Anda di halaman 1dari 7

NAMA : LISNA DIANTI

NPM : 190201021

SEMESTER :VD

TUGAS : FINAL
1. PADA TAHUN 2020 ADA 444 KASUS DI KPK ,AMBIL 2 KASUS
a. Kasus Korupsi Jiwasraya

Di tahun 2020 kasus korupsi PT Asuransi Jiwasraya (persero) bahkan di sebut


sebagai kerugian besar bagi negara oleh Badan Pemeriksaan Keuangan (BPK) yang
mencapai hingga belasan triliun rupiah. Kasus ini menyeret eks Kepala Divisi
Investasi dan Keuangan Jiwasraya periode 2008-2014, Syahmirwan dituntut selama
18 tahun penjara. Dikutip Pikiran-rakyat.com dari Antara, Syahmirwan dinilai
terbukti melakukan korupsi yang merugikan keuangan negara senilai Rp16.807
triliun. Selain itu, kasus ini juga menyeret Direktur Utama PT Asuransi Jiwasraya
2008-2018, Hendrisman Rahim, ia dituntut 20 tahun penjara. Hendrisman terbukti
melakukan korupsi yang merugikan keuangan negara senilai Rp16.807 triliun.
Sementara mantan Direktur Keuangan PT Asuransi Jiwasraya periode tahun 2013-
2018, Hary Prasetyo dituntut penjara seumur hidup.
b. Kasus Suap Jaksa Pinangki

Jaksa Pinangki Sirna Malasari yang terlibat dalam kasus kaburnya Djoko Tjandra
disidangkan secara perdana di Ruang Sidang Kusumahatmaja, Gedung Pengadilan
Tipikor Jakarta pada Rabu 23 September 2020.* ANTARA FOTO/GALIH
PRADIPTA Jaksa Pinangki Sirna Malasari adalah tersangka dalam kasus penyuapan
uang 500.000 dolar AS, sekitar Rp7,3 miliar dari buronan Bank Bali Joko Soegiarto
Tjandra alias Djoko Tjandra. Jaksa Pinangki yang berusaha memulangkan Djoko
Tjandra tanpa harus dipidana menjalani sidang perdananya pada Rabu 23 September
2020 di Ruang Sidang Kusumahatmaja, Gedung Pengadilan Tipikor Jakarta. Di sana,
terbongkar 'action plan' yang ditawarkan pada tersangka kasus Bank Bali itu. Pada
periode Juli 2020, beredar foto pertemuan antara jaksa dengan Djoko Tjandra. Jaksa
tersebut diduga adalah Pinangki yang pada saat itu diketahui menjabat sebagai Kepala
Sub Bagian Pemantauan dan Evaluasi II pada Biro Perencanaan Jaksa Agung Muda
Pembinaan. Atas kasus ini, Jaksa Pinangki resmi dijatuhi sanksi disiplin
dibebastugaskan dari jabatan struktural, karena terbukti melanggar disiplin dan kode
etik perilaku jaksa. Pada tanggal 29 Juli 2020, Pinangki Sirna Malasari akhirnya
dicopot dari jabatan sebagai Kepala Subbagian Pemantauan dan Evaluasi II pada Biro
Perencanaan Jaksa Agung Muda Pembinaan.
2. PADA TAHUN 2001 ADA 7 KASUS DI KPK ,AMBIL 3 KASUS
Komisi Pemberantasan Korupsi menerbitkan surat perintah penyidikan baru untuk
Gubernur Banten Ratu Atut Chosiyah. Setelah menjadi tersangka kasus korupsi
penanganan sengketa pemilihan kepala daerah Lebak, Banten, dan pengadaan alat
kesehatan di Banten, Atut kini dijadikan tersangka gratifikasi. “Di antaranya dari
proyek alat kesehatan di Banten,” kata juru bicara KPK, Johan Budi, Selasa, 14
Januari 2014. Dalam konferensi pers pada Senin lalu, ia menyebutkan penyidik telah
menemukan dua bukti permulaan yang cukup.
Berikut penjelasan singkat ketiga kasus yang menjerat Atut itu:
a) Kasus sengketa Pemilukada Lebak, Banten, yang ditangani Mahkamah
Konstitusi
Peran: Atut bersama adiknya, Tubagus Chaeri Wardana alias Wawan, diduga
memberikan suap sebesar Rp 1 miliar kepada Akil Mochtar (kala itu Ketua MK)
melalui seorang advokat Susi Tur Andayani, yang juga telah menjadi tersangka kasus
yang sama.Pasal yang menjerat: Pasal 6 ayat 1 huruf a Undang-undang No 31 tahun
1999 sebagaimana diubah dalam UU No 20 tahun 2001 tentang Pemberantasan
Tindak Pidana Korupsi jo pasal 55 ayat 1 ke-1 KUHPidan. Dengan ancaman
hukuman pidana penjara 3-15 tahun, denda Rp 150-Rp 750 juta.
b) Korupsi pengadaan sarana dan prasarana alat kesehatan Provinsi Banten 2011-
2013
Peran: Wakil Ketua KPK, Zulkarnain, mengatakan Atut bertanggung jawab sebagai
pengguna anggaran. Wawan juga menjadi tersangka dalam kasus ini. Baca juga: Airin
Siap Jika Harta Suaminya Disita.
Pasal yang menjerat: Pasal 2 Ayat 1 dan atau Pasal 3 Undang-Undang Nomor 31
Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi sebagaimana diubah
dengan UU Nomor 20 Tahun 2001 juncto Pasal 55 Ayat 1 ke-1 KUHPidana.
Ancaman Pasal 2 adalah pidana penjara 4-20 tahun, dan denda Rp 200 juta-Rp 1
miliar. Sedangkan Pasal 3 pidana penjara selama 1-20 tahun, dan denda Rp 50 juta-Rp
1 miliar.
c) Penerimaan gratifikasi atau pemerasan
Peran: Belum dijelaskan. Namun, juru bicara KPK Johan Budi S.P. saat jumpa pers
mengatakan penetapan ini merupakan hasil pengembangan penyidikan kasus dugaan
korupsi pengadaan alat kesehatan di Provinsi Banten pada 2011-2013.
Pasal yang dijeratkan: Pasal 12 huruf e atau Pasal 12 huruf a atau Pasal 12 huruf b
atau Pasal 5 Ayat 2 atau Pasal 11 Undang-Undang Pemberantasan Tindak Pidana
Korupsi juncto Pasal 55 Ayat 1 ke-1 KUHP. Ancaman Pasal 12 adalah 4-20 tahun
penjara, dan Rp 200 juta-Rp 1 miliar. Sedangkan Pasal 5 dan Pasal 11 adalah pidana
penjara selama 1-5 tahun, dan denda Rp 50-Rp 250 juta. Bantahan Atut .

