TINJAUAN PUSTAKA
4
beberapa proyek tertentu untuk melakukan studi VE dalam pengembangan dan
pengkajian. Di Australia, studi VE pada industri konstruksi telah dapat
meningkatkan daya saing industri konstruksi Australia. Pemerintah Australia telah
menyadari bahwa tanpa studi VE di industri konstruksi Australia akan
menimbulkan berbagai masalah (Daddow dan Skitmore, 2003).
Kemampuan VE dalam menyediakan nilai uang terbaik bagi proyek
konstruksi diharapkan dapat mengatasi segala tantangan yang dihadapi (biaya yang
paling minimal, kualitas berstandar tinggi, dan waktu penyerahan yang cepat) dan
memenangkan persaingan yang ketat di era globalisasi, sekaligus studi VE dapat
memecahkan permasalahan yang ada, terutama masalah banyaknya biaya yang
tidak diperlukan pada industri konstruksi.
Perkembangan VE pada proyek konstruksi bangunan gedunng di Indonesia
baru dikenal dan diterapkan di bidang konstruksi jalan sekitar tahun 1986 pada saat
dilakukan peninjauan kembali desain dari sebagian Proyek Jalan Cawang Fly Over
di tengah-tengah masa konstruksinya. Pada proyek tersebut, telah diterapkan
prinsip VE yaitu mendapatkan pengurangan biaya tanpa mengurangi fungsi
dasarnya. Penerapan VE pada Proyek Jalan Cawang Fly Over, telah berhasil
mendapatkan penghematan biaya beberapa miliaran rupiah (Ramiadji, 1996 dalam
Untoro, 2009).
Seiring dengan pemantapan langkah, VE kemudian juga diterapkan pada
proyek jalan yang lain di Indonesia. Analisis ini dilakukan dengan pendekatan
tanya-jawab, maupun pendekatan pemecahan masalah. Hingga saat ini penerapan
VE di industri konstruksi di Indonesia belum menunjukan perkembangan yang
menggembirakan. Untuk industri konstruksi Indonesia, khususnya proyek
konstruksi bangunan gedung, prospek positif dalam penerapan VE di tandai dengan
dikeluarkan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 45/PRT/M/2007 tentang
Pedoman Teknik Pembangunan Bangunan Gedung Negara. Peraturan Menteri
Pekerjaan Umum No. 45/PRT/M/2007 pemerintah secara tegas memberikan
dukungannya bagi penerapan VE pada proyek konstruksi.
5
2.3 Definisi Value Engineering
Dalam perencanaan anggaran biaya suatu proyek bangunan dipengaruhi
oleh beberapa elemen pekerjaan dalam ilmu teknik sipil yang dilihat dari berbagai
disiplin ilmu, diantaranya arsitektur, struktur, mekanikal dan elektrikal. Untuk
mengetahui dan memperjelas penggunaan Value Engineering (Rekayasa Nilai)
dalam hubungannya dengan elemen pekerjaan tersebut dapat dilihat pada Gambar
2.1 dibawah ini.
6
konstruksi, operasi atau pelaksanaan, pemeliharaan, pergantian alat dan lain-lain
(Dell’Isola, 1974).
Value Engineering adalah suatu usaha yang terorganisir yang diarahkan
untuk menganalisis fungsi-fungsi suatu item maupun sistem, yang bertujuan untuk
mencapai fungsi-fungsi dengan biaya total yang minimum, konsisten, dengan
persyaratan penampilan, keandalan, kualitas, dan pemeliharaannya (Candra, 1987).
Rekayasa Nilai (Value Engineering) adalah suatu proses pembuatan
keputusan berbasis multi disiplin yang sudah tersistematis dan terstruktur.
Melakukan analisis fungsi untuk mencapai nilai terbaik (best value) sebuah proyek
dengan mendefinisikan fungsi-fungsi yang diperlukan untuk mencapai suatu
sasaran nilai (Value) yang diinginkan dan menyediakan fungsi-fungsi tersebut
dengan biaya yang optimum, konsisten dengan kualitas dan kinerja yang
disyaratkan (Berawi, 2014).
