Anda di halaman 1dari 15

KEUANGAN

Jurnal Keuangan dan Perbankan, Vol. 12, No.3 September 2008, hal. 384 – 398
Terakreditasi SK. No. 167/DIKTI/Kep/2007

KEPEMILIKAN MAN AJERIAL D


MANAJERIAL AN
DAN
INSTITUSION AL, KEBIJ
INSTITUSIONAL, AKAN DIVIDEN
KEBIJAKAN DIVIDEN,,
UKURAN PERUSAHAAN, STRUKTUR
AKTIVA D
AKTIVA AN PR
DAN OFIT
PROFIT ABILITAS
ABILITAS
OFITABILIT
TERHAD AP KEBIJ
TERHADAP AKAN HUT
KEBIJAKAN ANG
HUTANG
Yuli Soesetio
Fakultas Ekonomi Jurusan Manajemen Universitas Negeri Malang
Jl. Surabaya 6 Malang

Abstract: This research was conducted to know several factors that affected Debt policy and
to know the significance level and the correlation between dependent and independent variable.
Analysis instrument used was parametric statistic. Based on the result of statistic test, all of
independent variables were able to explain simultaneously dependent variable of Debt policy,
and particularly, variable of Managerial Ownership, Institutional Ownership, Assets Structure,
and Profitability which were affected significantly towards Debt policy.
Keywords: Managerial Ownership, Institutional Ownership, Assets Structure, Company Size,
Profitability, and Debt Policy.

Manajer perusahaan dan pemegang saham Namun, dengan munculnya mekanisme


adalah pihak-pihak yang mempunyai kepentingan pengawasan tersebut akan menimbulkan biaya
masing-masing dalam perusahaan, dan seringkali yang disebut sebagai agency cost (Wahidahwati,
kepentingan pihak-pihak tersebut bertentangan. 2001). Biaya keagenan meliputi biaya
Perbedaan kepentingan itulah yang menimbulkan pengawasan (monitoring cost), bonding cost, dan
konflik kepentingan antara manajer dan residual loss (Jensen dan Meckling, 1976). Ada
pemegang saham yang biasa disebut dengan beberapa alternatif untuk mengurangi agency cost
konflik agensi. Konflik kepentingan antara yaitu, Pertama, meningkatkan kepemilikan saham
manajer dan pemegang saham dapat perusahan oleh manajemen dengan cara ini
diminimumkan dengan suatu mekanisme manajer merasakan langsung manfaat dari
pengawasan yang dapat mensejajarkan keputusan yang diambil dan juga apabila ada
kepentingan-kepentingan yang terkait tersebut. kerugian yang timbul sebagai konsekuensi dari

Korespondensi dengan Penulis:


Yuli Soesetio: Telp. +62 341 551 3125 Ext.271, Fax. +62 341 552 888
E-mail:julisoesetio@yahoo.com

384 JURNAL KEUANGAN DAN PERBANKAN

Vol. 12, No. 3, September 2008: 384 – 398


KEUANGAN

pengambilan keputusan yang salah. Kepemilikan Weston dan Copeland (1997) struktur modal
ini akan mensejajarkan kepentingan manajemen adalah pembiayaan permanen yang terdiri dari
dengan pemegang saham (Jensen dan Meckling, hutang jangka panjang, saham preferen, dan
1976). Kedua, meningkatkan dividend payout modal pemegang saham. Setelah mengetahui
ratio. Dengan cara ini tidak tersedia cukup banyak dampak dari perbedaan kepentingan antara
free cash flow dan manajemen terpaksa mencari pemegang saham dan manajemen dalam
pendanaan dari luar untuk membiayai investasinya menentukan kebijakan struktur modal,
(Crutchley dan Hansen, 1989 dalam Wahidahwati, diharapkan perusahaan mampu melakukan
2001). Ketiga, meningkatkan pendanaan dengan penyeimbangan struktur modal secara optimal
hutang. Peningkatan hutang akan menurunkan termasuk kebijakan hutang yang juga merupakan
besarnya konflik antara pemegang saham dengan pertimbangan dalam struktur modal agar dapat
manajemen. Di samping itu hutang juga akan meminimalkan biaya modal dan menghindari
menurunkan excess cash flow yang ada dalam terjadinya konflik antara pemegang saham
perusahaan sehingga akan menurunkan dengan manajemen.
kemungkinan pemborosan yang dilakukan Peranan struktur kepemilikan sangatlah
manajemen (Jensen,1986). Keempat, institutional penting dalam menjelaskan kebijakan hutang
investor sebagai monitoring agents. Moh’d et al. perusahaan, alasannya adalah bahwa pilihan
(1998) dalam Wahidahwati (2001) menyatakan struktur modal tergantung pada siapa yang
bahwa distribusi saham antara pemegang saham mengendalikan perusahaan, karena itu
dari luar yaitu institutional investor dan diperkirakan adanya rasio hutang yang lebih
shareholders dispersion dapat mengurangi agency tinggi ketika para pemegang saham memegang
cost. Karena kepemilikan mewakili suatu sumber kendali atas perusahaan sebaliknya diperkirakan
kekuasaan (source of power) yang dapat adanya rasio hutang yang lebih rendah ketika
digunakan untuk mendukung atau sebaliknya manajer-manajer mengendalikan perusahaan dan
terhadap keberadaan manajemen. sebagai pengambil keputusan.
Schooley dan Barney (1994) meneliti Selain itu, dari penelitian terdahulu
tentang kegunaan kebijakan dividen dan menunjukkan banyak variabel yang
kepemilikan saham oleh Chief Executive Officer mempengaruhi kebijakan hutang dalam
(CEO) untuk mengurangi agency cost. Dari hasil meningkatkan nilai perusahaan seperti: kebijakan
pengujian ditemukan bahwa terdapat hubungan dividen, ukuran perusahaan, struktur aktiva, tidak
yang nonmonotonic significant antara dividen hanya karena adanya penghematan pajak
dan kepemilikan saham oleh CEO. Artinya, karena penghasilan seperti yang telah diuraikan dalam
pembayaran dividen dan kepemilikan saham oleh teori struktur modal Modigliani Miller (1958).
CEO merupakan mekanisme yang saling
Istilah struktur kepemilikan digunakan
menggantikan di dalam mengurangi agency cost,
untuk menunjukkan bahwa variabel-variabel
maka perusahaan dengan jumlah kepemilikan
yang penting dalam struktur modal tidak hanya
saham oleh CEO yang tinggi, cenderung
ditentukan oleh jumlah hutang dan equity tetapi
membayar dividen yang rendah, dan sebaliknya
juga prosentase kepemilikan oleh manager dan
perusahaan-perusahaan dengan jumlah
institutional (Jensen dan Meckling, 1976).
kepemilikan saham oleh CEO yang rendah,
Managerial ownership dan institutional investor
melakukan pembayaran dividen yang tinggi.
dapat mempengaruhi keputusan pencarian dana
Kebijakan hutang merupakan bagian dari apakah melalui hutang atau right issue. Jika
pertimbangan dalam struktur modal. Menurut pendanaan diperoleh melalui hutang berarti rasio
KEPEMILIKAN MANAJERIAL, KEPEMILIKAN INSTITUSIONAL, KEBIJAKAN DIVIDEN, UKURAN 385
PERUSAHAAN, STRUKTUR AKTIVA DAN PROFITABILITAS TERHADAP KEBIJAKAN HUTANG

