Anda di halaman 1dari 5

Pancasila: Dulu dan Sekarang

Pancasila telah ada sejak lebih dari 70 tahun lamanya, atas dasar pemikiran Presiden Ir.
Soekarno. Eksistensinya selalu mengambil andil dalam setiap dinamika kehidupan politik negara
Indonesia. Pancasila selalu menjadi bagian dari kehidupan bangsa Indonesia di setiap zaman.
Pancasila mengenal adanya perbedaan, namun tidak mengenal adanya kebencian. Dulu, rakyat
sangat menghargai dan menghormati semua hal yang diajarkan dalam Pancasila. Dulu, sebagian
rakyat bisa menerima semua keberagaman dalam persatuan sebagai bangsa Indonesia. Namun,
itu dulu.

            Sekarang, eksistensi Pancasila tidak lagi dipandang sebagai suatu pedoman bertindak
dalam kehidupan rakyat Indonesia. Pancasila tidak lagi dihormati dan dihargai seperti yang dulu.
Malah ada yang ingin menjatuhkan Pancasila dan menggantinya sebagai dasar negara Indonesia
dengan ideologi lain. Hal ini bisa kita lihat melalui kejadian seperti demonstrasi yang
mengatasnamakan agama sebagai dasar permasalahan. Demonstrasi tersebut secara implisit
menunjukkan jika Pancasila tidak lagi menjadi pedoman hidup bangsa Indonesia.

            Masyarakat Indonesia terdiri dari berbagai macam suku, ras, bahasa dan budaya yang
sudah ada sejak zaman nenek moyang, dan tentunya nenek moyang kita berharap agar kita dapat
menjaga persatuan sebagai rakyat Indonesia di dalam keberagaman. Keberagaman di dalam
bangsa Indonesia tentunya masih ada hingga saat ini, yang akhirnya memunculkan kelompok-
kelompok tertentu yang menganggap ideologi/pandangan kelompoknya adalah yang paling
benar. Sikap tersebut akhirnya memunculkan keinginan dalam kelompok tersebut untuk
menggantikan Pancasila dengan ideologi kelompoknya yang dianggap paling benar. Dengan
adanya tindakan seperti itu, dapat menimbulkan terjadinya perpecahan di tengah-tengah
masyarakat Indonesia, dan tentunya kita tidak menginginkan hal itu terjadi.

Kita sebagai salah satu bagian dari bangsa Indonesia, negara Indonesia harusnya selalu bisa
menerima berbagai perbedaan baik suku, ras, dan budaya di tengah-tengah kehidupan kita.
Mengapa? Karena sudah seharusnya kita hidup dalam keberagaman, namun juga dengan saling
menghargai dan menghormati.  Jika kita ditanya mengenai dasar negara Indonesia, tentulah kita
akan menjawab Pancasila. Namun, kita jangan hanya mampu dalam segi teori, tapi kita juga
harus mampu mengamalkan nilai-nilai Pancasila tersebut dalam kehidupan kita sehari-hari,
sebagai bangsa Indonesia.

Masa Lalu, Masa Kini, dan Masa


Depan Pancasila
 Leave a comment

Keterkaitan Sumpah Pemuda dengan Pancasila


Jika seandainya kita—seluruh orang Indonesia “Mengaku bertumpah darah yang satu, Tanah air
Indonesia.” Juga seandainya kita mengaku “Berbangsa yang satu, Bangsa Indonesia.” Dan juga
seandainya kita “Mengaku menjunjung bahasa persatuan, Bahasa Indonesia” seperti yang
tertuang pada makna Sumpah Pemuda. Lalu kemudian pengucapan makna Sumpah Pemuda itu
tak hanya lewat lisan dan hanya terpelihara dalam hati sanubari, namun juga diiringi dengan
tindakan atau aksi yang nyata. Maka sesungguhnya kita telah menjalankan beberapa bagian dari
azas Pancasila di kehidupan yang kita jalani sekarang ini. Maka sesungguhnya kita telah
menghargai jasa-jasa seluruh pahlawan Indonesia

yang telah memberikan segalanya demi menegakkan tanah air ini. Maka sesungguhnya kita telah
menjadi seorang Indonesia yang benar-benar Indonesia. Karena seorang Indonesia yang benar-
benar Indonesia adalah seseorang yang mampu mengamalkan bagian dari butir-butir ikrar
sejarah yang dulu pernah tercipta, seperti Sumpah Pemuda dan Pancasila di kehidupan nyata
demi terciptanya kerukunan, keharmonisan, persatuan, serta perdamaian antar satu sama lain.