Menurut Zimmerman and Hart (1982) rekayasa nilai adalah suatu metode
penghematan biaya dengan menggunakan pendekatan yang sistematis untuk
mendapatkan keseimbangan fungsi-fungsi yang terbaik antara biaya, kekuatan dan
penampilan suatu struktur bangunan pada proyek. Penghematan dilakukan dengan
mengganti jenis pekerjaan, baik itu jenis material yang digunakan maupun metode
yang digunakan. Penggantian jenis pekerjaan tidak boleh mengurangi fungsi dari
item pekerjaan itu sendiri.
Dari definisi-definisi diatas dapat disimpulkan bahwa Value Engineering
adalah suatu pendekatan yang bersifat kreatif dan sistematis yang bertujuan untuk
mengurangi biaya-biaya yang tidak diperlukan. Aplikasi Value Engineering biasa
digunakan pada tahap perencanaan maupun tahap pelaksanaan.
Sebagai pengidentifikasi fungsi, pendekatan yang dilakukan Rekayasa Nilai
adalah dengan membedakan pengertian antara nilai (worth) dan biaya (cost) karena:
a. Ukuran harga atau biaya ditentukan oleh substansi barangnya yaitu harga
komponen yang membentuk barang tersebut, sedangkan nilai tersebut
ditentukan oleh fungsi atau kegunaan barang.
b. Biaya adalah jumlah pengeluaran yang berbentuk materi yang telah dilakukan
untuk mendapatkan barang tersebut, sedangkan ukuran nilai cenderung ke arah
7
subjektif dan sebagian besar tergantung kepada mafaatnya terhadap pemilik
barang.
8
3. Persyaratan operasional dan perawatan
Dalam suatu Value Engineering juga harus mempertimbangkan nilai
operasional dan perawatan dengan alternatif-alternatif yang disampaikan
melalui analisis Value Engineering dengan jangka waktu tertentu.
4. Ketersediaan material
Material yang digunakan sebagai alternati-alternatif dalam analisis Value
Engineering suatu pembangunan tiap item pekerjaan harus mempunyai
kemudahan dalam mencarinya dan tersedia dalam jumlah yang cukup banyak
di daerah proyek.
5. Penyesuaian terhadap standar
Penyesuaian yang dimaksud disini adalah semua alternatif-alternatif yang
digunakan harus mempunyai standar dalam pembangunan baik akurasi,
dimensi, maupun kualitasnya.
6. Dampak terhadap penggunaan
Dampak terhadap penggunaan dalam Value Engineering suatu bangunan harus
mempunyai dampak positif kepada pengguna dari segi keamanan maupun
kenyamanan.
9
nantinya dapat dilakukan pengidentifikasian dan penghilangan biaya-biaya
yang tidak diperlukan.
3. Multi disiplin ilmu
Perancangan melibatkan berbagai disiplin keahlian. Suatu pekerjaan sebelum
dilakukan perhitungan analisis Value Engineering, harus diperhitungkan dulu
dari segi perencanaan desain struktur dan anggaran biayanya
4. Berorientasi pada siklus hidup produk
Melakukan analisis terhadap biaya total untuk memiliki dan mengoperasikan
fasilitas selama siklus hidupnya. Misalnya, siklus hidup produk tersebut
direncanakan dalam jangka waktu pendek, maka harus diperhitungkan apakah
Value Engineering instasi modal yang ditanamkan dalam produk tersebut bisa
kembali dalam jangka waktu yang pendek.
5. Pola pikir kreatif
Proses perancangan harus dapat mengidentifikasikan alternatif-alternatif
pemecahan masalah secara kreatif. Dalam mencari alternatif pengganti dapat
diusulkan sebanyak-banyaknya secara kreatif. Banyaknya alternatif yang
diusulkan akan membuat banyaknya pilihan untuk dijadikan alternatif
pengganti dengan membandigkan alternatif-alternatif tersebut dan memilih
salah satu alternatif yang terbaik.
