Anda di halaman 1dari 24

BAHAN KULIAH

PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN


(BAGIAN I)

OLEH :

DR. ISNANTO BIDJA, S.H., M.H.


Drs. X. BAILIA, M.M.

FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS TOMPOTIKA
TAHUN
2021

(KHUSUS KALANGAN SENDIRI)


Pancasila dan Drs. X. Bailia,
Kewarganegaraan M.M.
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI .................................................................................................................. i

LITERATUR .................................................................................................................. ii

I. HISTORICITAS PANCASILA .............................................................................. 1

II. YURIDICITAS PANCASILA ................................................................................ 3


a. Konsep Perumusan Pancasila ............................................................................. 3
b. Peneguhan Pancasila secara Yuridis Konstitusional/ Yuridis Formal................ 6

III. PHILOSOPHICITAS PANCASILA....................................................................... 9


1. Pengertian Filsafat .............................................................................................. 9
2. Falsafah Pancasila............................................................................................... 10
3. Pancasila sebagai Ideologi Bangsa dan Negara RI ............................................. 12

IV. IDENTITAS NASIONAL....................................................................................... 14


1. Pengertian ........................................................................................................... 14
2. Parameter Identitas Nasional .............................................................................. 14
V. POLITIK DAN STRATEGI NASIONAL .............................................................. 17
a. Pengertian ........................................................................................................... 17
b. Politik dan Strategi Nasional .............................................................................. 18

i
Pancasila dan Drs. X. Bailia,
Kewarganegaraan M.M.
LITERATUR

1. H. Subandi AL Marsudi, SH., M.H, : Pancasila dan UUD 1945 dalam


paradigmaReformasi.
2. Prof. H. Bintoro Tjokroamidjoyo, MPIA : Sistim Penyelenggaraan Pemerintahan
Negara,Sistim Administrasi Negara
Republik Indonesia.
3. Prof. Dardji Darmodiharjo, SH : Orientasi Singkat Pancasila.
4. Prof. Dr. N. Dryakara, SY : Pancasila dan Religi Mencari Kepribadian
Nasional.
5. Dr. Mohammad Hatta : Pancasila Jalan Lurus.
6. Prof. Drs. Notonegoro, SH : 1.Beberapa hal mengenai Falsafah
Pancasila
2.Pancasila Secara Ilmiah Populer.
7. Drs. Ismaun : Tinjauan Pancasila Dasar Filsafat Negara
Republik Indonesia.
8. Drs. Rom. Daryanto dan Drs. D. Mulyadi : Kewargaan Negara.
9. J. C. T. Simorangkir, SH : 1.Aku Warga Negara
2.Inti Pengetahuan Pemilihan Umum.
10. UU No. 12 Tahun 2006 : Tentang Kewarganegaraan Republik
Indonesia.
11. Kol. Purn. H. Azwan Syam : Intisari Pendidikan Kewarganegaraan
untukPerguruan tinggi.
12. Drs. H. Endang Zaelani Sukaya, CS : Pendidikan Kewarganegaraan untuk
perguruan Tinggi.
13. DR. Ujang Chaida S., S.H. M.H., M.IP. : Pendidikan Pancasila Untuk Perguruan
Tinggi
14. Dirjen Pembelajaran dan Kemahasiswaan Kementristekdikti
: Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan
untuk Perguruan Tinggi, Jakarta 2016

Silabus Perkuliahan
1. Falsafah Pancasila
 Historicitas Pancasila
 Yuridicitas Pancasila
 Philosophicitas Pancasila
 Ideologi Pancasila
2. Identitas Nasional
3. Politik dan Strategi
4. Demokrasi Indonesia
5. Hak Asasi Manusia dan Rule of Law
6. Hak dan Kewajiban WargaNegara
7. Geopolitik Indonesia
8. Geostrategi Indonesia

ii
Pancasila dan Drs. X. Bailia,
Kewarganegaraan M.M.
I. HISTORICITAS PANCASILA

Istilah atau kata Pancasila adalah nama atau sebutan yang diberikan kepada Dasar
Falsafah Negara Indonesia (Weltanschauung atau Philosophische Grondslag), yang
dicetuskan pertama kali oleh Ir. Soekarno di depan Sidang BPUPKI (Dokuritsu Zyunbi
Tyoosakai) tanggal 1 Juni 1945.
Secara Etimologis (menurut lughatnya), kata kembar Pancasila itu berasal dari bahasa
Sansekerta : Panca artinya Lima dan Sila (dengan huruf i) artinya batu sendi, dasar atau
alas, sedangkan Syila (dengan huruf yi) artinya peraturan tingkah laku yang senonoh. Jadi,
Pancasila adalah Lima Dasar, Lima Fundamen (Five Moral Principles) atau lima aturan
tingkah laku manusia.
Kata Pancasila mula-mula dipergunakan didalam masyarakat India yang memeluk
agama Budha yang di expose dari bahasa Pali “ Pancha Syila “ berisi 5 (lima) larangan atau
Pantangan atau lima aturan atau Five Moral Principles yang harus ditaati dan dilaksanakan
oleh para penganut (awam) dalam agama Budha.
Kelima larangan atau Five Moral Principles menurut agama Budha ini adalah sebagai
berikut:
1. Panatipata Veramani Sikkhapadam Samadiyami (artinya janganlah mencabut nyawa
setiap yang hidup, maksudnya dilarang membunuh);
2. Adinnadana Veramani Sikkhapadam Samadiyami (artinya janganlah mengambil barang
yang tidak diberikan, maksudnya dilarang mencuri);
3. Kameshu Micchacara Veramani Sikkhapadam Samadiyami (artinya janganlah
berhubungan kelamin yang tidak sah dengan perempuan, maksudnya dilarang berzinah);
4. Musawada Veramani Sikkhapadam Samadiyami (artinya janganlah berkata palsu,
maksudnya dilarang berdusta);
5. Sura-Meraya-Majja-Pamada-Tthana Veramani Sikkhapadam Samadiyami (artinya
janganlah meminum minuman yang menghilangkan pikiran, maksudnya dilarang
minum minuman keras).
Kemudian istilah Pancasila ini masuk ke Indonesia melalui agama Budha pada tahun
600, yang penggunaannya dapat ditemui dalam buku “Negara Kertagama” karangan Mpu
Prapanca yang selesaidisusun pada tahun 1365, dan kemudian istilah ini digunakan oleh
Mpu Tantular dalam bukunya “Sutasoma:.
Hal ini sesuai dengan penegasan dari Prof. Mr. Muh. Yamin dalam bukunya
“Proklamasi dan Konstitusi Republik Indonesia” yang menyatakan bahwa sebenarnya istilah
Pancasila yang diperkenalkan pada tanggal 1 Juni 1945 oleh Ir. Soekarno telah dipakai di
tanah air Indonesia sejak abad XIV. Karena sila-sila yang terdapat didalam Dasar Negara
Republik Indonesia adalah merupakan Corak Karakternya bangsa Indonesia, yang oleh karena

