Anda di halaman 1dari 3

3 Kebutuhan promosi kesehatan keluarga.

Keluarga merupakan bagian masyarakat yang fundamental bagi kehidupan


pembentukan kepribadian anak manusia. Hal ini diungkapkan Syarief Muhidin (1981) yang
mengemukakan bahwa tidak ada satupun lembaga kemasyarakatan yang lebih efektif di
dalam membentuk kepribadian anak, selain keluarga. Keluarga tidak hanya membentuk anak
secara fisik tetapi juga berpengaruh secara psikologis. Dengan kata lain, di dalam keluarga
seorang anak dapat memenuhi kebutuhan-kebutuhannya, baik kebutuhan fisik, psikis maupun
sosial, sehingga mereka dapat tumbuh dan berkembang dengan baik. Di samping itu pula
seorang anak memperoleh pendidikan yang berkenaan dengan nilai-nilai maupun norma-
norma yang ada dan berlaku di masyarakat ataupun dalam keluarganya sendiri serta cara-cara
untuk menyesuaikan diri dengan lingkungannya.

Kemudian, keluarga juga berfungsi sebagai media sosialisasi. Melalui interaksi dalam
keluarga anak mempelajari pola-pola tingkah laku, sikap, keyakinan, cita-cita serta nilai-nilai
dalam masyarakat dalam rangka pengembangan kepribadiannya. Dalam rangka
melaksanakan fungsi sosialisasi ini, keluarga mempunyai kedudukan sebagai penghubung
antara anak dengan kehidupan sosial dan norma-norma sosial yang meliputi penerangan,
penyaringan dan penafsiran ke dalam bahasa yang dimengerti oleh anak.

Dalam kaitannya dengan promosi kesehatan, perawatan kesehatan keluarga (family


health nursing) adalah tingkat perawatan kesehatan masyarakat yang ditujukan atau
dipusatkan pada keluarga sebagai unit atau satu kesatuan yang dirawat, dengan sehat sebagai
tujuannya dan melalui perawatan sebagai sasarannya. Keluarga sebagai sasaran promosi
kesehatan yang dimaksudkan disini adalah dua atau lebih dari dua individu yang bergabung
karena hubungan darah, hubungan perkawinan atau pengangkatan dan mereka hidup dalam
satu rumah tangga, berinteraksi satu sama lain di dalam peranannya masing-masing dan
menciptakan serta mempertahankan suatu kebudayaan.

Dalam kondisi ini, anggota keluarga yang mempunyai masalah kesehatan akan
dirawat sebagai anggota keluarga. Yang menjadi pusat dari perawatan adalah keluarga. Maka
perawatan akan menghadapi pasien yaitu keluarga dengan ibu hamil, keluarga dengan ayah
penyakit TBC, keluarga dengan anak retardasi mental, dan lainnya. Health care activities,
health beliefs, and health values merupakan bagian bagian dari kehidupan, perilaku individu
menunjukkan sebagaimana anggota keluarga yang harus dipelajari. Friedman (1992)
mengidentifikasi dengan jelas kepentingan pelayanan keperawatan yang terpusat pada
keluarga (family-centered nursing care) yaitu:
1. Keluarga terdiri atas anggota yang saling ketergantungan satu sama lainnya
(interdependent) dan berpengaruh dengan yang lainnya. Jika salah satu sakit maka anggota
keluarga yang lain juga merupakan bagian yang sakit.
2. Adanya hubungan yang kuat di antara keluarga dengan status kesehatan anggotanya, maka
anggota keluarga sangat penting peranannya dalam setiap pelayanan keperawatan.
3. Tingkat kesehatan anggota keluarga sangat signifikan dengan aktivitas di dalam promosi
kesehatannya.
4. Keadaan sakit pada salah satu anggoota keluarga dapat sebagai indikasi problem yang
sama di dalam anggota yang lainnya.

Pada spesialisasi sekarang ini, pelayanan kesehatan, terutama pelayanan pengobatan,


pengawasan kesehatan keluarga dan koordinasi macam-macam pelayanan kesehatan oleh tim
kesehatan makin menjadi kewajiban perawat. Sehubungan dengan adanya spesialisasi dan
superspesialisasi dalam pengobatan maka orientasi pelayanan kesehatan serta cara-cara
penyampaian berubah dari orientasi Rumah Sakit ke masyarakat, dari orientasi penyakit
kesehatan dan dari orientasi pengobata ke pencegahan dan peningkatan kesehatan.

Dengan demikian, keluarga memegang peranan yang penting dalam berbagai bentuk
upaya promosi kesehatan di dalam keluarga. Misalnya, masalah pola hidup sehat, seperti
berhenti merokok, olahraga, imunisasi dan sebagainya. Dan secara langsung atau tidak
langsung perilaku hidup sehat yang diterapkan dalam keluarga akan menjadi contoh yang
sangat ampuh bagi anggota keluarga yang lain. Setiap keluarga memiliki nilai dan aturan
tersendiri dalam lingkungannya, yang masing-masing anggota keluarga sudah anut sejak
lama, biasanya berupa kebiasaan-kebiasaan tertentu. Dalam hal ini maka pemberi promosi
kesehatan harus mampu menyesuaikan diri dengan aturan tersebut agar keluarga tersebut bisa
lebih terbuka dalam menerima segala bentuk promosi yang dilakukan (Hamdani, 2013).

Berdasarkan hasil penelitian Tiraihati (2017) di Rumah Sakit Onkologi Surabaya telah
menerapkan upaya promosi kesehatan yang baik sesuai dengan strategi promosi kesehatan
berdasarkan denganOttawa Charter. Promosi kesehatan yang diterapkan dalam rumah sakit
Onkologi ini telah mencakup lima aspek yaitu kebijakan berwawasan kesehatan (Health
Public Policy), lingkungan yang mendukung (Supportive environment), reorientasi pelayanan
kesehatan (Reorient health service), keterampilan individu (Personal Skill), serta gerakan
masyarakat (Community action).Kelima aspek strategi promosi kesehatan tersebut juga
ditunjang dengan pembentukan panitia PKRS (Promosi Kesehatan Rumah Sakit) yang
mengacu pada peraturan tentang petunjuk teknis pelaksanaan PKRS. Sesuai dengan kelima
aspek strategi yang telah dipenuhi rumah sakit Onkologi Surabaya berdasarkan Ottawa
Charter tujuan khusus dari pelaksanaan promosi kesehatan di rumah sakit Onkologi telah
terpenuhi yaitu dalam mengembangkan perilaku kesehatan, mengembangkan perilaku
pemanfaatan pada pasien, membantu mempercepat proses penyembuhan pasien, serta
menghindarkan keluarga dalam penularan penyakit (mencegah kesakitan). Dengan
terlaksananya promosi kesehatan di rumah sakit Onkologi Surabaya melingkupi lima aspek
strategi promosi kesehatanOttawa Charter maka dapat meningkatkan mutu pelayanan rumah
sakit dan meningkatkan citra rumah sakit.

Anda mungkin juga menyukai