Yuli Soesetio
KEUANGAN

hutang terhadap equity akan meningkat, kepemilikan institusional, kebijakan dividen,


sehingga akhirnya akan meningkatkan risiko. ukuran perusahaan, dan struktur aktiva terhadap
Penelitian ini dikembangkan dari penelitian kebijakan hutang.
Wahidahwati (2001) dengan tujuan utama yaitu
untuk menganalisis apakah kebijakan dividen,
kepemilikan manajerial kepemilikan institusional, KEPEMILIKAN MANAJERIAL
ukuran perusahaan, struktur aktiva, earning
volatility, dan stock volatility mempunyai pengaruh
Menurut teori keagenan (Jensen dan
yang signifikan terhadap kebijakan hutang
Meckling, 1976) konflik antara prinsipal dan agen
(struktur modal) perusahaan pada industri
dapat dikurangi dengan mensejajarkan
manufaktur yang go public di BEJ. Perbedaan
kepentingan antara prinsipal dan agen. Kehadiran
penelitian ini dengan penelitian Wahidahwati
kepemilikan saham oleh manajerial dapat
(2001) adalah Pertama, periode dalam penelitian
digunakan untuk mengurangi agency cost karena
ini yaitu 2004, 2005, 2006. Kedua, komponen
dengan memiliki saham perusahaan, diharapkan
variabel institusional dalam penelitian ini
manajer merasakan langsung manfaat dari setiap
memasukkan kepemilikan oleh blockholder, yaitu
keputusan yang diambilnya, begitu pula bila terjadi
kepemilikan individu atas nama perorangan diatas
kesalahan maka manajer juga akan menanggung
5%, yang pada penelitian Wahidahwati (2001)
kerugian sebagai salah satu konsekuensi dari
tidak dimasukkan sebagai komponen institusional.
kepemilikan saham. Proses ini dinamakan bonding
Unsur blockholder dimasukkan sebagai
mechanism, yaitu proses untuk menyamakan
komponen kepemilikan institusional karena
kepentingan manajemen melalui program
kepemilikan ini merupakan bagian yang cukup
mengikat manajemen dalam modal perusahaan.
besar tetapi tidak termasuk dalam kepemilikan
Dengan demikian perusahaan akan memiliki
insider. Pada beberapa penelitian, blockholder
agency cost of equity yang kecil karena kepemilikan
adalah bagian dari kepemilikan institusional
manajerial merupakan bagian dari bonding
(Ismayanti dan Hanafi, 2003). Ketiga, penelitian
menchanism tersebut (Megginson, 1997).
ini menggunakan kebijakan dividen, ukuran
perusahaan,struktur aktiva dan profitabilitas
sebagai variabel independen.
KEPEMILIKAN INSTITUSIONAL
Penelitian ini ingin menguji hipotesis
mengenai pengaruh kepemilikan manajerial,
kepemilikan institusional, kebijakan dividen, Kepemilikan oleh institusi lain berarti
ukuran perusahaan, struktur aktiva dan kepemilikan saham oleh pihak institusi lain yaitu
profitabilitas terhadap kebijakan hutang kepemilikan oleh perusahaan atau lembaga lain.
perusahaan manufaktur yang listing di BEI Tahun Ismayanti dan Hanafi (2003) menyatakan bahwa
2004-2006. Tujuan dari penelitian ini adalah (1) blockholder juga termasuk dalam kepemilikan
untuk mengetahui kondisi kepemilikan oleh institusi lain. Blockholder adalah kepemilikan
manajerial, kepemilikan institusional, kebijakan saham oleh perseorangan dengan nilai di atas 5%
dividen, ukuran perusahaan, struktur aktiva, dan perseorangan tersebut tidak masuk di jajaran
profitabilitas, dan kebijakan hutang perusahaaan manajemen. Institusi biasanya dapat menguasai
manufaktur yang listing di BEJ tahun 2004-2006. mayoritas saham karena mereka memiliki sumber
(2) Untuk mengetahui pengaruh secara parsial dan daya yang lebih besar bila dibandingkan dengan
simultan antara kepemilikan manajerial, pemegang saham lainnya.

386 JURNAL KEUANGAN DAN PERBANKAN

Vol. 12, No. 3, September 2008: 384 – 398


KEUANGAN

Pihak institusional diharapkan mampu pertumbuhan yang tinggi lebih memilih seluruh
melakukan pengawasan lebih baik terhadap laba bersih operasinya dialokasikan untuk
kebijakan manajer. Kepemilikan institusional investasi yang profitable, dan tidak menyisakan
dapat melakukan pengawasan yang lebih baik, kas untuk pembayaran dividen.
dikarenakan dari segi skala ekonomi, pihak Besar kecilnya perusahaan sangat
institusional memiliki keuntungan lebih untuk berpengaruh terhadap struktur modal, terutama
memperoleh informasi dan menganalisis segala hal berkaitan dengan kemampuan memperoleh
yang berkaitan dengan kebijakan manajer. Selain pinjaman. Perusahaan besar yang telah
itu, pihak institusional lebih mementingkan terdiversifikasi, lebih mudah untuk memasuki pasar
adanya stabilitas pendapatan atau keuntungan modal, menerima penilaian kredit yang lebih
jangka panjang, sehingga asset penting tinggi dari bank komersial untuk hutang-hutang
perusahaan akan mendapatkan pengawasan yang diterbitkan dan membayar tingkat bunga
yang lebih baik. (Han dkk., 1999). yang lebih rendah pada hutangnya. Salah satu
alasannya perusahaan lebih mudah menerima
pinjaman adalah karena nilai aktiva yang
KEBIJAKAN DIVIDEN dijadikan jaminan lebih besar dan tingkat
kepercayaan bank juga lebih tinggi.

Kebijakan dividen menyangkut keputusan


untuk membagikan laba atau menahannya guna
diinvestasikan kembali dalam perusahaan (Weston STRUKTUR AKTIVA
dan Brigham, 1994). Kebijakan dividen suatu
perusahaan memiliki dua karakteristik, yaitu Salah satu persyaratan mengajukan
pembayaran dividen (dividen payout ratio) yang pinjaman adalah adanya aktiva tetap berwujud
menunjukkan berapa bagian pendapatan yang dapat dijaminkan sehingga semakin besar
perusahaan yang dibayarkan oleh dividen, dan nilai aktiva tetap berwujud yang dimiliki ada
stabilitas dividen dari waktu ke waktu (Martin et kecenderungan semakin besar pinjaman yang
al., 1995 dalam Sharasanti, 2002). Kebijakan yang dapat diperoleh. Oleh karena itu nilai aktiva tetap
optimal pada suatu perusahaan adalah kebijakan berwujud yang besar akan berpengaruh positif
yang menciptakan keseimbangan diantara dividen terhadap penggunaan sumber dana hutang.
saat ini dan pertumbuhan di masa mendatang
sehingga memaksimumkan harga saham.

