Anda di halaman 1dari 145

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Proses belajar dalam pendidikan adalah proses yang mana seseorang

diajarkan untuk bersikap setia dan taat dan juga pikirannya dibina dan

dikembangkan. Pendidikan bagi bangsa yang sedang berkembang seperti

bangsa Indonesia saat ini merupakan kebutuhan mutlak yang harus

dikembangkan secara tahap demi tahap.

Berhasil tidaknya proses belajar mengajar (pendidikan) tergantung

dari faktor – faktor dan kondisi yang mempengaruhi proses belajar

mengajar. Faktor dan kondisi yang mempengaruhi proses belajar

sesungguhnya banyak sekali macamnya, baik ada pada diri siswa sebagai

pelajar, pada guru sebagai pengajar, metode mengajar, bahan materi

pelajaran harus diterima siswa, maupun sarana dan prasarana.

Proses belajar yang baik adalah proses belajar yang bisa memudahkan

siswa dalam memahami materi pelajaran yang diajarkan. Sikap disiplin

dalam belajar sangat diperlukan untuk terwujudnya suatu proses belajar

yang baik. Sikap disiplin dalam belajar akan lebih mengasah keterampilan

dan daya ingat siswa terhadap materi yang telah diberikan, karena siswa

belajar menurut kesadarannya sendiri serta siswa akan lebih mudah dalam

mengerjakan soal – soal dari materi yang diberikan.

Belajar dengan disiplin yang terarah dapat menghindarkan diri dari

rasa malas dan menimbulkan rasa keinginan siswa dalam belajar, yang pada
2

akhirnya akan dapat meningkatkan daya kemampuan belajar siswa. Disiplin

adalah kunci sukses dan keberhasilan. Dengan disiplin seseorang menjadi

yakin bahwa, disiplin akan membawa manfaat yang dibuktikan dengan

tindakannya. Setelah berprilaku disiplin, seseorang akan dapat merasakan

bahwa disiplin itu pahit tetapi buahnya manis. Disiplin memberikan manfaat

yang besar dalam diri seseorang. Sepintas bila kita mendengar kata disiplin

maka yang selalu terbayang usaha untuk menyekat, mengawal dan

menahan. Padahal tidak demikian, sebab disiplin bermakna melatih,

mendidik dan mengatur atau hidup teratur. Artinya kata disiplin itu tidak

terkandung makna sekatan, tetapi juga latihan. Untuk itulah kedisiplinan

sangat diperlukan dalam usaha meningkatkan suatu kehidupan yang teratur

dan meningkatkan prestasi dalam belajar karena sifatnya yang mengatur dan

mendidik. Dari kebanyakan orang – orang sukses rasanya tidak ada diantara

mereka yang tidak berdisiplin, kedisiplinan yang tertanam dalam setiap

kegiatan merekalah yang membawa kesuksesan.

Kurangnya kesadaran dalam diri siswa untuk mengikuti pelajaran

selayaknya seorang siswa, hal ini dapat terlihat dalam sebagian kecil dari

siswa yang absen terlambat disaat daring. Selain itu waktu guru memberikan

memberikan tugas kepada siswa, siswa tersebut tidak serius dalam

mengerjakan tugas, bahkan ada beberapa siswa yang menyelesaikan tugas

tidak tepat pada waktunya.

Disiplin di sekolah itu sangat diperlukan. Karena dalam aplikasinya,

kedisiplinan berguna sebagai tolak ukur mampu atau tidaknya seseorang


3

dalam menaati aturan yang sangat penting bagi stabilitas kegiatan belajar

mengajar.

Selain itu sikap disiplin diperlukan untuk masa depan bagi

pengembangan watak dan pribadi seseorang agar menjadi tangguh dan

dapat diandalkan bagi seluruh pihak. Terutama disiplin dalam etika dan

kesopanan merupakan salah satu hal yang sangat sulit diperbaiki di zaman

sekarang sebab ada pengaruh teknologi, perkembangan zaman dan faktor

lingkungan.

Untuk kedepannya siswa perlu ditingkatkan lagi pemahaman tentang

etika dan kedisiplinan. Serta membatasi penggunaan teknologi agar tidak

terjurumus ke dalam hal negatif. Lalu terkait manfaat kedisiplinan bisa

dijabarkan sebagai berikut :

1. Memberikan rasa aman

Kedisiplinan tentu akan memberikan rasa aman dan nyaman,

apabila semua penduduk sekolah dapat mematuhi aera kedisiplinan ini

maka setiap sekolah akan merasakan aman dan nyaman dalam

melaksanakan pelajaran.

Kedisiplinan tidak hanya dilakukan oleh siswa saja, tetapi

kedisiplinan harus dilakukan oleh semua orang yang ada di sekolah.

Termasuk para wali murid, yang harus disiplin untuk menjaga dan

mengasuh anaknya menjadi pribadi yang berkarakter. Rasa aman dalam

sekolah juga dapat dilihat dari warga sekolah yang melakukan segala
4

sesuatu dengan musyawarah, karena sengat banyak manfaat

musyawarah yang penting untuk kehidupan.

2. Melatih tanggung jawab

Selain manfaat hidup mandiri, manfaat disiplin pun akan dapat

melatih tanggung jawab seseorang atas apa yang telah diperbuat. Orang

menjadi disiplin itu artinya mereka menaati aturan yang ada. Hal ini

menunjukkan bahwa individu itu bertanggung jawab atas dirinya

dengan mematuhi aturan – aturan yang ada sehingga menjadi individu

yang disiplin. Tentu hal seperti ini baik bila diajarkan sejak dini agar

anak – anak kelak bertanggung jawab dan disiplin.

3. Menjadi anak teladan

Di sekolah tentu ada anak teladan, anak teladan tidak hanya dilihat

dari kepandaiannya saja, tetapi juga dilihat dari bagaimana menjalankan

kehidupan atau berprilaku terhadap teman-temannya di kesehariannya.

Hal ini tentu tidak jauh dari sikap disiplin yang harus dimiliki oleh

siswa. Sikap disiplin seperti ini akan membantu siswa menjadi anak

teladan.

4. Menjadi anak yang berprestasi

Bukan tidak mungkin seseorang yang memiliki kedisiplinan tinggi

akan mendapatkan prestasi yang melimpah, entah itu prestasi dalam

bidang karakter atau bidang pendidikannya. Pada dasarnya prestasi ini

memang di dongkrak dengan sikap disiplin siswa siswinya, salah


5

satunya adalah disiplin dalam waktu. Menghargai waktu dan terus

belajar sehingga akan membuat siswa menjadi pandai dan berprestasi.

5. Kegiatan belajar mengajar lebih efektif

Banyak siswa kadang tidak disiplin dalam pelajaran, misalnya

siswa sering ribut ketika guru menerangkan. Hal ini tentu karena siswa

tidak memiliki rasa bertanggung jawab dan disiplin terhadap apa yang

sudah dituliskan dalam peraturan. Maka dari itu perlunya pendisiplinan

agara kegiatan belajar mengajar menjadi efektif.

6. Melatih siswa untuk berketerampilan dalam lingkungan sosial

Kedisiplinan tidak hanya dilakukan di sekolah saja, tetapi perlu

Diterapkan di lingkungan sosial. Prilaku disiplin ini tidak hanya

dilakukan sekali saja, namun harus menjadi budaya individu agar dapat

disiplin di lingkungan sosial. Maka seorang yang sudah masuk dalam

lingkungan sosial perlu banyak penyesuaian terhadap berbagai macam

karakter individu. Namun dengan kedisiplinan akan membuat seseorang

mudah dalam memahami setiap karakter individu.

7. Meningkatkan rasa persatuan dan kebersamaan

Hal ini dapat dibuktikan dalam disiplin waktu, satu langkah

meningkatkan rasa persatuan dan kebersamaan adalah dengan disiplin

waktu. Misalnya mampu menghargai waktu teman dengan tujuan

menghindari keributan karena saling menunggu. Dengan disiplin waktu

segala hal akan mudah selesai.


6

Disiplin dan tata tertib sekolah merupakan pedoman bagi sekolah

untuk menciptakan susana sekolah yang aman dan tertib. Hal ini yang akan

menghindari dari kejadian-kejadian yang bersifat negatif.

Pendidikan Pancasila merupakan pelajaran yang memberikan

pedoman kepada setiap insan untuk mengkaji, menganalisis, dan

memecahkan masalah-masalah pembangunan bangsa dan Negara dalam

perspektif nilai-nilai dasar Pancasila sebagai ideologi dan dasar Negara

Republik Indonesia. Dengan penyelenggaraan Pendidikan Pancasila

diharapkan dapat tercipta wahana pembelajaran bagi para pesera didik untuk

secara akademik mengkaji, menganalisis, dan memecahkan masalah-

masalah pembangunan bangsa dan negara dalam perspektif nilai-nilai dasar

Pancasila sebagai ideologi dan dasar negara Republik Indonesia. Dengan

demikian diharapkan peserta didik mampu menempatkan diri secara tepat

dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.

Sesuai dengan amanat Perpres Nomor 87 Tahun 2017 tentang

Penguatan Pendidikan Karakter, satuan pendidikan bertanggung jawab

untuk memperkuat karakter peserta didik melalui harmonisasi olah hati,

olah rasa, olah pikir, dan olah raga dengan pelibatan dan kerja sama antara

satuan pendidikan, keluarga, dan masyarakat sebagai bagian dari Gerakan

Nasional Revolusi Mental (GNRM).

Oleh karena itu, diperlukan strategi khusus yang dilakukan satuan

pendidikan agar dapat menanamkan nilai-nilai karakter pancasila dalam diri


7

peserta didik, salah satunya dengan cara mengimplementasikan pendidikan

karakter berbasis budaya sekolah. Terdapat beberapa strategi yang bisa

diterapkan untuk menanamkan pendidikan karakter pancasila berbasis

budaya sekolah, antara lain sebagai berikut:

1. Penerapan dalam Intrakurikuler

Dalam proses pembelajaran tematik, guru diharapkan tidak hanya

menyampaikan ilmu pengetahuan sesuai dengan mata pelajaran, namun

memasukkan unsur nilai Pancasila/budi pekerti/karakter di dalamnya.

Guru harus mampu memberikan informasi tentang manfaat, dampak,

dan bagaimana memanfaatkan pengetahuan dengan bijak. Ilmu

pengetahuan yang dibarengi dengan nilai-nilai Pancasila/budi

pekerti/karakter, seharusnya juga dapat menumbuhkan kepedulian pada

lingkungan.

2. Penerapan dalam Bidang Kokurikuler

Dalam rangka menanamkan karakter pancasila pada bidang

Kokurikuler, siswa dapat diminta melakukan kegiatan studi lapangan.

Dari kegiatan tersebut, siswa dapat mempraktikkan teori-teori yang

didapatkan dalam kelas. Selain itu, siswa dapat menghayati bagaimana

kerja keras dalam menghasilkan suatu produk, peduli terhadap kerja

keras, menghargai sesama, dan juga dapat mensyukuri berkah sehingga

membentuk karakter siswa.


8

3. Penerapan dalam Kegiatan Ekstrakurikuler

Kegiatan ekstrakurikuler seperti olahraga, seni budaya dan

keterampilan lainnya menumbuhkan karakter, kreativitas, dan

kemandirian bagi siswa. Siswa tentunya dapat mengikuti kegiatan

ekstrakurikuler sesuai dengan bakat dan minat masing-masing, sehingga

terasa lebih menyenangkan.

4. Penerapan dalam Bidang Non-Kokurikuler

Kegiatan bidang non-kokurikuler seperti kerja bakti, melakukan

ibadah bersama misalnya shalat berjamaah, bersalaman, serta

pembiasaan-pembiasaan baik dapat diterapkan untuk menumbuhkan

nilai Pancasila/budi pekerti/karakter yang baik bagi siswa. Selain itu,

strategi lain seperti menggelar kegiatan upacara bendera hari Senin,

apel, dan menyanyikan lagu Indonesia Raya, lagu-lagu nasional, dan

berdoa bersama yang dilanjutkan dengan membaca kitab suci dan/atau

buku-buku non-pelajaran selama 15 menit sebelum memulai

pembelajaran juga bisa dilakukan di lingkungan sekolah.

Diharapkan dengan meningkatkan prestasi belajar pada pendidikan

pancasila kedepannya siswa mampu menanamkan daya nalar kritis sehingga

mencerminkan pelajar yang cerdas dan budi luhur. Pendidikan yang baik

akan menjadikan negara yang berbudaya dan memiliki peradaban yang baik

dimasa mendatang.

Siswa diharapkan mampu mengaktualisasi diri dengan apa yang

mereka pelajari dibangku sekolah dan mengimplementasikannya dalam


9

kehidupan sehari – hari, sehingga apa yang mereka pelajari dapat dirasakan

manfaatnya baik untuk diri sendiri maupun lingkungan dalam segala kondisi

termasuk dalam pandemi seperti sekarang. Siswa mampu beradaptasi baik

kondisi, lingkungan maupun perbedaan sehingga mencerminkan profil

pelajar pancasila.

Untuk pencapaian prestasi belajar pada mata pelajaran pancasila,

dimulai dari bentuk disiplin dalam kehidupan sehari – hari. Contohnya

dengan disiplin siswa diharapkan menjadi manusia yang terarah, dalam

kegiatan sekolah maupun kegiatan diluar sekolah, pentingnya prestasi siswa

sebagai tolak ukur dari keberhasilan kegiatan mengajar didalam sekolah,

dimulai dengan disiplin waktu, disiplin dalam mengerjakan tugas.

Sehubungan dengan uraian di atas, maka peneliti ingin mengadakan

penelitian dengan judul “Hubungan peningkatan sikap disiplin siswa

dengan prestasi belajar pada Materi Pendidikan Pancasila di SMPN 3

Pagedangan Kabupaten Tangerang”

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang diidentifikasi, maka

permasalahan yang dapat diidentifikasi sebagai berikut :

1. Adakah hubungan antara disiplin belajar dengan prestasi belajar ?

2. Apakah terdapat beberapa siswa yang tidak memiliki sikap

disiplin ?
10

3. Apakah masih ada siswa yang belum mengerti arti dari sikap

disiplin ?

4. Apakah sekolah mengharapkan siswa mendapatkan prestasi ?

C. Pembatasan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah tersebut, peneliti membatasi

penelitian ini kedalam dua variable, yakni variable persepsi siswa pada

konsep demokrasi dan variabel persepsi siswa pada konsep demokrasi dan

variabel kebebasan pendapat.

1. Variabel X

Variable pemahaman tentang hubungan peningkatan sikap disiplin

siswa melalui tata tertib dan aturan di SMPN 3 Pagedangan Kabupaten

Tangerang.

2. Variable Y

Variable prilaku kedisiplinan siswa dibatasi oleh kemauan minat belajar

di SMPN 3 Pagedangan Kabupaten Tangerang.

D. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah dan identifikasi masalah dan

pembatasan masalah di atas, maka dapat dirumuskan permasalahannya

sebagai berikut : adakah hubungan pemahaman tentang kedisiplinan siswa

dengan prestasi belajar pada materi Pendidikan Pancasila di SMPN 3

Pagedangan Kabupaten Tangerang ?


11

E. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan data secara empiris

mengenai Hubungan Disiplin Siswa Dengan Prestasi Belajar Pada Materi

Pendidikan Pancasila Di SMPN 3 Pagedangan Kabupaten Tangerang.

F. Manfaat Penelitian

a. Kegunaan dari penelitian ini adalah :

1. Bagi Sekolah

Sebagai bahan pertimbangan untuk mengambil kebijakan

2. Bagi Peneliti

a) Memberikan sumbangan pikiran kepada pihak sekolah perlunya

menerapkan kedisiplinan belajar siswa dalam meningkatkan prestasi

belajar siswa.

b) Agar dapat menentukan kebijakan yang terbaik dengan kedisiplinan

belajar dengan prestasi belajar.

3. Bagi Guru

Guru dapat menanamkan sikap kedisiplinan belajar kepada siswa agar

dapat meningkatkan prestasi belajarnya.

4. Bagi Siswa

Dapat memotivasi mereka untuk lebih disiplin lagi dalam belajar,

sehingga mereka memiliki prestasi yang memuaskan.


12

BAB II

TINJAUAN TEORITIS, KERANGKA BERFIKIR & HIPOTESIS

PENELITIAN

A. Tinjauan Teoritis

1. Hakikat Sikap Disiplin Siswa

Sikap adalah pernyataan evaluatif terhadap objek, orang atau

peristiwa. Hal ini mencerminkan perasaan seseorang terhadap sesuatu.

Sikap merupakan suatu sindrom atau kumpulan gejala dalam merespons

stimulus atau objek sehingga sikap itu melibatkan pikiran, perasaan,

perhatian dan gejala kejiwaan yang lain (Notoatmodjo, 2012).

Sikap sebagai suatu bentuk perasaan, yaitu perasaan mendukung

atau memihak (Favourable) maupun perasaan tidak mendukung

(Unfavourable) pada suatu objek. Sikap adalah suatu pola perilaku,

tendensi atau kesiapan antisipatif, predisposisi untuk menyesuaikan diri

dalam situasi social, atau secara sederhana yang merupakan respon

terhadap stimulasi social yang telah terkoordinasi. Sikap dapat juga

diartikan sebagai aspek atau penilaian positif atau negatif terhadap suatu

objek (Rinaldi,2016).

Sikap mempunyai tiga komponen utama : kesadaran, perasaan

dan prilaku. Keyakinan bahwa “Diskriminasi itu salah” merupakan

sebuah pernyataan evaluatif. Opini semacam ini adalah komponen

kognitif dari sikap yang menentukan tingkatan untuk bagian yang lebih

penting dari sebuah sikap – komponen afektifnya.


13

Perasaan adalah segmen emosional atau perasaan dari sebuah

sikap dan tercemin dalam pernyataan seperti “saya tidak menyukai John

karena ia mendiskriminasi orang – orang minoritas.” Akhirnya,

perasaan bisa menimbulkan hasil akhir dari perilaku. Komponen prilaku

dari sebuah sikap merujuk pada suatu maksud untuk berprilaku dalam

cara tertentu terhadap seseorang atau sesuatu.

Menurut Allport (1954, dalam Notoadmodjo, 2012) sikap

mempunyai tiga komponen pokok, yaitu:

a. Kepercayaan (keyakinan), ide dan konsep terhadap suatu

objek.

b. Kehidupan emosional atau evaluasi terhadap objek.

c. Kecenderungan untuk bertindak.

Ketiga komponen itu secara bersama – sama membentuk suatu

sikap yang utuh (total attitude) dan dipengaruhi oleh pengetahuan,

pikiran, keyakinan dan emosi. Sikap mempunyai beberapa tingkatan,

diantaranya :

a) Menerima (receiving), pada tingkat ini individu mau

mempehatikan stimulus yang diberikan berupa objek atau

informasi tertentu.

b) Merespon (responding), pada tingkat ini individu akan

memberikan jawaban apabila ditanya mengenai objek tertentu

dan menyelesaikan tugas yang diberikan. Usaha individu

untuk menjawab dan menyelesaikan tugas yang diberikan


14

merupakan indikator bahwa individu tersebut telah menerima

ide tersebut terlepas dari benar atau salah usaha yang

dilakukan oleh individu tersebut.

c) Menghargai (valuing), pada tingkat ini individu sudah mampu

untuk mengajak orang lain untuk mengerjakan atau

mendiskusikan suatu masalah, berarti individu sudah

mempunyai sikap positif terhadap suatu objek tertentu.

d) Bertanggung jawab (responsible), pada tingkat ini individu

mampu bertanggung jawab dan sikap menerima suatu objek

atau ide baru.

Sementara menurut Azwar (2013) sikap dapat dikategorikan

kedalam tiga orientasi pemikiran, yaitu :

a) Berorientasi pada respon

Orientasi ini diwakili oleh para ahli seperti Louis Thurstone,

Rensis Likert dan Charles Osgood. Dalam pandangan mereka,

sikap adalah suatu bentuk atau reaksi perasaan. Secara lebih

operasional sikap terhadap suatu objek adalah perasaan

mendukung atau memihak (favorable) maupun perasaan tidak

mendukung atau tidak memihak (unfavorable) terhadap objek

tersebut.
15

b) Berorientasi pada kesiapan respon

Orientasi ini diwakili oleh para ahli seperti Chave, Bogardus,

LaPierre, Mead dan Allport. Konsepsi yang mereka ajukan

ternyata lebih kompleks. Menurut pandangan orientasi ini, sikap

merupakan kesiapan untuk bereaksi terhadap objek dengan cara

– cara tertentu.

c) Berorientasi pada skema triadic

Menurut pandangan orientasi ini, sikap merupakan

konstelasi komponen – komponen kognitif, afektif dan konatif

yang saling berinteraksi dalam memahami, merasakan, dan

berprilaku terhadap suatu. Sikap didefinisikan sebagai

keteraturan tertentu dalam hal perasaan (afeksi), pemikiran

(kognisi) dan predisposisi tindakan (konasi) seseorang terhadap

suatu aspek lingkungan sekitarnya.

Pendekatan fungsional sikap berusaha menerangkan mengapa

kita mempertahankan sikap – sikap tertentu. Hal ini dilakukan dengan

meneliti dasar motivasi, yaitu kebutuhan apa yang terpenuhi bila sikap

itu dipertahankan. Mengemukakan lima fungsi dasar sikap yaitu :

a) Fungsi penyesuaian

Yaitu sikap yang dikaitkan dengan praktis atau manfaat dan

menggambarkan keadaan keinginannya atau tujuan.


