Anda di halaman 1dari 12

ALCHEMY, Vol. 2 No. 2 Maret 2013, hal.

138 - 149

UJI AKTIVITAS ANTIBAKTERI SENYAWA KATEKIN DARI DAUN TEH


(Cameliasinensis L.var assamica) TERHADAP BAKTERI Micrococcusluteus

Elly Rustanti, Akyunul Jannah, A. Ghanaim Fasya

Jurusan Kimia, Fakultas Sains dan Teknologi UIN Maulana Malik Ibrahim Malang
Corresponding author : er_ellyrose@yahoo.com

ABSTRACT

Zat antibakteri merupakan suatu zat yang dapat mengganggu pertumbuhan dan metabolisme bakteri,
sehingga zat tersebut dapat menghambat pertumbuhanatau bahkan membunuh bakteri. Penelitian ini bertujuan
untuk memanfaatkan bahan alam sebagai antibakteri alami. Penelitian ini ingin mengetahui bahwa daun teh
(Camellia sinensis L. var assamica) yang efektif sebagai antibakteri alami dapat menghambat bakteri
Micrococcus luteus. Penelitian ini meliputi ekstraksi yang dilakukan dengan metode maserasi
menggunakansampel daun teh. Pemisahan ekstrak katekin dilakukan dengan KLT Analitik dengan variasi eluen
yaitu etil asetat:air:asam format (18:1:1), toluena:aseton:asam format (3:3:1) dan kloroform:metanol:air
(6,5:3,5:1), untuk mencari eluen terbaik yang selanjutnya digunakan untuk KLT Preparatif. Selanjutnya hasil
dari KLT Preparatif digunakan untuk uji antibakteri.Hasil penelitian menunjukkan bahwa hasil ekstrak katekin
dari daun teh ± 3,34 gram dari 50 gram sampel. Hasil KLT Analitik menunjukkan bahwa eluen terbaik untuk
KLT Preparatif adalah etil asetat:air: asam format. Hasil uji antibakteri menunjukkan bahwa isolat 5 dari ekstrak
daun teh memberikan efektivitas terbaik sebagai antibakteri Micrococcus luteus.

Kata Kunci: daun teh, katekin, antibakteri, Micrococcus luteus

I. PENDAHULUAN berbahaya selama tidak melebihi batas.


Penambahan bahan pengawet pada Sementara yang lain, berpendapat bahwa
makanan merupakan salah satu cara yang hal itu tetap dianggap sebagai pemicu
dapat digunakan untuk mencegah atau tumbuhnya kanker. Bahan-bahan pengawet
mengurangi kerusakan atau penurunan seperti asam benzoat, dan garamnya yang
mutu bahan pangan. Bahan pengawet dapat paling berbahaya adalah sodium benzoat,
mencegah kerusakan biologi yang asam metanol dan garamnya, asam sulfat
disebabkan oleh mikroorganisme atau dan garamnya. Sekalipun bahan-bahan ini
disebut dengan antibakteri. dianggap racun bagi makhluk-makhluk
Beberapa bahan pengawet atau kecil seperti bakteri, tetapi bisa dianggap
komponen antibakteri telah digunakan sejak juga sebagai racun bagi manusia, apabila
lama (Ardiansyah, 2007). Penggunaan dikonsumsi secara berlebihan (As-Sayyid,
pengawet sintetis pada berbagai makanan 2006).
cukup meresahkan, contoh jenis bahan Makanan yang diawetkan dengan
pengawet sintetis yang digunakan dalam bahan kimia seperti boraks dan formalin
industri makanan adalah formalin, boraks dalam berbagai bahan makanan yang
dan lain-lain.Fakta tersebut tentu saja beredar di pasaran seperti bakso, tahu serta
sangat meresahkan masyarakat yang bermacam produk ikan kering telah
senantiasa ingin hidup sehat.Karena itu, meresahkan masyarakat sejak beberapa
upaya pencarian pengawet alami sangat waktu yang lalu hingga saat ini.
perlu dilakukan (Anonymous, 2008). Penambahan Bahan pengawet pada
Bahan pengawet dapat mencegah makanan tersebut dengan tujuan supaya
aktivitas bakteri dan perkembangbiakannya. produk lebih kenyal dan tahan lama
Dengan kata lain, zat pengawet memiliki (Anonymous, 2008).
pengaruh langsung terhadap makanan yang Micrococcus termasuk bakteri gram
diawetkan. Sebagian para ahli positif, bersifat aerob, non patogen dan
berpandangan bahwa zat ini tidak termasuk family micrococcaceae. Sel-sel
ALCHEMY, Vol. 2 No. 2 Maret 2013, hal 101 - 149

