayarnya.
spesifik. Adapun dalam model market oriented Sedangkan toll goods adalah barang-barang atau
authority, kewenangan pemerintah dalam pelayanan yang secara murni dikonsumsi secara
pelayanan adalah dalam perannya sebagai kunci kolektif dan prinsip pengecualian pun dapat
perencana serta agen koordinasi bagi diterapkan, contohnya antara lain siaran televisi
pengembangan ekonomi baik lokal, regional kabel. Adapun yang dimaksud dengan common-
maupun nasional. Terakhir, model community pool goods adalah barang-barang atau pelayanan
oriented enabler yang didasarkan pada asumsi yang murni dikonsumsi secara individual namun
bahwa untuk memenuhi kebutuhan masyarakat prinsip pengecualian dalam penggunaannya tidak
akan pelayanan yang sangat bervariasi dapat dapat diterapkan, contohnya antara lain udara
dilakukan melalui berbagai saluran baik segar, pemandangan yang indah, rekreasi, air
dilakukan langsung oleh pemerintah, sektor bersih, hidup yang nyaman. Terakhir, collective
swasta ataupun saluran lain yang memungkinkan. goods adalah barang-barang yang secara murni
Inti dari model ini adalah adanya partisipasi dikonsumsi bersama-sama atau kolektif dan
komunitas dan akuntabilitas. prinsip pengecualian dalam penggunaannya tidak
Rasionalisasi bagi pengaturan ulang fungsi dapat diterapkan. Contoh barang publik murni ini
pemerintah dalam penyediaan pelayanan publik antara lain pertahanan keamanan nasional atau
dijelaskan Savas dengan pengidentifikasian siaran televisi. Dalam kenyataannya menurut
karakteristik pelayanan atau pun barang itu Savas pelayanan ataupun barang-barang tidak
sendiri. Menurut Savas (2002) penentuan sejauh dapat secara pasti diklasifikasikan sebagai
mana pemerintah atau pihak-pihak lain berperan keempat jenis barang tersebut, akan tetapi berada
dalam penyediaan layanan didasarkan pada pada suatu garis kontinum antara prinsip
karakteristik dari pelayanan itu sendiri. Olson dan pengecualian apakah dapat diterapkan atau tidak
Lean (dalam Wirjatmi, 2004) membedakan dua dan penggunaannya apakah secara individual
jenis pelayanan ataupun barang yaitu yang atau kolektif.
disebutnya dengan barang publik (public goods) Berkaitan dengan penyediaan jenis-jenis
dan barang privat (private goods). Barang publik pelayanan ataupun barang tersebut, yang sering
menurut mereka adalah barang yang dikonsumsi menimbulkan permasalahan menurut Savas
secara bersama dan setiap orang tidak dapat (1987) adalah untuk jenis barang common-pool
dicegah untuk mengkonsumsinya. Selain itu tidak goods dan collective goods. Penyediaan kedua jenis
dapat dipisahkan antara konsumen dan barang tersebut menurutnya tidak dapat
produsennya. Menurut Rachbini (2006) karena dilakukan melalui mekanisme pasar karena
sifatnya yang nonrivarly dan nonexcludability prinsip pengecualian penggunaan kedua jenis
tersebut, pada umumnya pihak swasta tidak ingin barang tersebut tidak dapat diterapkan. Satu
terlibat dalam proses produksi barang publik orang tidak akan dapat secara ekslusif
murni karena prinsip-prinsip persaingan ekonomi memanfaatkan barang publik, karena apabila

Jurnal Ilmu Administrasi +


Volume VIII +
No. 2 +
Agustus 2011 129
Analisis Penerapan Model-Model Altenatif Penyediaan Pelayanan Publik
Edah Jubaedah «

orang tersebut mengkonsumsi, pada saat yang model voluntir (voluntarism), mekanisme pasar,
sama orang atau pihak lain dapat mengkonsumsi suplier eskternal, kerjasama antar lembaga
barang publik tersebut secara bersama-sama. pemerintah, perusahaan milik negara, kontraktor
Konsumen juga tidak bersedia untuk melakukan swasta atau pun organisasi nirlaba. Model-model
pembayaran atas barang publik tadi, dengan sistem penyediaan layanan publik tersebut
pertimbangan bahwa orang lain juga menikmati menurutnya dapat dipilih pemerintah untuk
barang yang sama. Manfaat yang dirasakan oleh memenuhi tuntutan kebutuhan masyarakat yang
satu pihak akan sama dengan manfaat yang semakin meningkat akan layanan publik.
dirasakan pihak lain, sehingga pembayaran hanya Begitu pula dengan Savas (2000) yang mencoba
oleh satu konsumen tidak signifikan. Hubungan mengembangkan model-model pelayanan publik
antara produsen dan konsumen menjadi tidak ada dengan melihat keterlibatan aktor-aktor yang
dan dengan demikian maka tugas pemerintahlah berperan dalam penyediaan layanan publik
yang harus bersedia memproduksi barang publik tersebut. Menurutnya dalam pelayanan publik
tersebut. Pemerintah juga harus mengambil ada tiga aktor yang terlibat, yaitu konsumen,
tindakan apabila mekanisme pasar tersebut tidak produsen dan pengatur atau arranger. Pertama,
berjalan. konsumen sudah jelas merujuk kepada pihak-
Karena itulah menurut Savas (2000) bahwa pihak yang menggunakan atau menikmati
penyediaan layanan ataupun barang publik baik pelayanan atau barang, baik bersifat individu
yang bersifat common-pool goods maupun collective maupun kelompok. Kedua, produsen adalah
goods adalah melalui tindakan kolektif, apakah pihak yang secara langsung berfungsi atau
antara pemerintah dengan pihak swasta ataupun berperan sebagai penyedia layanan publik.
pemerintah dengan masyarakat. Karena dengan Produsen dari layanan publik bisa lembaga
tindakan kolektif tersebut diharapkan penyediaan pemerintah, asosiasi yang dibentuk secara
layanan publik yang dibutuhkan masyarakat sukarela oleh masyarakat, perusahaan swasta atau
dapat memenuhi tuntutan tidak saja dari aspek organisasi nirlaba. Aktor ketiga adalah pengatur
kuantitas juga kualitasnya. atau arranger atau disebut juga oleh Savas dengan
service provider, yaitu pihak-pihak yang
menentukan atau memilih produsen yang akan
C. M O D E L - M O D E L A L T E R N A T I F menyediakan suatu jenis pelayanan. Pada
PENYEDIAAN LAYANAN PUBLIK umumnya pengatur ini adalah institusi
Sebagaimana telah disinggung bahwa untuk pemerintah, namun bisa juga asosiasi atau
menyediakan berbagai jenis kebutuhan konsumen suatu layanan itu sendiri. Menurut
masyarakat akan barang maupun pelayanan, Savas dalam konteks barang atau layanan publik,
berbagai pakar berargumentasi bahwa tidak pengatur ini dapat dipandang sebagai unit
selamanya pemerintah harus memenuhi pengambilan keputusan kolektif yang
kebutuhan tersebut sendiri, dalam arti pemerintah mengartikulasikan tuntutan terhadap suatu
bertindak sebagai penyedia barang atau kebutuhan barang atau layanan publik.
pelayanan. Bahkan sejak tahun 1980-an di negara- Perbedaan antara produsen dengan pengatur
negara maju dengan konsep New Public ini menurut Savas (2000) akan menentukan
Management, terdapat dorongan dan upaya untuk bagaimana dan dimana peran pemerintah dalam
mengurangi keterlibatan langsung pemerintah penyediaan layanan publik. Untuk barang atau
dalam kegiatan penyediaan pelayanan secara pelayanan yang termasuk ke dalam collective goods
langsung, tapi lebih banyak menyerahkannya atau barang publik pemerintah dapat berperan
kepada swasta ataupun masyarakat. Pemerintah sebagai produsen ataupun arranger. Sebagai
lebih banyak berperan dalam hal pengaturan atau arranger dalam hal ini pemerintah berperan
regulasi dalam penyediaan barang atau pelayanan sebagai instrumen rakyat untuk menentukan
tersebut. tindakan apa yang harus dilakukan secara
Sejalan dengan perkembangan tersebut, maka kolektif, untuk siapa layanan tersebut, berapa
dikembangkanlah berbagai alternatif model- banyak tingkatan penyediaannya, dan bagaimana
model penyediaan barang atau pelayanan, cara membayarnya. Pertanyaannya, apakah
khususnya untuk barang dan pelayanan yang pemerintah harus melaksanakan peran keduanya,
bersifat common-pool goods dan collective goods. yaitu sebagai produsen sekaligus arranger?
Misalnya saja pakar administrasi Caiden sejak Menurut Savas apabila pemerintah melaksanakan
tahun 1984 dalam bukunya Public Administration, kedua peran sekaligus, yakni sebagai penyedia
telah mengidentifikasi beberapa bentuk dan pengatur layanan publik maka akan
penyediaan pelayanan publik yang dapat dipilih menghasilkan biaya birokrasi, yaitu biaya untuk
oleh pemerintah. Bentuk-bentuk tersebut seperti memelihara dan mengoperasikan sistem