16

b) Fungsi pembela ego

Yaitu sikap yang diambil untuk melindungi diri dari kecemasan

atau ancaman harga dirinya.

c) Fungsi expresi nilai

Yaitu sikap yang menunjukkan nilai yang diambil individu

bersangkutan.

d) Fungsi pengetahuan

Setiap individu memiliki motif untuk ingin tahu, ingin mengerti,

ingin banyak mendapat pengalaman dan pengetahuan, yang

diwujudkan dalam kehidupan sehari – hari.

e) Fungsi penyesuaian emosi

Yaitu sikap yang diambil sebagai bentuk adaptasi dengan

lingkungannya (Suryati, 2015).

Pengukuran sikap secara ilmiah dapat diukur, dimana sikap

terhadap objek diterjemahkan dalam sistem angka. Dua metode

pengukuran sikap adalah metode Self Report dan Pengukuran

Involuntary Behavior :

a) Observasi Perilaku

Untuk mengetahui sikap seseorang terhadap sesuatu kita

dapat memperhatikan perilakunya, sebab perilaku merupakan

salah satu indicator sikap individu


17

b) Penanyaan Langsung

Individu merupakan orang yang paling tahu mengenai

dirinya sendiri, ia akan mengungkapkan secara terbuka apa yang

dirasakannya.

c) Pengungkapan Langsung

Pengungkapan secara tertulis yang dapat dilakukan dengan

menggunakan item tunggal yaitu member member tanda setuju

atau tidak setuju, maupun menggunakan item ganda yang

dirancang untuk mengungkapkan perasaan yang berkaitan

dengan suatu objek sikap.

d) Skala Sikap

Skala sikap berupa kumpulan pernyataan – pernyataan

mengenai suatu objek sikap. Dari respon subjek pada setiap

pernyataan kemudian dapat disimpulkan mengenai arah dan

intensitas sikap seseorang.

e) Pengukuran Terselubung

Metode pengukuran terselubung objek pengamatannya

bukan lagi prilaku tampak yang disadari atau disengaja

dilakukan oleh seseorang melainkan reaksi – reaksi fisiologis

yang terjadi diluar kendali orang bersangkutan (Azwae, 2013)


18

Kata disiplin sangat sering dijumpai dalam kehidupan sehari-hari.

Disiplin merupakan salah satu kebiasaan yang baik dalam pola hidup

masyarakat secara umum. Tidak hanya itu, bahkan sebagian orang

percaya bahwa disiplin dapat menjadi salah satu kunci sukses

keberhasilan seseorang dalam menuntut ilmu dan dalam hal-hal yang

lain. Karena pentingnya hal ini, setiap orang wajib mengetahui segala

informasi tentang disiplin agar dapat mengaplikasikannya dalam

kehidupan sehari-hari.

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, salah satu pengertian

disiplin adalah ketaatan (kepatuhan) kepada peraturan (tata tertib dan

sebagainya). Dalam pengertian disiplin tersebut, ada 2 kata kunci utama

yakni taat (patuh) dan aturan (tata tertib). Hal ini dapat dimaknai bahwa

disiplin tumbuh dari sikap patuh dalam diri seseorang untuk mengikuti

aturan yang telah dibuat untuk diri maupun lingkungan sekitarnya.

Tujuan disiplin penerapan disiplin mempunyai tujuan yang

beragam. Salah satunya adalah mengembangkan pribadi yang dapat

mengendalikan diri dengan baik. Saat seorang terikat dengan peraturan

dan berusaha mematuhinya, hal ini dapat menghindarkannya dalam

berlaku secara semena – mena dan diluar kendali. Hal ini juga dapat

mengurangi resiko dalam anggota masyarakat. Maka dari itu, disiplin

juga bertujuan untuk menciptakan masyarakat yang tertib dan damai.


19

Lantas apa saja contoh cerminan sikap disiplin yang bisa

dilakukan di sekolah keluarga dan masyarakat, berikut beberapa contoh-

contoh sikap disiplin dalam kehidupan sehari-hari, yaitu :

a) Datang tepat waktu ke sekolah

Salah satu contoh perilaku disiplin di sekolah adalah dengan

datang tepat tepat waktu ke sekolah. Biasanya beberapa siswa

terkadang datang terlambat ke sekolah dan hal tersebut bukan

merupakan sikap disiplin.

b) Tidak melanggar tata tertib di sekolah

Seperti yang kita ketahui bahwasanya di sekolah juga terdapat

aturan atau tata tertib yang harus dipatuhi siswa, dengan tidak

melanggar tata tertib sekolah hal tersebut juga bisa dikatakan

sebagai sikap disiplin.

c) Mengerjakan tugas sekolah tepat waktu

Di sekolah biasanya guru akan memberikan tugas kepada

siswanya untuk dikerjakan dengan mengerjakan tugas tepat

waktu maka hal tersebut merupakan contoh sikap disiplin

dengan mengerjakan tugas tepat waktu juga akan

menghindarkan diri anda dari hukuman guru dan bisa

membuat nilai rapor anda bagus.

d) Merapihkan kembali mainan setelah dipakai bermain

Setiap anak pastinya suka bermain dan memiliki banyak

mainan, alangkah baiknya jika setelah bermain, mainan


20

kemudian juga dirapihkan agar tidak merepotkan orangtua,

dengan selalu merapihkan kembali mainan setelah dipakai

bermain maka kalian juga termasuk orang yang disiplin.

e) Makan dengan teratur

Makan yang teratur adalah hal yang baik untuk menjaga

kondisi tubuh atau kesehatan, sehingga sangat disarankan

agar senantiasa makan secara teratur. Dan yang perlu kalian

ketahui adalah makan secara teratur juga merupakan contoh

sikap disiplin.

f) Beribadah tepat waktu

Dalam islam terdapat jadwal sholat sebanyak 5x sehari dan

masing-masing memiliki waktu yang berbeda. Melaksanakan

sholat pada waktunya dan tepat waktu merupakan cerminan

sikap disiplin.

g) Datang ke tempat kerja tepat waktu

Dalam dunia kerja biasanya memiliki jadwal atau waktu

untuk bekerja setiap harinya, maka dari itu setiap orang yang

bekerja harus datang ke kantor sesuai dengan jadwal kerja

yang telah diterapkan.

Kedisiplinan sangatlah penting bagi para pelajar, disiplin bukan

hanya untuk menjalankan segala aturan sesuai deangan waktunya

melainkan untuk meningkatkan tingkat keberhasilan yang tinggi.

Contohnya disiplin waktu, seorang pelajar yang menjalankan aktivitas


21

dengan disiplin ia cenderung akan menghargai waktu dan mengerjakan

tugas sesuai waktu yang ditetapkan. Disiplin dalam belajar, para pelajar

akan membagi jadwal belajar, sehingga dalam menjalankan aktivitas

belajar para pelajar bisa membagi mana yang diperioritaskan terlebih

dahulu. Untuk itu para pelajar dituntut untuk menjadikan kedisiplinan

sebagai budaya dalam meraih keberhasilan.

Dalam meningkatkan kedisiplinan peran institusi pendidikan,

pengajar dan orang tua sangatlah dibutuhkan, peran institusi pendidikan

dalam hal ini sekolah harus menjalankan prosedur dan aturan-aturan

yang telah dibuat harus dijalankan sebagaimana mestinya. Peran

pengajar harus memberikan contoh yang baik terhadap murid atau

pelajar, untuk tidak datang terlambat mengajar dan keluar jam selesai

mengajar sesuai waktu yang telah ditentukan, sehingga para pelajar akan

menjadikan para pengajar sebagai ‘role moedel’ bagi dirinya. Peran

orang tua harus mengawasi tingkat kedisiplinan anaknya. Dari ketiga

tingkat tersebut nantinya ada keterkaitan dan akan memberikan efek

yang posotif bagi kemajuan seta peningkatan prestasi. Pengaruh

kedisiplinan akan menjadikan para pelajar memiliki tujuan yang jelas,

karena kedisiplinan merupakan indikator bagi keberhasilan dan

kesuksesan seseorang

Dengan demikian kedisiplinan yang dilakukan memiliki banyak

manfaat yang didapatkan antar lain membuat siswa menjadi lebih tertib

dan teratur dalam menjalankan kehidupannya, dapat mengerti bahwa


22

kedisiplinan itu sangat penting bagi masa depan kelak, dapat pula

membangun kepribadian siswa yang kokoh dan diharapkan bisa berguna

bagi semua orang serta disiplin merupakan kunci awal meraih

kesuksesan. disiplin siswa yang dimiliki seseorang dapat dilihat dari

tindakan yang menunjukkan segala sesuatu dalam melaksanakan

tanggung jawabnya.

2. Hakikat Prestasi Belajar

Prestasi belajar siswa tidak dapat dipisahkan dari kegiatan belajar,

karena belajar merupakan suatu proses, sedangkan prestasi belajar

adalah hasil dari proses pembelajaran tersebut. Bagi seorang anak

belajar merupakan suatu kewajiban. Berhasil atau tidaknya seorang anak

dalam pendidikan tergantung pada proses belajar yang dialami oleh anak

tersebut.

Prestasi adalah hasil yang telah dicapai seseorang dalam

melakukan kegiatan. (Gagne, 1985:40) menyatakan bahwa Prestasi

Belajar dibedakan menjadi lima aspek, yaitu : Kemampuan intelektual,

stategi kognitif, informasi verbal, sikap dan keterampilan.

Menurut Bloom dalam Suharsimi Arikunto (1990:110) bahwa

hasil belajar dibedakan menjadi tiga aspek, yaitu : Kognitif, Afektif dan

Psikomonotorik.

Prestasi adalah hasil dari suatu kegiatan yang telah dikerjakan,

diciptakan baik secara individu maupun secara kelompok (Djamarah,

1994:19).
23

Kata prestasi berasal dari bahasa Belanda “Prestasic” yang berarti

hasil usaha. Dalam kamus besar Bahasa Indonesia Prestasi Belajar

didefinisikan sebagai hasil penilaian yang diperoleh dari kegiatan

persekolahan yang bersifat kognitif dan biasanya ditentukan melalui

pengukuran dan penilaian.

Menurut Wikipedia Prestasi berasal dari bahasa Belanda yang

artinya hasil dari usaha. Prestasi diperoleh dari usaha yang telah

dikerjakan. Dari pengertian prestasi tersebut, maka pengertian Prestasi

diri adalah hasil atau usaha yang dilakukan seseorang. Prestasi dapat

dicapai dengan mengandalkan kemampuan intelektual, emosional, dan

spritual, serta ketahan diri dalam menghadapi situasi segala aspek

kehidupan. Karakter orang yang berprestasi adalah mencintai pekerjaan,

memiliki inisiatif dan kreatif, pantang menyerah, serta menjalankan

tugas dengan sungguh-sungguh. Karakter-karakter tersebut

menunjukkan bahwa untuk meraih prestasi tertentu.

Prestasi merupakan kecakapan atau hasil kongkrit yang dapat

dicapai pada saat atau periode tertentu. Berdasarkan pendapat tersebut,

prestasi dalam penelitian ini adalah hasil yang telah dicapai siswa dalam

proses pembelajaran.

Belajar adalah aktifitas mental atau (psikhis) yang terjadi karena

adanya interaksi aktif antara individu dengan lingkungannya yang

menghasilkan perubahan-perubahan yang bersifat relatif tetap dalam

aspek-aspek : kognitif, psikomotor dan afektif. Perubahan tersebut dapat


24

berubah sesuatu yang sama sekali baru atau penyempurnaan /

peningkatan dari hasil belajar yang telah diperoleh sebelumnya.

Untuk memahami tentang pengertian belajar disini akan diawali

dengan mengemukakan beberapa definisi tentang belajar. Ada beberapa

pendapat para ahli tentang definisi belajar. Menurut Slavin dalam

Catharina Tri Anni (2004), belajar merupakan proses perolehan

kemampuan yang berasal dari pengalaman. Menurut Gagne dalam

Catharina Tri Anni (2004), belajar merupakan sebuah sistem yang

didalamnya terdapat berbagai unsur yang saling terkait sehingga

menghasilkan perubahan prilaku.

Cronbach, Harold Spears dan Geoch dalam Sardiman A.M

(2005:20) sebagai berikut :

a. Cronbach memberikan definisi :“ Learning is shown by a change

in behavior as a result of experience”. “Belajar adalah

memperlihatkan perubahan dalam perilaku sebagai hasil dari

pengalaman”.

b. Harold Spears memberikan batasan “Learning is to observe, to

read, to initiate, to try something themselves, to listen, to follow

direction”. Belajar adalah mengamati, membaca, berinisiasi,

mencoba sesuatu sendiri, mendengarkan, mengikuti

petunjuk/arahan.
25

c. Geoch, mengatakan : “Learning is a change in performance as a

result of practice”. Belajar adalah perubahan dalam penampilan

sebagai hasil praktek.

Sedangkan menurut Bell-Gredler dalam Udin S. Winataputra

(2008) pengertian belajar adalah proses yang dilakukan oleh manusia

untuk mendapatkan aneka ragam competencies, skills, and attitude.

Kemampuan (competencies), keterampilan (skills) dan sikap (attitude)

tersebut diperoleh secara bertahap dan berkelanjutan mulai dari masa

bayi sampai masa tua melalui rangkaian proses belajar sepanjang hayat.

Belajar, merupakan kegiatan yang terjadi pada semua orang tanpa

mengenal batas usia dan berlangsung seumur hidup (Long live

educational). Belajar merupakan usaha yang dilakukan seseorang

melalui interaksi dengan lingkungannya untuk merubah perilakunya.

Dengan demikian hasil dari kegiatan belajar adalah berupa perubahan

perilaku yang relatif permanen pada diri orang yang belajar, perubahan

tersebut diharapkan adalah perubahan perilaku positif.

Belajar dapat didefinisikan sebagai suatu proses yang mana suatu

kegiatan berasal atau berubah lewat reaksi dari suatu situasi yang

dihadapi, dengan keadaan bahwa karakterestik-karakterestik dari

perubahan aktivitas tersebut tidak dapat dijelaskan dengan dasar

kecenderungan-kecenderungan reaksi asli, kematangan, atau perubahan

sementara dari organisme. (Learning is the process by which an activity

that the characteristics of the change in activity cannot be explained on


26

the basis of native respone tendencies, maturation, and temporary states

of the organism) (Hilgard & Bower, 1996:2, dalam Jogiyanto, 2006:12).

Dari beberapa pengertian/definisi diatas dapat disimpulkan

bahwa belajar itu senantiasa merupakan perubahan tingkah laku atau

penampilan, dengan serangkaian kegiatan misalnya dengan membaca,

mengamati, mendengarkan, meniru dan lain sebagainya. Juga belajar itu

akan lebih baik kalau si subjek belajar itu mengalami atau

melakukannya, jadi tidak bersifat verbalistik. Belajar sebagai kegiatan

individu sebenarnya merupakan rangsangan-rangsangan individu yang

dikirim kepadanya oleh lingkungan. Dengan demikian terjadinya

kegiatan belajar yang dilakukan oleh seorang individu dapat dijelaskan

dengan rumus antara individu dan lingkungan.

Menurut Udin S. Winataputra (1995:2) dikemukakan bahwa

learning (belajar) mengandung pengertian proses perubahan yang

relative tetap dalam perilaku individu sebagai hasil dari pengalaman.

Pengertian belajar juga dikemukakan oleh Slameto (2003:2) yakni

belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk

memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara

keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi

dengan lingkungannya.

Selaras dengan pendapat-pendapat diatas, Thursan Hakim (200:1)

mengemukakan bahwa belajar adalah suatu proses perubahan didalam

kepribadian manusia dan perubahan tersebut ditampakkan dalam bentuk


27

peningkatan kualitas dan kuantitas tingkah laku seperti peningkatan

kecakapan, pengetahuan, sikap, kebiasaan, pemahaman, keterampilan,

daya pikir, dan lain-lain. Hal ini berarti bahwa peningkatan kualitas dan

kuantitas tingkah laku seseorang diperlihatkan dalam bentuk

bertambahnya kualitas dan kuantitas kemampuan seseorang dalam

berbagai bidang. Dalam proses belajar, apabila seseorang tidak

mendapatkan suatu peningkatan kualitas dan kuantitas kemampuan,

maka orang tersebut sebenarnya belum mengalami proses belajar atau

dengan kata lain ia mengalami kegagalan didalam proses belajar.

Pengertian prestasi belajar siswa setiap pendidik tentu sangat

mengharapkan anak didiknya agar berprestasi seoptimal mungkin baik

pada jalur akademik maupun non akademik. Prestasi memiliki

pengertian yang sangat luas. Apabila peserta didik dapat mencapai cita-

cita atau minimal dapat menyelesaikan tugas dari guru maupun orang

lain maka ia disebut berprestasi.

Prestasi belajar banyak diartikan sebagai seberapa jauh hasil yang

telah dicapai siswa dalam penguasaan tugas-tugas atau materi pelajaran

yang diterima dalam jangka waktu tertentu. Prestasi belajar pada

umumnya dinyatakan dapat dibandingkan dengan satu kriteria (Prakosa,

1991).

Prestasi belajar siswa adalah hasil yang telah dicapai dari yang

telah dilakukan/dikerjakan (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2003:895),

sedangkan menurut Tu’u (2004:75) prestasi belajar adalah penguasaan


28

pengetahuan atau keterampilan yang dikembangkan oleh mata

pelajaran, lazimnya ditunjukkan dengan nilai tes atau angka nilai yang

diberikan oleh guru. Menurut Sukmadinata (2003:101), “prestasi belajar

adalah realisasi atau pemekaran dari kecakapan-kecakapan potensial

atau kepastian yang dimiliki seseorang”.

Prestasi belajar kemampuan seorang dalam pencapaian berikir

yang tinggi. Prestasi belajar harus memiliki tiga aspek, yaitu kognitif,

affektif dan psikomotor. Prestasi belajar adalah hasil yang dicapai

sebaik-baiknya pada seorang anak dalam pendidikan baik yang

dikerjakan atau bidang keilmuan. Prestasi belajar dari siswa adalah hasil

yang telah dicapai oleh siswa yang didapat dari proses pembelajaran.

Prestasi belajar adalah hasil pencapaian maksimal menurut kemampuan

anak pada waktu tertentu terhadap sesuatu yang dikerjakan, dipelajari,

difahami dan diterapkan.

Winkel (1996:226) mengemukakan bahwa prestasi belajar

merupakan bukti keberhasilan yang telah dicapai oleh seseorang. Maka

prestasi belajar merupakan hasil maksimum yang dicapai oleh seseorang

setelah melaksanakan usaha-usaha belajar. Sedangkan menurut Arif

Gunarso (1993:77) mengemukakan bahwa prestasi belajar adalah usaha

maksimal yang dicapai oleh seseorang setelah melaksanakan usaha-

usaha belajar.

Prestasi belajar dibidang pendidikan adalah hasil dari pengukuran

terhadap peserta didik yang meliputi faktor kognitif, afektif dan


29

psikomotor setelah mengikuti proses pembelajaran yang diukur dengan

menggunakan instrumen tes atau instrumen yang relevan. Jadi

presentasi belajar adalah hasil pengukuran dari penilaian usaha belajar

yang dinyatakan dalam bentuik simbol, huruf maupun kalimat yang

menceritakan hasil yang sudah dicapai oleh setiap anak pada periode

tertentu. Prestasi belajar merupakan hasil dari pengukuran terhadap

peserta didik yang meliputi faktor kognitif, afektif dan psikomotor

setelah mengikuti proses pembelajaran yang diukur dengan

menggunakan isntrumen tes yang relevan.

Presentasi belajar dapat diukur melalui tes yang sering dikenal

dengan tes presentasi belajar. Menurut Saifudin Anwar (2005:8-9)

mengemukakan tentang tes presentasi belajar bila dilihat dari tujuannya

yaitu mengungkapkan keberhasilan seseorang dalam belajar. Testing

pada hakikatnya menggali informasi yang dapat digunakan sebagai

dasar pengambilan keputusan. Tes presentasi belajar berupa tes yang

disusun secara terencana untuk mengungkapkan performasi maksimal

subyek dalam menguasai bahan-bahan atau materi yang telah diajarkan.

Dalam kegiatan pendidikan formal tes prestasi belajar dapat berbentuk

ulangan harian, tes formatif, tes sumatif, bahkan ebtanas dan ujian-ujian

masuk perguruan tinggi. Pengertian prestasi belajar adalah sesuatu yang

dapat dicapai atau tidak dapat dicapai. Untuk mencapai suatu prestasi

belajar siswa harus mengalami proses pembelajaran. Dalam


30

melaksanakan proses pembelajaran siswa akan mendapatkan

pengetahuan, pengalaman dan keterampilan.

Maryanto (dalam Yulita, 2008) mengatakan bahwa seseorang

yang telah berusaha untuk mencapai tujuannya dan berhasil, maka orang

itu dinyatakan berprestasi. Lebih lanjut Maryanto menyatakan bahwa

sseseorang dinyatakan berprestasi bila mampu memberikan sesuatu

yang terbaik bagi orang lain, mampu melakukan sesuatu dengan baik

dalam segala hal, membuat impian menjadi kenyataan dan mampu

menghentikan kebiasaan buruk.

Prestasi belajar siswa adalah kecakapan yang sesungguhnya atau

hasil yang diperoleh siswa setelah melakukan kegiatan belajar pada

priode tertentu (Nurkancana, dalam Sukiaiyana 2003).

Menurut Purwadarminto (dalam Yulita, 2008) prestasi belajar

adalah hasil yang dicapai sebaik-baiknya menurut kemampuan anak

pada waktu tertentu terhadap hal-hal yang dikerjakan atau dilakukan.

Prestasi belajar siswa adalah hasil yang dicapai seseorang dalam

penguasaan pengetahuan dan keterampilan yang dikembangkan dalam

pelajaran, lazimnya ditunjukkan dengan tes angka nilai yang diberikan

oleh guru (Asmara. 2009:11).