Micrococcus berukuran 0.5 sampai 3.5 µm menjadi produk olahan pangan dan farmasi
dalam diameter, suhu optimum 25 0C, yang sangat bermanfaat bagi kesehatan
menghasilkan pigmen, dan koloni dalam (Hartoyo, 2003).
broth dan pada nutrient agar menghasilkan Selain sebagai obat, teh juga bisa
warna merah atau kuning. Micrococcus digunakan sebagai bahan aditif berupa zat
dapat menimbulkan noda-noda berwarna pengawet pada ikan, produk kosmetik dan
merah pada ikan. Kultur bakteri makanan (Anonymous, 2008). Untuk
Micrococcus luteus berkembang sangat memanfaatkan komponen bioaktif dalam
lambat dan tumbuh selama ± 2 minggu teh dan memperluas aplikasinya diperlukan
(Robert,1957). suatu bentuk produk yang mudah
Micrococcus luteus mampu digunakan. Adapun bentuk teh yang praktis
mendegradasi senyawa-senyawa yang tersebut adalah ekstrak teh. Dalam ekstrak
mengeluarkan cairan dalam menghasilkan teh (kering atau konsentrat) terdapat
bau yang tidak menyenangkan (bau kandungan komponen bioaktif katekin yang
busuk).Micrococcus luteus biasanya tinggi. Produk ekstrak teh ini dimanfaatkan
menyebabkan kebusukan pada produk- untuk berbagai keperluan (pangan,
produk ikan (Thiagarajan, 2006). kosmetik, dan lain-lain) atau diproses lebih
Berkembangnya ilmu pengetahuan lanjut untuk mendapatkan senyawa bioaktif
dan teknologi manusia harus lebih selektif murni (Hartoyo, 2003).
dalam memilih makanan. Karena Allah menciptakan semua yang ada di
berdasarkan penelitian banyak makanan dunia ini tidaklah sia-sia dari yang kecil
yang dicampuri dengan bahan kimia hingga yang besar. Makhluk hidup (hewan,
sehingga berakibat pada kesehatan manusia, tumbuhan dan lain-lain) semuanya dapat
salah satunya adalah penambahan dimanfaatkan oleh manusia jika manusia itu
antibakteri sintetik atau pengawetan secara berfikir. Allah menjaga semua yang telah Ia
kimia. Penggunaan antibakteri sintetik atau ciptakan agar tetap hidup. Allah
pengawet sintetik pada makanan seperti membuktikannya dengan diturunkan oleh-
penambahan formalin sebagai pengawet Nya hujan sebagai sumber kehidupan, dan
makanan, jika dikonsumsi secara terus agar manusia dapat mensyukuri nikmat
menerus akan menyebabkan penyakit. yang telah Allah berikan kepadanya. Allah
Adanya fenomena di atas mendorong telah menjelaskannya dalam surat Al-
manusia untuk mencari solusi yang terbaik An aam ayat 99 bahwa Allah telah
dan tidak memberi mudhorot bagi menciptakan segala macam tanaman
kesehatan. Solusi yang dilakukan adalah sebagai tanda-tanda kekuasaan Allah dan
gerakan back to nature atau kembali ke sebagai bahan untuk berfikir agar tercipta
alam untuk mencari alternatif pengganti kemaslahatan umat.
antibakteri sintetis. Salah satu sumber Penjelasan di atas didukung dengan
antibakteri alami adalah tanaman teh. firman Allah dalam surat Asy-syu ara ayat
Indonesia merupakan negara dengan 7 bahwa Allah menumbuhkan dari
perkebunan teh yang cukup luas. Tanaman bermacam-macam tumbuhan yang baik
teh yang tumbuh di Indonesia sebagian yaitu subur dan bermanfaat. Seperti halnya
besar merupakan varietas Assamica yang teh yang di dalamnya banyak memberikan
berasal dari India, berbeda dengan tanaman manfaat jika dikonsumsi oleh manusia
teh yang tumbuh di Jepang dan China yang sebagai minuman. Teh dalam kehidupan
merupakan teh varietas Sinensis. Teh masyarakat secara umum dikenal sebagai
varietas Assamica memiliki kelebihan minuman, selain itu juga dapat digunakan
dalam hal kandungan katekinnya (zat sebagai antibakteri alami atau pengawet
bioaktif utama dalam teh) yang lebih besar. alami.
Oleh karena itu, teh varietas Assamica ini Telah dilakukan penelitian tentang
sangat potensial untuk dikembangkan efisiensi polifenol daun teh melawan
ALCHEMY, Vol. 2 No. 2 Maret 2013, hal. 138 - 149

pemudaran warna oleh sinar UV pada ikan bahankimia yang digunakan dalam
berwarna merah yaitu salmon.Karotenoid penelitian ini, antara lain: plat silika
dalam sampel memudar warnanya seiring gelGF254, akuades (H2O), kloroform
dengan matinya ikan.Namun, dengan (CHCl3) p.a, metanol (CH3OH) p.a, etil
penambahan polifenol teh, pemudaran asetat(CH3COOC2H5) p.a, asam format
warna merah daging ikan dapat dicegah (CH2O2) p.a, aseton (C3H6O) p.a, toluene
lebih lama (Alamsyah, 2006). (C6H5CH3) p.a, amoniak (NH3) dan
Penelitian Amarowicz (2005) tentang larutan FeCl3.
pemisahan Epigallocatechin-3-gallate Uji Antibakteri digunakan bahan-
(EGCG) menggunakan KLT dengan fase bahan sebagai berikut: akuades
diam plat silika gel dan 3 fase gerak yang steril,alkohol 90 %, kapas, kertas cakram,
digunakan untuk pemisahan EGCG dari media Nutrient Agar (NA), Nutrient
ekstrak kasar daun teh dengan nilai Rf yang Borth(NB), pinisilin, streptomycin, biakan
berbeda, yaitu etil asetat:air:asam format murni Micrococcus luteus.
(90:5:5;v/v/v) dengan nilai Rf 0,88,
toluena:aseton:asam format Preparasi sampel
(30:30:10;v/v/v) dengan nilai Rf 0,61 dan Daun teh dicuci terlebih dahulu,
kloroform:metanol:air (65:35:10;v/v/v) dipotong kecil-kecil, kemudian ditumbuk
dengan nilai Rf 0,62. hingga halus, hasil yang diperoleh disebut
Berdasarkan uraian di atas, perlu sebagai sampel daun teh.
dilakukan penelitian tentang uji aktivitas
antibakteri senyawa katekin dari daun teh Ekstraksi Senyawa Katekin dengan
(Camelliasinensis, L. var. Assamica) yang Metode Maserasi
efektif sebagai antibakteri alami dalam Sampel daun teh ditimbang 50 gram
bentuk ekstrak antibakteri yang dapat kemudian direndam dalam pelarut aquades
menghambat pertumbuhan sebanyak 200 mL dalam gelas beaker
bakteriMicrococcusluteus. Penelitian ini selama 2,5 jam sambil sesekali dikocok
merupakan salah satu upaya untuk (Hukmah, 2007). Kemudian larutan ekstrak
mengoptimalkan pemanfaatan bahan alam daun teh disaring dengan kertas
hayati Indonesia, dengan tujuan untuk saring.Filtrat ekstrak daun teh dimasukkan
pencarian eluen terbaik dalam pemisahan dalam corong pisah.
senyawa aktif khususnya senyawa katekin Ditambahkan kloroform sebanyak
sehingga diketahui fraksi-fraksi aktif yang 100 ml dalam corong pisah yang berisi fase
mempunyai potensi sebagai antibakteri air sambil dikocok-kocok, diulang 3
yang terdapat dalam hasil ekstrak daun teh. kali.Fase air yang diperoleh dimasukkan
dalam corong pisah dan ditambahkan 100
II. METODE PENELITIAN ml etil asetat, di ulang 3 kali.Fase etil asetat
Alat dan bahan yang diperoleh dipekatkan dengan rotary
Alat yang digunakan dalam evaporator.Ekstrak pekat yang diperoleh
penelitianini adalah kertas saring, neraca digunakan untuk uji selanjutnya.
analitik, seperangkat alat gelas, corong
pisah, rotary evaporator, sentrifuge, Pemisahan Ekstrak Katekin dengan
seperangkat alat KLT, lampu UV, Kromatografi Lapis Tipis (KLT)
spektronik, cawan petri, tabung reaksi, 1. KLT Analitik
kapas, kertas, jarum ose, incubator,pinset, Pada pemisahan dengan KLT analitik
autoklaf, bunsen, dan penggaris. digunakan plat silika gel GF254 yang sudah
Bahan utama yang digunakan dalam diaktifkan dengan pemanasan dalam oven
penelitian ini adalah pucuk daun tehsegar pada suhu 30-40 C selama 10
yang diambil dari perkebunan teh menit.Masing-masing plat dengan ukuran
Wonosari, Lawang, Malang. Bahan- 2x10 cm2. Ekstrak daun teh ditotolkan pada
ALCHEMY, Vol. 2 No. 2 Maret 2013, hal 101 - 149

