Anda di halaman 1dari 29

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Uraian Umum


Rekayasa Nilai (Value Engineering) merupakan salah satu teknik untuk
mengendalikan biaya yang memiliki potensi keberhasilan cukup besar, dengan
menggunakan pendekatan analisis nilai terhadap fungsinya. Dilakukan dengan cara
menekankan pengurangan biaya sejauh mungkin dengan tetap mempertahankan
tingkat kualitas dan ketahanan sesuai yang diharapkan (Soeharto, 2001).
Rekayasa nilai secara umum merupakan kegiatan yang menyangkut usaha
optimalisasi kualitas ataupun kuantitas penggunaan material dalam kegiatan proyek
konstruksi. Dengan kata lain, rekayasa nilai adalah suatu usaha agar tujuan proyek
konstruksi dapat diwujudkan dengan biaya yang paling murah, metode pelaksanaan
yang mudah, dan dalam waktu yang singkat.
Kajian rekayasa nilai dapat dilakukan oleh perencana bersama pelaksana
pekerjaan untuk meneliti peluang penghematan biaya tanpa mengurangi kinerja
konstruksi keseluruhan, yang tentunya akan menguntungkan semua pihak yang
terlibat.

2.2 Sejarah dan Perkembangan Value Engineering


Value Engineering sebagai teknologi pemecahan masalah yang terstruktur
dan kreatif, merupakan sebuah solusi terhadap tantangan globalisasi ekonomi. Pada
awal perkembangannya VE didominasi oleh Amerika, dan selama hamper 4 dekade
VE berkembang disektor manufaktur. Pada pertengahan tahun 1980-an VE mulai
digunakan di industri konstruksi (Male dan Kelly, 1996). Teknik VE diperkenalkan
ke industri konstruksi oleh US Navy dan The Army Corps of Engineer dengan
memasukan ketentuan insentif dan pasal – pasal sharing di dalam kontrak
konstruksi. Di luar Amerika, Ve diperkenalkan di Jepang, Italia, Australia, dan
Kanada selama tahun 1970-an dan VE yang berorientasi konstruksi juga terdapat di
India, Afrika Selatan, UK, Prancis, Swedia, Jerman, dan Hongkong (Cheah dan
Ting, 2005).
Pada awal tahun 1990-an pemerintah Australia telah memberikan perhatian
serius dan dukungan terhadap studi VE di industri konstruksi dengan menggunakan

4
beberapa proyek tertentu untuk melakukan studi VE dalam pengembangan dan
pengkajian. Di Australia, studi VE pada industri konstruksi telah dapat
meningkatkan daya saing industri konstruksi Australia. Pemerintah Australia telah
menyadari bahwa tanpa studi VE di industri konstruksi Australia akan
menimbulkan berbagai masalah (Daddow dan Skitmore, 2003).
Kemampuan VE dalam menyediakan nilai uang terbaik bagi proyek
konstruksi diharapkan dapat mengatasi segala tantangan yang dihadapi (biaya yang
paling minimal, kualitas berstandar tinggi, dan waktu penyerahan yang cepat) dan
memenangkan persaingan yang ketat di era globalisasi, sekaligus studi VE dapat
memecahkan permasalahan yang ada, terutama masalah banyaknya biaya yang
tidak diperlukan pada industri konstruksi.
Perkembangan VE pada proyek konstruksi bangunan gedunng di Indonesia
baru dikenal dan diterapkan di bidang konstruksi jalan sekitar tahun 1986 pada saat
dilakukan peninjauan kembali desain dari sebagian Proyek Jalan Cawang Fly Over
di tengah-tengah masa konstruksinya. Pada proyek tersebut, telah diterapkan
prinsip VE yaitu mendapatkan pengurangan biaya tanpa mengurangi fungsi
dasarnya. Penerapan VE pada Proyek Jalan Cawang Fly Over, telah berhasil
mendapatkan penghematan biaya beberapa miliaran rupiah (Ramiadji, 1996 dalam
Untoro, 2009).
Seiring dengan pemantapan langkah, VE kemudian juga diterapkan pada
proyek jalan yang lain di Indonesia. Analisis ini dilakukan dengan pendekatan
tanya-jawab, maupun pendekatan pemecahan masalah. Hingga saat ini penerapan
VE di industri konstruksi di Indonesia belum menunjukan perkembangan yang
menggembirakan. Untuk industri konstruksi Indonesia, khususnya proyek
konstruksi bangunan gedung, prospek positif dalam penerapan VE di tandai dengan
dikeluarkan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 45/PRT/M/2007 tentang
Pedoman Teknik Pembangunan Bangunan Gedung Negara. Peraturan Menteri
Pekerjaan Umum No. 45/PRT/M/2007 pemerintah secara tegas memberikan
dukungannya bagi penerapan VE pada proyek konstruksi.

5
2.3 Definisi Value Engineering
Dalam perencanaan anggaran biaya suatu proyek bangunan dipengaruhi
oleh beberapa elemen pekerjaan dalam ilmu teknik sipil yang dilihat dari berbagai
disiplin ilmu, diantaranya arsitektur, struktur, mekanikal dan elektrikal. Untuk
mengetahui dan memperjelas penggunaan Value Engineering (Rekayasa Nilai)
dalam hubungannya dengan elemen pekerjaan tersebut dapat dilihat pada Gambar
2.1 dibawah ini.

Gambar 2.1 Berbagai Elemen yang Mempengaruhi Perencanaan Biaya Suatu


Bangunan Gedung
Sumber: Dell’Isola, 1974

Gambar 2.1 menjelaskan bahwa biaya total bangunan dipengaruhi oleh


berbagai elemen pekerjaan, seperti arsitektur, sipil, mekanikal, elektrikal dan lain-
lain. Keputusan yang diambil dalam masing-masing elemen pekerjaan tersebut
akan mempengaruhi biaya baik didalam elemen tersebut maupun secara
keseluruhan, misalnya apabila terjadi pembengkakan biaya pada salah satu elemen,
maka akan mempengaruhi biaya total keseluruhan. Untuk mengatasi hal tersebut
diperlukan suatu metode yang dapat membuat biaya elemen tersebut menjadi
optimal. Metode tersebut dalam manajemen konstruksi disebut Value Engineering.
Value Engineering adalah suatu pendekatan sistematis untuk
memperoleh hasil yang optimal dari setiap biaya yang dikeluarkan. Dimana
diperlukan suatu usaha kreatif untuk menganalisa fungsi dengan menghapus atau
memodifikasi penambahan harga yang tidak perlu dalam proses pembiayaan

