1
Program Studi Ilmu Keperawatan STIKes Wira Medika Bali
Prosedur :
1. Cuci tangan
2. Siapkan peralatan
3. Periksa label vial dengan catatan obat sesuai prinsip
4. Hitung dosis yang diperlukan
5. Buka segel pada bagian tutup obat tanpa menyentuh bagian
karetnya
6. Olesi bagian karet tersebut dengan kapas alcohol
7. Tambahkan aquabides dalam vial dengan spuit sesuai
kebutuhan, cabut jarum dan tutup kembali jarum, kemudian
goyangkan vial untuk mencampurkan obat.
8. Masukkan udara pada spuit sejumlah obat yang akan diambil,
jangan menyentuh bagian dalam plunger
6
Program Studi Ilmu Keperawatan STIKes Wira Medika Bali
2. Sarung tangan
3. Obat yang akan diberikan
4. Kupet
5. Spuit dengan jarum yang sesuai
6. Kapas alcohol
7. Label obat
Obat ampul dipersiapkan dengan menggunakan teknik aseptic
dan diberikan melalui parenteral. Sebelumnya perlu diperhatikan
dan dikaji kandungan dalam obat, dosis dalam ampul, kondisi
larutan (kejernihan cairan, ada/tidaknya endapan, warna cairan)
serta tanggal kadaluarsa obat pada ampul.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan saat menyiapkan obat dari
ampul :
1. Pertahankan kesterilan spuit, jarum dan obat saat
meyiapkan
2. Buang bekas ampul pada tempat khusus setelah
dibungkus dengan kertas tissue Prosedur :
1. Cuci tangan
2. Siapkan peralatan
3. Periksa label vial dengan catatan obat sesuai prinsip
4. Hitung dosis yang diperlukan
5. Pegang ampul dan turunkan cairan di atas leher ampul dengan
menjentikkan leher ampul atau putarkan dengan cara
8
Program Studi Ilmu Keperawatan STIKes Wira Medika Bali
WAKTU : 15 MENIT
KOMPETEN
Aspek yang dinilai
ya tdk ya tdk ya tdk
Tahap pre-interaksi
1. Kaji kebutuhan pasien dengan melihat catatan
keperawatan/medis
2. Cuci tangan efektif
3. Siapkan troli yang sudah dibersihkan dan
dilengkapi alat-alat :
a. Catatan pemberian obat
b. Obat yang akan disuntikkan
c. Aquabidest (jika perlu dilarutkan atau
diencerkan)
d. Kupet
e. Sepasang sarung tangan dalam dressing
jar
f. Kapas injeksi dalam kom
g. Alcohol 70%
h. Spuit dengan jarumnya (ukuran sesuai yg
dibutuhkan)
i. Hipafix / plester
j. Gunting plester
k. Kikir/gergaji ampul (jika ampul tidak
diberi tanda)
l. Hand rub
m. Bengkok
n. 1 buah Pengalas
o. 1 buah Torniqet
p. Tempat sampah tajam (safety box)
q. Tempat sampah medis (warna kuning)
4. Baca label obat untuk memastikan
kandungan, dosis dalam kemasan, tanggal
kadaluwarsa obat, rute pemberian (12 Benar)
5. Cuci tangan efektif
Tahap Orientasi
10
Program Studi Ilmu Keperawatan STIKes Wira Medika Bali
catatan keperawatan
Nilai
Nilai : X 100% =
Nilai Max (47)
13
Program Studi Ilmu Keperawatan STIKes Wira Medika Bali
3. Komposisi cairan
a. Larutan NaCl, berisi air dan elektrolit.
b. Larutan Dextrose, berisi air atau garam dan kalori
c. Ringer laktat, berisi air dan elektrolit (Na, K, Cl, Ca, laktat)
d. Balans isotonic, isi bervariasi : air, elektrolit, kalori (Na, K,
Mg, Cl, HCO3, glukonat)
e. Whole blood (darah lengkap) dan komponen darah
f. Plasma expanders, berisi albumin, dextran, fraksi protein
plasma 5% plasmanat), hespan yang dapat meningkatkan
tekanan osmotic, menarik cairan dan interstisial ke dalam
sirkulasi dan meningkatkan volume darah sementara.
g. Hiperalimentasi parenteral (cairan, elektrolit, asam amino,
dan kalori)
15
Program Studi Ilmu Keperawatan STIKes Wira Medika Bali
c. Ringer Laktat
Digunakan untuk menggantikan cairan isotonic yang
hilang, elektrolit tertentu, dan untuk mengatasi asidosis
metabolik tingkat sedang.
C. Tipe-tipe pemberian terapi intravena
1. IV Push
IV Push (IV bolus) adalah Berikan obat dan jarum suntik
secara langsung ke dalam saluran/jalan infuse.