10
negara. Kemampuan rekayasa nilai dalam pengambilan keputusan perencanaan
yang tepat selama tahap desain merupakan salah satu manfaat yang diberikan.
Keputusan perencanana yang tepat akan meningkatkan efesiensi pelaksanaan
konstruksio bangunan gedung (Berawi, 2014). Sehingga manfaat rekayasa nilai
dibutuhkan oleh proyek konstruksi di Indonesia untuk mengurangi permasalahan
pengefesiensian biaya proyek.
Penerapan rekayasa nilai sebagai salah satu alternatif penghematan dana
pada beberapa tahun terakhir ini terus meningkat dengan cukup pesat. Hal-hal yang
menyebabkan peningkatan penerapan rekayasa nilai tersebut diantaranya:
1. Peningkatan biaya konstruksi dari tahun ke tahun.
2. Kekurangan dana atau biaya dalam pelaksanaan pembangunan.
3. Suku bunga perbankan yang tinggi terhadap dana-dana yang dipergunakan.
4. Peningkatan laju inflasi setiap tahun.
5. Kemajuan teknologi yang pesat di mana sering dijumpai bahwa hasil
perencanaan dan metode yang dipakai jauh tertinggal dengan scientific
progress.
6. Pemilik proyek yang sering menghadapi suatu hasil perencanaan atau
pekerjaan yang terlampau mewah dan mahal, sehingga tidak terjangkau dengan
dana dimiliki. Sebaliknya, kemewahan tersebut sama sekali tidak menunjang
fungsi utama (basic function) yang diperlukan Hal ini sering terdapat pada
perencanaan yang antara lain disebabkan kurang selarasnya komunikasi dan
hubungan antara pemilik proyek yang menentukan keperluan-keperluannya
dengan pihak perencana yang menerapkan keperluan-keperluan tersebut ke
dalam spesifikasi dan gambar-gambar dua dimensi.
7. Dengan mengambil keuntungan dari kemajuan teknologi dalam material dan
metode konstruksi dan menggunakan kemampuan kreatif dalam setiap
perencana, dalam batas-batas tertentu masih dapat mengatasi peningkatan
biaya konstruksi.
8. Untuk mendapatkan fasilitas yang diperlukan sesuai dengan dana yang
dimiliki, dapat dimanfaatkan usaha untuk mencapai fungsi utama yang
diperlukan dengan biaya seminimal mungkin. Ini adalah usaha penerapan
rekayasa nilai melalui pendekatan secara sistematis dan terorganisasi.
11
2.8 Rencana Kerja Value Engineering
Adapun tahapan-tahapan Value Engineering dengan menggunakan
Four Phase Job Plan antara lain :
a. Cost Model
cost model adalah suatu model yang digunakan untuk
mengambarkan distribusi biaya total suatu proyek. Penggambarannya dapat
berupa suatu bagan yang disusun dari atas kebawah. Bagian atas adalah
jumlah biaya elemen bangunan dan dibawahnya merupakan susunan biaya
item pekerjaan dari elemen bangunan tersebut. Dengan cost model dapat
diketahui biaya total proyek secara keseluruhan dan dapat dilihat perbedaan
biaya tiap elemen bangunan. Perbedaan biaya tiap elemen bangunan
tersebut dapat dijadikan pedoman dalam menentukan item pekerjaan mana
yang akan dianalisis Value Engineering (Dell’Isola, 1974). Untuk lebih
jelasnya cost model dapat dilihat pada gambar 2.2.
12
Gambar 2.2 Cost Model Value Engineering
Sumber : Dell’Isola (1974)
13
Gambar 2.2 menjelaskan suatu bagan cost model yang
menggambarkan distribusi perencanaan biaya suatu proyek gedung standar.
