Anda di halaman 1dari 24

BAB I

STATUS PASIEN
I. IDENTITAS
Nama : Tn. C
Umur : 62 tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Agama : Islam
Alamat : Losari Brebes
Pekerjaan : Petani Tambak
Tanggal pemeriksaan : 11 Agustus 2016
II. ANAMNESIS
1. Keluhan Utama : Mata kiri buram
2. Riwayat Penyakit Sekarang :
Pasien datang ke Poliklinik Mata RSUD WALED dengan keluhan mata
kanan buram sejak ± 7 bulan yang lalu. Penurunan penglihatan terjadi
pelan-pelan hingga melihat objek penglihatan menjadi ganda. Selain
keluhan tersebut pasien juga mengeluhkan mata kanan melihat kabur
seperti berawan dan silau bila melihat cahaya. Pasien juga
mengeluhkan mata berair semenjak operasi katarak pada mata kiri
tetapi penglihatannya mulai jelas. Keluhan tidak disertai dengan mata
merah (-), nyeri pada mata (-), mata perih (-), gatal (-), mual (-),
muntah (-), sekret (-), keluhan mengganjal disangkal. Dahulu pasien
sering membeli obat tetes mata di warung terdekat untuk mengobati
matanya dan berangsur membaik hingga akhirnya keluhan yang
dirasakan tidak kunjung sembuh.
3. Riwayat Penyakit dahulu :
Riwayat Keluhan serupa sebelumnya : Ya
Riwayat Dibetes Melitus : di sangkal
Riwayat Hipertensi : di sangkal
Riwayat Trauma pada daerah mata : di sangkal
Riwayat Penyakit mata lainnya : di sangkal

1
Riwayat Mata Merah : di sangkal
Riwayat pemakaian kacamata : di sangkal
Riwayat Operasi sebelumnya : Ya
Riwayat Penggunaan obat tetes mata : Ya
dari apotek tanpa resep dokter
4. Riwayat Penyakit Keluarga
Riwayat mata buram dalam keluarga : Ya ( Bapak)
Riwayat hipertensi : di sangkal
Riwayat diabetes melitus : di sangkal
5. Riwayat Pribadi Sosial :
 pasien saat beraktivitas diluar rumah sering terkena paparan debu
dan tidak menggunakan kacamata pelindung sinar matahari.
 Pasien tinggal di daerah pemukiman yang panas dan berdebu.
III. PEMERIKSAAN FISIK
1. Status Generalis
 Keadaan umum : Tampak Baik
 Kesadaran : Composmentis
 Tanda-tanda vital :
- Tekanan darah : 130/80 mmHg
- Suhu : 36,8°C
- Nadi : 84 x / menit
- Respirasi : 20 x / menit
2. Status Oftalmologi

OD OS
3.

3.

2
1 2

Keterangan :

1. Lensa keruh pada OD


2. Pseudofakia IOL Jernih pada OS

OD Pemeriksaan OS

0,21 (20/70) Visus 0,25 (20/60)


PH (-) PH (+) 0,4
Hiperemis (-) Palpebra Superior Hiperemis (-)
Edema (-) Edema (-)
Vulnus laserasi (-) Vulnus laserasi (-)
Nyeri Tekan (-) Nyeri Tekan (-)
Blefarospasme (-) Blefarospasme (-)
Ekteropion (-) Ekteropion (-)
Entropion (-) Entropion (-)
Lagoftalmos (-) Lagoftalmos (-)
Ptosis (-) Ptosis (-)
Nistagumus (-) Nistagumus (-)
Trikriasis (-) Supersilia (Alis) Trikriasis (-)
Distrikiasis (-) Distrikiasis (-)
Endoftalmus (-) Bulbus Okuli Endoftalmus (-)
Eksoftalmus (-) Eksoftamus (-)
Strabismus(-) Strabismus (-)
Injeksi KOnjungtiva (-) Konjungtiva Injeksi Konjungtiva (-)
Injeksi siliar (-) Injeksi siliar (-)
Injeksi episklera (-) Injeksi episklera (-)
Edema (-) Edema (-)

Warna putih (+) Sklera Warna putih (+)


Ikterik (-) Ikterik (-)
Jernih (+) Kornea Jernih (+)
Sikatrik (-) Sikatrik (-)
Infiltrat (-) Infiltrat (-)
Ulkus (-) Ulkus (-)
Edema (-) Edema (-)
Kedalaman sedang Camera Okuli Anterior Kedalaman sedang
Hipopion (-) Hipopion (-)
Hifema(-) Hifema(-)
Bentuk Bulat Pupil Bentuk Bulat
Reguler Reguler

3
Diameter 3 mm Diameter 3 mm
Direct (+) Refleks cahaya Direct (+)
Indirect (+) Indirect (+)
Keruh (+) Lensa Jernih, IOL (+), letak
Shadow test (+) sentral
Gerak bola mata