6
konstruksi, operasi atau pelaksanaan, pemeliharaan, pergantian alat dan lain-lain
(Dell’Isola, 1974).
Value Engineering adalah suatu usaha yang terorganisir yang diarahkan
untuk menganalisis fungsi-fungsi suatu item maupun sistem, yang bertujuan untuk
mencapai fungsi-fungsi dengan biaya total yang minimum, konsisten, dengan
persyaratan penampilan, keandalan, kualitas, dan pemeliharaannya (Candra, 1987).
Rekayasa Nilai (Value Engineering) adalah suatu proses pembuatan
keputusan berbasis multi disiplin yang sudah tersistematis dan terstruktur.
Melakukan analisis fungsi untuk mencapai nilai terbaik (best value) sebuah proyek
dengan mendefinisikan fungsi-fungsi yang diperlukan untuk mencapai suatu
sasaran nilai (Value) yang diinginkan dan menyediakan fungsi-fungsi tersebut
dengan biaya yang optimum, konsisten dengan kualitas dan kinerja yang
disyaratkan (Berawi, 2014).
Menurut Zimmerman and Hart (1982) rekayasa nilai adalah suatu metode
penghematan biaya dengan menggunakan pendekatan yang sistematis untuk
mendapatkan keseimbangan fungsi-fungsi yang terbaik antara biaya, kekuatan dan
penampilan suatu struktur bangunan pada proyek. Penghematan dilakukan dengan
mengganti jenis pekerjaan, baik itu jenis material yang digunakan maupun metode
yang digunakan. Penggantian jenis pekerjaan tidak boleh mengurangi fungsi dari
item pekerjaan itu sendiri.
Dari definisi-definisi diatas dapat disimpulkan bahwa Value Engineering
adalah suatu pendekatan yang bersifat kreatif dan sistematis yang bertujuan untuk
mengurangi biaya-biaya yang tidak diperlukan. Aplikasi Value Engineering biasa
digunakan pada tahap perencanaan maupun tahap pelaksanaan.
Sebagai pengidentifikasi fungsi, pendekatan yang dilakukan Rekayasa Nilai
adalah dengan membedakan pengertian antara nilai (worth) dan biaya (cost) karena:
a. Ukuran harga atau biaya ditentukan oleh substansi barangnya yaitu harga
komponen yang membentuk barang tersebut, sedangkan nilai tersebut
ditentukan oleh fungsi atau kegunaan barang.
b. Biaya adalah jumlah pengeluaran yang berbentuk materi yang telah dilakukan
untuk mendapatkan barang tersebut, sedangkan ukuran nilai cenderung ke arah

7
subjektif dan sebagian besar tergantung kepada mafaatnya terhadap pemilik
barang.

2.4 Prinsip Dasar Value Engineering


Tujuan utama menciptakan suatu produk pada dasarnya adalah agar produk
yang dibuat dapat terjual dengan cepat, dengan keuntungan yang maksimal dan
dapat memberikan kepuasan kepada konsumen. Dengan demikian para perancang
produk (desain produk) seharusnya tidak menciptakan fungsi-fungsi produk
maupun penggunaan bahan produksi yang berlebihan pada akhirnya tidak berguna
dan harganyapun tinggi. Jadi gagasan harus dikembangkan dengan bertitik tolak
dari:
1. Penghematan Biaya
Yaitu menggunakan biaya seminimal mungkin tanpa mengurangi fungsi dan
kualitas dari suatu produk.
2. Waktu
Yaitu memanfaatkan waktu dengan sebaik mungkin, ini dimaksudkan
menggunakan waktu yang minimal dengan mendapatkan hasil yang maksimal.
3. Bahan
Yaitu menggunakan bahan yang benar-benar memenuhi fungsi maupun
kualitas.

2.5 Faktor-faktor yang Diperlukan Dalam Penggunaan Value Engineering


Faktor - faktor yang diperlukan dalam penggunaan Value Engineering
antara lain (Tugino,2004; Sudiasa, 2009):
1. Tersedianya data-data perencanaan
Data-data perencanaan di sini adalah data-data yang berhubungan langsung
dengan proses perencanaan sebuah bangunan yang dibangun dan akan
diadakan Value Engineering.
2. Biaya awal
Biaya awal disini adalah biaya yang dikeluarkan mulai dari awal pembangunan
sampai dengan pembangunan tersebut selesai dikerjakan.

8
3. Persyaratan operasional dan perawatan
Dalam suatu Value Engineering juga harus mempertimbangkan nilai
operasional dan perawatan dengan alternatif-alternatif yang disampaikan
melalui analisis Value Engineering dengan jangka waktu tertentu.
4. Ketersediaan material
Material yang digunakan sebagai alternati-alternatif dalam analisis Value
Engineering suatu pembangunan tiap item pekerjaan harus mempunyai
kemudahan dalam mencarinya dan tersedia dalam jumlah yang cukup banyak
di daerah proyek.
5. Penyesuaian terhadap standar
Penyesuaian yang dimaksud disini adalah semua alternatif-alternatif yang
digunakan harus mempunyai standar dalam pembangunan baik akurasi,
dimensi, maupun kualitasnya.
6. Dampak terhadap penggunaan
Dampak terhadap penggunaan dalam Value Engineering suatu bangunan harus
mempunyai dampak positif kepada pengguna dari segi keamanan maupun
kenyamanan.

2.6 Karakteristik Value Engineering


Karakteristik Value Engineering antara lain (Hutabarat,1995):
1. Berorientasi pada fungsi
Perancangan dimulai dengan mengidentifikasi fungsi-fungsi yang dibutuhkan.
Dalam penerapan Value Engineering harus teliti mencari elemen pekerjaan-
pekerjaan yang memiliki potensial untuk dilakukan analisis Value Engineering,
sehingga dapat menghasilkan penghematan biaya total suatu proyek.
2. Berorientasi pada sistem (sistematik)
Perancangan harus dilakukan dengan mempertimbangkan seluruh dimensi
permasalahan, melihat keterkaitan antara komponen-komponennya dalam
mengidentifikasikan dan menghilangkan biaya-biaya yang tak diperlukan.
Dalam melakukan analisis Value Engineering pada suatu item pekerjaan harus
memperhatikan perencanaan anggaran biayanya. Bagaimana proses
perencanaan biaya dari komponen-komponen item pekerjaan tersebut, agar

9
nantinya dapat dilakukan pengidentifikasian dan penghilangan biaya-biaya
yang tidak diperlukan.
3. Multi disiplin ilmu
Perancangan melibatkan berbagai disiplin keahlian. Suatu pekerjaan sebelum
dilakukan perhitungan analisis Value Engineering, harus diperhitungkan dulu
dari segi perencanaan desain struktur dan anggaran biayanya
4. Berorientasi pada siklus hidup produk
Melakukan analisis terhadap biaya total untuk memiliki dan mengoperasikan
fasilitas selama siklus hidupnya. Misalnya, siklus hidup produk tersebut
direncanakan dalam jangka waktu pendek, maka harus diperhitungkan apakah
Value Engineering instasi modal yang ditanamkan dalam produk tersebut bisa
kembali dalam jangka waktu yang pendek.
5. Pola pikir kreatif
Proses perancangan harus dapat mengidentifikasikan alternatif-alternatif
pemecahan masalah secara kreatif. Dalam mencari alternatif pengganti dapat
diusulkan sebanyak-banyaknya secara kreatif. Banyaknya alternatif yang
diusulkan akan membuat banyaknya pilihan untuk dijadikan alternatif
pengganti dengan membandigkan alternatif-alternatif tersebut dan memilih
salah satu alternatif yang terbaik.

