Anda di halaman 1dari 26

PROPOSAL PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA

JUDUL PROGRAM

PEMBATASAN PENGGUNAAN UANG KARTAL SEBAGAI UPAYA


MENEKAN TINDAK PIDANA KORUPSI (CORRUPTION ) DAN TINDAK
PIDANA PENCUCIAN UANG ( MONEY LAUNDERING )

BIDANG KEGIATAN:
PKM PENELITIAN

Diusulkan Oleh

Abdullah Nur : C100170273 : 2017

Ayu Shavira Fridewi : C100170279 : 2017

Edward Chia Muhamad F. : A320190040 : 2019

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA


SURAKARTA
2020
PENGESAHAN PKM-PENELITIAN

1. Judul Kegiatan : PEMBATASAN


PENGGUNAAN UANG KARTAL
SEBAGAI UPAYA MENEKAN TINDAK
PIDANA KORUPSI (CORRUPTION ) DAN
TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG (
MONEY LAUNDERING )
2. Bidang Kegiatan : PKM-P
3. Ketua Pelaksana Kegiatan
a. Nama Lengkap : Abdullah Nur
b. NIM : C100170273
c. Jurusan : Ilmu Hukum
d. Universitas : Universitas Muhammadiyah Surakarta
e. Alamat Rumah dan No. Tel/HP : Carikan RT 01 RW 04 Kel. Sukoharjo, Kab.
Sukoharjo, Jawa Tengah / 082143974531
f. Alamat E-mail : c100170273@student.ums.ac.id
4. Anggota Pelaksana Kegiatan/Penulis : 3 Orang
5. Dosen Pembimbing
a. Nama Lengkap dan Gelar : Labib Muttaqin, S.H, M.H
b. NIDN : 0601069301
c. Alamat Ruma : Jl. Ahmad Yani, Pabelan, Kartasura,
Surakarta 57162, Jawa Tengah, Indonesia /
085755375542
Biaya Kegiatan Total
a. Kemenristekdikti : Rp. 8.000.000,00
b. Sumber lain :-
c. Jangka Waktu Pelaksanaan : 4 Bulan
Surakarta, 28 November 2020

Menyetujui, Ketua Pelaksana Kegiatan


Ketua Program Studi Ilmu Hukum
Fakultas Hukum UMS,

(Muchamad Iksan, S.H., M.H) (Abdullah Nur)


NIDN. 0602096702 NIM. C100170273

Wakil Rektor Bidang Kemahasiswaan, Dosen Pendamping,

(Prof. Taufik Kasturi, S.Psi.,M.Si., Ph.D) (Labib Muttaqin, S.H, M.H.)


NIDN. 0629037401 NIK/NIDN.100.1935/ 0601069301

ii
DAFTAR ISI

Sampul ............................................................................................................. i
Halaman Pengesahan ....................................................................................... ii
Daftar Isi........................................................................................................... iii

BAB 1. PENDAHULUAN .............................................................................. 1


1.1 Latar Belakang .............................................................................. 2
1.2 Rumusan Masalah ......................................................................... 2
1.3 Tujuan Penelitian .......................................................................... 2
1.4 Urgensi Penelitian ......................................................................... 2
1.5 Manfaat ......................................................................................... 3
1.6 Luaran yang Diharapkan ............................................................... 2
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Kajian Teori.................................................................................. 4
BAB 3. METODE PENELITIAN
3.1 Pendekatan Penelitian.................................................................... 10
3.2 Tempat dan Waktu Penelitian........................................................ 11
3.3 Prosedur Penelitian........................................................................ 11
3.4 Teknik Pengumpulan Data............................................................. 11
3.5 Teknik Analisis Data...................................................................... 11
BAB 4. BIAYA DAN JADWAL KEGIATAN
4.1 Anggaran Biaya............................................................................. 11
4.2 Jadwal Penelitian........................................................................... 12
DARTAR PUSTAKA...................................................................................... 13
Lampiran - lampiran
Lampiran 1. Biodata Ketua, Anggota, dan Dosen Pendamping ...................... 14
Lampiran 2. Justifikasi Anggaran Kegiatan..................................................... 20
Lampiran 3. Susunan Organisasi Tim Kegiatan dan Pembagian Tugas........... 21
Lampiran 4. Surat Pernyataan Ketua Pelaksana ................................................... 22

iii
1

BAB 1. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Uang sebagai suatu alat atau komoditi memiliki beberapa fungsi yaitu
sebagai alat tukar atau medium of exchange, sebagai satuan hitung atau unit of
account, alat penyimpan nilai atau store of value dan standart pembayaran di
masa mendatang yang dapat ditangguhkan atau standard of deffered payment.
Uang sendiri dibagi menjadi dua jenis yaitu uang kartal dan uang giral 1
Menurut UU Bank Sentral No.13 Tahun 1968, Uang kartal merupakan
sebagai alat pembayaran yang sah dan wajib diterima masyarakat saat melakukan
transaksi jual beli Uang kartal merupakan mata uang yang sering kita jumpai dan
digunakan sebagai alat transaksi sehari-hari, yaitu uang kertas dan logam. Dalam
mengeluarkan uang kartal, bank sentral dan perusahaan percetakan yang
bertanggung jawab untuk produksinya harus memperhatikan berbagai fitur
keamanan untuk menjaga agar uang kertas dan uang logam tersebut tidak mudah
dipalsukan oleh pihak lain.
Semenjak berlakunya Undang-undang No. 13/1968, uang negara dihentikan
peredarannya dan diganti dengan Uang Bank. Uang Bank adalah uang yang
dikeluarkan oleh Bank Sentral berupa uang logam dan uang kertas, Ciri-cirinya
sebagai berikut.
1. Dikeluarkan oleh Bank Sentral
2. Dijamin dengan emas atau valuta asing yang disimpan di Bank Sentral
3. Bertuliskan nama bank sentral negara yang bersangkutan (di Indonesia:
Bank Indonesia)
4. Ditandatangani oleh gubernur bank sentral.

Berdasarkan laporan perekonomian Bank Indonesia (BI) pada tahun 2017,


kenaikan permintaan uang kartal (uang kertas dan uang logam) baik dari bank
maupun masyarakat meningkat drastis. Hal ini disebabkan oleh naiknya aktivitas
ekonomi domestik yang semakin meningkat. Peningkatan itu menunjukkan
kenyamanan masyarakat dalam menggunakan uang kartal dibandingkan dengan
uang elektronik atau e money. Demi melayani kebutuhan itu, BI tidak segan-
segan menganggarkan Rp3,5 triliun setiap tahun hanya untuk biaya produksi
uang kartal. Anggaran itu bisa saja terus meningkat setiap tahun jika kebutuhan
masyakat terhadap uang kartal semakin meningkat. Aktivitas ekonomi yang
semakin meningkat tidak dapat dipungkiri terjadi peluang bagi para pelaku
pencucian uang untuk memanfaatkan kesempat ini.
Penggunaan transaksi tunai dalam kasus-kasus korupsi tersebut menjadi
kendala baru bagi Pusat Pelaporan Analisis Transaksi Keuangan (PPATK) dalam
melakukan pelacakan kembali aliran dananya dan membuat penyidik sulit
menelusuri kembali transaksi tersebut karena tidak tercatat dalam sistem
keuangan. Terungkapnya beberapa kasus korupsi dan kasus terorisme yang
diduga dibiayai dari pihak dalam maupun luar negeri, menimbulkan kecurigaan
bahwa kasus-kasus tersebut dilakukan dengan transaksi tunai dan tidak melalui
sistem keuangan yang ada sehingga tidak terlacak.