Karena menurutku, jauh sebelum Pancasila yang di ikrarkan oleh Presiden Soekarno pada pidato
spontannya pada tanggal 1 Juni 1945, yang kemudian digunakan sebagai ideologi dasar negara
Indonesia pada tanggal 18 Agustus 1945. Beberapa benih atau bibit butir dari Pancasila sudah
diikrarkan oleh isi Sumpah Pemuda yang kala itu lahir pada tanggal 28 Oktober 1928. Dan
bahkan Sumpah Pemuda pun juga memiliki keterkaitan dari ikrar, serta kebiasaan yang telah
dilaksanakan, dilakukan, juga diterapkan oleh pendahulu alias nenek moyang bangsa Indonesia.
Jadi intinya adalah, Sumpah Pemuda adalah ibarat Ibu Kandung dari Pancasila, yang saling
terkait dan memiliki keterikatan satu sama lain. Karena seluruh ikrar yang pernah didengung-
dengungkan oleh seluruh pahlawan/orang-orang Indonesia di masa lalu, tidak hanya Sumpah
Pemuda dan Pancasila, memiliki keterkaitan satu sama lain. Artinya, sejarah panjang itu tercipta
secara garis besarnya ingin memiliki Indonesia yang utuh dan sepenuhnya, dengan seluruh warga
negara yang saling bahu-membahu atau gotong royong satu sama lain demi tegaknya Indonesia
di masa depan.

Ukuran Nasionalisme Warga Indonesia

Lalu kemudian, rasa kesetiaaan, rasa nasionalisme, dan patriotisme warga negara kepada bangsa
dan negaranya dapat diukur dari sikap, tindakan, menghayati, mengamalkan Pancasila yang
mana sebagai sendi, azas, serta dasar ideologi negara ini yang juga mengatur pola perilaku dan
tingkah laku warga negaranya ke arah yang baik. Dalam artian baik disini ialah, seluruh insan
manusia dalam satu ikatan negara, negara Indonesia, bersama-sama mampu untuk menciptakan
sikap yang menjunjung tinggi butir-butir amalan Pancasila. Karena dengan berpegang teguh
kepada Pancasila diharapkan, apapun itu pengaruh yang datangnya dari luar. Dalam kata lain,
pengaruh budaya negara lain berupa kebiasaan atau tren kekinian yang tengah populer atau
digandrungi masyarakat internasional yang berpotensi untuk merusak amalan Pancasila, tidak
akan pernah mampu menggoyahkan semangat Pancasila di dalam hati sanubari kita.

Keterkaitan Pancasila dengan Zaman Kerajaan

Bukti dari ikrar yang pernah didengungkan oleh seluruh pahlawan/orang-orang Indonesia di
masa lalu dan memiliki keterkaitan hubungan satu sama lain, salah satunya adalah Pancasila.
Istilah Pancasila itu sendiri telah dikenal sejak zaman kerajaan Majapahit berkuasa pada abad
XIV yang terdapat dalam buku Nagara Kertagama karangan Prapanca dan buku Sutasoma
karangan Tantular. Dikutip dari buku Sutasoma, Pancasila selain mempunyai arti “Berbatu sendi
yang lima” (Sansekerta). Pancasila juga memiliki arti “Pelaksanaan kesusilaan yang lima”.
Rumusannya ialah:
1. Tidak boleh melakukan kekerasan
2. Tidak boleh mencuri
3. Tidak boleh berjiwa dengki
4. Tidak boleh berbohong
5. Tidak boleh mabuk minuman keras / obat-obatan terlarang

Pengertian Pancasila

Pancasila yang juga mengatur kehidupan bernegara dan pemerintahan, yang ditetapkan pada
tanggal 18 Agustus 1945, sesungguhnya telah dipraktekkan oleh nenek moyang bangsa
Indonesia di masa lalu. Rumusan Pancasila seperti tercantum dalam paragraf ke-4 preambule
UUD 1945:

1. Ketuhanan Yang Maha Esa

Bangsa Indonesia menyatakan kepercayaannya dan ketakwaannya terhadap Tuhan Yang Maha
Esa sesuai dengan agama dan kepercayaannya masing-masing.

2. Kemanusiaan yang adil dan beradab

Mengakui harkat martabat, persamaan derajat, persamaan hak, dan kewajiban asasi setiap
manusia, tanpa membeda-bedakan suku, keturunan, agama, kepercayaan, jenis kelamin,
kedudukan sosial, warna kulit dan sebagainya.

3. Persatuan Indonesia

Mampu menempatkan persatuan, kesatuan, serta kepentingan dan keselamatan bangsa dan
negara sebagai kepentingan bersama di atas kepentingan pribadi dan golongan.

4. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan /


perwakilan

Sebagai warga negara Indonesia mempunyai kedudukan, hak, dan kewajiban yang sama, serta
tidak boleh memaksakan kehendak kepada orang lain, dan mengutamakan musyawarah dalam
mengambil keputusan.