jarak 1 cm dari tepi bawah plat dengan pipa Uji Antibakteri


kapiler kemudian dikeringkan dan dielusi 1. Sterilisasi Alat dan Bahan
dengan fase gerak etil asetat:air:asam Sterilisasi alat dan bahan dengan cara
format (18:1:1), toluen:aseton:asam format menutup alat-alat yang akandisterilkan
(3:3:1), dan kloroform:metanol:air dengan alumunium foil atau kapas,
(6,5:3,5:1) (Amarowicz, 2005). Setelah kemudian dimasukkan ke dalamautoklaf
gerakan larutan pengembang sampai pada pada suhu 121 0C dengan tekanan 15 psi
garis batas, elusi dihentikan. Noda-noda (per square inchi) selama 15menit.
pada permukaan plat diuapkan dengan uap
amoniak sambil diperiksa di bawah sinar 2. Pembuatan Media
UV pada panjang gelombang maksimum Media yang disiapkan adalah media
254 nm warna biru pucat menunjukkan padat agar miring untuk peremajaanbiakan
adanya katekin dan diuji kimia dengan murni dan uji antibakteri senyawa katekin
menyemprotkan larutan FeCl3 warna hitam dari ekstrak daun teh padabakteri
kebiruan menunjukkan adanya katekin Micrococcus luteus. Pembuatan media
(Robinson, 1995). Selanjutnya dengan dilakukan dengan cara sebanyak 2 gram
memperhatikan bentuk noda pada berbagai nutrien agar dilarutkan dalam 100
larutan pengembang ditentukan mLakuades dalam gelas beaker. Kemudian
perbandingan larutan pengembang yang dimasukkan dalam erlenmeyer danditutup
paling baik untuk keperluan preparatif. dengan kapas dan kertas. Suspensi
dipanaskan hingga mendidih dan
KLT Preparatif dimasukkan ke dalam 7 tabung reaksi
Pada pemisahan dengan KLT (masing-masing 10 mL untuk 5 tabung
preparatif digunakan plat silika gel GF254 reaksi dan 5 mL untuk 2 tabung reaksi) dan
dengan ukuran 5 x 20 cm. Ekstrak pekat ditutup dengan kapas. Tabung -
hasil ekstraksi ditotolkan sepanjang plat tabungtersebut kemudian disterilkan dalam
pada jarak 1 cm dari garis bawah dan 1 cm autoklaf suhu 121 0C selama 15
dari garis tepi. Selanjutnya dielusi dengan menit,kemudian diletakkan dalam posisi
menggunakan eluen yang memberikan miring selama 24 jam pada suhu kamar.
pemisahan terbaik pada KLT analitik.
Noda-noda pada permukaan plat diuapkan 3. Peremajaan Biakan MurniM. luteus.
dengan uap amoniak sambil diperiksa di Biakan murni Micrococcus luteus
bawah sinar UV pada panjang gelombang diremajakan pada media padat agar miring
maksimum 254 nm warna biru pucat dengan cara menggoreskan jarum oseyang
menunjukkan adanya katekin dan diuji mengandung bakteri tersebut secara aseptik
kimia dengan menyemprotkan larutan dan tabung media ditutupdengan kapas.
FeCl3 warna hitam kebiruan menunjukkan Selanjutnya biakan Micrococcusluteus
adanya katekin (Robinson, 1995). diinkubasi pada suhu 25 0C dalam
Noda yang diperoleh dikerok inkubator.
kemudian dilarutkan dalam pelarut air
untuk uji antibakteri dan dilarutkan dalam 4. Pembuatan Kurva Pertumbuhan
pelarut metanol untuk identifikasi dengan bakteri dengan Media NB
spektrofotometer FTIR, kemudian Satu tabung subkultur masing-masing
disentrifuge untuk mengendapkan bakteri hasil peremajaan ditanamdalam 100
silikanya.Berat isolat diketahui dengan cara mL media pertumbuhan NB, kemudian
menghitung selisih antara berat silika Micrococcus luteus diinkubasi pada suhu
gelsebelum dengan sesudah sentrifuge (Day 25 0C, setiap selang waktu 2 jamdiambil 1
dan Underwood, 1986 dalam Sulami2004), mL dan diencerkan sampai volume 10 mL
kemudian isolat siap digunakan untuk sampai tumbuh optimum, kemudian
analisa berikutnya. dilakukan pengukuran densitas optik
ALCHEMY, Vol. 2 No. 2 Maret 2013, hal. 138 - 149

