Anda di halaman 1dari 11

PAPER

KOMUNIKASI DALAM KONTEKS SOSIAL DAN KEANEKARAGAMAAN


BUDAYA SERTA KEYAKINAN

DI SUSUN OLEH :

Ayu Sri Utami (821191015)

DOSEN PENGAMPU

Asyha, S.H.I,M.Pd.I

SARJANA KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN

YAYASAN RUMAH SAKIT ISLAM PONTIANAK

TAHUN AJARAN 2019/2020


KATA PENGANTAR

Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh

Puji syukur alhamdulillah kami panjatkan kepada Allah SWT, karena telah
melimpahkan rahmat-Nya dan hidayah-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah
ini walaupun mungkin secara penilaian makalah ini belum sempurna, tetapi kami akan
berusaha untuk memperbaikinya.

Dalam kesempatan kali ini, tidak lupa pula kami mengucapkan terimakasih yang
sebesar-besarnya kepada:

1. Asyha, S.H.I,M.Pd.I selaku dosen pengempu mata kuliah Al Islam I


2. Kepada teman-teman yang selalu mendukung dan membantu dalam pembuatan
makalah ini sehingga dapat menyelesaikan makalah ini.
3. Kepada kedua orang tua kami, yang selalu mendoakan.

Kami menyadari masih banyak terdapat kekurangan dan kesalahan dalam penulisan
makalah ini. Saran dan kritik yang sifatnya membangun sangat kami harapkan dari teman-
teman guna perbaikan di waktu yang akan datang.

Pontianak, 13 Mei 2020

Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Keanekaragaman masyarakat dan sosial budaya Indonesia merupakan sebuah
potensi kekayaan yang harus dioptimalkan sehingga terasa manfaatnya. Oleh karena
itu, potensi tersebut perlu diwujudkan menjadi kekuatan riil sehingga mampu
menjawab berbagai tantangan kekinian yang ditunjukkan dengan melemahnya
ketahanan budaya yang berimplikasi pada menurunnya kebanggaan nasional. Untuk
itu, sinergi segenap komponen bangsa dalam melanjutkan pembangunan karakter
bangsa (national and character building) yang sudah dimulai sejak awal kemerdekaan
perlu terus diperkuat sehingga memperkuat jati diri bangsa dan mampu membentuk
bangsa yang berkarakter, maju, dan berdaya saing. Seiring dengan menguatnya
persaingan arus lokal dan global dalam internalisasi nilai-nilai baru, ketahanan
budaya juga perlu semakin diperkuat sehingga memiliki kemampuan untuk
menumbuhsuburkan internalisasi berbagai nilai lokal dan global yang positif dan
produktif. Oleh sebab itu, upaya pengembangan kebudayaan diarahkan pada tujuan
universal peradaban.
Bahasa merupakan salah satu ciri yang paling khas manusiawi yang
membedakannya dari makhluk- makhluk yang lain. Dari dulu di sadari bahwa bahasa
adalah kunci utama pengetahuan, memegang kunci utama berarti memegang kunci
jendela dunia. Sebab sejuta pengetahuan, seribu peradaban semuanya tercipta dan
terbahasakan, bahkan sejarah tidak akan terwujud jika tidak ada bahasa didunia .
begitu juga dengan sosiolingistik yang merupakan studi atau pembahasan dari bahasa
sehubungan dengan penutur bahasa itu sebagai anggota masyarakat, maka kami
merasa sangat penting membahas bahasa dalam konteks sosial. Karena kita ketahui
bahwa, ada dua aspek yang mendasar dalam pengertian masyarakat. Yang pertama
ialah bahwa anggota-anggota suatu masyarakat hidup dan berusaha bersama secara
berkelompok-kelompok. Aspek yang kedua ialah bahwa anggota-anggota dan
kelompok-kelompok masyarakat dapat hidup bersama karena ada suatu perangkat
hukum dan adat kebiasaan yang mengatur kegiatan dan tindak laku mereka, termasuk
tindak laku berbahasa.

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian komunikasi dalam konteks social ?
2. Apa pengertian komunikasi budaya ?
3. Apa fungsi komunikasi social dan komunikasi budaya ?
4. Bagaimana cara menjaga keanekaragaman budaya ?

