1
2.2. Perkembangan Sistem Kardiovaskuler
Sistem kardiovaskuler mulai berfungsi pada usia 3 minggu
kehamilan. Dalam sistem kardiovaskuler terdapat pembuluh darah
terbesar yang di sebut Angioblast. Angioblast ini timbul dari :
a. Mesoderm : splanknikus &
chorionic b. Merengkim : yolk sac
dan tali pusat
c. Dan dapat juga menimbulkan pembuluh darah dan darah
Dalam awal perkembangannya yaitu pada minggu ketiga,
tabung jantung mulai berkembang di splanknikus yaitu antara bagian
pericardial dan IEC dan atap katup uning telur sekunder(kardiogenik
area). Tabung jantung pasangkan membujur endotel berlapis saluran.
Tabung-tabung membentuk untuk menjadi jantung primordial.
Jantung tubular bergabung dalam pembuluh darah di dalam embrio
yang menghubungkan tangkai, karian dan yolk sac membentuk sistem
kardivaskuler purba. Pada janin, proses peredaran darah melalui
plasenta.
a) Luar/pericardium
Berfungsi sebagai pelindung jantung atau merupakan kantong
pembungkus jantung yang terletak di mediastinum minus dan di
belakang korpus sterni dan rawan iga II- IV yang terdiri dari 2 lapisan
fibrosa dan serosa yaitu lapisan parietal dan viseral. Diantara dua
lapisan jantung ini terdapat lender sebagai pelican untuk menjaga agar
gesekan pericardium tidak mengganggu jantung.
b) Tengah/ miokardium
Lapisan otot jantung yang menerima darah dari arteri
koronaria. Susunan miokardium yaitu:
i. Otot atria: Sangat tipis dan kurang teratur, disusun oleh
dua lapisan. Lapisan dalam mencakup serabut-serabut
berbentuk lingkaran dan lapisan luar mencakup kedua atria.
ii. Otot ventrikuler: membentuk bilik jantung dimulai dari cincin
antrioventikuler sampai ke apeks jantung.
iii. Otot atrioventrikuler: Dinding pemisah antara serambi dan
bilik(
atrium dan
ventrikel). a) Dalam /
Endokardium
Dinding dalam atrium yang diliputi oleh membrane yang mengilat
yang terdiri dari jaringan endotel atau selaput lender
endokardium kecuali aurikula dan bagian depan sinus vena kava.
Bagian- bagian dari jantung:
10
10
4. Kapiler limfa: sedikit cairan yang kembali ke sirkulasi
melalui pembuluh limfe.
LIMPA
1. Pulpa Putih
2. Pulpa Merah
11
11
5. Vena yaitu saluran penampung pengangkut darah dari jaringan
kembali ke jantung.
12
12
Aliran Darah
Gambar: darah
dan
peredarannya
Yaitu:
MIKROSIRKULASI
Tempat pertukaran zat CIS dan CES (interstitial) adalah kapiler. Dan
dipengaruhi oleh kecuali dinding kapiler, arteriole, venolus karena dapat
mengatur jumlah dan kecepatan aliran darah. Ketiga rangkaian tersebut
disebut dengan mikrosirkulasi.
TEKANAN DARAH
1. Sistem saraf
a. Presoreseptor dan kemoreseptor: serabut saraf aferen yang
menuju pusat vasomotor berasal dari baroreseptor arteri dan
kemoreseptor aortadan karotis dari korteks serebri.
b. Hipotalamus: Berperan dalam mengatur emosi dan tingkah laku
yang berhubungan dengan pengaturan kardiovaskuler
c. Serebrum: Mempengaruhi tekanan dari karena penurunan respons
tekanan, vasodilatasi, dan respons depressor meningkat.
d. Reseptor nyeri: bergantung pada intensitas dan lokasi stimulus
e. Reflex pulmonal: inflasi paru menimbulkan vasodilatasi sistemik
dan penurunan tekanan darah arteri dan sebaliknya kolaps paru
menimbulkan vasokonstriksi sistemik
2. Sistem humoral atau kimia: berlangsung local atau sistemik,
misalnya rennin-angiotensin, vasopressin, epineprin, asetikolin,
serotonin, adenosine, kalsium, magnesium, hydrogen dan kalium.
3. Sistem hemodinamik: lebih banyak dipengaruhi oleh volume
darah, susunan kapiler, perubahan tekanan osmotic, dan
hidrostatik bagian luar, dan dalam sistem vaskuler.
4. Sistem limfatik: komposisi sistem limfatik hampir sama
dengan komposisi kimia plasma darah dan mengandung sejumlah
besar limfosit yang mengalir sepanjang pembuluh limfe untuk masuk
ke dalam aliran darah.
