HASIL WAWANCARA
e. melihat kader yang memiliki budaya seperti game, media sosial dan
lainnya, bagaimana caranya membentuk / membina kader tersebut?
Setiap masa ada jamannya. Setiap jaman ada orangnya dan memilliki dinamika yang
berbeda.
Sekarang kita berada dunia yang memiliki digitalisasi, pola pembinaan yang
dilakukan dengan mengikuti zaman. Cari strategi yang bisa mengakomodir dengan
sarana yang ada. Buatlah satu metode yg bisa mengikuti zaman dalam pembinaan
kader.Contoh saja bisa saja diskusi secara online, melihat semua focus pada hp, grup
jam sekian wacabakan. Kalaupun hasilnya belum sampai harus bisa vcpai tujuan kita
duduk sama kajian.
Tentunya harapan kita semua adalah perkaderan informal seharusnya kita semua
mengacu pada pedoman perkaderan yang sudah cukup sempurna, karena organisasi
ini merupakan organisasi yang taat dengan AD/ART dengan pedodamn dan ketentuan
lainnya. Dan aka nada sosialisasi dan dalam penegakan pedoman sehingga terjadi
perkaderan yang maksimal.
Masih jauh dari kta maksimal, dengan diindikasikan dengan RAK, dalam 2
tahun terakhir dari LPJ P3a tidak mempriotiskan materi wajib sebagai penanaman
nilai dan juga tidak melaksanakan perkaderan informal yang seharusnya wajib
dilakukan. Empiric atau penerapan
3. Kendalanya?
Kriteria sdm dalam jabatan p3a tdk maksimal karena tidak mengetahui seluk
beluk perkaderan informal sehingga belum bisa mengarahkan dalam penerapan nilai
organisasi. Bisa dilihat dengan Rata-rata pengurus LK I, kalau bisa LK II, karena sdh
proses 6 bulan, yang kemudian sesuai dengan skema perkaderan
5. Mengenai kader -kader yang yanglebih berfokus pada game, sehingga budaya
intelektual mulai berkurang, bagaimana cra menyikapinya?
Harus dimulai dari LK I, kita lihat bahwa sudah ada peningkatan, akan tetapi
belum ada modul, buku, dalam training atau juga pasca training.Follow up butuh
metode, dan juga bukan program namun ini adalah langkah wajib.
Sebelum melangkah jauh dari training informal mulai dari formal, informal,
dan nonformal. Landasan perkaderan berbicara tentanglandasan teologis, ideologis,
konstitusi, landasan social-historis. Perkaderan yang harus dilakukan ialah
mengetahui prinsip-prinsip daripada perkadran. Semua ini punya keterkaitan.tahap
perkaderan formal LK I, LK II, LK III dengan tujuan yang berbeda-berbeda. Skema
perkaderan juga kemudian harus dipahami mulai dari fase pengenalan sampai pada
fase pengabdian.
Setelah pasca training formal ada kemudian perkaderan yang dilakukan secara sadar,
terencana, tersistematis dalam pencapaian kualitas dari penghayatan dan
pengalaman.Penting karena dapat memahami secara menyeluruh dengan dinamika
tersendiri,
Kita berbicara pemaksimalan tentu kita kembali pada penanggung jawab, contoh LK
I yang bertanggung jawab ialah komisariat. Maka dari itu harusnya ada rencana
tindak lanjut yang dilakukan dengan serius. Kemudian sinergitas antara komisariat
dan cabang harus tetap dimaksimalkan dan dijalankan. Sehingga dalam
pembinaannya tentu akan melahirkan kader-kader yang bisa menjadi tulang
punggung. Hal ini disikapi dengan tahap awal yaitu pertemuan secara besar-besaran
dan dilakukan rencana tindak lanjut sesuai dengan kesepakatan pertemuan.
Didalam melakukan aktivitas yang seperti tertera pada perkaderan informal (follow
up, up-grading, pembentukan iklim, dan lain sebagainya) dengan melihat pada rekam
jejak pengurus yang lalu bahwa dalam melakukan aktivitas tekadang sangat sulit
untuk menemukan waktu yang tepat dalam merangkul anggota, dan juga kemudian
disiplin anggota yang berbeda membuat orientasi anggota juga berbeda hal ini
membuat pengurus sedikit sulit merampungkan kesemua kemauan anggota. Ada
seharusnya kemudian yang namanya RTL(rencana tindak Lanjut), RTL dibuat
berdasar tugas dan fungsi MOT. Artunya kekurangan kader saat LKI di serahkan ke
PA Cabang untuk dilanjutkan ke komisariat. Setlah itu dilihat materi apa yang
kurang, semisal satu anggota didapati kurang dalam sejarah HMI maka follow upnya
disitu. Untuk mempersiapkan ke jenjang selanjutnya. Kemudia juga kita melihat
bahwa HMI Cabang Jayapura sangat kurang literasi dalam ilmu kehmian sendiri, hal
inilah yang perlu ditingkatkan. Suatu perpustakaaan dimana berbagai referensi
didapat dalam proses pembelajaran terutama tentang buku-buku keHMIan, hanya
beberapa anggota saja yang kemudian bisa dihitung jari yang memilki akanhal itu.
