Anda di halaman 1dari 10

STUDI KASUS PEMENUHAN KEBUTUHAN OKSIGENASI DENGAN

TEKNIK RELAKSASI NAFAS DALAM PADA PASIEN CONGESTIVE


HEART FAILURE DI RUMAH SAKIT TK II PUTRI HIJAU
MEDAN TAHUN 2016

Case Study Of Fulfillment Of Oxygenation Needs With In-Relaxation Relaxation


Technique In Congestive Heart Failure Patients at the Putri Hijau Hospital II
Medan in 2016

Lermiana Purba1, Deni Susyanti 2, Pamungkas3


1,2
Dosen Tetap Yayasan Akper Kesdam I/BB Medan
3
Mahasiswa Akper Kesdam I/BB Medan
E-mail: deni_susyanti@yahoo.co.id
Abstrak
Congestive Heart Failure ketidakmampuan jantung memompakan darah yang adekuat untuk memenuhi kebutuhan
jaringan akan oksigen dan nutrisi menyebabkan curah jantung menurun sehingga menimbulkan nyeri dada.
Managemen nyeri dapat dilakukan dengan farmakologi dan nonfarmakologi. Managemen nyeri keperawatan
nonfarmakologi yaitu dengan teknik relaksasi nafas dalam. Pemberian teknik relaksasi nafas dalam akan
meningkatkan suplai oksigen ke jaringan sehingga menurunkan tingkat nyeri yang dialami individu. Metode
penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan rancangan studi kasus yang bertujuan untuk mengetahui
gambaran studi kasus pemenuhan kebutuhan oksigenasi dengan teknik relaksasi nafas dalam pada pasien Congestive
Heart Failure. Pendekatan proses keperawatan yang dilakukan peneliti meliputi tahapan pengkajian, diagnose,
intervensi, implementasi dan evaluasi keperawatan pada 2 klien dengan kasus yang sama. Hasil pada evaluasi kedua
kasus didapatkan hasil bahwa pada kasus I sudah tidak ada nyeri dada pada hari ke 3 perawatan. Sedangkan pada
kasus II keluhan sesak sudah teratasi pada hari ke 3 dibuktikan dengan klien tampak tenang. Kesimpulan yang
didapatkan dalam pemenuhan kebutuhan oksigenasi adalah mengalami peningkatan dalam mengatasi kebutuhan
oksigenasi dengan teknik relaksasi nafas dalam. Saran dilanjutkan kepada klien dan keluarga agar selalu
memperhatikan program pengobatan secara rutin dan melakukan teknik relaksasi nafas dalam.
Kata kunci : Congestive Heart Failure (CHF), Pemenuhan Kebutuhan Oksigenasi, Teknik Relaksasi Nafas Dalam

Abstract
Congestive heart failure is the incapacity of heart to pump adequate blood in fulfilling the need for oxygen ad
nutrients which causes cardiac output to decrease which brings about pain in chest. Pain management can be done by
using pharmacological and non-pharmacological therapies. Deep breath relaxation therapy is done in the non-
pharmacological nursing pain management. It will increase the supply of oxygen to tissues so that pain will decrease.
The research used descriptive method with case study design which was aimed to find out the description of the need
for oxygen in congestive heart failure patients. The nursing approach consisted of nursing analysis, diagnosis,
intervention, implementation, and evaluation in 2 clients with the same case. The result showed that in case I there
was no more pain in chest in the third day of nursing, while in case II complaint about short of breath could be
handled in the third day of nursing since the client felt relaxed. The conclusion was that the need for oxygen could be
handled by using deep breath relaxation technique. It is recommended that the clients and their families comply with
doing deep breath relaxation technique.
Keywords: Congestive Heart Failure (CHF), Fulfillment Of Oxygenation needs, Deep Breath Relaxation Technique

PENDAHULUAN lain yang muncul adalah perubahan yang


Congestive Heart Failure adalah terjadi pada otot-otot respiratori sehingga hal
ketidakmampuan jantung untuk tersebut dapat mengakibatkan suplai oksigen
memompakan darah yang adekuat untuk ke seluruh tubuh terganggu sehingga
memenuhi kebutuhan jaringan akan oksigen terjadinya dispnea. Perawat sebagai pemberi
dan nutrisi (Kasron,2016).Congestive Heart asuhan keperawatan melalui tindakan
Failure mengakibatkan kegagalan fungsi mandiri dan kolaboratif memfasilitasi pasien
pulmonal sehingga terjadi penimbunan untuk menyelesaikan masalah.
cairan di alveoli, hal ini menyebabkan Penatalaksanaan non farmakologi yang
jantung tidak dapat berfungsi dengan dapat dilakukan yaitu edukasi, latihan dan
maksimal dalam memompa darah. Dampak

