Anda di halaman 1dari 6

KOMUNIKASI DALAM KEPERAWATAN II

“RESUME TEMU 8 SAMPAI 11”

OLEH :

NI MADE UDIYANI LESTARI [203213234]

STIKES WIRA MEDIKA BALI

DENPASAR

2020/2021
Temu : 8

Materi : Hambatan Dalam Komunikasi Terapeutik

Resume / Ringkasan :

Resisten => upaya pasien untuk tetap tidak menyadari aspek penyebab ansietas yang di
alaminya. Sifatnya yang paling menonjol dari transferens ketidak tepatan respon pasien dalam
hal intensitas dan penggunaan mekanisme pertahanan yang maladaptive. Komunikasi merupakan
mengubah atau membentuk informasi yang bentuk nya apa saja dalam bentuk kata, symbol dan
sandi.

Media => sarana atau dalam ruangan dengan zoom meet atau media cetak

Umpan balik => dampak atau pengaruh dari pesan yang disampaikan.

Tujuan komunikasi terapeutik adalah untuk membantu pasien memperjelas dan mengurangi
beban perasaan dan pikiran pasien, membantu mengambil tindakan yang efektif untuk pasien,
membantu mempengaruhi seseorang, lingkungan fisik dan diri sendiri.

Faktor komunikasi terapeutik :

 Usia : kita harus tau gaya bahasa


 Persepsi : pandangan orang yang ingin disampaikan
 Pengetahuan : jangan bicara terlalu tinggi

Hambatan dalam komunikasi terapeutik

1. Resisten merupakan, upaya pasien untuk tetap tidak menyadari aspek penyebab ansietas
yang dialaminya.
2. Transferen merupakan, tahap maladaptive respon tidak sadar di dalamnya pasien
mengalami perasaan dan sikap terhadap perawat yang dasarnya terkait dengan tokoh
penting dalam kehidupan.
3. Kontertransferen merupakan, kebuntuan terapeutik yang dibuat oleh perawat, bukan oleh
pasien.

Temu : 9

Materi : Komunikasi pada Anak dan Lansia

Resume / ringkasan :

Perbedaan komunikasi pada anak dan lansia adalah komunikasi yang berbeda dan juga cara
bahasa. Komunikasi pada anak cara memberi perhatian verbal dan non verbal. Tahapan dari
komunikasi terapeutik ada tahap pra-interaksi, tahap orientasi, tahap kerja dan tahap terminasi.
Di komunikasi pada anak kita harus melibatkan orang tua, jadi jika kita mempunyai media
seperti boneka lebih gampang karena peran perawat juga sebagai teman untuk anak-anak.

Komunikasi pada lansia => komunikasi yang baik ini akan sangat membantu dalam keterbatasan
kapasitas fungsional, social, ekonomi, perilaku emosi yang labil pada pasien lanjut usia.

Temu : 10

Materi : a. Komunikasi Terapeutik pada Klien di IGD

b. Komunikasi Terapeutik pada Klien di ICU

Resume / ringkasan :

Komunikasi pada klien di IGD, perbedaan dari IDG dan UGD adalah

1. IGD => ruang nya lebih besar dan alat nya leih lengkap, dan berada di rumah sakit pusat
2. UGD => ruang nya lebih kecil, spesifikasi dan alat terbatas biasanya yang jaga hanya
dr.umum

Makna dari gawat darurat adalah untuk pasien yang membutuhkan pertolongan pertama biasanya
pasien yang mengalami kecelakaan. Pasien IGD biasanya merespon dengan teriak-teriak atau
marah-marah.

Tujuan dari komunikasi terapeutik di IGD => mendorong dan menganjurkan kerjasama antar
perawat dan klien melalui hubungan perawat dan klien. Perawat berusaha mengungkap perasaan,
mengidentifikasi dan mengkaji masalah serta mengevaluasi tindakan yang dilakukan dalam
perawatan.

Teknik komunikasi pada gawat darurat

1. Mendengarkan => perawat harus berusaha untuk mendengarkan informasi yang


disampaikan oleh klien dengan penuh empati dan perhatian.
2. Menunjukkan penerimaan => menerima bukan berarti menyetujui, melainkan bersedia
untuk mendengarkan orang lain tanpa menunjukkan sikap ragu atau penolakan.
3. Mengulang pernyataan klien => dengan mengulang pernyataan klien, perawat
memberikan umpan balik sehingga klien mengetahui bahwa pesannya mendapat respon
dan berharap komunikasi dapat berlanjut.
4. Klarifikasi => apabila terjadi kesalahpahaman perawat perlu menghentikan pembicaraan
untuk meminta penjelasan dengan menyamakan pengertian.
5. Menyampaikan hasil pengamatan => perawat perlu menyampaikan hasil pengamatan
kepada klien untuk mengetahui bahwa pesan dapat tersampaikan dengan baik.

