NIM : 18320014
Bagian A :
Spesifikasi Peralatan adalah tingkat kualitas dari suatu alat yang dapat dilihat dari nilai – nilai/besaran
yang terdapat pada alat. Sehingga, jika spesifikasi alat bagus, maka dapat mempengaruhi hasil
pengukuran yang diperoleh juga, yaitu menjadi lebih akurat.
Sedangkan Fitur Peralatan adalah suatu kelebihan tambahan yang dimiliki oleh suatu alat, biasanya
dapat diamati dengan adanya kemampuan suatu alat yang tidak dimiliki oleh alat lainnya.
2. Apa saja spesifikasi utama dari ketiga peralatan tersebut yang selalu muncul dalam datasheet?
Jelaskan masing-masing pengertian dari spesifikasi utama tersebut!
Osiloskop :
Bandwidth
Adalah rentang/range frekuensi yang dapat diukur osiloskop. Contohnya, 100MHz, 20MHz, dan
10MHz.
Sampling Rate
Hanya terdapat pada Osiloskop Digital. Sampling Rate menyatakan berapa kali suatu sinyal
dibaca dalam satu detik.
Maximum Input Voltage
Adalah batas maksimum input tegangan yang dapat diberikan ke osiloskop. Jika sinyal melebihi
batas tegangan yang ditentukan, maka osiloskop bisa rusak karenanya.
Input Impedance
Dapat digunakan pada saat melakukan pengukuran frekuensi tinggi.
Vertical Sensitivity
Adalah nilai yang menunjukkan kemampuan penguatan vertical dengan tujuan memperkuat
sinyal lemah pada osiloskop. Vertical Sensitivity diukur dengan satuan Volt/div.
Time Base
Menunjukan kisaran Sensitivitas pada Horizontal atau Sumbu Waktu. Nilai Time Base diukur
dengan satuan second per div.
Jumlah Channel
Jumlah kanal yang dimiliki oleh osiloskop.
Multimeter Digital:
Impedance
Besar resistansi yang digunakan pada multimeter digital
Resolution
Adalah bagian terkecil dari skala yang dapat ditampilkan oleh multimeter digital.
AC & DC Voltage
Range/rentang Besar tegangan AC ataupun DC yang dapat terukur oleh multimeter digital.
AC & DC Current
Range/rentang arus AC ataupun DC yang dapat terukur oleh multimeter digital.
Temperature
Menunjukkan nilai suhu yang terukur multimeter digital.
Multimeter Analog :
Operating Temperature
Menyatakan nilai suhu yang terukur.
Length of Scale
Menyatakan Nilai Skala pengukuran yang digunakan.
Dimensions
Menunjukkan ukuran multimeter, seperti panjang, ketebalan, dan lebarnya.
Weight
Menunjukkan berat dari multimeter.
DC & AC Voltage
Menunjukkan nilai range/rentang tegangan DC ataupun AC yang dapat terukur oleh multimeter.
DC & AC Current
Menunjukkan nilai range/rentang arus DC ataupun AC yang dapat terukur oleh multimeter.
Resistance
Menunjukkan range nilai resistansi.
3. Apa saja fitur utama dari ketiga peralatan tersebut yang selalu muncul dalam datasheet? Jelaskan
masing-masing pengertian dari fitur utama tersebut!
Pada beberapa Osiloskop, Terdapat fitur seperti AutoScale, yang dimana dapat Menampilkan sinyal aktif
dengan cepat dan secara otomatis mengatur kontrol vertikal, horizontal, dan pemicu untuk tampilan
optimal dengan menekan tombol skala otomatis.
Selain itu, pada osiloskop juga terdapat fitur Advanced Triggering, yaitu Opsi Trigger untuk Seri 1000
termasuk tepi, lebar pulsa, video komposit, pola dan saluran alternative mode Trigger. Mode ini
memastikan bahwa Anda dapat menangkap dan melihat kondisi sinyal yang sulit ditemukan.
Pada Multimeter Digital dan Analog , terdapat fitur Continuity. Yaitu dapat dilakukan Continuity Test,
yang dimana digunakan untuk menguji apakah rangkaian tersebut memiliki jalur yang tertutup untuk
arus. Dengan kata lain, dapat dikatakan juga bahwa tes ini untuk menguji apakah rangkaian tersambung
dengan benar atau terdapat kesalahan sehingga tidak ada arus yang mengalir. Saat menguji kontinuitas,
multimeter berbunyi berdasarkan resistansi komponen yang diuji. Resistansi itu ditentukan oleh
pengaturan jangkauan multimeter.