Jurnal Riset Hesti Medan, Vol. 1, No.2, Desember 2016 118


peningkatan kapasitas fungsional jantung yang dapat meningkatkan saturasi
(Nirmalasari, 2015). oksigen dan menurunkan dispnea. Latihan
Gejala utama pasien gagal jantung nafas diafragmatik ini dilakukan 30 menit
yaitu nyeri dada. Nyeri dada timbul secara per hari selama 14 hari. Hasil dari latihan
mendadak. Menyebabkan yaitu suplai nafas diafragmatik menunjukan adanya
oksigen ke miokardium mengalami penurunan pada dispnea dengan hasil
penurunan yang berakibat kematian sel p=0,000, alfa=0,05 (jurnal sepdianto, 2013)
jantung. Gejala klinis nyeri dada pada kasus Penyakit jantung dan pembuluh
gagal jantung, muncul secara tiba-tiba dan darah merupakan salah satu masalah
secara terus menerus serta tidak merada. kesehatan utama di negara maju maupun
Apabila nyeri ini dibiarkan, tingkat berkembang. Penyakit gagal jantung
keparahan nyeri akan menjadi meningkat menjadi penyebab nomor satu kematian di
sehingga nyeri tidak tertahankan, tingkat dunia dengan di perkirakan akan terus
keparahan nyeri akan menjadi meningkat meningkat hingga mencapai 23,3 juta pada
sehingga nyeri tidak tertahankan lagi. Nyeri tahun 2013 (Yancy, 2013)
tersebut dapat menjalar ke leher, bahu dan Menurut data kesehatan dunia world
terus menuju lengan (Aspian, 2014) health organization (2015) penyakit gagal
Gagal jantung menyebabkan curah jantung merupakan penyakit yang dapat
jantung menurun, menyebabkan hipertrofi menyebabkan kematian. Sekitar 5,1 juta
ventrikel, pemendekan miokard, pengisian orang di amerika serikat mengalami gagal
LV menurun, aliran tidak adekuat ke jantung jantung. Sekitar setengah dari orang-orang
dan otak, menyebabkan risiko tinggi yang menderita gagal jantung meninggal
penurun curah jantung, kemudian penurunan dalam waktu 5 tahun setelah didiagnosis
suplai O2 ke miokard, terjadi peningkatan (Center for Disease Control and Prevention,
hipoksia jaringan miokardium, dan 2015)
menyebabkan perubahan metabolisme Di indonesia prevalensi penyakit
miokardium sehingga menimbulkan nyeri gagal jantung tahun 2013 sebesar 0,13%
dada (muttaqin, 2014) atau diperkirakan sekitar 229.696 orang.
Seorang mengalami nyeri akan Jumlah penderita terbanyak berdasarkan
dampak pada aktivitas sehari – hari. Selain diagnosis dokter terdapat di provinsi jawa
itu, seorang mengalami nyeri hebat dan timur sebanyak 54.826 orang (0,19%),
nyerinya bekelajutan, apabila tidak segera sedangkan jumlah penderita paling sedikit
ditangani pada akhirnya dapat ditemukan di provinsi Maluku yaitu
mengakibatkan syok neurologik pada sebanyak 144 orang (0,02%). Di provinsi
seorang tersebut (Agung, Andriyani, & Sari, daerah istimewa sumatra utara berdasar
2013). Selanjutnya untuk mencegah hal diagnosis/gejala, estimitas jumlah penderita
tersebut perlu dilakukan managemen nyeri. gagal jantung sebanyak 26.819 orang (0,3%)
Managemen nyeri adalah bagian (RISKESDAS, 2014)
dari displin aatau pain relif (Prarintya, Berdasarkan data medical record di
Harmilah, & Subroto, 2014). Beberapa rumah sakit TK II Putri Hijau Medan
managemen nyeri keperawatan terapi non dijumpai pasien rawat inap dengan diagnosa
farmakologis diantaranya seperti mengatur Congestive Heart Failure pada bulan januari
posisi fisiologis dan mobilisasi ekstremitas s/d Oktober tahun 2016 sekitar 181 orang
yang mengalami nyeri, menginstirahatkan pasien.
klin, manajemen lingkungan, teknik Dari fenomena diatas penulis
relaksasi nafas dalam, (Muttaqin, 2014) tertarik untuk meneliti tentang Studi Kasus
Pemberian teknik relaksasi nafas pemenuhan Kebutuhan Oksigenasi dengan
dalam akan meningkatkan suplai oksigen ke Teknik Relaksasi Nafas Dalam Terhadap
jaringan sehingga menurunkan tingkat nyeri Dispnea pada pasien Congestive Heart
yang dialami individu (Agung, Andriani, & Failure do rumah sakit TK II Putri Hijau
Sari, 21013) Medan Tahun 2016.
Latihan nafas diafragmatik adalah
tindakan non farmakologi pada pasien gagal