pertumbuhan sel masing-masing bakteri teh segar dan dicuci dengan air bersih.
pada panjang gelombang 620 nm Daun yang sudah bersih kemudian
menggunakan spektronik. Setelah itudibuat dihaluskan dengan menggunakan mortar,
grafik hubungan waktu inkubasi dengan perlakuan ini bertujuan untuk memperluas
densitas optik dan diperoleh kurva permukaan sehingga mudah dalam
pertumbuhan bakteri Micrococcus luteus. pengekstraksian. Hasil yang diperoleh
disebut sebagai sampel daun teh berwarna
5. Pembuatan Larutan BakteriM. Luteus hijau.
Diambil 1 ose dari hasil peremajaan
biakan murniMicrococcus luteus dilarutkan Ekstraksi Senyawa Katekin
dalam 10 mLakuades steril. Pada tahap ini dilakukan ekstraksi
daun teh dengan tujuan mendapatkan
6. Uji Efektivitas Antibakteri ekstrak kasar senyawa katekin dari daun
Media agar berisi 10 mL nutrien agar teh. Proses ekstraksi merupakan penarikan
(tahap 2) dipanaskan hingga mencair dan komponen aktif menggunakan pelarut
kemudian di dinginkan sampai suhu ± 40 tertentu. Komponen aktif yang diambil
0C. Larutan nutrien agardituang dalam adalah senyawa katekin dari daun teh
cawan petri dan dicampur dengan 0,1 mL menggunakan metode maserasi. Pemilihan
larutan bakteri Micrococcus luteus, metode maserasi pada penelitian ini
kemudian dihomogenkan dan dibiarkan dikarenakan senyawa katekin rentan
hingga memadat. Kertas cakram (diameter terhadap panas sehingga tidak bagus
5 mm) diresapkan dalam isolat dan kontrol. menggunakan metode soxhlet. Hal ini
Proses peresapan dilakukan dengan didukung oleh penelitiannya Cheong, et.al
caramerendam isolat-isolat hasil KLTP (2005) dalam Hukmah (2007) bahwa
dengan variasi sampel dan kontrol. Kontrol dengan menggunakan metode soxhlet
positif untuk bakteri M. luteus konsentrasi senyawa katekin mengalami
menggunakan pinisilin 25 mg/mL, dan penurunan dibandingkan dengan metode
pelarut Aquades (sebagai kontrol negatif). maserasi.
Kertas cakram tersebut kemudian Pelarut yang digunakan untuk
diletakkan di atas permukaan media bakteri ekstraksi adalah pelarut aquades. Aquades
menggunakan pinset danditekan sedikit, sering digunakan untuk mengekstrak
kemudian diinkubasi pada suhu 25 oC senyawa katekin karena senyawa katekin
selama masa pertumbuhan optimum merupakan senyawa yang mengandung 2
masing-masing bakteri, kemudian diukur cincin aromatik dengan gugus hidroksil
diameter zona hambatnya. Diameter zona lebih dari satu. Robinson (2005)
hambatan yang terbentuk diukur menyatakan semakin banyak gugus
menggunakan penggaris untuk menentukan hidroksil suatu senyawa fenol memiliki
efektivitas antibakteri. Pengukuran zona tingkat kelarutan dalam air semakin besar
hambatan dilakukan dengan mengukur atau bersifat polar sehingga dipilih pelarut
diameter daerah jernih. Diameter zona polar.
hambat adalah diameter yang tidak Sampel daun teh ditimbang50 gram
ditumbuhi bakteri di sekitar kertas cakram kemudian direndam dalam 200 mL pelarut
dikurangi diameter kertascakram. selama 2,5 jam. Proses ekstraksi akan
berlangsung optimal dengan tersedianya
III. HASIL DAN PEMBAHASAN waktu kontak yang cukup antara pelarut
Preparasi Sampel dan sampel. Selama proses perendaman
Sampel yang digunakan dalam dilakukan beberapa kali pengocokan untuk
penelitian ini adalah daun teh yang segar. menyempurnakan kontak antara pelarut dan
Perlakuan daun teh yang segar dilakukan sampel. Larutan kemudian disaring dan
dengan menimbang sebanyak 80 gram daun diperoleh filtrat dari pelarut dengan warna
ALCHEMY, Vol. 2 No. 2 Maret 2013, hal 101 - 149

hijau pada ekstrak daun teh ditentukan oleh fase gerak. Pemisahan katekin dari ekstrak
adanya klorofil. kasar dilakukan menggunakan plat silika
Filtrat hasil penyaringan kemudian gel dengan eluen etil asetat:air:asam format
difraksinasi dengan cara ekstraksi (18:1:1), toluen:aseton:asam format (3:3:1),
menggunakan corong pisah, filtrat dan kloroform:metanol:air (6,5:3,5:1).
ditambahkan kloroform untuk mengambil Penggunaan berbagai macam eluen pada
senyawa-senyawa yang bersifat nonpolar, pemisahan ini untuk mencari eluen terbaik
diantaranya lemak, klorofil, kafein dan lain- dan dapat memisahkan senyawa katekin
lain. Penambahan kloroform diulang untuk yang terkandung dalam daun teh.
memaksimalkan proses pengambilan Hasil elusi dari kedua ekstrak ini
senyawa yang bersifat non polar. dengan variasi bentuk sampel dapat
Penambahan kloroform menyebabkan ditunjukkan pada Gambar 1. dan Tabel 1.
terbentuknya dua fase yaitu fase air dan
fase kloroform. Fase kloroform ditampung Tabel 1. Nilai Rf Pada Kromatogram Hasil
dan fase air diambil untuk dilakukan tahap KLT Analitik dengan Variasi Eluen
fraksinasi selanjutnya menggunakan etil Nilai Rf dari ekstrak daun teh
asetat. Penambahan etil asetat berfungsi Etil Toluena:ase Kloroform:
untuk mengambil senyawa katekin. asetat:air:asa ton:asam metanol:
Penambahan etil asetat diulang untuk m format format air
memaksimalkan pengambilan senyawa (18:1:1) (3:3:1) (6,5:3,5:1)
katekin. Langkah selanjutnya fase air 1. Rf = 0,22
ditampung dan diambil fase etil asetat dari 2. Rf = 0,47 1. Rf = 0,39
sampel daun teh dengan warna fase kuning 3. Rf = 0,64 2. Rf = 0,61
pekat dan berat sampel 3,34 gram. 1. Rf = 0,90
4. Rf = 0,78 3. Rf = 0,74
Ekstrak pekat yang dihasilkan 5. Rf = 0,86
memilikiwarna kuning pekatmenunjukkan 6. Rf = 0,95
bahwa klorofil yang terdapat dalam ekstrak
daun teh sudah tidak tampak karena terikat
oleh kloroform, dan ketika ditambahkan etil
asetat warna hijau menjadi kuning pekat.
Fase etil asetat kemudian dipekatkan
dengan rotary evaporator sehingga
diperoleh ekstrak pekat. Proses evaporasi
ini dilakukan untuk menghilangkan
pelarutnya. Pelarut yang diuapkan (etil
asetat) memiliki titik didih antara 77 ºC,
sehingga proses evaporasi berlangsung
cepat. Ekstrak pekat tersebut kemudian (1) (2) (3)
dipisahkan dengan Kromatografi Lapis Ekstrak daun teh
Tipis.
Keterangan: Eluen: (1) etil asetat: air:
Pemisahan Ekstrak Katekin dengan asam format (2) toluen: aseton: asam
Kromatografi Lapis Tipis (KLT) format (3:3:1) dan (3) kloroform: metanol:
1. KLT Analitik air (6,5:3,5:1)
Pendugaan secara kualitatif senyawa
katekin daun teh dari masing-masing Gambar 1. Hasil KLT Analitik
sampel dilakukan dengan metode
Kromatografi Lapis Tipis (KLT). KLT Pada Gambar 2. dan Tabel 3. dapat
merupakan metode pemisahan senyawa dilihat bahwa perbedaan jumlah noda pada
kimia dengan menggunakan fase diam dan masing-masing eluen tergantung pada sifat
ALCHEMY, Vol. 2 No. 2 Maret 2013, hal. 138 - 149