Indikasi
a. Pada keadaan emergency resusitasi jantung paru,
16
Program Studi Ilmu Keperawatan STIKes Wira Medika Bali
17
Program Studi Ilmu Keperawatan STIKes Wira Medika Bali
20
Program Studi Ilmu Keperawatan STIKes Wira Medika Bali
21
Program Studi Ilmu Keperawatan STIKes Wira Medika Bali
Factor tetesan :
Makro : 15-20 tetes/mnt
Mikro :
60 tts/mnit
KOMPET
ENSI
:
PEMASA
NGAN
INFUS
WAKTU :
KOMPETEN
Aspek yang Dinilai
ya tdk ya tdk ya tdk
22
Program Studi Ilmu Keperawatan STIKes Wira Medika Bali
23
Program Studi Ilmu Keperawatan STIKes Wira Medika Bali
Tahap Orientasi
1. Salam pembuka dan perkenalkan diri
2. Lakukan identifikasi, 2 identitas
( tanyakan nama dan lihat no
RM/tanggal lahir )
3. Jelaskan prosedur
4. Jelaskan tujuan tindakan pada pasien
dan keluarga
5. Kontrak waktu
6. Tanyakan keluhan pasien dan adanya
alergi
7. Berikan kesempatan pasien untuk
bertanya
Tahap Kerja
1. Jaga privasi pasien tutup sampiran
2. Dekatkan peralatan (troly injeksi) ke
area pemasangan infus
3. Siapkan plester, dan 1 plester
bertuliskan tanggal dan jam
4. Cuci tangan efektif
5. Pakai Handscoen
6. Sepakati lokasi pemasangan infus
berdasarkan prioritas
7. Pasang pengalas
8. Periksa label infus sesuai program
terapi
9. Hubungkan cairan infus dengan infus
set (infus set diklem)
10. Isi selang kontrol dengan cairan
sampai 1/3 bagian
11. Alirkan cairan untuk pengisian
selang infus set
12. Pastikan selang infus set bebas udara
13. Pasang tourniquet untuk melakukan
fiksasi diatas lokasi terpilih 10-15
24
Program Studi Ilmu Keperawatan STIKes Wira Medika Bali
cm
14. Palpasi dan Tentukan area suntikan
(diusahakan mencari vena yang
paling ujung dan tidak bercabang)*
15. Desinfeksi daerah yang akan di tusuk
dengan alkohol arah melingkar dari
dalam keluar dengan diameter 4-5 cm*
16. Tusukkan abocath dengan kemiringan
30 derajat dengan mengarah ke
jantung*
17. Pastikan darah tampak keluar, tarik
mandrin ½ cm sambil dorong iv cath
atau sesuai dengan petunjuk masing-
masing iv cath*
18. Cabut mandrin/jarum kemudian
sambungankan iv cath dengan selang
cairan yang telah dipersiapkan*
19. Lepaskan toerniquet
20. Buka klem infus set, alirkan cairan
sampai mengalir lancar
21. Fiksasi iv cath dengan plaster/hepavik
tanpa menutupi insersi
22. Tutup tempat insersi dengan kasa steril
23. Lepaskan handscoon
24. Pasang bidai dan verban (anak), atau
diplaster (dewasa)
25. Atur tetesan infus sesuai program
26. Pasang stiker bertuliskan tgl, bulan
dan jam pemasangan pada tempat
pemasangan infus
27. Pasang form pantau cairan
28. Pasien dan peralatan dibereskan
29. Lakukan observasi terhadap aliran
25
Program Studi Ilmu Keperawatan STIKes Wira Medika Bali
26
Program Studi Ilmu Keperawatan STIKes Wira Medika Bali
Pengertian
Pemberian terapi oxygen adalah suatu tata cara pemberian
bantuan gas oksigen pada penderita yang mengalami gangguan
pernapasan ke dalam paru melalui saluran pernafasan dengan
menggunakan alat khusus.
Tujuan
1. Memenuhi kekurangan oksigen
2. Membantu kelancaran metabolisme
3. Sebagai tindakan pengobatan
4. Mencegah hipoksia
5. Mengurangi beban kerja alat nafas dan jantung
Indikasi
Indikasi utama pemberian O2 ini adalah sebagai berikut :
1. Pasien dengan kadar O2 arteri rendah dari hasil analisa gas darah
2. Pasien dengan peningkatan kerja nafas, dimana tubuh berespon
terhadap keadaan hipoksemia melalui peningkatan laju dan
dalamnya pernafasan serta adanya kerja otot-otot tambahan
pernafasan,
3. Pasien dengan peningkatan kerja miokard, dimana jantung
27
Program Studi Ilmu Keperawatan STIKes Wira Medika Bali
Metode Pemberian O2
Metode pemberian O2 dapat dibagi atas 2 tehnik, yaitu :
1. Sistem aliran rendah
Teknik system aliran rendah diberikan untuk menambah
konsentrasi udara ruangan. Teknik ini menghasilkan FiO2 yang
bervariasi tergantung pada tipe pernafasan dengan patokan
volume tidal pasien. Pemberian O2 sistem aliran rendah ini
ditujukan untuk pasien yang memerlukan O2 tetapi masih
mampu bernafas dengan pola pernafasan normal, misalnya
pasien dengan Volume Tidal 500 ml dengan kecepatan
pernafasan 16 – 20 kali permenit. Contoh system aliran rendah
ini adalah :
• Kataeter nasal
• Kanula nasal
• Sungkup muka sederhana
• Sungkup muka dengan kantong rebreathing
• Sungkup muka dengan kantong non rebreathing
Keuntungan dan kerugian dari masing-masing sistem : a.
Kateter nasal
Merupakan suatu alat sederhana yang dapat Berikan O 2 secara
kontinu dengan aliran 1 – 6 L/mnt dengan konsentrasi 24% -
44%.
• Keuntungan
Pemberian O2 stabil, pasien bebas bergerak, makan dan
berbicara, murah dan nyaman serta dapat juga dipakai
sebagai kateter penghisap.
• Kerugian
Tidak dapat Berikan konsentrasi O2 yang lebih dari 45%,
29
Program Studi Ilmu Keperawatan STIKes Wira Medika Bali
• Keuntungan
Pemberian O2 stabil dengan volume tidal dan laju pernafasan
teratur, mudah memasukkan kanul disbanding kateter, pasien
bebas makan, bergerak, berbicara, lebih mudah ditolerir pasien
dan nyaman • Kerugian
Tidak dapat Berikan konsentrasi O2 lebih dari 44%, suplai O2
berkurang bila pasien bernafas lewat mulut, mudah lepas
karena kedalam kanul hanya 1 cm, mengiritasi selaput lendir.
c. Sungkup muka sederhana
Merupakan alat pemberian O2 kontinu atau selang seling 5 – 8
L/mnt dengan konsentrasi O2 40 – 60%.
• Keuntungan
Konsentrasi O2 yang diberikan lebih tinggi dari kateter atau
kanula nasal, system humidifikasi dapat ditingkatkan melalui
pemilihan sungkup berlobang besar, dapat digunakan dalam
pemberian terapi aerosol
• Kerugian
Tidak dapat Berikan konsentrasi O2 kurang dari 40%, dapat
30
Program Studi Ilmu Keperawatan STIKes Wira Medika Bali
31
Program Studi Ilmu Keperawatan STIKes Wira Medika Bali
Bahaya pemberian O2
Pemberian O2 bukan hanya memberikan efek terapi tetapi juga
dapat menimbulkan efek merugikan, antara lain :
1. Kebakaran
O2 bukan zat pembakar tetapi O2 dapat memudahkan terjadinya
kebakaran, oleh karena itu klein dengan terapi pemberian O2
harus menghindari: Merokok, membukan alat listrik dalam area
sumber O2, menghindari penggunaan listrik tanpa “Ground”.