PROFITABILITAS

UKURAN PERUSAHAAN
Variabel ini menggambarkan pendapatan
untuk membiayai investasi. Profitabilitas
Perusahaan kecil dan dalam masa menunjukkan kemampuan dari modal yang
pertumbuhan cenderung untuk tidak diinvestasikan dalam keseluruhan aktiva untuk
membayarkan dividennya (Douglas, 1998). Dan menghasilkan keuntungan bagi investor. Myers
perusahaan biasanya baru akan membagikan (1984) sebagaimana diungkapkan dalam Masdupi
labanya dalam bentuk dividen setelah perusahaan (2005) menyarankan manajer untuk
mencapai titik kedewasaan (mature) dalam daur menggunakan pecking order untuk keputusan
hidupnya. Perusahaan kecil dengan kesempatan pendanaan.

KEPEMILIKAN MANAJERIAL, KEPEMILIKAN INSTITUSIONAL, KEBIJAKAN DIVIDEN, UKURAN 387


PERUSAHAAN, STRUKTUR AKTIVA DAN PROFITABILITAS TERHADAP KEBIJAKAN HUTANG

Yuli Soesetio
KEUANGAN

berpengaruh secara Simultan terhadap


KEBIJAKAN HUTANG
Kebijakan Hutang.
H2 = Kepemilikan Manajerial, Kepemilikan
Menurut Setiawan dalam Arifin (2004),
Institusional, Kebijakan Dividen, Ukuran
pengertian hutang adalah sebagai salah satu alat
Perusahaan, dan Struktur Aktiva
pendanaan yang merupakan sebuah contractual
berpengaruh secara Parsial terhadap
claim atas cash flow perusahaan (bukan sebuah
Kebijakan Hutang.
fungsi dari kinerja operasinya. Hal ini
mengindikasikan bahwa dalam klaim hutang
berarti kreditur berhak atas cash flow setelah
perusahaan memenuhi semua kewajiban lainnya.
Kebijakan hutang merupakan bagian dari
perimbangan jumlah hutang jangka pendek
(permanen), hutang jangka panjang, saham
preferen dan saham biasa dan perusahaan akan
berusaha mencapai suatu tingkat struktur modal
yang optimal.
Kebijakan hutang ini juga terkait dengan
Ket:
pecking order theory yang menyatakan bahwa
bila perusahaan membutuhkan dana maka = Pengaruh secara parsial
prioritas utama adalah menggunakan dana = pengaruh secara simultan
internal yaitu laba ditahan, karena adanya asimetri
informasi, maka pendanaan dari luar kurang Gambar 1. Model Rancangan Penelitian
diminati. Bila dibutuhkan pendanaan eksternal
prioritasnya adalah hutang, setelah itu ekuitas
yang dikonversi dan penerbitan ekuitas baru METODE
(Arisanti, 2003). Dalam debt policy, rasio debt to
equity optimal harus juga diperhatikan, dimana Pada dasarnya penelitian ini dilakukan
biaya marjinal hutang harus sesuai dengan dengan tahapan pengumpulan data-data
keuntungan marginal. sekunder berupa prospectus dan laporan
keuangan tahunan perusahaan yang didalamnya
meliputi besarnya jumlah hutang, besarnya
HIPOTESIS dividen dan data lain yang terkait dengan
penelitian ini, kemudian analisis dilakukan dengan
alat analisis statistik parametric yang terlebih
H1 = Kepemilikan Manajerial, Kepemilikan
dahulu dilakukan uji asumsi klasik, interpretasi
Institusional, Kebijakan Dividen, Ukuran
hasil uji statistik dan penyusunan rekomendasi
Perusahaan, dan Struktur Aktiva
bagi emiten dan calon investor.

388 JURNAL KEUANGAN DAN PERBANKAN

Vol. 12, No. 3, September 2008: 384 – 398


KEUANGAN

Gambar 2. Mekanisme Proses Penelitian

Ruang lingkup penelitian terdiri dari berarti kreditur berhak atas cash flow setelah
variabel bebas kepemilikan manajerial, perusahaan memenuhi semua kewajiban lainnya.
kepemilikan institusional, kebijakan dividen, Kebijakan hutang merupakan bagian dari
ukuran perusahaan, struktur aktiva dan perimbangan jumlah hutang jangka pendek
profitabilitas. Serta variabel terikat kebijakan (permanen), hutang jangka panjang, saham
hutang. preferen dan saham biasa dan perusahaan akan
Dalam penelitian ini data yang digunakan berusaha mencapai suatu tingkat struktur modal
adalah data sekunder yaitu data yang tidak secara yang optimal. Kebijakan hutang dapat dihitung
langsung dari perusahaan manufaktur akan tetapi dengan menggunakan rumus sebagai berikut:
diperoleh dari Bursa Efek Indonesia (BEI) melalui
Indonesian Capital Market Directory tahun 2004
sampai dengan tahun 2006.
Semakin tinggi debt ratio semakin besar
Teknik analisa data yang digunakan dalam jumlah modal pinjaman yang digunakan di dalam
penelitian ini untuk menjawab hipotesis adalah menghasilkan keuntungan bagi perusahaan.
analisis regresi liniear berganda. Teknik analisis ini
digunakan karena penelitian ini bertujuan untuk Variabel Independent (X)
mengetahui dan menganalisis pengaruh masing- Menurut teori keagenan (Jensen dan
masing variabel bebas yaitu variabel kepemilikan Meckling, 1976) konflik antara prinsipal dan agen
manajerial, kepemilikan institusional, kebijakan dapat dikurangi dengan mensejajarkan
dividen, struktur aktiva, dan ukuran perusahaan kepentingan antara prinsipal dan agen. Kehadiran
berpengaruh terhadap kebijakan hutang sebagai kepemilikan saham oleh manajerial dapat
variabel terikat. digunakan untuk mengurangi agency cost karena
dengan memiliki saham perusahaan, diharapkan
Variabel Dependent (Y)
manajer merasakan langsung manfaat dari setiap
Menurut Setiawan dalam Arifin (2004), keputusan yang diambilnya, begitu pula bila
pengertian hutang didefinisikan sebagai salah terjadi kesalahan maka manajer juga akan
satu alat pendanaan yang merupakan sebuah menanggung kerugian sebagai salah satu
contractual claim atas cash flow perusahaan konsekuensi dari kepemilikan saham. Proses ini
(bukan sebuah fungsi dari kinerja operasinya). Hal dinamakan bonding mechanism, yaitu proses
ini mengindikasikan bahwa dalam klaim hutang untuk menyamakan kepentingan manajemen

