PENDAHULUAN
Agama Islam sebagai agama terakhir yang dibawa oleh Nabi Muhammad SAW, untuk
semua manusia telah mewajibkan bagi mereka saling hormat antar sesamanya, walaupun mereka
berbeda etnis atau agama. Sikap saling hormat menghormati ini bukan hanya ketika manusia itu
hidup, bahkan saat manusia itu pun mati. Karena menghormati seseorang yang mati sama halnya
dengan menghormati manusia yang hidup. Rasulullah Saw, telah menunjukkan kepada kita
bagaimana rasa hormatnya ketika mayat seorang yahudi berlalu dihadapannya, dan bagaimana
beliau menyatakan rasa duka yang dalam ketika mendengar raja Najasyi (seorang raja yang
beragama Kristen di Habasyah) meninggal dunia. Akan tetapi, lain halnya kewajiban kaum
muslimin terhadap saudara-saudaranya yang sesama muslim yang meninggal dunia.
Mereka yang masih hidup mempunyai kewajiban terhadap hak-hak yang dimiliki oleh
seseorang muslim yang meninggal. Bilamana kewajiban ini ditinggalkan dan tak seorang pun
dari mereka memberikan hak-hak orang yang meninggal, maka semua orang muslim di tempat
itu menanggung dosa. Kecuali, jika ada sebahagian atau seseorang yang melaksanakan hak-hak
orang yang meninggal, maka gugurlah dosa bagi semua. Oleh karena itu, penulis ingin
mempelajari mengenai hal tersebut dengan cara menulis sebuah makalah dan mengangkat
judul”Tatacara mengafani jenazah”.
1. Papan
2. Kain kafan
3. Kapas
4. Sabun mandi
5. Parfum
6. Kapur barus
7. Kayu cendana & gaharu
8. Jeruk purut
9. Air mawar
10. Jarum peniti
Liang kubur digali dengan dalam pada tanah yang kuat. Tujuan dibuat dalam adalah agar saat
mayit yang membusuk di dalamnya tidak tercium bau jasad dan aman dari gangguan hewan
pemakan bangkai. Selain itu juga menghindari binatang buas dan longsor yang membuat tergerus
oleh aliran air yang mengalir
Bentuk liang kubur adalah berupa lahad yaitu liang yang khusus dibuat di dasar kubur. Lahad ini
menghadap ke kiblat dan berada di pinggir untuk meletakkan jenazah. Liang ini dibuat khusus di
dasar kubur pada bagian tengah.
Idealnya mayit muslim dikubur di tempat penguburan yang memang khusus muslim. Namun
apabila tidak terdapat penguburan muslim dan darurat harus dilakukan penguburan segera, tidak
masalah asalkan tata cara penguburan tetap sesuai muslim.
Waktu penguburan juga perlu untuk diperhatikan. Karena akan berefek kepada para panitia
penguburan dan proses penguburan. Waktu yang tidak disarankan untuk mengubur adalah :
Penutup lubang kubur tentu harus yang kuat dan menggunakan kayu yang kuat juga. Ditambah
juga bambu dan batu untuk menyangga sehingga tanah tidak mudah longsor ke bawah. Selain itu
keranda mayit atau jenazah juga harus tertutup rapat dan sederhana saja. Dalam islam tidak di
syariatkan soal keranda yang mewah apalagi menggunakan berbagai perhiasan. Karena sejatinya
menghadap Allah kembali adalah membawa amalan bukan membawa harta dunia.
Orang orang terdekat, keluarga, dan kerabat dianjurkan untuk ikut mengiring jenazah dari setelah
pemandian menuju ke kuburan. Hal ini adalah proses terakhir keluarga untuk mendampingi
mayit menuju ke tempat berpulang akhirnya. Saat mengiringi jenazah tentu tidak bersikap sambil
senda gurau atau bersuara. Termasuk tidak dianjurkan juga untuk berzikir atau membaca Al-
Quran.
2. Pengiring Jenazah
Pengiring jenazah yang mengantar dengan berjalan kaki berada di sekitar mayit dan yang
menggunakan kendaraan berada di belakang iringan mayit. Jika kendaraan yang lewat, maka
didahulukan untuk jenazah yang lewat. Untuk para pengiring jenazah juga tidak dianjurkan
untuk duduk terlebih dahulu sebelum jenazah diturunkan dari pundak pembawanya.
Saat memasuki kuburan pengiring pun juga harus mengucapkan salam dan melepaskan alas kaki.
Bacaan yang diucapkan adalah “assala-mu „alaikum da-ra qoumin mu‟mini-na wa inn aissya-
allo-hu la-khiqu-n. Allohumma la-takhrimna-ajrohum wala taftinna-badahum”.
Bisa juga membaca “assala-mu „alaikum ahlad diyari minal mu‟mini-na walmuslimin, wa
inna- insya- allo-hu bikum la-khiqu-n. Nasalullo-ha lana wa lakumul „afiyah”
Adanya dua atau tiga orang yang terdekat dari keluarga mayit memasukkan mayit ke dalam
kubur dengan berdiri untuk menerima jenazah yang akan dikuburkan. Keluarga yang
memasukkan diusahakan adalah mereka yang saat malam harinya tidak berjunub. Jenazah
dikuburkan dari arah kaki kubur dan mendahulukan kepala sambil membaca “Bismillahi Wa Ala
Millati Rasulullah” yang artinya “Dengan Nama Allah dan atas agama Rasulullah”.
Khusus untuk jenazah perempuan maka dibentangkan kain di atas liang kubur. Untuk mayit baik
laki laki atau perempuan maka dimiringkan ke sisi kanan dan menghadap kiblat. Tidak lupa
melepas tali-tali dan membuka kain yang menutupi pipi serta jari-jari kaki sehingga bisa
menempel ke tanah.
5. Proses Penutupan Kuburan
Saat proses menutup kuburan maka digunakan dengan papan kayu atau bambu, lempeng, dengan
memberikan rongga yang cukup di lubangnya. Selain itu juga menimbun liang kubur dengan
tanah yang ditinggikan satu jengkal. Setelah selesai maka dipasang juga batu, kayu, atau bambu
pada arah kepala tanpa diberi identitas apapun. Jika sudah selesai, pengiring jenazah dan para
pengantar jenazah dapat menyaksikan penguburan sambil menaburkan tanah ke atas kuburan
sebanyak tiga kali.
Ada beberapa larangan yang berkaitan dengan proses penguburan. Hal-hal ini tentu harus
diperhatikan oleh para pantia dan pengiring jenazah.
Meninggikan timbunan kuburan lebih dari satu jengkal di atas permukaan tanah.
Menembok kuburan dan menjadi bangunan
Menulisi kuburan dengan berbagai tulisan
Duduk di atas Kuburan
Menjadi kuburan sebagai bangunan masjid
Berjalan di atas kuburan tanpa menggunakan alas kaki
Melakukan perbuatan-perbuatan yang dapat menjurus ke arah syirik dan takhayul,
meminta doa pada mayit, dan mistis