130 Jurnal Ilmu Administrasi +


Volume VIII +
No. 2 +
Agustus 2011
Analisis Penerapan Model-Model Altenatif Penyediaan Pelayanan Publik
» Edah Jubaedah

Arranger
Producer
Public Private
Government service
+
Public Government vending
+
Intergovernmental agreements
+
Contracts
+ Free market
+ Self service
+
Private Franchises
+ Voluntary service +
+ Voucher
Grants
+

Gambar 1.
(Sumber: Savas, 2000: 66)

birokrasi. Apabila pemerintah hanya berperan publik.


sebagai arranger sedangkan produsennya pihak Adapun model-mode penyediaan layanan
lain misalnya perusahaan swasta, maka akan publik yang dapat dikategorikan sebagai
melahirkan biaya transaksi yaitu biaya yang alternatif di samping model pelayanan yang
dikeluarkan untuk menyewa produsen sepenuhnya dilakukan dan diatur oleh
independen. Biaya-biaya inilah yang harus pemerintah adalah lima model pengaturan yang
dipertimbangkan pemerintah dalam menentukan digagas oleh Savas yaitu intergovernmental
perannya dalam fungsi pelayanan publik, apakah agreement, government vending, contracts, franchise,
sebagai pengatur atau produsen? dan grants. Kelima model alternatif itulah yang
Berdasarkan peran sebagai produsen dan akan banyak dibahas dalam makalah ini. Apa
pengatur tersebut selanjutnya Savas (2000) kelebihan dan kelemahan dari masing-masing
menawarkan berbagai model pengaturan model alternatif tersebut, sehingga kemungkinan
kelembagaan layanan publik. Model-model dapat dipilih untuk diterapkan dalam praktek
tersebut dapat digambarkan dalam Gambar 1. penyediaan layanan publik di Indonesia,
Berdasarkan gambar tersebut Savas (2000) khususnya di daerah.
mengidentifikasi sepuluh bentuk model a. Intergovernmental agreement
kelembagaan penyediaan layanan publik dengan Layanan publik dengan model kesepakatan
melihat siapa yang menjadi produsen dan antar lembaga pemerintah pemerintah atau
arrangernya, apakah pemerintah atau swasta. intergovernmental agreement adalah bentuk
Karena dalam makalah ini menitik-beratkan penyediaan layanan publik dimana lembaga-
pembahasan pada pelayanan publik yang menjadi lembaga pemerintah bertindak baik sebagai
tanggung jawab pemerintah, maka model-model produsen maupun arranger. Kerjasama ini dapat
yang akan dibahas adalah model penyediana dilakukan baik antar satu lembaga pemerintah
layanan publik yang melibatkan pemerintah baik dengan lembaga pemerintah lainnya dalam satu
sebagai produsen maupun arranger atau pengatur. daerah, ataupun antara satu lembaga pemerintah
Model-model layanan publik yang melibatkan di satu daerah dengan lembaga pemerintah di
pemerintah baik sebagai produsen maupun daerah lainnya.
arranger adalah sebagai berikut: Melalui model ini dua atau lebih lembaga
a. Government service pemerintah dapat menyewa atau membayar satu
b. Intergovernmental agreement sama lain untuk menyediakan suatu layanan
c. Government vending publik. Bentuk layanan publik seperti ini menurut
d. Contracts Savas sudah biasa dilakukan di negara-negara
e. Franchise maju. Misalnya suatu studi di Amerika Serikat
f. Grants pada tahun 1992 menunjukkan di 1.504 daerah
yang ada telah menggunakan model layanan
Model pertama yaitu government service yaitu publik dengan kesepakatan antarlembaga
model pelayanan yang pada umumnya dilakukan pemerintah untuk 64 jenis pelayanan publik. Jenis-
dan diterapkan di berbagai negara, khususnya jenis layanan publik yang dilakukan dengan
negara-negara berkembang, baik oleh pemerintah menerapkan model ini antara lain pelayanan
pusat maupun lokal atau oleh perusahaan- program kesehatan mental, program kesejahteraan
perusahaan miliki negara atau pemerintah daerah. anak, program kesehatan masyarakat, lembaga
Dengan demikian maka model penyediaan pemasyarakatan, transportasi bis, pengawasan
layanan publik sudah jelas bukan merupakan sanitasi, perpustakaan, pengelolaan bandara,
suatu model alternatif dalam penyediaan layanan musium, dan lain sebagainya.

Jurnal Ilmu Administrasi +


Volume VIII +
No. 2 +
Agustus 2011 131
Analisis Penerapan Model-Model Altenatif Penyediaan Pelayanan Publik
Edah Jubaedah «

Penyediaan layanan publik dengan model sama pembayaran tarif oleh konsumen atas
pengaturan semacam ini menurut Bryson, Crosby pelayanan publik yang diberikan oleh pemerintah.
dan Stone (2006, dalam Andrews & Entwistle, Karena bila pemerintah menetapkan tarif atas
2010) merupakan solusi pemerintah untuk pelayanan publik yang diberikannya secara
mengatasi kegagalan pasar ataupun tindakan- langsung kepada konsumen maka pemerintah
tindakan sukarela lainnya. Di samping itu bukan bertindak sebagai produsen tapi sebagai
menurut Andrews & Entwistle (2010) ada arranger, dalam hal ini mengatur penetapan tarif.
beberapa alasan mengapa layanan publik Semantara dalam model government vending,
dilakukan dengan model ini seperti ini, suatu konsumen bertindak sebagai arranger.
lembaga pemerintah penyedia layanan publik
bekerjasama dengan lembaga atau daerah lainnya c. Kontrak (Contracts)
dengan tujuan ingin meningkatkan skala Model penyediaan layanan publik dengan
operasinya dan memperoleh manfaat ekonomi menggunakan model kontrak pemerintah
dengan berbagai biaya produksi. bertindak sebagai arranger dan perusahaan
Dengan kata lain suatu lembaga pemerintah swasta sebagai produsen. Harding dan Preker
dapat melakukan penghematan atau efisiensi (dalam Murti, 2006) menyatakan bahwa kontrak
dalam membiaya penyediaan suatu layanan adalah ”a purchasing mechanism used to acquire a
publik. Inilah salah satu keuntungan model specified service, of a defined quantity, quality, at an
layanan publik semacam ini antara lain agreed-on price, from specific provider, for a specified
pemerintah daerah dapat lebih menghemat period”. Dengan kata lain kontrak adalah suatu
anggaran layanan publiknya dari pada mekanisme pembelian yang digunakan untuk
menyediakannya sendiri. Apalagi apabila suatu mendapatkan pelayanan tertentu, dengan
lembaga pemerintah atau daerah memiliki kuantitas dan kualitas tertentu, dan harga yang
keterbatasan anggaran untuk penyediaan layanan disepakati dari suatu penyedia pelayanan tertentu
publiknya. Namun kelemahan yang harus selama suatu periode waktu tertentu.
diantisipasi dari mode layanan seperti ini menurut Dalam model ini menurut Savas (2000)
Caiden (1982) adalah sulitnya untuk idealnya pemerintah adalah: ”(1) penerjemah
mengidentifikasi tanggung jawab dan tuntutan pelayanan publik yang diekspresikan
akuntabilitas. Selain itu Andrews & Entwistle secara demokratis, (2) agen pembeli yang
(2010) menambahkan model ini menuntut terampil, (3) pengawas yang canggih dari barang
kerjasama dan koordinasi yang sangat tinggi atau pelayanan yang dibeli dari sektor swasta, (4)
untuk mempertahankan efektivitas pengumpul pajak yang efisien, dan (5) pembayar
pelayanannya. Apabila antar lembaga tidak dapat yang kuat yang membayar secara tepat waktu
membangun suatu koordinasi yang selaras maka kepada kontraktor.
kemungkinkan model layanan publik seperti ini Hotchkiss, Bose dan Bitran (dalam Murti, 2006)
akan menghadapi kegagalan dari pada menyebutkan beberapa karakteristik kunci dari
keberhasilan. model kontrak yaitu: (a) adanya pernyataan
eksplisit tentang elemen-elemen kontrak yang
b. Government vending disepakati oleh pihak pemberi kontrak dan
Model penyediaan layanan publik melalui kontraktor untuk diwujudkan dalam periode
government vending ini pemerintah bertindak waktu tertentu; (b) Kontraktor memiliki tanggung
sebagai produsen sedangkan pihak swasta sebagai jawab penuh dalam hal manajemen internal untuk
arranger atau pengatur. Dengan demikian menyediakan pelayanan, baik dalam mengangkat
pemerintah bersaing dengan perusahaan- pekerja, memecat pekerja, menentukan upah dan
perusahaan swasta yang menyediakan layanan gaji, maupun mengadakan dan mendistribusikan
publik sejenis. Savas (2000) menyatakan bahwa barang dan pelayanan, dan (c) adanya keterikatan
model penyediaan layanan publik semacam ini yang jelas antara pembayaran dan kinerja pemberi
dapat diterapkan untuk jenis-jenis pelayanan di pelayanan yang didukung oleh sistem monitoring
bidang pendidikan, perlindungan keamanan, dan evaluasi.
pemeliharaan jalan, taman dan tempat rekreasi, Di Negara-negara maju model penyediaan
pengumpulan sampah dan transportasi. layanan public semacam ini sudah diterapkan
Contohnya dalam perlindungan keamanan, suatu sejak tahun 1980-an, khususnya dalam pelayanan-
sponsor kegiatan konser membayar kepada pelayanan yang bersifat tangible seperti
pemerintah daerah atas layanan penjagaan polisi penyediaan peralatan dan fasilitas-fasilitas publik.
pada saat mereka menyelenggarakan konser. Contoh penyediaan layanan publik semacam ini
Namun demikian menurut Savas mode misalnya dalam pelayanan bidang kesehatan,
penyediaan layanan publik semacam ini tidak pemerintah mengontrakkan fungsi-fungsi dinas

132 Jurnal Ilmu Administrasi +


Volume VIII +
No. 2 +
Agustus 2011
Analisis Penerapan Model-Model Altenatif Penyediaan Pelayanan Publik
» Edah Jubaedah

kesehatan seperti pelayanan preventif dasar atau publik melalui model kontrak seperti ini, kondisi
kampanye pendidikan kesehatan kepada atau prasyarat yang harus ada adalah (a)
organisasi swasta yang beroperasi di luar fasilitas pelayanan yang akan disediakan adalah jenis
pemerintah atau publik. pelayanan yang terspesifisikan dengan baik, (b)
Di Negara-negara maju, model kontrak ini tersedianya beberapa produsen yang potensial
sudah menjadi pilihan pemerintah dalam dan adanya iklim kompetisi secara berkelanjutan,
penyediaan layanan publik. Hal ini karena (c) pemerintah dapat memonitor kinerja
menurut Savas (2000) model kontrak memiliki kontraktor, dan (d) kondisi-kondisi kontrak
berbagai kelebihan antara lain sebagai berikut: dirumuskan secara tepat dalam dokumen kontrak
+ Lebih efisien karena mempergunakan dorongan dan selanjutnya dilaksanakan dengan konsisten.
kompetisi dan memberi tekanan kepada pasar
untuk memaksa mundur produsen yang tidak d. Franchise
efisien, memungkinkan pengelolaan yang lebih Model penyediaan layanan publik yang
baik karena terbebas dari pengaruh-pengaruh disebut dengan franchise atau hak monopoli
yang mengganggu yang biasanya menjadi didefinisikan Savas (2000: 79) sebagai ”an award of
karakteristik dari organisasi politik, biaya dan monopoly privileges to a private firm to supply a
keuntungan dari keputusan manajemen particular service in a specific area, usually with price
langsung ditentukan oleh pembuat keputusan. regulation by government agency”. Dengan kata lain
+ Pemerintah memperoleh keuntungan franchise diartikan sebagai pemberian hak
memperoleh keahlian khusus yang tidak monopoli dari pemerintah kepada perusahaan
dimilikinya; swasta untuk memberikan pelayanan-pelayanan
+ Lebih cepat dalam menanggapi kebutuhan baru tertentu yang sistem pembayarannya diatur oleh
dan berinovasi dengan program-program baru institusi pemerintah. Dalam model ini pemerintah
+ Lebih fleksibel untuk mengadaptasikan ukuran bertindak sebagai arranger sementara perusahaan
program dalam kaitannya menghadapi swasta bertindak sebagai produsen pelayanan
tuntutan perubahan atau ketersediaan publik. Peran kedua pihak tersebut dibedakan dari
anggaran; cara pembayaran kepada produsen. Pemerintah
+ Membatasi ukuran pemerintahan terutama selaku arranger membayar kepada perusahaan
dalam kaitannya dengan jumlah pegawai swasta atas pelayanan yang dikontrak, sementara
pemerintah; konsumen membayar produsen atas pelayanan
+ Mencegah pembiayaan modal yang besar. yang diberikannya.
Model pelayanan ini terutama cocok untuk
Namun demikian menurut Savas (2000) model jenis-jenis pelayanan atau barang yang bersifat
layanan publik semacam itu juga memiliki toll-goods seperti pelayanan listrik, gas, distribusi
beberapa kelemahan yaitu antara lain: air bersih, pemeliharaan air limbah, pelayanan
+ Dapat menjadi lebih mahal, terutama apabila telekomunikasi, pelabuhan dan bandara, jalan dan
terjadi praktek-praktek korupsi dalam jembatan serta transportasi darat. Seperti halnya
pelaksanaan kontrak; dalam model kontrak, dalam model ini pun
+ Membatasi fleksibilitas pemerintah dalam menurut Kitchen (2005) kesepakatan yang
menanggapi hal-hal yang darurat; dituangkan dalam dokumen hukum merupakan
+ Menghasilkan ketergantungan yang tidak faktor penting yang akan mengikat kedua belah
diinginkan terhadap kontraktor dan membuat pihak dan yang harus dilaksanakan oleh
lembaga pemerintah rapuh terhadap keduanya.
pemberontakan dan penurunan kerja para Keuntungan model ini seperti juga model-
pegawai kontraktor serta kebangkrutan model lain masih menurut Kitchen (2005) adalah
kontraktor itu sendiri; terciptanya iklim kompetisi usaha di antara
+ Model kontrak sangat tergantung pada kontrak produsen, adanya insentif bagi peningkatan
tertulis yang biasanya sulit untuk dirumuskan efisiensi, pengurangan biaya, dan adanya
dan hasilnya menyebabkan hilangnya pelayanan yang berkualitas. Namun demikian
akuntabilitas dan kontrol pemerintah menurutnya, salah satu masalah yang biasanya
+ Mempercayakan pelayanan kepada organisasi terjadi dalam penerapan model ini adalah adanya
swasta pada akhirnya meningkatkan kemungkinkan masyarakat sebagai konsumen
kekuasaan politis dan menciptakan lobi bagi tidak melanjutkan penggunaan pelayanan karena
anggaran pemerintah. misalnya memandang tarif pelayanan tersebut
terlalu mahal. Misalnya saja pelayanan
Karena itulah menurut Savas (2000) dalam persampahan yang dikelolakan kepada pihak
mengembangkan model penyediaan layanan swasta yang tarifnya dianggap mahal oleh

