Anda di halaman 1dari 6

F.6.

Usaha Kesehatan Masyarakat (UKM)


Upaya Pengobatan Dasar
Puskesmas Watumalang, Wonosobo
Juni 2016 – September 2016

GASTRITIS AKUT

dr. Nova Dwi Yuristianty

Latar Gastritis berasal dari kata gaster yang artinya lambung dan itis yang
Belakang berarti inflamasi/peradangan. Gastritis adalah peradangan pada mukosa
lambung. Menurut Hirlan dalam Suyono (2006), gastritis adalah proses
inflamasi pada lapisan mukosa dan submukosa lambung, yang berkembang
bila mekanisme protektif mukosa dipenuhi dengan bakteri atau bahan iritan
lain.
Menurut data dari World Health Organization (WHO), Indonesia
menempati urutan ke empat dengan jumlah penderita gastritis terbanyak
setelah negara Amerika, Inggris dan Bangladesh yaitu berjumlah 430 juta
penderita gastritis. Insiden gastritis di Asia Tenggara sekitar 583.635 dari
jumlah penduduk setiap tahunnya (Kemenkes RI, 2008). Gastritis termasuk
ke dalam sepuluh besar penyakit dengan posisi kelima pasien rawat inap
dan posisi keenam pasien rawat jalan di rumah sakit. Rata-rata pasien yang
datang ke unit pelayanan kesehatan baik di puskesmas maupun rumah sakit
mengalami keluhan yang berhubungan dengan nyeri ulu hati (Profil Dinkes
Nasional, 2010).
Gastritis terjadi akibat ketidakseimbangan antara faktor penyebab
iritasi lambung atau disebut juga faktor agresif seperti HCl, pepsin, dan
faktor pertahanan lambung atau faktor defensif yaitu adanya mukus
bikarbonat. Penyebab ketidakseimbangan faktor agresif-defensif antara lain
adanya infeksi Helicobacter pylori (H.pylori) yang merupakan penyebab
yang paling sering (30– 60%), penggunaan obat-obatan yaitu obat golongan
Antiinflamasi Non-Steroid (OAINS), kortikosteroid, obat-obat anti
tuberkulosa serta pola hidup dengan tingkat stres tinggi, minum alkohol,
kopi, dan merokok. Berbagai penelitian menyimpulkan bahwa keluhan sakit
pada penyakit gastritis paling banyak ditemui akibat dari gastritis
fungsional, yaitu mencapai 70- 80% dari seluruh kasus. Gastritis fungsional
merupakan sakit yang bukan disebabkan oleh gangguan pada organ
lambung melainkan lebih sering dipicu oleh pola makan yang kurang sesuai,
faktor psikis dan kecemasan.
Gejala gastritis antara lain: tidak nyaman sampai nyeri pada saluran
pencernaan terutama bagian atas, mual, muntah, nyari ulu hati, lambung
merasa penuh, kembung, bersendawa, cepat kenyang, perut keroncongan
dan sering kentut serta timbulnya luka pada dinding lambung. Gejala ini
bisa menjadi akut, berulang dan kronis. Disebut kronis bila gejala itu
berlangsung lebih dari satu bulan terus-menerus dan gstritis ini dapat
ditangani sejak awal yaitu: mengkonsumsi makanan lunak dalam porsi
kecil, berhenti mengkonsumsi makanan pedas dan asam, berhenti merokok
serta minuman beralkohol.
Pasien gastritis sering mengeluhkan rasa sakit ulu hati, rasa terbakar,
mual, dan muntah. Hal ini sering mengganggu aktivitas pasien sehari-hari
yang pada akhirnya menyebabkan produktivitas dan kualitas hidup pasien
menurun. Komplikasi gastritis sering terjadi bila penyakit tidak ditangani
secara optimal. Terapi yang tidak optimal menyebabkan gastritis
berkembang menjadi ulkus peptikum yang pada akhirnya megalami
komplikasi perdarahan, pertonitis, bahkan kematian
Permasalahan Pada hari Senin, tanggal 15 Agustus September 2015 terdapat kasus
seorang pasien dengan identitas berikut di BP Puskesmas Watumalang .
Nama : Ny. D
Usia : 45 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Alamat : Wonoroto

ANAMNESIS
1. Keluhan Utama  nyeri ulu hati.
2. Riwayat Penyakit Sekarang:
Sejak 2 hari sebelumnya pasien mengeluh merasakan nyeri pada daerah
ulu hati. Nyeri ulu hati dirasakan terus menerus dan semakin bertambah
berat ketika pasien makan. Nyeri ulu hati disertai dengan mual, perut
terasa sebah, panas tetapi tidak muntah . Sebelumnya pasien tidak
mengkonsumsi obat-obatan apapun yang bersifat iritatif terhadap
lambung, pasien juga menyangkal mengkonsumsi jamu- jamuan .
Pasien jarang minum kopi, tidak pernah mengkonsumsi alkohol dan
tidak sedang banyak pikiran. Keluhan disertai dengan dengan kepala
pusing. Pasien mengatakan bahwa memiliki pola makan yang tidak
teratur karena alasan pekerjaan sehingga sering tidak sempat makan.
Karena pasien merasa aktivitasnya terganggu oleh nyeri ulu hati
tersebut sehingga menghambat pekerjaannya maka pasien datang ke
puskesmas untuk berobat.