Trigger berfungsi untuk menentukan/mencari posisi stasioner/diam dari sebuah sinyal gelombang.
Sehingga, grafik gelombang dapat dibaca dan dianalisis dengan mudah.
5. Apakah kelebihan dan kekurangan multimeter digital apabila dibandingkan multimeter analog?
Kelebihan Multimeter Digital adalah Penggunaannya lebih mudah karena tidak perlu menghitung nilai
yang diukur, pada multimeter digital akan langsung keluar hasil pengukurannya. Sedangkan pada
multimeter Analog harus menghitung lagi dengan menggunakan formula tertentu untuk menentukan
nilai yang ditunjuk oleh jarum. Selain itu, kekurangan Multimeter Analog lainnya adalah rawan rusak
terutama pada bagian penunjuk jarum.
Kekurangan Multimeter Digital adalah tentunya harganya yang relatif mahal. Sedangkan, multimeter
analog akan relatif lebih murah. Selain itu,kelebihan Multimeter Analog lainnya adalah akan lebih
mudah untuk mengecek kerusakan rangkaian/komponen. Sedangkan Multimeter Digital akan lebih
susah untuk mengukur kerusakan komponen. Selain itu, terkadang di beberapa kasus hasil pengukuran
multimeter digital kurang akurat.
Bagian B :
Kalibrasi adalah suatu proses pengecekkan dan pengaturan akurasi dari alat ukur yang digunakan
dengan cara membandingkan suatu standar yang digunakan dengan standar Nasional maupun
Internasional ataupun bahan-bahan acuan yang tersertifikasi.
Kalibrasi diperlukan untuk memastikan bahwa hasil pengukuran yang dilakukan sudah akurat dan
konsisten dengan instrumen lainnya.
2. Bagaimana cara melakukan kalibrasi pada osiloskop, multimeter digital, dan multimeter analog?
Menyalakan Osiloskop.
Persiapkan Probe dan pasang Konektor Probe.
Memasangkan ujung Probe (+) ke dalam terminal CAL2 V di osiloskop.
Mengatur batas ukur Probe dan Selektor.
Mengatur Knob Volt/Div.
Mengatur Knob Time/Div.
Proses kalibrasi selesai.
Akurasi adalah tingkat kedekatan/seberapa dekat suatu hasil pengukuran terhadap data nilai yang
diperoleh sebenarnya.
Presisi adalah menganalisis seberapa dekat perbedaan nilai/tingkat kesamaan nilai yang terlihat ketika
dilakukan pengukuran berulang - ulang.
Resolusi adalah skala terkecil yang mampu ditunjukkan oleh alat ukur.
Sensitivitas Pengukuran adalah Perbandingan antara respon instrumen terhadap perubahan variabel
masukan yang diukur.
4. Jelaskan pengertian kesalahan sistemik, kesalahan acak, dan kesalahan pengamatan! Berikanlah
contohnya masing-masing!
Kesalahan Sistematis
Adalah kesalahan yang berasal dari faktor – faktor yang dapat diketahui secara pasti, kesalahan
oleh suatu faktor tetap yang menyebabkan hasil tes bisa menjadi lebih tinggi ataupun lebih
rendah dari nilai nyata. Contohnya, seperti kelemahan metode pengujian, kondisi akomodasi
dan lingkungan pengujian dan ketidakstabilan alat.
Kesalahan Acak
Adalah jenis kesalahan yang berasal dari pengaruh faktor-faktor yang tidak dapat diperkirakan,
tidak dapat diketahui secara pasti/tidak dapat diprediksi dan hanya bersifat sementara. Dengan
kata lain, kesalahan acak terjadi secara tidak sengaja/kebetulan serta bermacam – macam dari
jenis pengujian yang satu ataupun jenis pengujian yang lain. Kesalahan acak merupakan suatu
pengaruh yang sangat kecil dan tidak akan sama dalam setiap pelaksanaan percobaan,
contohnya pengaruh fluktuasi/naik turunnya tegangan listrik, suhu, kelembapan, kondisi
akomodasi dan lingkungan pengujian.Maka dari itu, dengan adanya kesalahan acak akan
mempengaruhi presisi dari suatu hasil pengujian.
Kesalahan Pengamatan
Adalah jenis kesalahan yang dibuat oleh si pengamat/praktikan itu sendiri. Kesalahan ini
contohnya ketidaktelitian pengamat dalam melakukan suatu pengukuran, kekeliruan dalam
melakukan perhitungan, pencatatan hasil percobaan yang salah.