Prinsip komunikasi terapeutik gawat darurat


- Caring (sikap pengasuhan yang ditunjukkan peduli dan selalu ingin memberikan bantuan)
- Acceptance (menerima pasien apa adanya)
- Respect (hormati keyakinan pasien apa adanya)
- Empaty (merasakan perasaan pasien)
- Trust (memberi kepercayaan)

Komunikasi terapeutik di ICU => komunikasi dengan pasien tidak sadar merupakan suatu
komunikasi dengan menggunakan teknik komunikasi khusus karena fungsi sensorik dan motoric
pasien mengalami penurunan sehingga sering kali stimulus dari luar tidak dapat diterima klien
dan klien tidak dapat merespon kembali stimulus tersebut.

Prinsip prinsip komunikasi dengan pasien tidak sadar

1. Berhati-hati melakukan pembicaraan verbal di dekat klien karena ada keyakinan bahwa
organ pendengaran merupakan organ terakhir yang mengalami penurunan penerimaan
rangsangan pada klien.
2. Ambil asumsi bahwa klien dapat mendengar pembicaraan perawat. Usahakan
mengucapakan kata dan menggunakan nada normal.
3. Ucapkan kata-kata sebelum menyentuh klien. Sentuhan diyakini dapat menjadi salah satu
bentuk komunikasi yang sangat efektif pada klien.
4. Upayakan mempertahankan lingkungan setengang mungkin untuk membantu klien focus
terhadap komunikasi yang perawat lakukan.

Cara berkomunikasi dengan pasien tidak sadar

1. Menjelaskan => dalam berkomunikasi perawat dapat menjelaskan apa yang akan perawat
lakukan terhadap klien.
2. Memfokuskan => memfokuskan berarti memusatkan informasi pada elemen atau konsep
kunci dari pesan yang dikirimkan.
3. Memberikan informasi => fungsi berkomunikasi dengan klien salah satunya adalah
memberikan informasi. Dalam dalam interaksi berkomunikasi dengan klien, perawat
dapat memberi informasi kepada klien.
4. Mempertahankan ketenangan => perawat dapat menunjukkan dengan kesabaran dalam
merawat klien. Ketenangan yang dapat perawat berikan dapat membantu atau mendorong
klien menjadi lebih baik.

Temu : 11

Materi : Komunikasi Terapeutik pada Berbagai kondisi

Resume / ringkasan :
1. Keluhan => keluhan pasien yang bisa diselesaikan dalam kurun waktu 24 jam/saat itu
juga dan melibatkan staff terkait atau yang ada. Contoh masalah kebersihan makanan, da
hal lain yang tidak memerlukan investigasi.
2. Complain => dapat diajukan secara verbal/tertulis, dapat diajukan setelah pasien keluar
dari rumah sakit, berupa masalah yang belum bisa diselesaikan dalam waktu singkat,
berupa pelanggaran terhadap hak pasien atau melibatkan kebutuhan pasien.

Penanganan Komplain di Unit Terkait

- Ucapkan salam terapeutik sebelum memulai pembicaraan


- Perkenalkan diri pada keluarga atau pasien
- Ajak pasien atau keluarga ke ruangan konsultasi / ruang Ka-Ru bila memungkinkan
- Persilahkan duduk dan siapkan minum Air PUTih untuk menenangkan pasien
- Catat semua keluhan yang pasien atau keluarga sampaikan dan simpulkan inti dari pokok
masalahnya

Komunikasi terapeutik mengatasi klien marah, kesalahan yang sering dilakukan kebanyakan
orang

 Malah ikut marah dan emosi => inilah kesalahan yang paling sering dilakukan oleh
kebanyakan orang. Mereka tidak terima dimarahi dan ikut naik pitam
 Memerintah orang yang sedang marah => menghadapi orang marah mereka lantas
berkata “tenang dulu pak!”, “ayo duduk dulu bu!” atau “ini diminum dulu bu”
 Mencoba langsung beragumentasi => melihat orang di depan marah, mereka langsung
mencoba mengeluarkan argumentasi. Entah itu menjelaskan duduk perkaranya atau
mengemukakan alasan.

Cara menangani pasien atau anggota keluarga pasien yang marah

Cobalah untuk tenang => biarkan orang marah untuk meluapkan amarahnya terlebih
dahulu.
Ubah state mereka => state adalah kondisi atau bahasa tubuh. Orang yang sedang emosi
pasti bahasa tubuhnya juga menunjukkan hal senada.
Tunjukkan bahwa anda mengerti => orang yang sedang emosi butuh untuk dimengerti.
Dengan mengerti bukan berarti kita membenarkan apa yang kita sampaikan.
Tunjukkan empati => ketika ada pasien marah, cara terbaik menghadapinya adalah
mendengarkan dan menunjukkan empati dari pada ikut berdebat dan berargumen.
Bicarakan dan cari solusinya => setelah situasinya lebih tenang dan kondusif barulah
sekarang kita bisa membahas masalah dan mencari jalan keluarnya.
Hati-hati dalam berbicara => kata-kata perawat bisa dijadikan alat oleh pasien. Dalam
situasi marah, perawat perlu berhati-hati saat berbicara, sehingga tidak memperparah
situasi.
Hiburlah mereka => jik kita telah berusaha meredakan amarah pasien dan tidak berhasil,
biarkan saja pasien marah.

Anda mungkin juga menyukai