kepolaran noda, fase diam dan fase sehingga yang dapat larut dalam pelarut
geraknya. Pemisahan ini didasarkan pada hanya sebagian senyawa yang kepolarannya
sifat polaritas senyawa. Senyawa yang sama dan senyawa tidak terpisahkan dengan
memiliki polaritas hampir sama dengan fase baik sehingga perlu adanya perubahan
geraknya akan terelusi terlebih dulu eluen.
dibandingkan senyawa dengan sifat Eluen yang dapat memisahkan
polaritas yang berbeda dengan fase senyawa katekin yang baik adalah etil
geraknya. Hal ini yang mengakibatkan nilai asetat:air:asam format (18:1:1), kemudian
Rf dari masing-masing noda berbeda karena toluen:aseton:asam format (3:3:1), dan
jarak tempuh antara senyawa dan fase kloroform:metanol:air (6,5:3,5:1). Hal ini
geraknya tergantung pada sifat polaritasnya. dikarenakan eluen etil asetat:air:asam
Hasil pemisahan dari kedua ekstrak format (18:1:1) bersifat agak polar dan
menunjukkan bahwa eluen etil asetat: air: kepolarannya hampir sama dengan ekstrak
asam format (18:1:1) mampu memisahkan katekin yang dipisahkan sehingga noda
ekstrak pekat dengan baik karena yang diperoleh lebih banyak. Menurut
menghasilkan noda yang paling banyak Robinson (2005), etil asetat merupakan
dengan pemisahan yang jelas yaitu ekstrak pelarut yang baik untuk menangani katekin.
daun teh menghasilkan 6 noda, munculnya Fase diam juga mempengaruhi
6 noda ini tergantung pada kelarutan pemisahan katekin, fase diam yang
senyawa dalam pelarut yaitu interaksi digunakan adalah silika gel. Silika gel
antara molekul-molekul senyawa dengan adalah bentuk dari silikon dioksida (silika).
pelarut dan melekatnya senyawa pada fase Atom silikon dihubungkan oleh atom
diam yaitu interaksi antara senyawa dengan oksigen dalam struktur kovalen yang besar.
silika gel. Kedua hal tersebut akan Namun, pada permukaan silika gel, atom
mempengaruhi mudahnya senyawa ditarik silikon berlekatan pada gugus -OH. Jadi,
oleh fase gerak (pelarut) keluar dari pada permukaan silika gel terdapat ikatan
permukaan fase diam (silika gel) sehingga Si-O-H selain Si-O-Si. Permukaan silika
muncul 6 noda karena kepolaran senyawa- gel sangat polar dan karenanya gugus -OH
senyawa yang dipisahkan mempunyai dapat membentuk ikatan hidrogen dengan
tingkatan yang sama dengan fase diam dan senyawa-senyawa yang sesuai disekitarnya.
fase geraknya. Hasil KLT kemudian dilakukan uji
Eluen dengan campuran identifikasi senyawa katekin dengan
toluen:aseton:asam format (3:3:1) dalam pereaksi FeCl3, pereaksi ini telah digunakan
pemisahan cukup bagus yaitu ekstrak daun secara luas untuk mengidentifikasi senyawa
teh menghasilkan 3 noda, munculnya 3 fenol terutama katekin akan menghasilkan
noda ini karena senyawa-senyawa yang warna hitam kebiruan (Robinson, 2005).
dipisahkan kurang berinteraksi dengan fase Plat yang telah disemprot dengan pereaksi
gerak (pelarut) karena kepolaran FeCl3 diangin-anginkan sampai kering
senyawanya hampir sama dengan fase diam kemudian diidentifikasi plat tersebut
sehingga yang dapat larut dalam pelarut dibawah sinar lampu UV pada panjang
hanya sebagian senyawa yang kepolarannya gelombang 254 nm (untuk memperjelas
sama. spot yang terbentuk).
Sedangkan eluen dengan campuran Hasil identifikasi KLT ditunjukkan
kloroform:metanol:air (6,5:3,5:1) dalam pada gambar di bawah ini:
pemisahan kurang bagus yaitu ekstrak daun
teh menghasilkan 1 noda, munculnya 1
noda ini karena senyawa-senyawa yang
dipisahkan kurang berinteraksi dengan fase
gerak (pelarut) karena kepolaran
senyawanya hampir sama dengan fase diam
ALCHEMY, Vol. 2 No. 2 Maret 2013, hal 101 - 149

