Anda di halaman 1dari 24

UNIVERSITAS PERTAMINA

FAKULTAS TEKNOLOGI EKSPLORASI DAN PRODUKSI


PR POGRAM STUDI TEKNIK GEOLOGI

Kelompok 14

Anggota : 1. Rizki Kurniawan 101220020

2. ArcanaAnggreliya Klau Rissa 101220021

3. Nalindro Langit Gemilang 101220025

4. Nikolas Prabhata Ariaputra 101220061

5. Teuku Muhammad Hadist 101220068

6. Revanda Putra Kumara 101220132

7. Salsabila Caramoy 101220133

RESUME FOSIL VERTEBRATA

A. Kalsifikasi dan Taksonomi


a. PISCES
Pisces memiliki habitat di air menggunakan alat pernafasan berupa insang. Hewan ini
mempunyai sirip yang berfungsi untuk menentukan arah gerak di dalam air dan memiliki
gurat sisi untuk mengetahui tekanan air. Termasuk hewan berdarah dingin (poikiloterm),
yaitu suhu tubuh disesuaikan dengan lingkungan. Pisces berkembang biak dengan bertelur
(ovipar). Berdasarkan jenis tulangnya ikan dibagi menjadi 3 kelompok, yaitu :

 Agnatha (Ikan tanpa rahang): Ordo Agnatha, Contoh species Petromyzon, ikan
lamprey, Polistrotema (ikan hag), Contoh species Polistrotema (ikan hag)
 Chondrichthyes atau ikan tulang rawan, Contoh species : Ikan Hiu Berkepala Bison
(Heterodontus sp), Ikan hiu martil (Spyrna tudes), Ikan hiu Berkepala anjing
(Squalus acanthias), Ikan Pari (Dasyatis sabina), Ikan cucut macan (Sphyrna
blochii)
 Osteichthyes atau ikan tulang keras, contoh : ikan mas, ikan gurami, ikan tongkol.
Vertebrata pisces
b. AMPHIBIA
Amphibia merupakan hewan yang dapat hidup pada dua habitat, yaitu darat dan air,
tetapi tidak semua jenis Amphibia hidup di dua tempat kehidupan. Beberapa jenis katak,
salamander, dan caecilian ada yang hanya hidup di air dan ada hanya di darat. Namun
habitatnya secara keseluruhan dekat dengan air dan tempat yang lembap seperti rawa dan
hutan hujan tropis. Hewan ini bernafas dengan insang, paru-paru dan memiliki suhu badan
poikiloterm, berkembang biak dengan bertelur (ovipar) dan pembuahan terjadi di luar tubuh
(eksternal). Amphibia dibagi menjadi 3 ordo, yaitu :

© PROGRAM STUDI TEKNIK GEOLOGI – UNIVERSITAS PERTAMINA 2021


 Ordo Stegoephalia: Contoh Spesiesnya adalah Ichtyopsis
 Ordo Caudata: Contoh spesiesnya adalah Cryptobranchus (Salamander sungai),
Hynobius (Salamander yang hidup di dataran Asia), Megalobatrachus maximus
(Salamander yang biasa dimakan di Jepang)
 Ordo Anura: Contoh Spesiesnya adalah Rana sp. (Katak), Polypedates leucomystax
(Katak pohon), Microhyla (Kintel), Bufo Marinus (Katak besar)

c. REPTILIA

Reptilia (dalam bahasa latin, reptil = melata) memiliki kulit bersisik yang terbuat dari zat
tanduk (keratin). Sisik berfungsi untuk mencegah kekeringan. Ciri lain yang dimiliki oleh
sebagian besar reptil adalah anggota tubuh berjari lima, bernapas dengan paru-paru, jantung
beruang tiga atau empat, menggunakan energi lingkungan untuk mengatur suhu tubuhnya
sehingga tergolong hewan poikiloterm, fertilisasi secara internal, menghasilkan telur
sehingga tergolong ovipar dengan telur bercangkang. Reptilia dibagi menjadi 4 Ordo :

 Ordo Chelonia
 Rhynchocephalia
 Squamata
 Crocodilia

d. AVES

Aves memiliki suhu badan homoiterm (suhu badan tetap, tidak terpengaruh suhu
lingkungan). Memiliki tubuh berbulu yang membentuk sayap dan digunakan untuk terbang.
Tulangnya berongga sehingga ringan. Berkembang biak secara bertelur (ovipar) dan
pembuahan di dalam tubuh. Telur aves bercangkang dan memiliki kuning telur yang besar.
Hewan ini bernafas dengan paru-paru dan memiliki pundi-pundi udara yang membantu
pernafasan saat terbang. Contoh : ayam, kasuari, bebek, angsa. Aves dibagi menjadi beberapa
Ordo :

 Ordo Colombiforines
 Ordo Coracaiiformes
 Ordo Grana Cares
 Ordo Nato Tores
 Ordo Rapaces

e. MAMMALIA

Ciri khas dari mammalia adalah kelenjar susu. Susu dihasilkan oleh kelenjar (mammae)
yang terdapat di daerah perut atau dada. Mammalia disebut juga hewan menyusui karena
menyusui anaknya. Tubuh mammalia tertutup oleh rambut yang berfungsi sebagai insulasi
yang memperlambat pertukaran panas dengan lingkungan, sebagai indera peraba antara lain
pada kumis, sebagai pelindung dari gesekan maupun sinar matahari, sebagai penyamar atau
pertahanan untuk melindungi dari mangsa, dan sebagai penciri kelamin. Mammalia
berkembang biak dengan cara melahirkan (vivipar). Hewan ini memiliki suhu tubuh
homoiterm (suhu tubuh tetap) dan bernafas dengan paru-paru. Mammalia memiliki otak yang
lebih berkembang dibandingkan dengan hewan vertebrata lainnya. Macam-macam ordo
hewan mamalia.

 Ordo Insectivora
 Ordo Phalidata
 Ordo Chiroptera

© PROGRAM STUDI TEKNIK GEOLOGI – UNIVERSITAS PERTAMINA 2021


 Ordo Marsupialia
 Ordo Prosboscidae
 Ordo Artidactyea

Taksonomi :

Kingdom (kerajaan)

Phylum (filum)

Classis (kelas)

Ordo (bangsa)

Familia (famili)

Genus (marga)

Species (spesies)

Ras

B. Karakteristik Umum
a. Pisces

 Tubuh terdiri dari kepala, badan dan ekor. Tubuh ditutupi oleh kulit yang umumnya
bersisik dan berlendir. Terdapat empat tipe sisik yaitu ganoid, plakoid, stenoid dan
sikloid. Pisces memiliki sirip untuk berenang. Endoskleton tersusun tulang rawan
atau tulang keras.
 Pisces bernapas dengan insang, insang ditutupi oleh Operkulum ( tutup insang ).
Insang ada yang mengalami perluasan yang disebut dengan labirin. Contohnya pada
ikan Trichogaster sp. Helostoma sp, Anabas sp, dan Osphronemus goramy ( gurami
). Pisces memiliki organ tambahan yang berupa gelembung renag yang berfungsi
sebagai pembantu pernapasan dan juga alat hidrostatis.
 Bersifat Poikilotern ( berdarah dingin / suhu tubuh yang dipengaruhi oleh suhu
lingkungan ).
 Sistem peredaran darah tertutup tunggal artinya satu kali peredaran darah hanya satu
kali melalui jantung. Jantung terdiri atas dua ruang yaitu satu ventrikel dan satu
atrium.
 Sistem pencernaan yang lengkap dengan dimulai dari mulut, kerongkongan,
lambung, usus dan anus.
 Alat ekskresi yang berupa ginjal dengan tipe pronefron dari mesonefron.
 Sistem koordinasi yang terdiri atas sistem saraf pusat ( otak dan sumsum tulang
belakang ) dan sistem hormone. Pisces juga mempunyai alat indra dengan berupa
sepasang mata, sepasang telinga dalam, indra pembau dan juga gurat sisi. Gurat sisi
yang terdapat di sepanjang sisi tubuhnya yang berfungsi untuk mengetahui
perubahan tekanan air.
 Alat kelamin yang terpisah atau hermafrodit. Fertilisasi terjadi secara eksternal (
diluar tubuh ) atau internal ( didalam tubuh ). Pisces yang bersifat ovipar, ovovivipar
atau vivipar.

b. Amphibi

 Penutup pada tubuhnya berupa kulit yang berlendir


 Hewan tersebut berdarah dingin (poikiloterm)
 Amfibi tersebut mengalami metamorfosis sempurna.