2. PEMERIKSAAN FISIK
1. PEMERIKSAAN JVP (JUGULAR VENOUS
PRESSURE)
Pemeriksaan pada leher untuk melihat vena jugularis, dapat memberikan
gambaran tentang aktifitas jantung. Perubahan aktifitas jantung dapat memberikan
gambaran pada vena dengan cara menyebabkan perubahan tekanan vena-vena perifer,
bendungan pada vena-vena perifer dan perubahan pada bentuk pulsus vena. Karena
perubahan aktifitas jantung yang terlihat pada vena berlangsung pada tekanan rendah
maka penilaian perubahan vena harus dilakukan dengan teliti. Vena-vena yang sering
mudah dilihat dan dapat dinilai terutama adalah vena jugularis. Perubahan tekanan
vena perifer biasa dinilai pada tekanan vena jugularis eksterna.
Kesulitan penilaian tekanan vena jugularis terjadi jika terdapat
peningkatan tekanan intratoraks yang menyebabkan penjalaran tekanan vena dari
jantung terhambat, misalnya pada saat tertawa, sesak, batuk, menangis, mengejan,
Manuver Valsava, pada penderita-penderita dengan emfisema, struma, atau jika
terdapat sklerosis vena jugularis karena usia, pasca kanulasi, dan sebagainya.
Pengukuran tekanan vena jugularis dilakukan dengan cara tak langsung
sebagai berikut : titik nol (zero atau level flebostatik) yaitu titik dimana kira-
kira titik tengah atrium kanan berada. Titik ini berada kira-kira pada perpotongan
antara garis mid-aksiler dengan garis tegak lurus sternum pada level angulus
Ludovici. Pada posisi tegak, tekanan vena jugularis yang normal akan tersembunyi di
dalam rongga toraks. Pada posisi berbaring vena jugularis mungkin akan terisi
meskipun tekanan vena masih normal.
Pada posisi setengah duduk 45 derajat (dalam keadaan rileks) titik
perpotongan vena jugularis dengan klavikula akan berada pada bidang horizontal
kira-kira 5 cm diatas titik nol. Jika batas atas denyut vena terlihat di atas klavikula,
maka tekanan vena jugularispasti meningkat.
Pada keadaan gagal jantung maka tekanan vena jugularis akan meningkat,
yang menunjukkan terhambatnya pengisian ventrikel. Pada keadaan yang lebih dini
dari gagal jantung akan terjadi konstriksi vena sebelum peningkatan tekanan vena
terjadi. Manifestasi gejala ini dapat terlihat pada refluks hepatojuguler yang dapat
dilakukan sebagai berikut : penderita dibiarkan bernafas biasa, kemudian dilakukan
penekanan pada daerah di bawah arkus kosta kanan yang menyebabkan
meningkatnya tekanan vena jugularis karena berpindahnya sebagian darah dari hepar
akibat penekanan tersebut.
Gambar 4. Pemeriksaan Jugular Venous Pressure (JVP)
Pulsasi vena dapat terlihat terutama pada vena jugularis eksterna dan interna.
Karena tekanannya yang rendah, pulsasi ini tak teraba namun dapat terlihat pada
bagian atas dari kolom darah yang mengisinya. Seperti juga pulsus atrium, terdapat
tiga komponen dari pulsus vena yaitu gelombang a disebabkan karena aktivitas
atrium, gelombang c karena menutupnya katup trikuspid, serta gelombang v yang
merupakan desakan katup waktu akhir sistol ventrikel.
Beberapa gambaran abnormalitas JVP antara lain cannon a-waves atau
peningkatan amplitudo gelombang a, seperti pada kasus disosiasi AV (AV blok total),
dimana kontraksi atrium menghadapi katup trikuspid yang menutup, hal ini juga
dapat terjadi pada takikardia ventrikel atau fibrilasi ayrium. Peningkatan JVP
merupakan tanda klasik hipertensi vena (gagal jantung kanan). Peningkatan JVP
dapat dilihat sebagai distensi vena juguler.
Gambar 5. Gelombang vena
jugularis
2. PEMERIKSAAN JANTUNG
Selama melakukan pemeriksaan jantung, penting untuk mengidentifikasi lokasi
anatomis berdasar kelainan yang diperoleh dari hasil pemeriksaan serta
menghubungkan kelainan hasil pemeriksaan dengan waktu terjadinya pada siklus
jantung.
Lokasi anatomis dinyatakan dengan ”...ditemukan di sela iga ke-...” atau
jaraknya (...sentimeter dari linea...) dari linea di sekeliling dinding dada
(linea midsternal, midklavikular atau aksilaris).
