Anda di halaman 1dari 8

UNIVERSITAS INDRAPRASTA PGRI

FAKULTAS PASCASARJANA
SOAL UJIAN TENGAH SEMESTER
GASAL TH. AKADEMIK 2021/2022
Program Studi : PENDIDIKAN IPS
Mata Kuliah : Ekonomi Indonesia*)
Kelas/Semester : RA / 3
Hari / Tanggal : Sabtu, 13 November 2021
Dikumpulkan via
email
Waktu : 2 x 24 Jam (2 hari)
Dosen / Email : Prof. Dr. Sumaryoto / pascaunindra.ips@gmail.com
Sifat Ujian : Take Home 79

1. Susunlah suatu essay (minimal 2 halaman) tentang implementasi kebijaksanaan pemerintah dalam
perekonomian Indonesia yang Anda ketahui, dengan memerhatikan (merujuk) pada dampak Covid 19
terhadap:
a. Pertumbuhan PDRB sebagai akibat pandemic Covid 19.
b. Pertumbuhan usaha kecil dan menengah
c. Surplus/defisit Neraca Perdagangan (Expor/impor) sebagai akibat turunnya permintaan agregat
(dampak Covid 19 secara global)

2. Dalam perekonomian suatu Negara diketahui hal-hal sebagai berikut:


Fungsi Konsumsi C = 1.822,31 t + 0,835 Yd
Fungsi Impor M = 941,31 t + 0,038 y
Fungsi Pajak (PPh) Tx= 0,30 y
Ekspor 1.428,62 t ; Anggaran Belanja 1731,12 t
Subsidi 136,14 t ; Investasi 988,82 t

Atas dasar tersebut Anda diminta:


a. Menghitung pendapatan Nasional dalam keseimbangan, Konsumsi dan Tabungan.
b. Surplus/defisit APBN & Neraca Pembayaran Internasional.
c. Apabila subsidi diturunkan 30% untuk menambah anggaran belanja, bagaimanakah dampak terhadap
APBN, NPI, tabungan dan konsumsi masyarakat?
d. Denagn mengubah tarif pajak menjadi 35%, bagaimanakah posisi APBN tersebut?

*** Selamat Mengerjakan ***


NAMA : HENDRA
NPM : 20207370084
Jawaban 1 : KELAS : R3A

a. Pertumbuhan PDRB sebagai akibat pandemic Covid 19

Efek pertama dan paling nyata adalah melemahnya konsumsi rumah tangga atau daya beli masyarakat.
Hingga saat ini daya beli masyarakat mengalami penurunan yang cukup signifikan. PPKM berlanjut
dengan berbagai peraturan yang lebih ketat yang menghalangi masyarakat untuk melakukan kegiatan
ekonomi.

Pengetatan regulasi di berbagai bidang mulai dari yang ada di PPKM telah mempengaruhi naik turunnya
sektor ekonomi. Pemerintah pusat dan pemerintah daerah harus melakukan terobosan untuk dapat
mencari solusi bagi kelangsungan daya beli masyarakat.

Dampak kedua yang sangat terlihat dari perekonomian nasional adalah turunnya angka investasi di
berbagai sektor kegiatan. Ketidakpastian akibat pandemi membuat banyak orang enggan memulai
investasi, begitu juga para pengusaha. Ada keraguan apakah investasi yang dilakukan sesuai dengan
kondisi dan kebutuhan masyarakat.

Keraguan investasi telah menyebabkan perubahan haluan yang tidak terduga dalam dunia bisnis.
Investasi di bidang transportasi, pariwisata, hiburan, budaya dan seni, perjalanan dan makanan, yang
dulu sangat populer di sektor DIY, kini merosot tajam. Selain itu, PPKM membatasi perjalanan ke
berbagai destinasi wisata. Sebagai contoh kecil distribusi investasi bisnis di masa pandemi.

Dampak ketiga adalah melemahnya perekonomian daerah dan nasional. Pendapatan pajak yang turun
dan pertumbuhan ekonomi yang melambat menjadi tantangan bagi pemerintah daerah dan nasional
selama pandemi.

Tekanan penerimaan pajak mempengaruhi penerimaan yang dikumpulkan oleh pemerintah, yang
membatasi pendanaan program-program yang direncanakan. Kondisi pandemi memerlukan pembatasan
mobilitas dan kegiatan yang juga mendorong realokasi dan rekonsentrasi anggaran, selain
mengandalkan tekanan pada penerimaan yang tidak sesuai dengan proyeksi sebelumnya.