Pembengkakan (-) Sistem Lakrimal Pembengkakan (-)


Hiperemis (-) Hiperemis (-)
Sama dengan pemeriksa Lapang pandang Sama dengan pemeriksa

Normal Palpasi TIO Normal

IV. RESUME
Pasien laki-laki usia 62 tahun datang dengan keluhan penglihatan
buram sejak ± 7 bulan yang lalu. Penurunan penglihatan terjadi pelan-
pelan hingga melihat objek penglihatan menjadi ganda. Selain keluhan
tersebut pasien juga mengeluhkan mata kanan melihat kabur seperti
berawan dan silau bila melihat cahaya Pasien juga mengeluhkan mata
berair semenjak operasi katarak pada mata kiri tetapi penglihatannya mulai
jelas. Dahulu pasien sering membeli obat tetes mata di warung terdekat
untuk mengobati matanya dan berangsur membaik hingga akhirnya
keluhan yang dirasakan tidak kunjung sembuh.
Pada pemeriksaan fisik didapatkan tanda-tanda vital pasien dalam
batas normal. Pada status pemeriksaan oftalmologis, didapatkan visus
occuli dextra (OD) 0,21 dan sinistra (OS) 0,25. Kornea pada OD terlihat
keruh sedangkan kornea pada OS didapatkan IOL jernih. Pada
pemeriksaan tekanan bola mata didapatkan TIO mata kanan N/palpasi dan
mata kiri N/palpasi.
V. DIAGNOSIS BANDING
 Katarak Senilis Stadium Imatur OD + Pseudofakia OS
 Katarak Drug induced Steroid OD + Pseudofakia OS
VI. DIAGNOSIS KERJA

4
 Katarak Senilis Stadium Imatur OD + Pseudofakia OS

VII. USULAN PEMERIKSAAN PENUNJANG


USG mata
VIII. PENATALAKSANAAN
 Medikamentosa : Natrium Klorida 8,64 mg dan kalium klorida 1,32
mg 4 x 1 OD
 Non Medikamentosa :
Tindakan operasi :

OS: Operasi ECCE (Extracapsular Cataract Extraction), penanaman


intra okuler lensa (IOL)
IX. PROGNOSIS
OD OS
Quo Ad Vitam ad bonam ad bonam
Quo Ad Fungsionam Dubia ad bonam Dubia ad bonam
Quo Ad Sanationam Dubia ad bonam Dubia ad bonam
X. EDUKASI
1. Hindari mengucek mata
2. Gunakan kacamata untuk melindungi dari paparan sinar matahari
3. Edukasi penyakit katarak
4. Modifikasi gaya hidup dengan mengurangi faktor risiko, diet dan
olahraga teratur.

5
BAB II
ANALISIS KASUS

I. Identitas Pasien
Nama tuan C usia 62 tahun jenis kelamin laki-laki alamat loasari
brebes pekerjaan sebagai petani. Berdasarkan identitas pasien faktor
memiliki beberapa faktor risiko di antaranya usia dan pekerjaan pasien.
Bertambahnya usia terjadi perubahan kimia dalam protein lensa yang dapat
menyebabkan koagulasi protein sehingga hal ini mengakibatkan pengaburan
penglihatan, hali ini karena terhambat jalannya cahaya ke retina. Selain
perubahan kimia juga terdapat perubahan pada pertambahannya usia terjadi
pemadatan serabut kolagen yang akan mengakibatkan sklerosis nukleus
yang menyebabkan lensa tebal, padat dan kurang elastis sehingga di sertai
penurunan daya akomondasi.
Berdasarkan identitas pasien berusia 62 tahun pasien tersebut
memiliki faktor risiko yang terjadi pada saat perubahan usia. Penunjang dari
hasil anamnesis pasien mengeluh penglihatan buram dan pemeriksaan fisik
pada lensa di dapatkan lensa OD keruh, shadow test (+), sedangkan pada
lensa) OS Pseudofakia anterior chamber intra ocular lens (+) sehingga
hasil tersebut mengarah pada diagnosis katarak senilis imatur.
Pekerjaan seperti nelayan, petani, dan tukang ojeg memiliki resiko
banyak terkena paparan sinar matahari (sinar UV). Sinar UV menyebabkan
kerusakan oksidatif dan proses radikal yang mempercepat degenartif
pertumbuhan fibrovaskular dan invasif, selain itu mengakibatkan denaturasi
protein lensa yang menghamburkan berkas dan transparansi cahaya yang
menimbulkan kekekeruhan pada lensa.

6
Pada pasien bekerja sebagai petani yang berisiko lebih sering terpapar
sinar UV. Hal ini ditunjang dari hasil pemeriksaan lensa OD kekeruhan (+)
dan mengalami maturasi katarak yang lebih cepat.