Jurnal Ilmu Administrasi +


Volume VIII +
No. 2 +
Agustus 2011 133
Analisis Penerapan Model-Model Altenatif Penyediaan Pelayanan Publik
Edah Jubaedah «

konsumen dapat menyebabkan masyarakat tidak bersama-sama dalam menyediakan sumber daya
mau membayarnya dan pada akhirnya dapat dan memelihara pengawasan terhadap projek
menimbulkan masalah kebersihan lingkungan kerjasama tersebut”. Sedangkan Klijn dan
sertan adanya eksternalitas untuk mereka yang Teisman (2000, dalam Yusuf, Wallace dan
masih tetap membayar pelayanan tersebut. Hackbart: 2006) menyebutkan bahwa public-
private partnership adalah “suatu komitmen di
e. Grants atau subsidi pemerintah antara pemerintah dan sektor swasta dalam jangka
Model penyediaan layanan publik dengan waktu tertentu dimana mitra-mitra kerja tersebut
menggunakan mode grants menurut Savas (2000) membangun produk secara bersama-sama dan
adalah subsidi yang diberikan oleh pemerintah membagi resiko, biaya serta keuntungan yang
kepada produsen atau penyelenggara layanan ditimbulkan dari produk tersebut”. Senada
publik. Subsidi ini dapat berbentuk uang, dengan pendapat tersebut Lawther (2002, dalam
keringanan pajak atau keuntungan pajak lainnya, Thai dan Viga: 2006) menyatakan bahwa Public-
pinjaman bunga rendah atau jaminan pinjaman. Private Partnership adalah “suatu bentuk
Dampak dari subsidi ini menurutnya adalah pengaturan peran dan hubungan dimana dua atau
untuk menurunkan tarif layanan publik tertentu lebih kelompok pemerintah dan swasta
untuk konsumen yang berhak mendapatkannya berkoordinasi atau menggabungkan sumber-
sehingga konsumen memperoleh pelayanan sumber daya komplementernya untuk mencapai
tersebut dari produsen yang diberi subsidi tujuannya masing-masing melalui pencapaian
tersebut. Dengan demikian dalam model ini satu atau lebih sasaran secara bersama-sama”.
organisasi baik perusahaan swasta yang mencari Menurut Savas model-model kontrak,
keuntungan ataupun organisasi nir-laba bertindak franchise atau grants sebenarnya juga dapat
sebagai produsen sedangkan pemerintah dan termasuk kepada model kerjasama antara
konsumen bertindak sebagai co-arranger. Dalam pemerintah dan swasta. Karena pada hakekatnya
hal ini pemerintah memilih produsen tertentu model kemitraan tersebut adalah suatu bentuk
yang akan menerima subsidi, dan konsumen pengaturan dimana pemerintah dan swasta
memilih produsen tertentu. Dengan demikian bekerja bersama-sama untuk menghasilkan
baik pemerintah maupun masyarakat sebagai pelayanan publik ataupun barang-barang. Hanya
konsumen melakukan pembayaran kepada menurutnya model public-private partnership
produsen. Contoh model penyediaan layanan adalah model kerjasama yang dikembangkan
seperti ini misalnya dalam bidang pendidikan, untuk melakukan penyediaan barang atau
sekolah-sekolah swasta mendapatkan subsidi dari layanan publik yang bersifat kompleks terutama
pemerintah untuk setiap murid yang mendaftar di penyediaan infrastruktur sehingga terkadang
sekolah yang bersangkutan, subsidi bagi lembaga- mitra-mitra yang terlibat bersifat multipartner.
lembaga kesehatan yang nirlaba, subsidi kepada Karena itu model ini sering juga diistilahkan
perusahaan swasta yang membangun dan dengan kolaborasi formal antara pengusaha,
mengelola perumahan untuk masyarakat pemimpin masyarakat dan pemerintah daerah
berpenghasilan rendah, dan lain sebagainya. untuk meningkatkan kondisi daerahnya.
Dari lima model yang telah diuraikan tersebut Kumar dan Prasad (2004, dalam Pusat Kajian
terlihat bahwa dalam model government vending dan Pendidikan dan Pelatihan Aparatur III LAN:
dan intergovernmental agreements, pemerintah 2008) mengidentifikasi 5 (lima) tipe umum dari
bertindak sebagai produsen penyedia layanan model public-private partnership. Bentuk-bentuk
publik. Tiga model lainnya yaitu kontrak, franchise tersebut adalah kontrak pelayanan, kontrak
(hak monopoli) dan grants (subsidi) merupakan pengelolaan, sewa, konsesi Build – Operates –
model pelayanan dimana pemerintah bertindak Transfers (BOT), dan Build – Operates – Own lepas.
sebagai arranger, sedangan pihak swasta atau Dalam spektrum investasi tersebut menurut
masyarakat bertindak sebagai produsen mereka kontrak pelayanan (service contract)
pelayanan publik. merupakan bentuk kemitraan yang lebih banyak
Di samping ketiga model tersebut, ada satu menitikberatkan pada peran pemerintah, baik dari
model yang juga dikembangkan dan telah banyak sisi investasi maupun penyediaan jasa layanan.
diterapkan yaitu model kemitraan antara Adapun pada sisi lain dengan bentuk build operates
pemerintah dan swasta atau disebut public-private own secara lepas merupakan bentuk kemitraan
partnership (PPP). Model ini menurut Johnson yang menitikberatkan investasi dan penyediaan
(1992) merujuk kepada “suatu hubungan formal pelayanan pada sektor swasta. Dalam hal ini
dimana satu atau lebih unit kerja pemerintah dan pemerintah hanya berperan sebagai fasilitator dan
kelompok non-pemerintahan bergabung regulator.

134 Jurnal Ilmu Administrasi +


Volume VIII +
No. 2 +
Agustus 2011
Analisis Penerapan Model-Model Altenatif Penyediaan Pelayanan Publik
» Edah Jubaedah

Pertanyaannya sekarang model manakah yang D. P E N E R A P A N M O D E L - M O D E L


