Kep. Anak Makalah Kelompok Dinas
Kep. Anak Makalah Kelompok Dinas
DISUSUN OLEH :
2B KEPERAWATAN
Puji dan syukur kita panjatkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas
berkat rahmat dan karunia-Nya Tugas Kelompok Praktik Klinik Keperawatan
Anak Pada An. N Dengan Post Op Laparatomi dapat terselesaikan. Tugas
kelompok ini dibuat dengan bahasa sederhana dan mudah dimengerti dalam
membuat sebuah karya tulis yang baik dan benar.
Makalah ini dilakukan guna memenuhi tugas dari Dosen Pembimbing
Praktik Klinik Keperawatan Anak yaitu Ibu Ns. Elsa Gusrianti, S. Kep,. M. Si,.
Med dan Ibu Asmarita Jasda, S. Kep,. M. Si,. Med
Kami selaku penyusun tugas kelompok ini mengucapkan terima kasih
kepada teman yang telah membantu dalam menyusun tugas kelompok ini,
sehingga dapat terselesaikan.
Kami menyadari meskipun tugas kelompok telah disusun dengan baik dan
teliti tetapi di dalam tugas kelompok ini masih banyak terdapat kekurangan baik
dari segi tulisan maupun isi. Oleh karena itu, kami sangat mengharapkan adanya
saran dan kritik dari semua pihak demi kesempurnaan makalah ini. Dan semoga
makalah ini bermanfaat bagi para pembaca makalah ini.
Penulis
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR....................................................................................................i
DAFTAR ISI..................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN..............................................................................................1
1.1 Latar Belakang...................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah..............................................................................................2
1.3 Tujuan................................................................................................................3
1.3.1 Tujuan Umum...................................................................................................3
1.3.2 Tujuan Khusus..................................................................................................3
1.4 Manfaat..............................................................................................................4
1.4.1 Bagi Penulis......................................................................................................4
1.4.2 Bagi Institusi Penelitian.....................................................................................4
1.4.3 Bagi Masyarakat................................................................................................4
BAB II TINJAUAN TEORITIS.....................................................................................5
2.1 Konsep Dasar Penyakit......................................................................................5
2.1.1 Anatomi dan Fisiologis...........................................................................................6
2.1.2 Etiologi............................................................................................................10
2.1.3 Patofisiologi...................................................................................................11
2.1.4 Web Of Caution (WOC)....................................................................................8
2.1.5 Manifestasi Klinis...........................................................................................10
2.1.6 Klasifikasi....................................................................................................11
2.1.7 Penatalaksanaan..............................................................................................11
2.1.8 Pemeriksaan Diagnostik.................................................................................12
2.1.9 Batasan Karakteristik......................................................................................13
2.2 Askep Teoritis.........................................................................................................14
2.2.1 Pengkajian......................................................................................................14
2.2.2 Diagnosa Keperawatan....................................................................................16
2.2.3 Intervensi.........................................................................................................17
ii
BAB III STUDI KASUS..............................................................................................18
3.1 Pengkajian...............................................................................................................18
2.1 Analisa Data.....................................................................................................30
2.2 Diagnosa Keperawatan.....................................................................................33
2.3 Intervensi..........................................................................................................34
2.4 Implementasi....................................................................................................42
2.5 Evaluasi............................................................................................................57
BAB IV PENUTUP......................................................................................................68
4.1 Kesimpulan......................................................................................................68
4.1 Saran................................................................................................................69
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................70
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pelayanan Kesehatan di Indonesia telah berhasil meningkatkan pelayanan
kesehatan dasar secara lebih merata sehingga telah menurunkan angka kematian
bayi dan balita, meningkatkan kesehatan ibu dan anak meningkatkan keadaan gizi
masyarakat dan memperpanjang umur harapan hidup penduduk Indonesia.
Pelayanan kesehatan yang menjadi pintu layanan terdepan dalam hubungannya
dengan masyarakat adalah di Rumah Sakit. Sebagai pemberian layanan kesehatan
yang komplek, mutu layanan hendaklah diperhatikan dan dikembangkan sesuai
dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan juga tuntunan masyarakat yang terus
berubah dan maju. Dampak perkembangan zaman dan pembangunannya dewasa
ini juga menjadi faktor peningkatan permasalah kesehatan yang ada, menjadikan
banyaknya masalah kesehatan fisik juga masalah kesehatan mental atau spiritual
(Ani, LS. 2016).
Angka kejadian di Indonesia menunjukan kasus laparotomi meningkat
dari 162 kasus pada tahun 2005 menjadi 983 kasus pada 2006 dan 1281 kasus
pada tahun 2007 (Depkes RI, 2007) . Angka kejadian di Rumah Sakit H. Adam
Malik Medan menunjukan semakin tingginya angka terapi pembedahan abdomen
tiap tahunya, pada tahun 2008 terdapat 172 kasus laparotomi, lalu pada tahun
2009 terdapat 182 kasus pembedahan laparotomy (Desmita. 2006).
Obstruksi ileus adalah suatu penyumbatan mekanis pada usus dimana
merupakan penyumbatan yang sama sekali menutup atau menganggu jalannya isi
usus (Barbara, 2004). Setiap tahunnya 1 dari 1000 penduduk dari segala usia
didiagnosa ileus (Davidson, 2006). Di Amerika diperkirakan sekitar 300.000-
400.000 menderita ileus setiap tahunnya (Jeekel, 2003). Di Indonesia tercatat ada
7.059 kasus ileus paralitik dan obstruktif tanpa hernia yang dirawat inap dan
7.024 pasien rawat jalan pada tahun 2004 menurut Bank data Departemen
Kesehatan Indonesia. Obstruksi intestinal merupakan kegawatan dalam bedah
abdominalis yang sering dijumpai, merupakan 60–70% dari seluruh kasus akut
1
abdomen yang bukan appendicitis akut. Penyebab yang paling sering dari
obstruksi ileus adalah adhesi/ streng, sedangkan diketahui bahwa operasi
abdominalis dan operasi obstetri-ginekologik makin sering dilaksanakan yang
terutama didukung oleh kemajuan di bidang diagnostik kelainan abdominalis.
Gawat perut dapat disebabkan oleh kelainan di dalam abdomen berupa inflamasi,
dan penyulitnya, ileus obstruktif, iskemik, dan perdarahan. Sebagian kelainan
dapat disebabkan oleh cedera langsung atau tidak langsung yang mengakibatkan
perforasi saluran cerna atau perdarahan (Antara, M., & Wirawan, I. (2013).
Laparatomi merupakan prosedur pembedahan yang melibatkan suatu insisi
pada dinding abdomen hingga ke cavitas abdomen (Sjamsuhidayat, 2003).
Kematian pasien yang mengalami pembedahan terbanyak timbul pada saat pasca
bedah. Pada sekitar tahun 1860, Florence Nightingale mengusulkan untuk
melanjutkan pengawasan pasien yang ketat selama intraoperatif oleh anestesis
sampai ke masa pasca bedah. Dimulai sekitar tahun 1942, Mayo Clinic membuat
suatu ruangan khusus dimana pasien-pasien pasca bedah dikumpulkan dan
diawasi sampai sadar dan stabil fungsi-fungsi vitalnya, serta bebas dari pengaruh
sisa obat anestesi. Keberhasilan unit pulih sadar merupakan awal dipandang
perlunya untuk melanjutkan pelayanan serupa tidak pada masa pulih sadar saja,
namun juga pada masa pasca bedah (Ariutami, RK., Subagio HW, 2012).