Dampak keempat adalah perubahan model bisnis dan adopsi model bisnis yang tidak biasa. Pembatasan
akses mobilitas orang untuk memenuhi berbagai kegiatan, termasuk kegiatan bisnis/ekonomi, telah
mengakibatkan perubahan model bisnis saat ini. Perubahan ekonomi yang biasa terjadi yang
sebelumnya diperkirakan membutuhkan waktu untuk diterapkan di masyarakat membuktikan bahwa
dalam kondisi pandemi saat ini semua pihak harus beradaptasi dengan model bisnis baru.

Dampak penting kelima adalah penggunaan teknologi informasi dan komunikasi. Pandemi Covid-19
memaksa masyarakat untuk berhenti dari aktivitas biasa. Membatasi rapat, membatasi aktivitas yang
ramai merupakan faktor yang mendorong tuntutan inovasi menggunakan teknologi.

Teknologi informasi dan komunikasi adalah jembatan yang memungkinkan para pihak untuk terus eksis
dalam kondisi yang berbeda.

Penyesuaian dan penyebaran teknologi informasi dan komunikasi di bidang ekonomi tidak dapat
dihindari. Penerapan teknologi informasi dan komunikasi tidak hanya eksklusif untuk jenis kelamin
tertentu atau pengusaha tingkat tinggi, tetapi saat ini telah menjadi kebutuhan semua jenis kelamin.

Namun hal tersebut menjadi kendala bagi para pelaku usaha yang belum mampu mengadaptasi dan
menerapkan teknologi informasi dan komunikasi dalam kegiatan komersialnya. Hambatan teknis dan
lainnya merupakan tantangan bagi pengusaha dari semua tingkat keahlian untuk bertahan dalam kondisi
pandemi.

b. Pertumbuhan usaha kecil dan menengah


Pandemi virus Corona bukan hanya sekedar bencana kesehatan, virus yang dikenal sebagai Covid-19 ini
telah menimbulkan kekacauan di sektor ekonomi. Tidak hanya industri besar, pandemi virus Corona
telah membuat pelaku UKM di Indonesia mulai gelisah. Sebuah studi menyebut jika Covid-19 membuat
Indonesia mengalami penurunan persentase pertumbuhan ekonomi sebesar 0.1% di tahun 2020. Secara
garis besar, berikut merupakan dampak nyata yang disebabkan Covid-19 terhadap sektor UKM di
Indonesia.Pandemi COVID-19 yang terjadi pada saat ini memberikan dampak terhadap berbagai sektor.

Pada tataran ekonomi global, pandemi COVID-19 memberikan dampak yang signifikan terhadap
perekonomian domestik negara-bangsa dan keberadaan UMKM. Laporan Organisation for Economic
Co-operation and Development (OECD) menyebutkan pandemi ini berimplikasi pada ancaman krisis
ekonomi yang cukup besar yang ditandai dengan berhentinya aktivitas produksi di berbagai negara,
jatuhnya tingkat konsumsi masyarakat, hilangnya kepercayaan konsumen, jatuhnya bursa saham yang
pada akhirnya mengarah pada ketidakpastian. 1. OECD memprediksi bahwa akan terjadi penurunan
tingkat output antara seperlima hingga seperempat di berbagai negara, dengan pengeluaran konsumen
berpotensi turun sekitar sepertiga. 2. Prediksi ini juga mengancam perekonomian nasional Indonesia.
Aknolt Kristian Pakpahan menyebutkan ada tiga implikasi bagi Indonesia terkait pandemi COVID-19
ini yakni sektor pariwisata, perdagangan, dan investasi.3 Indonesia yang didominasi oleh keberadaan
Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) sebagai tulang punggung perekonomian nasional juga
terdampak secara serius tidak saja pada aspek total produksi dan nilai perdagangan akan tetapi juga
terhadap jumlah tenaga kerja yang harus kehilangan pekerjaannya karena pandemi ini. Data dari
Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil Menengah (KemenkopUKM) menunjukkan bahwa pada tahun
2018 terdapat 64.194.057 UMKM yang ada di Indonesia (atau sekitar 99 persen dari total unit usaha)
dan mempekerjakan 116.978.631 tenaga kerja (atau sekitar 97 persen dari total tenaga kerja di sector
ekonomi). Tujuan penelitian ini adalah yaitu untuk menganalisa dampak pandemic COVID-19 terhadap
eksistensi UMKM di Indonesia dan bagaimana solusi dalam membantu UMKM bertahan dalam situasi
pandemi COVID-19.

c. Surplus/defisit Neraca Perdagangan (Expor/impor) sebagai akibat turunnya permintaan


agregat (dampak Covid 19 secara global)

Neraca perdagangan Indonesia mengalami surplus di tengah pandemi Covid-19. Berdasarkan data
Badan Pusat Statistik (BPS), pada Mei 2020, neraca perdagangan Indonesia mengalami surplus sebesar
US$2,09 miliar atau Rp29,72 triliun. Surplus ini didorong oleh kontribusi ekspor sektor nonmigas
sebesar US$9,88 miliar. Sementara itu sektor migas mengalami defisit sebesar US$650 juta.