6
5

4
3

2
1

(a) (b) (c)

Keterangan: Hasil Identifikasi KLT dengan


Gambar 3. Noda hasil KLTP
(a) tanpa lampu UV, (b) lampu UV +
amoniak, dan (c) larutan FeCl3.
Pada Gambar 3. Sampel ekstrak daun
teh menghasilkan 6 noda dengan nilai Rf
Gambar 2. Hasil Identifikasi KLT dengan
sebagai berikut:
eluen etil asetat:air:asam format (18:1:1)
Berdasarkan hasil dari KLT analitik
Tabel 2. Nilai Rf dan Warna Noda pada
maka eluen etil asetat:air:asam format
Kromatogram Hasil KLT Preparatif Ekstrak
(18:1:1) memberikan elusi terbaik, karena
daun teh
pemisahan didasarkan pada sifat polaritas
senyawa. Senyawa katekin memiliki
Warna Noda
polaritas yang hampir sama dengan eluen
Noda Rf Tanpa Amoniak
etil asetat:air:asam format (18:1:1) sehingga FeCl3
kemampuan dalam memisahkan senyawa UV UV
tersebut lebih baik. Dan eluen tersebut Biru Hitam
1 0,22 Kuning
kemudian digunakan dalam pemisahan pucat biru
senyawa katekin dengan KLT preparatif. Biru Hitam
2 0,47 Kuning
pucat biru
2. KLT Preparatif Biru Hitam
3 0,64 Kuning
Hasil pemisahan kromatografi lapis pucat biru
tipis preparatif hampir sama dengan KLT Biru Hitam
4 0,78 Ungu
kualitatif hanya berbeda pada kuantitas dari pucat biru
ekstrak yang digunakan. Dimana pada KLT Biru Hitam
5 0,86 Ungu
prepararif digunakan plat KLT silika gel pucat biru
dengan ukuran yang lebih besar yaitu Biru Hitam
6 0,95 Orange
dengan ketebalan ± 1 mm. Pada KLTP pucat biru
digunakan eluen terbaik KLTA yaitu etil
asetat:air:asam format (18:1:1), karena Warna biru pucat ketika diuapi
mampu memisahkan ekstrak pekat dengan amoniak dan disinari lampu UV dari ke-6
baik yaitu ekstrak daun teh menghasilkan 6 noda tersebut merupakan senyawa katekin,
noda, dan antara noda satu dengan yang namun karena data kromatogram tidak
lainnya terpisah jelas. Hasil noda pada menyertakan senyawa standart, maka belum
KLTP ditunjukkan pada gambar berikut: dapat ditentukan jenis komponen senyawa
yang terekstrak. Menurut Robinson (1995)
senyawa katekin ketika diuapi dengan uap
amoniak sambil diperiksa dibawah sinar
ultraviolet (UV) berfluoresensi biru pucat.
Pada lampu UV 254 nm, plat akan
berflouresensi dan penampakan noda terjadi
ALCHEMY, Vol. 2 No. 2 Maret 2013, hal. 138 - 149

karena adanya daya interaksi antara sinar bakteri yang telah diremajakan pada
UV dengan indikator fluoresensi yang medium cair dan diinkubasi pada inkubator
terdapat pada Plat. Fluoresensi cahaya yang dengan suhu 25 0C sambil digoyang-
tampak merupakan emisi cahaya yang goyang. Hal ini dilakukan untuk mengatur
dipancarkan oleh komponen tersebut ketika aerasi dan agitasi yang menjaga kondisi
elektron yang tereksitasi dari tingkat energi fisika dan kimia media pertumbuhan serta
dasar ke tingkat energi yang lebih tinggi memperlancar transfer nutrisi ke dalam sel.
kemudian kembali ke keadaan semula Pertumbuhan bakteri diamati dengan
sambil melepaskan energi. mengukur densitas optik (DO) media
Penyemprotan dengan larutan FeCl3 pertumbuhan pada panjang gelombang 620
menunjukkan warna hitam kebiruan dan nm setiap selang waktu 2 jam sampai nilai
diduga merupakan senyawa katekin. DO media konstan dan akhirnya mengalami
Menurut Robinson (1995) suatu senyawa penurunan. Nilai DO sebanding dengan
yang direaksikan dengan FeCl3 jika terjadi massa sel yang terdapat dalam media,
warna hitam kebiruan, merupakan bukti makin banyak massa sel makin besar DO-
adanya 3,4,5-trihidroksi fenol (seperti nya. Kemudian kurva pertumbuhan dibuat
galokatekin).Noda yang dihasilkan pada dengan membuat grafik hubungan waktu
KLT preparatif kemudian dikerok dan inkubasi dengan nilai DO media. Pada
dilarutkan dalam air untuk uji antibakteri. penelitian ini kurva pertumbuhan bakteri
Micrococcus luteus pada penelitian ini
Uji Antibakteri adalah sebagai berikut:
1. Penyiapan media dan peremajaan 0.3
biakan murni M. luteus 0.25
Media pertumbuhan mengandung
Densitas Optik (A)

0.2
nutrisi dan zat-zat yang diperlukan oleh
bakteri untuk tumbuh. Media cair 0.15

digunakan untuk produksi atau pembuatan 0.1

kurva pertumbuhan, sedangkan media padat 0.05


digunakan untuk peremajaan biakan murni
0
bakteri. Peremajaan dilakukan untuk 0 4 8 12 16 20 24 28 32 36 40 44 48 52 56 60
menjaga ketersediaan nutrisi, regenerasi Waktu Inkubasi (Jam)