2. Depresi Ventilasi
Pemberian O2 yang tidak dimonitor dengan konsentrasi dan
aliran yang tepat pada pasien dengan retensi CO2 dapat
32
Program Studi Ilmu Keperawatan STIKes Wira Medika Bali
menekan ventilasi
3. Keracunan O2
Dapat terjadi bila terapi O2 yang diberikan dengan konsentrasi
tinggi dalam waktu relatif lama. Keadaan ini dapat merusak
struktur jaringan paru seperti atelektasi dan kerusakan
surfaktan. Akibatnya proses difusi di paru akan terganggu
KOMPETENSI : TERAPI O2
WAKTU :
KOMPETEN
Aspek yang dinilai
Ya Tdk Ya Tdk Ya Tdk
Tahap Pra Interaksi
1. Kaji kebutuhan pasien dengan
melihat catatan keperawatan /
medis
2. Cuci tangan efektif
3. Siapkan alat-alat dan lingkungan
pasien: - Troly
- Head box
- Flow meter dan humidifier
- Tabung Oksigen
- Nasal kanul, Masker
reabrithing, Non Reabrething,
Sungkup
- Cairan Aquades
- Handscoen
- Handrub
4. Cuci tangan efektif
33
Program Studi Ilmu Keperawatan STIKes Wira Medika Bali
Tahap Orientasi
1. Salam pembuka dan
perkenalkan diri
2. Lakukan identifikasi, 2 identitas
( tanyakan nama dan lihat no
RM/tanggal lahir )
3. Jelaskan prosedur
4. Jelaskan tujuan tindakan pada
pasien dan keluarga
5. Kontrak waktu
34
Program Studi Ilmu Keperawatan STIKes Wira Medika Bali
Tahap Kerja
A. Kateter Nasal/Kanul Nasal
1. Jaga privasi pasien
2. Posisikan pasien semi fowler
3. Isi glass humidifier dengan
Aquades setinggi batas yang
tertera
4. Hubungkan Flow meter dengan
tabung oksigen/sentral oksigen
5. Cek fungsi humidifier dengan
memutar pengatur konsentrasi
O2
6. Amati ada tidaknya gelembung
udara dalam glass humidifier
7. Hubungkan catheter nasal/kanul
nasal dengan flow meter
8. Alirkan oksigen ke: Kateter
Nasal dengan aliran antara 1-6
liter/menit.
9. Cek aliran kateter nasal/kanul
dengan menggunakan punggung
tangan untuk mengetahui ada
tidaknya aliran oksigen
10.Pasang alat kateter nasal/kanul
nasal pada pasien
11.Tanyakan pada pasien apakah
oksigen telah mengalir sesuai
yang diinginkan
12.Rapikan peralatan
13.Cuci tangan
35
Program Studi Ilmu Keperawatan STIKes Wira Medika Bali
36
Program Studi Ilmu Keperawatan STIKes Wira Medika Bali
Rebreathing
12. Jaga privasi pasien
37
Program Studi Ilmu Keperawatan STIKes Wira Medika Bali
Tahap Terminasi
1. Evaluasi hasil kegiatan
(subyektif dan obyektif)
2. Berikan reinforcement posistif
pada pasien
3. Kontrak pertemuan selanjutnya
(kegiatan, waktu dan tempat)
4. Beri salam penutup
5. Cuci tangan efektif
Tahap dokumentasi
Catat hasil tindakan dan respon
pasien di dalam catatan
keperawatan
38
Program Studi Ilmu Keperawatan STIKes Wira Medika Bali
NEBULIZER
Pengertian
Nebulizer adalah suatu jenis cara inhalasi dengan menggunakan
alat pemecah obat untuk menjadi bagian-bagian seperti hujan/uap
untuk dihisap. Biasanya untuk pengobatan saluran pernafasan
bagian lebih bawah.
Tujuan
1. Mengobati peradangan saluran pernafasan bagian atas
2. Menghilangkan sesak selaput lendir saluran nafas bagian atas
sehingga lendir menjadi encer dan mudah keluar
3. Menjaga selaput lendir dalam keadaan lembab
4. Melegakan pernafasan
5. Mengurangi pembekakan selaput lender
6. Mencegah pengeringan selaput lender
7. Mengendurkan otot dan penyembuhan batuk
8. Menghilangkan gatal pada kerongkongan
Indikasi
1. Pasien sesak nafas dan batuk
2. Broncho pneumonia
3. PPOK (bronchitis, emfisema)
4. Asma bronchial
5. Rhinitis dan sinusitis
6. Paska tracheostomi
7. Pilek dengan hidung sesak dan berlendir
8. Selaput lendir mongering
9. Iritasi kerongkongan, radang selaput lender, saluran pernafasan
39
Program Studi Ilmu Keperawatan STIKes Wira Medika Bali
bagian atas
40
Program Studi Ilmu Keperawatan STIKes Wira Medika Bali
NEBULIZER
KOMPETEN
Aspek yang dinilai
Ya Tdk Ya Tdk Ya Tdk
41
Program Studi Ilmu Keperawatan STIKes Wira Medika Bali
42
Program Studi Ilmu Keperawatan STIKes Wira Medika Bali
3. Jelaskan prosedur
4. Jelaskan tujuan tindakan pada pasien
dan keluarga
5. Kontrak waktu
6. Tanyakan keluhan pasien dan adanya
alergi
7. Berikan kesempatan pasien untuk
bertanya
TAHAP KERJA
1. Jaga privasi pasien
2. Dekatkan alat ke dekat pasien
3. Pakai Handscoond
4. Atur pisisi fowler
5. Bersihkan hidung dengan kapas
lembab
6. Obat dimasukkan dalam tempat
penampungan obat, pengenceran
obat pada pemberian untuk anakanak
dengan NaCl 0,9% sampai 4 cc
7. Setelah itu tekan tombol ON pada
alat untuk menghidupkan mesin
8. Lakukan pengecekan bahwa obat
sudah aman dan siap digunakan
9. Hubungkan masker/nasal
canule/mouthpiece pada pasien
sehingga uap dan obat tidak keluar
10. Observasi pengembangan paru / dada
pasien.
11. Minta pasien untuk bernafas
perlahan-lahan dan dalam setelah
seluruh obat diuapkan.
12. Bila pasien merasa lelah, matikan
nebulizer sebentar, berikan
kesempatan pasien istirahat
13. Setelah obat sudah habis, matikan
mesin nebulizer
43
Program Studi Ilmu Keperawatan STIKes Wira Medika Bali
44
Program Studi Ilmu Keperawatan STIKes Wira Medika Bali
Pengertian
Suatu cara untuk mengeluarkan sekret dari saluran nafas
dengan menggunakan suatu suction catheter yang dimasukkan
melalui hidung atau rongga mulut ke dalam pharynk atau sampai
ke dalam trachea. Tindakan ini dilakukan bila pasien tidak dapat
mengeluarkan sekret/sputum dengan batuk spontan, maka
hendaknya perawat melakukan penghisapan lendir atau suctioning
untuk pembersihan jalan nafas.