© PROGRAM STUDI TEKNIK GEOLOGI – UNIVERSITAS PERTAMINA 2021


 Hewan ‘berkaki empat’ (tetrapoda) yang dengan alat gerak berupa 2(dua) pasang
kaki. Kaki amfibi tersebut mempunyai selaput renang yang terdapat di antara jari-jari
kakinya tersebut. Kaki tersebut berfungsi juga untuk dapat melompat serta berenang.
 Jantung pada amfibi terdiri dari 3(tiga) ruangan yakni 2(dua) serambi dan juga
1(satu) bilik.
 Alat pernafasan pada amfibi setelah dan juga sebelum bermetamorfosis berbeda. Saat
masih larva (kecebong) alat pernapasannya ialah berupa insang. Setelah dewasa
bernafas menggunakan paru-paru dan juga kulit.
 Mata pada amfibi mempunyai selaput tambahan disebut dengan membrana niktitans.
Selaput tersebut berguna disaat menyelam.
 Amfibi tersebut berkembang biak dengan cara bertelur dan juga pembuahan
eksternal, yakni betina melepaskan telurnya dan juga kemudian dibuahi oleh yang
jantan di luar tubuh induknya.

c. Reptilia

 Bentuk tubuh bervariasi, ada yang sangat pendek dan ada yang memanjang. Tubuh
ditutupi oleh tonjolan epidermal berupa sisik dengan penambahan lempeng tulang
dari lapisan dermal.
 Tungkai berpasangan, biasanya dengan lima jari dan teradaptasi untuk
memanjatberlari atau berenang, kecuali pada ular dan beberapa kadal
 Skeletonnya tersusun atas keras, tulang rusuk dilengkapi sternum ( kecuali pada ular)
membentuk rongga/ keranjang dada yang lengkap, tengkorak memiliki satu kondilus
oksipital
 Bernapas dengan paru-paru, tidak ada insang, kloaka digunakan untuk respirasi pada
beberapa hewan, adanya lengkung branchi pada fase embrio
 Peredaran darah tertutup dan ganda. Jantung dengan 3 ruang (2 atrium, 1 ventrikel),
khusus pada ordo Crocodilia 4 ruang dan terdapat foramen panizzae. Memiliki satu
pasang lengkung aorta
 Alat ekskresi berupa sepasang ginjal metanephros, hasil ekskresinya berupa asam
urat terutama sisa nitrogen
 Sistem saraf dilengkapi dengan lobus optik pada bagian dorsal otak, 12 pasang saraf
cranial pada tambahan saraf terminalis
 Alat kelamin terpisah, fertilisasi internal
 Telur ditutupi oleh cangkang kapur atau keras, selaput ekstraembrionik (amnion,
korion dan allantois) , tidak ada fase larva yang hidup di air
 Hewan ektothermal, memiliki beberapa kebiasaan untuk menjaga suhu tubuhnya
 Dua lubang hidung pada moncongnya. Mata besar lateral, mempunyai kelopak mata
atas dan bawah. Membrane niktitans tembus cahaya. Lubang telinga tetutup oleh
lipatan kulit.

d. Aves

 Aves mempunyai ciri tubuh yang hampir semuanya ditutupi oleh bulu. Fungsinya
guna menghangatkan tubuh.
 Memiliki sayap yang berguna untuk terbang serta sepasang kaki.
 Pada bagian kepala ada paruh, sepasang mata, lubang hidung serta lubang telinga.
 Homoiterm (Berdarah Panas).
 Bernapas dengan paru-paru dan kantung hawa.
 Berkembang biak secara seksual dan ovipar (bertelur).
 Habitat di air serta di darat.
 Alat ekskresi berupa ginjal dan tidak mempunyai kandung kemih.

© PROGRAM STUDI TEKNIK GEOLOGI – UNIVERSITAS PERTAMINA 2021


e. Mamalia

 Kelenjar susu pada mamalia sama dengan manusia, yang mana ketika nipledihisap,
akan terjadi peransangan terhadap susu yang terletak didalam payudara mamalia
yang mana akan terjadi kontraksi sel epitel otot. Hormon yang berpengaruh terhadap
proses ini adalah oksitosin
 Mamalia memiliki rambut yang menutupi tubuhnya
 Mamalia bernafas dengan paru-paru. Oksigen yang dihirup akan sampai ke paru-paru
kemudian diedarkan ke seluruh jaringan dan sel di seluruh tubuh.
 Otot diafragma adalah otot yang terletak dibawah paru paru. Otot ini akan bergerak
ketika proses bernafas terjadi. Hal ini akan membantu paru paru untuk mengembang
sehingga oksigen masuk kedalam paru paru dalam jumlah yang cukup. Begitu juga
dengan pengeluaran karbondioksida.
 Jantung pada mamalia terdiri atas dua bilik dan dua serambi. Ke empat ruang jantung
ini bekerja secara bersamaan dan continue untuk mengalirkan darah keseluruh tubuh.
 Suhu tubuh pada mamalia umumnya diatur oleh hipotalamus. Sebuah bagian kecil
pada otak yang berfungsi untuk mengatur suhu. Contohnya pada beruang kutub,
mereka tetap dapat bertahan dalam keadaan dingin dikarenakan suhu tubuhnya yang
disesuaikan secara otomatis.
 Mamalia melakukan fertilisasi internal yaitu pembuahan di dalam. Mamalia
berkembang biak dengan cara melahirkan.
 Mamalia memiliki rangka pembentuk tubuh. Rangka tersebut terdiri dari otot dan
tulang. Tulang ini juga berfungsi sebagai pelindung organ-organ penting yang
terdapat di dalam tubuh mamalia.

C. Aspek Hidup
Hewan vertebrata merupakan hewan yang memiliki tulang belakang. Hewan vertebrata
memiliki tubuh yang simetri bilateral, terdapat rahang, dan memiliki system peredaran darah
yang tertutup serta sisa-sisa metabolisme dikeluarkan melalui ginjal. Pada umumnya hewan
vertebrata hidup di berbagai habitat yaitu di perairan maupun di daratan.

 Pisces (Ikan)
Pisces merupakan hewan bertulang belakang yang hidup di lingkungan perairan seperti
air tawar dan air laut. Pisces memiliki sirip untuk bergerak bebas dan menjaga
keseimbangan tubuhnya, bernafas menggunakan insang untuk hidup di air, serta
memiliki suhu tubuh yang berubah-ubah. Pisces hidup secara berkelompok untuk
melindungi diri dari predator dan individu yaitu yang memiliki kemampuan khusus.
Reproduksi pisces terjadi secara seksual dengan cara bertelur (ovipar), termasuk
golongan pemakan bangkai (scavenger), dan Terjadi pembuahan secara eksternal.

 Amphibia
Amphibia merupakan hewan bertulang belakang yang hidup di dua alam yaitu daratan
dan perairan. Kelas ini mencakup sekitar 4000 spesies. Tubuh amphibia lembab dan
bernafas menggunakan insang, serta memiliki suhu tubuh yang berubah-ubah. Amphibia
hidup secara individu dan reproduksi terjadi secara generative dengan cara bertelur
(ovipar), termasuk golongan pemakan serangga (insektifora), dan Terjadi pembuahan
secara eksternal.

 Reptilia
Reptilia merupakan hewan bertulang belakang yang hidup di dua alam yaitu daratan dan
perairan. Reptilia merupakan predator teratas dengan tergolong hewan karnivora. Kelas
ini mencakup 7.000 spesies Tubuh yang bersisik, menggunakan paru-paru untuk
bernapas, serta memiliki suhu tubuh yang berubah-ubah. Reptilia hidup secara

© PROGRAM STUDI TEKNIK GEOLOGI – UNIVERSITAS PERTAMINA 2021


berkelompok dan individu. Reprodusi reptilia secara seksual dengan cara bertelur
(ovipar), dan Terjadi pembuahan secara internal.

 Aves
Aves merupakan hewan bertulang belakang yang hidup di darat dan udara. Kelas ini
mencakup 10.000 spesies. Aves bernapas menggunakan paru-paru yang dibantu
menggunakan pundi udara, serta Tubuh aves berbulu yang berbentuk sayap. Suhu tubuh
tidak berubah-ubah dan tidak terpengaruh lingkungan luarnya. Aves hidup secara
berkelompok dan individu. Reproduksi aves secara bertelur (ovipar), dan Terjadi
pembuahan secara internal.

 Mamalia
Mamalia merupakan hewan bertulang belakang yang hidup di darat namun ada sebagian
yang dapat di lingkungan perairan. Kelas ini mencakup 5.000 spesies. Mamalia bernafas
menggunakan paru-paruyaitu dari hidung-tenggorokan-lalu ke paru. Memiliki kelenjar
susu (mamae) untuk menyusui anaknya. Mamalia juga memiliki rambut terdiri dari
protein yang disebut keratin. Rambut mamalia memiliki fungsi tertentu, yaitu sebagai
bahan penyekat yang memperlambat pertukaran panas dengan lingkungan, sebagai
indera peraba terutama pada jenggot, sebagai pelindung terhadap gesekan dan sinar
matahari, sebagai kamuflase atau pertahanan diri untuk melindungi diri. dari predator,
dan sebagai tanda Gender, memiliki suhu yang tetap. Mamalia hidup secara individu
dengan cara vivipar, dan Pembuahan terjadi secara internal.

D. Paleoekologi
Paleokologi adalah studi tentang relasi ekologi yang berdasarkan diversitas fosil
organisme di masa lampau. Upaya dalam ilustrasi masa lalu sering disebut sebagai
rekontruksi paleoenvironmetal yang berfokus pada faktor abiotik, seperti suhu, kedalaman air,
curah hujan, dan salinitas air. Selain itu, faktor biotik mecakup proporsi herbivora dan
predator serta jumlah spesies dalam asosiasi fosil. Di dalam paleokologi, seringkali digunakan
proxy untuk memperoleh informasi terhadap suatu faktor. Kemudian, sedimen yang
diterapkan sebagai tempat fosil terawetkan mengindikasi jenis lingkungan organisme hidup.
Sedimen sangat informatif terhadap paleoekologi karena fitur sedimen terawetkan dan
memberi petunjuk tentang sedimen diendapkan.