Menurut Hetika (2008:23), prestasi belajar adalah pencapaian

atau kecakapan yang dinampakan dalam keahlian atau kumpulan

penegtahuan. Sedangkan Harjati (2008:43), menyatakan bahwa prestasi

merupakan hasil usaha yang dilakukan dan menghasilkan perubahan


31

yang dinyatakan dalam bentuk simbol untuk menunjukkan kemampuan

pencapaian dalam hasil kerja dalam waktu tertentu.

Menurut Sutratinah Tirtonegoro (1984:4), mengemukakan bahwa

: prestasi belajar adalah penilaian hasil usaha kegiatan belajar yang

dinyatakan dalam bentuk symbol angka, huruf maupun kalimat yang

dapat mencerminkan hasil yang sudah dicapai oleh setiap anak didik

dalam periode tertentu.

Haditomo dkk (1980:4), mengatakan “prestasi belajar adalah

kemampuan seseorang sebagai hasil belajar” dewa Ketut Sukardi

(1983:51), menyatakan “untuk mengukur prestasi belajar menggunakan

tes prestasi yang dimaksud sebagai alat untuk mengungkap kemampuan

aktual sebagai hasil belajar atau learning”. Menurut Sumadi Suryabrata

(1987:324), “Nilai merupakan perumusan terakhir yang dapat diberikan

oleh guru mengenai kemajuan atau prestasi belajar siswa selama masa

tertentu”. Dengan nilai rapor, kita dapat mengetahui prestasi belajar

siswa. Siswa yang nilai rapornya baik dikatakan orestasinya tinggi,

sedangkan yang nilainya jelek dikatakan prestasinya belajar nya rendah.

Belajar yang efektif dapat membantu siswa untuk meningkatkan

kemampuan yang diharapkan sesuai dengan tujuan instruksional yang

ingin dicapai. Untuk meningkatkan prestasi belajar yang baik perelu

diperhatikan kondisi internal dan eksternal. Kondisi internal adalah

kondisi atau situasi yang ada dalam diri siswa, seperti kesehatan,

keterampilan, kemampuan dan sebagainya. Kondisi ekstenal adalah


32

kondisi yang ada diluar diri pribadi manusia, misalnya ruang belajar

yang bersih, sarana dan prasarana belajar yang memadai.

Pengetahuan, pengalaman dan keterampilan yang diperoleh akan

membentuk kepribadian siswa, memperluas kepribadian siswa,

memperluas wawasan kehidupan serta meningkatkan kemampuan

siswa. bertolak dari hal tersebut maka siswa yang aktif melaksanakan

kegiatan dalam pembelajaran akan memperoleh banyak pengalaman.

Dengan demikian siswa yang aktif dalam pembelajaran akan banyak

pengalaman dan prestasi belajarnya meningkat. Sebaliknya siswa yang

tidak aktif akan minim/sedikit pengalaman sehingga dapat dikatakan

prestasi belajarnya tidak meningkat atau tidak berhasil.

Pengertian tentang prestasi belajar. Prestasi belajar diartikan

sebagai tingkat keterkaitan siswa dalam proses belajar mengajar sebagai

hasil evaluasi yang dilakukan guru. Menurut Sutratinah Tirtonegoro

(1984:4), mengemukakan bahwa : prestasi belajar adalah penilaian hasil

usaha kegiatan belajar yang dinyatakan dalam bentuk symbol angka,

huruf maupun kalimat yang dapat mencerminkan hasil yang sudah

dicapai oleh setiap anak didik dalam periode tertentu.

Dari beberapa pendapat diatas maka dapat disimpulkan bahwa

prestasi belajar adalah keberhasilan yang dapat dicapai siswa yang

terlihat dari pengetahuan, sikap dan keahlian yang dimiliki.

Faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar setaiap

aktifitas yang dilakukan seseorang tentu ada faktor yang


33

mempengaruhinya, baik yang cenderung mendorong maupun

menghambat. Demikian juga yang dialami dengan belajar. Ahmadi,

(dalam Yulia, 2008) menyatakan ada beberapa faktor yang

mempengaruhi prestasi belajar siswa, diantaranya :

1) Faktor Internal

Faktor internal adalah faktor yang berasal dari dalam diri

siswa, yang terdiri dari :

a) Faktor Intelegensi

Dalam arti sempit intelegensi dapat diartikan

kemampuan untuk mencapai prestasi. Intelegensi

memegang peranan penting dalam mencapai prestasi.

b) Faktor Minat

Minat adalah kecenderungan yang mantap dalam diri

seseorang untuk merasa tertarik terhadap suatu tertentu.

c) Faktor keadaan fisik dan psikis

Keadaan fisik berkaitan dengan keadaan pertumbuhan,

kesehatan jasmani, keadaan alat-alat indera dan

sebagainya. Keadaan psikis berhubungan dengan

keadaan mental siswa.

2) Faktor eksternal

Faktor eksternal adalah faktor dari luar diri peserta didik yang

mempengaruhi prestasi belajar. Ada beberapa faktor eksternal

yaitu :
34

a) Faktor Guru

Guru bertugas membimbing, melatih, mengolah,

meneliti, mengembangkan dan menyelenggarakan

kegiatan belajar mengajar.

b) Faktor lingkungan keluarga

Keluarga sangat berpengaruh terhadap kemjuan prestasi

belajar, karena kebanyakan waktu yang dimiliki siswa

ada di rumah. Jadi, banyak kesempatan untuk belajar di

rumah.

Keterlibatan orang tua patut diperhitungkan dalam usaha

memelihara motivasi belajar peserta didik. Dalam suatu

studi mengenai prestasi belajar, ditemukan hubungan

yang kuat antara keterlibatan orang tua dan prestasi

belajar (Haster dalam Suwatra, 2007).

c) Faktor sumber belajar

Sumber belajar dapat berupa media atau alat bantu

belajar serta bahan buku penunjang. Alat bantu belajar

adalah semua alat yang dapat digunakan untuk

membantu siswa dalam belajar. Belajar akan lebih

menarik, kongkret, mudah dipahami, hemat waktu dan

tenaga serta hasilnya lebih bermakna.

Sejalan dengan pendapat di atas, Dimyati Mahmud (1989 : 84-

87), mengatakan bahwa Faktor-faktor yang mempengaruhi Prestasi


35

Belajar siswa mencakup : “faktor internal dan faktor eksternal”

sebagai berikut:

1) Faktor Internal

Faktor internal atau Faktor yang berasal dari siswa adalah

faktor yang berasal dari dalam diri siswa itu sendiri, yang

terdiri dari N. Ach (Need For Achievement) yaitu kebutuhan

atau dorongan atau motif untuk berprestasi. Faktor ini

meliputi motivasi, perhatian pada mata pelajaran yang

berlangsung, tingkat penerimaan dan pengingatan bahan,

kemampuan menerapkan apa yang dipelajari, kemampuan

mereproduksi dan kemampuan menggeneralisasi. Faktor

internal lain adalah :

a) fisiologi yang berupa kondisi fisik dan kondisi

pancaindra.

b) Psikologi yang berupa bakat, minat, kecerdasan, motivasi

dan kemampuan kognitif.

2) Faktor Eksternal

Faktor eksternal adalah faktor yang berasal dari luar si pelajar.

Hal ini dapat berupa sarana prasarana, situasi lingkungan baik

itu lingkungan keluarga, sekolah maupun lingkungan

masyarakat. Menurut pendapat Rooijakkersyang

diterjemahkan oleh Soenoro (1982 : 30), mengatakan bahwa


36

“Faktor yang mempengaruhi Prestasi Belajar adalah faktor

yang berasal dari si pelajar, faktor yang berasal dari si

pengajar”. Faktor dari luar ini merupakan faktor yang berasal

dari luar si pelajar (siswa) yang meliputi :

a) lingkungan alam dan lingkungan social.

b) instrumentasi yang berupa kurikulum, guru atau pengajar,

sarana dan fasilitas serta administrasi.

Termasuk faktor eksternal meliputi kemampuan membangun

hubungan dengan si pelajar, kemampuan menggerakkan minat

pelajaran, kemampuan memberikan penjelasan, kemampuan

menyebutkan pokok-pokok masalah yang diajarkan, kemampuan

mengarahkan perhatian pada pelajaran yang sedang berlangsung,

kemampuan memberikan tanggapan terhadap reaksi. Dari pendapat

Rooijakkers tentang faktor yang mempengaruhi Prestasi Belajar siswa

dapat diberikan kesimpulan bahwa Prestasi siswa dipengaruhi oleh dua

faktor yaitu faktor yang berasal dari diri pelajar dan faktor yang berasal

dari si pengajar (guru).

Dari beberapa pendapat para ahli tersebut di atas maka dapat

diambil kesimpulan bahwa Prestasi belajar siswa secara umum

dipengaruhi oleh dua faktor yaitu faktor yang pertama berasal dari

dalam diri siswa itu sendiri dan faktor yang kedua berasal dari luar diri

siswa yang sedang melakukan proses kegiatan belajar.


37

Pada dasarnya sasaran belajar merupakan konsep penting dalam

proses pembelajaran. Secara teoritis sasaran pembelajaran mencakup

tiga aspek yaitu mengembangkan pengetahuan, sikap dan ketrampilan.

Namun dalam kenyataannya hal itu bukanlah suatu hal yang terpisah

sama sekali. Maka dari itu tidak tertutup kemungkinan untuk

mengembangkan aspek-aspek tersebut secara bersama dalam suatu unit

pembelajaran.

Dalam penelitian Emrizal Amri dalam Yani Setyowati (2002:22)

mengemukakan, ada tiga jenis prestasi belajar, yaitu :

1) Total prestasi belajar, yaitu tingkat keberhasilan siswa dalam

belajar secara keseluruhan. Prestasi ini mencerminkan

kemampuan siswa untuk mengingat kembali fakta-fakta dan

konsep-konsep serta memahami hubungan antara suatu fakta

dengan yang lainnya, suatu konsep dengan konsep lainnya,

maupun mengerti kaitan antara fakta dan fakta lain. Hal

tersebut dideteksi melalui tingkat kecepatan siswa menjawab

seluruh pertanyaan dalam setiap unit pelajaran yang telah

dibahas.

2) Prestasi belajar mengingat fakta dan konsep, yaitu tingkat

keberhasilan siswa mempelajari suatu mata pelajaran,

khususnya dalam aspek mengingat fakta dan konsep. Prestasi

ini adalah cerminan dari kemampuan siswa untuk mengingat


38

kembali. Hal ini diukur melalui menjawab pertanyaan yang

bersifat faktual

3) Prestasi belajar memahami fakta dan konsep, yaitu

keberhasilan siswa mempelajari suatu mata pelajaran

khususnya dalam aspek pemahaman fakta dan konsep. Ini

dicermikan melalui kemampuan siswa memahami.

Menurut Bloom dalam Dimyati dan Mudjiono (2006 : 26-27)

mengklasifikasikan prestasi belajar dalam tiga ranah, yaitu kognitif,

afektif dan psikomotorik. Prestasi belajar dalam ranah kognitif terdiri

dari enam kategori yaitu : pengetahuan, pemahaman, penerapan,

analisis, sintesis, dan evaluasi.

1) Pengetahuan, mencapai kemampuan ingatan tentang hal yang

telah dipelajari dan tersimpan dalam ingatan. Hubungan

antara fakta dan konsep mata pelajaran. Hal ini dideteksi

melalui keberhasilan menjawab tes dalam aspek pemahaman.

Pengetahuan itu berkenaan dengan fakta, peristiwa,

pengertian, kaidah, teori, prinsip atau metode.

2) Pemahaman, mencakup kemampuan menangkap arti dan

makna tentang hal yang telah dipelajari.

3) Penerapan, mencakup kemampuan menerapkan metode dan

kaidah untuk menghadapi masalah yang nyata dan baru,

misalnya menggunakan prinsip.


39

4) Analisis, mencakup kemampuan merinci suatu kesatuan ke

dalam bagian-bagian sehingga struktur keseluruhan dapat

dipahami dengan baik, misalnya mengurangi masalah

menjadi bagian yang lebih kecil.

5) Sintesis, mencakup kemampuan membentuk suatu pola baru,

misalnya kemampuan menyusun suatu program kerja.

6) Evaluasi, mencakup kemampuan membentuk pendapat

tentang beberapa hal berdasarkan kriteria tertentu, misalnya

kemampuan menilai hasil karangan.

Keenam jenis perilaku di atas bersifat hierarkis, artinya perilaku

pengetahuan tergolong rendah, dan perilaku evaluasi tergolong

tertinggi.

Ranah afektif terdiri dari lima perilaku, yaitu penerimaan,

partisipasi, penilaian dan penentuan sikap, organisasi dan pembentukan

pola hidup.

1) Penerimaan, yang mencakup kepekaan tentang hal tertentu

dan kesediaan memperhatikan hal tersebut, misalnya

kemampuan mengakui perbedaan pendapat.

2) Partisipasi, yang mencakup kerelaan, kesediaan

memperhatikan, dan berpartisipasi dalam suatu kegiatan,

misalnya mematuhi aturan, dan berpartisipasi dalam suatu

kegiatan.
40

3) Penilaian dan penentuan sikap, yang mencakup menerima

suatu nilai, menghargai, mengakui, dan menetukan sikap.

Misalnya menerima suatu pendapat orang lain

4) Organisasi, yang mencakup kemampuan membentuk suatu

sistem nilai sebagai pedoman dan pegangan hidup. Misalnya

menempatkan nilai dalam suatu skala nilai dan dijadikan

pedoman bertindak secara bertanggung jawab.

5) Pembentukan pola hidup, yang mencakup kemampuan

menghayati nilai dan membentuknya menjadi pola nilai

kehidupan pribadi. Misalnya kemampuan

mempertimbangkan dan menunjukkan tindakan yang

berdisiplin.

Kelima jenis perilaku tersebut tampak mengandung tumpang

tindih dan juga berisi kemampuan kognitif. Kelima jenis perilaku

tersebut bersifat hierarkis. Perilaku penerimaan merupakan jenis

perilaku perilaku terendah dan perilaku pembentukan pola hidup

merupakan jenis perilaku tertinggi.

Menurut Simpson dalam Dimyati dan Mudjiono (2006 : 29-30)

membagi ranah psikomotorik menjadi tujuh jenis perilaku, yaitu :

persepsi, kesiapan, gerakan terbimbing, gerakan yang terbiasa, gerakan

kompleks, penyesuaian pola gerakan dan kreativitas.

1) Persepsi, yang mencakup kemampuan memilah-milahkan

(mendeskriminasikan) hal-hal secara khas, dan menyadari


41

adanya perbedaan yang khas tersebut. Misalnya pemilahan

warna, angka 6 (enam) dan 9 (sembilan).

2) Kesiapan, yang mencakup kemampuan penempatan diri

dalam keadaan di mana akan terjadi suatu gerakan atau

rangkaian gerakan. Kemampuan ini mencakup jasmani dan

rohani. Misalnya posisi start lomba lari.

3) Gerakan terbimbing, mencakup kemampuan melakukan

gerakan sesuai contoh, atau gerakan peniruan. Misalnya

meniru gerak tari, membuat lingkaran di atas pola.

4) Gerakan yang terbiasa, mencakup kemampuan melakukan

gerakan - gerakan tanpa contoh. Misalnya melakukan lompat

tinggi dengan tepat.

5) Gerakan kompleks, yang mencakup kemampuan melakukan

gerakan atau ketrampilan yang terdiri dari banyak tahap,

secara lancar, efisien, dan tepat. Misalnya bongkar pasang

peralatan secara tepat.

6) Penyesuaian pola gerakan, yang mencakup kemampuan

mengadakan perubahan dan penyesuaian pola gerak-gerik

dengan persyaratan khusus yang berlaku. Misalnya

ketrampilan bertanding.

7) Kreativitas, mencakup kemampuan melahirkan pola gerak-

gerak yang baru atas dasar prakarsa sendiri. Misalnya

kemampuan membuat tari kreasi baru.


42

Ketujuh jenis perilaku tersebut mengandung urutan taraf

ketrampilan yang berangkaian. Kemampuan-kemampuan tersebut

merupakan urutan fase-fase dalam proses belajar motorik yang bersifat

hierarkikal. Belajar berbagai kemampuan gerak dapat dimulai dengan

kepekaan memilah-milah sampai dengan kreativitas pola gerak baru.

Hal ini menunjukkan bahwa kemampuan psikomotorik mencakup

kemampuan fisik dan mental.

Secara ilmiah, Kedudukan dan fungsi Pancasila memiliki

pengertian yang luas, baik dalam kedudukannya sebagai dasar negara,

pandangan hidup bangsa, ideologi negara dan sebagai kepribadian

bangsa bahkan dalam proses terjadinya, terdapat berbagai macam

terminologi yang harus kita deskripsikan secara obyektif. Oleh karena

itu untuk memahami Pancasila secara kronologis baik menyangkut

rumusannya maupun peristilahannya maka berikut ini adalah

pengertiannya:

1. Pengertian Pancasila secara Etimologis

Pancasila berasal dari bahasa Sansekerta dari India, menurut

Muhammad Yamin dalam bahasa Sansekerta kata Pancasila

memiliki dua macam arti secara leksikal, yaitu :

1) Panca artinya lima

2) Syila artinya batu sendi, alas, dasar

Syiila artinya peraturan tingkah laku yang baik/senonoh secara

etimologis kata Pancasila berasal dari istilah Pancasyila yang


43

memiliki arti secara harfiah dasar yang memiliki lima unsur. Kata

Pancasila mula-mula terdapat dalam kepustakaan Budha di India.

Dalam ajaran Budha terdapat ajaran moral untuk mencapai nirwana

dengan melalui samadhi dan setiap golongan mempunyai kewajiban

moral yang berbeda. Ajaran moral tersebut adalah Dasasyiila,

Saptasyiila, Pancasyiila.

Pancasyiila menurut Budha merupakan lima aturan (five moral

principle) yang harus ditaati, meliputi larangan membunuh,

mencuri, berzina, berdusta dan larangan minum-minuman keras.

Melalui penyebaran agama Hindu dan Budha, kebudayaan India

masuk ke Indonesia sehingga ajaran Pancasyiila masuk kepustakaan

Jawa terutama jaman Majapahit yaitu dalam buku syair pujian

Negara Kertagama karangan Empu Prapanca disebutkan raja

menjalankan dengan setia ke lima pantangan (Pancasila). Setelah

Majapahit runtuh dan agama Islam tersebar, sisa-sisa pengaruh

ajaran moral Budha (Pancasila) masih dikenal masyarakat Jawa

yaitu lima larangan (mo limo/M5) : mateni(membunuh), maling

(mencuri), madon(berzina), mabok(minuman keras/candu),

main(berjudi).

2. Pengertian Pancasila Secara Historis

Sidang BPUPKI pertama membahas tentang dasar negara yang

akan diterapkan. Dalam sidang tersebut muncul tiga pembicara yaitu


44

M. Yamin, Soepomo dan Ir.Soekarno yang mengusulkan nama

dasar negara Indonesia disebut Pancasila.

Tanggal 18 Agustus 1945 disahkan UUD 1945 termasuk

Pembukaannya yang didalamnya termuat isi rumusan lima prinsip

sebagai dasar negara. Walaupun dalam Pembukaan UUD 1945 tidak

termuat istilah/kata Pancasila, namun yang dimaksudkan dasar

negara Indonesia adalah disebut dengan Pancasila. Hal ini

didasarkan atas interpretasi historis terutama dalam rangka

pembentukan rumusan dasar negara yang secara spontan diterima

oleh peserta sidang BPUPKI secara bulat. Secara historis proses

perumusan Pancasila adalah :

a) Mr. Muhammad Yamin

Pada sidang BPUPKI tanggal 29 Mei 1945, M. Yamin berpidato

mengusulkan lima asas dasar negara sebagai berikut :

1. Peri Kebangsaan

2. Peri Kemanusiaan

3. Peri Ketuhanan

4. Peri Kerakyatan

5. Kesejahteraan Rakyat

Setelah berpidato beliau juga menyampaikan usul secara tertulis

mengenai rancangan UUD RI yang di dalamnya tercantum

rumusan lima asas dasar negara sebagai berikut :

1. Ketuhanan Yang Maha Esa


45

2. Kebangsaan persatuan Indonesia

3. Rasa kemanusiaan yang adil dan beradab

4. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam

permusyawaratan perwakilan

5. Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia

b) Mr. Soepomo

Pada sidang BPUPKI tanggal 31 Mei 1945 Soepomo

mengusulkan lima dasar negara sebagai berikut :

1. Persatuan

2. Kekeluargaan

3. Keseimbangan lahir dan bathin

4. Musyawarah

5. Keadilan rakyat

c) Ir. Soekarno

Pada sidang BPUPKI tanggal 1 Juni 1945, Ir. Soekarno

mengusulkan dasar negara yang disebut dengan nama Pancasila

secara lisan/tanpa teks sebagai berikut :

1. Nasionalisme atau Kebangsaan Indonesia

2. Internasionalisme atau Perikemanusiaan

3. Mufakat atau Demokrasi

4. Kesejahteraan Sosial

5. Ketuhanan yang berkebudayaa


46

Selanjutnya beliau mengusulkan kelima sila dapat diperas

menjadi Tri Sila yaitu Sosio Nasional (Nasionalisme dan

Internasionalisme), Sosio Demokrasi (Demokrasi dengan

Kesejahteraan Rakyat), Ketuhanan yang Maha Esa . Adapun Tri

Sila masih diperas lagi menjadi Eka Sila yang intinya adalah “

gotong royong”.

d) Piagam Jakarta

Pada tanggal 22 Juni 1945 diadakan sidang oleh 9 anggota

BPUPKI (Panitia Sembilan) yang menghasilkan “Piagam

Jakarta” dan didalamnya termuat Pancasila dengan rumusan

sebagai berikut :

1. Ketuhanan dengan kewajiban menjalankan sya’riat Islam

bagi pemeluk-pemeluknya.