II. Anamnesis
Keluhan utama pasien penglihatan buram kemungkinan ini dari
beberapa faktor diantaranya faktor usia pasien yang mengalami
pertambahan ketebalan dan penurunan elastis lensa sehingga terjadi
kemampuan penurunan akomodasi. Ditunjang dari pemeriksaan visus di
dapatkan berupa kelainan refraksi pada pasien dengan hasil OD 20/70 (0,21)
pinhole (-) dan OS 20/60 (0,25) pinhole (+) 0,4. Selain itu dapat karena
pengaruh kekeruhan pada lensa yang menimbulkan penghamburan cahaya
pada media refraksi sehingga menimbulkan penglihatan buram.
Pasien mengeluhkan matanya sering beair hal ini artinya bisa terjadi
adanya iritasi atau adanya alergi pada mata sebagai pelindung selaput mata
dari benda asing.
III. Pemeriksaan Fisik
Pada pemeriksaan menggunakan snellen Chart pada pasien
menunjukan hasil OD 0,25 (20/70) pinhole (-) dan OS 0,21 (20/60) pinhole
(+) 0,4. Setelah dilakukan uji pinhole hasil menunjukan OS (+) atau adanya
kemajuan visus artinya terdapat kelainan refraksi pada mata kiri sehingga
menimbulkan penglihatan buram. Hal ini terjadi bisa karena kelainan aksial
atau kelainan refraktif.
Pada pasien di dapatkan hasil kekeruhan lensa (+) pada mata kanan
(OD) artinya adanya katarak pada pasien tersebut yang menimbulkan
penglihatan buram karena media refraksi keruh sehingga mengganggu
proses pembiasan cahaya. Pada mata kiri (OS) di dapatakan peseudofakia ac
IOL (+) artinya pasien telah melakukan operasi katarak dan dari hasil

7
anamnesis pasien mengatakan telah melakukan operasi katarak sekitar 3
bulan yang lalu pada bulan juni 2016 di salah satu rumah sakit di Cirebon.
IV. Resume
Pasien laki-laki usia 62 tahun datang dengan keluhan penglihatan
buram sejak ± 7 bulan yang lalu. Penurunan penglihatan terjadi pelan-pelan
hingga melihat objek penglihatan menjadi ganda. Selain keluhan tersebut
pasien juga mengeluhkan mata kanan melihat kabur seperti berawan dan
silau bila melihat cahaya Pasien juga mengeluhkan mata berair semenjak
operasi katarak pada mata kiri tetapi penglihatannya mulai jelas. Dahulu
pasien sering membeli obat tetes mata di warung terdekat untuk mengobati
matanya dan berangsur membaik hingga akhirnya keluhan yang dirasakan
tidak kunjung sembuh.
Pada pemeriksaan fisik didapatkan tanda-tanda vital pasien dalam
batas normal. Pada status pemeriksaan oftalmologis, didapatkan visus occuli
dextra (OD) 0,21 dan sinistra (OS) 0,25. Kornea pada OD terlihat keruh
sedangkan kornea pada OS didapatkan IOL jernih. Pada pemeriksaan
tekanan bola mata didapatkan TIO mata kanan N/palpasi dan mata kiri
N/palpasi.
V. Diagnosis Banding
Pasien usia 62 tahun dengan keluhan mata buram pada mata kananya
sejak ± 7 bulan yang lalu dan pasien bekerja sebagai petani tambak di
daerah brebes. Pasien mengaku sering menggunakan obat tetes mata ± 1
tahun bila mengalami mata merah, gatal dan buram yang dia beli di warung
atau apotek.
Dari hasil anamnesis dan pemeriksaan yang didapatkan ada beberapa
dugaan penyakit yang di derita pasien. Pertama dilihat dari riwayat
pemakaian obat tetes mata yang dia beli sendiri di warung atau apotek
tanpa resep dokter dan dari faktor usia serta pekerjaannya. Pada
pemeriksaan di dapatkan mata kanan lensa keruh dan shadow test (+).
Diagnosis banding yang mendekati dengan anamnesis dan pemeriksaan

8
yang di dapat adalah katarak senilis imatur OD + pseudofakia IOL OS dan
katarak drug induced steroid OD + pseudofakia IOL OS.
VI. Diagnosis Kerja
Katarak senilis imatur terjadi kekeruhan yang lebih tebal tetapi belum
mengenai seluruh lapisan lensa sehingga masih terdapat bagian-bagian yang
jernih pada lensa. Pada pemeriksaan uji banyangan iris atau shadow test
maka akan terlihat bayangan iris pada lensa sehingga hasil uji shadow test
(+).
VII.Terapi
Penatalaksaan pada katarak yaiu dilakukan pembedahan, indikasi
pembedahan mencakup visus, medis dan kosmetik. Pada pasien ini tindakan
pengobatan yang dilakukan yaitu dengan pembedahan berdasarkan indikasi
visus dan medis karena pasien sudah merasa terganggu dengan
penglihatannya.
VIII. Usulan Pemeriksaan
Untuk pemeriksaan penunjang nya sediri agar dapat memperkuat
diagnosa maka harus dilakukan USG pada matanya. Tujuan dari USG
adalah untuk mengevaluasi segmen posterior pada keadaan menyeluruh atau
sebagian dari segmen anterior ataupun posterior pada mata pasien.
XI. Penatalaksanaan Anjuran
1. Phacoemulsification