Jurnal Riset Hesti Medan, Vol. 1, No.2, Desember 2016 119


METODE 2.
Penelitian ini merupakan penelitian 3. Umur 58 Tahun 50 Tahun
deskriptif dengan rancangan studi kasus 4. Jenis Laki-laki Perempuan
pemenuhan kebutuhan nutrisi pada pasien Kelamin
PPOK dengan menggunakan pendekatan 5. Pendidika Tamat SMA SD
proses keperawatan yang dilakukan peneliti. n
Subyek penelitian yang digunakana adalah 2 6. Pekerjaan Wira Swasta Ibu rumah
pasien dengan 1 kasus dengan masalah tangga
keperawatan yang sama. Studi kasus 7. Status Menikah Menikah
berjudul Pemenuhan Kebutuhan Nutrisi 8. Agama Islam Islam
Pada Pasien PPOK dengan kriteria inklusi: 9. Suku/Ban Batak/Indon Jawa/Indon
bersedia menjadi subjek penelitian, pasien gsa esia esi
PPOK, Usia (40 Tahun ke atas), dengan 10. Bahasa Indonesia Indonesia
pemenuhan kebutuhan nutrisi. Kriteria 11. Alamat Desa Batu Jl Krakatau
eksklusi: pasien menolak penelitian, Gana Padang No. 112 ,
memiliki komplikasi yaitu insufisiensi bolak Medan
pernapasan, gagal napas, pneumonia, 12. Ditanggu BPJS BPJS
atelektasis, pneumothoraks. Fokus studi ng oleh
dalam penelitian ini yaitu pemenuhan 13. Tanggal 10 12
kebutuhan nutrisi pada pasien PPOK dengan dan jam Nopember Nopem
dua pasien dalam kasus yang sama. Laporan Masuk 2016 Pukul ber
ini penulis membatasi pada Asuhan rumah 07.00 wib 2016
Keperawatan Medikal Bedah dengan sakit Pukul
Gangguan Sistem Pernapasan PPOK di 21.00
Rumah Sakit Putri Hijau TK II Medan lama wib
sejak pasien pertama kali masuk rumah sakit
sampai pulang dan atau yang dirawat 14. Tanggal 10 12
minimal 4 hari. Penelitian akan dilakukan dan jam Nopember Nopem
pada bulan Nopember 2016. pengkajia 2016 Pukul ber
Alat atau instrument pengumpulan n 09.00 wib 2016
data dalam wawancara menggunakan format Pukul
pengkajian asuhan keperawatan medikal 22.00
bedah sedangkan dalam observasi wib
menggunakan alat-alat seperti tensimeter,
stetoskop, dan timbangan. Metode Berdasarkan tabel diatas didapatkan 2
Pengumpulan data dalam karya tulis studi responden mempunyai diagnosa medis yang
kasus ini adalah dengan menggunakan sama yaitu Congestive Heart Failure. Pada
instrument Biofisiologis, Observasi, kasus I berpendidikan Tamatan SMA dan
Wawancara, Kuesioner, dan Skala penilaian. suku Batak sedangkan pada kasus II
berpendidikan SD dan suku Jawa.
HASIL Pemeriksaan fisik kedua responden
Pengkajian dimulai dari Breath (B1), kedua responden
a. Identitas dan Hasil Anamnesa memiliki bentuk dada simetris. Pada kedua
Pengkajian kasus pergerakan pernafasan thorakal
a. Identitas dan hasil anamnesa abdominal. Pada kasus I dan II memiliki
Tabel 1. Identitas pasien dan hasil frekuensi yakni pada kasus I sebanyak 32 x/
anamnesa menit dan pada kasus II sebanyak 30 x/
Identitas menit. Pada kasus 1 dan II mengalami nyeri
No Kasus I Kasus II
Pasien dada.
1 Diagnosa Congestive Congestive Pemeriksaan fisik pada Blood (B2),
. medis Heart Failure Heart pada kedua responden memiliki perbedaan
Failure tekanan darah dan nadi. Pada kasus I
Nama Tn.H Ny.K tekanan darah 140/ 80 mmHg, nadi 80 x/

Jurnal Riset Hesti Medan, Vol. 1, No.2, Desember 2016 120


menit sedangkan kasus II tekanan darah 160/ g. SPGT 67 0,22 mg/d 0³
80 mmHg, nadi 88 x/ menit. Kedua h. Choleste 134 13 L
responden memiliki Capillary Refill Time < rol total 129 8 mg/d <1
2 detik, suara jantung tambahan i. HDL 35 104 L <0,3
Choleste 60 50 mg/d L:<35
(murmur/bising), akral pada kedua hangat.
rol 168 260 L P:<31
Pada kasus 1 terdapat chest pain pada j. LDL 29 56 mg/d L:<45
sebelah kiri, sedangkan kasus 2 tidak ada. Choleste 1,2 26 L P:<34
Pemeriksaan fisik pada Brain (B3), rol 1,3 mg/d <200
kedua responden memiliki kesadaran k. Trigliser 8,6 L >40
compos mentis dengan GCS 4 5 6. Pada ida 124 5,8 <100
kedua responden tidak ada gangguan saraf l. Ureum 146 mg/d <150
carnial dan fungsi motorik, fungsi sensorik m. Kreatini 3,3 139 L <50
dalam batas normal. Kedua responden n 102 4,4 L:0,8-
memiliki memori yang dapat meningat n. Asam 110 mmo 1,3
urat l/L P:0,6-
jangka panjang dan pendek.
o. Glukosa mmo 1,2
Pemeriksaan fisik pada Bowel dan puasa l/L L:<7
Reproduksi (B5), pada kasus I dan kasus II p. Natrium mmo P:<5,
terdapat Bentuk abdomen simetris, q. Kalium l/L 7
peristaltic usus 8 x/i, tidak ada massa tumor, r. Klorida
tidak ada asites hepar dan limfa tidak ada
pembesaran. Berdasarkan tabel di atas didapatkan dari
Pemeriksaan fisik pada Bone dan kedua responden sama sama dilakukan
Muskuskeletal (B6), kedua responden pemeriksaan laboratorium yaitu pemeriksaan
memiliki kekuatan otot yang sama darah rutin.
Ekstremitas sup dex 5 Ekstermitas
sup sin 5 Ekstermitas inf dex4 Ekstermitas c. Analisa data
sup sin 4, tidak ada kekakuan dan kontraktur Dari hasil analisa data dapat
pada kedua responden, tidak ada spastic dan disimpulkan bahwa pasien I mengalami
flasit pada kedua responden. Pola latihan masalah penurunan curah jantung
gerak pada kedua responden dapat digerakan berhubungan dengan kontraktilitas ventrikel
dengan aktif. Kasus I dan kasus II memiliki kiri ditandai dengan Klien mengatakan
suhu tubuh 37 ºC. Kedua sesak dan nyeri dada sedangkan kasus II
klien mengatakan sesak nafas. Pemenuhan
b. Pemeriksaan diagnostik kebutuhan oksigenasi dibantu dengan teknik
relaksasi nafas dalam.
Tabel 2. Pemeriksaan Diagnostic
Jenis Hasil Nilai d. Diagnosa Keperawatan
Satu
Pemeriksa Kasus Kasus Ruju Dari kedua responden mempunai
an
an I II kan
masalah Penurunan curah jantung
Laboratori Tangg Tangga
um al l
berhubungan dengan kontraktilitas ventrikel
Darah periksa periksa g/dL L:13- kiri menyebabkan peregangan otot jantung
Rutin 10 12 % 16 ditandai dengan klien mengatakan sesak dan
a. Hemogl Nope Nopem /µ P:12- nyeri dada.
obin mber ber /µL 14 e. Rencana Keperawatan
b. Hemato 2016 2016 L:40-
krit 15,5 12,9 mg/d 48 Tabel 3. Rencana Keperawatan
c. Leukosit 44,8 34,7 L P:37- Intervensi
d. Trombos 9000 895 mg/d 43 1. Evaluasi episode nyeri dada (intensitas lokasi,
it 269.00 0 L 5- radiasi, durasi dan factor yang memicu serta
e. Bilirubin 0 320. u/L 10.10³ meringankan nyeri dada.
Total 800 u/L / µL R/ Nyeri dan penurunan curah jantung dapat
Direk 0,89 mg/d 150- merangsang sistenm saraf simpatis untuk
f. SGOT 0,60 0,58 L 400.1 mengeluarkan sejumlah besar norevinefrin.