2. Kemanusiaan yang adil dan beradab

3. Persatuan Indonesia

4. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam

permusyawaratan perwakilan

5. Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.

3. Pengertian Pancasila Secara Terminologi


47

Dalam Pembukaan UUD 1945 yang ditetapkan tanggal 18

Agustus 1945 oleh PPKI tercantum rumusan Pancasila sebagai

berikut :

1) Ketuhanan Yang Maha Esa

2) Kemanusiaan yang adil dan beradab

3) Persatuan Indonesia

4) Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam

permusyawaratan/perwakilan

5) Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.

Rumusan Pancasila sebagaimana tercantum dalam Pembukaan

UUD 1945 inilah yang secara konstitusional sah dan benar sebagai

dasar negara Republik Indonesia. Namun dalam sejarah

ketatanegaraan Indonesia dalam upaya bangsa Indonesia

mempertahankan proklamasi dan eksistensinya, terdapat pula

rumusan-rumusan Pancasila sebagai berikut :

a. Dalam Konstitusi Republik Indonesia Serikat (29

Desember – 17 Agustus 1950)

1. Ketuhanan Yang Maha Esa

2. Peri Kemanusiaan

3. Kebangsaan

4. Kerakyatan

5. Keadilan Sosial
48

b. Dalam UUD Sementara 1950 (17 Agustus 1950 – 5

Juli 1959)

1. Ketuhanan Yang Maha Esa

2. Peri Kemanusiaan

3. Kebangsaan

4. Kerakyatan

5. Keadilan Sosial

c. Dalam kalangan masyarakat luas

1. Ketuhanan Yang Maha Esa

2. Peri Kemanusiaan

3. Kebangsaan

4. Kedaulatan Rakyat

5. Keadilan Sosial

Dari berbagai macam rumusan Pancasila, yang sah dan benar

adalah rumusan Pancasila yang terdapat dalam Pembukaan UUD 1945

sesuai dengan Ketetapan MPRS No. XX/MPRS/1966 dan Ketetapan

MPR No. III/MPR/2000. Di dalam UU No. 20 tahun 2003 tentang

Sistem Pendidikan Nasional, tercantum pengertian pendidikan sebagai

berikut:

Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan

suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif

mengembangkan pontensi dirinya sehingga memiliki kekuatan spiritual

keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia


49

serta keterampilan yang diperlukan oleh dirinya, masyarakat, bangsa

dan negara (Depdiknas, 2003: 20).

Dengan kata lain, yang dimaksud dengan pendidikan adalah

proses pengembangan potensi, kemampuan dan kepribadian peserta

didik yang dilakukan dengan usaha sadar dan terencana dengan tujuan

agar dapat bermanfaat bagi dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.

Selanjutnya, pengertian pendidikan pancasila tentu akan merujuk pada

pengertian pendidikan dan pengertian pancasila sebagaimana yang

masing-masing telah diuraikan di atas. Dalam ungkapan sederhana,

pengertian pendidikan pancasila adalah “Pendidikan tentang Pancasila”.

Kalimat itulah yang dapat kami cerna sebagaimana dijelaskan dalam

sejumlah literatur.

Pendidikan tentang pancasila merupakan salah satu cara untuk

menanamkan pribadi yang bermoral dan berwawasan luas dalam

kehidupan berbangsa dan bernegara. Oleh karena itu, pendidikan

tentang pancasila perlu diberikan disetiap jenjang pendidikan mulai dari

tingkat dasar, menengah hingga perguruan tinggi.

Maman Rachman (1999: 324) menyatakan bahwa : Pendidikan

tentang pancasila memegang peranan penting dalam membentuk

kepribadian mahasiswa di perguruan tinggi. Setelah lulus dari perguruan

tinggi, diharapkan mereka tidak sekedar berkembang daya

intelektualnya saja namun juga sikap dan perilakunya. Sikap dan


50

perilakunya itu diharapkan menjadi dasar keilmuan yang dimilikinya

agar bermanfaat pada diri, keluarga, dan masyarakat.

Untuk merealisasikan tujuan tersebut, maka pendidik dalam hal

ini guru tidak hanya mentransfer ilmu pengetahuan saja, tetapi juga

memberikan pemahaman akan nilai-nilai yang terkandung dalam

pancasila sehingga diharapkan siswa memiliki kepercayaan terhadap

nilai-nilai yang terkandung dalam pancasila sehingga dapat

digunakannya dalam prektek kehidupannya sehari-hari. Hal tersebut

sebagaimana dikemukakan the journal of education: “a teacher not only

shows and cultivates Pancasila as a cognitive concept and knowledge

as well as a normative norm, but also builds and shows the moral

message and value as well as soul and spirit of Pancasila. As a result,

Pancasila can be personalized as the student’s value and belief system

and speed the motivation to bring the system into the student’s behavior

in life”. (Sunarti Rudi, 1999: 376)

Pendidikan tentang pancasila sebagai pendidikan kebangsaan

berangkat dari keyakinan bahwa pancasila sebagai dasar negara,

falsafah negara Indonesia tetap mengandung nilai dasar yang relevan

dengan proses kehidupan dan perkembangan dalam berbangsa dan

bernegara. Pancasila memiliki landasan eksistensial yang kokoh, baik

secara filosofis, yuridis, maupun sosiologis.

Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem

Pendidikan Nasional pada pasal 3 berbunyi: “…berkembangnya potensi


51

peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada

Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia,sehat, berilmu, cakap, kreatif,

mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis dan

bertanggungjawab” dijadikan dasar dalam menetapkan kurikulum

pendidikan di perguruan tinggi.

Mengacu pada Undang-undang tersebut maka kurikulum

pendidikan tinggi wajib memuat Pendidikan Agama, Pendidikan

Kewarganegaraan dan Bahasa yang kemudian diejawantahkan dalam

Peraturan Pemerintah Nomor 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional

Pendidikan yang menetapkan kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan

Tinggi yang wajib memuat mata kuliah Pendidikan Agama, Pendidikan

Kewarganegaraan dan Bahasa Indonesia serta Bahasa Inggris.

a. Landasan Historis

Bangsa Indonesia terbentuk melalui proses yang panjang mulai

jaman kerajaan Kutai, Sriwijaya, Majapahit sampai datangnya

penjajah. Bangsa Indonesia berjuang untuk menemukan jati dirinya

sebagai bangsa yang merdeka dan memiliki suatu prinsip yang

tersimpul dalam pandangan hidup serta filsafat hidup, di dalamnya

tersimpul ciri khas, sifat karakter bangsa yang berbeda dengan

bangsa lain. Oleh para pendiri bangsa kita (the founding father)

dirumuskan secara sederhana namun mendalam yang meliputi lima

prinsip (sila) dan diberi nama Pancasila.


52

Dalam era reformasi bangsa Indonesia harus memiliki visi dan

pandangan hidup yang kuat (nasionalisme) agar tidak terombang-

ambing di tengah masyarakat internasional. Hal ini dapat terlaksana

dengan kesadaran berbangsa yang berakar pada sejarah bangsa.

Landasan Pendidikan Pancasila Secara historis maknanya nilai-

nilai yang terkandung dalam setiap sila Pancasila sebelum

dirumuskan dan disahkan menjadi dasar negara Indonesia secara

obyektif historis telah dimiliki oleh bangsa Indonesia sendiri.

Sehingga asal nilai-nilai Pancasila tersebut tidak lain adalah dari

bangsa Indonesia sendiri, atau bangsa Indonesia sebagai kausa

materialis Pancasila.

b. Landasan Kultural

Bangsa Indonesia mendasarkan pandangan hidupnya dalam

bermasyarakat, berbangsa dan bernegara pada suatu asas kultural

yang dimiliki dan melekat pada bangsa itu sendiri. Nilai-nilai

kenegaraan dan kemasyarakatan yang terkandung dalam sila-sila

Pancasila bukanlah merupakan hasil konseptual seseorang saja

melainkan merupakan suatu hasil karya bangsa Indonesia sendiri

yang diangkat dari nilai-nilai kultural yang dimiliki melalui proses

refleksi filosofis para pendiri negara. Oleh karena itu generasi

penerus terutama kalangan intelektual kampus sudah seharusnya

untuk mendalami serta mengkaji karya besar tersebut dalam upaya


53

untuk melestarikan secara dinamis dalam arti mengembangkan

sesuai dengan tuntutan jaman.

c. Landasan Yuridis

Landasan Pendidikan Pancasila khususnya perkuliahan

Pendidikan Pancasila di Perguruan Tinggi secara yuridis diatur

dalam UU No.2 Tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional,

pasal 39 menyatakan : Isi kurikulum setiap jenis, jalur dan jenjang

pendidikan wajib memuat Pendidikan Pancasila, Pendidikan

Agama, Pendidikan Kewarganegaraan.

Demikian juga berdasarkan SK Mendiknas RI, No.232/U/2000,

tentang Pedoman Penyusunan Kurikulum Pendidikan Tinggi dan

Penilaian Hasil Belajar Mahasiswa, pasal 10 ayat 1 dijelaskan bahwa

kelompok Mata Kuliah Pendidikan Kewarganegaraan, wajib

diberikan dalam kurikulum setiap program studi, yang terdiri atas

Pendidikan Pancasila, Pendidikan Agama, dan Pendidikan

Kewarganegaraan.

Sebagai pelaksanaan dari SK tersebut, Dirjen Pendidikan Tinggi

mengeluarkan Surat Keputusan No.38/DIKTI/Kep/2002, tentang

Rambu-rambu Pelaksanaan Mata Kuliah Pengembangan

Kepribadian (MPK). Dalam pasal 3 dijelaskan bahwa kompetensi

kelompok mata kuliah MPK bertujuan menguasai kemampuan

berfikir, bersikap rasional dan dinamis, berpandangan luas sebagai

manusia intelektual. Adapun rambu-rambu mata kuliah MPK


54

Pancasila adalah terdiri atas segi historis, filosofis, ketatanegaraan,

kehidupan berbangsa dan bernegara serta etika politik.

Pengembangan tersebut dengan harapan agar mahasiswa mampu

mengambil sikap sesuai dengan hati nuraninya, mengenali masalah

hidup terutama kehidupan rakyat, mengenali perubahan serta

mampu memaknai peristiwa sejarah, nilai-nilai budaya demi

persatuan bangsa.

d. Landasan Filosofis

Pancasila sebagai dasar filsafat negara dan pandangan filosofis

bangsa Indonesia, oleh karena itu sudah merupakan suatu keharusan

moral untuk secara konsisten merealisasikan dalam setiap aspek

kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.

Secara filosofis bangsa Indonesia sebelum mendirikan negara

adalah sebagai bangsa yang berketuhanan dan berkemanusiaan, hal

ini berdasarkan kenyataan obyektif bahwa manusia adalah makhluk

Tuhan Yang Maha Esa. Setiap aspek penyelenggaraan negara harus

bersumber pada nilai-nilai Pancasila termasuk sistem peraturan

perundang-undangan di Indonesia. Oleh karena itu dalam realisasi

kenegaraan termasuk dalam proses reformasi dewasa ini merupakan

suatu keharusan bahwa Pancasila merupakan sumber nilai dalam

pelaksanaan kenegaraan, baik dalam pembangunan nasional,

ekonomi, politik, hukum, sosial budaya, maupun pertahanan

keamanan.
55

Nilai-nilai Pancasila, kelima sila dalam Pancasila tentu sebaiknya

dimaknai lebih jelas, maka dari itu Badan Pembinaan Ideologi Pancasila

atau BPIP merangkum nilai-nilai Pancasila sebagai pandangan hidup,

seperti berikut:

1. Ketuhanan Yang Maha Esa

Sila pertama ini mengartikan bahwa warga negara Indonesia

mempercayai dan bertakwa pada Tuhan, dan disesuaikan dengan

agama serta kepercayaan masing-masing orang.

2. Kemanusiaan yang adil dan beradab

Warga negara diminta untuk memahami bahwa setiap manusia

memiliki derajat yang sama, saling menjaga dan bekerja sama untuk

kedamaian negara.

3. Persatuan Indonesia

Warga negara harus menempatkan kesatuan, persatuan dan

kepentingan negara dari kepentingan masing-masing.

4. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam

permusyawaratan/perwakilan

Warga negara tidak bisa memaksakan kehendak pada orang lain dan

harus mengutamakan kepentingan orang lain. Perbedaan cara

pandang harus diselesaikan dengan cara bermusyawarah.


56

5. Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia

Warga negara mengembangkan perbuatan luhur dengan cara

kekeluargaan, gotong-royong, dan bersikap adil. Warga negara

harus menyeimbangkan hak dan kewajiban diri, dan orang lain.

B. KERANGKA BERPIKIR

Menurut Maman Rachman (2011:144) kerangka berpikir

merupakan bagian dari penelitian yang menggambarkan alur pikir

penelitian. Dalam kerangka menjelaskan adanya hubungan antara variable

secara teoritis.

Pembelajaran pendidikan pancasila bertujuan untuk

nmempersiapkan para peserta didik sebagai warga negara yang cerdas dan

baik (to be smart and good citizen) berdasarkan nilai – nilai pancasila.

Warga negara yang dimaksud adalah warga negara yang menguasai

pengetahuan (knowledge), sikap dan nilai (attitude and values),

keterampilan (skills) yang dapat dimanfaatkan untuk menumbuhkan rasa

kebangsaan dan cinta tanah air sebagai wujud implementasi dan aktualisasi

nilai – nila pancasila.

Jadi, diharapkan setelah mempelajari pendidikan pancasila siswa

mempunyai sikap disiplin dan prestasi belajar yang ada pada pendidikan

pancasila. Jika siswa mampu menguasai sikap disiplin belajar maka siswa

tersebut dapat meningkatkan prestasi belajar yang baik.


57

Dalam Hal ini peneliti merasa perlu untuk mengadakan penelitan

kepada Siswa-Siswi di SMPN 3 Pagedangan Kabupaten Tangerang agar

mengetahui seberapa besar pengaruh sikap disiplin siswa dalam prestasi

belajar, peneliti mengunakan Test ( Audio Visual ) dan Penilaian Angket (

Penilian sikap ), namun kondisi kegiatan belajar mengajar di SMPN 3

Pagedangan Kabupatan Tangerang , belum bisa mengadakan kegiatan tatap

muka ke sekolah , di karenakan adanya pandemi COVID-19 ( Coronavirus

disease 2019 ) , dan peraturan pemerintah mengharuskan kegiatan belajar

dari rumah, sehingga pengambilan test dan angket di lakukan secara daring

( dalam jaringan internet) mengunakan Google Form, siswa dan siswi dapat

mengakses soal test dan angket dengan cara masuk melalui link yang telah

di bagikan melalui aplikasi whatsapp.

C. HIPOTESA PENELITIAN

Berdasarkan deskripsi teori dan kerangka berpikir diatas, maka

hipotesis yang diajukan adalah “Terdapat Hubungan Peningkatan Sikap

Disiplin Siswa Dengan Prestasi Belajar Pada Materi Pendidikan Pancasila

Di SMPN 3 Pagedangan Kabupaten Tangerang”.


58

BAB III

METODELOGI PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitin ini di adakan oleh Program Studi PPKn STKIP

Arrahmaniyah dan tempat penelitian skripsi ini dilakukan di Kelas 7 di

SMPN 3 pagedangan kab. tangerang Penelitian sesuai dengan masa waktu

akademik yang telah di tentukan dan mendapatkan ijin dari Kepala Sekolah

setempat, dilaksanakan selama 3 (Tiga) bulan, yaitu dari bulan September

sampai dengan bulan Desember dengan schedule sebagai berikut:

Tabel 3.1

Jadwal Kegiatan

Kegiatan Maret Juni Juli Agustus September Oktober November Desember


2021 2021 2021 2021 2021 2021 2021 2021
Persiapan Usulan Judul X
Observasi X
Penyusunan BAB I X
Revisi
Penyusunani BAB II X
Revisi
Penyusunan BAB III X
Penyusunan Instrumen X
Revisi
Pengelolaan Data X
Penyusunan BAB VI X X
dan V
Revisi
Penyusunan Laporan
59

B. Variabel Penelitian

Variabel penelitian merupakan gejala yang menjadi fokus

penelitian untuk diamati. Variabel itu sebagai atribut dari kelompok orang

atau obyek yang mempunyai variasi antara satu dengan yang lainnya dalam

kelompok itu.

Penelitian ini melibatkan dua variable yang dapat dibagi menjadi

satu variable bebas dan satu variable terikat. Adapun variabel-variabel

dalam penelitian adalah :

1. Variable Bebas

Variable bebas Peningkatan Sikap Disiplin Siswa (X)

2. Variable Terkait

Variable terkait Prestasi Belajar Pada Materi Pendidikan Pancasila (Y)

C. Metode Penelitian

Penelitian ini, metode yang digunakan adalah metode deskriftif

kuantitatif dengan pendekatan korelasional yaitu suatu metode dalam

penelitian yang menelaah tentang status kelompok manusia, obyek, kondisi,

sistem pemikiran dan peristiwa-peristiwa masa sekarang, sehingga dapat

dibuat suatu gambaran yang sistematis, faktual, dan akurat .

Adapun jenis data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu

jenis data kuantitatif dimana jenis data penelitian ini menggunakan data

yang berbentuk angka-angka, oleh karena itu untuk pengolahan datanya di

gunakan analisis statistik dengan menggunakan tehnik korelasi, yaitu

meneliti derajat ketergantungan dalam hubungan-hubungan antara variabel


60

dengan memanfatkan koefisien korelasi untuk melihat tinggi rendahnya

ketergantungan antar variabel yang di uji

D. Populasi, Sampel dan Proses Pengambilan

1. Populasi

Apa yang dimaksud “Populasi adalah totalitas semua nilai yang

mungkin, hasil menghitung maupun pengukuran kuantitatif maupun

kualitatif mengenai karateristik tertentu dari semua anggota kumpulan

yang lengkap dan jelas yang ingin dipelajari sifat-sifatnya, apabila

hanya sebagian yang diambil dari populasi disebut sampel”. (Suharsimi,

2002) Adapun yang dimaksud dengan populasi dalam penelitian ini

adalah seluruh siswa di Kelas .VII tahun ajaran 2020/2021, populasi

berjumlah 499 siswa. Adapun populasi terjangkaunya sebanyak 167

siswa.

2. Sampel

“Pengertian sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang

diambil dan dipergunakan untuk penelitian yang sifat dan

karateristiknya dapat mewakili populasi sebagai subyek

penelitian.”(Tim Sosioligi 2 , Yudhistira :10) Adapun sampel yang

diambil dalam penelitian ini berjumlah 25 siswa .

3. Tehnik Pengambilan

Adapun tehnik untuk menentukan dan pengambilan sampel dengan

dilakukan secara acak, maksudnya adalah tiap unit anggota populasi


61

diberi nomor kemudian ditarik secara acak (random), masing-masing

unit dalam sampel memiiki peluang yang sama untuk dipilih atau

disebut dengan Simple Random Sampling. Sedangkan untuk

menentukan ukuran sampel diambil satu kelas di Kelas VII di SMPN 3

Pagedangan Kabupaten Tangerang.

Populasi menggunakan rumus “slovin” (slovin, 2004), yaitu :

𝑁
𝑛 = 1+N𝑒²

dimana :

n : ukuran sampel

N : ukuran populasi

e : persen kelonggaran ke tidak telitian karena kesalahan

pengambilan sampel yang masih dapat di tolerir atau di inginkan,

misalnya 5%

E. Instrumen Penelitian

Instrumen adalah alat pengumpulan data. Untuk memperoleh

data-data yang obyektif mengenai Hubungan Peningkatan Sikap Disiplin

Siswa Dengan Prestasi Belajar Pada Materi Pendidikan Pancasila Di SMPN

3 Pagedangan Kabupaten Tangerang, maka penulis menggunakan skala

prilaku yang berbentuk angket yang telah disusun dan diuji cobakan terlebih

dahulu untuk mengetahui validitas dan reliabilitasnya.

Angket adalah pengumpul informasi dengan cara menyampaikan

pertanyaan yang diajukan secara tertulis pada seseorang atau sekumpulan

orang untuk mendapatkan jawaban atau tanggapan yang diperlukan oleh


62

peneliti. Angket dipergunakan untuk mengumpulkan data siswa dengan cara

melingkari jawaban yang benar dan membumbuhkan tanda chek list ( √ )

dalam setiap jawaban terhadap tiap-tiap item atau sub item yang ditetapkan

dalam bentuk :

1. Skala sikap

Pertanyaan dengan pilihan ganda siswa melingkari jawaban dengan

ketentuan sebagai berikut :

a. Jawaban Benar nilai = 1

b. Jawaban Salah nilai = 0

2. Skala Prilaku

pertanyaan positif dan negative. Untuk alternative jawaban

positif diberi skor sebagai berikut :

a. Jawaban Sangat Setuju di beri skor (5)

b. Jawaban Setuju di beri skor (4)

c. Jawaban Ragu-ragu di beri skor (3)

d. Jawaban Tidak Setuju di beri skor (2)

e. Jawaban Sangat Tidak Setuju di beri (1)

Sebaliknya jika pertanyaannya bernilai negative, maka nilai skornya,

yaitu :

a. Jawaban Sangat Setuju di beri skor (1)

b. Jawaban Setuju di beri skor (2)


63

c. Jawaban Ragu-ragu di beri skor (3)

d. Jawaban Tidak Setuju di beri skor (4)

e. Jawaban Sangat Tidak Setuju di beri skor (5)

Adapun untuk mempermudah dalam penyusunan instrumen penelitian,

maka penulis membuat Kisi-kisi Instrumen seperti pada table dibawah

ini :

Tabel 3.2

Kisi-kisi Soal Variabel X

Variabel Dimensi Indikator Butir

a. Mengenal arti
1, 6, 7, 8 dan 9
disiplin

b. Jenis – jenis disiplin 5, 10, 11 dan 25

2, 3, 13, 14, 15 dan


Sikap Disiplin Arti c. Contoh disiplin
16
Siswa Pemahaman
d. Manfaat disiplin 4, 12, 22 dan 24

e. Aturan sikap disiplin 17, 18, 19, 20, 21


di sekolah dan 23
64

Tabel 3.3

Kisi – kisi Angket Variabel Y

Butir
Variabel Dimensi Indikator
Negatif Positif
a. Tingkah
1, 2, 7 dan 9 23 dan 24
laku
b. Perbuatan
yang 3, 8, 12 dan 14 21, 22 dan 25
dilakukan
Prestasi Belajar
Pada Materi c. Keberhasilan
Sikap prilaku 11, 13, 15 dan
Pendidikan dalam
16
Pancasila belajar
d. Daya serap 6, 10 dan 17

e. Keingin 4, 5, 18, 19
tahuan dan 20

F. Tehnik Analisa Data

Analisa data berguna untuk menentukan dari yang sebenarnya

dan signifikan (bermakna) dalam upaya memecahkan masalah penelitian.