KEPEMILIKAN MANAJERIAL, KEPEMILIKAN INSTITUSIONAL, KEBIJAKAN DIVIDEN, UKURAN 389


PERUSAHAAN, STRUKTUR AKTIVA DAN PROFITABILITAS TERHADAP KEBIJAKAN HUTANG

Yuli Soesetio
KEUANGAN

melalui program mengikat manajemen dalam membayarkan dividennya (Douglas, 1998). Dan
modal perusahaan. Kepemilikan Manajerial dapat perusahaan biasanya baru akan membagikan
dihitung dengan menggunakan rumus sebagai labanya dalam bentuk dividen setelah perusahaan
berikut: mencapai titik kedewasaan (mature) dalam daur
hidupnya. Perusahaan kecil dengan kesempatan
pertumbuhan yang tinggi lebih memilih seluruh
laba bersih operasinya dialokasikan untuk
investasi yang profitable, dan tidak menyisakan
Kepemilikan oleh institusi lain berarti kas untuk pembayaran dividen. Ukuran
kepemilikan saham oleh pihak institusi lain yaitu perusahaan dapat dihitung dengan
kepemilikan oleh perusahaan atau lembaga lain. menggunakan rumus sebagai berikut:
Ismayanti dan Hanafi (2003) menyatakan bahwa
blockholder juga termasuk dalam kepemilikan Ukuran Perusahaan = Ln. Total Aktiva x 100 %
oleh institusi lain. Blockholder adalah kepemilikan
saham oleh perseorangan dengan nilai diatas 5% Besar kecilnya perusahaan sangat
dan perseorangan tersebut tidak masuk di jajaran berpengaruh terhadap struktur modal, terutama
manajemen. Institusi biasanya dapat menguasai berkaitan dengan kemampuan memperoleh
mayoritas saham karena mereka memiliki sumber pinjaman. Perusahaan besar yang telah
daya yang lebih besar bila dibandingkan dengan terdiversifikasi, lebih mudah untuk memasuki pasar
pemegang saham lainnya. Dengan menggunakan modal, menerima penilaian kredit yang lebih
rumus ini maka akan dapat diketahui rasio tinggi dari bank komersial untuk hutang-hutang
kepemilikan institusional: yang diterbitkan dan membayar tingkat bunga
yang lebih rendah pada hutangnya. Salah satu
alasannya perusahaan lebih mudah menerima
pinjaman adalah karena nilai aktiva yang
Kebijakan dividen menyangkut keputusan dijadikan jaminan lebih besar dan tingkat
untuk membagikan laba atau menahannya guna kepercayaan bank juga lebih tinggi.
diinvestasikan kembali dalam perusahaan (Weston Salah satu persyaratan mengajukan
dan Bringham, 1994). Kebijakan dividen suatu pinjaman adalah adanya aktiva tetap berwujud
perusahaan memiliki dua karakteristik, yaitu yang dapat dijaminkan sehingga semakin besar
pembayaran dividen ( dividen payout ratio) yang nilai aktiva tetap berwujud yang dimiliki ada
menunjukkan berapa bagian pendapatan kecenderungan semakin besar pinjaman yang
perusahaan yang dibayarkan oleh dividen, dan dapat diperoleh. Untuk mengetahui rasio dari
stabilitas dividen dari waktu ke waktu (Martin et struktur aktiva dapat digunakan rumus sebagai
al., 1995 dalam Sharasanti, 2002). Kebijakan berikut:
dividen dapat dihitung dengan menggunakan
rumus sebagai berikut:

Variabel profitabilitas menggambarkan


pendapatan untuk membiayai investasi.
Profitabilitas menunjukkan kemampuan dari
Perusahaan kecil dan dalam masa
modal yang diinvestasikan dalam keseluruhan
pertumbuhan cenderung untuk tidak

390 JURNAL KEUANGAN DAN PERBANKAN

Vol. 12, No. 3, September 2008: 384 – 398


KEUANGAN

aktiva untuk menghasilkan keuntungan bagi pemegang saham eksternal yaitu rata-rata
investor. Myers (1984) sebagaimana diungkapkan sebanyak 96,791%. Selama periode penelitian,
dalam Masdupi (2005) menyarankan manajer untuk diperoleh nilai minimum dari kepemilikan
menggunakan pecking order untuk keputusan manajerial sebesar 0,01% dan maksimum 23,520%.
pendanaan. Rasio Profitabilitas dapat diketahui Kepemilikan institusional menunjukkan
dengan menggunakan rumus di bawah ini: seberapa besar persentase saham perusahaan yang
dimiliki oleh institusi seperti perusahaan asuransi,
bank, perusahaan investasi, dan kepemilikan oleh
institusi lain. Dari Tabel 1 menunjukkan bahwa
rata-rata kepemilikan institusional sebesar
65,090%. Nilai ini menunjukkan bahwa rata-rata
HASIL perusahaan industri manufaktur di Indonesia 50%
lebih sahamnya dimiliki oleh institusi, atau juga
Debt ratio menunjukkan struktur modal dapat diartikan dimiliki oleh badan hukum lain.
perusahaan, yang juga merupakan cerminan Selama periode penelitian diperoleh nilai
keputusan dalam pembiayaaan kegiatan minimum dari kepemilikan institusional sebesar
operasional perusahaan. Nilai rata-rata debt ratio 32,720% yang berarti selama periode penelitian
selama tahun 2004 sampai dengan tahun 2006 tahun 2004 sampai dengan tahun 2006 terdapat
diperoleh sebesar 44,754%. Hal ini menunjukkan sampel yang tidak memiliki kepemilikan
bahwa pada umumnya struktur modal perusahaan institusional, dan nilai maksimum sebesar 99,700%.
manufaktur di Indonesia yang dibiayai dari hutang Kebijakan dividen (Dividend Payout Ratio)
sebanyak 44,754% dan dari modal sendiri merupakan nilai persentase dari jumlah dividen
sebanyak 55,246%. Berarti pula bahwa struktur yang dibayarkan dibandingkan dengan laba
modal perusahaan manufaktur di Indonesia bersih perusahaan. Semakin besar rasio
dibiayai dari hutang masih lebih kecil dari 50%. pembayaran dividen, mencerminkan semakin
Hal ini menunjukkan bahwa pada umumnya besar pendapatan yang dapat diperoleh
perusahaan-perusahaan di Indonesia cenderung pemegang saham dan semakin kecil sumber-
berhati-hati dalam menggunakan sumber sumber dana (laba ditahan) yang dikendalikan
pendanaan yang berasal dari hutang. Selama oleh manajer, sehingga mengurangi kekuasaan
periode penelitian, diperoleh nilai minimum dari manajer dan membuat pembayaran dividen mirip
debt ratio sebesar 9,602 % dan nilai maksimum dengan monitoring capital market yang terjadi jika
sebesar 79,660%. perusahaan memperoleh modal baru. Dari Tabel
Kepemilikan manajerial menunjukkan 1 diperoleh nilai rata-rata untuk pembayaran
seberapa besar persentase saham perusahaan yang dividen sebesar 32,287%, yang menunjukkan
dimiliki oleh direktur dan komisaris dari kinerja kurang bagus apabila ditinjau dari
perusahaan. Dari Tabel 1 dapat diamati bahwa kemampuan perusahaan dalam memberikan hasil
nilai rata-rata dari kepemilikan manajerial ini atas investasi. Selama periode penelitian, dijumpai
masih sangat rendah pada perusahaan industri perusahaan yang memiliki DPR benilai negatif,
manufaktur. Selama 3 tahun periode penelitian, nilai ini menunjukkan bahwa pada periode
hanya diperoleh nilai rata-rata kepemilikan saham penelitian terdapat perusahaan yang tetap
oleh manajerial sebesar 3,209% dari jumlah saham membagikan dividen walaupun sedang
beredar. Ini menggambarkan bahwa komposisi mengalami kerugian, yang pada umumnya dana
pemegang saham masih didominasi oleh dividen berasal dari laba ditahan.