C. Tujuan Penulisan
1. Mengetahui pengertian komunikasi dalam koneks social.
2. Mengetahui pengertian komunikasi budaya.
3. Mengetahui fungsi komunikasi social dan komunikasi budaya.
4. Mengetahui cara menjaga keanekaragaman budaya.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Komunikasi dalam Konteks Sosial


1. Definisi komunikasi
Komunikasi merupakan unsur yang sangat penting dalam proses perubahan
sosial. Secara sederhana komunikasi adalah proses dimana pesan pesan dioperkan
dari sumber kepada penerima, baik secara langsung maupuun media tertentu.
Komunikasi sosial adalah kegiatan komunikasi yang diarahkan pada
pencapaian suatu situasi integrasi sosial. Komunikasi sosial juga merupakan suatu
proses pengaruh mempengaruhi mencari keterkaitan sosial yang dicita citakan
antar individu yang ada masyarakat.
Oleh sebab itu komunikasi merupakan tindakan manusia yang lahir dengan
penuh kesadaran, bahkan secara aktif manusia sengaja melahirkannya karena ada
maksud atau tujuan tertentu.
2. Fungsi Komunikasi sosial
Fungsi komunikasi sosial bisa terbentuk dengan adanya pembentukan dari
dalam: pembentukan konsep diri, pernyataan eksistenssi diri dan untuk
kelangsungan hidup, memupuk hubungan & memperoleh kebahagiaan.
a. Pembentukan Konsep Diri
Konsep diri adalah pandangan kita mengenai siapa diri kita, dan itu hanya
bisa kita peroleh lewat informasi yang diberikan orang lain kepada kita.
Manusia yang tidak pernah berkomunikasi dengan manusia lainnya tidak
mungkin mempunyai kesadaran bahwa dirinya adalah manusia. kita sadar
bahwa kita adalah manusia karena orang-orang disekeliling kita
menunjukkan kepada kita lewat perilaku verbal dan nonverbal mereka bahwa
kita manusia.
b. Pernyataan eksistensi diri
Orang berkomunikasi untuk menunjukan dirinya eksis. Inilah yang disebut
aktualisasi diri atau lebih tepatnya eksistensi diri. Bila kita berdiam diri,
orang lain akan memperlakukan kita seolah-olah kita tidak eksis. Namun kita
berbicara, kita menyatakan bahwa sebenarnya kita ada. Fungsi komunikasi
sebagai eksistensi diri sering terlihat pada uraian penanya seminar.
c. Untuk kelangsungan hidup, memupuk hubungan, dan memperoleh
kebahagiaan
Sejak lahir, kita tidak dapat hidup sendiri untuk mempertahankan hidup. Kita
perlu dan harus berkomunikasi dengan orang lain, untuk memenuhi
kebutuhan biologis kita seperti makan dan minum, dan memenuhi kebutuhan
psikologis kita seperti sukses dan kebahagiaan. Komunikasi, dalam konteks
apa pun, adalah bentuk dasar adaptasi terhadap lingkungan. Menurut Rene
Spitz, komunikasi (ujaran) adalah jembatan antara bagian luar dan bagian
dalam kepribadian: “mulut sebagai rongga utama adalah jembatan antara
persepsi dalam dan persepsi luar, ia adalah tempat lahir semua persepsi luar
dan model dasarnya, ia adalah tempat transisi bagi perkembangan aktivitas
internasional, bagi munculnya kemauan dari kepasifan.
Melalui komunikasi pula kita dapat memenuhi kebutuhan emosional kita dan
meningkatkan kesehatan mental kita. Kita belajar makna cinta, kasih sayang,
keintiman, simpati, rasa hormat, rasa bangga, bahkan irihati, dan kebencian.
Melalui komunikasi sosial, kita dapat mengalami berbagai kualitas perasaan
itu dan membandingkannya antara perasaan yang satu dengan perasaan yang
lainnya. Karena itu, kita tidak mungkin, kita dapat mengenal cinta bila kita