1
Sri Mulyani Indrawati, Teori Moneter, Jakarta:FEUI, 1988, hlm.21.
Meningkatnya penggunaan transaksi tunai dari tahun ke tahun menimbulkan
dugaan bahwa pihak-pihak yang melakukan transaksi mencurigakan
menggunakan sarana transaksi tunai untuk menghindari terlacaknya kegiatan
yang dilakukan2. Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan (PPATK)
sebagai institusi yang mempunyai tugas menganalisis transaksi keuangan
mengusulkan transaksi tunai dibatasi sampai jumlah tertentu. Pembatasan ini
diperlukan agar upaya penyuapan yang mengarah pada tindak pidana khususnya
korupsi dapat dicegah lebih dini, dapat mempersempit ruang gerak pelaku tindak
pidana dalam bertransaksi.
Selain itu, aturan mengenai pembatasan transaksi tunai akan memberikan
manfaat untuk Pemerintah, antara lain menghemat jumlah uang yang harus
dicetak, menghemat bahan baku uang, menghemat biaya penyimpanan (fisik)
uang di Bank Indonesia, mengurangi peredaran uang palsu, mendidik dan
mendorong masyarakat untuk menggunakan jasa perbankan dalam bertransaksi.
Pembatasan transaksi keuangan dalam jumlah tertentu sebenarnya bukan
ketentuan yang sama sekali baru di Indonesia. Hal ini karena Indonesia pernah
memiliki Undang-Undang No.18 Tahun 1946 tentang Kewajiban menyimpan
Uang Dalam Bank. Esensi Undang-Undang tersebut adalah mendorong
masyarakat untuk menyimpan uangnya di bank.

1. 2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang diuraikan diatas dapat dirumuskan masalah
sebagai berikut:
1. Bagaimana identifikasi pembatasan penggunaan uang kartal sebagai upaya m
enekan tindak pidana korupsi dan pencucian uang ?
2. Bagaimana efektivitas pembatasan penggunaan uang kartal sebagai upaya
untuk menekan tindak pidana korupsi dan pencucian uang ?
3. Bagaimana dampak pembatasan penggunaaan uang kartal terhadap kegiatan
perekonomian ?

1.3 Tujuan Penelitian


Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka tujuan penelitian ini sebagai
berikut:
1. Untuk mengetahui identifikasi pembatasan penggunaan uang kartal sebagai u
paya menekan tindak pidana korupsi dan pencucian uang
2. Untuk mengetahui efektivitas pembatasan penggunaaan uang kartal sebagai
upaya untuk menekan tindak pidana korupsi dan pencucian uang
3. Untuk mengetahui dampak dari pembatasan penggunaaan uang kartal
terhadap kegiatan perekonomian

1.4 Urgensi Penelitian


Berdasarkan tujuan penelitian diatas, maka urgensi penelitian ini adalah
penting dilakukan agar mengetahui apakah upaya pembatsan penggunaaan uang
kartal dapat menjadi upaya yang efektif untuk menekan tindak pidana korupsi
dan pencucian uang.

2
Badan Kebijakan Fiskal, Kementerian Keuangan, Kajian Pembatasan Transaksi Tunai,
September 2012, Hlm. 3
1.5 Luaran yang Diharapkan
Luaran yang diharapkan dari PKM-P ini yaitu laporan kemajuan, laporan
akhir, artikel ilmiah. Luaran penelitian ini membahas tentang pembatsan
penggunaaan uang kartal sebagai upaya untuk menekan tindak pidana korupsi
dan pencucian uang.

1.6 Manfaat Penelitian


Berdasarkan urgensi penelitian diatas, maka manfaat penelitian ini sebagai
berikut:

1. Manfaat Teoritis
Secara teoritis penelitian ini bermanfaat untuk memberikan pengetahuan
mengenai pembatasan penggunaan uang kartal sebagai upaya untuk menekan
tindak pidana korupsi dan pencucian uang.

2. Manfaat Praktis
a. Manfaat bagi penulis
Penelitian ini bermanfaat untuk mengetahui upaya untuk menekan tindak
pidana korupsi dan pencucian uang dengan melakukan pembatasan
penggunaan uang kartal.

b. Manfaat bagi pembaca


Penelitian ini disusun agar pembaca dapat terbuka wawasannya sehingga
dapat memahami apa yang dimaksud dari penelitian tentang pembatasan
penggunaan uang kartal sebagai upaya untuk menekan tindak pidana korupsi
dan pencucian uang.

c. Manfaat bagi masyarakat


Penelitian ini disusun agar masyarakat pada umumnya dapat mengerti
serta terbuka pengetahuannya dan dapat disebarluaskan pada masyarakat lain
yang belum mengerti.

d. Manfaat bagi Komisi Pemberantasan Korupsi


Penelitian ini disusun agar Komisi Pemberantasan Korupsi diharapkan le
bih efisien dalam melakukan tugasnya dalam memberantas tindak pidana kor
upsi

e. Manfaat bagi Bank Indonesia


Penelitian ini disusun agar Bank Indonesia menghemat biaya untuk penc
etakan uang kartal dan ikut berkontribusi terhadap upaya penekanan tindak pi
dana korupsi