1
penjajahan asing 350 tahun lamanya Pancasila terbenam kembali didalam bumi bangsa
Indonesia.
Timbulnya kembali Pancasila di abad ke-20 itu berkat adanya “Kegiatan penggalian
dari beberapa putra Indonesia yang berjiwa Patriotik yaitu : Ir. Soekarno, Prof. Mr. Muh.
Yamin, Prof. Dr. Mr. Soepomo”.
Secara historis telah membuktikan bahwa Pancasila yang mengandung 5 (lima) unsur
pokok itu sebagaimana tercantum dalam Pembukaan UUD 1945, sebenarnya telah
merupakan asas kebudayaan dan asas religi bangsa Indonesia yang telah diamalkan didalam
adat istiadatnya sebagai Way of Life dan Kepribadian Bangsa Indonesia.
Dengan demikian Pancasila telah ada jauh sebelum 1 Juni 1945 , jauh sebelum abad ke
XIV, bahkan Pancasila sebenarnya telah ada sejak orang Indonesia mulai hidup di bumi
Nusantara ini sebagai karunia Tuhan Yang maha Esa kepada kita Bangsa Indonesia.
Pancasila sebagai Dasar Falsafah Negara Republik Indonesia sebagaimana terdapat
dalam Pembukuan UUD 1945 terdiri dari 5 (lima) unsur pokok menurut tata urutannya
sebagai berikut:
1. Ketuhanan Yang Maha Esa;
2. Kemanusian yang adil dan beradab;
3. Persatuan Indonesia;
4. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmah kebijaksanaan dalam Permusyawaratan/
Perwakilan;
5. Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
Dari ke-5 Sila inilah yang merupakan pedoman dan titk tolak dalam kegiatan
pemerintahan dan pembangunan nasional dalam mewujudkan cita-cita dan tujuan Negara
Indonesia dalam hidup berbangsa dan bernegara.
Tentang penulisan kata Pancasila, mula-mula ditulis dengan dua kata : Panca Sila.
Kemudian untuk menunjukan bahwa pengertian Pancasila adalah satu pengertian yang bulat,
yang utuh, yang tidak dapat dipisah-pisahkan maka antara dua kata itu dihubungkan dengan
garis penghubung menjadi Panca-Sila, kemudian dianjurkan supaya ditulis saja dengan satu
kata menjadi Pancasila. Dengan demikian lebih dinyatakan bahwa Pancasila sebagai Dasar
falsafah Negara dan pandangan hidup Bangsa Indonesia adalah satu keseluruhan yang utuh,
suatu totalitas, sehingga satu sila berkaitan dengan sila yang lain.
II. YURIDICITAS PANCASILA

a. Konsep Perumusan Pancasila


Pada tanggal 8 Maret 1942 Pemerintah Hindia Belanda menyerah tanpa syarat kepada
Bala Tentara Jepang, setelah menjajah bangsa Indonesia selama 350 tahun dan mulai pula era
penjajahan dan penindasan Jepang terhadap bangsa Indonesia.
Dugaan semula Jepang sebagai juru penyelamat mengusir penjajah Belanda, sehingga
sebagian pemimpin dan rakyat Indonesia membantu masuknya Jepang ke Indonesia. Usaha
itu sia-sia, karena begitu Jepang berkuasa keluarlah pengumuman larangan terhadap kegiatan
pembentukan Pemerintahan Indonesia, pengibaran Sang Merah Putih dan menyanyikan lagu
Indonesia Raya.
Namun demikian, situasi pada saat itu berubah kembali setelah Jepang mengalami
kekalahan dalam berbagai pertempuran di Pasifik dengan tentara Sekutu yang di sponsori
Amerika Serikat. Dengan begitu keluarlah pengumuman Pemerintah Jepang di Tokyo tanggal
7 Oktober 1944 sebagai “Janji” Pemberian Kemerdekaan Kepada Indonesia. Realisasi dari
adanya pengumuman tersebut adalah :
- Bendera Merah Putih boleh dikibarkan
- Lagu Indonesia Raya boleh dinyanyikan
- Dibentuknya suatu Badan Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia
(BPUPKI) atau Dokuritzu Zyunbi Tyoosakai pada tanggal 29 April 1945 berdasarkan
Maklumat Gunseikan (Kepala Pemerintahan Bala Tentara Jepang di Jawa) No. 23
tanggal 29 April 1945, dengan tugas :
a) Menyelidiki persiapan Kemerdekaan Indonesia.
b) Mengumpulkan usul-usul untuk disampaikan kepada Badan lain yang akan dibentuk
kemudian, yaitu PPKI (Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia atau Dokuritzu
Zyunbi Iinkai).
Tanggal 28 Mei 1945 Gunseikan melantik 60 orang anggota Badan Penyelidik Usaha-
Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia, dengan Ketuanya Dr. Rajiman Wedyodiningrat,
dan 2 (dua) orang wakil ketua : Raden Panji Soeroso dan Yoshio Ichi Bangase mewakili
Pemerintah Jepang.
Dengan dilantiknya BPUPKI tersebut ditetapkan pula masa Sidangnya yaitu :
- Sidang pertama tanggal 29 Mei s/d 1 Juni 1945 dan
- Sidang kedua tanggal 10 Juli s/d 17 Juli 1945
Pada Sidang pertama dibentuk beberapa Komisi atau Panitia diantaranya Panitia
Sembilan yang merumuskan Hukum Dasar dan Panitia Perancang UUD yang diketuai oleh Ir.
Soekarno serta Panitia Ekonomi dan Keuangan yang diketuai oleh Drs. Moh. Hatta.
1. Pada Sidang I BPUPKI tanggal 29 Mei s/d 1 Juni 1945 oleh Prof. Mr. Muh Yamin yaitu
tepatnya pada tanggal 29 Mei 1945 menyampaikan secara tertulis pidatonya yang berjudul
“Asas dan Dasar Negara Kebangsaan Indonesia” yang akan merdeka sebagaimana yang
dijanjikan oleh jepang adalah :
a) Peri Kebangsaan
b) Peri Kemanusiaan
c) Peri Ketuhanan
d) Peri Kerakyatan
e) Kesejahteraan rakyat (keadilan sosial)
Ke-5 Asas dan dasar tersebut Prof. Mr. Muh. Yamin tidak diberi nama apapun.
2. Dalam pidato tanpa teks oleh Ir. Soekarno tanggal 1 Juni 1945 mengemukakan buah