3. KENAPA DIINDONESIA MASIH SAJA TERJADI BANYAK KASUS


BRAINLY,TEORI
Pelanggaran hak asasi manusia adalah setiap perbuatan seseorang atau kelompok orang
termasuk aparat negara, baik disengaja maupun tidak disengaja atau kelalaian yang secara
hukum mengurangi, menghalangi, membatasi dan atau mencabut hak asasi manusia
seseorang atau kelompok orang yang dijamin oleh Undang-Undang dan tidak
mendapatkan atau dikhawatirkan tidak akan memperoleh penyesalan hukum yang adil
dan benar berdasarkan mekanisme hukum yang berlaku. Lantas, mengapa bisa terjadi
pelanggaran HAM? Terdapat 2 faktor, yakni faktor internal dan faktor eksternal.

a. Faktor internal antara lain :

 ego yang tinggi, Ego yang tinggi dapat membuat kita kehilangan akal
sehat. Kita bisa menghalalkan segala cara untuk memenuhi ego kita
tersebut, termasuk melanggar HAM orang lain.

 Kesadaran yang rendah akan pentingnya HAM, Kurangnya kesadaran


akan HAM mengakibatkan sikap semena-mena terhadap orang lain
karena menganggap bahwa HAM bukanlah sesuatu yang pantas dihargai.
Semakin kurangnya kesadaran akan HAM, semakin besar pula
kemungkinan terjadi pelanggaran HAM.

 kurangnya sikap toleransi, rendahnya toleransi masyarakat Indonesia


akibat ras, suku, agama, dan budaya. Faktor ini menyebabkan banyak
orang melanggar HAM karena merasa kelompok dirinya yang paling
benar. Pelanggaran karena faktor toleransi ini terjadi hampir di mana saja,
entah melalui internet, perkataan, bahkan tindakan langsung.
b. Selanjutnya yaitu faktor eksternal, antara lain :

 penyalahgunaan kekuasaan, Penyalahgunaan kekuasaan ini dapat kita lihat


pada kasus yang sudah sangat marak di Indonesia, yaitu korupsi. Seperti yang
kita tahu, yang melakukan korupsi bukanlah orang miskin atau berkekurangan,
melainkan pejabat-pejabat kaya dan para pelayan masyarakat. Orang-orang ini
menyalahgunakan kekuasaannya guna merampas uang yang seharusnya
menjadi hak masyarakat. Padahal tugas mereka yang semestinya ialah
menjamin hak-hak rakyat, namun mereka sendiri pula yang mencuri hak milik
rakyat.

 ketidaktegasan aparat penegak hukum, Dengan banyaknya kasus-kasus HAM


yang semakin mencuat, saya sangat jarang mendengar bahwa para pelanggar
HAM tersebut dihukum berat sesuai dengan perbuatannya. Misalnya saja yang
paling sederhana dan sering terjadi di sekitar kita, yaitu begal. Pembegalan ini
tentu saja melanggar HAM. Selain merampok barang milik orang lain,
tindakan begal ini juga dapat merampas nyawa manusia. Namun, kasus-kasus
pembegalan ini sangat jarang diusut sampai tuntas oleh para polisi dan
penegak hukum lainnya. Seharusnya para aparat penegak hukum mengusut
tuntas kasus ini serta memberi hukuman berat kepada pelakunya, mengingat
tindakan begal ini sangatlah tidak berperikemanusiaan.