Untuk mengukur kemampuan tidak bisa secara langsung. Perlu ada sesuatu yang
dibuat agar diketahui. Semisal membuat resume setelah kajian itu supaya kita tahu
berdasarkan resume mana yang kurang. Bisa juga semisal review .
Kita tau bahwa HMI adalah organisasi tertua di Indonesia yang dibentuk pada saat 2
tahun setelah kemerdekaaan Indonesia. Sehingga itu pentingnya perkaderanHMI
Cabang Jayapura adalah ; bahwa HMI merupakan organisasi perjuangan, perjuangan
seperti apa , yaitu adalah kaderisasi dengan nanti memberikan kontribusinya
mengontrol kemajuan bangsa kedepan. Terutama dalam masa pengembangan dan
pembinaan
Usaha yang dilakukan dalam pembinaan dan pengembangan anggota adalah aktifitas
follow up, up grading, dan lain sebagainya, namu berbagai kendala yang dialami
adalah : pertama kita melihat dari kesadaran anggota itu sendiri, kami sudah lakukan
berbagai upaya namun dalam pendekatannya belum maksimal, diakibatkan dengan
perkembangan jaman , sehingga kader-kader lebih hedonis (game, media sosial dan
lain sebagainya) hal ini memang tidak dipertentangkan namun anggota-anggota yang
sekarang ini malah terlarut dalam keasyikannya.
Yang dilakukan adalah dengan metode pendampingan itu sendiri yang ada dalam
perkaderan informal, dengan pendekatan secara persuasive. Dan kemudian kesadaran
yang tinggi akan perkaderan , ini teruntuk pengurus. Kemudian wacana-wacana yang
ada dalam komisariat harus diatur dalam sebuah kesepakatan, kemudian juga
sinergitas antara p3a dan pa harus ditingkatkan. Dalam proses pengawalan setelah
Training, diperlukan suatu tindakan lanjut dengan berkoordinasi antara PPPA
Komisariat dengan PA Cabang untuk melakukan prosedur pelaksanaan pengawalan
anggota
Kemudian juga kefokusan jangan hanya juga di perkaderan yang Informal harus ada
rencana tindak lanjut yang harus dilakukan, biar pembinaan ini bisa maksimal
2. Upaya yang dilakukan HMI Cabang Jayapura dalam perkaderan informal sudah
maksimal atau belum?
Upaya yang dilakukan sudah banyak, mulai dari pergerakan dengan membina kader
untuk meningktakan pengetahuan sehingga bisa dilihat bahwa HMI Cabang Jayapura
sangat menghargai toleransi. Belum maksimal tapi semampu dan semaksimal
mungkin sudah dilakukan oleh kader-kader. Kemudian juga belum maksimalnya
karena perkaderan yang dilakukan HMI Cabang Jayapura terlalu formalitas, sehingga
pembinaan yang dilakukan tidak terlalu diperhatikan pada saat pasca training.
HMI yang merupakan wadah, sehiingga yang dilakukan maupun diminati kader itu
potensi, tentunya dengan penuh kesadaran dan kemudian kembangkanlah potensinya
dengan menaruh batasan-batasan sehingga seperti game dan sebagainya ini menjadi
potensi namun tidak tenggelam dalam hal itu sendiri.Modernisasi, kita selalu belajar
tentang keislaman dimana bahwasannya islam tidak menolak modernisasi namun
dengan batasan-batasan tertentu, ketika itu melanggar aturan-aturan dalam Islam. Nah
hal ini yang perlu disadari bahwasannya perlu penyeimbangan antara modernisasi
dengan ilmu pengetahuan. Follow up dan perkaderan informal keseluruhannya sangat
penting dengan membangun kultur yang berbau HMI, salah satu contohnya
pemikiran di HMI tidak akan pernah lepas yaitu adalah tradisi Intelektualnya.
Sehingga kemudian perkaderannya tidak boleh stagnan dan berkembang sesuai
perkembangan jaman. Kemudian juga masalah tentang usaha mandiri , seharusnya
kita mempunyai suatu program yang kemudian mampu mengembangkan potensi-
potensi kader, kalau kami ekonomi harapannya dengan mengembangkan usaha
sendiri atau usaha mandiri. Yang terakhir bahwasannya adalah kita berjuang untuk
ummat dengan mengeluarkan keringat, jangan takut, kemudian dengan mensolidkan
dulu kekuatan internal HMI Cabang Jayapura
Untuk melanjutkan regenerasi maka diperlukannya perkaderans, maka dari itu sangat
penting
Pertama melihat situasi kondisi kader , seperti contoh dengan mengikuti lifestyle
mereka namun disusupi dengan kajian-kajian keilmiahan atau wacana-wacana berbau
intelektualisme. Pendekatan dengan cara membangun emosional juga merupakan hal
yang sangat penting karena dengan itu mereka bisa tertarik dengan kegiatan. Juga
dalam berbagai persoalan yang ada pada HMI Cabang Jayapura pengurus belum bisa
memenuhi kemauan anggota maupun minat anggota sehingga diperlukan suatu
pengamatan yang dilakuka secara ilmiah.