pikirannya dan mengusulkan bahwa yang menjadi “Weltanschauung atau Philosophische
Grondslag” dari pada Indonesia merdeka adalah :
a) Kebangsaan Indonesia
b) Internasionalisme atau peri kemanusiaan
c) Mufakat atau Demokrasi
d) Kesejahteraan rakyat
e) Ketuhanan yang berkebudayaan, berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa.
Ke semuanya itu disebut “Pancasila” oleh Ir. Soekarno dengan mendapatkan petunjuk
istilah itu dari seorang teman ahli bahasa (sampai sekarang tidak dikenal siapa seorang
teman yang memberikan petunjuk istilah Pancasila itu).
3. Usulan Panitia 9 BPUPKI atau Dokuritzu Zyunbi Tyoosakai tanggal 22 Juni 1945, yang
diketuai oleh Ir. Soekarno sebagai Panitia Perancang Hukum Dasar/Undang-Undang.
Anggota-anggotanya : Drs. Moh. Hatta, Mr. AA. Maramis, Abikusno Cokrosuyoso,
Abubakar Musakkir, H Agus Salim, H. Ahmad Subardjo, KH. Wahid Hasyim, dan Mr.
Muh. Yamin mengusulkan rancangan Pembukaan UUD yang menjadi dasar bagi Indonesia
merdeka isinya dalam bentuk “Jakarta Charter” atau Piagam Jakarta, termasuk didalamnya
rumusan dan susunan Pancasila yang berbunyi :
“Ketuhanan dengan kewajiban menjalankan syariat Islam bagi pemeluk-pemeluknya,
menurut dasar kemanusiaan yang adil dan beradab. Persatuan Indonesia, Kerakyatan yang
oleh hikmah kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan serta dalam mewujudkan
keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
4. Pada Sidang Ke-2 BPUPKI tanggal 10 s/d 17 Juli 1945, tepatnya pada tanggal 15 Juli 1945
oleh Prof. Dr. Mr. Soepomo sewaktu menjelaskan pokok-pokok pikiran yang tersimpul
dalam Pembukaan UUD menyebutkan :
1) Berdasarkan atas persatuan dengan mewujudkan keadilan sosial bagi seluruh rakyat
Indonesia.
2) Negara Persatuan.
3) Negara yang berkedaulatan rakyat, berdasar atas kerakyatan dan permusyawaratan/
perwakilan.
4) Negara berdasarkan atas Ketuhanan, menurut kemanusiaan yang adil dan beradab.
5) Negara memperhatikan keistimewaannya penduduk yang terbesar ialah yang beragama
islam.
5. Rumusan Pancasila dalam sidang BPUPKI tanggal 16 Juli 1945, menyetujui rancangan
usulan yang diajukan oleh Panitia 9, akan tetapi mengalami beberapa perubahan kecil
mengenai redaksionalnya sesuai saran dan pendapat dari para anggota BPUPKI lainnya
dan diterima secara bulat tentang isi dan susunan Pancasila sebagai dasar Negara Indonesia
yang akan merdeka yaitu :
1) KetuhananYang Maha Esa
2) Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab
3) Persatuan Indonesia
4) Kerakyatan Yang dipimpin oleh Hikmah Kebijaksanaan dalam Permusyawaratan/
Perwakilan
5) Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
6. Pada Tanggal 7 Agustus 1945 oleh pemerintah Jepang membentuk Panitia Persiapan
Kemerdekaan Indonesia (PPKI) atau Dokuritzu Zyunbi Iinkai, yang beranggotakan : 21
orang, dimana Ir. Soekarno dan Drs. Moh. Hatta ditunjuk sebagai Ketua dan Wakil Ketua
PPKI. Dan atas inisiatif Ir. Soekarno menambah anggota 6 orang yang dimaksudkan
merupakan sebuah Panitia yang membawa suara dari seluruh Indonesia, yang dalam
perencanaan Pemerintah Jepang PPKI ini akan dilantik tanggal 18 Agustus 1945 dan
Kemerdekaan Indonesia akan diresmikan tanggal 24 Agustus 1945. Tetapi karena Jepang
menyerah tanpa syarat kepada Sekutu tanggal 15 Agustus 1945 maka pelantikan PPKI dan
Peresmian Kemerdekaan RI tidak dapat dilaksanakan sesuai rencana tersebut. Sehingga
atas desakan dari para anggota PPKI, supaya Ir. Soekarno dan Drs. Moh. Hatta segera
mengambil inisiatif sendiri untuk memproklamirkan Kemerdekaan Indonesia tanggal 17
Agustus 1945. Dan keesokan harinya tanggal 18 Agustus 1945 merumuskan dan
menetapkan Hukum Dasar Kemerdekaan Indonesia yang memuat Pembukaan UUD 1945
yang terdiri dari 4 (empat) alinea, dalam hal mana isi dan susunan Pancasila terdapat pada
alinea IV UUD 1945, yang berbunyi :
1) KetuhananYang Maha Esa
2) Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab
3) Persatuan Indonesia
4) Kerakyatan Yang dipimpin oleh Hikmah Kebijaksanaan dalam Permusyawaratan/
Perwakilan
5) Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
7. Rumusan Pancasila pada Konstitusi RIS (27 Desember 1949 – 19Mei 1950) dan UUD-S
tahun 1950 (14 Agustus 1950 – 5Juli 1959), adalah :
1) Ketuhanan
2) Peri Kemanusiaan
3) Kebangsaan
4) Kerakyatan
5) Keadilan Sosial
8. Rumusan Pancasila pada Dekrit Presiden tanggal 5 Juli 1959 sampai dengan sekarang,
yaitu untuk kembali kepada UUD 1945; Yang berarti isi dan susunan sila-sila Pancasila
sama dengan pengesahan dan penetapan Pembukaan UUD 1945 tanggal 18 Agustus 1945.
Jadi, sekarang kalau ditanya apakah sebenarnya Pancasila? Pancasila adalah falsafah
Negara Indonesia, yang sekaligus manjadi pandangan hidup bangsa Indonesia terdiri dari 5
(lima) sila tertentu yaitu :
1) KetuhananYang Maha Esa
2) Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab
3) Persatuan Indonesia
4) Kerakyatan Yang dipimpin oleh Hikmah Kebijaksanaan dalam Permusyawaratan /
Perwakilan
5) Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.