Jurnal Riset Hesti Medan, Vol. 1, No.2, Desember 2016 121


2. Monitoring tanda-tanda vital secara rutin. R/ Pengetahuan proses penyakit dan harapan
R/ Pada CHF dini, sedang atau kronis TD dapat memudahkan ketaatan pada program
dapat meningkat sehubungan dengan SVR pengobatan
pada CHF lanjut tubuh tidak mampu lagi
mengkonpensasi dan hipotensi tidak dapat 1. Evaluasi episode nyeri dada (intensitas
normal lagi. lokasi, radiasi, durasi dan factor yang
3. Catat tanda dan gejala penurunan curah memicu serta meringankan nyeri dada.
jantung. R/ Nyeri dan penurunan curah jantung dapat
R/ penurunan curah jantung dapat merangsang sistenm saraf simpatis untuk
menunjukkan menurunnya nadi radial, mengeluarkan sejumlah besar norevinefrin.
popliteal, odrsalis pedis, dan postibial. Nadi 2. Monitoring tanda-tanda vital secara rutin.
mungkin cepat hilang atau tidak teratur untuk R/ pada CHF dini, sedang atau kronis TD
di palpasi, dan pulsus alternan (denyut kuat dapat meningkat sehubungan dengan SVR
lain dengan denyut lemah) mungkin ada. pada CHF lanjut tubuh tidak mampu lagi
4. Monitor status pernafasan terkait dengan mengkonpensasi dan hipotensi tidak dapat
adanya gejala gagal jantung. normal lagi.
R/ kelebihan volume cairan sering 3. Catat tanda dan gejala penurunan curah
menimbulkan kongesti paru . gejala edema jantung.
paru dapat menunjukkan gagal jantung kiri R/ penurunan curah jantung dapat
akut. Gejala pernafasan pada gagal jantung menunjukkan menurunnya nadi radial,
kanan (dipsnea.batuk, ortopnea) dapat timbul popliteal, odrsalis pedis, dan postibial. Nadi
lambat tetapi lebih sulit membaik. mungkin cepat hilang atau tidak teratur
5. Evaluasi perubahan tekanan darah. untuk di palpasi, dan pulsus alternan (denyut
R/ pada CHF dini, sedang atau kronis TD kuat lain dengan denyut lemah) mungkin
dapat meningkat sehubungan dengan SVR ada.
pada CHF lanjut tubuh tidak mampu lagi 4. Monitor status pernafasan terkait dengan
mengkonpensasi dan hipotensi tidak dapat adanya gejala gagal jantung.
normal lagi. R/ kelebihan volume cairan sering
6. Susun waktu latihan dan istirahat mencegah menimbulkan kongesti paru . gejala edema
kelelahan. paru dapat menunjukkan gagal jantung kiri
R/ istirahat fisik harus dipertahankan selama akut. Gejala pernafasan pada gagal jantung
CHF akut atau refraktori untuk memperbaiki kanan (dipsnea.batuk, ortopnea) dapat
efisiensi kontraksi jantung dan menurunkan timbul lambat tetapi lebih sulit membaik.
kebutuhan/konsumsi oksigen miokard dan 5. Evaluasi perubahan tekanan darah.
kerja berlebihan. R/ pada CHF dini, sedang atau kronis TD
7. Monitoring toleransi aktivitas pasien. dapat meningkat sehubungan dengan SVR
R/ Dapat menunjukan peningkatan pada CHF lanjut tubuh tidak mampu lagi
dekompensasi jantung dari pada kelebihan mengkonpensasi dan hipotensi tidak dapat
aktivitas. normal lagi.
8. Monitor sesak nafas, kelelahan takipnea, dan 6. Susun waktu latihan dan istirahat mencegah
orthopnea. kelelahan.
R/ kelebihan volume cairan sering R/ istirahat fisik harus dipertahankan selama
menimbulkan kongesti paru . gejala edema CHF akut atau refraktori untuk memperbaiki
paru dapat menunjukkan gagal jantung kiri efisiensi kontraksi jantung dan menurunkan
akut. Gejala pernafasan pada gagal jantung kebutuhan/konsumsi oksigen miokard dan
kanan (dipsnea.batuk, ortopnea) dapat timbul kerja berlebihan.
lambat tetapi lebih sulit membaik. 7. Monitoring toleransi aktivitas pasien.
9. Berikan dukungan teknik yang efektif untuk R/ dapat menunjukan peningkatan
mengurangi stress. dekompensasi jantung dari pada kelebihan
R/ stress emosi menghasilkan vasokontriksi, aktivitas.
yang meningkatkan TD dan meningkatkan 8. Monitor sesak nafas, kelelahan takipnea, dan
frekuensi atau kerja jantung. orthopnea.
10. Lakukan terapi relaksasi nafas dalam. R/ kelebihan volume cairan sering
R/ meningkatkan suplai oksigen sehingga menimbulkan kongesti paru . gejala edema
nyeri dapat berkurang. paru dapat menunjukkan gagal jantung kiri
11. Instruksikan pasien dan keluarga mengenai akut. Gejala pernafasan pada gagal jantung
tujuan perawatan dan bagaimana kemajuan kanan (dipsnea.batuk, ortopnea) dapat
akan diukur. timbul lambat tetapi lebih sulit membaik.