Beberapa istilah yang harus difahami misalnya :
- Stroke Volume : volume darah yang diejeksikan dalam 1 kali kontraksi
ventrikel
- Heart Rate : frekuensi denyut jantung per menit
- Cardiac Output : volume darah yang dipancarkan keluar dari ventrikel dalam 1
menit (cardiac output = stroke volume x heart rate)
- Preload : volume darah yang meregangkan otot ventrikel sebelum kontraksi.
Volume darah dalam ventrikel kanan pada akhir diastole merupakan volume
preload untuk kontraksi berikutnya. Volume preload ventrikel kanan meningkat
bila venous return ke dalam atrium kanan meningkat, misalnya pada inspirasi
dan pada aktifitas fisik berat. Peningkatan volume darah dalam ventrikel yang
mengalami dilatasi pada gagal jantung kongestif juga menyebabkan peningkatan
preload. Penurunan preload ventrikel kanan disebabkan oleh ekspirasi,
penurunan output ventrikel kiri dan pooling darah dalam sistem kapiler dan
venosa.
- Afterload : menggambarkan resistensi vaskuler terhadap kontraksi
ventrikel. Penyebab resistensi terhadap kontraksi ventrikel kiri adalah
peningkatan tonus aorta, arteri besar, arteri kecil dan arteriole. Peningkatan
preload dan afterload patologis mengakibatkan perubahan fungsi ventrikel yang
akan terdeteksi secara klinis.
Pemeriksaan dilakukan setelah pasien beristirahat minimal 5 menit.
Pemeriksaan jantung dilakukan pada 3 posisi, yaitu :
1. Pasien dalam posisi berbaring terlentang dengan kepala sedikit
B. PALPASI
Dengan palpasi kita mencari iktus kordis (bila tidak terlihat pada inspeksi) dan
mengkonfirmasi karakteristik iktus kordis . Palpasi dilakukan dengan cara : meletakkan
permukaan palmar telapak tangan atau bagian 1/3 distal jari II, II dan IV atau dengan
meletakkan sisi medial tangan, terutama pada palpasi untuk meraba thrill.
Identifikasi BJ1 dan BJ2 pada iktus kordis dilakukan dengan memberikan tekanan ringan
pada iktus.
Bila iktus tidak teraba pada posisi terlentang, mintalah pasien untuk berbaring sedikit
miring ke kiri (posisi left lateral decubitus) dan kembali lakukan palpasi. Jika iktus tetap
belum teraba, mintalah pasien untuk inspirasi dan ekspirasi maksimal kemudian menahan
nafas sebentar.
Pada saat memeriksa pasien wanita, mammae akan menghalangi pemeriksaan
palpasi. Sisihkan mammae ke arah atas atau lateral, mintalah bantuan tangan pasien bila
perlu.
Impuls apeks/
iktus kordis
Linea Linea
midsternali midklavikula
s ris
Dengan palpasi dapat ditemukan adanya gerakan jantung yang menyentuh dinding
dada, terutama jika terdapat peningkatan aktifitas ventrikel, pembesaran ventrikel atau
ketidakteraturan kontraksi ventrikel. Gerakan dari ventrikel kanan biasanya tak teraba,
kecuali pada hipertrofi ventrikel kanan, dimana ventrikel kanan akan menyentuh dinding
dada (ventrikel kanan mengangkat). Kadang- kadang gerakan jantung teraba sebagai
gerakan kursi goyang (ventricular heaving) yang akan mengangkat jari pemeriksa pada
palpasi.
Gerakan jantung kadang teraba di bagian basis, yang biasanya disebabkan
oleh gerakan aorta (pada aneurisma aorta atau regurgitasi aorta), gerakan arteri pulmonalis
(pada hipertensi pulmonal) atau karena aliran tinggi dengan dilatasi (pada ASD) yang
disebut tapping.
Thrill (getaran karena adanya bising jantung) sering dapat diraba. Bising
jantung dengan gradasi 3-4 biasanya dapat teraba sebagai thrill. Sensasi yang terasa
adalah seperti meraba leher kucing. Bila pada palpasi pertama belum ditemukan adanya
thrill sedangkan pada auskultasi terdengar bising jantung derajat 3-4, kembali lakukan
palpasi pada lokasi ditemukannya bising untuk mencari adanya thrill. Thrill sering
menyertai bising jantung yang keras dan kasar seperti yang terjadi pada stenosis aorta,
Patent Ductus Arteriosus, Ventricular Septal Defect, dan kadang stenosis mitral.