b. Peneguhan Pancasila secara Yuridis Kontitusional / Yuridis Formal.


Dalam sejarah Ketatanegaraan RI, bahwa keberadaan Pancasila sebagai dasar falsafah
Negara, sebagai Ideologi Bangsa Indonesia serta sebagai Cita-Cita dan tujuan Bangsa
Indonesia dalam hidup berbangsa dan bernegara, maka Pancasila secara yuridis konstitusional
maupun yuridis formal, tetap tercantum dalam berbagai peraturan perundang-undangan,
seperti terlihat dan tercatat :
1. Dalam Pembukaan UUD 1945, pada alinea ke-IV yang berbunyi “…Negara Republik
Indonesia yang berkedaulatan rakyat, dengan berdasarkan kepada Ketuhanan Yang
Maha Esa, Kemanusiaan yang Adil dan Beradab, Persatuan Indonesia dan Kerakyatan
yang dipimpin oleh Hikmah Kebijaksanaan dalam Permusyawaratan/ Perwakilan serta
dengan mewujudkan suatu Keadilan Sosial bagi seluruh Rakyat Indonesia”.
2. Dalam Konstitusi RIS dan UUD-S (27 Desember 1949 – 19Mei 1950 dan 19 Mei
1950 – 5 Juli 1959), dalam Mukadimahnya dari ke-2 UUD tersebut tetap menerima
dan mencantumkan Pancasila dengan rumusan yang berbunyi “… menyusun
Kemerdekaan kami itu dalam suatu Piagam Negara yang berbentuk Republik Federasi
dan atau Republik Kesatuan yang berdasarkan pengakuan Ketuhanan Yang Maha Esa,
Perikemanusiaan, Kebangsaan, Kerakyatan dan Keadilan Sosial”.
3. Pada Dekrit Persiden 5 Juli 1959, untuk Membubarkan Konstituante dan Kembali
berlakunya ke UUD 1945 bagi segenap Bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah
Indonesia. Dengan begitu kembali rumusan Pancasila seperti dalam Pembukaan UUD
1945 yang asli, yang berbunyi “… dengan berdasarkan kepada Ketuhanan Yang Maha
Esa, Kemanusiaan yang Adil dan Beradab, Persatuan Indonesia dan Kerakyatan yang
dipimpin oleh Hikmah Kebijaksanaan dalam Permusyawaratan/ Perwakilan serta
dengan mewujudkan suatu Keadilan Sosial bagi seluruh Rakyat Indonesia”.
4. Dalam Ketetapan MPRS No. XX/MPRS/1966, telah diterima baik memorandum
DPR-GR, yang antara lain dinyatakan “… Pancasila adalah sumber dari segala sumber
hukum”. Dijelaskan pula bahwa pandangan hidup, kesadaran dan cita-cita hukum serta
cita-cita moral luhur yang meliputi suasana kejiwaan serta watak dari Bangsa
Indonesia itu ialah cita-cita politik mengenai Kemerdekaan Individu, perdamaian
Nasional dan mundial, cita-cita politik mengenai kehidupan kemasyarakatan dan
keseragaman sebagai pengejawatahan dari pada budi murni manusia.
5. Instruksi Presiden No. 12 Tahun 1968, disebutkan “… bahwa untuk kepentingan
keseragaman mengenai tata urutan rumusan sila-sila dalam penulisan/ pengucapan
Pancasila perlu menetapkan tata urutan dan rumusan sila-sila sebagaimana dimuat
dalam Pembukaan UUD 1945, sebagai tata urutan dan rumusan dalam penulisan/
pengucapan/ pembacaan Pancasila”.
6. Dalam Ketetapan MPR No. IV/MPR/1973, antara lain menegaskan “… cita-cita
yang terkandung pada pandangan hidup, kesadaran dan cita-cita hukum serta cita-cita
moral luhur yang meliputi suasana kejiwaan serta watak dari Bangsa Indonesia yang
dipadatkan dalam Pancasila dan UUD 1945”.
7. Ketetapan MPR No. II/MPR/1978, ditetapkan “… tentang Pedoman Penghayatan
dan Pengamalan Pancasila (P4) atau Eka Prasetya Pancakarsa”. Dalam konsideran
tercantum penegasan bahwa Pancasila merupakan Pandangan Hidup Bangsa dan
Dasar Negara RI, perlu dihayati dan diamalkan secara nyata untuk menjaga kelestarian
dan keampuhannya demi terwujudnya tujuan nasional serta cita-cita bangsa.
8. Dalam UU No. 3 Tahun 1985 tentang Partai Politik dan Golongan Karya disini
Pancasila ditetapkan sebagai Dasar Negara, Ideologi dan Pandangan Hidup Bangsa
menjadi satu-satunya asas bagi organisasi kekuatan sosial politik (Partai-Partai Politik
dan Golongan Karya).
9. Ketetapan MPR No. XVIII/MPR/1998, Tentang Pencabutan TAP MPR No.
II/MPR/1978 Tentang P4 atau Eka Prasetya Pancakarsa; tetapi dalam Diktum
pencabutan itu diberi tambahan penetapan tentang Penegasan Pancasila sebagai Dasar
Negara yang dalam Pasal 1 dari Ketentuan tersebut menyebutkan “… Pancasila
sebagaimana dimaksud dalam Pembukaan UUD 1945 adalah Dasar Negara Kesatuan
RI, harus dilaksanakan secara konsisten dalam kehidupan bernegara”.
10. Dalam Ketetapan MPR No. IV/MPR/1999 Tentang GBHN dan UU No. 25 Tahun
2000 Tentang Propenas, tetap mempertahankan Proklamasi dan Pembukaan UUD
1945 sebagai Visi dan Misi bernegara, bermasyarakat dan berbangsa, yang berbunyi
“… pengamalan Pancasila secara konsisten dalam kehidupan bermasyarakat,
berbangsa dan bernegara.
11. Ketetapan MPR No. III/MPR/2000, Tentang Sumber Hukum dan Tata Urutan
Peraturan Perundang-Undangan, dimana dalam Pasal 1 : 3 dari ketetapan tersebut
menyebutkan :
a. Sumber hukum dasar nasional adalah Pancasila sebagaimana yang tertulis dalam
Pembukaan UUD 1945.
b. Tata urutan Perundang-Undangan NKRI, yaitu :
1) UUD 1945
2) Ketetapan MPR
3) Undang-Undang
4) Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang (PERPU)
5) Peraturan Pemerintah (PP)
6) Keputusan Presiden (Keppres)
7) Peraturan Daerah (Perda)
III. PHILOSOPHICITAS PANCASILA

1. Pengertian Filsafat
Kata “Falsafah” (Arab) secara etimologis merupakan padanan kata “Philosophy”
(Inggris) atau “Filsafat” (Indonesia) yang berasal dari bahasa Yunani yaitu Philosophia =
Philos atau Philein : berarti kekasih, sahabat, cinta, gemar dan kata Sophia berarti
kebijaksanaan (wisdom), kearifan, pengetahuan, ilmu. Jadi Filsafat atau Falsafah atau
Philosophy berarti cinta akan kebijaksanaan atau mencintai pengetahuan/ ilmu.
Atas dasar pengertian tersebut, maka beberapa sarjana merumuskan atau
mendefinisikan, antara lain :
1) I. R. Pujawiyatna
Filsafat adalah ilmu tentang segala sesuatu yang menyelidiki keterangan atau sebab
yang sedalam-dalamnya.
2) Prof. Dr. Y. Van Paassen, MSC
Filsafat adalah ilmu yang menyelidiki segala sesuatu menurut sebab musababnya yang
terdalam sejauh akal budi manusia belaka dapat menemukannya.
3) Prof. Dr. H. Arifin Abdulrachman
Filosofi adalah kegiatan-kegiatan pemikiran dan perasaan untuk mencari kebenaran dari
fenomena didunia dan alam semesta kita ini.
Dari beberapa rumusan atau defiinisi tersebut diatas dapat disimpulkan bahwa ada 3
(tiga ) unsur penting yang melekat pada filsafat itu :
a. Apakah yang menjadi objek materilnya, ialah segala-galanya yang ada dan yang
mungkin ada.
b. Apakah yang menjadi objek Formilnya, ialah sebab musababnya yang terdalam
(mencari keterangan atau background yang sedalam-dalamnya).
c. Apakah yang menjadi alat penyelidikannya, ialah akal budi manusia.
Adapun Lapangan Filsafat menurut objek materilnya, terbagi atas :
1. Prof. Dr. Y. Van Paassen, MSC dalam bukunya/ diktatnya “Theodicea”,
menggambarkan lapangan filsafat terbagi atas :
a. Bagian Ontis (apa yang ada), terdiri :
1) Kosmologi (tentang materi yang bukan hidup).
2) Biologi (tentang materi yang hidup).
3) Anthropologi (materi yang hidup dan berakal budi-manusia).
4) Theodicea (tentang Allah).
5) Ontologi/ Metafisika (segala-galanya yang ada pada umumnya).
b. Bagian Deontis (tentang apa yang harus ada), terdiri :
1) Etika (tingkah laku manusia, perbuatan baik/ buruk)
2) Logika (tuntutan untuk berfikir secara teratur)
3) Estetika (tuntutan untuk berbuat apa yang indah)
2. I.R. Pujawiyatna dalam bukunya “Etika”, menjelaskan lapangan Filsafat terbagi atas:
a. Ontologi
b. Theodicea
c. Anthropologi
d. Metafisika
e. Etika
f. Logika
g. Estetika
Dengan demikian atas dasar pembagian/ lapangan filsafat tersebut dapat kita simpulkan
bahwa ada 3 (tiga) jenis persoalan utama Filsafat :
1) Persoalan keberadaan (Being) atau eksistensi: metafisika – ontologi
2) Persoalan pengetahuan (Knowledge) atau kebenaran (truth) : logika – epistemologi
3) Persoalan nilai-nilai (values) : etika, estetika – aksiologi