pun tidak mengenal benci.
B. Komunikasi antar budaya
Komunikasi antarbudaya adalah komunikasi yang terjadi di antara orang-orang yang
memiliki kebudayaan yang berbeda (bisa beda ras, etnik, atau sosioekonomi, atau
gabungan dari semua perbedaan ini. Menurut Stewart L. Tubbs,komunikasi
antarbudaya adalah komunikasi antara orang-orang yang berbeda budaya (baik dalam
arti ras, etnik, atau perbedaan-perbedaan sosio ekonomi).Kebudayaan adalah cara
hidup yang berkembang dan dianut oleh sekelompok orang serta berlangsung dari
generasi ke generasi. Hamid Mowlana menyebutkan komunikasi antarbudaya
sebagai human flow across national boundaries. Misalnya; dalam keterlibatan suatu
konfrensi internasional dimana bangsa-bangsa dari berbagai negara berkumpul dan
berkomunikasi satu sama lain. Sedangkan Fred E. Jandt mengartikan komunikasi
antarbudaya sebagai interaksi tatap muka di antara orang-orang yang berbeda
budayanya.
Dengan negosiasi untuk melibatkan manusia di dalam pertemuan antarbudaya yang
membahas satu tema (penyampaian tema melalui simbol) yang sedang
dipertentangkan. Simbol tidak sendirinya mempunyai makna tetapi dia dapat berarti
ke dalam satu konteks dan makna-makna itu dinegosiasikan atau diperjuangkan;
Melalui pertukaran sistem simbol yang tergantung daripersetujuan antarsubjek yang
terlibat dalam komunikasi, sebuah keputusan dibuat untuk berpartisipasi dalam proses
pemberian makna yang sama; Sebagai pembimbing perilaku budaya yang tidak
terprogram namun bermanfaat karena mempunyai pengaruh terhadap perilaku kita;
Menunjukkan fungsi sebuah kelompok sehingga kita dapat membedakan diri dari
kelompok lain dan mengidentifikasinya dengan berbagai cara.
Fungsi-Fungsi Komunikasi Antarbudaya
Fungsi Pribadi
Fungsi pribadi adalah fungsi-fungsi komunikasi yang ditunjukkan melalui perilaku
komunikasi yang bersumber dari seorang individu.
Pendeta Budha Jepang menyatakan identitas melalui baju yang dikenakan
Menyatakan Identitas Sosial
Dalam proses komunikasi antarbudaya terdapat beberapa perilaku komunikasi individu yang
digunakan untuk menyatakan identitas sosial. Perilaku itu dinyatakan melalui tindakan
berbahasa baik secara verbal dan nonverbal. Dari perilaku berbahasa itulah dapat diketahui
identitas diri maupun sosial, misalnya dapat diketahui asal-usul suku bangsa, agama, maupun
tingkat pendidikan seseorang.
Menyatakan Integrasi Sosial
Inti konsep integrasi sosial adalah menerima kesatuan dan persatuan antarpribadi,
antarkelompok namun tetap mengakui perbedaan-perbedaan yang dimiliki oleh setiap unsur.
Perlu dipahami bahwa salah satu tujuan komunikasi adalah memberikan makna yang sama
atas pesan yang dibagi antara komunikator dan komunikan. Dalam kasus komunikasi
antarbudaya yang melibatkan perbedaan budaya antar komunikator dengan komunikan, maka
integrasi sosial merupakan tujuan utama komunikasi. Dan prinsip utama dalam proses
pertukaran pesan komunikasi antarbudaya adalah: saya memperlakukan anda sebagaimana
kebudayaan anda memperlakukan anda dan bukan sebagaimana yang saya kehendaki.
Dengan demikian komunikator dan komunikan dapat meningkatkan integrasi sosial atas
relasi mereka.
Menambah Pengetahuan
Seringkali komunikasi antarpribadi maupun antarbudaya menambah pengetahuan bersama,
saling mempelajari kebudayaan masing-masing.