Nyeri adalah sensasi yang sangat tidak menyenangkan dan sangat
individual yang tidak dapat dibagi dengan orang lain. Menurut International
Association for the Studi of Pain (IASP), penyebab nyeri pada anak tidak hanya
dari penyakit yang mengancam jiwa seperti kanker, tetapi juga cidera, operasi,
luka bakar, infeksi, dan efek kekerasan. Anak-anak juga mengalami nyeri dari
banyak prosedur dan penyelidikan yang digunakan oleh dokter dan perawat untuk
menyelidiki dan mengobati penyakit (Finley, 2005).
2
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana konsep dasar penyakit post laparatomi ?
2. Apa pengertian laparatomi?
3. Bagaimana obstruksi pada ileus?
4. Bagaimana anatomi fisiologi organ sistem pencernaan?
5. Apa etiologi obstruksi ileus?
6. Bagaimana patofisiologi obstruksi ileus?
7. Bagaimana woc dari obstruksi ileus?
8. Bagaimana manifestasi obstruksi ileus?
9. Apasaja klasifikasi obstruksi ileus?
10. Bagaimana penatalaksanaan obstruksi ileus?
11. Apasaja pemeriksaan diagnostik obstruksi ileus?
12. Bagaimana Asuhan Keperawatan secara teoritis?
13. Bagaimana cara memberikan Asuhan Keperawatan pada klien dengan
post op laparatomi?
1.3 Tujuan
3
10. Mengetahui penatalaksanaan obstruksi ileus
11. Mengidentifikasi data pengkajian yang menunjang masalah
keperawatan pada klien post operasi laparatomi
12. Menentukan diagnosa keperawatan pada klien post operasi laparotomi
13. Menyusun intervensi keperawatan pada klien post operasi laparotomi
14. Melaksanakan implementasi keperawatan pada klien post operasi
laparotomi
15. Melaksanakan evaluasi keperawatan pada klien post operasi
laparotomi.
1.4 Manfaat
4
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
Usus halus atau usus kecil adalah bagian dari saluran pencernaan yang
terletak di antara lambung dan usus besar. Dinding usus kaya akan
vena porta. Dinding usus melepaskan lendir (yang melumasi isi usus) dan
5
Lapisan usus halus : lapisan mukosa ( sebelah dalam ), lapisan otot
lapisan serosa ( Sebelah Luar )Usus halus terdiri dari tiga bagian yaitu
usus dua belas jari (duodenum), usus kosong (jejunum), dan usus
papila vateri. Usus dua belas jari atau duodenum adalah bagian dari usus
kosong (jejunum). Bagian usus dua belas jari merupakan bagian terpendek
dari usus halus, dimulai dari bulbo duodenale dan berakhir di ligamentum
yang normal berkisar pada derajat sembilan. Pada usus dua belas jari
terdapat dua muara saluran yaitu dari pankreas dan kantung empedu.
bisa di cerna oleh usus halus. Jika penuh, duodenum akan megirimkan
6
sinyal kepada lambung untuk berhenti mengalirkan makanan (Chauhan,
adalah bagian kedua dari usus halus, di antara usus dua belas jari
seluruh usus halus antara 2-8 meter, 1-2 meter adalah bagian usus kosong.
terdapat jonjot usus (vili), yang memperluas permukaan dari usus. Secara
histologis dapat dibedakan dengan usus dua belas jari, yakni berkurangnya
penyerapan, yakni sedikitnya sel goblet dan plak Peyeri. Sedikit sulit untuk
Jejunum diturunkan dari kata sifat jejune yang berarti "lapar" dalam
bahasa Inggris modern. Arti aslinya berasal dari bahasa Laton, jejunus,
halus melalui lipatan mukosa dan makro villi memudahkan penernaan dan
7
c. Usus Penyerapan (illeum)
Usus penyerapan atau ileum adalah bagian terakhir dari usus halus.
Pada sistem pencernaan manusia, ) ini memiliki panjang sekitar 2-4 m dan
terletak setelah duodenum dan jejunum, dan dilanjutkan oleh usus buntu.
Ileum memiliki pH antara 7 dan 8 (netral atau sedikit basa) dan berfungsi
anatomi adalah bagian usus antara usus buntu dan rectum (Carande-
Kulis,G.V. 2003).
a. Kolon asenden
b. Kolon transversum
panjang ± 28 cm.
8
c. Kolon desenden
d. Kolon sigmoid
3. Usus Buntu
penyerapan serta bagian kolon menanjak dari usus besar. Organ ini
9
4. Anus
2.1.3 Etiologi
Walaupun predisposisi ileus biasanya terjadi akibat pascabedah
1. Sepsis
chlorpromazine).
4. Infark miokard.
5. Pneumonia
10
2.1.4 Patofisiologi
gas dan cairan dalam lumen usus. Adanya akumulasi isi usus dapat
sehingga timbul nyeri, kram dan kolik. Distensi dinding usus juga dapat
menekan kandung kemih sehingga terjadi retensi urine. Retensi juga dapat
dan toksin dari usus yang nekrotik ke dalam peritoneum dan sirkulasi
11
Akumulasi gas dan cairan dalam lumen usus juga dapat
dapat berbalik arah dan menyebabkan isi usus terdorong ke mulut. keadaan
ion hidrogen dan kalium dari lambung serta penurunan klorida dan kalium
12
2.1.5 Web Of Caution (WOC)
Isi usus
terdorong ke
mulut
8
Obstruksi Ileus
Post Op Laparatomi
Distensi dinding usus Saluran (passage) usus terganggu Kenaikan akumulasi cairan
dalam lumen usus.
9
Gangguan absorbsi H2O Distensi dinding Usus
dan elektrolit
Retensi Urine
Merangsang proses
Kehilangan H2O dan Natrium ? inflamasi
Menekan diafragma
Syok Hipovolemik
Sulit bernafas
Vasokonstriksi (oleh
serotonin )
MK : Penurunan
MK : Ketidakefektifan pola Hambatan dalam bergerak curah jantung
napas.
Merangsang nosiseptor yang
menimbulkan kram pada perut
MK : Hambatan Mobilitas
Fisik
MK : Nyeri Akut
Cook,G., Alimudin. (2009), Daryo. (2007), Depkes RI. 2010), Desmita. 2006),Djuwita, E. (2009), (Lauren, S. 2011).
10
2.1.5 Manifestasi Klinis
1. Obstruksi sederhana
Obstruksi usus halus merupakan obstruksi saluran cerna tinggi,
artinya disertai dengan pengeluaran banyak cairan dan elektrolit baik di
dalam lumen usus bagian oral dari obstruksi, maupun oleh muntah. Gejala
penyumbatan usus meliputi nyeri kram pada perut, disertai kembung.
Nyeri bisa berat dan menetap, nyeri abdomen sering dirasakan sebagai
perasaan tidak enak di perut bagian atas (Ertem,O.I.,Atay ,G. 2007).
11
2.1.6 Klasifikasi
Berdasarkan lokasi obstruksinya, ileus obstrukif dibedakan menjadi :
1. Ileus Obstruktif letak tinggi : Obstruksi mengenai usus halus dari
gaster sampai ileum terminal.
2. Ileus Obstruktif letak rendah : Obstruksi mengenai usus besar dari
ileum terminal sampai rectum.
Selain itu, ileus obstruktif dapat dibedakan menjadi 3 berdasarkan
stadiumnya, antara lain :
1. Obstruksi Sebagian ( Partial Obstruction ) : Obstruksi terjadi
sebagian sehingga makan masih bisa sedikit lewat, dapat flatus dan
defekasi sedikit.
2. Obstruksi Sederhana ( Simple Obstruction ) : Obstruksi / sumbatan
yang tidak disertai terjepitnya pembuluh darah ( tidak disertai
gangguan aliran darah ).
3. Obstruksi Strangulasi ( Strangulated Obstruction ) : Obstruksi
disertai dengan terjepitnya pembuluh darah sehingga terjadi
iskemia yang akan berakhir dengan nekrosis atau ganggren.
