Anda di halaman 1dari 4

Nama : Hafizh Izzan Zaldi

NIM : 1704101010001
Mata Kuliah : Keselamatan dan Kesehatan Kerja Proyek Konstruksi
Tugas Final

1. Mengapa Proyek Konstruksi kerap kali disebut unik dan membutuhkan K3 didalam
pembangunanya? jelaskan dalam bentuk narasi/paragraf sebanyak 250 kata
2. Menurut kalian bagaimana harusnya penerapan K3 pada proyek konstruksi? jelaskan
secara runut dari tahap perencanaan hingga proyek selesai
3. Jika kalian berada dalam proyek konstruksi (bangunan) dan menjabat sebagai ahli K3
konstruksi bagaimana kalian akan menerapkan K3 untuk pekerja dan staff? ceritakan dan
jelaskan dari sebelum pekerjaan dimulai, rambu yang dibutuhkan, kompetensi operator
(SHE plan)!

Jawab :

1. Proyek konstruksi kerap dianggap sebagai kegiatan yang unik oleh karena terdapat faktor
heterogen yang mendukung kegiatan tersebut. Setiap proyek yang tampa sejenis
memiliki karakteristiknya masing-masing. Emeka Egbeonu dari Universitas
Witwaterstrand pada tahun 2007 menyebutkan bahwa sebuah proyek kontruksi selalu
memiliki keunikan, kompeksitas, dan risiko dalam pembangunannya. Banyak sekali
kontraktor yang gagal membangun proyeknya karena tidak memiliki kapasitas untuk
menindaklanjuti ketiga hal tersebut. Keunikan proyek konstruksi meliputi durasi proyek,
proses yang kompleks, lingkungan yang tidak dapat ditebak, finansial, serta struktur
organisasi yang cenderung dinamis. Ssegawa tahun 2001 mengkaji keunikan konstruksi
dari segi finansial dengan membandingkan beberapa karakteristik antara perusakaan
konstruksi dan pabrik. Ssegawa menyimpulkan bahwa proyek konstruksi bekerja dengan
metode finansial yang sangat berisiko dan kompleks yang mana sangat berbeda dengan
pabrik lainnya. Pada pabrik lain, pelanggan mengetahui harga ketika ia akan membeli
suatu barang. Namun pada konstruksi, pelanggan hanya mengetahui apa yang ia inginkan
namun keinginan tersebut harus didesain kembali dan dispesifikasi hingga ia tahu harga
sebenarnya melalui tender. Hal lain yang turut menyebabkan dinamisitas pada proyek
konstruksi adalah jenis pekerjaan yang dilakukan oleh pekerja dengan paparan risiko
yang berbeda-beda. Perbedaan lokasi, ketinggian, dan material akan memberikan risiko
yang berbeda antar proyek. Hal inilah yang menyebabkan dibutuhkannya K3 dalam
pembangunan.
K3 atau Keselamatan dan Kesehatan Kerja pada proyek konstruksi memegang peranan
yang penting dalam kelancaran pembangunan. Pada dunia konstruksi, pekerja merupakan
bagian sentral yang melakukan berbagai macam aktivitas dengan risiko khusus. Pekerja
yang menjalankan tugasnya berpaparan langsung dengan pekerjaannya dan juga terpapar
secara tidak langsung dengan pekerjaan pekerja lainnya. Desain bangunan, material,
dimensi, dan lokasi yang diwujudkan dalam proyek seringnya bersifat unik sehingga
membutuhkan adaptasi baru untuk mempelajari segala hal dengan perlahan. Sering kali,
trauma dapat terjadi dalam prosesnya. K3 pada proyek konstruksi akan mengupayakan
pemeliharaan lingkungan kerja, kebijakan, dan program yang aman bagi pekerja dari segi
mental, fisik, dan emosional skealigus menjaga lokasi kerja dari berbagai pahaya yang
mungkin melukai pekerja.