3. Riwayat Penyakit Dahulu:


Sebelumnya pasien pernah mengalami sakit seperti ini.
4. Riwayat Penyakit Keluarga:
Pasien tidak memiliki riwayat Diabetes Mellitus atau hipertensi dalam
keluarganya.
5. Riwayat Sosial Ekonomi:
Pasien bekerja sebagai pembantu rumah tangga dengan pendidikan
terakhir SD.

PEMERIKSAAN FISIK
1. Keadaan Umum : kesadaran compos mentis
2. Tanda Vital : Tekanan Darah = 110/70 mmHg
Frekuensi nadi = 82 kali/menit
Frekuensi napas= 22 kali/menit
Suhu = 36.5oC
3. Kepala
Mata : conjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-)
Hidung : discharge (-)
Mulut : bibir kering (-)
Telinga : discharge (-/-)
4. Thorax
Cor : Bunyi jantung I-II murni, Bising (-)
Pulmo: suara dasar vesikuler (+/+), ronki (-/-), wheezing (-/-)
5. Abdomen
Abdomen datar, venektasi (-), kulit ikterik (-), umbilikus tidak
menonjol
Bising usus (+) sedikit menigkat
Perkusi : timpani seluruh lapangan abdomen
Nyeri tegan regio epigastrium (+)

DIAGNOSIS : Gastritis Akut


Perencanaan Berbagai penelitian menyimpulkan bahwa keluhan sakit pada penyakit
dan gastritis paling banyak ditemui akibat dari gastritis fungsional, yaitu
Pemilihan mencapai 70- 80% dari seluruh kasus. Gastritis fungsional merupakan sakit
Intervensi yang bukan disebabkan oleh gangguan pada organ lambung melainkan lebih
sering dipicu oleh pola makan yang kurang sesuai, faktor psikis dan
kecemasan.
Diberikan informasi kepada pasien untuk menghindari pemicu
terjadinya keluhan, antara lain dengan makan tepat waktu, makan sering
dengan porsi kecil dan hindari makanan yang meningkatkan asam lambung
atau perut kembung seperti kopi, teh, makanan asam, makanan pedas dan
kol.
Terapi diberikan per oral dengan obat, antara lain:
 H2 Bloker 2 x/hari (Ranitidin 150 mg/kali, Famotidin 20 mg/kali,
Simetidin 400-800 mg/kali)
 PPI 2x/hari (Omeprazole 20 mg/kali, Lansoprazole 30 mg/kali)
 Antasida dosis 3 x 500-1000 mg/hr.
 Paracetamol dosis 3 x 500 mg (prn)
Kriteria rujukan penyakit ini adalah :
 Bila 5 hari pengobatan belum ada perbaikan.
 Terjadi komplikasi.
 Terjadi alarm symptoms seperti perdarahan, berat badan menurun
10% dalam 6 bulan dan mual muntah berlebihan.
Pelaksanaan Pasien diterapi dengan obat yang tersedia di puskesmas, yaitu :
 Antasida tablet 3 x 500 mg/ hari
Edukasi yang diberikan antara lain:
 Menjelaskan bahwa penyakit pasien disebabkan karena pola makan
yang tidak teratur.
 Menjelaskan bahwa penyakit ini dapat membaik dengan prognosis
yang cukup baik jika mendapatkan terapi yang tepat dan
menghindari faktor pemicu keluhan yaitu pola makan yang tidak
teratur.
 Menjelaskan agar pasien makan 3x sehari.
 Menjelaskan agar pasien menghindari makanan yang dapat memicu
terbentuknya asam lambung dan bersifat iritatif terhadap lambung
seperti kopi, teh, makanan pedas, makanan asam dan kol.
 Kontrol saat obat habis dan keluhan masih ada.

Monitoring Pasien yang telah mendapat obat dari puskesmas sebaiknya teratur
dan Evaluasi minum obat hingga obat habis. Jika obat habis namun tidak ada perbaikan
klinis pasien diminta untuk kembali ke puskesmas.
Komentar /saran pendamping :

Wonosobo, 15 Agustus 2016


Peserta, Pendamping,

dr. Nova Dwi Yuristianty dr. Dewanti Retnaningtyas

Anda mungkin juga menyukai