Jurnal Riset Hesti Medan, Vol. 1, No.2, Desember 2016 122


9. Berikan dukungan teknik yang efektif untuk Penelitian melakukan penelitian
mengurangi stress. terhadap dua partisipan yang sama-sama
R/ Stress emosi menghasilkan vasokontriksi, memiliki penyakit Congestive Heart Failure
yang meningkatkan TD dan meningkatkan di Rumah Sakit TK II Putri Hijau Medan
frekuensi atau kerja jantung.
dengan lima tahap sesuai dengan proses
10. Lakukan terapi relaksasi nafas dalam.
R/ meningkatkan suplai oksigen sehingga
keperawatan yang dikembangkan oleh
nyeri dapat berkurang. American Nurse Association (ANA) yaitu
11. Instruksikan pasien dan keluarga mengenai pengkajian, diagnosa keperawatan,
tujuan perawatan dan bagaimana kemajuan perencanaan, implementasi, dan evaluasi.
akan diukur. Asosiasi Diagnosa Keperawatan America
R/ Pengetahuan proses penyakit dan harapan (NANDA) kemudian mengembangkan dan
dapat memudahkan ketaatan pada program mengelompokkan diagnosa keperawatan
pengobatan serta membantu menciptakan pola
komunikasi antara perawat dan dapat
Berdasarkan tabel di atas didapatkan memberikan batasan antara diagnosa
dari kedua respoden mempunyai rencana keperawatan dengan diagnosa medis.
tindakan keperawatan yang sama. Tindakan Diagnosa keperawatan berfokus pada
yang dilakukan pada kasus I juga dilakukan respons klien, sedangkan diagnosa media
pada kasus II. berfokus pada proses penakit
(Tarwoto,2006)
f. Implementasi keperawatan Tujuan khusus tersebut meliputi
Berdasarkan hasil tindakan keperawatan menggali pengkajian keperawatan,
yang dilakukan kepada kedua partisipan menyusun perencanaan asuhan keperawatan,
merupakan tindakan keseluruhan yang ada merumuskan diagnosa keperawatan,
untuk penanganaan pasien mengatasi melakukan impplementasi yang
pemenuhan kebutuhan oksigenasi dengan komprehensif, serta melakukan evaluasi
teknik relaksasi nafas dalam. keperawatan. Berikut ada pembahasan yang
disesuaikan dengan tujuan khusus dari
g. Evaluasi penelitian berikut:
Berdasarkan hasil evaluasi yang telah 4.3.1 Pengkajian
dilakukan, peneliti memiliki keterbatasan Berdasarkan dari hasil pengkajian
waktu untuk mengevaluasi dalam kedua partisipan mempunyai diagnosa medis
melakukan implementasi keperawatan. yang sama yang disasarkan pada
ketidakmampuan jantung untuk
Pembahasan memompakan darah yang adekuat untuk
Pada pembahasan ini, peneliti akan memenuhi kebutuhan jaringan akan oksigen
membahas studi kasus pemenuhan dan nutrisi (Kasron,2016). Jadi Congestive
kebuttuhan oksigenasi dengan teknik Heart Failure dapat diketahui dengan
relaksasi nafas dalam pada kasus Congestive pemeriksaan radiologi yakni menunjukkan
Heart Failure antara Tn. R dan Ny. K di pembesaran jantung. Bayangan
Rumah Sakit Tingkat II Putri Hijau Medan, mencerminkan ditasi atau hipertrfi bilik atau
selama 8 hari. Kasus I mulai dari tanggal 10 perubahan dalam pembuluh darah atau
Nopember 2016 sampai dengan 13 peningkatan tekanan pulmonal
Nopember 2016 dan kasus ke II mulai dari (Kasron,2016).
tanggal 14 Nopember 2016 sampai Berdasarkan hasil pengkajian kedua
dengan 17 Nopember 2016 . Dalam hal ini partisipan memiliki bebrapa perbedaan yaitu
pembahasan yang dimaksud adalah pada kasus I berjenis kelamin laki-laki dan
membandingkan antara tinjauan kasus kasus II berjenis kelamin perempuan.
dengan tinjauan pustaka yang disajikan Menurut Maudlidta, 2015 menyimpulkan
untuk menjawab tujuan khusus dari bahwa laki-laki memiliki kecenderungan
penelitian. Dimana setiap temuan perbedaan lebih cepat terkena gagal jantung bila
diuraikan dengan konsep dan pembahasan dibandingkan dengan perempuan.6 Hal ini
disusun dengan tujuan khusus. sesuai dengan teori yang mengungkapkan

