OLEH :
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS TOMPOTIKA
TAHUN
2021
LITERATUR .................................................................................................................. ii
i
Pancasila dan Drs. X. Bailia,
Kewarganegaraan M.M.
LITERATUR
Silabus Perkuliahan
1. Falsafah Pancasila
Historicitas Pancasila
Yuridicitas Pancasila
Philosophicitas Pancasila
Ideologi Pancasila
2. Identitas Nasional
3. Politik dan Strategi
4. Demokrasi Indonesia
5. Hak Asasi Manusia dan Rule of Law
6. Hak dan Kewajiban WargaNegara
7. Geopolitik Indonesia
8. Geostrategi Indonesia
ii
Pancasila dan Drs. X. Bailia,
Kewarganegaraan M.M.
I. HISTORICITAS PANCASILA
Istilah atau kata Pancasila adalah nama atau sebutan yang diberikan kepada Dasar
Falsafah Negara Indonesia (Weltanschauung atau Philosophische Grondslag), yang
dicetuskan pertama kali oleh Ir. Soekarno di depan Sidang BPUPKI (Dokuritsu Zyunbi
Tyoosakai) tanggal 1 Juni 1945.
Secara Etimologis (menurut lughatnya), kata kembar Pancasila itu berasal dari bahasa
Sansekerta : Panca artinya Lima dan Sila (dengan huruf i) artinya batu sendi, dasar atau
alas, sedangkan Syila (dengan huruf yi) artinya peraturan tingkah laku yang senonoh. Jadi,
Pancasila adalah Lima Dasar, Lima Fundamen (Five Moral Principles) atau lima aturan
tingkah laku manusia.
Kata Pancasila mula-mula dipergunakan didalam masyarakat India yang memeluk
agama Budha yang di expose dari bahasa Pali “ Pancha Syila “ berisi 5 (lima) larangan atau
Pantangan atau lima aturan atau Five Moral Principles yang harus ditaati dan dilaksanakan
oleh para penganut (awam) dalam agama Budha.
Kelima larangan atau Five Moral Principles menurut agama Budha ini adalah sebagai
berikut:
1. Panatipata Veramani Sikkhapadam Samadiyami (artinya janganlah mencabut nyawa
setiap yang hidup, maksudnya dilarang membunuh);
2. Adinnadana Veramani Sikkhapadam Samadiyami (artinya janganlah mengambil barang
yang tidak diberikan, maksudnya dilarang mencuri);
3. Kameshu Micchacara Veramani Sikkhapadam Samadiyami (artinya janganlah
berhubungan kelamin yang tidak sah dengan perempuan, maksudnya dilarang berzinah);
4. Musawada Veramani Sikkhapadam Samadiyami (artinya janganlah berkata palsu,
maksudnya dilarang berdusta);
5. Sura-Meraya-Majja-Pamada-Tthana Veramani Sikkhapadam Samadiyami (artinya
janganlah meminum minuman yang menghilangkan pikiran, maksudnya dilarang
minum minuman keras).
Kemudian istilah Pancasila ini masuk ke Indonesia melalui agama Budha pada tahun
600, yang penggunaannya dapat ditemui dalam buku “Negara Kertagama” karangan Mpu
Prapanca yang selesaidisusun pada tahun 1365, dan kemudian istilah ini digunakan oleh
Mpu Tantular dalam bukunya “Sutasoma:.
Hal ini sesuai dengan penegasan dari Prof. Mr. Muh. Yamin dalam bukunya
“Proklamasi dan Konstitusi Republik Indonesia” yang menyatakan bahwa sebenarnya istilah
Pancasila yang diperkenalkan pada tanggal 1 Juni 1945 oleh Ir. Soekarno telah dipakai di
tanah air Indonesia sejak abad XIV. Karena sila-sila yang terdapat didalam Dasar Negara
Republik Indonesia adalah merupakan Corak Karakternya bangsa Indonesia, yang oleh karena
1
penjajahan asing 350 tahun lamanya Pancasila terbenam kembali didalam bumi bangsa
Indonesia.
Timbulnya kembali Pancasila di abad ke-20 itu berkat adanya “Kegiatan penggalian
dari beberapa putra Indonesia yang berjiwa Patriotik yaitu : Ir. Soekarno, Prof. Mr. Muh.
