F1 Penyuluhan IMS (Nova)

Anda mungkin juga menyukai

Anda di halaman 1dari 6

F.1.

Usaha Kesehatan Masyarakat


Upaya Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat
Puskesmas Watumalang, Wonosobo
Juni 2016 – September 2016

INFEKSI MENULAR SEKSUAL DAN PENCEGAHANNYA

dr. Nova Dwi Yuristianty

Latar Belakang Infeksi Menular Seksual (IMS) merupakan salah satu dari sepuluh
penyebab pertama penyakit yang tidak menyenangkan pada dewasa
muda laki-laki dan penyebab kedua terbesar pada dewasa muda
perempuan di negara berkembang. Dewasa dan remaja (15- 24 tahun)
merupakan 25% dari semua populasi yang aktif secara seksual, tetapi
memberikan kontribusi hampir 50% dari semua kasus IMS baru yang
didapat.
Di Indonesia sendiri, telah banyak laporan mengenai prevalensi
infeksi menular seksual ini. Beberapa laporan yang ada dari beberapa
lokasi antara tahun 1999 sampai 2001 menunjukkan prevalensi infeksi
gonore dan klamidia yang tinggi antara 20%-35%. Selain klamidia,
sifilis maupun gonore, infeksi HIV/AIDS saat ini juga menjadi perhatian
karena peningkatan angka kejadiannya yang terus bertumbuh dari waktu
ke waktu. Jumlah penderita HIV/AIDS dapat digambarkan sebagai
fenomena gunung es, yaitu jumlah penderita yang dilaporkan jauh lebih
kecil daripada jumlah sebenarnya. Hal ini menunjukkan bahwa jumlah
penderita HIV/AIDS di Indonesia yang sebenarnya belum diketahui
secara pasti. Sampai dengan Desember 2008, pengidap HIV positif yang
terdeteksi adalah sebanyak 6.015 kasus. Sedangkan kumulatif kasus
AIDS sebanyak 16.110 kasus atau terdapat tambahan 4.969 kasus baru
selama tahun 2008. Kematian karena AIDS hingga tahun 2008 sebanyak
3.362 kematian.
Dari data dan fakta di atas, jelas bahwa infeksi menular seksual
telah menjadi masalah tersendiri bagi pemerintah. Tingginya angka
kejadian infeksi menular seksual di kalangan remaja dan dewasa muda,
terutama wanita, merupakan bukti bahwa masih rendahnya pengetahuan
remaja akan infeksi menular seksual. Wanita dalam hal ini sering
menjadi korban dari infeksi menular seksual. Hal ini mungkin
disebabkan masih kurangnya penyuluhan-penyuluhan yang dilakukan
oleh pemerintah dan badan-badan kesehatan lainnya. Tidak adanya mata
pelajaran yang secara khusus mengajarkan dan memberikan informasi
bagi murid sekolah menengah atas, terutama siswi, juga menjadi salah
satu penyebab tingginya angka kejadian infeksi menular seksual di
kalangan remaja.
Infeksi Menular Seksual (IMS) adalah infeksi yang penularannya
terutama melalui hubungan seksual yang mencakup infeksi yang disertai
gejala-gejala klinis maupun asimptomatis. Infeksi Menular Seksual
(IMS) adalah infeksi yang penularannya terutama melalui hubungan
seksual yang mencakup infeksi yang disertai gejala-gejala klinis maupun
asimptomatis. Penyebab infeksi menular seksual ini sangat beragam dan
setiap penyebab tersebut akan menimbulkan gejala klinis atau penyakit
spesifik yang beragam pula. Penyebab IMS dapat dikelompokkan atas
beberapa jenis
,yaitu: (WHO,2007)
- bakteri ( diantaranya N.gonorrhoeae, C.trachomatis, T.pallidum)
- virus (diantaranya HSV,HPV,HIV, Herpes B virus, Molluscum
contagiosum
virus),
- protozoa (diantaranya Trichomonas vaginalis)
- jamur (diantaranya Candida albicans)
- ektoparasit (diantaranya Sarcoptes scabiei)

