Anda di halaman 1dari 67

E K O N O M I INTERNASIONAL

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN


ْ‫) ا ْق َرأ‬2(ٍ ‫علَق‬ َ ‫سانَ ِم ْن‬ َ ‫اْل ْن‬ َ َ‫) َخل‬1(َ ‫س ِم َربِكَ الَّذِي َخلَق‬
ِْ ‫ق‬ ْ ‫ا ْق َرأْ بِا‬
)5(‫ان َما لَ ْم يَ ْْعلَ ْم‬
َ ‫س‬َ ‫اْل ْن‬
ِ ْ ‫علَّ َم‬ َ ‫)الَّذِي‬3(‫َو َربُّكَ ْاْلَك َْرم‬
َ )4( ‫علَّ َم بِا ْلقَلَ ِم‬
‘Iqra’ (bacalah) denqan menyebut nama Tuhanmu yang
menciptakan. Dia telah Menciptakan manusia dari segumpal
darah. Iqra’ (bacalah), dan Tuhanmu lah yang Paling Pemurah,
yang Mengajar (manusia) dengan perantaraan kalam. Dia
Mengajarkan kepada manusia apa yang tidak diketahuinya.
(Q. Al ‘Alaq: 1-5)

• Belajar adalah hal menyenangkan yang membuat kita


mengetahui banyak hal di Dunia dan seisinya

• Jika kau tak sanggup menahan lelah karena belajar, maka kau
harus sanggup menahan derita karena kebodohan

• Hidup adalah proses dimana kita terus belajar tanpa ada batas
umur, tanpa ada kata tua

• Orang yang berhenti belajar akan menjadi pemilik masa lalu,


orang-orang yang masih terus belajar akan menjadi pemilik
masa depan

• Jika kamu gagal, hal yang harus kamu lakukan adalah bangkit
dan coba lagi

• Belajar bukan sekedar membaca, melainkan juga memahami

• Masa depan hanyalah milik mereka yang menyiapkan hari ini

• Belajar adalah investasi berharga untuk masa depan dan tidak


seperti harta yang suatu saat bisa habis

• Belajar itu mesti sabar, Belajar itu mesti merendah, Belajar itu
mesti semangat, Belajar itu mesti istiqomah
PENDAHULUAN

A. Pengertian dan Ruang Lingkup Ekonomi Internasional

Dalam perkembangan ekonomi dunia yang makin interdependent

dan global, konsekuensi terbesar dapat berupa peningkatan arus

perdagangan barang maupun uang antar negara. Batas negara juga makin

kurang relevan, khususnya dalam hal perpindahan uang dan investasi.

Masing-masing negara tentu saja berupaya untuk memperoleh manfaat

sebesar-besarnya dari perkembangan tersebut.

Sehubungan dengan hal tersebut di atas, kajian ilmu ekonomi juga

semakin berkembang dan maju, di mana dibutuhkan suatu kajian ekonomi

yang secara khusus membahas perekonomian dunia dengan melihat

keterkaitan hubungan ekonomi antar negara, dalam hal ini adalah ilmu

ekonomi internasional.

Ilmu ekonomi internasional adalah cabang ilmu ekonomi yang secara

khusus mempelajari segala sesuatu yang berkaitan dengan hubungan

ekonomi antar negara. Ilmu ekonomi internasional menggambarkan aplikasi

prinsip-prinsip teori ekonomi mikro dan ekonomi makro ke dalam konteks

internasional.

Ilmu ekonomi internasional mengaji teori perdagangan internasional,

kebijakan perdagangan internasional, pasar valuta asing dan neraca

pembayaran (balance of payment) yang ditinjau dari aspek teori ekonomi

mikro. ilmu ekonomi mikro membahas teori dan kebijakan perdagangan

internasional, sebab berhubungan dengan masing-masing negara sebagai

individu yang diperlakukan sebagai unit tunggal, serta berhubungan dengan

harga relatif satu komoditas. Teori perdagangan internasional menganalisis

Ekonomi Internasional 1 Muh. Ilham


2
dasar-dasar terjadinya perdagangan internasional serta keuntungan yang

diperolehnya. Kebijakan perdagangan internasional membahas alasan-

alasan serta pengaruh pembatasan perdagangan, serta hal-hal menyangkut

proteksionisme baru (new protectionism). Pasar valuta asing merupakan

kerangka kerja terjadinya pertukaran mata uang suatu negara dengan mata

uang negara lainnya.

Sementara dari aspek teori ekonomi makro, neraca pembayaran

(balance of payment) mengukur penerimaan total suatu negara dari negara-

negara lainnya di dunia dan total pembayaran ke negara-negara tersebut.

Ilmu ekonomi makro negara terbuka juga membahas mekanisme

penyesuaian dalam ketidaksesuaian neraca pembayaran (defisit dan

surplus) seperti halnya pengaruh saling ketergantungan antar negara di

bawah sistem moneter internasional yang berbeda, serta pengaruhnya

terhadap tingkat pendapatan nasional dan indeks harga umum serta

kesejahteraan suatu negara.

Hubungan ekonomi internasional berbeda dengan hubungan

ekonomi yang terjadi antar penduduk dalam suatu wilayah yang sama

(hubungan ekonomi dalam negeri). Dalam hubungan ekonomi internasional,

setiap negara selalu menerapkan beberapa pembatasan (restriksi) terhadap

arus barang, jasa, serta berbagai macam faktor produksi yang akan melintasi

batas negaranya. Hal tersebut tidak dilakukan secara internal (dalam negeri).

Selain itu, arus ekonomi internasional banyak dipengaruhi oleh perbedaan-

perbedaan bahasa, adat istiadat, serta hukum yang berlaku di masing-

masing negara. Selanjutnya, arus barang, jasa, dan sumber daya secara

internasional juga akan menimbulkan pembayaran dan penerimaan dalam

bentuk mata uang asing, yang nilainya selalu berubah sepanjang waktu.

Ekonomi Internasional Muh. Ilham


3
Ilmu ekonomi internasiomal telah mengalami perkembangan yang

cukup pesat dan berkelanjutan hingga saat ini. Perkembangan ilmu ekonomi

internasional tersebut tak lepas dari kontribusi banyak ahli ekonomi terkenal

seperti Adam Smith, David Ricardo, Jhon Stuart Mill, Alfred Marshall, Eli

Heckscher, Bertil Ohlin, Paul Anthoni Samuelson, dan lain-lain.

Ilmu ekonomi internasional akan terus berkembang, tentunya tidak

lepas dari berbagai masalah ekonomi internasional yang terus bermunculan.

Misalnya dalam kaitannya dengan perdagangan internasional, masalah yang

serius dihadapi dunia saat ini adalah meningkatknya proteksionisme di

berbagai negara maju (developed countries) serta kecenderungan negara-

negara di dunia membentuk blok-blok perdagangan, walaupun di sisi lain

negara-negara maju terus mendengungkan adanya perdagangan bebas.

Berkaitan dengan masalah moneter internasional adalah menyangkut

ketidakstabilan kurs valuta asing yang terus berlanjut, serta besarnya dan

menetapnya misalignment (yaitu fakta bahwa kurs dapat berada jauh di luar

keseimbangan untuk jangka waktu lama). Masalah ekonomi internasional

lainnya yang dianggap serius antara lain munculnya tingkat pengangguran

yang cukup tinggi, serta tingginya kemiskinan dan melebarnya jurang

ketidakadilan (inequlities) yang dihadapi berbagai negara miskin di dunia.

Oleh karena itu, melalui hubungan ekonomi antar negara yang terjadi secara

murni diharapkan mampu melihat dan mengatasi berbagai permasalahan

yang dihadapi oleh masing-masing negara maupun secara global.

Hubungan ekonomi antar suatu negara dengan negara lainnya

(hubungan ekonomi internasional) meliputi berbagai macam kegiatan yang

dapat digolongkan dalam tiga bentuk, yaitu :

Ekonomi Internasional Muh. Ilham


4
1. Hubungan ekonomi yang terjadi karena adanya pertukaran atau

perdagangan barang dan jasa yang dihasilkan.

2. Hubungan ekonomi yang terjadi karena adanya pertukaran sumber daya

ekonomi atau faktor-faktor produksi.

3. Hubungan ekonomi yang terjadi karena adanya hubungan hutang

piutang.

Ketiga bentuk hubungan ekonomi tersebut memiliki kaitan yang

erat satu sama lain. Misalnya, hubungan hutang piutang antara suatu

negara dengan negara lainnya dapat terjadi karena adanya hubungan

perdagangan barang dan jasa, atau karena adanya hubungan pertukaran

faktor-faktor produksi.

Terjadinya hubungan ekonomi internasional didorong oleh

perbedaan antar negara, perbedaan yang dimaksud adalah :

1. Iklim dan kesuburan tanah. Perbedaan iklim dan kesuburan tanah

mengakibatkan adanya perbedaan barang hasil-hasil pertanian, hasil

tambang dan mineral, serta sumber alam lainnya.

2. Kebudayaan dan gaya hidup. Perbedaan kebudayaan dan gaya hidup

masing-masing negara mengakibatkan perbedaan barang-barang yang

dihasilkan oleh masing-masing negara. Barang-barang seni atau

kerajinan yang dihasilkan suatu negara sangat diwarnai oleh

kebudayaan dan gaya hidup masyarakatnya.

3. Penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi. Perbedaan ilmu

pengetahuan dan teknologi berimplikasi pada timbulnya perbedaan jenis

barang yang dihasilkan. Negara dengan teknologi lebih maju cenderung

lebih banyak menghasilkan barang-barang industri. Sebaliknya negara

Ekonomi Internasional Muh. Ilham


5
yang belum maju teknologinya lebih banyak menghasilkan barang-

barang agraris.

4. Kebutuhan yang semakin bertambah. Semakin maju suatu masyarakat,

maka kebutuhannya semakin banyak, sehingga relatif terbatas untuk

memenuhinya apabila hanya mengandalkan hasil produksi dalam negeri.

5. Adanya spesialisasi internasional. Negara agraris akan mengembangkan

produksi pertanian yang padat tenaga kerja (labor intensif), sedangkan

negara yang relatif lebih tandus akan mengembangkan teknologi yang

menghasilkan barang-barang industri dengan padat modal (capital

intensif).

6. Semakin berkembangnya kegiatan perusahaan multinasional

(multinational corporation). Dewasa ini kegiatan perusahaan besar

banyak yang beroperasi di berbagai negara, sehingga hubungan

ekonomi semakin berkembang.

Dengan berbagai perbedaan antar negara di dunia, maka melalui

hubungan ekonomi internasional diharapkan masing-masing negara yang

melakukan hubungan dapat saling memetik manfaat yang berarti, baik

untuk kepentingan nasional masing-masing negara maupun dunia

internasional pada umumnya.

B. Manfaat Hubungan Ekonomi Internasional

Hubungan ekonomi yang berlangsung antar negara dapat memberi


manfaat dan keuntungan bagi masing-masing negara yang melakukan
hubungan ekonomi, yaitu di antaranya :
1. Negara-negara yang melakukan hubungan ekonomi dapat memperoleh
barang-barang dan jasa-jasa yang tidak dapat diproduksi sendiri di dalam
negeri.

Ekonomi Internasional Muh. Ilham


6
2. Masing-masing negara dapat melakukan spesialisasi dalam memproduksi
barang ataupun jasa yang efisiensinya lebih tinggi di banding negara lain,
atau suatu negara dapat memproduksi barang ataupun jasa dengan
harga yang relatif rendah di banding negara lainnya.
3. Memungkinkan dilakukannya perluasan pasar bagi barang-barang
ataupun jasa yang diproduksi di dalam negeri tetapi tidak dapat lagi
dinaikkan penjualannya di dalam negeri, karena kebutuhan di dalam
negeri sudah terpenuhi, sementara kapasitas penggunaan faktor-faktor
produksi belum optimal. Dalm kondisi demikian, maka perlu melakukan
ekspor ke luar negeri, sehingga kapasitas produksi tetap dapat
ditingkatkan dengan penggunaan alat-alat produksi yang semakin efisien.
4. Memungkinkan terjadinya arus faktor-faktor produksi dari suatu negara ke
negara lainnya. Misalnya arus modal dari negara yang memiliki modal ke
negara yang relatif kekurangan modal. Arus modal (dana) tersebut dapat
terjadi melalui investasi maupun hutang piutang. Demikian halnya dengan
arus tenaga kerja, baik kuantitas maupun kualitas.
5. Memungkinkan terjadinya alih teknologi dari suatu negara ke negara
lainnya, berupa penggunaan teknik produksi yang lebih modern dan tepat
guna, pengelelolaan perusahaan yang lebih modern. Hal tersebut
memungkinkan suatu negara dapat meningkatkan produktivitasnya.

C. Rangkuman
1. Ilmu ekonomi internasional adalah cabang ilmu ekonomi yang secara

khusus mempelajari segala sesuatu yang berkaitan dengan hubungan

ekonomi antar negara. Ilmu ekonomi internasional menggambarkan

aplikasi prinsip-prinsip teori ekonomi mikro dan ekonomi makro ke dalam

konteks internasional.

2. Hubungan ekonomi antar suatu negara dengan negara lainnya dapat

berbentuk :

Ekonomi Internasional Muh. Ilham


7
a. Pertukaran atau perdagangan barang dan jasa yang dihasilkan.

b. Pertukaran sumber daya ekonomi atau faktor-faktor produksi.

c. Hubungan hutang piutang.

3. Terjadinya hubungan ekonomi internasional didorong oleh perbedaan antar

negara, yakni :

a. Iklim dan kesuburan tanah.

b. Kebudayaan dan gaya hidup.

c. Penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi.

d. Kebutuhan yang semakin bertambah.

e. Adanya spesialisasi internasional.

f. Semakin berkembangnya kegiatan perusahaan multinasional

(multinational corporation).

4. Hubungan ekonomi yang berlangsung antar negara dapat memberi

manfaat dan keuntungan bagi masing-masing negara yang melakukan

hubungan ekonomi, yaitu di antaranya :

a. Dapat memperoleh barang-barang dan jasa-jasa yang tidak dapat

diproduksi sendiri di dalam negeri.

b. Dapat melakukan spesialisasi.

c. Memungkinkan dilakukannya perluasan pasar.

d. Memungkinkan terjadinya arus faktor-faktor produksi dari suatu

negara ke negara lainnya.

e. Memungkinkan terjadinya alih teknologi dari suatu negara ke negara

lainnya.

D. Soal-Soal Latihan
1. Jelaskan ruang lingkup dan pengertian ekonomi internasional
2. Jelaskan dalam kerangka apa hubungan ekonomi internasional dapat terjadi.

Ekonomi Internasional Muh. Ilham


8
3. Uraikan perbedaan-perbedaan apa saja yang terjadi sehingga timbul
hubungan ekonomi internasional
4. Jelaskan manfaat hubungan ekonomi internasional

Ekonomi Internasional Muh. Ilham


TEORI PERDAGANGAN INTERNASIONAL

A. Pengertian dan Ruang Lingkup Perdagangan Internasional

Perdagangan atau pertukaran barang dan jasa antara penduduk suatu

negara dengan penduduk negara lain merupakan salah satu bentuk

hubungan ekonomi internasional. Perdagangan timbul karena salah satu

atau kedua belah pihak memperoleh manfaat tambahan dari kegiatan

tersebut.