Yamin, Prof. Dr. Mr. Soepomo”.
Secara historis telah membuktikan bahwa Pancasila yang mengandung 5 (lima) unsur
pokok itu sebagaimana tercantum dalam Pembukaan UUD 1945, sebenarnya telah
merupakan asas kebudayaan dan asas religi bangsa Indonesia yang telah diamalkan didalam
adat istiadatnya sebagai Way of Life dan Kepribadian Bangsa Indonesia.
Dengan demikian Pancasila telah ada jauh sebelum 1 Juni 1945 , jauh sebelum abad ke
XIV, bahkan Pancasila sebenarnya telah ada sejak orang Indonesia mulai hidup di bumi
Nusantara ini sebagai karunia Tuhan Yang maha Esa kepada kita Bangsa Indonesia.
Pancasila sebagai Dasar Falsafah Negara Republik Indonesia sebagaimana terdapat
dalam Pembukuan UUD 1945 terdiri dari 5 (lima) unsur pokok menurut tata urutannya
sebagai berikut:
1. Ketuhanan Yang Maha Esa;
2. Kemanusian yang adil dan beradab;
3. Persatuan Indonesia;
4. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmah kebijaksanaan dalam Permusyawaratan/
Perwakilan;
5. Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
Dari ke-5 Sila inilah yang merupakan pedoman dan titk tolak dalam kegiatan
pemerintahan dan pembangunan nasional dalam mewujudkan cita-cita dan tujuan Negara
Indonesia dalam hidup berbangsa dan bernegara.
Tentang penulisan kata Pancasila, mula-mula ditulis dengan dua kata : Panca Sila.
Kemudian untuk menunjukan bahwa pengertian Pancasila adalah satu pengertian yang bulat,
yang utuh, yang tidak dapat dipisah-pisahkan maka antara dua kata itu dihubungkan dengan
garis penghubung menjadi Panca-Sila, kemudian dianjurkan supaya ditulis saja dengan satu
kata menjadi Pancasila. Dengan demikian lebih dinyatakan bahwa Pancasila sebagai Dasar
falsafah Negara dan pandangan hidup Bangsa Indonesia adalah satu keseluruhan yang utuh,
suatu totalitas, sehingga satu sila berkaitan dengan sila yang lain.
II. YURIDICITAS PANCASILA
1. Pengertian Filsafat
Kata “Falsafah” (Arab) secara etimologis merupakan padanan kata “Philosophy”
(Inggris) atau “Filsafat” (Indonesia) yang berasal dari bahasa Yunani yaitu Philosophia =
Philos atau Philein : berarti kekasih, sahabat, cinta, gemar dan kata Sophia berarti
kebijaksanaan (wisdom), kearifan, pengetahuan, ilmu. Jadi Filsafat atau Falsafah atau
Philosophy berarti cinta akan kebijaksanaan atau mencintai pengetahuan/ ilmu.
Atas dasar pengertian tersebut, maka beberapa sarjana merumuskan atau
mendefinisikan, antara lain :
1) I. R. Pujawiyatna
Filsafat adalah ilmu tentang segala sesuatu yang menyelidiki keterangan atau sebab
yang sedalam-dalamnya.
2) Prof. Dr. Y. Van Paassen, MSC
Filsafat adalah ilmu yang menyelidiki segala sesuatu menurut sebab musababnya yang
terdalam sejauh akal budi manusia belaka dapat menemukannya.
3) Prof. Dr. H. Arifin Abdulrachman
Filosofi adalah kegiatan-kegiatan pemikiran dan perasaan untuk mencari kebenaran dari
fenomena didunia dan alam semesta kita ini.
Dari beberapa rumusan atau defiinisi tersebut diatas dapat disimpulkan bahwa ada 3
(tiga ) unsur penting yang melekat pada filsafat itu :
a. Apakah yang menjadi objek materilnya, ialah segala-galanya yang ada dan yang
mungkin ada.
b. Apakah yang menjadi objek Formilnya, ialah sebab musababnya yang terdalam
(mencari keterangan atau background yang sedalam-dalamnya).
c. Apakah yang menjadi alat penyelidikannya, ialah akal budi manusia.