 penyalahgunaan teknologi, Melalui teknologi yang jangkauannya begitu luas,


orang bisa memanfaatkannya entah itu untuk tujuan baik maupun tujuan yang
buruk. Bukannya tidak mungkin bahwa HAM dapat dilanggar melalui
teknologi. Sebagai contoh yaitu tindakan para netizen (pengguna internet) di
dunia maya. Saya sangat sering melihat bahwa netizen mengeluarkan kata-
kata yang tidak pantas di media sosial mana pun, mulai dari facebook,
instagram, LINE, dan masih banyak lagi. Dan mirisnya, tindakan buruk
netizen ini biasanya terdapat di sebuah tulisan yang mengandung unsur agama
dan ras. Apabila di dalam tulisan seseorang menyinggung sedikit saja tentang
agama maupun ras, netizen pasti langsung saling 'berperang' di kolom
komentar untuk membela ras dan agamanya masing-masing.
 kesenjangan sosial, Di Indonesia, tingkat kesejahteraan masyarakatnya tidak
sepenuhnya merata. Akibatnya sering timbul kecemburuan sosial yang
berujung pada pelanggaran HAM. Tak jarang, para pelaku pelanggaran HAM
melakukan tindakan tersebut karena adanya kesenjangan yang begitu besar
dalam masyarakat. Tindakan pembegalan juga menjadi salah satu contoh
kesenjangan sosial dalam masyarakat zaman ini. Bayangkan saja, jika
memang para pelaku tersebut sudah sejahtera, tentu ia tidak akan melakukan
begal

4. TABLE, IDRUS RAHMAN, BAGAIMANA PENDAPAT KALIAN DASAR


HUKUMNYA
Mantan Menteri Sosial (Mensos) Idrus Marham resmi bebas dari penjara kemarin.
KPK berpendapat tidak ada landasan hukum bagi jaksa untuk mengajukan upaya hukum
peninjauan kembali (PK). "Dalam kasus ini tidak ada landasan hukum jaksa mengajukan
PK," kata Plt Jubir KPK, Ali Fikri, saat dihubungi, Sabtu (12/9/2020).
Ali mengatakan tugas jaksa KPK selaku eksekutor telah melaksanakan putusan yang
berkekuatan hukum tetap dan melakukan eksekusi hukuman pidana badan dengan
menahan Idrus ke dalam Lapas Cipinang. Dengan begitu selanjutnya wewenang
penahanan tersebut ada di Kementerian Hukum dan HAM.
Pertanyaan Besar KPK soal Klaster Kasus Djoko Tjandra Lebih lanjut, KPK juga sudah
mengecek terpidana Idrus Marham telah membayar hukuman denda yang dijatuhi oleh
majelis hakim. Idrus disebut telah membayar Rp 50 juta kepada negara.
"Setelah kami cek, benar yang bersangkutan telah membayar denda dan pada hari
Kamis (3/9/2020) Jaksa Eksekusi KPK Andry Prihandono telah melakukan pembayaran
ke kas negara berupa pembayaran denda sebesar Rp 50.000.000,00 atas nama Terpidana
Idrus Marham sebagaimana Putusan Mahkamah Agung Nomor : 3681 K/Pid.Sus/2019
tanggal 2 Desember 2019," kata Ali.
Sebelumnya diberitakan, Mantan Menteri Sosial (Mensos) Idrus Marham resmi bebas
dari penjara pada Jumat (11/9). Idrus telah menjalani hukuman dua tahun penjara karena
terlibat kasus korupsi terkait proyek PLTU Riau-1.
"(Idrus Marham) telah dibebaskan pagi ini, 11 September 2020 dari Lapas Kelas I
Cipinang," kata Kabag Humas dan Publikasi Ditjen PAS, Rika Aprianti kepada
wartawan, Jumat (11/9).
Seperti diketahui, Idrus sebelumnya divonis 3 tahun penjara dan denda Rp 150 juta
subsider 2 bulan kurungan oleh majelis hakim Pengadilan Tipikor Jakarta. Dia dinyatakan
terbukti menerima suap Rp 2,25 miliar dari pengusaha Johanes Kotjo terkait proyek
PLTU Riau-1.
Hukuman Idrus kemudian diperberat oleh Pengadilan Tinggi Jakarta menjadi 5 tahun
penjara. Namun, Idrus membela diri.Dia kemudian mengajukan kasasi ke MA. MA pun
mengabulkan kasasi Idrus dan menyunat hukumannya menjadi 2 tahun penjara

Anda mungkin juga menyukai