Melepaskan Diri atau Jalan Keluar


Kadang-kadang kita berkomunikasi dengan orang lain untuk melepaskan diri atau mencri
jalan keluar atas masalah yang sedang kita hadapi. Pilihan komunikasi seperti itu kita
namakan komunikasi yang berfungsi menciptakan hubungan yang komplementer dan
hubungan yang simetris.
Hubungan komplementer selalu dilakukan oleh dua pihak mempunyai perlaku yang berbeda.
Perilaku seseorang berfungsi sebagai stimulus perilaku komplementer dari yang lain. Dalam
hubungan komplementer, perbedaan di antara dua pihak dimaksimumkan. Sebaliknya
hubungan yang simetris dilakukan oleh dua orang yang saling bercermin pada perilaku
lainnya. Perilaku satu orang tercermin pada perilaku yang lainnya.

b.     Fungsi Sosial


Pengawasan
Funsi sosial yang pertama adalah pengawasan. Praktek komunikasi antarbudaya di antara
komunikator dan komunikan yang berbada kebudayaan berfungsi saling mengawasi. Dalam
setiap proses komunikasi antarbudaya fungsi ini bermanfaat untuk
menginformasikan "perkembangan" tentang lingkungan. Fungsi ini lebih banyak dilakukan
oleh media massa yang menyebarlusakan secara rutin perkembangan peristiwa yang terjadi
disekitar kita meskipun peristiwa itu terjadi dalam sebuah konteks kebudayaan yang berbeda.

Menjembatani
Dalam proses komunikasi antarbudaya, maka fungsi komunikasi yang dilakukan antara dua
orang yang berbeda budaya itu merupakan jembatan atas perbedaan di antara mereka. Fungsi
menjembatani itu dapat terkontrol melalui pesan-pesan yang mereka pertukarkan, keduanya
saling menjelaskan perbedaan tafsir atas sebuah pesan sehingga menghasilkan makna yang
sama. Fungsi ini dijalankan pula oleh pelbagai konteks komunikasi termasuk komunikasi
massa.

Sosialisasi Nilai
Fungsi sosialisasi merupakan fungsi untuk mengajarkan dan memperkenalkan nilai-nilai
kebudayaan suatu masyarakat kepada masyarakat lain.
Menghibur
Fungsi menghibur juga sering tampil dalam proses komunikasi antarbudaya. Misalnya
menonton tarian hula-hula dan "Hawaian" di taman kota yang terletak di
depan Honolulu Zaw, Honolulu, Hawai. Hiburan tersebut termasuk dalam kategori hiburan
antarbudaya.
Prinsip-Prinsip Komunikasi Antarbudaya
(( terdapatnya golongan ningrat sebagai budaya yang tertinggi))
hal ini terlihat dari adanya ketimpangan pemlihan calon gubernur yang mengharuskan dari
keturunan darah biru.

Relativitas Bahasa
Gagasan umum bahwa bahasa memengaruhi pemikiran dan perilaku paling banyak
disuarakan oleh para antropologis linguistik. Pada akhir tahun 1920-an dan disepanjang tahun
1930-an, dirumuskan bahwa karakteristik bahasa memengaruhi proses kognitif kita. Dan
karena bahasa-bahasa di dunia sangat berbeda-beda dalam hal karakteristik semantik dan
strukturnya, tampaknya masuk akal untuk mengatakan bahwa orang yang menggunakan
bahasa yang berbeda juga akan berbeda dalam cara mereka memandang dan berpikir tentang
dunia.

Bahasa Sebagai Cermin Budaya


Bahasa mencerminkan budaya. Makin besar perbedaan budaya, makin perbedaan komunikasi
baik dalam bahasa maupun dalam isyarat-isyarat nonverbal. Makin besar perbedaan antara
budaya (dan, karenanya, makin besar perbedaan komunikasi), makin sulit komunikasi
dilakukan.Kesulitan ini dapat mengakibatkan, misalnya, lebih banyak kesalahan komunikasi,
lebih banyak kesalahan kalimat, lebih besar kemungkinan salah paham, makin banyak salah
persepsi, dan makin banyak potong kompas (bypassing).

Mengurangi Ketidak-pastian
Makin besar perbedaan antarbudaya, makin besarlah ketidak-pastian dam ambiguitas dalam
komunikasi. Banyak dari komunikasi kita berusaha mengurangi ketidak-pastian ini sehingga
kita dapat lebih baik menguraikan, memprediksi, dan menjelaskan perilaku orang lain.
Karena letidak-pasrtian dan ambiguitas yang lebih besar ini, diperlukan lebih banyak waktu
dan upaya untuk mengurangi ketidak-pastian dan untuk berkomunikasi secara lebih
bermakna.

Kesadaran Diri dan Perbedaan Antarbudaya


Makin besar perbedaan antarbudaya, makin besar kesadaran diri (mindfulness) para
partisipan selama komunikasi. Ini mempunyai konsekuensi positif dan negatif. Positifnya,
kesadaran diri ini barangkali membuat kita lebih waspada. ini mencegah kita mengatakan hal-
hal yang mungkin terasa tidak peka atau tidak patut. Negatifnya, ini membuat kita terlalu
berhati-hati, tidak spontan, dan kurang percaya diri.