(Halimsyah. 2008).
2.1.7 Penatalaksanaan
1) Penatalaksanaan Medis
Tindakan Ada 4 cara insisi pembedahan yang dilakukan, antara lain:
a. Midline incision
Metode insisi yang paling sering digunakan, karena sedikit
perdarahan, eksplorasi dapat lebih luas, cepat di buka dan di tutup, serta
tidak memotong ligamen dan saraf. Namun demikian, kerugian jenis
insisi ini adalah terjadinya hernia cikatrialis. Indikasinya pada
eksplorasi gaster, pankreas, hepar, dan lien serta di bawah umbilicus
untuk eksplorasi ginekologis, rektosigmoid, dan organ dalam pelvis
(Hidayat, A.A. 2009).
12
b. Paramedian
Yaitu ; sedikit ke tepi dari garis tengah (± 2,5 cm), panjang (12,5
cm). Terbagi atas 2 yaitu, paramedian kanan dan kiri, dengan indikasi
pada jenis operasi lambung, eksplorasi pankreas, organ pelvis, usus
bagian bagian bawah, serta plenoktomi. Paramedian insicion memiliki
keuntungan antara lain : merupakan bentuk insisi anatomis dan
fisiologis, tidak memotong ligamen dan saraf, dan insisi mudah
diperluas ke arah atas dan bawah (Hurlock, E. 2007).
c. Transverse upper abdomen incision
Yaitu ; insisi di bagian atas, misalnya pembedahan kolesistotomi
dan splenektomi (Khasanah, I., Prasetyo, A., Rakhmawati, E. 2011).
d. Transverse lower abdomen incision
Yaitu; insisi melintang di bagian bawah ± 4 cm di atas anterior
spinal iliaka, misalnya; pada operasi appendectomy (Lauren, S. 2011).
2) Penatalaksanaan Keperawatan
Dasar perawatan obstruksi Ileus adalah koreksi keseimbangan
cairan dan elektrolit, menghilangkan peregangan dan muntah dengan
kompresi, memperbaiki peritonitis dan syok bila ada, serta menghilangkan
obstruksi untuk memperbaiki kelangsungan dan fungsi usus kembali
normal (Burnner & Suddarth. 2002)
13
5. Parasentesis perut : Tindakan ini dilakukan pada trauma tumpul perut
yang diragukan adanya kelainan dalam rongga perut atau trauma
tumpul perut yang disertai dengan trauma kepala yang berat, dilakukan
dengan menggunakan jarum pungsi no 18 atau 20 yang ditusukkan
melalui dinding perut didaerah kuadran bawah atau digaris tengah
dibawah pusat dengan menggosokkan bulibuli terlebih dahulu
(Narendra, M.B. 2004).
2.2 Askep Teoritis
2.2.1 Pengkajian
A. Pengkajian
1. Identitas klien
Meliputi nama, umur (kebanyakan terjadi pada usia tua), jenis
kelamin, pendidikan, alamat, pekerjaan, agama, suku bangsa, tanggal
masuk rumah sakit, nomor register dan diagnosa medis.
2. Keluhan utama.
Sering menjadi alasan klien untuk meminta pertolongan kesehatan
adalah nyeri abdomen.
3. Riwayat kesehatan
a. Riwayat penyakit sekarang
Kapan nyeri pertama kali dirasakan dan apa tindakan yang telah
diambil sebelum akhirnya klien dibawah ke rumah sakit untuk
mendapatkan penanganan secara medis.
b. Riwayat kesehatan dahulu
Ada riwayat penyakit terdahulu sehingga klien dirawat di rumah
sakit.
c. Riwayat kesehatan keluarga
Biasanya ada riwayat keluarga yang menderita hipertensi, diabetes
melitus , atau riwayat stroke dari generasi terdahulu.
4. Riwayat psikososial dan spiritual
Peran pasien dalam keluarga, status emosional meningkat, interaksi
sosial terganggu, adanya rasa cemas yang berlebihan, hubungan
14
dengan tetangga tidak harmonis , status dalam pekerjaan. Dan
apakah klien rajin melakukan ibadah sehari-hari.
5. Aktifitas sehari-hari
a. Pola nutrisi
b. Pola eliminasi
c. Pola personal hygiene
d. Pola istirahat dan tidurPola aktivitas dan latihan
e. Seksualitas / reproduksi
f. Peran
g. Persepsi diri / konsep diri
h. Kognitif diri / konsep diri
i. Kognitif perseptual
6. Pemeriksaan fisik
a. Kepala
Pasien pernah mengalami trauma kepala, adanya hemotoma atau
riwayat operasi.
b. Mata
Penglihatan adanya kekaburan, akibat adanya gangguan nervus
optikus (nervus II), gangguan dalam menganggkat bola mata
(nervus III), gangguan dalam memutar bola mata (Nervus IV) dan
gangguan dalam menggerakan bola mata kelateral (nervus
c. Hidung
Adanya gangguan pada penciuman karena terganggu pada nervus
olfactorius (nervus I).
d. Mulut
Adanya gangguan pengecapan atau lidah akibat kerusakan nervus
vagus, adanya kesulitan dalam menelan.
e. Dada
Inspeksi: kesimetrisan bentuk, kembang dan kempih dada.
15
Palpasi: ada tidaknya nyeri tekan dan masa
Perkusi: mendengar bunyi hasil perkusi, untuk mengetahui suara
napas.
f. Abdomen
Inspeksi : bentuk, ada tidaknya pembesaran.
Auskultasi: mendengar bising usus
Perkusi : mendengar bunyi hasil perkusi
Palpasi : ada tidaknya nyeri tekan pasca operasi.
g. Ekstremitas
Pengukuran kekuatan otot
1) Nilai 0 : bila tidak terlihat kontraksi sama sekali.
2) Nilai 1 : bila terlihat kontraksi tetapi tidak ada gerakan sendi
3) Nilai 2 : bila ada gerakan pada sendi tetatpi tidak bisa melawan
gravitasi
4) Nilai 3 : bila dapat melawan gravitasi tetapi tidak dapat
melawan tekenan pemeriksaan
5) Nilai 4 : bila dapat melawan tahanan pemeriksaan tapi
kekuatanya berkurang.
6) Nilai 5 : bila dapat melawan tahanan pemeriksaan dengan
kekuatan penuh.
16
2.2.3 Intervensi
RENCANA KEPERAWATAN
Nyeri Akut berhubungan dengan distensi NOC : Tingkat Nyeri NIC : Manajemen Nyeri
dinding usus
- Skala nyeri (face) keperawatan selama 3 hari, pasien 2. observasi reaksi nonverbal dari
17
- PQRST. 1. mampu mengontrol nyeri ( tahu 3. bantu pasien dan keluarga untuk
penyebab nyeri, mampu menggunakan mencari dan menemukan dukungan.
teknik nonfarmakologi untuk
mengurangi nyeri dan mencari 4. kontrol lingkungan yang dapat
bantuan). mempengaruhi nyeri seperti suhu ruangan,
pencahayaan dan kebisingan.
18
5. tanda vital dalam rentang normal. mengurangi nyeri.