Ketika organisme hidup dan tumbuh, terjadi penggabungan isotop — atom yang
mengandung lebih besar atau lebih sedikit daripada yang biasanya ditemukan dalam atom
unsur — oksigen, karbon, dan nitrogen ke dalam bagian rangka yang keras. Berbagai macam
isotop yang berbeda dan terbagi di dalam dua kategori umum, yaitu radioactive dan stable.
Pada radioactive isotopes decay over time digunakan untuk penentuan usia absolut batuan,
mineral, dan fosil. Sedangkan, stable isotopes mengungkapkan secara rinci tentang tingkat
pertumbuhan, rentang hidup, musim, kondisi lingkungan, dan bahkan evolusi kehidupan
paling awal di bumi.

Isotop oksigen dan isotop karbon sangat umum di lingkungan organisme hidup dan
mudah berasosiasi terhadap jaringan biologis. Selain itu, isotop strontium dapat diterapkan
sebagai penggunaan pergerakan habitat yang dapat mengindikasi wilayah organisme hidup.

© PROGRAM STUDI TEKNIK GEOLOGI – UNIVERSITAS PERTAMINA 2021


Skala waktu geologi adalah sistem yang digunakan sebagai pembanding batuan dan fosil.
Skala waktu geologi terbagi 4 komponen, yaitu Eons, Eras, Periods, dan Epochs. Pada Eons,
terurut pembagian dari tertua ke termuda, yaitu Hadeon, Archean, Proterozoic, dan
Phanerozoic atau secara umum dikenal sebagai Precambrian. Kemudian, Eras terbagi atas
Cenozoic, Mesozoic, dan Paleozoic. Selanjutnya, Periods terbagi dari urutan tertua ke
termuda, yaitu Cambrian, Ordovician, Silurian, Devonian, Carboniferous, dan Permian.
Selain itu, Epoch terbagi atas 3 komponen, yaitu Paleogen (Paleocene, Eocene, Oligocene),
Neogene (Miocene, Pliocene), dan Quaternary (Pleistocene, Holocene).

Hewan vertebrata diklasifikasikan menjadi 5, yaitu pisces, amphibia, reptilia, aves,


dan mammalia. Lingkungan hidup pisces berada di perairan, amphibia berada di darat dan air,
reptilia berada di darat dan air, aves berada di udara, dan mammalia secara umum berada di
darat, namun terdapat organisme yang tinggal di laut, seperti paus. Lingkungan hidup hewan
vertebrata secara umum berada di non-akuatik, seperti sabana, penggunungan, hutan tropis,
dan sebagainya. Namun, bukan tidak mungkin bila lingkungan hidup hewan vertebrata berada
di wilayah selain darat, seperti udara (aves) dan darat serta air (reptilia, amphibia). Faktor di
dalam relasi dengan lingkungan hidup organisme, habitat, adaptasi dan faktor pembatas, dan
sumber daya bagi kehidupan (makanan, oksigen, tempat, air) sangat berperan penting bagi
kehidupan organisme tersebut atau fosilisasi.

Habitat sebagai unit geografi yang efektif mendukung keberlangsungan kehidupan


organisme tersebut. Di dalam habitat, terdapat hal yang berkaitan, seperti seleksi,
ketersediaan, kerusakan, dan fragmentasi terhadap habitat. Pada adaptasi dan faktor pembatas,
terdapat 5 klasifikasi respon, yaitu semu, letal, berarah, pengontrolan, dan defisien.
Kemudian, terdapat tipe dormansi, antara lain torpor, hibernasi, tidur di musim dingin, dan
aestivasi. Selain itu, adaptasi morfologi membuat modifikasi alat gerak, bentuk dan ukuran,
struktur organ pencernaan hewan, bentuk gigi, struktur kaki, dan corak warna kulit atau bulu.
Selanjutnya, adaptasi fisiologi dan perilaku terhadap organisme dengan lingkungannya.

E. Sejarah Evolusi
1. Pisces
a. Ikan Tak Berahang (Kelas Agnatha)

Vatebrata pertama yang ditemukan sebagai fosil adalah ikan tak berahang,
ostrakodermi. Beberapa terdapat dalam batu-batuan Ordovisium, meskipun pada zaman.
Silur mereka terdapat dalam jumlah lebih banyak yaitu ikan pipih (1 sampai 30 cm).
Hidup dengan dengan menghisap zat-zat organik dari dasar sungai. Pertukaran gas terjadi
pada pasangan-pasangan insang interna, dengan tiap insang ditunjang satu lengkung
tulang. Air masuk melalui mulut, melalui insang dan keluar melalui serangkaian kantung
insang yang bermuara di permukaan. Tidak memiliki sirip dan ikan tersebut bergerak
dengan gerakan undulasi.

b. Plakodermi

© PROGRAM STUDI TEKNIK GEOLOGI – UNIVERSITAS PERTAMINA 2021


Plakodermi berbeda dengan moyang agnathanya dalam 2 hal yang mendasar, yaitu
mempunyai rahang dan sirip yang berpasangan. Yang pertama membantu dalam
memangsa hewan yang lebih kecil secara aktif. Kedua membantu lokomosi dengan
menstabilkan ikan tersebut di dalam air.

Sebagian besar dari ikan-ikan ini kemudian punah, tetapi beberapa diantaranya
menghasilkan garis keturunan yang mengembangkan dua kelas besar ikan masa kini
yaitu, ikan tulang rawan) dan ikan tulang sejati (Osteichthyes). Zaman Devon ditandai
dengan periode-periode ketika banyak danau dan sungai menjadi kering atau menjadi jauh
lebih kecil dan lebih hangat. Perubahan lingkungan ini menyebabkan tekanan seleksi yang
hebat pada ikan air tawar Zaman Devon.

c. Ikan Bertulang Rawan (Kelas Chondrichthyes)

Ikan bertulang rawan yang paling awal adalah hiu yang tidak jauh berbeda dengan hiu
masa kini, memperoleh namanya dari fakta bahwa kerangkanya terdiri atas tulang rawan
dan bukan tulang keras. Ikan hiu mempunyai rahang yang berkembang dari kedua pasang
pertama lengkung insang. Dalam hal ini, sepasang celah insang tidak diperlukan lagi.
Akan tetapi, lubang ini masih terdapat pada beberapa ikan masa kini dan disebut spirakel.

d. Ikan Bertulang Sejati (Kelas Osteichthyes)

Ikan bertulang sejati menempuh cara mengatasi masalah kekeringan yang terjadi
secara berkala dengan mengembangkan sepasang kantung hasil perkembangan faring
yang berfungsi sebagai paru-paru primitif. Ikan-ikan ini dengan cepat (masih dalam
zaman Devon terpecah menjadi 3 kelompok berbeda yaitu paleoniskoida, ikan paru-paru
dan krosopterigia. Zaman Devon dikatakan sebagai ?€?Zaman Ikan" karena selama
zaman ini terjadi radiasi adaptif yang luar biasa dari kelompok ini. Baik air tawar maupun
air laut dihuni oleh mereka. Akan tetapi menjelang akhir zaman Devon timbullah
kelompok vertebrata baru. kelompok ini adalah kelompok amfibia, vertebrata berkaki
empat atau tetrapoda yang pertama.

2. Amfibi
Amfibia merupakan perintis verebrata daratan. Paru-paru dan tulang anggota tubuh yang
mereka warisi dari moyang krosopterigia, memberikan sarana untuk lokomosi dan bernapas
di udara. Atrium kedua dalam jantung memungkinkan darah yang mengandung oksigen
langsung kembali ke dalamnya untuk dipompa kembali ke seluruh badan dengan tekanan
yang penuh. Sementara pencampuran darah yang kaya oksigen dengan darah yang miskin
oksigen terjadi dalam dalam ventrikel tunggal, jantung yang beruang 3 memberikan
peningkatan yang berarti dalam efisiensi peredaran dan dengan demikian meningkatkan
kemampuan untuk mengatasi lingkungan daratan yang keras dan lebih banyak berubah-ubah.

Amfibia telah mengembangkan telinga sederhana dari struktur yang diwarisinya dari
moyang mereka. Spirakel tertutup dengan membran yang berfungsi sebagai gendang telinga
dan tulang rahang yan tidak terpakai lagi (berasal dari lengkung insang agnatha) berguna
untuk meneruskan getaran dari membran ini ke telinga dalam. Amfibia yang paling awal
adalah Diplovertebron, panjangnya ??60 cm. Beberapa contoh fosil berukuran 2.5 cm.
Amfibia ini hanya berjaya selama zaman Karbon. Bumi ditutupi oleh rawa yang luas,
kehidupan tumbuhan yang berlimpah, dan terdapat banyak insekta untuk di makan oleh
amfibia. Zaman ini sering disebut zaman Amphiba. Zaman ini diikuti oleh suatu periode
(Permian) ketika bumi menjadi lebih dingin dan lebih kering. Penurunan kejayaan amfibi

© PROGRAM STUDI TEKNIK GEOLOGI – UNIVERSITAS PERTAMINA 2021


terjadi yang berlangsung terus sampai sekarang. Pada waktu ini hanya tertinggal tiga ordo
ialah :

(1) katak dan bangkong (ordo Anura),


(2) Salamander dan kadal air (newt) (ordo Urodela),
(3) Sesilia (ordo Apoda), yang merupakan hewan seperti cacing dan tanpa kaki. Karena
tidak mempunyai kulit dan telur yang kedap air, maka tak ada satu amfibia pun yang
dapat menyesuaikan sepenuhnya dengan keadaan

3. Reptilia

Reptilia adalah hewan pertama yang benar-benar hewan daratan. Reptilia berkembang
dari amfibia pada zaman Karbon. Kelebihan reptilia yang paling awal ‘Kotiloaurus’ terhadap
amfibi adalah :

-Perkembangan telur yang bercangkang dan berisi kuning telur (yolk) yang dapat
diletakkan di tanah tanpa kemungkinan menjadi kering.