Adapun Lapangan Filsafat menurut objek materilnya, terbagi atas :
1. Prof. Dr. Y. Van Paassen, MSC dalam bukunya/ diktatnya “Theodicea”,
menggambarkan lapangan filsafat terbagi atas :
a. Bagian Ontis (apa yang ada), terdiri :
1) Kosmologi (tentang materi yang bukan hidup).
2) Biologi (tentang materi yang hidup).
3) Anthropologi (materi yang hidup dan berakal budi-manusia).
4) Theodicea (tentang Allah).
5) Ontologi/ Metafisika (segala-galanya yang ada pada umumnya).
b. Bagian Deontis (tentang apa yang harus ada), terdiri :
1) Etika (tingkah laku manusia, perbuatan baik/ buruk)
2) Logika (tuntutan untuk berfikir secara teratur)
3) Estetika (tuntutan untuk berbuat apa yang indah)
2. I.R. Pujawiyatna dalam bukunya “Etika”, menjelaskan lapangan Filsafat terbagi atas:
a. Ontologi
b. Theodicea
c. Anthropologi
d. Metafisika
e. Etika
f. Logika
g. Estetika
Dengan demikian atas dasar pembagian/ lapangan filsafat tersebut dapat kita simpulkan
bahwa ada 3 (tiga) jenis persoalan utama Filsafat :
1) Persoalan keberadaan (Being) atau eksistensi: metafisika – ontologi
2) Persoalan pengetahuan (Knowledge) atau kebenaran (truth) : logika – epistemologi
3) Persoalan nilai-nilai (values) : etika, estetika – aksiologi
2. Falsafah Pancasila
Falsafah Pancasila atau Filsafat Pancasila dan atau menurut Ir. Soekarno
“Weltanschauung atau Philosophische Grondslag” merupakan hasil perenungan jiwa yang
mendalam yang dilakukan Founding Fathers kita, yang dituangkan dalam suatu sistem
(Dr. Ruslan Abdul Gani) atau dengan kata lain “Filsafat Pancasila” adalah sebagai refleksi
kritis dan rasional tentang Pancasila sebagai dasar Negara dan kenyataan budaya bangsa,
dengan tujuan untuk mendapatkan pokok-pokok pengertiannya yang mendasar dan
menyeluruh.
Pancasila yang terdiri atas lima sila pada hakekatnya merupakan sistem filsafat, dalam
hal mana sila-sila Pancasila merupakan suatu kesatuan organis bulat dan utuh, suatu Totalitas
dan mempunyai sifat Particularitas dan Interelation artinya :
1. Pancasila itu terdiri atas lima sila harus dipandang sebagai satu Totalitas, karena sila
yang satu tidak bisa diceraikan dengan sila yang lain, dan terlebih lagi sila yang satu
tidak dapat dipertentangkan dengan sila yang lain. Sila-sila yang lain dalam Pancasila
merupakan satu kebulatan yang utuh.
2. Pancasila itu terdiri atas lima sila, yang masing-masing mempunyai Particularitas,
dalam hal mana sila yang satu tidak dapat dihilangkan demi kepentingan sila yang lain.
Sila-sila dalam Pancasila tidak dapat diperas, sehingga misalnya menjadi Tri Sila atau
Eka Sila, karena sila-sila dalam Pancasila masing-masing mempunyai kekhususan yang
khas.
3. Pancasila itu terdiri atas lima sila mempunyai Interelation, karena sila yang satu tidak
dapat dipisahkan dari sila yang lain atas cara sedemikian rupa, sehingga hubungan
antara sila terputus sama sekali. Sila yang satu mempunyai hubungan dengan satu, dua,
tiga, atau empat sila lainnya. Sila-sila dalam Pancasila saling berhubungan, saling
keterkaitan, interpendensi sila satu dengan sila lainnya.
Adapun susunan sila-sila dalam Pancasila itu sebagai suatu sistem yang bulat utuh
(Totalitas) mempunyai sifat Particularitas dan Interelation, dapat digambarkan sebagai
berikut:
- Sila 1, meliputi, mendasari, dan menjiwai sila 2,3,4, dan 5;
- Sila 2, diliputi, didasari, dijiwai sila 1, dan mendasari serta menjiwai sila 3,4, dan 5;
- Sila 3, diliputi, didasari, dijiwai sila 1 dan 2, dan mendasari serta menjiwai sila 4 dan
5;
- Sila 4, diliputi, didasari, dijiwai sila 1,2 dan 3 dan mendasari serta menjiwai sila 5;
- Sila 5, diliputi, didasari, dijiwai sila 1,2,3 dan 4.