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA


2.1 Kajian Teori
Kajian teori yang digunakan dalam penelitian ini didiskripsikan didalam
uraian berikut ini.

2.1.1 Pembatasan Penggunaan Uang Kartal


Undang – Undang Nomor 7 Tahun 2011 tentang Mata Uang, disebutkan
pada Pasal 1 ayat (2) bahwa Uang adalah alat pembayaran yang sah.
Kamus Besar Bahasa Indonesia memberi pengertian uang adalah alat
penukar atau standar pengukur nilai (kesatuan hitungan) yang sah, yang
dikeluarkan oleh pemerintah suatu negara berupa uang kertas, emas, perak,
atau uang lain yang dicetak dengan bentuk dan gambar tertentu.”
Mengenai definisi uang, Iswardono Sardjono Permono memberikan
pengertian bahwa “Uang adalah sesuatu yang secara umum diterima didalam
pembayaran untuk pembelian barang – barang dan jasa – jasa serta untuk
pembayaran hutang – hutang. Uang juga sering dipandang sebagai kekayaan
yang dimiliki yang dapat digunakan untuk membayar sejumlah tertentu
hutang dengan kepastian dan tanpa penundaan”.3
Albert Gailort Hart mendefinisikan sebagai berikut : “Uang adalah segala
sesuatu yang umum dipergunakan sebagai alat tukar”.4
Jenis uang yang beredar di masyarakat dapat dikelompokkan menjadi dua,
yaitu uang kartal dan uang giral : “Uang Kartal, terdiri dari uang kertas dan
uang logam, Uang Kartal adalah alat bayar yang sah dan wajib diterima oleh
masyarakat dalam melakukan transaksi jual beli sehari – hari.”
Menurut Undang – Undang Bank Sentral Nomor 13 Tahun 1968 Pasal 26
ayat (1), Bank Indonesia mempunyai hak tunggal untuk mengeluarkan uang
logam dan kertas.
Dilansir dari Kompas.com, Kepala Pusat Pelaporan dan Analisis
Transaksi Keuangan (PPATK) Kiagus Ahmad Badaruddin mengatakan, tujua
n pembatasan penggunaan (transasksi) uang kartal dengan mendorong
pembahasan rancangan undang-undang pembatasan transaksi uang kartal
untuk meminimalisir tejadinya tindak pidana. Adapun tujuan lain antara lain
sebagai berikut :
1. Mempermudah pelacakan apabila transaksi dilakukan secara nontunai.
Adanya peningkatan tren transaksi uang kartal. Tren tersebut untuk
mempersulit upaya pelacakan asal-usul uang yang berasal dari tindak
pidana. Pelaku berusaha memutus pelacakan aliran dana kepada pihak
penerima dana dengan melakukan transaksi tunai. Berbeda dengan
transaksi nontunai dalam jumlah besar yang bisa dilacak PPATK.
2. Mengurangi biaya pencetakan uang oleh Bank Indonesia.
3. Menekan peluang pelaku untuk memproduksi uang palsu.
4. Adanya pergeseran kebiasaan transaksi perbankan oleh sebagian
masyarakat. Semula mereka melakukan transfer untuk bertransaksi,
menjadi transaksi tunai berupa setor tunai dan tarik tunai.

3
Eddi Wibowo, Hukum dan Kebijakan Publik, (Yogyakarta: YPAPI, 2004), hlm.123.
4
Arthur Cecil Pigou, The Veil of Money, (London:LondonMacmilla & Co1960, 1949), hlm.7.
5. Penerapan Cashless Society. Transaksi dengan uang kartal tidak sejalan
dengan tujuan cashless society di mana dilakukan dalam jumlah besar.
6. Pembatasan transaksi uang kartal juga menyejajarkan Indonesia dengan
negara maju.
7. Mendidik masyarakat untuk mengoptimalkan penggunaan jasa
perbankan dan penyedia jasa keuangan lainnya.
8. Selain kebutuhan penegakan hukum, pembatasan transaksi uang kartal
juga sejalan dengan pengaturan untuk menjaga keselamatan sistem
pembayaran.
9. Untuk mengeliminasi sarana yang dapat digunakan untuk melakukan
gratifikasi, suap, dan pemerasan. Pembatasan transaksi tunai juga dapat
meminimalisir tingkat korupsi di beberapa negara, seperti negara Italia,
Meksiko, Brazil, Belgia, dan Armenia yang menerapkan aturan pembata
san penggunaan uang kartal untuk menekan pidana suap, pendanaan
terorisme, dan pencucian uang.

2.1.2 Tindak Pidana Pencucian Uang ( Money Laundering )

Secara harfiah istilah “money laundering” dalam bahasa indonesia dapat


diterjemahkan sebagai “pencucian uang”.
Istilah money laundering dalam artian hukum digunakan pertama kali
oleh Pengadilan Amerika berkaitan dengan putusan tentang penyitaan atas
hasil kejahatan narkotika yang dilakukan oleh warga Columbia.
Kekhawatiran internasional terhadap narkotika dan pencucian uang
melahirkan suatu kesepakatan yang disebut sebagai International Legal
Regime to Combat Money Laundering dan bahkan ada kecenderungan bahwa
pencucian uang dilakukan dengan sangat rumit. Selanjutnya pencucian uang
semakin berkembang dan bukan hanya berasal dari kejahatan obat bius saja
tetapi juga berbagai kejahatan termasuk kejahatan terorganisasi (organized
crimes).5
Dalam UU Nomor 15 Tahun 2002 tentang Tindak Pidana Pencucian Uan
g tidak memberikan definisi pencucian uang secara tegas, namun dalam
penjelasannya dijelaskan bahwa pencucian uang adalah upaya untuk
menyembunyikan atau menyamarkan asal usul harta kekayaan yang
diperoleh dari tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam UU Nomor 15
tahun 2002.
Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2003 tentang Perubahan atas Undang-
Undang Nomor 15 Tahun 2002 tentang Tindak Pidana Pencucian Uang Pasal
1 Angka 1 dijelaskan bahwa Pencucian uang adalah perbuatan menempatkan,
mentrasfer, membayarkan, membelanjakan, menyumbangkan, menitipkan,
membawa ke luar negeri, menukarkan, atau perbuatan lainnya atas harta
kekayaan yang diketahuinya atau patut diduga merupakan tindak pidana
dengan maksud untuk menyembunyikan atau menyamarkan asal-usul harta
kekayaan sehingga seolah-olah menjadi harta kekayaaan yang sah.

5
Ayumiati, A. (2017). Tindak Pidana Pencucian Uang (Money Laundering) Dan Strategi
Pemberantasan. LEGITIMASI: Jurnal Hukum Pidana Dan Politik Hukum, 1(2), 1999–2003.
Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2010 Tentang Pencegahan Dan
Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang Pasal 1 Angka 1 menerangka
n bahwa Pencucian uang adalah segala perbuatan yang memenuhi unsur-
unsur tindak pidana sesuai dengan ketentuan dalam UU ini.
Pencucian uang adalah perbuatan yang dilakukan untuk mengubah hasil
kejahatan seperti korupsi, kejahatan narkotika, perjudian, penyelundupan dan
perbuatan lainnya atas harta kekayaan yang diketahuinya atau patut diduga
merupakan hasil tindak pidana dengan maksud untuk menyembunyikan atau
menyamarkan asal usul harta kekayaan sehingga seolah-olah menjadi harta
kekayaan yang sah.6
Menurut Sutan Remi Syahrani (2014:19), Money Laundering adalah
serangkaian kegiatan yang merupakan proses yang dilakukan oleh seseorang
atau organisasi terhadap uang haram, yaitu uang yang berasal dari kejahatan,
dengan maksud untuk menyembunyikan data dan menyamarkan asal-usul
uang tersebut dari pemerintah atau otoritas yang berwenang melakukan
tindakan dengan memasukkan uang ke dalam sistem keuangan, baik
memanfaatkan jasa bank maupun non bank. Lembaga-lembaga tersebut
termasuk di dalamnya bursa efek, asuransi dan perdagangan valuta asing
sehingga uang tersebut dapat dikeluarkan dari sistem keuangan sebagai uang
halal.7
Ruang lingkup TPPU, dalam pasal 2 ayat (1) dan (2) UU Nomor 8
Tahun 2010 tentang Pencegahan Dan Pemberantasan Tindak Pidana
Pencucian Uang yaitu :
(1) Hasil tindak pidana adalah harta kekayaan yang diperoleh dari tindak
pidana : korupsi, penyuapan, narkoba, psikotropika, penyeleundupan
tenaga kerja, penyelundupan migran, di bidang perbankan, di bidang
pasar modal, di bidang perasuransian, kepabean, cukai, perdagangan
orang, perdagangan senjata gelap, terorisme, penculikan, pencurian,
penggelapan, penipuan, pemalsuan uang, perjudian, prostitusi, di bidang
perpajakan, di bidang kehutanan, di bidang lingkungan hidup, di bidang
kelautan dan perikanan, atau tindak pidana lain yang diancam dengan
pidana penjara 4 tahun atau lebih yang dilakukan di wilayah nkri atau di
luar wilayah nkri dan tindak pidana tersebut juga merupakan tindak
pidana menurut hukum indonesia.
(2) Harta kekayaan yang diketahui atau patut diduga akan digunakan
dan/atau digunakan secara langsung atau tidak langsung untuk kegiatan
terorisme, organisasi teroris, atau perseorangan disamakan sebagai hasil
tindak pidana sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf n.
Ada beberapa dampak negatif yang ditimbulkan oleh kegiatan money
laundering terhadap masyarakat sebagai konsekuensi yang ditimbulkan
berupa :
a) Money laundering memungkinkan para penjual dan pengedar narkoba,
para penyelundup dan para penjahat lainnya untuk dapat memperluas
kegiatan operasinya. Hal ini akan meningkatkan baiaya penegakan