5. Keadilan sosial bagi seluruh Rakyat Indonesia

Mengembangkan perbuatan luhur yang mencerminkan sikap dan suasana kekeluargaan dan
kegotong-royongan. Mengembangkan sikap adil terhadap sesama.
Pengaruh Luar/Globalisasi dan Peran Pancasila Sebagai Identitas Bangsa

Hidup di zaman sekarang ini setelah masa kemerdekaan, menuntut kita untuk menjaga amalan
Pancasila dari ancaman degradasi yang disebabkan pengaruh globalisasi. Sehingga dalam
prosesnya, bak ‘virus penyakit’ yang nampak tak berbahaya, namun akan mampu
menghancurkan secara perlahan-lahan Pancasila yang telah dipegang teguh serta dilaksanakan
oleh seluruh pahlawan/orang-orang Indonesia di masa lalu, hingga orang-orang Indonesia di
masa kini. Dan kemudian ‘virus penyakit’ itu akan menghilangkan amalan Pancasila, sehingga
identitas bangsa akan koma dengan sendirinya.

Tahun 2013

Di zaman ini, teknologi informasi dan komunikasi adalah big factor (faktor terbesar), atau main
factor (faktor utama) dalam pengaruh globalisasi. Karena di zaman ini, tren teknologi semakin
meningkat secara pesat atau berada pada titik maksimal, sehingga segala macam informasi dapat
diakses melalui media komputer yang terhubung dengan jaringan internet, yang dapat kita baca
dan temukan di banyak portal/website berita, lalu social media online (jaringan sosial) seperti
Facebook, Twitter dan lainnya. Maka setelah berkaca akan hal itu, pengaruh globalisasi tidak
akan dapat dihindari. Namun kita bisa memproteksi ancaman pengaruh globalisasi yang juga
mengancam amalan Pancasila dengan cara mengambil sikap atas sisi positif yang ada dengan
menyerapnya, dan membuang jauh sisi negatif yang mampu mengancam kita menjauh dari
amalan Pancasila.

Adapun sisi positif pengaruh era globalisasi antara lain misalnya :

1. Dengan dimulainya pasar internasional, maka itu secara langsung dapat membuka lahan
pekerjaan atau kesempatan kerja, serta meningkatkan devisa negara.

2. Dengan beragamnya informasi yang kita serap melalui banyak media, kita dapat meniru pola
berpikir yang baik dari kebiasaan masyarakat internasional. Seperti : harus memiliki sikap etos
kerja dan displin yang tinggi.

3. Belajar mengikuti. Dengan cara belajar Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (Iptek) yang sudah
diaplikasikan ke dalam bentuk yang nyata oleh suatu negara—yang terbukti dapat meningkatkan
suatu urusan/masalah ke arah yang lebih baik.

Adapun sisi negatif pengaruh era globalisasi antara lain misalnya :

1. Hilangnya amalan Pancasila karena mempercayai suatu paham seperti Liberalisme, atau
Komunisme, atau lainnya.

2. Selalu menggunakan produk luar atau dari negara lain. Sehingga dengan ini akan mematikan
pasar lokal, dan juga menghilangkan rasa kecintaan kita terhadap produksi dalam negeri/buatan
asli Indonesia.
3. Karena akibat terlalu banyak menyerap dan meniru budaya, kebiasaan, atau tren kekinian yang
diciptakan oleh budaya luar, sehingga kita kebablasan.

4. Timbulnya kesenjangan sosial yang dalam antara si kaya dan si miskin, sehingga sila ke-5
yaitu “Keadilan sosial bagi seluruh Rakyat Indonesia” hanya tinggal kata-kata yang tak
mempunyai arti.

5. Munculnya sikap individualistis dalam banyak hal, sehingga banyak dari butir-butir sila
Pancasila yang menekankan pada kebersamaan dan gotong royong akan koma dengan
sendirinya.

Hal Nyata

Pengaruh globalisasi memang tidak akan secara langsung berpengaruh terhadap nasionalisme
seseorang. Namun secara keseluruhan akan menimbulkan rasa nasionalisme terhadap bangsa
menjadi tergerus dan kacaunya bisa jadi akan hilang. Sebut saja, pengaruh globalisasi yang
menghinggapi generasi muda sekarang ini:

1. Merubah kebiasaan berpakaian dan berdandan.


2. Mengakses situs-situs porno akibat terinspirasi dari film-film budaya luar
3. Terbiasa dengan tindakan kekerasan dalam menyelesaikan masalah.
4. Musyawarah mufakat sudah tidak berlaku.

Kesimpulan

Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa untuk mengantisipasi serta memproteksi
kita dari pengaruh globalisasi yang dapat mengancam eksistensi nilai-nilai Pancasila ialah:

1. Melaksanakan ajaran agama yang dipercayai dengan sebaik-baiknya.


2. Selalu berpedoman teguh terhadap Pancasila, dengan cara mengamalkannya.
3. Selalu menggunakan produk lokal, sehingga menumbuhkan semangat mencintai produk dalam
negeri.
4. Menegakkan hukum dengan seadil-adilnya.
5. Membuang jauh sisi negatif pengaruh globalisasi, dan menyerap sisi positifnya untuk
kemajuan bangsa.

Dengan itu, akan ada benteng tangguh yang dapat menghalau pengaruh globalisasi yang dapat
menghinggapi siapapun, sehingga akan mencederai Pancasila dalam prosesnya.

Salam Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai