Anda di halaman 1dari 13

Akuntansi PPN dan PPnBM

Dasar Hukum

1. UU PPN No 42 TAHUN 2009


Tentang

2. dan peraturan pelaksana lainya


Mekanisme PPN Indonesia

1. PKP yg melakukan penyerahan BKP wajib memungut PPN dari


pembeli/penerima BKP/JKP dg membuat FP.
2. PPN yg tercantum dlm FP merupakan PK (Out Put Tax) bagi PKP
Penjual BKP/JKP, yg sifatnya sbg pajak yg harus dibayar (hutang pajak).
3. Pada waktu PKP di atas melakukan pembelian/perolehan BKP/JKP yg
dikenakan PPN, PPN tersebut merupakan PM (In Put Tax), yg sifatnya
sbg pajak yg dibayar di muka, sepanjang BKP/JKP yg dibeli tersebut
berhubungan langsung dengan kegiatan usahanya.
4. Untuk setiap masa pajak (setiap bulan), apabila jumlah PK lebih besar dari
pada PM, maka selisihnya harus disetor ke Kas Negara selambat-
lambatnya tanggal 15 bulan berikutnya. Dan sebaliknya, apabila jumlah
PM lebih besar dari pada PK, maka selisih tersebut dapat diminta kembali
(restitusi) atau di kompensasi ke masa pajak berikutnya.
5. Pengusaha Kena Pajak di atas wajib menyampaikan Laporan Perhitungan
PPN setiap bulan (SPT Masa PPN) ke Kantor Pelayanan Pajak terkait
selambat-lambatnya tanggal 20 bulan berikutnya.
Macam Faktur pajak
( Pasal 13 UU PPN)

- Faktur pajak Standar


- Faktur pajak Gabungan
- Faktur pajak Sederhana
- Dokumen-dokumen tertentu yg
ditetapkan sebagai Faktur pajak
Standar oleh Dirjen pajak.
PPN (1)
 PPN dikenakan atas setiap penyerahan barang kena pajak yang dilakukan oleh Pengusaha
Kena Pajak.
 PPN dikenakan pada setiap level distributor
 PPN akan ditambahkan dari harga jual, sehingga jumlah yang dibayar oleh konsumen
adalah harga jual ditambah dengan PPN.
 PPN yang dibayar oleh konsumen akan dicatat sebagai PPN keluaran.
 Pencatatan saat penjualan:
Piutang dagang/Kas 330.000
Penjualan 300.000
PPN keluaran 30.000
 Pencatatan saat retur penjualan:
Retur Penjualan 30.000
PPN keluaran 3.000
Piutang Dagang 33.000
PPN (2)

 Ketika melakukan pembelian barang atau barang yang yang


dipergunakan untuk produksi, perusahaan harus membayar PPN kepada
supplier.
 PPN yang dibayarkan pada saat pembelian disebut sebagai PPN
masukan.
 Pencatatan yang dilakukan pada saat melakukan pembelian
Pembelian/ Persediaan 200.000
PPN masukan 20.000
Utang dagang/ Kas 220.000
PPN (3)

 Tidak semua pajak masukan boleh dikreditkan.