Pembedahan menggunakan vibrator ultrasonik untuk menghancurkan


nukleus yang kemudian diaspirasi melalui insisi 2.5-3 mm, dan
kemudian dimasukan lensa intraokular yang dapat dilipat. Keuntungan
yang didapat ialah pemulihan visus lebih cepat, induksi astigmatis akibat
operasi minimal, komplikasi dan inflamasi pasca bedah minimal.

9
Teknik Fakoemulsifikasi pada operasi katarak

X. Prognosa
Prognosis pasien ini baik, dimana ad vitam secara keseluruhan pasien
adalah bonam, karena gangguan yang dialami pasien tidak mengancam jiwa.
Prognosis ad functionam kedua mata adalah dubia ad bonam, karena
bila dilakukan operasi pada kataraknya serta ditanam lensa sehingga dapat
mengurangi keluhan buram yang dirasakan pasien.
Prognosis sanationam pada kedua mata adalah dubia ad bonam
karena penglihatan pasien lebih jernih dan mengembalikan penglihatan
pasien.
XI. Edukasi
Pada pasien harus diberikan edukasi tentang pengetahuan tentang
hindari paparan langsung dari sinar matahari dengan menggunakan kaca
mata hitam, kemudian juga modifikai gaya hidup sehat dengan mengurangi
faktor risiko

10
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA

A. LENSA
1. Anatomi dan Fisiologi Lensa
Lensa adalah suatu struktur bikonveks, avaskuler, tak berwarna dan
hampir transparan sempurna. Tebalnya sekitar 4 mm dan diameter 9 mm.
Dibelakang iris lensa digantung oleh zonula yang menghubungkan
dengan korpus ciliaris.Di anterior lensa terdapat humor aquaeus;
disebelah posteriornya, vitreus. Kapsul lensa adalah membran yang
semipermeabel (sedikit lebih permiabel dari pada kapiler) yang
menyebabkan air dan elektrolit masuk. Didepan lensa terdapat selapis
tipis epitel supkapsuler. Nucleus lensa lebih tebal dari korteksnya.
Semakin bertambahnya usia laminar epitel supkapsuler terus diproduksi
sehingga lensa semakin besar dan kehilangan elastisitas1.

11
Gambar 1. Lensa

Lensa dapat membiaskan cahaya karena indeks bias - biasanya sekitar 1,4
pada sentral dan 1,36 pada perifer-hal ini berbeda dari dengan aqueous
dan vitreus yang mengelilinginya. Pada tahap tidak berakomodasi, lensa
memberikan kontribusi sekitar 15-20 dioptri (D) dari sekitar 60 D
kekuatan konvergen bias mata manusia rata-rata. Lensa terdiri dari 65%
air dan 35% protein (tertinggi kandungan nya di antara seluruh tubuh)
dan sedikit sekali mineral. Kandungan kalium lebih tinggi pada lensa
dibanding area tubuh lainnya.Asam askorbat dan glutation terdapat dalam
bentuk teroksidasi maupun tereduksi.Tidak ada serat nyeri, pembuluh
darah, atau saraf pada lensa.
Fungsi utama lensa adalah memfokuskan berkas cahaya ke retina.
Untuk memfokuskan cahaya yang datang dari jauh m. ciliaris berelaksasi,
menegangkan serat zonula dan memperkecil diameter anteroposterior
lensa sampai ukuran terkecil; dalam posisi ini daya refraksi lensa
diperkecil sehingga berkas cahaya akan terfokus pada retina. Sementara
untuk cahaya yang berjarak dekat m.ciliaris berkontrasi sehingga
tegangan zonula berkurang, artinya lensa yang elastis menjadi lebih sferis
diiringi oleh peningkatan daya biasnya. Kerja sama fisiologis antara
korpus siliaris, zonula dan lensa untuk memfokuskan benda jatuh pada

12
retina dikenal dengan akomodasi. Hal ini berkurang seiring dengan
bertambahnya usia2.
Gangguan pada lensa dapat berupa kekeruhan, distorsi, dislokasi
dan anomaly geometri. Keluhan yang di alami penderita berupa
pandangan kabur tanpa disertai nyeri. Pemeriksaan yang dapat dilakukan
pada penyakit lensa adalah pemeriksaan ketajaman penglihatan dan
dengan melihat lensa melalui sliplamp, oftalmoskop, senter tangan, atau
kaca pembesar, sebaiknya dengan pupil dilatasi.
B. KATARAK SENILIS
1. Definisi
Katarak Senilis adalah semua kekeruhan lensa yang terdapat pada
usia lanjut, yaitu usia di atas 50 tahun. Pada katarak senilis terjadi
penurunan penglihatan secara bertahap dan lensa mengalami penebalan
secara progresif.Katarak senilis menjadi salah satu penybeab kebutaan di
dunia saat ini3.