2. Penerapan K3 dalam proyek konstruksi hendaknya mengikuti pedoman dan standar yang
sudah ditetapkan oleh para ahli, dengan adaptasi kreatif. American National Standards
Institue (ANSI) dan American Society of Safety Proffesionals (ASSP) telah
mengeluarkan konsensus standard pada tahun 2019 (Z10.0-2019) mengenai proses dan
pendekatan sistematis untuk meningkatkan keselamatan kerja serta menurunkan risiko
trauma dan penyakit pada pekerja. Standar ini menyebutkan 7 elemen yang menjadi
dasar pondasi dalam mengembangkan dan memperbaiki sistem manajemen K3 antara
lain partisipasi pekerja, manajemen kepemimpinan, perencanaan, dukungan,
implementasi dan operasi, evaluasi dan aksi korektif, serta review manajemen. Z10.0-
2019 pada umumnya memiliki pola yang sama dengan elemen SMK3 Permenaker 5
Tahun 1996 (Gambar 1).

Tinjauan
Manajemen
Gambar 1 Skema SMK3 Permenaker 5 Tahun 1996

Dari ketujuh poin Z10.0-2019, sangat jelas bahwa kepemimpinan yang baik dan pekerja
yang kooperatif sangat dibutuhkan dalam mengawali proyek konstruksi. Selanjutnya,
kedua pihak perlu mengidentifikasi bersama mengenai risiko yang teridentifikasi pada
lapangan kerja serta perencanaan untuk menanggulangi masalah yang ada. Setelah
direncanakan, hendaknya kontraktor turut memperkokoh dukungan K3 dari eksternal
baik secara finansial maupun bidang lainnya. Setelah komponen tadi terpenuhi, rencana
K3 yang telah disetujui hendaknya diimplementasikan dan dioperasikan sesuai rencana
yang telah disepakati. Namun, penerapan K3 perlu dipantau dan dievaluasi secara rutin
oleh karena risiko trauma dan bahaya pada lingkungan kerja sangat dinamis dan
membutuhkan adaptasi berulang. Apabila terdapat rencana yang tidak sesuai dengan
keadaan atau ditemukan adanya keadaan yang belum memiliki rencana, maka perlu
dipikirkan aksi korektif sehingga masalah dapat diselesaikan. Pada tahap akhir proyek,
seluruh manajemen proyek yang telah berjalan direview kembali guna mengevaluasi
efektivitas sistem yang telah berjalan.

3. Apabila saya menjabat sebagai ahli K3 konstruksi, saya akan menggunakan kemampuan
kepemimpinan saya untuk melibatkan seluruh pekerja secara aktif dan membenah
struktur organisasi yang adaptif. Selanjutnya, ahli K3 dan seluruh pekerja/staff bersama-
sama mengidentifikasi risiko kesehatan dan keselamatan kerja di lapangan kerja sehingga
didapatkan solusi untuk kepentingan bersama. Apabila rencana ini sudah matang maka
rencana strategis ini dituangkan dalam sebuah outline SHE (Safety, Health and
Environment) Plan yang menjadi acuan dalam pengelolaan K3 selama proyek. Ketika
rencana acuan tersebut telah dirasa adekuat maka proyek konstruksi sudah dapat dimulai
sambil terus mengevaluasi dan meninjau risiko baru yang mungkin muncul. Beberapa
faktor risiko pada lapangan kerja yang perlu ditinjau antara lain pergerakan manusia dan
kendaraan, penggunaan alat mekanis atau tindakan manual yang berisiko menyebabkan
gangguan kesehatan (seperti menggunakan truk barang dibandingkan mengangkut beban
dengan punggung), penggunaan alat kerja, bahaya listrik, bahaya kebakaran, bahaya zat
kimia dan biologis, bahaya fisik dan psikososial, ketinggian, bahaya lingkungan, bahaya
alat berat, bahaya ekskavasi, dan bahaya demolisi (pembongkaran). Rambu-rambu
keamanan menurut risiko yang telah teridentifikasi akan dipasangkan pada area yang
mudah dibaca oleh setiap pekerja.
Di dalam SHE Plan, dituliskan berbagai detail objektif, target, serta program K3 yang
akan dijalankna oleh perusahaan. Seluruh risiko ini perlu terus dievaluasi secara dinamis
dan diselesaikan segera sebelum membahayakan pekerja. Apabila pekerja mengalami
trauma dan masalah lainnya, maka kontraktor wajib mengupayakan kesembuhan pekerja
kembali. Implementasi SHE Plan hendaknya diaudit minimal enam bulan sekali. Pekerja
dengan kinerja K3 yang baik juga akan diberikan hadiah serta promosi agar budaya K3
turut diindahkan oleh pekerja lainnya.

Anda mungkin juga menyukai