2.7 Manfaat Penerapan Value Engineering


Berdasarkan Connaughton and Green (1996) penerapan rekayasa nilai akan
memastikan kebutuhan untuk proyek yang akan selalu diverifikasi dan didukung
oleh data. Sasaran dari proyek yang dibahas secara terbuka dan jelas. Selain itu
keputusan penting dalam proses rekayasa nilai bersifat rasional, tegas, dan dapat
dipertanggungjawabkan. Desain yang dikembangkan atau dimodifikasi dalam
kerangka tujuan proyek harus disepakati oleh semua pihak. Pengembangan desain
diperhitungkan secara detail dan dievaluasi kembali sesuai dengan kriteria yang ada
sebelum diterapkan dilapangan.
Berbagai negara seperti Amerika Serikat, Inggris, Australia, dan Jepang
telah menerapakan rekayasa nilai untuk memecahkan berbagai macam masalah.
Rekayasa nilai telah meningkatkan daya saing industri konstruksi di beberapa

10
negara. Kemampuan rekayasa nilai dalam pengambilan keputusan perencanaan
yang tepat selama tahap desain merupakan salah satu manfaat yang diberikan.
Keputusan perencanana yang tepat akan meningkatkan efesiensi pelaksanaan
konstruksio bangunan gedung (Berawi, 2014). Sehingga manfaat rekayasa nilai
dibutuhkan oleh proyek konstruksi di Indonesia untuk mengurangi permasalahan
pengefesiensian biaya proyek.
Penerapan rekayasa nilai sebagai salah satu alternatif penghematan dana
pada beberapa tahun terakhir ini terus meningkat dengan cukup pesat. Hal-hal yang
menyebabkan peningkatan penerapan rekayasa nilai tersebut diantaranya:
1. Peningkatan biaya konstruksi dari tahun ke tahun.
2. Kekurangan dana atau biaya dalam pelaksanaan pembangunan.
3. Suku bunga perbankan yang tinggi terhadap dana-dana yang dipergunakan.
4. Peningkatan laju inflasi setiap tahun.
5. Kemajuan teknologi yang pesat di mana sering dijumpai bahwa hasil
perencanaan dan metode yang dipakai jauh tertinggal dengan scientific
progress.
6. Pemilik proyek yang sering menghadapi suatu hasil perencanaan atau
pekerjaan yang terlampau mewah dan mahal, sehingga tidak terjangkau dengan
dana dimiliki. Sebaliknya, kemewahan tersebut sama sekali tidak menunjang
fungsi utama (basic function) yang diperlukan Hal ini sering terdapat pada
perencanaan yang antara lain disebabkan kurang selarasnya komunikasi dan
hubungan antara pemilik proyek yang menentukan keperluan-keperluannya
dengan pihak perencana yang menerapkan keperluan-keperluan tersebut ke
dalam spesifikasi dan gambar-gambar dua dimensi.
7. Dengan mengambil keuntungan dari kemajuan teknologi dalam material dan
metode konstruksi dan menggunakan kemampuan kreatif dalam setiap
perencana, dalam batas-batas tertentu masih dapat mengatasi peningkatan
biaya konstruksi.
8. Untuk mendapatkan fasilitas yang diperlukan sesuai dengan dana yang
dimiliki, dapat dimanfaatkan usaha untuk mencapai fungsi utama yang
diperlukan dengan biaya seminimal mungkin. Ini adalah usaha penerapan
rekayasa nilai melalui pendekatan secara sistematis dan terorganisasi.

11
2.8 Rencana Kerja Value Engineering
Adapun tahapan-tahapan Value Engineering dengan menggunakan
Four Phase Job Plan antara lain :

2.8.1 Tahapan Informasi


Tahap informasi merupakan tahap awal dalam rencana kerja Value
Engineering yang bertujuan untuk mengumpulkan data-data yang berhubungan
dengan item-item pekerjaan yang akan dianalisis. Untuk memperoleh item kerja
yang akan dilakukan Value Engineering dengan cara mendefinisikan fungsi item
dalam proyek.
Informasi suatu item pekerjaan dapat berupa jawaban dari pertanyaan-
pertanyaan sebagai berikut (Dell’Isola 1974):
1. Itemnya apa ?
2. Apa fungsinya ?
3. Berapa nilai fungsi tersebut ?
4. Berapa total biayanya ?
5. Area mana yang mempunyai indikasi biaya tinggi atau nilai yang rendah ?
Teknik-teknik yang dapat dipergunakan pada tahap informasi yaitu, cost
model, breakdown, diagram pareto, dan analisis fungsi. Teknik-teknik tersebut
dapat dijelaskan sebagai berikut :

a. Cost Model
cost model adalah suatu model yang digunakan untuk
mengambarkan distribusi biaya total suatu proyek. Penggambarannya dapat
berupa suatu bagan yang disusun dari atas kebawah. Bagian atas adalah
jumlah biaya elemen bangunan dan dibawahnya merupakan susunan biaya
item pekerjaan dari elemen bangunan tersebut. Dengan cost model dapat
diketahui biaya total proyek secara keseluruhan dan dapat dilihat perbedaan
biaya tiap elemen bangunan. Perbedaan biaya tiap elemen bangunan
tersebut dapat dijadikan pedoman dalam menentukan item pekerjaan mana
yang akan dianalisis Value Engineering (Dell’Isola, 1974). Untuk lebih
jelasnya cost model dapat dilihat pada gambar 2.2.

12
Gambar 2.2 Cost Model Value Engineering
Sumber : Dell’Isola (1974)

13
Gambar 2.2 menjelaskan suatu bagan cost model yang
menggambarkan distribusi perencanaan biaya suatu proyek gedung standar.
Biaya total proyek diperoleh dari penjumlahan elemen bangunan, seperti
arsitek, mekanikal, elektrikal dan lain-lain seperti pada gambar. Biaya
elemen bangunan merupakan penjumlahan dari item-item pekerjaan yang
terdapat dalam elemen tersebut, seperti pada elemen mekanikal terdapat
item pekerjaan pemipaan, HC, pemadam kebakaran. Untuk bagan dengan
garis utuh/ideal cost adalah biaya perencanaan awal dan merupakan rencana
anggaran biaya proyek, sedangkan pada bagan dengan garis putus-putus/
aktual worth merupakan rencana anggaran biaya setelah dilakukan analisis
VE. Nantinya dapat dilihat perbedaan antara biaya perencanaan awal proyek
dengan biaya proyek yang sudah dilakukan analisis VE.

b. Breakdown
breakdown adalah suatu analisis untuk menggambarkan distribusi
pemakaian biaya dari item-item pekerjaan suatu elemen bangunan. Jumlah
biaya item pekerjaan tersebut kemudian dibandingkan dengan total biaya
proyek untuk mendapatkan presentase bobot pekerjaan. Bila memiliki bobot
pekerjaan besar, maka item pekerjaan tersebut potensial untuk dianalisis
dengan Value Engineering (Dell’Isola, 1974). Untuk lebih jelasnya dapat
dilihat pada Tabel 2.1.

