Anda di halaman 1dari 3

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Sejak awal berdirinya Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) yang lahir pada
tanggal 5 Februari 1947 diprakarsai oleh Lafran Pane dan 14 mahasiswa muslim
dengan 2 tujuan yaitu pertama, mempertahankan NKRI serta mempertinggi derajat
rakyat Indonesia, kedua, menegakkan dan mengembangkan ajaran Islam yang dikenal
dengan wawasan Integralistik dengan komitmen kebangsaan dan keummatan sampai
pada saat sekarang ini tetap konsisten mengisi periodesasi pembangunan kehidupan
berbangsa, bernegara dan bermasyarakat. Hal ini memberi isyarat HMI merupakan
bagian yang mutlak dan tidak terpisahkan dari hidup dan kehidupan bangsa
Indonesia. Suatu komitmen yang bernilai tinggi, dimiliki organisasi mahasiswa yang
menghimpun generasi muda, merupakan suatu keberanian dan sikap mental yang
utuh dan merupakan pilihan tepat mengingat kemajemukan umat Islam dan bangsa
Indonesia.

Komitmen kebangsaan dan keummatan, dari awal pembentukan dimana


tujuan awal HMI yaitu mempertahankan NKRI serta mengangkat derajat rakyat
Indonesia dan menegakkan dan mengembangkan ajaran agama Islam, sampai
sekarang ini HMI tetap berada pada jalur kebangsaan dan keummatan yang dipertegas
dalam Tujuan HMI Pasal 4 AD HMI yaitu Terbinanya insan akademis, pencipta,
pengabdi dan bertanggung jawab atas terwujudnya masyarakat adil dan makmur yang
diridhoi oleh Allah SWT. Berdasarkan tujuan tersebut, pada hakikatnya seluruh
aktifitas HMI merupakan proses pembinaan terhadap kader HMI agar setiap individu
kader memiliki kualitas insan cita.

Dalam pencapaian tujuan HMI menyadari bahwasannya dalam mengisi


kehidupan bermasyarakat, bernegara dan berbangsa yang membawa peradaban lebih
baik lagi dengan mempersiapkan sumber daya manusia yang berkualitas. Sumber
daya manusia yang kemudian diharapkan dalam wujud profil yang diinginkan
merupakan sekelompok orang yang terorganisir secara terus menerus dan akan
menjadi tulang punggung bagi kelompok yang lebih besar denga memiliki ciri
mengenal aturan-aturan main dalam organisasi dan tidak bermain sesuai dengan
selera pribadi, mempunyai komitmen yang terus menerus, tidak mengenal semangat
musiman tapi utuh dan istiqomah dalam memperjuangkan kebenaran, memiliki bobot
dan kualitas sebagai tulang punggung atau kerangka yang mampu menyangga
kesatuan komunitas yang leboh besar, memiliki visi dan perhatian yang serius dalam
merespon dinamika sosial lingkungannnya dan mampu melakukan social engineering.

HMI menyadari bahwasannya aspek kualitas dari sumber daya manusia/kader


merupakan modal yang sangat penting untuk mengisi proses pembangunan ke arah
yang lebih baik lagi. Tertera dalam Pasal 8 AD yaitu HMI berfungsi sebagai
organisasi kader.. HMI yang banyak melakukan kontribusinya terhadap kehidupan
bermasyarakat dan bernegara dengan mendistribusikan kader-kadernya dalam
berbagai bidang tentu, dalam mempersiapkan regenerasi berikut haruslah ada usaha-
usaha organisasi yang dilaksanakan secara sadar dan sistematis, selaras dengan
pedoman perkaderan HMI (Perkaderan).

Perkaderan merupakan jantung dari organisasi HMI, fungsi HMI dimana


merupakan organisasi kader dan dengan rumusan tujuan HMI, HMI bukanlah
organisasi massa, tetapi sebaliknya HMI adalah organisasi yang mengutaman
pendidikan. Anggota HMI selain mendapatkan Ilmu Pengetahuan di Perguruan
Tinggi sebagai “Almamater Pertama” anggota HMI juga mendapatkan ilmu
dipendidikan HMI sebagai “Almamater Kedua”. Perkaderan yang merupakan proses
penegembangan, pembinaan, dan sampai pada pembentukan diarahkan mampu
mencetak kader-kader intelektual bangsa yang berwawasan keislaman,
keindonesiaan, kemahasiswaan, kepemudaan, independen sebagai calon pemimpin
bangsa kini dan yang akan datang. Konsep sumber daya manusia yang berkualitas
insan cita yang dihasilkan HMI tertuang dalam Lima Kualitas Insan Cita (Akademis,
Pencipta, Pengabdi, Bernafaskan Islam, dan Bertanggung Jawab. Penjabarannya
secara kongkret tertuang pada 17 Indikator Kualitas Insan Cita, sebagai suatu
idealisme dan karakteristik HMI.

Untuk mewujudkan tujuan HMI dalam membentuk kader yang menjadi


tenaga penggerak, tulang punggung, dan benteng organisasi, strategi besar yang
digunakan sebagai perjuangan organisasi perkaderan dalam menjawab tantangan
zaman adalah dengan memberikan panduan yaitu Pedoman Perkaderan.Pedoman
perkaderan memuat konsep perkaderan untuk mengatur dan meberikan arahan yang
jelas dalam pelaksanaan perkaderan guna membentuk wujud profil kader insan cita.
Dalam menjalankan fungsinya sebagai organisasi kader, dibutuhkan suatu kejelasan
dan ketegasan system perkaderan, sehingga dalam rumusan pedoman perkaderan
terdapat point pola perkaderan. Pola perkaderan yang digunakan HMI dalam
menjalakan proses kaderisasi dibagi menjadi tiga point, yaitu Pengenalan,
Pembentukan dan Pengembangan , dan Pengabdian. Dalam memperoleh input kader
yang siap mengabdikan diri tentunya harus dilkukan pola pembinaan dan
pengembangan sehingga kualitas daripada kader yang kemudian akan mengabdikan
dirinya dapat mengambil andil dalam kehidupan bermasyarakat, bernegara, dan
berbangsa.

Dalam pengembangan dan pembentukan perkaderan dibagi menjadi dua yaitu


perkaderan formal dan perkaderan informal. Perkaderan formal

Dalam mencapai kualitas perkaderan mestinya HMI tidak menitik beratkan pada
formalism perkaderan, karena formalism perkaderan kemudian hanya dipahami pada
sekedar pertrainingan HMI. Perkaderan formal penting sebagai sarana untuk
memenuhi kebutuhan-kebutuhan structural yang bersifat formal serta kan
dikembangkan lebih lanjut. Hal ini menandakan bahwasannya perkaderan informal
merupakan medan yang lebih luas untuk proses penempaan kualitas kader.

Anda mungkin juga menyukai