5. Mengapa pada penggunaan alat ukur, selalu dimulai dari range pembacaan terbesar?
Karena jika dimulai dari range terbesar terlebih dahulu, hasil pengukuran akhir yang diperoleh akan jauh
lebih mudah didapatkan. Dari range terbesar inilah, dapat langsung dengan mudah melakukan
pengukuran karena dimulai dari skala besar dan akan menjadi posisi pertama dalam mengukur. Selain
itu, dengan pembacaan dimulai dari range terbesar akan meminimalisir kesalahan yang akan terjadi.
Daftar Pustaka
https://www.alldatasheet.com/view.jsp?Searchword=Tbs2000&gclid=CjwKCAjwoP6LB
hBlEiwAvCcthAUHHijiUogxjYLZuP_j-BZ88Df5c6HxB6_zkd4hzA-
lGV60SrEYWxoCaowQAvD_BwE
9368.pdf
https://www.tme.eu/Document/7dc4c4234416f81fa4dbf8974c79be44/632487.pdf
https://www.myflukestore.com/pdfs/cache/www.myflukestore.com/fluke/multimeter/177_efsp/d
atasheet/fluke_177_efsp_multimeter_datasheet.pdf
datasheet-32030718.pdf
data-sheet_pdf
E. (2020a, February 4). Pentingnya Kalibrasi Dan Manfaat Kalibrasi Alat Ukur. Icicert. Retrieved
ukur/
Rasyid, A. S. (2021, January 25). Cara kalibrasi dan Penggunaan Osiloskop. Samrasyid. Retrieved
penggunaan-osiloskop.html
Amrih, P. (n.d.). Istilah Pada Alat Ukur (1) - Resolution, Readability. CatatanPitoyoAmrih.
https://carlzscontrol.wordpress.com/2017/04/07/a- istilah-dasar-pengukuran/
https://www.infolabling.com/2015/07/kesalahan-acak-dan-kesalahan.html#.YX_b-
Z5BzDc
U. (2021c, November 1). Pengertian,Fungsi Multimeter Analog dan Digital Beserta Kelebihan
http://friskybule.blogspot.com/2016/04/pengertianfungsi- multimeter-analog-dan.html
Kho, D. (2017, July 22). Pengertian Osiloskop dan Spesifikasi penentu kinerjanya. Teknik
https://teknikelektronika.com/pengertian-osiloskop-spesifikasi-penentu-kinerjanya/
Nama : Jessen Javier Kurniawan
NIM : 18320014
Bagian A
1. Jelaskan pengertian teorema Thevenin dan Norton dengan kalimat anda sendiri!
Teorema Thevenin adalah suatu teorema atau tools atau salah satu metode analisis yang dapat
digunakan untuk menyederhanakan suatu rangkaian yang kelihatan kompleks menjadi lebih sederhana.
Teorema ini dilakukan dengan cara membuat rangkaian pengganti yang ekuivalen dengan rangkaian
awal. Rangkaian Pengganti ini akan berupa sumber tegangan yang dihubungkan secara seri dengan
Resistansi yang ekuivalen.
Teorema Norton adalah suatu teorema atau tools atau salah satu metode analisis yang juga dapat
digunakan untuk menyederhanakan rangkaian kompleks sehingga menjadi rangkaian yang lebih
sederhana. Teorema Norton sebenarnya hampir mirip dengan metode Teorema Thevenin.
Perbedaannya adalah pada Teorema Norton, rangkaian penggantinya akan berupa sumber arus yang
dihubungkan secara pararel dengan resistansi yang ekuivalen. Secara umum, dapat dikatakan bahwa
Rangkaian Pengganti dari Teorema Norton adalah bentuk transformasi sumber rangkaian dari Teorema
Thevenin.
2. Jelaskan bagaimana cara mendapatkan rangkaian ekivalen Thevenin atau Norton dari suatu
rangkaian!
Untuk mendapatkan rangkaian ekuivalen Thevenin, terlebih dahulu harus menentukan Sumber
Tegangan Pengganti (V TH) dan juga menentukan Resistansi Pengganti (R TH). Pertama – tama, Untuk
mendapatkan V TH yang harus dilakukan adalah dengan melepas resistor beban, sehingga akan menjadi
rangkaian terbuka. Tegangan dari Rangkaian Terbuka inilah yang dinamakan sebagai Tegangan Thevenin
(V TH). Untuk menghitung nilai Tegangan Thevenin dapat dilakukan dengan metode analisis rangkaian
seperti Analisis Mesh dan juga Analisis Nodal disesuaikan sesuai kemudahan dalam menganalisis suatu
rangkaian. Untuk mendapatkan RTH, maka semua sumber yang terdapat pada rangkaian dapat di
matikan terlebih dahulu. Jadi, sumber arus menjadi open circuit dan sumber tegangan akan dijadikan
short circuit. Lalu, kemudian mengevaluasi Resistansi totalnya, dapat dianalisis berdasarkan hubungan
pararel maupun seri. Setelah mendapatkan V TH dan RTH, maka dapat dibuat rangkaian pengganti yang
ekuivalen dengan rangkaian awal. Resistor beban yang diawal dilepas dapat dipasang kembali yang
dimana akan dihubungkan secara seri dengan V TH dan RTH. Jadi, Rangkaian Ekuivalen Thevenin adalah
V TH, RTH, dan Resistor beban yang dihubungkan secara seri.