-Cangkang kedap air dan kedap terhadap sperma, sehingga perkembangan telur yang
bercangkang terjadi bersamaan dengan perkembangan fertilisasi internal.

-Embrio dilindungi oleh cairan yang terdapat dalam amnion, mendapat makanan dari
kantong kuning telur (yolk), bernapas melalui korion dan alantois, dan menyimpan
limbah metabolisme di dalam kantong yang dibentuk oleh alantois.

Reptilia paling awal, yang kakinya pendek menjulur ke samping tubuh, menghabiskan
sebagian besar waktunya di dalam air dan hanya bertelur di darat sehingga mudah
disembunyikan dari mangsa. Seiring semakin keringnya zaman Permian, modifikasi lain
untuk hidup di daratan kering berevolusi. Perkembangan kulit kering memungkinkan mereka
untuk meninggalkan air dengan aman. Tetapi kulit kering tidak dapat digunakan untuk
respirasi. Penyempurnaan paru-paru dikembangkan dengan

pembesaran rongga rusuk. Sekat ventrikel mengurangi pencampuran darah yang


mengandung oksigen dengan darah yang kurang oksigen sehingga memungkinkan efisiensi
peredaran darah. Kotilosaurus mengalami radiasi adaptif dan menghasilkan lima garis
keturunan yang utama, yaitu

-Pelikosaurus, menghabiskan sebagian besar hidupnya dalam air dengan kaki yang berada
di bawah sehingga memungkinkan untuk berlari lebih cepat dan lebih ringan di darat.
Dari pelicosaurus inilah berevolusi sekelompok reptil di darat yaitu terapsida. Pada awal
zaman Mesozoikum terapsida merupakan reptilia yang paling banyak jumlahnya, tapi
mereka segera dilampaui oleh kelompok lain. Namun, hal tersebut hanya bersifat
sementara (& 100 juta tahun), karena keturunan terapsida yaitu mamalia, pada akhirnya
menguasai bumi ini.

- Penyu (Ordo Chelonia), dari asal-usulnya dalam era Mesozoikum awal sampai sekarang,
sebagian besar penyu hidup di air tawar atau di lautan Meskipun habitatnya demikian,
mereka tidak meninggalkan warisan adaptasi darat mereka. Mereka bernapas dengan
paru-paru dan meletakkan telur bercangkangnya di darat. Penyu air tawar merayap ke
darat untuk membuat lubang dalam pasir atau tanah untuk bertelur. Meskipun tidak
punah, penyu merupakan kelompok yang paling menonjol, karena masih ada setelah
berada di bumi selama 200 juta tahun, dimana sebagian besar reptilia sezamannya telah
punah.

© PROGRAM STUDI TEKNIK GEOLOGI – UNIVERSITAS PERTAMINA 2021


- Plesisaurus dan Iktiosaurus, merupakan anggota kedua garis keturunan reptilia laut yang
berkembang dalam periode Jura tetapi punah pada akhir zaman Mesozoikum. Mereka
pemakan ikan, hal ini sesuai dengan kehidupan di laut. Namun kenyataanya, anggota
tubuh yang menyelip di sirip sangat sesuai untuk lokomosi di darat sehingga iktiosaurus
mempertahankan telur di dalam tubuh induk dan tidak bertelur di darat. Anak yang
dilahirkan hidup dan aktif, seperti halnya ikan hiu berenang.

- Diapsida, merupakan garis keturunan kelima dari iktiosaurus. Disebut diapsida karena
mempunyai struktur tulang lengkung ganda yang khas di daerah temporal tengkorak.
Diapsida mempunyai adaptasi fisiologis yang penting untuk hidup di darat yang tidak
terdapat pada kelompok lain, yaitu kemampuan untuk mengubah limbah nitrogen menjadi
asam urat yang hampir tidak dapat larut. Asam urat keluar sebagai pasta putih bersama
feses. Kemampuan kelompok ini dan keturunannya mengekresikan limbah nitrogen
sehingga membebaskan mereka hampir seluruhnya dari ketergantungan pada air minum.

4. Aves

Kelompok reptilia kedua yang mengudara mengembangkan suatu modifikasi yang tidak
terdapat pada pterosaurus yaitu bulu, Pertumbuhan bulu ini memberi permukaan bagi sayap
yang luas, ringan tetapi kuat. Bulu ini juga memberikan insulasi (penutup hangat) bagi tubuh,
sehingga membuatnya lebih kecil namun dapat mempertahankan suhu tubuh yang relatif
tinggi dan tetap meskipun di daratan beriklim dingin. Bulu menjadi penciri utama munculnya
burung pertama.

Penemuan fosil Archeopteryx dalam batuan zaman Jura merupakan salah satu contoh
yang terbaik dari ‘mata rantai yang hilang’. Hewan ini mempunyai bulu, dengan demikian
kita menyebutnya burung. Tetapi hubungannya dengan reptilia jelas. Sayap yang agak
rudimeter mempunyai cakar, dalam mulut terdapat gigi dan mempunyai ekor yang panjang,
Ciri-ciri reptilia ini tidak ditemui lagi pada burung-burung yang masih hidup.

Meskipun hewan ini pada akhir zaman Mesozoikum sudah mantap, tetapi pada zaman
Cenozoikum burung-burung ini mengalami radiasi adaptif yang luas. Jumlah spesies yang
besar dan distribusinya yang luas membuktikan keberhasilan mereka. Struktur dan fisiologi
burung diadaptasikan untuk penerbangan yang efisien, yaitu Sayap menjadi paling utama,
memungkinkan burung terbang jarak jauh untuk mencari makanan yang cocok dan
berlimpah dan meloloskan diri dari pemangsa. yang efisien harus ringan dan kuat.

Keringanan tubuh burung diperoleh dari bulu, tulang-tulang yang berongga dan gonad
tunggal (pada betina) yang membesar dan aktif hanya selama musim kawin. Hilangnya gigi
mengurangi berat kepala. Fungsi gigi ini dilaksanakan oleh empedal Kekuatan dicapai
dengan otot dada besar yang terpaut pada tulang dada yang sangat membesar. Mempunyai
jantung beruang 4 dan efisiensinya memungkinkan perkembangan suhu tubuh yang tetap
(homeotermi). Homeotermi juga memungkinkan laju metabolisme yang tinggi pada semua
suhu lingkungan. Burung dapat tetap aktif dalam cuaca dingin. Laju metabolisme yang tinggi
mencerminkan pelepasan energi yang cepat untuk terbang,

© PROGRAM STUDI TEKNIK GEOLOGI – UNIVERSITAS PERTAMINA 2021


5. Mamalia

Mamalia pertama timbul pada akhir zaman Trias dari moyang terapsida. Mereka
merupakan hewan kecil yang sangat aktif yang makanannya terutama terdiri atas insekta
Kemampuan yang aktif ini berhubungan dengan kemampuannya untuk memelihara suhu
tubuh yang tetap (homeotermi). Hal ini berkaitan dengan perkembangan jantung beruang 4
dan pemisahan sempurna dari peredaran darah oksigen dan sistemik. Konservasi panas tubuh
dimungkinkan dengan perkembangan rambut. Sementara mamalia yang paling awal bertelur
seperti moyang reptilia, anaknya setelah menetas diberi makan dengan susu yang
disekresikan oleh kelenjar dalam kulit induknya. Berlawanan dengan moyang reptilia, gigi
mamalia mengalami spesialisasi untuk memotong (gigi seri), menyobek (gigi taring), dan
menggiling (geraham) makanannya. Bahan kelabu serebrum, yang ditutupi oleh bahan puti
pada reptilia, tumbuh keluar diatas permukaan otak. Modifikasi ini mempunyai akibat yang
jauh. Evolusi mamalia yang paling awal berlangsung mulai beberapa jalur yang berbeda.
Dari kelompok tersebut, hanya tiga yang sampai sekarang masih hidup, yaitu:

1) Monotremata, mamalia bertelur (Subkelas Prototheria)

2) Marsupialia, mamalia berkantung (Subkelas Metatheria)

3) Mamalia berplasenta (Subkelas Eutheria)

Masing-masing dibedakan dari cara merawat anak selama masa perkembangan embrio.
Monotremata tetap bertelur seperti moyang terapsidanya. Platipus paruh bebek dan pemakan
semut berduri (ekidna) merupakan satu-satunya monotremata yang ada di bumi sekarang.
Pada marsupialia anak ditahan untuk jangka waktu yang pendek di dalam saluran reproduksi
induk. Selama waktu yang pendek ini, makanan diperoleh dari kantung kuning telur yang
tumbuh di dalam uterus. Tetapi anak itu dilahirkan pada tahap perkembangan yang sangat
awal. Kemudian merayap ke dalam kantung yang terdapat di perut induknya dan melekatkan
diri pada puting yang mengeluarkan air susu. Di sini perkembangan diselesaikan.
Marsupialia yang paling awal mungkin mirip dengan oposum. Pada bulan maret 1982
ditemukan sisa-sisa fosil marsupialia Polydolops sebesar 25 em di pulau Seymouz (ujung
utara Tanjung Antartika).