KEPEMILIKAN MANAJERIAL, KEPEMILIKAN INSTITUSIONAL, KEBIJAKAN DIVIDEN, UKURAN 391


PERUSAHAAN, STRUKTUR AKTIVA DAN PROFITABILITAS TERHADAP KEBIJAKAN HUTANG

Yuli Soesetio
KEUANGAN

Ukuran perusahaan digunakan untuk Untuk mengetahui sejauh mana perusahaan


mengukur besar kecilnya suatu perusahaan dari dapat mengembalikan hutangnya dan
jumlah aktiva yang dimiliki oleh perusahaan dari kesanggupan membayar bunga pinjaman, dapat
waktu ke waktu. Jumlah aktiva yang dimiliki diketahui dari kemampuan perusahaan dalam
perusahaan ini merupakan salah satu faktor yang menghasilkan laba dan efektivitas laba yang
dipertimbangkan oleh debt holder dalam dihasilkan. Dua hal tersebut dapat diukur melalui
memberikan pinjaman, hal ini sebagai jaminan rasio antara laba operasi bersih terhadap
bagi debt holder atas pinjaman yang diberikan penjualan. Semakin tinggi rasio ini, berarti semakin
kepada perusahaan. Dalam penelitian ini, rata-rata besar pula kemampuan perusahaan dalam
ukuran perusahaan pada sampel adalah sebesar mengembalikan hutang dan membayar bunga
26,268% dari minimum 16,235% dan maksimum pinjaman dan sebaliknya, semakin rendah rasio
31,481%. ini, berarti semakin kecil pula kemampuan
Struktur aktiva diukur dengan perusahaan dalam mengembalikan hutang dan
menggunakan hasil bagi antara aktiva tetap membayar bunga pinjaman. Rata-rata profitability
dengan total aktiva. Dari hasil pengujian pada sampel penelitian ini adalah sebesar 8,936%
diperoleh rata-rata struktur aktiva sebesar dari jumlah minimum 1,400% sampai dengan
41,682%. Nilai ini menunjukkan bukti bahwa 15,665%.
selama tahun 2004 sampai dengan tahun 2006 Sebelum dilakukan analisis regresi dengan
pada umumnya perusahaan manufaktur di metode OLS, terlebih dahulu dilakukan uji asumsi
Indonesia menanamkan dananya dengan proporsi klasik untuk menguji validitas model yaitu: uji
yang hampir berimbang antara aktiva lancar dan multikolinearitas dapat dilihat dari nilai VIF
aktiva tetap perusahaan. Selama periode (Variance Inflation Factor); heteroskedastisitas
penelitian diperoleh nilai minimum dari struktur dengan grafik scaterplot; autokorelasi dengan
aktiva sebesar 16,477% dan nilai maksimum besaran Durbin-Watson; dan normalitas dengan
sebesar 72,800%. grafik P-Plot.

Tabel 1. Hasil Analisis Regresi pada Industri Manufaktur Tahun 2004-2006

392 JURNAL KEUANGAN DAN PERBANKAN

Vol. 12, No. 3, September 2008: 384 – 398


KEUANGAN

Koefisien determinasi sebesar 0,517 pada manajerial, kepemilikan institusional, kebijakan


Tabel 1 menunjukkan bahwa variabel bebas: dividen, ukuran perusahaan, struktur aktiva, dan
Kepemilikan manajerial, Kepemilikan institusional, profitabilitas terhadap kebijakan hutang. Dari hasil
Kebijakan dividen, Ukuran perusahaan, Struktur pengujian dapat dibuktikan bahwa semua
aktiva, dan Profitabilitas dapat digunakan untuk variabel bebas (kepemilikan manajerial,
memprediksi variabel terikat sebesar 51,7% kepemilikan institusional, kebijakan dividen,
sedangkan sisanya (100% - 51,7%) = 48,3% ukuran perusahaan, struktur aktiva, dan
dijelaskan oleh sebab-sebab yang lain atau profitabilitas) secara simultan (bersama-sama)
variabel-variabel lain di luar penelitian. berpengaruh signifikan terhadap variabel terikat,
Pada Tabel 1 ditunjukkan bahwa angka D- yaitu kebijakan hutang.
W sebesar 1,907. Hal ini berarti tidak terdapat Untuk menjawab hipotesis kedua yaitu
masalah autokorelasi, karena angka D-W berada menguji pengaruh parsial variabel bebas terhadap
di antara -4 sampai +4. Uji asumsi klasik yang variabel terikat, ditunjukkan pada Tabel 1 bahwa
terakhir adalah Uji normalitas yang dilakukan variabel Kepemilikan manajerial, Kepemilikan
untuk mengetahui apakah dalam sebuah model institusional, Profitabilitas, dan Struktur aktiva
regresi, variabel dependen, variabel independen berpengaruh secara signifikan terhadap
atau keduanya mempunyai distribusi normal Kebijakan hutang. Sedangkan variabel Kebijakan
ataukah tidak. Dari grafik P-Plot, terlihat titik-titik dividen dan Ukuran perusahaan tidak
menyebar di sekitar garis diagonal, serta berpengaruh secara signifikan terhadap
penyebarannya mengikuti arah garis diagonal. Kebijakan hutang. Berdasarkan Tabel 1 dapat
Maka model regresi ini telah layak dipakai untuk dibuat persamaan regresi sebagai berikut:
memprediksi kebijakan hutang berdasar masukan Y = 94.758 - 0.777X1 - 0.301X2 - 0.315X5 -
variabel-variabel independennya, karena data 1.204X6
telah berdistribusi normal.
Berdasarkan Tabel 1 diketahui pula bahwa
Hasil pengujian untuk ANOVA yaitu nilai F variabel profitabilitas mempunyai koefisien regresi
hitung ditunjukkan pada Tabel 1. Uji F (1,204) terbesar sehingga dapat disimpulkan
dimaksudkan untuk melihat pengaruh secara bahwa variabel profitabilitas mempunyai
simultan atau bersama-sama variabel kepemilikan pengaruh dominan terhadap kebijakan hutang
perusahaan.