Jurnal Riset Hesti Medan, Vol. 1, No.2, Desember 2016 123


bahwa laki-laki memiliki risiko mengalami sehingga mengakibatkan peningkatan enzim
penyakit jantung koroner 2-3 kali daripada hati. Dan kasus 2 mengalami riwayat
perempuan sebelum menopause. hipertensi. Menurut Fatoni (2014),
Kasus I berumur 53 tahun hipertensi dapat menyebabkan gagal jantung
sedangkan pada kasus II berumur 58 tahun. melalui beberapa mekanisme termasuk
Umur merupakan salah satu faktor risiko hipertrofi ventrikel kiri.Hipertensi Ventrikel
yang tidak dapat dimodifikasi. Peningkatan kiri dikaitkan dengan disfungsi ventrikel kiri
umur akan meningkatkan risiko terjadinya sistolik dan diastolik dan meningkatkan
gagal jantung. Hal ini berkaitan dengan resiko terjadinya infark miokard, serta
proses menua yang menyebabkan memudahkan untuk terjadinya aritmia baik
peningkatan proses aterosklerosis pada itu aritmia atrial maupun
pembuluh darah. Aterosklerosis ventrikel.Hipertensi merupakan penyakit
menyebabkan terganggunya aliran darah ke yang tidak bisa disembuhkan namun dapat
organ jantung sehingga terjadi dikendalikan atau dikontrol.
ketidakseimbangan antara kebutuhan Adapun pengkajian kedua partisipan
oksigen miokardium dengan suplay oksigen. didapatkan yaitu keadaan umum berakral
Maudidta, 2015. hangat, kesadaran penuh/composmentis
Pada kedua partisipan megalami dengan GCS 4-5-6, dan posisi klien dalam
nyeri dada dan sesak. Menurut Mutaqqin, posisi semi fowler.
2012 Gejala utama pasien gagal jantung Adapun pengkajian kedua partisipan
yaitu nyeri dada. Nyeri dada timbul secara didapatkan yaitu tanda tanda vital
mendadak. Penyebabnya yaitu suplai mengalami kenaikan sampai pada diatas
oksigen ke miokardium mengalami 140. Menurut Ira (2014) hipertensi
penurunan yang berakibat pada kematian sel didefinisikan sebagai peningkatan tekanan
jantung. Gejala klinis nyeri dada pada kasus darah sistolik ≥140 mmHg dan tekanan
gagal jantung, muncul secara tiba-tiba dan darah diastolik ≥90 mmHg. Hipertensi
secara terus menerus serta tidak mereda. meningkatkan resistensi ventrikel kiri
Apabila nyeri ini dibiarkan tingkat sehingga beban kerja jantung bertambah.
keparahan nyeri akan menjadi meningkat Perjalanan penyakit hipertensi sangat
sehingga nyeri tidak tertahankan lagi. Nyeri perlahan, kondisi yang kronis dapat
ini disebabkan karena menurunnya curah mengakibatkan kematian karena payah
jantung sehingga suplai oksigen ke jantung dan PJK. Deteksi dini dan perawatan
miokardium menurun menyebabkan hipertensi yang efektif.
perubahan metabolisme miokardium. Pada pemeriksaan fisik pada
Pada kedua partisipan mengalami Breathing partisipan mengalami peningkatan
riwayat kesehatan yang lalu seperti pada pada frekuensi pernafasan diatas normal
kasus I mengalami riwayat hepatatistis. sehingga partisipan mengalami sesak.
Menurut Masola (2016) Gagal jantung Menurut jurnal novita (2016) CHF
ditandai oleh ketidakmampuan perfusi mengakibatkan kegagalan fungsi pulmonal
sistemik untuk memenuhi kebutuhan sehingga terjadi penimbunan cairan di
metabolisme tubuh dan biasanya disebabkan alveoli. Hal ini menyebabkan jantung tidak
oleh disfungsi pompa jantung; kadang- dapat berfungsi dengan maksimal dalam
kadang bisa disertai gejala gangguan non- memompa darah. Dampak lain yang muncul
kardiak seperti gangguan fungsi hati. Hal ini adalah perubahan yang terjadi pada otot-otot
ditandai dengan meningkatnya kadar AST respiratori.
dan ALT yang menjadi patokan untuk Pada pemeriksaan fisik pada
abnormalitas fungsi hati. Patofisiologi utama Bleeding partisipan terdapat suara jantung
yang terlibat dalam gangguan fungsi hati tambahan (murmur/bising). Menurut Jurnal
ialah salah satunya kongestif pasif dari Lailia (2014) Kegagalan pada jantung kiri
peningkatan tekanan pengisisan atau curah memberikan tanda berupa takipnea, rales
jantung rendah dan akibat dari gangguan atau crackles yang mana mengindikasikan
perfusi. Gangguan fungsi hati terjadi karena telah terjadinya edema pulmonary, perkusi
meningkatnya tekanan vena sentralis yang redup pada area paru dan penurunan