Suatu perdagangan yang murni dapat terjadi atas dasar suka rela antara

kedua belah pihak, yaitu hubungan perdagangan yang terjadi tanpa adanya

tekanan dari satu pihak terhadap pihak lainnya atau tanpa dikaitkan dengan

faktor-faktor di luar faktor ekonomi. Jadi secara teoritis terjadinya hubungan

perdagangan didasari oleh manfaat ekonomi yang dapat diperoleh masing-

masing negara.

Dalam kenyataannya sering kita mengamati bahwa terjadinya

hubungan perdagangan antar suatu negara dengan negara lainnya seringkali

dikaitkan dengan faktor non ekonomi, misalnya faktor politik. Seringkali kita

mengamati kebanyakan negara-negara berkembang mengalami tekanan-

tekanan baik politik maupun ekonomi dari negara-negara maju yang memiliki

kekuatan ekonomi dan politik internasional. Negara-negara berkembang

terpaksa harus tunduk terhadap berbagai kebijakan ekonomi maupun politik

negara-negara maju dalam melakukan hubungan perdagangan ataupun

hubungan ekonomi secara umum dengan negara-negara maju. Namun

demikian, dalam pembahasan perdagangan internasional kita hanya mengaji

dari aspek ekonomi.

Ekonomi Internasional 9 Muh. Ilham


10
B. Pandangan Merkantilisme Mengenai Perdagangan Internasional

Merkantilisme merupakan suatu sistem tentang kebijakan ekonomi

yang dianjurkan dan dipraktekkan sekelompok negarawan-negarawan Eropa

pada abad XVI dan XVII. Oleh Adam Smith (1776) menamakan sistem ini

dengan “The commercial or mercantile system”. Jadi merkantilisme belum

merupakan suatu teori perdagangan, akan tetapi masih merupakan ide yang

dianjurkan oleh para penganjurnya, antara lain Sir Josiah Child, Thomas

Mun, Jean Bodin, Von Hornich, dan telah dipraktekkan di negara-negara

Eropa pada masa tersebut di atas.

Adapun ide pokok merkantilisme dalam kebijakan perdagangan luar

negeri adalah : 1) Penumpukan logam mulia, 2) Keinginan untuk mencapai

dan mempertahankan kelebihan nilai ekspor terhadap nilai impor.

Pada dasarnya ide merkantilisme tersebut berkembang berkaitan

dengan tujuan merkantilisme yaitu pembentukan negara nasional yang kuat

dan pemupukan kemakmuran nasional untuk mempertahankan dan

mengembangkan kekuatan negara. Guna mencapai tujuan tersebut, maka

alat yang dapat digunakan adalah melalui perdagangan internasional. Sir

Josiah Child (1630-1699) menyatakan yang artinya bahwa “perdagangan

luar negeri menghasilkan kekayaan, kekayaan menghasilkan kekuasaan,

kekuasaan melindungi/mempertahankan perdagangan dan agama kita”.

Merkantilisme beranggapan bahwa untuk mencapai kekayaan,

kemakmuran dan kekuasaan, maka logam mulia harus diperbanyak melalui

perdagangan yang surplus. Melalui perdagangan yang surplus dapat

diperoleh logam mulia. Logam mulia atau uang lebih berharga dari pada

barang-barang lainnya. Oleh karena itu pada awal perkembangan

Ekonomi Internasional Muh. Ilham


11
merkantilisme, eskpor logam mulia tidak diperbolehkan, karena dapat

mengurangi cadangan di dalam negeri.

Untuk menghasilkan neraca perdagangan yang menguntungkan

(surplus), maka merkantilsme menempuh kebijakan perdagangan yang

protektif, di mana ekspor harus didorong berupa pemberian subsidi terhadap

industri barang-barang ekspor, pelarangan ekspor bahan mentah agar harga

bahan mentah domestik tetap rendah. Sebaliknya untuk barang-barang impor

dibatasi sedemikian rupa dengan menetapkan tarif yang cukup tinggi ataupun

larangan secara langsung masuknya barang-barang impor apabila dapat

dihasilkan sendiri di dalam negeri.

Selanjutnya di bidang ketenagakerjaan, diterapkan pelarangan emigrasi

bagi tenaga-tenaga teknisi, upah tenaga kerja harus dipertahankan serendah

mungkin, agar harga barang-barang dan jasa-jasa di dalam negeri tetap

murah di banding harga barang-barang impor. Kebijakan lain yang

diterapkan oleh merkantilisme adalah kebijakan monopoli perdagangan

dalam upaya memperoleh daerah-daerah jajahan.

Ide kebijakan perdagangan yang dikembangkan oleh kaum

merkantilisme terutama menyangkut penumpukan logam mulia dikritik oleh

David Hume dengan mekanisme otomatis dari aliran logam mulia-harga

(price-specie flow mechanism). Logam mulia merupakan alat pembayaran

yang digunakan dalam perdagangan. Apabila ekspor lebih besar dari pada

impor, maka terjadi aliran uang masuk yang semakin banyak (jumlah uang

beredar bertambah). Bertambahnya uang beredar di dalam negeri yang tidak

diimbangi dengan peningkatan produksi barang dan jasa, maka akan terjadi

inflasi atau kenaikan harga. Kenaikan harga dalam negeri tentu

mengakibatkan naiknya harga barang ekspor, sehingga volume ekspor

Ekonomi Internasional Muh. Ilham


12
menurun. Di sisi lain, harga barang impor menjadi lebih rendah, sehingga

volume impor meningkat. Kondisi demikian mengakibatkan neraca

perdagangan menjadi defisit (ekspor lebih kecil dari pada impor) yang

berdampak pada berkurangnya uang beredar (logam mulia). Berkurangnya

logam mulia atau uang beredar mengakibatkan kemakmuran negara yang

bersangkutan menjadi lebih rendah, karena logam mulia identik dengan

kekayaan dan kemakmuran. Dengan demikian melalui mekanisme

penyesuaian neraca perdagangan otomatis (price-specie flow mechanism),

tidaklah mungkin untuk dapat mempertahankan neraca perdagan yang

surplus.

Selanjutnya, penumpukan logam mulia oleh individu mengakibatkan

inefisiensi ekonomi yang dapat menghambat perkembangan kegiatan

ekonomi, di mana investasi produktif yang dilakukan menurun, sehingga

produksi barang dan jasa tidak dapat ditingkatkan yang berdampak pada

menurunnya kekayaan dan kemakmuran nasional. Dengan adanya kritik

tersebut, maka ide merkantilisme tidak relevan lagi.

C. Teori Perdagangan Internasional : Klasik

1. Teori Keunggulan Absolut

Teori keunggulan absolut atau keunggulan mutlak (absolut

advantage) dikemukakan oleh Adam Smith sebagai kritik terhadap ide-ide

yang dikemukakan oleh merkantilisme. Kritik Adam Smith tersebut adalah

dengan mengemukakan pendapat sebagai berikut :

1) Ukuran kemakmuran suatu negara bukanlah ditentukan oleh banyaknya

logam mulia (uang). Tetapi kemakmuran suatu negara ditentukan oleh

besarnya Gross Domestic Produkct (GDP). Jadi yang penting adalah

apa yang dapat dibeli dengan uang yang dimiliki.

Ekonomi Internasional Muh. Ilham


13
2) Untuk meningkatkan GDP dan perdagangan luar negeri, maka

pemerintah harus mengurangi intervensinya dalam perekonomian,

sehingga akan tercipta perdagangan bebas (free trade). Perdagangan

bebas akan menimbulkan persaingan (competition) yang semakin ketat,

sehingga mendorong masing-masing negara untuk melakukan

spesialisasi/pembagian kerja internasional berdasarkan keunggulan

absolut yang dimiliki oleh masing-masing negara. Keunggulan absolut

diartikan sebagai keunggulan yang dinyatakan dengan banyaknya jam

kerja per hari yang dibutuhkan untuk membuat barang-barang ataupun

jasa-jasa. Jadi keunggulan absolut diperoleh apabila suatu negara

mampu memproduksikan suatu barang ataupun jasa dengan jumlah jam

per hari kerja yang lebih sedikit dibandingkan seandainya barang/jasa

tersebut dibuat oleh negara lain.

3) Spesialisasi internasional akan mendorong masing-masing negara untuk

memfokuskan produksinya pada barang-barang tertentu yang sesuai

dengan keunggulan yang dimilikinya, baik itu keunggulan alamiah

(natural advantage) ataupun keunggulan yang diperkembangkan

(acquired advantage). Keunggulan alamiah adalah keunggulan yang

diperoleh karena sesuatu negara memiliki sumber daya alam yang tidak

dimiliki oleh negara lain, baik kuantitas maupun kualitas. Keunggulan

yang diperkembangklan adalah keunggulan yang diperoleh karena

sesuatu negara telah mampu mengembangkan kemampuan dan

keterampilan dalam menghasilkan produk-produk yang diperdagangkan

yang belum dimiliki oleh negara lain.

4) Spesialisasi internasional dapat memberikan hasil berupa manfaat

perdagangan (gains of trade) berupa kenaikan produktivitas dan

Ekonomi Internasional Muh. Ilham


14
efisiensi, sehingga terjadi kenaikan GDP dan perdagangan luar negeri

yang berimplikasi pada kenaikan produksi dan konsumsi barang dan

jasa yang identik dengan peningkatan kemakmuran suatu negara.

Berdasarkan teori keunggulan absolut bahwa setiap negara akan

memperoleh manfaat perdagangan internasional karena melakukan

spesialisasi produksi dan mengekspor barang/jasa jika negara tersebut

memiliki keunggulan mutlak serta mengimpor barang jika negara tersebut

tidak memiliki keunggulan mutlak untuk suatu barang tertentu. Jadi suatu

negara dapat melakukan perdagangan dengan negara lain dan akan saling

memperoleh keuntungan jika masing-masing negara tersebut mempunyai

keunggulan mutlak terhadap barang-barang yang mereka produksi.

Teori keunggulan absolut ini didasarkan pada beberapa asumsi pokok

antara lain sebagai berikut :

1. Faktor produksi yang diperhitungkan hanya tenaga kerja

2. Kualitas barang yang diproduksikan kedua negara sama.

3. Pertukaran dilakukan secara barter (tanpa menggunakan uang).

4. Biaya transport diabaikan.

Berikut ini akan diberikan contoh terjadinya hubungan perdagangan

antara dua negara berdasarkan model keunggulan absolut.

Tabel 1 : Keunggulan Absolut Berdasarkan Jam Kerja Per Satuan Output.


Negara Kain Timah Dasar Tukar Domestik (DTD)
Indonesia 15 menit/meter 60 menit/kg 1 kg timah = 4 meter kain
Malaysia 10 menit/meter 100 menit/gram 1 kg timah = 10 meter kain

Tabel 1 menunjukkan bahwa Indonesia dapat menghasilkan timah per

kg dalam waktu 60 menit, sedangkan kain dapat dihasilkannya dalam waktu

15 menit per meter. Di pihak lain, Malaysia dapat menghasilkan timah per kg

dalam waktu 100 menit dan dapat menghasilkan kain per meter dalam waktu

Ekonomi Internasional Muh. Ilham


15
10 menit. Dengan demikian Indonesia memiliki keunggulan absolut dalam

produksi timah, karena jumlah jam kerja yang digunakan untuk menghasilkan

1 kg timah lebih rendah di banding jumlah jam kerja yang digunakan

Malaysia. Sebaliknya Malaysia memiliki keunggulan absolut dalam produksi

kain, karena jumlah jam kerja yang digunakannya lebih rendah bila di

bandingkan jumlah jam kerja yang digunakan Indonesia dalam produksi kain.

Apabila kedua negara mengadakan hubungan perdagangan, maka

Indonesia akan mengekspor timah dan megimpor kain, sebaliknya Malaysia

akan mengekspor kain dan mengimpor timah. Kedua negara akan

memperoleh keuntungan apabila dasar tukar internasional (DTI) berada di

antara dasar tukar domestik (DTD) masing-masing negara. Dimisalkan DTI

yang berlaku adalah 1 kg timah = 7 meter kain. Keuntungan yang dapat

diperoleh Indonesia melalui perdagangan tersebut adalah Indonesia akan

memperoleh keuntungan 3 meter kain, karena di Indonesia 1 kg timah hanya

dapat ditukarkan sebanyak 4 meter kain, sementara dalam perdagangan

internasional 1 kg timah dapat ditukarkan sebanyak 7 meter kain. Demikian

halnya Malaysia akan memperoleh keuntungan 3 meter kain, karena di

Malaysia 10 meter kain hanya dapat ditukarkan dengan 1 kg timah,

sementara dalam perdagangan internasional untuk memperoleh 1 kg timah

Malaysia cukup menukarkannya dengan 7 meter kain, atau Malaysia dapat

memperoleh tambahan 1 kg timah menjadi 1,43 kg timah apabila

menukarkan 10 meter kain (yaitu 10 ; 7 = 1,43)

Jika jumlah jam kerja tenaga kerja dikonversi ke ongkos produksi yang

kemudian menentukan harga barang (berdasarkan asumsi hanya faktor

produksi tenaga kerja yang diperhitungkan), maka dapat dikatakan bahwa

harga kain di Indonesia 1,5 kali lebih mahal di banding harga kain di

Ekonomi Internasional Muh. Ilham


16
Malaysia (yaitu 15 menit/meter : 10 menit/permeter). Sebaliknya, harga timah

di Malaysia 1,67 kali lebih mahal di banding harga timah di Indonesia. Oleh

karena itu, rasional jika Indonesia sebaiknya hanya memproduksi timah

kemudian mengekspor ke Malaysia, dan mengimpor kain dari Malaysia.

Sebaliknya, Malaysia akan lebih baik jika hanya memproduksi kain kemudian

mengekspor ke Indonesia, dan mengimpor timah dari Indonesia.

Selanjutnya dalam bentuk lain dapat diberikan contoh berdasarkan

jumlah output per tenaga kerja dalam 1 hari (8 jam kerja).

Tabel 2 : Keunggulan absolut berdasarkan jumlah output per tenaga kerja


per hari (8 jam kerja)
Negara Kain Timah Dasar Tukar Domestik (DTD)
Indonesia 32 meter 8 kg 1 kg timah = 4 meter kain, atau
8 kg timah = 32 meter kain
Malaysia 48 meter 4,8 kg 1 kg timah = 10 meter kain, atau
8 kg timah = 80 meter kain

Penjelasan tabel 1 dapat pula digunakan untuk penjelasan tabel 2.