Biaya total proyek diperoleh dari penjumlahan elemen bangunan, seperti
arsitek, mekanikal, elektrikal dan lain-lain seperti pada gambar. Biaya
elemen bangunan merupakan penjumlahan dari item-item pekerjaan yang
terdapat dalam elemen tersebut, seperti pada elemen mekanikal terdapat
item pekerjaan pemipaan, HC, pemadam kebakaran. Untuk bagan dengan
garis utuh/ideal cost adalah biaya perencanaan awal dan merupakan rencana
anggaran biaya proyek, sedangkan pada bagan dengan garis putus-putus/
aktual worth merupakan rencana anggaran biaya setelah dilakukan analisis
VE. Nantinya dapat dilihat perbedaan antara biaya perencanaan awal proyek
dengan biaya proyek yang sudah dilakukan analisis VE.
b. Breakdown
breakdown adalah suatu analisis untuk menggambarkan distribusi
pemakaian biaya dari item-item pekerjaan suatu elemen bangunan. Jumlah
biaya item pekerjaan tersebut kemudian dibandingkan dengan total biaya
proyek untuk mendapatkan presentase bobot pekerjaan. Bila memiliki bobot
pekerjaan besar, maka item pekerjaan tersebut potensial untuk dianalisis
dengan Value Engineering (Dell’Isola, 1974). Untuk lebih jelasnya dapat
dilihat pada Tabel 2.1.
14
Tabel 2.1 dapat dijelaskan sebagai berikut :
- Pekerjaan A-F merupakan item-item pekerjaan dari suatu elemen
bangunan yang memiliki potensial untuk dilakukan Value Engineering.
Item pekerjaan tersebut dipilih karena memiliki biaya yang besar dari
elemen pekerjaan yang lainnya.
- Untuk mengetahui item pekerjaan tersebut perlu dilakukan Value
Engineering dengan memperbandingkan jumlah item pekerjaan tersebut
dengan biaya total proyek. Bila memiliki persentase besar, maka
potensial dilakukan Value Engineering.
- Setelah diidentifikasi, nantinya dipilih salah satu item pekerjaan A-F
yang memiliki potensial untuk dilakukan analisis Value Engineering.
Selain memiliki biaya yang besar, dalam memilih item pekerjaan dapat
ditinjau dari segi bahan dan desain yang nantinya dapat memunculkan
berbagai macam alternatif pengganti.
d. Analisa Fungsi
Analisa fungsi merupakan suatu pendekatan untuk mendapatkan
suatu nilai tertentu, dalam hal ini fungsi merupakan karakteristik yang
membuat produk atau proyek dapat bekerja atau dijual.
Secara umum fungsi dibedakan menjadi dua, yaitu fungsi primer
dan fungsi sekunder. Fungsi primer adalah fungsi, tujuan atau prosedur
yang merupakan tujuan utama dan harus dipenuhi serta suatu identitas
dari suatu produk tersebut dan tanpa fungsi tersebut produk tidak
mempunyai kegunaan sama sekali. Fungsi sekunder adalah fungsi
15
pendukung yang mungkin dibutuhkan untuk melengkapi fungsi dasar
agar mempunyai nilai yang baik.
Analisa fungsi ini membantu tim Value Engineering di dalam
menentukan biaya terendah yang diperlukan untuk melaksanakan fungsi-
fungsi utama dan fungsi-fungsi pendukung serta mengidentifikasi biaya-
biaya yang dapat dikurangi atau dihilangkan tanpa mempengaruhi kinerja
atau kendala produk.
Adapun tujuan dari analisa fungsi adalah sebagai berikut :
- Mengidentifikasi fungsi-fungsi essensial (sesuai dengan kebutuhan)
dan menghilangkan fungsi-fungsi yang tidak diperlukan.
- Agar perancang dapat mengidentifikasikan komponen-komponen yang
dapat menghasilkan komponen-komponen yang diperlukan.