Untuk mendapatkan Rangkaian Ekuivalen Norton, yang harus ditentukan adalah Resistansi Norton (R N)
dan juga Arus Norton (I N). Untuk mendapatkan Arus Norton, maka yang harus dilakukan adalah dengan
menghubungsingkatkan resistor beban. Untuk menghitung nilai arusnya, dapat dilakukan metode
analisis rangkaian, seperti analisis mesh. Setelah mendapatkan Arus Norton(I N), selanjutnya adalah
menentukan Resistansi Norton (RN). Untuk memperoleh Resistansi Norton, sama saja dengan Teorema
Thevenin, yaitu mematikan semua sumber yang bekerja. Jika terdapat sumber arus, maka akan menjadi
open circuit. Jika terdapat sumber tegangan, maka akan menjadi short circuit. Lalu, untuk menentukan
besarnya Resistansi Norton, dapat dianalisis dengan hubungan pararel maupun seri. Setelah
mendapatkan, Arus Norton dan juga Resistansi Norton, maka dapat dibuat sebuah rangkaian ekuivalen
Norton. Resistor beban yang di awal dilepas dipasang kembali dan akan dihubungkan secara pararel
dengan Arus Norton (I N) dan Resistansi Norton (RN). Jadi, Rangkaian Ekuivalen Norton adalah I N, RN, dan
Resistor beban yang dihungkan secara pararel.
Teorema Thevenin dan Teorema Norto sebenarnya memiliki kemiripan dan keterhubungan satu sama
lain. Rangkaian Ekuivalen Norton juga dapat diperoleh dari Rangkaian Ekuivalen Thevenin dengan
melakukan transformasi sumber terlebih dahulu pada Rangkaian Ekui valen Thevenin. Begitu pula
sebaliknya, Teorema Thevenin juga dapat diperoleh dari hasil Transformasi Sumber yang dilakukan pada
Rangkaian Ekuivalen Norton.
3. Apa manfaat dari theoema Thevenin dan Norton? Jelaskan dengan memberikan contoh
penggunaannya secara praktis.
Manfaat dari Teorema Thevenin dan Norton adalah dapat menyederhanakan rangkaian menjadi
rangkaian yang lebih sederhana. Sehingga, rangkaian dapat lebih mudah dianalisis.
Misalnya, kita diharuskan untuk mencari nilai arus yang mengalir pada R L = 4kΩ, maka kita dapat
mengaplikasikan Teorema Thevenin dengan :
Mencari V TH dengan pertama tama mencabut beban RL, sehingga terdapat V TH (tegangan
terbuka)
Maka, Rangkaian menjadi :
Maka, dengan pembagi tegangan, dapat ditentukan nilai V TH, yaitu
V TH = 12 V = 4 V.
Setelah itu, dapat dihitung RTH dengan mencari hambatan ekuivalen total :
Setelah mendapatkan V TH dan RTH, maka dapat dibuat rangkaian pengganti ekuivalen
Theveninnya dengan menghubungkan seri antara V TH,RTH, dan juga beban RL yang sempat
dilepas :
Maka, dengan mudah untuk memperoleh nilai arus yang mengalir pada beban R L(4Ω) :
I = 4V/(12kΩ + 4kΩ) = 0.25 mA.
Contoh kasus penggunaan Teorema Norton :
Pada rangkaian diatas, dapat disederhanakan menjadi rangkaian yang jauh lebih sederhana dengan
menggunakan rangkaian ekuivalen Norton. Untuk Mencari Rangkaian Ekuivalen Norton :
Menentukan RN = RTH
Dengan mematikan semua sumber yang ada, sumber arus 2A akan menjadi open circuit dan
sumber tegangan 12 V akan menjadi short circuit. Sehingga, rangkaian menjadi :
Resistor 8Ω, resistor 4Ω, dan resistor 8Ω terhubung seri, maka RS = 8 + 8 + 4 = 20Ω.