6
Hurd Insider, Trading and Forigh Bank Secrecy, Am. Bus. J. Vol 24,1996, hal. 29
7
Sultan Remi Syahrani, Seluk Beluk Tindakan Pidana Pencucian Uang dan Pembiayaan
Terorisme, (Jakarta: Grafiti, 2004), hal.19
hukum untuk memberantasnya dan biaya perawatan serta pengobatan
kesehatan bagi para korban atau para pecandu narkoba. Memungkinkan
para penjual dan pengedar narkoba, para penyeludup dan para penjahat
lainnya untuk dapat memperluas kegiatan operasinya. Hal ini akan
meninggkatkan biaya penegakan hukum untuk memberantasnya dan
biaya perawatan serta pengobatan kesehatan bagi para pecandu narkoba.
b) Kegiatan money laundering mempunyai potensi merongrong keuangan
masyarakat, hal ini sebagai akibat dari besarnya jumlah uang yang
terlibat dalam kegiatan tersebut. Potensi untuk melakukan korupsi
meningkat bersama dengan peredaran jumlah uang haram yang sangat
besar.
c) Money laundering juga dapat mengurangi pendapatan pemerintah dari
sektor pajak dan secara tidak langsung merugikan para pembayar pajak
yang jujur dan mengurangi kesempatan kerja yang sah.
d) Mudahnya uang masuk ke negara-negara maju telah menarik unsur yang
tidak diiginkan melalui perbatasan, menurunkan tingkat kualitas hidup
dan meningkatkan kekhawatiran terhadap keamanan nasional. Sifat
money laundering sudah menjadi universal dan bersifat international
yakni melintasi batasan-batasan yuridis negara. Transaksi dari negara ke
negara sekarang sudah sangat mudah, yaitu melaui system internet,
pembayaran dilakukan melalui bank secara elektronik. Maka tidak heran
jika money laundering sudah biasa disebut sebagi kejahatan
transnasional, karena praktik money laundering dapat dilakukan oleh
seseorang tanpa harus berpergian keluar negeri.8

Pencucian uang merupakan kejahatan follow up crime atau kejahatan


lanjutan atas kejahatan utama (core creme). Dalam kejahatan pencucian uang
terdapat dua kelompok pelaku yang berkaitan langsung dengan kejahatan
utama dan kelompok kedua tidak berkaitan langsung dengan core creme,
misalnya penyedia jasa keuangan, baik lembaga perbankan maupun non
perbankan.
Untuk menegakan hukum terhadap praktik pencucian uang memerlukan
kerjasama yang baik dari semua unsur Sistem Peradilan Pidana (SPP) yang
dalam hal ini terdiri dari polisi, jaksa, hakim dan juga Pusat Pelaporan dan
Analisis Transaksi Keuangan (PPATK).
Masing-masing unsur SPP dan PPATK harus bisa berjalan dengan baik
terkoordinir dan simultan. Namun terlihat masih terdapat masalah dalam
penegakan terhadap pencucian uang. Untuk itu dibentuklah badan investigasi
sebagai Financial Intelligence Unit (FIU).9 Di Indonesia PPATK merupakan
badan independen, namun fungsinya sangat terbatas yaitu hanya sebagai
fungsi administratif. PPATK bertugas mengumpulkan dan memproses
informasi yang berkaitan dengan kecurigaan atau indikasi pencucian uang.
PPATK berfungsi sebagai motor penggerak untuk menganalisis adanya

8
Sutan Remi Syahrani, Seluk Beluk Tindak Pidana Pencucian Uang dan Pembiayaan Terorisme,
(Jakarta: Grafiti, 2004), hal. 5.
9
Speaker’s Notes International Workshop Indonesia, “Rancangan Money laundering Law”,
Jakarta: 29-30 May 2000, hal. 3.
kecurigaan pencucian uang terutama melalui deteksi dini dalam alur transaksi
yang mencurigakan.
Dalam upaya pemberantasan tindak pidana pencucian badan investigasi
yang bersifat independen yaitu Financial Intelegent Unit (FIU),10 sebagai
jalan tengah atas keberadaan badan investigasi pada Penyediaan Jasa
Keuangan (PJK) terutama bagi pihak bank. Bank selalu berhati-hati dalam
menjaga kepercayaan nasabah merupakan faktor yang sangat penting,
sementra polisi melihat bahwa segala sesuatu yang mencurigakan akan
ditindaklanjuti dan akan dijadikan tersangka sebagai suatu sikap antusiasme
dan profesionalismenya.
Terkait dengan upaya pemberantasan pencucian uang Penyediaan Jasa
Keuangan (PJK) diharuskan menerapkan Know your Customer (KYC)
sebagai langkah prefentif dalam upaya pemberantasan pencucian uang dan
kewajiban lainnya.11
Melihat Rekomendasi No. 14 dan 15 dari the Forty Recommendation
yang dikeluarkan oleh Financial Action Task Force (FATF). Di dalam
rekomendasi No. 14 tersebut dikemukakan bahwa Penyedia Jasa Keuangan
(lembaga keuangan atau financial institutions) harus memberikan perhatian
khusus kepada transaksitransaksi yang besar jumlahnya dan kompleks
sifatnya serta merupakan pola transaksi yang tidak lazim di mana transaksi
itu tidak jelas tujuan ekonominya dan tidak jelas keabsahannya. Berkaitan
dengan itu, Penyedia Jasa Keuangan yang bersangkutan harus memeriksa
latar belakang dan tujuan dari transaksi itu dan mencatat temuannya untuk
dapat membantu lembaga pengawas, pemeriksa, dan otoritas penegak hukum
(Sutan Remy Sjahdeini, 2004: 265).
Sifat lembaga tersebut yang independen diharapkan mampu secara
mandiri tanpa pengaruh pihak-pihak lain dapat menyita hasil kejahatan yang
disamarkan oleh pelakunya melalui upaya pencucian uang. Melalui laporan
yang diterima dari Penyedia Jasa Keuangan, PPATK dapat melacak transaksi
yang dianggap mencurigakan. Adanya PPATK adalah langkah positif dalam
upaya penanggulangan tindak pidana pencucian uang.
Berdasarkan PBI KYC, bank wajib menerapkan prinsip mengenal
nasabah. Dijelaskan Sundari S. Arie M bahwa yang dimaksud dengan prinsip
KYC adalah prinsip yang diterapkan bank untuk mengetahui identitas
nasabah, memantau kegiatan transaksi nasabah termasuk palaporan transaksi
yang mencurigakan. Disamping untuk mengendalikan risiko, penerapan
prinsip ini dimaksudkan untuk mencegah dipergunakannya bank sebagai
sarana atau sarana tindak pidana pencucian uang oleh nasabah bank.12
Upaya untuk membantu peran dari PPATK dalam hal pelacakan transaks
i dapat dilakukan dengan membatasi penggunaan uang kartal secara tunai de
ngan mengalihkannya menggunakan transaksi antar rekening. Telah banyak
diketahui bahwa upaya para pelaku pencucian uang untuk mempersulit pelac
akan yaitu dengan melakukan transaksi secara tunai.