16
pekerjaan tetap dipenuhi (biaya rendah yang diperoleh setelah ide
diketemukan tetapi fungsinya tetap).
17
ditampilkan pada system
- Fungsi Sekunder
Tergantung fungsi lain yang lebih tinggi tingkatannya.
- Fungsi Jalur Kritis
Semua fungsi yang secara berurutan menggambarkan
“Bagaimana (How)” dan “Mengapa (Why)” dari fungsi lain pada
urutan tersebut.
- Fungsi Tingkat Tinggi
Fungsi yang terletak di bagian paling kiri Diagram FAST. Fungsi
Dasar merupakan fungsi tingkat tinggi dalam batasan lingkup
masalah.
- Fungsi Tingkat Rendah
Fungsi yang terletak pada bagian paling kanan dari fungsi lain
pada diagram FAST.
18
1. Perangkingan Metode Zero-One
Sebelum penilaian dengan metode zero-one dilakukan maka terlebih
dahulu ditentukan kriteria yang menjadi dasar penilaian untuk semua alternatif.
Dengan dihitung bobot sementara masing-masing alternatif tersebut.
Penghitungan bobot alternatif ini didasarkan atas rumus (Julianus, 1995;
Sudiasa 2009):
Angka rangking yang dimiliki
Bobot = x 100 (2.1)
Jumlah angka rangking
19
masing-masing alternatif berdasarkan kriteria yang telah ditentukan.
Keuntungan metode ini adalah mudah dimengerti dan pelaksanaannya cepat
dan mudah (Hutabrat, 1995).
Contoh Preferensi alternatif adalah sebagai berikut :
Alternatif Preferensi
A A>B:A>C
B B < A : B> C
C C<A:C<B
Penilaian dengan metode zero-one dapat dilihat pada Tabel 2.4.
Dimana:
1 = Lebih penting
0 = Kurang penting
X = Fungsi yang sam
Cara pelaksanaan dengan metode zero-one ini adalah dengan
mengumpulkan fungsi-fungsi yang tingkatannya sama, kemudian disusun
dalam suatu matriks zero-one yang berbentuk bujur sangkar. Setelah itu
dilakukan penilaian fungsi-fungsi secara berpasangan, sehingga ada matriks
akan terisi X. Nilai-nilai pada matriks ini kemudian dijumlah menurut baris dan
dikumpulkan pada kolom jumlah.
20
menggabungkan kriteria kualitatif (tak dapat diukur) dan kriteria kuantitatif (dapat
diukur) (Hutabarat, 1995).
Dalam menghitung matrik evaluasi mnggunakan tabel seperti yang terlihat
pada Tabel 2.5.
Dari Tabel 2.5 nilai x didapat dengan hasil perkalian indeks dengan bobot
sementara. Hasil total dari total (Ʃx) menjadi bobot keseluruh alternatif yang
berfungsi menjadi suatu alat untuk mengambil keputusan yang dapat
menggabungkan kriteria kualitatif (tak dapat diukur) dan kriteria kuantitatif (dapat
diukur).
21
2.9 Diagram Pareto
Diagram Pareto (Pareto Chart) adalah diagram yang dikembangkan oleh
seorang ahli ekonomi Italia yang bernama Vilfredo Paret. Diagram Pareto
digunakan untuk membandingkan berbagai kategori kejadian yang disusun menurut
ukurannya, dari yang paling besar di sebelah kiri ke yang paling kecil di sebelah
kanan. Susunan itu akan membantu menentukan pentingnya atau prioritas kejadian-
kejadian atau sebab-sebab kejadian yang dikaji atau untuk mengetahui masalah
utama proses. Dengan adanya pareto diagram, maka dapat dengan mudah diketahui
sumber permasalahan terbesar yang terjadi. Dengan demikian, penanggulangan
masalah dapat di prioritaskan dengan baik.
Berikut ini adalah beberapa keguanaan Pareto Diagaram :
1. Menunjukian prioritas sebab-sebab kejadian atau permasalahan yang perlu
ditangani
2. Membantu memusatkan perhatian pada persoalan utama yang harus ditangani
dalam upaya perbaikan.