Untuk mempermudah analisis data hasil penelitian tehnik analisis yang

digunakan penelitian ini dengan menggunakan rumus-rumus sebagai

berikut, yaitu :

1. Menghitung Rentang

R = Xt – Xr (Sugiyono, Statistik Untuk Penelitian, 2005:48)

Keterangan :

R = Rentang

Xt = Data terbesar dalam kelompok

Xr = Data terkecil dalam kelompok


65

2. Menghitung banyaknya kelas

K = 1 + 3,3 log n (Ibid, :29)

Keterangan :

K = Jumlah kelas internal

Log = Logaritma

n = Jumlah data observasi

3. Menghitung Panjang Kelas

𝑅
𝜌=K (Ibid, :29)

Keterangan :

P = Panjang kelas

R = Rentang

K = Jumlah kelas interval

4. Menghitung Mean

∑f𝑖𝑥𝑖
𝑀𝑒 = (Ibid, :47)
𝑓𝑖

Keterangan :

Me : Mean untuk data bergolong

f1 : Jumlah data / sampel

fi Xi : Produk perkalian antara fi pada tiap interval data

dengan tanda kelas (Xi). Tanda kelas Xi adalah rata-rata

dari bawah dan batas pada setiap interval data.


66

5. Menghitung Median

½n−𝑓𝑘𝑖
𝑀𝑑 = 𝘣 + 𝜌( ) (Ibid, :48)
𝑓

Keterangan :

Md : Median

b : Batas bawa

n : Banyak data/jumlah sampel

F : Jumlah semua frekuensi sebelum klas median

f : Frekuensi klas median

6. Menghitung Modus

𝘣1
𝑀𝑜 = 𝘣 + 𝜌 (𝘣1+𝘣2) (Ibid, :45)

Keterangan :

Mo : Modus

b : Batas kelas interval dengan ferkuensi terbanyak

p : Panjang kelas interval dengan frekuensi terbanyak

b1 : Frekuensi pada kelas modus (frekuensi pada kelas

interval terbanyak) dikurangi frekuensi kelas interval

terdekat sebelumnya.

b2 : frekuensi kelas modus dikurangi frekuensi kelas

interval berikutnya.
67

7. Mencari Standar Deviasi

∑𝑋 ∑𝑋2 2
𝑆𝑑𝑡 = √ 𝑁𝑡 − ( N 𝑡 )

𝑠𝑠
𝑆 = √𝑛−1

8. Uji Validasi

Ketentuan paling penting dalam suatu evaluasi adalah bahwa

hasilnya harus sesuai dengan keadaan yang dievaluasikan. Data yang

baik yang sesuai dengan kenyataan disebut data valid. Suatu tes dapat

dikatakan mempunyai validitas jika hasilnya harus sesuai dengan

kriterium, dalam arti memiliki kesejajaran antara hasil data tersebut

dengan kriterium.

Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat

keandalan atau kesahihan suatu alat ukur (Riduwan, 2007:97).

Validitas menunjukkan derajat ketepatan, yaitu ketepatan antara data

yang sesungguhnya terjadi pada objek dengan data yang dapat

dikumpulkan oleh peneliti (Riduwan, 2007:171). Untuk menguji

tingkat validitas dari variabel penelitian, penulis menggunakan rumus

korelasi product moment. Adapun rumusnya sebagai berikut :

𝑀𝑝 − 𝑀𝑡 𝑝
𝑟ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 = √
𝑆𝑑𝑡 𝑞

rhitung = Hasil hitung uji validitas


68

Mp = skor rata – rata hitung untuk butir yang dijawab betul

Mt = Skor rata – rata dari skor total

Sdt = Standar deviasi skor total

P = Proporsi siswa yang menjawab betul pada butir yang diuji

validitasnya

q = Proporsi siswa yang menjnawab salah pada butir yang

diuji validitasnya

Selanjutnya mencari rtabel apabila diketahui signifikasi α =

0,05 dan jumlah banyaknya responden (N=10), maka diperoleh rtabel

= 0,632.

Terakhir membuat keputusan dengan membandingkan thitung

dengan ttabel dengan kaidah keputusan :

1. Jika rhitung > ttabel berarti valid

2. Jika rhitung < ttabel berarti tidak valid

Hasil uji coba instrumen variabel X terhadap 10 siswa/siswi

dapat dilihat pada tabel berikut :


69

Tabel 3.4

Data Instrumen Uji coba Variabel X

No Soal Rhitung rtabel Kesimpulan


1 0,802 0,632 Valid
2 0,685 0,632 Valid
3 0,763 0,632 Valid
4 -0,724 0,632 Tidak Valid
5 0,802 0,632 Valid
6 0,910 0,632 Valid
7 0,721 0,632 Valid
8 -0,646 0,632 Tidak Valid
9 -0,428 0,632 Tidak Valid
10 0,648 0,632 Valid
11 0,648 0,632 Valid
12 0,685 0,632 Valid
13 0,910 0,632 Valid
14 0,721 0,632 Valid
15 -0,029 0,632 Tidak Valid
16 0,685 0,632 Valid
17 0,724 0,632 Valid
18 0,648 0,632 Valid
19 0,646 0,632 Valid
20 0,646 0,632 Valid
21 0,648 0,632 Valid
22 0,646 0,632 Valid
23 -0,721 0,632 Tidak Valid
24 0,648 0,632 Valid
25 0,724 0,632 Valid

Berdasarkan tabel di atas, ada 5 soal yang hasil ujinya tidak valid yaitu

soal nomor 4, 8, 9, 15 dan 23 karena hasil uji rumus validitasnya adalah t hitung <

ttabel sehingga 5 soal tersebut tidak bisa dipakai untuk instrumen penelitian. Oleh

karena itu, instrumen penelitian variabel X yang kami pakai hanya 20 soal yang

hasil ujinya valid.


70

9. Mencari Uji Relibilitas

Reliabilitas adalah suatu instrumen cukup dapat dipercaya untuk

digunakan sebagai alat pengumpul data karena instrumen tersebut sudah

baik (Arikunto S, 2005,86). Maka pengertian reliabilitas tes

berhubungan dengan masalah konsistensi atau keajegan hasil tes. Untuk

perhitungan reliabilitas digunakan rumus alpha, sebagai berikut :

𝑁. ∑ 𝑋𝑌− ∑ 𝑋 ∑ 𝑌
𝑟ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 =
√(𝑁. ∑ 𝑋 2 − (∑ 𝑋)2) (𝑁.∑ 𝑌 2 − (∑ 𝑌)2 )

∑X = Jumlah skor pada setiap butir soal

∑Y = Jumlah skor total semua responden

(∑X)2 = Hasil kuadrat ∑X

(∑Y)2 = Jumlah total (∑Y)2

(∑XY) = Hasil dari skor responden pada setiap butir soal dikalikan

dengan jumlah skor responden

∑X2 = Jumlah dari skor responden pada setiap butir soal yang

dikuadratkan

∑Y2 = Jumlah total ∑X2

rhitung = Hasil uji relibilitas

Hasil perhitungan Rhitung dibandingkan dengan rtabel pada

taraf nyata (α) 5%. Kriteria kelayakan adalah sebagai berikut :

1. Jika rhitung > rtabel maka instrumen adalah reliabel

2. Jika rhitung < rtabel maka instrumen adalah tidak reliabel

3.
71

Gambar 3.5

Data Instrumen Uji Coba Variabel Y

No Soal rhitung rtabel Kesimpulan


1 0,661 0,632 Reliabel
2 0,661 0,632 Reliabel
3 0,657 0,632 Reliabel
4 0,791 0,632 Reliabel
5 0,699 0,632 Reliabel
6 0,815 0,632 Reliabel
7 0,662 0,632 Reliabel
8 -0,860 0,632 Tidak Reliabel
9 -0,664 0,632 Tidak Reliabel
10 0,647 0,632 Reliabel
11 0,808 0,632 Reliabel
12 -1,120 0,632 Tidak Reliabel
13 0,657 0,632 Reliabel
14 0,808 0,632 Reliabel
15 0,657 0,632 Reliabel
16 0,815 0,632 Reliabel
17 0,661 0,632 Reliabel
18 0,699 0,632 Reliabel
19 0,797 0,632 Reliabel
20 0,682 0,632 Reliabel
21 -0,715 0,632 Tidak Reliabel
22 0,808 0,632 Reliabel
23 0,808 0,632 Reliabel
24 -0,405 0,632 Reliabel
25 0,699 0,632 Reliabel

Berdasarkan tabel diatas, ada 5 soal yang hasil ujinya tidak realiabel yaitu

soal nomor 8, 9, 12, 21 dan 24 karena hasil uji rumus reliabilitasnya adalah rhitung <

rtabel sehingga 5 soal tersebut tidak bisa dipakai untuk instrumen penelitian. Oleh
72

karna itu, instrumen penelitian variabel Y yang kami pakai hanya 20 soal yang

hasil ujinya reliabel

10. Uji Normalitas

Uji normalitas dimaksudkan untuk memperoleh informasi

mengenai normal atau tidaknya skor tes yang diperoleh peserta didik

(Riduwan, 2007:121). Untukmelakukan pengujian normalitas tersebut,

penulis menggunakan uji Lilliefors. Langkah-langkahnya adalah sebagai

berikut :

Langkah 1 Mencari skor terbesar dan terkecil

Langkah 2 Mencari nilai rentangan

R = Skor terbesar – Skor terkecil

Langkah 3 Mencari banyaknya kelas

BK = 1 + 3,3 Log n

Langkah 4 Mencari panjang kelas

𝑅
ρ = 𝐵𝐾

Langkah 5 Membuat tabel distribusi frekuensi variable

Langkah 6 Mencari Rata-rata

𝑓𝑖 𝑥𝑖
𝑀ⅇ = ∑
𝑓𝑖

Langkah 7 Mencari simpangan baku


73

𝑛.∑𝐹𝑖𝑋𝑖 2 −(∑𝐹𝑖𝑋𝑖)2
𝑆= √ 𝑛−1

Langkah 8 Membuat tabel normalitas

Langkah 9 Memasukkan nomor responden dan nilai responden

Langkah 10 Menghitung Zi

𝑁𝑖𝑙𝑎𝑖−𝑀𝑒
𝑍𝑖 = 𝑆

Langkah 11 Melihat tabel Z untuk mencari nilai F(Zi)

Langkah 12 Menghitung Nilai Sn(Zi)

𝑁𝑜 𝑟𝑒𝑠𝑝𝑜𝑛𝑑𝑒𝑛
𝑆𝑛(𝑍𝑖 ) = 𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑟𝑒𝑠𝑝𝑜𝑛𝑑𝑒𝑛

Langkah 13 Mengurangkan nilai F(Zi) dengan Nilai Sn(Zi)

Langkah 14 Mempositifkan seluruh nilai F(Zi) – Sn(Zi)

Menggunakan rumus Excel |F(Zi)-Sn(Zi)|

=ABS(F(Zi) – Sn(Zi))

Langkah 15 Mencari nilai tertinggi |F(Zi)-Sn(Zi)| yang akan menjadi

nilai Fhitung

Langkah 16 Mencari nilai Ftabel dengan (N=30) dan α=0,05

Langkah 17 Membandingkan Fhitung dengan Ftabel


74

Hasil perhitungan uji Lilliefors yaitu Fhitung dibandingkan dengan

Ftabel memiliki kriteria sebagai berikut :

1. Jika Fhitung < Ftabel, maka distribusi data normal

2. Jika Fhitung > Ftabel, maka distribusi data tidak normal

11. Uji Hipotesis

Hipotesis tidak pernah diuji kebenarannya, tetapi diuji

validitasnya. Untuk menguji hipotesis diperlukan data, atau fakta-fakta.

Hal ini dimaksudkan untuk mengetahui seberapa jauh hipotesis penelitian

yang telah disusun semula dapat diterima berdasarkan data yang telah

terkumpul. Adapun proses yang penulis lakukan untuk uji hipotesis

tersebut adalah dengan cara :

a. Uji Linearitas

Uji linearitas dilakukan untuk mengukur derajat kerataan

hubungan, memprediksi besarnya arah hubungan serta meramalkan

besarnya variabel devendent jika nilai variabel independent diketahui.

Uji linearitas bertujuan untuk mengetahui apakah suatu variabel

memiliki hubungan linear atau tidak secara signifikan (Budiono,

2009:170-171). Adapun langkah-langkah dalam uji linearitas adalah

sebagai berikut
75

Langkah 1 Membuat tabel linearitas

Langkah 2 Memasukkan nilai X dan nilai Y

Langkah 3 Menyortir nilai X dari yang terkecil hingga yang

terbesar

Langkah 4 Mencari banyaknya kelompok berdasarkan nilai X

Langkah 5 Mencari banyaknya frekuensi nilai X yang sama (n)

Langkah 6 Mencari nilai T berdasarkan nilai n

T = Y1 + ......dst tergantung nilai n

Langkah 7 Mencari nilai T2

𝑇2
Langkah 8 Mencari nilai 𝑛

Langkah 9 Mencari nilai X2

Langkah 10 Mencari nilai Y2

Langkah 11 Mencari nilai XY

Langkah 12 Mencari nilai a

(∑𝑌)(∑𝑋 2)−(∑𝑋)(∑𝑋𝑌)
𝑎= 𝑛∑𝑋 2 −(∑𝑋)2

Langkah 13 Mencari nilai b

𝑛(∑𝑋𝑌)−(∑𝑋)(∑𝑌)
𝑏= 𝑛∑𝑋 2 −(∑𝑋)2
76

Langkah 14 Mencari JKG (Jumlah kuadran galat)

JKG = ∑Y2 - a ( ∑Y) – b (∑XY)

Langkah 15 Mencari JKGM (Jumlah kuadran galat murni)

𝑇2
JKGM = ∑Y2 - ∑ 𝑛

Langkah 16 Mencari dkGM (Derajat kebebasan galat murni)

dkGM = n – k

Langkah 17 Mencari JKGTC (Jumlah kuadran galat tuna cocok)

JKGTC = JKG – JKGM

Langkah 18 Mencari dkGTC (Derajat kebebasan kuadran galat

tuna cocok)

dkGTC = n - 2

Langkah 19 Mencari RKGM (Rerata kuadran galat murni)

𝐽𝐾𝐺𝑀
𝑅𝐾𝐺𝑀 = 𝑑𝑘𝐺𝑀

Langkah 20 Mencari RKGTC (Rerata kuadran galat tuna cocok)

𝐽𝐾𝐺𝑇𝐶
𝑅𝐾𝐺𝑇𝐶 =
𝑑𝑘𝐺𝑇𝐶

Langkah 21 Mencari Fhitung


77

𝐽𝐾𝐺𝑇𝐶
Fhitung = 𝑑𝑘𝐺𝑇𝐶

Langkah 22 Mencari Ftabel

Hasil perhitungan uji Lilliefors yaitu Fhitung dibandingkan

dengan Ftabel memiliki kriteria sebagai berikut :

1. Jika Fhitung < Ftabel, maka data berpola linear

2. Jika Fhitung > Ftabel, maka data berpola tidak linear

b. Uji Korelasi

Analisis uji korelasi dilakukan untuk mengetahui kuat

lemahnya hubungan antar variabel yang dianalisis. Analisis korelasi

yang digunakan adalah rumus korelasi Product Moment :

𝑁. Ʃ𝑋𝑌 − Ʃ𝑋 Ʃ𝑌
𝑟𝑥𝑦 =
√(𝑁. Ʃ𝑋 2 − (Ʃ𝑋)2 )(𝑁. Ʃ𝑌 2 − (Ʃ𝑌)2

Pengujian selanjutnya yaitu uji signifikasi yang berfungsi

untuk mengetahui makna hubungan variabel X terhadap Y sehingga

digunakan uji statistik t, sebagai berikut :

√𝑁 − 2
𝑡 = 𝑟𝑥𝑦
√1 − 𝑟𝑥𝑦 2

Nilai thitung tersebut dibandingkan dengan nilai ttabel dengan

mengambil dk = n-2 dan taraf kesalahan α = 0,05. Dengan keputusan :


78

1. thitung ≥ ttabel maka Ho ditolak, artinya korelasinya

signifikan

2. thitung ≤ ttabel maka Ho diterima, artinya korelasinya tidak

signifikan

Adapun untuk mengetahui kadar pengaruhnya nilai r diatas

selanjutnya dibandingkan dengan tabel untuk mengetahui kuat atau

tinggi maupun lemah ata rendahnya pengaruh variabel X terhadap Y.

Kuat lemahnya korelasi ditentukan oleh besarnya r. Taksiran mengenai

besarnya korelasi dapat dilihat pada tabel berikut ini :

Tabel 3.8

Besarnya koefisien korelasi

Besarnya Koefisien Tingkat Hubungan

0,00 – 0,199 Korelasi sangat rendah, hubungan

hampir dapat diabaikan


0,20 – 0,399 Korelasi rendah, hubungan jelas

tetapi kecil
0,40 – 0,599 Korelasi sedang, hubungan memadai

0,60 – 0,799 Korelasi tinggi, hubungan besar

Korelasi sangat tinggi, hubungan


0,80 – 1,000
sangat erat
79

c. Koefisien Determinasi

Untuk menyatakan besar kecilnya sumbangan variabel X

terhadap Y dapat ditentukan dengan rumus koefisien determinasi.

Koefisien determinasi adalah kuadrat dari koefisien korelasi product

moment yang dikalikan dengan 100%. Derajat koefisien determinasi

dicari dengan menggunakan rumus :

KD = r2 x 100%

Keterangan : KD = Nilai koefisien determinasi

r = Nilai koefisien korelasi

12. Penafsiran Data Angket

Tahap penafsiran data ini diolah dengan menggunakan perhitungan

prosentase. Perhitungan prosentase dimaksudkan untuk melihat

perbandingan besar kecilnya frekuensi setiap alternatif jawaban angket.

Prosentase diperoleh dengan membandingkan jumlah frekuensi jawaban

dan banyaknya sampel yang dikalikan dengan angka 100%, rumusnya

sebagai berikut :

FX
P= 100%
N

Keterangan : P = Prosentase Skor


80

F = Jumlah Skor yang diperoleh

N = Jumlah Skor maksimum

Untuk membantu memudahkan penentuan kriteria penilaian, maka

dilakukan pedoman penilaian dengan menggunakan istilah :

0% = Ditafsirkan tidak ada

1% - 24% = Ditafsirkan sebagian kecil

25% - 49% = Ditafsirkan hampir seluruhnya

50% = Ditafsirkan setengahnya

51% - 74% = Ditafsirkan sebagian besar

75% - 99% = Ditafsirkan hampir seluruhnya

100% = Ditafsirkan seluruhnya


81

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Pada bagian ini penulis akan memaparkan hasil penelitian dan menjelaskan

pembahasan hasil penelitian yaitu, sebagai berikut :

A. Deskripsi Data Hasil Penelitian

1. Data Hasil Penelitian Variabel X (Sikap Disiplin Siswa)

Deskripsi data hasil penelitian variabel X (sikap disiplin siswa)dapat

dideskripsikan sebagai berikut :

- Skor data terbesar dn terkecil yaitu 20 dan 9

- Banyaknya kelas yaitu 6 dan panjang kelas yaitu 2 sehingga kelas

interval pertama 9 – 11

- Daftar distribusi frekuensi untuk pembuatan histogram dan poligon

variabel X (Sikap Disiplin Siswa

Tabel 4.1

Daftar Distribusi Frekuensi Variabel X

KELAS INTERVAL FREKUENSI PERSENTASE TITIK TENGAH


9 – 10 2 8.00% 9,5
11 – 12 1 4.00% 11,5
13 – 14 2 8.00% 13,5
15 – 16 3 12.00% 15,5
17 – 18 7 28.00% 17,5
19 – 20 10 40.00% 19,5
25 100.00%
82

Berdasarkan daftar distribusi frekuensi variabel X, maka gambar

histogram dan poligon variabel X (Sikap Disiplin Siswa)

Gambar 4.1

Histrogram dan Poligon Variabel X

12 45.00%

40.00%
10
35.00%

8 30.00%

25.00%
6 Series1
20.00% PERSENTASE
4 15.00%

10.00%
2
5.00%

0 0.00%
9-10 11-12 13-14 15-16 17-18 19-20

Adapun skor data hasil penelitian memberikan gambar yaitu 20% skor

responden dibawah rata – rata dan 12% skor responden berada pada rata – rata

serta 68% skor responden diatas rata – rata. Dengan demikian skor sebagian

besar responden berada pada kategori diatas rata-rata.