C. PERKUSI
Perkusi berguna untuk menetapkan batas jantung, terutama pada pembe- saran
jantung. Perkusi batas kiri redam jantung (LBCD - left border of cardiac dullness)
dilakukan dari lateral ke medial dimulai dari sela iga 5, 4 dan 3. LBCD
terdapat kurang lebih 1-2 cm di sebelah medial linea midklavikularis kiri dan
15
bergeser 1 cm ke medial pada sela iga 4 dan 3. Batas kanan redam jantung (RBCD
- right border of cardiac dullness) dilakukan dengan perkusi bagian lateral kanan dari
sternum. Pada keadaan normal RBCD akan berada di medial batas dalam sternum.
Kepekakan RBCD diluar batas kanan sternum mencerminkan adanya bagian jantung yang
membesar atau bergeser ke kanan. Penentuan adanya pem- besaran jantung harus
ditentukan dari RBCD maupun LBCD. Kepekakan di daerah dibawah sternum
(retrosternal dullness) biasanya mempunyai lebar kurang lebih
6 cm pada orang dewasa. Jika lebih lebar, harus dipikirkan kemungkinan adanya
massa retrosternal. Pada wanita, kesulitan akan terjadi dengan mammae yang besar, dalam
hal ini perkusi dilakukan setelah menyingkirkan kelenjar mammae dari area perkusi
dengan bantuan tangan pasien.
D. AUSKULTASI
Auskultasi memberikan kesempatan mendengarkan perubahan-perubahan dinamis
akibat aktivitas jantung. Auskultasi jantung berguna untuk menemukan bunyi-bunyi yang
diakibatkan oleh adanya kelainan struktur jantung dan perubahan-perubahan aliran darah
yang ditimbulkan selama siklus jantung. Untuk dapat mengenal dan menginterpretasikan
bunyi jantung dengan tepat, mahasiswa perlu mempunyai dasar pengetahuan tentang
siklus jantung.
Bunyi jantung diakibatkan karena getaran dengan masa amat pendek. Bunyi yang
timbul akibat aktifitas jantung dapat dibagi dalam :
BJ1 : disebabkan karena getaran menutupnya katup atrioventrikuler terutama
katup mitral, getaran karena kontraksi otot miokard serta aliran cepat saat katup
semiluner mulai terbuka. Pada keadaan normal terdengar tunggal.
BJ2 : disebabkan karena getaran menutupnya katup semilunaris aorta maupun
pulmonalis. Pada keadaan normal terdengar pemisahan (splitting) dari kedua
komponen yang bervariasi dengan pernafasan pada anak-anak atau orang muda.
BJ3 : disebabkan karena getaran cepat dari aliran darah saat pengisian cepat
(rapid filling phase) dari ventrikel. Hanya terdengar pada anak-anak atau orang
dewasa muda (fisiologis) atau keadaan dimana komplians otot ventrikel
menurun (hipertrofi/ dilatasi).
BJ4 : disebabkan kontraksi atrium yang mengalirkan darah ke ventrikel yang
kompliansnya menurun. Jika atrium tak berkontraksi dengan efisien misalnya
fibrilasi atrium maka bunyi jantung 4 tak terdengar.
Bunyi jantung sering dinamakan berdasarkan daerah katup dimana bunyi tersebut
didengar. M1 berarti bunyi jantung satu di daerah mitral, P2 berarti bunyi jantung kedua di
daerah pulmonal. Bunyi jantung 1 normal akan terdengar jelas di daerah apeks, sedang
bunyi jantung 2 dikatakan mengeras jika intensitasnya terdengar sama keras dengan bunyi
jantung 1 di daerah apeks.
Bunyi jantung 1 dapat terdengar terpisah (split) jika asinkroni penutupan
katup mitral dan trikuspid lebih mencolok, misalnya pada RBBB (Right Bundle Branch
Block) atau hipertensi pulmonal. Bunyi jantung 2 akan terdengar terpisah pada anak-anak
dan dewasa muda. Pada orang dewasa bunyi jantung 2 akan terdengar tunggal karena
komponen pulmonalnya tak terdengar disebabkan aerasi paru yang bertambah pada
orang tua. Jika bunyi jantung 2 terdengar terpisah pada orang dewasa ini menunjukkan
adanya hipertensi pulmonal atau RBBB. Bunyi jantung 2 yang terdengar tunggal
pada anak -anak mungkin merupakan tanda adanya stenosis pulmonal.
Bunyi tambahan merupakan bunyi yang terdengar akibat adanya kelainan
anatomis atau aliran darah yang dalam keadaan normal tidak menimbulkan bunyi atau
getaran. Bunyi tambahan dapat berupa :
Klik ejeksi : disebabkan karena pembukaan katup semilunaris pada stenosis/
menyempit.