Untuk penjelasan dengan angka yang berbeda yaitu berdasarkan jumlah

output yang dihasilkan per tenaga kerja per hari dengan DTI 1 kg timah

= 7 meter kain, maka Indonesia berdasarkan output yang dihasilkannya

pada tabel 2 apabila mengadakan perdagangan dengan Malaysia, maka

8 kg timah dapat ditukar dengan 56 meter kain (yaitu 8 x 7 = 56),

sehingga Indonesia akan memperoleh total keuntungan 24 meter kain,

karena melalui perdagangan internasional 8 kg timah dapat ditukarkan

sebanyak 56 meter kain, sementara perdagangan di domestik Indonesia

hanya akan memperoleh 32 meter kain (8 x 4 = 32), yang berarti ada

tambahan keuntungan sebesar 24 meter kain. Selanjutnya Malaysia

berdasarkan output yang dihasilkannya apabila mengadakan

Ekonomi Internasional Muh. Ilham


17
perdagangan dengan Indonesia pada DTI 1 kg timah = 7 meter kain

(atau 8 kg timah = 56 meter kain), maka Malaysia akan memperoleh

keuntungan 24 meter kain, karena di domestik (Malaysia) 8 kg timah

dapat ditukarkan dengan 80 meter kain, sementara dalam perdagangan

internasional 8 kg timah cukup ditukarkan sebanyak 56 meter kain. Atau

jika dihitung keuntungan dalam perolehan timah, maka dalam

perdagangan domestik 80 meter kain dapat ditukar dengan 8 kg timah,

sedangkan dalam perdagangan internasional 80 meter kain dapat

ditukar dengan 11,43 kg timah (80 : 7 = 11,43), dengan demikian

Malaysia akan memperoleh tambahan sebanyak 3,43 kg timah.

Apabila kedua negara tidak memperdagangkan seluruh jumlah

outputnya antara kedua jenis barang berdasarkan tabel 1 dan 2, maka

akan terjadi surplus. Dengan surplus tersebut, maka kedua negara akan

menukarkannya dengan jenis barang lainnya yang diproduksikan oleh

negara mitra dagangnya, atau bahkan mencari pasar di negara lainnya.

Dengan demikian perdagangan bebas melalui keunggulan absolut akan

menciptakan spesialisasi internasional yang dilakukan oleh masing-

masing negara dan semakin memperluas perdagangan internasional,

memperbesar output dan konsumsi, serta meningkatkan kemakmuran

penduduk negara-negara yang mengadakan hubungan perdagangan.

2. Teori Keunggulan Komparatif : David Ricardo

Penjelasan mengenai hukum keunggulan komparatif dikemukakan

oleh David Ricardo dalam bukunya Principles of Political Economy and

Taxation (1817). Menurut hukum keunggulan komparatif, meskipun

sebuah negara kurang efisien dibanding (atau memiliki kerugian absolut

Ekonomi Internasional Muh. Ilham


18
terhadap) negara lain dalam memproduksi kedua jenis komoditi yang

dihasilkan, namun masih tetap terdapat dasar untuk melakukan

perdagangan yang menguntungkan kedua belah pihak. Negara A misalnya

harus melakukan spesialisasi dalam memproduksi dan mengekspor

komoditi yang memiliki kerugian absolut lebih kecil (yang merupakan

komoditi yang memiliki keunggulan komparatif) dan mengimpor komoditi

yang memiliki kerugian absolut cukup besar (komoditi yang memiliki

kerugian komparatif). Jadi harga sesuatu barang tergantung dari

banyaknya tenaga kerja yang dicurahkan untuk memproduksi barang

tersebut.

Teori keunggulan absolut tidak dapat digunakan sebagai dasar

dalam perdagangan internasional apabila salah satu negara memiliki

keunggulan absolut atas kedua jenis komoditi. Atau dengan kata lain

bahwa bila salah satu negara memiliki keunggulan absolut atas kedua

jenis komoditi, maka perdagangan tidak akan terjadi. Namun dengan teori

keunggulan komparatif, perdagangan internasional antara dua negara

masih dapat berlangsung walaupun salah satu negara memiliki

keunggulan absolut atas kedua jenis komoditi. Hal tersebut dapat

dijelaskan pada contoh di bawah ini.

Tabel 3 : Keunggulan komparatif berdasarkan jam kerja per satuan


output : David Ricardo
Negara Permadani Sutra Dasar Tukar Domestik (DTD)
India 30 menit/meter 24 menit/meter 1 meter sutra = 0,8 meter
permadani
Malaysia 40 menit/meter 50 menit/meter 1 meter sutra = 1,25 meter
permadani

Pada tabel 3 bila dilihat jumlah jam (waktu) yang digunakan tanpa

memperhatikan perbandingan dasar tukar domestik antara permadani

Ekonomi Internasional Muh. Ilham


19
dan sutra di kedua negara, tampaknya India memiliki keunggulan absolut

atas permadani dan sutra, karena India dapat menghasilkan permadani

dalam waktu 30 menit/meter, sedangkan Malaysia menggunakan waktu

yang lebih banyak 40 menit/meter, begitu pula sutra, India hanya

menggunakan waktu 24 menit/meter, sedangkan Malaysia menggunakan

50 menit/meter. Dengan demikian berdasarkan teori keunggulan absolut,

perdagangan antara India dan Malaysia tidak akan terjadi, karena India

memiliki keunggulan absolut atas kedua jenis komoditi.

Bila didasarkan pada teori keunggulan komparatif, perdagangan

antara India dan Malaysia masih tetap akan terjadi, karena secara

komparatif India memiliki keunggulan atas sutra dan Malaysia memiliki

keunggulan atas permadani. Hal tersebut dapat dilihat berdasarkan dasar

tukar domestik masing-masing negara, yaitu DTD di India adalah 1 meter

sutra dapat ditukar dengan 0,8 meter permadani, sementara di Malaysia 1

meter sutra dapat ditukar dengan 1,25 meter permadani. Atau dengan

kata lain bahwa di India harga sutra lebih murah di banding harga

permadani (karena ongkos produksinya hanya 24/50 atau 48 % dari

ongkos produksi sutra di Malaysia, sedang ongkos produksi permadani

30/40 atau 75 % dari ongkos produksi permadani di Malaysia). Sebaliknya

di Malaysia harga permadani lebih murah dibandingkan harga sutra

(karena ongkos produksi permadani adalah 40/30 atau 133,33 % dari

ongkos produksi di India, sedangkan ongkos produksi sutra adalah

208,33 % dari ongkos produksi di India).

Perbedaan harga komoditi di kedua negara dapat pula dijelaskan

sebagai berikut : harga relatif sutra terhadap permadani di India sebesar

Ekonomi Internasional Muh. Ilham


20
(24/30 = 0,8) adalah lebih rendah di banding Malaysia sebesar ( 50/40 =

1,25), dan harga relatif permadani terhadap sutra di Malaysia sebesar

(40/50 = 0,8) adalah lebih rendah di banding India sebesar (30/24 = 1,25).

Menurut Ricardo bahwa keuntungan perdagangan dapat diperoleh

kedua negara yang melakukan hubungan perdagangan apabila dasar

tukar internasional (DTI) 1 : 1. Dengan DTI 1 : 1, maka India akan

memperoleh keuntungan sebanyak 0,2 meter permadani, karena di

domestiik 1 meter sutra dapat ditukar dengan 0,8 meter permadani, tetapi

melalui perdagangan internasional 1 meter sutra dapat ditukar dengan 1

meter permadani. Selanjutnya, Malaysia memperoleh keuntungan

sebanyak 0,25 meter sutra, karena di domestik 1 meter sutra dapat

ditukar dengan 1,25 meter permadani, tetapi dengan perdagangan

internasional 1 meter sutra dapat ditukar dengan 1 meter permadani,

dalam hal ini keuntungan Malaysia adalah berupa efisiensi dalam

menukarkan permadani, yaitu dari 1,25 meter permadani menjadi hanya 1

meter permadani untuk memperoleh 1 meter sutra.

Selanjutnya dalam bentuk lain, yaitu banyaknya komoditi yang

dapat dihasilkan per tenaga kerja dalam satu hari dengan jumlah jam

kerja 8 jam per hari adalah sebagaimana pada tabel berikut :

Tabel 4 : Keunggulan komparatif berdasarkan output per tenaga kerja per


hari (8jam kerja) : David Ricardo
Negara Permadani Sutra Dasar Tukar Domestik (DTD)
India 16 meter 20 meter 1 meter sutra = 0,8 meter permadani
20 meter sutra = 16 meter permadani
Malaysia 12 meter 9,6 meter 1 meter sutra = 1,25 meter permadani
9,6 meter sutra = 12 meter permadani

Ekonomi Internasional Muh. Ilham


21
Berdasarkan tabel 4 setiap tenaga kerja di India dapat menghasilkan

permadani dalam sehari sebanyak 16 meter dan sutra sebanyak 20 meter,

sedangkan Malaysia dapat menghasilkan 12 permadani dan 9,6 meter sutra.

Apabila kedua negara melakukan perdagangan dengan DTI 1 : 1,

maka India dapat memperoleh permadani sebanyak 20 meter (ada

tambahan 4 meter permadani, yaitu dari 16 meter menjadi 20 meter), dan

Malaysia dapat memperoleh sutra sebanyak 12 meter (ada tambahan

sebanyak 2,4 meter sutra, yaitu dari 9,6 meter menjadi 12 meter).

Apabila DTD kedua negara atau salah satu negara sama dengan

DTI 1 : 1, maka perdagangan antara kedua negara kecil kemungkinan

untuk terjadi karena perdagangan luar negeri menghasilkan keuntungan

sama dengan perdagangan domestik. Demikian halnya bila DTD kedua

negara adalah 1 : 1, maka perdagangan juga tidak terjadi karena salah

satu negara akan memperoleh kerugian. Jadi perdagangan yang akan

memberi keuntungan kedua negara apabila DTI 1 : 1 berada di antara

DTD masing-masing negara.

3. Teori Keunggulan komparatif : Jhon Stuart Mill


Teori ini menyatakan bahwa nilai suatu barang ditentukan oleh

banyaknya tenaga kerja yang dicurahkan untuk memproduksi barang

tersebut. Makin banyak tenaga kerja yang digunakan untuk memproduksi

suatu barang, makin mahal harga barang tersebut.

Suatu negara akan memproduksi dan mengekspor barang yang

memiliki keunggulan komparatif terbesar dan mengimpor barang yang

memiliki relatif kerugian komparatif. Atau dengan kata lain suatu negara

akan memproduksi dan mengekspor barang yang dapat dihasilkan

Ekonomi Internasional Muh. Ilham


22
dengan harga relatif murah dan mengimpor barang yang apabila

diproduksi sendiri menggunakan ongkos produksi yang relatif lebih besar.

Pada dasarnya teori keunggulan komparatif yang dikemukakan

David Ricardo dan J.S. Mill sama, yang membedakan adalah penentuan

dasar tukar internasional (DTI). Menurut Ricardo bahwa perdagangan

yang dapat memberikan keuntungan kedua belah pihak adalah DTI 1 : 1,

sedangkan J.S. Mill DTI tidak perlu 1 : 1, asalkan DTI berada di antara

DTD masing-masing negara, maka perdagangan kedua belah pihak dapat

dilaksanakan dengan memberikan keuntungan kedua-duanya.

Tabel 5 : Keunggulan komparatif berdasarkan jam kerja per satuan


output : J.S. Mill.
Negara Sutra Permadani Dasar Tukar Domestik (DTD)
Iran 2 jam/meter 4 jam/meter 1 meter permadani = 2 meter sutra
Indonesia 1 jam/meter 5 jam/meter 1 meter permadani = 5 meter sutra

Berdasarkan tabel 5 apabila DTI 1 : 1, maka perdagangan antara

Iran dan Indonesia tidak akan terjadi, karena kedua negara hanya

bersedia menukarkan sutra untuk memperoleh permadani. Jika Iran

berspesialisasi pada permadani, maka dengan DTI 1 meter permadani =

1 meter sutra berarti dalam perdagangan internasional Iran akan

mengalami kerugian sebesar 1 meter sutra (yaitu dari 2 meter sutra yang

dapat ditukarkan dengan 1 meter permadani di dalam negeri, sedangkan

di luar negeri Iran hanya akan memperoleh 1 meter sutra). Sebaliknya,

Indonesia jika berspesialisasi pada sutra, maka akan mengalami

keuntungan sebanyak 4 meter sutra (yaitu dari 5 meter sutra yang dapat

ditukarkan dengan 1 meter permadani di dalam negeri, maka di luar

negeri hanya ditukarkan sebanyak 1 meter sutra untuk memperoleh 1

Ekonomi Internasional Muh. Ilham


23
meter permadani, yang berarti Indonesia akan memperoleh efisiensi

sebanyak 4 meter sutra).

Selanjutnya, jika diandaikan Iran berspesialisasi pada sutra, maka

dengan DTI 1 meter permadani : 1 meter sutra, Iran akan memperoleh

keuntungan sebesar 1 meter sutra, karena di dalam negeri untuk

memperoleh 1 meter permadani harus ditukarkan dengan sutra

sebanyak 2 meter. Sebaliknya, jika Indonesia berspesialisasi pada

permadani, maka dengan DTI 1 meter permadani = 1 meter sutra,

Indonesia akan mengalami kerugian sebanyak 4 meter sutra, karena di

dalam negeri jika 1 meter permadani ditukar dengan sutra, maka akan

diperoleh sebanyak 5 meter sutra.

Berdasarkan dua kondisi yang digambarkan di atas, maka

hubungan perdagangan antara dua Iran dan Indonesia tidak akan

terjadi. Hal tersebut disebabkan karena, ada negara yang mengalami

keuntungan, tetapi negara lainnya mengalami kerugian.

Menurut J.S. Mill, berdasarkan data pada tabel 5, perdagangan

antara Iran dan Indonesia dapat terjadi dan memberikan keuntungan

kedua belah pihak apabila DTI berada di antara DTD masing-masing

negara, misalnya DTI 1 meter permadani = 3 meter sutra.

Tabel 5 menunjukkan bahwa Iran memiliki keunggulan komparatif


atas permadani, karena waktu yang dibutuhkan untuk memproduksi
permadani lebih sedikit dibanding waktu yang digunakan untuk
memproduksi sutra. Sebaliknya Indonesia memiliki keunggulan
komparatif atas sutra. Apabila kedua negara melakukan perdagangan,
maka Iran akan berspesialisasi pada produksi permadani dan
mengekspornya ke Indonesia kemudian akan mengimpor sutra dari

Ekonomi Internasional Muh. Ilham


24
Indonesia. Sebaliknya dengan Indonesia akan mengekspor sutra dan
mengimpor permadani. Melalui perdagangan internasional Iran akan
memperoleh 3 meter sutra yang ditukar dengan 1 meter permadani,
sehingga memperoleh keuntungan sebanyak 1 meter sutra. Di pihak
lain, Indonesia akan memperleh keuntungan dengan hanya menukarkan
3 meter sutra untuk memperoleh 1 meter permadani, yang berarti
Indonesia akan memperoleh efisiensi yang setara dengan 2 meter sutra.