Cara penularan IMS adalah dengan cara kontak langsung yaitu


kontak dengan eksudat infeksius dari lesi kulit atau selaput lendir pada
saat melakukan hubungan seksual dengan pasangan yang telah tertular.
Lesi bisa terlihat jelas ataupun tidak terlihat dengan jelas. Pemajanan
hampir seluruhnya terjadi karena hubungan seksual(vaginal, oral, anal).
Penularan IMS juga dapat terjadi dengan media lain seperti darah
melalui berbagai cara,yaitu:
- Transfusi darah dengan darah yang sudah terinfeksi
-Saling bertukar jarum suntik pada pemakaian narkoba
- Tertusuk jarum suntik yang tidak steril secara sengaja atau tidak
sengaja
- Menindik telinga atau tato dengan jarum yang tidak steril,
- Penggunaan alat pisau cukur secara bersama-sama (khususnya
jika terluka dan menyisakan darah pada alat).
- Penularan juga pada terjadi dari ibu kepada bayi pada saat
hamil, saat melahirkan dan saat menyusui.
Berbagai upaya pencegahan telah dilakukan agar angka dan kasus
penyakit menular seksual di kalangan remaja ini dapat ditekan. Menurut
WHO, pencegahan infeksi menular seksual terdiri dari dua bagian,
yakni pencegahan primer dan pencegahan sekunder. Pencegahan primer
terdiri dari penerapan perilaku seksual yang aman dan penggunaan
kondom. Sedangkan pencegahan sekunder dilakukan dengan
menyediakan pengobatan dan perawatan pada pasien yang sudah
terinfeksi dengan infeksi menular seksual. Pencegahan sekunder bisa
dicapai melalui promosi perilaku pencarian pengobatan untuk infeksi
menular seksual, pengobatan yang cepat dan tepat pada pasien serta
pemberian dukungan dan konseling tentang infeksi menular seksual dan
HIV. Menurut Depkes RI, langkah terbaik untuk mencegah infeksi
menular seksual dengan beberapa cara, yaitu menunda kegiatan seks
bagi remaja, menghindari bergonta-ganti pasangan seksual dan
memakai kondom dengan benar dan konsisten. Menurut Direktorat
Jenderal PPM & PL (Pemberantasan Penyakit Menular dan Penyehatan
Lingkungan) Departemen Kesehatan RI, tindakan pencegahan dapat
dilakukan dengan beberapa tindakan, seperti:
1. Mendidik masyarakat untuk menjaga kesehatan dan hubungan
seks yang sehat, pentingnya menunda usia aktivitas hubungan
seksual, perkawinan monogami, dan mengurangi jumlah pasangan
seksual.
2. Melindungi masyarakat dari IMS dengan mencegah dan
mengendalikan IMS pada para pekerja seks komersial dan
pelanggan mereka dengan melakukan penyuluhan mengenai
bahaya IMS, menghindari hubungan seksual dengan berganti-
ganti pasangan, tindakan profilaksis dan terutama mengajarkan
cara penggunaan kondom yang tepat dan konsisten.
3. Menyediakan fasilitas pelayanan kesehatan untuk diagnosa dini
dan pengobatan dini terhadap IMS. Jelaskan tentang manfaat
fasilitas ini dan tentang gejala-gejala IMS dan cara-cara
penyebarannya.
Puskesmas sebagai sarana kesehatan lini pertama turut berperan
serta dalam mengurangi prevalensi terjadinya infeksi menular seksual
melalui beberapa program puskesmas, yang tidak hanya terfokus pada
pengobatan saja, tetapi juga promotif dan preventif salah satunya dengan
melakukan seks education kepada remaja yang meliputi organ kesehatan
reproduksi , infeksi menular seksual, napza dan penyimpangan seksual .
Permasalahan 1. Kurangnya pengetahuan masyarakat terutama tentang infeksi
menular seksual.
2. Kurangnya kesadaran masyarakat untuk memeriksakan diri sedini
mungkin, terutama bila penyakit tersebut mengenai pasangan.
3. Masih banyak pendapat masyarakat bila seseorang berpenyakit
seksual itu adalah hal yang kotor dan banyak yang merasa jijik.
Perencanaan Target sasaran : remaja (SMA kelas XII)
dan Pemilihan Perencanaan Pelaksanaan:
Intervensi - Penyuluhan
- Tanya jawab

Pelaksanaan Kegiatan penyuluhan Infeksi Menular Seksual ini dilakukan pada hari
Kamis, 1 September 2016 yang diikuti Anak SMA Al Ghazali kelas XII
di Desa Bumiroso Kec Watumalang Wonosobo.
Monitoring dan Adapun intisari dari penyuluhan tersebut sebagai berikut :
Evaluasi 1. Definisi IMS
2. Jenis-jenis IMS
3. Pencegahan IMS
Pelaksanaan penyuluhan berjalan dengan cukup baik, kemudian
dilanjutkan tanya jawab.
Komentar /saran pendamping :
Wonosobo, 1 September 2016
Peserta, Pendamping,

dr. Nova Dwi Yuristianty dr.Dewanti Retnaningtyas

LAPORAN PENYULUHAN

Nama Peserta : dr. Nova Dwi Yuristianty Tanda tangan:


Nama Pendamping : Desti Kurniasih , S.ST Tanda tangan:
Nama Wahana : Puskesmas Watumalang, Wonosobo
Tema Penyuluhan : Infeksi Menular Seksual dan Pencegahannya
Tujuan Penyuluhan : Meningkatkan pengetahuan remaja tentang Infeksi Menular
Seksual dan Pencegahannya
Hari, Tanggal : Jumat, 1 September 2016
Waktu : Pukul 09.00 - selesai
Tempat : MTS Al-Ghazali Desa Bumiroso Kec Watumalang Wonosobo
Jumlah Peserta : 80 orang

Anda mungkin juga menyukai