Peneliti Center for Indonesian Policy Studies (CIPS) Ira Aprilianti mengatakan, kendati surplus,
Indonesia mengalami penurunan ekspor maupun impor dan hal ini mengindikasikan pelemahan
ekonomi. Nilai total ekspor tercatat sebesar US$10,53 miliar mengalami penurunan sebesar 13,40%
dibandingkan dengan April 2020. Nilai ekspor nonmigas senilai US$9,88 miliar juga turun sebesar
14,81%. Penurunan nilai ekspor, salah satunya, disebabkan oleh pandemi Covid-19. Pandemi ini
memaksa pemerintah untuk mengeluarkan kebijakan pembatasan, seperti physical distancing dan
Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB), yang menyebabkan berkurangnya kegiatan industri,
menurunnya pendapatan dan berkurangnya tenaga kerja yang dipekerjakan.

Di saat yang bersamaan, nilai impor untuk migas dan juga nonmigas juga mengalami penurunan. Nilai
impor senilai US$8,44 miliar turun sebesar 32,65% dibandingkan dengan April 2020. Sementara itu
impor nonmigas senilai US$7,78 miliar turun sebesar 33,36% dibanding April 2020. Sementara itu
impor migas senilai US$0,66 miliar turun sebesar 23,04%.

“Berkurangnya impor juga merupakan salah satu dampak pandemi Covid-19 dimana industri
mengurangi jumlah tenaga kerja dan juga produksinya. Berkurangnya jumlah tenaga kerja dan produksi
tentu juga mengurangi jumlah perdagangan, baik ekspor maupun impor. Adanya surplus neraca
perdagangan bukanlah ukuran performa ekonomi sedang berjalan dengan baik. Namun, ini harus dilihat
secara detail ekspor-impor pada komoditas,” tegasnya.

Ia mencontohkan, penurunan pada impor migas sebesar 23,04 persen dan golongan mesin mekanis
sebesar 30,56% pada April-Mei 2020 menunjukkan kurangnya permintaan industri terhadap input
produksi. Pemerintah tidak boleh mengartikan surplus neraca sebagai hal positif, jika kita lihat
penurunan impor terjadi pada bahan baku industri, dan bukan akibat tambahan pasokan secara domestik.

Pemerintah, lanjut Ira, harus berfokus pada orientasi perdagangan terbuka dengan tidak melupakan
kepentingan kelancaran rantai pasok dalam negeri yang dapat mendukung perekonomian di daerah. Ia
memberi contoh, bahwa ekspor Indonesia pada Januari-Mei 2020 berasal dari Jawa Barat, Jawa Timur,
dan Kalimantan Timur, provinsi yang dinilai mempunyai infrastruktur yang memadai dibandingkan
provinsi-provinsi lainnya. Kedua, Ira juga merekomendasikan pemerintah untuk mempermudah proses
impor pada bahan baku untuk menggerakkan industri. Untuk itu, penurunan nilai impor, terutama pada
bahan baku industri, seharusnya dilihat sebagai sebuah peringatan.

Jawaban 2 :

Diketahui:
• C = 1.822,31 t + 0,835 Yd
• M = 941,31 t + 0,038 y
• Tx= 0,30 y
• Ekspor 1.428,62 t
• Anggaran Belanja 1.731,12 t
• Subsidi 136,14 t
• Investasi 988,82 t

a. Menghitung pendapatan Nasional dalam keseimbangan, Konsumsi dan Tabungan.


𝑎 + 𝑏(𝑇𝑟) + 𝐼 + 𝐺 + 𝑋 − 𝑀𝑜
𝑦𝐸𝑞 =
1 − 𝑏 + 𝑏ℎ + 𝑚
1.822,31 𝑡 + 0,835 (136,14 𝑡) + 988,82 𝑡 + 1.731,12 𝑡 + 1.428,62 𝑡 − 941,31 𝑡
𝑦𝐸𝑞 =
1 − 0,835 + 0,835 (0,3) + 0,038
1.822,31 𝑡 + 0,835 (136,14 𝑡) + 988,82 𝑡 + 1.731,12 𝑡 + 1.428,62 𝑡 − 941,31 𝑡
𝑦𝐸𝑞 =
1 − 0,835 + 0,835 (0,3) + 0,038
5.143,2369 𝑡
𝑦𝐸𝑞 = = 11.341,21 𝑡
0,4535

Pajak = Tx = hy = 0,30 (11.341,21 t) = 3.402,36 t


Sehingga yd = y + Tr – Tx
= 11.341,21 t + 136,14 t - 3.402,36 t
= 8.074,98 t

C = a + b yd = 1.822,31 t + 0,835 (8.074,98 t) = 8.564,92 t


S = yd – C = 8.074,98 t - 8.564,92 t = -489,94 t (negative saving)

b. Surplus/defisit APBN & Neraca Pembayaran Internasional.