Tabel 6 : Keunggulan komparatif berdasarkan output per jam kerja


tenaga kerja (8 jam kerja/hari) : J.S. Mill.
Negara Sutra Permadani Dasar Tukar Domestik (DTD)
Iran 4 meter 2 meter 1 meter permadani = 2 meter sutra;
2 meter permadani = 4 meter sutra
Indonesia 8 meter 1,6 meter 1 meter permadani = 5 meter sutra;
1,6 meter permadani = 8 meter sutra

Berdasarkan tabel 6 apabila Iran dan Indonesia melakukan


perdagangan dengan DTI 1 meter permadani = 3 meter sutra, maka bila
Iran mengekspor permadani sebanyak 2 meter, ia akan memperoleh
sutra sebanyak 6 meter, sedangkan perdagangan domestik 2 meter
permadani hanya bernilai 4 meter sutra. Selanjutnya Indonesia bila
mengekspor sutra sebanyak 8 meter, ia akan memperoleh permadani
sebanyak 2,67 meter, sedangkan di domestik 8 meter sutra hanya
bernilai 1,6 meter permadani. Dengan demikian perdagangan
internasional akan memberikan manfaat bagi kedua negara yang
berdagang, baik dalam bentuk peningkatan produksi, konsumsi maupun
kesejahteraan masyarakat di kedua negara.

4. Teori Klasik Dengan Dua Negara Banyak Barang dan Banyak


Negara Banyak Barang

Pada pembahasan sebelumnya telah diuraikan teori klasik


sebagamana yang dikemukakan oleh Adam Smith dengan teori

Ekonomi Internasional Muh. Ilham


25
keunggulan absolutnya, dan David Ricardo serta J.S. Mill dengan teori
keunggulan komparatif yang masing-masing berbeda, tetapi memiliki
persamaan dalam asumsi dua barang dan dua negara yang melakukan
hubungan perdagangan. Dalam keadaan yang relatif realistis, setiap
negara dapat menghasilkan lebih dari dua macam barang. Oleh karena
itu pada bagian ini akan dibahas penerapan teori keunggulan komparatif
apabila (1) dua negara yang melakukan hubungan perdagangan
menghasilkan dan memperdagangkan lebih dari dua barang; (2) lebih
dari dua negara menghasilkan lebih dari dua barang dan saling
melakukan hubungan perdagangan.

a. Hubungan Perdagangan Dua Negara yang Memperdagangkan


Lebih dari Dua Barang

Teori keungulan komparatif dalam kasus dua negara yang


memperdagangkan lebih dari dua barang dapat dijelaskan sebagai
berikut : Semua barang yang dihasilkan oleh suatu negara disusun
berdasarkan urutan indeks produktivitas kemudian dibandingkan dengan
indeks produktivitas barang yang dihasilkan oleh negara mitra
dagangnya. Bagi negara yang satu digunakan dasar indeks produktivitas
(i) = 100 bagi semua macam barang yang dihasilkannya. Besarnya
indeks produktivitas ditentukan berdasarkan jam kerja (j) dan tingkat
upah tenaga kerja (w) untuk menghasilkan masing-masing jenis barang.
Jam kerja untuk menghasilkan berbagai jenis barang, yaitu barang A, B,
C, dan seterusnya pada masing-masing negara (negara X dan Y)
adalah:

Ekonomi Internasional Muh. Ilham


26
Tabel 7 : Perhitungan harga barang yang dihasilkan oleh dua negara
yang melakukan hubungan perdagangan
Jenis Negara X Negara Y
Barang
Jam Tingkat Harga (P) Jam Tingkat Harga (P)
Kerja Upah Kerja Upah
A Xja Xwa Xpa = Xja . Xwa Yja Ywa Ypa = Yja . Ywa
B Xjb Xwb Xpb = Xjb . Xwb Yjb Ywb Ypb = Yjb . Ywb
C Xjc Xwc Xpc = Xjc . Xwc Yjc Ywc Ypc = Yjc . Ywc
Dst. dst. dst. dst. dst. dst. dst.

Oleh karena indeks produktivitas negara X menggunakan indeks


= 100 untuk semua macam barang yang dihasilkannya, maka Xia = Xib
= Xic = dan seterusnya, sedangkan untuk negara Y indeks produktivitas
untuk semua jenis barang (Yi) dapat sama dapat pula berbeda.
Selanjtunya tingkat upah di negara X untuk menghasilkan masing-
masing jenis barang adalah Xwa untuk barang A, Xwb untuk barang B,
Xwc untuk barang C dan seterusnya, sedangkan di negara Y adalah
Ywa untuk barang a, Ywb untuk barang b, Ywc untuk barang C dan
seterusnya. Selain jam kerja dan tingkat upah, variabel yang
diperhitungkan dalam penentuan harga masing-masing jenis barang
pada masing-masing negara adalah nilai tukar (kurs) mata uang kedua
negara.
Contoh : Negara Indonesia dan USA melakukan hubungan
perdagangan. Kedua negara menghasilkan barang yang sama, yaitu A,
B, C,.....G. Tingkat upah di Indonesia w = Rp.5.000/jam, di USA w =
US$0,75/jam. Kurs mata uang yang berlaku adalah US$1 = Rp.8.000.
Dengan demikian tingkat upah di Indonesia diperhitungkan dalam US$
adalah 5000/8000 (w = US$0,625/jam), dan tingkat upah di USA
diperhitungkan dalam rupiah adalah 0,75 x 8000 (w = Rp.6.000/jam).

Ekonomi Internasional Muh. Ilham


27
Berdasarkan data yang ada dapat diketahui barang apa yang akan
diperdagangkan oleh kedua negara.
Tabel 8 : Harga Berbagai Jenis Barang yang dihasilkan oleh Indonesia dan USA
Jenis Indonesia USA
Barang Jam Harga Harga Jam Harga Harga
kerja (Rp) (US$) Kerja (US$) (Rp)
A 3 15.000 1.875 7 5.25 42.000
B 3 15.000 1.875 6.5 4.875 39.000
C 4 20.000 2.5 6 4.5 36.000
D 5 25.000 3.125 5.5 4.125 33.000
E 6 30.000 3.75 5 3.75 30.000
F 7 35.000 4.375 4 3 34.000
G 7,5 37.500 4.6875 3 2.25 18.000

Berdasarkan tabel 8 dapat ditentukan indeks produktivitas

masing-masing jenis barang yang dihasilkan Indonesia (indeks dasar =

100) dan USA. Indeks dasar = 100 untuk Indonesia diperoleh dari harga

barang Indonesia : harga barang Indonesia x 100, sedangkan indeks

produktivitas USA di peroleh dari harga barang USA : harga barang

Indonesia x 100.

Tabel 9 menunjukkan bahwa barang A, B, C dan D merupakan barang

yang diekspor oleh Indonesia dan diimpor oleh USA, karena harga

barang tersebut lebih murah di Indonesia di banding di USA, sehingga

lebih menguntungkan bagi USA bila mengimpornya. Barang yang tidak

diperdagangkan adalah barang yang memiliki indeks produktivitas yang

sama antara Indonesia dan USA, yaitu barang E, di mana barang ini di

kedua negara mempunyai harga yang sama, sehingga tidak memberi

keuntungan bagi kedua negara. Selanjutnya barang F dan G merupakan

barang yang diekspor oleh USA dan diimpor oleh Indonesia, karena

kedua barang tersebut lebih murah di USA, sehingga akan lebih

menguntungkan bagi Indonesia bila mengimpornya.

Ekonomi Internasional Muh. Ilham


28
Tabel 9 : Indeks produktivitas di Indonesia dan USA pada kurs
Rp.8.000/US$
Jenis Indeks Produktivitas
Barang Indonesia USA
A 100 280 Ekspor Indonesia /
B 100 260 Impor USA
C 100 180 Tidak diperdagangkan
D 100 132 kedua negara
E 100 100
Ekspor USA / Impor
F 100 69 Indonesia
G 100 48

Bila seandainya terjadi perubahan kurs, yaitu menjadi


Rp.10.000 per US$ dengan tingkat upah yang tetap, maka komposisi
perdagangan kedua negara akan mengalami perubahan.
Selanjutnya Tabel 10 memperlihatkan bahwa depresiasi rupiah
terhadap dollar USA mengakibatkan harga barang di Indonesia menurun
(lebih murah dibanding harga barang di USA). Harga barang yang lebih
murah di Indonesia dibanding di USA adalah barang A, B, C, D dan E,
sedangkan harga barang yang lebih mahal di Indonesia dibanding di
USA adalah barang F dan G. Dengan demikian barang yang diekspor
Indonesia adalah barang yang harganya lebih murah dan akan
mengimpor dari USA bagi barang yang harganya lebih mahal di
Indonesia dibanding di USA.
Tabel 10 : Harga Berbagai Jenis Barang yang dihasilkan Indonesia dan
USA pada kurs Rp.10.000/US$
Jenis Indonesia USA
Barang Jam Harga Harga Jam Harga Harga
kerja (Rp) (US$) Kerja (US$) (Rp)
A 3 15.000 1.5 7 5.25 52.500
B 3 15.000 1.5 6.5 4.875 48.750
C 4 20.000 2 6 4.5 45.000
D 5 25.000 2.5 5.5 4.125 41.250
E 6 30.000 3 5 3.75 37.500
F 7 35.000 3.5 4 3 30.000
G 7,5 37.500 3.75 3 2.25 22.500

Ekonomi Internasional Muh. Ilham


29
Oleh karena kurs Rp/US$ mengalami perubahan, maka harga

berbagai jenis barang juga mengalami perubahan, sehingga merubah

perbandingan indeks produktivitas berbagai jenis barang yang dihasilkan

antara kedua negara tersebut. Berdasarkan contoh data di atas terlihat

bahwa jenis barang ekspor Indonesia bertambah menjadi 5 jenis (ada

tambahan 1 jenis yaitu barang E). Sebelumnya barang E merupakan

barang yang tidak diperdagangan oleh kedua negara, karena harga

barang tersebut di kedua negara adalah sama.

Tabel 11 : Indeks produktivitas di Indonesia


dan USA pada kurs Rp.10.000/US$
Jenis Indeks Produktivitas
Barang Indonesia USA
A 100 350
B 100 325
Ekspor Indonesia /
C 100 225
Impor USA
D 100 165
E 100 125
F 100 86 Ekspor USA /
G 100 60 Impor Indonesia

Bila diandaikan terjadi kenaikan tingkat upah di Indonesia sebesar


10 % dari Rp.5000/jam pada kurs tetap Rp.8.000/US$, maka tingkat
upah di Indonesia sekarang menjadi Rp.5.500/jam. Pada kondisi
tersebut komposisi perdagangan kedua negara mengalami perubahan.
Tabel 12 memperlihatkan bahwa kenaikan upah di Indonesia
sebesar 10 % mengakibatkan naiknya harga barang di Indonesia, begitu
pula dengan indeks produktivitas di USA mengalami perubahan,
sehingga jumlah barang ekspor USA meningkat.

Ekonomi Internasional Muh. Ilham


30
Tabel 12 : Harga Berbagai Jenis Barang yang dihasilkan oleh Indonesia dan
USA setelah adanya kenaikan upah 10 % di Indonesia.
Jenis Indonesia USA
Barang Jam Harga Harga Jam Harga Harga
kerja (Rp) (US$) Kerja (US$) (Rp)
A 3 16.500 2.0625 7 5.25 42.000
B 3 16.500 2.0625 6.5 4.875 39.000
C 4 22.000 2.75 6 4.5 36.000
D 5 27.500 3.4375 5.5 4.125 33.000
E 6 33.000 4.125 5 3.75 30.000
F 7 38.500 4.8125 4 3 34.000
G 7,5 41.250 5.156 3 2.25 18.000

Selanjutnya pada tabel 13 tampak bahwa jenis barang yang


diekspor Indonesia ke USA setelah kenaikan upah 10 % bila
dibandingkan dengan tabel 9 adalah tetap, yaitu barang A, B, C dan D,
di pihak lain USA mengalami kenaikan ekspor yaitu barang E, F dan G
(sebelumnya pada tabel 9 barang E merupakan jenis barang yang tidak
diperdagangkan kedua negara, karena harga barang tersebut sama di
kedua negara).
Tabel 13 : Indeks produktivitas di Indonesia dan USA pada kurs
Rp.8.000/US$ setelah adanya kenaikan upah di Indonesia 10 %.
Jenis Barang Indeks Produktivitas
Indonesia USA
A 100 255 Ekspor Indonesia /
B 100 236 Impor USA
C 100 164
D 100 120
E 100 91 Ekspor USA /
F 100 62 Impor Indonesia
G 100 44

Ekonomi Internasional Muh. Ilham


31
b. Hubungan Perdagangan Lebih Dari Dua Negara dan Lebih Dari
Dua Barang

Dalam kondisi yang lebih realistis, hubungan perdagangan

internasional tidak hanya terjadi antara dua negara, akan tetapi lebih

banyak negara dengan jumlah barang yang diperdagangkan juga lebih

banyak. Perdagangan internasional yang melibatkan banyak negara dan

banyak barang sangat sulit untuk dianalisis pola perdagangannya.

Berikut ini diberikan ilustrasi dari Frank D. Graham (1923) tentang

terjadinya perdagangan internasional yang melibatkan banyak negara

dan banyak barang.

Misalkan terdapat 4 negara A, B, C dan D yang melakukan

hubungan perdagangan atas 3 jenis barang yaitu barang X, Y dan Z.

Sebelum hubungan perdagangan terjadi masing-masing negara

mengalokasikan 1/3 faktor produksinya pada masing-masing jenis

barang, dan masing-masing negara akan meningkatkan konsumsinya

terhadap ketiga jenis barang tersebut secara proporsional dari

keuntungan yang diperoleh dari perdagangan internasional. Bila

kemampuan produktif masing-masing negara yang dinyatakan dalam

barang X adalah berbanding 1 : 2 : 3 : 4. Kemampuan produktif masing-

masing negara atas ketiga jenis barang yang diperdagangkan (yang

menunjukkan dasar tukar domestik atau DTD masing-masing negara

adalah sebagaimana pada tabel berikut :

Ekonomi Internasional Muh. Ilham


32
Tabel 14 : Kemampuan produktif negara A, B, C dan D atas barang X, Y dan
barang Z.
Negara A Negara B Negara C Negara D
10 X 10 X 10 X 10 X
19 Y 20 Y 15 Y 28 Y
42 Z 24 Z 30 Z 40 Z

Produksi masing-masing negara atas masing-masing jenis

barang pada waktu tertentu (atas dasar hukum spesialisasi) sebelum

terjadi hubungan perdagangan internasional adalah sebagaimana

digambarkan pada tabel di bawah ini :

Tabel 15 : Jumlah Produksi Negara A, B, C dan D atas barang X, Y dan


Z sebelum terjadi hubungan perdagangan.
Negara A Negara B Negara C Negara D
10.000X 20.000X 30.000X 40.000X
19.000Y 40.000Y 45.000Y 112.000Y
42.000Z 48.000Z 90.000Z 160.000Z

Bila dasar tukar internasional (DTI) 10X = 19Y = 42Z, maka

negara B, C dan D akan berspesialisasi pada X dan Y dan akan

menukarkan barangnya dengan negara A, yaitu membeli barang Z yang

dibayar dengan barang X atau Y, sedangkan negara A tidak bersedia

untuk berdagang, karena DTI = DTD negara A.

Uraian :

- DTI : 10X = 19Y = 42Z atau 1X = 1,9Y = 4,2Z dan 1Y = 2,21Z.

- Karena DTD negara A = DTI, maka negara A tidak bersedia

melakukan perdagangan luar negeri.