3. Menunjukan hasil upaya perbaikan. Setelah dilakukan tindakan perbaikan
berdasarkan prioritas, dapat diadakan pengukuran ulang dan memuat diagram
pareto baru. Apabila terdapat perubahan dalam diagram pareto baru maka
tindakan korektif tidak ada efeknya.
4. Menyusun data menjadi informasi yang berguna, data yang besar dapat
menjadi informasi yang signifikan.
22
3. Mengumpulkan data sesuai dengan interval waktu yang telah ditentukan.
4. Merangkum data dan membuat pengurutan kategori data dari yang terbesar
hingga yang terkecil.
23
kontruksi, termasuk bahan bakar dan suku cadang serta keuntungan
pelaksana, pajak, izin dan asuransi.
2.12.1 Pondasi
Pondasi adalah bagian terendah bangunan yang meneruskan beban
bangunan ke tanah atau batuan yang berada di bawahnya. Terdapat dua klasifikasi
fondasi, yaitu pondasi dangkal dan pondasi dalam. Pondasi dangkal didefinisikan
24
sebagai pondasi yang mendukung beban secara langsung, seperti : pondasi telapak,
pondasi memanjang dan pondasi rakit. Pondasi dalam didefinisikan sebagai pondasi
yang meneruskan beban bangunan ke tanah keras atau batu yang terletak relatif jauh
dari permukaan tanah, contohnya pondasi sumuran, bor pile dan pondasi tiang
(Hardiyatmo, 1996).
2.12.2 Kolom
1. Pengertian Kolom
Kolom adalah batang tekan vertikal dari rangka struktur yang memikul
beban dari balok. Kolom merupakan suatu elemen struktur tekan yang memegang
peranan penting dari suatu bangunan, sehingga keruntuhan pada suatu kolom
merupakan lokasi kritis yang dapat menyebabkan runtuhnya (collapse) lantai yang
bersangkutan dan juga runtuh total (total collapse) seluruh struktur
(Sudarmoko, 1996).
SK SNI 2847-2013 Kolom harus dirancang untuk menahan gaya aksial dari
beban terfaktor pada semua lantai atau atap dan momen maksimum dari beban
terfaktor pada satu bentang lantai atau atap besebelahan yang ditinjau.
25
sepanjang kolom. Fungsi dari tulangan spiral adalah memberi
kemampuan kolom untuk menyerap deformasi cukup besar sebelum
runtuh, sehingga mampu mencegah terjadinya kehancuran seluruh
struktur sebelum proses redistribusi momen dan tegangan terwujud.
- Struktur kolom komposit, merupakan komponen struktur tekan yang
diperkuat pada arah memanjang dengan gelagar baja profil atau pipa,
dengan atau tanpa diberi batang tulangan pokok memanjang.
3. Fungsi Kolom
Fungsi kolom adalah sebagai penerus beban seluruh bangunan ke pondasi.
Kolom termasuk struktur utama untuk meneruskan berat bangunan dan beban lain
seperti beban hidup (manusia dan barang-barang), serta beban hembusan angin.
Kolom berfungsi sangat penting, agar bangunan tidak mudah roboh. Beban sebuah
bangunan dimulai dari atap. Beban atap akan meneruskan beban yang diterimanya
ke kolom. Seluruh beban yang diterima kolom didistribusikan ke permukaan tanah
di bawahnya.
Struktur dalam kolom dibuat dari besi dan beton. Keduanya merupakan
gabungan antara material yang tahan tarikan dan tekanan. Besi adalah material yang
tahan tarikan, sedangkan beton adalah material yang tahan tekanan. Gabungan
kedua material ini dalam struktur beton memungkinkan kolom atau bagian
struktural lain seperti sloof dan balok bisa menahan gaya tekan dan gaya tarik pada
bangunan.