10
Ibid., hal. 3
11
A. Hajjah, Hukum Pidana Ekonomi Modern, Bandung: Citra Aditya Bekti, 2001, hal. 56.
12
Sundari S. Arie M dalam rubrik “Lokakarya Terbatas Tentang UU No. 15 Tahun 2002 tentang
Tindak Pidana Pencucian Uang,” Newsletter No. 51/Desember/2002. hal. 28
.1.3 Korupsi

Pengertian korupsi secara luas adalah setiap perbuatan yang buruk


atau setiap penyelewengan. Namun dalam perspektif hukum, Tindak Pidana
Korupsi adalah tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang
Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi
sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2001
tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang
Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi”.
Dalam ilmu hukum pidana, suatu perbuatan dapat dikategorikan suatu
perbuatan tindak pidana apabila telah memenuhi unsur-unsur tindak
pidana (strafbaar feit) yaitu pertama, adanya perbuatan manusia
(positif atau negative, berbuat atau tidak berbuat atau membiarkan, sengaja
atau tidak disengaja). kedua, adanya ancaman pidana dalam rumusan
Perundang- Undangan (statbaar gesteld) sebagai syarat Formal. Ketiga,
bersifat Melawan hukum (onrechtmatig) sebagai syarat Materil. Jadi sebagai
contoh, salah satu bentuk tindak pidana korupsi terkait keuangan Negara
sebagaimana diatur dalam Pasal 2 dan 3 Undang-Undang Tindak pidana
Korupsi adalah apabila memenuhi unsur-unsur dalam Pasal-Pasal tersebut
yaitu sebagai berikut:
a. Adanya perbuatan melawan hukum
b. Adanya penyalahgunaan kewenangan, kesempatan, atau sarana,
c. Memperkaya diri sendiri, orang lain, atau korporasi, dan
d. Merugikan keuangan negara atau perekonomian negara;
Definisi korupsi, bentuk-bentuk dan unsur-unsurnya, serta ancaman
hukumannya secara gamblang telah dijelaskan dalam 13 buah Pasal dalam
UU No. 31 Tahun 1999 jo. UU No. 20 Tahun 2001 Tentang Pemberantasan
Tindak Pidana Korupsi. Berdasarkan pasal-pasal tersebut korupsi
dirumuskan ke dalam tiga puluh bentuk/ jenis tindak pidana korupsi. Pasal-
pasal tersebut menerangkan secara terperinci mengenai perbuatan-perbuatan
yang bisa dikenakan pidana penjara karena korupsi.
Tiga puluh bentuk tindak pidana korupsi, tersebar dalam tiga belas pasal.
Ketigapuluh bentuk tindak pidana korupsi tersebut diatur dalam Pasal 2,
Pasal 3, Pasal 5 ayat (1) huruf a, Pasal 5 ayat (1) huruf b, Pasal 5 ayat (2),
Pasal 6 ayat (1) huruf a, Pasal 6 ayat (1) huruf b, Pasal 6 ayat (2), Pasal 7
ayat (1) huruf a, Pasal 7 ayat (1) huruf b, Pasal 7 ayat (1) huruf c, Pasal 7
ayat (1) huruf d, Pasal 7 ayat (2), Pasal 8, Pasal 9,  Pasal 10 huruf a, Pasal 10
huruf b, Pasal 10 huruf c, Pasal 11, Pasal 12 huruf a, Pasal 12 huruf b, Pasal
12 huruf c, Pasal 12 huruf d, Pasal 12 huruf e, Pasal 12 huruf f, Pasal 12
huruf g, Pasal 12 huruf h, Pasal 12 huruf i, Pasal 12 B jo. Pasal 12 C, dan
Pasal 13.
Ketigapuluh bentuk tindak pidana korupsi tersebut pada dasarnya dapat
diklasifikasikan menjadi tujuh jenis yaitu korupsi yaitu:
1. Terkait keuangan negara/perekonomian Negara,
2. Suap-menyuap,
3. Penggelapan dalam jabatan,
4. Pemerasan,
5. Perbuatan curang,
6. Benturan kepentingan dalam pengadaan dan
7. Korupsi terkait gratifikasi.

Kekuasaan politik yang dicapai dengan korupsi akan menghasilkan


pemerintahan dan pemimpin masyarakat yang tidak legitimate di mata
publik. Jika demikian keadaannya, maka masyarakat tidak akan percaya
terhadap pemerintah dan pemimpin tersebut, akibatnya mereka tidak akan
patuh dan tunduk pada otoritas mereka. Praktik korupsi yang meluas dalam
politik seperti pemilu yang curang, kekerasan dalam pemilu, money politics
dan lainlain juga dapat menyebabkan rusaknya demokrasi, karena untuk
mempertahankan kekuasaan, penguasa korup itu akan menggunakan
kekerasan (otoriter) atau menyebarkan korupsi lebih luas lagi di masyarakat.
Terungkapnya beberapa kasus korupsi yang diduga dibiayai dari pihak d
alam maupun luar negeri, menimbulkan kecurigaan bahwa kasus-kasus terse
but dilakukan dengan transaksi tunai. Besaran jumlah transaksi tunai disuatu
negara memiliki korelasi dengan indeks korupsi suatu negara. Negara dengan
jumlah transaksi tunainya tinggi memiliki persepsi tingkat korupsi yang lebih
buruk jika dibandingkan dengan negara yang transaksi tunainya rendah.
Berdasarkan pernyataan Bambang Soesatyo, bahwa tingkat korupsi yang
terjadi sebagai contoh, India, Bulgaria, Rusia, dan termasuk Indonesia yang
transaksi tunainya di atas 60%, memiliki persepsi tingkat korupsi yang
buruk. Sementara Denmark, Swedia, dan Finlandia yang transaksi tunainya
rendah, sekitar 10%-20%, memiliki persepsi tingkat korupsi sangat rendah.
Di Prancis, Belgia atau Brasil telah dilakukan pembatasan transaksi
keuangan tunai. Di negara-negara tersebut, aturan pembatasan transaksi
keuangan tunai digunakan sebagai salah satu sarana untuk menekan tingkat
korupsi. Sejauh ini upaya tersebut efektif meminimalisir korupsi yang terjadi.
Penggunaan transaksi tunai dalam kasus korupsi menjadi kendala bagi P
usat Pelaporan Analisis Transaksi Keuangan (PPATK) dalam melakukan pel
acakan aliran dana.