Tabel 2.1 Breakdown


Item Pekerjaan Biaya
1. Pekerjaan A Rp...............................
2. Pekerjaan B Rp...............................
3. Pekerjaan C Rp...............................
4. Pekerjaan D Rp...............................
5. Pekerjaan E Rp...............................
6. Pekerjaan F Rp...............................
Total Rp. M
Biaya Total Proyek Keseluruhan Rp. N
Persentase = ...... %
Sumber : Dell’Isola (1974)

14
Tabel 2.1 dapat dijelaskan sebagai berikut :
- Pekerjaan A-F merupakan item-item pekerjaan dari suatu elemen
bangunan yang memiliki potensial untuk dilakukan Value Engineering.
Item pekerjaan tersebut dipilih karena memiliki biaya yang besar dari
elemen pekerjaan yang lainnya.
- Untuk mengetahui item pekerjaan tersebut perlu dilakukan Value
Engineering dengan memperbandingkan jumlah item pekerjaan tersebut
dengan biaya total proyek. Bila memiliki persentase besar, maka
potensial dilakukan Value Engineering.
- Setelah diidentifikasi, nantinya dipilih salah satu item pekerjaan A-F
yang memiliki potensial untuk dilakukan analisis Value Engineering.
Selain memiliki biaya yang besar, dalam memilih item pekerjaan dapat
ditinjau dari segi bahan dan desain yang nantinya dapat memunculkan
berbagai macam alternatif pengganti.

c. Hukum Distribusi Pareto


Hukum distribusi pareto menyatakan bahwa 80% dari biaya total
secara normal terjadi pada 20% item pekerjaan. Dengan hukum distribusi
pareto dapat ditentukan 80% biaya total yang berasal dari 20% item
pekerjaan yang mempunyai biaya tinggi. Analisa fungsi hanya dilakukan
pada 20% item pekerjaan suatu proyek. Sisa item pekerjaan hanya memiliki
biaya yang rendah, sehingga tidak dilakukan studi pada item pekerjaan
tersebut.

d. Analisa Fungsi
Analisa fungsi merupakan suatu pendekatan untuk mendapatkan
suatu nilai tertentu, dalam hal ini fungsi merupakan karakteristik yang
membuat produk atau proyek dapat bekerja atau dijual.
Secara umum fungsi dibedakan menjadi dua, yaitu fungsi primer
dan fungsi sekunder. Fungsi primer adalah fungsi, tujuan atau prosedur
yang merupakan tujuan utama dan harus dipenuhi serta suatu identitas
dari suatu produk tersebut dan tanpa fungsi tersebut produk tidak
mempunyai kegunaan sama sekali. Fungsi sekunder adalah fungsi

15
pendukung yang mungkin dibutuhkan untuk melengkapi fungsi dasar
agar mempunyai nilai yang baik.
Analisa fungsi ini membantu tim Value Engineering di dalam
menentukan biaya terendah yang diperlukan untuk melaksanakan fungsi-
fungsi utama dan fungsi-fungsi pendukung serta mengidentifikasi biaya-
biaya yang dapat dikurangi atau dihilangkan tanpa mempengaruhi kinerja
atau kendala produk.
Adapun tujuan dari analisa fungsi adalah sebagai berikut :
- Mengidentifikasi fungsi-fungsi essensial (sesuai dengan kebutuhan)
dan menghilangkan fungsi-fungsi yang tidak diperlukan.
- Agar perancang dapat mengidentifikasikan komponen-komponen yang
dapat menghasilkan komponen-komponen yang diperlukan.

Dalam berfikir kreatif dari analisa fungsi akan timbul suatu


pertanyaan–pertanyaan yang dapat digambarkan atau umum diaplikasikan
sebagai berikut (Miles, 1972):
1) Apa tujuan proyek itu ?
2) Apa fungsinya ?
3) Berapa biayanya ?
4) Berapa biaya minimalnya ?
5) Apakah ada alternatif dengan jenis pekerjaan yang sama ?
6) Apakah ada alternatif biaya ?
7) Apadah fungsi - fungsi yang bisa dihilangkan sebagian?
8) Apakah yang bisa menyebabkan dihilangkan?
9) Apakah dengan menggunakan itu mendukung nilai bangunan ?
Walau pertanyaan-pertanyaan diatas begitu sederhana, tetapi
akan sulit untuk dijawab dan butuh waktu yang lama untuk menjawab
secara tepat dan benar jika keadaan proyek termasuk dalam kategori
proyek besar. Kemudian setelah diketahui beberapa item permasalahan
yang akan dikaji maka langkah selanjutnya ditentukan perbandingan
antara cost dan worth, dimana cost adalah biaya yang harus dibayar
untuk item pekerjaan tertentu (diestimasikan oleh perencana) dan worth
adalah biaya minimal untuk suatu item pekerjaan tetapi fungsi

16
pekerjaan tetap dipenuhi (biaya rendah yang diperoleh setelah ide
diketemukan tetapi fungsinya tetap).

Tabel 2.2 Contoh Analisis Fungsi


No Uraian Kata Kerja Kata Jenis
Benda Fungsi
1 A Menahan Beban Primer
2 B meneruskan Beban Sekunder
Sumber : Sudiasa, I. W. & Sudiarsa. M. (2016)

Dari Tabel diatas dapat dijelaskan sebagai berikut :


a) Analisis fungsi hanya menerangkan item pekerjaan yang akan
dianalisis dengan menggunakan Value Engineering dan definisi
fungsi dari kata kerja dan kata benda. Analisis fungsi selain
digunakan pada tahap informasi nantinya juga dimunculkan pada
tahap analisis.
b) A, B merupakan komponen-komponen dari item pekerjaan yang
akan dianalisis fungsinya.
c) Pada kolom ketiga, keempat dan kelima kata kerja, kata benda, dan
jenis fungsi merupakan identifikasi fungsi dari komponen. Untuk
kata kerja merupakan identifikasi fungsi kata kerja pada komponen.
Untuk kata benda merupakan identifikasi fungsi kata benda dari
komponen. Untuk jenis fungsi merupakan identifikasi jenis fungsi
dari komponen. P merupakan fungsi primer/pokok, sedangkan S
merupakan fungsi sekunder.
Cara yang dianggap paling efektif didalam analisis fungsi
Value Engineering adalah dengan metode FAST (Functional
Analysis System Techniques). Yang digambarkan secara sistematis
dalam bentuk diagram bagan yang saling berkaitan satu sama lain
dan diatur secara bertahap untuk mengidentifikasikan fungsi-fungsi
serta menggambarkan kaitan antara fungsi-fungsi. Beberapa istilah
fungsi pada metode FAST, yaitu:
- Fungsi Utama
Fungsi bebas yang menggambarkan kegiatan utama yang harus

17
ditampilkan pada system
- Fungsi Sekunder
Tergantung fungsi lain yang lebih tinggi tingkatannya.
- Fungsi Jalur Kritis
Semua fungsi yang secara berurutan menggambarkan
“Bagaimana (How)” dan “Mengapa (Why)” dari fungsi lain pada
urutan tersebut.
- Fungsi Tingkat Tinggi
Fungsi yang terletak di bagian paling kiri Diagram FAST. Fungsi
Dasar merupakan fungsi tingkat tinggi dalam batasan lingkup
masalah.
- Fungsi Tingkat Rendah
Fungsi yang terletak pada bagian paling kanan dari fungsi lain
pada diagram FAST.