2. Etiologi
Sebagian besar katarak terjadi karena proses degeneratif atau
bertambahnya usia seseorang. Usia rata-rata terjadinya katarak adalah
pada umur 60 tahun keatas. Akan tetapi, katarak dapat pula terjadi pada
bayi karena ibu terinfeksi virus pada saat hamil muda3.
Penyebab katarak lainnya meliputi :
a. Faktor keturunan
b. Cacat bawaan sejak lahir
c. Masalah kesehatan, misalnya diabetes
d. Penggunaan obat tertentu khususnya steroid
e. Gangguan pertumbuhan
f. Mata tanpa pelindung terkena sinar matahari dalam waktu yang cukup
lama
g. Asap rokok

13
h. Operasi mata sebelumnya
i. Trauma (kecelakaan) pada mata
j. Faktor-faktor lainnya yang belum diketahui
3. Patofisiologi
Terdapat 2 teori yang meyebabkan terjadinya katarak yaitu teori
hidrasi dan sklerosis4.
Teori hidrasi terjadi kegagalan mekanisme pompa aktif pada epitel
lensa yang berada di subkapsular anterior, sehingga air tidak dapat di
keluarkan dari lensa. Air yang banyak ini akan menimbulkan
bertambahnya tekanan osmotik yang menyebabkan kekeruhan lensa.
Teori sklerosis lebih banyak terjadi pada lensa manula dimana
serabut kolagen terus bertambah sehingga terjadi pemadatan serabut
kolagen di tengah. Makin lama serabut tersebut semakin bertambah
banyak sehingga terjadilah sklerosis nukleus lensa.
Perubahan yang terjadi pada lensa usia lanjut:
1. Kapsula
a. Menebal dan kurang elastis (1/4 di banding anak)
b. Mulai presbiopia
c. Bentuk lamel kapsul berkurang atau kabur
d. Terlihat bahan granular
2. Epitel
a. Sel epitel (germinatif pada ekuator bertambah besar dan berat)
b. Bengkak dan vakuolisasi mitokondria yang nyata
3. Serat lensa
a. Serat irregular
b. Pada korteks jelas kerusakan serat sel
c. Brown sklerotik nukleus, sinar UV lama kelamaan merubah protein
nukleus lensa, sedang warna coklat protein lensa nukleus
mengandung histidin dan triptofan di banding normal.
d. Korteks tidak berwarna karena kadar asam askorbat tinggi dan
menghalangi foto oksidasi.

14
Sinar tidak banyak mengubah protein pada serat muda. Perubahan
fisik dan kimia dalam lensa mengakibatkan hilangnya transparasi, akibat
perubahan pada serabut halus multipel yang memanjang dari badan siliar
ke sekitar daerah di luar lensa menyebabkan koagulasi sehingga
mengakibatkan pandangan dengan penghambatan jalannya cahaya ke
retina.
4. Klasifikasi katarak senilis
a. Katarak Nuklear
Pada katarak Nuklear terjadi sklerosis pada nukleus lensa dan
menjadikan nukleus lensa menjadi berwarna kuning dan opak.Katarak
yang lokasinya terletak pada bagian tengah lensa atau nukleus.Nukleus
cenderung menjadi gelap dan keras (sklerosis), berubah dari jernih
menjadi kuning sampai coklat.Progresivitasnya lambat.Bentuk ini
merupakan bentuk yang paling banyak terjadi.Pandangan jauh lebih
dipengaruhi daripada pandangan dekat (pandangan baca), bahkan
pandangan baca dapat menjadi lebih baik.
Pada katarak kortikal terjadi perubahan komposisi ion dari korteks
lensa serta komposisi air dari serat-serat pembentuk lensa.Katarak
menyerang lapisan yang mengelilingi nukleus atau korteks. Biasanya
mulai timbul sekitar usia 40-60 tahun dan progresivitasnya lambat,
tetapi lebih cepat dibandingkan katarak nuklear. Terdapat wedge-shape
opacities/cortical spokes atau gambaran seperti ruji.Keluhan yang biasa
terjadi yaitu penglihatan jauh dan dekat terganggu, penglihatan merasa
silau.
b. Katarak Subkapsular Posterior atau Kupuliformis
Pada katarak subkapsular posterior terjadi peningkatan opasitas
pada bagian lensa belakang secara perlahan. Biasanya mulai timbul
sekitar usia 40-60 tahun dan progresivitasnya lebih cepat. Bentuk ini
lebih sering menyerang orang dengan diabetes, obesitas atau
pemakaian steroid jangka panjang.Katarak ini menyebabkan kesulitan
membaca, silau, pandangan kabur pada kondisi cahaya terang.