- DTD negara B : 10X = 20Y = 24Z atau 1X = 2Y = 2,4Z dan 1Y =

1,2Z, maka negara B akan berspesialisasi pada X dan Y untuk

ditukarkan dengan barang Z, karena di pasar internasional negara B

Ekonomi Internasional Muh. Ilham


33
bisa memperoleh 4,2Z jika ditukar dengan 1X, dan bisa memperoleh

2,21Z jika ditukar dengan 1Y, sedangkan di dalam negeri 1Y hanya

bisa tukar sebanyak 1,2Z.

- DTD negara C : 10X = 15Y = 30Z atau 1X = 1,5Y = 3Z dan 1Y = 2Z,

maka negara C akan berspesialisasi pada X dan Y untuk ditukarkan

dengan barang Z, karena di dalam negeri 1X hanya dapat diperoleh

sebanyak 3Z, dan 1Y hanya dapat diperoleh sebanyak 2Z.

- DTD negara D : 10X = 28Y = 40Z atau 1X = 2,8Y = 4Z dan 1Y =

1,43Z, maka negara D akan berspesialisasi pada barang X dan Y

untuk ditukarkan dengan barang Z, karena di dalam negeri 1X hanya

dapat ditukar sebanyak 4Z, dan 1Y hanya bisa ditukar sebanyak

1,43Z.

Berdasarkan kondisi di atas berarti permintaan terhadap Z

meningkat, sehingga harga barang Z naik dan akan mengubah DTI.

Misalkan DTI menjadi 10X = 19Y = 30Z, maka negara A berspesialisasi

pada barang Z, negara B pada barang Y, negara C pada barang X dan

Z, negara D pada barang Y.

Uraian :

- DTI : 10X = 19Y = 30Z atau 1X = 1,9Y = 3Z dan 1Y = 1,58Z

- DTD negara A : 10X = 19Y = 42Z atau 1X = 1,9Y = 4,2Z dan 1Y =

2,21Z, maka negara A akan berspesialisasi pada barang Z untuk

ditukarkan dengan barang X dan Y, karena melalui perdagangan

internasional untuk memperoleh 1X cukup ditukarkan sebanyak 3Z di

banding di dalam negeri sebanyak 4,2Z. Kemudian untuk

memperoleh 1Y dalam perdagangan internasional, maka negara A

Ekonomi Internasional Muh. Ilham


34
hanya menukarkan sebanyak 1,58Z dibanding di dalam negeri harus

ditukarkan dalam jumlah yang lebih besar yaitu sebanyak 2,21Z.

- DTD negara B : 10X = 20Y = 24Z atau 1X = 2Y = 2,4Z dan 1Y =

1,2Z, maka negara B akan berspesialisasi pada barang Y untuk

ditukarkan dengan barang X dan Z, karena melalui perdagangan

internasional untuk memperoleh 1X cukup ditukar sebanyak 1,9Y

dibanding di dalam negeri sebanyak 2Y. Kemudian dengan

menukarkan sebanyak 1Y dapat diperoleh sebanyak 1,58Z dalam

perdagangan internasional dibanding di dalam negeri hanyak

sebanyak 1,2Z.

- DTD negara C : 10X = 15Y = 30Z atau 1X = 1,5Y = 3Z dan 1Y = 2Z,

maka negara C akan berspesialisasi pada barang X dan Z untuk

ditukarkan dengan barang Y, karena melalui perdagangan

internasional dengan menukarkan sebanyak 1X dapat diperoleh

sebanyak 1,9Y dibanding di dalam negeri hanya sebanyak 1,5.

Kemudian untuk memperoleh 1Y dalam perdagangan internasional,

maka dapat ditukar dengan Z sebanyak 1,58Z, sedangkan di dalam

negeri untuk memperoleh 1Y harus ditukar sebanyak 2Z.

- DTD negara D : 10X = 28Y = 40Z atau 1X = 2,8Y = 4Z dan 1Y =

1,43Z, maka negara D akan berspesialisasi pada barang Y untuk

ditukarkan dengan barang X dan Z, karena melalui perdagangan

internasional untuk memperoleh 1X hanya ditukar dengan barang Y

sebanyak 1,9Y dibanding di dalam negeri harus ditukar sebanyak

2,8Y. Kemudian dengan menukarkan sebanyak 1Y dalam

Ekonomi Internasional Muh. Ilham


35
perdagangan internasional, maka dapat diperoleh sebanyak 1,58Z,

sedangkan di dalam negeri hanya sebanyak 1,43Z.

Oleh karena terdapat 2 negara yang berspesialisasi pada barang

Y (negara B dan D), maka penawarannya meningkat : 3(40.000) +

3(112.000) = 456.000Y, sementara permintaan hanya sebesar 40.000 +

45.000 + 112.000 + 19.000 = 216.000Y. Oleh karena penawaran jauh

lebih tinggi dari pada permintaan, maka harga barang Y akan turun yang

selanjutnya akan mengubah DTI. Misalkan DTI menjadi 10X = 22Y =

30Z, maka negara A berspesialisasi pada barang Z, negara B pada

barang X, negara C pada barang X dan Z, negara D pada barang Z.

Uraian :

- DTI : 10X = 22Y = 30Z atau 1X = 2,2Y = 3Z dan 1Y = 1,36Z.

- DTD negara A : 10X = 19Y = 42Z atau 1X = 1,9Y = 4,2Z dan 1Y =

2,21Z, maka negara A akan berspesialisasi pada barang Z. Melalui

perdagangan internasional untuk memperoleh 1X dapat ditukar

dengan barang Z sebanyak 3Z dibanding di dalam negeri sebanyak

4,2Z. Kemudian untuk memperoleh sebanyak 1Y cukup ditukar

dengan barang Z sebanyak 1,36 dibanding di dalam negeri sebanyak

2,21Z.

- DTD negara B : 10X = 20Y = 24Z atau 1X = 2Y = 2,4Z dan 1Y = 1,2Z,

maka negara B akan berspesialisasi pada barang X. Melalui

perdagangan internasional jika menukarkan sebanyak 1X, maka

dapat diperoleh sebanyak 2,2Y dibanding di dalam negeri hanya

sebanyak 2Y. Kemudian dengan menukarkan sebanyak 1X, maka

Ekonomi Internasional Muh. Ilham


36
dapat diperoleh sebanyak 3Z dibanding di dalam negeri hanya

sebanyak 2,4Z.

- DTD negara C : 10X = 15Y = 30Z atau 1X = 1,5Y = 3Z dan 1Y = 2Z,

maka negara C akan berspesialisasi pada barang X dan Z. Melalui

perdagangan internasional dapat ditukar sebanyak 2,2Y dibanding di

dalam negeri hanya sebanyak 1,5Y. Kemudian jika barang z ditukar

dengan barang Y, maka dalam perdagangan internasional untuk

memperoleh 1Y dapat ditukar dengan sebanyak 1,36Z, sedangkan di

dalam negeri harus ditukar sebanyak 2Z.

- DTD negara D : 10X = 28Y = 40Z atau 1X = 2,8Y = 4Z dan 1Y =

1,43Z, maka negara D akan berspesialisasi pada barang Z. Melalui

perdagangan internasional untuk memperoleh 1X cukup ditukar

sebanyak 3Z dibanding di dalam negeri sebanyak 4Z, dan untuk

memperoleh 1Y cukup ditukar dengan 1,36Z dibanding di dalam

negeri sebanyak 1,43Z.

Dalam kondisi DTI tersebut di atas tidak satupun negara yang

bersedia menghasilkan barang Y, sehingga penawaran barang Y turun

yang selanjutnya menaikkan harga barang Y. Perubahan-perubahan

DTI akan terus berlangsung hingga tercapainya DTI stabil, yaitu apabila

DTI = 10X = 21Y = 30Z atau 1X = 2,1Y = 3Z dan 1Y = 1,43Z. Pada DTI

yang terakhir, negara A akan berspesialisasi pada barang Z, negara B

pada barang X, negara C pada barang X dan Z, negara D pada barang

Y dan Z.

DTD negara D : 10X = 28Y = 40Z atau 1X = 2,8Y = 4Z dan 1Y = 1,43Z

D. Teori Perdagangan Internasional : Modern (Teori Heckscher – Ohlin)

Ekonomi Internasional Muh. Ilham


37
1. Pendahuluan

Keunggulan komparatif yang dimiliki oleh suatu negara

sebagaimana telah dikemukakan oleh para ekonom klasik (Adam Smith,

David Ricardo dan J.S. Mill) adalah bersumber dari perbedaan

produktivitas tenaga kerja (tenaga kerja merupakan satu-satunya faktor

produksi yang secara eksplisit diperhitungkan). Dalam teori tersebut

tidak dijelaskan secara rinci mengenai sebab-sebab perbedaan tingkat

produktivitas itu sendiri..

Teori Heckscher-Ohlin (H-O) yang dikemukakan oleh Eli Heckscher

dan seorang mahasiswanya bernama Bertil Ohlin untuk pertama kalinya

menelaah sebab-sebab munculnya keunggulan komparatif bagi setiap

negara dan dampak yang ditimbulkan oleh hubungan perdagangan

terhadap pendapatan faktor produksi di kedua negara yang melakukan

hubungan perdagangan. Menurut teori H-O bahwa adanya hubungan

perdagangan berdasarkan keunggulan komparatif yang dimiliki oleh

suatu negara, selain disebabkan oleh perbedaan produktivitas tenaga

kerja juga disebabkan oleh adanya perbedaan karunia sumber daya, atau

variasi dalam kepemilikan sumber daya di negara yang satu dengan yang

di miliki oleh negara lain.

Salah satu contoh mengenai perbedaan kepemilikan sumber daya

dapat dilihat pada pola perdagangan antara Kanada dan Amerika

Serikat. Selama ini Kanada mengekspor hasil-hasil hutan ke Amerika

Serikat tidak berarti bahwa tenaga kerja pada sektor kehutanan di

Kanada lebih produktif dibanding tenaga kerja Amerika Serikat, akan

tetapi karena jumlah penduduk Kanada yang relatif sedikit mempunyai

Ekonomi Internasional Muh. Ilham


38
hutan per kapita yang lebih luas dari pada Amerika Serikat. Dengan

kelimpahan sumber daya hutan, maka Kanada lebih produktif dalam

menghasilkan kayu.

Gagasan yang menyatakan bahwa sumber utama perdagangan

internasional adalah adanya perbedaan karunia sumber antarnegara

merupakan salah satu landasan teori yang paling berpengaruh dalam

ilmu ekonomi internasional, khususnya teori H-O. Oleh karena teori H-

O menekankan saling keterkaitan antara perbedaan proporsi

penggunaannya dalam memproduksi berbagai macam barang, maka

teori tersebut seringjkali disebut sebagai teori proporsi faktor (factor

proportion theory).

Teori H-O didasarkan pada sejumlah asumsi lugas yang sengaja

dikemukakan untuk menyederhanaan permasalahannya. Adapun

asumsi-asumsi tersebut adalah :

(a) Hanya ada 2 negara yang memperdagangkan 2 jenis barang (barang X


dan barang Y), dan dalam menghasilkan kedua jenis barang tersebut
digunakan 2 jenis faktor produksi, yaitu modal dan tenaga kerja.
Penggunaan asumsi ini bertujuan untuk mengilustrasikan teori pada
suatu gambar dua dimensi.
(b) Kedua negara yang melakukan hubungan perdagangan memiliki dan
menggunakan metode arau tingkat teknologi yang sama. Berdasarkan
asumsi ini, seandainya harga faktor produksi di kedua negara sama,
maka maka para produsen negara A maupun negara B akan
menggunakan tenaga kerja dan modal dalam jumlah dan komposisi
yang sama dalam memproduksi setiap jenis barang (X dan Y). Namun
karena harga faktor produksi di kedua negara berbeda, maka produsen
dari setiap negara akan mengunakan lebih banyak faktor produksi yang

Ekonomi Internasional Muh. Ilham


39
harganya relatif lebih murah guna meminimalkan biaya produksi.
Dengan demikian, pengutamaan barang yang dihasilkan kedua negara
akan berbeda. Bila negara A mengutamakan (berspesialisasi) pada
barang X, maka negara B akan berspsialisasi pada barang Y, karena
pada sektor itulah harga faktor produksi yang dibutuhkannya secara
relatif lebih murah.
(c) Barang X merupakan barang padat tenaga kerja (labor intensive),
sedangkan barang Y merupakan barang padat modal (capital
intensive). Asumsi ini mengisyaratkan bahwa barang X memerlukan
lebih banyak tenaga kerja dibanding modal dalam proses produksinya.
Sebaliknya barang Y memerlukan lebih banyak modal dalam proses
produksinya. Secara tekniks, asumsi ini mengisyaratakan bahwa rasio
tenaga kerja-modal (labor-capital ratio, L/K) dalam produksi barang X
lebih tinggi dibanding rasio dalam produksi barang Y. Dalam bentuk
yang lain tetapi mempunyai makna yang sama yaitu rasio modal-
tenaga kerja (capital-labor ratio, K/L) untuk barang X lebih rendah
dibanding rasio untuk barang Y. Rasio K/L atau L/K untuk barang X
begitu pula untuk barang Y berbeda di kedua negara.
(d) Barang X dan barang Y sama-sama diproduksi dalam kondisi skala
hasil yang konstan (constant scale of returns). Asumsi ini
mengandung pengertian bahwa peningkatan jumlah tenaga kerja
dan modal dalam produksi setiap barang akan meningkatkan
outputnya dalam proporsi yang sama. Atau dengan kata lain bahwa
peningkatan jumlah penggunaan faktor produksi akan proporsional
dengan peningakatan produksi.
(e) Spesialisasi produksi yang tidak penuh di kedua negara atau
spesialisasi tidak sempurna (incomplete specialization). Asumsi ini
mengisyaratkan bahwa meskipun kedua negara terlibat dalam
perdagangan, kedua negara akan tetap memproduksi kedua jenis

Ekonomi Internasional Muh. Ilham


40
barang sekaligus. Artinya kedua negara akan tetap memproduksi
barang X maupun barang Y. Dengan demikian dalam teori H-O secara
implisit juga mengasumsikan bahwa di antara kedua negara tidak ada
yang kekuatan ekonomi sangat lemah.
(f) Selera dan preferensi permintaan konsumen di kedua negara sama.
Asumsi ini bermakna bahwa preferensi-preferensi permintaan yang
tercermin pada bentuk dan lokasi kurva-kurva indeferensi di kedua
negara identik. Jadi, apabila harga relatif barang di kedua negara itu
sama (karena berlangsungnya perdagangan bebas di antara kedua
negara), maka kedua negara itu akan mengkonsumsikan barang X
dan Y dalam proporsi yang sama.
(g) Adanya persaingan sempurna (perfect comptetition), baik di pasar
barang maupun di pasar faktor produksi. Asumsi ini bermakna bahwa
jumlah produsen, konsumen barang X dan Y di kedua negara
sangatlah banyak. Seorang produsen dan seorang konsumen tidak
memiliki kemampuan mempengaruhi harga barang X maupun barang
Y atau harga faktor produksi tenaga kerja maupun modal. Harga
tercipta sepenuhnya atas dasar mekanisme pasar. Kompetisi
sempurna juga dapat ditafsirkan sebagai suatu kondisi tertentu di mana
dalam jangka panjang harga-harga barang yang berlaku akan sama
besarnya dengan biaya produksi, sehingga jika semua biaya
diperhitungkan (termasuk implicit cost), sehingga tidak ada lagi laba
ekonomis yang tersisa. Kompetisi sempurna adalah kompetisi yang
sangat ketat, sehingga memaksa setiap pihak yang terlibat untuk
menekan harga serendah mungkin agar tidak tersingkir dari pasar.
Kompetisi sempurna juga berarti semua produsen, konsumen
dan pemilik faktor produksi memiliki pengetahuan dan informasi yang
sempurna mengenai harga-harga yang sedang berlaku di setiap sektor
ekonomi di mana terjadi persaingan.