2.8.2 Tahap Kreatif


Tahap ini bertujuan untuk mendapatkan ide-ide alternatif sebanyak-
banyaknya untuk dapat memenuhi fungsi dasar dari item kerja tersebut. Pada tahap
ini dilakukan pengumpulan ide serta berfikir secara kreatif oleh seluruh anggota tim
Value Engineering. Berfikir kreatif adalah suatu hal yang penting pada tahap ini
karena dengan hal itu ide atau gagasan akan berkembang. Pada tahap ini tidak
dilakukan analisa terhadap ide-ide yang dikeluarkan oleh setiap anggota tim
sehingga semua ide akan ditampung untuk memenuhi fungsi dasar tanpa melihat
pertimbangan lebih dahulu.

2.8.3 Tahap Analisis


Tujuan dari tahap analisis ini adalah untuk melakukan evaluasi, pembenahan
dan analisis biaya, serta terdapat ide yang dihasilkan dan untuk mendata alternatif
yang layak serta potensi untuk menghasilkan penghematan. Dalam mengevaluasi
dapat menggunakan matrik evaluasi dengan analisis perangkingan. Dalam analisis
perangkingan dilakukan dengan dua cara yang disajikan saling berkaitan. Cara-cara
tersebut antara lain:

18
1. Perangkingan Metode Zero-One
Sebelum penilaian dengan metode zero-one dilakukan maka terlebih
dahulu ditentukan kriteria yang menjadi dasar penilaian untuk semua alternatif.
Dengan dihitung bobot sementara masing-masing alternatif tersebut.
Penghitungan bobot alternatif ini didasarkan atas rumus (Julianus, 1995;
Sudiasa 2009):
Angka rangking yang dimiliki
Bobot = x 100 (2.1)
Jumlah angka rangking

Untuk penentuan angka ranking dilakukan dengan cara terbalik


tergantung jumlah fungsi yang dihadirkan dan perangkingan diberi nilai yang
tertinggi untuk fungsi yang diprioritaskan. Kriteria fungsi alternatif dapat
dilihat pada Tabel 2.3.

Tabel 2.3 Kriteria Fungsi Alternatif


No Fungsi Angka Bobot Ket.
Rangking
1 Waktu Pelaksanaan 4 40 Prioritas tertinggi

2 Kualitas 3 30 Prioritas tinggi

3 Metode Pelaksanaan 2 20 Prioritas sedang

4 Biaya 1 10 Prioritas rendah

Jumlah angka rangking 10 100

Sumber : Sudiasa & Sudiarsa (2009)

Setelah didapatkan angka bobot diatas maka dilakukan analisis


selanjutnya yaitu dengan metode zero-one. Metode zero-one adalah salah satu
cara pengambilan keputusan yang bertujuan untuk menentukan urutan prioritas
fungsi-fungsi. Prinsip metode ini adalah menentukan relativitas suatu fungsi
“lebih penting” atau “kurang penting” terhadap fungsi nilainnya. Fungsi yang
“lebih penting” diberi nilai satu (one), sedangkan nilai yang “kurang penting”
diberi nilai nol (zero). Dengan menghadirkan referensi perbandingan maka
akhirnya didapatkan indeks untuk masing-masing kriteria yang nantinya
menjadi parameter perhitungan dalam penentuan nilai pengambilan keputusan

19
masing-masing alternatif berdasarkan kriteria yang telah ditentukan.
Keuntungan metode ini adalah mudah dimengerti dan pelaksanaannya cepat
dan mudah (Hutabrat, 1995).
Contoh Preferensi alternatif adalah sebagai berikut :

Alternatif Preferensi
A A>B:A>C
B B < A : B> C
C C<A:C<B
Penilaian dengan metode zero-one dapat dilihat pada Tabel 2.4.

Tabel 2.4 Contoh Penilaian dengan metode zero-one


Alternatif A B C Jumlah Indeks
A X 1 1 2 2/3
B 0 X 1 1 1/3
C 0 0 X 0 0
JUMLAH 3 1
Sumber : Sudiasa & Sudiarsa (2009)

Dimana:
1 = Lebih penting
0 = Kurang penting
X = Fungsi yang sam
Cara pelaksanaan dengan metode zero-one ini adalah dengan
mengumpulkan fungsi-fungsi yang tingkatannya sama, kemudian disusun
dalam suatu matriks zero-one yang berbentuk bujur sangkar. Setelah itu
dilakukan penilaian fungsi-fungsi secara berpasangan, sehingga ada matriks
akan terisi X. Nilai-nilai pada matriks ini kemudian dijumlah menurut baris dan
dikumpulkan pada kolom jumlah.

2. Penilaian akhir alternatif dan existing (pembobotan)


Setelah diperoleh nilai indeks dan bobot sementara dari semua kriteria untuk
alternatif yang dipakai maka dilakukan pembobotan akhir dengan matrik evaluasi.
Matrik evaluasi adalah salah satu alat pengambilan keputusan yang dapat

20
menggabungkan kriteria kualitatif (tak dapat diukur) dan kriteria kuantitatif (dapat
diukur) (Hutabarat, 1995).
Dalam menghitung matrik evaluasi mnggunakan tabel seperti yang terlihat
pada Tabel 2.5.

Tabel 2.5 Penilaian Existing dan Alternatif yang Muncul


Kriteria
Alternatif
No 1 2 3 4 Total Ket
bobot
40 30 20 10
Index Index Index Index Index
1 Alt A Ʃx
X X X X bobot

Index Index Index Index Index


2 Alt B Ʃx
X X X X bobot

Index Index Index Index Index


3 Alt C Ʃx
X X X X bobot

Sumber : Sudiasa & Sudiarsa (2009)

Dari Tabel 2.5 nilai x didapat dengan hasil perkalian indeks dengan bobot
sementara. Hasil total dari total (Ʃx) menjadi bobot keseluruh alternatif yang
berfungsi menjadi suatu alat untuk mengambil keputusan yang dapat
menggabungkan kriteria kualitatif (tak dapat diukur) dan kriteria kuantitatif (dapat
diukur).

2.8.4 Tahap Rekomendasi


Tahap ini adalah tahap terakhir dalam rencana kerja Value Engineering yang
tujuannya yaitu menawarkan atau memberikan laporan mengenai seluruh tahap
sebelumnya dalam rencana Value Engineering kepada pihak manajemen atau
pemberi tugas untuk dapat diputuskan apakah desain yang dipilih mampu dan baik
untuk dilakukan. Rekomendasi ini nantinya digunakan untuk meyakinkan pemilik
proyek atau sebagai pengambilan keputusan.