2. Falsafah Pancasila
Falsafah Pancasila atau Filsafat Pancasila dan atau menurut Ir. Soekarno
“Weltanschauung atau Philosophische Grondslag” merupakan hasil perenungan jiwa yang
mendalam yang dilakukan Founding Fathers kita, yang dituangkan dalam suatu sistem
(Dr. Ruslan Abdul Gani) atau dengan kata lain “Filsafat Pancasila” adalah sebagai refleksi
kritis dan rasional tentang Pancasila sebagai dasar Negara dan kenyataan budaya bangsa,
dengan tujuan untuk mendapatkan pokok-pokok pengertiannya yang mendasar dan
menyeluruh.
Pancasila yang terdiri atas lima sila pada hakekatnya merupakan sistem filsafat, dalam
hal mana sila-sila Pancasila merupakan suatu kesatuan organis bulat dan utuh, suatu Totalitas
dan mempunyai sifat Particularitas dan Interelation artinya :
1. Pancasila itu terdiri atas lima sila harus dipandang sebagai satu Totalitas, karena sila
yang satu tidak bisa diceraikan dengan sila yang lain, dan terlebih lagi sila yang satu
tidak dapat dipertentangkan dengan sila yang lain. Sila-sila yang lain dalam Pancasila
merupakan satu kebulatan yang utuh.
2. Pancasila itu terdiri atas lima sila, yang masing-masing mempunyai Particularitas,
dalam hal mana sila yang satu tidak dapat dihilangkan demi kepentingan sila yang lain.
Sila-sila dalam Pancasila tidak dapat diperas, sehingga misalnya menjadi Tri Sila atau
Eka Sila, karena sila-sila dalam Pancasila masing-masing mempunyai kekhususan yang
khas.
3. Pancasila itu terdiri atas lima sila mempunyai Interelation, karena sila yang satu tidak
dapat dipisahkan dari sila yang lain atas cara sedemikian rupa, sehingga hubungan
antara sila terputus sama sekali. Sila yang satu mempunyai hubungan dengan satu, dua,
tiga, atau empat sila lainnya. Sila-sila dalam Pancasila saling berhubungan, saling
keterkaitan, interpendensi sila satu dengan sila lainnya.
Adapun susunan sila-sila dalam Pancasila itu sebagai suatu sistem yang bulat utuh
(Totalitas) mempunyai sifat Particularitas dan Interelation, dapat digambarkan sebagai
berikut:
- Sila 1, meliputi, mendasari, dan menjiwai sila 2,3,4, dan 5;
- Sila 2, diliputi, didasari, dijiwai sila 1, dan mendasari serta menjiwai sila 3,4, dan 5;
- Sila 3, diliputi, didasari, dijiwai sila 1 dan 2, dan mendasari serta menjiwai sila 4 dan
5;
- Sila 4, diliputi, didasari, dijiwai sila 1,2 dan 3 dan mendasari serta menjiwai sila 5;
- Sila 5, diliputi, didasari, dijiwai sila 1,2,3 dan 4.
Sedangkan inti sila-sila Pancasila meliputi :
- Tuhan, yaitu sebagai Kausa prima
- Manusia, yaitu mahluk Dwi Tunggal, mahluk individu dan makhluk sosial.
- Satu,yaitukesatuan memiliki kepribadian sendiri
- Rakyat, yaitu unsur mutlak Negara, harus bekerja sama dan gotong royong.
- Adil, yaitu memberi keadilan kepada diri sendiri dan orang lain yang menjadi haknya.
Jadi, Pancasila sebagai falsafah adalah Dasar Negara RI, falsafah dasar kebersamaan
Negara, yang mempersatukan bangsa Indonesia dalam Kebhinekaan, atau dengan kata lain
Pancasila yang terdiri atas lima sila (Five Moral Principles) mempunyai fungsi dari peranan
sebagai pedoman dan pegangan dalam sikap, tingkah laku dan perbuatan dalam kehidupan
sehari-hari dalam masyarakat, berbangsa dan bernegara bagi bangsa Indonesia. Atau dengan
kata lain Pancasila sebagai falsafah mengandung makna :
a. Pancasila sebagai dasar Negara atau falsafah bangsa (Philosophische Grondslag)
adalah Pancasila itu dijadikan dasar dalam mengatur penyelenggaraan pemerintahan
Negara dan pembangunan nasional.
b. Pancasila sebagai pandangan hidup bangsa (Way of Life – Weltanschauung) adalah
Pancasila dipergunakan sebagai petunjuk, tuntunan, pedoman hidup sehari-hari dan
digunakan sebagai arah semua kegiatan dalam segala bidang kehidupan bernegara dan
bermasyarakat; dalam pelaksanaannya tidak boleh bertentangan dengan norma-norma
kehidupan, baik norma agama, kesusilaan, sopan santun maupun norma hukum yang
berlaku.
Membahas Pancasila sebagai Filsafat, berarti kita harus mengungkapkannya kebenaran
sila-sila atas Pancasila. Yang dalam wawasan filsafat meliputi bidang atau aspek Penyelidikan
: Ontologi Pancasila, Epistemologi Pancasila, dan Aksiologis Pancasila. Namun sebagai
dasar awalnya kita telah melihat falsafah Pancasila dasi aspek Historicitasnya, Yuridicitasnya
dan Philosophicitasnya secara kurang lebih mendekat pada tujuan yang hendak dicapai dalam
perkuliahan di Semester 1 ini.
3. Pancasila sebagai Ideologi Bangsa dan Negara RI
Kata “Ideologi” berasal dari bahasa Yunani : Idea dan Logos. Idea berarti :
tanggapan, gagasan, konsep, pengertian dasar atau cita-cita. Logos berarti : ajaran atau
ilmu pengetahuan.
Jadi Ideologi berarti ilmu tentang cita-cita atau ilmu tentang pengertian dasar. Idea atau
cita-cita dimaksudkan adalah cita-cita yang tetap sifatnya dan harus dapat dicapai, sehingga
cita-cita itu sekaligus merupakan dasar, pandangan atau paham.
Ideologi yang semula berarti gagasan, Idea atau cita-cita lalu berkembang dalam suatu
masyarakat tertentu menjadi suatu paham atau seperangkat kepercayaan nilai atau pemikiran
oleh seseorang atau sekelompok orang yang menjadi suatu pegangan hidup dan sekaligus
menjadi dasar pemerintahan suatu Negara. Atas dasar pengertian-pengertian tersebut diatas,
oleh beberapa Sarjana merumuskan Ideologi itu sebagai berikut :
1. Prof. Dr. Soerjono Soekanto, SH, menyatakan bahwa Ideologi sebagai kumpulan
gagasan, ide, keyakinan, kepercayaan yang menyeluruh dan sistimatis yang menyangkut
bidang Politik, Sosial, Kebudayaan dan Agama. Pada bagian lain beliau menyimpulkan
bahwa ada 3 (tiga) pengertian yang berkenaan dengan kata “Ideologi”, yaitu :
a. Perangkat kepercayaan yang ditentukan secara sosial.
b. Sistim kepercayaan yang melindungi kepentingan golongan elit.
c. Sistim kepercayaan
2. Gunawan Setiardja, merumuskan Ideologi sebagai seperangkat ide asasi tentang
manusia dan seluruh realitas yang dijadikan pedoman dan cita-cita hidup.
3. Dr. Delian Noer
Ideologi sebagai suatu pandangan atau sistim nilai yang menyeluruh dan mendalam
yang dipunyai dan dipegang oleh suatu masyarakat tentang bagaimana cara yang
sebaiknya, yaitu secara moral dianggap benar dan adil, mengatur tingkah laku mereka
bersama dalam berbagai segi kehidupan duniawi mereka. Atau dengan kata lain ideologi
sebagai penjelmaan bersama dari suatu konsensus bersama dari berbagai kelompok atau
golongan kepentingan.
Dengan demikian dapat kita katakan bahwa Ideologi adalah kompleks ide-ide yang
merupakan suatu sistim tanggapan hidup, terutama yang berhubungan dengan suatu gerakan
sosial atau politik. Karena itu Pancasila sebagai suatu Ideologi bagi bangsa Indonesia.
Karena nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila itu menjadi cita-cita normative bagi
penyelenggaraan kehidupan berbangsa dan bernegara Indonesia adalah terwujudnya
kehidupan yang ber-Ketuhanan, yang ber-Kemanusiaan, yang ber-Persatuan, yang ber-
Kerakyatan dan yang ber-Keadilan.
Jadi, Pancasila sebagai Ideologi mengandung nilai-nilai yang berakar pada pandangan
hidup bangsa dan falsafah bangsa, karena Pancasila selain berfungsi sebagai cita-cita normatif
penyelenggaraan bernegara, tetapi Pancasila itu juga merupakan nilai yang disepakati
bersama. Oleh sebab itu Pancasila berfungsi sebagai sarana pemersatu masyarakat yang dapat
mempersatukan berbagai golongan masyarakat Indonesia.
Dalam filsafat Pancasila terdapat 3 (tiga) tingkatan nilai, yaitu :
- Nilai Dasar
- Nilai Instrumental
- Nilai Praksis
a. Nilai dasar, adalah asas-asas yang kita terima sebagai dalil yang bersifat mutlak,
sebagai sesuatu yang benar atau tidak perlu dipertanyakan lagi. Nilai-nilai dasar dari
Pancasila adalah nilai Ketuhanan, nilai Kemanusiaan, nilai Persatuan, nilai Kerakyatan
dan nilai Keadilan.
b. Nilai Instrumental, adalah nilai yang berbentuk norma Sosial dan norma Hukum yang
selanjutnya akan terkristalisasi dalam peraturan dan mekanisme lembaga-lembaga
Negara.
c. Nilai Praksis, adalah nilai yang sesungguhnya kita laksanakan dalam kenyataan. Nilai
ini merupakan batu ujian apakah nilai dasar dan nilai instrumental itu benar-benar hidup
dalam masyarakat.
IV. IDENTITAS NASIONAL