bakteri dan menghindari terjadinya


Gambar 4. Kurva Pertumbuhan M. Luteus
perubahan karakter dari biakan murni
bakteri.
Dari Gambar 4. diketahui bahwa
pertumbuhan Micrococcusluteus melewati
2. Pembuatan kurva pertumbuhan beberapa fase, yaitu: fase adaptasi yang
bakteri dengan media Nutrient Borth terjadi pada waktu inkubasi 0-6 jam, pada
Kurva pertumbuhan menggambarkan fase ini pertumbuhan Micrococcusluteus
fase-fase yang ada dalam siklus hidup sangat lamban karena masih beradaptasi
Micrococcusluteus yang meliputi fase
dengan media. Fase logaritmik pada waktu
adaptasi, fase logaritmik, fase stasioner, dan inkubasi 6-34 jam, pada fase ini
fase kematian. Berdasarkan kurva
Micrococcusluteus mengalami pembelahan
pertumbuhan dapat ditentukan waktu panen sel secara terus menerus yang ditandai
yang ideal adalah pada saat pertumbuhan meningkatnya jumlah sel sampai mencapai
bakteri mendekati fase stasioner. Pada saat jumlah maksimum. Fase stasioner dicapai
ini, jumlah sel bakteri mendekati waktu inkubasi 34 jam, pada fase ini
maksimum seiring dengan kematian
pembelahan sel Micrococcus luteus
bakteri. sebanding dengan jumlah kematian
Pembuatan kurva pertumbuhan sehingga tidak terjadi peningkatan jumlah
diawali dengan penumbuhan biakan murni sel. Fase kematian terjadi setelah diinkubasi
ALCHEMY, Vol. 2 No. 2 Maret 2013, hal 101 - 149

selama 46 jam, pada fase ini terjadi pertumbuhannya masih lemah, dan pada
penurunan jumlah sel Micrococcusluteus isolat 3 aktivitas antibakteri juga
karena kematian sel akibat habisnya nutrisi menunjukkan respon hambatan
penting dalam media. Oleh karena itu, pertumbuhan yang kurang kuat atau sedang
dalam penelitian ini pembuatan inokulum dengan zona hambat sebesar 19,3 mm, pada
dilakukan selama waktu inkubasi 14 jam isolat 4 aktivitas antibakteri menunjukkan
yang merupakan tengah-tengah fase tidak adanya respon hambatan
logaritmik dan zona hambat bakteri pertumbuhan. Sedangkan, pada isolat 5
Micrococcusluteus dapat diukur setelah dengan zona hambatan 21,3 mm yang mana
diinkubasi selama 34 jam. respon hambatan pertumbuhannya kuat.
Dari Tabel 3. diketahui bahwa isolat
3. Uji Aktivitas Antibateri yang efektif sebagai antibakteri
Micrococcucluteus Micrococcus luteus adalah isolat 5. Isolat 5
Micrococcusluteus merupakan bakteri dari ekstrak daun teh mempunyai
gram positif. Uji aktivitas senyawa katekin efektivitas antibakteri yang paling kuat
sebagai antibakteri Micrococcusluteus yaitu dengan memberikan zona hambat
dilakukan dengan mengukur zona hambatan 21,3 mm yang ditunjukan pada gambar
yang terbentuk disekitar cakram. Perlakuan berikut:
pada kontrol positif untuk bakteri
Micrococcusluteus menggunakan pinisilin
25 mg/ml dan kontrol negatif air
menunjukkan bahwa pelarut air tidak
mampu membunuh bakteri, hal ini
ditunjukkan dengan pertumbuhan bakteri
Zona
yang terus melewati cakram tanpa hambat
terhambat pertumbuhannya. Hasil uji
aktivitas 6 isolat hasil KLTP dengan
konsentrasi 15 mg/ml dan tiga kali ulangan
terhadap bakteri Micrococcusluteus adalah
sebagai berikut: Gambar 5. Isolat 5 (21,3 mm)
Tabel 3. Data zona hambat senyawa katekin
ekstrak daun teh hasil KLT sebagai Mekanisme Kerja Senyawa Katekin
antibakteri M. Luteus Terhadap Pertumbuhan Bakteri
Diameter zona Rata- Aktivitas antibakteri terbaik yang
No. Cakram hambat (mm) rata menghambat Micrococcusluteus adalah
1 2 3 (mm) isolat 5 dari ekstrak daun teh dengan zona
1. Isolat 1 13,0 12,0 10,0 11,7 hambat 21,3 mm. Micrococcusluteus adalah
2. Isolat 2 14,0 13,0 15,0 14,0 bakteri gram positif yang susunan
3. Isolat 3 20,0 20,0 18,0 19,3
komponen dinding selnya lebih sederhana.
4. Isolat 4 10,0 10,0 8,00 9,30
Bakteri gram positif 90 % kandungan
5. Isolat 5 22,0 21,0 21,0 21,3
dinding selnya adalah peptidoglikan,
6. Isolat 6 15,0 13,0 15,0 14,3
Kontrol 40,0 37,5 35,0 selebihnya adalah asam teikoat (Fardiaz,
7. 37,5 1986 dalam Ardiansyah, 2007).
+
8. Kontrol - 0,00 0,00 0,00 0,00 Senyawa katekin termasuk senyawa
polifenol, yang mana senyawa ini dapat
Tabel 3., menunjukkan adanya menghambat bakteri dengan cara merusak
perbedaan dari beberapa isolat terhadap membran sitoplasma bakteri yang tersusun
zona hambatan bakteri Micrococcusluteus. oleh 60 % protein dan 40 % lipid yang
Pada isolat 1, 2 dan 6 aktivitas antibakteri umumnya berupa fosfolipid. Senyawa
mulai tampak namun respon hambatan katekin merusak membran sitoplasma yang
ALCHEMY, Vol. 2 No. 2 Maret 2013, hal. 138 - 149