Perhitungan skor data hasil penelitian juga memperoleh angka mean yaitu

16,86, median 17,78, lalu karena ada dua frekuensi tertinggi di kelas yang

tidak beraturan berarti modusnya ada 1 yaitu 19,9 yang terakhir standar

deviasinya yaitu 3,14.


83

2. Data Hasil Penelitian Variabel Y (Prestasi Belajar Pada Materi

Pendidikan Pancasila)

Deskripsi data hasil penelitian variabel Y (Prestasi Belajar Pada

Materi Pendidikan Pancasila) dapat dideskripsikan sebagai berikut :

- Skor data hasil terbesar dan terkecil yaitu 100 dan 65

- Banyaknya kelas yaitu 6 dan panjang kelas yaitu 6 sehingga kelas

interval pertama yaitu 65-70

- Daftar distribusi frekuensi untuk pembuatan histogram dan poligon

variabel Y (Prestasi Belajar Pada Materi Pendidikan Pancasila)

Tabel 4.2

Daftar Distribusi Frekuensi Variabel Y

KELAS INTERVAL FREKUENSI PERSENTASE TITIK TENGAH

65-70 3 12% 67,5

71-76 3 12% 73,5

77-82 3 12% 79,5

83-88 8 32% 85,5

89-94 4 16% 91,5

95-100 4 16% 97,5

25 100%

Berdasarkan daftar distribusi frekuensi variabel Y, maka gambar

histogram dan poligon variabel Y (Prestasi belajar Pada Materi

Pendidikan Pancasila).
84

Gambar 4.2

Histrogram dan Poligon Variabel Y

9 35%
8
30%
7
25%
6

5 20%
Series1
4 15% PERSENTASE
3
10%
2
5%
1
0 0%
65-70 71-76 77-82 83-88 89-94 95-100

Adapun skor data hasil penelitian memberikan gambaran yaitu

36% skor responden dibawah rata-rata dan 32% skor responden berada

pada rata-rata serta 32% skor responden diatas rata-rata. Dengan demikian

sebagian besar responden berada pada kategori diatas rata-rata.

Perhitungan skor data hasil penelitian juga memperoleh angka

mean yaitu 84,08, median yaitu 85,12(dibulatkan jadi 85), modus 85,5 dan

standar deviasi yaitu 9,34.

3. Pengujian normalitas

Hasil hitung uji normalitas variabel X (sikap disiplin siswa) yakni

0,8543 dan angka hasil tabel uji normalitas yakni 0,173. Maka jika data

keduanya dibandingkan berarti hasil hitung > angka hasil tabel dimana
85

perbandingan tersebut adalah hasil dari penelitian variabel X (sikap

disiplin siswa) dimana memiliki hasil distribusi normal.

Hasil hitung uji normalitas variabel Y (Prestasi belajar pada

materi pendidikan pancasila) yakni 0,5659 dan angka hasil tabel uji

normalitas yakni 0,173. Maka jika data keduanya dibandingkan berarti

hasil hitung > angka hasil tabel dimana perbandingan tersebut adalah

hasil dari penelitian variabel Y (Prestasi belajar pada pendidikan

pancasila) dimana memiliki hasil distribusi normal.

4. Pengujian linearitas

Hasil persamaan regresi Y dan X diperoleh bentuk persamaan Y

= 35,53 + 2,82X. Sedangkan hasil uji persyaratan analisis data pengujian

linearitas yakni 9,91 dan jika dibandingkan dengan angka pada tabel

distribusi f dimana dk (pembilang) = 7 dan db (penyebut) = 16 dengan

koordinat = (7, 16) yakni 2,70 berarti Fhitung > Ftabel yaitu 9,91 > 2,70.

Berarti ada hubungan yang linear secara signifikan antara variabel X

(sikap disiplin siswa) dengan variabel Y (prestasi belajar pada materi

pendidikan pancasila).

5. Pengujian hipotesis (korelasi product moment)

Hasil pengujian korelasi product moment yakni 0,925. Dan r tabel

dengan (N=25) dan tingkat kepercayaan 0,05 yaitu 0,396. Jika

dibandingkan berarti 0,925>0,396. Hipotesisnya adalah terdapat

hubungan korelasi yang cukup tinggi antara variabel X (Sikap Disiplin


86

Siswa) dengan variabel Y (Prestasi Belajar Pada materi Pendidikan

Pancasil).

Sedangkan hasil pengujian kekuatan hubungan (t) yakni 12,61

dan jikia dibandingkan dengan t tabel dengan (N-2 = 25 – 2 = 23) dan

tingkat kepercayaan 0,05 yakni 1,714, maka 12,61 > 1,714 berarti ada

hubungan yang sangat kuat antara variabel X (sikap Disiplin Siswa)

terhadap variabel Y (Prestasi Belajar Pada Materi Pendidikan

Pancasila). Selain itu, karena koefisien korelasi (t) nilainya positif (+),

berarti variabel X (Sikap Disiplin Siswa) berbanding lurus dengan

variabel Y (Prestasi Belajar Pada Materi Pendidikan Pancasila). Jadi

semakin tinggi nilai variabel X (Sikap Disiplin Siswa) maka semakin

tinggi juga nilai variabel Y (Prestasi Belajar Pada pendidikan Pancasila).

6. Pembahasan

Pembahasan hasil penelitian ini adalah bahwa pengajuan

hipotesis penelitian ini diterima karena angka rhitung lebih besar dari

angka rtabel product moment. Maka dengan demikian bahwa terdapat

hubungan positif antara peningkatan sikap disiplin siswa terhadap

prestasi belajar pada materi pendidikan pancasila. Sehingga dapat

diinterpretasikan bahwa adanya peningkatan sikap disiplin siswa akan

menentukan mempengaruhi prestasi belajar di sekolah yang pada

akhirnya akan mempengaruhi besar kecilnya hubungan yang

ditimbulkan dari kedua variabel penelitian.


87

Adapun hubungan antara peningkatan sikap disiplin siswa dengan

prestasi belajar di sekolah berdasarkan perhitungan koefisien uji

determinasi diperoleh hasil sebesar 85,56% yang dapat mempengaruhi

prestasi belajar.
88

BAB V

KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN

A. Kesimpulan

1. Hasil pengujian korelasi product moment yakni 0,925 dan jika

dikonsultasikan dengan angka tabel product dengan (N=25) dan tingkat

kepercayaan 0,05 yakni 0,396. Maka 0,925 > 0,396 dengan demikian

dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan yang positif antarta

Peningkatan Sikap Disiplin Siswa dengan Prestasi Belajar Pada Materi

Pendidikan Pancasila di SMPN 3 Pagedangan Kabupaten Tangerang.

2. Hasil pengujian kekuatan pengaruh yakni 12,61 jika dikonsultasikan

dengan angka pada tabel untuk (df = N-2 = 25-2) dan tingkat

kepercayaan 0,05 yakni 1,714. Maka 12,61 > 1,714 dengan demikian

dapat disimpulkan terdapat pengaruh yang kuat antara Peningkatan

Sikap Disiplin Siswa dengan Prestasi Belajar Pada Materi Pendidikan

Pancasila di SMPN 3 Pagedangan Kabupaten Tangerang.

3. Hasil uji determinasi yakni 85,56% berarti terdapat kontribusi pengaruh

sebesar 85,56% dari Peningkatan Sikap Disiplin Siswa dengan Prestasi

Belajar Pada Materi Pendidikan Pancasila.


89

B. Implikasi

Hasil penelitian diatas membuktikan bahwa ada pengaruh yang

cukup kuat anatara hubungan Peningkatan Sikap Disiplin Siswa dengan

Prestasi Belajar Pada Materi Pendidikan Pancasila di SMPN 3

Pagedangan Kabupaten Tangerang, karena diperoleh r xy sebesar 0,925

yang apabila dikonsultasikan dengan tabel r Kritis Product Moment

terletak antara 0,600 sampai 0,799. Ini berarti adanya pengaruh yang

cukup kuat anatara kedua variabel.

Dengan adanya hubungan antara Peningkatan Sikap Disiplin Siswa

dengan Prestasi Belajar Pada Materi Pendidikan Pancasila di SMPN 3

Pagedangan Kabupaten Tangerang, maka implikasinya adalah untuk

meningkatkan Peningkatan Sikap Disiplin Siswa dengan Prestasi

Belajar Pada Materi Pendidikan Pancasila sehingga menghasilkan

belajar yang baik. Adapun besar konstribusi sebesar 85,56% membuka

kemungkinan sebesar 14,44% untuk faktor lain yang dapat turut

memberikan hubungan dengan prestasi belajar anata lain lingkungan,

teman sebaya, media elektronik serta faktor lain.


90

C. Saran

Berdasarkan hasil penelitian ini dapat diajukan beberapa saran sebagai

berikut :

1. Diharapkan bagi pihak orang tua dan guru hendaknya meningkatkan

Sikap Disiplin Siswa untuk Prestasi Belajar dalam kehidupan sehari –

hari.

2. Bagi guru pembimbing lebih meningkatkan bidang bimbingan atau

materi layanan mengenai Prestasi Belajar kepada siswa sehingga siswa

mampu memiliki semangat belajar yang tinggi.

3. Lebih memperhatikan siswa yang menunjukkan gejala perilaku yang

rendah dalam hal minat belajar dengan cara memberikan nilai tambah

jika siswa aktif/disiplin dalam belajar.


91

DAFTAR PUSTAKA

https://smpislampapb.sch.id/mamfaat-disiplin-di-sekolah/
http://ayoguruberbagi.kemdikbud.go.id/artikel/pentingnya-pendidikan-pancasila-
di-sekolah/
http://ditsmp.kemdikbud.go.id/menerapkan-pendidikan-karakter-pancasila-dalam-
lingkungan-sekolah/
http://id.m.wikipedia.org/wiki/sikap
https://www.rijal09.com/2019/11/contoh-sikap-disiplin-dalam-kehidupan-sehari-
hari.html?m=1
https://wawasanpengajaran.blogspot.com/2019/06/pengertian-dan-faktor-
kedisiplinan-siswa.html?m=1
http://badrusa2am.blogspot.com/2014/07/pentingnya-kedisiplinan-dan-
pendidikan.html?m=1
https://ainamulyana.blogspot.com/2016/01/prestasi-belajar-siswa-pengertian-
dan.html?m=1
http://etalasepustaka.blogspot.com/2016/09pengertian-pendidikan-pancasila-dan-
empat-landasannya.html?m=1
https://www.cnnindonesia.com/nasional/20201202162341-31-577170/mengenal-
pancasila-fungsi-nilai-dan-arti-lambang
92

Instrumen Uji Coba Peningkatan Sikap Disiplin Siswa

( Variabel X )

Identifikasi Masalah

Nama : ..............................................

Kelas : ..............................................

Email : ..............................................

Petunjuk : ..............................................

1. Isilah Identitas Anda dengan benar

2. Bacalah dengan teliti setiap butir pertanyaan

3. Pilihlah satu jawaban yang dianggap benar

1. Suatu bentuk tindakan mematuhi dan melakukan sesuatu sesuai dengan

nilai – nilai dan aturan yang dipercaya merupakan tanggung jawabnya.

Salah satu pengertian dari ...

a. Tanggung jawab

b. Disiplin

c. Prestasi

d. Pendidikan

2. Datang tepat waktu kesekolah salah satu bentuk ...


93

a. Disiplin menggunakan waktu

b. Disiplin menjalankan aturan

c. Disiplin beribadah

d. Disiplin dalam berbangsa dan bernegara

3. Menjaga kebersihan lingkungan disekolah salah satu bentuk kedisiplinan

menjalankan aturan dengan cara ...

a. Membuang sampah pada tempatnya

b. Membuang sampah sembarangan

c. Menyimpan sampah dikolong meja

d. Mencoret – coret meja

4. Yang bukan manfaat sikap disiplin adalah ...

a. Menumbuhkan kecerobohan

b. Menumbuhkan sikap patuh

c. Menumbuhkan keteraturan

d. Menumbuhkan kemandirian

5. Yang bukan jenis tindakan disiplin adalah ...

a. Disiplin pribadi

b. Disiplin sosial

c. Disiplin prinsip

d. Disiplin nasional

6. Sikap disiplin sebaiknya dimulai dari ...

a. Orang tua

b. Teman – teman
94

c. Orang lain

d. Diri sendiri

7. Orang yang disiplin berarti ia telah melaksanakan aturan dengan penuh ...

a. Terpaksa

b. Tanggung jawab

c. Kesedihan

d. Kegelisahan

8. Disiplin berarti taat dan patuh pada ...

a. Ayah

b. Guru

c. Kepala desa

d. Aturan

9. Disiplin merupakan sikap yang harus dimiliki ...

a. Guru

b. Siswa

c. Kepala sekolah

d. Semua orang

10. Sikap disiplin sebaiknya dibiasakan sejak ...

a. Remaja

b. Kecil

c. Sekolah

d. Kuliah

11. Sikap disiplin adalah termasuk perbuatan yang ...


95

a. Tercela

b. Terpuji

c. Buruk

d. Merugikan

12. Sikap tidak disiplin akan merugikan ...

a. Diri sendiri

b. Orang lain

c. Diri sendiri dan orang lain

d. Orang tua

13. Contoh sikap disiplin di sekolah adalah ....

a. Mematuhi perintah ayah dan ibu

b. Bangun pagi tepat waktu

c. Berangkat sekolah tepat waktu

d. Bolos sekolah

14. Disiplin dalam belajar tidak harus ...

a. Menunggu waktu ulangan

b. Setiap saat dan setiap hari

c. Dengan semangat terus

d. Dimana saja

15. Sikap disiplin membuat hidup menjadi ...

a. Teratur

b. Kacau

c. Sedih
96

d. Gelisah

16. Sikap disiplin sebaiknya dimulai dari ...

a. Orang tua

b. Teman – teman

c. Orang lain

d. Diri sendiri

17. Di sekolah yang wajib memenuhi peraturan adalah ...

a. Kepala sekolah

b. Siswa

c. Guru

d. Semua warga sekolah

18. Saat di sekolah kita harus mematuhi peraturan ...

a. Rumah

b. Sekolah

c. Sendiri

d. Desa

19. Disiplin belajar bisa membuat kita menjadi ...

a. Juara kelas

b. Orang bodoh

c. Orang kaya

d. Orang miskin

20. Hari senin ada upacara bendera tetapi budi malah tidak ikut upacara. Ia

bersembunyi di kelas, maka sikap budi tersebut ....


97

a. Sangat cerdik

b. Tidak pantas ditiru

c. Harus dibiasakan

d. Harus diapresiasi

21. Rudi ke sekolah memakai seragam yang tidak rapi ibu guru menasehatinya

agar merapihkannya. Sikap rudi sebaiknya adalah ...

a. Langsung lari menghindar

b. Segera merapihkan seragamnya

c. Merapihkan sebentar saja saat ada guru

d. Acuh saja

22. Sikap disiplin harus dilakukan ...

a. Di sekolah saja

b. Di rumah saja

c. Dimana saja

d. Di desa saja

23. Jadwal piket bersih – bersih kelas harus ...

a. Dilupakan

b. Dikerjakan

c. Diberikan kepada teman

d. Ditunda

24. Kedisiplinan akan membawa kita menuju ...

a. Keteraturan

b. Kekacauan
98

c. Kekayaan

d. Kemiskinan

25. Merapihkan tempat tidur termasuk sikap disiplin dalam bidang ...

a. Kesopanan

b. Ketekunan belajar

c. Kebersihan

d. Keamanan
99

Lampiran Screenshot Instrumen Uji Coba Peningkatan Sikap Disiplin Siswa

( Variabel X )
100

Data Uji Validitas Instrumen Uji Coba Peningkatan Sikap Disiplin

Siswa

(Variabel X)
101

Lampiran Perhitungan Uji Validitas Istrumen Uji Coba

Peningkatan Sikap Disiplin Siswa

(Variabel X)

rpbis = Kopefisien korelasi point biserial

Mp = skor rata – rata hitung untuk butir yang dijawab betul

Mt = Skor rata – rata dari skor total

Sdt = Standar deviasi skor total

P = Proporsi siswa yang menjawab betul pada butir yang diuji validitasnya

q = Proporsi siswa yang menjnawab salah pada butir yang diuji validitasnya

contoh perhitungan untuk no 1 :

∑Xt = 152 ∑Xt2 = 2596

Nilai p = jumlah jawaban yang benar : jumlah siswa

P = 7 : 10 = 0,7

Nilai q = 1 – p

q = 1 – 0,7 = 0,3

menghitung rata rata skor total :

Mt = ∑Xt : N =
102

Mt = 152 : 10

= 15,2

Menghitung Mp setiap butir soal ( rata – rata hitung dari skor total yang dijawab

dengan betul :

Jumlah yang menjawab betul 7 orang siswa

Sedangkan skor siswa adalah : 17 + 18 + 17 + 19 + 19 + 16 + 21 = 127

Jadi Mp = 127 : 7

= 18,1

Menghitung standar deviasi total dengan menggunakan rumus :

∑𝑋 ∑𝑋 2 2
𝑆𝑑𝑡 = √ 𝑁𝑡 − ( N 𝑡 )

2596 152 2
𝑆𝑑𝑡 = √ −( )
10 10

𝑆𝑑𝑡 = 285,6

𝑠𝑠
𝑆 = √𝑛−1

285,6
𝑆= √ 9

𝑠 = √31.7333333333

S = 5.6332 dibulatkan menjadi 5,6

Menghitung validasi butir soal dengan rpbis :


103

𝑀𝑝 − 𝑀𝑡 𝑝
𝑟𝑝𝑏𝑖𝑠 = √
𝑆𝑑𝑡 𝑞

18,1−15,2 0,7
𝑟𝑝𝑏𝑖𝑠 = √
5,6 0,3

𝑟𝑝𝑏𝑖𝑠 = (0,525) . (1,527) = 0,802

Karena koefisien korelasi lebih dari 0,632 maka butir instrumen tersebut sudah

dikategorikan valid.

contoh perhitungan untuk no 4 :

∑Xt = 152 ∑Xt2 = 2596

Nilai p = jumlah jawaban yang benar : jumlah siswa

P = 3 : 10 = 0,3

Nilai q = 1 – p

q = 1 – 0,3 = 0,7

menghitung rata rata skor total :

Mt = ∑Xt : N =

Mt = 152 : 10 = 15,2

Menghitung Mp setiap butir soal ( rata – rata hitung dari skor total yang dijawab

dengan betul :

Jumlah yang menjawab betul 3 orang siswa


104

Sedangkan skor siswa adalah : 5 + 17 + 5 = 27

Jadi Mp = 27 : 3

=9

Menghitung standar deviasi total dengan menggunakan rumus :

∑𝑋 ∑𝑋2 2
𝑆𝑑𝑡 = √ 𝑁𝑡 − ( N 𝑡 )

2596 152 2
𝑆𝑑𝑡 = √ 10 − ( 10 )

𝑆𝑑𝑡 = 285,6

𝑠𝑠
𝑆 = √𝑛−1

285,6
𝑆= √ 9

𝑠 = √31.7333333333

S = 5.6332 dibulatkan menjadi 5,6

Menghitung validasi butir soal dengan rpbis :

𝑀𝑝 − 𝑀𝑡 𝑝
𝑟𝑝𝑏𝑖𝑠 = √
𝑆𝑑𝑡 𝑞
105

9−15,2 0,3
𝑟𝑝𝑏𝑖𝑠 = √
5,6 0,7

𝑟𝑝𝑏𝑖𝑠 = (−1,160) . (0,654) = −0,759

Karena koefisien korelasi kurang dari dari 0,632 maka butir instrumen tersebut

dikategorikan tidak valid.


106

Instrumen Uji Coba Prestasi Belajar Pada Materi Pendidikan Pancasila

( Variabel Y )

Identifikasi Masalah

Nama : ..............................................

Kelas : ..............................................

Email : ..............................................

Petunjuk : ..............................................