Ekonomi Internasional Muh. Ilham


41
(h) Terdapat mobilitas faktor produksi yang sempurna di dalam negeri
(internal factor mobility) masing-masing negara, namun tidak ada
mobilitas faktor produksi antar negara. Asumsi ini mengisyaratkan
bahwa modal dan tenaga kerja dapat bergerak bebas di dalam negeri
masing-masing negara, yakni dari sektor yang hasilnya relatif lebih
rendah ke sektor yang hasil relatif lebih tinggi, akan tetapi faktor-faktor
produksi tersebut tidak dapat bergerak/berpindah secara bebas ke luar
negeri. Atas dasar asumsi ini, teori H-O secara tegas menyatakan
bahwa mobilitas faktor produksi internasional (international factor
mobility) sama dengan nol.
(i) Biaya transportasi diabaikan, tarif dan berbagai bentuk kebijakan
perdagangan internasional juga diabaikan. Asumsi ini mengisyaratkan
bahwa kegiatan-kegiatan spesialisasi produksi (untuk semua jenis
barang yang diperdagangkan) akan terus berlangsung sampai harga-
harga relatif dan absolut dari berbagai barang yang diperdagangkan
persis sama di kedua negara. Seandainya biaya transportasi dan tarif
diperhitungkan, maka spesialisasi itu akan terhenti apabila harga-harga
relatif maupun absolut dari berbagai barang yang diperdagangkan
mempunyai selisih yang tidak lebih dari jumlah atau besaran biaya
trasnportasi atau tarif itu sendiri.
(j) Semua sumber daya produktif atau faktor produksi yang ada di masing-
masing negara dapat dikerahkan secara penuh dalam kegiatan-
kegiatan produksi (full employment). Asumsi ini menandakan bahwa
dalam model H-O tidak diperhitungkan adanya faktor produksi yang
menganggur. Semua faktor produksi (modal dan tenaga kerja) yang
ada dapat diserap sepenuhnya dalam sektor-sektor ekonomi produktif
di kedua negara.
(k) Terjadi keseimbangan perdagangan kedua negara (besarnya ekspor
sama dengan besarnya impor). Asumsi ini bermakna bahwa total nilai

Ekonomi Internasional Muh. Ilham


42
ekspor dari suatu negara (misalnya negara A) sama dengan total nilai
impor dari negara lain yang menjadi mitra dagangnya (misalnya negara
B). Hal ini berarti tidak ada negara yang akan mengalami defisit
maupun surplus perdagangan.

2. Intensitas Faktor (Factor Intensity) dan Kelimpahan Faktor (Factor


Abundance)

a). Intensitas Faktor

Berdasarkan asumsi dua barang (X dan Y) dan dua faktor produksi

(modal dan tenaga kerja) yang dihasilkan dalam suatu perekonomian,

maka kita dapat menyatakan bahwa barang Y merupakan barang padat

modal apabila rasio modal-tenaga kerja (K/L) yang digunakan dalam

memproduksi Y lebih besar dibanding rasio K/L yang digunakan dalam

memproduksi X.

Untuk mengukur intensitas faktor dalam menentukan apakah

sesuatu barang merupakan padat modal atau padat tenaga kerja tidak

didasarkan pada jumlah absolut modal dan tenaga kerja yang digunakan

dalam memproduksi sesuatu barang, akan tetapi didasarkan pada jumlah

modal per unit tenaga kerja atau sebaliknya jumlah tenaga kerja per unit

modal yang digunakan dalam proses produksi sesuatu barang.

Sebagai contoh, di negara A untuk memproduksi barang Y

dibutuhkan dua unit modal (2K) dan dua unit tenaga kerja (2L), maka rasio

modal-tenaga kerja untuk memproduksi satu unit Y adalah K/L = 2/2 = 1.

Bila dalam waktu yang sama untuk memproduksi satu unit X dibutuhkan 1K

dan 4L, maka rasio K/L untuk memproduksi X adalah K/L = ¼. Oleh karena

rasio K/L = 1 untuk barang Y, sedangkan untuk barang X rasio K/L = ¼,

Ekonomi Internasional Muh. Ilham


43
maka barang Y merupakan barang pada modal dan barang X merupakan

barang padat tenaga kerja.

Gambar 1 : intensitas faktor negara A

K/L = 1 untuk Y
5

2 K/L = ¼ untuk X

1 2 3 4 5 L

Berdasarkan gambar di atas tampak bahwa di negara A garis


intensitas faktor untuk barang Y (K/L = 1) lebih condong ke sumbu modal (K)
dibanding garis intensitas faktor untuk barang X (K/L = ¼). Sebaliknya garis
intensitas faktor untuk barang X lebih condong ke sumbu tenaga kerja (L)
dibanding garis intensitas faktor untuk barang Y. Dengan demikian barang Y
merupakan barang padat modal dan barang X merupakan barang padat
tenaga kerja.
Selanjutnya di negara B untuk memproduksi barang Y dibutuhkan
dua unit modal (2K) dan satu unit tenaga kerja (1L), maka rasio modal-
tenaga kerja untuk memproduksi satu unit Y adalah K/L = 2/1 = 2. Bila dalam
waktu yang sama untuk memproduksi satu unit X dibutuhkan 3K dan 2L,
maka rasio K/L untuk memproduksi X adalah K/L = 3/2 = 1,5. Oleh karena
rasio K/L = 2 untuk barang Y, sedangkan untuk barang X rasio K/L = 1,5,
maka barang Y merupakan barang padat modal dan barang X merupakan
barang padat tenaga kerja.

Ekonomi Internasional Muh. Ilham


44
Gambar 2 : intensitas faktor negara B

K K/L = 2 untuk Y

K/L = 1,5 untuk X


5

1 2 3 4 5 L

Berdasarkan gambar di atas tampak bahwa di negara B garis

intensitas faktor untuk barang Y (K/L = 2) lebih condong kesumbu modal (K)

dibanding garis intensitas faktor untuk barang X (K/L = 1,5). Sebaliknya garis

intensitas faktor untuk barang X lebih condong ke sumbu tenaga kerja (L)

dibanding garis intensitas faktor untuk barang Y. Dengan demikian barang Y

merupakan barang padat modal dan barang X merupakan barang padat

tenaga kerja.

Berdasarkan contoh negara B di atas tampak bahwa secara absolut

penggunaan modal lebih banyak dalam proses produksi barang X dibanding

dalam proses produksi barang Y, akan tetapi yang disebut sebagai barang

padat modal adalah barang Y karena rasio K/L untuk Y lebih besar dari pada

rasio K/L untuk X (K/LY > K/LX).

Selanjutnya bila dibandingkan antara negara A dengan negara B,

tampak bahwa barang Y merupakan padat modal di kedua negara. Negara

B menggunakan rasio K/L yang lebih tinggi baik untuk barang Y (K/L = 2)

maupun barang X (K/L = 1,5) di banding negara A untuk Y (K/L = 1) dan

Ekonomi Internasional Muh. Ilham


45
untuk barang X (K/L = ¼). Dengan demikian negara B merupakan negara

yang lebih padat modal dibanding negara A dalam memproduksi kedua jenis

barang. Pertanyaannya adalah : mengapa negara B menggunakan teknik

produksi yang lebih padat modal dibanding negara A ?. Jawabannya adalah,

karena harga modal di negara B secara relatif lebih murah dibanding di

negara A, sehingga dengan teknik produksi yang demikian negara B bisa

menghemat biaya produksi.

b). Kelimpahan Faktor

Konsep kelimpahan faktor dapat dijelaskan dalam dua cara.


Pertama, kelimpahan faktor yang didasarkan pada unit-unit fisik, yakni
didasarkan pada keseluruhan faktor produksi modal dan tenaga kerja yang
tersedia bagi setiap negara. Kedua, kelimpahan faktor yang didasarkan atas
harga-harga relatif faktor produksi modal dan tenaga kerja (relative factor
price), yaitu didasarkan atas harga atau sewa modal dan upah tenaga kerja
yang berlaku di masing-masing negara.
Berdasarkan pada unit-unit fisik, negara B disebut sebagai negara
yang berkelimpahan modal apabila rasio total jumlah modal terhadap total
jumlah tenaga kerja (TK/TL) di negara B lebih besar dibanding di negara A
(TK/TLB > TK/TLA). Walaupun misalnya negara A memiliki total jumlah modal
yang lebih besar dari pada total jumlah modal negara B, akan tetapi negara
B dikatakan sebagai negara yang berkelimpahan modal apabila : TK/TLB >
TK/TLA, sebaliknya negara A merupakan negara yang berkelimpahan tenaga
kerja karena TL/TKA > TL/TKB. Misalnya total jumlah modal di negara A
sebanyak 112 unit dan total jumlah tenaga kerja 160, maka TK/TL = 112/160
= 0,70. Total jumlah modal di negara B sebanyak 110 unit dan total jumlah
tenaga kerja 88, maka TK/TL = 110/88 = 1,25. Dengan demikian TK/TLB >
TK/TLA, sehingga negara B layak disebut negara yang berkelimpahan
modal.

Ekonomi Internasional Muh. Ilham


46
Selanjutnya berdasarkan harga ralatif faktor-faktor produksi, negara
B dikatakan sebagai negara yang berkelimpahan modal apabila rasio harga
modal terhadap harga tenaga kerja lebih kecil dibanding negara A, yaitu
apabila r/wB < r/wA, di mana r adalah harga atau sewa modal dan w adalah
harga atau upah tenaga kerja. Misalkan harga modal di negara A
Rp.1.250/unit dan harga tenaga kerja Rp.1000/tk, maka r/wA = 1.250/1.000 =
1,25. Harga modal di negara B sebesar Rp.1.680/unit dan harga tenaga
kerja Rp.2.100/tk, maka r/wB = 1.680/2.100 = 0,80. Dengan demikian
r/wB < r/wA, sehingga negara B layak disebut negara yang berkelimpahan
modal.
Ukuran kelimpahan faktor pada ukuran yang pertama (berdasarkan
unit fisik faktor produksi) hanya memperhatikan aspek penawaran faktor
produksi. Pada ukuran kelimpahan faktor yang kedua (berdasarkan harga
relatif faktor-faktor produksi) selain memperhatikan aspek penawaran juga
dari aspek permintaan.
Hubungan antara ukuran kelimpahan faktor yang pertama dengan
yang kedua adalah : oleh karena TK/TLB > TK/TLA, di mana negara B
sebagai negara yang berkelimpahan modal, maka harga relatif modal
terhadap harga tenaga kerja di negara B lebih rendah dibanding harga relatif
modal terhadap harga tenaga kerja di negara A, sehingga rasio r/wB < r/wA.
Dengan demikian dapat disimpulkan jika TK/TLB > TK/TLA, maka r/wB < r/wA.
Kesesuaian kesimpulan antara kedua ukuran kelimpahan faktor
tersebut di atas tidak selamanya terjadi. Sebagai contoh, apabila jumlah
permintaan Y yang merupakan barang padat modal meningkat sangat tinggi
di negara B melebihi permintaan Y di negara A, maka permintaan terhadap
modal juga mengalami peningkatan di negara B (berdasarkan permintaan
turunan terhadap faktor produksi). Konsekuensinya adalah harga modal di
negara B akan mengalami kenaikan dibanding harga modal di negara A
(meskipun penawaran modal di negara B lebih tinggi dibanding di negara A).

Ekonomi Internasional Muh. Ilham


47
Dalam kasus seperti ini, negara B hanya dapat dikatakan sebagai negara
berkelimpahan modal berdasarkan unit fisik. Akan tetapi bila didasarkan
pada harga relatif faktor produksi, maka negara B dikatakan sebagai negara
yang berkelimpahan tenaga kerja, karena rasio r/wB > r/wA.
Dalam kasus seperti dikemukakan di atas, maka kita akan
mengambil kesimpulan pengertian kelimpahan faktor produksi (sumber
daya) berdasarkan harga relatif faktor produksi, yang berarti bahwa negara
A merupakan negara yang berkelimpahan modal, sedangkan negara B
merupakan negara yang berkelimpahan tenaga kerja.
Bagaimanakah bentuk kurva kemungkinan produksi suatu negara
berdasarkan kelimpahan faktor ? Bila negara B merupakan negara yang
berkelimpahan modal, dan barang Y merupakan barang padat modal, maka
negara B akan memproduksi lebih banyak Y dibanding negara A. Di lain
pihak, karena negara A adalah negara yang berkelimpahan tenaga kerja,
maka negara A akan memproduksi barang X (barang padat tenaga kerja)
dalam jumlah yang lebih banyak dibanding negara B. Adapun bentuk kurva
kemungkinan produksi (production possibility curve) kedua negara adalah :
Gambar 3 : Kurva kemungkinan produksi negara A dan negara B

Yn PPC negara B

Ym PPC negara A

0 Xm Xn X

Ekonomi Internasional Muh. Ilham


48
Gambar di atas menunjukkan bahwa kurva PPC negara A lebih landai
dan melebar mendekati sumbu X (barang padat tenaga kerja) yang
mengisyaratkan negara A sebagai negara yang berkelimpahan tenaga kerja
akan memproduksi lebih banyak barang X sebanyak 0Xn dan barang Y
hanya sebanyak 0Ym, sedangkan negara B memiliki kurva PPC yang lebih
mendekati sumbu Y mengisyaratkan bahwa negara B sebagai negara yang
berkelimpahan modal akan memproduksi lebih banyak Y sebanyak 0Yn dan
barang X (barang padat tenaga kerja) hanya sebanyak 0Ym.
Berikut contoh hubungan perdagangan antara negara A (kelimpahan

tenaga kerja) dan negara B (kelimpahan modal).

Gambar 4 :
(a) Tingkat produksi negara A dan B (b) Tingkat produksi negara A dan B
sebelum perdagangan setelah perdagangan

Y Y PC’
PB

YoB b Y1B f

g e
YoA a
IC0 Y1A d c IC1
PA
PC

XoB XoA X X1B X1A X

Gambar (a) menunjukkan bahwa sebelum perdagangan negara A


dapat memproduksi barang X sebanyak XoA dan Y sebanyak YoA (titik a
pada PPC). Di pihak lain negara B dapat memproduksi X sebanyak XoB dan
Y sebanyak YoB (titik b pada PPC). Konsumsi masing-masing negara
dengan tingkat kepuasan yang sama ditunjukkan oleh kurva indeferensi (IC0)
yaitu negara A pada garis PA (Py/Px negara A) yang merupakan tangen
PPC negara A, negara B pada garis PB (Py/Px negara B) yang merupakan
tangen PPC negara B.