1. Pengertian
a. Identitas
Kata identitas berasal dari bahasa Inggris “Identity” yang berarti ciri-ciri, tanda-tanda
(Khas) atau jati diri yang melekat pada seseorang atau sesuatu yang membedakannya
dengan yang lain. Atau dengan kata lain identitas sebagai ciri-ciri khusus pada
seseorang atau benda dan atau persamaan mutlak tentang diri seseorang.
b. Nasional
Nasional berasal dari bahasa Inggris “Nation” yang berarti bangsa, yang merupakan
suatu kelompok teritorial dengan hak-hak kewarganegaraan yang sama, mempunyai
karakteristik sama, yang membedakannya dengan kelompok-kelompok masyarakat
lainnya. Jadi, Nasional menunjuk pada sifat khas kelompok yang memiliki ciri-ciri
kesamaan, baik fisik, seperti budaya, agama, bahasa maupun non fisik seperti :
keinginan, cita-cita dan tujuan.
c. Identitas Nasional
Dari uraian-uraian tersebut diatas maka dapat kita katakan bahwa yang dimaksud
dengan identitas nasional adalah identitas suatu kelompok masyarakat yang memiliki
ciri dan melahirkan tindakan secara kolektif yang diberi sebutan Nasional; dan atau
menurut pendapat Koenta Wibisono ( 2005 ), pengertian IdentitasNasional pada
hakekatnya adalah “manifestasi nilai – nilai budaya yang timbul dan berkembang dalam
aspek kehidupan suatu bangsa (Nation) dengan ciri-ciri khas dan dengan yang khas tadi
suatu bangsa berbeda dengan bangsa lain dalam kehidupannya.

2. Parameter Identitas Nasional


Parameter artinya suatu ukuran atau patokan yang dapat digunakan untuk menyatakan
sesuatu itu menjadi ciri-ciri khas suatu bangsa, antara lain yang menjadi Indikator Identitas
Nasional, yaitu pola perilaku yang nampak dalam kegiatan masyarakat seperti : adat istiadat,
tata kelakuan, kebiasaan serta lambang – lambang yang menjadi ciri bangsa dan Negara
adalah bendera nasional, bahasa dan lagu kebangsaan.
Sedangkan yang menjadi unsur – unsur pembentuk identitas nasional
berdasarkan parameter sosiologi, yaitu :
- Suku bangsa
- Kebudayaan
- Bahasa
- Kondisi geografis
Dan untuk Negara Indonesia yang menjadi unsur – unsur pembentuk identitas
nasional adalah :
- Sejarah
- Kebudayaan
- Akal budi
- Peradaban
- Pengetahuan
- Budaya unggul
- Suku bangsa/ keragaman/ majemuk
- Agama : multi agama dan
- Bahasa
Dalam kaitan dengan ciri-ciri khas yang membedakan bangsa Indonesia dengan bangsa
–bangsa lain, Dewan Perancang Nasional (DEPERNAS), dulu pernah merumuskan ciri-ciri
khas bangsa Indonesia yang dikutip oleh Drs. A.A Husain dalam diktatnya yang berjudul
“Ideologi Negara Pancasila tahun 1997” sebagai berikut :
a. Sifat – sifatasli, cara hidup dan kepercayaan bangsa Indonesia adalah :
1) Komunal
2) Kekeluargaan
3) Kerja sama
4) Sabar
5) Percaya adanya zat yang mutlak yang menjadi pangkal segala apa yang ada dan
terjadi di dunia ( alam semesta ) ini.
b. Dari hal-hal tersebut diatas berkembanglah ciri-ciri khas, budi dan kehidupan bangsa
Indonesia, antara lain :
1) Semangat gotong royong
2) Kekeluargaan
3) Ketuhanan
4) Kerakyatan
5) Kemanusiaan
6) Keadilan
7) Ramah tamah, dan
8) Sifat Bhineka Tunggal Ika
c. Selanjutnya dari ciri-ciri khas, budi dan kehidupan bangsa tersebut diatas, berkembang
pula pandangan hidup bangsa, yang terdiri dari :
1) Keadilan
2) Kerakyatan
3) Kebangsaan
4) Kemanusian dan
5) Ketuhanan, yang keseluruhannya itu sebagai “lima dasar tata hidup dan kehidupan
bangsa” yang telah sedalam-dalamnya terkandung jiwa dan kehidupan bangsa
Indonesia.
d. Kelima dasar tata hidup dan penghidupan yang telah menjadi pandangan hidup bangsa
itulah yang menjadi “sila – sila pancasila” dalam urutan-urutannya mulai dari
ketuhanan sebagai sila pertama dan seterusnya.
CATATAN :
a) Beberapa tahap/ periode perjuangan bangsa Indonesia dalam merintis,
mempertahankan dan mengisi kemerdekaan RI sampai pada saat ini ( demokratisasi
dan globalisasi ) tercatat periodesasinya sebagai berikut :
1. Periode perintis antara tahun 1908 – 1928
2. Periode pendobrak antara tahun 1928 – 1945
3. Periode penegak antara tahun 1945 – 1959
4. Periode konsolidasi antara tahun 1959 – 1966
5. Periode pembangunan antara tahun 1966 – 1998
6. Periode reformasi antara tahun 1998 – 2004
7. Periode demokratisasi dan globalisasi antara tahun 2004 sampai sekarang, dan
mungkin akan muncul perkembangan baru tentang periode daya saing bangsa
dalam rangka pembangunan dan pemerintahan.
b) 4 - Pilar kebangsaan Indonesia
1. Pancasila
2. UUD 1945
3. Bhineka tunggal ika
4. NKRI
c) Setelah diamandemennya/ disempurnakan UUD 1945 di era reformasi, maka
paradigma NKRI, berkiprah pada :
1. Adanya amandemen UUD 1945 ( amandemen I s/d IV )
2. Dihapuskanya Dwi fungsi ABRI
3. Penegakan Hukum dan HAM
4. Otonomi daerah
5. Kebebasan pers, dan
6. Demokrasi
V. POLITIK DAN STRATEGI NASIONAL