15
5. Stadium katarak senilis
Katarak senilis secara klinik dikenal dalam 4 stadium yaitu insipien,
imatur, matur, dan hipermatur.

16
Perbedaan stadium katarak senile.

Insipien Imatur Matur Hipermatur


Kekeruhan Ringan Sebagian Seluruh Masif
Cairan Lensa Normal Bertambah (air Normal Berkurang (air+masa
masuk) lensa keluar)
Iris Normal Terdorong Normal Tremulans
Bilik Mata Normal Dangkal Normal Dalam
Depan
Sudut Bilik Normal Sempit Normal Terbuka
Mata
Shadow Test Negatif Positif Negatif Pseudopos
Penyulit - Glaukoma - Uveitis+glaukoma

a. Katarak Insipien
Pada stadium ini kekeruhan lensa tidak teratur, tampak seperti
bercak-bercak yang membentuk gerigi dangan dasar di perifer dan
daerah jernih di antaranya. Kekeruhan biasanya terletak di korteks
anterior dan posterior. Kekeruhan ini pada awalnya hanya nampak jika
pupil dilebarkan. Pada stadium ini terdapat keluhan poliopia yang
disebabkan oleh indeks refraksi yang tidak sama pada semua bagian
lensa. Bentuk ini kadang menetap untuk waktu yang lama.
b. Katarak Imatur
Pada katarak imatur terjadi kekeruhan yang lebih tebal, tetapi
belum mengenai seluruh lapisan lensa sehingga masih terdapat
bagian-bagian yang jernih pada lensa. Terjadi penambahan volume
lensa akibat meningkatnya tekanan osmotik bahan lensa yang
degeneratif. Pada keadaan lensa yang mencembung akan dapat
menimbulkan hambatan pupil, mendorong iris ke depan,
mengakibatkan bilik mata dangkal sehingga terjadi glaukoma
sekunder. Pada pemeriksaan uji bayangan iris atau sahdow test, maka
akan terlihat bayangn iris pada lensa, sehingga hasil uji shadow test
(+).
c. Stadium Intumesen

17
Kekeruhan lensa disertai pembengkakan lensa akibat lensa yang
degeneratif menyerap air. Masuknya air ke dalam lensa menyebabkan
lensa menjadi bengkak dan besar yang akan mendorong iris sehingga
bilik mata menjadi dangkal dibandingkan dalam keadaan normal.
Katarak intumesen biasanya terjadi pada katarak yang berjalan cepat
dan menyebabkan myopia lentikular
d. Katarak Matur
Pada katarak matur kekeruhan telah mengenai seluruh lensa.
Proses degenerasi yang berjalan terus maka akan terjadi pengeluaran
air bersama hasil disintegrasi melalui kapsul, sehingga lensa kembali
ke ukuran normal. Bilik mata depan akan berukuran kedalaman
normal kembali. Tidak terdapat bayangan iris pada lensa yang keruh,
sehingga uji bayangan iris negatif.
e. Katarak Hipermatur
Merupakan proses degenerasi lanjut lensa, sehingga masa lensa
yang mengalami degenerasi akan mencair dan keluar melalui kapsul
lensa. Lensa menjadi mengecil dan berwarna kuning. Bila proses
katarak berjalan lanjut disertai kapsul yang tebal, maka korteks yang
berdegenerasi dan cair tidak dapat keluar, maka korteks akan
memperlihatkan sekantong susu dengan nukleus yang terbenam di
korteks lensa. Keadaan ini disebut sebagai katarak Morgagni. Uji
bayangan iris memberikan gambaran pseudopositif. Cairan / protein
lensa yang keluar dari lensa tersebut menimbulkan reaksi inflamasi
dalam bola mata karena di anggap sebagai benda asing. Akibatnya
dapat timbul komplikasi uveitis dan glaukoma karena aliran melalui
COA kembali terhambat akibat terdapatnya sel-sel radang dan cairan /
protein lensa itu sendiri yang menghalangi aliran cairan bola mata.
Seorang pasien dengan katarak senilis biasanya datang dengan
riwayat kemunduran secara progesif dan gangguan dari penglihatan.
Penyimpangan penglihatan bervariasi, tergantung pada jenis dari
katarak ketika pasien datang.