Tabel 2 Uji Multikolinearitas Variance Inflation Factor (VIF)

KEPEMILIKAN MANAJERIAL, KEPEMILIKAN INSTITUSIONAL, KEBIJAKAN DIVIDEN, UKURAN 393


PERUSAHAAN, STRUKTUR AKTIVA DAN PROFITABILITAS TERHADAP KEBIJAKAN HUTANG

Yuli Soesetio
KEUANGAN

Uji multikolinearitas digunakan untuk ukuran perusahaan, struktur aktiva, dan


mengidentifikasi adanya hubungan variabel- profitabilitas) secara simultan (bersama-sama)
variabel bebas yang diteliti. Berdasarkan Tabel 2 berpengaruh signifikan terhadap variabel terikat,
diperoleh bahwa nilai VIF untuk semua variabel yaitu kebijakan hutang.
bebas lebih kecil dari 10. Pada bagian Coefficient Untuk menjawab hipotesis kedua yaitu
terlihat untuk keenam variabel bebas, angka VIF menguji pengaruh parsial variabel bebas terhadap
ada di sekitar angka 1. Sehingga disimpulkan variabel terikat, ditunjukkan pada Tabel 1 bahwa
bahwa tidak terdapat multikolinearitas pada variabel Kepemilikan manajerial, Kepemilikan
variabel-variabel bebas yang diteliti. institusional, Profitabilitas, dan Struktur aktiva
Dari grafik scaterplot terlihat titik-titik berpengaruh secara signifikan terhadap
menyebar secara acak, tidak membentuk suatu Kebijakan hutang. Sedangkan variabel Kebijakan
pola tertentu yang jelas, serta tersebar baik di atas dividen dan Ukuran perusahaan tidak
maupun di bawah angka 0 pada sumbu Y. Hal ini berpengaruh secara signifikan terhadap
berarti tidak terjadi heteroskedastisitas pada model Kebijakan hutang. Berdasarkan Tabel 1 dapat
regresi, sehingga model regresi layak dipakai dibuat persamaan regresi sebagai berikut:
untuk memprediksi kebijakan hutang berdasar Y = 94.758 - 0.777X1 - 0.301X2 - 0.315X5 -
variabel independennya. 1.204X6
Pada Tabel 1 ditunjukkan bahwa angka D- Berdasarkan Tabel 1 diketahui pula bahwa
W sebesar 1,907. Hal ini berarti tidak terdapat variabel profitabilitas mempunyai koefisien regresi
masalah autokorelasi, karena angka D-W berada (1,204) terbesar sehingga dapat disimpulkan
di antara -4 sampai +4. Uji asumsi klasik yang bahwa variabel profitabilitas mempunyai
terakhir adalah Uji normalitas yang dilakukan pengaruh dominan terhadap kebijakan hutang
untuk mengetahui apakah dalam sebuah model perusahaan.
regresi, variabel dependen, variabel independen
atau keduanya mempunyai distribusi normal
ataukah tidak. Dari grafik P-Plot, terlihat titik-titik
PEMBAHASAN
menyebar di sekitar garis diagonal, serta
penyebarannya mengikuti arah garis diagonal.
Maka model regresi ini telah layak dipakai untuk Secara teoritis, kebijakan hutang perusahaan
memprediksi kebijakan hutang berdasar masukan dipengaruhi oleh berbagai faktor. Dalam
variabel-variabel independennya, karena data lingkungan industri terdapat beberapa faktor
telah berdistribusi normal. yang diyakini oleh investor yang berpengaruh
Hasil pengujian untuk ANOVA yaitu nilai F secara signifikan terhadap nilai kebijakan hutang
hitung dapat dilihat pada tabel 1. Uji F perusahaan tersebut. Oleh sebab itu para investor
dimaksudkan untuk melihat pengaruh secara hendaknya memperhatikan faktor-faktor yang
simultan atau bersama-sama variabel kepemilikan mempengaruhi kebijakan hutang perusahaan,
manajerial, kepemilikan institusional, kebijakan dalam hal ini adalah kepemilikan manajerial,
dividen, ukuran perusahaan, struktur aktiva, dan kepemilikan institusional, kebijakan dividen,
profitabilitas terhadap kebijakan hutang. Dari hasil ukuran perusahaan, struktur aktiva, dan
pengujian dapat dibuktikan bahwa semua profitabilitas.
variabel bebas (kepemilikan manajerial, Dari keenam faktor yang mempengaruhi
kepemilikan institusional, kebijakan dividen, kebijakan hutang perusahaan, faktor profitabilitas