Mamalia berplasenta mempertahankan anaknya di dalam uterus induk sampai


berkembang dengan baik. Kuning telur hanya sedikit di dalam telur, tetapi membran extra
embrionik itu membentuk tal pusar dan plasenta sehingga anak yang sedang bertumbuh
mendapat makanannya langsung dari induknya. Selama kira-kira 70 juta tahun dalam era
Mesozoikum mamalia berplasenta hanya diwakili oleh satu ordo. Akan tetapi, pada akhir
epoh kedua, Eosin, dari era Cenozoikum, mamalia ini telah beradiasi menjadi paling sedikit
14 ordo yang berbeda.

F. Contoh Spesimen Fosil


 Pisces

© PROGRAM STUDI TEKNIK GEOLOGI – UNIVERSITAS PERTAMINA 2021


Spesimen ini merupakan fosil dengan jenis fosilisasi replacement. Terlihat dari tubuh ikan
yang aus dan tergantikan oleh mineral aragonit 90% dan mineral lempung 10%. Ikan ini
termasuk pada grup ray-finned fish.Tubuh ikan terlihat masih utuh dengan morfologi luar
yang tampak adalah mandibula, maxila, operculum, dan ekor.

TAKSONOMI
Kingdom: Animalia
Subkingdom:
Filum: Chordata
Subfilum: Vertebrata
Kelas: Actinopteri
Subkelas: Neopterygii
Ordo: Lepisosteiformes
Subordo:
Famili:
Subfamili:
Genus: Lepidotes
Spesies: Lepidotes elvensis BLAINVILLE, 1818

 Mamalia

Spesimen ini merupakan fosil dengan jenis fosil permineralisasi. Terlihat dari mandibula
organisme yang aus dan tergantikan oleh mineral silika 90% dan mineral lempung 10%.
Teramati adanya gigi secodont yang menunjukkan organisme ini karnivora.
TAKSONOMI
Kingdom: Animalia
Subkingdom:
Filum: Chordata
Subfilum: Vertebrata
Kelas: Mammalia
Subkelas:
Ordo: Carnivora
Subordo:
Famili: Mustalidae
Subfamili:
Genus: Gulo
Spesies: Gulo gulo LINNAEUS, 1758

© PROGRAM STUDI TEKNIK GEOLOGI – UNIVERSITAS PERTAMINA 2021


 Reptilia

Spesimen ini merupakan fosil dengan jenis fosilisasi permineralisasi. Terlihat dari
tengkorak yang aus dan beberapa digantikan dengan mineral karbon 20% dan silika 80%.
Tengkorak masih terlihat utuh dengan morfologi yang tampak dari luar adalah mandibula,
kranial, dan gigi.
TAKSONOMI
Kingdom: Animalia
Subkingdom:
Filum: Chordata
Subfilum: Vertebrata
Kelas: Reptilia
Subkelas:
Ordo: Crocodilia
Subordo:
Famili: Crocodylidae
Subfamili: Crocodylinae
Genus: Crocodylus
Spesies: Crocodylus niloticus LAURENTI, 1768

 Aves

Spesimen ini merupakan fosil dengan jenis permineralisasi. Terlihat dari tengkorak yang
aus dan tergantikan oleh mineral silika 80% dan mineral clay 20%. Kranial sudah rapuh
dan tidak lengkap.
TAKSONOMI
Kingdom: Animalia
Subkingdom:
Filum: Chordata
Subfilum: Vertebrata
Kelas: Aves
Subkelas:
Ordo: Anseriformes
Subordo:
Famili: Anatidae
Subfamili: Anserinae
Genus: Branta
Spesies: Branta canadensis LINNAEUS, 1758

© PROGRAM STUDI TEKNIK GEOLOGI – UNIVERSITAS PERTAMINA 2021


 Amphibia

Spesimen ini merupakan fosil dengan jenis fosilisasi permineralisasi. Terlihat dari bentuk
kranial yang aus dan tergantikan oleh mineral lempung 10% dan mineral silika 90%.
TAKSONOMI
Kingdom: Animalia
Subkingdom:
Filum: Chordata
Subfilum: Vertebrata
Kelas: Amphibia
Subkelas:
Ordo:
Subordo:
Famili: Mastodonsauridae
Subfamili:
Genus: Mastodonsaurus
Spesies: Mastodonsaurus giganteus JAEGER, 1828

© PROGRAM STUDI TEKNIK GEOLOGI – UNIVERSITAS PERTAMINA 2021


RESUME FOSIL PLANTAE

A. Kalsifikasi dan Taksonomi


FILUM PTERIDOPHYTA (TUMBUHAN PAKU)
Pteridophyta atau tumbuhan paku telah mempunyai jaringan pengangkut (kormus) dan
organ sejati. Tumbuhan paku bereproduksi secara aseksual dengan spora. Tumbuhan ini
mengalami metagenesis. Pada umumnya tumbuhan paku hidup di darat terutama di daerah
hutan hujan tropis, tetapi, ada beberapa jenis paku yang hidup mengapung di air.
Pteridophyta adalah tumbuhan yang telah memiliki batang, akar, dan daun sejati,
berkembang biak dengan spora (kormofita berspora) dan mengalami suatu pergiliran
keturunan. Selain itu, tumbuhan paku juga memiliki klorofil, pembuluh angkut xilem dan
floem, serta berakar serabut. Kenali lebih dekat ciri-ciri Pterydophyta (Tumbuhan Paku)
berikut ini :

 Spora yang dihasilkan pada sporofil, terutama pada bagian bawah daunnya.
 Batang, akar, dan daun dapat dengan mudah di bedakan.
 Daun muda pada tumbuhan paku tumbuh menggulung (circinnatus).

Jenis-jenis Pterydophyta ( Tumbuhan Paku ):

 Paku sejati (Pteriopsida): Jenis ini memiliki batang, akar dan daun sejati. Pada daun muda
tumbuh menggulung (circinnatus). Jumlah spesiesnya paling banyak yaitu sekitar
12.000 spesies. Contoh : Suplir (Adiantum cuneatum) dan Semanggi (Marsilea crenata).
 Paku purba (Psilopsida): Jenis ini menghasilkan satu spora (homospora). Pada
gametofitnya tidak memiliki klorofil dan nutrisi yang diperoleh dari simbiosis dengan
jamur. Jumlah spesies tumbuhan paku hampir punah yaitu tersisa 10-13 spesies. Contoh
: Psilotum dan Rynia.
 Paku ekor kuda (Spenopsida): Jenis ini disebut ekor kuda karena bentuk batangnya yang
mirip ekor kuda. Habitat tumbuhan ini di daerah subtropis atau tempat yang lembab.
Sporangium berupa strobilus, Gametofit biseksual dan memiliki klorofi. Jenis paku ini
merupakan paku homospora (menghasilkan satu spora) dengan jumlah spesiesnya
sekitar 15 spesies. Contoh : Equisetum.
 Paku kawat (Lycopsida): Paku kawat dapat menghasilkan dua macam spora
(heterospora), pada gametofitnya tidak memiliki klorofil. Gametofitnya juga terdiri dari
dua yaitu biseksual dan uniseksual. Jumlah spesiesnya paku kawat adalah sekitar 1000
spesies. Contoh: Lycopodium dan Selaginela.

FILUM BRYOPHYTA ( Tumbuhan Lumut )


Bryophyta tidak mempunyai organ sejati seperti batang, akar, atau daun, serta tidak
mempunyai pembuluh angkut xilem dan floem. Bryophyta mempunyai suatu rhizoid kecil
yang membuatnya dapat menempel di tanah. Bryophyta biasanya tumbuh di daerah yang
lembab dan teduh. Bryophyta adalah sebuah tumbuhan peralihan antara tumbuhan berkormus
(kormofita) dengan tumbuhan bertalus (talofita). Sama halnya pteridophyta, bryophyta juga
mengalami metagenesis dan mengalami suatu pergiliran keturunan. Ciri-ciri Bryophyta
(Tumbuhan Lumut) diantaranya:

 Tumbuhan lumut berukuran makroskopis 1-2 cm, dan ada pula yang berukuran
mencapai 40 cm.
 Kormofita merupakan tumbuhan yang sudah dapat dibedakan antara batang, akar
dan daun.
 Memiliki dua bentuk generasi, yakni generasi Sporofit dan generasi Gametofit.