Tehnik suctioning yang digunakan adalah tehnik steril karena
oropharynk dan trachea dianggap steril, sedang mulut dianggap
bersih, maka suctioning pada mulut dilakukan setelah suctioning
pada oropharynk dan trachea.
Tindakan suctioning dilakukan tergantung dari pemeriksaan
pasien karena sputum tidak diproduksi terus-menerus, tetapi
dipengaruhi oleh respon fisik terhadap kondisi patologis. Lama
waktu melakukan suction antara 10-15 detik, dan tidak boleh
karena selama dilakukan suction oksigen tidak sampai pada paru-
paru
45
Program Studi Ilmu Keperawatan STIKes Wira Medika Bali
47
Program Studi Ilmu Keperawatan STIKes Wira Medika Bali
KOMPETEN
Aspek yang dinilai
Ya Tdk Ya Tdk Ya Tdk
48
Program Studi Ilmu Keperawatan STIKes Wira Medika Bali
49
Program Studi Ilmu Keperawatan STIKes Wira Medika Bali
Tahap Orientasi
8. Salam pembuka dan perkenalkan
diri
9. Lakukan identifikasi, 2 identitas
( tanyakan nama dan lihat no
RM/tanggal lahir )
10. Jelaskan prosedur
11. Jelaskan tujuan tindakan pada
pasien dan keluarga
12. Kontrak waktu
13. Tanyakan keluhan pasien dan
adanya alergi
14. Berikan kesempatan pasien
untuk bertanya
Tahap Kerja
1. Jaga privasi pasien (tutup
sampiran)
2. Atur posisi tidur pasien supinasi
dengan posisi kepala
hiperekstensi
3. Letakkan alas perlak dan
alasnya dibawah punggung
pasien sesuai dengan letak
selang dada (kiri/kanan)
4. Hubungkan stop kontak mesin
ke aliran listrik
5. Tekan ON switch dan mesin
akan mulai bekerja
6. Mengetes daya hisap suction
dengan cara menutup
kanulsuction sambil melihat
apakah meteran vacum sesuai
usia
7. Hubungkan ujung suction
cateter sesuai ukuran ke kanul
suction (perhatikan kesterilan
50
Program Studi Ilmu Keperawatan STIKes Wira Medika Bali
suction cateter)
51
Program Studi Ilmu Keperawatan STIKes Wira Medika Bali
53
Program Studi Ilmu Keperawatan STIKes Wira Medika Bali
FISIOTERAPI DADA
54
Program Studi Ilmu Keperawatan STIKes Wira Medika Bali
57
Program Studi Ilmu Keperawatan STIKes Wira Medika Bali
58
Program Studi Ilmu Keperawatan STIKes Wira Medika Bali
3. Vibrasi
Vibrasi merupakan kompresi dan getaran manual pada
dinding dada dengan tujuan menggerakkan secret ke jalan napas
yang besar.
59
Program Studi Ilmu Keperawatan STIKes Wira Medika Bali
KOMPETENSI : FISIOTERAPIDADA
WAKTU :
KOMPETEN
Aspek yang dinilai
ya tdk ya tdk ya tdk
Tahap Pra Interaksi
1. Kaji kebutuhan pasien dengan melihat
catatan keperawatan/medis 2. Cuci tangan
efektif 3. Siapkan alat:
- Handuk 2 buah
- Handscoond dan tempatnya (KOM)
- Bantal ( 2 – 3 buah )
- Segelas air minum
- Tissue dan tempatnya (KOM)
- Sputum pot, berisi cairan desinfektan
(chlorine 1%) -
Masker
- Stetoskop
- Bengkok
- Handrub
4. Cuci tangan efektif
60
Program Studi Ilmu Keperawatan STIKes Wira Medika Bali
Tahap Orientasi
1. Salam pembuka dan perkenalkan diri
2. Lakukan identifikasi, 2 identitas ( tanyakan
nama dan lihat no RM/tanggal lahir )
3. Jelaskan prosedur
4. Jelaskan tujuan tindakan pada pasien dan
keluarga
5. Kontrak waktu
6. Tanyakan keluhan pasien dan adanya alergi
7. Berikan kesempatan pasien untuk bertanya
Tahap Kerja
1. Pasang sampiran / jaga privacy pasien
2. Pasang Handscoond
3. Pasang masker
4. Dekatkan alat ke pasien
5. Atur posisi yang nyaman
6. Buka baju pasien
7. Lakukan auskultasi bunyi napas pasien
8. Berikan medikasi yang dapat membantu
mengencerkan sekresi (Minum air hangat)
Postural drainase
9. Pilih area sesuai letak sputum
10. Barikan pasien posisi sesuai letak
sputumnya
11. Letakkan bantal sebagai penyangga
12. Minta pasien untuk mempertahankan
posisi selama 3 – 10 menit Perkusi
(Clupping)
13. Tutup area yang akan diperkusi dengan
menggunkan handuk
14. Anjurkan pasien untuk tarik napas dalam
dan lambat untuk meningkatkan relaksasi
15. Jari dan ibu jari berhimpitan dan fleksi
61
Program Studi Ilmu Keperawatan STIKes Wira Medika Bali
membentuk mangkuk
16. Secara bergantian, lakukan fleksi dan
ekstensi pergelangan tangan secara cepat
menepuk dada atau punggung
17. Perkusi pada setiap segmen paru selama 1
-2 menit, jangan pada area yang mudah
cedera Vibrasi dan Batuk efektif
18. Letakkan tangan, telapak tangan
menghadap ke bawah di area yang
didrainase
19. Jari-jari menempel bersama dan ekstensi.
62
Program Studi Ilmu Keperawatan STIKes Wira Medika Bali
TRANSFUSI DARAH
c. Sensitisasi imunologis
d. Kemokromatosis
Duapertiga dari semua transfusi sel darah merah
dilakukan pada masa perioperatif dan kebanyakan diberikan di
kamar operasi. Bahkan untuk keperluan menjaga proses
homeostasis pada saat operasi kadang diperlukan transfusi
trombosit dan komponen plasma. Transfusi
komponenkomponen darah ini telah terbukti dapat
memperbaiki keadaan pasien, misalnya meningkatkan
oksigenasi jaringan, dan mengurangi perdarahan yang terjadi.