Ketukan perikardial : bunyi ekstrakardial yang terdengar akibat getaran/
gerakan perikardium pada perikarditis/ efusi perikardium.
Bising gesek perikardium : bunyi akibat gesekan perikardium dapat terdengar dengan
auskultasi dan disebut friction rub. Sering terdengar jika ada peradangan pada
perikardium (perikarditis).
Bising jantung : merupakan bunyi akibat getaran yang timbul da lam masa lebih
lama. Jadi perbedaan antara bunyi dan bising terutama berkaitan dengan lamanya
bunyi /getaran berlangsung. Untuk mengidentifikasi dan menilai bising jantung,
beberapa hal harus diperhatikan : di mana bising paling jelas terdengar, fase terjadinya
bising (saat sistole atau diastole) dan kualitas bising.
Auskultasi dimulai dengan meletakkan stetoskop pada sela iga II kanan di dekat
sternum, sepanjang tepi kiri sternum dari sela iga II sampai V dan di apeks. Bagian
diafragma stetoskop dipergunakan untuk auskultasi bunyi jantung dengan nada tinggi
seperti BJ1 dan BJ2, bising dari regurgitasi aorta dan mitral serta bising gesek
perikardium. Bagian mangkuk stetoskop (bell) yang diletakkan dengan tekanan ringan
lebih sensitif untuk suara-suara dengan nada rendah seperti BJ3 dan BJ4 serta bising pada
stenosis mitral. Letakkan bagian mangkuk stetostop pada apeks lalu berpindah ke medial
sepanjang tepi sternum ke arah atas.
Cara askultasi :
1. Lakukan auskultasi di seluruh prekordium dengan posisi pasien terlentang.
2. Pasien berbaring miring ke kiri (left lateral decubitus) sehingga ventrikel kiri lebih dekat
ke permukaan dinding dada (gambar 9).
- Tempatkan bagian mangkuk dari stetoskop di daerah impuls apeks (iktus).
- Posisi ini membuat bising-bising area katub mitral (misalnya pada stenosis mitral)
dan bunyi jantung akibat kelainan bagian kiri jantung (misalnya BJ3
dan BJ4) lebih jelas terdengar.
18
Gambar 9.Teknik Auskultasi pada Posisi Left Lateral
Decubitus
3. Pasien diminta untuk duduk dengan sedikit membungkuk ke depan (gambar 10)
20
Bising mid diastolik : terdengar setelah BJ2 (ada gap dengan BJ2). Bising makin
melemah atau menyatu dengan bising late diastolic.
Bising late diastolic (presistolik) : mulai terdengar pada akhir fase diastolik, dan
biasanya berlanjut dengan BJ1. Bising mid diastolik dan bi sing late diastolic
(presistolik) mencerminkan turbulensi aliran darah yang melewati katub
atrioventrikularis, misalnya stenosis mitral.
Bising sistolik sering ditemukan pada stenosis aorta, stenosis pulmonal,
Ventricle Septum Defect (VSD), insufisiensi mitral (Mitral Insufficiency/ MI).
Bising diastolik sering terjadi pada insufisiensi aorta ( Aortic
Insufficiency/ AI).
Bising menerus atau continuous murmur : bising terdengar terus menerus,
baik pada fase sistolik maupun diastolik. Sering terdapat pada Patent
Ductus Arteriosus (PDA).
2. Bentuk :
Bentuk atau konfigurasi bising adalah intensitas bising dari waktu ke waktu selama
terdengar.
a. Bising crescendo : intensitas makin keras (misalnya bising presistolik pada stenosis
mitral).
b. Bising decrescendo : intensitas makin berkurang (misalnya bising early diastolic
pada regurgitasi katub aorta).
c. Bising crescendo-decrescendo : mula-mula intensitas bising makin
meningkat, kemudian menurun (misalnya bising midsistolik pada stenosis aorta
atau bising innocent).
d. Bising plateau : intensitas bising tetap (misalnya bising pansistolik pada
regurgitasi mitral).
3. Lokasi di mana bising terdengar paling keras :
Tempat di mana bising terdengar paling jelas berkaitan dengan asal bising.
Dideskripsikan menggunakan komponen sela iga keberapa dan hubungannya dengan
sternum, apeks, linea midsternalis, midklavikularis atau aksilaris
anterior, misalnya “bising paling jelas terdengar di sela iga ke-2 kanan, dekat tepi
sternum” menunjukkan asal bising dari katub aorta.
4. Radiasi/ transmisi bising dari tempatnya terdengar paling keras :
Transmisi bising tidak saja menunjukkan asal bising tetapi juga intensitas bising dan
arah aliran darah.Lakukan auskultasi di beberapa area di sekeliling lokasi di mana
bising paling jelas terdengar dan tentukan sampai di mana bising masih dapat
didengar. Misalnya, bising pada stenosis aorta bisa terdengar demikian jauh sampai ke
leher (mengikuti aliran darah).