1. Isilah Identitas anda dengan benar

2. Bacalah dengan teliti setiap butir pertanyaan

3. Jawablah semua pertanyaan dengan keadaan yang sebenarnya, karena hal

kecil penelitian ini tidak akan mempengaruhi nilai pelajaran

4. Semua jawaban adalah benar sesuai keadaannya

Keterangan :

SS : Sangat setuju

S : Setuju

RR : Ragu – ragu

TS : tidak setuju

STS : sangat tidak setuju


107

Penilaian Sikap
No Pertanyaan
SS S RR TS STS
1. Apakah anda tertarik untuk
mengikuti pelajaran ?
2. Apakah anda senang setiap
mendapat tugas dari guru ?
3. Bila hasil ulangan yang
anda peroleh baik, apakah
anda lebih giat untuk
belajart ?
4. Apakah anda selalu
bertanya ketika kegiatan
belajar mengajar
berlangsung dan guru
memberikan kesempatan
untuk bertanya ?
5. Selama perjalanan
berlangsung apakah anda
mengajukan pertanyaan –
pertanyaan yang belum
jelas kepada guru ?
6. Apakah anda selalu siap
menjawab dari pertanyaan
guru tentang pelajaran
yang telah disampaikan ?
7. Apakah anda selalu senang
mendapatkan tugas
pendidikan pancasila ?
8. Apakah anda selalu
menyelesaikan seluruh
tugas yang diberikan oleh
guru ?
9. Apakah cara guru
menyampaikan pelajaran
menarik perhatian ?
10. Selama pelajaran
berlangsung apakah
suasana di kelas
menyenangkan bagi anda ?
11. Apakah nilai ulangan yang
baik dapat membantu
kegiatan belajar anda ?
12. Apakah anda tertarik untuk
selalu mengikuti pelajaran
?
108

13. Apakah anda merasa


senang ketika guru
memberikan pujian kepada
anda karena berhasil dalam
belajar ?
14. Apakah anda selalu
mengikuti pelajaran
walaupun cara penyajian
yang disampaikan guru
kurang menarik ?
15. Selama pelajaran
berlangsung apakah guru
selalu menegur anda
karena tidak berhasil dalam
belajar ?
16. Bila guru menghukum
anda karena berkelakuan
kurang baik selama
kegiatan belajar apakah
anda tidak merasa
terganggu untuk belajar ?
17. Apakah anda merasa
kecewa bila hasil ulangan
teman anda lebh baik dari
hasil dari hasil ulangan
anda ?
18. Apakah anda merasa
senang bila hasil ulangan
anda lebih baik dari hasil
ulangan teman anda ?
19. Apakah anda selalu
berkeinginan agar hasil
ulangan anda lebih besar
dari hasil ulangan teman
anda ?
20. Dengan mengetahui tujuan
pembelajaran apakah anda
akan lebih giat untuk
belajar ?
21. Saya tidak mengikuti
upacara bendera
22. Apa bila ada temen yang
kesulitan dalam belejar
maka saya tidak
membantunya
109

23. Dalam setiap ulangan saya


selalu mencontek teman
24. Saya tidak mengikuti
kegiatan bimbel
25. Saya mudah cepat
menyerah dan tidak suka
berkerja keras dalam
belajar
110

Lampiran Screenshot Instrumen Uji Coba Prestasi Belajar Pada Materi

Pendidikan Pancasila

( Variabel Y )
111

Data Uji Validitas Instrumen Uji Coba Prestasi Belajar Pada Materi
Pendidikan Pancasila
(Variabel Y)
112

Lampiran Perhitungan Uji Validitas Istrumen Uji Coba Prestasi

Belajar Pada Materi Pendidikan Pancasila

(Variabel Y)

∑X = Jumlah skor pada setiap butir soal

∑Y = Jumlah skor total semua responden

(∑X)2 = Hasil kuadrat ∑X

(∑Y)2 = Jumlah total (∑Y)2

(∑XY) = Hasil dari skor responden pada setiap butir soal dikalikan dengan jumlah

skor responden

∑X2 = Jumlah dari skor responden pada setiap butir soal yang dikuadratkan

∑Y2 = Jumlah total ∑X2

rhitung = Hasil uji relibilitas

contoh perhitungan untuk no 1 :

𝑁. ∑ 𝑋𝑌− ∑ 𝑋 ∑ 𝑌
𝑟𝑥𝑦 =
√(𝑁. ∑ 𝑋 2 − (∑ 𝑋)2 ) (𝑁.∑ 𝑌 2 − (∑ 𝑌)2 )

10. 2026−(30)(665) 310


𝑟𝑥𝑦 = =
√(10. 108) (10.2241−21187) 469

Rxy = 0,661

rtabel = 0,632 (N = 10)


113

karena rhitung > rtabel maka kesimpulannya soal no.1 adalah reliabel dan bisa

dijadikan instrumen penelitian.

contoh perhitungan untuk no 8 :

𝑁. ∑ 𝑋𝑌− ∑ 𝑋 ∑ 𝑌
𝑟𝑥𝑦 =
√(𝑁. ∑ 𝑋 2 − (∑ 𝑋)2 ) (𝑁.∑ 𝑌 2 − (∑ 𝑌)2 )

10. 1160−(18)(665) −370


𝑟𝑥𝑦 = =
√(10. 48) (10.2241−21187) 436

Rxy = -0,860

rtabel = 0,632 (N = 10)

karena rhitung < rtabel maka kesimpulannya soal no.8 adalah tidak reliabel dan

tidak bisa dijadikan instrumen penelitian.


114

Instrumen Penelitian Peningkatan Sikap Disiplin Siswa


( Variabel X )

Identifikasi Masalah

Nama : ..............................................

Kelas : ..............................................

Email : ..............................................

Petunjuk : ..............................................

1. Isilah Identitas Anda dengan benar

2. Bacalah dengan teliti setiap butir pertanyaan

3. Pilihlah satu jawaban yang dianggap benar

1. Suatu bentuk tindakan mematuhi dan melakukan sesuatu sesuai dengan

nilai – nilai dan aturan yang dipercaya merupakan tanggung jawabnya.

Salah satu pengertian dari ...

a. Tanggung jawab

b. Disiplin

c. Prestasi

d. Pendidikan
115

2. Datang tepat waktu kesekolah salah satu bentuk ...

a. Disiplin menggunakan waktu

b. Disiplin menjalankan aturan

c. Disiplin beribadah

d. Disiplin dalam berbangsa dan bernegara

3. Menjaga kebersihan lingkungan disekolah salah satu bentuk kedisiplinan

menjalankan aturan dengan cara ...

a. Membuang sampah pada tempatnya

b. Membuang sampah sembarangan

c. Menyimpan sampah dikolong meja

d. Mencoret – coret meja

4. Yang bukan jenis tindakan disiplin adalah ...

a. Disiplin pribadi

b. Disiplin sosial

c. Disiplin prinsip

d. Disiplin nasional

5. Sikap disiplin sebaiknya dimulai dari ...

a. Orang tua

b. Teman – teman

c. Orang lain

d. Diri sendiri

6. Orang yang disiplin berarti ia telah melaksanakan aturan dengan penuh ...

a. Terpaksa
116

b. Tanggung jawab

c. Kesedihan

d. Kegelisahan

7. Sikap disiplin sebaiknya dibiasakan sejak ...

a. Remaja

b. Kecil

c. Sekolah

d. Kuliah

8. Sikap disiplin adalah termasuk perbuatan yang ...

a. Tercela

b. Terpuji

c. Buruk

d. Merugikan

9. Sikap tidak disiplin akan merugikan ...

a. Diri sendiri

b. Orang lain

c. Diri sendiri dan orang lain

d. Orang tua

10. Contoh sikap disiplin di sekolah adalah ....

a. Mematuhi perintah ayah dan ibu

b. Bangun pagi tepat waktu

c. Berangkat sekolah tepat waktu

d. Bolos sekolah
117

11. Disiplin dalam belajar tidak harus ...

a. Menunggu waktu ulangan

b. Setiap saat dan setiap hari

c. Dengan semangat terus

d. Dimana saja

12. Sikap disiplin sebaiknya dimulai dari ...

a. Orang tua

b. Teman – teman

c. Orang lain

d. Diri sendiri

13. Di sekolah yang wajib memenuhi peraturan adalah ...

a. Kepala sekolah

b. Siswa

c. Guru

d. Semua warga sekolah

14. Saat di sekolah kita harus mematuhi peraturan ...

a. Rumah

b. Sekolah

c. Sendiri

d. Desa

15. Disiplin belajar bisa membuat kita menjadi ...

a. Juara kelas

b. Orang bodoh
118

c. Orang kaya

d. Orang miskin

16. Hari senin ada upacara bendera tetapi budi malah tidak ikut upacara. Ia

bersembunyi di kelas, maka sikap budi tersebut ....

a. Sangat cerdik

b. Tidak pantas ditiru

c. Harus dibiasakan

d. Harus diapresiasi

17. Rudi ke sekolah memakai seragam yang tidak rapi ibu guru menasehatinya

agar merapihkannya. Sikap rudi sebaiknya adalah ...

a. Langsung lari menghindar

b. Segera merapihkan seragamnya

c. Merapihkan sebentar saja saat ada guru

d. Acuh saja

18. Sikap disiplin harus dilakukan ...

a. Di sekolah saja

b. Di rumah saja

c. Dimana saja

d. Di desa saja

19. Kedisiplinan akan membawa kita menuju ...

a. Keteraturan

b. Kekacauan

c. Kekayaan
119

d. Kemiskinan

20. Merapihkan tempat tidur termasuk sikap disiplin dalam bidang ...

a. Kesopanan

b. Ketekunan belajar

c. Kebersihan

d. Keamanan
120

Lampiran Screenshot Instrumen Penelitian Sikap Disiplin siswa


( Variabel X )
121

Instrumen Penelitian Prestasi Belajar Pada Materi Pendidikan Pancasila


( Variabel Y )

Identifikasi Masalah

Nama : ..............................................

Kelas : ..............................................

Email : ..............................................

Petunjuk : ..............................................

1. Isilah Identitas anda dengan benar

2. Bacalah dengan teliti setiap butir pertanyaan

3. Jawablah semua pertanyaan dengan keadaan yang sebenarnya, karena hal

kecil penelitian ini tidak akan mempengaruhi nilai pelajaran

4. Semua jawaban adalah benar sesuai keadaannya

Keterangan :

SS : Sangat setuju

S : Setuju

RR : Ragu – ragu

TS : tidak setuju

STS : sangat tidak setuju


122

Penilaian Sikap
No Pertanyaan
SS S RR TS STS
1. Apakah anda tertarik untuk
mengikuti pelajaran ?
2. Apakah anda senang setiap
mendapat tugas dari guru ?
3. Bila hasil ulangan yang
anda peroleh baik, apakah
anda lebih giat untuk
belajart ?
4. Apakah anda selalu
bertanya ketika kegiatan
belajar mengajar
berlangsung dan guru
memberikan kesempatan
untuk bertanya ?
5. Selama perjalanan
berlangsung apakah anda
mengajukan pertanyaan –
pertanyaan yang belum
jelas kepada guru ?
6. Apakah anda selalu siap
menjawab dari pertanyaan
guru tentang pelajaran
yang telah disampaikan ?
7. Apakah anda selalu senang
mendapatkan tugas
pendidikan pancasila ?
8. Selama pelajaran
berlangsung apakah
suasana di kelas
menyenangkan bagi anda ?
9. Apakah nilai ulangan yang
baik dapat membantu
kegiatan belajar anda ?
10. Apakah anda merasa
senang ketika guru
memberikan pujian kepada
anda karena berhasil dalam
belajar ?
11. Apakah anda selalu
mengikuti pelajaran
walaupun cara penyajian
yang disampaikan guru
kurang menarik ?
123

12. Selama pelajaran


berlangsung apakah guru
selalu menegur anda
karena tidak berhasil dalam
belajar ?
13. Bila guru menghukum
anda karena berkelakuan
kurang baik selama
kegiatan belajar apakah
anda tidak merasa
terganggu untuk belajar ?
14. Apakah anda merasa
kecewa bila hasil ulangan
teman anda lebh baik dari
hasil dari hasil ulangan
anda ?
15. Apakah anda merasa
senang bila hasil ulangan
anda lebih baik dari hasil
ulangan teman anda ?
16. Apakah anda selalu
berkeinginan agar hasil
ulangan anda lebih besar
dari hasil ulangan teman
anda ?
17. Dengan mengetahui tujuan
pembelajaran apakah anda
akan lebih giat untuk
belajar ?
18. Apa bila ada temen yang
kesulitan dalam belejar
maka saya tidak
membantunya
19. Dalam setiap ulangan saya
selalu mencontek teman
20. Saya mudah cepat
menyerah dan tidak suka
berkerja keras dalam
belajar
124

Lampiran Screenshot Instrumen Penelitian Prestasi Belajar


( Variabel Y )
125

LAMPIRAN SKOR DATA INSTRUMEN PENELITIAN


(VARIABEL X)

Butir
Res
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 X
1 0 1 1 1 0 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 14
2 0 1 1 0 0 1 1 0 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1 14
3 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 18
4 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 16
5 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 20
6 1 0 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 18
7 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 18
8 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 19
9 0 0 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 16
10 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 20
11 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 20
12 1 1 1 0 0 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 16
13 0 0 0 0 0 1 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 0 0 0 10
14 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 18
15 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 17
16 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 18
17 0 1 1 0 1 1 1 0 1 1 0 0 1 0 1 1 1 1 0 0 12
18 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 19
19 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 19
20 0 0 1 0 1 0 1 1 0 1 0 1 0 1 0 1 0 1 0 0 9
21 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 19
22 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 20
23 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 20
24 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 20
25 1 0 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 17
126

LAMPIRAN PERHITUNGAN DATA ISTRUMEN PENELITIAN

VARIABEL X

R = hasil data terbesar – hasil data terkecil

= 20 – 9 = 11

K = 1 + (3,3) . log N

= 1 + (3,3) . log 25

= 1 + (3,3) . 1,398

= 1 + 4,613 = 5,613 dibulatkan menjadi 6

𝑅 11
𝜌= = = 1,83 dibulatkan menjadi 2
𝐾 6

Berdasarkan hasil di atas maka dapat dibuat daftar distribusi frekuensi variabel X

dengan ujung bawah kelas interval pertama 9 – 10 serta banyak kelas interval 6

dan panjang kelas 2.

Daftar Distribusi Frekuensi Variabel X

Interval Kelas Xi Fi Xi2 Fi Xi Fi Xi2 fki


9 – 10 9,5 2 90.25 19 180.5 2
11 – 12 11,5 1 132.25 11.5 132.25 3
13 – 14 13,5 2 182.25 27 364.5 5
15 – 16 15,5 3 240.25 46.5 720.75 8
17 – 18 17,5 7 306.25 122.5 2143.75 15
19 – 20 19,5 10 380.25 195 3802.5 25
25 1331.5 421.5 7344.25
127

Perhitungan Mean, Median, Modus dan Standar Deviasi adalah sebagai berikut :

𝑓𝑖 𝑋 𝑖 421,5
𝑀𝑒 = ∑ = = 16,86
𝑓𝑖 25

1 1
𝑛− 𝑓𝑘𝑖 25−8
𝑀𝑑 = 𝑏 + 𝜌 (2 ) = 16,5 + 2 (2 )
𝑓 7

= 16,5 + (2 . 0,642) = 16,5 + 1,28 = 17,78

𝑏1 7
𝑀𝑜 = 𝑏 + 𝜌 ( ) = 18,5 + 2 ( )
𝑏1 + 𝑏2 7+3

= 18,5 + (2 . 0,7) = 18,5 + 1,4 = 19,9

2
2 (∑ 𝐹𝑖 𝑋𝑖 ) (421,5)2
∑ 𝐹𝑖 𝑋 𝑖 − 7344,25−
𝑆= √ 𝑛
=√ 25
𝑛−1 25−1

7344,25−7106,49
= √ = √9,90 = 3,14
24
128

LAMPIRAN SKOR DATA INSTRUMEN PENELITIAN

(VARIABEL Y)

Butir y
Res
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
1 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 3 5 5 5 5 5 98
2 4 5 5 4 3 5 5 5 4 5 4 3 5 5 4 5 1 4 4 2 82
3 4 4 5 5 4 4 3 5 4 4 4 4 5 5 5 3 4 4 3 4 83
4 4 4 5 3 4 4 4 4 3 4 5 3 5 4 2 4 1 4 2 4 73
5 5 4 5 5 4 5 4 5 4 4 5 5 5 4 4 3 4 4 3 4 86
6 5 4 4 4 4 3 4 3 4 4 4 4 4 4 2 4 2 4 4 3 74
7 5 5 5 4 5 1 5 5 5 5 5 5 5 5 5 3 4 2 3 3 85
8 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 4 4 4 4 4 2 2 2 2 2 69
9 5 5 5 4 5 4 4 5 5 4 5 5 4 4 4 4 5 5 4 5 91
10 5 5 5 5 4 4 4 5 5 4 5 5 4 4 4 4 4 4 4 5 89
11 3 3 5 3 4 3 3 3 4 4 5 3 5 3 4 4 4 4 4 4 75
12 4 4 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 98
13 5 4 4 5 5 5 5 4 5 5 4 5 4 4 2 4 4 4 3 3 84
14 5 5 4 5 5 4 5 3 5 4 5 4 5 2 3 5 5 5 2 5 86
15 5 5 5 4 4 5 4 5 2 4 4 5 4 4 3 5 5 4 3 5 85
16 5 5 5 5 5 5 4 5 5 5 5 5 5 5 4 2 2 5 3 5 90
17 5 4 4 4 5 4 4 5 4 4 4 4 5 4 2 4 4 4 2 4 80
18 5 4 5 4 4 4 4 5 4 4 4 4 4 4 4 5 5 4 3 4 84
19 4 2 4 4 5 2 4 2 4 4 4 2 5 3 2 4 4 4 2 4 69
20 5 5 5 3 5 5 2 5 5 3 5 5 5 5 5 3 5 5 4 5 90
21 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 100
22 5 3 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 98
23 2 3 3 3 3 4 3 3 3 3 4 3 4 3 4 3 3 4 3 4 65
24 5 4 4 3 3 4 4 4 3 5 3 3 5 3 3 5 5 4 3 4 77
25 5 5 5 3 5 3 5 5 5 2 5 5 5 5 2 4 4 4 4 4 85
129

LAMPIRAN PERHITUNGAN DATA ISTRUMEN PENELITIAN

VARIABEL Y

R = hasil data terbesar – hasil data terkecil

= 100 – 65 = 35

K = 1 + (3,3) . log N

= 1 + (3,3) . log 25

= 1 + (3,3) . 1,398

= 1 + 4,613 = 5,613 dibulatkan menjadi 6

𝑅 35
𝜌= = = 5,83 dibulatkan menjadi 6
𝐾 6

Berdasarkan hasil di atas maka dapat dibuat daftar distribusi frekuensi variabel X

dengan ujung bawah kelas interval pertama 65 - 71 serta banyak kelas interval 6

dan panjang kelas 6.

Daftar Distribusi Frekuensi Variabel Y

Interval Kelas Xi Fi Xi2 Fi Xi Fi Xi2 fk


65 – 70 67,5 3 4556.25 203 13668.75 3
71 – 76 73,5 3 5402.25 221 16206.75 6
77 – 82 79,5 3 6320.25 239 18960.75 9
83 – 88 85,5 8 7310.25 684 58482 17
89 – 94 91,5 4 8372.25 366 33489 21
95 – 100 97,5 4 9506.25 390 38025 25
25 41467.5 2102 178832.25
130

Perhitungan Mean, Median, Modus dan Standar Deviasi adalah sebagai berikut :

𝑓𝑖 𝑋 𝑖 2102
𝑀𝑒 = ∑ = = 84,08
𝑓𝑖 25

1 1
𝑛− 𝑓𝑘𝑖 25−9
𝑀𝑑 = 𝑏 + 𝜌 (2 ) = 82,5 + 6 (2 )
𝑓 8

= 82,5 + (6 . 0,4375) = 82,5 + 2,625 = 85,125 dibulatkan menjadi 85

𝑏1 3
𝑀𝑜 = 𝑏 + 𝜌 ( ) = 82,5 + 6 ( )
𝑏1 + 𝑏2 3+3

= 82,5 + (6 . 0,5) = 82,5 + 3 = 85.5

2
2 (∑ 𝐹𝑖 𝑋𝑖 ) (2102)2
∑ 𝐹𝑖 𝑋 𝑖 − 177260,25 −
𝑆= √ 𝑛
=√ 25
𝑛−1 25−1

177260,25−176736,16
= √ = √87,33 = 9,34
24
131

LAMPIRAN UJI NORMALITAS VARIABEL X

Diketahhui : Mean X = 16,86 S = 3,14

NO Nilai Zi F(Zi) Sn(Zi) F(Zi) - Sin(Zi) I F(Zi) - Sin(Zi) I


1 9 -2,50 0,0062 0,04 -0,0338 0,0338
2 10 -2,18 0,0146 0,08 -0,0654 0,0654
3 12 -4,86 0,0000 0,12 -0,1200 0,1200
4 14 -0,91 0,1814 0,16 0,0214 0,0214
5 14 -0,91 0,1814 0,20 -0,0186 0,0186
6 16 -0,27 0,3936 0,24 0,1536 0,1536
7 16 -0,27 0,3936 0,28 0,1136 0,1136
8 16 -0,27 0,3936 0,32 0,0736 0,0736
9 17 0,04 0,5160 0,36 0,1560 0,1560
10 17 0,04 0,5160 0,40 0,1160 0,1160
11 18 0,36 0,6406 0,44 0,2006 0,2006
12 18 0,36 0,6406 0,48 0,1606 0,1606
13 18 0,36 0,6406 0,52 0,1206 0,1206
14 18 0,36 0,6406 0,56 0,0806 0,0806
15 18 0,36 0,6406 0,60 0,0406 0,0406
16 19 0,68 0,7517 0,64 0,1117 0,1117
17 19 0,68 0,7517 0,68 0,0717 0,0717
18 19 0,68 0,7517 0,72 0,0317 0,0317
19 19 0,68 0,7517 0,76 -0,0083 0,0083
20 20 1,00 0,8413 0,80 0,0413 0,0413
21 20 1,00 0,8413 0,84 0,0013 0,0013
22 20 1,00 0,8413 0,88 -0,0387 0,0387
23 20 1,00 0,8413 0,92 -0,0787 0,0787
24 20 1,00 0,8413 0,96 -0,1187 0,1187
25 20 1,00 0,8413 1,00 -0,1587 0,1587
Hasil I F(Zi) - Sn(Zi) I terbesar ( Lo Hitung) 0,8543

Berdasarkan hasil diatas maka data hasil penelitian variabel X berasal dari

populasi yang berdistribusi normal karena Lo Hitung yaitu 0,8543 lebih besar dari

Lo Tabel (N=25) yaitu 0,173 (0,8543>0,173).