© PROGRAM STUDI TEKNIK GEOLOGI – UNIVERSITAS PERTAMINA 2021


 Merupakan tumbuhan peralihan karena terdapat tumbuhan yang berupa talus
(lembaran yaitu lumut hati), dan tumbuhan yang sudah memiliki struktur tubuh
mirip dengan batang, akar dan daun sejati (lumut daun).
 Talofita merupakan tumbuhan yang tidak dapat dibedakan antara batang, akar dan
daun.
 Tumbuhan lumut merupakan vegetasi perintis (suatu tumbuhan pelopor atau
tumbuh sebelum tumbuhan lain dapat tumbuh).
Beberapa tumbuhan lumut yang hidup di daerah hutan hujan dapat dijadikan
sebagai penahan erosi serta digunakan untuk menyerap air. Marchantia juga dapat
dijadikan sebagai obat penyakit hati, dan ornamen tata ruang. Beberapa spesies
tumbuhan ini, seperti Sphagnum dapat dijadikan sebagai obat mata dan kulit. Jenis-
jenis Bryophyta (Tumbuhan Lumut) meliputi lumut daun, lumut hati, dan lumut
tanduk.
 Bryopsida (lumut daun): Merupakan lumut sejati karena bentuk tubuhnya
menyerupai tumbuhan kecil yang memiliki batang, akar dan daun sejati. Hidup
berkelompok untuk membentuk hamparan tebal seperti beludru. Contoh: Spagnum
dan Polytrihcum.
 Hepaticopsida (lumut hati) : Merupakan lumut berumah dua (deoceus). Jenis lumut
ini berbentuk talus, berlobus seperti bentuk hati manusia. Selain itu, jenis lumut ini
membentuk zigot. Reproduksi aseksual dengan cara fragmentasi dalam
pembentukan spora dan gemmacup (kuncup). Gemmacup adalah struktur khas
yang ada pada sebuah gametofit yang berupa mangkok dan mengandung suatu
kumpulan lumut kecil. Gemma dapat tersebar dan lepas oleh air yang kemudian
tumbuh dan membentuk lumut baru. Pada reproduksi seksual dengan cara fertilisasi
antara ovum dan spema. Contohnya : Marchantia polimorpha
 Anthocerotopsida (lumut tanduk) : Gametofit pada lumut ini serupa dengan lumut
hati, namun letak pada sporofitnya berbeda. Sporofit lumut tanduk mempunyai
kapsul yang memanjang yang tumbuh seperti tanduk dari gametofit. Contoh :
Anthoceros laevis.

FILUM SPERMATOPHYTA (Tumbuhan Berbiji)


Istilah “spermatophyta” berasal dari bahasa Yunani yaitu “sperma” yang berarti biji dan
“phyton” yang berarti tumbuhan. Biji merupakan hasil pembuahan antara benang sari dan
putik di bunga serta menjadi cikal bakal dari individu baru. Spermatophyta dibagi menjadi
dua subdivisi yaitu Angiospermae (berbiji tertutup) dan Gymnospermae (berbiji terbuka).
Spermatophyta hidup di darat dan beberapa hidup di air (misalnya teratai). Spermatophyta
memiliki batang, akar dan daun sejati. Ciri-ciri Spermatophyta (tumbuhan berbiji)
diantaranya Memiliki 2 subdivisi yaitu biji tertutup (Angiospermae) dan biji terbuka
(Gymnospermae) dan Memiliki organ biji atau bunga yang dihasilkan oleh bunga atau
strobilus. Manfaat Spermatophyta (tumbuhan berbiji) dalam kehidupan sehari-hari adalah
sebagai makanan pokok. Contoh nya seperti: padi, sagu, jagung dang gandum juga sebagai
peneduh, sumber oksigen, penyerap karbon dioksida dan penyimpan air. Contoh nya seperti:
pinus, mahoni, jati dan angsana. Untuk bahan bangunan dan perabotan, contoh nya seperti:
meranti dan jati. Jenis-Jenis Spermatophyta (tumbuhan berbiji) diantaranya:

 Tumbuhan berbiji tertutup (Angiospermae): Angiospermae adalah tumbuhan yang


bakal bijinya berada di dalam bakal buah. Ciri-ciri Angiospermae diantaranya yaitu
daunnya lebar dan berbentuk pipih, tulang daunnya berbentuk menjari, menyirip,
sejajar atau melengkung, hidupnya sebagai perdu, pohon, semak dan herba, alat
perkembangbiakannya berupa benang sari dan putik, memiliki bunga sejati dengan
perhiasan berupa mahkota dan kelopak bunga. Berdasarkan jumlah keping bijinya,
angiospermae dibagi menjadi dua kelas diantaranya yaitu Monokotil atau tumbuhan
berbiji yang berkeping satu atau tunggal dan Dikotil yang memiliki dua daun lembaga
(dikotiledon).
 Tumbuhan berbiji terbuka (Gymnospernae) merupakan tumbuhan yang bakal bijinya
tidak ditutupi atau dilindungi oleh bakal buah. Ciri-ciri gymnospernae diantaranya
yaitu Gymnospernae memiliki alat kelamin yang terpisah, dimana sel telur terdapat

© PROGRAM STUDI TEKNIK GEOLOGI – UNIVERSITAS PERTAMINA 2021


dalam strobilus betina dan serbuk sari terdapat dalam strobilus jantan., Bakal biji
tersusun dalam strobilus, Strobilus atau runjung adalah alat perkembangbiakan yang
berbentuk kerucut, batang dan akarnya berkambium, sehingga dapat tumbuh
membesar, daunnya kaku, tebal dan sempit, tulang daun tidak beraneka ragam, Tidak
memiliki bunga sejati, Akarnya berbentuk tunggang, biasanya pohon atau perdu tidak
ada yang berupa herba. Gymnospernae dibagi menjadi 4 kelas diantaranya:
 Ginkgoinae : Merupakan tumbuhan asli yang berasal dari daratan cina. Tinggi
pohonnya dapat mencapai 30 meter, dan daunnya berbentuk kipas serta mudah
gugur. Bakal biji dan serbuk sari tumbuhan ini diperoleh dari individu yang
berlainan. Jenis tumbuhan ini hanya terdapat satu species yaitu Ginkgo biloba.
 Cycadinae tumbuhan berumah dua, yang artinya memiliki strobilus betina saja
atau strobilus jantan saja. Contoh: Cycas rumphii (pakis haji).
 Gnetinae : Anggota kelompok dari jenis tumbuhan ini yaitu berupa perdu, pohon,
dan liana (tumbuhan pemanjat). Daunnya berbentuk lonjong atau oval dengan
bentuk urat daun menyirip. Contoh : Gnetum gnemon (melinjo).
 Coniferinae : Tumbuhan ini memiliki ciri khas yaitu selalu hijau sepanjang tahun
(evergreen). Strobilus berbentuk kerucut. Contoh: Pinus merkusii (pinus), Agathis
alba (damar), Araucaria sp., Cupressus sp., Sequoia sp., Taxus sp. dan Juniperus
sp.

Taksonomi :

Kingdom (kerajaan)

Divisio (divisi)

Classis (kelas)

Ordo (bangsa)

Familia (famili)

Genus (marga)

Species (spesies)

Varietas

B. Karakteristik Umum

a. Tumbuhan Paku

 Akar, batang dan daun memiliki berkas pembuluh angkut berupa xilem dan floem.
 Dapat ditemukan di air, di tempat lembab, menempel pada tumbuhan lain sebagai
epifit atau di sisa-sisa tumbuhan lain/sampah-sampah sebagai saprofit.
 Tidak menghasilkan biji, tetapi menghasilkan spora. Spora terdapat di dalam kotak
spora atau sporangium. Kotak-kotak spora tersebut terkumpul dalam sorus. Sorus-
sorus ini berkumpul di permukaan bawah dari helaian daun.
 Mengalami pergiliran keturunan (metagenesis). Tumbuhan paku yang kita lihat sehari-
hari disebut generasi sporofit.
 Daun yang masih muda menggulung. Daun tumbuhan paku ada yang khusus
menghasilkan spora, disebut sporofil. Daun yang tidak menghasilkan spora disebut
tropofil, berfungsi untuk fotosintesis.
 Tidak berbunga.
 Umumnya memiliki rizom (batang yang terdapat di dalam tanah).

© PROGRAM STUDI TEKNIK GEOLOGI – UNIVERSITAS PERTAMINA 2021


b. Tumbuhan Lumut

 Tumbuhan lumut tergolong sebagai tumbuhan tingkat rendah atau disebut


Cryptogamae
 Tumbuhan peralihan antara tumbuhan bertalus (thallophyta) dengan tumbuhan
berkosmus (cormophyta)
 Tumbuhan tidak berpembuluh atau non vaskuler (atracheophyta)
 Melakukan fotosintesis karena tersusun atas sel-sel dengan plastida yang
mengandung klorofil a dan b
 Umumnya hidup di daratan dengan dinding selnya tersusun atas selulosa
 Tidak ditemukan jaringan pengangkut xylem maupun floem, jika ditemukan dalam
bentuk yang sangat sederhana.

c. Tumbuhan berbiji

 Tumbuhan berbiji mempunyai generasi sporofit lebih kompleks dibanding dengan


lumut dan paku. Alat perkembangbiakan terdapat pada organ bunga (kumpulan
sporofil) atau berupa strobilus. Sementara itu, pada tumbuhan paku kumpulan sporofil
belum membentuk bunga.
 Sel kelamin (gamet) jantan berada dalam serbuk sari dan gamet betina berada pada
kantong embrio. Proses pada penggabungan sel gamet jantan (sperma) dan sel gamet
betina (sel telur) terjadi melalui sebuah buluh serbuk sari. Oleh karena itu,
Spermatophyta disebut juga dengan Embryophyta Siphonogama.
 Tumbuhan berbiji bisa dibedakan secara jelas bagian akar, batang, dan daunnya.
 Tubuhnya tersusun dari banyak sel atau sifatnya multiseluler dengan ukuran tubuhnya
besar atau makroskopis dan memiliki ketinggian bermacam-macam.
 Tumbuhan berbiji memiliki jaringan pembuluh yang bervariasi dan terdiri dari floem
yang fungsinya untuk membawa bahan makanan yang berasal dari daun ke seluruh
tubuh tanaman, serta xylem yang fungsinya sebagai pengangkut air dan mineral dari
tanah.
 Pada umumnya, tumbuhan berbiji (kecuali tumbuhan parasit) sifatnya autotrof atau
bisa mensintesis makanan sendiri melalui fotosintesis. Oleh karena itu, tumbuhan
berbiji yaitu organisme fotoautotrof.
 Sebagian besar tumbuhan berbiji mempunyai habitat di darat seperti: mangga,
rambutan, dan jambu. Ada pula tumbuhan berbiji yang hidup mengapung di atas air
seperti: enceng gondok.
 Tumbuhan biji berkembangbiak nya secara aseksual maupun secara seksual.