5. Intensitas bising :
Gradasi intensitas bising dibagi dalam 6 skala dan dinyatakan dalan bentuk pecahan
(misalnya grade 2/6)
- Grade 1: sangat lembut, baru terdengar setelah pemeriksa sungguh - sungguh
berkonsentrasi, tidak terdengar pada semua posisi.
- Grade 2 : lembut, tapi dapat segera terdengar begitu stetostop diletakkan pada
area auskultasi.
- Grade 3 : cukup keras
- Grade 4 : keras, teraba thrill
- Grade 5 : sangat keras, disertai thrill, dapat terdengar dengan sebagian
stetoskop diangkat dari permukaan auskultasi.
- Grade 6 : sangat keras, disertai thrill, dapat didengar dengan seluruh bagian
stetoskop sedikit diangkat dari permukaan auskultasi.
6. Nada : dikategorikan sebagai nada tinggi, sedang dan rendah.
7. Kualitas bising : kualitas bising dideskripsikan sebagai blowing, harsh, rumbling, dan
musikal.
Karakteristik yang lain yang harus dinilai dari bunyi jantung dan bising adalah
pengaruh perubahan posisi tubuh, respirasi atau manuver pemeriksaan terhadap bunyi
jantung dan bising. Bising yang berasal dari sisi kanan jantung biasanya cenderung
berubah bila ada perubahan posisi pasien.
3. KOLABORASI ALAT DIAGNOSTIC DAN PEMERIKSAAN LABORATORIUM
Ada sangat banyak jenis pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan oleh dokter.
Namun, ada beberapa jenis pemeriksaan penunjang yang sering dilakukan, antara lain:
1. Pemeriksaan darah
Pemeriksaan darah adalah jenis pemeriksaan penunjang yang paling umum dilakukan.
Pemeriksaan ini dilakukan dengan cara mengambil sampel darah pasien untuk kemudian
dianalisis di laboratorium.
Pemeriksaan darah biasanya dilakukan untuk mendeteksi penyakit atau kondisi medis
tertentu, seperti anemia dan infeksi. Melalui pemeriksaan penunjang ini, dokter dapat
memantau beberapa komponen darah dan fungsi organ, meliputi:
Sel darah, seperti sel darah merah, sel darah putih, dan trombosit atau keping darah
Plasma darah
Zat kimia darah, seperti gula darah atau glukosa, kolesterol, asam urat, zat besi, dan
elektrolit
Analisis gas darah
Fungsi organ tertentu, seperti ginjal, hati, pankreas, empedu, dan kelenjar tiroid
Tumor marker
Sebelum melakukan pemeriksaan darah, tanyakan dulu kepada dokter mengenai persiapan
apa yang harus dilakukan, misalnya apakah perlu berpuasa atau menghentikan pengobatan
tertentu sebelum pengambilan sampel darah.
2. Pemeriksaan urine
Pemeriksaan urine adalah jenis pemeriksaan penunjang yang sering kali dilakukan untuk
mengetahui kondisi kesehatan, fungsi ginjal, serta apakah seseorang mengonsumsi obat-
obatan tertentu. Selain itu, pemeriksaan urine juga biasanya dilakukan pada ibu hamil untuk
memastikan kehamilan atau untuk mendeteksi preeklamsia.
Pemeriksaan urine dapat dilakukan sebagai bagian dari medical check-up rutin atau ketika
dokter mencurigai adanya penyakit tertentu, seperti penyakit ginjal, infeksi saluran kemih,
atau batu ginjal.
3. Elektrokardiogram (EKG)
Pemeriksaan penunjang ini sering digunakan untuk memantau kerja jantung, khususnya irama
detak jantung dan aliran listrik jantung. EKG juga dapat dilakukan untuk mendeteksi kelainan
jantung, seperti aritmia, serangan jantung, pembengkakan jantung, kelainan pada katup
jantung, dan penyakit jantung koroner.
Pemeriksaan EKG bisa dilakukan di tempat praktik dokter, IGD rumah sakit, atau di ruang
perawatan pasien, seperti di ICU atau di bangsal rawat inap.
Saat menjalani pemeriksaan EKG, pasien akan diminta untuk berbaring dan melepaskan baju
serta perhiasan yang dikenakan, selanjutnya dokter akan memasang elektroda di bagian dada,
lengan, dan tungkai pasien.
Ketika pemeriksaan berlangsung, pasien disarankan untuk tidak banyak bergerak atau
berbicara karena dapat mengganggu hasil pemeriksaan.