Sedangkan inti sila-sila Pancasila meliputi :
- Tuhan, yaitu sebagai Kausa prima
- Manusia, yaitu mahluk Dwi Tunggal, mahluk individu dan makhluk sosial.
- Satu,yaitukesatuan memiliki kepribadian sendiri
- Rakyat, yaitu unsur mutlak Negara, harus bekerja sama dan gotong royong.
- Adil, yaitu memberi keadilan kepada diri sendiri dan orang lain yang menjadi haknya.
Jadi, Pancasila sebagai falsafah adalah Dasar Negara RI, falsafah dasar kebersamaan
Negara, yang mempersatukan bangsa Indonesia dalam Kebhinekaan, atau dengan kata lain
Pancasila yang terdiri atas lima sila (Five Moral Principles) mempunyai fungsi dari peranan
sebagai pedoman dan pegangan dalam sikap, tingkah laku dan perbuatan dalam kehidupan
sehari-hari dalam masyarakat, berbangsa dan bernegara bagi bangsa Indonesia. Atau dengan
kata lain Pancasila sebagai falsafah mengandung makna :
a. Pancasila sebagai dasar Negara atau falsafah bangsa (Philosophische Grondslag)
adalah Pancasila itu dijadikan dasar dalam mengatur penyelenggaraan pemerintahan
Negara dan pembangunan nasional.
b. Pancasila sebagai pandangan hidup bangsa (Way of Life – Weltanschauung) adalah
Pancasila dipergunakan sebagai petunjuk, tuntunan, pedoman hidup sehari-hari dan
digunakan sebagai arah semua kegiatan dalam segala bidang kehidupan bernegara dan
bermasyarakat; dalam pelaksanaannya tidak boleh bertentangan dengan norma-norma
kehidupan, baik norma agama, kesusilaan, sopan santun maupun norma hukum yang
berlaku.
Membahas Pancasila sebagai Filsafat, berarti kita harus mengungkapkannya kebenaran
sila-sila atas Pancasila. Yang dalam wawasan filsafat meliputi bidang atau aspek Penyelidikan
: Ontologi Pancasila, Epistemologi Pancasila, dan Aksiologis Pancasila. Namun sebagai
dasar awalnya kita telah melihat falsafah Pancasila dasi aspek Historicitasnya, Yuridicitasnya
dan Philosophicitasnya secara kurang lebih mendekat pada tujuan yang hendak dicapai dalam
perkuliahan di Semester 1 ini.
3. Pancasila sebagai Ideologi Bangsa dan Negara RI
Kata “Ideologi” berasal dari bahasa Yunani : Idea dan Logos. Idea berarti :
tanggapan, gagasan, konsep, pengertian dasar atau cita-cita. Logos berarti : ajaran atau
ilmu pengetahuan.
Jadi Ideologi berarti ilmu tentang cita-cita atau ilmu tentang pengertian dasar. Idea atau
cita-cita dimaksudkan adalah cita-cita yang tetap sifatnya dan harus dapat dicapai, sehingga
cita-cita itu sekaligus merupakan dasar, pandangan atau paham.
Ideologi yang semula berarti gagasan, Idea atau cita-cita lalu berkembang dalam suatu
masyarakat tertentu menjadi suatu paham atau seperangkat kepercayaan nilai atau pemikiran
oleh seseorang atau sekelompok orang yang menjadi suatu pegangan hidup dan sekaligus
menjadi dasar pemerintahan suatu Negara. Atas dasar pengertian-pengertian tersebut diatas,
oleh beberapa Sarjana merumuskan Ideologi itu sebagai berikut :
1. Prof. Dr. Soerjono Soekanto, SH, menyatakan bahwa Ideologi sebagai kumpulan
gagasan, ide, keyakinan, kepercayaan yang menyeluruh dan sistimatis yang menyangkut
bidang Politik, Sosial, Kebudayaan dan Agama. Pada bagian lain beliau menyimpulkan
bahwa ada 3 (tiga) pengertian yang berkenaan dengan kata “Ideologi”, yaitu :
a. Perangkat kepercayaan yang ditentukan secara sosial.
b. Sistim kepercayaan yang melindungi kepentingan golongan elit.
c. Sistim kepercayaan
2. Gunawan Setiardja, merumuskan Ideologi sebagai seperangkat ide asasi tentang
manusia dan seluruh realitas yang dijadikan pedoman dan cita-cita hidup.