21
2.9 Diagram Pareto
Diagram Pareto (Pareto Chart) adalah diagram yang dikembangkan oleh
seorang ahli ekonomi Italia yang bernama Vilfredo Paret. Diagram Pareto
digunakan untuk membandingkan berbagai kategori kejadian yang disusun menurut
ukurannya, dari yang paling besar di sebelah kiri ke yang paling kecil di sebelah
kanan. Susunan itu akan membantu menentukan pentingnya atau prioritas kejadian-
kejadian atau sebab-sebab kejadian yang dikaji atau untuk mengetahui masalah
utama proses. Dengan adanya pareto diagram, maka dapat dengan mudah diketahui
sumber permasalahan terbesar yang terjadi. Dengan demikian, penanggulangan
masalah dapat di prioritaskan dengan baik.
Berikut ini adalah beberapa keguanaan Pareto Diagaram :
1. Menunjukian prioritas sebab-sebab kejadian atau permasalahan yang perlu
ditangani
2. Membantu memusatkan perhatian pada persoalan utama yang harus ditangani
dalam upaya perbaikan.
3. Menunjukan hasil upaya perbaikan. Setelah dilakukan tindakan perbaikan
berdasarkan prioritas, dapat diadakan pengukuran ulang dan memuat diagram
pareto baru. Apabila terdapat perubahan dalam diagram pareto baru maka
tindakan korektif tidak ada efeknya.
4. Menyusun data menjadi informasi yang berguna, data yang besar dapat
menjadi informasi yang signifikan.

Dalam Melakukan job plan VE hal yang dilakukan adalah melakukan


pengelompokan biaya dari besar ke kecil, diagram pareto juga digunakan untuk
membandingkan kondisi proses. hal yang dimaksud misalnya ketidaksesuaian
proses sebelum dan sesudah diambil tindakan perbaikan terhadap proses.
Penyusunan diagram pareto sangat sederhana. Berdasarkan (Wiguna, 2016) proses
penyusunan Diagram Pareto meliputi enam langkah, yaitu :
1. Menentukan metode atau arti dari pengklasifikasian data, misalnya
berdasarkan penyebab, masalah, jenis ketidaksesuaian dan lain-lain.
2. Menentukan satuan yang digunakan untuk membuat urutan karakteristik-
karakteristik yang telah ditentukan, misalnya frekuensi, rupiah, unit dan lain-
lain.

22
3. Mengumpulkan data sesuai dengan interval waktu yang telah ditentukan.
4. Merangkum data dan membuat pengurutan kategori data dari yang terbesar
hingga yang terkecil.

2.10 Estimasi Biaya Proyek


Estimasi biaya harus sudah dilakukan sejak tahap konsepsi proyek. Dengan
demikian perkiraan biaya proyek dapat dilakukan dengan baik sehingga
menghasilkan estimasi biaya yang akurat. Artinya estimasi biaya tidak terlalu tinggi
yang menyebabkan tidak mampu bersaing dengan perusahaan lain dalam tahap
tender, atau tidak terlalu rendah yang meski dapat memenangkan tender namun
ujungnya mengalami kesulitan pendanaan karena dianggarkan kurang.

2.10.1 Pengertian Estimasi Biaya Konstruksi


Estimasi Biaya Kontruksi adalah perhitungan banyaknya biaya yang
diperlukan untuk bahan dan upah, serta biaya-biaya lain yang berhubungan dengan
pembangunan/proyek tersebut (Ibrahim, 1994).

2.10.2 Jenis-jenis Biaya Konstruksi


1. Modal tetap (fixed capital)
Modal tetap adalah biaya yang dikeluarkan untuk membangun proyek atau
menghasilkan produk yang diinginkan, mulai dari studi kelayakan, desain
engineering, pengadaan kontruksi sampai instalasi atau proyek siap beroperasi
penuh. Biaya modal tetap dibagi menjadi:
a. Biaya langsung (direct cost) yaitu biaya untuk semua komponen permanen
hasil akhir proyek. Biaya langsung antara lain : penyiapan lahan, instalasi
bangunan (pipa, listrik, mekanikal), fasilitas pendukung (pembangkit listrik,
AC), bangunan fisik proyek, peralatan utama yang tertera dalam gambar dan
pembebasan lahan.
b. Biaya tidak langsung (indirect cost) yaitu biaya yang diperlukan untuk
proses pembangunan proyek yang tidak menjadi instalasi atau produk
permanen/fisik proyek. Biaya tidak langsung antara lain gaji dan tunjangan
tim manajemen, engineers, inspektor, biaya kendaraan dan peralatan

23
kontruksi, termasuk bahan bakar dan suku cadang serta keuntungan
pelaksana, pajak, izin dan asuransi.

2. Modal kerja (working capital)


Modal kerja adalah biaya yang diperlukan untuk proyek mulai beroperasi
sampai proyek selesai.

2.11 Struktur Bangunan Gedung


Definisi Struktur dalam konteks hubungannya dengan bangunan adalah
sebagai sarana untuk menyalurkan beban dan akibat penggunaannya dan atau
kehadiran bangunan ke dalam tanah (Schodek, 1998). Struktur bangunan
merupakan sesuatu yang berhubungan erat dengan konstruksi dan sistem
pembebanan gaya-gaya yang bekerja pada bangunan sehinggga suatu bangunan
dapat berdiri kokoh tanpa ada kerusakan yang berarti akibat beban-beban tersebut.
Struktur bangunan terdiri dari bangunan struktur bawah dan bangunan
struktur atas. Struktur bawah merupakan seluruh bagian struktur gedung yang
berada di bawah muka tanah. Struktur bawah terdiri dari sloof sampai ke bagian
pondasi. Sedangkan Struktur atas suatu gedung adalah seluruh bagian struktur
gedung yang berada di atas muka tanah (SNI 2002). Struktur atas ini terdiri atas
kolom, pelat,balok dan struktur atap yang masing-masing mempunyai peran yang
sangat penting.

2.12 Beton Bertulang


Beton bertulang merupakan gabungan logis dari dua jenis bahan: beton
polos, yang memiliki kekuatan tekan yang tinggi akan tetapi kekuatan tarik yang
rendah, dan batangan-batangan baja yang ditanamkan di dalam beton dapat
memberikan kekuatan tarik yang diperlukan (Wang dan Salmon, 1985).
Beton bertulang bisa diaplikasikan pada komponen struktur bangunan
gedung diantaranya struktur pondasi, sloof, kolom, balok, pelat lantai.

2.12.1 Pondasi
Pondasi adalah bagian terendah bangunan yang meneruskan beban
bangunan ke tanah atau batuan yang berada di bawahnya. Terdapat dua klasifikasi
fondasi, yaitu pondasi dangkal dan pondasi dalam. Pondasi dangkal didefinisikan

24
sebagai pondasi yang mendukung beban secara langsung, seperti : pondasi telapak,
pondasi memanjang dan pondasi rakit. Pondasi dalam didefinisikan sebagai pondasi
yang meneruskan beban bangunan ke tanah keras atau batu yang terletak relatif jauh
dari permukaan tanah, contohnya pondasi sumuran, bor pile dan pondasi tiang
(Hardiyatmo, 1996).

2.12.2 Kolom
1. Pengertian Kolom
Kolom adalah batang tekan vertikal dari rangka struktur yang memikul
beban dari balok. Kolom merupakan suatu elemen struktur tekan yang memegang
peranan penting dari suatu bangunan, sehingga keruntuhan pada suatu kolom
merupakan lokasi kritis yang dapat menyebabkan runtuhnya (collapse) lantai yang
bersangkutan dan juga runtuh total (total collapse) seluruh struktur
(Sudarmoko, 1996).
SK SNI 2847-2013 Kolom harus dirancang untuk menahan gaya aksial dari
beban terfaktor pada semua lantai atau atap dan momen maksimum dari beban
terfaktor pada satu bentang lantai atau atap besebelahan yang ditinjau.