BAB 3 . METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian


Penelitain ini menggunakan metode library reseach. Metode pengumpula
n data studi kepustakaan yaitu metode pengupulan data dengan cara mempelajari
bahan-bahan kepustakaan antara lain adalah kitab undang-undang, peraturan per
undang-undangan, buku-buku, makalah, surat kabar, majalah, internet, artikel, da
n hasil penelitian yang berhubungan dengan masalah yang diteliti. Berdasarkan j
enis penelitian yang digunakan maka data yang digunakan dalam penelitian ini b
erupa data sekunder, yaitu data yang diperoleh dalam bentuk sudah jadi yakni be
rupa publikasi/laporan.

3.2 Waktu Penelitian


Pelaksanaan penelitian, pengumpulan data, diskusi, analisis data sampai den
gan penyusunan laporan dilaksanakan dalam waktu selama 4 bulan.
3.3 Prosedur Penelitian
Kegiatan pada penelitian dilakukan dengan mencatat semua temuan mengena
i masalah penelitian pada setiap pembahasan penelitian yang didapatkan dalam li
teratur-literatur dan sumber-sumber, dan atau penemuan terbaru mengenai masal
ah penelitian tersebut, memadukan segala temuan, baik teori atau temuan baru,
menganalisis segala temuan dari berbagai bacaan berkaitan dengan kekurangan s
etiap sumber, kelebihan atau hubungan masing-masing tentang wacana yang dib
ahas didalamnya, dan mengkritisi serta memberikan gagasan kritis dalam hasil p
enelitian terhadap wacana-wacana sebelumnya dengan menghadirkan temuan ba
ru dalam mengkolaborasikan pemikiran-pemikiran yang berbeda terhadap masal
ah yang diteliti.

3.4 Teknik Pengumpulan data


Menurut Soerjono dan Abdurrahman, teknik pengolahan data adalah
bagaimana caranya mengolah data yang berhasil dikumpulkan untuk
memungkinkan penelitian bersangkutan melakukan analisa yang sebaik-baiknya
(Soerjono dan Abdurrahman, 2003: 46). Berdasarkan pendeketan penelitian yaitu
dengan menggunakan paradigma pragmatisme, yaitu segala sesuatu yang
membuktikan dirinya sebagai yang benar dengan melihat kepada akibat-akibat
atau hasilnya yang bermanfaat secara praktis. Teknik pengumpulan data
dilakukan dengan menggunakan identifikasi wacana dari buku-buku, makalah at
au artikel, jurnal, web (internet), ataupun informasi lainnya yang berhubungan da
n berkaitan dengan judul penelitian.

3.5 Teknik Analisis Data


Teknik analisis data dilakukan dengan menggunakan teknik analisis data
secara deskriptif. Deskriptif merupakan teknik dengan mendeskripsikan data-data
yang sudah dikumpulkan. Contoh analisis ini merupakan analisis mengenai pemb
atasan penggunaan uang kartal sebagai upaya menekan korupsi dan tindak pidana
pencucian uang .

BAB 4. BIAYA DAN JADWAL KEGIATAN

Tabel 1. Ringkasan Anggaran Biaya


No. Jenis Pengeluaran Biaya (Rp)
1. Perlengkapan yang diperlukan RP. 200.000,00
2. Bahan Habis Pakai Rp. 3.650.000,00
3. Perjalanan Rp. 1.500.000,00
4. Lain-lain Rp. 2.650.000,00
Jumlah Rp. 8.000.000,00

Tabel 2. Jadwal Kegiatan Penelitian


NO Kegiatan Bulan 1 Bulan 2 Bulan 3 Bulan 4
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1. Persiapan
2. Pengumpulan Data
Sekunder
3. Diskusi
4. Analisis Data
5. Penyusunan Draft
Laporan Akhir dan Artikel
Publikasi
6. Penyusunan Laporan
Akhir
7. Pengiriman Laporan
Akhir
DAFTAR PUSTAKA

Sri Mulyani Indrawati, Teori Moneter, Jakarta:FEUI, 1988.

Sundari S. Arie M dalam rubrik “Lokakarya Terbatas Tentang UU No. 15 Tahun


2002 tentang Tindak Pidana Pencucian Uang,” Newsletter No.
51/Desember/2002.

Sutan Remi Syahrani, Seluk Beluk Tindak Pidana Pencucian Uang dan
Pembiayaan Terorisme, (Jakarta: Grafiti, 2004).

Speaker’s Notes International Workshop Indonesia, “Rancangan Money


laundering Law”, Jakarta: 29-30 May 2000.

A. Hajjah, Hukum Pidana Ekonomi Modern, Bandung: Citra Aditya Bekti, 2001.

Sultan Remi Syahrani, Seluk Beluk Tindakan Pidana Pencucian Uang dan
Pembiayaan Terorisme, (Jakarta: Grafiti, 2004).

Hurd Insider, Trading and Forigh Bank Secrecy, Am. Bus. J. Vol 24,1996.
Arthur Cecil Pigou, The Veil of Money, (London:London Macmilla &
Co1960, 1949).

Eddi Wibowo, Hukum dan Kebijakan Publik, (Yogyakarta: YPAPI, 2004). Badan
Kebijakan Fiskal, Kementerian Keuangan, Kajian Pembatasan Transaksi
Tunai, September 2012.

Eleanora, F. N. (1970). Tindak Pidana Pencucian Uang. Jurnal Hukum, 26 (2),


640.

Ayumiati, A. (2017). Tindak Pidana Pencucian Uang (Money Laundering) Dan


Strategi Pemberantasan. LEGITIMASI: Jurnal Hukum Pidana Dan Politik
Hukum, 1(2), 1999–2003.

Setiadi, W. (2018). KORUPSI DI INDONESIA (Penyebab, Bahaya, Hambatan


dan Upaya Pemberantasan, Serta Regulasi). Jurnal Hukum, 15(29), 7577–
7588.
Mawarni, R. A. (2018). Penegakkan Hukum Atas Pengawasan Pembawaan
Uang Tunai Berdasarkan Peraturan Perundang-Undangan. Media Iuris,
1(3), 496.