2.12.3 Balok
1. Pengertian Balok dan Fungsinya
Balok beton adalah bagian dari struktur gedung yang berfungsi untuk
menopang lantai diatasnya, balok juga berfungsi sebagai penyalur momen menuju
kolom-kolom. Balok dikenal sebagai elemen lentur, yaitu elemen struktur dominan
memikul gaya dalam berupa momen lentur dan juga geser. Konstruksi balok
biasanya berupa balok beton bertulang.
2. Syarat-syarat Balok
Pada perencanaan balok terdapat beberapa syarat yang harus dipenuhi
terutama masalah bentang teoritis dan dimensi balok itu sendiri. Peraturanuntuk
26
balok adalah sama dengan untuk pelat, bentang teoritisnya dianggap sama dengan
bentang bersih L antara bidang muka tumpuan ditambah setengah dari panjang
perletakan yang diperlukan pada tiap tepi (Vis, 1987).
Secara umum perencanaan balok dalam kontruksi gedung tinggi balok
diisyaratkan sekitar 1/15 sampai 1/10 panjang bentang sedangkan pilihan lebar
balok diisyaratkanh selebar 2/3 sampai 1/3 tinggi rencana balok dan juga kriteria
lendutan yang timbul haruslah memenuhi syarat h lebih atau sama dengan 1 / 25
sampai 1 / 33 sehingga jika perencanaan balok memenuhi persyatan diatas balok
dikatakan aman ( Vis, 1987).
Pelat lantai harus direncanakan dengan kaku, rata, lurus dan waterpas
(mempunyai ketinggian yang sama dan tidak miring), agar terasa mantap dan enak
untuk berpijak kaki. Ketebalan pelat lantai ditentukan oleh : beban yang harus
didukung, besar lendutan yang diijinkan, lebar bentangan atau jarak antara balok-
balok pendukung, bahan konstruksi dari pelat lantai.
Pada pelat lantai hanya diperhitungkan adanya beban tetap saja (penghuni,
perabotan, berat lapis tegel, berat sendiri plat) yang bekerja secara tetap dalam
waktu lama. Sedang beban tak terduga seperti gempa, angin, getaran, tidak
diperhitungkan. Adapun besaran beban yang disyaratkan antara lain :
- Beban Mati
Beban mati merata yang bekerja pada pelat lantai meliputi :
Beban sendiri pelat = 0,10 x 2.400 = 240 kg/m2
27
Beban spesi setebal 3 cm = 0,03 x 2.100 = 63 kg/m2
Beban tegel, t = 0.02 x 2.400 = 48 kg/m2
Beban plafon dan penggantung = 18 kg/m2
Beban Instalasi ME = 40 kg/m2
- Beban Hidup (L) = 250 kg/m2
28
bagian tertentu saja tetapi lebih detail (mikro model). Jangan berkeinginan
membuat model secara keseluruhan dengan ketelitian yang sama untuk setiap
detail.
3. Apakah modelnya simpel tapi masih representatif, maka perlu mengetahui
perilaku struktur real. Faktor-faktor apa yang utama, atau sekunder yang dapat
diabaikan. Tak ada jaminan bahwa banyak faktor maka hasilnya semakin baik
(lower bound theorem).
4. Jangan langsung percaya pada hasil keluaran komputer, kecuali telah dilakukan
validasi-validasi yang teliti dan ketat.
5. Meskipun sudah ada validasi-validasi yang ketat, jangan terlalu percaya dulu.
Lihat asumsi-asumsi yang dipakai dalam pembuatan model analisis, apakah
sudah logis dan mewakili kondisi struktur yang real.
29
b. Pilih 3D frames> klik OK
c. Edit grid data (isi sesuai dengan gambar rencana)
3. Pendefinisian material dan penampang
a. Mendefinisikan material
- Klik Define>Materials
- Pada kotak dialog define material, klik Add New Material
- Pada kotak dialog material property data, isikan syarat-syarat material yang
telah ditentukan, kemudian klik OK.
b. Mendefinisikan penampang
- Klik Define>Section Properties>Frame Sections
- Pada kotak dialog Frame Properties, klik Add New Property.