19
20
DIAGNOSA KEPERAWATAN TUJUAN DAN KRITERIA HASIL INTERVENSI
Ketidakefektifan pola nafas NOC: Pola Napas NIC: Manajemen Jalan Napas
berhubungan dengan ventilasi paru
terganggu 1. Respiratory status : Ventilation 1. Posisikan pasien untuk
2. Respiratory status : Airway memaksimalkan ventilasi
patency 2. Lakukan fisioterapi dada jika perlu
3. Vital sign status 3. Keluarkan sekret dengan batuk atau
21
bernafas dengan mudah, tidak ada 9. Bersihkan mulut, hidung dan secret
pursed lips) trakea
6. Menunjukkan jalan nafas yang 10. Pertahankan jalan nafas yang paten
paten (klien tidak merasa tercekik, 11. Observasi adanya tanda-tanda
irama nafas, frekuensi pernafasan hipoventilasi
dalam rentang normal, tidak ada 12. Monitor adanya kecemasan pasien
suara nafas abnormal) terhadap oksigenisasi
7. Tanda-tanda vital dalam rentang 13. Monitor vital sign
normal (tekanan darah, nadi, 14. Informasikan pada pasien dan
pernafasan) keluarga tentang teknik relaksasi
untuk memperbaiki pola nafas
15. Ajarkan bagaimana batuk efektif
16. Monitor pola nafas
Hambatan mobilitas fisik berhubungan NOC: Mobilitas Fisik NIC : Dukungan Ambulasi
dengan hambatan dalam bergerak
22
Batasan Karakteristik : 3. Setelah dilakukan tindakan 1. Monitoring vital sign sebelum /
keperawatan selama 3 hari, sesudah latihan dan lihat respon
- Mengeluh sulit bergerak. hambatan mobilitas fisik teratasi pasien saat latihan.
- Memenuhi aktivitas sehari-hari. dengan kriteria hasil : 2. Konsultasikan dengan terapi fisik
- Kekuatan otot. 4. Klien meningkat dalam aktivitas tentang rencana ambulasi sesuai
fisik. dengan kebutuhan.
5. Mengerti tujuan dari peningkatan 3. Bantu klien untuk menggunakan
mobilitas. tongkat saat berjalan dan cegah
6. Memverbalisasikan perasaan terhadap cedera.
dalam meningkatkan kekuatan dan 4. Ajarkan pasien atau tenaga
kemampuan berpindah. kesehatan lain tentang teknik
7. Memperagakan penggunaan alat ambulasi.
bantu untuk mobilisasi ( walker ). 5. Kaji kemampuan pasien dalam
mobilisasi.
6. Latih pasien dalam pemenuhan
kebutuhan ADLs secara mandiri
sesuai kemampuan.
7. Dampingi dan bantu pasien saat
23
mobilisasi dan bantu penuhi
kebutuhan ADLs pasien.
8. Berikan alat bantu jika klien
memerlukan.
9. Ajarkan pasien bagaimana
merubah posisi dan berikan
bantuan jika diperlukan.
Penurunan Curah Jantung berhubungan NOC : Status Sirkulasi NIC : Perawatan Jantung
dengan Syok Hipovolemik
24
- Capillary refill time. respirasi ). efek pengobatan antiaritmia.
- Warna kulit. 4. Dapat mentoleransi aktivitas, tidak 7. Atur periode latihan dan istirahat
ada kelelahan. untuk menghindari kelelahan.
5. Tidak ada edema paru, perifer, dan 8. Monitor toleransi aktivitas pasien.
tidak ada asites. 9. Monitor adanya dyspneu, fatigue,
6. Tidak ada penurunan kesadaran. tekipneu dan ortopneu.
7. AGD dalam batas normal. 10. Anjurkan untuk menurunkan stress.
8. Tidak ada distensi vena leher. 11. Monitor TD, Nadi, RR, sebelum,
9. Warna kulit normal. selama, dan setelah aktivitas.
12. Monitor jumlah, bunyi dan irama
jantung.
13. Monitor frekuensi dan irama
pernapasan.
14. Monitor pola pernapasan abnormal.
15. Monitor suhu, warna, dan
kelembutan kulit.
16. Monitor sianosis perifer.
17. Monitor adanya cushing triad
25
( tekanan nadi yang melebar,
bradikardi, dan peningkatan
sistolik).
18. Identifikasi penyebab dari
perubahan vital sign.
19. Jelaskan pada pasien tujuan dari
pemberian oksigen.
20. Sediakan informasi untuk
mengurangi stress.
21. Kelola pemberian obat anti aritmia,
inotropik, nitrogliserin dan
vasodilator untuk mempertahankan
kontraktilitas jantung.
22. Kelolan pemberian antikoagulan
untuk mencegah trombus perifer.
23. Minimalkan stress lingkungan.
26
27
BAB III
STUDI KASUS
3.1 Pengkajian
A. Pengumpulan Data
1. Biodata Pasien
a. Nama : An. N
b. Usia : 10 Tahun
c. Alamat : Perumahan Agung Vista Km.9
d. Jenis Kelamin : Laki- Laki
e. Pendidikan : SD
f. Diagnosa Medis : Trauma Tumpul Abdomen
Identitas Penanggung Jawab
a. Nama : Ny. K
b. Usia : 38 Tahun
c. Jenis Kelamin : Perempuan
d. Agama : Islam
e. Pekerjaan : Wiraswasta
f. Alamat : Perumahan Agung Vista km.9
g. Hubungan dengan Klien : Ibu Kandung
18
3. Riwayat Kesehatan
a. Keluhan Utama :
1) Keluhan utama saat masuk Rumah Sakit
Ibu klien mengatakan klien sesak dan merasakan nyeri yang
sangat hebat dibagian perutnya tepatnya di bagian
Laparatominya
2) Keluhan utama saat pengkajian
Klien tampak sedikit sesak, lemah dan wajah klien
tampak meringis menahan nyeri. ibu klien mengatakan
sering mengelus dada klien dan klien hanya bisa pindah
posisi kanan dan kiri dengan cara mengerakkan secara
perlahan.
0 = tidak sakit.
5- 6 = mengganggu aktivitas.
(Andarmoyo,S. 2013 )
19
c. Riwayat Kesehatan Dahulu
Ibu klien mengatakan klien pernah mengalami DBD dan di rawat
di RSAL kurang lebih satu minggu sekitar lima tahun yang lalu
d. Riwayat Kesehatan Keluarga
Ibu Klien mengatakan dari keluarganya tidak ada riwayat
penyakit apapun.
e. Genogram
Keterangan :
Laki laki
Perempuan
Meninggal
Klien
Tinggal Bersama
20
Tabel Pertumbuhan sesuai BB/TB ( Depkes, 2019 )
USIA LAKI – LAKI PEREMPUAN
BERAT BADAN Tinggi Badan Berat Badan Tinggi Badan
6 tahun 21 kg 116 cm 20 kg 115 cm
7 tahun 23 kg 122 cm 23 kg 122 cm
8 tahun 26 kg 128 cm 26 kg 128 cm
9 tahun 29 kg 134 cm 29 kg 133 cm
10 tahun 32 kg 139 cm 33 kg 138 cm
11 tahun 36 kg 144 cm 37 kg 144 cm
12 tahun 41 kg 149 cm 42 kg 152 cm
2. Riwayat Perkembangan
Ibu klien mengatakan klien mulai memahami hubungan,
dan perannya di rumah.
21
Mudah bergaul dengan teman sebaya.
Mengerti dan sadar akan sudut pandang pendapat orang
lain.
Klien memberitahu daerah nyeri kepada ibu klien.
22
30 menit.
- Suka bereksperimen dengan alat sehari-hari.
Kesimpulan :
- Dalam riwayat pertumbuhan An. N termasuk lambat dalam pertumbuhan
dengan status gizi normal.
- Dalam riwayat perkembangan normal dalam bersosial teman sebaya dan
keluarga.
f. Riwayat Imunisasi
Ibu klien mengatakan klien mendapatkan imunisasi lengkap
sampai umur lima tahun.
23
4. Data Biologis
a. Pola Aktifitas Sehari-hari
ibu klien mengatakan kebutuhan sehari-hari dibantu oleh ibu dan keluarganya.