dapat dipilih oleh pemerintah dalam penyediaan ALTERNATIF PELAYANAN PUBLIK DI
layanan publik? Dalam prakteknya model-model INDONESIA
tersebut menurut Savas (2000) dapat Model-model alternatif penyediaan layanan
dikombinasikan satu sama lain sesuai dengan publik sebagaimana telah dijelaskan, sebenarnya
kebutuhan dan jenis-jenis layanan. Menurutnya bukan hal yang baru terutama di negara-negara
pemerintah dapat melakukan menerapkan maju. Bahkan di beberapa negara sedang
beberapa model untuk penyediaan satu jenis berkembang pun beberapa model pelayanan
layanan publik di beberapa wilayah daerah publik seperti yang telah dibahas sudah mulai
kekuasaannya. Misalnya di Indianápolis di dilakukan. Misalnya model kontrak diterapkan di
Amerika Serikat menggunakan lima model untuk negara Senegal dan Madagascar dalam pelayanan
pelayanan sampah perumahan di beberapa distrik bidang kesehatan. Pemerintah mengontrak
yang berbeda. Pemerintah dapat juga menerapkan lembaga swadaya masyarakat (LSM) untuk
pengaturan dua model layanan, seperti model memberikan program pelayanan gizi komunitas
franchise dengan model grants. Misalnya untuk dalam skala besar di daerah Sangay miskin di
pelayanan transportasi bis, perusahaan yang perkotaan maupun pedesaan yang tidak
dikontrak pemerintah dengan memberikan hak mendapatkan pelayanan kesehatan baik dari
monopoli juga mendapat subsidi dari pemerintah pemerintah maupun swasta (dalam Murti, 2006).
dalam pengoperasiannya. Selain itu, pemerintah Kemudian di Asia misalnya di negara Kamboja,
dapat mulai penerapkan model-model tersebut sejak tahun 1999 pemerintahnya menerapkan
secara parsial, terutama untuk layanan-layanan model kontrak untuk pelayanan bidang
publik yang sifatnya kompleks yang terdiri dari kesehatan. Kontrak dilakukan dengan LSM dan
sejumlah kegiatan yang terpisah tapi tetap harus lembaga kesehatan nirlaba untuk memberikan
terkoordinasikan. Misalnya pelayanan lembaga paket pelayanan kesehatan yang penting di 12
pemasyarakatan di dalamnya meliputi kegiatan rumah sakit daerah (dalam Murti, 2006). Model
penyediaan makanan, kesehatan, konseling bagi kontrak dengan LSM dan organisasi swasta
para narapidana, pelatihan keahlian bagi nirlaba di bidang kesehatan juga diterapkan di
narapidana, rekreasi, fasilitas pemeliharaan, beberapa negara Amerika Tengah, seperti di El
keamanan dan kegiatan lainnya. Pelayanan- Salvador dan Guatemala. Kontrak dilakukan
pelayanan dalam lembaga pemasyarakatan untuk penyediaan layanan kesehatan primer di
tersebut sebagian dapat dilakukan dengan model daerah-daerah dengan cakupan pelayanan
kontrak, sebagian lagi dengan model dimana kesehatan formal rendah. Semantara di Republik
pemerintah menyelenggarakan pelayanan untuk Dominika, pemerintah daerahnya mengontrak
penjagaannya. Contoh lainnya pelayanan LSM untuk mendistribusikan alat kontrasepsi,
transportasi bus dilakukan sebagian oleh melakukan program kampanye pendidikan
pemerintah sebagian lainnya oleh kontraktor keluarga berencana, dan melatih petugas
swasta. kesehatan dalam kesehatan reproduksi (dalam
Kesimpulannya adalah bahwa pemerintah Murti, 2006).
daerah dalam memilih model-model penyediaan Bagaimana halnya penerapan model-model
layanan publik tersebut tergantung dari jenis-jenis alternatif penyediaan layanan publik tersebut di
serta kompleksitas dari jenis-jenis pelayanannya. tanah air? Secara garis besar, pada umumnya
Hal ini sebagaimana dinyatakan oleh Savas (2000) penyediaan layanan-layanan publik di tanah air
bahwa penentuan model-mode penyediaan masih dilaksanakan langsung oleh pemerintah,
layanan publik akan sangat ditentukan baik sebagai produsen maupun sebagai arranger.
kesesuainnya dengan jenis-jenis layanan. Misalnya penelitian yang dilakukan oleh
Misalnya model government vending dan franchise Kedeputian Bidang Politik, Pertahanan dan
akan cocok diterapkan untuk jenis-jenis pelayanan Keamanan Nasional Bappenas pada tahun 2003 di
yang sifatnya layanan individu/privat dan tool- empat daerah yaitu Kota Mataram, Kota Malang,
goods. Sedangkan model kerjasama antar-lembaga Kabupaten Sumenep, dan Kabupaten Sleman,
pemerintah dan model kontrak cocok untuk menunjukkan bahwa Pemda menyelenggarakan
keempat jenis layanan publik baik yang bersifat sendiri bidang pendidikan, kesehatan, informasi,
private, semi private, semi publik ataupun kependudukan, dan pekerjaan umum. Penelitian
pelayanan publik murni. Adapun model grants ini juga menyimpulkan bahwa kuatnya sektor
kurang cocok diterapkan untuk jenis layanan publik di daerah dalam menyediakan layanan
publik murni (collective goods). publik kepada masyarakat dibandingkan sektor
swasta, didorong oleh motif pemerintah daerah
setempat untuk meningkatkan pendapatan asli

Jurnal Ilmu Administrasi +


Volume VIII +
No. 2 +
Agustus 2011 135
Analisis Penerapan Model-Model Altenatif Penyediaan Pelayanan Publik
Edah Jubaedah «

daerahnya dan untuk mengedepankan maupun manfaat finansial. Manfaat ekonomis


pemenuhan kebutuhan internal birokrasi lokal yang diperoleh misalnya antara lain tersedianya
atau perangkat daerah, ketimbang orientasi fasilitas pelabuhan yang memadai sehingga
pemenuhan kebutuhan masyarakat dalam memenuhi kebutuhan masyarakat luas, Jembatan
pelayanan publik. Mahkota II dapat terealisasi menunjang
Namun demikian dalam tahun-tahun terakhir perekonomian provinsi Kalimantan Timur,
sudah mulai terdapat kecenderungan pemerintah adanya keikutsertaan pihak swasta dalam
untuk menerapkan beberapa model alternatif penyediaan fasilitas pelabuhan sehingga tercipta
penyediaan layanan publik. Salah satu model efisiensi dan efektifitas kegiatan, menyerap tenaga
yang banyak diterapkan adalah adalah model kerja pada proses pembangunan, dan transfer
kerjasama baik kerjasama antara lembaga asset setelah 50 tahun (dalam PKP2A 3 LAN, 2008).
pemerintah maupun kerjasama antara pemerintah Contoh lainnya penerapan model kemitraan
dengan swasta. Jenis layanan publik yang banyak dalam penyediaan layanan publik adalah yang
dilakukan melalui model kerjasama antar-daerah dilakukan oleh pemerintah kota Tarakan. Untuk
misalnya penyediaan layanan air minum. meningkatkan kualitas penyediaan layanan
Contohnya di kota Mataram yang tidak memiliki publik di daerah tersebut, Pemerintah Kota
badan usaha milik daerah (BUMD) dalam bidang Tarakan melakukan kemitraan dengan pihak
layanan air minum, melakukan kerjasama dengan swasta untuk beberapa jenis pelayanan seperti
Pemerintah Kabupaten Lombok Barat. Begitu pula tempat rekreasi, pelabuhan, perparkiran dan
dengan pemerintah kota Cirebon yang pengelolaan sampah (dalam PKP2A 3 LAN, 2008).
memberikan layanan PDAM-nya untuk Misalnya dalam pelayanan perparkiran, sejak
pemerintah daerah kabupaten Cirebon, bahkan tahun 2007 Pemerintah Kota Tarakan dalam hal ini
pengambilan air sebagai bahan baku diambil dari Dinas Perhubungan dan Dinas Pendapatan
kabupaten Kuningan. Masih dalam penyediaan Daerah bekerjasama dengan PT. Tribuana Selatan
layanan air minum, PDAM kota Semarang Raya dalam hal pengelolaan perparkiran.
melakukan kerjasama dengan pemerintah Kerjasama ini diwujudkan dalam bentuk suatu
kabupaten Kendal dalam pelayanan air bersih sistem pengelolaan perparkiran meliputi sistem
untuk masyarakat. Kerjasama tersebut dalam pemungutan, penyetoran dan bagi hasil
bentuk pembayaran royalti untuk air yang disedot pendapatan di antara kedua belah pihak.
dari sumber air sumur yang terdapat di enam Begitu pula halnya dalam layanan pengelolaan
sumber air di kabupaten Kendal untuk sampah, Pemerintah Kota Tarakan melakukan
masyarakat yang ada di kota Semarang (dalam kerjasama dengan pihak swasta. Bahkan
PKDA I LAN, 2002). Dalam bidang pelayanan kerjasama ini telah dikembangkan sejak tahun
lainnya seperti pelayanan kebersihan juga 1999. Lingkup kegiatan kerjasama meliputi
dikembangkan model kerjasama. Misalnya di Bali, pengangkutan kotoran (sampah) yang ada di
dibentuk kelembagaan yang disebut dengan dalam tempat pembuangan sampah (TPS) atau
SARBAGITA, empat pemerintah daerah menjalin sekitar TPS, baik berupa sampah rumah tangga,
kerjasama dalam pengelolaan kebersihan pertokoan ataupun tebangan pohon serta
kawasan perkotaan, yaitu antara pemerintah kota pengangkutan sampah di pinggir jalan. Dalam
Denpasar, kabupaten Badung, kabupaten pengelolaan sampah di kota Tarakan ini,
Gianyar, dan kabupaten Tababan. disepakati kewajiban-kewajiban yang harus
Kemudian bagaimana halnya penerapan dilakukan oleh pihak swasta yaitu antara lain: (a)
model kerjasama antara pemerintah dengan kewajiban mengorganisir dan mengatur
lembaga swasta dalam penyediaan layanan pelaksanaan pekerjaan, sehingga penanggung
publik, apakah dalam bentuk kontrak, franchise, jawab pelaksanaan pekerjaan di lapangan dapat
grants atau kemitraan? Model kerjasama antara memberikan keputusan sepenuhnya pada pihak
pemerintah dengan swasta dalam penyediaan Pemerintah Kota Tarakan; (b) kewajiban untuk
layanan publik baik di tingkat pemerintah pusat menggunakan dan bertanggung jawab terhadap
maupun daerah pun nampaknya sudah banyak kemampuan tenaga teknis, staf dan tenaga lainnya
diterapkan. Misalnya dalam penyediaan layanan sesuai dengan kebutuhan pekerjaan dan
pelabuhan di kota Samarinda sejak tahun 2007 peraturan-peraturan yang berlaku; dan (c)
dilakukan melalui model public-private partnership kewajiban mengadakan pembukuan dan
antara tiga pihak yaitu Pemerintah Kota pencatatan dari semua transaksi yang
Samarinda dengan PT. Pelabuhan Indonesia berhubungan dengan perjanjian antara kedua
(Persero) serta PT. Pelabuhan Samudera Palaran. belah pihak.
Melalui kerjasama ini pihak-pihak yang terlibat Pentingnya pengembangan model kerjasama
memperoleh manfaat baik manfaat ekonomis baik antar lembaga pemerintah maupun antara