menyebabkan bocornya metabolit penting memberikan zona hambat 21,3 mm


yang menginaktifkan sistem enzim bakteri. terhadap bakteri Micrococcusluteus.
Kerusakan pada membran sitoplasma dapat
mencegah masuknya bahan-bahan makanan V. DAFTAR PUSTAKA
atau nutrisi yang diperlukan bakteri untuk Alamsyah, N. A. , 2006, Taklukkan
menghasilkan energi akibatnya bakteri akan Penyakit dengan Teh Hijau, Penerbit
mengalami hambatan pertumbuhan dan Agrimedia Pustaka, Jakarta.
bahkan kematian (Volk and Wheller, 1993). Al-Jauziyah, I.Q., 2007, Metode
Setiap sel bakteri dikelilingi membran Pengobatan Nabi SAW, Penerbit
tipis yang disebut membran sitoplasma atau Griya Ilmu, Jakarta.
membran plasma yang tersusun dominan Amarowicz, R., Maryniak, A., and Shahidi,
oleh ergesterol yang bersifat permeabel F., 2005, TLC Separation of
selektif. Selain itu, fosfolipid juga Methylated(-)-Epigallocatechin-3-
merupakan senyawa yang penting dalam Gallate, Czech J. Food Sci., Vol. 23,
pembentukan membran sitoplasma bakteri. No.1: 36-39.
Pada perusakan membran sitoplasma, Anonymous, 2008, Penggunaan Bahan
senyawa katekin melepaskan ion H+ yang Pengawet,http://www.disnaksumbar.o
selanjutnya menyerang gugus hidrofilik rgDiakses tanggal 15 Maret 2008.
(gugus hidroksi dan fosfat) pada permukaan As-Sayyid, A., B.M, 2006, Pola Makan
membran sel. Rasulullah, Penerbit Almahira,
Gugus hidroksi pada molekul Jakarta.
ergesterol yang mengadakan ikatan Buckle, K. A., Edwards, R. A., Fleet, G. H.,
hidrogen tidak mampu mempertahankan and Wotton, M., 2007, Ilmu Pangan,
ikatan dan kedudukannya. Membran sel Penerbit Universitas Indonesia (UI-
tidak mampu menahan tekanan dari dalam, PRESS), Jakarta.
akibatnya sitoplasma dalam sel akan Gritter, R. J., 1991, Pengantar
menembus keluar. Selain itu, pada molekul Kromatografi, edisi kedua, Penerbit
fosfolipid ion H+ dari senyawa katekin akan ITB, Bandung.
menyerang gugus polar (gugus fosfat) Hadiwiyoto, S., 1993, Teknologi
sehingga molekul fosfolipid akan terurai Pengolahan Hasil Perikanan,
menjadi gliserol, asam karboksilat, dan Liberty: Yogyakarta.
asam fosfat. Hal ini mengakibatkan Harborne J.B., 1987, Metode Fitokimia
fosfolipid tidak mampu mempertahankan Penuntun Cara Modern Menganalisis
bentuk membran sitoplasma akibatnya Tumbuhan, Penerbit ITB, Bandung.
membran sitoplasma akan bocor sehingga Hartoyo, A., 2003, Teh dan Khasiatnya
zat-zat untuk metabolisme sel bakteri akan Bagi Kesehatan, Penerbit Kanisius,
terbuang keluar dan bakteri akan mati. Yogyakarta.
Mekanisme penghambatan pertumbuhan Hukmah, S., Aktivitas Antioksidan Katekin
bakteri berupa perusakan fosfolipid pada dari Teh Hijau (Camellia Sinensis
membran sel bakteri Micrococcus luteus O.K. Var. Assamica (mast)) Hasil
oleh senyawa katekin. Ekstraksi Dengan Variasi Pelarut dan
Suhu, Skripsi Mahasiswa Jurusan
IV. KESIMPULAN Kimia Fakultas Sains dan
Senyawa katekindari daun teh Teknologi,UIN, Malang.
(Camelliasinensis, L. varassamica) efektif Imani, A.K.Q, 2005, Tafsir Nurul Quran
sebagai antibakteri terhadap bakteri Sebuah Tafsir Sederhana Menuju
Micrococcusluteus. Senyawa katekin Cahaya Al-Qur'an, Penerjemah
mempunyai aktivitas antibakteri yang Salman Nano, Penerbit Al-Huda,
paling kuat yaitu isolat 5 dengan Jakarta.
ALCHEMY, Vol. 2 No. 2 Maret 2013, hal 101 - 149

Inglis, V., Robert, R., and Bromage, N., dari Al-Qur'an, Penerbit Tiga
2001, Bacterial Diseases Of Fish, Serangkai, Solo.
Blackwell Science company, Pelczar, M.J. dan Chan, E.C.S., 1986,
Australia. Dasar-DasarMikrobiologi, UI Press,
Naim, R., 2004, Senyawa Anti mikroba Jakarta.
Dari Tanaman, IPB, Bogor. Robert, S.B., E.G.D. Murray, and Nathan
http64.203.71.11kompas- R. Smith, 1957, Bergey's Manual of
cetak040915sorotan1265264.htm.htm Determinative Bacteriology,
. Diakses Tanggal 7 April 2008. Baltimore The Williams and Walkins
Naidu, A.S., 2000, Natural Food Company.
Antimicrobial Systems, CRC Press Robinson, T., 1995, Kandungan Senyawa
LLC, California State Polytechnic Organik Tumbuhan Tinggi,
University, Pomana, California. Diterjemahkan oleh Prof. Dr. Kosasih
Nazaruddin farry B. Paimin, 1993, Padmawinata, ITB, Bandung.
Pembudidayaan dan Pengolahan Teh, Sastrohamidjojo, 2005, Kromatografi,
Penebar Swadaya, Jakarta. UGM Press, Yogyakarta.
Noviana, L., 2004, Identifikasi Senyawa Shihab, Q., 2002, Tafsir Al-Mishbah Pesan,
Flavonoid Hasil Isolasi dari Kesan, dan Keserasian Al-Qur'an
Proporlis Lebah Madu (Apis Vol. 10, Penerbit Lentera Hati,
Mellifera) dan Uji Aktivitasnya Jakarta.
Sebagai Antibakteri (Staphylococcus Soraya, N, 2007, Sehat Dan Cantik Berkat
Aureus), Skripsi Mahasiswa Jurusan Teh Hijau, Penebar Swadaya, Jakarta.
Kimia Universitas Brawijaya Malang. Thiagarajan, S., 2006, Micrococcus,
Pasya, A.F., 2004, Dimensi Sains dan Al- \httpwww.emlab.comssamplingenv-
Qur'an Menggali Ilmu Pengetahuan report-12- 2006.html.mht. Diakses
tanggal 18 Juli 2008

Anda mungkin juga menyukai