Ekonomi Internasional Muh. Ilham


49
Berdasarkan rasio harga relatif barang tersebut, berarti secara relatif
harga modal terhadap harga tenaga kerja di negara B lebih murah di
banding di negara A, sebaliknya secara relatif harga tenaga kerja terhadap
harga modal di negara A lebih murah di banding di negara B. Dengan
demikian negara A adalah negara yang berkelimpahan tenaga kerja dan
negara B merupakan negara yang berkelimpahan modal. Oleh karena
negara A berkelimpahan tenaga kerja, maka negara A akan berspesialisasi
pada barang X dan negara B yang berkelimpahan modal akan
berspesialisasi pada barang Y.
Negara A yang memiliki keunggulan komparatif pada barang X akan
mengekspor X ke negara B, sebaliknya negara B yang memiliki keunggulan
komparatif pada barang Y akan mengekspor Y ke negara A. Dengan
berlangsungnya perdagangan antara kedua negara, maka produksi dan
konsumsi kedua negara akan mengalami perubahan. Hal tersebut
ditunjukkan pada gambar (b).
Spesialisasi negara A akan terus berlangsung hingga mencapai titik
c, sedangkan spesialisasi negara B akan berlangsung hingga mencapai titik
f, karena pada titik itulah kurva transformasi dari kedua negara menjadi
tangen terhadap garis harga relatif bersama (common relative price line)
atau PC = PC’= Py/Px.
Contoh : Misalkan Negara A mempunyai fungsi permintaan dan penawaran :
(1) Permintaan dan penawaran domestik negara A dan keseimbangan pasar :
Untuk barang Y :
DA = 1.115 – 2P
SA = 2,5P – 1.315
2,5P – 1.315 = 1.115 – 2P
4,5P = 2.430
P = 540, maka DA = SA = 35 unit

Ekonomi Internasional Muh. Ilham


50
Untuk barang X :
DA = 665 - 1,5P
SA = 1,5P – 535
1,5P – 535 = 665 – 1,5P
3P = 1.200
P = 400; maka DA = SA = 65 unit
Py/Px negara A = 540/400 = 1,35

(2) Permintaan dan penawaran domestik negara B dan keseimbangan


pasar :

Untuk barang Y :
DB = 600 - 1P
SB = 2P – 1.005
2P – 1.005 = 600 – 1P
3P = 1.605
P = 535; maka DB = SB = 65 unit

Untuk barang X :
DB = 1.115 - 2,5P
SB = 2,5P – 1.025
2,5P – 1.035 = 1.115 – 2,5P
5P = 2.150
P = 430; maka DB = SB = 40 unit
Py/Px negara B = 535/430 = 1,24

(3) Fungsi permintaan dan penawaran dunia (dua negara) dan


keseimbangan pasar :

Fungsi permintaan barang Y


DA = 1.115 – 2P
DB = 600 - 1P +
2D = 1.715 –3P
D = 857,5 – 1,5P

Fungsi penawaran barang Y :


SA = 2,5P – 1.315
SB = 2P – 1.005 +
2S = 4,5P –2.320
S = 2,25 – 1.160

Ekonomi Internasional Muh. Ilham


51
Keseimbangan internasional barang Y
D = 857,5 – 1,5P
S = 2,25 – 1.160
2,25 – 1.160 = 857,5 – 1,5P
3,75P = 2.017,5
P = 538
Fungsi permintaan barang X
DA = 665 - 1,5P
DB = 1.115 - 2,5P +
2D = 1.780 – 4P
D = 890 – 2P

Fungsi penawaran barang X :


SA = 1,5P – 535
SB = 2,5P – 1.025 +
2S = 4P – 1.560
S = 2P – 780

Keseimbangan inrernasional barang X :


D = 890 – 2P
S = 2P – 780
2P – 780 = 890 – 2P
4P = 1.670
P = 417,5

Penawaran dan permintaan setelah perdagangan (berdasarkan


harga internasional :
D dan S barang Y di negara A berdasarkan harga Py = 538
DA = 1.115 – 2P
= 1.115 – 2(538)
= 1.115 – 1.076 = 39 unit
SA = 2,5P – 1.315
= 2,5(538) – 1.315
= 1.345 – 1.315 = 30 unit
Impor = DA – SA = 39 – 30 = 9 unit

D dan S barang X di negara A berdasarkan harga Px = 417,5


DA = 665 - 1,5P
= 665 – 1,5(417,5)
= 665 – 626,25 = 38,75 unit
SA = 1,5P – 535
= 1,5(417,5) – 535 unit
= 626,25 – 535 = 91,25
Ekspor = SA – DA = 91,25 – 38,75 = 52,5 unit

Ekonomi Internasional Muh. Ilham


52
D dan S barang Y di negara B berdasarkan harga Py = 538
DB = 600 - 1P
= 600 – 538 = 62 unit
SB = 2P – 1.005
= 1076 – 1005 = 71 unit
Ekspor = SB – DB = 71 – 62 = 9 unit

D dan S barang X di negara B berdasarkan harga Px = 417,5


DB = 1.115 - 2,5P
= 1.115 – 1.043,75 = 71,25 unit
SB = 2,5P – 1.025
= 1.043,75 – 1.025 = 18,75 unit
Impor = DB – SB = 71,25 – 18,75 = 52,5 unit
Py/Px = Pc = Pc’ = 538/417,5 = 1,29 (harga relatif internasional)

Melalui perdagangan internasional berdasarkan hasil perhitungan di atas

tampak bahwa :

- Jumlah impor barang Y negara A sebesar 9 unit yang sama besarnya

dengan jumlah ekspor barang Y negara B.

- Jumlah ekspor barang X negara A sebesar 52,5 unit sama dengan

jumlah impor barang X negara B.

- Kedua negara tidak melakukan spesialisasi secara sempurna.

- Py/Px internasional berada di antara Py/Px kedua negara, yaitu 1,29, di

mana Py/Px negara A = 1,35 dan Py/Px negara B = 1,24.

- Suatu negara akan mengekspor barang yang dalam proses

produksinya lebih banyak menyerap faktor produksi yang relatif

melimpah dan murah di negara yang bersangkutan, dan dalam waktu

bersamaan akan mengimpor barang yang dalam proses produksinya

memerlukan faktor produksi yang relatif langka dan mahal di negara

tersebut.

Ekonomi Internasional Muh. Ilham


53
E. Rangkuman

1. Menurut Merkantilisme bahwa sebuah negara hanya dapat memperoleh

keuntungan dari perdagangan dengan mengorbankan negara lainnya.

Oleh karena itu merkantilisme melakukan proteksi yang ketat terhadap

impor, memberikan insentif terhadap ekspor, dan memberlakukan

peraturan pemerintah secara ketat.

2. Menurut Adam Smith bahwa perdagangan didasarkan pada keunggulan

absolut dan akan menguntungkan kedua belah pihak. Jika setiap negara

berspesialisasi pada komoditi yang memiliki keunggulan absolut dan

menukarkannya dengan komoditi yang memiliki kerugian absolut, maka

kedua negara akan dapat mengkonsumsi lebih banyak kedua komoditi.

3. David Ricardo dan J.S. Mill memperkenalkan teori keunggulan komparatif.

Teori ini mengatakan bahwa meskipun salah satu negara kurang efisien

di banding negara lainnya dalam memproduksi kedua komoditi, masih

terdapat dasar dilakukannya perdagangan yang menguntungkan kedua

belah pihak.

4. Pada intinya Teori H-O menjelaskan bahwa perdagangan internasional

berlangsung atas dasar keunggulan komparatif yang berbeda dari

masing-masing negara, di mana perbedaan keunggulan komparatif

tersebut disebabkan karena adanya perbedaan dalam karunia sumber

daya alam.

Ekonomi Internasional Muh. Ilham


54
F. Soal-Soal Latihan

1 a.Jelaskan secara singkat pandangan Merkantilisme mengenai


perdagangan internasional.

b. Kemukakan kritik David Hume terhadap Merkantilisme mengenai


penumpukan logam mulia dalam perdagangan internasional melalui
price-specie flow mechanism.

c. Kemukakan pula kritik Adam Smith terhadap pandangan


Merkantilisme mengenai perdagangan internasional.

2. Bila diketahui Indonesia dapat memproduksi kain sutra dengan jumlah


jam kerja 30 menit per meter dan permadani 150 menit per meter,
sedangkan Iran sebagai mitra dagang dapat memproduksi kain sutra
dengan jumlah jam kerja 50 menit per meter dan permadani 100
menit per meter. Berdasarkan data tersebut
a. Tentukanlah Dasar Tukar Domestik kedua jenis barang tersebut di
masing-masing negara.
b. Tentukan negara yang memiliki keunggulan absolut pada kain sutra
dan permadani. Jelaskan mengapa!
c. Bila Dasar Tukar Internasional adalah 1 meter kain sutra : 3 meter
permadani, tentukanlah keuntungan yang diperoleh masing-masing
negara bila melakukan hubungan perdagangan.
3. Bila diketahui untuk menghasilkan barang X digunakan 9 unit tenaga
kerja dan 5 unit modal, sedangkan untuk menghasilkan barang Y
digunakan 10 unit tenaga kerja dan 8 unit modal. Tentukanlah
barang apa yang merupakan padat tenaga kerja dan barang apa
yang merupakan barang padat modal. Jelaskan dan gambarkan
grafiknya.
4. Bila negara A memiliki total tenaga kerja sebanyak 100 unit dan
modal sebanyak 75 unit, harga tenaga kerja/unit W = 1.500/unit dan
harga modal/unit r = 2.000/unit. Selanjutnya negara B memiliki

Ekonomi Internasional Muh. Ilham


55
tenaga kerja sebanyak 175 unit dan modal sebanyak 120 unit, harga
tenaga kerja/unit W= 1.000/unit dan harga modal r = 1.500/unit.
Tentukanlah negara mana yang berkelimpahan modal dan negara
mana yang berkelimpahan tenaga kerja dan jelaskan mengapa
demikian.

Ekonomi Internasional Muh. Ilham


NERACA PEMBAYARAN INTERNASIONAL

A. Pengertian

Neraca Pembayaran Internasional (NPI) suatu negara

merupakan catatan sistematis mengenai semua transaksi ekonomi antara

penduduk suatu negara dengan penduduk negara-negara lainnya selama

periode tertentu. Pada prinsipnya, semua transaksi ekonomi antara

penduduk dengan bukan penduduk dicatat dalam NPI. Seluruh unit

institusional penduduk yang bertransaksi dengan bukan penduduk dicatat

dalam NPI, seperti perusahaan domestik yang terafiliasi dengan

perusahaan bukan penduduk, penduduk yang berada di luar negeri

(misalnya kedutaan), zona bebas/kawasan berikat yang masih dalam

pengawasan Bea dan Cukai, serta pekerja yang berada di luar negeri

untuk smentara waktu.

Pengertian di atas cukup jelas, tetapi juga masih menimbulkan

pertanyaan : siapakah yang dimaksud dengan penduduk itu? Apakah

yang dimaksud dengan transaksi ekonomi itu?.

Pengertian penduduk dalam neraca pembayaran internasional

meliputi : Orang perorang/individu, Badan hukum, dan pemerintah.

Penduduk adalah siapapun yang tempat tinggalnya berada dalam suatu

negara, tanpa memperdulikan kewarganegaraan atau status paspornya.

Pengertian orang perorang/individu adalah orang perorang yang tidak

mewakili pemerintah suatu negara di mana mereka mempunyai tempat

tinggal tetap atau di mana mereka memperoleh penghasilan tetap atau

bekerja. Suatu Badan Hukum dianggap sebagai penduduk dari negara di

Ekonomi Internasional 56 Muh. Ilham


57
mana Badan Hukum tersebut memperoleh status sebagai Badan Hukum.

Cabang-cabangnya yang berada di luar negeri di anggap sebagai

penduduk luar negeri. Badan-badan pemerintah adalah jelas sebagai

penduduk dari negara yang diwakilinya. Misalnya para diplomat kedutaan

besar dianggap sebagai penduduk dari negara yang mereka wakili.

Transaksi ekonomi adalah setiap pertukaran nilai, yang biasanya

merupakan suatu tindakan yang mengakibatkan terjadinya pengalihan

barang atau jasa ekonomi, atau pengalihan kekayaan dari penduduk

suatu negara ke penduduk negara lain. Yang termasuk dalam neraca

pembayaran hanyalah transaksi ekonomi internasional saja. Transaksi

bantuan militer tidak termasuk di dalamnya. Setiap transaksi ekonomi

memiliki dua sisi dari sudut pandang negara pencatat yaitu transaksi

debet dan transaksi kredit. Transaksi debet adalah transaksi yang

menimbulkan kewajiban untuk melakukan pembayaran kepada penduduk

negara lain. Transaksi kredit adalah adalah transaksi yang menimbulkan

hak untuk menerima pembayaran dari penduduk negara lain.

B. Struktur dan Unsur-unsur Neraca Pembayaran Internasional

Telah dikemukakan di atas bahwa Neraca Pembayaran

Internasional disusun berdasarkan transaksi debet dan transaksi kredit.

Unsur-unsur dari pos Neraca Pembayaran Internasional yang berisikan

transaksi debet biasanya diberi tanda minus ( – ). Misalnya transaksi

impor yang menciptakan kewajiban bagi penduduk untuk melakukan

pembayaran kepada penduduk negara pengekspor, maka transaksi

tersebut diberi tanda minus. Sebaliknya, transaksi kredit karena

menimbulkan hak bagi penduduk untuk menerima pembayaran dari

Ekonomi Internasional Muh. Ilham


58
negara pengimpor akan diberi tanda positif ( + ) dan biasanya tanda

positif tersebut tidak dituliskan lagi.

Berdasarkan susunan Neraca Pembayaran Internasional

tersebut di mana setiap unsur transaksi yang terjadi dicatat dalam

transaksi debet bagi transaksi yang menimbulkan kewajiban pembayaran,

dan dicatat dalam transaksi kredit bagi transaksi yang menimbulkan hak

menerima pembayaran, maka pencatatan Neraca Pembayaran

Internasional secara akuntansi selalu dalam keseimbangan, namun pada

akhirnya akan terdapat perbedaan antara jumlah total debet dengan

jumlah total kredit. Perbedaan tersebut dicatat dalam rekening Selisih

Perhitungan.

Adapun unsur-unsur Neraca pembayaran Internasional adalah

sebagai berikut :

I. Neraca Transaksi Berjalan

Transaksi berjalan meliputi transaksi ekspor dan impor barang,

jasa, pendapatan primer dan pendapatan sekunder.

1). Transaksi Barang dan Jasa

Transaksi ini meliputi transaksi ekspor maupun impor barang dan

jasa. Transaksi barang meliputi transaksi ekspor dan impor barang

dagangan umum (general merchandise), emas non moneter (non

monetery gold), dan net ekspor barang. Transaksi ekspor barang

merupakan barang-barang yang dapat dilihat secara fisik seperti ekspor

kayu, minyak dan gas, cengkeh dan sebagainya.