2. Jenis –jenis Kolom


Menurut Wang (1986) dan Ferguson (1986) jenis-jenis kolom ada tiga, yaitu :
a. Kolom ikat (tie column).
b. Kolom spiral (spiral column).
c. Kolom komposit (composite column).

Dalam buku struktur beton bertulang (Istimawan Dipohusodo, 1994), ada


tiga jenis kolom beton bertulang yaitu :
- Kolom menggunakan pengikat sengkang lateral. Kolom ini merupakan
kolom beton yang ditulangi dengan batang tulangan pokok
memanjang, yang pada jarak spasi tertentu diikat dengan pengikat
sengkang ke arah lateral. Tulangan ini berfungsi untuk memegang
tulangan pokok memanjang agar tetap kokoh pada tempatnya.
- Kolom menggunakan pengikat spiral. Bentuknya sama dengan yang
pertama hanya saja sebagai pengikat tulangan pokok memanjang adalah
tulangan spiral yang dililitkan keliling membentuk heliks menerus di

25
sepanjang kolom. Fungsi dari tulangan spiral adalah memberi
kemampuan kolom untuk menyerap deformasi cukup besar sebelum
runtuh, sehingga mampu mencegah terjadinya kehancuran seluruh
struktur sebelum proses redistribusi momen dan tegangan terwujud.
- Struktur kolom komposit, merupakan komponen struktur tekan yang
diperkuat pada arah memanjang dengan gelagar baja profil atau pipa,
dengan atau tanpa diberi batang tulangan pokok memanjang.

3. Fungsi Kolom
Fungsi kolom adalah sebagai penerus beban seluruh bangunan ke pondasi.
Kolom termasuk struktur utama untuk meneruskan berat bangunan dan beban lain
seperti beban hidup (manusia dan barang-barang), serta beban hembusan angin.
Kolom berfungsi sangat penting, agar bangunan tidak mudah roboh. Beban sebuah
bangunan dimulai dari atap. Beban atap akan meneruskan beban yang diterimanya
ke kolom. Seluruh beban yang diterima kolom didistribusikan ke permukaan tanah
di bawahnya.
Struktur dalam kolom dibuat dari besi dan beton. Keduanya merupakan
gabungan antara material yang tahan tarikan dan tekanan. Besi adalah material yang
tahan tarikan, sedangkan beton adalah material yang tahan tekanan. Gabungan
kedua material ini dalam struktur beton memungkinkan kolom atau bagian
struktural lain seperti sloof dan balok bisa menahan gaya tekan dan gaya tarik pada
bangunan.

2.12.3 Balok
1. Pengertian Balok dan Fungsinya
Balok beton adalah bagian dari struktur gedung yang berfungsi untuk
menopang lantai diatasnya, balok juga berfungsi sebagai penyalur momen menuju
kolom-kolom. Balok dikenal sebagai elemen lentur, yaitu elemen struktur dominan
memikul gaya dalam berupa momen lentur dan juga geser. Konstruksi balok
biasanya berupa balok beton bertulang.
2. Syarat-syarat Balok
Pada perencanaan balok terdapat beberapa syarat yang harus dipenuhi
terutama masalah bentang teoritis dan dimensi balok itu sendiri. Peraturanuntuk

26
balok adalah sama dengan untuk pelat, bentang teoritisnya dianggap sama dengan
bentang bersih L antara bidang muka tumpuan ditambah setengah dari panjang
perletakan yang diperlukan pada tiap tepi (Vis, 1987).
Secara umum perencanaan balok dalam kontruksi gedung tinggi balok
diisyaratkan sekitar 1/15 sampai 1/10 panjang bentang sedangkan pilihan lebar
balok diisyaratkanh selebar 2/3 sampai 1/3 tinggi rencana balok dan juga kriteria
lendutan yang timbul haruslah memenuhi syarat h lebih atau sama dengan 1 / 25
sampai 1 / 33 sehingga jika perencanaan balok memenuhi persyatan diatas balok
dikatakan aman ( Vis, 1987).

2.12.4 Pelat Lantai


1. Pengertian Pelat Lantai
Pelat adalah struktur bidang (permukaan) yang lurus, (datar atau tidak
melengkung) yang tebalnya jauh lebih kecildibandingkan dengan dimensi lainnya.
Suatu pelat dikatakan pelat dua arah apabila beban yang yang dipikulpelat dalam
kedua arah oleh empat kolom pendukung sekeliling pelat (Wang dan Salmon,
1985). Ketebalan pelat lantai ditentukan oleh :
a. Besar lendutan yang diinginkan.
b. Lebar bentangan atau jarak antara balok-balok pendukung.
c. Bahan konstruksi dan pelat lantai.

Pelat lantai harus direncanakan dengan kaku, rata, lurus dan waterpas
(mempunyai ketinggian yang sama dan tidak miring), agar terasa mantap dan enak
untuk berpijak kaki. Ketebalan pelat lantai ditentukan oleh : beban yang harus
didukung, besar lendutan yang diijinkan, lebar bentangan atau jarak antara balok-
balok pendukung, bahan konstruksi dari pelat lantai.
Pada pelat lantai hanya diperhitungkan adanya beban tetap saja (penghuni,
perabotan, berat lapis tegel, berat sendiri plat) yang bekerja secara tetap dalam
waktu lama. Sedang beban tak terduga seperti gempa, angin, getaran, tidak
diperhitungkan. Adapun besaran beban yang disyaratkan antara lain :
- Beban Mati
Beban mati merata yang bekerja pada pelat lantai meliputi :
Beban sendiri pelat = 0,10 x 2.400 = 240 kg/m2

27
Beban spesi setebal 3 cm = 0,03 x 2.100 = 63 kg/m2
Beban tegel, t = 0.02 x 2.400 = 48 kg/m2
Beban plafon dan penggantung = 18 kg/m2
Beban Instalasi ME = 40 kg/m2
- Beban Hidup (L) = 250 kg/m2

2. Fungsi Pelat Lantai


a. Sebagai pemisah ruang bawah dan ruang atas.
b. Sebagai tempat berpijak penghuni di lantai atas.
c. Untuk menempatkan kabel listrik dan lampu pada ruang bawah.
d. Meredam suara dari ruang atas maupun dari ruang bawah.
e. Menambah kekakuan bangunan pada arah horizontal.

2.13 SAP 2000


SAP2000 adalah perangkat lunak yang dikeluarkan oleh CSi (Computer and
Struktur, Inc) untuk analisis dan desain struktur yang berorientasi obyek. SAP2000
merupakan program versi terakhir yang paling lengkap dari seri-seri program
analisis struktur SAP, baik SAP80 maupun SAP90. Keunggulan program SAP2000
antara lain ditunjukkandengan adanya fasilitas untuk desain elemen, baik untuk
material baja maupun beton. Disamping itu juga adanya fasilitas desain baja dengan
mengoptimalkan penampang profil, sehingga pengguna tidak perlu menentukan
profil untuk masing-masing elemen, tetapi cukup memberikan data profil
secukupnya dan program akan memilih sendiri profil yang paling optimal atau
ekonomis (Wigroho, 2001).