18
a. Penurunan visus, merupakan keluhan yang paling sering
dikeluhkan pasien dengan katarak senilis.
b. Silau, Keluhan ini termasuk seluruh spectrum dari penurunan
sensitivitas kontras terhadap cahaya terang lingkungan atau silau
pada siang hari hingga silau ketika mendekat ke lampu pada
malam hari.
c. Perubahan miopik, Progresifitas katarak sering meningkatkan
kekuatan dioptrik lensa yang menimbulkan myopia derajat sedang
hingga berat. Sebagai akibatnya, pasien presbiop melaporkan
peningkatan penglihatan dekat mereka dan kurang membutuhkan
kaca mata baca, keadaan ini disebut dengan second sight. Secara
khas, perubahan miopik dan second sight tidak terlihat pada
katarak subkortikal posterior atau anterior.
d. Diplopia monocular. Kadang-kadang, perubahan nuclear yang
terkonsentrasi pada bagian dalam lapisan lensa, menghasilkan
area refraktil pada bagian tengah dari lensa, yang sering
memberikan gambaran terbaik pada reflek merah dengan
retinoskopi atau ophtalmoskopi langsung. Fenomena seperti ini
menimbulkan diplopia monocular yang tidak dapat dikoreksi
dengan kacamata, prisma, atau lensa kontak.
e. Noda, berkabut pada lapangan pandang.
f. Ukuran kaca mata sering berubah.
C. PENATALAKSANAAN KATARAK
Indikasi operasi katarak dibagi dalam 3 kelompok:
1. Indikasi Optik
Merupakan indikasi terbanyak dari pembedahan katarak. Jika
penurunan tajam penglihatan pasien telah menurun hingga mengganggu
kegiatan sehari-hari, maka operasi katarak bisa dilakukan
2. Indikasi Medis
Pada beberapa keadaan di bawah ini, katarak perlu dioperasi segera,
bahkan jika prognosis kembalinya penglihatan kurang baik:

19
- Katarak hipermatur
- Glaukoma sekunder
- Uveitis sekunder
- Dislokasi/Subluksasio lensa
- Benda asing intra-lentikuler
- Retinopati diabetika
- Ablasio retina
3. Indikasi Kosmetik
Jika penglihatan hilang sama sekali akibat kelainan retina atau
nervus optikus, namun kekeruhan katarak secara kosmetik tidak dapat
diterima, misalnya pada pasien muda, maka operasi katarak dapat
dilakukan hanya untuk membuat pupil tampak hitam meskipun
pengelihatan tidak akan kembali.

 Teknik-teknik pembedahan katarak


Penatalaksanaan utama katarak adalah dengan ekstraksi lensa
melalui tindakan bedah. Dua tipe utama teknik bedah adalah Intra
Capsular Cataract Extraction/Ekstraksi katarak Intra Kapsular (ICCE)
dan Extra Capsular Cataract Extraction/Ekstraksi katarak Ekstra
Kapsular (ECCE). Di bawah ini adalah metode yang umum digunakan
pada operasi katarak, yaitu ICCE, ECCE dan phacoemulsifikasi.
1. Operasi katarak intrakapsular/ Ekstraksi katarak intrakapsular
(ICCE)
Metode yang mengangkat seluruh lensa bersama kapsulnya
melalui insisi limbus superior 140-160 derajat. Metode ini sekarang
sudah jarang digunakan. Masih dapat dilakukan pada zonula Zinn
yang telah rapuh atau berdegenerasi atau mudah putus.
Keuntungannya adalah tidak akan terjadi katarak sekunder.
Meskipun demikian, terdapat beberapa kerugian dan komplikasi
post operasi yang mengancam dengan teknik ICCE. Insisi limbus
superior yang lebih besar 160-180º dihubungkan dengan

20
penyembuhan yang lebih lambat, rehabilitasi tajam penglihatan yang
lebih lambat, angka kejadian astigmatisma yang lebih tinggi,
inkarserata iris, dan lepasnya luka operasi. Edema kornea juga dapat
terjadi sebagai komplikasi intraoperatif dan komplikasi dini.
2. Operasi katarak ekstrakapsular (ECCE)
Metode ini mengangkat isi lensa dengan memecah atau merobek
kapsul lensa anterior, sehingga masa lensa dan korteks lensa dapat
keluar melalui robekan tersebut. Pembedahan ini dilakukan pada
pasien katarak muda, pasien dengan kelainan endotel, bersama-sama
keratoplasti, implantasi lensa okuler posterior. Keuntungan dari
metode ini adalah karena kapsul posterior untuh maka dapat
dimasukan lensa intraokuler ke dalam kamera posterior serta insiden
komplikasi paska operasi (ablasi retina dan edema makula sistoid)
lebih kecil jika dibandingkan metode intrakapsular. Penyulit yang
dapat terjadi yaitu dapat timbul katarak sekunder.