a. Pengertian
1. Politik
Secara Etimologis kata “Politik” berasal dari bahasa Yunani “Politeia”, yang akar
katanya “Polis” yang berarti : Kotaatau Negara Kota yang menunjukkan kesatuan
masyarakat yang berdiri sendiri.
Dari kata Polis ini kemudian diturunkan kata-kata lain, seperti : Polites (warga
Negara) dan Politikos nama sifat yang berarti kewarganegaraan (Civic) dan Politike
Technee untuk kemahiran Politik serta Politike Episteme untuk ilmu politik.
Kemudian orang Romawi mengambil oper perkataan Yunani itu dan menamakan
“Pengetahuan tentang Negara (Pemerintah), Arts Political artinya kemahiran (Kunts)
tentang masalah – masalah kenegaraan.
Dari keterangan – keterangantersebut diatas kemudian beberapa Sarjana Politik
memberikan rumusan/ batasan tentang pengertian politik, sebagai berikut :
1) Joyce Mitchell dalam bukunya Political Analysis and Public Policy menegaskan
bahwa : “Politics is Collective Decision Making or the making of public policies for
entire society” (Politik adalah pengambilan keputusan kolektif atau pembuatan
kebijaksanaan umum untuk masyarakat seluruhnya).
2) Drs. La Ode Malim dalam bukunya Filsafat Politik mengatakanbahwa“Politik
adalah keseluruhan dari pada semua kegiatan yang bertujuan untuk memenuhi
kepentingan masyarakat, yang dilaksanakan melalui pendukung kewibawaan dan
atau kekuasaan tertinggi dalam masyarakat yang bersangkutan.
3) Prof. Miriam Budiardjo dalam bukunya Dasar-dasar ilmu politik mengatakan
bahwa “Politik adalah membagikan dan mengalokasikan nilai-nilai secara mengikat.
4) Harold D. Laswell dalam bukunya Who gets when and How menjelaskan bahwa
“Politik adalah masalah siapa mendapat apa, kapan dan bagaimana”.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa “Politik” dapat diartikan sebagai proses
pembentukan dan pembagian kekuasaan dalam masyarakat antara lain berwujud proses
pembuatan keputusan dalam Negara.
2. Strategi
Kata strategi berasal dari bahasa Yunani Strategos yang dapat diterjemahkan sebagai
Komandan militer. Dalam kamus Indonesia dijumpai terjemahannya ilmu siasat, taktik.
Dan dari kata-kata tersebut dalam proses Pembangunan Nasional dirumuskan strategi itu
“sebagai rencana pembangunan jangka panjang dan disertai tindakan-tindakan yang
konkrit untuk mewujudkan sesuatu yang telah direncanakan sebelumnya.
Politik Nasional adalah suatu kebijaksanaan umum dan pengambilan kebijakan/
pengambilan keputusan oleh yang berhak dan berwewenang, untuk mencapai suatu cita-
cita dan tujuan Nasional. Sedangkan Strategi Nasional adalah cara melaksanakan Politik
Nasional dalam upaya mencapai sasaran dan tujuan yang ditetapkan oleh Politik Naisonal;
Atau dapat kita katakan bahwa Strategi Nasional disusun untuk mendukung terwujudnya
Politik Nasional.
Demikian pula yang dimaksudkan dengan kebijaksanaan atau Wisdom adalah
pemikiran dan pertimbangan yang mendalam untuk menjadi dasar (Landasan) bagi
perumusan kebijakan. Dan yang dimaksudkan dengan kebijakan (Policy) adalah
seperangkat keputusan yang diambil oleh pelaku-pelaku politik dalam rangka memilih
tujuan dan bagaimana cara untuk mencapai tujuan.