Itulah sebabnya sehingga pengetahuan tentang transfusi darah
sangat penting bagi seorang ahli anestesi.
Transfusi darah harus dilakukan dengan indikasi yang
jelas. Karena pada saat ini komplikasi yang paling ditakutkan
akibat transfusi darah adalah penularan penyakit. Diantaranya
hepatitis non-A,non-B (HCV) sebagai komplikasi terbanyak
akibat transfusi, HTLV-I (human T-cell leukemia/virus
limfoma tipe I dan CMV (sitomegalovirus) sampai infeksi
yang paling ditakuti yang disebabkan oleh human
imunodefisiensi virus (HIV).
Berdasarkan sistem antigen telah dikenal lebih dari 20
golongan darah. Untuk kepentingan klinik hanya dikenal dua
sistem penggolongan darah yaitu sistem ABO dan sistem Rh.
Sebagian besar pasien mempunyai sistem Rh+ (85%) dan
sisanya (15%) sistem Rh-. Untuk mengetahui jumlah volume
darah seseorang, biasanya digunakan patokan berat badan.
Makin aktif secara fisik seseorang, makin besar pula volume
darahnya untuk setiap kilogram berat badannya.
DONOR DARAH
65
Program Studi Ilmu Keperawatan STIKes Wira Medika Bali
PENGUJIAN DARAH
Contoh darah vena sebaiknya diambil dari sisi yang
tidak sedang diinfus. Jika sukar dilakukan, boleh diambil dari
infusion line asal 5 cc pertama yang dihisap harus dibuang.
Sebab campuran dengan cairan akan mengganggu reaksi
serologik. Baru kemudian diambil 5 cc tanpa diberi anti
koagulans berikutnya yang dikirim sebagai contoh darah.
66
Program Studi Ilmu Keperawatan STIKes Wira Medika Bali
PENYIMPANAN DARAH
Darah donor sebelum disimpan untuk diberikan pada
resipien harus dibebaskan dari pelbagaimacam penyakit yang
mungkin dapat menulari resipien seperti hepatitis B atau C,
sifilis, malaria, HIV-1 atau HIV-2, virus human T-cell
lymphotropic(HTLV-1 dan HTLV-2). Darah simpan supaya
awet dan tidak membeku perlu disimpan dalam lemari
pendingin dengan suhu sekitar 1°-6°C diberi pengawet.
67
Program Studi Ilmu Keperawatan STIKes Wira Medika Bali
TEKNIK TRANSFUSI
Sebelum ditransfusikan, periksa sekali lagi sifat dan
jenis darah serta kecocokan antara darah donor dan penderita.
Penderita dipersiapkan dengan pemasangan infus dengan
jarum besar #16-18. Jarum yang terlalu kecil (# 23-25) dapat
menyebabkan hemolisis.Transfusi dilakukan dengan transfusi
set yang memiliki saringan untuk menghalangi bekuan fibrin
dan partikel debris lainnya. Transfusi set baku memiliki
saringan dan ukuran pori-pori 170 mikron. Pada keadaan
normal, sebuah transfusi set dapat digunakan untuk 2 sampai 4
unit darah.
Vena terbaik untuk kanulasi darah adalah vena pada
bagian dorsal tangan dan pada lengan atas. Dalam keadaan
darurat dapat dilakukan venaseksi untuk menjamin kelancaran
dan kecepatan transfusi.Waktu mengambil darah dari lemari es,
perhatikan plasmanya. Jika ada tanda-tanda hemolisis (warna
coklat hitam, keruh) jangan diberikan. Darah yang belum akan
ditransfusikan harus tetap di dalam lemari es.
Sebelum transfusi, diberikan terlebih dahulu 50-100 ml
NaCl fisiologik. Jangan menggunakan larutan lain karena
dapat merugikan. Larutan dekstrose dan larutan garam
68
Program Studi Ilmu Keperawatan STIKes Wira Medika Bali
3. Darah Simpan
Darah yang disimpan lebih dari 6 hari. Keuntungannya
mudah tersedia setiap saat, bahaya penularan luas dan
sitomegalovirus hilang. Sedang kerugiaannya ialah faktor
pembekuan terutama faktor V dan VIII sudah habis.
Kemampuan transportasi oksigen oleh eritrosit menurun yang
disebabkan karena afinitas Hb terhadap oksigen yang tinggi,
sehingga oksigen sukar dilepas ke jaringan. Hal ini disebabkan
oleh penurunan kadar 2,3 DPG. Kadar kalium, amonia, dan
asam laktat tinggi.
Indikasinya adalah untuk mengatasi perdarahan yang lebih
dari 30% TBV setelah pasien distabilkan lebih dahulu dengan
cairan elektrolit. Banyaknya volume darah yang diberikan
diberikan sesuai dengan banyaknya darah yang hilang. Pada
bayi transfusi sudah harus diberikan bila kehilangan 10 % TBV.
Diberikan pada penderita dengan perdarahan akut, syok
hemovolemik, dan bedah mayor dengan perdarahan >1500 ml.
Darah lengkap mengandung 450 ml darah dan 63 ml
antikoagulan (CPDA-1) dan hematokrit 35 % dan masa simpan
71
Program Studi Ilmu Keperawatan STIKes Wira Medika Bali
lengkap.
Secara umum pemakaian PRC ini dipakai pada pasien anemia
yang tidak disertai penurunan volume darah, misalnya pasien
dengan anemia hemolitik, anemia hipoplastik kronik, leukemia
akut, leukemia kronik, penyakit keganasan, talasemia, gagal ginjal
kronis, dan perdarahan-perdarahan kronis yang ada tanda “oksigen
need” (rasa sesak, mata berkunang, palpitasi, pusing, dan gelisah).
PRC diberikan sampai tanda oksigen need hilang. Biasanya pada
Hb 8-10 gr/dl. Untuk menaikkan kadar Hb sebanyak 1 gr/dl
diperlukan PRC 4 ml/kgBB atau 1 unit dapat menaikkan kadar
hematokrit 3-5 %.