Nutrisi : Makanan & minuman Sebelum sakit Selama sakit
Jenis makanan : nasi + lauk + sayur Lewat infus & tidak nafsu makan
Pola makan : teratur Tidak teratur
Frekuensi : 3x sehari 1x sehari makan
Porsi makan : 1 piring habis ½ piring habis
Nafsu makan : Baik Kurang baik
Frekuensi minum : 14. – 4 gelas / hari, 1000 ml 1-2 gelas / hari, 500 ml
Istirahat & Tidur Istirahat Sebelum Sakit Selama Sakit
Tidur malam : 7 -8 jam / hari 8 -10 jam / hari
Tidur siang : 2-3 jam / hari 3-4 jam / hari
Keluhan : Tidak ada Tidak ada
Eliminasi BAK Sebelum sakit Selama sakit
Frekuensi : 4-7x/hari 2-3 x/hari
Warna : Kuning jernih Kuning jernih
23
Frekuensi : Kuning kecoklatan Kuning kecoklatan
Warna : Lunak Semi padat
Konsistensi : Tidak ada Tidak ada
Keluhan :
Personal Hygine Kebersihan Diri Sebelum sakit Selama Sakit
Mandi : 2x sehari Pasien hanya di lap-lap saja, 1x sehari
Ganti pakaian : 2x sehari 1x sehari
Oral hygine : 2x sehari 1x sehari
24
b. Pemeriksaan Fisik
1) Keadaan Umum: Klien tampak lemah, menahan nyeri dan
wajah pucat, CRT 2 detik.
2) Tanda-tanda vital :
TD: 93/61 mmHg ( normal = 110 / 66 mmHg ).
S: 36,2℃ ( normal = 35,9 - 36,7Oc )
RR: 35×/menit ( normal = 20 – 30 x /menit)
N: 120×/menit ( normal = 80 – 90 x / menit )
3) Pemeriksaan wajah
a) Mata
Inspeksi : Tidak ada lagoptalamus, wajah pucat.
Palpasi : Tidak ada gangguan perarakan mata
b) Hidung
Inspeksi : Hidung tampak simetris
Palpasi : Tidak ada krepitasi
c) Mulut
Inspeksi : Bibir tampak pucat dan tidak ada lesi serta
simetris pada bibir
d) Telinga
Inspeksi : Telinga tampak bersih
4) Pemeriksaan kepala dan leher
a) Kepala
Inspeksi : Tampak simetris dan bersih
Palpasi : Tidak teraba adanya benjolan
b) Leher
Inspeksi : Tampak bersih
Palpasi : Tidak teraba adanya benjolan
25
Kekuatan otot ( ekstermitas atas dan ekstermitas bawah ).
2 2
2 2
26
b) Pemeriksaan Jantung
Inspeksi : Ictus Cordis (tidak terlihat)
Auskultasi : BJ 1 terdengar tunggal, lemah, reguler
BJ 2 terdengar tunggal, lemah, reguler
6) Pemeriksaan Abdomen
Inspeksi :Tampak datar, terdapat perban post op
laparatomi, terdapat kemerahan disekitar
post op.
Palpasi : tidak bisa dilukakan karena terdapat area
perban post op laparatomi.
Perkusi : tidak bisa dilakukan karena terdapat area
baru perban post op laparatomi 1 hari
yang lalu.
Auskultasi : tidak bisa dilakukan karena terdapat area
perban post op laparatomi dan pasien
nyeri.
7) Pemeriksaan Ekstremitas
a) Ekstremitas Atas
Inspeksi : tangan kanan dan kiri tampak simetris
Palpasi : tidak adanya teraba bejolan, turgor kulit
hangat.
b) Ekstremitas Bawah
Inspeksi : kaki kanan dan kiri tampak simetris
Palpasi : tidak teraba benjolan, turgor kulit hangat.
8) Pemeriksaan Genetalia dan Rectal
a) Genetalia pria
Inspeksi : tidak adanya lesi
b) Genetalia Wanita : -
27
5. Data Psikologis
Ibu klien mengatakan klien pendiam orangnya
6. Data Sosial dan Spiritual
Ibu klien mengatakan klien sering bermain setelah pulang sekolah
dan melakukan kegiatan didalam maupun diluar rumah serta rajin
ibadah, mengikuti pengajian di Surau setelah solat magrib.
7. Data Penunjang
a. Darah/urine/feses
Pemeriksaan Hasil Satuan Nilai Normal Keterangan
Hematologi
Hemaglobin 7,64 gl dl 12.00-15.00 Kurang
Leukosit 9,85 ribu u/s 4.50-13.50 Normal
Eritrosit 2,84 juta 4.00-5.40 Kurang
Hematokrit 22,7 % 35.0-49.0 Normal
Trombosit 156,0 ribu u/s 150.0-450.0 Normal
RDW- CV 11,9 a 80.0-94.0 Kurang
MCH 26,9 Pg 26.0-94.0 Normal
MCHC 33,6 % 32.0-36.0 Normal
Hitungan jenis
Basofil 0,738 % 0.000-2,000 Normal
Eosinofil 0,48 % 1.0-4.0 Kurang
Neutrofil 73,7 % 23.0-53.0 Berlebih
Limfosit 17,20 % 23.0-53.0 Kurang
Monosit 7,90 % 2.00-11.00 Normal
28
3) Obat- obatan
N NAMA OBAT DOSIS & PEMAKAIAN FUNGSI
O
29
2.1 Analisa Data
DS :
DO :
Timbul kram pada perut
1. Skala nyeri 6 ( sedang ).
5- 6 = mengganggu aktivitas.
30
4. P : An.N tertimpa cincin sumur
Q : Seperti tertindih dan ngilu.
R : Bagian dada dan sekitar bekas
dioperasi
S : Skala nyeri 6.
T : Saat bergerak dan menarik nafas
dalam dan saat merubah posisi baring.
5. Terapi Obat :
- Keterolac , inj 30 mg , 1 x sehari,
Diberikan pada jam 10.00 pagi.
- As troneksanat, 250 mg 1 x sehari
diberikan setiap jam 09.00 pagi.
DO :
Sulit bernapas
1. saat klien menarik napas menggunakan
31
otot bantu pernapasan ( bahu).
2. tidak ada bunyi tambahan dan suara nafas Ketidakefektifan pola napas
vesikuler ( bersih ) .
DS : Sulit bernapas
DO :
2. Kekuatan otot :
2 2
2 2
32
Ket :
2 = pasien mampu menggerakkan
ekstremitas, namun gerakan ini tidak
mampu melawan gaya berat, misalnya
pasien mampu menggeser lengan namun
tidak dapat mengangkatnya.
Penurunan curah jantung berhubungan Passage usus terganggu Penuru
dengan syok hipovolemik. curah ja
N: 120×/menit
( normal = 80 – 90 x / menit )
Penurunan Curah Jantung
3. Capillary Refill Time ( CRT ) : 2 detik.
4. - wajah klien tampak pucat.
- mukosa Bibir tampak pucat
- turgor kulit teraba hangat.
33
2. Ketidakefektifan Pola Napas Berhubungan Dengan ventilasi paru
terganggu.
3. Hambatan Mobilitas Fisik Berhubungan Dengan hambatan dalam
bergerak.
4. Penurunan curah jantung berhubungan dengan syok hipovolemik.
34
2.3 Intervensi
INTERVENSI KEPERAWATAN
35
nyeri. 7. ajarkan tentang teknik non
3. mampu mengenali nyeri ( skala, farmakologi : napas dalam, relaksasi,
intensitas, frekuensi dan tanda nyeri). distraksi, kompres hangat / dingin.
4. menyatakan rasa nyaman setelah 8. kolaborasi pemberikan analgetik untuk
nyeri berkurang. mengurangi nyeri.
5. tanda vital dalam rentang normal. 9. tingkatkan istirahat.
6. tidak mengalami gangguan tidur. 10. berikan informasi tentang nyeri seperti
penyebab nyeri, barapa lama nyeri akan
berkurang dan antisipasi ketidaknyamanan
dari prosedur.