C. Aspek Hidup
Tumbuhan yang lebih dikenali secara meluas adalah salah satu eukariota multiselular
dengan dinding sel dan klorofil. Hidup di darat karena ditemukan di endapan di daraf/laut
serta di perairan karena di endapkan di laut. Terjadi karena proses transportasi melalui air
sungai yang bermuara ke laut. Berkembaangbiak secara generative maupun seksual.

D. Paleoekologi
Paleontologi adalah ilmu yang mempelajari kehidupan praaksara. Paleontologi
mencakup studi fosil untuk menentukan evolusi suatu organisme dan interaksinya dengan
organisme lain dan lingkungannya (paleoekologi). Pengamatan paleontologi telah
didokumentasikan sejak abad ke-5 sebelum masehi. Sains paleontology berkembang pada
abad ke-18 ketika Georges Cuvier melakukan anatomi komparatif, dan berkembang secara
cepat pada abad ke-19.
Paleontologi berada pada batas antara biologi dan geologi, tetapi berbeda
dengan arkeologi karena paleontologi tidak memasukkan kebudayaan Homo sapien modern.
Paleontologi kini mendayagunakan berbagai metode ilmiah dalam sains,

© PROGRAM STUDI TEKNIK GEOLOGI – UNIVERSITAS PERTAMINA 2021


mencakup biokimia, matematika, dan teknik. Penggunaan berbagai metode ini
memungkinkan paleontologi untuk menemukan sejarah evolusioner kehidupan, yaitu
ketika bumi menjadi sesuatu yang mampu mendukung terciptanya kehidupan, hampir
4 miliar tahun yang lalu. Dengan pengetahuan yang terus meningkat, paleontologi kini
memiliki subdivisi yang terspesialisasi, beberapa fokus pada jenis fosil tertentu, yang lain
mempelajari sejarah lingkungan dalam paleoekologi, dan yang lain mempelajari
dalam iklim dalam paleoklimatologi. Paleoekologi adalah studi tentang interaksi ekologi di
seluruh rentang waktu geologis.
Sejarah evolusi kingdom tumbuhan adalah suatu kisah adaptasi terhadap kondisi daratan
yang berubah-ubah. Semua tumbuhan eukariota multiseluler merupakan autotrof fotosintetik.
Akan tetapi, tidak semua organisme dengan karakteristik seperti itu disebut tumbuhan;
karekteristik tersebut juga berlaku bagi alga, termasuk bagi alga laut coklat raksasa yang
diklasifikasikan sebagai protista.
Tumbuhan hampir semuanya merupakan organisme daratan, meskipun beberapa
tumbuhan, seperti teratai, telah kembali secara sekunder ke air selama evolusinya. Sejarah
evolusi kingdom tumbuhan adalah suatu kisah adaptasi terhadap kondisi daratan yang
berubah-ubah. Semua tumbuhan eukariota multiseluler merupakan autotrof fotosintetik.
Akan tetapi, tidak semua organisme dengan karakteristik seperti itu disebut tumbuhan:
karekteristik tersebut juga berlaku bagi alga, termasuk bagi alga laut coklat raksasa yang
diklasifikasikan sebagai protista.

 Periode pertama, evolusi dihubungkan dengan asal mula tumbuhan dari nenek
moyang akuatik, selama masa Ordovisium pada zaman Paleozoikum, sekitar 475 juta tahun
silam.
 Periode kedua, diversifikasi tumbuhan vaskuler selama masa Devon awal, sekitar
400 juta tahun silam. Di mana tumbuhan vaskuler pertama tidak memiliki biji, dan keadaan
ini masih ditemukan pada paku-pakuan.
 Periode ketiga, dimulai dengan kemunculan biji, dimana tumbuhan vaskuler biji
pertama muncul sekitar 360 juta tahun silam, dekat dengan masa Devon. Tumbuhan berbiji
awal, bijinya tidak terbungkus dalam ruang khusus, seperti pada berbagai jenis
gimnospermae termasuk conifer seperti pinus dan tumbuhan konus.
 Periode keempat, munculnya tumbuhan berbunga selama awal masa Krestaseus
pada zaman Mesozoikum, sekitar 130 juta tahun silam.

E. Sejarah Evolusi

Gambar di atas menjelaskan empat periode utama dalam evolusi tumbuhan, yaitu:

1. Periode pertama, evolusi yaitu selama masa Ordovisian, zaman palaeozoikum, sekitar
475 juta tahun yang silam, asal mula tumbuhan diduga berasal dari nenek moyang
akuatik. Adaptasi terhadap kehidupan darat (terrestial) dibuktikan oleh adanya
sporopolenin dan gametangia berlapis yang melindungi gamet dan embrio. Adaptasi

© PROGRAM STUDI TEKNIK GEOLOGI – UNIVERSITAS PERTAMINA 2021


ini terjadi pada briofita yang merupakan tumbuhan darat pertama. Briofita atau
tumbuha lumut ini berkembang menjadi berbagai variasi dalam kelompoknya.
Jaringan pembuluh yang terdiri atas sel-sel membentuk pembuluh untuk mengangkut
air dan zat hara ke seluruh tubuh tumbuhan. Evolusi briofita merupakan evolusi yang
relatife dini dalam sejarah tumbuhan. Oleh karena sebagian besar briofita tidak
memiliki jaringan pembuluh maka briofita disebut sebagai tumbuhan yang “non
vaskuler” atau tumbuhan “tidak berpembuluh”. Namun ada sebagian kecil briofita
yang memiliki jaringan pembuluh pengangkutan air, dengan demikian pengelompokan
briofita sebagai tumbuhan non vaskuler tidak seluruhnya benar.
2. Periode kedua, diversifikasi tumbuhan vaskuler selama masa Devon awal, sekitar 420
juta tahun silam. Di mana tumbuhan vaskuler pertama tidak memiliki biji, dan keadaan
ini masih ditemukan pada paku-pakuan.
3. Periode ketiga, dimulai dengan kemunculan biji, yaitu struktur yang mempercepat
kolonisasi daratan dengan cara melindungi embrio tumbuhan dari kekeringan dan
ancaman lainnya. Tumbuhan vaskuler biji pertama muncul sekitar 360 juta tahun
silam, dekat dengan masa Devon. Tumbuhan berbiji awal, bijinya tidak terbungkus
dalam ruang khusus, seperti pada berbagai jenis gimnospermae termasuk konifer
seperti pinus dan tumbuhan konus. Tumbuhan ini hidup bersama tumbuhan lainnya
mendominasi bentang alam selama lebih dari 200 juta tahun.
4. Periode keempat, evolusi tumbuhan terjadi pada masa Kreta, zaman Mesozoikum
sekitar 130 juta tahun yang lalu. Periode ini ditandai dengan kemunculan tumbuhan
berbunga yang memiliki struktur reproduksi yang agak rumit dimana biji dilindungi
oleh ruangan yang disebut ovarium. Karena biji terlindung sedemikian rupa maka
kelompok ini disebut tumbuhan berbiji tertutup atau Angiospermae (Bhs. Yunani:
Angion= “wadah”; spermae= benih atau biji) Betapapun juga telah lama diyakini
bahwa tumbuhan berevolusi dari alga hijau, yaitu protista fotosintetik yang hidup di
air. Kelompok alga hijau berkembang sangat pesat sehingga keanekaragamannya juga
tinggi. Kini banyak bukti yang mengarahkan kekerabatan jenis alga hijau yang
termasuk karofita dengan tumbuhan

Menurut Campbell dkk (2003), berdasarkan catatan fosil yang ada, sejarah adaptasi
daratan oleh tumbuhan terdapat empat periode utama evolusi tumbuhan. Periode tersebut
merupakan radiasi adaptif yang mengikuti evolusi struktur bagi peluang kehidupan di
darat. Keempat periode adalah sebagai berikut:

1. Periode pertama
Evolusi, yaitu selama masa Ordovisian, zaman palaeozoikum, sekitar 475 juta tahun
yang silam, asal mula tumbuhan diduga berasal dari nenek moyang akuatik. Adaptasi
terhadap kehidupan darat (terrestial) dibuktikan oleh adanya sporopolenin dan
gametangia berlapis yang melindungi gamet dan embrio. Adaptasi ini terjadi pada
briofita yang merupakan tumbuhan darat pertama. Briofita atau tumbuha lumut ini
berkembang menjadi berbagai variasi dalam kelompoknya. Jaringan pembuluh yang
terdiri atas sel-sel membentuk pembuluh untuk mengangkut air dan zat hara ke
seluruh tubuh tumbuhan. Evolusi briofita merupakan evolusi yang relatife dini dalam
sejarah tumbuhan. Oleh karena sebagian besar briofita tidak memiliki jaringan
pembuluh maka briofita disebut sebagai tumbuhan yang “non vaskuler†atau
tumbuhan “tidak berpembuluh†. Namun ada sebagian kecil briofita yang
memiliki jaringan pembuluh pengangkutan air, dengan demikian pengelompokan
briofita sebagai tumbuhan non vaskuler tidak seluruhnya benar.
2. Periode kedua, diversifikasi tumbuhan vaskuler selama masa Devon awal, sekitar
400 juta tahun silam. Di mana tumbuhan vaskuler pertama tidak memiliki biji, dan
keadaan ini masih ditemukan pada paku-pakuan.
3. Periode ketiga, dimulai dengan kemunculan biji, yaitu struktur yang mempercepat
kolonisasi daratan dengan cara melindungi embrio tumbuhan dari kekeringan dan
ancaman lainny: Tumbuhan vaskuler biji pertama muncul sekitar 360 juta tahun
silam, dekat dengan masa Devon. Tumbuhan berbiji awal, bijinya tidak terbungkus
dalam ruang khusus, seperti pada berbagai jenis gimnospermae termasuk konifer

