Anda di halaman 1dari 2

Di lihat dari semakin sedikitnya generasi muda yang bisa memainkan musik saronen.

Mayoritas generasi muda di sumenep mandura hanya mengetahui apa itu saronen, tanpa tahu
sejarahnya, bahkan ada hanya menonton tanpa tahu bahwa yang sedang dimainkan ialah
musik Saronen.

 Proses komunikasi yang Berlangsung dalam pelestarian Budaya Saronen kepada


Generasi Muda.
Bentuk komunikasi dari peristiwa dibawah ini ialah proses komunikasi interpersonal
1. Unsur
- Komunikasi : Dinas Pariwisata dan kebudayaan
- Produksi Pesan : Mendata sebuah pesan
- Pesan : Pesan untuk menampilkan tarian Saronen pada sebuah acara
- Media : Wawancara
- Konteks : Tatap muka / Bertemu Langsung
- Penafsiran Pesan : Pak maya (pemain Saronen) telah menafsirkan pesan dalam
artian paham dan menerima pesan dari komunikator (Dinas pariwisata &
kebudayaan)
- Efek : Komunikasi (Pemain Saronen) telah menanggapi pesan atau
paham
dan menerima pesan dari komunikator (Dinas pariwisata & kebudayaan)
2. Tingkatan
Interpersonal
- Jumlah Komunikasi : 2 (Dinas pariwisata & kebudayaan)
- Kedekatan Fisik : tatap muka, atau bertemu langsung karena komunikator
sedang mewawancarai komunikasi, guna menyampaikan pesan tersebut
- Saluran : Media yang digunakan melihat, gerak tubuh, berbicara,dan
mendengar
- Umpan balik : komunikasi (pemain saronen) telah menanggapi pesan atau
paham dan menerima pesan dari komunikator (Dinas pariwisata & kebudayaan)
untuk tampil di event festival
3. Koseptual
- Komunikasi dua arah : umpan balik, karena komunikasi menanggapi apa yang
komunikator memberi memberi pesan.
- transaksional : dapat dilihat karena pendataan tersebut, masuk ke dalam
transaksional
Subjek penelitian ini adalah Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Sumenep dan pelaku budaya
Saronen. Teknik pengumpulan data menggunakan wawancara dan observasi dengan
menanyakan kondisi musik Saronen kepada informan-informanterkait. Adapun teknik
pengumpulan data dokumntasi digunakan dalam mencari pustaka yang berkaitan dengan
sejarah Saronen. Keabsahan data dikaji dengan menggunakan triagulasi, yaituteknik untuk
mendapatkan data dari sumber yang berbeda dengan menggunakan metode pengumpulan
data yang sama.

Adapun analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis interaktif dari Miles
dan Huberman. Analisis tersebut membagi langkah analisis kedalam beberapa bagian, yaitu
pengumpulan data. Berikut kutipan wawancaranya. “awalnya kita mendata dulu para pelaku-
pelaku budaya Saronen dengan cara menemui langsung, tapi sayangnya belum semua kita
bisa data. Dari data yang ada nantinya pada saat kita mengadakan festival, kita undang pelaku
saronen tersebut untuk menampilkan saronennya diacara tersebut”. (wawancara, Eltifiah,
Dinas Pariwisata dan Kebudayaan)

Dari kutipan wawancara tersebut tampak bahwa terjadi proses komunikasi ketika Dinas
Pariwisata dan Kebudayaan mendata para pemain saronen dengan menemui mereka secara
langsung. Hal tersebut juga di perkuat dengan pernyataan pemain Saronen, sebagaimana
terlihat dalam kutipan wawancara tersebut “kita di datangi oleh Dinas, kemudian di
datanya,nanti sewaktu-waktu ada acara kita dipanggil mas untuk main”. (wawancara, maya,
oemain saronen)

Dari penjelasan kedua informasi tersebut diketahui bahwa proses komunikasi dalam upaya
pelestarian budaya Saronen terjadi ketika Dinas Pariwisata dan Kebudayaan melakukan
pendataan terhadap para pemain saronen. Dan berdasarkan penjelasan Mulyana (2016)
diketahui bahwa proses komunikasi tersebut terjadi pada tingkatan komunikasi intrapersonal
dan tatap muka. Menyangkut unsur komunikasi, terdapat pembagian peran antara
komunikator (Dinas Pariwisata dan Kebudayaan) dan komunikan (pemain saronen)

Dan adapun dilihat dari prosesnya, maka komukasiyang terjadi adalah proses komunikasi
transaksional, karena didalam proses komunikasi tersebut (pak maya pemain saronen).

Anda mungkin juga menyukai