3. Dr. Delian Noer
Ideologi sebagai suatu pandangan atau sistim nilai yang menyeluruh dan mendalam
yang dipunyai dan dipegang oleh suatu masyarakat tentang bagaimana cara yang
sebaiknya, yaitu secara moral dianggap benar dan adil, mengatur tingkah laku mereka
bersama dalam berbagai segi kehidupan duniawi mereka. Atau dengan kata lain ideologi
sebagai penjelmaan bersama dari suatu konsensus bersama dari berbagai kelompok atau
golongan kepentingan.
Dengan demikian dapat kita katakan bahwa Ideologi adalah kompleks ide-ide yang
merupakan suatu sistim tanggapan hidup, terutama yang berhubungan dengan suatu gerakan
sosial atau politik. Karena itu Pancasila sebagai suatu Ideologi bagi bangsa Indonesia.
Karena nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila itu menjadi cita-cita normative bagi
penyelenggaraan kehidupan berbangsa dan bernegara Indonesia adalah terwujudnya
kehidupan yang ber-Ketuhanan, yang ber-Kemanusiaan, yang ber-Persatuan, yang ber-
Kerakyatan dan yang ber-Keadilan.
Jadi, Pancasila sebagai Ideologi mengandung nilai-nilai yang berakar pada pandangan
hidup bangsa dan falsafah bangsa, karena Pancasila selain berfungsi sebagai cita-cita normatif
penyelenggaraan bernegara, tetapi Pancasila itu juga merupakan nilai yang disepakati
bersama. Oleh sebab itu Pancasila berfungsi sebagai sarana pemersatu masyarakat yang dapat
mempersatukan berbagai golongan masyarakat Indonesia.
Dalam filsafat Pancasila terdapat 3 (tiga) tingkatan nilai, yaitu :
- Nilai Dasar
- Nilai Instrumental
- Nilai Praksis
a. Nilai dasar, adalah asas-asas yang kita terima sebagai dalil yang bersifat mutlak,
sebagai sesuatu yang benar atau tidak perlu dipertanyakan lagi. Nilai-nilai dasar dari
Pancasila adalah nilai Ketuhanan, nilai Kemanusiaan, nilai Persatuan, nilai Kerakyatan
dan nilai Keadilan.
b. Nilai Instrumental, adalah nilai yang berbentuk norma Sosial dan norma Hukum yang
selanjutnya akan terkristalisasi dalam peraturan dan mekanisme lembaga-lembaga
Negara.
c. Nilai Praksis, adalah nilai yang sesungguhnya kita laksanakan dalam kenyataan. Nilai
ini merupakan batu ujian apakah nilai dasar dan nilai instrumental itu benar-benar hidup
dalam masyarakat.
IV. IDENTITAS NASIONAL
1. Pengertian
a. Identitas
Kata identitas berasal dari bahasa Inggris “Identity” yang berarti ciri-ciri, tanda-tanda
(Khas) atau jati diri yang melekat pada seseorang atau sesuatu yang membedakannya
dengan yang lain. Atau dengan kata lain identitas sebagai ciri-ciri khusus pada
seseorang atau benda dan atau persamaan mutlak tentang diri seseorang.
b. Nasional
Nasional berasal dari bahasa Inggris “Nation” yang berarti bangsa, yang merupakan
suatu kelompok teritorial dengan hak-hak kewarganegaraan yang sama, mempunyai
karakteristik sama, yang membedakannya dengan kelompok-kelompok masyarakat
lainnya. Jadi, Nasional menunjuk pada sifat khas kelompok yang memiliki ciri-ciri
kesamaan, baik fisik, seperti budaya, agama, bahasa maupun non fisik seperti :
keinginan, cita-cita dan tujuan.