© PROGRAM STUDI TEKNIK GEOLOGI – UNIVERSITAS PERTAMINA 2021


seperti pinus dan tumbuhan konus. Tumbuhan ini hidup bersama tumbuhan lainnya
mendominasi bentang alam selama lebih dari 200 juta tahun.
4. Periode keempat, evolusi tumbuhan terjadi pada masa Kreta, zaman Mesozoikum
sekitar 130 juta tahun yang lalu. Periode ini ditandai dengan kemunculan tumbuhan
berbunga yang memiliki struktur reproduksi yang agak rumit dimana biji dilindungi
oleh ruangan yang disebut ovarium. Karena biji terlindung sedemikian rupa maka
kelompok ini disebut tumbuhan berbiji tertutup atau Angiospermae. Betapapun juga
telah lama diyakini bahwa tumbuhan berevolusi dari alga hijau, yaitu protista
fotosintetik yang hidup di air. Kelompok alga hijau berkembang sangat pesat
sehingga keanekaragamannya juga tinggi. Kini banyak bukti yang mengarahkan.

Briofita merupakan tumbuhan darat awal yang berevolusi dari jenis yang hidup di air.
Adaptasi ini belum sempurna, sehingga briofita memerlukan tempat hidup yang lembab.
Briofita menunjukkan adaptasi penting dengan kehidupan darat yaitu adanya, arkegonium
(gametangium betina) dan anteridium (gametangium jantan). 'Arkegonjum’ menghasilkan
satu sel telur (ovum), anteridium menghasilkan sperma berflagela. Sel telur dibuahi di
dalam arkegonium dan kemudian berkembang menjadi zigot. Zigot kemudian
berkembang menjadi embrio di dalam selubung pelindung organ betina. Sekalipun embrio
telah terlindung sedemikian rupa, namun briofita belum sepenuhnyamterbebas dari
kehidupan air. Untuk bereproduksi, sperma bertlagela (ciri kehidupan air) masih tetap
memerlukan air untuk dapat membuahi sel telur. Briofita juga tidak memiliki jaringan
“lignin†dan tidak memiliki jaringan vaskuler, sehingga air dari lingkungan
berdifusi dan diserap oleh sel. Tinggi tumbuhan lumut umumnya I-2em, namun ada yang
mencapai 20 cm. Briofita terdiri atas 3 divisi, yaitu:

 Divisi Lumut Daun (Divisi Briofita)


Lumut daun merupakan briofita yang sangat dikenal, tumbuhan lumut ini
hidup berkelompok seperti hamparan yang lunak yang bersifat menyerap air.
Masing-masing tumbuhan memiliki rhizoid (rhiza- akar:-oid- mirip) sebagai alat
untuk melekat pada substrat. Lumut daun mempunyai bagian yang mirip akar,
mirip daun dan mirip batang. Bagian “akar†, “batang†, dan
“daun†ini memang berbeda strukturnya dengan akar, batang, dan daun sejati
pada tumbuhan tinggi. Namun bagian “daun†-nya dapat menyelenggarakan
fotosintesis. Lumut daun berukuran kecil (pendek), meski demikian, hamparan
Sphagnum (lumut gambut) yang sangat tebal dapat menutupi kira-kira 3 "6
permukaan bumi kita. Sphagnum yang mati di tanah yang basah menyimpan
karbon organik yang tak mudah diuraikan oleh mikroba

 Divisi Lumut hati (Divisi Hepatofita)


Lumut hati banyak tumbuh di hutan tropika yang sarat dengan
keanekaragaman disebut lumut hati karena tubuhnya terdiri dari beberapa lobus
yang mengingatkan kita pada lobus hati. Siklus hidupnya mirip dengan lumut daun
yaitu memiliki fase seksual dan aseksual. Secara aseksual dengan membentuk
gemmae yang terdapat di dalam "mangkuk†dan kemudian akan terpental ke
luar dari mangkuk oleh tetesan air hujan.

- Divisi Lumut tanduk (Anthoserofita)

Lumut ini disebut lumut tanduk karena sporofitnya membentuk kapsul yang
memanjang mirip tanduk. Berdasarkan penelitian asam nukleat diperoleh bukti
bahwa lumut tanduk merupakan kelompok briofita yang paling dekat
kekerabatannya dengan tumbuhan vaskuler, Ketiga divisi briofita tersebut telah
berhasil hidup di darat dan beradaptasi selama lebih dari 450 juta tahun. Bahkan
diyakini bahwa pada 50 juta tahun pertama sejak lahirnya komunitas darat, lumut
merupakan satu-satunya tumbuhan yang mendominasi daratan.

© PROGRAM STUDI TEKNIK GEOLOGI – UNIVERSITAS PERTAMINA 2021


F. Contoh Spesimen Fosil
 Pteridospermatophyta

Spesimen ini merupakan fosil dengan jenis fosilisasi impresi. Terbentuk cetakan dari
daun dari spesies Glossopteris sp. dan diisi oleh mineral limonit.

TAKSONOMI
Kingdom: Plantae
Subkingdom:
Divisi: †Pteridospermatophyta
Subfilum:
Kelas:
Subkelas:
Ordo: †Glossopteridales
Subordo:
Famili: †Glossopteridaceae
Subfamili:
Genus: †Glossopteris
Spesies: †Glossopteris sp.

 Tracheophyta

Spesimen ini merupakan fosil dengan jenis fosilisasi impresi. Terbentuk cetakan dari
daun dari spesies Cordaites lingulatus.

TAKSONOMI
Kingdom: Plantae
Subkingdom:
Divisi: Tracheophyta
Subfilum:
Kelas: Pinopsida
Subkelas:
Ordo:
Subordo:

© PROGRAM STUDI TEKNIK GEOLOGI – UNIVERSITAS PERTAMINA 2021


Famili: Cordaitaceae
Subfamili:
Genus: Cordaitaes
Spesies: Cordaites lingulatus

 Pinophyta

Spesimen ini merupakan fosil dengan jenis fosilisasi impresi. Terbentuk cetakan dari
daun dari spesies Metasequoia occidentalis.
TAKSONOMI
Kingdom: Plantae
Subkingdom:
Divisi: Pinophyta
Subfilum:
Kelas: Pinopsida
Subkelas:
Ordo: Pinales
Subordo:
Famili: Taxodiaceae
Subfamili: Sequoideae
Genus: Metasequoia
Spesies: † Metasequoia occidentalis CHANEY, 1951

© PROGRAM STUDI TEKNIK GEOLOGI – UNIVERSITAS PERTAMINA 2021


REFERENSI

https://www.gurupendidikan.co.id/pengertian-pisces/

https://www.gurupendidikan.co.id/pengertian-mamalia/

https://www.gurupendidikan.co.id/pengertian-amfibi/

https://www.gurupendidikan.co.id/karakteristik-reptil/

https://duniapendidikan.co.id/aves/

https://www.gurupendidikan.co.id/tumbuhan-paku/

https://warstek.com/bryophyta/

https://www.gurupendidikan.co.id/tumbuhan-berbiji-spermatophyta/
Aeni,Siti Nur. (2021). Ciri-Ciri dan Klasifikasi Kingdom Plantae Diakses pada
https://www.google.com/amp/s/katadata.co.id/amp/sitinuraeni/berita/61512cc7275c1/ciri-ciri-
dan-klasifikasi-kingdom-plantae

Rahmawati,L. (2021). Pengembangan media pembelajaran prezi pada materi kingdom plantae di
SMA negeri 1 Mesjid Raya. Diakses pada https://repository.ar-raniry.ac.id

Kelas Pintar . (nd). Ciri-Ciri dan Jenis Vertebrata Diakses pada


https://www.google.com/amp/s/www.kelaspintar.id/blog/edutech/ciri-ciri-dan-jenis-hewan-
vertebrata-5015/amp/

digitalatlasofancientlife.org. “Paleocology”. Diakses pada 10 Desember 2021, dari

https://www.digitalatlasofancientlife.org/learn/paleoecology/.

digitalatlasofancientlife.org. “Predation in Paleoecology”. Diakses pada 10 Desember

2021, dari https://www.digitalatlasofancientlife.org/learn/paleoecology/predation/.

Brahmantyo, Jihad. 2012. “Paleokologi”. Jakarta : USAKTI

Sumarto, Saroyo dan Koneri, Roni. 2016. “Ekologi Hewan”. Bandung : Patra Media Grafindo
Bandung.

Klery.2020. Makalah Evolusi tumbuhan

Doolittle, W. Ford; Worm, Boris (February 2000).

© PROGRAM STUDI TEKNIK GEOLOGI – UNIVERSITAS PERTAMINA 2021

Anda mungkin juga menyukai