2.13.1 Prinsip Dasar Pemodelan Struktur


Pemodelan struktur adalah pembuatan data numerik (matematis) mewakili
struktur real yang digunakan sebagai input data komputer. Macleod (1990)
mengusulkan sebaiknya dalam pembuatan model struktur adalah:
1. Jangan terlalu rumit dari yang diperlukan. Jika dapat dibuat model yang simpel
tetapi representatif, maka itu umumnya yang berguna.
2. Berkaitan hal di atas, dalam pemodelan kadang-kadang perlu beberapa tahapan
model. Ada yang secara keseluruhan (makro model) dan lainnya pada bagian-

28
bagian tertentu saja tetapi lebih detail (mikro model). Jangan berkeinginan
membuat model secara keseluruhan dengan ketelitian yang sama untuk setiap
detail.
3. Apakah modelnya simpel tapi masih representatif, maka perlu mengetahui
perilaku struktur real. Faktor-faktor apa yang utama, atau sekunder yang dapat
diabaikan. Tak ada jaminan bahwa banyak faktor maka hasilnya semakin baik
(lower bound theorem).
4. Jangan langsung percaya pada hasil keluaran komputer, kecuali telah dilakukan
validasi-validasi yang teliti dan ketat.
5. Meskipun sudah ada validasi-validasi yang ketat, jangan terlalu percaya dulu.
Lihat asumsi-asumsi yang dipakai dalam pembuatan model analisis, apakah
sudah logis dan mewakili kondisi struktur yang real.

2.13.2 Analisis Struktur Frame 3D dengan SAP 2000 V.19


Secara garis besar, tahapan analisis dan desain pada SAP 2000 V.19
terpisah dalam dua tahap yaitu :
1. Tahap analisis
Tahap analisis ini berisi pemodelan struktur, pendefinisian properties material,
dimensi penampang, jenis pembebanan dan kombinasi sampai pada
menganalisis gaya-gaya dalam struktur.
2. Tahap Desain
Tahap desain ditujukan untuk menentukan parameter desain (desain beton
bertulang, desain baja, desain aluminium dan lain-lain) dan peraturan yang
mengikuti acuan desain.

2.13.3 Langkah-langkah pengoperasian SAP 2000 v.19


Langkah-langkah dalam pengoperasian menggunakan program SAP2000
V.19 adalah sebagai berikut :
1. Memulai program SAP 2000 v.19
a. Buka program SAP 2000 v.19
b. Dari main menu, klik File >New Model pada sudut kiri atas main window
2. Memilih model struktur
a. Pilih input unit Kg,m,C

29
b. Pilih 3D frames> klik OK
c. Edit grid data (isi sesuai dengan gambar rencana)
3. Pendefinisian material dan penampang
a. Mendefinisikan material
- Klik Define>Materials
- Pada kotak dialog define material, klik Add New Material
- Pada kotak dialog material property data, isikan syarat-syarat material yang
telah ditentukan, kemudian klik OK.
b. Mendefinisikan penampang
- Klik Define>Section Properties>Frame Sections
- Pada kotak dialog Frame Properties, klik Add New Property.
- Pada kotak dialog Add Section Property, pilih Material Type dan pilih
bentuk penampang yang telah ditentukan.
- Pada kotak dialognya berikan nama, material yang digunakan, serta ukuran
frame.
4. Mendefinisikan beban dan kombinasi pembebanan
a. Define Load Patern
- Dari menu utama , klik Define>Load Patterns untuk mendefinisikan jenis
beban yang akan bekerja pada portal.
- Pada kotak dialog Define Load Patterns, isikan data-data pembebanan,
misalnya beban mati, beban hidup, beban angin, beban hujan dan beban
gempa.
b. Menentukan kombinasi pembebanan
- Dari menu utama, klik Define>Load Combinations
- Pada kotak dialog DefineLoad Combinations, klik Add New Combo.
- Isikan data-data pada kotak Load Combinations sesuai dengan kombinasi
beban yang telah ditentukan.
5. Menentukan kondisi perletakan
Klik pada join yang akan diisi perletakan, kemudian klik Assign>Joint>Restrain,
pilih perletakan yang telah direncanakan, kemudian klik OK.
6. Menerapkan jenis frame pada frame struktur
Blok frame yang diinginkan kemudian klik Assign>Frame >Frame Sections,

30
pilih frame yang sesuai dengan perencanaan.
7. Memasukan data-data pembebanan pada frame struktur
Blok frame yang diinginkan kemudian klik Assign >Frame Laods, dan pilih jenis
beban yang direncanakan.
8. Analisa data
a. Dari menu Utama, klik Analyze>Set Analyze Option
b. Klik pada model Space Frame> klik OK.
c. Dari menu utama, klik Analyze >Run Analysis atau tekan tombol F5 pada
keyboard.
d. Klik Run Now, setelah perintah Run Now maka program akan melakukan
analisis dan hasilnya akan ditampilkan dalam bentuk deformasi struktur.
9. Menampilkan gaya-gaya dalam struktur
a. Klik Display>Show Forces/Stress>Frame/Cables
b. Pada new windowMember Forces Diagram For Frames, Case/Combo >Case
Combo Name pilih yang diinginkan. Pada Komponent pilih Moment 2-2 atau
Moment 3-3, pada Options Pilih Show Values on Diagram> klik OK.
10. Perancangan dan cek kekuatan struktur
a. Menentukan peraturan sebagai dasar acuan desain struktur beton bertulang
dan parameter-parameter desain beton bertulang yang lain : dari main menu
Klik Design>Concrete Frames Design> View/Revise Preferences
b. Menentukan Kombinasi Pembebanan yang Akan Digunakan Untuk desain
beton Bertulang : Dari main mnenu Klik Design>Concrete Frames Design
>Select Design Combos, pilih semua kombinasi beban lalu klik add.
c. Melakukan Perintah Desain Beton : Dari main mnenu Klik Design>Concrete
Frames Design>Start Design/Check of Struktur.
d. Melihat Detail desain Beton Bertulang
Untuk dapat melihat detail visual hasil desin Beton bertulang oleh Program,
dapat dilakukan dengan cara melakukan klik kanan tepat pada Frame yang
diinginkan.
e. Melihat Hasil dalam bentuk tabulasi:
- Dari main menu, klik Display >Show Tables, pilih Jenis-jenis data input dan
output yang ingin ditampilkan dalam tabulasi data.

31
- Pada Select Load Paterns pilih beban yang telah direncanakan.
- Pada Select Load Cases pilih semua kombinasi beban kemudiaan Klik OK.
Untuk lebih singkatnya dapat digambarkan seperti bagan alir berikut ini:

Mulai

Pembuatan Model Struktur

Pendefinisian : properties materials, dimensi


penampang, jenis pembebanan, dan kombinasi
pembebanan

Analisis

Penampilan : Gaya-gaya dalam dan deformasi


(transisi dan rotasi

Perancangan dan cek kekutan


struktur

Print
(Input dan
Output)

Selesai

Gambar 2.3 Bagan Alir Perencanaan dengen Program SAP 2000 V.19

32

Anda mungkin juga menyukai