75
Program Studi Ilmu Keperawatan STIKes Wira Medika Bali
76
Program Studi Ilmu Keperawatan STIKes Wira Medika Bali
78
Program Studi Ilmu Keperawatan STIKes Wira Medika Bali
79
Program Studi Ilmu Keperawatan STIKes Wira Medika Bali
EKG
LEAD EKG DAN INTERPRETASI GELOMBANG
NORMAL
80
Program Studi Ilmu Keperawatan STIKes Wira Medika Bali
81
Program Studi Ilmu Keperawatan STIKes Wira Medika Bali
a. EKG standart terdiri atas 12 leads (I, II,III,aVR, aVL, aVF, V1,
V2, V3, V4, V5, V6)
− Setiap lead mencatat aktivitas elektrik jantung dari posisi
82
Program Studi Ilmu Keperawatan STIKes Wira Medika Bali
2. Interpretasi EKG
84
Program Studi Ilmu Keperawatan STIKes Wira Medika Bali
86
Program Studi Ilmu Keperawatan STIKes Wira Medika Bali
KOMPETENSI : ELEKTOKARDIOGRAM
KOMPETENSI
Aspek yang dinilai
ya tdk ya tdk ya td
k
Tahap Pra Interaksi
1. Baca catatan perawat dan Validasi kebutuhan 2.
Siapkan alat-alat:
a. Mesin EKG
b. Kertas grafik EKG
c. Sarung tangan
d. Jelly
e. Tissue
f. Kapas Alkohol
g. Bengkok
3. Cuci tangan
Tahap Orientasi
1. Salam pembuka dan perkenalkan diri
2. Lakukan identifikasi, 2 identitas ( tanyakan
nama dan lihat no RM/tanggal lahir )
3. Jelaskan prosedur
4. Jelaskan tujuan tindakan pada pasien dan
keluarga
5. Kontrak waktu
6. Tanyakan keluhan pasien dan adanya alergi
7. Berikan kesempatan pasien untuk bertanya
87
Program Studi Ilmu Keperawatan STIKes Wira Medika Bali
Tahap Kerja
1. Tutup smpiran
2. Atur posisi Supine. Posisi Fowler dapat
digunakan untuk klien dengan masalah
respirasi
3. Berikan privasi
4. Lepaskan pakaian,terutama bagian
dada,pergelangan tangan dan mata kaki
5. Anjurkan pasien melepaskan semua
perhiasan atau benda-benda berbahan logam
(perhiasan, jam tangan, ikat pinggang, gigi
palsu, Hp, dll)
6. Instruksikan klien untuk tetap
berbaring,tidak bergerak,batuk atau
berbicara saat dilakukan pencatatan EKG
untuk mencegah terjadinya artifact
7. Bersihkan terlebih dahulu dengan kapas
normal saline(tangan, kaki& dada)
8. Pasang elektroda pada klien dengan lebih
dulu memberikan jelly pada permukaan
elektroda
− Kabel RA (right arm , merah)
dihubungkan dengan elektoda
dipergelangan lengan kanan
− Kabel LA (left arm , kuning)
dihubungkan dengan elektoda
dipergelangan lengan kiri
− Kabel LL (left leg , hijau) dihubungkan
dengan elektoda dipergelangan kaki kiri
− Kabel RL (right leg , hitam) dihubungkan
dengan elektoda dipergelangan kaki
kanan
88
Program Studi Ilmu Keperawatan STIKes Wira Medika Bali
Tahap dokumentasi
Lakukan pendokumentasian
KET :
Denpasar,………………….
Pembimbing Akademik
Perawatan Water Sealed Drainage
Pengertian
Water Sealed Drainage (WSD) atau chest tube (selang dada)
adalah kateter atau selang yang dimasukkan melalui thorax dengan
tujuan:
1. Memindahkan air dan cairan dari rongga pleura
2. Mencegah udara atau cairan masuk kembali ke rongga pleura
3. Mengembalikan tekanan intrapleura atau intrapulmonal yang
normal (Roman & Mercado, 2006 dalam Potter & Perry 2010).
Saat selang dada dimasukkan, selang tersebut harus
dihubungkan dengan sistem drainage tertutup atau katup satu arah
yang memungkinkan udara dan cairan keluar dari rongga dada
tetapi mencegah udara masuk dari luar ke dalamnya (Kozier, Erb,
Berman & Snider, 2010).
Indikasi
Pemasangan WSD dilakukan pada pasien : a.
90
Program Studi Ilmu Keperawatan STIKes Wira Medika Bali
Pneumothoraks :
- Spontan > 20% oleh karena rupture bleb
- Luka tusuk tembus
- Kerusakan selang dada pada sistem drainase
b. Efusi pleura
- Keganasan
- Tuberculosis
- gagal jantung kongestif
c. Empiema :
- Penyakit infeksi paru
- Kondisi inflamasi
d. Hemothoraks :
- Robekan pleura
- Kelebihan antikoagulan
e. Pasca bedah thoraks - Thorakotomy : - Lobektomy
- Pneumoktomy
91
Program Studi Ilmu Keperawatan STIKes Wira Medika Bali
Jenis WSD
1. Single Bottle Water Seal System
92
Program Studi Ilmu Keperawatan STIKes Wira Medika Bali
94
Program Studi Ilmu Keperawatan STIKes Wira Medika Bali
95
Program Studi Ilmu Keperawatan STIKes Wira Medika Bali
96
Program Studi Ilmu Keperawatan STIKes Wira Medika Bali
99
Program Studi Ilmu Keperawatan STIKes Wira Medika Bali
MelepasWSD
Pelepasan selang dada merupakan prosedur yang
berlangsung singkat tetapi cukup menyakitkan. Beri obat klien
sebelum pelepasan. Pasien dianjurkan untuk menarik nafas
dalam dan menahannya. Lepas balutan di sekitar selang dan
persiapkan balutan yang akan menutupi tempat insersi.
Balutan yang dipakai adalah balutan oklusif jika tidak ada
jahitan penyokong di sekitar tempat insersi untuk mencegah
masuknya udara ke dalam dada.