 Jika pajak masukan yang tidak dapat dikreditkan akan langsung dicatat
menambah harga perolehan aktiva.
 Misalnya PPN masukan atas pembelian kendaraan direksi.
 PPN yang dibayar oleh perusahaan adalah selisih atas pajak keluaran
dengan pajak masukan.
 Pajak keluaran > pajak masukan = perusahaan harus membayar
 Pajak keluaran < pajak masukan = perusahaan dapat meminta restitusi atau
kompensasi (diperhitungkan pada pajak periode berikutnya).
 PPN dibayar dan dilaporkan untuk setiap masa (bulan, maksimal 3
bulan), yaitu pada tgl 15 dan 20 pada masa berikutnya.
Prinsip Prengkreditan PM
Pasal 9 UU PPN Jo PP 143/2000
 PM dlm suatu masa pajak dikreditkan dg PK yg dipungut dalam masa pajak yg sama
 Apabila tidak dapat dikreditkan pd masa pajak yg sama (misalnya Faktur pajak-nya
diterima terlambat), PM tsb masih bisa dikreditkan pd masa pajak berikutnya,
selambat-lambatnya tiga bulan setelah berakhirnya masa pajak yg bersangkutan,
sepanjang
 Belum dibebankan sebagai biaya
 Belum dilakukan pemeriksaan oleh fiskus
 Dalam hal pd suatu masa pajak belum terdapat PK (misalnya ; belum ada
produksi/penjualan), PM tetap dapat dikreditkan
 Jika PK lebih besar dari pd PM, maka selisihnya harus disetor ke kas negara selambat-
lambatnya tgl 15 bulan berikutnya
 Jika PM lebih besar dari pd PK, maka kelebihan tsb dapat dikompensasikan ke masa
pajak berikutnya atau diminta kembali (direstitusi).
 PM yg dapat dikreditkan, adalah PM atas perolehan BKP/JKP yg berhubungan langsung
dg kegiatan usaha (produksi, manajemen, distribusi, & pemasaran) dari BKP/JKP yg
diserahkan/yg dijual
PM yg Tidak Dapat Dikreditkan
( Pasal 9 & Pasal 16B UU PPN )
• PM yg dibayar sebelum Pengusaha dikukuhkan sebagai PKP
• PM atas perolehan BKP atau Jasa Kena pajak yg tidak
berhubungan langsung dg kegiatan usaha.
• PM atas perolehan & pemeliharaan mobil jenis sedan, jeep,
station wagon, van, & combi, kecuali barang dagangan atau
disewakan.
• PM yg tercantum dalam Faktur pajak Sederhana.
• PM yg tecantum dalam Faktur pajak Standar yg tidak
memenuhi ketentuan
• PM yg dibayar setelah ditagih dg penerbitan ketetapan pajak.
• PM yg belum dikreditkan dalam SPT, yg diketemukan dalam
pemeriksaan.
• PM atas perolehan BKP/JKP utk menghasilkan penyerahan
BKP/JKP yg mendapat fasilitas dibebaskan dari pengenaan
PPN
PPN (4)
 Pencatatan yang dilakukan pada saat pengakuan utang:
PPN keluaran 30.000
PPN masukan 20.000
Utang PPN 10.000
 Pencatatan yang dilakukan pada saat pembayaran utang:
Utang PPN 10.000
Kas 10.000
 Jika PPN masukan lebih besar perusahaan mengajukan permohonan
untuk restitusi. Fiskus akan melakukan pemeriksaan sebelum
mengabulkan permohonan restitusi.
PPnBM
 Dikenakan hanya satu kali yaitu pada :
 Produsen penghasil barang mewah.
 Importir barang mewah.
 PPnBM tidak boleh dikreditkan dengan pajak yang lain.
 PPnBM akan ditambahkan dari harga jual yang telah ditetapkan oleh
produsen atau importir
 Jumlah pajak yang dibayar oleh pembeli akan dicatat sebagai utang
PPnBM.
 Utang PPnBM dibayarkan ke kas negara dan dilaporkan kepada fiskus.
Tugas Mandiri 7 Akuntansi PPN
 Transaksi-Transaksi barang kena pajak (BKP) pada bulan Mei 2012:
1. PT. A (PKP) beli barang dagang (BKP) kepada PT. B (PKP) sebesar Rp.100.000.000, secara kredit.
2. PT. A (PKP) mengembalikan barang tersebut kepada PT. B (PKP) sebesar Rp.11.000.000. termasuk
PPN.
3. PT. A jual barang dagang ke PT. C (PKP) sebesar Rp.120.000.000, dibayar kredit.
4. PT. A membayar hutangnya kepada PT. B.
5. PT. C mengembalikan barang yang dibeli karena tidak sesuai spesifikasi sebesar Rp 5.000.000
belum termasuk PPN.
6. PT.A terima pelunasan dari PT. C.

 Diminta :
1. Buatlah jurnal yang dilakukan oleh PT. A, PT. B dan PT. C untuk transaksi diatas.
2. Berapakah PPN yang kurang atau lebih bayar PT. A pada bulan Mei dan buat jurnal yang
diperlukan saat penyetoran ke kas negara jika terjadi kurang bayar.
Referensi

Fitriandi, Primandita dkk. 2011. “Kompilasi Undang – Undang Perpajakan


Terlengkap” . Jakarta: Penerbit Salemba Empat.

Waluyo. 2011. “Perpajakan Indonesia”. Jakarta: Penerbit Salemba Empat.

12
Terima Kasih

13

Anda mungkin juga menyukai