Posisi APBN
Jika:
• Tx = 3.402,36 t
• G = 1.731,12 t
• Tr = 136,14 t
Maka surplus/defisit APBN = Tx – (G + Tr)
Surplus/defisit = 3.402,36 t – (1.731,12 t + 136,14 t)
= 1.535,1 t (surplus)
Posisi NPI
Jika:
M = 941,31 t + 0,038 y
= 941,31 t + 0,038 (11.341,21 t)
= 1372.28 t
Maka surplus/defisit NPI =X–M
= 1.428,62 t – 1372.28 t
= 56.34 t (surplus)

c. Apabila subsidi diturunkan 30% untuk menambah anggaran belanja, bagaimanakah dampak
terhadap APBN, NPI, tabungan dan konsumsi masyarakat?
- ∆ Tr = -0.3 (136,14 t) = -40.84 t
𝑏
KTr = 1−𝑏+𝑏ℎ+𝑚
0,835
= 1−0,835+0,835(0.3)+0,038
0,835
= 0,45
ΔyTr = KTr (ΔTr)
0,835
= ∗ (−40,84 t)
0,45

= 1,84 * (-40,84 t)
= -75,2 t

- ∆ G = +40.84 t
1
KTr = 1−𝑏+𝑏ℎ+𝑚
1
= 1−0,835+0,835(0.3)+0,038
1
= 0,45

ΔyG = KG (ΔG)
1
= 0,45 ∗ 40,84 t

= 2,21 * 40,84 t
= 90,06 t

Maka:
yE BARU = yE + Δy Tr + ΔyG
= 11.341,21 t + (-75,2 t) + 90,06 t
= 11.356,07 t (naik 14,86 t)

• Posisi APBN
Jika:
o Tx = hy = 0,3 (11.356,07 t) = 3.406,82 t
o G = 1.731,12 t + 40.84 t = 1.771,96 t
o Tr = 136,14 t - 40.84 t = 95,3 t
Maka surplus/defisit APBN = Tx – (G + Tr)
Surplus/defisit = 3.406,82 t – (1.771,96 t + 95,3 t)
= 1.539,56 t (surplus)

• Posisi NPI
Jika:
M = 941,31 t + 0,038 y
= 941,31 t + 0,038 (11.356,07 t)
= 1372.84 t
Maka surplus/defisit NPI =X–M
= 1.428,62 t – 1372.84 t
= 55.78 t (surplus)

Pajak = Tx = hy = 0,30 (11.356,07 t) = 3.406,82 t


Sehingga yd = y + Tr – Tx
= 11.356,07 t + 95,3 t - 3.406,82 t
= 8.044,54 t

Konsumsi Masyarakat
C = a + b yd = 1.822,31 t + 0,835 (8.044,54 t) = 8.539,5 t (naik 25,42 t)

Konsumsi Masyarakat
S = yd – C = 8.044,54 t - 8.539,5 t = -494,96 t (negative saving)

d. Dengan mengubah tarif pajak menjadi 35%, bagaimanakah posisi APBN tersebut?
𝑎 + 𝑏(𝑇𝑟) + 𝐼 + 𝐺 + 𝑋 − 𝑀𝑜
𝑦𝐸𝑞 =
1 − 𝑏 + 𝑏ℎ + 𝑚
1.822,31 𝑡 + 0,835 (136,14 𝑡) + 988,82 𝑡 + 1.731,12 𝑡 + 1.428,62 𝑡 − 941,31 𝑡
𝑦𝐸𝑞 =
1 − 0,835 + 0,835 (0,35) + 0,038
1.822,31 𝑡 + 0,835 (136,14 𝑡) + 988,82 𝑡 + 1.731,12 𝑡 + 1.428,62 𝑡 − 941,31 𝑡
𝑦𝐸𝑞 =
1 − 0,835 + 0,835 (0,35) + 0,038
5.143,2369 𝑡
𝑦𝐸𝑞 = = 10.385,13 𝑡
0.4953
Pajak = Tx = hy = 0,35 (10.385,13 t) = 3.634,8 t

Posisi APBN
Jika:
• Tx = 3.634,8 t
• G = 1.731,12 t
• Tr = 136,14 t
Maka surplus/defisit APBN = Tx – (G + Tr)
Surplus/defisit = 3.634,8 t – (1.731,12 t + 136,14 t)
= 1.767,54 t (surplus)

Anda mungkin juga menyukai