Jurnal Riset Hesti Medan, Vol. 1, No.2, Desember 2016 124


suara nafas terutama pada basal paru Rumah Sakit TK II Putri Hijau Medan yaitu
mengindikasikan telah terjadinya efusi evaluasi episode nyeri dada (intensitas
pleura, dan terjadinya sianosis akibat lokasi, radiasi, durasi, dan faktor yang
penurunan difusi oksigen pada kapiler memicu serta meringankan nyeri dada,
pulmonary monitoring TTV secara rutin, catat tanda dan
gejala penurunan curah jantung, monitor
4.3.2 Diagnosa Keperawatan status pernapasan terkait dengan adanya
Didapatkan kedua pasien yaitu gejala gagal jantung, evaluasi perubahan
kasus I dan kasus II memiliki diagnosa tekanan darah, susun waktu latihan dan
medis serta diagnosa keperawatan yang istirahat mencegah kelelahan, monitoring
sama yaitu CHF dengan diagnosa toleransi aktivitas pasien, monitor sesak
keperawatan penurunan curah jantung yang nafas, kelelahan takipnea dan ortopnea,
dihubungkan dengan kontraktilitas ventrikel berikan dukungan teknik yang efektif untuk
kiri menyebabkan peregangan otot jantung mengurangi stres, lakukan terapi teknik
sehingga terjadi penurunan curah jantung relaksasi nafas dalam, instruksikan pasien
yang menyebabkan adanya nyeri dada. dan keluarga mengenai tujuan perawatan
Nyeri ini disebabkan karena menurunnya dan bagaimana kemajuan akan diukur.
curah jantung sehingga suplai oksigen ke
miokardium menurun menyebabkan 4.3.4 Evaluasi
perubahan metabolisme miokardium Pada diagnosa keperawatan
(Mutaqqin, 2009). penurunan curah jantung, setelah dilakukan
Dimana data yang digunakan dalam tindakan keperawatan pada tanggal 12
menegakkan diagnosa keperawatan lebih Nopember 2016 s/d 14 Nopember 2016
difokuskan pada pemeriksaan dan pola pada kasus I dan tangggal 29 Nopember
pemenuuhan kebutuhan oksigenasi dengan 2016 s/d 01 Nopember 2016 pada kasus
teknik relaksasi nafas dalam kedua II. Kedua responden tersebut memiliki
responden, dan didapat hasil pada kasus I respon yang berbeda pada saat dilakuka
dan kasus II mempunyai masalah tindakan keperawatan.
keperawatan yang sama yakni penurunan Berdasarkan evaluasi diperoleh
curah jantung berhubungan dengan dengan hasil yang berbeda antara kedua responden.
kontraktilitas ventrikel kiri menyebabkan Pada kasus I didapatkan evaluasi pada hari
peregangan otot jantung sehingga terjadi pertama pada tanggal 12 Nopember 2016
penurunan curah jantung yang menyebabkan klien masih mengatakan nyeri terasa pada
adanya nyeri dada. daerah perut kanan bawah bekas operasi,
klien mengataka melakukan teknik relaksasi
4.3.3 Rencana Keperawatan nafas dalam saat nyeri timbul, klien tampak
Dari kedua partisipan, kedua meringis kesakitan, skala nyeri 4 (0-10),
mempunyai rencana tindakan keperawatan klien tampak meringis kesakitan, TTV : TD:
yang sama dari rumah sakit di ruang rawatan 120/80 mmHg, RR:23x/i, HR: 80x/i, T:36,5
Rumah Sakit TK II Putri Hijau Medan. ºC, klien tertidur dalam posisi semi fowler,
Rencana tindakan keperawatan di Rumah klien tampak memegangi bekas lukanya,
Sakit TK II Putri Hijau Medan hampir sama injeksi keterolac diberikan IV 30 mg/8 jam.
dengan rencana tindakan pada teori menurut Pada evaluasi hari kedua pada kasus 1
NICNOC, 2013. Rencana keperawatan tanggal 13 Nopember 2016 klien masih
tersebut dilakukan sesuai dengan NICNOC mengatakan nyeri sudah mulai berkurang
dan rawatan Rumah Sakit TK II Putri Hijau pada daerah perut kanan bawah bekas
Medan. operasi, klien mengataka melakukan teknik
relaksasi nafas dalam saat nyeri timbul, klien
4.3.4 Tindakan Keperawatan tampak meringis kesakitan, skala nyeri 2 (0-
Tindakan keperawatan sama dengan 10), klien tampak meringis kesakitan, TTV :
rencana di NICNOC (2013). Tindakan TD: 120/70 mmHg, RR:22x/i, HR: 80x/i,
keperawatan yang dilakukan untuk kedua T:37 ºC, klien tertidur dalam posisi semi
responden sesuai dengan rencana tindakan di fowler, klien tampak rileks, klien tampak

Jurnal Riset Hesti Medan, Vol. 1, No.2, Desember 2016 125


memegangi bekas lukanya, injeksi keterolac dapat melakukan teknik relaksasi nafas
diberikan IV 30 mg/8 jam dalam. Untuk itu evaluasi digunakan untuk
Dan pada evaluasi hari ke tiga pada menentukan apakah masalah tersebut
kasus I tangaal 14 Nopember 2016 , pasien teratasi, teratasi sebagian, atau tidak teratasi.
mengeluh nyeri sudah berkurang, skala nyeri Hal tersebut dibuktikan dengan hasil
1(0-10), TTV : TD: 120/80 mmHg, evaluasi yang telah dilakukan kepada kedua
RR:22x/i, HR: 80x/i, T:36,5 ºC, klien klien yang hasilnya berbeda pada kedua
tampak rileks dan nyaman sehingga masalah kasus diatas.
nyeri teratasi. Perbedaan perkembangan kedua
Sementara hasiil evaluasi pada hari partisipan dapat disebabkan karena
pertama pada kasus II tanggal 29 Nopember perbedaan koping yang didasari oleh tingkat
2016 paien mengatakan klien mengataka pendidikan yang dialami oleh klien masing
nyeri perut bagian bawah bekas luka operasi, masing walaupun sama –sama masalah
melakukan teknik relaksasi nafas dalam saat teratasi.
nyeri timbul, klien tampak meringis
kesakitan, skala nyeri 6 (0-10), klien tampak KESIMPULAN
meringis kesakitan, TTV : TD: 110/70 1. Pengkajian
mmHg, RR:24x/i, HR: 80x/i, T:38,4 ºC, Didapatkan hasil pengkajian dari
klien tertidur dalam posisi semi fowler, klien kedua pasien memiliki beberapa
tampak memegangi bekas lukanya, injeksi kesamaan yaitu, penyebab dan tanda
keterolac diberikan IV 30 mg/8 jam. gejala. Adapun perbedaan antara kedua
Evaluasi hari kedua pada kasus II tanggal 30 pasien meliputi umur yang berbeda,
Nopember 2016 klien mengataka nyeri tanda – tanda vital yang berbeda,
sudah mulai berkurang perut bagian bawah pemeriksaan laboratorium yang berbeda,
bekas luka operasi , melakukan teknik serta pola pemenuhan nutrisi yang juga
relaksasi nafas dalam saat nyeri timbul, klien berbeda, dan terapi yang diberikan
tampak meringis kesakitan, skala nyeri 4 (0- kepada pasien juga berbeda.
10), klien tampak meringis kesakitan, TTV : 2. Diagnosa keperawatan
TD: 110/70 mmHg, RR:24x/i, HR: 80x/i, Berdasarkan dari diagnosa
T:38,4 ºC, klien tertidur dalam posisi semi keperawatan didapatkan hasil kedua
fowler, klien tampak memegangi bekas pasien memiliki diagnosa keperawatan
lukanya, injeksi keterolac diberikan IV 30 yang sama yaitu gangguan pemenuhan
mg/8 jam nutrisi yang ditandai dengan kehilangan
Dan pada evaluasi hari ketiga pada nafsu makan pada pasien.
kasus II tanggal 01 Nopember 2016 klien 3. Rencana tindakan keperawatan
mengatakan nyeri berkurang, klien skala Hasil dari rencana tindakan
nyeri 1(0-10), TTV : TD: 110/70 mmHg, keperawatan yang telah dilakukan yaitu
RR:20x/i, HR: 80x/i, T:36,8 ºC, klien kedua pasien memiliki rencana tindakan
tampak rileks dan nyaman sehingga masalah yang sama sesuai dengan SOP rencana
nyeri teratasi. tindakan yang ada di rumah sakit
Evaluasi yang dilakukan disesuaikan meliputi kaji kebiasaan diet, auskultasi
kondisi klien dan fasilitas yang ada, bunyi usus, perawatan oral, pemberian
sehingga rencana tindakan dapat dilaksanaan periode istirahat, menghindari makanan
dengan SOAP meliputi subjektif, objektif, bergas dan berkarbonat, menghindari
analisa data dan planing. Berdasarkan makanan yang sangat panas dan sangat
pembahasan tersebut sampai dengan dingin, penimbangan berat badan,
ketergantungantotal sampai dengan konsul dengan ahli gizi dalam
ketergantungan sebagian, meskipun proses pemberian makanan, serta pemberian
peningkatan/ pemenuhan itu mengalami oksigen selama makan.
perbedaan waktu dari kedua responden. 4. Tindakan keperawatan
Didalam teori menurut Doengoes (2012) Tindakan keperawatan yang
evaluasi tindakan keperawatan pada pasien dilakukan kepada kedua pasien sama,
Appendiktomie dengan nyeri yaitu klien sesuai dengan rencana tindakan