394 JURNAL KEUANGAN DAN PERBANKAN

Vol. 12, No. 3, September 2008: 384 – 398


KEUANGAN

harus mendapat perhatian khusus karena sebelum melakukan pilihan investasi pembelian
menyumbangkan pengaruh paling dominan saham suatu perusahaan dengan mengamati
terhadap kebijakan hutang perusahaan sebesar kebijakan hutangnya sehingga investor dapat
120,4%. Hal ini berarti bahwa semakin tinggi rasio memperoleh keuntungan yang lebih besar
profitabilitas akan diikuti oleh penurunan rasio dengan pilihan investasi yang tepat pada
hutang perusahaan. Hal ini menggambarkan perusahaan yang tepat pula.
bahwa setiap penambahan profitability akan Pada penelitian ini struktur kepemilikan
mengakibatkan struktur modal berkurang. menjadi faktor yang berpengaruh secara signifikan
Berkurangnya komposisi hutang dalam struktur terhadap kebijakan hutang, yaitu kepemilikan
modal bisa karena keuntungan perusahaan tidak manajerial berpengaruh negatif secara signifikan
dibagikan kepada pemegang saham sebagai terhadap kebijakan hutang, hasil penelitian ini
dividen tunai tetapi dikonversi menjadi dividen didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh
saham dan kemudian digunakan untuk membayar Karyono (2006), Arifin (2004) dengan demikian
hutang yang telah jatuh tempo, atau keuntungan bahwa kepemilikan manajerial mampu digunakan
tersebut dikonversi menjadi dividen saham sebagai untuk mengendalikan biaya keagenan
modal tambahan sehingga menambah jumlah penggunaan hutang serta mampu mewarnai
equity atau keuntungan tersebut tidak dibagikan dalam pengambilan keputusan manajemen
baik dalam bentuk dividen tunai maupun dividen mengenai kebijkan hutang sebagaimana juga
saham tetapi dikapitalisir menjadi laba yang penelitian yang dilakukan oleh Tarjo dan
ditahan sehingga komposisi struktur modal Jogiyanto (2003) yang sesuai juga dengan
menjadi lebih besar equity dibandingkan dengan penelitian Friend dan Lang (1988) serta Jensen,
hutang. Oleh karena itu harus dipertimbangkan Solberg dan Zorn (1992) yang menemukan bahwa
dengan tepat mengenai variabel seperti kebijakan leverage dipengaruhi oleh struktur
kepemilikan manajerial, kepemilikan institusional, kepemilikan perusahaan dengan hubungan
kebijakan dividen, ukuran perusahaan, struktur negatif. Dengan kata lain bahwa kepemilikan
aktiva, profitabilitas, dll yang mempengaruhinya. manajerial yang semakin meningkat akan
agar perusahaan tidak mengalami risiko financial membuat kekayaan pribadi manajemen semakin
yang besar. Hasil penelitian ini sesuai dengan terkait erat dengan kekayaan perusahaan,
penelitian Sugiarto (2003) yang menyatakan sehingga manajemen akan berusaha untuk
bahwa profitabilitas mempunyai pengaruh yang mengurangi risiko kehilangan kekayaannya.
negatif dan signifikan terhadap kebijakan hutang
Sisi yang lain yaitu kepemilikan institusional
perusahaan. Hasil penelitian ini juga mendukung
berpengaruh negatif secara signifikan terhadap
Rizkyani (2006) yang berpendapat bahwa manajer
kebijakan hutang, temuan ini didukung oleh
keuangan yang menggunakan pecking order
penelitian yang dilakukan oleh Agustiana (2004),
theory akan selalu memperbesar tingkat
Karyono (2006), Raharja (2006). Penemuan ini juga
profitabilitas untuk meningkatkan laba ditahan.
menunjukkan bahwa kehadiran kepemilikan
Perusahaan yang kurang profitable akan
institusional pada industri manufaktur di BEI sadar
cenderung mempunyai hutang yang lebih besar
bahwa keberadaan mereka dapat memonitor
karena dua alasan yaitu dana internal dari laba
perilaku manajemen perusahaan secara efektif,
ditahan yang tidak cukup dan hutang merupakan
sehingga pihak manajemen akan bekerja untuk
sumber dana eksternal yang lebih disukai
kepentingan pemegang saham. Adanya
dibanding penjualan saham baru. Selain itu
monitoring yang efektif oleh institutional
investor hendaknya mencari informasi yang cukup
ownership menyebabkan penggunaan hutang

KEPEMILIKAN MANAJERIAL, KEPEMILIKAN INSTITUSIONAL, KEBIJAKAN DIVIDEN, UKURAN 395


PERUSAHAAN, STRUKTUR AKTIVA DAN PROFITABILITAS TERHADAP KEBIJAKAN HUTANG

Yuli Soesetio
KEUANGAN

menurun, karena peranan hutang sebagai salah Variabel bebas (X) yang paling dominan
satu alat monitoring sudah diambil alih oleh dalam penelitian ini adalah faktor profitabilitas
institutional ownership, dengan demikian (X6) mempunyai koefisien regresi 1.204 yang
mengurangi agency cost of debt. Hasil ini konsisten berarti bahwa semakin tinggi rasio profitabilitas
dengan teori dan penelitian sebelumnya yang akan diikuti oleh penurunan rasio hutang
dilakukan oleh Moh’d, et al (1998) dan Bathala perusahaan. Hal ini menggambarkan bahwa
(1994). setiap penambahan profitability akan
Hasil temuan hubungan antara struktur mengakibatkan struktur modal berkurang.
aktiva terhadap kebijakan hutang berbeda
Saran
dengan hasil penelitian terdahulu yang dilakukan
Keterbatasan penelitian ini terdapat pada
oleh Wahidahwati (2001), Tarjo dan Jogiyanto
jangka waktu penelitian yang relatif pendek bila
(2003), Agustiana (2004), dan Karyono (2006)
dibandingkan dengan beberapa penelitian
menemukan bahwa struktur aktiva secara parsial
terdahulu, sehingga menyebabkan terbatasnya
berpengaruh positif dan signifikan terhadap
jumlah sampel yang digunakan. Selain itu
kebijakan hutang. Sugiarto (2003) menemukan
penelitian ini hanya dibatasi pada perusahaan
bahwa struktur aktiva secara parsial berpengaruh
industri manufaktur, sehingga penarikan
negatif dan tidak signifikan terhadap kebijakan
kesimpulan tidak dapat diperluas untuk kategori
hutang. Temuan ini cukup menarik karena terjadi
industri yang lain, seperti industri jasa, industri
hubungan negatif signifikan yang juga bertolak
properti, dan industri keuangan. Keterbatasan
belakang dengan temuan Moh’d, et al (1998), hal
yang lain terutama pada segi alat analisis, sehingga
ini mungkin disebabkan oleh perbedaan jumlah
hasil pembahasan masih belum mencerminkan
periode pengamatan.
kesimpulan yang bersifat khusus pada perusahaan
industri manufaktur.
Berdasarkan hasil analisis pengaruh
KESIMPULAN DAN SARAN
beberapa variabel yaitu: kepemilikan manajerial,
kepemilikan institusional, kebijakan dividen,
Kesimpulan ukuran perusahaan, struktur aktiva, dan
Dari hasil pengujian statistik, maka dapat profitabilitas terhadap kebijakan hutang
disimpulkan bahw a model persamaan yang perusahaan, dikemukakan saran sebagai berikut:
dikembangkan menunjukkan bahwa variabel bagi pihak manajemen dan pemilik perusahaan
kepemilikan manajerial, kepemilikan institusional, harus mempertimbangkan dengan tepat
kebijakan dividen, ukuran perusahaan, struktur mengenai variabel-variabel yang
aktiva, dan profitabilitas berpengaruh signifikan mempengaruhinya, agar perusahaan tidak
secara bersama-sama terhadap kebijakan hutang mengalami risiko financial yang besar.
perusahaan. Sedangkan variabel kepemilikan Investor hendaknya menanamkan modalnya
manajerial, kepemilikan institusional, struktur pada perusahaan, investor hendaknya
aktiva, dan profitabilitas secara parsial mempertimbangkan kebijakan hutang
berpengaruh signifikan terhadap kebijakan perusahaan dan variabel-variabel yang
hutang, dan variabel kebijakan dividen dan mempengaruhinya. Bagi para kreditur, disarankan
ukuran perusahaan secara parsial berpengaruh dalam memberikan dana pinjaman, hendaknya
tidak signifikan terhadap kebijakan hutang selalu memperhatikan kemampuan perusahaan
perusahaan. dalam melunasi kewajiban finansialnya. Hal ini

396 JURNAL KEUANGAN DAN PERBANKAN

Vol. 12, No. 3, September 2008: 384 – 398


KEUANGAN

menyangkut risiko kredit macet yang dihadapi oleh Crutchley, C. and Hansen, R. 1989, A Test of The
kreditur masih relatif tinggi. Sedangkan saran bagi Agency Theory of Managerial Ownership,
peneliti lebih lanjut yang tertarik untuk meneliti Corporate Leverage, and Corporate
mengenai variabel-variabel yang mempengaruhi Dividend. Financial Management, Winter,
kebijakan hutang perusahaan, disarankan untuk pp.36-46.
menambah variabel yang digunakan, seperti umur
Ikatan Akuntan Indonesia (IAI). 2002. Standar
perusahaan, pertumbuhan perusahaan atau
Akuntansi Keuangan. Penerbit Salemba
volatilitas laba dan lain-lain.
Empat. Jakarta.