100
Program Studi Ilmu Keperawatan STIKes Wira Medika Bali
101
Program Studi Ilmu Keperawatan STIKes Wira Medika Bali
102
Program Studi Ilmu Keperawatan STIKes Wira Medika Bali
Tahap Kerja
1. Tutup sampiran (Jaga pivasi pasien)
2. Cuci tangan
3. Atur posisi pasien semi fowler atau high
fowler dengan pasien ke atas
4. Pasang pengalas dan bengkok
5. Observasi kondisi pernafasan klien, amati
adanya emfisema subkutis
6. Observasi kondisi sistem WSD
7. Dekatkan alat dan tempat sampah yang mudah
dijangkau
8. Siapkan plester fiksasi sesuai kebutuhan
9. Cuci tangan
10. Buka set perawatan luka dengan tehnik steril
11. Gunakan korentang untuk melengkapi set
perawatan luka
12. Atur letak peralatan set luka
13. Siapkan cairan NaCl 0,9 % dan larutan
desinfektan dalam cucing (jika diperlukan)
14. Cuci tangan
15. Gunakan sarung tangan
16. Ambil pinset dan alcohol swab
17. Lepaskan fiksasi dan kasa penutup luka secara
hati-hati
18. Observasi keadaan luka (warna, sekresi,
bau,pembengkakan,kondisi jaringan,fiksasi
drainage)
19. Lepaskan sarung tangan
20. Cuci tangan
103
Program Studi Ilmu Keperawatan STIKes Wira Medika Bali
104
Program Studi Ilmu Keperawatan STIKes Wira Medika Bali
NILAI :
PERAWATAN TRAKEOSTOMI TUBE
107
Program Studi Ilmu Keperawatan STIKes Wira Medika Bali
108
Program Studi Ilmu Keperawatan STIKes Wira Medika Bali
109
Program Studi Ilmu Keperawatan STIKes Wira Medika Bali
110
Program Studi Ilmu Keperawatan STIKes Wira Medika Bali
TAHAP KERJA
1. Sediakan privasi bagi pasien : tutup sampiran
2. Posisikan pasien : semi fowler atau fowler (jika
tidak ada kontraindikasi)
3. Pasang perlak di bawah leher pasien
4. Pasang bengkok
5. Berikan oksigen pre-suction
6. Buka kit trakeostomi dan kit suction, atur alat
7. Cuci tangan efektif
8. Pakai handscoen steril
9. Angkat kasa/ humidifier penutup kanul dengan
tangan non dominan
10. Lakukan suction (prinsip steril) :
• Pasang selang suction dengan kateter suction
• Atur tekanan dan cek di air steril
111
Program Studi Ilmu Keperawatan STIKes Wira Medika Bali
TAHAP TERMINASI
1. Evaluasi hasil kegiatan (subyektif dan obyektif)
2. Berikan reinforcement posistif pada pasien
3. Kontrak pertemuan selanjutnya (kegiatan, waktu
dan tempat)
4. Beri salam penutup
5. Cuci tangan efektif
DOKUMENTASI
Catat hasil tindakan dan respon pasien di dalam
catatan keperawatan
Nilai
Nilai : X 100% =
Nilai Max (42)
113
Program Studi Ilmu Keperawatan STIKes Wira Medika Bali
2. Palpasi
Tujuan palpasi pada jantung : untuk mengetahui iktus cordis,
getaran/ thrill
3. Perkusi
Perkusi adalah suatu tindakan pemeriksaan dengan
mendengarkan bunyi getaran/ gelombang suara yang
dihantarkan kepermukaan tubuh dari bagian tubuh yang
diperiksa.
Pemeriksaan dilakukan dengan ketokan jari atau tangan pada
permukaan tubuh.
Tujuan perkusi pada jantung : untuk menentukan batas-batas
jantung (kiri dan kanan)
4. Auskultasi
Aukultasi adalah suatu tindakan pemeriksaan dengan
mendengarkan bunyi yang terbentuk di dalam organ tubuh.
Tujuan auskultasi pada jantung : untuk menentukan bising I
dan II serta bising jantung.
115
Program Studi Ilmu Keperawatan STIKes Wira Medika Bali
(Bickley, 2008)
Pemeriksaan Nadi
13. Periksa nadi radialis meliputi: frekuensi,
irama, kualitas, konfigurasi, dan kualitas
pembuluh darah (palpasi) Tekanan Darah
14. Periksa tekanan darah sistolik dan
diastolik sesuai prosedur (auskultasi) Kepala
dan leher
15. Pada mata periksa adanya xanthelasma
(tanda hiperkolesterolemia)
16. Periksa konjunctiva, sklera
17. Inspeksi bibir dan cuping telinga untuk
mengamati adanya sianosis perifer
18. Instruksikan pasien untuk membuka
mulut dan menjulurkan lidah untuk melihat
adanya sianosis sentral serta kaji oral higiene
pasien.
19. Palpasi ateri karotis d/s: rasakan apakah
ada getaran “thrill’ akibat murmur yang
keras
20. Inspeksi denyut tekanan vena jugularis
pada leher: instruksikan pasien untuk
menghadap ke sisi berlawanan dengan vena
jugularis yang akan diperiksa.
21. Perhatikan adanya denyut vena jugularis,
diukur tegak lurus dengan dengan “angle of
louis”. Normal tidak lebih dari 4 cm
(Smeltzer and Bare, 2001)
22. Periksa adanya reflux hepatojugular
dengan cara tangan kanan menekan hepar
dengan kuat selama 30-60 detik dan
perhatikan adakah peningkatan JVP kurang
118
Program Studi Ilmu Keperawatan STIKes Wira Medika Bali
119
Program Studi Ilmu Keperawatan STIKes Wira Medika Bali
Auskultasi :
34. Posisikan pasien supine dengan kepala
sedikit elevasi 120
Program Studi Ilmu Keperawatan STIKes Wira Medika Bali
121
Program Studi Ilmu Keperawatan STIKes Wira Medika Bali
122
Program Studi Ilmu Keperawatan STIKes Wira Medika Bali
Dokumentasi
Catat hasil tindakan dan respon pasien di
dalam catatan keperawatan
NILAI : = ⅀ NILAI
X100%
NILAI MAX (63)
123
Program Studi Ilmu Keperawatan STIKes Wira Medika Bali
124
Program Studi Ilmu Keperawatan STIKes Wira Medika Bali
RIWAYAT KESEHATAN
Riwayat kesehatan yang dikaji meliputi data saat ini dan
masalah yang lalu. Perawat mengkaji pasien atau keluarga dan
berfokus kepada manifestasi klinik dari keluhan utama, kejadian
yang membuat kondisi sekarang ini, riwayat perawatan dahulu,
riwayat keluarga dan riwayat psikososial.
Riwayat kesehatan dimulai dari biografi pasien, dimana
aspek biografi yang sangat erat hubungannya dengan gangguan
oksigenasi mencakup usia, jenis kelamin, pekerjaan (terutama yang
berhubungan dengan kondisi tempat kerja) dan tempat tinggal.
Keadaan tempat tinggal mencakup kondisi tempat tinggal serta
apakah pasien tinggal sendiri atau dengan orang lain yang nantinya
berguna bagi perencanaan pulang (“Discharge Planning”).