136 Jurnal Ilmu Administrasi +


Volume VIII +
No. 2 +
Agustus 2011
Analisis Penerapan Model-Model Altenatif Penyediaan Pelayanan Publik
» Edah Jubaedah

pemerintah dengan swasta nampaknya juga antar lembaga pemerintah, kerjasama dengan
disadari oleh pemerintah. Apakah didorong oleh pihak luar negeri dan kerjasama dengan swasta.
keterbatasan pemerintah dalam menyediakan Disebutkan pula bahwa kerjasama dengan swasta
layanan publik maupun keinginan untuk tersebut meliputi: kontrak pengelolaan
meningkatkan kualitas pelayanan publik, pinjaman/permodalan, kontrak kelola
pemerintah baik di pusat maupun daerah (management contract), kontrak patungan (joint
berupaya untuk mencari model baru dalam venture contract), kontrak pelayanan (service
pelayanan publik. Terlebih lagi setelah pemberian contract), kontrak sewa (lease contract), kontrak
otonomi kepada pemerintah daerah melalui konsesi (concession contract), dan kontrak
Undang-undang Nomor 32 tahun 2004 tentang bangun/rehabilitasi.
Pemerintahan Daerah sebagai pengganti UU Berdasarkan pemaparan tersebut dapat
Nomor 22 Tahun 1999, pemerintah daerah disimpulkan bahwa untuk meningkatkan kualitas
memang makin dituntut untuk meningkatkan pelayanan publik, beberapa pemerintah daerah
kualitas pelayanan publiknya. Untuk memberikan telah menerapkan beberapa model penyediaan
landasan hukum bagi pengembangan model- layanan publik, khususnya dengan model
model pelayanan publik khususnya melalui kerjasama antar lembaga. Bahkan pemerintah
model kerjasama antar-lembaga, pemerintah pusat sendiri telah menyediakan payung hukum
sendiri menerbitkan berbagai peraturan bagi lembaga-lembaga pemerintah baik di pusat
perundang-undangan. maupun daerah untuk mengembangkan model
Beberapa peraturan perundang-undangan kerjasama antara lembaga dalam penyediaan
yang dapat dijadikan payung kebijakan bagi layanan publik. Dengan demikian diharapkan
pengembangan kerjasama dalam penyediaan penyediaan layanan publik yang berkualitas yang
layanan publik selain Undang-undang Nomor 34 dibutuhkan oleh masyarakat di daerah dapat
tahun 2004, juga antara lain sebagai berikut: terwujud.
+ Peraturan Pemerintah Nomor 50 Tahun 2007
tentang Tata Cara Pelaksanaan Kerjasama
Daerah, E. F A K T O R - F A K T O R P E N E N T U
+ Peraturan Presiden Nomor 13 Tahun 2010 KEBERHASILAN PENERAPAN MODEL-
tentang Kerjasama Pemerintah Dengan Badan MODEL ALTERNATIF PENYEDIAAN
Usaha Dalam Penyediaan Infrastruktur; LAYANAN PUBLIK
+ Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 17 Pembahasan sebelumnya memperlihatkan
Tahun 2007 tentang Pedoman Teknis bahwa penerapan model-model penyediaan
Pengelolaan Barang Milik Daerah; layanan publik di tanah air belum sepenuhnya
+ Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 3 dapat dilakukan oleh pemerintah, khususnya
Tahun 2008 Tentang Pedoman Pelaksanaan pemerintah daerah. Meskipun kecenderungan
Kerjasama Pemerintah Daerah Dengan Pihak pengembangan ke arah tersebut sudah mulai
Luar Negeri, diterapkan, namun peran dominan pemerintah
+ Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 19 sebagai produsen pelayanan publik di tanah air
Tahun 2009 Tentang Pedoman Peningkatan masih kuat. Hal ini menunjukkan bahwa
Kapasitas Pelaksana Kerja Sama Daerah, barangkali penerapan konsep model-model
+ Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 22 penyediaan layanan publik yang digagas oleh
Tahun 2009 Tentang Petunjuk Teknis Tata Cara para ahli dan diterapkan di negara-negara maju
Kerjasama Daerah. tidaklah semudah yang dibayangkan dalam
prakteknya.
Peraturan perundang-undangan tersebut Secara teoritis para pakar sendiri mewanti-
merupakan landasan bagi pemerintah daerah wanti bahwa pengembangan model-model
untuk mengembangkan kebijakan tentang alternatif layanan publik selain menghasilkan
kemitraan di daerahnya berupa penetapan cerita sukses, juga menunjukkan sejumlah
peraturan daerah (Perda). Misalnya kegagalan. Beberapa kajian menunjukkan bahwa
pengembangan kemitraan di kota Samarinda misalnya penerapan model public-private
dilakukan berdasarkan Peraturan Daerah Kota partnership gagal memberikan tingkat kepuasan
Samarinda No. 27 Tahun 2002 tentang Kerjasama yang diinginkan oleh stakeholder yang terlibat
dengan Pihak Lain, di kota Yogyakarta dengan dalam skema kemitraan tersebut (Dixon, Dogan &
Peraturan Daerah nomor 12 tahun 2009 tentang Kouzmin, 2004; English & Walker, 2004; Hurst &
Kerjasama Dearah. Pemerintah Kota Yogyakarta Reeves, 2004; Newberry & Pallot, 2003; Watson,
dalam Perda tersebut menyebutkan bahwa 2003, dalam Chong dan Callender, 2006).
kerjasama dilakukan dalam bentuk kerjasama Dalam skala nasional, contoh kegagalan dalam

Jurnal Ilmu Administrasi +


Volume VIII +
No. 2 +
Agustus 2011 137
Analisis Penerapan Model-Model Altenatif Penyediaan Pelayanan Publik
Edah Jubaedah «

penerapan model public-private partnership swasta sebagai produsen.