Transaksi jasa meliputi ekspor dan impor jasa manufaktur

(manufacturing services), jasa pemeliharaan dan perbaikan (maintenance

Ekonomi Internasional Muh. Ilham


59
and repair services), jasa transportasi, jasa perjalanan (travel), jasa

konstruksi, jasa asuransi dan dana pensiun (insurance and pension

services), jasa keuangan (financial services), biaya penggunaan

kekayaan intelektual (charges for the use intelectual property), jasa

telekomunikasi, komputer dan informasi, jasa bisnis lainnya, jasa

personal, kebudayaan, dan rekreasi, serta jasa pemerintah.

Ekspor barang dan jasa merupakan transaksi kredit (+) sebab

transaksi ini menimbulkan hak untuk menerima pembayaran (terjadinya

aliran dana masuk). Impor barang dan jasa merupakan transaksi debet (-)

sebab transaksi ini menimbulkan kewajiban untuk melakukan

pembayaran kepada penduduk negara lain (terjadinya aliran dana ke luar

negeri).

2). Pendapatan Primer dan Pendapatan Sekunder

Transaksi pendapatan primer meliputi (primary income) adalah

transaksi penerimaan dan pembayaran kompensasi tenaga kerja

(compensation employes) dan pendapatan investasi (investment income)

dai investasi langsung (direct investment), investasi portofolio (porfolio

investment), dan ivestasi lainnya. Transaksi penerimaan dicatat sebagai

transaksi kredit (+) karena menimbulkan hak untuk menerima

pembayaran yang menimbulkan aliran dana masuk. Transaksi

pembayaran dicatat sebagai transaksi debet (-) karena menimbulkan

kewajiban untuk membayar yang menimbulkan aliran dana keluar.

Selanjutnya, transaksi pendapatan sekunder adalah transaksi

penerimaan dan pembayaran transfer berjalan oleh sektor pemerintah

Ekonomi Internasional Muh. Ilham


60
dan sektor lainnya. Transaksi pendapatan sekunder sektor lainnya juga

termasuk transfer dari tenaga kerja (workers’ remittances).

II. Transaksi Modal


Transaksi modal (capital account) adalah transaksi yang berupa
transfer modal (capital transfer). Transfer modal meliputi transfer in kind
berupa transfer kepemilikan aktiva tetap (misalnya hibah investasi) atau
pengampunan (forgiveness) atas kewajiban yang diberikan kreditur tanpa
kompensasi berdasarkan persetujuan kedua belah pihak, trasnfer tunai
yang berkaitan dengan akuisisi/penjualan aktiva tetap oleh salah satu
atau kedua belah pihak yang bertransaksi. Dalam pencatatannya,
transkasi modal yang menimbulkan penerimaan dicatat sebagai transaksi
kredit (+) karena menimbulkan aliran modal masuk, sedangkan transaksi
modal yang menimbulkan kewajiban membayar dicatat sebagai transaski
debet (-) yang menimbulkan aliran modal keluar.

III. Transaksi Finansial


Transaksi finansial adalah transaksi yang timbul dalam rangka
investasi langsung (direct investment), investasi portofolio (postfolio
investment), derivatif finansial (financial derivatives), dan investasi
lainnya.
a. Investasi langsung disajikan berdasarkan prinsip aset dan
kewajiban (asset and liabilties principle).
1) Investasi langsung di sisi aset adalah investasi penduduk
Indonesia di luar negeri dalam bentuk modal ekuitas (equity
capital) dengan batasan minimal kepemilikan saham 10% dan
dalam bentuk instrumen utang kepada pihak terkait bukan
penduduk.
2 ) Investasi langsung di sisi kewajiban adalah investasi bukan
penduduk pada perusahaan di Indonesia dalam bentuk modal

Ekonomi Internasional Muh. Ilham


61
ekuitas dengan batasan minimal kepemilikan saham 10% dan
dalam bentuk instrumen utang.
3) Pihak terkait bukan penduduk dapat berupa perusahaan induk,
perusahaan anak, dan perusahaan dalam satu grup.

b. Untuk keperluan analisis, data investasi langsung disajikan pula


berdasarkan arah investasi :
1) Investasi langsung ke luar negeri (direct investment
abroad) adalah investasi penduduk Indonesia pada suatu
perusahaan di luar negeri, yang ditandai dengan adanya transaksi
awal (initial transaction) kepemilikan saham minimal 10%.
Transaksi selanjutnya yang terjadi antara perusahaan Indonesia
dengan perusahaan anak dan pihak terkait bukan penduduk, baik
berupa aset maupun kewajiban, dicatat sebagai investasi langsung ke
luar negeri.
2) Investasi langsung di Indonesia (direct investm ent in
Indoneia) adalah investasi bukan penduduk pada perusahaan
di Indonesia, yang ditandai dengan adanya transaksi awal
kepemilikan saham minimal 10%. Transaksi selanjutnya yang
terjadi antara perusahaan Indonesia dengan pemegang saham
dan pihak terkait bukan penduduk, baik berupa aset maupun
kewajiban, dicatat sebagai investasi langsung di Indonesia.
c. Modal ekuitas mencakup kepemilikan saham dan laba yang
ditanamkan kembali (reinvested earning). Sedangkan
i n s t r u m e n u t a n g ( d e b t i n s t r u m e n t s ) mencakup surat-surat
berharga, pinjaman, dan tagihan/kewajiban lainnya.
d. Data investasi langsung, baik sisi aset maupun kewajiban, mencakup
investasi yang terjadi pada semua sektor ekonomi, termasuk sektor
minyak dan gas (migas).
e. Rincian data investasi langsung di Indonesia menurut negara asal,
sektor ekonomi, dan cross tabulation menurut negara asal dan

Ekonomi Internasional Muh. Ilham


62
sektor ekonomi merupakan rincian data investasi langsung
berdasarkan arah investasi (directional principle).
f. Investasi portofolio di sisi aset mencakup transaksi akuisisi surat-
surat berharga (berbentuk saham atau surat hutang jangka panjang
maupun pendek) yang diterbitkan bukan penduduk oleh penduduk
sementara investasi portofolio di sisi kewajiban mencakup transaksi
akuisisi surat-surat berharga yang diterbitkan penduduk oleh bukan
penduduk.
g. Derivatif finansial mencakup instrumen finansial yang dikaitkan
dengan instrumen finansial tertentu, indikator atau komoditas; dan
melalui instrumen finansial ini, risiko finansial tertentu (seperti risiko
suku bunga dan nilai tukar) dapat diperdagangkan di pasar finansial.
Transaksi derivatif finansial hanya mencakup sektor bank.
h. Investasi lainnya di sisi aset mencakup transaksi pemberian pinjaman
dan tagihan lainnya pada bukan penduduk, sementara investasi lainnya di
sisi kewajiban mencakup transaksi penerimaan pinjaman dan kewajiban
lainnya kepada bukan penduduk.

IV. Selisih Perhitungan (error and ommission)

Rekening ini merupakan rekening penyeimbang apabila nilai-nilai

transaksi kredit tidak persis sama dengan nilai-nilai transaksi debet.

Dengan adanya rekening selisih perhitungan ini maka jumlah total nilai

sebelah kredit dan debet dari suatu neraca pembayaran internasional

akan selalu sama (balance).

V. Cadangan Devisa

Transaksi cadangan devisa (reserve asset transaction)


mencakup transaksi penerimaan dan pengeluaran yang dilakukan oleh
Bank Indonesia dan pemerintah terkait cadangan devisa resmi Indonesia.
Cadangan devisa adalah persediaan emas dan mata uang asing yang

Ekonomi Internasional Muh. Ilham


63
dimiliki yang sewaktu-waku digunakan untuk transaksi atau pembayaran
internasional dalam kaitannya dengan impor. Posisi cadangan devisa suatu
negara biasanya dinyatakan aman apabila mencukupi kebutuhan impor
untuk jangka waktu tiga bulan.
NERACA PEMBAYARAN INDONESIA 2016 – 2018(Triwulan II)
RINGKASAN
(Juta USD)

2016 2017* 2018


ITEMS
Total Q1 Q2 Q3 Q4 Total Q1* Q2**
I. Transaksi Berjalan -16.952 -2.175 -4.705 -4.626 -5.822 -17.327 -5.717 -8.028
A. Barang 1) 15.318 5.635 4.835 5.258 3.057 18.785 2.324 289
- Ekspor 144.470 40.763 39.167 43.392 45.531 168.854 44.374 43.770
- -
- Impor
129.152 -35.128 -34.332 -38.133 -42.475 150.069 -42.050 -43.481
1. Barang Dagangan
Umum 14.744 5.470 4.575 5.042 2.799 17.886 2.021 471
- Ekspor, fob. 143.105 40.439 38.811 42.824 44.899 166.973 43.749 43.274
- Impor, fob. -128.360 -34.969 -34.237 -37.781 -42.100 -149.087 -41.727 -42.803
a. Nonmigas 19.516 7.647 6.115 6.323 5.150 25.236 4.432 3.219
- Ekspor, fob 130.188 36.479 35.388 38.958 40.574 151.400 39.654 38.795
- Impor, fob -110.672 -28.832 -29.273 -32.635 -35.425 -126.164 -35.223 -35.576
b. Migas -4.772 -2.177 -1.540 -1.281 -2.351 -7.349 -2.410 -2.748
- Ekspor, fob 12.916 3.960 3.423 3.865 4.325 15.573 4.094 4.478
- Impor, fob -17.688 -6.137 -4.964 -5.146 -6.675 -22.922 -6.505 -7.227
2. Barang Lainnya 574 165 260 216 258 899 303 -182
- Ekspor, fob. 1.365 324 356 568 633 1.881 626 496
- Impor, fob. -792 -159 -96 -352 -375 -982 -323 -678
B. Jasa - jasa -7.084 -1.230 -2.223 -2.122 -2.233 -7.808 -1.554 -1.790
- Ekspor 23.324 5.824 5.552 6.476 6.969 24.821 6.864 6.489
- Impor -30.407 -7.054 -7.774 -8.598 -9.202 -32.628 -8.418 -8.278
C. Pendapatan Primer -29.647 -7.718 -8.310 -8.939 -7.835 -32.803 -7.900 -8.155
- Penerimaan 4.048 1.599 1.707 1.520 1.675 6.501 1.728 1.852
- Pembayaran -33.695 -9.317 -10.017 -10.459 -9.510 -39.303 -9.628 -10.007
D. Pendapatan Sekunder 4.460 1.138 993 1.176 1.190 4.498 1.414 1.627
- Penerimaan 9.832 2.356 2.490 2.550 2.595 9.990 2.835 3.123
- Pembayaran -5.371 -1.217 -1.497 -1.374 -1.405 -5.493 -1.422 -1.496
II. Transaksi Modal 41 0 5 19 22 46 58 3
- Penerimaan 41 0 5 19 22 46 58 3
- Pembayaran 0 0 0 0 0 0 0 0

Ekonomi Internasional Muh. Ilham


64
III. Transaksi Finansial 2) 29.306 6.795 5.337 10.180 6.871 29.183 2.390 4.015
- Aset 15.920 -4.308 -8.047 -3.818 -1.976 -18.149 -4.489 -1.291
- Kewajiban 13.386 11.103 13.385 13.998 8.847 47.332 6.879 5.306
1. Investasi Langsung 16.136 2.804 4.358 7.351 4.905 19.417 2.931 2.487
a. Aset 11.594 -398 -97 -1.045 -507 -2.048 -679 -991
b. Kewajiban 4.542 3.202 4.455 8.396 5.412 21.465 3.610 3.479
2. Investasi Portofolio 18.996 6.536 8.126 4.030 1.957 20.649 -1.151 53
a. Aset 2.218 -1.019 -223 -732 -1.382 -3.356 -1.423 -1.258
b. Kewajiban 16.778 7.555 8.349 4.761 3.339 24.005 272 1.311
- Sektor publik 16.835 6.437 4.529 6.107 4.807 21.880 2.569 893
- Sektor swasta -57 1.119 3.820 -1.345 -1.469 2.124 -2.297 418
3. Derivatif Finansial -9 -72 25 -12 -69 -128 60 12
4. Investasi Lainnya -5.817 -2.473 -7.171 -1.189 78 -10.755 551 1.462
a. Aset 1.499 -3.075 -7.850 -2.130 -132 -13.187 -2.577 809
b. Kewajiban -7.316 602 679 941 210 2.432 3.128 653
- Sektor publik -2.369 121 -923 48 -597 -1.353 650 -1.724
- Sektor swasta -4.947 482 1.603 893 807 3.785 2.478 2.377
IV. Total (I + II + III) 12.394 4.620 637 5.573 1.071 11.902 -3.269 -4.011
V. Selisih Perhitungan
Bersih -305 -106 102 -214 -97 -316 -586 -298
VI. Neraca Keseluruhan (IV
+ V) Selisih Perhitungan
Bersih 12.089 4.514 739 5.359 974 11.586 -3.855 -4.309
VII. Cadangan Devisa dan
yang terkait 3) -12.089 -4.514 -739 -5.359 -974 -11.586 3.855 4.309
A. Transaksi Cadangan
Devisa -12.089 -4.514 -739 -5.359 -974 -11.586 3.855 4.309
B. Kredit dan Pinjaman IMF 0 0 0 0 0 0 0 0
C. Exceptional Financing 0 0 0 0 0 0 0 0
Memorandum:
- Posisi Cadangan Devisa 116.362 121.806 123.094 129.402 130.196 130.196 126.003 119.839
Dalam Bulan Impor dan
Pembayaran Utang Luar
Negeri Pemerintah 8,4 8,6 8,6 8,6 8,3 8,3 7,7 6,9
- Transaksi Berjalan (%
PDB) -1,82 -0,90 -1,86 -1,76 -2,3 -1,7 -2,21 -3,04

Catatan:
1) Dalam free on board (fob).
2) Tidak termasuk cadangan devisa dan yang terkait.
3) Negatif berarti surplus dan positif berarti defisit.
* Angka - angka sementara
** Angka - angka sangat sementara

Ekonomi Internasional Muh. Ilham


65
C. Rangkuman

1. Neraca Pembayaran Internasional adalah sebuah rangkuman laporan


dari semua transaksi ekonomi yang dilakukan oleh penduduk dari
suatu negara dengan penduduk negara lainnya selama periode
tertentu.
2. Transaksi-transaksi-transaksi internasional dapat dklasifikasikan
sebagai transaksi debet dan transaksi kredit. Transaksi debet adalah
transaksi yang menimbulkan kewajiban membayar kepada pihak lain,
sedang transaksi kredit adalah transaksi yang menimbulkan hak untuk
menerima pembayaran dari phak lain.

D. Soal-soal Latihan

1. Kemukakan pengertian Neraca Pembayaran Internasional.


2. Apa yang dimaksud dengan transaksi debet dan transaksi kerdit dalam
neraca pembayaran. Unsur-unsur apa saja dalam Neraca Pembayaran
Internasional yang masuk dalam transaksi debet ataukah transaksi
kredit. Jelaskan mengapa !
3. Kumpulkan data Neraca Pembayaran Internasional Indonesia selama 5
tahun terakhir, kemudian analisislah unsur-unsur yang saling
berhubungan.

Ekonomi Internasional Muh. Ilham

Anda mungkin juga menyukai