11. monitor vital sign sebelum dan
sesudah pemberian analgesik pertama kali.
36
Ketidakefektifan pola nafas NOC: Pola Napas NIC: Manajemen Jalan Napas
berhubungan dengan ventilasi paru 1. Respiratory status : Ventilation 1. Posisikan pasien untuk
terganggu. 2. Respiratory status : Airway memaksimalkan ventilasi
patency 2. Lakukan fisioterapi dada jika perlu
3. Vital sign status 3. Keluarkan sekret dengan batuk atau
4. Setelah dilakukan tindakan suction
keperawatan selama 3 hari pasien 4. Auskultasi suara nafas, catat adanya
menunjukkan keefektifan pola suara tambahan
nafas, dibuktikan dengan kriteria 5. Berikan bronkodilator
hasil: 6. Berikan pelembab udara kassa basah
5. Mendemonstrasikan batuk efektif NaCl lembab
dan suara nafas yang bersih, tidak 7. Atur intake untuk cairan
ada sianosis dan dyspneu (mampu mengoptimalkan keseimbangan
mengeluarkan sputum, mampu 8. Monitor respirasi dan status O2
bernafas dengan mudah, tidak ada 9. Bersihkan mulut, hidung dan secret
pursed lips) trakea
6. Menunjukkan jalan nafas yang 10. Pertahankan jalan nafas yang paten
paten (klien tidak merasa tercekik, 11. Observasi adanya tanda-tanda
irama nafas, frekuensi pernafasan hipoventilasi
37
dalam rentang normal, tidak ada 12. Monitor adanya kecemasan pasien
suara nafas abnormal) terhadap oksigenisasi
7. Tanda-tanda vital dalam rentang 13. Monitor vital sign
normal (tekanan darah, nadi, 14. Informasikan pada pasien dan
pernafasan) keluarga tentang teknik relaksasi
untuk memperbaiki pola nafas
15. Ajarkan bagaimana batuk efektif
16. Monitor pola nafas
Hambatan mobilitas fisik berhubungan NOC: Mobilitas Fisik NIC : Dukungan Ambulasi
dengan hambatan dalam bergerak. 1. Mobility level Exercise therapy : ambulation
2. Self care : ADLs 1. Monitoring vital sign sebelum /
3. Setelah dilakukan tindakan sesudah latihan dan lihat respon
keperawatan selama 3 hari, pasien saat latihan.
hambatan mobilitas fisik teratasi 2. Konsultasikan dengan terapi fisik
dengan kriteria hasil : tentang rencana ambulasi sesuai
4. Klien meningkat dalam aktivitas dengan kebutuhan.
fisik. 3. Bantu klien untuk menggunakan
5. Mengerti tujuan dari peningkatan tongkat saat berjalan dan cegah
mobilitas. terhadap cedera.
38
6. Memverbalisasikan perasaan 4. Ajarkan pasien atau tenaga
dalam meningkatkan kekuatan dan kesehatan lain tentang teknik
kemampuan berpindah. ambulasi.
7. Memperagakan penggunaan alat 5. Kaji kemampuan pasien dalam
bantu untuk mobilisasi ( walker ). mobilisasi.
6. Latih pasien dalam pemenuhan
kebutuhan ADLs secara mandiri
sesuai kemampuan.
7. Dampingi dan bantu pasien saat
mobilisasi dan bantu penuhi
kebutuhan ADLs pasien.
8. Berikan alat bantu jika klien
memerlukan.
9. Ajarkan pasien bagaimana
merubah posisi dan berikan
bantuan jika diperlukan.
Penurunan Curah Jantung berhubungan NOC : Status Sirkulasi NIC : Perawatan Jantung
dengan Syok Hipovolemik 1. Circulation Status 1. Evaluasi adanya nyeri dada.
2. Vital Sign Status 2. Catat adanya disritmia jantung.
39
3. Catat adanya tanda dan gejala
a. Setelah dilakukan asuhan penurunan cardiac output.
selama 3 hari penurunan 4. Monitor status pernafasan yang
kardiak output klien teratasi menandakan gagal jantung.
dengan kriteria hasil : 5. Monitor balance cairan.
3. Tanda vital dalam rentang normal 6. Monitor respon pasien terhadap
a. ( tekanan darah, nadi, efek pengobatan antiaritmia.
respirasi ). 7. Atur periode latihan dan istirahat
4. Dapat mentoleransi aktivitas, tidak untuk menghindari kelelahan.
ada kelelahan. 8. Monitor toleransi aktivitas pasien.
5. Tidak ada edema paru, perifer, dan 9. Monitor adanya dyspneu, fatigue,
tidak ada asites. tekipneu dan ortopneu.
6. tidak ada penurunan kesadaran. 10. Anjurkan untuk menurunkan stress.
7. AGD dalam batas normal. 11. Monitor TD, Nadi, RR, sebelum,
8. Tidak ada distensi vena leher. selama, dan setelah aktivitas.
9. Warna kulit normal. 12. Monitor jumlah, bunyi dan irama
jantung.
13. Monitor frekuensi dan irama
pernapasan.
40
14. Monitor pola pernapasan abnormal.
15. Monitor suhu, warna, dan
kelembutan kulit.
16. Monitor sianosis perifer.
17. Monitor adanya cushing triad
( tekanan nadi yang melebar,
bradikardi, dan peningkatan
sistolik).
18. Identifikasi penyebab dari
perubahan vital sign.
19. Jelaskan pada pasien tujuan dari
pemberian oksigen.
20. Sediakan informasi untuk
mengurangi stress.
21. Kelola pemberian obat anti aritmia,
inotropik, nitrogliserin dan
vasodilator untuk mempertahankan
kontraktilitas jantung.
22. Kelolan pemberian antikoagulan
41
untuk mencegah trombus perifer.
23. Minimalkan stress lingkungan.
2.4 Implementasi
IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
42
Jumat, 1 Menanyakan penyebab dan lokasi nyeri. S : - Ny. K mengatakan anaknya masih mengeluh
nyeri pada bekas operasi di bagian perut.
23/04/2021 Monitor vital sign TTV
O : - skala nyeri 5.
08.20 wib
An. K terpasang IVFD RL 20 tmp
09.45 WIB 1 Menanyakan Reaksi / keluhan nyeri klien. S : - Ny. K mengatakan An. N masih nyeri luka
post Operasi.
Kolaborasi Pemberian Obat mengurangi nyeri.
O : - wajah An. N tampak meringis menahan nyeri.
10.30 WIB 1 Ajarkan Teknik Non farmakologi S : - Ny. K mengatakan anaknya mulai tenang dan
melakukan kembali relaksasi napas dalam.
( relaksasi napas dalam).
O : - An. N tampak mengikuti perawat untuk
Tindakan kompres hangat. Relaksasi napas dalam.
43
Ny. K melakukan kompres hangat bagian dada
An.N sesuai instruksi perawat.
13.30 WIB 2 Monitor vital sign ( TTV ) dan monitor RR. S : - Ny. K mengatakan An.N Masih sesak napas
dan mengeluh sulit bernapas.
Monitor Pola Napas
O : - Hasil TTV :
44
14.15 WIB 2 Ajarkan batuk efektif post operasi. S : - Ny. K mengatakan An. N mengeluh sesak
napas menurun.
Membersihkan mulut dan hidung klien.
O : - Akral hangat.
15.45 WIB 2 Kolaborasi pemberian obat analgetik. S : - Ny. K mengatakan An. N sesak napas masih
terasa tetapi mulai berkurang.
17.15 WIB 3 Monitor vital sign ( TTV ). S : - Ny. K mengatakan An.N hanya bisa merubah
posisi badan ke miring kanan dan miring kiri.