misalnya pengalaman Pemerintah Kota Karena itulah kajian “Alternative Mechanism for
Yogyakarta dalam pembangunan dan Service Delivery” pada tahun 2008 menyimpulkan
pengelolaan Terminal Giwangan. Kajian yang bahwa model penyediaan layanan publik dengan
dilakukan Program Studi Ilmu Politik Konsentrasi sistem kontrak bukan merupakan model yang
Politik Lokal dan Otonomi Daerah Universita lazim diterapkan di Indonesia. Hal ini disebabkan
Gadjah Mada pada tahun 2009 menunjukkan dua oleh beberapa hal sebagai berikut:
kegagalan penerapan model public-private + Insentif untuk memperoleh efisiensi melalui
partnership. Pertama, skema kerjasama yang model kontrak tidak tercapai dibawah
timpang baik dari segi hak maupun kewajiban pengawasan yang ketat dari penyedia layanan;
antara kedua pihak. Kedua, kegagalan mitra + Beberapa lembaga menyatakan kekhawatiran
pemerintah kota dalam menyediaan fasilitas tentang adanya pihak-pihak yang akan
pendukung yang dibutuhkan. mempermasalahan soal pasal 33 UUD 1945,
Dalam skala internasional khususnya dalam yang menyebakan adanya keragu-raguan
penyediaan layanan publik dengan model kontrak, tentang sejauh mana penyedia layanan di luar
pengalaman di negara-negara berkembang lembaga pemerintah adalah sah secara hukum;
menunjukkan beberapa permasalahan yang + Adanya kekhawatiran hilangnya kontrol
mempengaruhi keberhasilan ataupun kegagalan pemerintah;
model tersebut. Masalah-masalah tersebut antara + Lemahnya kapasitas dan objektivitas
lain biaya transaksi, kapasitas pemerintah, manajemen pemerintah;
kapasitas pemberi layanan, kompleksitas + Kurangnya pemisahan yang tegas antara
penentuan harga, dan masalah monitoring dan fungsi pemilik dan fungsi manajemen;
evaluasi (dalam Murti, 2006). Misalnya masalah
yang berkaitan dengan biaya transaksi, secara Untuk itu maka secara konseptual dan teoritis,
teoritis diasumsikan bahwa model kontrak para pakar dan praktisi mengingatkan bahwa
memungkinkan terciptanya iklim kompetisi di pemerintah dalam mengembangkan model
antara para produsen penyedia layanan dan dengan layanan publik dengan model kontrak terutama
adanya iklim kompetisi tersebut diasumsikan model kerjasama public-private partnership harus
penyedia layanan akan berusaha meminimalkan memperhatikan berbagai faktor. Misalnya
biaya produksi sehingga mendorong terjadinya Gormley (dalam Yusuf, Wallace dan Hackbart:
efisiensi. Namun ternyata dalam prakteknya 2006) menyatakan bahwa kunci keberhasilan
efisiensi tersebut tidak tercapai karena ternyata penerapan model public-private partnership dalam
dalam penerapan model kontrak tersebut justru adalah apabila institusi-instusi pemerintah
terjadi biaya transaksi yang tinggi. Biaya transaksi memiliki empat kemampuan inti. Kemampuan
yang tinggi tersebut terjadi karena adanya masalah- tersebut meliputi (1) kemampuan memilih mitra
masalah baik dalam perancangan kerjasama, yang tepat dan sesuai dengan tujuan kemitraan itu
perumusan dokumen kesepakatan, implementasi sendiri; (2) kemampuan mengkombinasi sektor
ataupun masalah penyelesaian perselisihan. publik dan swasta secara kreatif; (c) kemampuan
Permasalahan lain berkaitan dengan memonitor dan mengawasi untuk menghindari
implementasi model kontrak dalam penyediaan diskresi yang berlebihan, dan (d) kemampuan
layanan publik adalah kapasitas pemerintah mengevaluasi untuk memastikan bahwa program
dalam melaksanakan monitoring dan evaluasi public-private partnership telah benar-benar
terhadap kinerja kontraktor yang masih lemah. memberikan hasil yang dikehendaki.
Pemerintah tidak akan memperoleh manfaat Sementara itu Sclar (2000) menambahkan
yang strategis dari model kontrak dan tidak akan bahwa keberhasilan penerapan model public-
dapat melaksanakan kontrak secara efektif, bila private partnership dalam mencapai outcome yang
pemerintah tidak memiliki kemampuan untuk diinginkan sangat tergantung pada tiga faktor
melaksanakan monitoring dan evaluasi terhadap yaitu, proses yang digunakan untuk memilih
kontraktor, baik dari aspek sumber daya manusia mitra dari sektor swasta, ketersediaan teknologi
maupun sumber anggaran untuk melaksanakan yang dibutuhkan, dan hubungan antara
monitoring dan evaluasi. Selain itu penerapan pemerintah dan swasta itu sendiri. Literatur
model kontrak terutama di negara-negara menunjukkan bahwa memang hubungan yang
berkembang tidak menutup kemungkinan jelas dan kuat antara pemerintah dengan sektor
terjadinya hubungan-hubungan yang tidak swasta yang terlibat dalam program public-private
diinginkan atau kolusi baik antara pembeli partnership merupakan kunci sukses keberhasilan
dengan penyedia layanan, maupun antara program tersebut.
pemerintah sebagai arranger dengan perusahaan Berdasarkan hasil studi penerapan model

138 Jurnal Ilmu Administrasi +


Volume VIII +
No. 2 +
Agustus 2011
Analisis Penerapan Model-Model Altenatif Penyediaan Pelayanan Publik
» Edah Jubaedah

public-private partnership di bidang transportasi penyelenggaraan barang publik adalah faktor


(Yusuf, Wallace dan Hackbart: 2006) struktural (structural factors). Aspek-aspek yang
menyimpulkan tiga faktor kunci keberhasilan termasuk dalam faktor struktural ini antara lain
penerapan model tersebut. Faktor-faktor kunci peran dan tanggung jawab yang jelas dari pihak-
tersebut adalah sebagai berikut: pihak yang terlibat, adanya kontrak kerja yang
+ Faktor proses berbasis kinerja dan adanya penegakkan
+ Faktor mitra/partner akuntabilitas kontrak yang efektif. Misalnya
+ Faktor struktural berkaitan dengan kejelasan peran dan tanggung
jawab pihak pihak yang bermitra, harus secara
Faktor proses (process factor) yang harus tegas dan jelas disebutkan dalam kontrak hak dan
dipertimbangkan dalam penerapan kebijakan kewajiban dari masing-masing pihak. Karena
public-private partnership dalam penyelenggaraaan dengan adanya kejelasan hak dan kewajiban dari
barang publik menurut (Yusuf, Wallace dan pihak-pihak yang terlibat itulah kolaborasi antara
Hackbart: 2006) adalah faktor-faktor yang pemerintah dengan sektor swasta dapat berjalan
mendasar bagi keberhasilan pencapaian tujuan efisien dan memberikan kerangka yang jelas
kebijakan tersebut. Faktor-faktor ini antara lain dalam mengimplementasikan dan menilai seluruh
berkaitan dengan adanya alasan ekonomi bagi kegiatan yang dilakukan dalam model kemitraan
keterlibatan sektor swasta dalam tersebut.
penyelenggaraan barang publik yang seharusnya Berkaitan dengan faktor-faktor kunci
disediakan oleh pemerintah. Dalam hal ini keberhasilan penerapan model public-private
pemerintah harus merumuskan tujuan dan partnership dalam penyelenggaraan barang publik,
mengidentifikasi kebutuhan-kebutuhan yang jelas Savas (2000) menyimpulkan beberapa isu strategis
dari kebijakan public-private partnership. Termasuk yang harus diperhatikan. Isu-isu tersebut adalah
pula di dalamnya mengidentifikasi secara jelas sebagai berikut: peran dan fungsi dari semua
target populasi yang akan dilayani dari program pihak yang terlibat dalam public-private
public-private partnership, pendekatan kemitraan, partnership, regulasi, resiko, pengadaan dan
peran tang tanggung jawab dari pemerintah dan pembiayaan. Misalnya berkaitan dengan peran
sektor swasta yang terlibat serta mekanisme dan fungsi dari semua pihak yang terlibat dalam
pendanaan dan pembayarannya. Faktor proses projek public-private partnership menurutnya harus
lainnya yang penting adalah adanya dukungan dialokasikan dengan baik berikut tanggung
kelembagaan yang kuat terutama yang berasal jawabnya masing-masing. Sedangkan isu regulasi
dari pimpinan, adanya kepemimpinan yang berkaitan dengan adanya perangkat hukum yang
berkelanjutan, serta komitmen yang terus dapat dipercaya berkaitan dengan hak cipta,
menerus. kontrak, perselisihan serta tanggung jawab
Adapun faktor mitra (partner factors) berkaitan hukumnya. Regulasi tersebut tiada lain dirancang
dengan isu-isu bagaimana memilih mitra yang dan dilaksanakan untuk melindungi baik
tepat dan membangun hubungan kerja dengan masyarakat pengguna public goods maupun mitra
mitra tersebut. Dalam memilih mitra kerja itu kerja swasta. Adapun isu yang berkaitan dengan
sendiri menurut Grimsey dan Lewis (2004, dalam resiko-resiko yang mungkin timbul dari bentuk
Yusuf, Wallace dan Hackbart: 2006) akan sangat pengaturan public-private partnership menurut
tergantung pada proses tender yang diterapkan. Savas (2000) mencakup resiko usaha, resiko
Sedangkan faktor hubungan antara mitra yang keuangan, dan resiko politik. Ketiga jenis resiko
terlibat berkaitan dengan masih adanya kontrol tersebut menurutnya dalam model public-private
dan otoritas dari pemeritah terhadap mitra partnership harus dapat teridentifikasi dan
kerjanya dalam melaksanakan proyek-proyek teralokasikan dengan jelas terutama dalam
kemitraan, serta adanya kesepakatan antara dokumen kontrak. Hal ini karena biaya
pemerintah dan sektor swasta terhadap tujuan- penyelenggaraan barang publik melalui model
tujuan yang penting yang ingin dicapai dari public-private partnership dapat diminimalisir
kemitraan tersebut termasuk di dalamnya tujuan hanya apabila setiap resiko diserahkan kepada
yang berkaitan dengan kepentingan masyarakat. mitra kerja yang dapat menanganinya dengan
Oleh karena itulah dalam model public-private baik. Isu strategis lainnya yang sangat penting
partnership membutuhkan adanya komitmen yang adalah isu keuangannya. Hal ini mengingat bahwa
kuat antara pemerintah dan sektor swasta untuk penyelenggaraan barang publik dalam bentuk
menjaga keberlangsungan hubungan kerja infrastruktur merupakan proyek yang
tersebut dalam jangka panjang. membutuhkan biaya yang sangat besar.
Faktor terakhir dari keberhasilan penerapan
model public-private partnership dalam