4. Foto Rontgen
Foto Rontgen merupakan jenis pemeriksaan penunjang yang menggunakan radiasi sinar-X
atau sinar Rontgen untuk menggambarkan kondisi berbagai organ dan jaringan tubuh.
Pemeriksaan ini biasanya dilakukan untuk mendeteksi:
Kelainan tulang dan sendi, termasuk patah tulang, radang sendi, dan pergeseran sendi
(dislokasi)
Kelainan gigi
Sumbatan saluran napas atau saluran cerna
Batu saluran kemih
Infeksi, seperti pneumonia, tuberkulosis, dan usus buntu
Pada kasus tertentu, dokter mungkin akan memberikan zat kontras kepada pasien melalui
suntikan atau per oral (diminum), agar hasil foto Rontgen lebih jelas.
Meski demikian, zat kontras ini kadang bisa menimbulkan beberapa efek samping, seperti
reaksi alergi, pusing, mual, lidah terasa pahit, hingga gangguan ginjal.
5. Ultrasonografi (USG)
Pemeriksaan penunjang ini sering dilakukan untuk mendeteksi kelainan di organ dalam tubuh,
seperti tumor, batu, atau infeksi pada ginjal, pankreas, hati, dan empedu.
Tak hanya itu, USG juga umum dilakukan sebagai bagian dari pemeriksaan kehamilan untuk
memantau kondisi janin serta untuk memandu dokter saat melakukan tindakan biopsi.
Sebelum pemeriksaan USG dilakukan, dokter mungkin akan meminta pasien untuk berpuasa
serta minum air putih dan menahan buang air kecil untuk sementara waktu. Pasien kemudian
akan diperbolehkan buang air kecil dan makan kembali setelah pemeriksaan USG selesai
dilakukan.
CT scan adalah pemeriksaan penunjang yang memanfaatkan sinar Rontgen dengan mesin
khusus untuk menciptakan gambar jaringan dan organ di dalam tubuh.
Gambar yang dihasilkan oleh CT scan akan terlihat lebih jelas daripada foto Rontgen biasa.
Pemeriksaan CT scan biasanya berlangsung sekitar 20–60 menit.
Untuk menghasilkan kualitas gambar yang lebih baik atau lebih akurat dalam mendeteksi
kelainan tertentu, seperti tumor atau kanker, dokter dapat menggunakan zat kontras saat
melakukan pemeriksaan CT scan.
7. Magnetic resonance imaging (MRI)
MRI sepintas mirip dengan CT scan, tetapi pemeriksaan penunjang ini tidak memanfaatkan
sinar Rontgen atau radiasi, melainkan gelombang magnet dan gelombang radio berkekuatan
tinggi untuk menggambarkan kondisi organ dan jaringan di dalam tubuh. Prosedur MRI
biasanya berlangsung selama 15–90 menit.
Pemeriksaan MRI dapat dilakukan untuk memeriksa hampir seluruh bagian tubuh, termasuk
otak dan sistem saraf, tulang dan sendi, payudara, jantung dan pembuluh darah, serta organ
dalam lainnya, seperti hati, rahim, dan kelenjar prostat.
Sama seperti CT scan dan foto Rontgen, dokter juga terkadang akan menggunakan zat kontras
untuk meningkatkan kualitas gambar yang dihasilkan pada pemeriksaan MRI.
8. Fluoroskopi
Fluoroskopi adalah metode pemeriksaan radiologis yang memanfaatkan sinar Rontgen untuk
menghasilkan serangkaian gambar menyerupai video. Pemeriksaan penunjang ini umumnya
dikombinasikan dengan zat kontras, agar gambar yang dihasilkan lebih jelas.
Fluorokospi biasanya digunakan untuk mendeteksi kelainan tertentu di dalam tubuh, seperti
kerusakan atau gangguan pada tulang, jantung, pembuluh darah, dan sistem pencernaan.
Fluoroskopi juga bisa dilakukan untuk membantu dokter ketika melakukan kateterisasi
jantung atau pemasangan ring jantung.
9. Endoskopi
Endoskopi bertujuan untuk memeriksa organ dalam tubuh dengan endoskop, yaitu alat
berbentuk selang kecil yang elastis dan dilengkapi kamera di ujungnya. Alat ini terhubung
dengan monitor atau layar TV, sehingga dokter dapat melihat kondisi organ dalam tubuh.
Pemeriksaan endoskopi biasanya dilakukan untuk memantau kondisi saluran cerna dan
mendiagnosis penyakit tertentu, seperti gastritis atau peradangan pada lambung, tukak
lambung, GERD, kesulitan menelan, perdarahan saluran pencernaan, serta kanker lambung.