c. Identitas Nasional
Dari uraian-uraian tersebut diatas maka dapat kita katakan bahwa yang dimaksud
dengan identitas nasional adalah identitas suatu kelompok masyarakat yang memiliki
ciri dan melahirkan tindakan secara kolektif yang diberi sebutan Nasional; dan atau
menurut pendapat Koenta Wibisono ( 2005 ), pengertian IdentitasNasional pada
hakekatnya adalah “manifestasi nilai – nilai budaya yang timbul dan berkembang dalam
aspek kehidupan suatu bangsa (Nation) dengan ciri-ciri khas dan dengan yang khas tadi
suatu bangsa berbeda dengan bangsa lain dalam kehidupannya.
a. Pengertian
1. Politik
Secara Etimologis kata “Politik” berasal dari bahasa Yunani “Politeia”, yang akar
katanya “Polis” yang berarti : Kotaatau Negara Kota yang menunjukkan kesatuan
masyarakat yang berdiri sendiri.
Dari kata Polis ini kemudian diturunkan kata-kata lain, seperti : Polites (warga
Negara) dan Politikos nama sifat yang berarti kewarganegaraan (Civic) dan Politike
Technee untuk kemahiran Politik serta Politike Episteme untuk ilmu politik.
Kemudian orang Romawi mengambil oper perkataan Yunani itu dan menamakan
“Pengetahuan tentang Negara (Pemerintah), Arts Political artinya kemahiran (Kunts)
tentang masalah – masalah kenegaraan.
Dari keterangan – keterangantersebut diatas kemudian beberapa Sarjana Politik
memberikan rumusan/ batasan tentang pengertian politik, sebagai berikut :
1) Joyce Mitchell dalam bukunya Political Analysis and Public Policy menegaskan
bahwa : “Politics is Collective Decision Making or the making of public policies for
entire society” (Politik adalah pengambilan keputusan kolektif atau pembuatan
kebijaksanaan umum untuk masyarakat seluruhnya).
2) Drs. La Ode Malim dalam bukunya Filsafat Politik mengatakanbahwa“Politik
adalah keseluruhan dari pada semua kegiatan yang bertujuan untuk memenuhi
kepentingan masyarakat, yang dilaksanakan melalui pendukung kewibawaan dan
atau kekuasaan tertinggi dalam masyarakat yang bersangkutan.
3) Prof. Miriam Budiardjo dalam bukunya Dasar-dasar ilmu politik mengatakan
bahwa “Politik adalah membagikan dan mengalokasikan nilai-nilai secara mengikat.
4) Harold D. Laswell dalam bukunya Who gets when and How menjelaskan bahwa
“Politik adalah masalah siapa mendapat apa, kapan dan bagaimana”.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa “Politik” dapat diartikan sebagai proses
pembentukan dan pembagian kekuasaan dalam masyarakat antara lain berwujud proses
pembuatan keputusan dalam Negara.
2. Strategi
Kata strategi berasal dari bahasa Yunani Strategos yang dapat diterjemahkan sebagai
Komandan militer. Dalam kamus Indonesia dijumpai terjemahannya ilmu siasat, taktik.
Dan dari kata-kata tersebut dalam proses Pembangunan Nasional dirumuskan strategi itu
“sebagai rencana pembangunan jangka panjang dan disertai tindakan-tindakan yang
konkrit untuk mewujudkan sesuatu yang telah direncanakan sebelumnya.
Politik Nasional adalah suatu kebijaksanaan umum dan pengambilan kebijakan/
pengambilan keputusan oleh yang berhak dan berwewenang, untuk mencapai suatu cita-
cita dan tujuan Nasional. Sedangkan Strategi Nasional adalah cara melaksanakan Politik
Nasional dalam upaya mencapai sasaran dan tujuan yang ditetapkan oleh Politik Naisonal;
Atau dapat kita katakan bahwa Strategi Nasional disusun untuk mendukung terwujudnya
Politik Nasional.
Demikian pula yang dimaksudkan dengan kebijaksanaan atau Wisdom adalah
pemikiran dan pertimbangan yang mendalam untuk menjadi dasar (Landasan) bagi
perumusan kebijakan. Dan yang dimaksudkan dengan kebijakan (Policy) adalah
seperangkat keputusan yang diambil oleh pelaku-pelaku politik dalam rangka memilih
tujuan dan bagaimana cara untuk mencapai tujuan.