Ajarkan klien merubah posisi baring dan berikan
bantuan. Ny. K mengatakan kebutuhan sehari-hari klien
masih dibantu oleh Ny. K dan keluarga.
O : - Hasil TTV :
45
TD : 90/60 mmHg Suhu : 36 oC
18.30 WIB 4 Monitor adanya nyeri dada. S : - Ny. K mengatakan nyeri yang dirasakan An. N
dari perut sampai ke dada dan masih sesak.
Monitor status pernapasan.
O : - Tidak ada bunyi tambahan pernapasan.
Kolaborasi obat anti aritmia.
An.N menggunakan otot bantu ( bahu ) saat
menarik napas.
Suhu : 36oC
46
Teraba turgor akral hangat
09. 50 WIB 1 Menanyakan Reaksi / keluhan nyeri klien. S : - Ny. K mengatakan An. N mulai berkurang
nyeri luka post Operasi.
Kolaborasi Pemberian Obat mengurangi nyeri.
O : - wajah An. N tampak sedikit meringis
menahan nyeri.
47
IV Bolus.
10.40 WIB 1 Ajarkan Teknik Non farmakologi S : - Ny. K mengatakan anaknya mulai tenang dan
melakukan kembali relaksasi napas dalam.
( relaksasi napas dalam).
O : - An. N tampak mengikuti perawat untuk
Tindakan kompres hangat. Relaksasi napas dalam.
13.40 WIB 2 Monitor vital sign ( TTV ) dan monitor RR. S : - Ny. K mengatakan An.N mulai berkurang
sesak napas dan kadang-kadang mengeluh sulit
Monitor Pola Napas bernapas.
O : - Hasil TTV :
48
14.30 WIB 2 Ajarkan batuk efektif post operasi. S : - Ny. K mengatakan An. N mengeluh sesak
napas menurun.
Membersihkan mulut dan hidung klien.
O : - Akral hangat.
15.55 WIB 2 Kolaborasi pemberian obat analgetik. S : - Ny. K mengatakan An. N sesak napas masih
terasa tetapi mulai berkurang.
Pemberian O2 tpm
49
16.10 WIB 3 Monitor vital sign ( TTV ). S : - Ny. K mengatakan An.N hanya bisa merubah
posisi badan ke miring kanan dan miring kiri.
Ajarkan klien merubah posisi baring dan berikan
bantuan. Ny. K mengatakan kebutuhan sehari-hari klien
masih dibantu oleh Ny. K dan keluarga.
O : - Hasil TTV :
50
17.15 WIB 4 Monitor adanya nyeri dada. S : - Ny. K mengatakan nyeri yang dirasakan An. N
dari perut sampai ke dada dan mulai berkurang
Monitor status pernapasan. sesaknya.
Kolaborasi obat anti aritmia. O : - Tidak ada bunyi tambahan pernapasan.
18.35 WIB 4 Monitor CRT. S : - Ny. K mengatakan nafsu makan An.N mulai
makan ½ porsi dan banyak minum air putih.
Monitor suhu, warna kulit dan akral kulit.
O : - CRT : 1 detik.
Pemberian diit makanan saring.
Suhu : 36oC
51
Minggu, 1 Menanyakan penyebab dan lokasi nyeri. S : - Ny. K mengatakan anaknya mulai berkurang
mengeluh nyeri pada bekas operasi di bagian perut.
25/ 04/2021 Monitor vital sign TTV
O : - skala nyeri 3.
08.25 WIB
An. K terpasang IVFD RL 20 tmp
N : 98 x/menit RR : 18 x/menit
09.50 WIB 1 Menanyakan Reaksi / keluhan nyeri klien. S : - Ny. K mengatakan An. N mulai berkurang
nyeri luka post Operasi.
Kolaborasi Pemberian Obat mengurangi nyeri.
O : - wajah An. N tampak sedikit meringis
menahan nyeri.
52
10.35 WIB 1 Ajarkan Teknik Non farmakologi S : - Ny. K mengatakan anaknya mulai tenang dan
melakukan kembali relaksasi napas dalam.
( relaksasi napas dalam).
O : - An. N tampak mengikuti perawat untuk
Tindakan kompres hangat. Relaksasi napas dalam.
13.35 WIB 2 Monitor vital sign ( TTV ) dan monitor RR. S : - Ny. K mengatakan An.N mulai berkurang
sesak napas dan berkurang nyeri dada.
Monitor Pola Napas
O : - Hasil TTV :
N : 80 x/menit RR : 20 x/menit
53
14.25 WIB 2 Ajarkan batuk efektif post operasi. S : - Ny. K mengatakan An. N berkurang mengeluh
sesak napas.
Membersihkan mulut dan hidung klien.
O : - Akral hangat.
13.50 WIB 2 Kolaborasi pemberian obat analgetik. S : - Ny. K mengatakan An. N sesak napas masih
terasa tetapi mulai berkurang.
Pemberian O2 20 tpm
54
16.05 WIB 3 Monitor vital sign ( TTV ). S : - Ny. K mengatakan An.N hanya bisa
menaikkan kepala dengan satu bantal.
Ajarkan klien merubah posisi baring dan berikan
bantuan. Ny. K mengatakan kebutuhan sehari-hari klien
masih dibantu oleh Ny. K dan keluarga.
O : - Hasil TTV :
N : 82 x/menit RR : 18 x/menit
55
17.30 WIB 4 Monitor adanya nyeri dada. S : - Ny. K mengatakan nyeri yang dirasakan An. N
dari perut sampai ke dada dan mulai berkurang
Monitor status pernapasan. sesaknya.
Kolaborasi obat anti aritmia. O : - Tidak ada bunyi tambahan pernapasan.
18.45 WIB 4 Monitor CRT. S : - Ny. K mengatakan nafsu makan An.N mulai
makan ½ porsi dan banyak minum air putih.
Monitor suhu, warna kulit dan akral kulit.
O : - CRT : 1 detik.
Pemberian diit makanan saring.
Suhu : 36oC
2.5 Evaluasi
CATATAN PERKEMBANGAN
56
Tanggal/ Jam No. Dx Catatan Perkembangan Paraf
Jumat, 13-08-81 S:
- Ny. K mengatakan anaknya masih mengeluh nyeri pada bekas operasi di
23/04/2021 bagian perut.
- Ny. K mengatakan An.N Masih sesak napas dan mengeluh sulit bernapas.
- Ny. K mengatakan An. N sesak napas masih terasa tetapi mulai berkurang.
- Ny. K mengatakan An.N hanya bisa merubah posisi badan ke miring kanan
dan miring kiri.
- Ny. K mengatakan nyeri yang dirasakan An. N dari perut sampai ke dada dan
57
mulai berkurang sesaknya.
- Ny. K mengatakan nafsu makan An.N menurun dan hanya banyak minum air
putih.
O:
- skala nyeri 5.
58
An.N tampak lebih tenang meski masih terasa nyeri.
- An. N tampak mengikuti intruksi dari perawat.
- An. N tampak menahan nyeri saat mengubah posisi mika dan miki dalam 2
jam sekali.
- CRT : 2 detik.
- Suhu : 36oC
- Warna kulit klien pucat.
- Teraba turgor akral hangat
59
- Menanyakan Reaksi / keluhan nyeri klien.
Sabtu, 13-08-81 S:
- Ny. K mengatakan anaknya mulai berkurang mengeluh nyeri pada bekas
24/04/2021 operasi di bagian perut.
60
- Ny. K mengatakan An. N mengeluh sesak napas menurun.
- Ny. K mengatakan An. N sesak napas masih terasa tetapi mulai berkurang.
- Ny. K mengatakan An.N hanya bisa merubah posisi badan ke miring kanan
dan miring kiri.
- Ny. K mengatakan nyeri yang dirasakan An. N dari perut sampai ke dada dan
mulai berkurang sesaknya.