Selain beberapa jenis pemeriksaan penunjang di atas, ada beberapa jenis pemeriksaan
penunjang lainnya yang juga sering dilakukan dokter, seperti:
Ekokardiografi
Biopsi
Elektroensefalografi (EEG)
Pemeriksaan tinja
Pemeriksaan cairan tubuh, seperti cairan otak, cairan sendi, dan cairan pleura
Pemeriksaan genetik
Ada banyak sekali jenis pemeriksaan penunjang dengan fungsi, kelebihan, dan
kekurangannya masing-masing. Suatu pemeriksaan penunjang mungkin cocok untuk
mendeteksi jenis penyakit tertentu, tapi tidak efektif untuk mendeteksi jenis penyakit lainnya.
Bahkan, kadang dibutuhkan beberapa jenis pemeriksaan penunjang untuk mendiagnosis suatu
penyakit.
1. Monitor
Monitor akan menampilkan grafis tentang kinerja organ tubuh, misalnya detak jantung, kadar
oksigen di dalam darah, atau tekanan darah.
2. Ventilator
Ventilator dapat membantu pasien bernapas. Alat ini dihubungkan dengan selang yang bisa
dimasukkan lewat hidung, mulut, atau tenggorokan.
Defibrilator diperlukan untuk memulihkan detak jantung normal jika tiba-tiba detak jantung
berhenti. Alat ini bekerja dengan cara mengirimkan kejutan listrik ke jantung agar jantung
bisa bekerja lagi.
4. Selang makanan
Selang makanan digunakan untuk memasukkan nutrisi yang dibutuhkan tubuh selama
perawatan, jika pasien dalam keadaan kritis dan tidak bisa makan sendiri. Biasanya alat ini
dimasukkan melalui hidung dan menuju lambung.
5. Infus
Infus berfungsi untuk memasukkan cairan, nutrisi, serta obat-obatan melalui pembuluh darah
vena.
6. Kateter
Kebanyakan pasien yang berada di ICU tidak bisa buang air kecil sendiri. Pada sebagian
pasien, jumlah cairan yang keluar dari tubuhnya, termasuk jumlah urine, juga harus dihitung
sebagai bagian dari pemantauan kondisi pasien. Oleh karena itu, dibutuhkan kateter yang
dimasukkan lewat lubang kencing untuk membuang urine dari dalam tubuh pasien.
Sejumlah peralatan medis ruang ICU di atas dibutuhkan untuk menunjang pasien agar tetap
bertahan hidup dan segera pulih. Walau mungkin terlihat mengerikan dan berisiko,
pemasangan alat-alat ini dilakukan berdasarkan pertimbangan yang akan menguntungkan
pasien. Selain itu, pasien juga akan selalu berada dalam pengawasan selama 24 jam.
Selama berada di ruang ICU/CVCU, pasien mungkin akan diberikan obat pereda rasa
sakit dan obat sedatif untuk membuat pasien tertidur. Hal ini dilakukan agar pasien tidak
terganggu dan resah oleh suara dan keberadaan peralatan medis.
Serangan jantung merupakan kondisi di mana salah satu pembuluh darah jantung mengalami
penyumbatan. Serangan jantung terkadang menunjukkan gejala seperti sesak napas tiba-tiba,
nyeri dada, dada terasa seperti ditekan, dan terasa penuh.
Rasa nyeri pada dada juga bisa timbul dan dapat menyebar ke bagian lain seperti pundak,
kedua lengan, punggung, perut, bahkan rahang bawah. Ini merupakan kondisi gawat darurat
yang membutuhkan penanganan cepat, dan perlu segera dibawa ke UGD rumah sakit, karena
serangan jantung yang tidak diobati dengan cepat dapat menyebabkan henti jantung.
Henti jantung adalah kondisi di mana fungsi jantung pasien berhenti secara tiba-tiba,
menyebabkan aliran darah terhenti. Kondisi ini dapat membuat pasien hilang kesadaran dan
tidak bernapas.
Penyakit jantung sering kali disamakan dengan penyakit kardiovaskular. Istilah penyakit
kardiovaskular digunakan untuk menyebut penyakit yang berhubungan dengan jantung dan
pembuluh darah, misalnya penyumbatan pembuluh darah. Tersumbatnya pembuluh darah bisa
mengakibatkan serangan jantung, nyeri dada (angina), atau stroke. Sementara itu, penyakit
jantung mengacu pada semua kelainan yang terjadi pada jantung. Selain penyempitan
pembuluh darah jantung, kelainan pada otot jantung, irama detak jantung, hingga katup
jantung termasuk ke dalam penyakit jantung.