b. Politik dan Strategi Nasional


Dalam tahun 1908 – 1945Politik Nasional Indonesia adalah perjuangan untuk merintis
dan merebut kemerdekaan menjadi suatu bangsa yang berdaulat pada tanggal 17 Agustus
1945 dengan Strategi Nasionalnya melakukan perlawanan diberbagai daerah untuk mengusir
penjajahan, serta menetapkan UUD 1945 pada tanggal 18 Agustus 1945 sebagai salah satu
bagian yang essensial dari suatu Negara yang merdeka untuk sejajar dengan bangsa-bangsa
lain yang merdeka pada abad ke-19.
Pada awal – awal Republik Indonesia terbentuk, tahun 1945-1965 adalah periode
kepemimpinan Soekarno dengan Demokrasi Terpimpin. Kedudukan Presiden Soekarno
menurut UUD 1945 adalah Kepala Negara sekaligus Kepala Pemerintahan (Presidensil/ single
executive) dengan Politik Nasionalnya adalah melaksanakan dan mewujudkan pokok-pokok
pikiran yang terkandung dalam Pembukaan UUD 1945 dengan Strategi Nasionalnya adalah
pelaksanaan Demokrasi Terpimpin, dalam hal mana Sistem Presidensil berubah menjadi Semi
Presidensil/ Double Executive dengan Sutan Syahrir sebagai Kepala Pemerintahan/ Perdana
Menteri. Proses Pemerintahan menjadi tidak sehat dan pada akhirnya masyarakat yang
merasakan POLSTRANAS pada saat itu sangat kental dengan unsur-unsur kediktatoran,
karena politik dan strategi nasional hanya berpusat pada satu orang, tanpa control yang
memadai dari pihak manapun. Efek dari kediktatoran ini adalah perekonomian menjadi tidak
maju, partisipasi massa sangat dibatasi, penghormatan terhadap HAM rendah dan masuknya
militer ke dalam tubuh pemerintahan sehingga berimbas keterpurukan dari sistem ini.
Presiden Soeharto diangkat menjadi Presiden oleh MPRS pada tahun 1966 dan lengser
pada tahun 1998. Semasa 32 tahun kekuasaannya, Soeharto menggunakan GBHN sebagai
acuan politik dan strategi nasional yang sebelumnya telah disusun oleh MPR. Sebagian besar
anggota MPR pada masa itu adalah orang-orang pilihan Soeharto sehingga dapat dipastikan
bahwa POLSTRANAS pada saat itu adalah dalam memajukan ekonomi makro, namun
ekonomi mikro sangat lemah dan kegiatan Pembangunan cenderung berpusat di Pemerintahan
Pusat.
Pada tahun 1998-1999 Presiden B.J. Habibie, tahun 1999-2001 Abdurrahman Wahid,
kemudian tahun 2001-2004 menjabat Megawati Soekarno Putri sebagai Presiden Republik
Indonesia. Masa-Masa ini merupakan masa Euphoria Reformasi. Indonesia seperti dilahirkan
kembali, menjadi sebuah bangsa yang terbebas dari berbagai macam ketidakadilan
pemerintah. Reformasi didengungkan di segala bidang. Selama kurang lebih 6 (enam) tahun
masa reformasi ini POLSTRANAS Indonesia masih mengacu kepada GBHN yang dibuat dan
ditetapkan oleh MPR. Pada kurun waktu ini bangsa Indonesia mengalami perubahan hampir
diseluruh aspek kehidupan berbangsa dan bernegara. Merupakan masa-masa transisi dari Orde
Baru milik Soeharto menuju pemerintah yang demokratis di seluruh aspek kehidupan.
Terpilihnya Presiden DR. Susilo Bambang Yudhoyono pada Pemilihan Umum secara
langsung tahun 2004 menandai pula perubahan dalam perumusan POLSTRANAS. Pada masa
ini POLSTRANAS disusun berdasarkan Visi dan Misi langsung dari Presiden yang
disampaikan dalam Pidato Kenegaraan dihadapan segenap anggota MPR, DPR dan anggota
Lembaga Tinggi Negara lainnya. Visi dan Misi inilah yang dipergunakan sebagai Politik
Strategi Nasional dalam menjalankan pemerintahan dan melaksanakan pembangunan selama
5 (lima) tahun. Sampai pada akhirnya terpilih kembali pada tahun 2009.
Adapun yang menjadi Visi dan Misi berbangsa dan bernegara, adalah :
VISI :(terdapat pada alinea ke-2 Pembukaan UUD 1945) yaitu :
“Negara Indonesia yang merdeka, bersatu, berdaulat, adil dan makmur”
MISI : (terdapat pada alinea ke-4 Pembukaan UUD 1945) yaitu :
1. Melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia.
2. Memajukan kesejahtraan umum.
3. Mencerdaskan kehidupan bangsa.
4. Ikut melaksanakan ketertiban dunia berdasarkan kemerdekaan, perdamaian
abadi dan keadilan sosial.
Sebelum tahun 2004 Presiden merupakan mendataris MPR. Dipilih dan diangkat oleh
MPR, serta menjadikan GBHN yang dibuat dan ditetapkan oleh MPR sebagai acuan bagi
Politik dan Strategi Nasional.
Kebijakan ini kemudian ditiadakan setelah diadakannya pemilihan langsung oleh rakyat
terhadap Presiden dan Wakil Presiden pada tahun 2004. GBHN yang sebelumnya
dipergunakan sebagai acuan penyusunan POLSTRANAS kemudian digantikan oleh pidato
kenegaraan tentang visi dan misi Presiden dan Wakil Presiden yang disampaikan pada saat
sidang MPR. Pidato visi dan misi ini diperdengarkan setelah Presiden dan Wakil Presiden
secara resmi dilantik, diambil sumpah dan janjinya.
Presiden dan Wakil Presiden terpilih, secara moral bertanggung jawab terhadap apa
yang telah ia janjikan kepada masyarakat dalam kaitannya dengan upaya mendapat simpati
dari masyarakat melalui proses kampanye. Setiap calon Presiden dan Wakil Presiden
menjanjikan segala hal yang luar biasa bagi kehidupan masyarakat jika pada pemilihan umum
mendapat suara terbanyak.
Menjadi kewajiban mutlak bagi Presiden dan Wakil Presiden terpilih untuk memenuhi
janji yang sebelumnya ia sampaikan kepada masyarakat. Janji-janji inilah yang mereka
gunakan sebagai salah satu acuan penyusunan visi dan misi (Politik dan Strategi Nasional)
dalam membangun bangsa dan Negara selama satu periode pemerintahan (5 tahun). Apabila
dalam berjalannya proses pemerintahan tidak sesuai dengan apa yang sebelumnya mereka
janjikan, masyarakat dapat mempertanyakan hal ini kepada pemerintah dan wujud
pertanggung-jawaban terakhir adalah mundurnya Presiden dan Wakil Presiden dari kursi
Kepresidenan atau timbulnya gejolak-gejolak sosial lainnya, seperti : Demonstrasi, Petisi,
Korupsi, Kerusuhan, dan lain sebagainya.
Menjadi kewajiban mutlak bagi Presiden dan Wakil Presiden terpilih untuk memenuhi
janji yang sebelumnya ia sampaikan kepada masyarakat. POLSTRANAS disusun dengan
memahami pokok-pokok pikiran yang terdapat dalam Sistem Manajemen Nasional yang
berdasarkan Ideologi Pancasila, UUD 1945, Wawasan Nusantara dan Ketahanan
Nasional.
Landasan pemikiran dalam Manajemen Nasional dipergunakan sebagai kerangka acuan
dalam penyusunan Politik Strategi Nasional, karena didalamnya terkandung Dasar Negara,
cita-cita Nasional dan Konsep Strategi Bangsa Indonesia.
Eksekutif Negara menjadikan visi dan misi Presiden sebagai acuan dalam proses
penysunan POLSTRANAS. Strategi Nasional dilaksanakan oleh para Menteri dan Pimpinan
Lembaga – Lembaga Negara setingkat Menteri dengan arahan langsung dari Presiden.
POLSTRANAS hasil penyusunan Presiden harus memuat tujuan Negara yaitu melindungi
segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia, memajukan kesejahteraan
umum, mencerdaskan kehidupan bangsa dan ikut melaksanakan ketertiban dunia berdasarkan
kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial.
Meskipun pada saat ini POLSTRANAS tidak disusun langsung oleh MPR, Lembaga ini
tidak bisa lepas tangan terhadap realisasi Politik Strategi Nasional berdasarkan Visi dan Misi
Presiden. MPR yang anggota-anggotanya terdiri dari DPR dan DPD adalah pengawal segala
kebijakan yang berkaitan dengan hajat hidup masyarakat. Mengaspirasikan masyarakat luas,
dan menjaga kestabilan pemerintahan. Antara eksekutif, legislative dan yudikatif tidak dapat
berdiri sendiri. Ketika unsur ini diharapkan mampu bekerjasama dalam kaitannya dengan
mewujudkan tujuan Negara Indonesia.
Proses penyusunan Politik dan Strategi Nasional merupakan sasaran yang akan dicapai
oleh segenap rakyat Indonesia. Penyelenggara Negara harus mengambil langkah-langkah
pembinaan terhadap seluruh lapisan masyarakat dengan mencantumkan sasaran
POLSTRANAS pada masing-masing bidang.
Dalam era ini masyarakat memiliki peranan yang sangat besar dalam pengawasan
Politik dan Strategi Nasional yang dibuat dan dilaksanakan oleh segenap penyelenggara
Negara, guna mewujudkan tujuan luhur Negara yang telah ditetapkan sebelumnya
padaPembukaan UUD 1945 dan atau menjadi Visi dan Misi dalam hidup berbangsa dan
bernegara.

Anda mungkin juga menyukai