- Pada kotak dialog Add Section Property, pilih Material Type dan pilih
bentuk penampang yang telah ditentukan.
- Pada kotak dialognya berikan nama, material yang digunakan, serta ukuran
frame.
4. Mendefinisikan beban dan kombinasi pembebanan
a. Define Load Patern
- Dari menu utama , klik Define>Load Patterns untuk mendefinisikan jenis
beban yang akan bekerja pada portal.
- Pada kotak dialog Define Load Patterns, isikan data-data pembebanan,
misalnya beban mati, beban hidup, beban angin, beban hujan dan beban
gempa.
b. Menentukan kombinasi pembebanan
- Dari menu utama, klik Define>Load Combinations
- Pada kotak dialog DefineLoad Combinations, klik Add New Combo.
- Isikan data-data pada kotak Load Combinations sesuai dengan kombinasi
beban yang telah ditentukan.
5. Menentukan kondisi perletakan
Klik pada join yang akan diisi perletakan, kemudian klik Assign>Joint>Restrain,
pilih perletakan yang telah direncanakan, kemudian klik OK.
6. Menerapkan jenis frame pada frame struktur
Blok frame yang diinginkan kemudian klik Assign>Frame >Frame Sections,
30
pilih frame yang sesuai dengan perencanaan.
7. Memasukan data-data pembebanan pada frame struktur
Blok frame yang diinginkan kemudian klik Assign >Frame Laods, dan pilih jenis
beban yang direncanakan.
8. Analisa data
a. Dari menu Utama, klik Analyze>Set Analyze Option
b. Klik pada model Space Frame> klik OK.
c. Dari menu utama, klik Analyze >Run Analysis atau tekan tombol F5 pada
keyboard.
d. Klik Run Now, setelah perintah Run Now maka program akan melakukan
analisis dan hasilnya akan ditampilkan dalam bentuk deformasi struktur.
9. Menampilkan gaya-gaya dalam struktur
a. Klik Display>Show Forces/Stress>Frame/Cables
b. Pada new windowMember Forces Diagram For Frames, Case/Combo >Case
Combo Name pilih yang diinginkan. Pada Komponent pilih Moment 2-2 atau
Moment 3-3, pada Options Pilih Show Values on Diagram> klik OK.
10. Perancangan dan cek kekuatan struktur
a. Menentukan peraturan sebagai dasar acuan desain struktur beton bertulang
dan parameter-parameter desain beton bertulang yang lain : dari main menu
Klik Design>Concrete Frames Design> View/Revise Preferences
b. Menentukan Kombinasi Pembebanan yang Akan Digunakan Untuk desain
beton Bertulang : Dari main mnenu Klik Design>Concrete Frames Design
>Select Design Combos, pilih semua kombinasi beban lalu klik add.
c. Melakukan Perintah Desain Beton : Dari main mnenu Klik Design>Concrete
Frames Design>Start Design/Check of Struktur.
d. Melihat Detail desain Beton Bertulang
Untuk dapat melihat detail visual hasil desin Beton bertulang oleh Program,
dapat dilakukan dengan cara melakukan klik kanan tepat pada Frame yang
diinginkan.
e. Melihat Hasil dalam bentuk tabulasi:
- Dari main menu, klik Display >Show Tables, pilih Jenis-jenis data input dan
output yang ingin ditampilkan dalam tabulasi data.
31
- Pada Select Load Paterns pilih beban yang telah direncanakan.
- Pada Select Load Cases pilih semua kombinasi beban kemudiaan Klik OK.
Untuk lebih singkatnya dapat digambarkan seperti bagan alir berikut ini:
Mulai
Analisis
Print
(Input dan
Output)
Selesai
Gambar 2.3 Bagan Alir Perencanaan dengen Program SAP 2000 V.19
32