Haris, B. S. (2016). Penguatan Alat Bukti Tindak Pidana Pencucian Uang dalam
Perkara Tindak Pidana Korupsi di Indonesia. Integrasi Volume 2, 2, 91–112.

Lampiran 1. Biodata Ketua, Anggota, dan Dosen Pendamping

1.1 Biodata Ketua

A. Identitas Diri
1. Nama Lengkap Abdullah Nur
2. Jenis Kelamin Laki-laki
3. Program Studi Ilmu Hukum
4. NIM/NIDN C100170273
5. Tempat dan Tanggal Lahir Sukoharjo, 11 Juni 1999
6. E-mail c100170273@student.ums.ac.id
7. Nomor Telepon/HP 082143974531

B. Kegiatan Kemahasiswaan yang Sedang/Pernah Diikuti


Status Waktu dan
No. Jenis Kegiatan
dalam Tempat
1. Kegiatan
Dst

C. Penghargaan yang Pernah Diterima


Pihak Pemberi
No. Jenis Penghargaan Tahun
Penghargaan
1.
Dst

Semua data yang saya isikan dan tercantum dalam biodata ini adalah
benar dan dapatdipertanggungjawabkan secara hukum.Apabila di kemudian hari
ternyata dijumpaiketidaksesuaian dengan kenyataan, saya sanggup menerima
sanksi. Demikian biodata ini saya buat dengan sebenarnya untuk memenuhi
salah satu persyaratandalam pengajuan PKM-P.

Surakarta, 28 November 2020


Ketua
Abdullah Nur
1.2 Biodata Anggota Pelaksana

A. Identitas Diri
1. Nama Lengkap Ayu Shavira Fridewi
2. Jenis Kelamin Perempuan
3. Program Studi Ilmu Hukum
4. NIM/NIDN C100170279
5. Tempat dan Tanggal Lahir Klaten, 9 April 1999
6. E-mail c100170279@student.ums.ac.id
7. Nomor Telepon/HP 087826999082

B. Kegiatan Kemahasiswaan yang Sedang/Pernah Diikuti


Status dalam Waktu dan
No. Jenis Kegiatan
Kegiatan Tempat
1.
Dst

C. Penghargaan yang Pernah Diterima


Pihak Pemberi
No. Jenis Penghargaan Tahun
Penghargaan
1.
Dst

Semua data yang saya isikan dan tercantum dalam biodata ini adalah benar
dan dapatdipertanggungjawabkan secara hukum. Apabila di kemudian hari
ternyata dijumpaiketidaksesuaian dengan kenyataan, saya sanggup menerima
sanksi.
Demikian biodata ini saya buat dengan sebenarnya untuk memenuhi salah
satu persyaratandalam pengajuan PKM-P.

Surakarta, 28 November 2020


Anggota Tim

Ayu Shavira Fridewi


1.3 Biodata Anggota Pelaksana

A. Identitas Diri
1. Nama Lengkap Eward Chia Muhamd Fikri
2. Jenis Kelamin Laki-laki
3. Program Studi FKIP Bahasa Inggris
4. NIM/NIDN A320190040
5. Tempat dan Tanggal Lahir Batam, 18 Agustus 1997
6. E-mail
7. Nomor Telepon/HP 089665806282

B. Kegiatan Kemahasiswaan yang Sedang/Pernah Diikuti


Status dalam Waktu dan
No. Jenis Kegiatan
Kegiatan Tempat
1.
2.

C. Penghargaan yang Pernah Diterima


Pihak Pemberi
No. Jenis Penghargaan Tahun
Penghargaan
1.
Dst

Semua data yang saya isikan dan tercantum dalam biodata ini adalah benar
dan dapatdipertanggungjawabkan secara hukum.Apabila di kemudian hari
ternyata dijumpaiketidaksesuaian dengan kenyataan, saya sanggup menerima
sanksi.
Demikian biodata ini saya buat dengan sebenarnya untuk memenuhi salah
satu persyaratandalam pengajuan PKM-P.

Surakarta, 28 November 2020


Anggota Tim

Edward Chia Muhamad Fikri


1.4 Biodata Dosen Pembimbing

A. Identitas Diri
1 Nama Lengkap Labib Muttaqin, S.H, M.H.

2 Jenis Kelamin laki-laki


3 Program Studi Ilmu Hukum
3 NIK/NIDN 100.1925 / 0601069301

4 Tempat dan Tanggal lahir Banyumas, 1 Juni 1993

5 Alamat E-mail labibyakusa23@gmail.com/lm812@ums.ac.id

6 Nomor Telephone/HP 085755375542

B. Riwayat Pendidikan
Gelar Akademik Sarjana S2/Megister
Nama Institusi 1. Universitas Islam Negeri Universitas Gadjah Mada
(UIN) Malang
2. Universitas Brawijaya
Jurusan/Prodi 1. Ilmu Hukum Pasca Sarjana Magister Studi
2. Ilmu Hukum Hukum
Tahun Masuk- 1. 2011-2016 2017-2019
Lulus 2. 2012-2016
Judul Penghapusan Hak Opsi Waris BADAN PEMBINAAN IDE
Dalam Undang-Undang Nom OLOGI PANCASILA (BPI
or 3 Tahun 2006 Tentang Per P) DALAM PERSPEKTIF L
adilan Agama Ditinjau Dari T EMBAGA NON STRUKTU
eori Otoritarianisme Khaled RAL DAN SISTEM KETAT
Abou El-Fadl ANEGARAAN DI INDONE
SIA (Studi Perubahan Kelem
bagaan Unit Kerja Presiden
Pembinaan Ideologi Pancasil
a Menjadi Badan Pembinaan
Ideologi Pancasila)

C. Rekam Jejak
C.1. Pendidikan/Pengajaran
No Nama Mata Kuliah Wajib/Pilihan SKS
1 Pancasila Wajib 2
2 Teknik Pembuatan Undang - Un Wajib 2
dang
3 Hukum Acara Tata Usaha Negar Wajib 2
a
4 Hukum Acara Konstitusi Wajib 2

C.2. Penelitian
No Karya Ilmiah Judul Penelitian Volume Penerbit
1 PEOPLE: Inte Corruptor Fight Back : I Volume 5 Global Research
rnational Journ dentifying the Corruptio Issue 3, Fe Development Pu
al of Socioal S n Eradication Commissio bruari 202 blishing (ISSN 2
ciences n’s Enemy in Eradicatin 0 454-5899)
g Corruption in Indonesi
a
2 Jurnal Integrit Mengkaji Serangan Bali Volume 3 Komisi Pembera
as Komisi Pe k Koruptor Terhadap KP Nomor 3, J ntasan Korupsi
mberantasan K K dan Strategi Menghad uni 2018 (KPK) (ISSN 24
orupsi (KPK) apinya 77-118X)

3 Fatwa Majelis Urgensi Penetapan Fatw 2017 Majelis Ulama I


Ulama Indone a Majelis Ulama Indones ndonesia (ISSN)
sia dalam Pand ia (MUI) Tentang Etika
angan Akadem Kampanye Dalam Pemili
isi han Umum