Jurnal Ilmu Administrasi +


Volume VIII +
No. 2 +
Agustus 2011 139
Analisis Penerapan Model-Model Altenatif Penyediaan Pelayanan Publik
Edah Jubaedah «

F. PENUTUP Bennett, John and Iossa, Elisabetta. 2006. Building and


Untuk meningkatkan kualitas penyediaan Managing Facilities for Public Services, Khi V. Thai and
layanan publik baik dari sisi efektivitas, efisiensi Gustavo Piga (ed.) In Advancing Public
maupun equity-nya, pemerintah di berbagai Procurement: Practices, Innovation and Knowledge
Sharing. Florida USA: PrAcademics Press.
negara melakukan reformasi pelayanan publik
Caiden, Gerald, E. 1982. Public Administration, Second
dengan mengembangkan berbagai model-model Edition, California: Palisades Publishers.
alternatif pelayanan. Secara konseptual model- Chong, Sandy Y. L. and Guy C. Callender. 2006. One More
model yang sudah banyak diterapkan Time… How to Measure Alliance Success in Conditions
dikembangkan dengan melihat peran dari aktor- of Public-Private Partnering. Khi V. Thai and Gustavo
aktor yang terlibat di dalamnya yaitu pemerintah, Piga (ed.) In Advancing Public Procurement:
swasta dan masyarakat. Apakah aktor-aktor Practices, Innovation and Knowledge Sharing.
tersebut berperan sebagai konsumen, produsen Florida USA: PrAcademics Press.
Holcombe, Randall, G. 1997. A Theory of the Theory of Public
atau pengatur (arranger). Selain itu model-model
Goods. Review of Austrian Economic, 10, No. 1.
tersebut dikembangkan dengan melihat sifat dan
Johnson, William, C. 1992. Public Administration: Policy,
karakteristik layanan publik, apakah bersifat Politics, and Practice. New York: The Dushkin
private, toll-goods, common-pool goods atau collective Publishing Group, Inc.
goods. Kitchen, Harry. 2005. Delivering Local/Municipal
Pada dasarnya pengembangan model-model Services. Dalam Public Services Delivery: Public Sector
alternatif penyediaan layanan publik diarahkan Governance and Accountability Series, ed. Anwar
pada upaya untuk meningkatkan keterlibatan Shah. Washington, D.C.: The World Bank.
swasta dan masyarakat sebagai produsen layanan Martimort, David and Pouyet, Jerome. 2006. “Build It Or
Not”:Normative And Positive Theories Of Public-
publik. Sedangkan peran pemerintah sebagai
Private Partnerships. Centre for Economic Policy
produsen sedikit demi sedikit semakin diarahkan
Research (CEPR), http://www.cepr.org.
kepada peran sebagai arranger atau dalam Murti, Bhisma. 2006. Contracting Out Pelayanan Kesehatan:
pengaturan. Hal ini didasari pada kenyataan Sebuah Alternatif Solusi Keterbatasan Kapasitas Sektor
bahwa dewasa ini pemerintah sendiri memiliki Publik, Jurnal Manajemen Pelayanan Kesehatan,
berbagai keterbatasan khususnya kapasitas Vol. 09, No. 3, Hal: 109-117.
sumber daya manusia, peralatan dan anggaran, Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 13 Tahun
sehingga perlu berbagi peran dengan pihak-pihak 2010 Tentang Perubahan Atas Peraturan Presiden
lain dalam penyediaan layanan publik. Dengan Nomor 67 Tahun 2005 Tentang Kerjasama
Pemerintah Dengan Badan Usaha Dalam
demikian bagaimanapun bentuk pengaturannya,
Penyediaan Infrastruktur.
kebutuhan masyarakat terhadap kebutuhan Pusat Kajian Dan Pendidikan Dan Pelatihan Aparatur III
pelayanan publik yang berkualitas terpenuhi. Hal LAN. 2008. Laporan Kajian ”Pola Kemitraan
itulah pula yang menjadi tujuan dari pemberian Pemerintah Kota Dengan Swasta Dalam
kewenangan atau otonomi kepada pemerintah Pembangunan Daerah Di Kalimantan”, Samarinda:
daerah yaitu untuk meningkatkan kualitas PKP2A III LAN.
pelayanan publik. Pusat Kajian dan Diklat Aparatur I LAN. 2002. Laporan
Namun demikian, pengembangan model- Penelitian: Hubungan Kerjasama Pembangunan
model alternatif penyediaan layanan publik Antar Daerah, Bandung: PKDA I LAN Bandung.
Rachbini, Didik, J. 2006. Ekonomi Politik. Jakarta: Yayasan
seperti kerjasama antara lembaga pemerintah,
Obor Indonesia.
kerjasama pemerintah dan swasta (public-private Savas, E.S. 2000. Privatization And Public Private
partnership), kontrak, ataupun model lain tidak Partnership, New York: Seven Bright.
selamanya dapat mencapai keberhasilan yang ________.1984. Privatization: Tke Key to Better Government,
diinginkan. Terkadang tujuan yang diharapkan New Jersey: Chatam House Publishers, Inc.
dari pengembangan model-model alternatif Universitas Gadjah Mada. 2009. Tantangan
layanan publik tersebut gagal mencapai hasil yang Penyelenggaraan Panership Antara Pemerintah Daerah
diinginkan. Karena itulah pemerintah dalam Dan Swasta, Policy Brieft. UGM: Program Studi Ilmu
mengembangkan model-model alternatif perlu Politik Konsentrasi Politik Lokal dan Otonomi
Daerah
memperhitukan faktor-faktor penentu
Vining, Aidan R., Anthony E. Boardman dan Finn
keberhasilan dari masing-masing model. Poschmann. 2004. Public-Private Partnerships In The
U.S. And Canada: Case Studies And Lessons.
International Public Procurement Conference
DAFTAR PUSTAKA Proceedings, Volume 3.
Antara News. 2010. Pemerintah Dinilai Tak Serius Yusuf, Juita-Elena, Candice Y. Wallace, and Hackbart
Jalankan Proyek Kemitraan, 23 April 2010. Merl. 2006. Privatizing Transportation Through Public-
Private Partnerships: Definitions, Models, and Issues.
Kentucky: University of Kentucky.

140 Jurnal Ilmu Administrasi +


Volume VIII +
No. 2 +
Agustus 2011

Anda mungkin juga menyukai