Jurnal Riset Hesti Medan, Vol. 1, No.2, Desember 2016 126


keperawatan misalnya dengan https://intensivician.wordpress.com/2016/07
pemberian diet yang sama yaitu MB /27/laporan-pendahuluan-congestive-
TKTP. Adapun hal yang membedakan heart-failure-chf/
yaitu terapi yang didapatkan kedua Kasron. 2016. Buku Ajar Keperawatan
pasien tidak sama. Sistem Kardiovaskuler. Jakarta: nuha
5. Evaluasi Medika.
Pada hasil evaluasi antara kedua Klabunde, R. E. 2015. Fisiologi Konsep
pasien didapatkan hasil yang berbeda. Jantung. Jakarta: Penerbit Buku
Pada pasien I sudah nafsu makan pada Kedokteraan EGC.
hari ke 2, diet yang diberikan sudah Kementrian Kesehatan RI. 2014. Situasi
habis 1 porsi, sesak mulai berkurang dan Kesehatan Jantung. Pusat Data dan
pemberian nasal kanul 2L/i. dan pada Informasi Kementrian Kesehatan RI.
hari ke 3 klien tampak lebih segar. Loscalzp, J. 2016. Harisson Kardiologi dan
Sedangkan pada pasien II keluhan masih Pembuluh Darah. Jakarta: EGC.
belum nafsu makan, diet hanya habis ¼ Muttaqin, A. 2014. Asuhan Keperawaatan
porsi sesak masih ada, dan belum ada Gangguan Sistem Kardiovaskuler dan
peningkatan berat badan. Dan pada hari Hematologi. Jakarta: Salemba Medika.
ke 3 perawatan nafsu makan klien sudah Nanda. 2016. Manajemen Keperawatan.
ada, diet yang diberikan sudah mampu Jakarta: CV Trans Info Medika
di habis kan 1 porsi, keluhan sesak NIC. 2015. Nursing Intervension
mulai berkurang, klien tampak lebih Classification. Singapore
segar dan pemberian nasal kanul 3L/i. Nirmalasari, N. 2016 . “Deep Breathing
Sehingga kedua pasien mengalami Exercise Menurunkan Dyspnea pada
peningkatan dalam pemenuhan nutrisi Pasien Congetive Heart Failure”.
meskipun dalam proses peningkatan Nurseline Journal Vol. 2 No. 2
tersebut mengalami perbedaan waktu Novenber p-ISSN 2540-7937 e-ISSN
dan tingkat kemampuan. 2541-464X.
Rab, T. 2013. Ilmu Penyakit Paru. Jakarta:
DAFTAR PUSTAKA Trans info media.
Brunner and Suddart. 2008. Buku Ajar Rekam Medis RS TK II Putri Hijau Medan.
Keperawatan Medikal Bedah Brunner & 2016 . RS TK II Putri Hijau Medan.
Suddart edisi 8. Jakarta: EGC. Setiati, S. 2014. Buku Ajar Ilmu Penyakit
Center for Disease and Prevention. 2015. Dalam, Edisi 6. Jakarta: Interna
Heart Failure Fact Sheet. Departemen Publishing, Jakarta Pusat.
of Healt and Human Services USA.
http://www.cdc.gov/dhdsp/data_statistic/
fac_Sheets/fs_heart_failure.htm
Dinarti, dkk. 2013. Dokumentasi
Keperawatan. Jakarta: CV.Trans Info
Media
Doengoes, Marilynn E. 2012. Rencanaan
Asuhan Keperawatan. Jakarta: EGC
Harigustian, Y. et. all. 2016. “Pengaruh
Latihan Otot Inspirasi Terhadap
Penurunan Skala Dispnea dan
Peningkatan Kapasitas Fungsionak Pada
Pasien Gagal Jantung”. Indonesian
Journal of Nursing Practices. Vol.I No.
1 Desember.
Hidayat, A. 2012. Pengantar Kebutuhan
Dasar Manusia. Jakarta: Salemba
Medika.

Jurnal Riset Hesti Medan, Vol. 1, No.2, Desember 2016 127

Anda mungkin juga menyukai