_______. Indonesian Capital Market Directory


DAFTAR PUSTAKA (ICMD) Tahun 2004-2006. Bursa Efek Jakarta.

Irfan, A. 2002. Pelaporan Keuangan dan Asimetri


Agustiana, V. 2004. Pengaruh Kepemilikan, Informasi dalam Hubungan Agensi, Lintasan
Kepemilikan Institusional dan Penyebaran Ekonomi, Vol. XIX, No. 2, Juli, hal. 83-95.
Kepemilikan terhadap Kebijakan Hutang Jensen, G., Solberg, D. and Zorn,T. 1992.
Perusahaan (Studi Pada Perusahaan Industri Simultaneous Determination of Insider
yang Go Public di Bursa Efek Jakarta tahun Ownership, Debt, and Dividend Policies.
2001-2003). Publikasi Ilmiah. Pascasarjana Journal of Financial and Quantitative
Universitas Brawijaya Malang. Analysis, Vol.27, pp.247-263.
Arifin. 2004. Pengaruh Kepemilikan Manajerial Jensen, M., and Meckling, W. 1976. Theory of The
dan Kepemilikan Institusional terhadap Firm: Managerial Behaviour Agency Cost and
Kebijakan Hutang, Kebijakan Hutang Ownership Structure. Journal of Finance and
terhadap Nilai Perusahaan serta Kepemilikan Economics, Vol.3, No.4, pp.305-360.
Manajerial dan Kepemilikan Institusional
terhadap Nilai Perusahaan: Sebuah Karyono. 2006. Pengaruh Kepemilikan Manajerial,
Perspektif Agency Theory. Skripsi. Program Kepemilikan Institusional, dan Penyebaran
Studi S1 Akuntansi Universitas Brawijaya. Kepemilikan terhadap Kebijakan Hutang
Malang. Perusahaan (Studi Pada Saham-Saham
Perushaan Manufaktur yang Terdaftar di
Bathala, C.T., Moon, K.R., and Rao, R.P. 1994. Bursa Efek Jakarta). Skripsi. Program Studi
Managerial Ownership, Debt Policy and The S1 Akuntansi, Universitas Brawijaya. Malang.
Impact of Institutional Holding: Agency
Perspective. Financial Management, Vol.23, Modigliani F. and Miller, M. H. 1958. The Cost of
pp.38-50. Capital, Corporation Finance and The Theory
of Investment. The American Economic
Besley, Scott and Brigham E. F. 2003. Principles of Review, Vol. XLVIII, No.3, pp 261-297.
Finance. Second Edition. Thomson Learning
Inc., United States of America. Moh’d, M. A., Perry, L. G. and Rimbey, J. N. 1998.
The Impact of Ownership Structure On
Brigham, E. F., and Houston, J. F. 2001. Corporate Debt Policy: A Time-Series Cross-
Fundamentals of Financial Management, Section Analysis. The Financial Review,
Terjemahan, Manajemen Keuangan, Edisi 8, Vol.33, pp.85-98.
Erlangga, Jakarta.

KEPEMILIKAN MANAJERIAL, KEPEMILIKAN INSTITUSIONAL, KEBIJAKAN DIVIDEN, UKURAN 397


PERUSAHAAN, STRUKTUR AKTIVA DAN PROFITABILITAS TERHADAP KEBIJAKAN HUTANG

Yuli Soesetio
KEUANGAN

Myers, S. 1984. The Capital Structure Puzzle. Pengaruh Penguasaan Saham oleh Investor
Journal of Financial Economics, Institusi: Suatu Pendekatan Teori Agensi
Vol.39,pp.187-221. (Studi pada Perusahaan Manufaktur di Bursa
Efek Jakarta). Publikasi Ilmiah. Pascasarjana
Nuridha, H. 2006, Pengaruh Kepemilikan
Universitas Brawijaya. Malang.
Manajerial, Kepemilikan Institusional, dan
Sebaran Kepemilikan terhadap Kebijakan Sugama, S.D. 2002. Studi Empirik Pengaruh
Hutang Perusahaan ditinjau dari Teori Konsep Pecking Order Theory Dalam
Keagenan (Studi pada Perusahaan Pengambilan Keputusan Pendanaan
Manufaktur di Bursa Efek Jakarta). Skripsi. (Penelitian Pada Industri Jasa Perhotelan
Program Studi S1 Akuntansi, Universitas yang Go Public di Indonesia). WACANA, Vol.
Brawijaya, Malang. 2, Januari, hal. 224-233.

Raharja, N. 2006. Pengaruh Kebijakan Dividen, Sugiarto, G. 2003. Pengaruh Struktur Kepemilikan
Kepemilikan Manajerial dan Kepemilikan Saham terhadap Kebijakan Struktur Modal
Institusional terhadap Kebijakan Utang: pada Perusahaan Industri Metal yang telah
Sebuah Perspektif Teori Agensi. Skripsi. Go Public di Bursa Efek Jakarta. Publikasi
Program Studi S1 Akuntansi. Universitas Ilmiah. Pascasarjana Universitas Brawijaya.
Brawijaya, Malang. Malang.

Rizkyani, N. 2006. Analisis Faktor-faktor yang Wahidahwati, 2001, Pengaruh Kepemilikan


Mempengaruhi Kebijakan Utang Manajerial dan Kepemilikan Institusional
Perusahaan. Skripsi. Program Studi S1 Pada Kebijakan Hutang Perusahaan: Sebuah
Akuntansi.Universitas Brawijaya Malang. Perspektif Agency Theory, Simposium
Nasional Akuntansi IV Ikatan Akuntan
Sharasanti, D.A. 2001, Analisis Kebijakan Hutang
Indonesia, p.1084-1107.
dan Kepemilikan Saham oleh Manajer serta

398 JURNAL KEUANGAN DAN PERBANKAN

Vol. 12, No. 3, September 2008: 384 – 398

Anda mungkin juga menyukai