132

Keterangan Cara mencari angka ditabel hasil uji normalitas :

9−16,86
𝑍𝑖 = = −2,50
3,14

𝐹 (𝑍𝑖 ) = −2,50 (Lihat tabel distribusi Z = 0,0062)

Atau bisa dengan menggunakan rumus Excel yaitu =NORMSDIST(-2,50)

1
𝑆(𝑍𝑖 ) = dst = 0,0400 .... dst
25

F(Zi) – S(Zi) = selisih antara keduanya yaitu 0,0062 – 0,0400 = - 0,0338

Tanda minus pada hasil selisihnya bisa diabaikan, atau jika di Excel bisa dipakai

rumus =ABS(-0,0338)
133

LAMPIRAN UJI NORMALITAS VARIABEL Y

Diketahui : Mean Y = 84,08 S = 9,34

No Nilai Zi F(Zi) Sn(Zi) F(Zi) - Sin(Zi) I F(Zi) - Sin(Zi) I


1 65 -2,04 0,0207 0,0400 -0,0193 0,0193
2 69 -1,61 0,0537 0,0800 -0,0263 0,0263
3 69 -1,61 0,0537 0,1200 -0,0663 0,0663
4 73 -1,18 0,1190 0,1600 -0,0410 0,0410
5 74 -1,07 0,1423 0,2000 -0,0577 0,0577
6 75 -0,97 0,1660 0,2400 -0,0740 0,0740
7 77 -0,75 0,2266 0,2800 -0,0534 0,0534
8 80 -0,43 0,3336 0,3200 0,0136 0,0136
9 82 -0,22 0,4129 0,3600 0,0529 0,0529
10 83 -0,11 0,4562 0,4000 0,0562 0,0562
11 84 -0,01 0,4960 0,4400 0,0560 0,0560
12 84 -0,01 0,4960 0,4800 0,0160 0,0160
13 85 0,09 0,5359 0,5200 0,0159 0,0159
14 85 0,09 0,5359 0,5600 -0,0241 0,0241
15 85 0,09 0,5359 0,6000 -0,0641 0,0641
16 86 0,20 0,5793 0,6400 -0,0607 0,0607
17 86 0,20 0,5793 0,6800 -0,1007 0,1007
18 89 0,52 0,6985 0,7200 -0,0215 0,0215
19 90 0,63 0,7357 0,7600 -0,0243 0,0243
20 90 0,63 0,7357 0,8000 -0,0643 0,0643
21 91 0,74 0,7704 0,8400 -0,0696 0,0696
22 98 1,49 0,9319 0,8800 0,0519 0,0519
23 98 1,49 0,9319 0,9200 0,0119 0,0119
24 98 1,49 0,9319 0,9600 -0,0281 0,0281
25 100 1,70 0,9554 1,0000 -0,0446 0,0446
Hasil I F(Zi) - Sn(Zi) I terbesar ( Lo Hitung) 0,5659

Berdasarkan hasil diatas maka data hasil penelitian variabel Y berasal dari

populasi yang berdistribusi normal karena Lo Hitung yaitu 0,5659 lebih besar dari

Lo Tabel (N=25) yaitu 0,173 (0,5659>0,173).


134

Keterangan Cara mencari angka ditabel hasil uji normalitas :

65−84,08
𝑍𝑖 = = −2,04
9,34

𝐹 (𝑍𝑖 ) = −2,04 (Lihat tabel distribusi Z = 0,0207)

Atau bisa dengan menggunakan rumus Excel yaitu =NORMSDIST(-2,04)

1
𝑆(𝑍𝑖 ) = dst = 0,0400 .... dst
25

F(Zi) – S(Zi) = selisih antara keduanya yaitu 0,0207 – 0,0400 = - 0,0193

Tanda minus pada hasil selisihnya bisa diabaikan, atau jika di Excel bisa dipakai

rumus =ABS(-0,0193)
135

LAMPIRAN UJI LINEARITAS

Rsp X Y K N T T2 T2/n X2 Y2 XY
20 9 65 1 1 65 4225 4225 81 4225 585
13 10 69 2 1 69 4761 4761 100 4761 690
17 12 69 3 1 69 4761 4761 144 4761 828
1 14 73 196 5329 1022
4 2 147 21609 10804.5
2 14 74 196 5476 1036
4 16 75 256 5625 1200
9 16 77 5 3 232 53824 17941.333 256 5929 1232
12 16 80 256 6400 1280
15 17 82 289 6724 1394
6 2 165 27225 13612.5
25 17 83 289 6889 1411
3 18 84 324 7056 1512
6 18 84 324 7056 1512
7 18 85 7 5 423 178929 35785.8 324 7225 1530
14 18 85 324 7225 1530
16 18 85 324 7225 1530
8 19 86 361 7396 1634
18 19 86 361 7396 1634
8 4 351 123201 30800.25
19 19 89 361 7921 1691
21 19 90 361 8100 1710
10 20 90 400 8100 1800
5 20 91 400 8281 1820
11 20 98 400 9604 1960
9 6 575 330625 55104.167
22 20 98 400 9604 1960
23 20 98 400 9604 1960
24 20 100 400 10000 2000
427 2096 25 177795.55 7527 177912 36461
136

Persamaan Y dan X yaitu :

(∑ 𝑌) (∑ 𝑋 2 )− (∑ 𝑋) (∑ 𝑋𝑌)
𝛼= 𝑁 ∑ 𝑋 2 − (∑ 𝑋)2

(2096) (7527)− (427) (36361) 15.776.592−15.568.847


= =
25 . 7527− (427)2 188.175−182.329

209.745
= = 35,53
5.846

𝑁 (∑ 𝑋𝑌) − (∑ 𝑋) (∑ 𝑌)
𝑏= 𝑁 ∑ 𝑋 2 − (∑ 𝑋)2

25 . (38461) − (427) (2096) 911.525−894.992


= =
25 .7527− (427)2 188.175−182.329

16.533
= = 2,84
5.846

JKG (Jumlah Kuadrat Galat) = ∑ 𝑌 2 − 𝛼 (∑ 𝑌 ) − 𝑏(∑ 𝑋𝑌)

= 177912 − 35,53(2096) − 2,82(36461)

= 621,1

JKGM (Jumlah Kuadrat Gala Murni) = ∑ 𝑌 2 − ∑(𝑇 2 /𝑁)

= 177912 – 177795,55

= 116,45

dkGM (Derajat Kebebasan Galat Murni) = N – K = 25 – 9 = 16

JKGTC (Jumlah Kuadrat Galat Tuna Cocok) = JKG – JKGM

= 621,1 – 116,45 = 116,45

dkGTC (Drajat Kebebasan Galat Tuna Cocok) = K – 2 = 9 – 2 = 7


137

𝐽𝐾𝐺𝑀 116,45
RKGM (Rerata Kuadrat Gala Murni) = 𝑑𝑘𝐺𝑀 = = 7,27
16

𝐽𝐾𝐺𝑇𝐶 504,65
RKGTC (Rerata Kuadrat Gala Tuna Cocok) = 𝑑𝑘𝐺𝑇𝐶 = = 72,09
7

𝑅𝐾𝐺𝑇𝐶 72,09
Fhitung = = = 9,91
𝑅𝐾𝐺𝑀 7,22

Berdasarkan hasil tersebut diatas maka hasil penelitian kedua variabel memenuhi

model linear karena Fhitung 9,91 lebih besar dari Ftabel 2,66 (9,99 > 2,66).
138

LAMPIRAN UJI HIPOTESIS

Diketahui :

∑ 𝑋 = 427 ∑ 𝑌 = 2096 ∑ 𝑋 2 = 7527

∑ 𝑌 2 = 777912 ∑ 𝑋𝑌 = 36461

𝑁 . ∑ 𝑋𝑌− ∑ 𝑋 ∑ 𝑌
𝑟𝑥𝑦 =
√(𝑁 .∑ 𝑋 2 − (∑ 𝑋)2 ) (𝑁 .∑ 𝑌 2 − (∑ 𝑌)2 )

25 . 36461− (427)(2096)
𝑟𝑥𝑦 =
√(25 . 7527− (427)2 ) (25 . 177912− (2096)2)

911.525−894.992 911.525−894.992
𝑟𝑥𝑦 = =
√(188.175−182.329)(4.447.800−4.393.216) √5.846 . 54.584

16.533
𝑟𝑥𝑦 =
√319.098.0604

16.533
𝑟𝑥𝑦 = = 0,925
17.863

Berdasarkan hasil tersebut diatas maka terdapat korelasi positif antara kedua

variabel karena rxy 0,925 lebih besar dari rtabel (N=25) dan tingkat kepercayaan

0,05 yaitu 0,396 (0,925>0.396).


139

LAMPIRAN UJI KEKUATAN HUBUNGAN DAN UJI DETERMINASI

Uji t yakni :

√𝑁−2
𝑡 = 𝑟𝑥𝑦
√1−𝑟𝑥𝑦 2

√25−2
𝑡 = 0,925
√1−(0,925)2

𝑡 = 12,61

Berdasarkan hasil tersebut diatas maka kekuatan hubungan antara kedua variabel

adalah sangat kuat karena thitung 12,61 lebih besar dari ttabel (N – 2 = 25 – 2 = 23)

dan tingkat kepercayaan 0,05 yaitu 1.714 (12,61>1.714)

Uji Determinasi – KD yakni :

KD = rxy2 . 100%

= (0,925)2 . 100%

= 85,56%

Berdasarkan hasil tersebut diatas maka besar pengaruh variabel X terhadap

variabel Y adalah 85,56%.


140

TABEL LELLEIEFORS

Ukuran Taraf Nyata (n)


Sampel 0,01 0,05 0,10 0,15 0,20
n=4 0,417 0,381 0,352 0,319 0,300
5 0,405 0,337 0,315 0,299 0,285
6 0,364 0,319 0,294 0,277 0,265
7 0,348 0,300 0,276 0,258 0,247
8 0,331 0,285 0,261 0,244 0,233
9 0,311 0,271 0,249 0,233 0,223
10 0,294 0,258 0,239 0,224 0,215
11 0,284 0,249 0,230 0,217 0,206
12 0,275 0,242 0,223 0,212 0,199
13 0,268 0,234 0,214 0,202 0,190
14 0,261 0,227 0,207 0,194 0,183
15 0,257 0,220 0,201 0,187 0,177
16 0,250 0,213 0,195 0,182 0,173
17 0,245 0,206 0,189 0,177 0,169
18 0,239 0,200 0,184 0,173 0,166
19 0,235 0,195 0,179 0,169 0,163
20 0,231 0,190 0,174 0,166 0,160
25 0,200 0,173 0,158 0,147 0,142
30 0,187 0,161 0,144 0,136 0,131
n > 30 1,031/Vn 0,886/Vn 0,805/Vn 0,768/Vn 0,736/Vn
141

Tabel Distribusi Z

Z 0,00 0,01 0,02 0,03 0,04 0,05 0,06 0,07 0,08 0,09
-2,30 0,01072 0,01044 0,01017 0,00990 0,00964 0,00939 0,00914 0,00889 0,00866 0,00842
-1,90 0,02872 0,02807 0,02743 0,02680 0,02619 0,02559 0,02500 0,02442 0,02385 0,02330
-1,80 0,03593 0,03515 0,03438 0,03362 0,03288 0,03216 0,03144 0,03074 0,03005 0,02938
-1,70 0,04457 0,04363 0,04272 0,04182 0,04093 0,04006 0,03920 0,03836 0,03754 0,03673
-1,60 0,05480 0,05370 0,05262 0,05155 0,05050 0,04947 0,04846 0,04746 0,04648 0,04551
-1,50 0,06681 0,06552 0,06426 0,06301 0,06178 0,06057 0,05938 0,05821 0,05705 0,05592
-1,40 0,08076 0,07927 0,07780 0,07636 0,07493 0,07353 0,07215 0,07078 0,06944 0,06811
-1,30 0,09680 0,09510 0,09342 0,09176 0,09012 0,08851 0,08691 0,08534 0,08379 0,08226
-1,20 0,11507 0,11314 0,11123 0,10935 0,10749 0,10565 0,10383 0,10204 0,10027 0,09853
-1,10 0,13567 0,13350 0,13136 0,12924 0,12714 0,12507 0,12302 0,12100 0,11900 0,11702
-0,70 0,24196 0,23885 0,23576 0,23270 0,22965 0,22663 0,22363 0,22065 0,21770 0,21476
-0,60 0,27425 0,27093 0,26763 0,26435 0,26109 0,25785 0,25463 0,25143 0,24825 0,25410
-0,50 0,30854 0,30503 0,30153 0,29806 0,29460 0,29116 0,28774 0,28434 0,28096 0,27760
-0,40 0,34458 0,34090 0,33724 0,33360 0,32997 0,32636 0,32276 0,31918 0,31561 0,31207
-0,30 0,38209 0,37828 0,37448 0,37070 0,36693 0,36317 0,35942 0,35569 0,35197 0,34827
-0,20 0,42074 0,41683 0,41294 0,40905 0,40517 0,40129 0,39743 0,39358 0,38974 0,38591
-0,10 0,46017 0,45620 0,45224 0,44828 0,44433 0,44038 0,43644 0,43251 0,42858 0,42465
0,00 0,50000 0,49601 0,49202 0,48803 0,48405 0,48006 0,47608 0,47210 0,46812 0,46414
0,10 0,53983 0,53586 0,53188 0,52790 0,52392 0,51994 0,51595 0,51197 0,50798 0,50399
0,20 0,57926 0,57535 0,57142 0,56749 0,56356 0,55962 0,55567 0,55172 0,54776 0,54380
0,30 0,61791 0,61409 0,61026 0,60642 0,60257 0,59871 0,59483 0,59095 0,58706 0,58217
0,40 0,65542 0,65173 0,64803 0,64431 0,64058 0,63683 0,63307 0,62930 0,62552 0,62172
0,50 0,69146 0,68793 0,68439 0,68082 0,67724 0,67364 0,67003 0,66640 0,66276 0,65910
0,60 0,72575 0,72240 0,71904 0,71566 0,71226 0,70884 0,70540 0,70194 0,69847 0,69497
0,70 0,75804 0,75490 0,75175 0,74857 0,74537 0,74215 0,73891 0,73565 0,73237 0,72907
0,80 0,78814 0,78524 0,78230 0,77935 0,77637 0,77337 0,77035 0,76730 0,76424 0,76115
0,90 0,81594 0,81327 0,81057 0,80785 0,80511 0,80234 0,79955 0,79673 0,79389 0,79103
1,00 0,84134 0,83891 0,83646 0,83398 0,83147 0,82894 0,82639 0,82381 0,82121 0,81859
1,10 0,86433 0,86214 0,85993 0,85769 0,85543 0,85314 0,85083 0,84849 0,84614 0,84375
1,20 0,88493 0,88298 0,88100 0,87900 0,87698 0,87493 0,87286 0,87076 0,86864 0,86650
1,30 0,90320 0,90147 0,89973 0,89796 0,89617 0,89435 0,89251 0,89065 0,88877 0,88686
1,40 0,91924 0,91774 0,91621 0,91309 0,91309 0,91149 0,90988 0,90824 0,90658 0,90490
142

TABEL DISTRIBUSI F

Titik Persentase Distribusi F untuk Probabilita = 0,05

df untuk df untuk pembilang (N1)


penyebut
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
(N2)
1 161 199 216 225 230 234 237 239 241 242
2 18.51 19.00 19.16 19.25 19.30 19.33 19.35 19.37 19.38 19.40
3 10.13 9.55 9.28 9.12 9.01 8.94 8.89 8.85 8.81 8.79
4 7.71 6.94 6.59 6.39 6.26 6.16 6.09 6.04 6.00 5.96
5 6.61 5.79 5.41 5.19 5.05 4.95 4.88 4.82 4.77 4.74
6 5.99 5.14 4.76 4.53 4.39 4.28 4.21 4.15 4.10 4.06
7 5.59 4.74 4.35 4.12 3.97 3.87 3.79 3.73 3.68 3.64
8 5.32 4.46 4.07 3.84 3.69 3.58 3.50 3.44 3.39 3.35
9 5.12 4.26 3.86 3.63 3.48 3.37 3.29 3.23 3.18 3.14
10 4.96 4.1 3.71 3.48 3.33 3.22 3.14 3.07 3.02 2.98
11 4.84 3.98 3.59 3.36 3.2 3.09 3.01 2.95 2.9 2.85
12 4.75 3.89 3.49 3.26 3.11 3.00 2.91 2.85 2.80 2.75
13 4.67 3.81 3.41 3.18 3.03 2.92 2.83 2.77 2.71 2.67
14 4.60 3.74 3.34 3.11 2.96 2.85 2.76 2.70 2.65 2.60
15 4.54 3.68 3.29 3.06 2.90 2.79 2.71 2.64 2.59 2.54
16 4.49 3.63 3.24 3.01 2.85 2.74 2.66 2.59 2.54 2.49
17 4.45 3.59 3.20 2.96 2.81 2.70 2.61 2.55 2.49 2.45
18 4.41 3.55 3.16 2.93 2.77 2.66 2.58 2.51 2.46 2.41
19 4.38 3.52 3.13 2.90 2.74 2.63 2.54 2.48 2.42 2.38
20 4.35 3.49 3.10 2.87 2.71 2.60 2.51 2.45 2.39 2.35
21 4.32 3.47 3.07 2.84 2.68 2.57 2.49 2.42 2.37 2.32
22 4.30 3.44 3.05 2.82 2.66 2.55 2.46 2.40 2.34 2.30
23 4.28 3.42 3.03 2.80 2.64 2.53 2.44 2.37 2.32 2.27
24 4.26 3.40 3.01 2.78 2.62 2.51 2.42 2.36 2.30 2.25
25 4.24 3.39 2.99 2.76 2.60 2.49 2.40 2.34 2.28 2.24
26 4.23 3.37 2.98 2.74 2.59 2.47 2.39 2.32 2.27 2.22
27 4.21 3.35 2.96 2.73 2.57 2.46 2.37 2.31 2.25 2.20
28 4.20 3.34 2.95 2.71 2.56 2.45 2.36 2.29 2.24 2.19
29 4.18 3.33 2.93 2.70 2.55 2.43 2.35 2.28 2.22 2.18
30 4.17 3.32 2.92 2.69 2.53 2.42 2.33 2.27 2.21 2.16
143

TABEL “r” PRODUCT MOMENT

Taraf Signitif Taraf Signitif Taraf Signitif


N N N
5% 1% 5% 1% 5% 1%
3 0.997 0.999 27 0.381 0.487 55 0.266 0.345
4 0.950 0.990 28 0.374 0.478 60 0.254 0.330
5 0.878 0.959 29 0.367 0.470 65 0.244 0.317
6 0.811 0.917 30 0.361 0.463 70 0.235 0.306
7 0.754 0.874 31 0.355 0.456 75 0.227 0.296
8 0.707 0.834 32 0.349 0.449 80 0.22 0.286
9 0.666 0.798 33 0.344 0.442 85 0.213 0.278
10 0.632 0.765 34 0.339 0.436 90 0.207 0.270
11 0.602 0.735 35 0.334 0.430 95 0.202 0.263
12 0.576 0.708 36 0.329 0.424 100 0.195 0.256
13 0.553 0.684 37 0.325 0.418 125 0.176 0.230
14 0.532 0.661 38 0.320 0.413 150 0.159 0.210
15 0.514 0.641 39 0.316 0.408 175 0.148 0.194
16 0.497 0.623 40 0.312 0.403 200 0.138 0.181
17 0.482 0.606 41 0.308 0.398 300 0.113 0.148
18 0.468 0.590 42 0.304 0.393 400 0.098 0.128
19 0.456 0.575 43 0.301 0.389 500 0.088 0.115
20 0.444 0.561 44 0.297 0.384 600 0.080 0.105
21 0.433 0.549 45 0.294 0.380 700 0.074 0.097
22 0.423 0.537 46 0.291 0.370 800 0.070 0.091
23 0.413 0.526 47 0.288 0.372 900 0.065 0.086
24 0.404 0.515 48 0.284 0.368 1000 0.062 0.081
25 0.396 0.505 49 0.281 0.364
26 0.388 0.496 50 0.279 0.361

TABEL INTERPRESTASI “r”

Interval Koefisien Tingkat Hubungan


0,00 – 0,199 Sangat Rendah
0,20 – 0,399 Rendah
0,40 – 0,599 Sedang
0,60 – 0,799 Kuat
144

TABEL DISTRIBUSI “t”

Df Siknifikansi Df Siknifikansi
0.025 0.05 0.025 0.05
1 12.7062 6.3138 16 2.1199 1.7459
2 4.3027 2.920 17 2.1098 1.7396
3 3.1824 2.3534 18 2.1009 1.7341
4 2.7764 2.1318 19 2.0930 1.7291
5 2.5706 2.0150 20 2.0860 1.7247
6 2.4469 1.9432 21 2.0796 1.7207
7 2.3646 1.8946 22 2.0739 1.7171
8 2.3060 1.8595 23 2.0687 1.7139
9 2.2622 1.8331 24 2.0639 1.7109
10 2.2281 1.8125 25 2.0595 1.7081
11 2.2010 1.7959 26 2.0555 1.7056
12 2.1788 1.7823 27 2.0518 1.7033
13 2.1604 1.7709 28 2.0484 1.7011
14 2.1448 1.7613 29 2.0452 1.6991
15 2.1314 1.7531 30 2.0423 1.6973
145

RIWAYAT HIDUP

Nama : Siti Nurdianti


Tempat Tanggal Lahir : Tangerang, 29 September 1999
NPM : 176110059
Jenis Kelamin : Perempuan
Pendidikan Terakhir : SMK
Agama : Islam
Alamat : Kp. Babakan Tengah Rt/Rw 003/002 Kel. BabakanFoto
Kec. Legok Kab. Tangerang – Banten
3x4
Riwayat Pendidikan : SDN Legok II Tahun 2010/2011
MTS Nurul Yaqin Tahun 2013/2014
SMK Yappika Legok Tahun 2016/2017
Univ/ST ...( Pindahan/penyesuaian) Tahun ......
Riwayat Pekerjaan : 1. PT. Global Marketing Technology
2. Tutor PKBM Hasanah Ilmu
Hobi : Playing Game Online

Hormat Saya,

(Siti Nurdianti)

Anda mungkin juga menyukai