4 Jurnal Al-Ihka Positivisasi Hukum Isla Volume 11 Asosiasi Pengka


m m Dan Formalisasi Syar Nomor 1, J ji Hukum Islam
i’ah Ditinjau Dari Teori uni 2016 (APHI) dan Juru
Otoritarisme Khaled Abo san Syari’ah ST
u El-Fadl AIN Pemerkasa
n (ISSN 1907-5
91X)
C.3. Publikasi Ilmiah
No Judul Buku Tahun
1 Hukum Islam dan Hukum Barat, Diskursus Pemikiran 2017
dari Klasik Hingga Kontemporer. ( Intrans Publishing,
Malang )

2 Urgensi Penetapan Fatwa Majelis Ulama Indonesia 2017


(MUI) Tentang Etika Kampanye Dalam Pemilihan Umu
m. (Dimuat dalam buku “Fatwa Majelis Ulama
Indonesia dalam Pandangan Akademisi)

C.4. Penyampaian Makalah Secara Oral di Seminar Ilmiah


No Penyelenggara Judul Makalah Tahun
1 BKBH UMS Sosialisasi Bantuan Hukum 2020
2 BEM FH UMS Seluk -Beluk Program Kreativ 2020
itas Mahasiswa
3 Justicia Radikalisme dalam Perspeksti 2020
f Tata Negara di Indonesia
4 EduShalman dan Pusdek U Quo Vadis Perppu Nomor 1 T 2020
MS ahun 2020: Pembentukan, Pel
aksanaan, dan Proyeksi Putusa
n Mahkamah Konstitusi
5 Komisi Pemberantasan Kor Mengkaji Serangan Baik Koru 2018
uspi ptor Terhadap KPK dan Strate
gi Menghadapinya
6 Majelis Ulama Indonesia Urgensi Penetapan Fatwa Maj 2016
elis Ulama Indonesia (MUI) te
ntang Etika Kampanye Dalam
Pemilihan Umum

Semua data yang saya isikan dan tercantum dalam biodata ini adalah benar
dan dapatdipertanggungjawabkan secara hukum.Apabila di kemudian hari
ternyata dijumpaiketidaksesuaian dengan kenyataan, saya sanggup menerima
sanksi.
Demikian biodata ini saya buat dengan sebenarnya untuk memenuhi salah
satu persyaratandalam pengajuan PKM-P.

Surakarta, 28 November 2020


Dosen Pendamping

Labib Muttaqin, S.H, M.H.


Lampiran 2. Justifikasi Anggaran Kegiatan
1. Perlengkapan yang Volume Harga Satuan Nilai (Rp)
diperlukan (Rp)
- Flashdisk 8GB 2 pcs Rp 100.000,00 Rp 200.000,00
- SUB TOTAL (Rp) Rp 200.000,00
2. Bahan Habis Pakai Volume Harga Satuan Nilai (Rp)
(Rp)
- Kertas A4 2 rim Rp 85.000,00 Rp 170.000,00
- Bolpoin 12 pcs Rp 13.000,00 Rp 156.000,00
- Spidol 12 pcs Rp 10.000,00 Rp 120.000,00
- Booknotes 5 buah Rp 24.000,00 Rp 120.000,00
- Pensil 12 pcs Rp 5.000,00 Rp 60.000,00
- Penghapus 12 pcs Rp 5.000,00 Rp 60.000,00
- Tipe X 12 pcs Rp 12.500,00 Rp 84.000,00
- Folio 1 rim Rp 80.000,00 Rp 80.000,00
- Biaya operasional 4 bulan Rp 400.000,00 Rp 1.600.000,00
- Internet 4 bulan Rp 300.000,00 Rp 1.200.000,00
- SUB TOTAL (Rp) Rp 3.650.000,00
3. Perjalanan Volume Harga Satuan Nilai (Rp)
(Rp)
- Transportasi guna m 4 bulan Rp 375.000,00 Rp 1.500.000,00
emperoleh data
- SUB TOTAL (Rp) Rp 1.500.000,00
4. Lain-lain Volume Harga Satuan Nilai (Rp)
(Rp)
- Pengadaan proposal 5 paket Rp 50.000,00 Rp 250.000,00
dan jilid
- Biaya Publikasi 1 paket Rp 2.400.000,00 Rp 2.400.000,00
- SUB TOTAL(Rp) Rp 2.650.000,00
TOTAL 1+2+3+4 (Rp) Rp 8.000.000,00
Delapan Juta Rupiah
Lampiran 3. Susunan Organisasi Tim Kegiatan dan Pembagian Tugas

No Nama/NIM Program Fakultas Alokasi Uraian Tugas


. Studi Waktu
(jam/minggu)
1. Abdullah Nur Ilmu Hukum 4 jam/ Menyusun
/ Hukum minggu proposal PKM-
C100170273 P, Koordinasi
tugas,pengump
ulan
data,analisis
data,penyajian
data,
pembuatan
laporan.
2. Ayu Shavira Ilmu Hukum 4 jam/ Menyusun
Fridewi / C1 Hukum minggu proposal PKM-
00170279 P,
pengumpulan
data,analisis
data, penyajian
data,
pembuatan
laporan.
3. Edward Chia Bahasa Keguruan 4 jam/ Menyusun
Muhamad Inggris dan Ilmu P minggu proposal PKM-
Fikri/ endidikan P,
A320190040 pengumpulan
data, analisis
data,
pembuatan
laporan.
Lampiran 4. Surat Pernyataan Ketua Pelaksana

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA


Jl. A. Yani Pabelan Kartasura Telp. (0271) 717417 Trompol Pos I Surakarta
57102

SURAT PERNYATAAN KETUA TIM PENELITI

Yang bertanda tangan di bawah ini:


Nama : Abdullah Nur
NIM : C100170273
Program Studi : Ilmu Hukum
Fakultas : Hukum

Dengan ini menyatakan bahwa proposal PKM-P saya dengan judul “Pembatasan
Penggunaan Uang Kartal Sebagai Upaya Menekan Tindak Pidana Korupsi (Corr
uption) Dan Pencucian Uang (Money Laundering)” yang diusulkan untuk tahun
anggaran 2021 adalah asli karya kami dan belum pernah dibiayai oleh lembaga atau
sumber dana lain.

Bilamana di kemudian hari ditemukan ketidaksesuaian dengan pernyataaan ini,


maka saya bersedia dituntut dan diproses sesuai dengan ketentuan yang berlaku dan
mengembalikan seluruh biaya penelitian yang sudah diterima ke kas negara.
Demikian pernyataan ini dibuat dengn sesungguhnya dan dengan sebenar-
sebenarnya.

Surakarta, 28 November 2020


Dosen Pendamping, Yang menyatakan,

(Labib Muttaqin, S.H, M.H.) (Abdullah Nur)


NIK/NIDN.100.1935/ 0601069301 NIM. C100170273
Mengetahui,
Ketua Program Studi Ilmu Hukum UMS

(Muchamad Iksan, S.H., M.H)


NIDN. 0602096702

Anda mungkin juga menyukai