Kemudian, Resistansi total dicari dengan hubungan pararel antara 20Ω dengan resistor 5Ω,
RN = 20 // 5 = = 4Ω
Menentukan I N :
Untuk menentukan Arus Norton, maka terminal a dan b akan dihubungsingkatkan. Sehingga
rangkaian menjadi :
Dapat diamati jika terminal a dan b dihubungsingkatkan, maka tidak akan ada arus yang
melewati resistor 5Ω. Maka, resistor 5Ω tersebut dapat dihilangkan:
Untuk mencari IN dapat dilakukan dengan menggunakan analisis Mesh :
Pada Mesh 1 (Kiri) : dapat langsung diketahui bahwa Arus I 1 = 2A.
Pada Mesh 2 (Kanan) :
ΣV = 0
-12 + 4(I2 – I1) + 8I2 + 8I2 = 0
4I2 – 4I1 + 8I2 + 8I2 = 12
-4I1 + 20 I2 = 12
-4(2) + 20 I2 = 12
20 I2 = 20
I2 = 1A.
Dengan demikian Arus Norton akan sama dengan arus I 2, yaitu sebesar 1A.
Setelah mendapatkan nilai R N dan nilai IN, maka Rangkaian Ekuivalen Norton dapat diperoleh :
Dapat dilihat bahwa dengan Teorema Norton, rangkaian dapat disederhanakan. Sehingga,
analisis terhadap rangkaian pun dapat menjadi lebih mudah.
Teorema Thevenin dan Norton hanya dapat diaplikasikan untuk rangkaian linear, yaitu dengan
dua terminal, yang terdiri atas elemen resistan dan sumber tegangan konstan. Jika diterapkan
pada rangkaian yang non-linear, maka hasil yang diperoleh tidak akan berbanding lurus dengan
parameter input.
Rangkaian tidak mengandung kopling magnetik antara rangkaian dan bebannya serta tidak
mengandung komponen elektronika seperti dioda dan juga transistor
5. Jelaskan bagaimana mendapatkan transfer daya maksimum pada suatu beban dengan menggunakan
teorema Thevenin!
Menurut Teori Transfer Daya Maksimum, bahwa resistansi beban rangkaian DC menerima daya
maksimum jika besarnya resistansi beban sama dengan resistansi ekuivalen Thevenin. (RL = RTH).
Rangkaian Ekuivalen Thevenin berguna untuk mencari daya maksimum yang diberikan pada beban oleh
suatu rangkaian linear. Maka dari itu, Pada suatu persoalan rangkaian, jika kita ingin mengetahui
transfer daya maksimumnya, maka harus ditentukan terlebih dahulu V TH dan RTH. Lalu, membuat
rangkaian ekuivalen Theveninnya. Kemudian, resistansi beban harus disamakan dengan re sistansi
Theveninnya supaya terjadi transfer daya maksimum.
6. Sebutkan dan jelaskan contoh penerapan penggunaan transfer daya maksimum dalam rangkaian
elektronika!
Misalkan Gambar diatas adalah sebuah persoalan rangkaian yang ingin ditentukan besar transfer daya
maksimumnya. Langkah – langkahnya adalah :
Mencari V TH
Pertama- tama, beban RL dapat dilepas terlebih dahulu. Sehingga Rangkaian menjadi :
+ – 2= 0 (
3V TH – 96 + V TH = 24
4 V TH = 120
V TH = 30 Volt.
Mencari RTH
Untuk mencari RTH, maka semua sumber dimatikan. Sehingga rangkaian menjadi :
Jawab :
Kondisi Pertama, yaitu V ab1 = 6V dan Rab1 = 10kΩ dan Kondisi Kedua, yaitu V ab2 = 30V dan Rab2 = 30kΩ.
Untuk mendapatkan rangkaian ekuivalen dari rangkaian linear dengan dua kondisi tersebut, maka harus
dicari terlebih dahulu V TH dan RTHnya terlebih dahulu.
Eliminasi 1 dan 2 :
12RTH = -72.104
RTH = -6.104
= - 60kΩ
Cari V TH dengan melakukan substitusi pada pers 1 :
V TH = (6.104 + 6RTH)/(104)
= (6.104 + - 360k)/(104)
= - 30 V
= (-30) 2 / (4.(-60k))
= 900/( - 240k)
= - 3.75 10-3
= - 0.00375 Watt.
Daftar Pustaka
Alexander, C. K., & Sadiku, M. N. O. (2012). Fundamentals of Electric Circuits Electric Circuits.
D. (2014, September 12). Teori Rangkaian Thevenin & Norton. djukarna. Retrieved October 31,
norton/