Interaksi Awal dan Perbedaan Antarbudaya

Perbedaan antarbudaya terutama penting dalam interaksi awal dan secara berangsur


berkurang tingkat kepentingannya ketika hubungan menjadi lebih akrab. Walaupun kita
selalu menghadapi kemungkinan salah persepsi dan salah menilai orang lain, kemungkinan
ini khususnya besar dalam situasi komunikasi antarbudaya.
Memaksimalkan Hasil Interaksi
Dalam komunikasi antarbudaya - seperti dalam semua komunikasi - kita berusaha
memaksimalkan hasil interaksi. Tiga konsekuensi yang dibahas oleh Sunnafrank (1989)
mengisyaratkan implikasi yang penting bagi komunikasi antarbudaya. Sebagai contoh, orang
akan berintraksi dengan orang lain yang mereka perkirakan akan memberikan hasil positif.
Karena komunikasi antarbudaya itu sulit, anda mungkin menghindarinya. Dengan demikian,
misalnya anda akan memilih berbicara dengan rekan sekelas yang banyak kemiripannya
dengan anda ketimbang orang yang sangat berbeda.
Kedua, bila kita mendapatkan hasil yang positif, kita terus melibatkan diri dan meningkatkan
komunikasi kita. Bila kita memperoleh hasil negatif, kita mulai menarik diri dan mengurangi
komunikasi.
Ketiga, kita mebuat prediksi tentang mana perilaku kita yang akan menghasilkan hasil
positif.  dalam komunikasi, anda mencoba memprediksi hasil dari, misalnya, pilihan topik,
posisisi yang anda ambil, perilaku nonverbal yang anda tunjukkan, dan sebagainya. Anda
kemudian melakukan apa yang menurut anda akan memberikan hasil positif dan berusaha
tidak melakkan apa yang menurut anda akan memberikan hasil negatif.
Bab III
Komunikasi Keyakinan
 Keyakinan agama dan Keyakinan Spiritual adalah bagian integral dari keyakinan budaya
seseorang dan dapat memperngaruhi keyakinan klien mengenai penyebab penyakit, praktek
penyembuhan, dan pilihan tabib atau pemberi perawatan kesehatan.
Keyakian spiritual dan agama dapat menjadi sumber kekuatan dan kenyamanan bagi klien.
Perawat yang memiliki keyakinan yang sama dengan kliennya cenderung lebih mudah
memahami dan mengambil tindakan untuk menangani kliennya.
Perawat professional harus bisa memahami,mengantisipasi dan mengambil tindakan
yangtepat terhadap klien yang berbeda keyakinanterhadap perawat tersebut.Contoh : Klien
yang menolak memakan dagingdikarenakan oleh keyakinan yang dimiliki
olehagamanya.Perawat harus mengambil tindakan yang tepatbagaimana cara membujuk
pasien tersebut untukmemakan daging tersebut.Misalnya diberikan penjelasan yang
kuatmengenai alasan kenapa pasien tersebut harusmakan daging.
Penutup
KESIMPULAN
Komunikasi sangatlah penting dalam setiapkonteks kehidupan manusia. Sebagai perawat,kita
sudah semestinya mempelajari danmemahami berbagai macam komunikasi dalamkonteks-
konteks yang berbeda sehinggamemudahkan kita dalam melakukan tindakankeperawatan
yang benar dan tepat terhadappasien.Dengan telah mengetahui perankomunikasi secara tidak
langsung melaluipembelajaran ini yaitu konsep komunikasi dalamkonteks sosial,dan budaya,
serta keyakinan.

 
Daftar pustaka
Ø  Mulyana Deddy, M.A., Ph.D. Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar. Bandung: Remaja
Rosdakarya. 2009
Ø  King Larry dan Gilbert Bill. Seni Berbicara Kepada Siapa Saja, Kapan Saja, Dimana Saja.
Jakarta: gramedia Pustaka Utama. 2000
Ø  Jallaludi Rakhmat, Psikologi Komunikasi. Bandung: Remadja Karya, 1985

Anda mungkin juga menyukai