- Ny. K mengatakan nafsu makan An.N mulai makan ½ porsi dan banyak
minum air putih.
O:
- skala nyeri 4.
61
- wajah An. N tampak sedikit meringis menahan nyeri.
- Pola napas An. N mulai berkurang dalam menggunakan otot bantu dalam
bernapas.
- An. N tampak mulai berkurang sesak napas.
- Ny. K melakukan kompres hangat bagian dada An.N sesuai instruksi
perawat.
- An. N tampak menahan nyeri saat mengubah posisi mika dan miki dalam 2
jam sekali.
62
- An.N kadang-kadang menggunakan otot bantu ( bahu ) saat menarik napas.
- Suhu : 36oC
- Warna kulit klien kuning langsat.
- Teraba turgor akral hangat.
63
- Ajarkan batuk efektif post operasi.
- Membersihkan mulut dan hidung klien.
- Kolaborasi pemberian obat analgetik.
- Monitor vital sign ( TTV ).
- Ajarkan klien merubah posisi baring dan berikan bantuan.
- Monitor adanya nyeri dada.
- Monitor status pernapasan.
- Kolaborasi obat anti aritmia.
- Monitor CRT.
- Monitor suhu, warna kulit dan akral kulit.
- Pemberian diit makanan saring.
Minggu, S:
- Ny. K mengatakan anaknya mulai berkurang mengeluh nyeri pada bekas
25/ 04/2021 operasi di bagian perut.
- Ny. K mengatakan An.N mulai berkurang sesak napas dan berkurang nyeri
dada.
64
- Ny. K mengatakan An. N berkurang mengeluh sesak napas.
- Ny. K mengatakan An. N sesak napas masih terasa tetapi mulai berkurang.
- Ny. K mengatakan An.N hanya bisa menaikkan kepala dengan satu bantal.
- Ny. K mengatakan nyeri yang dirasakan An. N dari perut sampai ke dada dan
mulai berkurang sesaknya.
- Ny. K mengatakan nafsu makan An.N mulai makan ½ porsi dan banyak
minum air putih.
O:
- skala nyeri 3.
N : 98 x/menit RR : 18 x/menit
65
- wajah An. N tampak sedikit meringis menahan nyeri.
- Hasil TTV :
N : 80 x/menit RR : 20 x/menit
- Pola napas An. N mulai berkurang dalam menggunakan otot bantu dalam
bernapas.
66
- Turgor kulit pucat.
- An.N tampak secara mandiri dan dibantu ibunya untuk batuk efektif.
- Pemberian O2 20 tpm
- An. N tampak mandiri memiringkan badan kanan dan kiri secara perlahan.
- Suhu : 36oC
- Warna kulit klien kuning langsat, dan bersih.
- Teraba turgor akral hangat.
67
- Diit bubur saring.
P : lanjutkan intervensi :
- Teknik non farmakologi ( relaksasi napas dalam ).
- Monitor TTV.
- Monitor status pernapasan.
- Kolaborasi pemberian obat analgetik.
- Manajemen nyeri.
- Pemberian Diit bubur saring.
68
BAB IV
PENUTUP
.1 Kesimpulan
Berdasarkan asuhan keperawatan tersebut, penulis menarik kesimpulan
bahwa secara umum asuhan keperawatan pada pasien An N dengan post operasi
laparatomi ileus harus dilakukan secara komprehensif, artinya teliti dalam
pengkajian dan memprioritaskan kebutuhan pasien, adanya kesesuaian antara
proses keperawatan dan sumber daya yang ada, serta kesungguhan dalam
implementasi untuk menghindari komplikasi yang mungkin terjadi. Dan secara
khusus penulis menguraikan sebagai berikut:
1. Pada pasien obstruksi ileus khususnya An N dengan Post Operasi
Laparatomi Ileus Hari ke IV di ruang Anyelir ditemukan masalah-
masalah keperawatan: nyeri akut dengan etiologi terputusnya kontinuitas
jaringan, nausea dengan etiologi distensi abdomen, risiko infeksi dengan
etiologi pembedahan.
2. Untuk mengatasai masalah-masalah yang muncul pada kasus obstruksi
ileus dengan post operasi laparatomi ileus sebagian besar rencana
tindakan secara teori dapat diterapkan pada rencana tindakan kasus.
3. Mengacu pada intervensi yang telah dibuat oleh penulis dan sudah
dilakukan implementasi yang sesuai maka hasil evaluasinya antara lain:
a. Diagnosa pertama nyeri akut berhubungan dengan terputusnya
kontinuitas jaringan teratasi sebagian dikarenakan pasien masih
merasa nyeri, walaupun sudah sedikit berkurang intervensi
dilanjutkan.
b. Diagnosa kedua nausea berhubungan dengan distensi abdomen
teratasi sebagian dikarenakan pasien masih merasa mual dan
intervensi masih dilanjutkan.
69
c. Diagnosa ketiga resiko infeksi berhubungan dengan pembedahan
teratasi sebagian dikarenakan masih adanya jaringan terbuka maka
masih potensial terjadi infeksi dan intervensi dilanjutkan.
.1 Saran
Demikian yang dapat kami paparkan mengenai materi yang menjadi
pokok bahasan dari Post Op Laparatomi, tentunya masih banyak kekurangan
kerena terbatasnya pengetahuan atau referensi yang ada hubungannya dengan
judul ini. Saran kepada penulis selanjutnya untuk mencantumkan referensi
lebih banyak dan relevan lagi.
70
DAFTAR PUSTAKA
Ani, LS. 2016. Buku Saku Anemia Defisiensi Besi. Jakarta: EGC Adriani, M &
Wirjatmadi, B. 2012. Pengantar Gizi Masyarakat. Jakarta: Kencana Prenada
Media Group.
71
Antara, M., & Wirawan, I. (2013). Permintaan Buah Pisang Ambon Oleh Rumah
Tangga di Kecamatan Denpasar Barat, Kota Denpasar, Provinsi Bali. Jurnal
Ekonomi Kuantitatif Terapan, 6(1).
Ariutami, RK., Subagio HW, 2012. Beda Kadar Hemoglobin Remaja Putri
Anemia Setelah Pemberian Suplementasi Tablet Besi Folat Satu Kali Dan
Dua Kali Per Minggu. Diakses dari website:
http://eprints.undip.ac.id/35951/1/429_Kintha_Raditya_Ariutami_G2C0070
41.pdf. Pada tanggal 29 Agustus 2016.
Burnner & Suddarth. 2002. Buku Ajar Kperawatan Medikal Bedah. EGC :
Jakarta.
72
Chauhan, U., Sandeep, G., Dahake, P, 2016. Correlation Between Iron Deficiency
Anemia And Cognitive Achievement In School Aged Children. Annals Of
International Medical And Dental Research, Vol (2), Issue (4). DOI:
10.21276/aimdr.
73
http://www.psych.upenn.edu/mfarah/DevelopmentEnviroStimParentalNurt.
pdf. (diakses tanggal 20Mei2013).
Garcia, op., martinez, m., ramano, d., camacho, m., moura, ffd., abrams, sa.,
khanna, Hk., dale, jl., dan rosado, jl, (2015). Iron absorption in raw and
cooked Bananas: a field study using stable isotopes in women. Food &
nutrition Research, 59: 25976. Dignass, A. U., Gasche, C., Bettenworth, D.,
Birgegård, G., Danese, S., Gisbert, J. P., & Magro, F, 2015. European
Consensus On The Diagnosis And Management Of Iron Deficiency And
Anaemia In Inflammatory Bowel Diseases. Journal Of Crohn’s and Colitis,
9(3), 211-222
74
Narendra, M.B. (2004). Tumbuh Kembang Anak dan Remaja. Jakarta :
SagungSeto.
75
76
77