3. Fakoemulsifikasi
Merupakan modifikasi dari metode ekstrakapsular karena sama-
sama menyisakan kapsul bagian posterior. Insisi yang diperlukan
sangat kecil yaitu 5 mm yang berguna untuk mempercepat
kesembuhan paska operasi. Kemudian kapsul anterior lensa

21
dibuka.Dari lubang insisi yang kecil tersebut dimasukan alat yang
mampu mengeluarkan getaran ultrasonik yang mampu memecah
lensa menjadi kepingan-kepingan kecil, kemudian dilakukan
aspirasi. Teknik ini bermanfaat pada katarak kongenital, traumatik
dan kebanyakan katarak senilis. Namun kurang efektif untuk katarak
senilis yang padat.
Keuntungan dari metode ini antara lain:
 (Insisi yang dilakukan kecil, dan tidak diperlukan benang untuk
menjadhit karena akan menutup sendiri. Hal ini akan mengurangi
resiko terjadinya astigmatisma, dan rasa adanya benda asing yang
menempel setelah operasi. Hal ini juga akan mencegah
peningkatan tekanan intraokuli selama pembedahan, yang juga
mengurangi resiko perdarahan.
 Cepat menyembuh.
 Struktur mata tetap intak, karena insisi yang kecil tidak
mempengaruhi struktur mata.

4. Small Incision Cataract Surgery (SICS)


Insisi dilakukan pada sklera dengan ukuran insisi bervariasi dari
5-8 mm. Namun tetap dikatakan SICS  sejak design arsiteknya tanpa
jahitan, Penutupan luka insisi terjadi dengan sendirinya (self-
sealing). Teknik operasi ini dapat dilakukan pada stadium katarak
immature, mature, dan hypermature. Teknik ini juga telah dilakukan
pada kasus glaukoma fakolitik dan dapat dikombinasikan dengan
operasi trabekulektomi.

22
D. KOMPLIKASI
Bila katarak dibiarkan maka akan terjadi komplikasi berupa glaukoma
dan uveitis. Glaukoma adalah peningkatan abnormal tekanan intraokuler
yang menyebabkan atrofi saraf optik dan kebutaan bila tidak teratasi.
Uveitis adalah inflamasi salah satu struktur uvea.
E. PENCEGAHAN
Pencegahan katarak ditunjukkan pada faktor risiko yang dapat
dimodifikasi. Dokter harus menmggunakan steroid pada dosis terapeutik
yang paling kecil dan dihentikan saat keadaan pasien sudah memungkinkan.
Pasien yang menggunakan steroid jangka panjang (topikal atau sistemik)
harus diskrining untuk katarak. Pasien disarankan untuk berhenti merokok,
menghindari paparan sinar ultraviolet dengan menggunakan kacamata saat
berada diluar ruangan, dan menghindari trauma pada mata dengan cara
menggunakan kacamata atau alat pelindung mata pada pekerja industri atau
petani. Kemungkinan dari penggunaan antioksidan untuk memberikan efek
proteksi terhadap katarak telah diteliti, tetapi hasilnya tidak bersifat
konklusif.
F. PROGNOSIS
Prognosis katarak adalah baik dengan lebih dari 95% pasien
mengalami perbaikan visual setelah dilakukan operasi. Prognosis visual pada
pasien anak yang mengalami katarak dan menjalani operasi tidak sebaiknya
pada pasien dengan katarak yang berhubungan dengan umur. Prognosis
untuk perbaikan kemampuan visual paling buruk pada katarak kongenital
unilateral yang dioperasi dan paling baik pada katarak kongenital bilateral
inkomplit yang bersifat progresif lambat. Prognosis pasien dengan katarak
sekunder biasanya baik dengan laser ndYAG.

DAFTAR PUSTAKA

23
1. AAO. Cataract surgery in special situation. In Basic and clinical science
course : lens and cataract. United State of America. Lifelong Education for
The Opthalmology (LEO). 2003. p- 72-80, 187-213
2. Budiono, Sjamsu et al. 2013. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Mata. Surabaya.
Airlangga University Press (AUP)
3. Kanski JJ, Bowling B. Clinical Opthalmology : A Systemic Approach 7th
ed. China: Elsevier 2011
4. Ilyas, Shidarta. 2014. Ilmu Penyakit Mata. Edisi Empat. Balai Penerbit
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Jakarta
5. Riordion-Eva, Paul., Whitcher, John P. 2009. Vaughan & Asbury :
Ofthalmology Umum. Edisi ke 17. Jakarta : EGC
6. James, B. Chew, C. Bron, A. 2005. Lecture Notes Oftalmologi. Edisi 9.
Penerbit Erlangga. Jakarta
7. Secondary Cataract. http://www.atlasofophthalmology.com. Diunduh
tanggal 7 november 2015
8. Voughan, D.G. Asbury, T. 2000. Oftalmology Umum. Edisi 14. Penerbit
Widya Medika. Jakarta

24

Anda mungkin juga menyukai