Dapatkan Riwayat :
1. Riwayat alergi dalam keluarga, gangguan genetik
2. Riwayat pasien tentang disfungsi pernapasan sebelumnya ;
bukti terbaru penularan terhadap infeksi, alergen atau iritan
lain, trauma
Keluhan utama
1. Batuk/Cough
Batuk merupakan gejala utama pada pasien dengan
penyakit sistem pernafasan. Tanyakan berapa lama pasien batuk
(misal 1 minggu, 3 bulan). Tanyakan juga bagaimana hal
tersebut timbul dengan waktu yang spesifik (misal : pada
malam hari, ketika bangun tidur) atau hubungannya dengan
aktifitas fisik. Tentukan batuk tersebut apakah produktif atau
non produktif, kongesti, kering.
125
Program Studi Ilmu Keperawatan STIKes Wira Medika Bali
128
Program Studi Ilmu Keperawatan STIKes Wira Medika Bali
Observasi adanya
1. Bukti infeksi – Peningkatan suhu, pembesaran kelenjar limfe
servikal, membran mukosa terinflamasi, dan rabas purulen dari
hidung, telinga atau paru-paru (sputum)
2. Batuk – karakteristik batuk (bila ada) : dalam keadaan seperti
apa batuk terdengar (mis : hanya malam hari atau pagi hari),
sifat batuk (paroksismal dengan atau tanpa mengi), frekuensi
batuk, berhubungan dengan menelan atau aktivitas lain.
3. Mengi (wheezing) – ekspirasi atau inspirasi, nada tinggi atau
musikal, memanjang, secara lambat, progresif atau tiba-tiba
berhubungan dengan pernapasan sulit.
130
Program Studi Ilmu Keperawatan STIKes Wira Medika Bali
Palpasi
1. Dilakukan untuk mengkaji kesimetrisan pergerakan dada dan
mengobservasi abnormalitas, mengidentifikasi keadaan kulit
dan mengetahui vocal/tactile premitus (vibrasi).
2. Palpasi thoraks untuk mengetahui abnormalitas yang terkaji
saat inspeksi seperti : massa, lesi, bengkak.
3. Kaji juga kelembutan kulit, terutama jika pasien mengeluh
nyeri.
4. Vocal premitus : getaran dinding dada yang dihasilkan ketika
Berbicara.
131
Program Studi Ilmu Keperawatan STIKes Wira Medika Bali
Perkusi
Jenis suara Perkusi → Suara perkusi normal :
1. Resonan (Sonor) : bergaung, nada rendah. Dihasilkan pada
jaringan paru normal
2. Dullness : dihasilkan di atas bagian jantung atau paru
3. Tympany : musikal, dihasilkan di atas perut yang berisi udara
S
uara nafas tambahan 1. Wheezing :
133
Program Studi Ilmu Keperawatan STIKes Wira Medika Bali
134
Program Studi Ilmu Keperawatan STIKes Wira Medika Bali
136
Program Studi Ilmu Keperawatan STIKes Wira Medika Bali
Tahap Kerja
1. Jaga privasi
2. Sediakan ruang pemeriksaan yang tenang
untuk auskultasi yang adekuat
3. Buka pakaian atas pasien agar bagian dada
terbuka
137
Program Studi Ilmu Keperawatan STIKes Wira Medika Bali
Pemeriksaan tangan
4. Inspeksi jari tangan apakah sianosis pada
bantalan kuku dan noda “nicotine
staining”
5. Periksa adanya jari tabuh atau clubbing
finger dan (inspeksi)
6. Periksa adakah pembengkakan pada sendi
jari tangan (palpasiI dan tremor (anjurkan
pasien untuk mengangkat tangan ke
depan dada.)
7. Palpasi nadi radialis dan lakukan
pengukuran RR meliputi: frekuensi,
irama, kualitas.
Kepala dan leher
8. Pada mata periksa konjunctiva untuk
melihat anemia
9. Periksa hidung eksternal: amati lesi,
asimetri atau inflamasi, adakah nafas
cuping hidung
10. Periksa hidung internal : anjurkan pasien
untuk mendongak, dorong ujung hidung
ke atas, pasang speculum hidung, dan
lihat dengan penlight: catat jika ada polip
atau obstruksi
11. Mukosa hidung: amati
warna,
pembengkakan, eksudat, atau perdarahan
12. Septum : amati deviasi, perforasi, atau
perdarahan
13. Palpasi sinus frontalis (supraorbital) dan
maksilaris (perbatasan pipi dan hidung):
tekan bagian tersebut dengan gerakan ke
138
Program Studi Ilmu Keperawatan STIKes Wira Medika Bali
atas.
14. Anjurkan pasien nafas dalam dan
membuka mulut tekan lidah dengan
139
Program Studi Ilmu Keperawatan STIKes Wira Medika Bali
140
Program Studi Ilmu Keperawatan STIKes Wira Medika Bali
141
Program Studi Ilmu Keperawatan STIKes Wira Medika Bali
Inspeksi :
21. Pemeriksaan dari depan perhatikan
klavikula, fossa supra/ infraklavikula,
lokasi iga pada kedua sisi, anomali
vaskular, bekas luka.
22. Amati bentuk dan ukuran thoraks: adakah
deformitas atau tidak
23. Pergerakan pernafasan, simetris atau
tidak, amati adakah penggunaan otot
bantu nafas.
24. Pemeriksaan dari belakang perhatikan
vertebra servikalis 7, bentuk skapula,
torakalis 8 dan bentuk atau jalannya
kolumna vertebralis Palpasi
:
25. Posisi pasien supine dengan kepala
sedikit elevasi, posisi lengan pasien
disamping dan sejajar dengan badan
26. Dari depan kaji ekskursi pernafasan
dengan menggunakan kedua tangan (ibu
jari di bawah processus xiphoideus dan 4
jari lainnya di iga lateral) anjurkan pasien
untuk nafas dalam (simetris atau tidak).
Pengkajian posterior dilakukan dengan
meletakkan ibu jari setinggi costa 10.
27. Lokasi nyeri dada, dengan menggunakan
ibu jari tangan kanan menyesuri sela
tulang iga
28. Taktil vocal Fremitus, dengan meletakkan
kedua tangan bagian ulnar di dinding
dada (bukan area bertulang) dan suruh
pasien untuk mengucapkan kata
142
Program Studi Ilmu Keperawatan STIKes Wira Medika Bali
143
Program Studi Ilmu Keperawatan STIKes Wira Medika Bali
NILAI : = ⅀ NILAI
X100%
NILAI MAX (57)
144
Program Studi Ilmu Keperawatan STIKes Wira Medika Bali
145